KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN...

127
KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM MENANGGULANGI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA PERIODE 2015-2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) oleh: Hana Hanifah 11141130000071 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN...

KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN

AUSTRALIA DALAM MENANGGULANGI

ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA

PERIODE 2015-2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

oleh:

Hana Hanifah

11141130000071

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM

MENANGGULANGI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA

PERIODE 2015-2017

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil menjiplak hasil karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat,17 Januari 2019

Hana Hanifah

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Hana Hanifah

NIM : 11141130000071

Program Studi : Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM

MENANGGULANGI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA

PERIODE 2015-2017

dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Ciputat,17 Januari 2019

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Ahmad Alfajri, MA M. Adian Firnas, M.Si

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM

MENANGGULANGI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA

PERIODE 2015-2017

oleh

Hana Hanifah

11141130000071

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal

17 Januari 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Ahmad Alfajri, MA

NIP. Eva Mushoffa, MHSPS

NIP.

Penguji I, Penguji II,

Dr. Badrus Sholeh. MA

NIP. Kiky Rizky, M.Si

NIP.193303212008011002

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 Januari

2019.

Ketua Program Studi Hubungan Internasional

FISIP UIN Jakarta

Ahmad Alfajri, MA

NIP.

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepentingan Indonesia dalam

kerjasama intelijen menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia periode 2015-

2017. Masalah penelitian ini bermula pada 2014, di mana gerakan radikal ISIS

mulai meneror negara Indonesia. Kerjasama ini merupakan perpanjangan

hubungan dari Lombok Treaty, terlihat dari keseriusan kedua negara untuk

menanggulangi ancaman terorisme yang ada. Keseriusan tersebut diperjelas

dengan ditandatanganinya “MoU between the Government of the Republic of

Indonesia and the Government of Australia on Combating International

Terrorism” pada 21 Desember 2015.

Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah metode kualitatif

dan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi

pustaka yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel dan laporan resmi. Selain itu,

teknik pengumpulan data untuk skripsi ini melalui metode wawancara. Penulis

menggunakan konsep terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep

kerjasama internasional yang dianggap dapat menjawab pertanyaan penelitian.

Berdasarkan tiga konsep tersebut dapat diketahui alasan Indonesia memperkuat

kerjasama intelijen dengan Australia yaitu; ancaman terorisme yang dihadapi oleh

kedua negara dan Australia sebagai mitra strategis bagi Indonesia untuk

menanggulangi ancaman terorisme yang ada di Indonesia.

Kata Kunci: Indonesia, Australia, Kerjasama Intelijen, Terorisme, Kepentingan

Nasional, Kerjasama Internasional

v

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia yang

telah dianugerahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Skripsi ini. Selawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak

bantuan bimbingan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung dan

memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa mereka, apalah

daya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Berbagai pihak tersebut

diantaranya:

1. Keluarga penulis, terutama Orang Tua penulis Budiyanto dan Rohimi, serta

adik-adik penulis Farid Darmawan dan M. Nabil Falih terimakasih atas doa,

motivasi dan dukungannya baik secara moril maupun materil.

2. Bapak M. Adian Firnas, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya.

Terimakasih telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasihatnya selama

ini untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ahmad Alfajri dan Ibu Eva Mushoffa selaku Ketua dan Sekretaris

Prodi Hubungan Internasional.

4. Dosen-dosen dan segenap jajaran staff jurusan Hubungan Internasional UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas ilmu, nasihat dan motivasi yang

diberikan selama penulis menjalani masa perkuliahan.

vi

5. Ibu Denny Wulandari, KASI Kerjasama lembaga pemerintah BNPT selaku

narasumber, terimakasih atas ketersediaan waktu untuk menjawab pertanyaan-

pertanyaan untuk melengkapi data dari skripsi penulis.

6. Kak Andre, senior yang bersedia menjadi meluangkan waktunya untuk

menjadi teman diskusi bagi penulis. Terimakasih atas masukannya kak!.

7. Teman rasa nano-nano; Atun, Risfi, Tirana. Teman terbaik yang selalu hadir

disaat suka dan duka. Terimakasih sudah memberikan rasa “manis, asam, asin

rame rasanya” selama penulis menjalani masa perkuliahan.

8. Kepada teman-teman HI kelas C; Afif, Alif, Akbar, Andam, Aqil, Aria,

Arkan, Bimo, Dea, Hanin, Imtiyaz, Jaka, Jaya, Leha, Messa, Mayang, Nanda,

Nada, Oby, Ola, Sasa, Tara, Thifa, Unggul, Yakub, Yuana dan Yusti.

9. Kepada teman KKN khususnya Syahra, Woro, Kibo, Ulum. Terimakasih atas

persahabatan yang terjalin selama satu bulan semoga bisa terus memotivasi

sampai kapanpun.

10. Teruntuk Dwi Sakti K, yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan

dukungan kepada penulis selama tiga tahun terakhir.

11. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu. Semoga segala doa, dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan

dari Allah SWT dan menjadi amal kebaikan.

Dengan segala kerendahan dan kekhilafan, penulis mohon maaf atas

kekurangan dan kesalahan dari penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan

saran penulis terima demi perbaikan penelitian ini di masa mendatang. Terima

kasih.

Depok 2019

Hana Hanifah

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….x

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Pernyataan Masalah ........................................................... 1

1.2. Pertanyaan Penelitian.........................................................10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................10

1.4. Tinjauan Pustaka ...............................................................11

1.5. Kerangka Teoretis..............................................................14

1.5.1 Terorisme…………...……………………......…. 15

1.5.2 Kepentingan Nasional…...…...…….……............ 17

1.5.3 Kerjasama Internasional.........................................18

1.6 Metode Penelitian ............................................................ 20

1.7 Sistematika Penulisan ...................................................... 22

BAB II TERORISME DAN ANCAMAN TERHADAP NEGARA

2.1. Terorisme Secara Umum………………………………. 26

2.2. Terorisme di Asia Pasifik ……………………………… 31

2.2.1. Terorisme di Australia………………...…………34

2.2.2. Terorisme di Indonesia……………..……………39

2.2.3.

viii

BAB III DINAMIKA KERJASAMA INTELIJEN ANTARA INDONESIA

DAN AUSTRALIA

3.1. Sejarah Hubungan Indonesia dengan Australia............... 47

3.1.1 Masa Orde Baru……………………………..…..48

3.1.2 Masa Reformasi………………………………...53

3.2. Kerjasama Intelijen Indonesia dengan Australia……… 60

BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA KERJASAMA INTELIJEN

DENGAN AUSTRALIA PERIODE PERIODE 2015-2017

4.1. Ancaman Keamanan Indonesia dan Australia……..……72

4.2. Australia Sebagai Mitra Strategis Indonesia……………80

BAB V KESIMPULAN.............................................................................88

DAFTAR PUSTAKA ………………………..…………………………..…. xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1. Indeks terorisme di Indonesia……………………………………5

Gambar 2.1. Gedung World Trade Center Akibat Serangan Teroris………29

Gambar 2.2. Gedung Pentagon Akibat Serangan Teroris…………………...29

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Aksi Terorisme di Australia……………………………………38

Tabel 2.2. Aksi Terorisme di Indonesia……………………………………44

xi

DAFTAR SINGKATAN

ADF Australian Defence Force

AFP Australian Federal Police

AUSTRAC Australian Transactions Report and Analysis Center

BIN Badan Intelijen Negara

BNPT Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

FTF Foreign Terrorist Fighters

ISIS Islamic State of Iraq and Syria

JCLEC Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation

MoU Memorandum of Understanding

PBB Perserikatan Bangsa - Bangsa

Polri Kepolisian Republik Indonesia

PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan

TNI Tentara Nasional Indonesia

WNA Warga Negara Asing

WNI Warga Negara Indonesia

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil wawancara dengan Danny Wulandari dari Badan

Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia

Lampiran 2 Perkembangan Kerjasama Anti Terorisme RI-Australia

Lampiran 3 MoU between the Government of the Republic of Indonesia

and the Government of Australia on Combating

International Terrorism

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Pernyataan Masalah

Pembahasan skripsi ini berfokus pada penguatan hubungan

kerjasama intelijen antara Indonesia dengan Australia dalam upaya

menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia. Hubungan kerjasama

tersebut dimulai pasca-insiden Bom Bali I pada tahun 2002. Hubungan

negara ini menarik untuk dibahas, sebab hubungan kedua negara tersebut

bersifat fluktuatif, di suatu periode hubungan yang terjalin telihat baik,

namun di periode lainnya bertolak belakang dengan periode sebelumnya.

Namun, adanya peristiwa teroris yang terjadi di Indonesia membuat

Indonesia dan Australia memperkuat hubungan kerjasama di bidang

intelijen.

Intelijen merupakan salah satu instrumen penting bagi pelaksanaan

kekuasaan negara. Intelijen juga merupakan hasil dari proses

pengumpulan, perangkaian, evaluasi, analisis, integrasi dan interpretasi

dari seluruh informasi yang didapatkan dari isu keamanan nasional.

Singkatnya, intelijen merupakan inti dari pengetahuan yang mencoba

membuat prakiraan dengan cara menganalisis informasi terkini yang

nantinya akan dijadikan ukuran dari kebijakan dan tindakan yang akan

dibuat. Dalam sistem keamanan nasional, intelijen berperan sebagai sistem

2

peringatan dini untuk mencegah terjadinya situasi mendadak yang dapat

mengancam keamanan negara.1

Ancaman terorisme menjadi tantangan berat bagi lembaga intelijen

di sebuah negara, tidak terkecuali di Indonesia. Adanya ancaman ini tidak

hanya mengancam situasi domestik di suatu negara, melainkan akan

mengancam keamanan negara lainnya. Aksi terorisme tidak akan berjalan

tanpa adanya pendanaan yang cukup. Dalam hal ini lembaga intelijen

memiliki tugas utama untuk melacak dan menghentikan aliran pendanaan

yang membantu aksi terorisme.2

Kasus terorisme yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2001

berdampak pada sistem keamanan internasional. Tragedi tersebut

memunculkan pandangan baru mengenai keamanan dan ancaman nasional

yang menyebabkan perubahan politik intenasional negara-negara di dunia.

Pada tahun 2002 Indonesia digemparkan oleh banyaknya serangan

bom di berbagai wilayah. Peristiwa yang sangat menghebohkan adalah

Bom Bali yang menelan banyak korban jiwa, korbannya tidak hanya

warga negara Indonesia itu sendiri melainkan banyak warga asing yang

sedang berlibur di Bali. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka –

1Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-2004

(Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 1. 2

Ali Abdullah Wibisono, Reformasi Intelijen dan Badan Intelijen Negara

(Jakarta: Institute for Defense, Security and Peace Studies (IDSPS) Press, 2009), 16.

Tersedia di

https://www.dcaf.ch/sites/default/files/publications/documents/6.%2520Indonesian%252

0Intelligence%2520and%2520SSR.pdf

3

luka akibat peristiwa tersebut, 88 korban di antaranya berstatus

kewarganegaraan Australia.3

Setelah peristiwa tersebut negara – negara tetangga memberikan

bantuan ke Indonesia. Beberapa diantaranya bahkan menjalin hubungan

kerjasama dalam pemberantasan terorisme, termasuk Australia. Pada

tanggal 16 Oktober 2002, Indonesia dan Australia telah sepakat

mendirikan Joint Investigation and Intelligence Team to Investigate the

Bali Bombing.4

Dalam kerjasama ini, pihak Indonesia diwakili oleh

Kepolisian Republik Indonesia dan Australia diwakili oleh Australian

Federal Police (AFP), adapun tujuan dari kerjasama ini untuk membentuk

badan intelijen anti teror, guna mengungkap Kasus Bom Bali 1.

Selain Bom Bali, terjadi aksi-aksi teror di Indonesia selama

periode 2014 sampai 2016. Dalam kurun waktu tersebut, aktivitas

terorisme di Indonesia bersifat fluktuatif, penurunan terjadi pada tahun

2014 sampai 2015 sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 aktivitas

terorisme di Indonesia mengalami peningkatan. Menurut Kapolri Tito

Karnavian, meningkatnya aktivitas terorisme bisa terjadi karena dua

3Budi Riza,” Howard: Jumlah Korban Bom Bali Asal Australia 88 Orang”,

Tempo https://dunia.tempo.co/read/34364/howard-jumlah-korban-bom-bali-asal-

australia-88-orang diakses pada Sabrtu 17 Maret 2018. 4

Australian Foreign Minister Affairs,”Joint Investigation and Intelligence Team

to Investigate the Bali Bombing”, tersedia di

https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada Sabtu 17

Maret 2018.

4

kemungkinan, yakni; serangan terorisme yang meningkat atau upaya aktif

yang dilakukan oleh pihak Kepolisian.5

Pada tahun 2014 aktivitas terorisme cenderung menurun, tetapi

intimidasi yang mengarah ke ancaman-ancaman tetap berlangsung. Kepala

Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengatakan, bahwa

kelompok teroris tidak tertarik dengan momen pemilu, namun teror

gangguan keamanan tetap berlangsung. Contoh kelompok yang terus

melakukan gangguan adalah kelompok Mujahiddin Indonesia Barat (MIB)

dan Mujahiddin Indonesia Timur (MIT).6 Walaupun demikian, Indonesia

juga tetap siaga mengenai adanya pergerakan kelompok radikal ISIS yang

menjadi sorotan utama di tahun 2014. Salah satu teror yang dilakukan

kelompok tersebut adalah dengan melakukan pembaiatan pendukung ISIS

di Gedung Syahida Inn pada tanggal 6 Juli 2014.7 Selain deklarasi, oknum

ISIS juga membagikan pamflet berupa ajakan bagi muslimah untuk

menjadi budak seks bagi mujahidin ISIS agar bersemangat untuk

memerangi kafir.8

5 “Tiap tahun, jumlah teroris di Indonesia terus meningkat” Viva tersedia di

https://www.viva.co.id/berita/nasional/991894-tiap-tahun-jumlah-teroris-di-indonesia-

terus-meningkat diakses pada 23 Januari 2019. 6Andylala Waluyo, “BIN: Aktivitas Terorisme Di Indonesia Sedang Tiarap”,

Voice of America Indonesia https://www.voaindonesia.com/a/bin-aktivitas-terorisme-di-

indonesia-sedang-tiarap-/1880284.html diakses pada 15 April 2018. 7

Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN” Tempo tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-isis-di-

uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

8 “Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN” Tempo tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-isis-di-

uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

5

Aktivitas terorisme tahun 2015 cenderung menurun dibandingkan

dengan tahun-tahun sebelumnya. Anggota Densus 88 melakukan upaya

penangkapan terduga di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa

Timur. Para terduga terorisme tersebut telah menyiapkan aksi teror dengan

nama sandi „konser akhir tahun‟. Sedikitnya enam orang telah ditangkap,

diketahui bahwa mereka merupakan kelompok „jaringan Abu Jundi‟.9

Gambar I.1. Indeks terorisme di Indonesia

Sumber: Tradingeconomics.com10

Aktivitas terorisme di tahun 2016 kembali meningkat, pada awal

2016 Indonesia digemparkan dengan aksi teror bom di kawasan MH

Thamrin, Jakarta Pusat. Ledakan terjadi di dua tempat yakni tempat parkir

9“Terduga Teroris Siapkan Serangan „Konser Akhir Tahun”, BBC Indonesia

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151220_indonesia_teroris

diakses pada 15 April 2018.

10Global Terrorism Index, https://tradingeconomics.com/indonesia/terrorism-

index diakses pada 15 April 2018.

6

Menara Cakrawala, gedung parkir sebelah utara Sarinah dan pos polisi

depan gedung tersebut. Dalam peristiwa ini sedikitnya delapan orang

(empat orang pelaku penyerangan dan empat warga sipil) dilaporkan tewas

dan 24 lainnya luka-luka.11

Selama tahun 2016 tercatat bahwa Tim Datasemen Khusus 88

Antiteror Polri menangkap 170 orang yang diduga sebagai teroris, jumlah

ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya

berjumlah 82 orang. Menurut Kepala Polri Jendral Tito Karnavian saat

memaparkan catatan akhir tahun Polri di Mabes Polri, Jakarta Selatan

kepada tim CNN Indonesia, dari 170 orang tersangka yang ditangkap

dalam kasus terorisme, sebanya 40 orang telah divonis di pengadilan.

Sedangkan 130 tersangka lainnya ada yang dikembalikan ke keluarga, ada

yang sedang menjalani proses sidang , tahap penyidikan dan meninggal

dunia.12

Pada tahun 2017 Indonesia dikejutkan dengan adanya ledakan

yang terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Dalam

kejadian tersebut setidaknya 15 orang teridentifikasi menjadi korban

dalam peristiwa tersebut, 10 orang mengalami luka-luka, 3 orang

diantaranya dari pihak kepolisian meninggal dunia dan dua orang yang

11

Eko Nordiansyah, “8 Korban Tewas Bom Thamrin, 4 Pelaku dan 4 warga

Sipil”, Metrotv News, http://news.metrotvnews.com/read/2016/01/17/471234/8-korban-

tewas-bom-thamrin-4-pelaku-dan-4-warga-sipil diakses pada 20 Mei 2018.

12Martahan Sohuturon,”Polri Tangkap 170 Terduga Teroris Sepanjang 2016”,

CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161228201036-12-

182749/polri-tangkap-170-terduga-teroris-sepanjang-2016 diakses pada 20 Mei 2018.

7

diduga sebagai pelaku.13

Melalui kantor berita Amaq, kelompok ISIS

mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa tersebut yang dilakukan oleh

anggotanya.14

Sepanjang tahun 2017, Detasemen Khusus 88 (Densus 88)

menangkap 172 terduga teroris. Jumlah ini mengalami peningkatan di

setiap tahunnya. Menurut Kepala Polri Jendral Tito Karnavian, 68 orang

terduga teroris masih dalam tahap penyidikan Densus 88, 76 orang dalam

tahap persidangan, 10 orang sudah dijatuhi vonis, 16 orang meninggal

dunia dalam masa penangkapan dan 2 lainnya meninggal akibat bunuh

diri.15

Hubungan antara Indonesia dan Australia sering kali pasang surut

dari waktu ke waktu. Dalam periode tertentu hubungan kedua negara

tersebut telihat baik, namun di periode lain berubah menjadi penuh

ketegangan dan rasa saling curiga.16

Menurut Jamie Mackie, hubungan

antara Indonesia dengan Australia mengalami pasang surut karena adanya

perbedaan yang menonjol dalam segi ekonomi, jumlah penduduk, etnis,

13

Ihsannudin, ”Begini Kondisi Polisi Korban Bom Kampung Melayu di RS

Polri”Kompas tersedia di

https://nasional.kompas.com/read/2017/05/25/19035331/begini.kondisi.polisi.korban.bom

.kampung.melayu.yang.dirawat.di.rs.polri diakses pada 26 Desember 2018. 14

Niken Purnamasari, “ISIS Klaim Bertanggung Jawab Bom Kampung Melayu”

DetikNews, tersedia di https://news.detik.com/berita/3511642/isis-klaim-tanggung-

jawab-bom-kampung-melayu diakses pada 26 Desember 2018. 15

Martahan Sohuturon, “Sebanyak 172 terduga teroris dicokok sepanjang 2017”

CNN tersedia di https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171229214717-12-

265633/sebanyak-172-terduga-teroris-dicokok-sepanjang-2017 diakses pada 20 Januari

2019. 16

Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim,” Security Complex Indonesia-

Australia dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara”, Jurnal Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik (JSP), Vol. 19, No. 2 (November 2015),1.

8

budaya dan agama. Terdapat beberapa hal yang sangat dikhawatirkan oleh

Australia, yakni: ancaman teroris muslim, masuknya para pengungsi dari

wilayah konflik di Indonesia dan kasus Papua.17

Banyaknya peristiwa terorisme yang terjadi di Indonesia dapat

dijadikan sebagai landasan bagi kedua negara untuk memperkuat

kerjasama dengan melakukan kerjasama kontra teroris, walaupun

hubungan kedua negara sering kali mengalami pasang surut. Hal tersebut

terbukti, setelah adanya Joint Investigation and Intelligence Team to

investigate the Bali bombing pada oktober 2002, Indonesia dengan

Australia memperkuat kerjasama kontra-teroris. Pada tahun 2004,

didirikan Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di

Akademi Kepolisian (AKPOL) yang bertempat di Semarang. JCLEC

dibentuk untuk dijadikan sebagai pusat pelatihan dan penegakan hukum

yang bertujuan untuk merespon ancaman terorisme di Indonesia.18

Dari peristiwa bom Bali yang terjadi pada tahun 2002, terdapat

beberapa kerjasama kontrateroris yang dilakukan oleh Indonesia dan

Australia. Pada 21 Desember 2015 Indonesia melakukan pertemuan 2+2

dengan Australia, dalam pertemuan tersebut Indonesia menitikberatkan

pada upaya penguatan kerjasama maritim. Tidak hanya itu, dalam

17

Jamie Mackie, Australia and Indonesia Current Problems, Future Prospects

(Australia: Lowy Institute for International Policy, 2007), 7. Tersedia di

https://www.files.ethz.ch/isn/87133/2007-09-06.pdf, 18

Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation,”about”, tersedia di

https://www.jclec.org/about diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018.

9

pertemuan 2+2 tersebut adanya penandatanganan MoU between the

Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia

on Combating International Terrorism. Isi dalam MoU tersebut mencakup

kerjasama intelijen dan peningkatan kapasitas antarlembaga dalam

memerangi terorisme.19

Dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat

untuk melakukan berbagai kerjasama yang kongkrit terkait dengan

penanganan terorisme dalam bidang intelijen, seperti; pertukaran

informasi, pelatihan/pembangunan kapasitas (capacity building) dan

bantuan teknis (technical assistance) jika hal tersebut diperlukan.

Dari penjelasan tentang intelijen dan dinamika hubungan

kerjasama Indonesia Australia menunjukkan, bahwa adanya peristiwa

terorisme dapat mengubah hubungan yang sebelumnya merenggang kini

kian membaik. Oleh karena itu, menarik untuk dianalisis mengapa

Indonesia melakukan kerjasama intelijen dengan Australia dalam

menanggapi ancaman terorisme.

19

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,”Pertemuan 2+2 Indonesia-

Australia Majukan Kerja Sama Maritim” tersedia di

https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-Australia-Majukan-

Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018.

10

1.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pada penjelasan pernyataan masalah tentang

penjelasan Intelijen dan dinamika hubungan kerjasama Indonesia

Australia, maka masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan

penelitian berikut: “Mengapa Indonesia memperkuat kerjasama intelijen

dengan Australia pada periode 2015-2017?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis kerjasama intelijen Indonesia dengan Australia

dalam menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia.

2. Untuk mengetahui dinamika hubungan Indonesia dengan Australia

terutama dalam bidang intelijen pada tahun 2015-2017.

Sedangkan manfaat penelitian ini sebagai berikut:

1. Menambah informasi serta pengetahuan bagi mahasiswa

Hubungan Internasional yang berkaitan dengan kerjasama intelijen

dalam menanggulangi ancaman terorisme.

2. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan

dan tinjauan pustaka bagi mahasiswa Hubungan Internasional.

11

1.4. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka yang pertama bersumber dari International

Journal of Management and Applied Sciences oleh Seniwati dan Andi

Alimuddin yang berjudul The United State – Indonesian Military

Relationship in Countering Terrorism in Indonesia.20

Jurnal ini membahas

tentang bagaimana Indonesia melakukan kerjasama dengan dunia

internasional khususnya dengan negara Amerika Serikat dalam memerangi

terorisme di Indonesia.

Kerjasama Indonesia dengan Amerika dalam melawan terorisme

terbagi menjadi dua bidang, yaitu: militer dan pendidikan. Dalam bidang

militer program yang dilakukan meliputi pelatihan mengenai cara

mendeteksi bom, menyelidiki tempat kejadian perkara (TKP),

mengamankan bangunan dan memperkuat keamanan maritim. Dalam

bidang pendidikan yaitu penelitian, memberikan kebutuhan pelatihan dan

memberikan instruktur untuk mengajarkan pelatihan.

Perbedaan penelitian ini dengan jurnal Seniwati dan Andi

Alimuddin terletak pada negara yang bekerjasama dengan Indonesia.

Jurnal Seniwati dan Andi Alimuddin berfokus pada kelanjutan bantuan

militer AS ke Indonesia terkait kampanye Global War on Terror yang

dilakukan oleh Bush. Namun, skripsi ini lebih berfokus pada dampak

20

Seniwati dan Andi Alimuddin, “The United State – Indonesian Military

Relationship in Countering Terrorism in Indonesia” International Journal of

Management and Applied Sciences, 2016.

12

peristiwa Bom Bali yang akhirnya membuat Indonesia dan Australia

menjalin kerjasama intelijen guna menanggulangi terorisme di Indonesia.

Persamaan jurnal Seniwati dan Andi Alimuddin dengan penelitian

ini adalah sama – sama membahas mengenai kerjasama dalam

menanggulangi terorisme di Indonesia. Selama ini Indonesia melakukan

kerjasama dengan negara – negara lain dan organisasi internasional untuk

memerangi terorisme. Jurnal ini sangat dibutuhkan sebagai sumber acuan

untuk membantu menggambarkan kerjasama yang dilakukan oleh

Indonesia dalam menanggulangi terorisme.

Tinjauan pustaka yang kedua bersumber dari Jurnal Elektronik

Universitas Udayana oleh I Made Yuda Hardiana, Suksma Sushanti dan

Idin Fasisaka yang berjudul Kerjasama Kontra – Terorisme Antara

Australia dengan Indonesia dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme di

Indonesia (2002 – 2008).21

Jurnal ini membahas tentang bagaimana

dinamika kerjasama kontra terorisme antara Australia dengan Indonesia

dalam menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia.

Hubungan Indonesia antara Indonesia dengan Australia

mempunyai hubungan yang unik, hal ini disebabkan oleh adanya

perbedaan politik, budaya, cara pandang dan tingkat pertumbuhan

ekonomi. Terlepas dari adanya perbedaan dan hubungan yang sering kali

21

I Made Yuda Hardiana, Suksma Sushanti dan Idin Fasisaka, “Kerjasama

Kontra-Terorisme Antara Australia Dengan Indonesia Dalam Menanggulangi Ancaman

Terorisme Di Indonesia (2002-2008)”, Jurnal Elektronik Universitas Udayana.

13

mengalami pasang surut, kedua negara tersebut selalu berupaya menjalin

hubungan yang strategis (Strategic Partnership).

Perbedaan penelitian ini dengan jurnal I Made Yuda Hardiana,

Suksma Sushanti dan Idin Fasisaka terletak pada periode yang dibahas.

Selain itu kerjasama yang dibahas lebih umum, kerjasama kontra teroris

meliputi peningkatan kapabilitas polisi (capacity building), agen intelijen

(sharing intelijen) dan penguatan kantor imigrasi dan bea cukai serta

keamanan laut. Namun, skripsi ini hanya berfokus pada penguatan

kerjasama intelijen antara Indonesia dan Australia.

Persamaan jurnal oleh I Made Yuda Hardiana, Suksma Sushanti

dan Idin Fasisaka dengan penelitian ini adalah sama – sama membahas

dinamika hubungan antara Australia dan Indonesia. Jurnal ini sangat

dibutuhkan sebagai sumber acuan untuk membantu menggambarkan

dinamika hubungan Indonesia dan Australia.

Selain dua penelitian tersebut, terdapat tesis yang berkaitan dengan

penelitian ini. Tesis yang dikemukakan oleh Heggy Kearens yang berjudul

Kebijakan Luar Negeri Australia terhadap Indonesia: Kebijakan Kontra-

Terorisme Pasca Serangan Bom Bali I (2002 – 2008).22

Tesis ini

membahas tentang kebijakan luar negeri Australia terkait strategi

22

Heggy Kearens, Kebijakan Luar Negeri Australia terhadap Indonesia:

Kebijakan Kontra-Terorisme Pasca Serangan Bom Bali I (2002 – 2008) (Universitas

Indonesia: Jakarta 2012).

14

kontrateror yang diterapkan di Indonesia mengacu pada kebijakan soft

approach ketimbang penanganan teror secara hard-approach.

Dalam penanganan kontrateror Australia terhadap Indonesia

dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal

meliputi aktor pemerintah, aktor non-pemerintah (opini publik).

Sedangkan faktor eksternalnya adalah hubungan khusus yang dimiliki oleh

Australia dengan Inggris dan Amerika Serikat serta situasi global.

Perbedaan penelitian ini dengan tesis Heggy Kearens terletak pada

pengaruh kebijakan luar negeri Australia terhadap Indonesia yang

dipengaruhi beberapa faktor, seperti tergantung dari siapa yang

memerintah, aktor non pemerintah, opini publik dan hubungan khusus

yang dimiliki oleh Australia.

Persamaan tesis Heggy Kearens dengan penelitian ini sama – sama

membahas mengenai kerjasama pertahanan yang dijalin oleh Indonesia

dengan Australia. Kerjasama pertahanan yang akan dibahas meliputi

sejarah kerjasama pertahanan sebelum peristiwa Bom Bali I dan kerjasama

keamanan pasca Bom Bali I.

1.5. Kerangka Teoretis

Sebagai kerangka berpikir, penelitian ini menggunakan konsep

terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama

internasional untuk menjelaskan Kerjasama Intelijen Indonesia dan

Australia dalam Menanggapi Terorisme di Indonesia Periode 2014 – 2017.

15

Konsep tersebut dianggap cocok untuk menjelaskan hal – hal yang

berkaitan dengan penelitian ini.

1.5.1. Terorisme

Konsep “teror” dan “terorisme” merupakan masalah signifikan

yang sedang dihadapi oleh dunia. Tujuannya adalah untuk mencapai suatu

tujuan dari individu atau kelompok tertentu dengan menyebarkan teror.

Definisi dari terorisme bermacam-macam, hal tersebut dikarenakan motif

dan tujuannya juga bermacam-macam. Pengertian umum mengenai

terorisme menurut Schmid, A. P dan Albert J. Jongman adalah:

“Terrorism is an anxiety-inspiring method of repeated violent

action, employed by (semi-) clandestine individual, group, or state

actors, for idiosyncratic, criminal or political reasons, whereby-in

contrast to assassination-the direct targets of attacks are not the

main targets. The immediate human victims of violence are

generally chosen randomly (targets of opportunity) or selectively

(representative or symbolic targets) from a target population, and

serve as message generators. Threat-and violence-based

communication processes between terrorist (organization),

(imperiled) victims, and targets are used to manipulate the main

target (audience(s), turning it into a target of terror, a target of

demands, or a target of attention, depending on whether

intimidation, coercion, or propaganda is primarily sought.”23

Menurut Resolusi Majelis Umum PBB, terorisme didefinisikan

dengan;

“Criminal acts intended or calculated to provoke a state of terror

in the general public, a group of persons or particular persons for

political purposes are in any circumstance unjustifiable, whatever

the considerations of a political, philosophical, ideological, racial,

23

Alex P. Schmid dan Albert J. Jongman, Political Terrorism (Routledge:

London dan New York 1988), 28.

16

ethnic, religious or any other nature that may be invoked to justify

them”24

Terorisme yang terjadi pada saat ini adalah bagian dari “terorisme

gelombang keempat”. Pada dasarnya tujuan utama dari setiap gelombang

dari terorisme adalah revolusi, tetapi revolusi dipahami secara berbeda dari

setiap gelombang. 25

Menurut David C. Rapoport dalam The Four Waves

of Modern Terrorism terdapat empat gelombang dari terorisme.

Gelombang pertama dimulai pada akhir abad ke 19, kelompok

teroris pada gelombang ini berusaha untuk mengubah sistem pemerintahan

yang otoriter, contoh pemerintahan Czar Alexander II.26

Gelombang kedua

waktu periode 1920-1960, pada gelombang ini muncul kelompok-

kelompok yang menerapkan prinsip national self-determination.27

Gelombang ketiga waktu periode 1960-1990, kelompok-kelompok pada

gelombang ini umumnya berideologi sayap kiri.28

Gelombang keempat

atau yang disebut juga dengan “gelombang keagamaan”. Unsur-unsur

keagamaan penting dalam memahami teror di era modern, hal tersebut

24

United Nation, General Assembly A/RES/49/60 84 th plenary meeting 9

December 1994 http://www.un.org/documents/ga/res/49/a49r060.htm diakses pada 16

April 2018. 25

David C. Rapoport, The Four Waves of Rebel Terrorism and September 11,

Anthropoetics 8, No.1 (Spring/Summer 2002), 2. 26

David C. Rapoport, Attacking Terrorism: Element of a Grand Strategy

(Washington: Georgetown University Press, 2004), 51. 27

David C. Rapoport (2004), 53. 28

David C. Rapoport (2004), 56

17

dikarenakan identitas agama dan unsur-unsur etnis sering tumpang tindih,

seperti perjuangan Armenia, Israel dan Palestina.29

1.5.2. Kepentingan Nasional

Kepentingan nasional atau yang lebih dikenal dalam ungkapan

Prancis d‟État merupakan tujuan negara dari berbagai bidang seperti

ekonomi, militer maupun budaya. Dalam Studi Hubungan Internasional,

konsep ini dianggap penting sebagai dasar negara dalam melakukan

hubungan internasional.30

Menurut Luke Glanville, kepentingan nasional

seringkali dilihat sebagai tujuan awal dari kebijakan luar negeri.

Sebenarnya tidak ada definisi yang pasti mengenai kepentingan nasional.

Namun pada intinya, konsep kepentingan nasional menuruk pada tujuan

bagi kesejahteraan pemerintah nasional di tingkat internasional.31

Munculnya ancaman-ancaman baru seperti terorisme dan kejahatan

transnasional lainnya dapat mempengaruhi suatu negara dalam memenuhi

kepentingan nasionalnya. Dengan munculnya ancaman-ancaman tersebut

dapat merugikan negara, kerugiannya bisa dalam bidang ekonomi, politik,

sosial dan keamanan. Hal ini yang membuat suatu negara melakukan

kerjasama dengan negara lain guna melindungi dan mencapai kepentingan

nasionalnya.

29

David C. Rapoport (2004), 61 30

Arry Bainus dan Junita Budi Rachman, “Kepentingan Nasional dalam

Hubungan Internasional”, Intermestic: Journal of International Studies Vol.2 No.2 (Mei

2018), 109. 31

Luke Glanville, “How are we to think about the „national interest‟?”,

Australian Quarterly Vol.77 No.4 (Juli-Agustus 2005),33.

18

1.5.3. Kerjasama Internasional

Dalam hubungan internasional negara merupakan aktor kunci,

tetapi negara bukanlah satu-satunya aktor yang signifikan. Negara adalah

aktor yang rasional, artinya mereka selalu mempertimbangkan sesuatu

yang akan terjadi dengan logis. Pada kondisi yang kompetitif, negara akan

berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bersama dalam kerjasamanya.

Karena pada kerjasama internasional yang efektif dapat menciptakan

absolute gain sehingga negara-negara akan memilih kerjasama.32

Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai

kepentingan nasional dari berbagai negara yang tidak dapat dipenuhi di

dalam negaranya. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan

pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama

tersebut dapat mendukung tujuan dari kepentingannya dan kompetitif.

Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional yang

meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan

keamanan.33

Pada skripsi ini fokus terhadap kerjasama internasional dalam

bentuk keamanan. Kerjasama internasional dapat diukur pada dua dimensi

yaitu, ruang lingkup dan kedalamannya. Ruang lingkup dapat dilihat dari

32

Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory

(England: Palgrave Macmillan, 2005), 122. 33

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011), 33-34.

19

bidang yang terdapat dalam institusi, tidak hanya dalam bidang ekonomi

tetapi bisa dalam bidang keamanan dan sosiopolitik. Sedangkan,

kedalaman terdapat tiga langkah yang disarankan yaitu; pertama,

kebersamaan, yakni harapan-harapan prilaku apa yang harus di

interpretasikan bersama. Kedua, kekhususan, harapan tersebut dibentuk

dalam bentuk aturan-aturan. Ketiga, otonom, institusi tersebut dapat

mengubah aturan sendiri.34

Bentuk kerjasama dapat dibedakan berdasarkan pihak yang

melakukan kerjasama, seperti kerjasama bilateral, trilateral, regional dan

multilateral. Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan Australia

disebut dengan kerjasama bilateral. Hubungan bilateral merupakan

hubungan timbal balik antara kedua belah pihak dengan aktor utama dalam

pelaksanaannya adalah negara.35

Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia bersifat

fluktuatif, hal tersebut ditandai oleh banyaknya perbedaan paham,

kecurigaan, keamanan dan ketegangan politik. Namun, banyaknya

perbedaan diantara keduanya tidak menjadikan kedua negara ini

bermusuhan. Kedua negara ini memanfaatkan potensi-potensi yang

dimilikinya untuk menciptakan dasar hubungan bagi kedua negara.

34

Robert Jackson dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan

Internasional. Ed terj (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005), 155. 35

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, 29.

20

1.6. Metode Penelitian

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa yang memanfaatkan berbagai metode

alamiah.36

Menurut Strauss dan Corbin penelitian kualitatif merupakan jenis

penelitian yang menghasilkan berbagai penemuan yang tidak dapat

dijangkau dan diperoleh dengan menggunakan data statistik seperti tipe

penelitian kuantitatif. Sehingga penggunaan metode dalam sebuah

penelitian lebih ditekankan untuk mendeskripsikan objek penelitiannya.37

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif analitis. Penelitian ini akan menginterpretasi data

yang bertujuan untuk memberi gambaran yang akurat mengenai fakta dan

hubungan dengan fenomena yang diteliti. Teknik penulisan penelitian ini

berdasarkan pada buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan

Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari sumber

primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data utama yang

36

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (PT Mizan

Publika: Bandung 2011), 6. 37

Sugiyono, Metode Penelitian (Pusat Bahasa Depdiknas: Bandung 2003), 14.

21

diperoleh langsung dari karangan asli dari orang yang mengalami dan

mengamati sendri.38

Sumber data primer juga didapatkan melalui data resmi yanag

dikeluarkan oleh pemerintah dan melalui metode wawancara. Wawancara

tersebut akan ditujukan kepada KASI Kerjasama Lembaga Pemerintah

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Danny Wulandari.

Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang telah

dikumpulkan dengan maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang

dihadapi.39

Sumber data sekunder didapatkan melalui dokumentasi,

seperti: buku, koran, jurnal, laporan resmi, arsip-arsip dan data-data dari

situs internet lembaga resmi atau institusi. Untuk itu, studi kepustakaan

(library research) dilakukan ke beberapa perpustakaan, seperti

Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Universitas

Indonesia.

Data-data yang telah didapat akan dilanjutkan dengan dibaca,

dipelajari, dan dilanjutkan dengan mengklasifikasikan berdasarkan materi

pembahasan, mencari keterkaitan satu sama lain dan selanjutnya dianalisa

dengan menggunakan kerangka teoritis yang digunakan yaitu konsep

38

Ibnu S, Mukhadis dan Dasna I.W, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian

(Universitas Negeri Malang: Malang 2003), 30. 39

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta:

Bandung 2009), 137.

22

terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama

internasional.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam skripsi ini terdapat beberapa urutan sistematika penulisan

yang tersusun menjadi lima bab. Pada bab ini berisi mengenai latar

belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka teori, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II: TERORISME DAN ANCAMAN TERHADAP NEGARA

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai ancaman-ancaman

terhadap suatu negara dan sejarah singkat awal mula munculnya dan

berkembangnya terorisme di Asia Pasifik khususnya Indonesia dan

Australia. Pemaparan tersebut dibutuhkan untuk mengetahui mengapa

terorisme menjadi sebuah ancaman bagi negara dan seberapa

mengancamnya isu terorisme bagi Indonesia dan Australia.

BAB III : DINAMIKA KERJASAMA INTELIJEN ANTARA

INDONESIA DAN AUSTRALIA

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai awal mula hubungan

bilateral antara Indonesia dan Australia sampai saat ini. Tujuan dari

pemaparan pada bab ini adalah untuk dapat mengetahui dinamika

23

hubungan kedua negara yang bersifat fluktuatif. Selain itu, dalam bab ini

juga dijelaskan bagaimana hubungan indonesia dan Australia dalam

bidang intelijen.

BAB IV : KEPENTINGAN INDONESIA KERJASAMA INTELIJEN

DENGAN AUSTRALIA PERIODE 2014 - 2017

Bab ini berisi tentang analisis kepentingan indonesia memperkuat

kerjasama intelijen dengan Australia. Dalam bab ini juga akan dijelaskan

alasan-alasan mengapa Indonesia memperkuat kerjasama intelijen dengan

Australia. Pada bab ini juga akan disajikan relevansi hasil analisis dengan

konsep-konsep yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup yang menjelaskan hasil jawaban

dari pertanyaan penelitian. Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari

penelitian yang sudah dilakukan.

24

BAB II

TERORISME DAN ANCAMAN TERHADAP NEGARA

Keamanan nasional merupakan hal penting bagi suatu negara,

dengan baiknya keamanan yang dimiliki oleh suatu negara akan

terjaminnya eksistensi unsur-unsur pokok yang menjadi pembentuk suatu

negara, seperti; kedaulatan negara, wilayah, penduduk, ekonomi, sistem

pemerintahan dan hukum serta nilai-nilai yang diyakini oleh negara

tersebut.

Isu keamanan tetap menjadi fokus utama di setiap negara. Pada

awalnya isu keamanan bertumpu pada konflik ideologis, namun seiring

berjalannya waktu isu keamanan dapat pula meliputi persoalan tentang

berbagi bidang seperti; ekonomi, pembangunan, lingkungan, demokratisasi

konflik etnik, pelanggaran hak asasi manusia.40

Terdapat beberapa alasan

yang menjadi alasan munculnya isu-isu keamanan tersebut, yaitu:

1. Tatanan politik internasional dianggap tidak adil, seringkali

negara-negara berkembang di eksploitasi oleh negara-negara

maju. Terorisme diasumsikan muncul karena faktor tersebut.

Mereka menganggap bahwa dalam tatanan intenasional tidak

adanya harmoni, yang ada hanya kecenderungan hegemoni dari

40

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, 119.

25

negara-negara besar yang mengakibatkan komunitas dari

negara-negara berkembang harus memperjuangkan aspirasi

mereka dengan menggunakan aksi-aksi kekerasan.

2. Ekonomi dunia tidak seimbang yang memunculkan isu

ketidakamanan (insecurity). Dalam dunia intenasional, seluruh

negara-negara memperoleh kesempatan untuk membangun

kerjasama untuk memajukan perekonomian negaranya. Namun,

dengan kemajuan teknologi yang terbatas negara-negara

berkembang tidak bisa mendapatkan akses ke sumber-sumber

ekonomi. Hal tersebut yang dapat menimbulkan masalah

kemiskinan dan keterbelakangan.

3. Situasi yang tidak seimbang antara pembangunan manusia dan

lingkungan. Banyak negara-negara menggunakan pola

pembangunan tradisional dengan mengubah struktur suatu

negara menjadi negara industrialisasi. Hal ini menyebabkan

munculnya ketidakharmonisan antara manusia dengan

lingkungan, akibatnya manusia dihadapkan dengan isu

keamanan lingkungan seperti bencana alam atau kelangkaan

sumber-sumber air.

4. Kegagalan dalam pembentukan mekanisme kontra krisis

internasional telah mempersulit identifikasi dan penanganan

ancaman kemanan non tradisional. Globalisasi ekonomi

26

menimbulkan saling ketergantungan antar negara, namun akan

sangat berpengaruh apabila ekonomi dari negara yang

bersangkutan tidak mampu menjaga dan mengelolanya.

Akibatnya, dapat memunculkan krisis finansial. Tidak adanya

mekanisme internasional untuk mengatasi krisis finansial yang

menyebabkan munculnya isu keamanan finansial.41

Melihat dari banyaknya alasan negatif atas adanya isu keamanan,

hal ini tentunya dapat mengancam keamanan di suatu negara. Pengertian

ancaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha yang

dilaksanakan secara konsepsional melalui tindakan politik atau kejahatan

yang dapat membahayakan tatanan serta kepentingan negara dan bangsa.42

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan apapun yang

sifatnya merugikan atau mengganggu kepentingan negara dan stabilitas

politik adalah sebuah ancaman bagi sebuah negara. Salah satu isu

keamanan yang marak terjadi saat ini adalah aksi terorisme.

2.1. Terorisme Secara Umum

Terorisme berkembang sejak berabad-abad yang lalu, hal tersebut

dapat diketahui dari bentuk kejahatan murni seperti pembunuhan dan

ancaman guna menghasilkan tujuan tertentu. Dalam perkembangannya,

terorisme bermula dari bentuk fanatisme terhadap suatu aliran kepercayaan

41

Bantarto Bandoro, “Globaalisasi, Netwar dan Isu-Isu Strategis di Asia

Pasifik”, Indonesian Journal of International Law, Vol.3 No.3 (April 2006), 386-387. 42

Ancaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

https://www.kbbi.web.id/ancam diakses pada 28 Mei 2018.

27

yang akhirnya berubah menjadi pembunuhan, aksi ini dilakukan bisa

perorangan maupun secara berkelompok terhadap suatu penguasa yang

dianggap sewenang-wenang.43

Terorisme mulai dikenal pada Revolusi Prancis yang saat itu

digunakan sebagai teknik perjuangan revolusi. Istilah “terorisme” berasal

dari pengalaman teror pada Revolusi Prancis. Zaman pencerahan telah

mewariskan ke masyarakat tentang ide kedaulatan rakyat. Namun, dalam

praktik pengerjaannya dalam mempertahankan kedaulatan, revolusi

mengaku bahwa pelaksanaanya melalui penyebaran teror negara, tujuan

tersebut dibenarkan bahkan kekerasan ekstrim sekalipun.44

Pada abad ke 19, terorisme mulai banyak dilakukan diberbagai

wilayah di dunia, seperti; Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Terorisme

dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektif untuk melakukan

perubahan dengan cepat dibidang sosial dan politik dengan cara

menghancurkan orang-orang yang berpengaruh.45

Aksi terorisme

seringkali diidentikan dengan gerakan sayap kiri yang berbasiskan

43

Kolonel Inf Loudewijk, “Terorisme” tersedia di

http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1)%20Indonesia%20

dan%20isu%20global/3)%20Terorisme/Terorisme.pdf diakses pada 13 Agustus 2018. 44

Gérald Chaliand dan Arnaud Blin, The History of Terrorism from Antiquity

to Al Qaeda, Terj. Edeward Schneider (University of California Press: Bakeley, 2007),

95. Tersedia di https://wikileaks.org/gifiles/attach/177/177597_History%20of%20Ter.pdf

diakses pada 13 Agustus 2018. 45

“History of Terrorism” tersedia di

http://www.terrorismfiles.org/encyclopaedia/history_of_terrorism.html diakses pada 13

Agustus 2018.

28

ideologi. Pada dasarnya pelaku dari terorisme adalah orang atau kelompok

yang tidak suka dengan rezim tertentu.

Perang Dunia II telah menandai sesuatu bahwa terorisme dijadikan

sebagai alat perlawanan. Sejak saat itu, dunia tidak lagi mengenal kata

“damai”, berbagai kerusuhan berkembang dan berkelanjutan. Perjuangan

melawan penjajah, konflik regional yang melibatkan pihak ketiga serta

kerusuhan domestik banyak terjadi di negara Dunia Ketiga. Pada dasarnya

terorisme mulai meningkat sejak awal tahu 1970an. Sejak saat itu,

terorisme berkembang menjadi sengketa ideologi, fanatisme suatu agama,

kemerdekaan, pemberontakan dan dijadikan alat oleh pemerintah dalam

menegakkan kekuasaanya.46

Pada 11 September 2001 merupakan sejarah buruk bagi negara

Amerika Serikat. Di hari tersebut gedung World Trade Center (WTC)

Serta gedung Pentagon yang menjadi pusat kegiatan di Amerika Serikat

runtuh akibat adanya serangan dari teroris. Peristiwa tersebut

menimbulkan korban jiwa sebanyak 3000 jiwa dan dari perisiwa tersebut

mampu menyebarkan ancaman di negara Amerika Serikat.

Perisiwa 11/9 merupakan serangkaian serangan bunuh diri yang

dilakukan dengan cara membajak pesawat dua milik penerbangan Amerika

Serikat Boeing 767-223ER ke gedung World Trade Center. Selang 1 jam

46

Kolonel Inf Loudewijk, “Terorisme” tersedia di

http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1)%20Indonesia%20

dan%20isu%20global/3)%20Terorisme/Terorisme.pdf diakses pada 13 Agustus 2018.

29

dari peristiwa tersebut, pesawat Boeing yang sama menabrak gedung milik

Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon.47

Dari peristiwa ini,

memiliki dampak yang sangat besar bagi stabilitas ekonomi dan

pertahanan di AS, karena kejadian tersebut berada di pusat perdagangan

dan pertahanan AS.

Gambar 2. 1 Gedung World Trade Center Akibat Serangan Teroris

Sumber:https://internasional.kompas.com/read/2017/09/12/09575401/16-

tahun-serangan-911-wtc-runtuh-bukan-karena-tabrakan-pesawat

Gambar 2. 2 Gedung Pentagon Akibat Serangan Teroris

Sumber:http://harian.analisadaily.com/aneka/news/fbi-kembali-

rilis-foto-serangan-pentagon/413409/2017/0

47

Arnold Arswenda Kusuma, “Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat Dalam

Mengatasi Gerakan Terorisme Internasional di Afghanistan” eJurnal Ilmu Hubungan

Internasional Vol.3 No.3 (2015), 393.

30

Serangan tersebut membuat masyarakat AS marah, hal ini

membuat Presiden AS George W. Bush ambil tindakan. Bush langsung

menyatakan perang terhadap teroris termasuk yang berada dibelakang

teroris. Bush menuduh Osama Bin Laden terlibat dalam peristiwa tersebut.

Diketahui bahwa Osama Bin Laden merupakan sosok dibalik

pembentukan kelompok Al Qaeda yang anti terhadap Barat.48

Tahun 2001 merupakan tahun dimana AS telah menyadari bahwa

ancaman teroris dapat menimbulkan kekhawatiran yang besar. Diketahui

bahwa dua dekade sebelum terjadinya peristiwa 11/9, sejumlah serangan

besar telah dilakukan di Amerika. Beberapa contohnya seperti;

pengeboman barak Marinir di Beirut (1983), pembajakan penerbangan

TWA 847 (1985) dan pembajakan kapal pesiar Archille Lauro (1985).

Sejak saat itu, serangan di wilayah Amerika terus meningkat selama

bertahun-tahun. Cara-cara tersebut digunakan oleh para teroris untuk

menyerang Amerika tanpa harus memasuki wilayahnya. Banyaknya

serangan yang dilakukan oleh para teroris nampaknya tidak terlalu

diperdulikan oleh AS, hal tersebut membuat aksi-aksi teroris kian marak di

AS. Sampai akhirnya kejadian 11/9 membuat AS sadar bahwa serangan

dari teroris sudah keterlaluan dan menimbulkan dampak besar bagi AS.49

48

Sri Setianingsih Suwardi, “Peristiwa 11 September 2001 dan Penyerangan

Amerika Serikat di Afghanistan Ditinjau dari Segi Hukum Internasional”, tersedia di

http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/1325/1247 diakses pada 15 Agustus

2018.

49 Gérald Chaliand dan Arnaud Blin (2007),409.

31

Peristiwa serangan 9/11 merupakan sebuah pencapaian terbesar

dari kelompok teroris. Media menjadi alat yang sangat ampuh, kejadian

tersebut langsung diberitakan ke seluruh dunia. Pemberitaan saat itu

sangat ramai dengan mengambil pokok-pokok penting dari kejadian

tersebut, seperti; serangan ini melanda pusat keuangan dan militer AS dan

serangan memakan banyak korban jiwa. Tentu kejadian tersebut membuat

masyarakat terkejut, tidak hanya bagi AS tapi negara-negara lainnya.50

Sejak saat itu AS aktif dengan kampanye “war on terror” yang

diserukan oleh Preside Bush. AS mengajak negara-negara lainnya untuk

mengikut kampanyenya tersebut. Aksi terorisme mulai menyebar

keseluruh lapisan masyarakat dan mulai diperhatikan oleh negara-negara

di dunia. Negara-negara banyak membentuk kerjasama dan melakukan

dialog-dialog guna membahas aksi-aksi dan cara menanggulanginya agar

tidak merusa stabilitas keamanan di suatu negara.

2.2. Terorisme di Asia Pasifik

Terorisme telah menjadi fokus pembahasan pemerintah di masing-

masing negara, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Hal tersebut

dikarenakan ancaman yang di timbulkan dari teroris memberikan dampak

negatif bagi tatanan suatu negara. Masing-masing negara menyadari

bahwa isu keamanan terutama yang dilakukan oleh terorisme tersebut

50

Gérald Chaliand dan Arnaud Blin (2007),413.

32

menimbulkan masalah di dalam negeri dan lingkungan internasional yang

harus ditanggapi secara bersama-sama.

Pemberontakan dan kelompok-kelompok terorisme di kawasan

Asia Pasifik dapat dikatagorikan ke tiga katagori yang berbeda. Pertama,

kekerasan sayap kiri yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang

berusaha menjatuhkan pemerintah dalam masyarakat kapitalis. Kedua,

kekerasan etno-politik, kelompok ini berfokus pada perbedaan etnis.

Ketiga, kekerasan yanag dilakukan oleh kelompok-kelompok dengan

motif agama. Dari ketiga kategori tersebut muncul sejalan dengan

kebangkitan komunisme, nasionalisme, ekstrimisme agama dan

sektarianisme.51

Konflik politik-agama gelombang pertama di kawasan Asia Pasifik

tahun 1990-an yang ditandai oleh kelompok veteran perang Soviet-

Afghanistan kembali dan bergabung dengan kelompok-kelompok

ancaman di wilayah itu. Mulai muncul kelompok-kelompok baru yang

memperkuat kehadiran terorisme lokal dan regional di seluruh kawasan

Asia Pasifik. Akibatnya, gerakan-gerakan teroris yang muncul secara aktif

51

Rohan Gunaratna dan Stefanie Kam, Handbook of Terrorism in the Asia–

Pacific (Imperial College Press: London, 2016),xiii.

33

berusaha mempengaruhi kelompok lokal dan regional yang menimbulkan

ancaman bagi masyarakat.52

Ancaman terorisme yang berada di Asia Pasifik tidak terlepas dari

semakin besarnya pengaruh dari gerakan transnasional seperti, Jamaah

Islamiah dan Negara Islam (IS). Berbeda dengan Al-Qaeda yang pengaruh

dan kekuatannya berangsur-angsur mulai mengecil. Namun, kelompok

tersebut yang memiliki ideologi yang sama, kebrutalan dan barbarisme

telah menimbulkan ancaman bagi sesama muslim dan mengundang

kecaman dari komunitas internasional. Demi mencegah berkembangnya IS

di Asia Pasifik, negara-negara koalisi AS, Rusia dan Arab bekerjasama

dengan pemerintah setempat untuk melaksanakan operasi militer,

diplomatik, politik dan informasi untuk melawan kelompok-kelompok

radikal di Suriah dan di Irak.53

Perluasan ancaman terorisme ini pun meluas ke berbagai wilayah

di kawasan Asia Pasifik. Hal tersebut dikarenakan mudahnya akses bagi

para kelompok teroris untuk menyebarkan paham dan merekrut para

teroris baru di berbagai wilayah. Seperti misalnya dalam kelompok

Jamaah Islamiah, dalam kelompok tersebut membagi wilayah tanggung

jawab, personel, infrastruktur dan pengoprasian kelompoknya kedalam

empat wilayah, mereka menamakan wilayah tersebut sebagai Mantiqi.

52“The Current and Emerging Threat in the Asia-Pasific”, Sécurité & Défense

magazine https://sd-magazine.com/avis-experts/the-current-and-emerging-threat-in-the-

asia-pacific diakses pada 20 Mei 2018. 53

Rohan Gunaratna dan Stefanie Kam,(2016), xiv.

34

Mantiqi I, meliputi negara Singapura dan Malaysia. Mantiqi II, negara

Indonesia dan Mantiqi III, meliputi wilayah Mindanao, Sabah, dan

Sulawesi. Mantiqi IV, meliputi Wilayah Papua dan negara Australia.54

Menurut buku pedoman kelompok tersebut yang di beri nama

PUPJI (Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama‟ah Al-Islamiyah), Jamaah

Islamiah memiliki tujuan untuk membentuk negara Islam di Indonesia.

Setelah tujuannya berhasil Jamaah Islamiah akan memperluas daerah

wilayahnya yang mencakup Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan

Mindanao.55

2.2.1. Terorisme di Australia

Terorisme merupakan ancaman nyata bagi sebuah negara. Aksi

yang dilakukan oleh para teroris menyebabkan ketidakstabilan yang dapat

mengganggu sebuah negara, tidak terkecuali Australia. Terorisme telah

menjadi topik pembahasan dalam lingkungan keamanan Australia. Hal

tersebut dikarenakan terorisme dapat mengancam kepentingan Australia

dalam negeri maupun luar negeri.

Pada beberapa tahun terakhir teroris sukses mengkampanyekan

berbagai ideologi atau rasa nasionalis yang mereka dukung. Dalam

54

David Gordon dan Samuel Lindo, “Jamaah Islamiyah” Center for Strategic &

International Studies (November 2011),1 tersedia di https://csis-

prod.s3.amazonaws.com/s3fs-

public/legacy_files/files/publication/111101_Gordon_JemaahIslamiyah_WEB.pdf

diakses pada 10 Juli 2018. 55

David Gordon dan Smuel Lindo (2011), 3.

35

mencapai kepentingannya para teroris tersebut menggunakan metode

serangan yang kejam. Terorisme ada di Australia sebelum adanya

peristiwa serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Berbagai

kelompok jaringan teroris internasional telah lama hadir di Australia, para

kelompok tersebut berfokus dalam pengumpulan dan pengadaan dana,

terkadang para kelompok teroris tersebut melakukan tindak kekerasan

juga.

Terdapat beberapa serangan teroris yang dilakukan di Australia

sebelum tahun 2001, yaitu: pengeboman tempat Perdagangan Umum dan

Agen Turis Yugoslavia di Sydney pada 16 September 1972, pengeboman

hotel Hilton Sydney pada 13 Februari 1978, pengeboman gedung Konsulat

Israel dan Hakoah Club di Sydney tahun 1982 dan pengeboman gedung

Konsulat Turki di Melbourne.

Sejak tahun 2001 sampai 2010 diketahui lebih dari 100 orang

warga Australia yang telah tewas dalam serangan teroris yang berada di

luar negeri.56

Australia memperkuat keamanan di negaranya demi

mencegah serangan dari terorisme dan hal tersebut terbukti bahwa telah

banyak serangan yang digagalkan oleh pemerintah setempat.

Pasca kejadian 9/11 di Amerika Serikat, Australia melakukan

perubahan-perubahan dalam sistem pemerintahannya. Perubahan yang

56

Australian Government, “Counter-Terrorism White Paper”, hal, 7 tersedia di

https://www.dst.defence.gov.au/sites/default/files/basic_pages/documents/counter-

terrorism-white-paper.pdf diakses pada 15 Oktober 2018.

36

dilakukan oleh Australia diantaranya adalah; memperbanyak departemen

dan lembaga dalam upaya melawan terorisme, dalam bidang hukum

Australia membentuk peraturan hukum untuk mengadili para teroris dan

pemerintah Australia berupaya untuk melawan ideologi ekstrim dengan

aktif mempromosikan hal-hal yang positif ke masyarakat.57

Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah Australia

untuk melawan para teroris. Namun, tetap saja ada aksi-aksi yang

dilakukan oleh para teroris tersebut. Hal tersebut terbukti dari pernyataan

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott kepada media bahwa tingkat

ancaman terorisme di Australia tetap tinggi. Pada pertemuannya dengan

Komite Keamanan Nasional pada 23 Desember 2014, PM Tony Abbott

diberitahu oleh otoritas keamanan bahwa telah terjadi peningkatan

„perbincangan diantara simpatisan terorisme‟.58

Pada tahun 2015 Kepala Kepolisian Federal Australia (AFP)

Komisioner Andrew Colvin mengungkapkan Bahwa ancama terorisme di

Australia semakin memburuk. Radikalisasi mulai mempengaruhi anak-

anak dibawah umur di Australia. Memang, kasus individu asal Australia

yang ingin keluar negeri dan bergabung dalam konflik Timur Tengah tidak

57

Australian Government Departement of the Prime Minister and Cabinet,

“Review of Australia‟s Counter - Terrorism Machinery”, hal. iv tersedia di

https://www.homeaffairs.gov.au/nationalsecurity/Documents/review-australia-ct-

machinery.pdf diakses pada 15 Oktober 2018. 58

“PM Australia: Ancaman Terorisme Tetap Tinggi” BBC News, tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141223_dunia_abbott_terorisme diakses

pada 15 Oktober 2018.

37

meningkat, karena aparat keamanan Australia berhasil melakukan

pekerjaannya dan mencegat para individu yang akan pergi ke wilayah

konflik. Akan tetapi hal tersebut dianggap oleh Andrew Colvin

permasalahannya semakin rumit, karena polisi harus bertanggung jawab

dan memastikan keamanan masyarakat Australia.

Sebenarnya menurut Andrew Colvin sebelum polisi melakukan

aksinya, banyak langkah yang dapat ditempuh pada tahap dini yang

mungkin tidak terlalu melibatkan polisi. Dalam pernyataannya, PM

Malcolm Turnbull menjelaskan bahwa cara paling efektif dalam

menghadapi ancaman terorisme adalah dengan mencegah orang-orang

menjadi radikal. Hal ini disambut oleh pemimpin Partai Hijau Ricard Di

Natale, menurutnya pencegahan radikalisasi dapat melalui program-

program sosial yang ditujukan kemasyarakat dan khususnya bagi para

remaja.59

Berikut ini adalah beberapa kejadian aksi terorisme di Australia

pasca 9/11 yang telah dirangkum sebagai berikut:

59

“Ancaman Terorisme di Australia Semakin Memburuk” Kompas, tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2015/10/15/15281121/Ancaman.Terorisme.di.Aust

ralia.Semakin.Memburuk diakses pada 15 Oktober 2018.

38

Tabel 2.1 Aksi Terorisme di Australia

No

.

Tahun Peristiwa

1. 2014 Penikaman dan penembakan terhadap petugas anti-teror di

Endeavour Hills oleh Abdul Numan Haider 18 tahun pada

23 September 2014.

Penyandraan 18 orang di sebuah kafe coklat Lindt, Sydney

oleh Man Haron Monis pada 15 Desember 2014. 2. 2015 Penembakan dan pembunuhan terhadap seorang akuntan

berusia 58 tahun di pinggir barat Sydney Parramatta oleh

Farhad Khalil Mohammad Jabar 15 tahun pada 2

Oktober2015.

3. 2016 Penikaman yang dilakukan oleh seorang pria berusia 22

tahun yang terispirasi oleh ISIS terhadap seorang pria tak

dikenal di daerah pinggiran Sydney pada 20 September

2016.

4. 2017 Penembakan dan penyandraan terhadap sebuah kompleks

apartemen di Brighton oleh Yacqub Khayre 29 tahun yang

diketahui adalah simpatisan ISIS.

Sumber: Time, tersedia di

http://time.com/5075253/terrorist-attacks-australia-timeline/

Jumlah aksi serangan terorisme yang ditimbulkan memang tidak

terlalu banyak. Namun hal tersebut akan tetap menjadi kekhawatiran

pemerintah Australia dalam melindungi keamanan masyarakatnya.

Keseriusan pemerintah Australia dalam menanggapi aksi terorisme dapat

dilihat dari aktifnya pemerintah Australia dalam membentuk atau

mengikuti forum kerjasama yang terkait dengan melawan terorisme.

39

2.2.2. Terorisme di Indonesia

Pasca terjadinya peristiwa serangan teroris terhadap WTC dan

Pentagon pada tanggal 11 September 2001, dunia internasional yaitu AS

dan negara-negara sekutunya membentuk aliansi yang bertujuan untuk

memberantas terorisme di dunia. Setahun setelahnya dunia internasional

dikejutkan kembali oleh serangan teror bom Bali pada tanggal 12 Oktober

2002 di Indonesia.

Sejak serangan teroris terhadap WTC dan Pentagon di Amerika

Serikat serta serangan teror bom Bali di Indonesia organisasi teroris al-

Qaeda dan kelompok-kelompok teroris yang berkaitan dengan al-Qaeda

termasuk Jamaah Islamiah di Asia Tenggara telah menjadi prioritas utama

dalam kampanye “perang melawan teror”.60

Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Investigasi Tragedi

Bom Bali mengungkapkan bahwa terdapat keterkaitan antara pelaku

serangan terorisme dari kelompok radikal militan lokal dengan jaringan

terorisme intenasional Jamaah Islamiah pimpinan Abu Bakar Ba‟asyir.

Pada Oktober 2002, PBB telah mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan

PBB No. 1438 tentang peristiwa peledakan bom di Bali dan menjadikan

Jamaah Islamiah sebagai salah satu organisasi teroris internasional,61

60

Bahtiar Marpaung, “Aspek Hukum Pemberantasan Terorisme di Indonesia”,

Jurnal Equality, Vol. 12 No. 2 (Agustus 2007), 124.

61 United Nation Security Council Resolution 1438 (2002) tersedia di

https://documents-dds-

40

Jamaah Islamiah dianggap sebagai perluasan dari kelompok al-Qaeda yang

berada dikawasan Asia Tenggara. Jamaah Islamiah yang berkembang di

Indonesia diyakini memiliki hubungan dengan organisasi teroris lainnya

yang berada di Malaysia, Singapura dan Filipina.62

Jemaah Islamiah merupakan regenarasi dari Darul Islam atau

Negara Islam Indonesia (NII) yang merupakan kelompok islam radikal

yang didirikan ditahun 1940 an. Darul Islam memiliki tujuan untuk

menjadikan negara Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama Islam

sebagai dasar dari negara untuk menggantikan pemerintahan Belanda.

Gerakan kelompok Islam tersebut memiliki ideologi yang dianggap keras

oleh masyarakat Indonesia secara umum (khususnya pemerintah) sehingga

menimbulkan beragam gesekan dalam kehidupan sosial.63

Pada tahun 1960 an merupakan awal bagi dimulainya

pembentukan kelompok Jamaah Islamiah, yang saat itu pendirinya yakni

ulama Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar mulai menuntut

pembentukan hukum syariah bagi negara Indonesia. Kedua ulama ini

menanggap bahwa dirinya sebagai pewaris ideologis pendiri gerakan

ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N02/638/47/PDF/N0263847.pdf?OpenElement diakses

pada 10 Juli 2018. 62

International Crisis Group Report, Jemaah Islamiyah in South East Asia:

Damaged but Still Dangerous, 26 Agustus 2003, hal i. 63

Novie Lucky Andriyani dan Feriana Khushindarti, “Respons Pemerintah

Indonesia dalam Menghadapi Perkembangan Gerakan Islamic State di Indonesia” Jurnal

Penelitian Politik, Vol. 14 No. 2 (Desember 2017),224.

41

Darul Islam.64

Mendengar hal tersebut, pemerintah yang saat itu dipimpin

oleh Presiden Soeharto langsung menanggapinya. Kedua ulama ini

dianggap sebagai pemberontak dan selama orde baru mereka menjadi

target utama aparat keamanan Indonesia.

Selama beberapa tahun menjadi target utama aparat keamanan

Indonesia, Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar melarikan diri ke

Malaysia pada tahun 1985. Selama di Malaysia kedua ulama ini

mendirikan pangkalan operasi yang tujuannya untuk membantu

mengirimkan orang Indonesia dan Malaysia ke Afghanistan guna

membantu Afghanistan dari serangan Soviet sekaligus untuk berlatih di

kamp al-Qaeda.65

Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar melarikan diri ke

Malaysia melalui jalur darat lewat Medan, Sumatera Utara. Pelarian diri

Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar berakibat karena adanya

rekayasa politik dan intelijen yang memancing munculnya reaksi

perlawanan sporadis umat muslim, yang mana perlawanan tersebut

mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Selama di Malaysia, ia

melakukan dakwah Islam sampai ke Singapura. Dari dakwahnya selama

disana, Abu Bakar Baasyir mendapatkan peningkatan kiprah tersendiri.

Namun di sisi lain, ancaman musuh yang dihadapinya pun semakin tinggi,

64

Bruce Vaughn, “Terrorism in Southeast Asia” Congressional Research

Service, The Library of Congress (Februari 2005),6 tersedia di

https://fas.org/sgp/crs/terror/RL31672.pdf diakses pada10 Juli 2018. 65

Bruce Vaughn (2005), 6.

42

bukan lagi setingkat rezim Orde Baru, namun sudah menjalar ke tingkat

negara adidaya, Amerika Serikat.66

Pada tahun 1993 atau 1994 Abu Bakar Baasyir dan Abdullah

Sungkar resmi membentuk kelompok Jamaah Islamiah. Dalam kelompok

ini, kedua ulama tersebut membentuk struktur organisasi yang terbaik

dengan aktif menyebarkan dan merekrut terorisme yang berada di Asia

Tenggara serta aktif berhubungan dengan kelompok al-Qaeda.67

Setelah

meresmikan pendirian kelompok Jamaah Islamiah, pada tahun 1998 Abu

Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar kembali ke Indonesia.68

Saat itu kondisi negara Indonesia sedang tidak stabil, di masa Orde

Baru yang menjadi fokus para intelijen Indonesia adalah menghadapi

ancaman terhadap penguasa politik. Selain itu, fokus kegiatan para

intelijen ditujukan untuk menghancurkan komunisme yang ada di

Indonesia. Dinas-dinas intelijen mengalami politisasi sehingga dapat

melakukan intervensi politik ke setiap aspek kehidupan bernegara.

Penggunaan kata “stabilitas nasional” aktivitas intelijen ditujukan untuk

dapat mengontrol atas kebebasan sipil warga negara melalaui aksi-aksi

yang dikondisikan. Saat itu, warga negara atau kelompok yang dianggap

dapat membahayakan negara atau dapat membahayakan kepentingan

66

Muhammad Nuh, “Perjalanan Panjang Abu Bakar Ba‟asyir di Arus

Konspirasi” EraMuslim tersedia di https://www.eramuslim.com/berita/laporan-

khusus/pejalanan-panjang-abu-bakar-ba-asyir-di-arus-konspirasi.htm#.XFAIWc8zZAY

diakses pada 29 Januari 2019. 67

Bruce Vaughn (2005), 6. 68

David Gordon dan Samuel Lindo (2011),1.

43

penguasa dianggap sebagai “musuh” dan pemburuan atau

penghancurannya dapat dibenarkan oleh negara.69

Pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi dan

diperparah dengan jatuhnya rezim Soeharto. Kondisi Indonesia yang

sedang melemah dari segi keamanan, pemerintahan dan keuangan

dimanfaatkan oleh Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar untuk

mempromosikan paham-pahamnya dengan berkhotbah di Solo. Awal

tahun 1999 sampai tahun 2000 terjadinya ketegangan antara Muslim

dengan Kristen yang menimbulkan kerusuhan di Poso dan kerusuhan di

Ambon. Hal tersebut memberikan peluang kesempatan kepada Jamaah

Islamiah untuk merekrut, melatih dan mendanai para pejuang lokal untuk

berpartisipasi dalam konflik.70

Pada akhir tahun 2000, tepatnya pada malam natal, kelompok

Jamaah Islamiah merencanakan aksi pengeboman terhadap 38 gereja di

wilayah Jawa, Sumatra dan Jakarta. Kejadian tersebut menimbulkan

korban jiwa yakni 19 orang Tewas dan 120 orang lainnya luka-luka. Dari

peristiwa tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah anggota dari kelompok

Jamaah Islamiah semakin bertambah sebagai kelompok teroris.

Setahun setelahnya, sekelompok anggota dari Jamaah Islamiah

mendukung fatwa yang dikeluarkan oleh Osama Bin Laden pada Februari

69

Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-

2004 (Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 6. 70

Bruce Vaughn (2005), 7.

44

1998. Dalam fatwanya, Osama Bin Laden mengkampanyekan untuk

melakukan jihad terdahap orang-orang Yahudi dan menyatakan

membunuh Amerika dan sekutunya adalah tugas dari seorang Muslim.71

Pada tanggal 12 Oktober 2002, anggota Jamaah Islamiah meledakan bom

di sebuah Klub Sri dan Paddy‟s Bar di Bali. Dari kejadian tesebut

setidaknya terdapat 202 orang meninggal dunia dan mayoritas korban

adalah turis Barat.72

Serangan aksi-aksi terorisme di Indonesia sebenarnya telah dimulai

pada tahun 1981, yaitu adanya aksi pembajakan pesawat DC-9 Woyla oleh

anggota kelompok Islam ekstrimis yang menamakan kelompoknya

Komando Jihad.73

Sejak saat itu, kelompok-kelompok radikal mulai

melakukan aksi-aksi kekerasan seperti penyandraan, pembunuhan dan

pengeboman di berbagai wilayah di Indonesia, terutama setelah peristiwa

9/11, dimana WOT menjadi fokus utama negara-negara di dunia. Berikut

merupakan runtutan aksi terorisme di Indonesia pasca WOT sampai 2017:

71

“Obituari: Osama dan Aksi Terorisme”, BBC News

https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/05/110502_osamabinladenprofile diakses

pada 10 Juli 2018. 72

David Gordon dan Samuel Lindo (2011), 4. 73

Bayu Galih, “Operasi Pembebasan Pesawat Woyla yang Menegangkan”

Kompas

https://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/10562581/Operasi.Pembebasan.Pesawat.W

oyla.yang.Dibajak.3.Menit.yang.Menegangkan diakses pada 11 Juli 2018.

45

Tabel 2.2 Aksi Terorisme di Indonesia 2001 – 2017

No. Tahun Peristiwa

1. 2001 Bom Plaza Atrium Senen (23 September), Bom retoran

KFC (12 Oktober), Bom sekolah di Australian

International School (6 November)

2. 2002 Bom Tahun Baru (1 Januari), Bom Bali (12 Oktober),

Bom restoran McDonald‟s (5 Desember)

3. 2003 Bom Kompleks Mabes Polri (3 Februari), Bom Bandara

Soekarno-Hatta (27 April), Bom JW Marriot (5 Agustus)

4. 2004 Bom Palopo (10 Januari), Bom Kedubes Australia (9

September), Bom Gereja Immanuel (12 Desember)

5. 2005 Bom Bali (1 Oktober)

6. 2009 Bom meledak di Hotel JW Marriot dan Ritz Calton (17

Juli)

7. 2012 Bom Solo (18 Agustus)

8. 2013 Bom Poso (3 Juni)

9. 2016 Bom dan baku tembak MH Thamrin (14 Januari)

10. 2017 Bom Panci Kampung Melayu (24 Mei)

Sumber: Data diolah sendiri dari beberapa situs media

Tingginya jumlah aksi serangan terorisme dan kerusakan yang

ditimbulkan, pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Keseriusan

pemerintah menanggapi permasalahan tersebut yakni dengan membentuk

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen

Khusus 88 (Densus 88) yang bertugas untuk menangkap, melumpuhkan

46

serta membokar aksi serangan terorisme yang dilakukan di Indonesia.

Keberhasilan Indonesia dalam menanggapi permasalahan terorisme ini

tidak terlepas dari adanya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah

dengan negara lain, selain itu untuk memperkuat keberhasilannya

Indonesia juga aktif dalam forum kerjasama di tingkat regional dan

multilateral.

47

BAB III

DINAMIKA KERJASAMA INTELIJEN

ANTARA INDONESIA DAN AUSTRALIA

Sebelum mengetahui bagaimana kerjasama Indonesia dan

Australia dalam bidang intelijen ada baiknya membahas terlebih dahulu

bagiamana awal mula hubungan Indonesia dan Australia terjalin, sehingga

memutuskan untuk melakukuan kerjasama di berbagai bidang.

3.1. Sejarah Hubungan Indonesia dengan Australia

Pembukaan hubungan diplomatik pertama antara Indonesia dengan

Australia dimulai pada tanggal 17 Maret 1950. Jauh sebelum pembukaan

hubungan diplomatik tersebut mereka sudah saling berhubungan.

Hubungan antara Indonesia dengan Australia sudah lama terjalin, tercatat

sejak zaman pelayaran. Sekitar tahun 1650 an, para nelayan Bugis dan

Makasar sering kali berlayar ke wilayah perairan Australia. Tujuan

kedatangan nelayan suku Bugis ke Australia adalah untuk mencari ikan

teripang untuk dibawa kembali ke Sulawesi. Sambil menunggu untuk

pulang, para nelayan Suku Bugis tersebut mendirikan rumah, sumur dan

menanam pohon asam selama di Australia.74

74

“Geografi Australia” (Australia Institute (AAI) Lembaga Australia-Indonesia)

tersedia di https://dfat.gov.au/about-us/publications/people-to-people/geografi-

australia/bab11/index.html diakses pada 8 Agustus 2018.

48

Banyaknya para nelayan Bugis di wilayah Australia membuat

orang-orang aborigin ikut bekerja dengan para nelayan Bugis yang

mencari ikan tripang. Orang-orang dari suku Aborigin juga mengikuti

kebiasaan dari nelayan Suku Bugis yaitu; menghisap tembakau,

menggambar tembakau, membuat gambar perahu, bahasa dan mempelajari

tarian Suku Bugis. Beberapa orang dari suku Aborigin ikut belayar dengan

suku Bugis ke Sulawesi, mereka akan kembali ke Australia pada musim

monsun berikutnya dan ada beberapa yang menetap di Sulawesi.75

Pada bab ini akan dibahas sejarah kerjasama Indonesia dengan

Australia dimulai dari era orde baru hingga saat ini. Dalam hubungan

antara keduanya di periode tersebut juga mengalami pasang surut.

3.1.1. Masa Orde Baru

Pada era orde baru dibawah kepemimpinan presiden soeharto,

hubungan antara indonesia dengan australia mulai berkembang sebagai

dua negara bertetangga. Sebelumnya hubungan antara indonesia dengan

australia tidak cukup berkembang, hal tersebut dikarenakan adanya

ketidakstabilan geopolitik tepatnya pada pertengahan 1960an. Pada tahun

1966 terjadi perpindahan kekuasaan politik di indonesia dari Presiden

75

“Geografi Australia” (Australia Institute (AAI) Lembaga Australia-Indonesia)

tersedia di https://dfat.gov.au/about-us/publications/people-to-people/geografi-

australia/bab11/index.html diakses pada 8 Agustus 2018.

49

Soekarno ke Presiden Soeharto yang mendorong perubahan sikap

Australia kepada Indonesia.76

Lahirnya pemerintahan orde baru tersebut di sambut baik oleh

kalangan politisi Australia. Pasalnya dibawah kepemimpinan Presiden

Soeharto indonesia memperlihatkan sikat yang anti-komunis dan

kebijakan luar negerinya cenderung pro dengan barat.77

perubahan sikap

Australia terhadap indonesia ini patut diduga berdasarkan dua hal.

Pertama, perubahan pimpinan partai liberal yang kemudian diikuti oleh

perubahan pemerintah dari partai liberal ke Australia Labor Party (ALP).

Kedua, Australia melihat pemerintahan orde baru berhasil

menanggunalangi ancaman komunis di Indonesia dan Indonesia menjalain

hubungan baik dengan negara-negara di Asia tenggara baik secara bilateral

maupun dalam pembentukan ASEAN.78

Dalam hal ini beberapa pengamat mengatakan bahwa Soeharto

memiliki politik luar negeri yang berbeda dengan Soekarno. Politik luar

negeri yang dimiliki oleh Soekarno cenderung lebih agresif, hal tersebut

dapat dilihat dalam kampanyenya untuk merebut Irian Barat dan

pertentangan Indonesia dengan Malaysia. Sedangkan, politik luar negeri

yang dimiliki oleh Soeharto dianggap lebih lunak, karena dalam

76

Evi Fitriani, Australia & Negara-Negara di Kepulauan Pasifik Selatan,

Observasi dan Pandangan dari Indonesia (LIP-FISIP-UI/PT Remaja Rosdakarya:

Bandung, 2012),34. 77

Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia (LIP-FISIP-UI/PT Remaja

Rosdakarya: Bandung, 1999),422 78

Evi Fitriani (2012),35.

50

pemerintahannya Soeharto memfokuskan pada pembangunan ekonomi di

Indonesia. Terdapat pengecualian isu yaitu pengambilalihan Timor Timur

yakni bekas koloni dari Portugis.79

Tindakan Presiden Soeharto dalam memasukan wilayah Timor

Timur ke dalam wilayah Indonesia mendapat kecaman dari masyarakat

Internasional. Hal tersebut membuat Dewan Keamanan PBB

mengeluarkan Resolusi yang mengecam tindakan Indonesia, di dalam

resolusi tersebut PBB memerintahkan Pemerintah Indonesia untuk

menarik pasukannya dari wilayah Timor Timur.80

Permasalahan tidak berhenti sampai disitu, sepanjang tahun 1980

an hubungan Indonesia dengan Australia terganggu oleh media Australia

yang sangat kritis terhadap Indonesia. Pemerintahan Australia sebisa

mungkin tetap memelihara hubungan baik dengan Indonesia, namun

media Australia tidak menghendaki pemasalahan Timor Timur

diberhentikan. Hal tersebut dikarenakan adanya lima wartawan Australia

yang tewas ketika sedang meliput peperangan di Timor Timur pada tahun

1975. Gencarnya kecaman dari media Australia menimbulkan presepsi

yang keliru terhadap pemerintah Indonesia. Indonesia menganggap bahwa

pemerintah Australia membiarkan kecaman-kecaman dari pers terhadap

79

Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia dibawah Soeharto Terj. Nur

Iman Subono (Pustaka LP3ES: Jakarta, 1998),67. 80

United Nation Security Council Resolution 1246 (1999) tersedia di

http://unscr.com/en/resolutions/doc/1246 diakses pada 9 Agustus 2018.

51

persoalan Timor Timur, sikap pemerintah Australia dianggap tidak

bersahabat dengan Indonesia.81

Negara Australia menganut sistem kebebasan pers liberal, sistem

ini berfungsi untuk membantu menemukan kebenaran, mengawasi

pemerintah dan memberikan informasi. Pada dasarnya sistem pers ini

tidak terikat oleh apapun, semuanya punya hak untuk menerbitkan media

asal memiliki kemampuan ekonomis.82

Oleh karena itu hubungan antara

Indonesia dengan Australia semakin sulit. Pemerintah Australia tidak

memunngkinkan untuk mengatur pemberitaan di seluruh media Australia.

Selain dua permasalahan yang dialami oleh kedua negara, terdapat

isu lain yang menarik dari hubungan Indonesia dan Australia, yaitu

pendekatan Australia ke negara-negara di Asia, termasuk Indonesia.

Pendekatan Australia ke negara-negara Asia pertama kali dirintis oleh PM

Robert Hawke, yang memimpin Australia dari tahun 1983 Sampai 1991

dari ALP. PM Robert Howke mengambil kebijakan luar negerinya yang

lebih mengutamakan hubungan baik dan kerjasama dengan negara-negara

di Asia, hal tersebut dikarenakan PM Howke melihat pentingnya Asia bagi

Australia.83

81

Zulkifli Hamid (1999),242. 82

Inge Hutagalung,”Dinamika Sistem Pers di Indonesia” Jurnal Interaksi Vol. II

No. 2 (Juli 2013), 54.

83

Evi Fitriani (2012) 39.

52

Kebijakan luar negeri dari PM Robert Howke mengenai

pendekatan Australia ke negara-negara di Asia di lanjutkan oleh PM

Australia selanjutnya yang menjabat dari 1991 sampai 1996 yaitu PM Paul

Keating. PM Keating mendorong hubungan kerjasama dengan negara-

negara di Asia melalui sektor ekonomi dan budaya. Salah satu cara yang

dilakukannya adalah dengan membentuk Leading Australia‟s Future in

Asia (LAFIA). Program ini dibentuk bertujuan untuk memberikan

pelatihan kepada pejabat tinggi negara Australia dengan mengunjungi dan

mengenal lebih dekat lagi dengan negara-negara di Asia lainnya.84

Hubungan antara Indonesia dengan Australia berkembang dengan

baik pada masa pemerintahan Bob Hawke dan Paul Keating. Keating

adalah salah satu pemimpin Australia yang memiliki kedekatan dengan

presiden Suharto. Keating menanggap bahwa kepemimpinan Suharto di

Indonesia merupakan perkembangan strategis yang menguntungkan

Australia sejak ahir Perang Dunia II.85

Dari pernyataannya tersebut

mencerminkan kekaguman dari Keating ke presiden Suharto dan dari

pernyataan tersebut juga dapat dikatakan bahwa kepentingan Australia

dapat terpenuhi dengan baik apabila berhubungan dan bekerjasama dengan

negara-negara di Asia dan Indonesia.

84

Evi Fitriani (2012),40. 85

Greg Sheridan, “Farewell to Jakarta‟s Man of Steel tersedia di

https://archive.is/LwsNe#selection-2443.0-2443.211 diakses pada 9 Agustus 2018.

53

3.1.2. Masa Reformasi

Pasca turunnya presiden Suharto dari jabatannya selama 32 tahun

membuat Indonesia mengalami perubahan kepemimpinan. Perubahan

tersebut didasari oleh krisis ekonomi yang terjadi di Asia.86

Dari adanya

perubahan tersebut mendorong adanya reformasi politik, ekonomi dan

sosial untuk Indonesia yang lebih baik.

Dari adanya perubahan pemerintahan di Indonesia, terdapat dua

sisi yang menggambarkan perubahan tersebut; pertama, dengan adanya

reformasi di segala aspek membuat demokrasi, desentralisasi, kebebasan

pers, kebebasan hak asasi manusia lebih nyata dibandingkan dengan masa

orde baru. Kedua, sisi lainnya adalah dampak yang ditimbulkan dari sisi

pertama yakni, menurunnya tingkat keefektifan pemerintah dalam

mengatur keamanan dan ketertiban. Kedua sisi tersebut mempengaruhi

pandangan terhadap Indonesia. Indonesia dianggap baik dalam

menjalankan transformasi demokrasi dengan waktu yang singkat, namun

disisi lain Indonesia dianggap memiliki pemerintahan yang tidak beraturan

dan sarang teroris.87

Pada era reformasi ini, hubungan antara Indonesia dengan

Australia memiliki beberapa kejadian yang menonjol seperti; lepasnya

Timor Timur dari Indonesia, bom Bali, pengungsi yang menuju ke

86

Denny J. A, Jatuhnya Soeharto dan Trasisi Demokrasi Indonesia (LKIS:

Yogyakarta, 2006), 34.

87

Evi Fitriani (2012), 43.

54

Australia melewati atau terdapar di Indonesia, dan penundaan hubungan

kerjasama militer dengan Australia.

Sejak tahun 1975 ketika wilayah Timor Timur dimasukan kedalam

wilayah Indonesia menjadi masalah dalam hubungan antara Indonesia

dengan Australia, begitupula di akhir 1990 an ketika Timor Timur ingin

melepaskan diri dari Indonesia. Australia memberikan pengaruh kepada

Timor Timur sejak proses referendum pada pertengahan 1999, Australia

mendukung upaya Timor Timur untuk menentukan nasib sendri sebagai

negara yang merdeka dengan nama Timor Leste pada tanggal 30 Agustus

1999.88

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, keterlibatan Australia dalam

mendukung kemerdekaan Timor Timur didasari atas kepentingan lain

bukan semata-mata ingin memerdekakan dan perdamaian.

Pada tanggal 12 Oktober 2002 dunia dikejutkan dengan

serangkaian pengeboman yang terjadi di Bali, Indonesia. Dari serangan

bom tersebut, tercatat bahwa 202 korban jiwa (88 orang diantaranya warga

negara Australia) dan 209 orang luka-luka. Selang 3 tahun dari kejadian

tersebut, terjadi lagi serangkaian pengeboman di Bali pada Oktober 2005.

Dari peristiwa tersebut tercatat 26 meninggal (3 orang diantaranya warga

negara Australia) dan 122 luka-luka.89

88

Donald K. Emmerson, Indonesia Beyond Soeharto: Ekonomi, Masyarakat,

Transisi (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2001),635. 89

Nama Korban Bom Bali 1 Oktober 2005 tersedia di

http://www.ylbhi.or.id/wpcontent/uploads/2013/06/20051000_lbh_bali_data_korban_bo

m_bali_ii.pdf diakses pada 13 Agustus 2018.

55

Serangan yang dilakukan oleh teroris ini tidak hanya dilakukan di

Bali, pada tahun 2004 bom meledak di depan Kedutaan Besar Australia di

Jakarta. Walaupun terdapat korban dari peristiwa tersebut, akan tetapi

pengeboman yang terjadi di Jakarta tidak terlalu mengganggu atau

mempengaruhi hubungan antara Indonesia dengan Australia, tidak seperti

peristiwa bom yang terjadi di Bali. 90

Perang melawan terorisme merupakan konsen dari semua

masyarakat internasional. Hal tersebut dimulai sejak peristiwa pembajakan

pesawat dan menabrakannya ke menara kembar World Trade Center di

New York. Sejak saat itu kampanye “anti teror” dilakukan oleh beberapa

negara di dunia, terutama sekutu dari AS. Australia dianggap sebagai

sekutu dari AS yang menjadikannya sebagai sasaran dari kelompok

terorisme. Mengingat bahwa sistem imigrasi yang di miliki oleh Australia

cukup ketat maka akan sulit bagi kelompok teroris untuk menyerang

warga Australia di Australia, salah satu cara yang digunakan dari

kelompok teroris tersebut adalah dengan menyerang warga Australia yang

berada di luar negeri.91

Peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia, khususnya Bali

dan Jakarta menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Indonesia dan

Pemerintah Australia. Adanya peristiwa tersebut tidak hanya

menimbulkan ketakutan bagi warga Indonesia, tetapi menimbulkan

90 Evi Fitriani (2012), 45.

91

Evi Fitriani (2012), 46.

56

anggapan dari masyarakat internasional bahwa Indonesia menjadi sarang

dari terorisme. Hal tersebut tentu sangat merugikan Indonesia, sebab Bali

merupakan destinasi wisata bagi turis asing ke Indonesia dan dampak

negatif lainnya adalah anggapan bahwa islam dekat dengan teroris.

Pemerintah Australia membantu pemerintah Indonesia dalam

menanggulangi aksi-aksi terorisme di Indonesia. Demi mencegah

masuknya terorisme ke Indonesia sistem keamanan Indonesia harus

diperketat. Bentuk bantuan yang diberikan Australia ke Indonesia melalui

kerjasama di berbagai bidang seperti; infrastruktur dan pelatihan-pelatihan

ke pihak kepolisian untuk meningkatkan keahlian forensik.92

Dalam meningkatkan kapasitas kemampuan operasional penegak

hukum dalam menangani segala kejahatan lintas negara khususnya

terorisme, Indonesia bekerjasama dengan Australia mendirikan pusat

pelatihan yang diberi nama Jakarta Centre Law Enforcement Cooperation

(JCLEC).93

Institusi ini dikelola oleh Kepolisian RI dan Kepolisian

Australia (AFP). Dalam pembangunan JCLEC, diketahui bahwa Australia

juga merupakan pendonor utama.94

Pada lima tahun awal pembangunan

92

Evi Fitriani (2012), 46. 93

“JCLEC, Pusat Pelatihan Investigasi Polri Bertaraf Internasional”, tersedia di

https://news.detik.com/berita/1498605/jclec-pusat-pelatihan-investigasi-polri-bertaraf-

internasional diakses pada 13 Agustus 2018. 94

“JCLEC, Buah Kerjasama Polri dan AFP”, tersedia

di https://nasional.kompas.com/read/2010/11/21/17201538/jclec.buah.kerjasama.polri.da

n.afp diakses pada 13 Agustus 2018.

57

pemerintah Australia mengalirkan 36 juta dolar Australia untuk merancang

dan membangun JCLEC.95

Isu lain yang menonjol pada periode ini adalah pengungsi yang

menuju Australia melewati dan terdampar di Indonesia. Permasalahan

mengenai pencari suaka yang memasuki wilayah Indonesia tidak kunjung

mereda. Menurut data yang dikeluarkan oleh United Nations High

Commissioner for Refugees (UNHCR) di jakarta, jumlah pencari suaka di

Indonesia pada tahun 2011 mencapai 4,052. Dari jumlah tersebut

meningkat di tahun 2012 menjadi 7,223 dan di tahun 2013 menjadi 8,332.

Jumlah pengungsi di setiap tahunnya tidak menentu, di akhir Desember

2017 tercatat sebanyak 13,840 pengungsi yang terdaftar di UNHCR.

Kebanyakan pengungsi yang mendaftar berasal dari Afghanistan (55%),

Somalia (11%) dan Iraq (6%).96

Salah satu faktor yang menjadi alasan

Indonesia menjadi tempat singgah bagi para pengungsi tersebut adalah

letak geografis Indonesia yang sangat strategis bagi pengungsi yang ingin

ke Australia.

Australia merupakan salah satu negara tujuan bagi para pencari

suaka yang menggunakan jalur laut dari berbagai negara yang sedang

mengalami konflik. Berbagai faktor yang menjadi ladasan para pencari

95

“JCLEC, Pusat pelatihan Investigasi Polri Bertaraf Internasional”, tersedia di

https://news.detik.com/berita/1498605/jclec-pusat-pelatihan-investigasi-polri-bertaraf-

internasional/1 diakses pada 14 November 2018.

96 UNHCR di Indonesia, tersedia di http://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia

diakses pada 12 September 2018.

58

suaka untuk mendapatkan status sebagai warga negara Australia yaitu

stabilitas ekonomi dan stabilitas politik. Selain itu juga, Australia dianggap

memiliki masyarakat yang bersifat heterogen, hal ini dianggap menarik

oleh para pencari suaka. Keberagaman yang dimiliki oleh masyarakat

Australia akan mempermudah para pencari suaka untuk menyesuaikan diri

dengan masyarakat.97

Kedatangan pengungsi lewat jalur laut ke Australia dianggap

sebagai gangguan keamanan nasional yang selalu menjadi perdebatan

antara partai yang berkuasa dengan partai oposisi. Masing- masing

berusaha untuk memperlihatkan gagasan atau kebijakannya merupakan

solusi yang terbaik untuk permasalahan para pencari suaka tersebut. Tidak

terkecuali PM Julia Gillard, yang saat itu menjabat dan menjadikan

penanganan manusia perahu menjadi agenda pertama kebijakan luar

negerinya.98

Meningkatnya gelombang kedatangan para pencari suaka sudah

menjadi masalah di regional, Australia adalah sebagai negara tujuan,

namun sebagian besar dari mereka melalui perairan Asia Tenggara

khususnya Indonesia. Langkah awal yang dibentuk oleh negara yang

terlibat dalam permasalahan ini adalah pembentukan Bali Process, Bali

97

Rahmad Akbar, “Dampak Kebijakan Australia Terkait Isu Pencari Suaka

Terhadap Hubungan Bilateral Australia-Indonesia (2013-2015), 8. Tersedia di

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/746/jbptunikompp-gdl-rahmadakba-37274-11-

nikom_44-l.pdf diakses pada 12 September 2018. 98

Evi Fitriani (2012), 49.

59

Process merupakan forum dialog regional tingkat menteri yang membahas

tentang mencegah penyelundupan dan perdagangan manusia, dalam hal ini

Indonesia dan Australia bertindak sebagai Co-chair. 99

Perkembangan terakhir hubungan antara Indonesia - Australia

adalah penundaan hubungan kerjasama militer dengan Australia. Akhir

tahun 2016 diberitakan bahwa Indonesia melakukan pemberhentian

sementara kerjasama militer antara TNI dengan Angkatan Bersenjata

Australia (Australian Defence Force/AFD).100

Insiden bermula ketika

Korps Pasukan Khusus (Kopassus) sedang berlatih dengan pasukan

komando Australia di salah satu fasilitas pelatihan militer di Perth. Salah

satu instruktur dari anggota Kopassus merasa ada salah satu unsur yang di

pajang di tempat tersebut menghina Indonesia.101

Permasalahan tersebut diperkirakan tidak menimbulkan dampak

yang terlalu besar terhadap hubungan bilateral kedua negara. Penundaan

hubungan kerjasama tersebut berlaku pada pertengahan Desember 2016,

mencakup kerjasama di segala bidang salah satunya adalah pelatihan

militer kedua negara. Pada akhir Februari 2017, Indonesia melalui

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menerima permintaan maaf dari

99

Evi Fitriani (2012), 50. 100

Nabilla Tashandra,”Kerja sama Militer Indonesia-Australia Dihentikan, Tak

Pengaruhi Hubungan Bilateral”, tersedia di

https://nasional.kompas.com/read/2017/01/04/16440271/kerja.sama.militer.indonesia-

australia.dihentikan.tak.pengaruhi.hubungan.bilateral diakses pada 13 September 2018. 101

“Indonesia „Tunda Sementara‟ Kerja sama Militer dengan Australia”,

tersedia di https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38504646 diakses pada 13

September 2018.

60

Australia dan sepakat untuk memulihkan hubungan militer kedua

negara.102

Penghentian hubungan kerjasama militer antara Indonesia dan

Australia bukan sesuatu yang baru. Pada tahun 2013, Kementerian

Pertahanan Indonesia menyatakan telah menghentikan tiga kerjasama

militer dengan Australia terkait tuduhan penyadapan terhadap pejabat

penting Indonesia oleh Australia. Hubungan keduanya pun kembali pulih

pada tahun 2014.

3.2. Kerjasama Intelijen Indonesia dengan Australia

Menurut Undang-Undang RI, intelijen adalah pengetahuan,

organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan, strategi

nasional, dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi

dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan

peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan dan

penaggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional.103

Intelijen merupakan salah satu instrumen penting bagi pelaksanaan

kekuasaan negara. Intelijen juga merupakan hasil dari proses

pengumpulan, perangkaian, evaluasi, analisis, integrasi dan interpretasi

dari seluruh informasi yang didapatkan dari isu keamanan nasional.

Singkatnya, intelijen merupakan inti dari pengetahuan yang mencoba

membuat prakiraan dengan cara menganalisis informasi terkini yang

102

“Indonesia dan Australia Pulihkan Hubungan Militer”, tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39095271 diakses pada 18 September 2018. 103

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen

Negara.

61

nantinya akan dijadikan ukuran dari kebijakan dan tindakan yang akan

dibuat. Dalam sistem keamanan nasional, intelijen berperan sebagai sistem

peringatan dini untuk mencegah terjadinya situasi mendadak yang dapat

mengancam keamanan negara.104

Intelijen negara dapat dibedakan menjadi dua pengertian menurut

konsepnya, yakni; sebagai fungsi dan sebagai sebuah organisasi. Inteljen

sebagai fungsi yaitu sebagai sistem peringatan dini, yang mana tugas dari

intelijen adalah untuk mengumpulkan, menganalisa dan memberikan

informasi yang diperlukan untuk pembuat kebijakan. Sedangkan, sebagai

organisasi yaitu institusi intelijen tidak jauh berbeda dengan istitusi

lainnya, hanya saja dalam aktivitasnya memiliki prinsip kerahasiaan.105

Indonesia memiliki beberapa badan yang memiliki bidang intelijen dan

badan yang berhubungan dengan terorisme, yaitu: Badan Intelijen Negara,

Badan Intelijen dan Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia

(Baintelkam) dan Detasemen Khusus 88 (Densus 88) yang dimiliki oleh

Polri, Badan Inteljien Strategis (BAIS) dan Detasemen Khusus 81 (Gultor)

yang dimiliki oleh TNI.

Hubungan kerjasama intelijen Indonesia dengan Australia resmi

dilaksanakan pada tahun 2002, pasca terjadinya peristiwa Bom Bali I.

Kerjasama tersebut didirikan pada 16 Oktober 2002 yang dinamakan Joint

104

Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-

2004 (Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 1. 105

Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-

2004 (Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 2.

62

Investigation and Inteligence Team to Investigate the Bali Bombing.106

Kerjasama ini dilakukan oleh pihak Kepolisian Indonesia dengan

Kepolisian Australia yang bertujuan hanya untuk mengungkap kasus bom

Bali I dengan membentuk badan intelijen anti teror.

Pasca peristiwa Bom Bali tahun 2002, Indonesia membentuk

satuan khusus anti teror yang diberi nama Detasemen 88 (Densus 88).

Dalam meningkatkan kapasitasnya, Densus 88 dibantu oleh Australia

perihal pendanaan. Tidak hanya itu, pendanaan yang telah digelontorkan

oleh Australia digunakan untuk reformasi lembaga kepolisian dan

pelatihan-pelatihan di Indonesia.107

Sebelum adanya penandatanganan perjanjian kerjasama keamanan

di tahun 2006, wacana tentang perlunya mengadakan kerjasama keamanan

Indonesia dengan Australia sudah terlihat sejak tahun 2003. Indonesia

diwakili oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Menteri Koordinasi

Politik, Hukum dan Keamanan berkunjung ke Australia setahun setelah

peristiwa Bom Bali I. Dalam pertemuan tersebut, Susilo Bambang

Yudhoyono menyatakan bahwa perlunya peningkatan kemampuan

106

Australian Foreign Minister Affairs, “Joint Investigation and Intelligence

Team to Investigate Bali Bombing”, tersedia di

https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada 20 September

2018.

107 “Bagaimana Densus 88 di Indonesia menjadi model untuk negara sekitarnya”

The Conversation tersedia di http://theconversation.com/bagaimana-densus-88-di-

indonesia-menjadi-model-untuk-negara-sekitarnya-99299 diakses pada 24 Januari 2019.

63

keamanan negara guna memberantas ancaman baik yang bersifat

tradisional maupun non tradisional.

Pada tahun 2004, Indonesia dan Australia mendirikan Jakarta

Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di Semarang.

Pembangunan JCLEC, dianggap sebagai bentuk komitmen dari hubungan

bilateral kedua negara, di mana tempat tersebut dijadikan sebagai pusat

pelatihan dan penegakan hukum bagi kedua negara terutama merespon

ancaman terorisme dan kejahatan lintas negara. Dalam pendiriannya,

JCLEC mendapat dukungan aktif dari pemerintah mitra dan lembaga

penegak hukum internasional, terutama INTERPOL dan ASEANAPOL.108

di JCLEC, terdapat beberapa program pengembangan kapasitas di

beberapa bidang seperti; forensik, manajemen, intelijen, investigasi serta

konferensi/seminar/lokakarya. Peserta di JCLEC, tidak hanya orang dari

Indonesia atau Australia, banyak peserta dari negara-negara lainnya. Pada

dasarnya JCLEC sebagai sarana pembelajaran dan tempat saling bertukar

informasi.109

Setelah Susilo Bambang Yudhoyono dilantik menjadi presiden

Indonesia, hubungan kedua negara diperkuat dengan ditandatanganinya

Joint Declaration on Comprehensive Partnership Between The Republic

Indonesia and Australia. Deklarasi ini didasari bahwa kedua negara sama-

108

“about Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation” tersedia di

https://www.jclec.org/about 109

Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama

lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018.

64

sama memiliki komitmen untuk memperkuat kerjasama di berbagai bidang

untuk meningkatkan interaksi antar masyarakat. Selain itu, dalam

deklarasi ini disebutkan bahwa pentingnya kerjasama dalam menumpas

terorisme, pasca bom Bali I. Dalam deklarasi tersebut Indonesia dan

Australia sepakat untuk melakukan kerjasama dalam hal peningkatan

kapabilitas polisi (capacity building), agen intelijen (sharing inteligent)

dan penegakan hukum di kantor imigrasi dan bea cukai.110

Selama kurang lebih tiga tahun dalam melakukan berbagai

pembicaraan dan pembahasan antar kedua negara, akhirnya kedua negara

menyepakati naskah final Agreement Between The Goverment of The

Republic Indonesia and The Goverment of Australia on the Framework for

Security Cooperation atau yang lebih dikenal dengan Lombok Treaty pada

tanggal 13 November 2006. Kemudian di tahun 2007 kerjasama tersbut

diratifikasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia.111

Dalam naskah perjanjian Lombok Treaty, dapat dilihat terdapat

beberapa tujuan utama dari pembentukannya. Pertama, menciptakan

kerangka kerjasama guna memperdalam dan memperluas kerjasama kedua

negara serta untuk meningkatkan kerjasama dan konsultasi antar pihak

dalam bidang yang menjadi perhatian bersama yang dapat mempengaruhi

110

Taruna Rasta Sakti, “Kerjasama Keamanan: Studi Kasus Traktat Lombok

antara Indonesia dan Australia”, Jurnal Hubungan Internasional No.1 (Januari-Juni

2016),101 tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-

jhi3ad9720910full.pdf diakses pada 20 September 2018.

111

Taruna Rasta Sakti, 100.

65

keamanan nasional di masing-masing negara. Kedua, membentuk suatu

mekanisme konsultasi bilateral guna mendorong dialog intensif,

pertukaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang kooperatif serta

memperkuat hubungan antar lembaga yang sesuai dengan perjanjian ini.112

Pada perjanjian ini mencakup beberapa bidang kerjasama yang

dianggap penting bagi keamanan di masing masing negara. Terdapat 10

bidang kerjasama yang dicakup, yaitu; kerjasama pertahanan, kerjasama

penegakan hukum, kerjasama counter-terrorism, kerjasama intelijen,

keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan

perluasan (non proliferasi) senjata pemusnah massal, kerjasama tanggap

darurat, kerjasama pada organisasi multilateral dan bersama membangun

rasa saling pengertian pada masyarakat mengenai persoalan-persoalan

dalam bidang keamanan.113

Pada 5 September 2012, Kementerian Pertahanan RI dan

Departemen Pertahanan Australia mengadakan pertemuan bilateral yang

membahas mengenai kerjasama industri pertahanan kedua negara untuk

memenuhi kebutuhan pertahanan. Pertemuan Menteri Pertahanan Tahunan

tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan para petinggi Indonesia dan

112

Australian Treaty Series, “Agreement Between Australia and The Republic

of Indonesia on The Framework for Security Cooperation” tersedia di

http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/treaties/2008/3.html diakses pada 22 September

2018. 113

“Penandatanganan Perjanjian Kerangka Kerjasama Keamanan RI - Australia

di Lombok” tersedia di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-

pers/Pages/Penandatanganan-Perjanjian-Kerangka-Kerjasama-Keamanan-RI---Australia-

di-Lombok.aspx diakses pada 22 September 2018.

66

Australia (2+2). Di akhir pertemuan bilateral tersebut Menteri Smith dan

Menteri Yusgiantoro menandatangani pengaturan kerja sama pertahanan

dengan memberlakukan kerangka resmi kerja sama pertahanan praktis di

bawah Lombok Treaty.114

Tahun 2013 hubungan bilateral Indonesia dengan Australia

merenggang, hal tersebut diketahui setelah adanya tuduhan bahwa pihak

Australia melakukan penyadapan terhadap telepon seluler milik Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu negara Ani Yudhoyono dan delapan

menteri serta pejabat negara lainnya. Setelah tuduhan terkait penyadapan

gencar diberitakan, pemerintah Indonesia menarik duta besarnya di

Australia dan menghentikan kerja sama militer dan intelijen. Pada bulan

Mei 2014, hubungan bilateral keduanya mencair ketika duta besar

Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema dikirim kembali ke

Canberra. Dari kejadian tersebut kedua negara sepakat melakukan

penandatangan terkait kerja intelijen, kesepakatan protokol dan kode etik

antara pemerintah Australia dan Indonesia. Kesepakatan tersebut dibuat

agar kedua negara dapat memulihkan kepercayaan dan keyakinan antar

negara dimasa yang akan datang.115

114

“Pertemuan Menteri Pertahanan Tahunan Yang Perdana”, tersedia di

http://ikahan.com/2012/10/pertemuan-menteri-pertahanan-tahunan-yang-perdana/ diakses

pada 22 September 2018. 115

“Kesepakatan Indonesia-Australia "bisa pulihkan kepercayaan””, tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140819_indonesia_australia

diakses pada 25 September 2018.

67

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia di perkuat

kembali pada akhir tahun 2015, tepatnya tanggal 21 Desember. Indonesia

mengadakan pertemuan bilateral dengan membahas kerjasama yang lebih

komprehensif dalam menangani keamanan negara. Pertemuan tersebut

dihadiri oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut

Binsar Pandjaitan dengan Jaksa Agung Australia George Brandis. Dalam

hal ini kedua negara tersebut membahas persoalan terorisme yang sedang

di hadapi. Pertemuan tersebut membahas mengenai tiga isu penting yaitu

tentang kontra-terorisme, keamanan dunia maya (cyber security) dan

operasi intelijen.116

Pertemuan antara Indonesia dan Australia lainnya dilakukan di

tempat yang berbeda. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan

Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu melaksanakan The Third

Indonesia-Australia Foreign and Defence Ministers Meeting (2+2

Dialogue) dengan delegasi dari Australia yaitu Menteri Luar Negeri Julie

Bishop dan Menteri Pertahanan Marise Payne. Pertemuan ini merupakan

mekanisme bilateral setingkat Menlu dan Menhan yang membahas tentang

isu-isu yang menyangkut kedua negara.

Dalam pertemuan 2+2 kedua negara memfokuskan pada penguatan

kerjasama martim. Pembahasan tidak berhenti sampai di isu maritim saja,

116

Fathiyah Wardah, “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”,

tersedia di https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-bahas-kerjasama-

keamanan/3112475.html diakses pada 25 September 2018.

68

pertemuan tersebut membahas isu-isu lain seperti upaya dalam mengatasi

ekstremisme dan terorisme, keamanan dan stabilitas kawasan. Pada

pembahasan isu ekstremisme dan terorisme, kedua negara sepakat untuk

bekerjasama dalam memperkuat kapasitas nasionalnya di bidang kontra

terorisme, kejahatan lintas batas, termasuk foreign fighters, kejahatan

dunia maya dan kerjasama intelijen, strategi menghadapi propaganda

melalui media sosial, dan saling bertukar informasi keuangan untuk

memerangi aliran keuangan ilegal ke organisasi-oraganisasi teroris.

Pada pelaksanaannya Indonesia menekankan perlunya solusi yang

lebih tepat dengan menyatukan berbagai pendekatan seperti; militer,

agama, ekonomi dan sosial budaya. dalam pertemuan 2+2 tersebut adanya

penandatanganan MoU between the Government of the Republic of

Indonesia and the Government of Australia on Combating International

Terrorism oleh Kepala BNPT dan Sekretaris Jenderal DFAT Australia. Isi

dalam MoU tersebut mencakup kerjasama intelijen dan peningkatan

kapasitas antarlembaga dalam memerangi terorisme.117

Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Penanggulangan

Terorisme Internasional tersebut disambut baik oleh para Menteri terkait.

Adanya kesepakatan ini didasari oleh keprihatinan dari kedua negara

dalam menanggapi kasus terorisme yang semakin mengancam keamanan

117

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Pertemuan 2+2 Indonesia-

Australia Majukan Kerja Sama Maritim” tersedia di

https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-Australia-Majukan-

Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada 26 September 2018.

69

negara. Munculnya berbagai macam teror dari gerakan ISIS di Indonesia

maupun di Australia, menambah kekhawatiran kedua negara yang dapat

mempengaruhi stabilitas dan kedaulatan negara.

Selain itu, adanya kesepakatan ini juga berasal dari hasil positif

pada KTT Regional Australia dalam Menghadapi Kekerasan Terorisme

(Australia‟s Regional Summit to Counter Violent Terrorism) pada Juni

2015 di Sydney, serta KTT Pembiayaan Kontra-Terorisme (Counter-

Terrorism Financing Summit) pada November 2015 di Sydney.118

Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia Australia juga disambut

baik oleh Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso. Menurutnya,

pertemuan tersebut semakin memperkuat kerjasama kedua negara

dibidang intelijen bukan hanya sekedar pada pertukaran informasi

intelijen, namun join corporation. Dalam menghadapi persoalan terorisme

kedua negara harus teliti dan memusatkan perhatiannya.119

Pada bulan Agustus 2016, Menteri Luar Negeri Australia Julie

Bishop melakukan kunjungan ke Istana Merdeka. Dalam pertemuan

tersebut, Presiden Joko Widodo membahas kerjasama di bidang Counter

terrorism (penanggulangan terorisme) hingga pertukaran informasi

118

Australian Embassy Indonesia, “Joint Statement The Meeting of the

Indonesia -Australia Ministerial Council on Law and Security” tersedia di

https://indonesia.embassy.gov.au/jakt/JS15_001.html diakses pada 15 Oktober 2018. 119

Fathiyah Wardah, “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”,

tersedia di https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-bahas-kerjasama-

keamanan/3112475.html diakses pada 26 September 2018.

70

intelijen. Kedua negara sepakat untuk menerapkan capacity building

(pengembangan kapasitas) salah satunya melalui JCLEC.120

Pada tanggal 26 Februari 2017 Presiden RI Joko Widodo

melakukan kunjungan ke Australia, dalam kunjungannnya ia menekankan

kepada PM Malcolm Turnbull bahwa pentingnya kerjasama antara kedua

negara untuk meningkatkan fokus kerjasama pada Countering Violent

Extremism dan kerjasama mencegah radikalisasi. Kedua negara sepakat

untuk melakukan berbagai kerjasama yang kongkrit anti teroris di bidang

intelijen seperti; pertukaran informasi, pelatihan/pembangunan kapasitas

(capacity building) dan bantuan teknis (technical assistance).

Terkait penanggulangan ancaman ISIS dikawasan, Indonesia dan

Australia anggota dari Sub Regional Meeting on Foreign Terrorist

Fighters and Cross Border Terrorism. Tahun 2017, Indonesia menjadi

tuan rumah dalam acara tersebut, acara tersebut dilaksanakan pada 29 Juli

2017 di Manado. Pertemuan setingkat menteri tersebut akan dihadiri oleh

perwakilan negara dari Australia, Selandia Baru, Brunei Darussalam,

Malaysia, Filipina dan Indonesia (Menkopolhukam). Dalam pertemuan

tersebut, dibahas mengenai penguatan pertukaran informasi dan intelijen

dengan mitra regional, strategi untuk menangkal ekstremisme dengan

120

Supriatin, “Bertemu Menlu Australia, Jokowi bahas pertukaran informasi

intelijen” Merdeka tersedia di https://www.merdeka.com/peristiwa/bertemu-menlu-

australia-jokowi-bahas-pertukaran-informasi-intelijen.html diakses pada 24 Januari 2019.

71

kekerasan, memperkuat kerangka hukum dan pendetesian ancaman-

ancaman di perbatasan.121

Dalam mengatasi kasus terorisme, Indonesia perlu kerjasama

intelijen dengan Australia. Dari adanya kerjasama intelijen yang dilakukan

oleh negara lain akan memudahkan Indonesia dalam mendapatkan

informasi terkait terorisme yang berada di Indonesia. Informasi yang

diterima bisa terkait dengan pendanaan para terorisme, jalur masuk dan

keluar bagi para teroris serta penyebaran teroris di Indonesia. Dengan

menjalin kerjasama intelijen dengan Australia, diharapkan dapat

membantu Indonesia dalam mengatasi terorisme di Indonesia.

121

Yoseph Ikanubun, “Bersama Indonesia, Australia Pimpin Perang Lawan ISIS

di Kawasan” Liputan 6 tersedia di

https://www.liputan6.com/global/read/3038931/bersama-indonesia-australia-pimpin-

perang-lawan-isis-di-kawasan diakses pada 24 Januari 2019.

72

BAB IV

KEPENTINGAN INDONESIA KERJASAMA INTELIJEN

DENGAN AUSTRALIA PERIODE PERIODE 2015-2017

Bab IV adalah bab yang menyajikan analisa penulis mengenai

relevansi konsep terhadap masalah penelitian. Adapun dua konsep yang

digunakan untuk menganalisa kerjasama intelijen Indonesia dengan

Australia periode 2015-2017. Bagian ini dibagi menjadi dua subbab.

Subbab pertama adalah ancaman keamanan Indonesia dan Australia.

Subbab kedua adalah Australia sebagai mitra strategis Indonesia. Dengan

konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama internasional yang

dianggap dapat menjelaskan pertanyaan penelitian.

4.1. Ancaman Keamanan Indonesia Dan Australia

Dalam tatanan dunia internasional, isu keamanan merupakan hal

penting bagi setiap negara. Ancaman keamanan bagi suatu negara yang

dapat merugikan dan mengganggu stabilitas negara salah satunya adalah

aksi terorisme. Aksi terorisme tersebar di berbagai belahan dunia, tidak

terkecuali Indonesia.

Menurut konsep terorisme, aksi terorisme merupakan metode yang

digunakan untuk menyebarkan kecemasan, dengan target yang dipilih

secara acak. Hal ini bertujuan untuk membuat situasi menjadi mencekam

dan menimbulkan ketakutan di suatu daerah atau negara. Tentunya dengan

73

definisi ini, dapat dikatakan bahwa aksi yang terjadi yang terjadi di

Indonesia sesuai dengan definisi konsep terorisme.122

Aksi terorisme di Indonesia mulai muncul pada tahun 1981 yaitu

pembajakan pesawat DC-9 Woyla oleh lima orang bersenjata.123

Setelah

itu ancaman terorisme mulai berkembang di Indonesia. Puncaknya adalah

di tahun 2002 terjadi pengeboman yang menyebabkan 202 korban jiwa.124

Aksi tersebut bisa dikatakan sebagai awal mula maraknya aksi terorisme

di Indonesia, seperti yang sudah penulis jabarkan di BAB 2.

Baik Indonesia maupun Australia memiliki ancaman terorisme

yang sama. Pernyataan ini juga berdasarkan wawancara yang telah

dilakukan dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama lembaga Pemerintah

BNPT, yang mengatakan bahwa salah satu alasan Indonesia perkuat

kerjasama intelijen dengan Australia yakni adanya ancaman yang sama

dan semakin kuat bagi kedua negara.125

Salah satu bentuk ancaman

terorisme yang sedang ramai pada saat itu bersumber dari gerakan Islamic

State of Iraq and Syria (ISIS). Teror yang mengancam dari kelompok

ISIS, dilakukan di Indonesia maupun Australia.

122

Alex P. Schmid dan Albert J. Jongman, Political Terrorism (Routledge:

London dan New York 1988), 28. 123

“Pengakuan Sandera Pembajakan Woyla: Neraka 65 Jam dalam Pesawat”

Tirto tersedia di https://tirto.id/pengakuan-sandera-pembajakan-woyla-neraka-65-jam-

dalam-pesawat-cGPZ diakses pada 15 November 2018. 124

Budi Riza,” Howard: Jumlah Korban Bom Bali Asal Australia 88 Orang”,

Tempo https://dunia.tempo.co/read/34364/howard-jumlah-korban-bom-bali-asal-

australia-88-orang diakses pada Sabrtu 17 Maret 2018. 125 Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama

lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018.

74

Pada tahun 2014, Gerakan ISIS menjadi menjadi sorotan di

Indonesia. Salah satu teror yang dilakukan kelompok tersebut adalah

dengan melakukan pembaiatan pendukung ISIS di Gedung Syahida Inn

pada tanggal 6 Juli 2014. Selain deklarasi, oknum ISIS juga membagikan

pamflet berupa ajakan bagi muslimah untuk menjadi budak seks bagi

mujahidin ISIS agar bersemangat untuk memerangi kafir.126

Pada bulan Juli 2014 sekelompok warga Indonesia membuat

sebuah video yang berisi ajakan bagi sekelompok warga Indonesia untuk

bergabung ke ISIS.127

Dalam video yang berjudul “Joint the Ranks”

dengan durasi delapan menit tersebut, seorang pria yang bernama Abu

Muhammad al-indonesi alias Bahrumsyah menyampaikan pidato yang

menyatakan bahwa jika bergabung menjadi anggota merupakan suatu

kewajiban bagi umat Islam. “Apakah harta, kekayaan dan bisnis kalian

lebih penting daripada Allah?”, kalimat tersebut diucapkan oleh

Bahrumsyah dalam pidatonya sebagai legitimasi untuk menunjukan

pentingnya bergabung menjadi anggota ISIS.128

Setelah melancarkan berbagai teror berupa ajakan bergabung

diawal kemunculannya, teror yang sesungguhnya diklaim ISIS dimulai

126

“Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN” Tempo tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-isis-di-

uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018. 127

“Video WNI Ajak Masuk ISIS Beredar di Youtube” Tempo tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/596522/video-wni-ajak-masuk-isis-beredar-di-

youtube/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

128 “ISIS Recruitment Video Join the Ranks Indonesian Muslims” tersedia di

https://www.youtube.com/watch?v=zfmf7_MLbSk diakses pada 7 Desember 2018.

75

pada 2015. pada bulan Desember 2015 aparat keamanan Indonesia

menangkap setidaknya enam orang yang diketahui sebagai anggota

kelompok dari jaringan Abu Jundi. Menurut Kapolri Jenderal Badrodin

Haiti, Abu Jundi merupakan salah satu partisipan ISIS.129

Penangkapan

tersebut dilakukan karena salah satu dari anggotanya memiliki keahlian

merakit bom, yang mana bom tersebut direncanakan untuk melakukan aksi

bom bunuh diri dan penyerangan pada malam natal 2015.

Awal tahun 2016, terjadi sebuah peristiwa teror di Sarinah, Jakarta

Pusat yang menyerang pos polisi dan gerai kopi Starbucks, yang memakan

33 korban, di mana 8 di antaranya meninggal dunia, dan 25 orang lainnya

mengalami luka-luka.130

Menanggapi peristiwa tersebut, Dewan

Keamanan PBB mengutuk serangan tersebut dan mengatakan bahwa

serangan ini diklaim bahwa dilakukan oleh ISIS.131

Klaim tersebut juga

diperkuat melalui pernyataan langsung dari pihak ISIS melalui pernyataan

tertulis yang dirilis oleh salah satu lembaga propaganda kelompok, yaitu

Kantor Berita Amaaq.132

"Milisi ISIS melakukan serangan bersenjata pagi

129

“Kapolri Sebut Abu Jundi Kirim Pasukan ISIS ke Suriah” Tempo tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/729338/kapolri-sebut-abu-jundi-kirim-pasukan-

isis-ke-suriah/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018. 130

“Daftar Nama Korban Pelaku Ledakan Bom Sarinah” Rappler tersedia di

https://www.rappler.com/indonesia/119022-daftar-nama-korban-pelaku-ledakan-

bom-sarinah diakses pada 7 Desember 2018. 131

“DK PBB Turut Kecam Teror Bom Sarinah” Sindo tersedia di

https://international.sindonews.com/reaad/1077310/42/dk-pbb-turut-kecam-teror-

bom-sarinah-1452842082 diakses pada 7 Desember 2018. 132

“ISIS Klaim dibalik Bom Sarinah dan Serangan Jakarta” Tempo tersedia di

https://dunia.tempo.co/read/736183/isis-klaim-di-balik-bom-sarinah-dan-

serangan-jakarta/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

76

ini menargetkan warga asing dan pasukan keamanan yang dituduh

melindungi mereka di ibukota Indonesia”.

Meskipun belum ada pernyataan resmi bahwa ISIS mengklaim

serangan tersebut, namun Kepolisian Indonesia mengatakan bahwa bentuk

serangannya sama dengan yang dilakukan ISIS di Paris pada bulan

November 2015. Diketahui juga, serangan ini merupakan serangan

pengganti yang sebelumnya akan dilakukan pada natal 2015. Selama tahun

2016, Densus 88 telah menangkap sekitar 170 orang terduga teroris.133

Serangan ISIS masih berlanjut di tahun 2017, aksi tersebut

dilakukan di area terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, dengan

menggunakan bom berbentuk panci. Tito Karnavian mengatakan bahwa

pelaku serangan ini positif tergabung dalam jaringan JAD, yang tidak lain

berafiliasi dengan ISIS.134

Dengan adanya hal tersebut, pemerintah Indonesia siaga dengan

berkembangnya ISIS di Indonesia. Jika ISIS berkembang di Indonesia

dikhawatirkan akan melakukan kekerasan seperti di Iraq dan Suriah yang

dapat mengancam kedaulatan negara.

133

Martahan Sohuturon,”Polri Tangkap 170 Terduga Teroris Sepanjang 2016”,

CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161228201036-12-

182749/polri-tangkap-170-terduga-teroris-sepanjang-2016 diakses pada 20 Mei 2018. 134

“Menguak Dalang Bom Kampung Melayu” Liputan6 tersedia di

https://www.liputan6.com/news/read/2967605/menguak-dalang-bom-kampung-

melayu diakses pada 7 Desember 2018.

77

Australia juga memiliki ancaman keamanan yang sama dengan

Indonesia. aksi teroris di Australia yang diklaim oleh ISIS antara lain;

pada tahun 2014, terjadi penikaman terhadap dua perwira polisi, pelaku

diketahui berasal dari Afghanistan dan memiliki keterkaitan dengan

kelompok islam radikal Al-Furqan.135

Laporan media juga mengatakan

bahwa ia melihat pelaku dengan bendera ISIS.136

Selanjutnya, terjadi

penembakan dan pembunuhan pada 2 Oktober 2015 di Sydney Parramatta

oleh remaja pria berusia 15 tahun. Remaja tersebut belakangan diketahui

telah teradikalisasi dan serangannya tersebut memiliki tujuan yang

berhubungan dengan kegiatan terorisme.137

Pada September 2016, terjadi penikaman yang melukai orang lain

di pinggiran kota Sydney. Catherine Burn, wakil komisaris polisi

mengatakan bahwa pelaku tersebut melakukan tindakan terorisme dan

percobaan pembunuhan. Dalam pengakuannya tersebut dia mengatakan

bahwa tindakan yang dilakukan oleh pelaku terinspirasi oleh ISIS.138

Di

tahun 2017 terjadi pembunuhan dan penyandraan yang dilakukan di

135

“One Person Shot Dead Two Stabbed Endeavour Hills” ABC tersedia di

https://www.abc.net.au/news/2014-09-23/one-person-shot-dead-two-stabbed-

endeavour-hills/5764408 diakses pada 7 Desember 2018. 136

“Australia Shooting: Teen was „known terror suspect‟ BBC tersedia di

https://www.bbc.com/news/world-asia-29339120 diakses pada 7 Desember 2018.

137 “Polisi Sydney Tangkap Pria Pemasok Senjata dalam Insiden Penembakan di

Parramatta” Elshinta tersedia di https://news.detik.com/abc-australia/d-

3045043/polisi-sydney-tangkap-pria-pemasok-senjata-dalam-insiden-

penembakan-di-parramatta diakses pada 7 Desember 2018. 138

“Australia ISIS Stabbing Sydney Minto” Nytimes tersedia di

https://www.nytimes.com/2016/09/11/world/australia/australia-isis-stabbing-

sydney-minto.html diakses pada 7 Desember 2018.

78

kompleks apartemen di Brighton. ISIS mengklaim bahwa “tentaranya”

bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Sebelum kejadian tersebut,

Channel 7 menerima telepon dari seorang pria yang mengatakan “ini untuk

IS, ini untuk Al-Qaeda”.139

Jika dibandingkan dengan Indonesia, jumlah serangan yang

dialami oleh Australia memang tidak terlalu besar, namun Australia tetap

menanggapinya dengan serius. Hal ini ini juga menjadi salah satu alasan

Indonesia menjalani hubungan kerjasama intelijen dengan Australia.

Berdasarkan data tersebut, jelas bahwa kedua negara memiliki ancaman

yang sama. Selain itu, Indonesia mau bekerjasama dengan Australia

karena Australia merupakan 7 dari 10 negara di dunia yang memiliki

kapabilitas intelijen terkuat.140

Pelatihan gabungan sangat diperlukan oleh Indonesia dengan

Australia untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan para

aparat keamanan Indonesia. Selain itu, dari segi teknologi, Australia

merupakan 10 dari 15 negara di dunia dengan teknologi termaju.141

Kemajuan teknologi yang dimiliki Australia dapat membantu Indonesia

139

“Islamic State Claims Responsibility for Brighton Siege” ABC tersedia di

https://www.abc.net.au/news/2017-06-06/islamic-state-claims-responsibility-for-

brighton-siege/8591540 diakses pada 8 Desember 2018.

140 “10 Negara yang Mempunyai Badan Intelijen Terbaik” Vistaeducation

tersedia di https://www.vistaeducation.com/news/v/vip/10-negara-yang-

mempunyai-badan-intelejen-terbaik diakses pada 8 Desember 2018. 141

“Wow Inilah 15 Negara dengan Teknologi Paling Maju di Dunia” Idntimes

https://www.idntimes.com/tech/trend/hendria-1/wow-inilah-15-negara-dengan-

teknologi-paling-maju-di-dunia-c1c2/full diakses pada 8 Desember 2018.

79

untuk mengembangkan teknologi di negaranya. Teknologi di era ini sangat

diperlukan, mengingat para teroris juga menggunakan teknologi terbaru

untuk melancarkan aksinya. Terkait pendanaan terorisme, Indonesia

memerlukan banyak informasi untuk melacak pendanaan terorisme. Dalam

hal ini, Indonesia ingin bekerjasama dengan Australia karena Australia

memiliki satuan intelijen siber yang ditujukan untuk melacak pendanaan

terkait terorisme dibawah badan pelacak keuangan Australian Transaction

Reports and Analysis Center (AUSTRAC).142

Jika dikaitkan dengan konsep kepentingan nasional, kerjasama

yang dilakukan Indonesia dengan Australia di bidang intelijen, adalah

karena kekhawatiran pemerintah terhadap status keamanan Indonesia yang

disebabkan banyaknya aksi terorisme yang telah dijabarkan sebelumnya.

Aksi terorisme tersebut tidak hanya merugikan sisi keamanan Indonesia,

namun juga membahayakan sektor lainnya seperti; ekonomi, pariwisata

dan stabilitas politik di Indonesia.

Akibat banyaknya kerugian yang ditimbulkan dari aksi terorisme

ini, pemerintah Indonesia membuat sebuah strategi untuk memperkuat

kembali sektor keamanan Indonesia dari gangguan kelompok terorisme

ini. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terkait

ancaman keamanan adalah melalui kerjasama intelijen dengan Australia.

142

“Australia Bentuk Intelijen Siber Lacak Pendanaan Teroris” Tirto tersedia di

https://tirto.id/australia-bentuk-intelejen-siber-lacak-pendanaan-teroris-byya

diakses pada 8 Desember 2018.

80

Karena, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada BAB 1 bahwa

intelijen merupakan sistem peringatan dini untuk mencegah terjadinya

anacaman terhadap keamanan suatu negara.

4.2. Australia Sebagai Mitra Strategis Indonesia

Terkait tindaklanjutan kepentingan nasional yang sudah dijelaskan

sebelumnya, dalam hal ini penulis menggunakan konsep kerjasama

internasional. Dalam konsep kerjasama internasional ini penulis

menekankan kerjasaama Indonesia dengan Australia.

Terjalinnya kerjasama antara Indonesia dan Australia tidak luput

dari berkembangnya hubungan baik sejak 1966, di mana Indonesia pada

saat itu berada di bawah kepemimpinan Soeharto. Kerjasama ini dimulai

dari sektor ekonomi dan budaya. Hal ini terkait dengan kepemimpinan

presiden Soeharto pada saat itu yang cendrung memperlihatkan sikap anti

komunis dan juga pro dengan barat.143

Namun, hubungan Indonesia dan

Australia juga memiliki masa-masa kritis, yaitu pada saat pelepasan

Timor-Timur dari NKRI. Hubungan fluktuatif tersebut menyebabkan

adanya jarak antara Indonesia dan Australia, Karena permasalahan

domestik Indonesia yang terkesan di intervensi Australia.

Peristiwa pengeboman yang terjadi di Bali tanggal 12 oktober 2002

merupakan titik balik terjalinnya hubungan baik kembali antara Indonesia

143

Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia (LIP-FISIP-UI/PT Remaja

Rosdakarya: Bandung, 1999),422

81

dan Australia. Hal ini tidak terlepas dari tindakan terorisme tersebut yang

juga memakan korban jiwa berkewarganegaraan Australia. Kejadian ini

tentunya juga mengganggu kestabilitasan sektor keamanan Australia,

karena banyak warga negaranya yang menjadi korban. Menanggapi hal

ini, pemerintah Australia menawarkan bantuan berupa kerjasama di

berbagai bidang seperti infrastruktur, pelatihan kepada pihak kepolisian

dalam bidang forensik. Bantuan ini merupakan rangkaian penawaran dari

Australia ke Indonesia yang dinamakan Joint Investigation and Inteligence

Team to Investigate the Bali Bombing.144

. Penawaran ini dimulai pada 16

oktober 2002 yang ditujukan untuk mengungkap kasus bom bali 1 dengan

membentuk badan intelijen anti teror.

Berkat penawaran Australia ini, Indonesia yang diwakili oleh

bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungannya ke Australia

menginginkan adanya kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam

sektor keamanan yang mencakup bidang intelijen anti teror didalamnya.

Hal ini didasai pada persamaan pandangan antara Indonesia Australia

terhadap ancaman terorisme di bidang keamanan. Hal ini juga berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan dengan Danny Wulandari KASI

Kerjasama lembaga Pemerintah BNPT, yang mengatakan bahwa sejak

144

Australian Foreign Minister Affairs, “Joint Investigation and Intelligence

Team to Investigate Bali Bombing”, tersedia di

https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada 20 September

2018.

82

adanya peristiwa tersebut hubungan kedua negara semakin berkembang

dan kerjasamanya yang dilakukan berjalan dengan sangat baik.145

Seperti yang sudah dibahas di BAB 2, kedua negara telah

menyepakati naskah final Agreement Between The Goverment of The

Republic Indonesia and The Goverment of Australia on the Framework for

Security Cooperation atau yang lebih dikenal dengan Lombok Treaty pada

tanggal 13 November 2006. Setelah melakukan kurang lebih 3 tahun

perundingan dan kerjasama tersebut diratifikasi oleh Dewan Perwakilan

Rakyat Indonesia.146

Dalam naskah perjanjian tersebut, terdapat tujuan utama dari

pembentukannya, yakni menciptakan kerangka kerjasama dan membentuk

suatu mekanisme konsultasi bilateral guna mendorong dialog intensif,

pertukaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang kooperatif serta

memperkuat hubungan antar lembaga yang sesuai dengan perjanjian ini.147

Selain itu tertera pula beberapa bidang kerjasama, yaitu; kerjasama

pertahanan, kerjasama penegakan hukum, kerjasama counter-terrorism,

kerjasama intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan

145 Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama

lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018. 146

Taruna Rasta Sakti, “Kerjasama Keamanan: Studi Kasus Traktat Lombok

antara Indonesia dan Australia”, Jurnal Hubungan Internasional No.1 (Januari-Juni

2016),100 tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-

jhi3ad9720910full.pdf diakses pada 20 September 2018. 147

Australian Treaty Series, “Agreement Between Australia and The Republic

of Indonesia on The Framework for Security Cooperation” tersedia di

http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/treaties/2008/3.html diakses pada 22 September

2018.

83

penerbangan, pencegahan perluasan (non proliferasi) senjata pemusnah

massal, kerjasama tanggap darurat, kerjasama pada organisasi multilateral

dan bersama membangun rasa saling pengertian pada masyarakat

mengenai persoalan-persoalan dalam bidang keamanan.148

Setelah adanya perjanjian Lombok Treaty, setiap tahunnya kedua

negara sepakat untuk mengadakan pertemuan guna membahas isu

keamanan yang menyangkut kedua negara. Pada tahun 2015, diadakan

pertemuan The Third Indonesia-Australia Foreign and Defence Ministers

Meeting (2+2 Dialogue) yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri dan

Menteri Pertahanan kedua negara. Dalam pertemuan ini, Indonesia

menekankan bahwa perlu adanya penguatan kerjasama untuk

menanggulangi ancaman yang ada. Pada pertemuan tersebut juga kedua

negara juga melakukan penandatanganan MoU mengenai kesepakatan

pemberantasan terorisme internasional.149

Kesepakatan tersebut didasari

oleh keprihatinan kedua negara terhadap aksi terorisme yang semakin

mengancam keamanan negara.

Dalam menanggulangi ancaman terorisme, aparat keamanan di

Indonesia dianggap memiliki kapabilitas yang baik, mengingat aksi-aksi

148

“Penandatanganan Perjanjian Kerangka Kerjasama Keamanan RI - Australia

di Lombok” tersedia di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-

pers/Pages/Penandatanganan-Perjanjian-Kerangka-Kerjasama-Keamanan-RI---Australia-

di-Lombok.aspx diakses pada 22 September 2018. 149

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Pertemuan 2+2 Indonesia-

Australia Majukan Kerja Sama Maritim” tersedia di

https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-Australia-Majukan-

Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada 26 September 2018.

84

terorisme di Indonesia sudah ada sejak tahun 1981. Walaupun demikian,

Indonesia harus tetap waspada dengan ancaman terorisme, karena

sekarang ini sudah ada sekitar 400 warga Indonesia yang sudah bergabung

dengan ISIS di Suriah.150

Tidak semua dari mereka berhasil pergi ke

Suriah, banyak dari mereka yang dipulangkan dari perbatasan Turki.

Mereka yang kembali dan belum sampai ke wilayah konflik lebih

berbahaya dibandingkan dengan mereka yang berhasil sampai ke tujuan.151

Fenomena munculnya ISIS sebagai salah satu isu keamanan global

dianggap penulis sebagai salah satu alasan Indonesia dan Australia

memperkuat kerjasama intelijen. Terorisme merupakan kejahatan lintas

negara yang tidak dapat di hadapi sendiri, dan perlu adanya kerjasama dari

berbagai pihak untuk mengatasinya. Menurut konsep kerjasama

internasional, kedua negara yang terlibat bertujuan untuk mencapai

kepentingan bersama. Dengan adanya kerjasama di bidang intelijen yang

memberi dampak terhadap semakin kuatnya sistem pertahanan dan

keamanan kedua negara, kerjasama di bidang lainnya akan lebih mudah

dilakukan. Hal tersebut dikarenakan adanya akses yang lebih banyka

untuk mendapatkan informasi terkait ancaman keamanan seperti terorisme,

150

“Menhan Sebut Ada 400 Warga Indonesia Bergabung ISIS”, CNN tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711190426-20-313362/menhan-sebut-ada-

400-warga-indonesia-bergabung-isis diakses pada 15 November 2018. 151

Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama

lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018.

85

sehingga bisa lebih menjamin untuk menanggulangi ancaman yang akan

mengganggu jalannya kerjasama di bidang lain antara kedua negara.

Kerjasama Indonesia - Australia di bidang intelijen memiliki motif

berupa kepentingan seperti yang sudah dipaparkan dalam subbab-subbab

sebelumnya. Analisa penulis dalam menjelaskan motif kerjasama tersebut

diperkuat pula oleh pernyataan dari kedua belah pihak masing-masing

negara. Menurut Irfan Idris selaku Juru Bicara BNPT, mengatakan bahwa

kerjasama ini dibentuk untuk menanggulangi ancaman dan penyebaran

ideologi kelompok anarkis di Suriah dan Iraq.152

Pernyataaan ini sesuai

dengan kepentingan Indonesia dan Australia dalam melakukan kerjasama

terkait adanya ancaman yang sama, terutama ISIS.

Jaksa Agung Australia George Brandis juga mendukung

pernyataan pihak Indonesia tersebut, bahwa ISIS yang telah

menyebarluaskan ideologi radikalnya ke masyarakat luas untuk terlibat

dalam kegiatan terorisme, merupakan persoalan yang sama-sama sedang

dihadapi. Menurut George, adanya kerjasama ini dianggap penting bagi

kedua negara yang sama-sama memiliki kepentingan untuk menghadapi

dan menanggulangi ancaman terorisme di masing-masing negara.

Pernyataan Jaksa Agung Australia George Brandis tersebut sesuai dengan

152

“BNPT: Masih ada ancaman teror di Indonesia” BBC tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151221_indonesia_australia_te

rorisme diakses pada 26 Desember 2018.

86

alasan dari kedua negara untuk bekerjasama menanggulangi ancaman

terorisme di negara masing-masing.153

Kerjasama Intelijen Indonesia dengan Australia juga disambut baik

oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso. Pada pertemuan yang

membahas kerjasama keamanan Indonesia dengan Australia, Sutiyoso

mengatakan bahwa, adanya kerjasama intelijen tersebut semakin

memperkuat intelijen kedua negara dan bukan hanya sekedar pada

pertukaran informasi intelijen saja, karena pada dasarnya terorisme sudah

dianggap sebagai musuh bersama.154

Menteri Kehakiman Australia pun setuju dengan pernyataan

tersebut, bahwa Australia dan Indonesia memiliki concern yang sama,

terkait ancaman yang timbul dari adanya ekspansi yang dilakukan oleh

organisasi radikal di Timur Tengah tersebut. Sistem yang dilakukan oleh

kedua negara pun sama untuk mencegah radikalisme tersebut dengan

melakukan sharing pengalaman untuk dapat memerangi terorisme

bersama.155

Pada kesempatan yang lain, Menteri Kehakiman Australia

153

“Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme” Antara News

tersedia di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-kerja-

sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018. 154

Fathiyah Wardah, “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”

VOA Indonesia tersedia di https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-

bahas-kerjasama-keamanan/3112475.html diakses pada 26 Desember 2018. 155

“Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme” Antara News

tersedia di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-kerja-

sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018.

87

juga mengatakan kerjasama ini merupakan bentuk kongkrit kedua negara

untuk merespon ancaman bersama dengan cara saling bekerjasama.156

Dengan demikian telah dijelaskan alasan kerjasama intelijen yang

dilakukan oleh Indonesia dan Australia dalam menanggulangi ancaman

terorisme di Indonesia periode 2015-2017. Selain dijelaskan mengenai

alasan dan kepentingannya, penulis juga menganalisa kepentingan-

kepentingan tersebut dengan konsep - konsep yang digunakan antara lain;

konsep terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama

internasional. Kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Australia

masih terus dilakukan dan terus mengalami perkembangan untuk

kedepannya, hal tersebut sejalan dengan upaya Indonesia untuk terus

berusaha mencapai kepentingan nasionalnya.

156

“Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme” Antara News

tersedia di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-kerja-

sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018.

88

BAB V

KESIMPULAN

Pada tanggal 21 Desember 2015, Kepala Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme Indonesia, Saud Usman Nasution, menandatangani perjanjian

kerjasama dalam memberantas terorisme yang bertajuk “MoU between the

Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia on

Combating International Terrorism” dengan Sekertaris Luar Negeri dan

Perdagangan Australia, Peter Varghese. Perjanjian tersebut merupakan bentuk

penguatan kerjasama kembali dalam menanggulangi ancaman terorisme yang

sebelumnya sudah dilaksanakan sejak 2005.

Dalam kerjasama pemberantasan terorisme tersebut memiliki empat poin

utama, yaitu; pertama, melaksanakan konsultasi bilateral dibidang

penanggulangan terorisme; kedua, saling berbagi informasi intelijen; ketiga,

memperkuat kerjasama antar lembaga hukum; keempat, peningkatan kapasitas

melalui program pelatihan pendidikan, pertukaran kunjungan antar pejabat tinggi,

para analis dan petugas pelaksana di lapangan, seminar, konferensi dan operasi

bersama.

Indonesia dan Australia memiliki hubungan bilateral sejak pembukaan

hubungan diplomatik pada tahun 1950. Namun, hubungan keduanya mulai

berkembang sebagai dua negara bertetangga pada kepemimpinan presiden

Soeharto. Dalam periode tersebut kedua negara menjalin hubungan dalam bidang

ekonomi, budaya dan keamanan. Hubungan kedua negara bersifat fluktuatif,

89

terkadang dekat dan terkadang jauh, hal tersebut didasari oleh banyaknya kasus-

kasus yang terjadi diantara kedua negara. Kasus-kasus yang telah mewarnai

hubungan kedua negara yaitu; pelepasan Timor-Timur, peristiwa Bom Bali,

pengungsi yang terdampar di Indonesia, penyadapan dan penundaan kerjasama

militer.

Walaupun hubungan kedua negara bersifat fluktuatif, Indonesia dan

Australia tetap bekerjasama sebagaimana negara-negara lainnya. Salah satu faktor

yang menjadi alasan mengapa Indonesia ingin menandatangani penguatan

kerjasama dengan Australia dalam pemberantasan terorisme internasional adalah

ancaman yang sama di kedua negara dan Australia merupakan mitra startegis bagi

Indonesia.

Gerakan radikal ISIS semakin menguat dengan banyaknya gerakan-

gerakan teror yang dilakukan di Indonesia. Semua ini berawal dari adanya

pembaiatan pendukung ISIS dan video ajakan untuk bergabung dengan kelompok

ISIS pada tahun 2014. Maraknya teror-teror yang dilakukan oleh kelompok-

kelompok yang menyatakan bahwa mereka adalah pendukung dari gerakan ISIS

membuat pemerintah siaga dengan kemunculannya. Jika ISIS berkembang di

Indonesia maupun di Australia, dikhawatirkan kelompok tersebut akan melakukan

kekerasan seperti yang terjadi di negara Iraq dan Suriah yang dapat mengancam

kedaulatan negara.

Aktivitas terorisme di Indonesia bersifat fluktuatif, di mana penurunan

terjadi pada tahun 2014 sampai 2015 sedangkan pada tahun 2016 dan 2017

90

aktivitas terorisme di Indonesia mengalami peningkatan. Meningkatnya aktivitas

terorisme bisa terjadi karena dua kemungkinan, yakni; serangan terorisme yang

meningkat atau upaya aktif yang dilakukan oleh pihak Kepolisian. Peningkatan

pada tahun 2016 dan 2017 sesuai dengan kemungkinan tersebut yakni Langkah

aktif yang dilakukan oleh aparat keamanan. Tahun 2016, tercatat bahwa Tim

Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap 170 orang yang diduga sebagai

teroris, jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya

berjumlah 82 orang. Selain itu 2017, tercatat bahwa Tim Datasemen Khusus 88

Antiteror Polri menangkap 172 orang yang diduga sebagai teroris.

Dalam menanggulangi ancaman terorisme, aparat keamanan di Indonesia

dianggap memiliki kapabilitas yang baik, hal tersebut dapat dilihat dengan

banyaknya aksi terorisme di Indonesia sejak dulu yang membuat Indonesia dapat

mengatur strategi guna menanggulanginya. Namun, Indonesia tidak dapat

menanggulangi ancaman terorisme dengan sendirinya, mengingat terorisme

merupakan kejahatan lintas negara yang perlu diatasi oleh berbagai pihak. Dalam

hal ini, Indonesia bekerjasama dengan Australia untuk mengatasi permasalahan

terorisme di Indonesia.

Indonesia bekerjasama dengan Australia karena Australia diketahui 7 dari

10 negara yang memiliki kapabilitas intelijen terkuat. Australia juga memiliki

kemajuan teknologi yang dapat membantu Indonesia untuk mengembangkan

teknologi di negaranya. Untuk melacak pendanaan teroris, Indonesia

membutuhkan banyak informasi untuk mengetahuinya, dalam hal ini Indonesia

mau bekerjasama dengan Australia karena Australia memiliki satuan intelijen

91

siber untuk melacak pendanaan terkait terorisme. Selain itu, untuk

mengembangkan dan meningkatkan kemampuan para aparat keamanan Indonesia,

diperlukan latihan gabungan yang dapat membantu untuk mengembangkan

potensi para aparat tersebut.

Kerjasama Indonesia dan Australia di bawah MoU between the

Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia on

Combating International Terrorism, kedua negara sepakat untuk melakukan

konsultasi bilateral di setiap tahunnya. Hal ini terbukti, bahwa kedua negara

konsisten untuk melakukan pertemuan guna membahas terorisme yang dapat

mengancam keamanan negara.

Alasan Indonesia melakukan kerjasama di bidang intelijen dengan

Australia dalam rangka menaggulangi terorisme adalah baik Indonesia dan

Australia sama-sama memiliki ancaman yang sama yaitu ancaman terorisme dari

jaringan ISIS. Selain itu juga, Indonesia menganggap Australia sebagai mitra

strategisnya. Sehingga, dengan melakukan kerjasama tersebut dapat mencegah

ancaman yang mungkin timbul bagi hubungan kerjasama antar kedua negara.

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A, Denny J. Jatuhnya Soeharto dan Trasisi Demokrasi Indonesia. Yogyakarta:

LKIS, 2006.

Burchill, Scott. The National Interest in International Relations Theory. England:

Palgrave Macmillan, 2005.

Barston, R.P. Modern Diplomacy. New York: Rouledge, 2014.

Chaliand, Gérald dan Arnaud Blin. The History of Terrorism from Antiquity to Al

Qaeda, Terj. Edeward Schneider. Berkeley: University of California Press,

2007. Tersedia di

https://wikileaks.org/gifiles/attach/177/177597_History%20of%20Ter.pdf

diakses pada 13 Agustus 2018.

Emmerson, Donald K. Indonesia Beyond Soeharto: Ekonomi, Masyarakat,

Transisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Fitriani, Evi. Australia & Negara-Negara di Kepulauan Pasifik Selatan, Observasi

dan Pandangan dari Indonesia. Bandung: LIP-FISIP-UI/PT Remaja

Rosdakarya, 2012.

Gunaratna, Rohan dan Stefanie Kam. Handbook of Terrorism in the Asia–Pacific

.London: Imperial College Press, 2016.

Hamid, Zulkifli. Sistem Politik Australia. Bandung: LIP-FISIP-UI/PT Remaja

Rosdakarya, 1999.

Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional Ed

terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Kearens, Heggy. Kebijakan Luar Negeri Australia terhadap Indonesia: Kebijakan

Kontra-Terorisme Pasca Serangan Bom Bali I (2002 – 2008). Jakarta:

Universitas Indonesia, 2012.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT

Mizan Publika, 2011.

Mukhadis, Ibnu S dan Dasna I.W. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang:

Universitas Negeri Malang, 2003.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan M. Yani. Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Rapoport, David C. Attacking Terrorism: Element of a Grand Strategy.

Washington: Georgetown University Press, 2004.

Schmid, Alex P. dan Albert J. Jongman. Political Terrorism. London dan New

York: Routledge, 1988.

Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2009.

Suryadinata, Leo. Politik Luar Negeri Indonesia dibawah Soeharto Terj. Nur Iman

Subono. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1998.

xiv

Widjajanto, Andi dan Artanti Wardhani. Hubungan Intelijen-Negara 1945-2004.

Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008

Jurnal dan Artikel Jurnal

Akbar, Rahmad. “Dampak Kebijakan Australia Terkait Isu Pencari Suaka

Terhadap Hubungan Bilateral Australia-Indonesia (2013-2015) Tersedia di

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/746/jbptunikompp-gdl-rahmadakba-

37274-11-nikom_44-l.pdf diakses pada 12 September 2018.

Andriyani, Novie Lucky dan Feriana Khushindarti, “Respons Pemerintah

Indonesia dalam Menghadapi Perkembangan Gerakan Islamic State di

Indonesia” Jurnal Penelitian Politik, Vol. 14 No. 2 (Desember 2017).

Bainus, Arry dan Junita Budi Rachman, “Kepentingan Nasional dalam Hubungan

Internasional”, Intermestic: Journal of International Studies Vol.2 No.2

(Mei 2018).

Bandoro, Bantarto. “Globalisasi, Netwar dan Isu-Isu Strategis di Asia Pasifik”,

Indonesian Journal of International Law, Vol.3 No.3 (April 2006).

Glanville, Luke. “How are we to think about the „national interest‟?”, Australian

Quarterly Vol.77 No.4 (Juli-Agustus 2005).

Gordon, David dan Samuel Lindo, “Jamaah Islamiyah” Center for Strategic &

International Studies (November 2011) tersedia di https://csis-

prod.s3.amazonaws.com/s3fs-

public/legacy_files/files/publication/111101_Gordon_JemaahIslamiyah_W

EB.pdf diakses pada 10 Juli 2018.

Hardiana, I Made Yuda, Suksma Sushanti dan Idin Fasisaka, “Kerjasama Kontra-

Terorisme Antara Australia Dengan Indonesia Dalam Menanggulangi

Ancaman Terorisme Di Indonesia (2002-2008)”, Jurnal Elektronik

Universitas Udayana.

Hutagalung, Inge. ”Dinamika Sistem Pers di Indonesia” Jurnal Interaksi Vol. II

No. 2 (Juli 2013).

Kusuma, Arnold Arswenda. “Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat Dalam

Mengatasi Gerakan Terorisme Internasional di Afghanistan” eJurnal Ilmu

Hubungan Internasional Vol.3 No.3 (2015).

Loudewijk, Kolonel Inf. “Terorisme” tersedia di

http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1)%20I

ndonesia%20dan%20isu%20global/3)%20Terorisme/Terorisme.pdf diakses

pada 13 Agustus 2018.

Mackie, Jamie. “Australia and Indonesia Current Problems, Future Prospects

“Australia: Lowy Institute for International Policy, 2007. Tersedia di

https://www.files.ethz.ch/isn/87133/2007-09-06.pdf diakses pada 17 Maret

2018.

Marpaung, Bahtiar. “Aspek Hukum Pemberantasan Terorisme di Indonesia”,

Jurnal Equality, Vol. 12 No. 2 (Agustus 2007).

Rapoport, David C. “The Four Waves of Rebel Terrorism and September 11”,

Anthropoetics 8, No.1 (Spring/Summer 2002).

xv

Sakti, Taruna Rasta. “Kerjasama Keamanan: Studi Kasus Traktat Lombok antara

Indonesia dan Australia”, Jurnal Hubungan Internasional No.1 (Januari-Juni

2016) tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-

jhi3ad9720910full.pdf diakses pada 20 September 2018.

Seniwati dan Andi Alimuddin, “The United State – Indonesian Military

Relationship in Countering Terrorism in Indonesia” International Journal

of Management and Applied Sciences, 2016.

Setyawati, Siti Muti’ah dan Dafri Agussalim,” Security Complex Indonesia-

Australia dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara”,

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JSP), Vol. 19, No. 2 (November 2015).

Suwardi, Sri Setianingsih. “Peristiwa 11 September 2001 dan Penyerangan

Amerika Serikat di Afghanistan Ditinjau dari Segi Hukum Internasional”,

tersedia di http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/1325/1247

diakses pada 15 Agustus 2018.

Laporan dan Dokumen

Australia Institute (AAI) Lembaga Australia-Indonesia. “Geografi Australia”

tersedia di https://dfat.gov.au/about-us/publications/people-to-

people/geografi-australia/bab11/index.html diakses pada 8 Agustus 2018.

Australian Government, “Counter-Terrorism White Paper” tersedia di

https://www.dst.defence.gov.au/sites/default/files/basic_pages/documents/c

ounter-terrorism-white-paper.pdf diakses pada 15 Oktober 2018.

Australian Government Departement of the Prime Minister and Cabinet, “Review

of Australia‟s Counter - Terrorism Machinery” tersedia di

https://www.homeaffairs.gov.au/nationalsecurity/Documents/review-

australia-ct-machinery.pdf diakses pada 15 Oktober 2018.

Australian Treaty Series, “Agreement Between Australia and The Republic of

Indonesia on The Framework for Security Cooperation” tersedia di

http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/treaties/2008/3.html diakses pada 22

September 2018.

Global Terrorism Index, https://tradingeconomics.com/indonesia/terrorism-index

diakses pada 15 April 2018.

International Crisis Group Report, Jemaah Islamiyah in South East Asia:

Damaged but Still Dangerous, 26 Agustus 2003.

United Nation. “General Assembly A/RES/49/60 84 th plenary meeting 9

December 1994” tersedia di

http://www.un.org/documents/ga/res/49/a49r060.htm diakses pada 16 April

2018.

United Nation. “United Nation Security Council Resolution 1246 (1999)” tersedia

di http://unscr.com/en/resolutions/doc/1246 diakses pada 9 Agustus 2018.

United Nation. “United Nation Security Council Resolution 1438 (2002)” tersedia

di https://documents-dds-

ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N02/638/47/PDF/N0263847.pdf?OpenElemen

t diakses pada 10 Juli 2018.

xvi

Vaughn, Bruce. “Terrorism in Southeast Asia” Congressional Research Service,

The Library of Congress (Februari 2005) tersedia di

https://fas.org/sgp/crs/terror/RL31672.pdf diakses pada10 Juli 2018.

Wibisono, Ali Abdullah. Reformasi Intelijen dan Badan Intelijen Negara. Jakarta:

Institute for Defense, Security and Peace Studies (IDSPS) Press, 2009).

Tersedia di

https://www.dcaf.ch/sites/default/files/publications/documents/6.%2520Indo

nesian%2520Intelligence%2520and%2520SSR.pdf

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. “Nama Korban Bom Bali 1

Oktober 2005” tersedia di http://www.ylbhi.or.id/wp-

content/uploads/2013/06/20051000_lbh_bali_data_korban_bom_bali_ii.pdf

diakses pada 13 Agustus 2018.

Artikel atau Situs

Ancaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

https://www.kbbi.web.id/ancam diakses pada 28 Mei 2018.

“History of Terrorism” tersedia di

http://www.terrorismfiles.org/encyclopaedia/history_of_terrorism.html

diakses pada 13 Agustus 2018.

Situs Pemerintahan

Australian Embassy Indonesia. “Joint Statement The Meeting of the Indonesia -

Australia Ministerial Council on Law and Security” 21 Desember 2015

tersedia di https://indonesia.embassy.gov.au/jakt/JS15_001.html diakses

pada 15 Oktober 2018.

Australian Foreign Minister Affairs. ”Joint Investigation and Intelligence Team to

Investigate Bali Bombing”. 16 Oktober 2002 tersedia di

https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada

Sabtu 17 Maret 2018.

Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia Australia. “Pertemuan Menteri Pertahanan

Tahunan Yang Perdana” tersedia di http://ikahan.com/2012/10/pertemuan-

menteri-pertahanan-tahunan-yang-perdana/ diakses pada 22 September

2018.

Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation,”about”, tersedia di

https://www.jclec.org/about diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. “Penandatanganan Perjanjian

Kerangka Kerjasama Keamanan RI - Australia di Lombok” 14 November

2006 tersedia di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-

pers/Pages/Penandatanganan-Perjanjian-Kerangka-Kerjasama-Keamanan-

RI---Australia-di-Lombok.aspx diakses pada 22 September 2018.

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. ”Pertemuan 2+2 Indonesia-

Australia Majukan Kerja Sama Maritim” 22 Desember 2015 tersedia di

https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-

xvii

Australia-Majukan-Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada Sabtu, 17 Maret

2018.

United Nation High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Indonesia, tersedia

di http://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia diakses pada 12 September

2018.

Artikel Media

ABC, Islamic State Claims Responsibility for Brighton Siege, tersedia di https://www.abc.net.au/news/2017-06-06/islamic-state-claims-responsibility-for-

brighton-siege/8591540 diakses pada 8 Desember 2018.

ABC, One Person Shot Dead Two Stabbed Endeavour Hills, tersedia di https://www.abc.net.au/news/2014-09-23/one-person-shot-dead-two-stabbed-

endeavour-hills/5764408 diakses pada 7 Desember 2018.BBC, Australia

Shooting: Teen was „known terror suspect, tersedia di

https://www.bbc.com/news/world-asia-29339120 diakses pada 7 Desember

2018.

Antara News, Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme, tersedia

di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-

kerja-sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018.

BBC, BNPT: Masih ada ancaman teror di Indonesia, di

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151221_indonesi

a_australia_terorisme diakses pada 26 Desember 2018.

BBC, Indonesia dan Australia Pulihkan Hubungan Militer, tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39095271 diakses pada 18

September 2018.

BBC, Indonesia „Tunda Sementara‟ Kerja sama Militer dengan Australia,

tersedia di https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38504646 diakses

pada 13 September 2018.

BBC, Kesepakatan Indonesia-Australia "bisa pulihkan kepercayaan, tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140819_indonesi

a_australia diakses pada 25 September 2018.

BBC, Obituari: Osama dan Aksi Terorisme, tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/05/110502_osamabinladenprofi

le diakses pada 10 Juli 2018.

BBC, PM Australia: Ancaman Terorisme Tetap Tinggi, tersedia di

https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141223_dunia_abbott_terori

sme diakses pada 15 Oktober 2018.

BBC, Terduga Teroris Siapkan Serangan „Konser Akhir Tahun, 2015 tersedia di

http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151220_indonesia

_teroris diakses pada 15 April 2018.Galih, Bayu. “Operasi Pembebasan

Pesawat Woyla yang Menegangkan” Kompas, 31 Maret 2016 tersedia di

https://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/10562581/Operasi.Pembebasa

n.Pesawat.Woyla.yang.Dibajak.3.Menit.yang.Menegangkan diakses pada 11

Juli 2018.

xviii

CNN, Menhan Sebut Ada 400 Warga Indonesia Bergabung ISIS, di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711190426-20-

313362/menhan-sebut-ada-400-warga-indonesia-bergabung-isis diakses

pada 15 November 2018.

Detik, JCLEC, Pusat Pelatihan Investigasi Polri Bertaraf Internasional, tersedia

di https://news.detik.com/berita/1498605/jclec-pusat-pelatihan-investigasi-

polri-bertaraf-internasional diakses pada 13 Agustus 2018.

Detik, Polisi Sydney Tangkap Pria Pemasok Senjata dalam Insiden Penembakan

di Parramatta, tersedia di https://news.detik.com/abc-australia/d-

3045043/polisi-sydney-tangkap-pria-pemasok-senjata-dalam-insiden-

penembakan-di-parramatta diakses pada 7 Desember 2018.

Galih, Bayu. “Operasi Pembebasan Pesawat Woyla yang Menegangkan” Kompas,

31 Maret 2016 tersedia di

https://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/10562581/Operasi.Pembebasa

n.Pesawat.Woyla.yang.Dibajak.3.Menit.yang.Menegangkan diakses pada 11

Juli 2018.

Harian Analisa Daily, Kembali Rilis Foto Serangan Pentagon, tersedia di

http://harian.analisadaily.com/aneka/news/fbi-kembali-rilis-foto-serangan-

pentagon/413409/2017/09/12 diakses pada 15 Oktober 2018.

Idntimes, Wow Inilah 15 Negara dengan Teknologi Paling Maju di Dunia,

tersedia di https://www.idntimes.com/tech/trend/hendria-1/wow-inilah-15-negara-

dengan-teknologi-paling-maju-di-dunia-c1c2/full diakses pada 8 Desember

2018.

Ihsannudin. ”Begini Kondisi Polisi Korban Bom Kampung Melayu di RS Polri”

Kompas, 25 Mei 2017 tersedia di https://nasional.kompas.com/read/2017/05/25/19035331/begini.kondisi.polisi.korb

an.bom.kampung.melayu.yang.dirawat.di.rs.polri diakses pada 26 Desember

2018.

Kompas, Ancaman Terorisme di Australia Semakin Memburuk, tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2015/10/15/15281121/Ancaman.Tero

risme.di.Australia.Semakin.Memburuk diakses pada 15 Oktober 2018.

Kompas, JCLEC, Buah Kerjasama Polri dan AFP, tersedia

di https://nasional.kompas.com/read/2010/11/21/17201538/jclec.buah.kerjas

ama.polri.dan.afp diakses pada 13 Agustus 2018.

Kompas, 16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan

Pesawat?, tersedia di

https://internasional.kompas.com/read/2017/09/12/09575401/16-tahun-

serangan-911-wtc-runtuh-bukan-karena-tabrakan-pesawat diakses pada 15

Oktober 2015.

Liputan6, Menguak Dalang Bom Kampung Melayu, tersedia di https://www.liputan6.com/news/read/2967605/menguak-dalang-bom-kampung-

melayu diakses pada 7 Desember 2018.

Nordiansyah, Eko. “8 Korban Tewas Bom Thamrin, 4 Pelaku dan 4 warga Sipil”

Metrotv News, 17 Januari 2017 tersedia di

http://news.metrotvnews.com/read/2016/01/17/471234/8-korban-tewas-

bom-thamrin-4-pelaku-dan-4-warga-sipil diakses pada 20 Mei 2018.

xix

Nytimes, Australia ISIS Stabbing Sydney Minto, tersedia di https://www.nytimes.com/2016/09/11/world/australia/australia-isis-stabbing-

sydney-minto.html diakses pada 7 Desember 2018.

Purnamasari, Niken. “ISIS Klaim Bertanggung Jawab Bom Kampung Melayu”

DetikNews, 26 Mei 2017 tersedia di

https://news.detik.com/berita/3511642/isis-klaim-tanggung-jawab-bom-

kampung-melayu diakses pada 26 Desember 2018.

Riza, Budi. ” Howard: Jumlah Korban Bom Bali Asal Australia 88 Orang”

Tempo, 10 Desember 2003 https://dunia.tempo.co/read/34364/howard-

jumlah-korban-bom-bali-asal-australia-88-orang diakses pada 17 Maret

2018.

Sécurité & Défense magazine, The Current and Emerging Threat in the Asia-

Pasific, tersedia di https://sd-magazine.com/avis-experts/the-current-and-

emerging-threat-in-the-asia-pacific diakses pada 20 Mei 2018.

Sheridan, Greg. “Farewell to Jakarta‟s Man of Steel” tersedia di

https://archive.is/LwsNe#selection-2443.0-2443.211 diakses pada 9 Agustus

2018.

Sindo, DK PBB Turut Kecam Teror Bom Sarinah, tersedia di https://international.sindonews.com/reaad/1077310/42/dk-pbb-turut-kecam-teror-

bom-sarinah-1452842082 diakses pada 7 Desember 2018.

Sohuturon, Martahan. ”Polri Tangkap 170 Terduga Teroris Sepanjang 2016”

CNN Indonesia, 29 Desember 2016 tersedia di

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161228201036-12-182749/polri-

tangkap-170-terduga-teroris-sepanjang-2016 diakses pada 20 Mei 2018.

Tashandra, Nabilla. ”Kerja sama Militer Indonesia-Australia Dihentikan, Tak

Pengaruhi Hubungan Bilateral” Kompas, 4 Januari 2017 tersedia di

https://nasional.kompas.com/read/2017/01/04/16440271/kerja.sama.militer.i

ndonesia-australia.dihentikan.tak.pengaruhi.hubungan.bilateral diakses pada

13 September 2018.

Tempo, Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN, tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-

isis-di-uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

Tempo, ISIS Klaim dibalik Bom Sarinah dan Serangan Jakarta, tersedia di

https://dunia.tempo.co/read/736183/isis-klaim-di-balik-bom-sarinah-dan-

serangan-jakarta/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

Tempo, Kapolri Sebut Abu Jundi Kirim Pasukan ISIS ke Suriah, tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/729338/kapolri-sebut-abu-jundi-kirim-

pasukan-isis-ke-suriah/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

Tempo, Video WNI Ajak Masuk ISIS Beredar di Youtube, tersedia di

https://nasional.tempo.co/read/596522/video-wni-ajak-masuk-isis-beredar-

di-youtube/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.

Time, A Timeline of Recent Terrorist Attack in Australia, tersedia di

http://time.com/5075253/terrorist-attacks-australia-timeline/ diakses pada

15 Oktober 2018.

xx

Tirto, Australia Bentuk Intelijen Siber Lacak Pendanaan Teroris, tersedia di

https://tirto.id/australia-bentuk-intelejen-siber-lacak-pendanaan-teroris-byya

diakses pada 8 Desember 2018.

Tirto, Pengakuan Sandera Pembajakan Woyla: Neraka 65 Jam dalam Pesawat,

tersedia di https://tirto.id/pengakuan-sandera-pembajakan-woyla-neraka-65-

jam-dalam-pesawat-cGPZ diakses pada 15 November 2018.

Vistaeducation, 10 Negara yang Mempunyai Badan Intelijen Terbaik, tersedia di

https://www.vistaeducation.com/news/v/vip/10-negara-yang-mempunyai-

badan-intelejen-terbaik diakses pada 8 Desember 2018.

Waluyo, Andylala. “BIN: Aktivitas Terorisme Di Indonesia Sedang Tiarap”,

Voice of America Indonesia, 27 Maret 2014

https://www.voaindonesia.com/a/bin-aktivitas-terorisme-di-indonesia-

sedang-tiarap-/1880284.html diakses pada 15 April 2018.

Wardah, Fathiyah. “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”, Voice

of America Indonesia, 22 Desember 2015 tersedia di

https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-bahas-kerjasama-

keamanan/3112475.html diakses pada 25 September 2018.

Sosial Media

Youtube, ISIS Recruitment Video Join the Ranks Indonesian Muslims, tersedia di

https://www.youtube.com/watch?v=zfmf7_MLbSk diakses pada 7

Desember 2018.

Wawancara

Wawancara dengan Danny Wulandari, KASI Kerjasama lembaga Pemerintah

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, 30 Oktober 2018.

xxi

Lampiran 1

HASIL WAWANCARA

Nama: Danny Wulandari

Jabatan: KASI Kerjasama lembaga Pemerintah Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme

Tempat, Hari/Tanggal: Gedung BUMN Jakarta Pusat Selasa, 30 Oktober 2018.

Pukul: 09.00 WIB

Narasumber: Perlu diketahui bahwa, BNPT bukan intelijen bukan penegak

hukum, tetapi memiliki fungsi untuk mengkordinasi perumusan, kebijakan strategi

yang berhubungan dengan penanggulangan terorisme hanya satu cakupan area

kerjasama. Kerjasama ini terbentuk tahun 2002 antara pemerintah Indonesia

dengan Australia, namun karena ada perubahan vocal point dan BNPT sudah

terbentuk maka penandatanganan kerjasama tersebut diperbahrui.

Pertanyaan Wawancara di BNPT:

1. Alasan Indonesia perkuat kerjasama dengan Australia? Seberapa

penting Australia bagi Indonesia?

Jawab: Kerjasama Indonesia Australia dari tahun 2002 sejak Desk

Kordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) Polhukam. Kalau seberapa

pentingnya, dalam kasus Bom Bali Australia memiliki banyak korban dan

Australia merasa berkepentingan untuk menanggapi. Terorisme bukan

sebuah ancaman domestik saja ujung-ujungnya menyebabkan ancaman

regional kawasan Asia Pasifik termasuk Australia. Perubahan telah

xxii

bergeser, serangan-serangan tidak lagi pada ke objek-objek asing,

sekarang lebih ke aparat, kepolisian, penduduk sipil tetap saja mereka

berpotensi sebagai target ancaman juga. Pasca 2002 bom bali itu terjadi,

pemerintah Australia banyak memberikan bantuan-bantuan soal

investigasi, pengembangan kapasitas. Dalam investigasi AFP dengan

densus 88 kerjasamanya bagus dalam mengungkapkan berbagai kasus dan

bekerjasama dengan sangat baik. Kemudian dalam pengembangan

kapasitas, Australia banyak menjadi donor, pemerintah punya JCLEC

pusat pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk penanggulangan

terorisme. Jadi disana diberikan workshop, penggunaan teknologi terbaru

dan lain sebagainya dan memang itu hasilnya memuaskan, artinya

Australia memiliki kontribusi besar disitu. Adanya MoU yang di

tandatangani oleh Indonesia-Australia semakin menggarisbawahi bahwa

penanggulangan teror itu perlu bentuk kongkritnya. Salah satu bentuk

kongkritnya adalah MoU tersebut yang kemudian di implementasikan

seperti pertukaran informasi, dalam pertukaran informasi bukan bersifat

intelejen saja meskipun kita bukan lembaga intelejen. Lalu kenapa penting

Kerjasamanya dia juga punyai kepentingan dengan Australia. Bantuan luar

negeri itu jangan hanya dikira hanya tentang uang, itu perlu tetapi hanya

untuk mengembangan kemampuan saja yang berlatih juga bukan hanya

BNPT tapi unit-unit terkait ada Densus ada Polri dan memang pintunya

lewat kita.

xxiii

2. Sepanjang kerjasama ini, program apa saja yang telah dijalankan

bersama? Bagaimana kelanjutannya?

Jawab: Australia dan Indonesia adalah co-chair dalam GCTF global

counter terorrism forum sampai 2019. Kemudian aktif dengan PPATK-

AUSTRAK terkait dengan pendanaan. Karena kita disini juga membawahi

counter financing terrorism kita bekerjasama dengan PPATK dan mereka

bermitra dengan AUSTRAK dan segala informasi yang didapatkan terkait

dengan monitoring aliran dana dan pelaku akan di report ke kita. Kita juga

mengikuti sub regional meeting yang diadakan diberbagai negara tidak

hanya Australia ada selandia baru, singapura, filipina, malaysia hanya kita

di minta pada kepentingan perkembangan kawasan. Jadi tidak hanya

indonesia sebenarnya. Indonesia sebagai negara yang memiliki

pengalaman serangan teroris lebih banyak pasti strategi dan kebijakannya

lebih maju, referensinya lebih banyak jd effortnya jauh lebih bagus

dibanding yang lain.

3. Dari program yang telah dijalankan bersama, apa hambatan bagi

kedua negara dalam kerjasama ini?

Jawab: So far tidak ada, karana Australia mitra yang intensif dari sisi

pertukaran informasi kita memiliki forum konsultasi bilateral yang

dibahas tiap tahun yang rencanannya tahun ini diadakan dijakarta bulan

desember dan kita punya forum-forum aktif lainnya.

xxiv

4. Dalam website Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia dikatakan

bahwa kerjasama ini merupakan hasil positif dari Australia’s

Regional Summit to Counter Violent Terrorism di Sydney pada Juni

2015 dan Counter-Terrorism Financing Summit di Sydney pada

November 2015. Kenapa konferensi ini dijadikan acuan? Seberapa

positif hasil konferensi tersebut?

Jawab: Karena pada pertemuan tersebut adalah pertemuan setingkat

Menteri yang dihadiri oleh Menteri Indonesia dan Australia dan dalam

pertemuan tersebut momennya pas. Kalo untuk KTT Financing, salah satu

aspek, pertukaran informasi juga dalam hal pendanaan, memontoring

aliran dana, jadi memang inline nya sejalan dengan area kerjasamanya.

Kerjasama ini kan kita perbarui selain 2015 itu, area-area cooperation nya

juga kita sesuaikan dengan hasil pembicaraan disitu. Jadi memang ada

kebutuhan kita, mungkin yang tahun 2002 isunya mungkin sudah ga

update.

5. Dalam kerjasama intelijen ini bidang apa saja yang termasuk di

dalamnya? Dari berbagai bidang tersebut apa yang lebih di

prioritaskan? Mengapa?

Jawab: Kalau kita tidak murni tentang intelijen, dalam arti dalam area

kerjasama adalah pertukaran informasi. Dalam pertukaran informasi tidak

hanya informasi atau data intelijen. Tapi juga segala yang membantu kita

dalam prosess nya pembuatan kebijakan kita atau pembuatan strategi kita

lebih ke pertukaran ilmu pengetahuan dan sebagainya jadi tidak murni

xxv

intelijen saja. Cakupan BNPT adalah mengkordinasi, perumusan kebijakan

jadi lebih ke umum.

6. Pada hari yang sama namun di tempat yang berbeda pada

penandatangan MoU, Menkopolhukam juga mengadakan pertemua,

apakah pertemuannya sama atau tidak?

Jawab: Pada intinya sama, masing-masing instansi punya mitra.

Menkopolhukam cakupan areannya politik, hukum dan keamanan,

terorisme masuk ke dalamnya. Mereka juga punya forum sendiri yang

membahas security tapi tidak membahas secara spesifik soal teroris tapi

lebih ke security nama forumnya adalah MCM (minister council meeting)

yang membahas semua agenda keamanan which is terorisme masuk

didalamnya.

7. Sebenarnya Teroris di indonesia itu bagaimana?

Jawab: Sebagian besar dari mereka memang memiliki keterkaitan dengan

kelompok yang diluar. Tp hal itu juga tidak terjadi di Indonesia, tapi

perkembangan dan dinamika keamanan di daerah. Sekarang Suriah dan

Irak sudah menolak, jadi mungkin banyak orang yang bilang bahwa sudah

berakhir. Tapi sebenarnya belum totally berakhir karena masih masa

pemulihan konstruksinya dan anytime bisa kembali terjadi di Indonesia.

Trennya sekarang sudah bergeser artinya sekarang sudah melibatkan

perempuan dan anak-anak. Jadi pelaku tidak bisa di bilang terjadi

perubahan hanya saja mereka juga involve. Perempuan terutama mereka

xxvi

tidak perlu melibatkan pasangan atau keluarganya. Perempuan sekarang

dapat berdiri sendiri sebagai pelaku tanpa melibatkan yang lain.

Mereka yang kembali dari wilayah konflik, mereka yang kembali sebagian

besar mereka yang belum sampai ketempat tujuan. Tapi bagi mereka yang

pergi kesana dan sampai ketempat tujuan kemudian melihat kenyataannya

berbeda dengan yang diharapkan oleh karena itu mereka dikembalikan dan

mereka akan jauh lebih menyadari. Tapi bagi mereka yang belum sampai

kesana yang baru sampai Turki, lalu kemudian dipulangkan, semangat

mereka masih ada kemudian dipulangkan. Mereka Malah justru lebih

berbahaya dan jumlah merka cukup besar mereka tidak hanya dari laki-

laki ada perempuan dan anak-anak. Treatment nya juga akan berbeda.

Pada proses identifikasi, Mereka yang kesana juga tidak semua beralaskan

untuk berjihad tetapi juga ada dari mereka beralaskan ingin berhijrah. Tapi

pada dasarnya jika ada orang yang ingin hijrah ke wilayah konflik perlu

dipertanyakan juga. Untungnya undang-undang sekarang yang

diberlakukan dijadikan landasan yang kuat, jadi mereka yang terlibat dari

ideolognya, menyebarkan lewat media, mereka terlibat dalam pelatihan

merak dapat di lakukan penangkapan.

8. Teroris diluar kebanyakan ingin membuat negara islam, ada

kemungkinan juga ga teroris di indonesia begitu?

Jawab: Agama itu jadi salah satu faktor dalam aksi terorisme dan masih

banyak faktor lainnya. Aparat keamanan, hukum, good governance

menjadi pendorong. Tapi lebih ke faktor individunya. Agama cuma jd

xxvii

salah satu faktor. Contoh, satu keluarga pergi ke Suriah yang berpikiran

seperti itu hanya suaminya, kemudian istrinya ikut bukan karena si istri

memiliki keinginan yang sama mungkin dia memiliki alasan untuk patuh

kepada suaminya. Banyak faktor yang menyebabkan orang terlibat tapi

tidak hanya soal agama. Lalu kenapa agama yg sering dijadikan alasan?

Agama menjadi alasan yang tidak perlu orang bertanya kembali, karena

dalam agama ada dogma-dogma. Memasukan dogma-dogma keagamaan

akan lebih mudah untuk orang melakukan tindak kekerasan. Pemerintah

menggagas rencana aksi nasional yang betujuan untuk penanggulangan

violent terrorism atau ekstrimisme berbasis kekerasan, kita membawahi

semua persoalan, karena persoalan terorisme ini dari hulu sampai ke hilir

dari segi pendidikan, pemerintah memasukan kurikulum toleransi atau

yang lain. Karena permasalahan ini bukan dari satu aspek saja.

9. Sejauh ini sudah ada berapa pertemuan yang dilakukan? Pertemuan

tersebut efektif atau tidak?

Jawab: Kalo forum kita sejak 2015, 2016 di Jakarta, 2017 di Canberra,

2018 di Jakarta. Tahun 2017 ada APEC workshop. Setiap tahun rutin

diadakan pertemuan. Ada city of summit, biasanya yang dilakukan oleh

PPATK dan AUSTRAK. Memang lebih keseminar workshop, meeting.

Australia dalam kawasan ini juga aktif.

Pada dasarnya memang setiap kerjasama memiliki manfaat, tapi terkadang

banyak orang yang mengira bahwa kerjasama ini lebih menguntungkan

bagi negara lain, indonesia memiliki referensi. Karna banyaknya kasus ini

xxviii

yang terjadi di Indonesia. Tapi perlu diketahui juga bahwa pasca Bom Bali

Australia memberikan bantuan investigasi untuk mengungkap kasus. Perlu

disepakati lagi bahwa, terorisme itu bersifat transnasional. Artinya jika

kita tidak bisa menanggung manfaat saat ini, toh juga besok-besok masih

ada manfaatnya. Informasi mengenai jalur transit, jalur masuk, aliran dana

pasti nanti kita membutuhkan itu.

10. Dapat dikatakan bahwa kerjasama ini bermula dari Bom Bali?

Jawab: Australia adalah tetangga di Pasifik, kemudian cikal bakal

pembentukan JCLEC dan kerjasama terus berlangsung. Yang berlatih di

JCLEC bukan hanya orang Indonesia/Australia. Jadi mereka ingin menjadi

pembicara atau parisipan dari berbagai negara. Ini sebagai sarana

pembelajaran, semua saling bertukar informasi.

11. Dalam pertememuan biasanya siapa aja yang menjadi anggota?

Mekanisme kerjanya bagaimana?

Jawab: Tergantung, kita mengundang semua kementerian yang terkait.

BNPT hanya mengkordinir, yang menjalankan yang

mengimplementasikan yg lain. Kalau Mekanisme kerja, bisa hadir ke

kesini bisa tidak. Secara informal ketika ada case mereka bisa langsung

hadir dan terlibat. Memang kita ada forum bilateral pertukaran informasi

itu formal, tapi dalam implementasinya banyak yang secara informal. Tapi

nanti dari orang-orang tersebut kemudian me report dan diundang ke

dalam forum.

xxix

Lampiran 2

PERKEMBANGAN KERJASAMA ANTI TERORISME

RI-AUSTRALIA

Payung Kerjasama Bilateral Counter Terrorisme RI-Australia

Indonesia dan Australia telah menandatangani MoU Kerjasama Counter

Terrorisme pada 2002. MoU tersebut kemudian diperbaharui pada

bulan Desember 2015 (MoU between the Government of the Republic

of Indonesia and the Government of Australia on Combating

International Terrorism)

Pada Joint Statement 26 Februari 2017 saat kunjungan Presiden RI ke

Australia, Presiden Joko Widodo dan PM Malcolm Turnbull

menekankan pentingnya kedua negara untuk meningkatkan fokus

kerjasama pada Countering Violent Extremism (CVE) dan komitmen

kerjasama mencegah radikalisasi.

Kerjasama Kongkrit Anti Terorisme RI-Australia

Sebagai tindak lanjut MoU, kedua negara telah melakukan kerjasama

kongkrit sebagai berikut:

a. Pertukaran Informasi

- Pertukaran informasi intelijen dalam forum terbuka maupun

tertutup, telah dilakukan secara berkala, khususnya terkait Foreign

Terrorist Fighters (FTF) dan strategi penanganan Returnees.

- Pemeritah Australia melalui Kedutaan Besar Australia di Jakarta

telah menyelenggarakan kunjungan ke Australia (Canberra dan

Sydney) 27 Mei - 3 Juni 2017 bagi pejabat K/L dan LSM terkait

untuk mempelajari/pertukaran informasi mengenai program CVE

dan Deradikalisasi di Australia. K/L yang diundang adalah: Kantor

Staf Presiden, Kemenko Polhukam, Kemenlu, Kemenkumham,

xxx

Polri dan BNPT; sedangkan LSM adalah: The Wahid Institute, The

Asian Muslim Action Network (AMAN), dan Pusat Pengkajian

Islam dan Masyarakat-UIN Syarif Hidayatullah.

- Pada bulan Juli 2017 di Manado, BNPT turut serta menjadi anggota

Delri dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemenko

Polhukam RI dan Kejaksaan Agung Australia mengenai Upaya

Penanganan FTF di kawasan Laut Sulu.

- Dilaksanakan Konsultasi Bilateral RI-Australia di bidang

Penanggulangan Terorisme Pada tanggal 24-25 Oktober 2017.

Delegasi RI dipimpin oleh Kepala BNPT.

- Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT menjadi delegasi

dalam RI-Australia Ministerial Council on Law and Security pada

tanggal 23-27 November 2017.

b. Pelatihan/Pembangunan Kapasitas (Capacity Building)

- BNPT aktif berpartisipasi dalam berbagai program capacity

building yang diadakan oleh Australia, antara lain seperti: Inter

Agency Counter Terrorism Prosecution Study, Study Tour Terrorist

Prisoner Coordination, dan program pelatihan lainnya yang di

sponsori oleh Australia di JCLEC.

c. Bantuan Teknis (Technical Assistance)

- Australia sejak peristiwa Bom Bali 2002 aktif membantu Indonesia

dengan berbagai teknologi untuk mendukung investigasi,

penyidikan dan penyelidikan kasus-kasus terorisme, serta melacak

keberadaan anggota sel-sel terorisme di Indonesia.

- Pemerintah Australia saat ini mendorong berbagai satuan kerja di

Indonesia untuk terlibat dalam Australia-Indonesia Partnership for

Justice 2 (AIPJ2). Program ini memasuki tahap persiapan bernilai

xxxi

40 juta Australian Dollar untuk 5 tahun kedepan, ditujukan kepada

lembaga-lembaga pemerintahan terkait keadilan dan keamanan,

seperti pencegahan radikalisme dan penyelidikan terorisme.

Diharapkan BNPT, melalui program kerja yang disepakati, dapat

memanfaatkan program ini.

d. Seminar/Workshop/International Meeting

- Australia aktif berpartisipasi dalam International Movement on

Counter Terrorist (IMCT) Conference di Bali pada 10 Agustus

2016 dan memberi dukungan kerjasama penyelenggara Counter

Financing Terrorism Summit antara PPATK dengan AUSTRACT.

- Dalam kerangka Global Counter Terrorism Forum (GCTF) pada

pertemuan ke 10 September 2016 Indonesia dan Australia aktif

sebagai Co-Chairs on Detention and Reintegration GCTF Working

Group. Fokus GCTF Working Group on Detention and

Reintegration adalah peningkatan kerjasama terkait manajemen

penjara bagi narapidana terorisme dan pengembangan program-

program pasca penahanan narapidana terorisme.

- Australia membantu penyediaan 3 (tiga) pembicara pada APEC

Workshop on Strengthening Tourism Bussiness Resilience Against

the Impact of Terrorist Attack yang diselenggarakan oleh BNPT di

Nusa Dua, Bali 9-10 Mei 2017. Ketiga pembicara tersebut adalah:

(a) Mr. Tony Ridley, CEO of Intelligent Travel, Melbourne, (b) Dr.

David Beirman, Senior Lecturer, Management Discipline Group-

Tourism, University of Technology Sydney dan (c) Prof. Brent

Ritchie, School of Business, Economics and Law, University of

Queensland.

- Indonesia dan Australia pada bulan Juli atau Agustus 2017 menjadi

Co-Hosts penyelenggaraan pertemuan mengenai Upaya

Penanganan Foreign Terrorist Fighters (FTF) di kawasan.

xxxii

Pertemuan tersebut menurut rencana akan diadakan di Manado,

Sulawesi Utara dan akan mengundang Filipina, Malaysia, Brunei

Darussalam dan Selandia Baru.

- Pada 24-25 Oktober 2017, Indonesia dan Australia melakukan

pertemuan Konsultasi Bilateral di Canberra, Australia.

- Kepala BNPT juga turut menghadiri pertemuan The 5th Indonesia-

Australia Ministerial Council Meeting on Law and Security (MCM)

di Lombok yang akan dilaksanakan di Lombok 5 Agustus 2018,

dimana dalam pertemuan tersebut perihal penanggulangan

terorisme menjadi salah satu agenda pertemuan. Pertemuan

menghasilkan Joint Communique yang kemudian juga

menyebutkan bahwa Indonesia sebagai tuan rumah bagi

penyelenggaraan pertemuan Konsultasi Bilateral on CT antara

Indonesia-Australia pada bulan Desember 2018.

xxxiii

Lampiran 3

xxxiv

xxxv