Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia

8
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia Herfando Maulana Alhafizh /151411713007 Sebelum nya saya memperhatikan beberapa sapek penting dalam dunia Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Terutama pada problematika K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) itu sendiri walaupun terkadang beberapa instansi mengabaikan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) itu sendiri. Beberapa refrensi sudah terkumpul dengan isi di paragraf penjelas sebagai berikut. Problematika Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) di Indonesia. Tak dapat disangkal hingga kini aspek ”kesehatan dan keselamatan kerja” atau disingkat K-3 belum mendapat perhatian serius di Indonesia. Kalaupun hal tersebut sering dibicarakan diberbagai seminar dan diskusi, umumnya tidak disertai dengan konsep implementasi yang jelas dan konkrit. Kenyataan ini tentu tidak akan menguntungkan bagi Indonesia di masa mendatang, sebab masalah tersebut sejak dua dekade silam sudah menjadi isu internasional yang serius, karena berkaitan erat dengan berbagai masalah lainnya yang kini mendapat sorotan dunia. Dari aspek penggunaan teknologi, misalnya perkembangan teknologi industri yang maju dengan pesat disatu sisi telah memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan ummat manusia. Namun disisi lain teknologi juga menebar beraneka ragam ancaman serius bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat, terutama bagi para pekerja dan lingkungan sekitar lokasi industri. Potensi ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan kerja tersebut ada yang “latent” ada pula yang ”manifest.” Begitu pula proses kemunculannya ada yang berlangsung gradual ada pula yang muncul spontan.

description

Occupational health and safety in my country

Transcript of Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia

Page 1: Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di IndonesiaHerfando Maulana Alhafizh /151411713007

Sebelum nya saya memperhatikan beberapa sapek penting dalam dunia Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia. Terutama pada problematika K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja) itu sendiri walaupun terkadang beberapa instansi mengabaikan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) itu sendiri. Beberapa refrensi sudah terkumpul

dengan isi di paragraf penjelas sebagai berikut.

Problematika Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3) di Indonesia. Tak dapat disangkal  hingga   kini  aspek  ”kesehatan  dan keselamatan  kerja” atau disingkat K-3 belum mendapat perhatian  serius  di  Indonesia. Kalaupun  hal  tersebut sering

dibicarakan   diberbagai  seminar  dan   diskusi, umumnya  tidak disertai dengan konsep implementasi yang jelas dan konkrit.

Kenyataan  ini tentu tidak  akan menguntungkan bagi Indonesia di masa mendatang, sebab masalah tersebut sejak dua dekade silam sudah  menjadi  isu internasional  yang

serius, karena berkaitan erat dengan berbagai masalah lainnya  yang kini mendapat sorotan dunia.

Dari  aspek  penggunaan teknologi,  misalnya  perkembangan teknologi  industri yang maju  dengan  pesat  disatu sisi telah memberikan manfaat luar biasa bagi kehidupan ummat manusia. Namun disisi  lain teknologi juga menebar beraneka ragam ancaman serius bagi  kesehatan  dan  keselamatan  masyarakat, terutama bagi para pekerja dan

lingkungan sekitar lokasi industri. Potensi ancaman terhadap  kesehatan  dan keselamatan  kerja  tersebut ada yang “latent”   ada   pula   yang   ”manifest.”   Begitu

pula  proses kemunculannya ada yang berlangsung gradual  ada pula yang muncul spontan.

Dari  sudut konfigurasi  ketenaga-kerjaan tampilnya “kelompok pekerja profesional” sebagai elemen  vital bagi kelangsungan dan kemajuan perusahaan, mendorong perlunya perhatian serius terhadap kelompok  pekerja, baik demi kelangsungan

perusahaan maupun demi peningkatan produktivitas.Dalam  industri  modern,  posisi  pekerja  profesional memang menjadi   faktor penentu mati  hidupnya  perusahaan.  Sementara mendidik  pekerja  menjadi profesional  selain membutuhkan biaya tinggi juga waktu panjang. Karena itu demi menopang kehidupan danperkembangan  perusahaan  aspek  kesehatan dan keselamatan kerja perlu perhatian

serius agar kualitas para pekerja tidak mengalami degradasi.Hal  lain yang juga ikut  mendorong perlunya perhatian serius terhadap kesehatan  dan

keselamatan  kerja  adalah  menguatnya desakan  akan penegakan hak-hak asasi manusia (HAM) sebagai suatu fenomena global.

Dalam  perspektif  penegakan  HAM,  adanya  jaminan  terhadap kesehatan dan keselamatan   kerja  di   lingkungan  perusahaan dipandang  sebagai bagian integral dari

penegakan hak-hak asasi manusia.

Page 2: Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia

Dimensi Kesehatan dan Keselamatan KerjaDi Indonesia, minimnya  perhatian  terhadap  kesehatan dan keselamatan kerja

kemungkinan besar disebabkan oleh ruang lingkup masalah  tersebut  yang amat  luas, bersifat  lintas sektor dan menyangkut  berbagai  aspek.  Oleh karenanya

pengelolaannya pun tentu  bersifat  lintas  sektor  dan membutuhkan koordinasi yang intens antar semua pihak terkait.

Sementara  yang juga  menjadi salah  satu kelemahan serius di Indonesia adalah rendahnya  kemampuan berkoordinasi,  baik dalam perencanaan program maupun

dalam pelaksanaan suatu kebijakan.Dalam  soal kesehatan  dan keselamatan  kerja, misalnya, yang dibutuhkan minimal

koordinasi  yang  intens  antara  pihak yang terlibat  dalam dunia kesehatan  dan dunia ketenaga-kerjaan, baik pada lingkup operasional, penentu kebijakan, maupun dengan

elemen yang  terlibat dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Dengan kata lain, kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat dari berbagai sisi,

antara lain:· Dari ruang  lingkupnya K-3  dapat diartikan sebagai suatu masalah  yang berkaitan

dengan Dunia  Kesehatan dan  Dunia Kerja yang   serius   saat   ini dan   menarik perhatian  masyarakat internasional.

· Sebagai  disiplin  ilmu  merupakan  ilmu  kesehatan  yang memberikan perhatian besar terhadap hubungan timbal balik antara aspek kesehatan dan aspek kerja.

· Sementara dari  aspek politik  dan kebijakan publik dapat dicerminkan dengan berbagai peraturan dan kebijakan –baik global maupun  nasional– yang bertujuan

melindungi  pekerja dan faktor yang   dapat   mengancam   kesehatan dan keselamatannya  dalam pekerjaan.

Ancaman dan GangguanBerdasarkan  pengamatan, gangguan  dan ancaman terhadap kesehatan  dan

keselamatan  kerja  di  Indonesia disebabkan oleh berbagai   faktor  yang   dalam keseharian   sering  luput  dari perhatian.  Berbagai faktor  penyebab tersebut dapat

dibagi atas tiga kelompok, yakni:a. Faktor  Manusia, sebagai penyebab dominan (sekitar  80%) terganggunya

kesehatan dan keselamatan kerja. Ini disebabkan manajemen   sumber daya  manusia dibanyak perusahaan yang tidak cermat memperhatikan kondisi spesifik individual

yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja, seperti: 1. Usia, misalnya menempatkan  pekerja yang terlalu tua atau  terlalu muda sehingga

tidak sesuai dengan bidang kerja yang ditangani.2. Pengalaman,  pendidikan,   ketrampilan, misalnya menempatkan pekerja yang kurang terlatih  untuk jenis pekerjaan tertentu, atau kompetensi tidak sesuai dengan

bidang pekerjaan.3. Kepribadian, yakni   berkaitan   dengan   tingkat ketelitian, keseriusan atau perilaku

ceroboh dari pekerja.4. Kesehatan  fisik  &   psikis, antara  lain  karena kelelahan dan sebagainya.

5. Jam kerja yang tidak teratur dan berlebihan.

Page 3: Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia

b. Faktor peralatan dan bahan baku, yang tidak memenuhi standar kesehatan dan keselamatan, seperti:

1. Peralatan tidak teruji dan atau berkualitas rendah.2. Peralatan tidak egronomik.

3. Adanya kandungan racun, kuman dan radiasi pada bahan baku, alat dan hasil produksi.

c. Faktor lingkungan yang tidak kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja seperti:

1. Kualitas pencahayaan, suhu dan kebisingan.2. Gelombang  elektromagnetik,  microwave,  radiasi,  dan sebagainya.3. Kontaminasi biologi  (virus, kuman,  jamur, bakteri, dan sebagainya).

4. Pengolahan limbah tidak baik.Implementasi K-3

Sebagai upaya  perlindungan pekerja, masalah “Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K-3)” kini menjadi persoalan global, dan setiap negara tentu harus menyikapinya dengan langkah konkrit dan terencana. Pada  lingkup internasional,  misalnya, PBB  melalui

ILO (International Labour Organisation)  telah menetapkan ketentuan tentang “Occupational Safety and Health” yang patut dilaksanakan oleh semua negara

anggota. Fokus  dari ketentuan tersebut adalah pencegahan  efek samping dari penggunaan

teknologi dalam industri –dari  paling sederhana hingga tercanggih– yang mengganggu tata kehidupan dan lingkungan.

Sebagai   anggota  PBB  dan ILO, Indonesia tampak berusaha memenuhi ketentuan tersebut. Hal ini setidaknya tercermin  pada serangkaian kebijakan  yang ditempuh

pemerintah baik menyangkut institusionalisasi, legislasi maupun operasional. Dalam aspek  institusional,  misalnya,  pada tahun 1957 peme-rintah membentuk

Lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian diu-bah menjadi Lembaga Kesehatan dan Keselamatan Buruh ditahun 1965. Untuk  lebih mengefektifkan fungsi  kesehatan dan kesela-matan kerja, organisasi Departemen Kesehatan kemudian dilengkapi dengan

Dinas Higiene Perusahaan/Sanitasi Umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja Departemen Kesehatan.  Sementara De-partemen Tenaga Kerja membentuk   Lembaga

Higiene Perusahaan dan   Kesehatan  Kerja (Hiperkes).Untuk   lebih  mengintensifkan   fungsinya,  kedua  institusi tersebut kemudian

dikembangkan menjadi  Sub Direktorat Kesehat-an Kerja Departemen  Kesehatan (kemudian  menjadi Badan Pusat Kesehatan Kerja) dan  Pusat Hiperkes Departemen

Tenaga Kerja & Transmigrasi. Sedang dalam aspek legislasi, perhatian terhadap kesehatan dan keselamatan  kerja  diwujudkan  dengan  terbitnya sejumlah undang-

undang dan peraturan, antara lain:a. Undang-undang Kerja dan Undang-undang Kesehatan Kerja tahun 1957.

b. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.c. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

Page 4: Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia

d. Undang-undang  No.  22  tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul karena hubungan kerja.

e. Peraturan Menteri  Tenaga Kerja  dan Transmigrasi No.Per 02/Men/1980 Pemeriksaan  Kesehatan  Tenaga  Kerja dalam Menyelenggarakan

Keselamatan Kerja.Implikasi  dari  ketentuan perundang-undangan tersebut, maka aspek kesehatan dan

keselamatan kerja  kini ikut dijadikan bahan pertimbangan formal  dalam  pemberian usaha, sementara sejumlah perusahaan  berskala besar  secara  khusus telah membentuk unit kerja  tersendiri untuk menangani masalah K-3, baik dengan bentuk departemen,

Divisi atau Bagian sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi dalam pekerjaan.Kendala

Lambannya penerapan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja di Indonesia tampak selain disebabkan oleh rendahnya kesadaran para  pelaku usaha akan hal ini, juga  oleh

beragam faktor lain, dan karena itu perlu selusi yang bersifat menyeluruh. Hasil satu survai menyebutkan bahwa hampir  37,2 5 perusahaan yang terdapat  di

Indonesia tidak menyediakan biaya kesehatan dalam rencana pembiayaan perusahaan meski hampir 57% pihak manajemen perusahaan menengah mengaku paham akan

pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja. Sedang sebagian besar perusahaan skala kecil umumnya tidak menerapkan –bahkan  tidak mengenal–  prinsip  kesehatan  dan

keselamatan  kerja. Lebih menyedihkan lagi  pada sektor informal hingga  saat ini belum ada upaya pemantauan terhadap implementasi K-3 dalam kegiatan usahanya.

Kondisi  yang menyedihkan  diatas memang  menjadi kenis-cayaan dari  sistem hubungan  kerja  yang  berlaku  selama ini yang tak memungkinkan   penerapan ketentuan  K-3  secara  intens. Sistem hubungan  Kerja borongan,  Kerja kontrak

sementara, Kerja Harian Lepas dan sejenisnya memang tidak mendukung terlaksananya K-3.

Sesungguhnya  semua itu terjadi  karena dukungan politik dari pemerintah dalam perlindungan pekerja jauh dari memadai. Dalam berbagai kebijakan mengenai ketenaga-

kerjaan dan dunia usaha, misalnya,  terlihat  dengan   jelas  belum  semua  aspek prinsipil kesehatan  dan keselamatan  kerja  terakomodir secara maksimal. Demikian pula ketentuan audit kesehatan dan keselamatan kerja sering hanya bersifat formalitas

belaka.Namun  diluar sebab-sebab diatas,  tersendatnya penerapan K-3 di Indonesia juga disebabkan oleh  belum berkembangnya disiplin ilmu kedokteran  okupasi sehinga

jumlah  dokter  okupasi  di Indonesia masih sangat  minim begitu  pula klinik  medik okupasi masih sangat terbatas.

Sebagai kendala-kendala yang disebutkan diatas terdapat beberapa pengertian dan makna dalam hak-hak asasi manusia (HAM) yang berupa kesejahteraan dalam bidang

kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri. Dan dalam pelaksanaannya K3 (Kesehatan dan Keselamtan Kerja) itu sendiri di Indonesia terdapat buruknya koordinasi dan

perancangan kebijakan dalam pelaksanaan K3 itu sendiri. Terdapat perhatian dan lintas sektor dan menyangkut  berbagai  aspek.  Oleh karenanya  pengelolaannya pun tentu

Page 5: Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia

bersifat  lintas  sektor  dan membutuhkan koordinasi yang intens antar semua pihak terkait. Sehingga diharapakan menuju tahun 2015 dimana Indonesia menuju berbudaya

K3 (Kesehatan dan Keselatan Kerja) itu sendiri maka dibutuhkan koordinasi dan teamwork antar lintas sektor dalam maupun diluar sektor instansi tersebut.

http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/hambatan-dalam-k3.html

http://operation-galaxy.blogspot.com/2011/01/sistem-manajemen-keamanan-dan.html

http://jurnalk3.com/blog/dimensi-k3.html

http://k3-smk.blogspot.com/2013/01/keselamatan-kerja.html

http://blog-mheighap.blogspot.com/2013/06/kesehatan-keselamatan-kerja-dan.html