KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

14
239 TOTOBUANG Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 239251 KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN KISAH JOKOWI KECIL SEBELUM MENJADI PRESIDEN (The Politeness of Language of Detik.com in The Story of The Young Jokowi Before Become A President) Roni Ardian Zulianto Universitas Gadjah Mada Bulak Sumur, Depok, Yogyakarta Pos-el: [email protected] Diterima: 24 Maret 2020; Direvisi: 12 Agustus 2020; Disetujui: 20 Oktober 2020 doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.203 Abstract The mass media has a structure of language to make the readers know what they mean. Besides, the politeness of language, in mass media, is very important to avoid a conflict between readers and the others society. Mass media did this because it did not want to cause a conflict from their discourse. The purpose of this research is to find out the use of politeness strategies in the discourse to reach an object. Therefore, in this study, the politeness of language in the mass media will be explained based on the meaning of the text through the Leech theory 2014 which concludes the types of politeness with 6 categories as policy maxim, generosity maxim, the maxim of appreciation, humility maxim, agreement maxim, and attention maxim or what is called a maxim of sympathy. To use the theory, this research needs a method to analyzed, the method is ‘simak’ with bebas libat cakaptechnique. Then to get the results, the data analyzed by using Padan pragmatic method with direct classification techniques. The results of this study found 18 politeness from all categories of politeness described by Leech (2014). Keywords: Mass media, Politeness, News, Speech acts. Abstrak Media massa mempunyai sebuah tatanan bahasa dan juga struktur agar pembaca bisa memahami apa yang mereka maksud. Selain itu, kesopanan dalam bahasa juga sangat dijaga agar tidak menimbulkan konflik dari kalangan pembaca dan masyarakat secara luas. Hal itu dilakukan oleh media massa karena media massa tidak mau menimbulkan konflik dari wacana yang mereka tayangkan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kesopanan dalam wacana yang digunakan oleh media massa untuk memberitakan suatu objek. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kesopanan bahasa dalam media massa akan dijelaskan sesuai dengan makna yang terkandung di dalam teks melalui teori Leech 2014 yang menyimpulkan jenis kesopanan dengan 6 kategori, meliputi maksim kebijakan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim persepakatan, dan maksim perhatian atau disebut dengan maksim kesimpatikan. Selain mengggunakan teori tersebut, penelitian ini juga membutuhkan adanya metode untuk menganalisis daya, metode tersebut, yaitu metode simak dengan teknik bebas libat cakap. Kemudian untuk memperoleh hasil yang maksimal, analisis data juga menggunakan metode Padan Pragmatik dengan teknik klasifikasi data secara langsung. Hal itu dilakukan agar hasil yang diperoleh dari subjek penelitian terkait berita detik.com lebih akurat. Hasil dari penelitian ini ditemukan ada 18 kesopanan dari seluruh kategori kesopanan yang dipaparkan oleh Leech (2014). Kata-kata kunci: Kesopanan, Berita, Tindak tutur, Media massa PENDAHULUAN Perkembangan bahasa terjadi dikarenakan adanya faktor perubahan kehidupan sosial budaya yang terus berkembang. Selain itu, ada juga yang disebabkan oleh faktor pengaruh status sosial dari pengguna bahasa dalam kehidupan sosial budaya. Kedua faktor tersebut menjadi faktor penting yang mempengaruhi bahasa karena mereka berada di dalam kehidupan sosial yang membutuhkan bahasa agar dapat

Transcript of KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Page 1: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

239

TOTOBUANG

Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 239—251

KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN KISAH

JOKOWI KECIL SEBELUM MENJADI PRESIDEN

(The Politeness of Language of Detik.com in The Story of The Young Jokowi Before

Become A President)

Roni Ardian Zulianto

Universitas Gadjah Mada

Bulak Sumur, Depok, Yogyakarta

Pos-el: [email protected]

Diterima: 24 Maret 2020; Direvisi: 12 Agustus 2020; Disetujui: 20 Oktober 2020

doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.203

Abstract

The mass media has a structure of language to make the readers know what they mean. Besides, the

politeness of language, in mass media, is very important to avoid a conflict between readers and the others

society. Mass media did this because it did not want to cause a conflict from their discourse. The purpose of this

research is to find out the use of politeness strategies in the discourse to reach an object. Therefore, in this

study, the politeness of language in the mass media will be explained based on the meaning of the text through

the Leech theory 2014 which concludes the types of politeness with 6 categories as policy maxim, generosity

maxim, the maxim of appreciation, humility maxim, agreement maxim, and attention maxim or what is called a

maxim of sympathy. To use the theory, this research needs a method to analyzed, the method is ‘simak’ with

‘bebas libat cakap’ technique. Then to get the results, the data analyzed by using Padan pragmatic method with

direct classification techniques. The results of this study found 18 politeness from all categories of politeness

described by Leech (2014).

Keywords: Mass media, Politeness, News, Speech acts.

Abstrak

Media massa mempunyai sebuah tatanan bahasa dan juga struktur agar pembaca bisa memahami apa

yang mereka maksud. Selain itu, kesopanan dalam bahasa juga sangat dijaga agar tidak menimbulkan konflik

dari kalangan pembaca dan masyarakat secara luas. Hal itu dilakukan oleh media massa karena media massa

tidak mau menimbulkan konflik dari wacana yang mereka tayangkan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk

mengetahui kesopanan dalam wacana yang digunakan oleh media massa untuk memberitakan suatu objek. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini, kesopanan bahasa dalam media massa akan dijelaskan sesuai dengan makna

yang terkandung di dalam teks melalui teori Leech 2014 yang menyimpulkan jenis kesopanan dengan 6 kategori,

meliputi maksim kebijakan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim

persepakatan, dan maksim perhatian atau disebut dengan maksim kesimpatikan. Selain mengggunakan teori

tersebut, penelitian ini juga membutuhkan adanya metode untuk menganalisis daya, metode tersebut, yaitu

metode simak dengan teknik bebas libat cakap. Kemudian untuk memperoleh hasil yang maksimal, analisis data

juga menggunakan metode Padan Pragmatik dengan teknik klasifikasi data secara langsung. Hal itu dilakukan

agar hasil yang diperoleh dari subjek penelitian terkait berita detik.com lebih akurat. Hasil dari penelitian ini

ditemukan ada 18 kesopanan dari seluruh kategori kesopanan yang dipaparkan oleh Leech (2014).

Kata-kata kunci: Kesopanan, Berita, Tindak tutur, Media massa

PENDAHULUAN

Perkembangan bahasa terjadi

dikarenakan adanya faktor perubahan

kehidupan sosial budaya yang terus

berkembang. Selain itu, ada juga yang

disebabkan oleh faktor pengaruh status

sosial dari pengguna bahasa dalam

kehidupan sosial budaya. Kedua faktor

tersebut menjadi faktor penting yang

mempengaruhi bahasa karena mereka berada

di dalam kehidupan sosial yang

membutuhkan bahasa agar dapat

Page 2: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

240

berkembang seiring dengan perkembangan

budaya dari pengguna bahasa. Hubungan

bahasa dan budaya dalam kehidupan sosial

memang tidak dapat dijelaskan secara pasti

karena bahasa adalah alat bagi orang yang

hidup di suatu budaya untuk berkembang

sehingga dari hal itu hubungan bahasa dan

budaya akan terus saling mempengaruhi.

Salah satu contoh hubungan tersebut, yaitu

bahasa yang digunakan oleh anak muda saat

ini banyak yang mengesampingkan

kesopanan dan lebih mengutamakan

keakrapan, seperti kalimat ‘jek (nama asli

Zaki) ! Gimana kabar lo..’. Pada contoh itu

terlihat bahwa bahasa yang digunakan oleh

pengguna hanya memperlihatkan

kenyamanan atau keakraban saja. Sementara

itu, jika memperhatikan kesantunan makna

dalam bahasa maka seharusnya bahasa

tersebut menjadi ‘Zaki bagaimana

kabarnya?’ yang telihat lebih sopan.

Penggunaan bahasa seperti contoh di atas

memang terasa biasa saja karena bahasa

tersebut sudah menjadi bahasa gaul anak

muda saat ini. Akan tetapi, bahasa tersebut

akan terasa kasar dan kurang sopan jika

yang mengetahui atau yang membaca

memiliki latar belakang status sosial yang

berbeda. Oleh sebab itu, media massa sangat

berhati-hati dalam menggunakan bahasa

agar tidak terjadi konflik atau kesalah

pahaman.

Hubungan bahasa dan budaya seperti

yang dicontohkan di atas juga pernah

dijelaskan oleh Wardhaugh dan Janet (2014,

hlm. 11) yang menyatakan bahwa hubungan

bahasa dan budaya secara tidak langsung

dapat dipengaruhi oleh kehidupan sosial atau

status sosial dari pengguna bahasa dan

budaya. Namun, Wardhaugh dan Janet juga

menjelaskan bahwa bahasa juga dapat

mempengaruhi kehidupan status sosial dan

masyarakat, contohnya bahasa iklan yang

menarik dapat merubah minat seseorang

tentang suatu produk tertentu yang

dipasarkan oleh seseorang. Selain itu, bahasa

juga bisa sebagai media yang

mendeskripsikan keadaan budaya saat ini.

Salah satu contohnya, yaitu karya budaya

yang saat ini sedang berkembang dan

digemari oleh banyak orang di belahan

dunia, yaitu media sosial daring yang

semakin banyak dimanfaat masyarakat

modern, seperti facebook, instagram, dan

sebagainya.

Pada kehidupan masyarakat modern

saat ini, peran media sosial banyak

digunakan untuk mengekspos sebuah berita

melalui internet dan juga berbagi informasi

mulai dari ekonomi, budaya, sosial,

peristiwa, sampai dengan peristiwa politik.

Salah satu contoh website media massa yang

selama ini sudah banyak diakses oleh publik,

yaitu detik.com. Server detik.com tersebut

merupakan salah satu website terbesar tanah

air yang juga menyampaikan berbagai

beritanya melalui jejaringan sosial. Berbagai

macam topik berita bisa ditemukan dalam

website tersebut, mulai dari ekonomi, sosial,

bisnis, olahraga, dan politik. Detik.com

didirikan oleh Budiono Darsono pada tahun

1998 dan mulai daring pada bulan Juli

dengan nama detikcom. Namun pada tahun

2011 tepatnya pada bulan agustus, detik.com

diakuisisi oleh PT. Agranet Multicitra

Siberkom/Agrakom dan berada di bawah

naungan perusahaan Trans Corpora. selain

detik.com, berbagai website berita lain juga

bisa diakses dengan muda untuk

memperoleh berita terbaru setiap harinya,

seperti Msn, Yahoo News, Metro News,

Tvone news, Jawa pos, dan sebagaianya.

Namun di balik semua berita yang

dipublikasikan oleh media massa ke dalam

website mereka, ada banyak sekali

pertimbangan dalam penyampaiakan berita

mereka kepada publik, salah satunya adalah

bahasa dalam segi pengemasan yang harus

dipakai.

Pengemasan bahasa pada media massa

memang sering menjadi perbincangan para

ahli khususnya para ahli bahasa. Hal itu

disebabkan karena pemakaian bahasa yang

berkembang pesat di media massa seperti

detik.com, mempunyai pengaruh yang

sangat besar bagi orang banyak, terutama

Page 3: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

241

bagi orang-orang yang memiliki kepentingan

besar seperti pengusaha, politik, dan

sebagaianya. Faktor lain yang menjadikan

bahasa mendapat perhatian lebih dari para

ahli, yaitu bahasa juga mempunyai kekuatan

untuk mengubah segalanya terutama dalam

bidang ekonomi dan politik. Selain itu,

bahasa juga merupakan praktik diskursif

yang terjadi dalam kehidupan sosial

(Fairclough, 2013, hlm. 92-93). Oleh karena

itu, bahasa yang digunakan harus sopan agar

tidak menimbulkan persoalan dalam

kehidupan sosial. Kesopanan bahasa yang

dimaksud di atas, yaitu bahasa dalam media

massa harus bisa meberikan nilai-nilai yang

bagus bagi aspek-aspek sosial dan budaya

dalam perkembangan kehidupan sosial dan

tidak memecah belah suatu budaya dalam

kehidupan sosial budaya. Oleh sebab itu,

permasalahan kesopanan dalam berbahasa

perlu di terapkan oleh media massa daring

dan luring dalam menyiarkan beritanya ke

publik agar dapat memberikan infromasi

tanpa menimbulkan perselisihan.

Salah satu contohnya, beberapa tahun

yang lalu tepatnya pada tahun 2017, media

massa detik.com yang merupakan media

massa terbesar di Indonesia meliput dan

mempublikasikan sebuah berita tentang

orang nomor satu di negara Indonesia, yaitu

Presiden Joko Widodo atau yang lebih

dikenal dengan nama Jokowi. Pada

wacananya, detik.com menceritakan tentang

kisah ketika Jokowi masih belum menjadi

tokoh masyarakat. Dari wacana yang telah

dipublikasikan dalam laman detik.com.

Bahasa untuk memberitakan Jokowi ditata

dengan sangat baik dengan menampilkan

beberapa kutipan dari nara sumber yang

sudah disusun dengan baik, salah satu

contoh data yang sudah ditemukan, yaitu: ‘Menurut Bandi, Jokowi kecil senang

membuat terowongan dari tanah dan naik

sepeda. Namun ada satu kesukaan anak-

anak yang tak pernah bisa dilakukan

Jokowi.

Coba saja suruh naikin layangan, pasti

enggak bisa. Taruhan sama saya," ujar

Bandi sambil tertawa.

Bandi menambahkan, Jokowi kecil

merupakan pribadi pendiam, tidak suka

membaur bila ada kerumunan orang. Ia

memilih pulang ke rumah dan istirahat.’

(diambil dari detik.com)

Contoh penggunaan struktur bahasa di

atas terlihat tidak informal dan terkesan

santun. Namun dengan adanya bahasa

seperti di atas, makna yang terasa lebih bisa

diterima dan terlihat sopan karena bisa

menggambarkan kisah tersebut kepada

publik.

Kesantunan bahasa seperti contoh di

atas dapat memberikan penjelasan kepada

publik tentang subjek yang ingin diceritakan.

Akan tetapi, dalam bahasa media massa,

kesantunan atau kesopanan dalam wacana

memiliki bermacam-macam bentuk. Oleh

karena itu, untuk mengetahui hal tersebut,

penelitian ini dibuat agar dapat mengetahui

struktur kesantunan bahasa yang digunakan

oleh media massa kususnya pada detik.com.

Oleh karena itu, objek penelitian ini di ambil

dari wacana media massa detik.com tentang

Jokowi di masa kecil sampai dengan

menjadi tokoh masyarakat. Melalui wacana

tersebut, kesantunan dalam berbahasa dari

media massa detik.com dapat dijelaskan

secara sistematis sesuai dengan hasil

analisis. Selain alasan tersebut, terpilihnya

wacana media massa detik.com sebagai

subjek dari penelitian ini, yaitu karena berita

yang dipublikasikan oleh detik.com selalu

menjadi berita terhangat dan terbaru, seperti

isu-isu tentang artis, pengusaha yang sukses,

dan bahkan kebangkrutan seorang bintang

dalam usahanya. Di samping itu, semua

berita yang ditayangkan tersebut juga tidak

pernah mendapatkan protes keras dari pihak

terkait. Hal itulah yang membuat peneliti

tertarik untuk mengetahui dan meneliti

kesantunan bahasa yang digunakan oleh

media massa detik.com dalam

menyampaikan wacana dan beritanya

kepada publik.

Penelitian tentang kesantunan

berbahasa memang sudah sering dilakukan

oleh beberapa peneliti. Berikut ini adalah

Page 4: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

242

beberapa penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti sebelumnya, pertama, yaitu

Ahmad Maulidi (2015) yang membahas

kesantunan berbahasa dalam media sosial

Facebook. Maulidi juga menggunakan teori

dari Leech untuk mengetahui kesantunan

berbahasa di dalam media sosial facebook

dan membahas maksim secara keseluruhan

seperti yang disebutkan oleh Leech. Akan

tetapi, penelitian ini masih mengkaji objek

berdasarkan tuturan dari facebook secara

langsung sehingga kajian kesantunan

berbahasa di dalam sebuah teks masih belum

bisa dipenehu karena teks yang dianalisis

merupakan bentuk tuturan dari informal dari

seseorang. Penelitian selanjutnya, yaitu

Hanum Sari (2017). Dalam penelitianya,

Sari membahas bagaimana kesantunan

berbahasa pada sebuah iklan. Sari juga

menggunakan teori kesantunan berbahasa

dari Leech untuk mendeskripsikan

kesantunan berbahasa dalam iklan televisi.

Penelitian tersebut telah menemukan

beberapa maksim yang berada di dalam

iklan televisi. Selain itu, Sari juga

menemukan beberapa pelanggaran

kesantunan dari keenam maksim tersebut.

Selanjutnya, penelitian tentang kesantunan

berbahasa juga pernah dilakukan oleh Diani

Febriasari dan Wenny Wijayanti (2018).

Penelitian tersebut dilakukan dengan

menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif dan menggunakan teori dari Leech.

Hasil penelitian tersebut telah menemukan

semua maksim yang telah di sebutkan oleh

Leech dan juga pelanggaran maksim yang

telah ditemukan pada data penelitianya.

Dari penelitian terdahulu yang telah

disebutkan di atas, penelitian-penelitian

tersebut ternyata masih banyak yang

membahas tentang kesantunan dalam

berbahasa yang mengacu pada tindak tutur

seseorang secara langsung dan masih belum

merambat ke dunia wacana seperti berita.

Hal inilah yang kemudian membuat peneliti

tertarik untuk mengetahui kesantunan bahasa

yang digunakan oleh media masa dalam

memberitakan sebuah peristiwa atau kisah

seseorang kepada publik. Dari kekosongan

ruang dalam kajian tersebut, Penelitian ini

dimaksudkan untuk mengisi kajian tentang

kesantunan berbahasa terkait bahasa yang

dipakai oleh media massa daring dalam

bentuk teks berita yang ditayangkan oleh

detik.com.

Penelitian ini mengambil objek

pemberitaan tentang kisah sejarah orang

nomor satu di Indonesia untuk dianalisis

dengan melihat segi makna yang terdapat

dalam unsur kebahasaan, seperti kata,

kalimat, dan juga klausa serta hubungan

antar kalimat sehingga dari hal itu bisa

diketahui dengan jelas kesantunan bahasa

yang dipakai oleh detik.com. Namun, untuk

mengetahui dan mengkaji teks dari media

massa detik.com. Penelitian ini

menggunakan teori kesantunan berbahasa

yang diutarakan oleh Leech (2014, hlm. 91).

Penggunaan teori tersebut dimaksudkan agar

bentuk bahasa yang sudah direkontruksi oleh

media massa dapat diklasifikasikan dan

dipahami maknanya. Hal itu dilakukan

karena media massa memperhalus bahasa

mereka sehingga ketika dipublikasikan tidak

menimbulkan masalah dalam kesantunan

berbahasa.

Kesantunan dalam berbahasa memang

sangat berpengaruh dalam berinteraksi satu

sama lain agar terjalin hubungan antar

sesama mahluk sosial. Hal tersebut sesuai

dengan apa yang dikatakan oleh Usman (

2015, hlm. 9) yang menjelaskan bahwa

kesantunan dalam berbahasa itu diperlukan

untuk menjalin hubungan yang baik antar

penutur dan lawan tutur agar bisa saling

berdampingan dalam berbicara. Selain hal

tersebut, melalui bahasa, seseorang juga bisa

dinilai baik dan buruk moralnya dan tingkah

lakunya. Namun, cerminan seseorang tidak

hanya bisa dilihat melalui sebuah tuturan

saja tapi dari tulisan dan teks juga bisa

diketahui tingkat kesopanan seorang. Dari

penjelasan tersebut, kesopanan dalam

berbahasa sangat diperlukan. Oleh karena

itu, prisnsip atau jenis-jenis kesopanan

dalam berbahasa dikatakan oleh Leech

Page 5: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

243

(2014, hlm. 91) yang mengatakan bahwa

strategi kesantunan itu ada 10 jenis.

Kesepuluh jenis tersebut sering dilakukan

dan juga dilanggar oleh manusia dalam

berkomunikasi sehari-hari. Hal itu disebakan

karena status sosial dalam hubungan

pertemanan, seperti hubungan teman dekat,

status sosial, dan sebagaianya. Salah satu

contohnya, yaitu ketika seseorang sudah

kenal akrab maka ketika menyapa akan

menggunakan kata lain dan bukan namanya

lagi seperti “ cok….. bagaimana

kabarmu?.” Dalam kasus ini, hubungan

keakraban sering melanggar batasan-batasan

moral dan kesopanan dalam berbahasa.

Namun apa pun alasannya, sebuah

kesantunan tetap diperlukan terlebih pada

media massa daring yang memberitakan

berbagai pihak, seperti kelompok politis,

pengusaha atau individu.

LANDASAN TEORI

Kesopanan dalam mengggunakan

bahasa sangat dipengaruhi oleh kehidupan

sosial budaya, seperti status sosial, politik,

ekonomi, pendidikan, dan sebagaianya. Dari

pengaruh kehidupan sosial tersebut maka

kesopanan dalam berbahasa juga mengalami

perbedaan. Oleh karena itu Leech (2014,

hlm. 91) menjelaskan bahwa strategi

kesantunan dalam berbahasa itu ada

beberapa tipe, yaitu pertama maksim

kebijakkan (tact Maxim). pada strategi ini,

Bahasa dipakai untuk mengatakan sebuah

tuturan dan tuturan tersebut memperhatikan

sebuah keuntungan yang maksimal pada

pihak lain. Hal tersebut seperti apa yang

dikatakan oleh Atibrata (2014, hlm. 14) yang

menjelaskan bahwa maksim kebijaksanaan,

yaitu maksim yang menguraikan bahwa

setiap orang yang menuturkan tuturan

melalui bahasa untuk meminimalkan

kerugian orang lain atau bisa dikatakan

memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.

Orang yang bisa melakukan hal tersebut

biasanya orang yang memiliki pribadi yang

sangat santun. Akan tetapi, Hal itu akan

terjadi jika maksim kebijakan ini terlaksana

dan mampu dilakukan oleh seseorang. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam contoh

berikut ini,

‘...coba saja suruh naikin layangan,

pasti enggak bisa...’

Contoh di atas menggambarkan tentang

adanya keuntungan yang diberikan oleh

seorang penutur pada mitra tutur dan

menggambarkan adanya sedikit kerugian.

Hal tersebut adalah salah satu contoh kecil

terkait maksim kebijakan.

Maksim berikutnya, yaitu Maksim

Kedermawanan. Bahasa yang masuk

kategori maksim tersebut biasanya

digunakan untuk menghindari dari rasa

sombong seseorang karena sesuatu yang ada

di dalam dirinya, seperti dermawan, rendah

hati, dan sebagaianya. Bahasa seperti itu

akan masuk ke dalam kriteria dari maksim

kedermawanan, yaitu sebuah bahasa yang

mencerminkan sifat kemurahan hati dari

seseorang dalam Bahasa Jawa disebut

dengan LOmAn yaitu baik hati. Slamet dan

Suwarno (2013, hlm. 47) mengatakan bahwa

maksim kemurahan hati merupakan maksim

yang menyatakan bahwa seseorang harus

mengurangi keuntungan diri sendiri, tetapi

memaksimalkan keuntungan untuk orang

lain. Hal itu sejalan dengan penjelasan dari

Alfi dan Farida (2019, hlm. 76) yang

mengatakan jika maksim kedermawanan

yaitu memberikan sebagaian besar

keuntungan untuk orang lain dan hanya

mengambil sekecil mungkin keuntungan

untuk diri sendiri. Dengan menggunakan dan

mengetahui penjelasan maksim ini,

penggunaan bahasa untuk menghargai orang

lain dapat tercipta dan hal ini akan terwujud

jika seseorang bisa mengurangi keuntungan

dalam dirinya dan memaksimalkan pihak

lain. Untuk lebih jelasnya terkait maksim

tersebut dapat dilihat pada contoh berikut

ini.

‘...dulu ia juga sering mengantarkan

Jokowi ke rumah pamannya di

Gondangrejo, Karanganyar...’

Maksim kedermawanan dalam contoh di

atas digambarkan oleh kata

Page 6: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

244

mengantarkan.kata tersebut menjelaskan

adanya kebaikan yang memaksimalkan

keuntungan untuk orang lain.

Selanjutnya, yaitu maksim

penghargaan. Dalam maksim ini, pemakaian

Bahasa bisa dipakai untuk melihat

kehidupan sosial seseorang yang selalu

santun pada sesama atau selalu berusaha

untuk menguntungkan atau menghargai

pihak lain. Menurut Febriasari dan Wenny

(2018, hlm. 142) maksim penghargaan yaitu

sebuah bahasa dalam tindak tutur yang

banyak menghargai orang lain. Semua itu

bisa terjadi jika orang yang menggunakan

Bahasa dalam berkomunikasi selalu

mencoba untuk menghargai orang lain. Hal

itu seperti yang dikatakan oleh Hanum Sari

(2017, hlm. 431) yang mejelaskan bahwa

saling menghargai akan muncul diantara

pembicara dan yang diajak bicara jika

keduanya sama-sama saling menghargai dan

paham dengan cara komunikasi yang baik.

Melalui adanya maksim ini, setiap penutur

bahasa akan terlihat bagaiman rasa

hormatnya pada orang lain. Berikut ini

adalah contoh dari maksim tersebut.

‘...Jokowi gemar menapak tilas ke

semua kampung yang pernah menjadi

bagian dari hidupnya itu. Ia juga rajin

menyapa teman-teman sepermainannya

waktu kecil...’

Dari kata-kata yang bercetak tebal tersebut

dapat dipahami tentang adanya makna yang

menyanjung atau menghargai seseorang

karena susuatu yang dimilikinya.

Kemudian, maksim selanjutnya, yaitu

Maksim Kerendahan Hati. Dalam maksim

kerendahan hati, sebuah tindak tutur atau

ucapan manusia dapat mencerminan

kerendahan hati seseorang dalam

menghormati seseorang. Dalam maksim ini,

tuturan seseorang ditandai dengan

banyaknya kecaman pada diri sendiri entah

itu pujian atau cacian (Kusno, 2015 hlm.

67). Pendapat serupa juga dijelaskan oleh

Alfi dan Farida (2019, hlm. 76) yang

menjelaskan bahwa maksim ini banyak

menunjukan adanya tentang sikap yang

sedikit dalam memuji diri sendiri dan

memperbanyak kecaman pada diri sendiri.

Contoh dalam kejadian seperti penjelasa

tersebut, yaitu adanya tuturan permohonan

maaf atas kesalahan diri sendiri kepada

seseorang atau sesuatu yang lebih

menguntungkan pada seseorang. Dari

penjelasan tersebut, penutur yang

berkomunikasi atau berinteraksi bisa terlihat

apakah bahasa yang digunakan tersebut

menghargai orang lain atau tidak karena

dalam tuturan seseorang jarang terlihat

menggunakan tuturan atau bahasa yang

merendahkan hati ketika berbicara atau

komunikasi kecuali ketika meminta maaf

atas terjadinya kesalahan.berikut ini adalah

contoh maksim kerendahan hati.

‘...Jokowi sering menghabiskan waktu

di sungai kalau berkunjung ke

Kragan...’

Makna kerendahan hati dalam contoh

tersebut dapat dipahami pada kata yang

bercetak tebal di atas yang memiliki arti

bahwa subjek telah merendahkan dirinya

untuk orang lain.

Maksim selanjutnya, yaitu Maksim

Persepakatan. Maksim tersebut merupakan

sebuah bahasa yang menjelaskan tindak

tutur yang membina atau mengarahkan

pengguna bahasa pada satu pemahaman

yang saling mengerti antara pendapat mitra

tutur dengan penutur. Pendapat serupa juga

dikatakan oleh Febriasar dan Wenny (2014,

hlm. 143) yang menjelaskan jika pada

maksim ini tindak tutur harus dijaga agar

bisa tercipta kemufakatan antara penutur dan

mitra tutur atau penulis dan pembaca.

Pendapat serupa juga diutarakan oleh Slamet

dan Suwarno (2013, hlm. 47) yang

mengatakan bahwa maksim persepakatan

menunjukan adanya tindak tutur yang saling

menghargai sehingga tercipta adanya

kesepakatan, contohnya ketika seseorang

sedang berbicara tentang suatu ususlan

terhadap masalah tertentu pasti ada yang

tidak setuju. Namun, untuk mencapai

persetujuan itu seseorang harus diskusi

dengan saling menghargai agar tercapainya

Page 7: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

245

sebuah persetujuan. Contoh berikut ini akan

membantu untuk memahami maksim

persepakatan

‘...kali Pepe menjelang sore. Bandi,...

langsung menuju sungai untuk bermain.

Tak ketinggalan di belakangnya Joko

Widodo...’

Rangkaian kata yang bercetak tebal di atas

merupakan rakaian kata yang menjelaskan

adanya makna kesepakatan yang dimaksud

dalam maksim persepakatan.

Maksim seanjutnya, yaitu maksim

Kesimpatihan. Maksim kesimpatihan

merupakan suatu tindak tutur yang

menunjukan adanya sifat kasih sayang

dalam diri manusia. Dalam maksim

keperhatian atau kesimpatihan ini, sebuah

keperhatian atau kesimpatihan seseorang

kepada orang lain dapat dilihat melalui

tuturan kata dan ekspresi wajah penutur.

Dalam hal ini yang dimaksud yaitu, penutur

tidak bersikap dingin tapi ramah dan

interaktif dengan orang yang diajak bicara

atau bisa dikatakan maksim ini adalah

sebuah perhatian dari penutur pada mitra

tutur. Alfi dan Farida (2019, hlm. 76)

menjelaskan bahwa maksim simpati atau

kesimpatihan adalah maksim yang

mengurangi antipati antara diri sendiri pada

orang lain dan memperbesar simpati pada

orang lain. Selain itu Sari (2017, hlm. 432)

juga mengatakan jika pada maksim

kesimpatihan ini bahasa yang digunakan

untuk bertutur harus dijaga dan lebih

menjunjung simpati terhadap orang lain

melalui bahasa yang digunakan untuk

bertutur dengan baik. Berikut ini adalah

contoh yang mengandung kata yang

memberikan makna simpati dan perhatian

pada orang lain.

‘...Bagaimana kabarnya? Sehat apa

enggak anak-anak?’ Ya, biasa… orang

Jawa...’

Contoh seperti yang telah ditunjukan di atas

merupakan kata-kata yang mengandung

makna untuk memperdulikan atau

bersimpati pada orang lain. Hal itu terlihat

dengan jelas pada rangkaian kata yang

bercetak tebal di atas.

Selanjutnya maksim keharusan atau

kewajiban. Pada maksim ini, bahasa yang

digunakan unutk bertutur kata menunjukan

adanya suatu keharusan yang harus

terpenuhi. Hal itu seperti yang di jelaskan

oleh Leech (2014, hlm. 95-96), yaitu bahasa

yang menjelaskan suatu keharusan yang

dilakukan untuk memberikan penghormatan

yang tinggi. Contohnya, yaitu ketika

seseorang meminta maaf atas kesalahanya

maka harus dimaafkan atau sesuatu yang

mengharuskan sesuatu untuk dilakukan.

Kemudian, maksim selanjutnya, yaitu

maksim opini. Leech (2014, hlm. 97)

menjelaskan bahwa maksim opini

merupakan sebuah maksim yang

menggambarkan adanya bahasa yang

dipakai untuk menyambaikan pendapat dan

opini, seperti menurut saya, dia berfikir, dan

sebagaianya. Berikut ini adalah contoh yang

telah detumukan dalam data.

‘...Menurut Bandi, selain bermain di

tepi sungai, Jokowi kecil senang

membuat terowongan dari tanah dan

naik sepeda...’

Dari tipe maksim yang telah disebutkan

dan dijelaskan di atas maka teori dari Leech

yang mengkaji tentang strategi kesantunan

berbahasa dipilih oleh peneliti untuk

mengkaji kesantunan berbahasa wacana

Jokowi dalam media massa daring

detik.com. Alasan tersebut didasarkan

karena pada saat ini media masa daring

lebih sering dibaca oleh banyak orang

daripada media masa manual, seperti koran

dan majalah sehingga berawal dari

permasalahan yang sudah dipaparkan di atas

maka penelitian ini mencoba untuk mencari

tahu beberapa jenis strategi kesantunan

berbahasa dari detik.com dan apa sajakah

bentuk maksim kesantunan yang dipakai

dalam media massa daring detik.com?

Melalui rumusan permasalah tersebut

peneliti dapat memberikan penjelasan terkait

hasil analisis yang sesuai dengan teori yang

sudah dipaparkan di atas. Selain rumusan

Page 8: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

246

masalah tersebut, penelitian ini juga

menggunakan metode, yaitu metode simak,

metode tersebut digunakan oleh peneliti

karena dalam proses pengumpulan data

tersebut membutuhkan kejelian dalam

menganalisis data. Untuk lebih jelasnya

terkait metode dapat dilihat pada penjelasan

di bawah ini.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian adalah metode simak dengan

menggunakan teknik lanjutan berupa teknik

bebas libat cakap dengan praktik unduh dan

catat karena sifat data yang berupa element

kebahasaan, seperti kata, kalimat, dan

klausa. Selain itu, metode dan teknik

tersebut merupakan salah satu metode yang

dipandang sangat sesuai oleh peneliti karena

proses dan langkah-langkah pengumpulan

data yang telah dilakukan oleh peneliti.

Adanya teknik dan metode tersebut

sangat membantu keakuratan dari data yang

terkumpul dari laman detik.com. Metode

simak tersebut merupakan metode

membutuhkan kejelian dalam pengamatan

dan penyimakan terhadap data tanpa harus

terjun lapangan. Penjelasan tersebut sesuai

dengan penjelasan dari Mahsun (2012, hlm.

92) yang mengatakan bahwa metode simak

adalah sebuah metode yang dilakukan demi

tercapainya sebuah data yang dibutuhkan

oleh peneliti dengan cara menyimak

penggunaan bentuk dari unsur bahasa baik

secara lisan maupun secara tulisan.

Sementara itu, dalam metode simak tersebut,

adanya teknik untuk melaksakan metode

sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, teknik

juga digunakam dalam penelitian ini.

Merujuk pada sifat data dan metode yang

digunakan untuk menganalisis data maka

tekniok yang digunakan, yaitu teknik bebas

libat cakap. Hal tersebut dilakukan karena

peneliti tidak terlibat secara langsung di

dalam lapangan untuk mengumpulkan data

tetapi hanya melakukan penyimakan tanpa

terlibat secara langsung. Untuk penjelasan

terkait dengan teknik tersebut, Sudaryanto

(2015, hlm. 204) menjelaskan jika teknik

bebas libat cakap dilakukan oleh peneliti

karena peneliti tidak terlibat dalam dialog

dan juga fisik dalam data. Artinya, dalam

menganalisis data, peneliti tidak melakukan

sesuatu yang mendukung adanya

keterlibatan peneliti secara lagnsung di

dalam data dan hanya melakukan

penyimakan terhadap data.

Kemudian, dari data-data yang telah

dikumpulkan oleh peneliti dari berita yang

publikasikan oleh detik.com. Peneliti juga

menggunakan metode Padan-Pragmatis

untuk memahami makna di dalam data.

Selain itu, penggunaan metode Padan-

Pragmatis juga dikarenakan sifat dari data

tersebut yang berupa teks berita dan

terbentuk dari unsur-unsur kebahasaan,

seperti kata, klausa, dan kalimat, yang sudah

diolah oleh media masa sehingga kata-kata

dan kalimat yang membentuk suatu bahasa

bisa memiliki kekuatan untuk mengarahkan

sudut pandang pembaca. Akibatnya, dari

berita tersebut, Munculah perbedaan

pemikiran atau pendapat di pemikiran

masyarakat luas yang membaca berita dari

media massa. Metode padan- pragmatis yang

telah dipakai oleh peneliti di atas sebenarnya

juga telah dijelaskan oleh Sudaryanto (2015,

hlm. 17) yang menjelaskan bahwa sebuah

kata atau kalimat yang menjadi objek dari

penelitian dan alat penentunya adalah

anggota dari tubuh orang yang mendengar

atau membaca hingga menimbulkan reaksi

atau emosi dari orang tersebut maka metode

tersebut termasuk metode Padan-Pragmatis.

Setelah proses analisis dari data tersebut

dilakukan oleh peneliti maka peneliti

kemudian ketahap berikutnya, yaitu

mengklasifikasikan atau memilah kata,

kalimat, dan klausa. Pengklasifikasian data

tersebut dilakukan agar dapat memperoleh

dan mengetahui makna yang dapat

menyampaikan pesan dengan sopan melalui

bahasa. Selain itu, analisis terhadap unsur-

unsur dari bahasa tersebut sangat diperlukan

agar pemahaman baik dari segi makna dan

arti dalam bahasa yang digunakan dalam

Page 9: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

247

kehidupan sosial saat ini bisa diungkapkan

secara akademis.

PEMBAHASAN Hasil penelitian terkait kesantunan

berbahasa berdasarkan teori dari Leech 2014

akan dijelaskan melalui uraian singkat yang

disertai dengan data atau kalimat yang sudah

diklasifikasikan untuk menjadi bukti dari

penerapan prinsip kesopanan berbahasa pada

media masa Online detik.com. Penjelasan

hasil tersebut akan dijelaskan berdasarkan

dengan urutan tipe pada landasan teori di

atas. Namun sebelum itu, penulis ingin

menegaskan bahwa data tersebut diambil

dari hasil cuplikan berita asli dari detik.com

dan tidak ada yang diubah sama sekali baik

itu tulisan ataupun bahasa yang dipakai oleh

detik.com. Oleh karena itu, data tersebut

sengaja dibiarkan asli dari sumber datanya

agar terlihat dengan jelas kesopan berbahasa

dari detik.com. Berikut ini adalah hasil

analisis dari kesopanan berbadaha dari

detik.com

1. Maksim kebijakan

Seperti yang telah disebutkan di atas

dan diterangkan apa yang dimaksud dengan

maksim kebijakan. Ada beberapa data yang

masuk dan teridentifikasi sebagai kategori

maksim kebijakan, dari data yang dianalisis

dan diambil dari detik.com tentang

pemberitaan kisah Jokowi. Berikut adalah

hasil dari data yang telah ditemukan

1) “Jokowi dan Bandi kebetulan

gandeng, sehingga hubungan di antara

kedua keluarga itu seperti

saudara.”(Gunawan, Deden dan

Durohman, 2017).

Dari kalimat di atas yang menandakan

kalau itu maksim kebijakan, yaitu terlihat

pada rangkaian kata Jokowi dan bandi, yang

kemudian disambung dengan kalimat

hubungan di antara keluarga itu seperti

saudara. Dari rangkaian kata-kata tersebut

terlihat bahwa ada pengurangan keuntungan

dari segi diri sendiri yaitu penutur untuk

memaksimalkan orang lain. Strategi

kesantunan tersebut sesuai dengan strategi

kesantunan berbahasa dari Leech 2014

2. Maksim kedermawanan

Pada maksim ini, sebuah rasa kebaikan

pada diri seseorang tergambarkan dengan

jelas melalui tuturan kata yang diucapkan

oleh seseorang. Hal itu disebabkan karena

prinsip pada maksim ini untuk mengurangi

keuntungan pada dirinya dan

memaksimalkan keuntungan pada pihak

lain. Maka, Pelaksanaan maksim

kedermawanan ini bisa dilihat pada data

yang telah ditemukan oleh peneliti seperti

berikut;

2) “Pada 2014 bibi Bandi ini bercerita, dulu

ia juga sering mengantarkan Jokowi ke

rumah pamannya di Gondangrejo,

Karanganyar.”(Nugroho, 2017).

Pada data di atas, tuturan yang berupa

kata mengantarkan ditandai sebagai kata

yang menjelaskan sebuah prinsip dari

maksim kedermawanan. Kata tersebut

mengandung makna yang menggambarkan

tentang adanya keuntungan berlebih untuk

pihak lain dari pada dirinya sendiri. Selain

prinsip tersebut, dalam kata itu juga

terlukiskan adanya sebuah ketulusan hati

dari seorang penutur untuk melakukan

kebaikan. Begitu juga dengan kalimat yang

ada di bawah ini, kalimat ini juga merupakan

contoh data yang sudah ditemukan sebagai

maksim kedermawanan.

3) “Saat Mas Jokowi menangis, saya yang

memboncengkannya ke rumah

pakdenya di Gondang,” kata

Tarti.”(Nugroho, 2017).

Dari kalimat yang menjadi contoh

temuan data tersebut, ada kata yang ditandai

sebagai maksim kedermanan, yaitu kata

memboncengkanya. Dalam konteks data di

atas, kata tersebut memiliki makna yang

menggambarkan adanya kebaikan seseorang

tehadapa orang lain. Hal inilah yang

dimaksud dengan memaksimalkan

keuntungan terhadapa orang lain dan

mengurangi keuntungan pada diri sendiri.

Page 10: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

248

3. Maksim penghargaan

Selanjutnya pada maksim penghargaan

juga ditemukan adanya sebuah data dan hasil

yang memiliki prinsip kesopanan dan

dipakai detik.com untuk memberitakan

berita orang nomer satu di Indonesia

tersebut. Sesuai dengan nama maksim

penghargaan, maka disini prinsip maksim

tersebut tergambarkan dengan sangat jelas

yaitu selalu berusaha unutk memberikan

keuntungan pada mitra tutur atau yang

dituturkanya.

4) “Jokowi, ujarnya, merupakan pribadi

pendiam saat masih kecil. Jokowi tidak

suka membaur bila ada kerumunan

orang. Ia memilih pulang ke rumah dan

istirahat.”(Nugroho, 2017).

Gambaran kesantunan berbahasa pada

data di atas dapat dilihat pada kata pendiam.

Makna dari kata pendiam dalam data di atas

lebih kemakna positif yaitu tidak nakal,

tidak ikut-ikutan. Hal itu bisa digambarkan

dengan jelas pada rangkaian kata yang

mengikutinya, yaitu Jokowi tidak suka

membaur bila ada kerumunan orang. Dari

rangkaian kata tersebut, Makna dari kata

pendiam bisa dilihat kalau kata tersebut

memiliki arti yang positif. Bukti terkait

adanya hal itu dapat dilihat dari kalimat

berikut.

5) “Manut banget. Enggak pernah nakal

dan enggak rewel sama sekali,” katanya

ketika ditemui detikX rumahnya, Dukuh

Demen, Desa Jeron, Kecamatan

Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.”

(Nugroho, 2017).

Kalimat-kalimat di atas di tandai

sebagai kata yang memiliki hubungan saling

terkait dalam membentuk makna yang

santun dalam menyampaikan arti. Hal itu

bisa dilihat pada kata manut banget. Makna

dari kata ini, yaitu memiliki arti yang sama

seperti kata mengerti dan tidak tidak

merepotkan. Kemudian, ada juga kata yang

mengandung strategi kesantunan berbahasa

yang menunjukkan arti penghargaan, yaitu

kata enggak pernah nakal dan dilanjutkan

dengan kata enggak rewel sama sekali

demikian juga dengan data yang ada pada

kalimat di bawah ini.

6) “Ketika menjadi pejabat tinggi, Jokowi

gemar menapak tilas ke semua

kampung yang pernah menjadi bagian

dari hidupnya itu. Ia juga rajin

menyapa teman-teman

sepermainannya waktu

kecil.”(Nugroho, 2017).

Pada data no. 6 di atas terdapat

rangkaian kata gemar manapak tilas dan

menyapa teman-teman sepermainanya.

Rangkaian kata tersebut mengandung makna

penghargaan yang telah diberikan oleh

penutur kepada seseorang. Dalam data yang

telah ditemukan di atas, media massa daring

detik.com terlihat sangat jelas sekali

memperhatikan kesantunan dalam bahasa

mereka untuk mengemas berita-berita yang

telah dipublikasikan. Hal itu dilakukan

karena mereka benar-benar menyadari

bahwa kesantunan dalam berbahasa sangat

penting. Selain itu, bahasa yang santun juga

bisa mempengaruhi semua orang yang

membaca tanpa disadari oleh pembaca.

4. Maksim kerendahan hati

Pada maksim kerendahan hati ini, ada

beberapa data yang sesuai dengan strategi

kesantunan dari maksim kerendahan hati.

Dalam maksim ini, bahasa yang digunakan

oleh penutur terkesan tidak sombong dengan

apa yang telah dikatakan kepada mitra tutur.

Pada contoh data berikut ini akan terlihat

dengan jelas seperti apa maksim kerendahan

hati itu.

7) “Sering dikasih kaleng sendok pasir,

anteng. Main saja begitu.”(Nugroho,

2017).

Pada data yang terlihat pada kalimat di

atas, kesantunan berbahasa yang dimaksud

dalam strategi dari maksim kerendahan hati

terlihat pada kata dikasih. Dalam data

tersebut, makna yang menggambarkan arti

kerendahan hati dari seseorang dapat terlihat

melalui makna dari kata tersebut. Kemudian,

pada data yang telah ditemukan di bawah ini

Page 11: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

249

juga bisa dilihat adanya maksim kerendahan

hati.

8) “Bandi mengatakan, suatu hari ia sedang

menjemput tamu di Bandara Adi

Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati

oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari

Jakarta. Jokowi pun menyapanya.”

(Nugroho, 2017).

Pada temuan data no. 8 di atas, ada kata

menjemput dan menyapa. Kedua kata

tersebut digunakan untuk melambangkan

suatu kerendahan hati untuk sebuah

solidaritas antara teman. Gambaran seperti

persaudaraan tersebut dapat dilihat dengan

makna yang terkandung dari kedua kata

tersebut.

5. Maksim persepakatan

Mendengar kata sepakat, pasti merujuk

pada sebuah perbedaan pendapat yang sudah

mencapai kesepakatan bersama. Dalam hal

ini, persepakatan juga masuk dalam kategori

maksim kesopanan. Di mana seorang

penutur mencoba untuk mencapai kecocokan

dengan mitra tutur. Berikut adalah data yang

sudah ditemukan oleh peneliti dalam

pemberitaannya.

9) “Jokowi yang pendiam saat masih kecil

juga dituturkan Mbok Yem, yang

mengasuh mantan Gubernur DKI Jakarta

itu dari belajar merangkak hingga

sekolah taman kanakkanak”. (Nugroho,

2017).

10) “Sama dengan di Kali Pepe, Jokowi

sering menghabiskan waktu di sungai

kalau berkunjung ke Kragan. Kragan

adalah sebuah desa yang terletak di

pinggir sungai terbesar di Pulau Jawa,

Bengawan Solo.”(Nugroho, 2017).

11) Waktu itu dia masih Gubernur DKI. “Lo,

Pakde, kok di sini?’ Dia merangkul saya.

Orang-orang pada heran. Dia

ngomong, “Bagaimana kabarnya? Sehat

apa enggak anak-anak?’ Ya, biasa…

orang Jawa,” kata Bandi.”(Nugroho,

2017).

Pada tuturan-tuturan yang telah

ditemukan di atas, ada rangkaian kata yang

ditandai sebagai kata strategi kesantunan

dari maksim persepakatan. Rangkaian kata-

kata tersebut telah bercetak tebal pada data

no 9, 10, dan 11. Ketiga kata-kata dalam

data tersebut disisipkan oleh detik.com

untuk memberikan gambaran tentang sebuah

kecocokan pemahaman atau kesamaan ide

yang terjadi antara penutur yang menjadi

nara sumber kisah Jokowi. Dari kalimat-

kalimat yang menjadi data tersebut, kata-

kata itu ditandai sebagai penggambaran yang

sesuai untuk maksim persepakatan.

6. Maksim keperhatian/kesimpatihan

Berbicara tentang adanya rasa perhatian

dalam tuturan atau wacana dapat dilihat

melalu strategi kesantunan bahasa yang

diutarakan oleh Leech (2014, hlm. 97), yaitu

maksim kesimpatihan. Dalam maksim

tersebut, bahasa yang dipakai untuk bertutur

atau bercerita menggambarkan adanya rasa

perhatian. Contohnya, saya bahagia, sedih

dan bangga. Untuk lebih jelasnya tentang

maksim tersebut dapat dilihat pada data-data

berikut ini.

12) “Sayang, ketika terjadi penggusuran

Kampung Cinderejo Lor pada 1970,

mereka berpisah. Bandi pindah ke

seberang kali, yang menjadi tempat

relokasi warga gusuran, sedangkan

Jokowi ke rumah baru di

Manahan.”(Nugroho, 2017).

13) “Jokowi juga sering ke rumah kakek

dan neneknya di Desa Kragan,

Gondangrejo. Sang kakek, Lamidi Wiryo

Miharjo, menjadi kepala desa selama

puluhan tahun di desa itu.”(Nugroho,

2017).

14) ‘Dia senang mencari burung sewaktu

SMA pakai katapel, sering mandi, dan

mencari ikan di sungai,” kata Heru

kepada detikX di Kragan.’(Nugroho,

2017).

Pada data yang telah ditandai sebagai

maksim kesimpatihan di atas, ada beberapa

data yang telah menggambarkan maksim

keperhatian disisipkan pada berita

detik.com. Rangkaian kata Sayang, ke

Page 12: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251

250

rumah kakek dan neneknya, senang,

merupakan sebuah ungkapan kata empati

atau gambaran rasa haru seseorang pada apa

yang dilakukan oleh orang lain. Hal itu dapat

dilihat pada data no. 12. Makna serupa

dengan data no. 12 juga dapat dilihat pada

rangkaian kata bercetak tebal pada data no.

13 dan 14.

7. Maksim opini

Maksim ini sering dimunculkan dalam

tindak tutur ataupun wacana, seperti koran,

majala, berita, dan sebagaianya. Menurut

Leech (2014, hlm. 97) menjelaskan bahwa

maksim ini merupakan sebuah maksim yang

menunjukan adannya penggunaan bahasa

yang digunakan untuk bertutur dalam

mengutarakan suatu pendapat seseorang.

Berikut ini adalah salah satu contoh temuan

data yang ditemukan dalam wacana

detik.com.

15) “...Bandi mengatakan, suatu hari ia

sedang menjemput tamu di Bandara Adi

Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati

oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari

Jakarta. Jokowi pun menyapanya....”

Kata mengatakan dalam data di atas

menggambarkan bahwa ada pendapat

seseorang yang dimasukkan ke dalam

wacana atau tuturan untuk mendukung dan

memperjelas adanya informasi yang

disampaikan oleh penutur.

PENUTUP

Dalam wacana tentang pemberitaan pak

Jokowi yang dilakukan oleh detik.com pada

16 dan 14 Januari 2017, pengemasan

kesantunan berbahasa pada media sosial

memang benar-benar dilakukan oleh media

massa terkait. Dalam penelitian ini, hal itu

dilakukan oleh media massa daring

detik.com. Alasan yang mendasari akan

terjadinya pengemasan bahasa tersebut,

yaitu kesantunan dalam berbahasa sangat

penting karena bisa mengubah sesuatu yang

baik menjadi buruk, dan yang buruk menjadi

baik. Akan tetapi, kesantunan yang telah

dilakukan oleh media massa daring

detik.com telah membuktikan jika media

massa juga menerapkan banyak sekali

strategi kesantunan dalam berbahasa untuk

menghindari konflik dan kesalahpahaman

arti.

Strategi kesantunan bahasa yang

dipakai oleh detik.com, yaitu maksim

kebijakan, maksim kesederhanaan, maksim

kedermawanan, maksim opini, maksim

kesimpatihan, maksim kerendahan hati, dan

maksim persepakatan. Maksim-maksim

tersebut digunakan oleh media massa daring

detik.com agar dalam berita tentang orang

nomor satu di negara ini tidak mengalami

keganjalan dan kesalahan dalam memahami

maksud yang ingin disampaikan. Selain itu,

dengan terbuktinya penggunaan strategi

kesantunan bahasa yang dipakai oleh

detik.com, dapat dijadikan bukti bahwa

media masa sangat memperhatikan sebuah

kesanatunan dalam mengemas bahasa ketika

menyampaikan berita mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Atibrata, T. G. (2014). kesantunan Dalam

Pidato Kampanye Barack Obama

Tahun 2012. (Tesis). Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada. Fairclough, Norman. (2013). Critical Discurse

Analysis: The Critical Study Of

Language. London and New York:

Longman Group Limited

Febriasari, D., & Wijayanti, W. (2018).

Kesantunan Berbahasa Dalam Proses

Pembelajaran Di Sekolah Dasar. 2(1).

Gunawan, Deden dan Durohman, I. (2017).

Masa Kecil dan Cerita-cerita

Tersembunyi tentang Jokowi. Retrieved

December 7, 2018, at 12:25 p.m. from

Detiknews.com website:

https://news.detik.com/berita/d-

3396869/masa-kecil-dan-cerita-cerita-

tersembunyi-tentang-jokowi.

Hanum Sari, R. (2017). Maksim Kesantunan

Berbahasa Dalam Wacana Iklan

Televisi. 5, Nomer3, 13.

Leech, Geoffrey. (2014). The Pragmatics of

Politeness . USA: Longman Group

Limited.

Page 13: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …

Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)

251

Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa:

Tahapan, Strategi, Metode dan

Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Maulidi, A. (2015). Kesantunan Berbahasa

pada Media Jejaring Sosial Facebook.

E-Journal Bahasantodea, 3(4), 42–49.

Nugroho, I. (2017). Jokowi Kecil, Pendiam

dan Susah Makan. Retrieved December

5, 2018, at 11:30 a.m. from detikx.com

website:

https://news.detik.com/x/detail/investig

asi/20170113/Jokowi-Kecil,-Pendiam-

dan-Susah-Makan/

Slamet, S. Y. dan S. W. A. (2013). Bentuk

TIndak Tutur Direktif Kesantunan

Berbahasa Mahasiswa di Lingkungan

PGSD Jawa Tengah; Tinjauan

Sosiopragmatik. Widyaparwa, 41(1),

41–52.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka

Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Sanata Darma University Press.

Usman, M. F. (2015). Kesantunan

Berbahasa Arsene Wenger Dalam

Konferense Pers. (tesis). Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Wardhaugh, Ronald dan Janet M., F. (2015).

An Introduction to Sociolinguistics.

UK: Blackwell Publishing.

Page 14: KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN …