KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN...
Transcript of KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN...
KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN
AUSTRALIA DALAM MENANGGULANGI
ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA
PERIODE 2015-2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
oleh:
Hana Hanifah
11141130000071
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM
MENANGGULANGI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA
PERIODE 2015-2017
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil menjiplak hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,17 Januari 2019
Hana Hanifah
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Hana Hanifah
NIM : 11141130000071
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM
MENANGGULANGI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA
PERIODE 2015-2017
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Ciputat,17 Januari 2019
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Ahmad Alfajri, MA M. Adian Firnas, M.Si
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
KERJASAMA INTELIJEN INDONESIA DENGAN AUSTRALIA DALAM
MENANGGULANGI ANCAMAN TERORISME DI INDONESIA
PERIODE 2015-2017
oleh
Hana Hanifah
11141130000071
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
17 Januari 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua, Sekretaris,
Ahmad Alfajri, MA
NIP. Eva Mushoffa, MHSPS
NIP.
Penguji I, Penguji II,
Dr. Badrus Sholeh. MA
NIP. Kiky Rizky, M.Si
NIP.193303212008011002
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 17 Januari
2019.
Ketua Program Studi Hubungan Internasional
FISIP UIN Jakarta
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepentingan Indonesia dalam
kerjasama intelijen menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia periode 2015-
2017. Masalah penelitian ini bermula pada 2014, di mana gerakan radikal ISIS
mulai meneror negara Indonesia. Kerjasama ini merupakan perpanjangan
hubungan dari Lombok Treaty, terlihat dari keseriusan kedua negara untuk
menanggulangi ancaman terorisme yang ada. Keseriusan tersebut diperjelas
dengan ditandatanganinya “MoU between the Government of the Republic of
Indonesia and the Government of Australia on Combating International
Terrorism” pada 21 Desember 2015.
Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah metode kualitatif
dan deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
pustaka yang didapatkan dari buku, jurnal, artikel dan laporan resmi. Selain itu,
teknik pengumpulan data untuk skripsi ini melalui metode wawancara. Penulis
menggunakan konsep terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep
kerjasama internasional yang dianggap dapat menjawab pertanyaan penelitian.
Berdasarkan tiga konsep tersebut dapat diketahui alasan Indonesia memperkuat
kerjasama intelijen dengan Australia yaitu; ancaman terorisme yang dihadapi oleh
kedua negara dan Australia sebagai mitra strategis bagi Indonesia untuk
menanggulangi ancaman terorisme yang ada di Indonesia.
Kata Kunci: Indonesia, Australia, Kerjasama Intelijen, Terorisme, Kepentingan
Nasional, Kerjasama Internasional
v
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia yang
telah dianugerahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Skripsi ini. Selawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak
bantuan bimbingan, saran dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang terus mendukung dan
memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa mereka, apalah
daya penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Berbagai pihak tersebut
diantaranya:
1. Keluarga penulis, terutama Orang Tua penulis Budiyanto dan Rohimi, serta
adik-adik penulis Farid Darmawan dan M. Nabil Falih terimakasih atas doa,
motivasi dan dukungannya baik secara moril maupun materil.
2. Bapak M. Adian Firnas, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya.
Terimakasih telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasihatnya selama
ini untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ahmad Alfajri dan Ibu Eva Mushoffa selaku Ketua dan Sekretaris
Prodi Hubungan Internasional.
4. Dosen-dosen dan segenap jajaran staff jurusan Hubungan Internasional UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas ilmu, nasihat dan motivasi yang
diberikan selama penulis menjalani masa perkuliahan.
vi
5. Ibu Denny Wulandari, KASI Kerjasama lembaga pemerintah BNPT selaku
narasumber, terimakasih atas ketersediaan waktu untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan untuk melengkapi data dari skripsi penulis.
6. Kak Andre, senior yang bersedia menjadi meluangkan waktunya untuk
menjadi teman diskusi bagi penulis. Terimakasih atas masukannya kak!.
7. Teman rasa nano-nano; Atun, Risfi, Tirana. Teman terbaik yang selalu hadir
disaat suka dan duka. Terimakasih sudah memberikan rasa “manis, asam, asin
rame rasanya” selama penulis menjalani masa perkuliahan.
8. Kepada teman-teman HI kelas C; Afif, Alif, Akbar, Andam, Aqil, Aria,
Arkan, Bimo, Dea, Hanin, Imtiyaz, Jaka, Jaya, Leha, Messa, Mayang, Nanda,
Nada, Oby, Ola, Sasa, Tara, Thifa, Unggul, Yakub, Yuana dan Yusti.
9. Kepada teman KKN khususnya Syahra, Woro, Kibo, Ulum. Terimakasih atas
persahabatan yang terjalin selama satu bulan semoga bisa terus memotivasi
sampai kapanpun.
10. Teruntuk Dwi Sakti K, yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan
dukungan kepada penulis selama tiga tahun terakhir.
11. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Semoga segala doa, dukungan dan bantuan kalian mendapat imbalan
dari Allah SWT dan menjadi amal kebaikan.
Dengan segala kerendahan dan kekhilafan, penulis mohon maaf atas
kekurangan dan kesalahan dari penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran penulis terima demi perbaikan penelitian ini di masa mendatang. Terima
kasih.
Depok 2019
Hana Hanifah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….x
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Pernyataan Masalah ........................................................... 1
1.2. Pertanyaan Penelitian.........................................................10
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................10
1.4. Tinjauan Pustaka ...............................................................11
1.5. Kerangka Teoretis..............................................................14
1.5.1 Terorisme…………...……………………......…. 15
1.5.2 Kepentingan Nasional…...…...…….……............ 17
1.5.3 Kerjasama Internasional.........................................18
1.6 Metode Penelitian ............................................................ 20
1.7 Sistematika Penulisan ...................................................... 22
BAB II TERORISME DAN ANCAMAN TERHADAP NEGARA
2.1. Terorisme Secara Umum………………………………. 26
2.2. Terorisme di Asia Pasifik ……………………………… 31
2.2.1. Terorisme di Australia………………...…………34
2.2.2. Terorisme di Indonesia……………..……………39
2.2.3.
viii
BAB III DINAMIKA KERJASAMA INTELIJEN ANTARA INDONESIA
DAN AUSTRALIA
3.1. Sejarah Hubungan Indonesia dengan Australia............... 47
3.1.1 Masa Orde Baru……………………………..…..48
3.1.2 Masa Reformasi………………………………...53
3.2. Kerjasama Intelijen Indonesia dengan Australia……… 60
BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA KERJASAMA INTELIJEN
DENGAN AUSTRALIA PERIODE PERIODE 2015-2017
4.1. Ancaman Keamanan Indonesia dan Australia……..……72
4.2. Australia Sebagai Mitra Strategis Indonesia……………80
BAB V KESIMPULAN.............................................................................88
DAFTAR PUSTAKA ………………………..…………………………..…. xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Indeks terorisme di Indonesia……………………………………5
Gambar 2.1. Gedung World Trade Center Akibat Serangan Teroris………29
Gambar 2.2. Gedung Pentagon Akibat Serangan Teroris…………………...29
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Aksi Terorisme di Australia……………………………………38
Tabel 2.2. Aksi Terorisme di Indonesia……………………………………44
xi
DAFTAR SINGKATAN
ADF Australian Defence Force
AFP Australian Federal Police
AUSTRAC Australian Transactions Report and Analysis Center
BIN Badan Intelijen Negara
BNPT Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
FTF Foreign Terrorist Fighters
ISIS Islamic State of Iraq and Syria
JCLEC Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation
MoU Memorandum of Understanding
PBB Perserikatan Bangsa - Bangsa
Polri Kepolisian Republik Indonesia
PPATK Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
TNI Tentara Nasional Indonesia
WNA Warga Negara Asing
WNI Warga Negara Indonesia
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil wawancara dengan Danny Wulandari dari Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme Indonesia
Lampiran 2 Perkembangan Kerjasama Anti Terorisme RI-Australia
Lampiran 3 MoU between the Government of the Republic of Indonesia
and the Government of Australia on Combating
International Terrorism
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Pernyataan Masalah
Pembahasan skripsi ini berfokus pada penguatan hubungan
kerjasama intelijen antara Indonesia dengan Australia dalam upaya
menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia. Hubungan kerjasama
tersebut dimulai pasca-insiden Bom Bali I pada tahun 2002. Hubungan
negara ini menarik untuk dibahas, sebab hubungan kedua negara tersebut
bersifat fluktuatif, di suatu periode hubungan yang terjalin telihat baik,
namun di periode lainnya bertolak belakang dengan periode sebelumnya.
Namun, adanya peristiwa teroris yang terjadi di Indonesia membuat
Indonesia dan Australia memperkuat hubungan kerjasama di bidang
intelijen.
Intelijen merupakan salah satu instrumen penting bagi pelaksanaan
kekuasaan negara. Intelijen juga merupakan hasil dari proses
pengumpulan, perangkaian, evaluasi, analisis, integrasi dan interpretasi
dari seluruh informasi yang didapatkan dari isu keamanan nasional.
Singkatnya, intelijen merupakan inti dari pengetahuan yang mencoba
membuat prakiraan dengan cara menganalisis informasi terkini yang
nantinya akan dijadikan ukuran dari kebijakan dan tindakan yang akan
dibuat. Dalam sistem keamanan nasional, intelijen berperan sebagai sistem
2
peringatan dini untuk mencegah terjadinya situasi mendadak yang dapat
mengancam keamanan negara.1
Ancaman terorisme menjadi tantangan berat bagi lembaga intelijen
di sebuah negara, tidak terkecuali di Indonesia. Adanya ancaman ini tidak
hanya mengancam situasi domestik di suatu negara, melainkan akan
mengancam keamanan negara lainnya. Aksi terorisme tidak akan berjalan
tanpa adanya pendanaan yang cukup. Dalam hal ini lembaga intelijen
memiliki tugas utama untuk melacak dan menghentikan aliran pendanaan
yang membantu aksi terorisme.2
Kasus terorisme yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2001
berdampak pada sistem keamanan internasional. Tragedi tersebut
memunculkan pandangan baru mengenai keamanan dan ancaman nasional
yang menyebabkan perubahan politik intenasional negara-negara di dunia.
Pada tahun 2002 Indonesia digemparkan oleh banyaknya serangan
bom di berbagai wilayah. Peristiwa yang sangat menghebohkan adalah
Bom Bali yang menelan banyak korban jiwa, korbannya tidak hanya
warga negara Indonesia itu sendiri melainkan banyak warga asing yang
sedang berlibur di Bali. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka –
1Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-2004
(Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 1. 2
Ali Abdullah Wibisono, Reformasi Intelijen dan Badan Intelijen Negara
(Jakarta: Institute for Defense, Security and Peace Studies (IDSPS) Press, 2009), 16.
Tersedia di
https://www.dcaf.ch/sites/default/files/publications/documents/6.%2520Indonesian%252
0Intelligence%2520and%2520SSR.pdf
3
luka akibat peristiwa tersebut, 88 korban di antaranya berstatus
kewarganegaraan Australia.3
Setelah peristiwa tersebut negara – negara tetangga memberikan
bantuan ke Indonesia. Beberapa diantaranya bahkan menjalin hubungan
kerjasama dalam pemberantasan terorisme, termasuk Australia. Pada
tanggal 16 Oktober 2002, Indonesia dan Australia telah sepakat
mendirikan Joint Investigation and Intelligence Team to Investigate the
Bali Bombing.4
Dalam kerjasama ini, pihak Indonesia diwakili oleh
Kepolisian Republik Indonesia dan Australia diwakili oleh Australian
Federal Police (AFP), adapun tujuan dari kerjasama ini untuk membentuk
badan intelijen anti teror, guna mengungkap Kasus Bom Bali 1.
Selain Bom Bali, terjadi aksi-aksi teror di Indonesia selama
periode 2014 sampai 2016. Dalam kurun waktu tersebut, aktivitas
terorisme di Indonesia bersifat fluktuatif, penurunan terjadi pada tahun
2014 sampai 2015 sedangkan pada tahun 2016 dan 2017 aktivitas
terorisme di Indonesia mengalami peningkatan. Menurut Kapolri Tito
Karnavian, meningkatnya aktivitas terorisme bisa terjadi karena dua
3Budi Riza,” Howard: Jumlah Korban Bom Bali Asal Australia 88 Orang”,
Tempo https://dunia.tempo.co/read/34364/howard-jumlah-korban-bom-bali-asal-
australia-88-orang diakses pada Sabrtu 17 Maret 2018. 4
Australian Foreign Minister Affairs,”Joint Investigation and Intelligence Team
to Investigate the Bali Bombing”, tersedia di
https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada Sabtu 17
Maret 2018.
4
kemungkinan, yakni; serangan terorisme yang meningkat atau upaya aktif
yang dilakukan oleh pihak Kepolisian.5
Pada tahun 2014 aktivitas terorisme cenderung menurun, tetapi
intimidasi yang mengarah ke ancaman-ancaman tetap berlangsung. Kepala
Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengatakan, bahwa
kelompok teroris tidak tertarik dengan momen pemilu, namun teror
gangguan keamanan tetap berlangsung. Contoh kelompok yang terus
melakukan gangguan adalah kelompok Mujahiddin Indonesia Barat (MIB)
dan Mujahiddin Indonesia Timur (MIT).6 Walaupun demikian, Indonesia
juga tetap siaga mengenai adanya pergerakan kelompok radikal ISIS yang
menjadi sorotan utama di tahun 2014. Salah satu teror yang dilakukan
kelompok tersebut adalah dengan melakukan pembaiatan pendukung ISIS
di Gedung Syahida Inn pada tanggal 6 Juli 2014.7 Selain deklarasi, oknum
ISIS juga membagikan pamflet berupa ajakan bagi muslimah untuk
menjadi budak seks bagi mujahidin ISIS agar bersemangat untuk
memerangi kafir.8
5 “Tiap tahun, jumlah teroris di Indonesia terus meningkat” Viva tersedia di
https://www.viva.co.id/berita/nasional/991894-tiap-tahun-jumlah-teroris-di-indonesia-
terus-meningkat diakses pada 23 Januari 2019. 6Andylala Waluyo, “BIN: Aktivitas Terorisme Di Indonesia Sedang Tiarap”,
Voice of America Indonesia https://www.voaindonesia.com/a/bin-aktivitas-terorisme-di-
indonesia-sedang-tiarap-/1880284.html diakses pada 15 April 2018. 7
Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN” Tempo tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-isis-di-
uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
8 “Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN” Tempo tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-isis-di-
uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
5
Aktivitas terorisme tahun 2015 cenderung menurun dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Anggota Densus 88 melakukan upaya
penangkapan terduga di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Para terduga terorisme tersebut telah menyiapkan aksi teror dengan
nama sandi „konser akhir tahun‟. Sedikitnya enam orang telah ditangkap,
diketahui bahwa mereka merupakan kelompok „jaringan Abu Jundi‟.9
Gambar I.1. Indeks terorisme di Indonesia
Sumber: Tradingeconomics.com10
Aktivitas terorisme di tahun 2016 kembali meningkat, pada awal
2016 Indonesia digemparkan dengan aksi teror bom di kawasan MH
Thamrin, Jakarta Pusat. Ledakan terjadi di dua tempat yakni tempat parkir
9“Terduga Teroris Siapkan Serangan „Konser Akhir Tahun”, BBC Indonesia
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151220_indonesia_teroris
diakses pada 15 April 2018.
10Global Terrorism Index, https://tradingeconomics.com/indonesia/terrorism-
index diakses pada 15 April 2018.
6
Menara Cakrawala, gedung parkir sebelah utara Sarinah dan pos polisi
depan gedung tersebut. Dalam peristiwa ini sedikitnya delapan orang
(empat orang pelaku penyerangan dan empat warga sipil) dilaporkan tewas
dan 24 lainnya luka-luka.11
Selama tahun 2016 tercatat bahwa Tim Datasemen Khusus 88
Antiteror Polri menangkap 170 orang yang diduga sebagai teroris, jumlah
ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya
berjumlah 82 orang. Menurut Kepala Polri Jendral Tito Karnavian saat
memaparkan catatan akhir tahun Polri di Mabes Polri, Jakarta Selatan
kepada tim CNN Indonesia, dari 170 orang tersangka yang ditangkap
dalam kasus terorisme, sebanya 40 orang telah divonis di pengadilan.
Sedangkan 130 tersangka lainnya ada yang dikembalikan ke keluarga, ada
yang sedang menjalani proses sidang , tahap penyidikan dan meninggal
dunia.12
Pada tahun 2017 Indonesia dikejutkan dengan adanya ledakan
yang terjadi di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Dalam
kejadian tersebut setidaknya 15 orang teridentifikasi menjadi korban
dalam peristiwa tersebut, 10 orang mengalami luka-luka, 3 orang
diantaranya dari pihak kepolisian meninggal dunia dan dua orang yang
11
Eko Nordiansyah, “8 Korban Tewas Bom Thamrin, 4 Pelaku dan 4 warga
Sipil”, Metrotv News, http://news.metrotvnews.com/read/2016/01/17/471234/8-korban-
tewas-bom-thamrin-4-pelaku-dan-4-warga-sipil diakses pada 20 Mei 2018.
12Martahan Sohuturon,”Polri Tangkap 170 Terduga Teroris Sepanjang 2016”,
CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161228201036-12-
182749/polri-tangkap-170-terduga-teroris-sepanjang-2016 diakses pada 20 Mei 2018.
7
diduga sebagai pelaku.13
Melalui kantor berita Amaq, kelompok ISIS
mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa tersebut yang dilakukan oleh
anggotanya.14
Sepanjang tahun 2017, Detasemen Khusus 88 (Densus 88)
menangkap 172 terduga teroris. Jumlah ini mengalami peningkatan di
setiap tahunnya. Menurut Kepala Polri Jendral Tito Karnavian, 68 orang
terduga teroris masih dalam tahap penyidikan Densus 88, 76 orang dalam
tahap persidangan, 10 orang sudah dijatuhi vonis, 16 orang meninggal
dunia dalam masa penangkapan dan 2 lainnya meninggal akibat bunuh
diri.15
Hubungan antara Indonesia dan Australia sering kali pasang surut
dari waktu ke waktu. Dalam periode tertentu hubungan kedua negara
tersebut telihat baik, namun di periode lain berubah menjadi penuh
ketegangan dan rasa saling curiga.16
Menurut Jamie Mackie, hubungan
antara Indonesia dengan Australia mengalami pasang surut karena adanya
perbedaan yang menonjol dalam segi ekonomi, jumlah penduduk, etnis,
13
Ihsannudin, ”Begini Kondisi Polisi Korban Bom Kampung Melayu di RS
Polri”Kompas tersedia di
https://nasional.kompas.com/read/2017/05/25/19035331/begini.kondisi.polisi.korban.bom
.kampung.melayu.yang.dirawat.di.rs.polri diakses pada 26 Desember 2018. 14
Niken Purnamasari, “ISIS Klaim Bertanggung Jawab Bom Kampung Melayu”
DetikNews, tersedia di https://news.detik.com/berita/3511642/isis-klaim-tanggung-
jawab-bom-kampung-melayu diakses pada 26 Desember 2018. 15
Martahan Sohuturon, “Sebanyak 172 terduga teroris dicokok sepanjang 2017”
CNN tersedia di https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171229214717-12-
265633/sebanyak-172-terduga-teroris-dicokok-sepanjang-2017 diakses pada 20 Januari
2019. 16
Siti Muti‟ah Setyawati dan Dafri Agussalim,” Security Complex Indonesia-
Australia dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara”, Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (JSP), Vol. 19, No. 2 (November 2015),1.
8
budaya dan agama. Terdapat beberapa hal yang sangat dikhawatirkan oleh
Australia, yakni: ancaman teroris muslim, masuknya para pengungsi dari
wilayah konflik di Indonesia dan kasus Papua.17
Banyaknya peristiwa terorisme yang terjadi di Indonesia dapat
dijadikan sebagai landasan bagi kedua negara untuk memperkuat
kerjasama dengan melakukan kerjasama kontra teroris, walaupun
hubungan kedua negara sering kali mengalami pasang surut. Hal tersebut
terbukti, setelah adanya Joint Investigation and Intelligence Team to
investigate the Bali bombing pada oktober 2002, Indonesia dengan
Australia memperkuat kerjasama kontra-teroris. Pada tahun 2004,
didirikan Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di
Akademi Kepolisian (AKPOL) yang bertempat di Semarang. JCLEC
dibentuk untuk dijadikan sebagai pusat pelatihan dan penegakan hukum
yang bertujuan untuk merespon ancaman terorisme di Indonesia.18
Dari peristiwa bom Bali yang terjadi pada tahun 2002, terdapat
beberapa kerjasama kontrateroris yang dilakukan oleh Indonesia dan
Australia. Pada 21 Desember 2015 Indonesia melakukan pertemuan 2+2
dengan Australia, dalam pertemuan tersebut Indonesia menitikberatkan
pada upaya penguatan kerjasama maritim. Tidak hanya itu, dalam
17
Jamie Mackie, Australia and Indonesia Current Problems, Future Prospects
(Australia: Lowy Institute for International Policy, 2007), 7. Tersedia di
https://www.files.ethz.ch/isn/87133/2007-09-06.pdf, 18
Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation,”about”, tersedia di
https://www.jclec.org/about diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018.
9
pertemuan 2+2 tersebut adanya penandatanganan MoU between the
Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia
on Combating International Terrorism. Isi dalam MoU tersebut mencakup
kerjasama intelijen dan peningkatan kapasitas antarlembaga dalam
memerangi terorisme.19
Dalam pertemuan tersebut, kedua negara sepakat
untuk melakukan berbagai kerjasama yang kongkrit terkait dengan
penanganan terorisme dalam bidang intelijen, seperti; pertukaran
informasi, pelatihan/pembangunan kapasitas (capacity building) dan
bantuan teknis (technical assistance) jika hal tersebut diperlukan.
Dari penjelasan tentang intelijen dan dinamika hubungan
kerjasama Indonesia Australia menunjukkan, bahwa adanya peristiwa
terorisme dapat mengubah hubungan yang sebelumnya merenggang kini
kian membaik. Oleh karena itu, menarik untuk dianalisis mengapa
Indonesia melakukan kerjasama intelijen dengan Australia dalam
menanggapi ancaman terorisme.
19
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,”Pertemuan 2+2 Indonesia-
Australia Majukan Kerja Sama Maritim” tersedia di
https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-Australia-Majukan-
Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018.
10
1.2. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pada penjelasan pernyataan masalah tentang
penjelasan Intelijen dan dinamika hubungan kerjasama Indonesia
Australia, maka masalah dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian berikut: “Mengapa Indonesia memperkuat kerjasama intelijen
dengan Australia pada periode 2015-2017?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kerjasama intelijen Indonesia dengan Australia
dalam menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dinamika hubungan Indonesia dengan Australia
terutama dalam bidang intelijen pada tahun 2015-2017.
Sedangkan manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Menambah informasi serta pengetahuan bagi mahasiswa
Hubungan Internasional yang berkaitan dengan kerjasama intelijen
dalam menanggulangi ancaman terorisme.
2. Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bacaan
dan tinjauan pustaka bagi mahasiswa Hubungan Internasional.
11
1.4. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang pertama bersumber dari International
Journal of Management and Applied Sciences oleh Seniwati dan Andi
Alimuddin yang berjudul The United State – Indonesian Military
Relationship in Countering Terrorism in Indonesia.20
Jurnal ini membahas
tentang bagaimana Indonesia melakukan kerjasama dengan dunia
internasional khususnya dengan negara Amerika Serikat dalam memerangi
terorisme di Indonesia.
Kerjasama Indonesia dengan Amerika dalam melawan terorisme
terbagi menjadi dua bidang, yaitu: militer dan pendidikan. Dalam bidang
militer program yang dilakukan meliputi pelatihan mengenai cara
mendeteksi bom, menyelidiki tempat kejadian perkara (TKP),
mengamankan bangunan dan memperkuat keamanan maritim. Dalam
bidang pendidikan yaitu penelitian, memberikan kebutuhan pelatihan dan
memberikan instruktur untuk mengajarkan pelatihan.
Perbedaan penelitian ini dengan jurnal Seniwati dan Andi
Alimuddin terletak pada negara yang bekerjasama dengan Indonesia.
Jurnal Seniwati dan Andi Alimuddin berfokus pada kelanjutan bantuan
militer AS ke Indonesia terkait kampanye Global War on Terror yang
dilakukan oleh Bush. Namun, skripsi ini lebih berfokus pada dampak
20
Seniwati dan Andi Alimuddin, “The United State – Indonesian Military
Relationship in Countering Terrorism in Indonesia” International Journal of
Management and Applied Sciences, 2016.
12
peristiwa Bom Bali yang akhirnya membuat Indonesia dan Australia
menjalin kerjasama intelijen guna menanggulangi terorisme di Indonesia.
Persamaan jurnal Seniwati dan Andi Alimuddin dengan penelitian
ini adalah sama – sama membahas mengenai kerjasama dalam
menanggulangi terorisme di Indonesia. Selama ini Indonesia melakukan
kerjasama dengan negara – negara lain dan organisasi internasional untuk
memerangi terorisme. Jurnal ini sangat dibutuhkan sebagai sumber acuan
untuk membantu menggambarkan kerjasama yang dilakukan oleh
Indonesia dalam menanggulangi terorisme.
Tinjauan pustaka yang kedua bersumber dari Jurnal Elektronik
Universitas Udayana oleh I Made Yuda Hardiana, Suksma Sushanti dan
Idin Fasisaka yang berjudul Kerjasama Kontra – Terorisme Antara
Australia dengan Indonesia dalam Menanggulangi Ancaman Terorisme di
Indonesia (2002 – 2008).21
Jurnal ini membahas tentang bagaimana
dinamika kerjasama kontra terorisme antara Australia dengan Indonesia
dalam menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia.
Hubungan Indonesia antara Indonesia dengan Australia
mempunyai hubungan yang unik, hal ini disebabkan oleh adanya
perbedaan politik, budaya, cara pandang dan tingkat pertumbuhan
ekonomi. Terlepas dari adanya perbedaan dan hubungan yang sering kali
21
I Made Yuda Hardiana, Suksma Sushanti dan Idin Fasisaka, “Kerjasama
Kontra-Terorisme Antara Australia Dengan Indonesia Dalam Menanggulangi Ancaman
Terorisme Di Indonesia (2002-2008)”, Jurnal Elektronik Universitas Udayana.
13
mengalami pasang surut, kedua negara tersebut selalu berupaya menjalin
hubungan yang strategis (Strategic Partnership).
Perbedaan penelitian ini dengan jurnal I Made Yuda Hardiana,
Suksma Sushanti dan Idin Fasisaka terletak pada periode yang dibahas.
Selain itu kerjasama yang dibahas lebih umum, kerjasama kontra teroris
meliputi peningkatan kapabilitas polisi (capacity building), agen intelijen
(sharing intelijen) dan penguatan kantor imigrasi dan bea cukai serta
keamanan laut. Namun, skripsi ini hanya berfokus pada penguatan
kerjasama intelijen antara Indonesia dan Australia.
Persamaan jurnal oleh I Made Yuda Hardiana, Suksma Sushanti
dan Idin Fasisaka dengan penelitian ini adalah sama – sama membahas
dinamika hubungan antara Australia dan Indonesia. Jurnal ini sangat
dibutuhkan sebagai sumber acuan untuk membantu menggambarkan
dinamika hubungan Indonesia dan Australia.
Selain dua penelitian tersebut, terdapat tesis yang berkaitan dengan
penelitian ini. Tesis yang dikemukakan oleh Heggy Kearens yang berjudul
Kebijakan Luar Negeri Australia terhadap Indonesia: Kebijakan Kontra-
Terorisme Pasca Serangan Bom Bali I (2002 – 2008).22
Tesis ini
membahas tentang kebijakan luar negeri Australia terkait strategi
22
Heggy Kearens, Kebijakan Luar Negeri Australia terhadap Indonesia:
Kebijakan Kontra-Terorisme Pasca Serangan Bom Bali I (2002 – 2008) (Universitas
Indonesia: Jakarta 2012).
14
kontrateror yang diterapkan di Indonesia mengacu pada kebijakan soft
approach ketimbang penanganan teror secara hard-approach.
Dalam penanganan kontrateror Australia terhadap Indonesia
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal
meliputi aktor pemerintah, aktor non-pemerintah (opini publik).
Sedangkan faktor eksternalnya adalah hubungan khusus yang dimiliki oleh
Australia dengan Inggris dan Amerika Serikat serta situasi global.
Perbedaan penelitian ini dengan tesis Heggy Kearens terletak pada
pengaruh kebijakan luar negeri Australia terhadap Indonesia yang
dipengaruhi beberapa faktor, seperti tergantung dari siapa yang
memerintah, aktor non pemerintah, opini publik dan hubungan khusus
yang dimiliki oleh Australia.
Persamaan tesis Heggy Kearens dengan penelitian ini sama – sama
membahas mengenai kerjasama pertahanan yang dijalin oleh Indonesia
dengan Australia. Kerjasama pertahanan yang akan dibahas meliputi
sejarah kerjasama pertahanan sebelum peristiwa Bom Bali I dan kerjasama
keamanan pasca Bom Bali I.
1.5. Kerangka Teoretis
Sebagai kerangka berpikir, penelitian ini menggunakan konsep
terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama
internasional untuk menjelaskan Kerjasama Intelijen Indonesia dan
Australia dalam Menanggapi Terorisme di Indonesia Periode 2014 – 2017.
15
Konsep tersebut dianggap cocok untuk menjelaskan hal – hal yang
berkaitan dengan penelitian ini.
1.5.1. Terorisme
Konsep “teror” dan “terorisme” merupakan masalah signifikan
yang sedang dihadapi oleh dunia. Tujuannya adalah untuk mencapai suatu
tujuan dari individu atau kelompok tertentu dengan menyebarkan teror.
Definisi dari terorisme bermacam-macam, hal tersebut dikarenakan motif
dan tujuannya juga bermacam-macam. Pengertian umum mengenai
terorisme menurut Schmid, A. P dan Albert J. Jongman adalah:
“Terrorism is an anxiety-inspiring method of repeated violent
action, employed by (semi-) clandestine individual, group, or state
actors, for idiosyncratic, criminal or political reasons, whereby-in
contrast to assassination-the direct targets of attacks are not the
main targets. The immediate human victims of violence are
generally chosen randomly (targets of opportunity) or selectively
(representative or symbolic targets) from a target population, and
serve as message generators. Threat-and violence-based
communication processes between terrorist (organization),
(imperiled) victims, and targets are used to manipulate the main
target (audience(s), turning it into a target of terror, a target of
demands, or a target of attention, depending on whether
intimidation, coercion, or propaganda is primarily sought.”23
Menurut Resolusi Majelis Umum PBB, terorisme didefinisikan
dengan;
“Criminal acts intended or calculated to provoke a state of terror
in the general public, a group of persons or particular persons for
political purposes are in any circumstance unjustifiable, whatever
the considerations of a political, philosophical, ideological, racial,
23
Alex P. Schmid dan Albert J. Jongman, Political Terrorism (Routledge:
London dan New York 1988), 28.
16
ethnic, religious or any other nature that may be invoked to justify
them”24
Terorisme yang terjadi pada saat ini adalah bagian dari “terorisme
gelombang keempat”. Pada dasarnya tujuan utama dari setiap gelombang
dari terorisme adalah revolusi, tetapi revolusi dipahami secara berbeda dari
setiap gelombang. 25
Menurut David C. Rapoport dalam The Four Waves
of Modern Terrorism terdapat empat gelombang dari terorisme.
Gelombang pertama dimulai pada akhir abad ke 19, kelompok
teroris pada gelombang ini berusaha untuk mengubah sistem pemerintahan
yang otoriter, contoh pemerintahan Czar Alexander II.26
Gelombang kedua
waktu periode 1920-1960, pada gelombang ini muncul kelompok-
kelompok yang menerapkan prinsip national self-determination.27
Gelombang ketiga waktu periode 1960-1990, kelompok-kelompok pada
gelombang ini umumnya berideologi sayap kiri.28
Gelombang keempat
atau yang disebut juga dengan “gelombang keagamaan”. Unsur-unsur
keagamaan penting dalam memahami teror di era modern, hal tersebut
24
United Nation, General Assembly A/RES/49/60 84 th plenary meeting 9
December 1994 http://www.un.org/documents/ga/res/49/a49r060.htm diakses pada 16
April 2018. 25
David C. Rapoport, The Four Waves of Rebel Terrorism and September 11,
Anthropoetics 8, No.1 (Spring/Summer 2002), 2. 26
David C. Rapoport, Attacking Terrorism: Element of a Grand Strategy
(Washington: Georgetown University Press, 2004), 51. 27
David C. Rapoport (2004), 53. 28
David C. Rapoport (2004), 56
17
dikarenakan identitas agama dan unsur-unsur etnis sering tumpang tindih,
seperti perjuangan Armenia, Israel dan Palestina.29
1.5.2. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional atau yang lebih dikenal dalam ungkapan
Prancis d‟État merupakan tujuan negara dari berbagai bidang seperti
ekonomi, militer maupun budaya. Dalam Studi Hubungan Internasional,
konsep ini dianggap penting sebagai dasar negara dalam melakukan
hubungan internasional.30
Menurut Luke Glanville, kepentingan nasional
seringkali dilihat sebagai tujuan awal dari kebijakan luar negeri.
Sebenarnya tidak ada definisi yang pasti mengenai kepentingan nasional.
Namun pada intinya, konsep kepentingan nasional menuruk pada tujuan
bagi kesejahteraan pemerintah nasional di tingkat internasional.31
Munculnya ancaman-ancaman baru seperti terorisme dan kejahatan
transnasional lainnya dapat mempengaruhi suatu negara dalam memenuhi
kepentingan nasionalnya. Dengan munculnya ancaman-ancaman tersebut
dapat merugikan negara, kerugiannya bisa dalam bidang ekonomi, politik,
sosial dan keamanan. Hal ini yang membuat suatu negara melakukan
kerjasama dengan negara lain guna melindungi dan mencapai kepentingan
nasionalnya.
29
David C. Rapoport (2004), 61 30
Arry Bainus dan Junita Budi Rachman, “Kepentingan Nasional dalam
Hubungan Internasional”, Intermestic: Journal of International Studies Vol.2 No.2 (Mei
2018), 109. 31
Luke Glanville, “How are we to think about the „national interest‟?”,
Australian Quarterly Vol.77 No.4 (Juli-Agustus 2005),33.
18
1.5.3. Kerjasama Internasional
Dalam hubungan internasional negara merupakan aktor kunci,
tetapi negara bukanlah satu-satunya aktor yang signifikan. Negara adalah
aktor yang rasional, artinya mereka selalu mempertimbangkan sesuatu
yang akan terjadi dengan logis. Pada kondisi yang kompetitif, negara akan
berusaha untuk memaksimalkan keuntungan bersama dalam kerjasamanya.
Karena pada kerjasama internasional yang efektif dapat menciptakan
absolute gain sehingga negara-negara akan memilih kerjasama.32
Dalam suatu kerjasama internasional bertemu berbagai
kepentingan nasional dari berbagai negara yang tidak dapat dipenuhi di
dalam negaranya. Isu utama dari kerjasama internasional yaitu berdasarkan
pada sejauh mana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama
tersebut dapat mendukung tujuan dari kepentingannya dan kompetitif.
Kerjasama internasional terbentuk karena kehidupan internasional yang
meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan.33
Pada skripsi ini fokus terhadap kerjasama internasional dalam
bentuk keamanan. Kerjasama internasional dapat diukur pada dua dimensi
yaitu, ruang lingkup dan kedalamannya. Ruang lingkup dapat dilihat dari
32
Scott Burchill, The National Interest in International Relations Theory
(England: Palgrave Macmillan, 2005), 122. 33
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2011), 33-34.
19
bidang yang terdapat dalam institusi, tidak hanya dalam bidang ekonomi
tetapi bisa dalam bidang keamanan dan sosiopolitik. Sedangkan,
kedalaman terdapat tiga langkah yang disarankan yaitu; pertama,
kebersamaan, yakni harapan-harapan prilaku apa yang harus di
interpretasikan bersama. Kedua, kekhususan, harapan tersebut dibentuk
dalam bentuk aturan-aturan. Ketiga, otonom, institusi tersebut dapat
mengubah aturan sendiri.34
Bentuk kerjasama dapat dibedakan berdasarkan pihak yang
melakukan kerjasama, seperti kerjasama bilateral, trilateral, regional dan
multilateral. Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan Australia
disebut dengan kerjasama bilateral. Hubungan bilateral merupakan
hubungan timbal balik antara kedua belah pihak dengan aktor utama dalam
pelaksanaannya adalah negara.35
Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia bersifat
fluktuatif, hal tersebut ditandai oleh banyaknya perbedaan paham,
kecurigaan, keamanan dan ketegangan politik. Namun, banyaknya
perbedaan diantara keduanya tidak menjadikan kedua negara ini
bermusuhan. Kedua negara ini memanfaatkan potensi-potensi yang
dimilikinya untuk menciptakan dasar hubungan bagi kedua negara.
34
Robert Jackson dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan
Internasional. Ed terj (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005), 155. 35
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, 29.
20
1.6. Metode Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa yang memanfaatkan berbagai metode
alamiah.36
Menurut Strauss dan Corbin penelitian kualitatif merupakan jenis
penelitian yang menghasilkan berbagai penemuan yang tidak dapat
dijangkau dan diperoleh dengan menggunakan data statistik seperti tipe
penelitian kuantitatif. Sehingga penggunaan metode dalam sebuah
penelitian lebih ditekankan untuk mendeskripsikan objek penelitiannya.37
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif analitis. Penelitian ini akan menginterpretasi data
yang bertujuan untuk memberi gambaran yang akurat mengenai fakta dan
hubungan dengan fenomena yang diteliti. Teknik penulisan penelitian ini
berdasarkan pada buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan
Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari sumber
primer dan sekunder. Sumber data primer adalah data utama yang
36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (PT Mizan
Publika: Bandung 2011), 6. 37
Sugiyono, Metode Penelitian (Pusat Bahasa Depdiknas: Bandung 2003), 14.
21
diperoleh langsung dari karangan asli dari orang yang mengalami dan
mengamati sendri.38
Sumber data primer juga didapatkan melalui data resmi yanag
dikeluarkan oleh pemerintah dan melalui metode wawancara. Wawancara
tersebut akan ditujukan kepada KASI Kerjasama Lembaga Pemerintah
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Danny Wulandari.
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan dengan maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi.39
Sumber data sekunder didapatkan melalui dokumentasi,
seperti: buku, koran, jurnal, laporan resmi, arsip-arsip dan data-data dari
situs internet lembaga resmi atau institusi. Untuk itu, studi kepustakaan
(library research) dilakukan ke beberapa perpustakaan, seperti
Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Universitas
Indonesia.
Data-data yang telah didapat akan dilanjutkan dengan dibaca,
dipelajari, dan dilanjutkan dengan mengklasifikasikan berdasarkan materi
pembahasan, mencari keterkaitan satu sama lain dan selanjutnya dianalisa
dengan menggunakan kerangka teoritis yang digunakan yaitu konsep
38
Ibnu S, Mukhadis dan Dasna I.W, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
(Universitas Negeri Malang: Malang 2003), 30. 39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Alfabeta:
Bandung 2009), 137.
22
terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama
internasional.
1.7. Sistematika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam skripsi ini terdapat beberapa urutan sistematika penulisan
yang tersusun menjadi lima bab. Pada bab ini berisi mengenai latar
belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka teori, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II: TERORISME DAN ANCAMAN TERHADAP NEGARA
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai ancaman-ancaman
terhadap suatu negara dan sejarah singkat awal mula munculnya dan
berkembangnya terorisme di Asia Pasifik khususnya Indonesia dan
Australia. Pemaparan tersebut dibutuhkan untuk mengetahui mengapa
terorisme menjadi sebuah ancaman bagi negara dan seberapa
mengancamnya isu terorisme bagi Indonesia dan Australia.
BAB III : DINAMIKA KERJASAMA INTELIJEN ANTARA
INDONESIA DAN AUSTRALIA
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai awal mula hubungan
bilateral antara Indonesia dan Australia sampai saat ini. Tujuan dari
pemaparan pada bab ini adalah untuk dapat mengetahui dinamika
23
hubungan kedua negara yang bersifat fluktuatif. Selain itu, dalam bab ini
juga dijelaskan bagaimana hubungan indonesia dan Australia dalam
bidang intelijen.
BAB IV : KEPENTINGAN INDONESIA KERJASAMA INTELIJEN
DENGAN AUSTRALIA PERIODE 2014 - 2017
Bab ini berisi tentang analisis kepentingan indonesia memperkuat
kerjasama intelijen dengan Australia. Dalam bab ini juga akan dijelaskan
alasan-alasan mengapa Indonesia memperkuat kerjasama intelijen dengan
Australia. Pada bab ini juga akan disajikan relevansi hasil analisis dengan
konsep-konsep yang menjadi acuan dalam penelitian ini.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang menjelaskan hasil jawaban
dari pertanyaan penelitian. Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran dari
penelitian yang sudah dilakukan.
24
BAB II
TERORISME DAN ANCAMAN TERHADAP NEGARA
Keamanan nasional merupakan hal penting bagi suatu negara,
dengan baiknya keamanan yang dimiliki oleh suatu negara akan
terjaminnya eksistensi unsur-unsur pokok yang menjadi pembentuk suatu
negara, seperti; kedaulatan negara, wilayah, penduduk, ekonomi, sistem
pemerintahan dan hukum serta nilai-nilai yang diyakini oleh negara
tersebut.
Isu keamanan tetap menjadi fokus utama di setiap negara. Pada
awalnya isu keamanan bertumpu pada konflik ideologis, namun seiring
berjalannya waktu isu keamanan dapat pula meliputi persoalan tentang
berbagi bidang seperti; ekonomi, pembangunan, lingkungan, demokratisasi
konflik etnik, pelanggaran hak asasi manusia.40
Terdapat beberapa alasan
yang menjadi alasan munculnya isu-isu keamanan tersebut, yaitu:
1. Tatanan politik internasional dianggap tidak adil, seringkali
negara-negara berkembang di eksploitasi oleh negara-negara
maju. Terorisme diasumsikan muncul karena faktor tersebut.
Mereka menganggap bahwa dalam tatanan intenasional tidak
adanya harmoni, yang ada hanya kecenderungan hegemoni dari
40
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M. Yani, 119.
25
negara-negara besar yang mengakibatkan komunitas dari
negara-negara berkembang harus memperjuangkan aspirasi
mereka dengan menggunakan aksi-aksi kekerasan.
2. Ekonomi dunia tidak seimbang yang memunculkan isu
ketidakamanan (insecurity). Dalam dunia intenasional, seluruh
negara-negara memperoleh kesempatan untuk membangun
kerjasama untuk memajukan perekonomian negaranya. Namun,
dengan kemajuan teknologi yang terbatas negara-negara
berkembang tidak bisa mendapatkan akses ke sumber-sumber
ekonomi. Hal tersebut yang dapat menimbulkan masalah
kemiskinan dan keterbelakangan.
3. Situasi yang tidak seimbang antara pembangunan manusia dan
lingkungan. Banyak negara-negara menggunakan pola
pembangunan tradisional dengan mengubah struktur suatu
negara menjadi negara industrialisasi. Hal ini menyebabkan
munculnya ketidakharmonisan antara manusia dengan
lingkungan, akibatnya manusia dihadapkan dengan isu
keamanan lingkungan seperti bencana alam atau kelangkaan
sumber-sumber air.
4. Kegagalan dalam pembentukan mekanisme kontra krisis
internasional telah mempersulit identifikasi dan penanganan
ancaman kemanan non tradisional. Globalisasi ekonomi
26
menimbulkan saling ketergantungan antar negara, namun akan
sangat berpengaruh apabila ekonomi dari negara yang
bersangkutan tidak mampu menjaga dan mengelolanya.
Akibatnya, dapat memunculkan krisis finansial. Tidak adanya
mekanisme internasional untuk mengatasi krisis finansial yang
menyebabkan munculnya isu keamanan finansial.41
Melihat dari banyaknya alasan negatif atas adanya isu keamanan,
hal ini tentunya dapat mengancam keamanan di suatu negara. Pengertian
ancaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha yang
dilaksanakan secara konsepsional melalui tindakan politik atau kejahatan
yang dapat membahayakan tatanan serta kepentingan negara dan bangsa.42
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan apapun yang
sifatnya merugikan atau mengganggu kepentingan negara dan stabilitas
politik adalah sebuah ancaman bagi sebuah negara. Salah satu isu
keamanan yang marak terjadi saat ini adalah aksi terorisme.
2.1. Terorisme Secara Umum
Terorisme berkembang sejak berabad-abad yang lalu, hal tersebut
dapat diketahui dari bentuk kejahatan murni seperti pembunuhan dan
ancaman guna menghasilkan tujuan tertentu. Dalam perkembangannya,
terorisme bermula dari bentuk fanatisme terhadap suatu aliran kepercayaan
41
Bantarto Bandoro, “Globaalisasi, Netwar dan Isu-Isu Strategis di Asia
Pasifik”, Indonesian Journal of International Law, Vol.3 No.3 (April 2006), 386-387. 42
Ancaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
https://www.kbbi.web.id/ancam diakses pada 28 Mei 2018.
27
yang akhirnya berubah menjadi pembunuhan, aksi ini dilakukan bisa
perorangan maupun secara berkelompok terhadap suatu penguasa yang
dianggap sewenang-wenang.43
Terorisme mulai dikenal pada Revolusi Prancis yang saat itu
digunakan sebagai teknik perjuangan revolusi. Istilah “terorisme” berasal
dari pengalaman teror pada Revolusi Prancis. Zaman pencerahan telah
mewariskan ke masyarakat tentang ide kedaulatan rakyat. Namun, dalam
praktik pengerjaannya dalam mempertahankan kedaulatan, revolusi
mengaku bahwa pelaksanaanya melalui penyebaran teror negara, tujuan
tersebut dibenarkan bahkan kekerasan ekstrim sekalipun.44
Pada abad ke 19, terorisme mulai banyak dilakukan diberbagai
wilayah di dunia, seperti; Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Terorisme
dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektif untuk melakukan
perubahan dengan cepat dibidang sosial dan politik dengan cara
menghancurkan orang-orang yang berpengaruh.45
Aksi terorisme
seringkali diidentikan dengan gerakan sayap kiri yang berbasiskan
43
Kolonel Inf Loudewijk, “Terorisme” tersedia di
http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1)%20Indonesia%20
dan%20isu%20global/3)%20Terorisme/Terorisme.pdf diakses pada 13 Agustus 2018. 44
Gérald Chaliand dan Arnaud Blin, The History of Terrorism from Antiquity
to Al Qaeda, Terj. Edeward Schneider (University of California Press: Bakeley, 2007),
95. Tersedia di https://wikileaks.org/gifiles/attach/177/177597_History%20of%20Ter.pdf
diakses pada 13 Agustus 2018. 45
“History of Terrorism” tersedia di
http://www.terrorismfiles.org/encyclopaedia/history_of_terrorism.html diakses pada 13
Agustus 2018.
28
ideologi. Pada dasarnya pelaku dari terorisme adalah orang atau kelompok
yang tidak suka dengan rezim tertentu.
Perang Dunia II telah menandai sesuatu bahwa terorisme dijadikan
sebagai alat perlawanan. Sejak saat itu, dunia tidak lagi mengenal kata
“damai”, berbagai kerusuhan berkembang dan berkelanjutan. Perjuangan
melawan penjajah, konflik regional yang melibatkan pihak ketiga serta
kerusuhan domestik banyak terjadi di negara Dunia Ketiga. Pada dasarnya
terorisme mulai meningkat sejak awal tahu 1970an. Sejak saat itu,
terorisme berkembang menjadi sengketa ideologi, fanatisme suatu agama,
kemerdekaan, pemberontakan dan dijadikan alat oleh pemerintah dalam
menegakkan kekuasaanya.46
Pada 11 September 2001 merupakan sejarah buruk bagi negara
Amerika Serikat. Di hari tersebut gedung World Trade Center (WTC)
Serta gedung Pentagon yang menjadi pusat kegiatan di Amerika Serikat
runtuh akibat adanya serangan dari teroris. Peristiwa tersebut
menimbulkan korban jiwa sebanyak 3000 jiwa dan dari perisiwa tersebut
mampu menyebarkan ancaman di negara Amerika Serikat.
Perisiwa 11/9 merupakan serangkaian serangan bunuh diri yang
dilakukan dengan cara membajak pesawat dua milik penerbangan Amerika
Serikat Boeing 767-223ER ke gedung World Trade Center. Selang 1 jam
46
Kolonel Inf Loudewijk, “Terorisme” tersedia di
http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1)%20Indonesia%20
dan%20isu%20global/3)%20Terorisme/Terorisme.pdf diakses pada 13 Agustus 2018.
29
dari peristiwa tersebut, pesawat Boeing yang sama menabrak gedung milik
Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Pentagon.47
Dari peristiwa ini,
memiliki dampak yang sangat besar bagi stabilitas ekonomi dan
pertahanan di AS, karena kejadian tersebut berada di pusat perdagangan
dan pertahanan AS.
Gambar 2. 1 Gedung World Trade Center Akibat Serangan Teroris
Sumber:https://internasional.kompas.com/read/2017/09/12/09575401/16-
tahun-serangan-911-wtc-runtuh-bukan-karena-tabrakan-pesawat
Gambar 2. 2 Gedung Pentagon Akibat Serangan Teroris
Sumber:http://harian.analisadaily.com/aneka/news/fbi-kembali-
rilis-foto-serangan-pentagon/413409/2017/0
47
Arnold Arswenda Kusuma, “Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat Dalam
Mengatasi Gerakan Terorisme Internasional di Afghanistan” eJurnal Ilmu Hubungan
Internasional Vol.3 No.3 (2015), 393.
30
Serangan tersebut membuat masyarakat AS marah, hal ini
membuat Presiden AS George W. Bush ambil tindakan. Bush langsung
menyatakan perang terhadap teroris termasuk yang berada dibelakang
teroris. Bush menuduh Osama Bin Laden terlibat dalam peristiwa tersebut.
Diketahui bahwa Osama Bin Laden merupakan sosok dibalik
pembentukan kelompok Al Qaeda yang anti terhadap Barat.48
Tahun 2001 merupakan tahun dimana AS telah menyadari bahwa
ancaman teroris dapat menimbulkan kekhawatiran yang besar. Diketahui
bahwa dua dekade sebelum terjadinya peristiwa 11/9, sejumlah serangan
besar telah dilakukan di Amerika. Beberapa contohnya seperti;
pengeboman barak Marinir di Beirut (1983), pembajakan penerbangan
TWA 847 (1985) dan pembajakan kapal pesiar Archille Lauro (1985).
Sejak saat itu, serangan di wilayah Amerika terus meningkat selama
bertahun-tahun. Cara-cara tersebut digunakan oleh para teroris untuk
menyerang Amerika tanpa harus memasuki wilayahnya. Banyaknya
serangan yang dilakukan oleh para teroris nampaknya tidak terlalu
diperdulikan oleh AS, hal tersebut membuat aksi-aksi teroris kian marak di
AS. Sampai akhirnya kejadian 11/9 membuat AS sadar bahwa serangan
dari teroris sudah keterlaluan dan menimbulkan dampak besar bagi AS.49
48
Sri Setianingsih Suwardi, “Peristiwa 11 September 2001 dan Penyerangan
Amerika Serikat di Afghanistan Ditinjau dari Segi Hukum Internasional”, tersedia di
http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/1325/1247 diakses pada 15 Agustus
2018.
49 Gérald Chaliand dan Arnaud Blin (2007),409.
31
Peristiwa serangan 9/11 merupakan sebuah pencapaian terbesar
dari kelompok teroris. Media menjadi alat yang sangat ampuh, kejadian
tersebut langsung diberitakan ke seluruh dunia. Pemberitaan saat itu
sangat ramai dengan mengambil pokok-pokok penting dari kejadian
tersebut, seperti; serangan ini melanda pusat keuangan dan militer AS dan
serangan memakan banyak korban jiwa. Tentu kejadian tersebut membuat
masyarakat terkejut, tidak hanya bagi AS tapi negara-negara lainnya.50
Sejak saat itu AS aktif dengan kampanye “war on terror” yang
diserukan oleh Preside Bush. AS mengajak negara-negara lainnya untuk
mengikut kampanyenya tersebut. Aksi terorisme mulai menyebar
keseluruh lapisan masyarakat dan mulai diperhatikan oleh negara-negara
di dunia. Negara-negara banyak membentuk kerjasama dan melakukan
dialog-dialog guna membahas aksi-aksi dan cara menanggulanginya agar
tidak merusa stabilitas keamanan di suatu negara.
2.2. Terorisme di Asia Pasifik
Terorisme telah menjadi fokus pembahasan pemerintah di masing-
masing negara, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Hal tersebut
dikarenakan ancaman yang di timbulkan dari teroris memberikan dampak
negatif bagi tatanan suatu negara. Masing-masing negara menyadari
bahwa isu keamanan terutama yang dilakukan oleh terorisme tersebut
50
Gérald Chaliand dan Arnaud Blin (2007),413.
32
menimbulkan masalah di dalam negeri dan lingkungan internasional yang
harus ditanggapi secara bersama-sama.
Pemberontakan dan kelompok-kelompok terorisme di kawasan
Asia Pasifik dapat dikatagorikan ke tiga katagori yang berbeda. Pertama,
kekerasan sayap kiri yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang
berusaha menjatuhkan pemerintah dalam masyarakat kapitalis. Kedua,
kekerasan etno-politik, kelompok ini berfokus pada perbedaan etnis.
Ketiga, kekerasan yanag dilakukan oleh kelompok-kelompok dengan
motif agama. Dari ketiga kategori tersebut muncul sejalan dengan
kebangkitan komunisme, nasionalisme, ekstrimisme agama dan
sektarianisme.51
Konflik politik-agama gelombang pertama di kawasan Asia Pasifik
tahun 1990-an yang ditandai oleh kelompok veteran perang Soviet-
Afghanistan kembali dan bergabung dengan kelompok-kelompok
ancaman di wilayah itu. Mulai muncul kelompok-kelompok baru yang
memperkuat kehadiran terorisme lokal dan regional di seluruh kawasan
Asia Pasifik. Akibatnya, gerakan-gerakan teroris yang muncul secara aktif
51
Rohan Gunaratna dan Stefanie Kam, Handbook of Terrorism in the Asia–
Pacific (Imperial College Press: London, 2016),xiii.
33
berusaha mempengaruhi kelompok lokal dan regional yang menimbulkan
ancaman bagi masyarakat.52
Ancaman terorisme yang berada di Asia Pasifik tidak terlepas dari
semakin besarnya pengaruh dari gerakan transnasional seperti, Jamaah
Islamiah dan Negara Islam (IS). Berbeda dengan Al-Qaeda yang pengaruh
dan kekuatannya berangsur-angsur mulai mengecil. Namun, kelompok
tersebut yang memiliki ideologi yang sama, kebrutalan dan barbarisme
telah menimbulkan ancaman bagi sesama muslim dan mengundang
kecaman dari komunitas internasional. Demi mencegah berkembangnya IS
di Asia Pasifik, negara-negara koalisi AS, Rusia dan Arab bekerjasama
dengan pemerintah setempat untuk melaksanakan operasi militer,
diplomatik, politik dan informasi untuk melawan kelompok-kelompok
radikal di Suriah dan di Irak.53
Perluasan ancaman terorisme ini pun meluas ke berbagai wilayah
di kawasan Asia Pasifik. Hal tersebut dikarenakan mudahnya akses bagi
para kelompok teroris untuk menyebarkan paham dan merekrut para
teroris baru di berbagai wilayah. Seperti misalnya dalam kelompok
Jamaah Islamiah, dalam kelompok tersebut membagi wilayah tanggung
jawab, personel, infrastruktur dan pengoprasian kelompoknya kedalam
empat wilayah, mereka menamakan wilayah tersebut sebagai Mantiqi.
52“The Current and Emerging Threat in the Asia-Pasific”, Sécurité & Défense
magazine https://sd-magazine.com/avis-experts/the-current-and-emerging-threat-in-the-
asia-pacific diakses pada 20 Mei 2018. 53
Rohan Gunaratna dan Stefanie Kam,(2016), xiv.
34
Mantiqi I, meliputi negara Singapura dan Malaysia. Mantiqi II, negara
Indonesia dan Mantiqi III, meliputi wilayah Mindanao, Sabah, dan
Sulawesi. Mantiqi IV, meliputi Wilayah Papua dan negara Australia.54
Menurut buku pedoman kelompok tersebut yang di beri nama
PUPJI (Pedoman Umum Perjuangan Al-Jama‟ah Al-Islamiyah), Jamaah
Islamiah memiliki tujuan untuk membentuk negara Islam di Indonesia.
Setelah tujuannya berhasil Jamaah Islamiah akan memperluas daerah
wilayahnya yang mencakup Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan
Mindanao.55
2.2.1. Terorisme di Australia
Terorisme merupakan ancaman nyata bagi sebuah negara. Aksi
yang dilakukan oleh para teroris menyebabkan ketidakstabilan yang dapat
mengganggu sebuah negara, tidak terkecuali Australia. Terorisme telah
menjadi topik pembahasan dalam lingkungan keamanan Australia. Hal
tersebut dikarenakan terorisme dapat mengancam kepentingan Australia
dalam negeri maupun luar negeri.
Pada beberapa tahun terakhir teroris sukses mengkampanyekan
berbagai ideologi atau rasa nasionalis yang mereka dukung. Dalam
54
David Gordon dan Samuel Lindo, “Jamaah Islamiyah” Center for Strategic &
International Studies (November 2011),1 tersedia di https://csis-
prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/legacy_files/files/publication/111101_Gordon_JemaahIslamiyah_WEB.pdf
diakses pada 10 Juli 2018. 55
David Gordon dan Smuel Lindo (2011), 3.
35
mencapai kepentingannya para teroris tersebut menggunakan metode
serangan yang kejam. Terorisme ada di Australia sebelum adanya
peristiwa serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Berbagai
kelompok jaringan teroris internasional telah lama hadir di Australia, para
kelompok tersebut berfokus dalam pengumpulan dan pengadaan dana,
terkadang para kelompok teroris tersebut melakukan tindak kekerasan
juga.
Terdapat beberapa serangan teroris yang dilakukan di Australia
sebelum tahun 2001, yaitu: pengeboman tempat Perdagangan Umum dan
Agen Turis Yugoslavia di Sydney pada 16 September 1972, pengeboman
hotel Hilton Sydney pada 13 Februari 1978, pengeboman gedung Konsulat
Israel dan Hakoah Club di Sydney tahun 1982 dan pengeboman gedung
Konsulat Turki di Melbourne.
Sejak tahun 2001 sampai 2010 diketahui lebih dari 100 orang
warga Australia yang telah tewas dalam serangan teroris yang berada di
luar negeri.56
Australia memperkuat keamanan di negaranya demi
mencegah serangan dari terorisme dan hal tersebut terbukti bahwa telah
banyak serangan yang digagalkan oleh pemerintah setempat.
Pasca kejadian 9/11 di Amerika Serikat, Australia melakukan
perubahan-perubahan dalam sistem pemerintahannya. Perubahan yang
56
Australian Government, “Counter-Terrorism White Paper”, hal, 7 tersedia di
https://www.dst.defence.gov.au/sites/default/files/basic_pages/documents/counter-
terrorism-white-paper.pdf diakses pada 15 Oktober 2018.
36
dilakukan oleh Australia diantaranya adalah; memperbanyak departemen
dan lembaga dalam upaya melawan terorisme, dalam bidang hukum
Australia membentuk peraturan hukum untuk mengadili para teroris dan
pemerintah Australia berupaya untuk melawan ideologi ekstrim dengan
aktif mempromosikan hal-hal yang positif ke masyarakat.57
Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah Australia
untuk melawan para teroris. Namun, tetap saja ada aksi-aksi yang
dilakukan oleh para teroris tersebut. Hal tersebut terbukti dari pernyataan
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott kepada media bahwa tingkat
ancaman terorisme di Australia tetap tinggi. Pada pertemuannya dengan
Komite Keamanan Nasional pada 23 Desember 2014, PM Tony Abbott
diberitahu oleh otoritas keamanan bahwa telah terjadi peningkatan
„perbincangan diantara simpatisan terorisme‟.58
Pada tahun 2015 Kepala Kepolisian Federal Australia (AFP)
Komisioner Andrew Colvin mengungkapkan Bahwa ancama terorisme di
Australia semakin memburuk. Radikalisasi mulai mempengaruhi anak-
anak dibawah umur di Australia. Memang, kasus individu asal Australia
yang ingin keluar negeri dan bergabung dalam konflik Timur Tengah tidak
57
Australian Government Departement of the Prime Minister and Cabinet,
“Review of Australia‟s Counter - Terrorism Machinery”, hal. iv tersedia di
https://www.homeaffairs.gov.au/nationalsecurity/Documents/review-australia-ct-
machinery.pdf diakses pada 15 Oktober 2018. 58
“PM Australia: Ancaman Terorisme Tetap Tinggi” BBC News, tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141223_dunia_abbott_terorisme diakses
pada 15 Oktober 2018.
37
meningkat, karena aparat keamanan Australia berhasil melakukan
pekerjaannya dan mencegat para individu yang akan pergi ke wilayah
konflik. Akan tetapi hal tersebut dianggap oleh Andrew Colvin
permasalahannya semakin rumit, karena polisi harus bertanggung jawab
dan memastikan keamanan masyarakat Australia.
Sebenarnya menurut Andrew Colvin sebelum polisi melakukan
aksinya, banyak langkah yang dapat ditempuh pada tahap dini yang
mungkin tidak terlalu melibatkan polisi. Dalam pernyataannya, PM
Malcolm Turnbull menjelaskan bahwa cara paling efektif dalam
menghadapi ancaman terorisme adalah dengan mencegah orang-orang
menjadi radikal. Hal ini disambut oleh pemimpin Partai Hijau Ricard Di
Natale, menurutnya pencegahan radikalisasi dapat melalui program-
program sosial yang ditujukan kemasyarakat dan khususnya bagi para
remaja.59
Berikut ini adalah beberapa kejadian aksi terorisme di Australia
pasca 9/11 yang telah dirangkum sebagai berikut:
59
“Ancaman Terorisme di Australia Semakin Memburuk” Kompas, tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2015/10/15/15281121/Ancaman.Terorisme.di.Aust
ralia.Semakin.Memburuk diakses pada 15 Oktober 2018.
38
Tabel 2.1 Aksi Terorisme di Australia
No
.
Tahun Peristiwa
1. 2014 Penikaman dan penembakan terhadap petugas anti-teror di
Endeavour Hills oleh Abdul Numan Haider 18 tahun pada
23 September 2014.
Penyandraan 18 orang di sebuah kafe coklat Lindt, Sydney
oleh Man Haron Monis pada 15 Desember 2014. 2. 2015 Penembakan dan pembunuhan terhadap seorang akuntan
berusia 58 tahun di pinggir barat Sydney Parramatta oleh
Farhad Khalil Mohammad Jabar 15 tahun pada 2
Oktober2015.
3. 2016 Penikaman yang dilakukan oleh seorang pria berusia 22
tahun yang terispirasi oleh ISIS terhadap seorang pria tak
dikenal di daerah pinggiran Sydney pada 20 September
2016.
4. 2017 Penembakan dan penyandraan terhadap sebuah kompleks
apartemen di Brighton oleh Yacqub Khayre 29 tahun yang
diketahui adalah simpatisan ISIS.
Sumber: Time, tersedia di
http://time.com/5075253/terrorist-attacks-australia-timeline/
Jumlah aksi serangan terorisme yang ditimbulkan memang tidak
terlalu banyak. Namun hal tersebut akan tetap menjadi kekhawatiran
pemerintah Australia dalam melindungi keamanan masyarakatnya.
Keseriusan pemerintah Australia dalam menanggapi aksi terorisme dapat
dilihat dari aktifnya pemerintah Australia dalam membentuk atau
mengikuti forum kerjasama yang terkait dengan melawan terorisme.
39
2.2.2. Terorisme di Indonesia
Pasca terjadinya peristiwa serangan teroris terhadap WTC dan
Pentagon pada tanggal 11 September 2001, dunia internasional yaitu AS
dan negara-negara sekutunya membentuk aliansi yang bertujuan untuk
memberantas terorisme di dunia. Setahun setelahnya dunia internasional
dikejutkan kembali oleh serangan teror bom Bali pada tanggal 12 Oktober
2002 di Indonesia.
Sejak serangan teroris terhadap WTC dan Pentagon di Amerika
Serikat serta serangan teror bom Bali di Indonesia organisasi teroris al-
Qaeda dan kelompok-kelompok teroris yang berkaitan dengan al-Qaeda
termasuk Jamaah Islamiah di Asia Tenggara telah menjadi prioritas utama
dalam kampanye “perang melawan teror”.60
Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Tim Investigasi Tragedi
Bom Bali mengungkapkan bahwa terdapat keterkaitan antara pelaku
serangan terorisme dari kelompok radikal militan lokal dengan jaringan
terorisme intenasional Jamaah Islamiah pimpinan Abu Bakar Ba‟asyir.
Pada Oktober 2002, PBB telah mengeluarkan resolusi Dewan Keamanan
PBB No. 1438 tentang peristiwa peledakan bom di Bali dan menjadikan
Jamaah Islamiah sebagai salah satu organisasi teroris internasional,61
60
Bahtiar Marpaung, “Aspek Hukum Pemberantasan Terorisme di Indonesia”,
Jurnal Equality, Vol. 12 No. 2 (Agustus 2007), 124.
61 United Nation Security Council Resolution 1438 (2002) tersedia di
https://documents-dds-
40
Jamaah Islamiah dianggap sebagai perluasan dari kelompok al-Qaeda yang
berada dikawasan Asia Tenggara. Jamaah Islamiah yang berkembang di
Indonesia diyakini memiliki hubungan dengan organisasi teroris lainnya
yang berada di Malaysia, Singapura dan Filipina.62
Jemaah Islamiah merupakan regenarasi dari Darul Islam atau
Negara Islam Indonesia (NII) yang merupakan kelompok islam radikal
yang didirikan ditahun 1940 an. Darul Islam memiliki tujuan untuk
menjadikan negara Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama Islam
sebagai dasar dari negara untuk menggantikan pemerintahan Belanda.
Gerakan kelompok Islam tersebut memiliki ideologi yang dianggap keras
oleh masyarakat Indonesia secara umum (khususnya pemerintah) sehingga
menimbulkan beragam gesekan dalam kehidupan sosial.63
Pada tahun 1960 an merupakan awal bagi dimulainya
pembentukan kelompok Jamaah Islamiah, yang saat itu pendirinya yakni
ulama Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar mulai menuntut
pembentukan hukum syariah bagi negara Indonesia. Kedua ulama ini
menanggap bahwa dirinya sebagai pewaris ideologis pendiri gerakan
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N02/638/47/PDF/N0263847.pdf?OpenElement diakses
pada 10 Juli 2018. 62
International Crisis Group Report, Jemaah Islamiyah in South East Asia:
Damaged but Still Dangerous, 26 Agustus 2003, hal i. 63
Novie Lucky Andriyani dan Feriana Khushindarti, “Respons Pemerintah
Indonesia dalam Menghadapi Perkembangan Gerakan Islamic State di Indonesia” Jurnal
Penelitian Politik, Vol. 14 No. 2 (Desember 2017),224.
41
Darul Islam.64
Mendengar hal tersebut, pemerintah yang saat itu dipimpin
oleh Presiden Soeharto langsung menanggapinya. Kedua ulama ini
dianggap sebagai pemberontak dan selama orde baru mereka menjadi
target utama aparat keamanan Indonesia.
Selama beberapa tahun menjadi target utama aparat keamanan
Indonesia, Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar melarikan diri ke
Malaysia pada tahun 1985. Selama di Malaysia kedua ulama ini
mendirikan pangkalan operasi yang tujuannya untuk membantu
mengirimkan orang Indonesia dan Malaysia ke Afghanistan guna
membantu Afghanistan dari serangan Soviet sekaligus untuk berlatih di
kamp al-Qaeda.65
Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar melarikan diri ke
Malaysia melalui jalur darat lewat Medan, Sumatera Utara. Pelarian diri
Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar berakibat karena adanya
rekayasa politik dan intelijen yang memancing munculnya reaksi
perlawanan sporadis umat muslim, yang mana perlawanan tersebut
mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Selama di Malaysia, ia
melakukan dakwah Islam sampai ke Singapura. Dari dakwahnya selama
disana, Abu Bakar Baasyir mendapatkan peningkatan kiprah tersendiri.
Namun di sisi lain, ancaman musuh yang dihadapinya pun semakin tinggi,
64
Bruce Vaughn, “Terrorism in Southeast Asia” Congressional Research
Service, The Library of Congress (Februari 2005),6 tersedia di
https://fas.org/sgp/crs/terror/RL31672.pdf diakses pada10 Juli 2018. 65
Bruce Vaughn (2005), 6.
42
bukan lagi setingkat rezim Orde Baru, namun sudah menjalar ke tingkat
negara adidaya, Amerika Serikat.66
Pada tahun 1993 atau 1994 Abu Bakar Baasyir dan Abdullah
Sungkar resmi membentuk kelompok Jamaah Islamiah. Dalam kelompok
ini, kedua ulama tersebut membentuk struktur organisasi yang terbaik
dengan aktif menyebarkan dan merekrut terorisme yang berada di Asia
Tenggara serta aktif berhubungan dengan kelompok al-Qaeda.67
Setelah
meresmikan pendirian kelompok Jamaah Islamiah, pada tahun 1998 Abu
Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar kembali ke Indonesia.68
Saat itu kondisi negara Indonesia sedang tidak stabil, di masa Orde
Baru yang menjadi fokus para intelijen Indonesia adalah menghadapi
ancaman terhadap penguasa politik. Selain itu, fokus kegiatan para
intelijen ditujukan untuk menghancurkan komunisme yang ada di
Indonesia. Dinas-dinas intelijen mengalami politisasi sehingga dapat
melakukan intervensi politik ke setiap aspek kehidupan bernegara.
Penggunaan kata “stabilitas nasional” aktivitas intelijen ditujukan untuk
dapat mengontrol atas kebebasan sipil warga negara melalaui aksi-aksi
yang dikondisikan. Saat itu, warga negara atau kelompok yang dianggap
dapat membahayakan negara atau dapat membahayakan kepentingan
66
Muhammad Nuh, “Perjalanan Panjang Abu Bakar Ba‟asyir di Arus
Konspirasi” EraMuslim tersedia di https://www.eramuslim.com/berita/laporan-
khusus/pejalanan-panjang-abu-bakar-ba-asyir-di-arus-konspirasi.htm#.XFAIWc8zZAY
diakses pada 29 Januari 2019. 67
Bruce Vaughn (2005), 6. 68
David Gordon dan Samuel Lindo (2011),1.
43
penguasa dianggap sebagai “musuh” dan pemburuan atau
penghancurannya dapat dibenarkan oleh negara.69
Pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi dan
diperparah dengan jatuhnya rezim Soeharto. Kondisi Indonesia yang
sedang melemah dari segi keamanan, pemerintahan dan keuangan
dimanfaatkan oleh Abu Bakar Baasyir dan Abdullah Sungkar untuk
mempromosikan paham-pahamnya dengan berkhotbah di Solo. Awal
tahun 1999 sampai tahun 2000 terjadinya ketegangan antara Muslim
dengan Kristen yang menimbulkan kerusuhan di Poso dan kerusuhan di
Ambon. Hal tersebut memberikan peluang kesempatan kepada Jamaah
Islamiah untuk merekrut, melatih dan mendanai para pejuang lokal untuk
berpartisipasi dalam konflik.70
Pada akhir tahun 2000, tepatnya pada malam natal, kelompok
Jamaah Islamiah merencanakan aksi pengeboman terhadap 38 gereja di
wilayah Jawa, Sumatra dan Jakarta. Kejadian tersebut menimbulkan
korban jiwa yakni 19 orang Tewas dan 120 orang lainnya luka-luka. Dari
peristiwa tersebut dapat dikatakan bahwa jumlah anggota dari kelompok
Jamaah Islamiah semakin bertambah sebagai kelompok teroris.
Setahun setelahnya, sekelompok anggota dari Jamaah Islamiah
mendukung fatwa yang dikeluarkan oleh Osama Bin Laden pada Februari
69
Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-
2004 (Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 6. 70
Bruce Vaughn (2005), 7.
44
1998. Dalam fatwanya, Osama Bin Laden mengkampanyekan untuk
melakukan jihad terdahap orang-orang Yahudi dan menyatakan
membunuh Amerika dan sekutunya adalah tugas dari seorang Muslim.71
Pada tanggal 12 Oktober 2002, anggota Jamaah Islamiah meledakan bom
di sebuah Klub Sri dan Paddy‟s Bar di Bali. Dari kejadian tesebut
setidaknya terdapat 202 orang meninggal dunia dan mayoritas korban
adalah turis Barat.72
Serangan aksi-aksi terorisme di Indonesia sebenarnya telah dimulai
pada tahun 1981, yaitu adanya aksi pembajakan pesawat DC-9 Woyla oleh
anggota kelompok Islam ekstrimis yang menamakan kelompoknya
Komando Jihad.73
Sejak saat itu, kelompok-kelompok radikal mulai
melakukan aksi-aksi kekerasan seperti penyandraan, pembunuhan dan
pengeboman di berbagai wilayah di Indonesia, terutama setelah peristiwa
9/11, dimana WOT menjadi fokus utama negara-negara di dunia. Berikut
merupakan runtutan aksi terorisme di Indonesia pasca WOT sampai 2017:
71
“Obituari: Osama dan Aksi Terorisme”, BBC News
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/05/110502_osamabinladenprofile diakses
pada 10 Juli 2018. 72
David Gordon dan Samuel Lindo (2011), 4. 73
Bayu Galih, “Operasi Pembebasan Pesawat Woyla yang Menegangkan”
Kompas
https://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/10562581/Operasi.Pembebasan.Pesawat.W
oyla.yang.Dibajak.3.Menit.yang.Menegangkan diakses pada 11 Juli 2018.
45
Tabel 2.2 Aksi Terorisme di Indonesia 2001 – 2017
No. Tahun Peristiwa
1. 2001 Bom Plaza Atrium Senen (23 September), Bom retoran
KFC (12 Oktober), Bom sekolah di Australian
International School (6 November)
2. 2002 Bom Tahun Baru (1 Januari), Bom Bali (12 Oktober),
Bom restoran McDonald‟s (5 Desember)
3. 2003 Bom Kompleks Mabes Polri (3 Februari), Bom Bandara
Soekarno-Hatta (27 April), Bom JW Marriot (5 Agustus)
4. 2004 Bom Palopo (10 Januari), Bom Kedubes Australia (9
September), Bom Gereja Immanuel (12 Desember)
5. 2005 Bom Bali (1 Oktober)
6. 2009 Bom meledak di Hotel JW Marriot dan Ritz Calton (17
Juli)
7. 2012 Bom Solo (18 Agustus)
8. 2013 Bom Poso (3 Juni)
9. 2016 Bom dan baku tembak MH Thamrin (14 Januari)
10. 2017 Bom Panci Kampung Melayu (24 Mei)
Sumber: Data diolah sendiri dari beberapa situs media
Tingginya jumlah aksi serangan terorisme dan kerusakan yang
ditimbulkan, pemerintah Indonesia tidak tinggal diam. Keseriusan
pemerintah menanggapi permasalahan tersebut yakni dengan membentuk
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Detasemen
Khusus 88 (Densus 88) yang bertugas untuk menangkap, melumpuhkan
46
serta membokar aksi serangan terorisme yang dilakukan di Indonesia.
Keberhasilan Indonesia dalam menanggapi permasalahan terorisme ini
tidak terlepas dari adanya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah
dengan negara lain, selain itu untuk memperkuat keberhasilannya
Indonesia juga aktif dalam forum kerjasama di tingkat regional dan
multilateral.
47
BAB III
DINAMIKA KERJASAMA INTELIJEN
ANTARA INDONESIA DAN AUSTRALIA
Sebelum mengetahui bagaimana kerjasama Indonesia dan
Australia dalam bidang intelijen ada baiknya membahas terlebih dahulu
bagiamana awal mula hubungan Indonesia dan Australia terjalin, sehingga
memutuskan untuk melakukuan kerjasama di berbagai bidang.
3.1. Sejarah Hubungan Indonesia dengan Australia
Pembukaan hubungan diplomatik pertama antara Indonesia dengan
Australia dimulai pada tanggal 17 Maret 1950. Jauh sebelum pembukaan
hubungan diplomatik tersebut mereka sudah saling berhubungan.
Hubungan antara Indonesia dengan Australia sudah lama terjalin, tercatat
sejak zaman pelayaran. Sekitar tahun 1650 an, para nelayan Bugis dan
Makasar sering kali berlayar ke wilayah perairan Australia. Tujuan
kedatangan nelayan suku Bugis ke Australia adalah untuk mencari ikan
teripang untuk dibawa kembali ke Sulawesi. Sambil menunggu untuk
pulang, para nelayan Suku Bugis tersebut mendirikan rumah, sumur dan
menanam pohon asam selama di Australia.74
74
“Geografi Australia” (Australia Institute (AAI) Lembaga Australia-Indonesia)
tersedia di https://dfat.gov.au/about-us/publications/people-to-people/geografi-
australia/bab11/index.html diakses pada 8 Agustus 2018.
48
Banyaknya para nelayan Bugis di wilayah Australia membuat
orang-orang aborigin ikut bekerja dengan para nelayan Bugis yang
mencari ikan tripang. Orang-orang dari suku Aborigin juga mengikuti
kebiasaan dari nelayan Suku Bugis yaitu; menghisap tembakau,
menggambar tembakau, membuat gambar perahu, bahasa dan mempelajari
tarian Suku Bugis. Beberapa orang dari suku Aborigin ikut belayar dengan
suku Bugis ke Sulawesi, mereka akan kembali ke Australia pada musim
monsun berikutnya dan ada beberapa yang menetap di Sulawesi.75
Pada bab ini akan dibahas sejarah kerjasama Indonesia dengan
Australia dimulai dari era orde baru hingga saat ini. Dalam hubungan
antara keduanya di periode tersebut juga mengalami pasang surut.
3.1.1. Masa Orde Baru
Pada era orde baru dibawah kepemimpinan presiden soeharto,
hubungan antara indonesia dengan australia mulai berkembang sebagai
dua negara bertetangga. Sebelumnya hubungan antara indonesia dengan
australia tidak cukup berkembang, hal tersebut dikarenakan adanya
ketidakstabilan geopolitik tepatnya pada pertengahan 1960an. Pada tahun
1966 terjadi perpindahan kekuasaan politik di indonesia dari Presiden
75
“Geografi Australia” (Australia Institute (AAI) Lembaga Australia-Indonesia)
tersedia di https://dfat.gov.au/about-us/publications/people-to-people/geografi-
australia/bab11/index.html diakses pada 8 Agustus 2018.
49
Soekarno ke Presiden Soeharto yang mendorong perubahan sikap
Australia kepada Indonesia.76
Lahirnya pemerintahan orde baru tersebut di sambut baik oleh
kalangan politisi Australia. Pasalnya dibawah kepemimpinan Presiden
Soeharto indonesia memperlihatkan sikat yang anti-komunis dan
kebijakan luar negerinya cenderung pro dengan barat.77
perubahan sikap
Australia terhadap indonesia ini patut diduga berdasarkan dua hal.
Pertama, perubahan pimpinan partai liberal yang kemudian diikuti oleh
perubahan pemerintah dari partai liberal ke Australia Labor Party (ALP).
Kedua, Australia melihat pemerintahan orde baru berhasil
menanggunalangi ancaman komunis di Indonesia dan Indonesia menjalain
hubungan baik dengan negara-negara di Asia tenggara baik secara bilateral
maupun dalam pembentukan ASEAN.78
Dalam hal ini beberapa pengamat mengatakan bahwa Soeharto
memiliki politik luar negeri yang berbeda dengan Soekarno. Politik luar
negeri yang dimiliki oleh Soekarno cenderung lebih agresif, hal tersebut
dapat dilihat dalam kampanyenya untuk merebut Irian Barat dan
pertentangan Indonesia dengan Malaysia. Sedangkan, politik luar negeri
yang dimiliki oleh Soeharto dianggap lebih lunak, karena dalam
76
Evi Fitriani, Australia & Negara-Negara di Kepulauan Pasifik Selatan,
Observasi dan Pandangan dari Indonesia (LIP-FISIP-UI/PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, 2012),34. 77
Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia (LIP-FISIP-UI/PT Remaja
Rosdakarya: Bandung, 1999),422 78
Evi Fitriani (2012),35.
50
pemerintahannya Soeharto memfokuskan pada pembangunan ekonomi di
Indonesia. Terdapat pengecualian isu yaitu pengambilalihan Timor Timur
yakni bekas koloni dari Portugis.79
Tindakan Presiden Soeharto dalam memasukan wilayah Timor
Timur ke dalam wilayah Indonesia mendapat kecaman dari masyarakat
Internasional. Hal tersebut membuat Dewan Keamanan PBB
mengeluarkan Resolusi yang mengecam tindakan Indonesia, di dalam
resolusi tersebut PBB memerintahkan Pemerintah Indonesia untuk
menarik pasukannya dari wilayah Timor Timur.80
Permasalahan tidak berhenti sampai disitu, sepanjang tahun 1980
an hubungan Indonesia dengan Australia terganggu oleh media Australia
yang sangat kritis terhadap Indonesia. Pemerintahan Australia sebisa
mungkin tetap memelihara hubungan baik dengan Indonesia, namun
media Australia tidak menghendaki pemasalahan Timor Timur
diberhentikan. Hal tersebut dikarenakan adanya lima wartawan Australia
yang tewas ketika sedang meliput peperangan di Timor Timur pada tahun
1975. Gencarnya kecaman dari media Australia menimbulkan presepsi
yang keliru terhadap pemerintah Indonesia. Indonesia menganggap bahwa
pemerintah Australia membiarkan kecaman-kecaman dari pers terhadap
79
Leo Suryadinata, Politik Luar Negeri Indonesia dibawah Soeharto Terj. Nur
Iman Subono (Pustaka LP3ES: Jakarta, 1998),67. 80
United Nation Security Council Resolution 1246 (1999) tersedia di
http://unscr.com/en/resolutions/doc/1246 diakses pada 9 Agustus 2018.
51
persoalan Timor Timur, sikap pemerintah Australia dianggap tidak
bersahabat dengan Indonesia.81
Negara Australia menganut sistem kebebasan pers liberal, sistem
ini berfungsi untuk membantu menemukan kebenaran, mengawasi
pemerintah dan memberikan informasi. Pada dasarnya sistem pers ini
tidak terikat oleh apapun, semuanya punya hak untuk menerbitkan media
asal memiliki kemampuan ekonomis.82
Oleh karena itu hubungan antara
Indonesia dengan Australia semakin sulit. Pemerintah Australia tidak
memunngkinkan untuk mengatur pemberitaan di seluruh media Australia.
Selain dua permasalahan yang dialami oleh kedua negara, terdapat
isu lain yang menarik dari hubungan Indonesia dan Australia, yaitu
pendekatan Australia ke negara-negara di Asia, termasuk Indonesia.
Pendekatan Australia ke negara-negara Asia pertama kali dirintis oleh PM
Robert Hawke, yang memimpin Australia dari tahun 1983 Sampai 1991
dari ALP. PM Robert Howke mengambil kebijakan luar negerinya yang
lebih mengutamakan hubungan baik dan kerjasama dengan negara-negara
di Asia, hal tersebut dikarenakan PM Howke melihat pentingnya Asia bagi
Australia.83
81
Zulkifli Hamid (1999),242. 82
Inge Hutagalung,”Dinamika Sistem Pers di Indonesia” Jurnal Interaksi Vol. II
No. 2 (Juli 2013), 54.
83
Evi Fitriani (2012) 39.
52
Kebijakan luar negeri dari PM Robert Howke mengenai
pendekatan Australia ke negara-negara di Asia di lanjutkan oleh PM
Australia selanjutnya yang menjabat dari 1991 sampai 1996 yaitu PM Paul
Keating. PM Keating mendorong hubungan kerjasama dengan negara-
negara di Asia melalui sektor ekonomi dan budaya. Salah satu cara yang
dilakukannya adalah dengan membentuk Leading Australia‟s Future in
Asia (LAFIA). Program ini dibentuk bertujuan untuk memberikan
pelatihan kepada pejabat tinggi negara Australia dengan mengunjungi dan
mengenal lebih dekat lagi dengan negara-negara di Asia lainnya.84
Hubungan antara Indonesia dengan Australia berkembang dengan
baik pada masa pemerintahan Bob Hawke dan Paul Keating. Keating
adalah salah satu pemimpin Australia yang memiliki kedekatan dengan
presiden Suharto. Keating menanggap bahwa kepemimpinan Suharto di
Indonesia merupakan perkembangan strategis yang menguntungkan
Australia sejak ahir Perang Dunia II.85
Dari pernyataannya tersebut
mencerminkan kekaguman dari Keating ke presiden Suharto dan dari
pernyataan tersebut juga dapat dikatakan bahwa kepentingan Australia
dapat terpenuhi dengan baik apabila berhubungan dan bekerjasama dengan
negara-negara di Asia dan Indonesia.
84
Evi Fitriani (2012),40. 85
Greg Sheridan, “Farewell to Jakarta‟s Man of Steel tersedia di
https://archive.is/LwsNe#selection-2443.0-2443.211 diakses pada 9 Agustus 2018.
53
3.1.2. Masa Reformasi
Pasca turunnya presiden Suharto dari jabatannya selama 32 tahun
membuat Indonesia mengalami perubahan kepemimpinan. Perubahan
tersebut didasari oleh krisis ekonomi yang terjadi di Asia.86
Dari adanya
perubahan tersebut mendorong adanya reformasi politik, ekonomi dan
sosial untuk Indonesia yang lebih baik.
Dari adanya perubahan pemerintahan di Indonesia, terdapat dua
sisi yang menggambarkan perubahan tersebut; pertama, dengan adanya
reformasi di segala aspek membuat demokrasi, desentralisasi, kebebasan
pers, kebebasan hak asasi manusia lebih nyata dibandingkan dengan masa
orde baru. Kedua, sisi lainnya adalah dampak yang ditimbulkan dari sisi
pertama yakni, menurunnya tingkat keefektifan pemerintah dalam
mengatur keamanan dan ketertiban. Kedua sisi tersebut mempengaruhi
pandangan terhadap Indonesia. Indonesia dianggap baik dalam
menjalankan transformasi demokrasi dengan waktu yang singkat, namun
disisi lain Indonesia dianggap memiliki pemerintahan yang tidak beraturan
dan sarang teroris.87
Pada era reformasi ini, hubungan antara Indonesia dengan
Australia memiliki beberapa kejadian yang menonjol seperti; lepasnya
Timor Timur dari Indonesia, bom Bali, pengungsi yang menuju ke
86
Denny J. A, Jatuhnya Soeharto dan Trasisi Demokrasi Indonesia (LKIS:
Yogyakarta, 2006), 34.
87
Evi Fitriani (2012), 43.
54
Australia melewati atau terdapar di Indonesia, dan penundaan hubungan
kerjasama militer dengan Australia.
Sejak tahun 1975 ketika wilayah Timor Timur dimasukan kedalam
wilayah Indonesia menjadi masalah dalam hubungan antara Indonesia
dengan Australia, begitupula di akhir 1990 an ketika Timor Timur ingin
melepaskan diri dari Indonesia. Australia memberikan pengaruh kepada
Timor Timur sejak proses referendum pada pertengahan 1999, Australia
mendukung upaya Timor Timur untuk menentukan nasib sendri sebagai
negara yang merdeka dengan nama Timor Leste pada tanggal 30 Agustus
1999.88
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, keterlibatan Australia dalam
mendukung kemerdekaan Timor Timur didasari atas kepentingan lain
bukan semata-mata ingin memerdekakan dan perdamaian.
Pada tanggal 12 Oktober 2002 dunia dikejutkan dengan
serangkaian pengeboman yang terjadi di Bali, Indonesia. Dari serangan
bom tersebut, tercatat bahwa 202 korban jiwa (88 orang diantaranya warga
negara Australia) dan 209 orang luka-luka. Selang 3 tahun dari kejadian
tersebut, terjadi lagi serangkaian pengeboman di Bali pada Oktober 2005.
Dari peristiwa tersebut tercatat 26 meninggal (3 orang diantaranya warga
negara Australia) dan 122 luka-luka.89
88
Donald K. Emmerson, Indonesia Beyond Soeharto: Ekonomi, Masyarakat,
Transisi (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2001),635. 89
Nama Korban Bom Bali 1 Oktober 2005 tersedia di
http://www.ylbhi.or.id/wpcontent/uploads/2013/06/20051000_lbh_bali_data_korban_bo
m_bali_ii.pdf diakses pada 13 Agustus 2018.
55
Serangan yang dilakukan oleh teroris ini tidak hanya dilakukan di
Bali, pada tahun 2004 bom meledak di depan Kedutaan Besar Australia di
Jakarta. Walaupun terdapat korban dari peristiwa tersebut, akan tetapi
pengeboman yang terjadi di Jakarta tidak terlalu mengganggu atau
mempengaruhi hubungan antara Indonesia dengan Australia, tidak seperti
peristiwa bom yang terjadi di Bali. 90
Perang melawan terorisme merupakan konsen dari semua
masyarakat internasional. Hal tersebut dimulai sejak peristiwa pembajakan
pesawat dan menabrakannya ke menara kembar World Trade Center di
New York. Sejak saat itu kampanye “anti teror” dilakukan oleh beberapa
negara di dunia, terutama sekutu dari AS. Australia dianggap sebagai
sekutu dari AS yang menjadikannya sebagai sasaran dari kelompok
terorisme. Mengingat bahwa sistem imigrasi yang di miliki oleh Australia
cukup ketat maka akan sulit bagi kelompok teroris untuk menyerang
warga Australia di Australia, salah satu cara yang digunakan dari
kelompok teroris tersebut adalah dengan menyerang warga Australia yang
berada di luar negeri.91
Peristiwa pengeboman yang terjadi di Indonesia, khususnya Bali
dan Jakarta menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Australia. Adanya peristiwa tersebut tidak hanya
menimbulkan ketakutan bagi warga Indonesia, tetapi menimbulkan
90 Evi Fitriani (2012), 45.
91
Evi Fitriani (2012), 46.
56
anggapan dari masyarakat internasional bahwa Indonesia menjadi sarang
dari terorisme. Hal tersebut tentu sangat merugikan Indonesia, sebab Bali
merupakan destinasi wisata bagi turis asing ke Indonesia dan dampak
negatif lainnya adalah anggapan bahwa islam dekat dengan teroris.
Pemerintah Australia membantu pemerintah Indonesia dalam
menanggulangi aksi-aksi terorisme di Indonesia. Demi mencegah
masuknya terorisme ke Indonesia sistem keamanan Indonesia harus
diperketat. Bentuk bantuan yang diberikan Australia ke Indonesia melalui
kerjasama di berbagai bidang seperti; infrastruktur dan pelatihan-pelatihan
ke pihak kepolisian untuk meningkatkan keahlian forensik.92
Dalam meningkatkan kapasitas kemampuan operasional penegak
hukum dalam menangani segala kejahatan lintas negara khususnya
terorisme, Indonesia bekerjasama dengan Australia mendirikan pusat
pelatihan yang diberi nama Jakarta Centre Law Enforcement Cooperation
(JCLEC).93
Institusi ini dikelola oleh Kepolisian RI dan Kepolisian
Australia (AFP). Dalam pembangunan JCLEC, diketahui bahwa Australia
juga merupakan pendonor utama.94
Pada lima tahun awal pembangunan
92
Evi Fitriani (2012), 46. 93
“JCLEC, Pusat Pelatihan Investigasi Polri Bertaraf Internasional”, tersedia di
https://news.detik.com/berita/1498605/jclec-pusat-pelatihan-investigasi-polri-bertaraf-
internasional diakses pada 13 Agustus 2018. 94
“JCLEC, Buah Kerjasama Polri dan AFP”, tersedia
di https://nasional.kompas.com/read/2010/11/21/17201538/jclec.buah.kerjasama.polri.da
n.afp diakses pada 13 Agustus 2018.
57
pemerintah Australia mengalirkan 36 juta dolar Australia untuk merancang
dan membangun JCLEC.95
Isu lain yang menonjol pada periode ini adalah pengungsi yang
menuju Australia melewati dan terdampar di Indonesia. Permasalahan
mengenai pencari suaka yang memasuki wilayah Indonesia tidak kunjung
mereda. Menurut data yang dikeluarkan oleh United Nations High
Commissioner for Refugees (UNHCR) di jakarta, jumlah pencari suaka di
Indonesia pada tahun 2011 mencapai 4,052. Dari jumlah tersebut
meningkat di tahun 2012 menjadi 7,223 dan di tahun 2013 menjadi 8,332.
Jumlah pengungsi di setiap tahunnya tidak menentu, di akhir Desember
2017 tercatat sebanyak 13,840 pengungsi yang terdaftar di UNHCR.
Kebanyakan pengungsi yang mendaftar berasal dari Afghanistan (55%),
Somalia (11%) dan Iraq (6%).96
Salah satu faktor yang menjadi alasan
Indonesia menjadi tempat singgah bagi para pengungsi tersebut adalah
letak geografis Indonesia yang sangat strategis bagi pengungsi yang ingin
ke Australia.
Australia merupakan salah satu negara tujuan bagi para pencari
suaka yang menggunakan jalur laut dari berbagai negara yang sedang
mengalami konflik. Berbagai faktor yang menjadi ladasan para pencari
95
“JCLEC, Pusat pelatihan Investigasi Polri Bertaraf Internasional”, tersedia di
https://news.detik.com/berita/1498605/jclec-pusat-pelatihan-investigasi-polri-bertaraf-
internasional/1 diakses pada 14 November 2018.
96 UNHCR di Indonesia, tersedia di http://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia
diakses pada 12 September 2018.
58
suaka untuk mendapatkan status sebagai warga negara Australia yaitu
stabilitas ekonomi dan stabilitas politik. Selain itu juga, Australia dianggap
memiliki masyarakat yang bersifat heterogen, hal ini dianggap menarik
oleh para pencari suaka. Keberagaman yang dimiliki oleh masyarakat
Australia akan mempermudah para pencari suaka untuk menyesuaikan diri
dengan masyarakat.97
Kedatangan pengungsi lewat jalur laut ke Australia dianggap
sebagai gangguan keamanan nasional yang selalu menjadi perdebatan
antara partai yang berkuasa dengan partai oposisi. Masing- masing
berusaha untuk memperlihatkan gagasan atau kebijakannya merupakan
solusi yang terbaik untuk permasalahan para pencari suaka tersebut. Tidak
terkecuali PM Julia Gillard, yang saat itu menjabat dan menjadikan
penanganan manusia perahu menjadi agenda pertama kebijakan luar
negerinya.98
Meningkatnya gelombang kedatangan para pencari suaka sudah
menjadi masalah di regional, Australia adalah sebagai negara tujuan,
namun sebagian besar dari mereka melalui perairan Asia Tenggara
khususnya Indonesia. Langkah awal yang dibentuk oleh negara yang
terlibat dalam permasalahan ini adalah pembentukan Bali Process, Bali
97
Rahmad Akbar, “Dampak Kebijakan Australia Terkait Isu Pencari Suaka
Terhadap Hubungan Bilateral Australia-Indonesia (2013-2015), 8. Tersedia di
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/746/jbptunikompp-gdl-rahmadakba-37274-11-
nikom_44-l.pdf diakses pada 12 September 2018. 98
Evi Fitriani (2012), 49.
59
Process merupakan forum dialog regional tingkat menteri yang membahas
tentang mencegah penyelundupan dan perdagangan manusia, dalam hal ini
Indonesia dan Australia bertindak sebagai Co-chair. 99
Perkembangan terakhir hubungan antara Indonesia - Australia
adalah penundaan hubungan kerjasama militer dengan Australia. Akhir
tahun 2016 diberitakan bahwa Indonesia melakukan pemberhentian
sementara kerjasama militer antara TNI dengan Angkatan Bersenjata
Australia (Australian Defence Force/AFD).100
Insiden bermula ketika
Korps Pasukan Khusus (Kopassus) sedang berlatih dengan pasukan
komando Australia di salah satu fasilitas pelatihan militer di Perth. Salah
satu instruktur dari anggota Kopassus merasa ada salah satu unsur yang di
pajang di tempat tersebut menghina Indonesia.101
Permasalahan tersebut diperkirakan tidak menimbulkan dampak
yang terlalu besar terhadap hubungan bilateral kedua negara. Penundaan
hubungan kerjasama tersebut berlaku pada pertengahan Desember 2016,
mencakup kerjasama di segala bidang salah satunya adalah pelatihan
militer kedua negara. Pada akhir Februari 2017, Indonesia melalui
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menerima permintaan maaf dari
99
Evi Fitriani (2012), 50. 100
Nabilla Tashandra,”Kerja sama Militer Indonesia-Australia Dihentikan, Tak
Pengaruhi Hubungan Bilateral”, tersedia di
https://nasional.kompas.com/read/2017/01/04/16440271/kerja.sama.militer.indonesia-
australia.dihentikan.tak.pengaruhi.hubungan.bilateral diakses pada 13 September 2018. 101
“Indonesia „Tunda Sementara‟ Kerja sama Militer dengan Australia”,
tersedia di https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38504646 diakses pada 13
September 2018.
60
Australia dan sepakat untuk memulihkan hubungan militer kedua
negara.102
Penghentian hubungan kerjasama militer antara Indonesia dan
Australia bukan sesuatu yang baru. Pada tahun 2013, Kementerian
Pertahanan Indonesia menyatakan telah menghentikan tiga kerjasama
militer dengan Australia terkait tuduhan penyadapan terhadap pejabat
penting Indonesia oleh Australia. Hubungan keduanya pun kembali pulih
pada tahun 2014.
3.2. Kerjasama Intelijen Indonesia dengan Australia
Menurut Undang-Undang RI, intelijen adalah pengetahuan,
organisasi, dan kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan, strategi
nasional, dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi
dan fakta yang terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan
peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan dan
penaggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional.103
Intelijen merupakan salah satu instrumen penting bagi pelaksanaan
kekuasaan negara. Intelijen juga merupakan hasil dari proses
pengumpulan, perangkaian, evaluasi, analisis, integrasi dan interpretasi
dari seluruh informasi yang didapatkan dari isu keamanan nasional.
Singkatnya, intelijen merupakan inti dari pengetahuan yang mencoba
membuat prakiraan dengan cara menganalisis informasi terkini yang
102
“Indonesia dan Australia Pulihkan Hubungan Militer”, tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39095271 diakses pada 18 September 2018. 103
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2011 tentang Intelijen
Negara.
61
nantinya akan dijadikan ukuran dari kebijakan dan tindakan yang akan
dibuat. Dalam sistem keamanan nasional, intelijen berperan sebagai sistem
peringatan dini untuk mencegah terjadinya situasi mendadak yang dapat
mengancam keamanan negara.104
Intelijen negara dapat dibedakan menjadi dua pengertian menurut
konsepnya, yakni; sebagai fungsi dan sebagai sebuah organisasi. Inteljen
sebagai fungsi yaitu sebagai sistem peringatan dini, yang mana tugas dari
intelijen adalah untuk mengumpulkan, menganalisa dan memberikan
informasi yang diperlukan untuk pembuat kebijakan. Sedangkan, sebagai
organisasi yaitu institusi intelijen tidak jauh berbeda dengan istitusi
lainnya, hanya saja dalam aktivitasnya memiliki prinsip kerahasiaan.105
Indonesia memiliki beberapa badan yang memiliki bidang intelijen dan
badan yang berhubungan dengan terorisme, yaitu: Badan Intelijen Negara,
Badan Intelijen dan Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Baintelkam) dan Detasemen Khusus 88 (Densus 88) yang dimiliki oleh
Polri, Badan Inteljien Strategis (BAIS) dan Detasemen Khusus 81 (Gultor)
yang dimiliki oleh TNI.
Hubungan kerjasama intelijen Indonesia dengan Australia resmi
dilaksanakan pada tahun 2002, pasca terjadinya peristiwa Bom Bali I.
Kerjasama tersebut didirikan pada 16 Oktober 2002 yang dinamakan Joint
104
Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-
2004 (Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 1. 105
Andi Widjajanto dan Artanti Wardhani, Hubungan Intelijen-Negara 1945-
2004 (Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008), 2.
62
Investigation and Inteligence Team to Investigate the Bali Bombing.106
Kerjasama ini dilakukan oleh pihak Kepolisian Indonesia dengan
Kepolisian Australia yang bertujuan hanya untuk mengungkap kasus bom
Bali I dengan membentuk badan intelijen anti teror.
Pasca peristiwa Bom Bali tahun 2002, Indonesia membentuk
satuan khusus anti teror yang diberi nama Detasemen 88 (Densus 88).
Dalam meningkatkan kapasitasnya, Densus 88 dibantu oleh Australia
perihal pendanaan. Tidak hanya itu, pendanaan yang telah digelontorkan
oleh Australia digunakan untuk reformasi lembaga kepolisian dan
pelatihan-pelatihan di Indonesia.107
Sebelum adanya penandatanganan perjanjian kerjasama keamanan
di tahun 2006, wacana tentang perlunya mengadakan kerjasama keamanan
Indonesia dengan Australia sudah terlihat sejak tahun 2003. Indonesia
diwakili oleh Susilo Bambang Yudhoyono selaku Menteri Koordinasi
Politik, Hukum dan Keamanan berkunjung ke Australia setahun setelah
peristiwa Bom Bali I. Dalam pertemuan tersebut, Susilo Bambang
Yudhoyono menyatakan bahwa perlunya peningkatan kemampuan
106
Australian Foreign Minister Affairs, “Joint Investigation and Intelligence
Team to Investigate Bali Bombing”, tersedia di
https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada 20 September
2018.
107 “Bagaimana Densus 88 di Indonesia menjadi model untuk negara sekitarnya”
The Conversation tersedia di http://theconversation.com/bagaimana-densus-88-di-
indonesia-menjadi-model-untuk-negara-sekitarnya-99299 diakses pada 24 Januari 2019.
63
keamanan negara guna memberantas ancaman baik yang bersifat
tradisional maupun non tradisional.
Pada tahun 2004, Indonesia dan Australia mendirikan Jakarta
Center for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) di Semarang.
Pembangunan JCLEC, dianggap sebagai bentuk komitmen dari hubungan
bilateral kedua negara, di mana tempat tersebut dijadikan sebagai pusat
pelatihan dan penegakan hukum bagi kedua negara terutama merespon
ancaman terorisme dan kejahatan lintas negara. Dalam pendiriannya,
JCLEC mendapat dukungan aktif dari pemerintah mitra dan lembaga
penegak hukum internasional, terutama INTERPOL dan ASEANAPOL.108
di JCLEC, terdapat beberapa program pengembangan kapasitas di
beberapa bidang seperti; forensik, manajemen, intelijen, investigasi serta
konferensi/seminar/lokakarya. Peserta di JCLEC, tidak hanya orang dari
Indonesia atau Australia, banyak peserta dari negara-negara lainnya. Pada
dasarnya JCLEC sebagai sarana pembelajaran dan tempat saling bertukar
informasi.109
Setelah Susilo Bambang Yudhoyono dilantik menjadi presiden
Indonesia, hubungan kedua negara diperkuat dengan ditandatanganinya
Joint Declaration on Comprehensive Partnership Between The Republic
Indonesia and Australia. Deklarasi ini didasari bahwa kedua negara sama-
108
“about Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation” tersedia di
https://www.jclec.org/about 109
Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama
lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018.
64
sama memiliki komitmen untuk memperkuat kerjasama di berbagai bidang
untuk meningkatkan interaksi antar masyarakat. Selain itu, dalam
deklarasi ini disebutkan bahwa pentingnya kerjasama dalam menumpas
terorisme, pasca bom Bali I. Dalam deklarasi tersebut Indonesia dan
Australia sepakat untuk melakukan kerjasama dalam hal peningkatan
kapabilitas polisi (capacity building), agen intelijen (sharing inteligent)
dan penegakan hukum di kantor imigrasi dan bea cukai.110
Selama kurang lebih tiga tahun dalam melakukan berbagai
pembicaraan dan pembahasan antar kedua negara, akhirnya kedua negara
menyepakati naskah final Agreement Between The Goverment of The
Republic Indonesia and The Goverment of Australia on the Framework for
Security Cooperation atau yang lebih dikenal dengan Lombok Treaty pada
tanggal 13 November 2006. Kemudian di tahun 2007 kerjasama tersbut
diratifikasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia.111
Dalam naskah perjanjian Lombok Treaty, dapat dilihat terdapat
beberapa tujuan utama dari pembentukannya. Pertama, menciptakan
kerangka kerjasama guna memperdalam dan memperluas kerjasama kedua
negara serta untuk meningkatkan kerjasama dan konsultasi antar pihak
dalam bidang yang menjadi perhatian bersama yang dapat mempengaruhi
110
Taruna Rasta Sakti, “Kerjasama Keamanan: Studi Kasus Traktat Lombok
antara Indonesia dan Australia”, Jurnal Hubungan Internasional No.1 (Januari-Juni
2016),101 tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jhi3ad9720910full.pdf diakses pada 20 September 2018.
111
Taruna Rasta Sakti, 100.
65
keamanan nasional di masing-masing negara. Kedua, membentuk suatu
mekanisme konsultasi bilateral guna mendorong dialog intensif,
pertukaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang kooperatif serta
memperkuat hubungan antar lembaga yang sesuai dengan perjanjian ini.112
Pada perjanjian ini mencakup beberapa bidang kerjasama yang
dianggap penting bagi keamanan di masing masing negara. Terdapat 10
bidang kerjasama yang dicakup, yaitu; kerjasama pertahanan, kerjasama
penegakan hukum, kerjasama counter-terrorism, kerjasama intelijen,
keamanan maritim, keselamatan dan keamanan penerbangan, pencegahan
perluasan (non proliferasi) senjata pemusnah massal, kerjasama tanggap
darurat, kerjasama pada organisasi multilateral dan bersama membangun
rasa saling pengertian pada masyarakat mengenai persoalan-persoalan
dalam bidang keamanan.113
Pada 5 September 2012, Kementerian Pertahanan RI dan
Departemen Pertahanan Australia mengadakan pertemuan bilateral yang
membahas mengenai kerjasama industri pertahanan kedua negara untuk
memenuhi kebutuhan pertahanan. Pertemuan Menteri Pertahanan Tahunan
tersebut merupakan kelanjutan dari pertemuan para petinggi Indonesia dan
112
Australian Treaty Series, “Agreement Between Australia and The Republic
of Indonesia on The Framework for Security Cooperation” tersedia di
http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/treaties/2008/3.html diakses pada 22 September
2018. 113
“Penandatanganan Perjanjian Kerangka Kerjasama Keamanan RI - Australia
di Lombok” tersedia di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-
pers/Pages/Penandatanganan-Perjanjian-Kerangka-Kerjasama-Keamanan-RI---Australia-
di-Lombok.aspx diakses pada 22 September 2018.
66
Australia (2+2). Di akhir pertemuan bilateral tersebut Menteri Smith dan
Menteri Yusgiantoro menandatangani pengaturan kerja sama pertahanan
dengan memberlakukan kerangka resmi kerja sama pertahanan praktis di
bawah Lombok Treaty.114
Tahun 2013 hubungan bilateral Indonesia dengan Australia
merenggang, hal tersebut diketahui setelah adanya tuduhan bahwa pihak
Australia melakukan penyadapan terhadap telepon seluler milik Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu negara Ani Yudhoyono dan delapan
menteri serta pejabat negara lainnya. Setelah tuduhan terkait penyadapan
gencar diberitakan, pemerintah Indonesia menarik duta besarnya di
Australia dan menghentikan kerja sama militer dan intelijen. Pada bulan
Mei 2014, hubungan bilateral keduanya mencair ketika duta besar
Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema dikirim kembali ke
Canberra. Dari kejadian tersebut kedua negara sepakat melakukan
penandatangan terkait kerja intelijen, kesepakatan protokol dan kode etik
antara pemerintah Australia dan Indonesia. Kesepakatan tersebut dibuat
agar kedua negara dapat memulihkan kepercayaan dan keyakinan antar
negara dimasa yang akan datang.115
114
“Pertemuan Menteri Pertahanan Tahunan Yang Perdana”, tersedia di
http://ikahan.com/2012/10/pertemuan-menteri-pertahanan-tahunan-yang-perdana/ diakses
pada 22 September 2018. 115
“Kesepakatan Indonesia-Australia "bisa pulihkan kepercayaan””, tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140819_indonesia_australia
diakses pada 25 September 2018.
67
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia di perkuat
kembali pada akhir tahun 2015, tepatnya tanggal 21 Desember. Indonesia
mengadakan pertemuan bilateral dengan membahas kerjasama yang lebih
komprehensif dalam menangani keamanan negara. Pertemuan tersebut
dihadiri oleh Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Luhut
Binsar Pandjaitan dengan Jaksa Agung Australia George Brandis. Dalam
hal ini kedua negara tersebut membahas persoalan terorisme yang sedang
di hadapi. Pertemuan tersebut membahas mengenai tiga isu penting yaitu
tentang kontra-terorisme, keamanan dunia maya (cyber security) dan
operasi intelijen.116
Pertemuan antara Indonesia dan Australia lainnya dilakukan di
tempat yang berbeda. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu melaksanakan The Third
Indonesia-Australia Foreign and Defence Ministers Meeting (2+2
Dialogue) dengan delegasi dari Australia yaitu Menteri Luar Negeri Julie
Bishop dan Menteri Pertahanan Marise Payne. Pertemuan ini merupakan
mekanisme bilateral setingkat Menlu dan Menhan yang membahas tentang
isu-isu yang menyangkut kedua negara.
Dalam pertemuan 2+2 kedua negara memfokuskan pada penguatan
kerjasama martim. Pembahasan tidak berhenti sampai di isu maritim saja,
116
Fathiyah Wardah, “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”,
tersedia di https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-bahas-kerjasama-
keamanan/3112475.html diakses pada 25 September 2018.
68
pertemuan tersebut membahas isu-isu lain seperti upaya dalam mengatasi
ekstremisme dan terorisme, keamanan dan stabilitas kawasan. Pada
pembahasan isu ekstremisme dan terorisme, kedua negara sepakat untuk
bekerjasama dalam memperkuat kapasitas nasionalnya di bidang kontra
terorisme, kejahatan lintas batas, termasuk foreign fighters, kejahatan
dunia maya dan kerjasama intelijen, strategi menghadapi propaganda
melalui media sosial, dan saling bertukar informasi keuangan untuk
memerangi aliran keuangan ilegal ke organisasi-oraganisasi teroris.
Pada pelaksanaannya Indonesia menekankan perlunya solusi yang
lebih tepat dengan menyatukan berbagai pendekatan seperti; militer,
agama, ekonomi dan sosial budaya. dalam pertemuan 2+2 tersebut adanya
penandatanganan MoU between the Government of the Republic of
Indonesia and the Government of Australia on Combating International
Terrorism oleh Kepala BNPT dan Sekretaris Jenderal DFAT Australia. Isi
dalam MoU tersebut mencakup kerjasama intelijen dan peningkatan
kapasitas antarlembaga dalam memerangi terorisme.117
Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Penanggulangan
Terorisme Internasional tersebut disambut baik oleh para Menteri terkait.
Adanya kesepakatan ini didasari oleh keprihatinan dari kedua negara
dalam menanggapi kasus terorisme yang semakin mengancam keamanan
117
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Pertemuan 2+2 Indonesia-
Australia Majukan Kerja Sama Maritim” tersedia di
https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-Australia-Majukan-
Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada 26 September 2018.
69
negara. Munculnya berbagai macam teror dari gerakan ISIS di Indonesia
maupun di Australia, menambah kekhawatiran kedua negara yang dapat
mempengaruhi stabilitas dan kedaulatan negara.
Selain itu, adanya kesepakatan ini juga berasal dari hasil positif
pada KTT Regional Australia dalam Menghadapi Kekerasan Terorisme
(Australia‟s Regional Summit to Counter Violent Terrorism) pada Juni
2015 di Sydney, serta KTT Pembiayaan Kontra-Terorisme (Counter-
Terrorism Financing Summit) pada November 2015 di Sydney.118
Kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia Australia juga disambut
baik oleh Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso. Menurutnya,
pertemuan tersebut semakin memperkuat kerjasama kedua negara
dibidang intelijen bukan hanya sekedar pada pertukaran informasi
intelijen, namun join corporation. Dalam menghadapi persoalan terorisme
kedua negara harus teliti dan memusatkan perhatiannya.119
Pada bulan Agustus 2016, Menteri Luar Negeri Australia Julie
Bishop melakukan kunjungan ke Istana Merdeka. Dalam pertemuan
tersebut, Presiden Joko Widodo membahas kerjasama di bidang Counter
terrorism (penanggulangan terorisme) hingga pertukaran informasi
118
Australian Embassy Indonesia, “Joint Statement The Meeting of the
Indonesia -Australia Ministerial Council on Law and Security” tersedia di
https://indonesia.embassy.gov.au/jakt/JS15_001.html diakses pada 15 Oktober 2018. 119
Fathiyah Wardah, “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”,
tersedia di https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-bahas-kerjasama-
keamanan/3112475.html diakses pada 26 September 2018.
70
intelijen. Kedua negara sepakat untuk menerapkan capacity building
(pengembangan kapasitas) salah satunya melalui JCLEC.120
Pada tanggal 26 Februari 2017 Presiden RI Joko Widodo
melakukan kunjungan ke Australia, dalam kunjungannnya ia menekankan
kepada PM Malcolm Turnbull bahwa pentingnya kerjasama antara kedua
negara untuk meningkatkan fokus kerjasama pada Countering Violent
Extremism dan kerjasama mencegah radikalisasi. Kedua negara sepakat
untuk melakukan berbagai kerjasama yang kongkrit anti teroris di bidang
intelijen seperti; pertukaran informasi, pelatihan/pembangunan kapasitas
(capacity building) dan bantuan teknis (technical assistance).
Terkait penanggulangan ancaman ISIS dikawasan, Indonesia dan
Australia anggota dari Sub Regional Meeting on Foreign Terrorist
Fighters and Cross Border Terrorism. Tahun 2017, Indonesia menjadi
tuan rumah dalam acara tersebut, acara tersebut dilaksanakan pada 29 Juli
2017 di Manado. Pertemuan setingkat menteri tersebut akan dihadiri oleh
perwakilan negara dari Australia, Selandia Baru, Brunei Darussalam,
Malaysia, Filipina dan Indonesia (Menkopolhukam). Dalam pertemuan
tersebut, dibahas mengenai penguatan pertukaran informasi dan intelijen
dengan mitra regional, strategi untuk menangkal ekstremisme dengan
120
Supriatin, “Bertemu Menlu Australia, Jokowi bahas pertukaran informasi
intelijen” Merdeka tersedia di https://www.merdeka.com/peristiwa/bertemu-menlu-
australia-jokowi-bahas-pertukaran-informasi-intelijen.html diakses pada 24 Januari 2019.
71
kekerasan, memperkuat kerangka hukum dan pendetesian ancaman-
ancaman di perbatasan.121
Dalam mengatasi kasus terorisme, Indonesia perlu kerjasama
intelijen dengan Australia. Dari adanya kerjasama intelijen yang dilakukan
oleh negara lain akan memudahkan Indonesia dalam mendapatkan
informasi terkait terorisme yang berada di Indonesia. Informasi yang
diterima bisa terkait dengan pendanaan para terorisme, jalur masuk dan
keluar bagi para teroris serta penyebaran teroris di Indonesia. Dengan
menjalin kerjasama intelijen dengan Australia, diharapkan dapat
membantu Indonesia dalam mengatasi terorisme di Indonesia.
121
Yoseph Ikanubun, “Bersama Indonesia, Australia Pimpin Perang Lawan ISIS
di Kawasan” Liputan 6 tersedia di
https://www.liputan6.com/global/read/3038931/bersama-indonesia-australia-pimpin-
perang-lawan-isis-di-kawasan diakses pada 24 Januari 2019.
72
BAB IV
KEPENTINGAN INDONESIA KERJASAMA INTELIJEN
DENGAN AUSTRALIA PERIODE PERIODE 2015-2017
Bab IV adalah bab yang menyajikan analisa penulis mengenai
relevansi konsep terhadap masalah penelitian. Adapun dua konsep yang
digunakan untuk menganalisa kerjasama intelijen Indonesia dengan
Australia periode 2015-2017. Bagian ini dibagi menjadi dua subbab.
Subbab pertama adalah ancaman keamanan Indonesia dan Australia.
Subbab kedua adalah Australia sebagai mitra strategis Indonesia. Dengan
konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama internasional yang
dianggap dapat menjelaskan pertanyaan penelitian.
4.1. Ancaman Keamanan Indonesia Dan Australia
Dalam tatanan dunia internasional, isu keamanan merupakan hal
penting bagi setiap negara. Ancaman keamanan bagi suatu negara yang
dapat merugikan dan mengganggu stabilitas negara salah satunya adalah
aksi terorisme. Aksi terorisme tersebar di berbagai belahan dunia, tidak
terkecuali Indonesia.
Menurut konsep terorisme, aksi terorisme merupakan metode yang
digunakan untuk menyebarkan kecemasan, dengan target yang dipilih
secara acak. Hal ini bertujuan untuk membuat situasi menjadi mencekam
dan menimbulkan ketakutan di suatu daerah atau negara. Tentunya dengan
73
definisi ini, dapat dikatakan bahwa aksi yang terjadi yang terjadi di
Indonesia sesuai dengan definisi konsep terorisme.122
Aksi terorisme di Indonesia mulai muncul pada tahun 1981 yaitu
pembajakan pesawat DC-9 Woyla oleh lima orang bersenjata.123
Setelah
itu ancaman terorisme mulai berkembang di Indonesia. Puncaknya adalah
di tahun 2002 terjadi pengeboman yang menyebabkan 202 korban jiwa.124
Aksi tersebut bisa dikatakan sebagai awal mula maraknya aksi terorisme
di Indonesia, seperti yang sudah penulis jabarkan di BAB 2.
Baik Indonesia maupun Australia memiliki ancaman terorisme
yang sama. Pernyataan ini juga berdasarkan wawancara yang telah
dilakukan dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama lembaga Pemerintah
BNPT, yang mengatakan bahwa salah satu alasan Indonesia perkuat
kerjasama intelijen dengan Australia yakni adanya ancaman yang sama
dan semakin kuat bagi kedua negara.125
Salah satu bentuk ancaman
terorisme yang sedang ramai pada saat itu bersumber dari gerakan Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS). Teror yang mengancam dari kelompok
ISIS, dilakukan di Indonesia maupun Australia.
122
Alex P. Schmid dan Albert J. Jongman, Political Terrorism (Routledge:
London dan New York 1988), 28. 123
“Pengakuan Sandera Pembajakan Woyla: Neraka 65 Jam dalam Pesawat”
Tirto tersedia di https://tirto.id/pengakuan-sandera-pembajakan-woyla-neraka-65-jam-
dalam-pesawat-cGPZ diakses pada 15 November 2018. 124
Budi Riza,” Howard: Jumlah Korban Bom Bali Asal Australia 88 Orang”,
Tempo https://dunia.tempo.co/read/34364/howard-jumlah-korban-bom-bali-asal-
australia-88-orang diakses pada Sabrtu 17 Maret 2018. 125 Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama
lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018.
74
Pada tahun 2014, Gerakan ISIS menjadi menjadi sorotan di
Indonesia. Salah satu teror yang dilakukan kelompok tersebut adalah
dengan melakukan pembaiatan pendukung ISIS di Gedung Syahida Inn
pada tanggal 6 Juli 2014. Selain deklarasi, oknum ISIS juga membagikan
pamflet berupa ajakan bagi muslimah untuk menjadi budak seks bagi
mujahidin ISIS agar bersemangat untuk memerangi kafir.126
Pada bulan Juli 2014 sekelompok warga Indonesia membuat
sebuah video yang berisi ajakan bagi sekelompok warga Indonesia untuk
bergabung ke ISIS.127
Dalam video yang berjudul “Joint the Ranks”
dengan durasi delapan menit tersebut, seorang pria yang bernama Abu
Muhammad al-indonesi alias Bahrumsyah menyampaikan pidato yang
menyatakan bahwa jika bergabung menjadi anggota merupakan suatu
kewajiban bagi umat Islam. “Apakah harta, kekayaan dan bisnis kalian
lebih penting daripada Allah?”, kalimat tersebut diucapkan oleh
Bahrumsyah dalam pidatonya sebagai legitimasi untuk menunjukan
pentingnya bergabung menjadi anggota ISIS.128
Setelah melancarkan berbagai teror berupa ajakan bergabung
diawal kemunculannya, teror yang sesungguhnya diklaim ISIS dimulai
126
“Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN” Tempo tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-isis-di-
uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018. 127
“Video WNI Ajak Masuk ISIS Beredar di Youtube” Tempo tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/596522/video-wni-ajak-masuk-isis-beredar-di-
youtube/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
128 “ISIS Recruitment Video Join the Ranks Indonesian Muslims” tersedia di
https://www.youtube.com/watch?v=zfmf7_MLbSk diakses pada 7 Desember 2018.
75
pada 2015. pada bulan Desember 2015 aparat keamanan Indonesia
menangkap setidaknya enam orang yang diketahui sebagai anggota
kelompok dari jaringan Abu Jundi. Menurut Kapolri Jenderal Badrodin
Haiti, Abu Jundi merupakan salah satu partisipan ISIS.129
Penangkapan
tersebut dilakukan karena salah satu dari anggotanya memiliki keahlian
merakit bom, yang mana bom tersebut direncanakan untuk melakukan aksi
bom bunuh diri dan penyerangan pada malam natal 2015.
Awal tahun 2016, terjadi sebuah peristiwa teror di Sarinah, Jakarta
Pusat yang menyerang pos polisi dan gerai kopi Starbucks, yang memakan
33 korban, di mana 8 di antaranya meninggal dunia, dan 25 orang lainnya
mengalami luka-luka.130
Menanggapi peristiwa tersebut, Dewan
Keamanan PBB mengutuk serangan tersebut dan mengatakan bahwa
serangan ini diklaim bahwa dilakukan oleh ISIS.131
Klaim tersebut juga
diperkuat melalui pernyataan langsung dari pihak ISIS melalui pernyataan
tertulis yang dirilis oleh salah satu lembaga propaganda kelompok, yaitu
Kantor Berita Amaaq.132
"Milisi ISIS melakukan serangan bersenjata pagi
129
“Kapolri Sebut Abu Jundi Kirim Pasukan ISIS ke Suriah” Tempo tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/729338/kapolri-sebut-abu-jundi-kirim-pasukan-
isis-ke-suriah/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018. 130
“Daftar Nama Korban Pelaku Ledakan Bom Sarinah” Rappler tersedia di
https://www.rappler.com/indonesia/119022-daftar-nama-korban-pelaku-ledakan-
bom-sarinah diakses pada 7 Desember 2018. 131
“DK PBB Turut Kecam Teror Bom Sarinah” Sindo tersedia di
https://international.sindonews.com/reaad/1077310/42/dk-pbb-turut-kecam-teror-
bom-sarinah-1452842082 diakses pada 7 Desember 2018. 132
“ISIS Klaim dibalik Bom Sarinah dan Serangan Jakarta” Tempo tersedia di
https://dunia.tempo.co/read/736183/isis-klaim-di-balik-bom-sarinah-dan-
serangan-jakarta/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
76
ini menargetkan warga asing dan pasukan keamanan yang dituduh
melindungi mereka di ibukota Indonesia”.
Meskipun belum ada pernyataan resmi bahwa ISIS mengklaim
serangan tersebut, namun Kepolisian Indonesia mengatakan bahwa bentuk
serangannya sama dengan yang dilakukan ISIS di Paris pada bulan
November 2015. Diketahui juga, serangan ini merupakan serangan
pengganti yang sebelumnya akan dilakukan pada natal 2015. Selama tahun
2016, Densus 88 telah menangkap sekitar 170 orang terduga teroris.133
Serangan ISIS masih berlanjut di tahun 2017, aksi tersebut
dilakukan di area terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, dengan
menggunakan bom berbentuk panci. Tito Karnavian mengatakan bahwa
pelaku serangan ini positif tergabung dalam jaringan JAD, yang tidak lain
berafiliasi dengan ISIS.134
Dengan adanya hal tersebut, pemerintah Indonesia siaga dengan
berkembangnya ISIS di Indonesia. Jika ISIS berkembang di Indonesia
dikhawatirkan akan melakukan kekerasan seperti di Iraq dan Suriah yang
dapat mengancam kedaulatan negara.
133
Martahan Sohuturon,”Polri Tangkap 170 Terduga Teroris Sepanjang 2016”,
CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161228201036-12-
182749/polri-tangkap-170-terduga-teroris-sepanjang-2016 diakses pada 20 Mei 2018. 134
“Menguak Dalang Bom Kampung Melayu” Liputan6 tersedia di
https://www.liputan6.com/news/read/2967605/menguak-dalang-bom-kampung-
melayu diakses pada 7 Desember 2018.
77
Australia juga memiliki ancaman keamanan yang sama dengan
Indonesia. aksi teroris di Australia yang diklaim oleh ISIS antara lain;
pada tahun 2014, terjadi penikaman terhadap dua perwira polisi, pelaku
diketahui berasal dari Afghanistan dan memiliki keterkaitan dengan
kelompok islam radikal Al-Furqan.135
Laporan media juga mengatakan
bahwa ia melihat pelaku dengan bendera ISIS.136
Selanjutnya, terjadi
penembakan dan pembunuhan pada 2 Oktober 2015 di Sydney Parramatta
oleh remaja pria berusia 15 tahun. Remaja tersebut belakangan diketahui
telah teradikalisasi dan serangannya tersebut memiliki tujuan yang
berhubungan dengan kegiatan terorisme.137
Pada September 2016, terjadi penikaman yang melukai orang lain
di pinggiran kota Sydney. Catherine Burn, wakil komisaris polisi
mengatakan bahwa pelaku tersebut melakukan tindakan terorisme dan
percobaan pembunuhan. Dalam pengakuannya tersebut dia mengatakan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh pelaku terinspirasi oleh ISIS.138
Di
tahun 2017 terjadi pembunuhan dan penyandraan yang dilakukan di
135
“One Person Shot Dead Two Stabbed Endeavour Hills” ABC tersedia di
https://www.abc.net.au/news/2014-09-23/one-person-shot-dead-two-stabbed-
endeavour-hills/5764408 diakses pada 7 Desember 2018. 136
“Australia Shooting: Teen was „known terror suspect‟ BBC tersedia di
https://www.bbc.com/news/world-asia-29339120 diakses pada 7 Desember 2018.
137 “Polisi Sydney Tangkap Pria Pemasok Senjata dalam Insiden Penembakan di
Parramatta” Elshinta tersedia di https://news.detik.com/abc-australia/d-
3045043/polisi-sydney-tangkap-pria-pemasok-senjata-dalam-insiden-
penembakan-di-parramatta diakses pada 7 Desember 2018. 138
“Australia ISIS Stabbing Sydney Minto” Nytimes tersedia di
https://www.nytimes.com/2016/09/11/world/australia/australia-isis-stabbing-
sydney-minto.html diakses pada 7 Desember 2018.
78
kompleks apartemen di Brighton. ISIS mengklaim bahwa “tentaranya”
bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Sebelum kejadian tersebut,
Channel 7 menerima telepon dari seorang pria yang mengatakan “ini untuk
IS, ini untuk Al-Qaeda”.139
Jika dibandingkan dengan Indonesia, jumlah serangan yang
dialami oleh Australia memang tidak terlalu besar, namun Australia tetap
menanggapinya dengan serius. Hal ini ini juga menjadi salah satu alasan
Indonesia menjalani hubungan kerjasama intelijen dengan Australia.
Berdasarkan data tersebut, jelas bahwa kedua negara memiliki ancaman
yang sama. Selain itu, Indonesia mau bekerjasama dengan Australia
karena Australia merupakan 7 dari 10 negara di dunia yang memiliki
kapabilitas intelijen terkuat.140
Pelatihan gabungan sangat diperlukan oleh Indonesia dengan
Australia untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan para
aparat keamanan Indonesia. Selain itu, dari segi teknologi, Australia
merupakan 10 dari 15 negara di dunia dengan teknologi termaju.141
Kemajuan teknologi yang dimiliki Australia dapat membantu Indonesia
139
“Islamic State Claims Responsibility for Brighton Siege” ABC tersedia di
https://www.abc.net.au/news/2017-06-06/islamic-state-claims-responsibility-for-
brighton-siege/8591540 diakses pada 8 Desember 2018.
140 “10 Negara yang Mempunyai Badan Intelijen Terbaik” Vistaeducation
tersedia di https://www.vistaeducation.com/news/v/vip/10-negara-yang-
mempunyai-badan-intelejen-terbaik diakses pada 8 Desember 2018. 141
“Wow Inilah 15 Negara dengan Teknologi Paling Maju di Dunia” Idntimes
https://www.idntimes.com/tech/trend/hendria-1/wow-inilah-15-negara-dengan-
teknologi-paling-maju-di-dunia-c1c2/full diakses pada 8 Desember 2018.
79
untuk mengembangkan teknologi di negaranya. Teknologi di era ini sangat
diperlukan, mengingat para teroris juga menggunakan teknologi terbaru
untuk melancarkan aksinya. Terkait pendanaan terorisme, Indonesia
memerlukan banyak informasi untuk melacak pendanaan terorisme. Dalam
hal ini, Indonesia ingin bekerjasama dengan Australia karena Australia
memiliki satuan intelijen siber yang ditujukan untuk melacak pendanaan
terkait terorisme dibawah badan pelacak keuangan Australian Transaction
Reports and Analysis Center (AUSTRAC).142
Jika dikaitkan dengan konsep kepentingan nasional, kerjasama
yang dilakukan Indonesia dengan Australia di bidang intelijen, adalah
karena kekhawatiran pemerintah terhadap status keamanan Indonesia yang
disebabkan banyaknya aksi terorisme yang telah dijabarkan sebelumnya.
Aksi terorisme tersebut tidak hanya merugikan sisi keamanan Indonesia,
namun juga membahayakan sektor lainnya seperti; ekonomi, pariwisata
dan stabilitas politik di Indonesia.
Akibat banyaknya kerugian yang ditimbulkan dari aksi terorisme
ini, pemerintah Indonesia membuat sebuah strategi untuk memperkuat
kembali sektor keamanan Indonesia dari gangguan kelompok terorisme
ini. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terkait
ancaman keamanan adalah melalui kerjasama intelijen dengan Australia.
142
“Australia Bentuk Intelijen Siber Lacak Pendanaan Teroris” Tirto tersedia di
https://tirto.id/australia-bentuk-intelejen-siber-lacak-pendanaan-teroris-byya
diakses pada 8 Desember 2018.
80
Karena, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada BAB 1 bahwa
intelijen merupakan sistem peringatan dini untuk mencegah terjadinya
anacaman terhadap keamanan suatu negara.
4.2. Australia Sebagai Mitra Strategis Indonesia
Terkait tindaklanjutan kepentingan nasional yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dalam hal ini penulis menggunakan konsep kerjasama
internasional. Dalam konsep kerjasama internasional ini penulis
menekankan kerjasaama Indonesia dengan Australia.
Terjalinnya kerjasama antara Indonesia dan Australia tidak luput
dari berkembangnya hubungan baik sejak 1966, di mana Indonesia pada
saat itu berada di bawah kepemimpinan Soeharto. Kerjasama ini dimulai
dari sektor ekonomi dan budaya. Hal ini terkait dengan kepemimpinan
presiden Soeharto pada saat itu yang cendrung memperlihatkan sikap anti
komunis dan juga pro dengan barat.143
Namun, hubungan Indonesia dan
Australia juga memiliki masa-masa kritis, yaitu pada saat pelepasan
Timor-Timur dari NKRI. Hubungan fluktuatif tersebut menyebabkan
adanya jarak antara Indonesia dan Australia, Karena permasalahan
domestik Indonesia yang terkesan di intervensi Australia.
Peristiwa pengeboman yang terjadi di Bali tanggal 12 oktober 2002
merupakan titik balik terjalinnya hubungan baik kembali antara Indonesia
143
Zulkifli Hamid, Sistem Politik Australia (LIP-FISIP-UI/PT Remaja
Rosdakarya: Bandung, 1999),422
81
dan Australia. Hal ini tidak terlepas dari tindakan terorisme tersebut yang
juga memakan korban jiwa berkewarganegaraan Australia. Kejadian ini
tentunya juga mengganggu kestabilitasan sektor keamanan Australia,
karena banyak warga negaranya yang menjadi korban. Menanggapi hal
ini, pemerintah Australia menawarkan bantuan berupa kerjasama di
berbagai bidang seperti infrastruktur, pelatihan kepada pihak kepolisian
dalam bidang forensik. Bantuan ini merupakan rangkaian penawaran dari
Australia ke Indonesia yang dinamakan Joint Investigation and Inteligence
Team to Investigate the Bali Bombing.144
. Penawaran ini dimulai pada 16
oktober 2002 yang ditujukan untuk mengungkap kasus bom bali 1 dengan
membentuk badan intelijen anti teror.
Berkat penawaran Australia ini, Indonesia yang diwakili oleh
bapak Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungannya ke Australia
menginginkan adanya kerjasama antara Indonesia dan Australia dalam
sektor keamanan yang mencakup bidang intelijen anti teror didalamnya.
Hal ini didasai pada persamaan pandangan antara Indonesia Australia
terhadap ancaman terorisme di bidang keamanan. Hal ini juga berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan dengan Danny Wulandari KASI
Kerjasama lembaga Pemerintah BNPT, yang mengatakan bahwa sejak
144
Australian Foreign Minister Affairs, “Joint Investigation and Intelligence
Team to Investigate Bali Bombing”, tersedia di
https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada 20 September
2018.
82
adanya peristiwa tersebut hubungan kedua negara semakin berkembang
dan kerjasamanya yang dilakukan berjalan dengan sangat baik.145
Seperti yang sudah dibahas di BAB 2, kedua negara telah
menyepakati naskah final Agreement Between The Goverment of The
Republic Indonesia and The Goverment of Australia on the Framework for
Security Cooperation atau yang lebih dikenal dengan Lombok Treaty pada
tanggal 13 November 2006. Setelah melakukan kurang lebih 3 tahun
perundingan dan kerjasama tersebut diratifikasi oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Indonesia.146
Dalam naskah perjanjian tersebut, terdapat tujuan utama dari
pembentukannya, yakni menciptakan kerangka kerjasama dan membentuk
suatu mekanisme konsultasi bilateral guna mendorong dialog intensif,
pertukaran dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang kooperatif serta
memperkuat hubungan antar lembaga yang sesuai dengan perjanjian ini.147
Selain itu tertera pula beberapa bidang kerjasama, yaitu; kerjasama
pertahanan, kerjasama penegakan hukum, kerjasama counter-terrorism,
kerjasama intelijen, keamanan maritim, keselamatan dan keamanan
145 Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama
lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018. 146
Taruna Rasta Sakti, “Kerjasama Keamanan: Studi Kasus Traktat Lombok
antara Indonesia dan Australia”, Jurnal Hubungan Internasional No.1 (Januari-Juni
2016),100 tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jhi3ad9720910full.pdf diakses pada 20 September 2018. 147
Australian Treaty Series, “Agreement Between Australia and The Republic
of Indonesia on The Framework for Security Cooperation” tersedia di
http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/treaties/2008/3.html diakses pada 22 September
2018.
83
penerbangan, pencegahan perluasan (non proliferasi) senjata pemusnah
massal, kerjasama tanggap darurat, kerjasama pada organisasi multilateral
dan bersama membangun rasa saling pengertian pada masyarakat
mengenai persoalan-persoalan dalam bidang keamanan.148
Setelah adanya perjanjian Lombok Treaty, setiap tahunnya kedua
negara sepakat untuk mengadakan pertemuan guna membahas isu
keamanan yang menyangkut kedua negara. Pada tahun 2015, diadakan
pertemuan The Third Indonesia-Australia Foreign and Defence Ministers
Meeting (2+2 Dialogue) yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri dan
Menteri Pertahanan kedua negara. Dalam pertemuan ini, Indonesia
menekankan bahwa perlu adanya penguatan kerjasama untuk
menanggulangi ancaman yang ada. Pada pertemuan tersebut juga kedua
negara juga melakukan penandatanganan MoU mengenai kesepakatan
pemberantasan terorisme internasional.149
Kesepakatan tersebut didasari
oleh keprihatinan kedua negara terhadap aksi terorisme yang semakin
mengancam keamanan negara.
Dalam menanggulangi ancaman terorisme, aparat keamanan di
Indonesia dianggap memiliki kapabilitas yang baik, mengingat aksi-aksi
148
“Penandatanganan Perjanjian Kerangka Kerjasama Keamanan RI - Australia
di Lombok” tersedia di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-
pers/Pages/Penandatanganan-Perjanjian-Kerangka-Kerjasama-Keamanan-RI---Australia-
di-Lombok.aspx diakses pada 22 September 2018. 149
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Pertemuan 2+2 Indonesia-
Australia Majukan Kerja Sama Maritim” tersedia di
https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-Australia-Majukan-
Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada 26 September 2018.
84
terorisme di Indonesia sudah ada sejak tahun 1981. Walaupun demikian,
Indonesia harus tetap waspada dengan ancaman terorisme, karena
sekarang ini sudah ada sekitar 400 warga Indonesia yang sudah bergabung
dengan ISIS di Suriah.150
Tidak semua dari mereka berhasil pergi ke
Suriah, banyak dari mereka yang dipulangkan dari perbatasan Turki.
Mereka yang kembali dan belum sampai ke wilayah konflik lebih
berbahaya dibandingkan dengan mereka yang berhasil sampai ke tujuan.151
Fenomena munculnya ISIS sebagai salah satu isu keamanan global
dianggap penulis sebagai salah satu alasan Indonesia dan Australia
memperkuat kerjasama intelijen. Terorisme merupakan kejahatan lintas
negara yang tidak dapat di hadapi sendiri, dan perlu adanya kerjasama dari
berbagai pihak untuk mengatasinya. Menurut konsep kerjasama
internasional, kedua negara yang terlibat bertujuan untuk mencapai
kepentingan bersama. Dengan adanya kerjasama di bidang intelijen yang
memberi dampak terhadap semakin kuatnya sistem pertahanan dan
keamanan kedua negara, kerjasama di bidang lainnya akan lebih mudah
dilakukan. Hal tersebut dikarenakan adanya akses yang lebih banyka
untuk mendapatkan informasi terkait ancaman keamanan seperti terorisme,
150
“Menhan Sebut Ada 400 Warga Indonesia Bergabung ISIS”, CNN tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711190426-20-313362/menhan-sebut-ada-
400-warga-indonesia-bergabung-isis diakses pada 15 November 2018. 151
Data didapatkan pada wawancara dengan Danny Wulandari KASI Kerjasama
lembaga Pemerintah BNPT pada 30 Oktober 2018.
85
sehingga bisa lebih menjamin untuk menanggulangi ancaman yang akan
mengganggu jalannya kerjasama di bidang lain antara kedua negara.
Kerjasama Indonesia - Australia di bidang intelijen memiliki motif
berupa kepentingan seperti yang sudah dipaparkan dalam subbab-subbab
sebelumnya. Analisa penulis dalam menjelaskan motif kerjasama tersebut
diperkuat pula oleh pernyataan dari kedua belah pihak masing-masing
negara. Menurut Irfan Idris selaku Juru Bicara BNPT, mengatakan bahwa
kerjasama ini dibentuk untuk menanggulangi ancaman dan penyebaran
ideologi kelompok anarkis di Suriah dan Iraq.152
Pernyataaan ini sesuai
dengan kepentingan Indonesia dan Australia dalam melakukan kerjasama
terkait adanya ancaman yang sama, terutama ISIS.
Jaksa Agung Australia George Brandis juga mendukung
pernyataan pihak Indonesia tersebut, bahwa ISIS yang telah
menyebarluaskan ideologi radikalnya ke masyarakat luas untuk terlibat
dalam kegiatan terorisme, merupakan persoalan yang sama-sama sedang
dihadapi. Menurut George, adanya kerjasama ini dianggap penting bagi
kedua negara yang sama-sama memiliki kepentingan untuk menghadapi
dan menanggulangi ancaman terorisme di masing-masing negara.
Pernyataan Jaksa Agung Australia George Brandis tersebut sesuai dengan
152
“BNPT: Masih ada ancaman teror di Indonesia” BBC tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151221_indonesia_australia_te
rorisme diakses pada 26 Desember 2018.
86
alasan dari kedua negara untuk bekerjasama menanggulangi ancaman
terorisme di negara masing-masing.153
Kerjasama Intelijen Indonesia dengan Australia juga disambut baik
oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso. Pada pertemuan yang
membahas kerjasama keamanan Indonesia dengan Australia, Sutiyoso
mengatakan bahwa, adanya kerjasama intelijen tersebut semakin
memperkuat intelijen kedua negara dan bukan hanya sekedar pada
pertukaran informasi intelijen saja, karena pada dasarnya terorisme sudah
dianggap sebagai musuh bersama.154
Menteri Kehakiman Australia pun setuju dengan pernyataan
tersebut, bahwa Australia dan Indonesia memiliki concern yang sama,
terkait ancaman yang timbul dari adanya ekspansi yang dilakukan oleh
organisasi radikal di Timur Tengah tersebut. Sistem yang dilakukan oleh
kedua negara pun sama untuk mencegah radikalisme tersebut dengan
melakukan sharing pengalaman untuk dapat memerangi terorisme
bersama.155
Pada kesempatan yang lain, Menteri Kehakiman Australia
153
“Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme” Antara News
tersedia di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-kerja-
sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018. 154
Fathiyah Wardah, “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”
VOA Indonesia tersedia di https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-
bahas-kerjasama-keamanan/3112475.html diakses pada 26 Desember 2018. 155
“Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme” Antara News
tersedia di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-kerja-
sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018.
87
juga mengatakan kerjasama ini merupakan bentuk kongkrit kedua negara
untuk merespon ancaman bersama dengan cara saling bekerjasama.156
Dengan demikian telah dijelaskan alasan kerjasama intelijen yang
dilakukan oleh Indonesia dan Australia dalam menanggulangi ancaman
terorisme di Indonesia periode 2015-2017. Selain dijelaskan mengenai
alasan dan kepentingannya, penulis juga menganalisa kepentingan-
kepentingan tersebut dengan konsep - konsep yang digunakan antara lain;
konsep terorisme, konsep kepentingan nasional dan konsep kerjasama
internasional. Kerjasama yang dilakukan Indonesia dengan Australia
masih terus dilakukan dan terus mengalami perkembangan untuk
kedepannya, hal tersebut sejalan dengan upaya Indonesia untuk terus
berusaha mencapai kepentingan nasionalnya.
156
“Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme” Antara News
tersedia di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-kerja-
sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018.
88
BAB V
KESIMPULAN
Pada tanggal 21 Desember 2015, Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme Indonesia, Saud Usman Nasution, menandatangani perjanjian
kerjasama dalam memberantas terorisme yang bertajuk “MoU between the
Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia on
Combating International Terrorism” dengan Sekertaris Luar Negeri dan
Perdagangan Australia, Peter Varghese. Perjanjian tersebut merupakan bentuk
penguatan kerjasama kembali dalam menanggulangi ancaman terorisme yang
sebelumnya sudah dilaksanakan sejak 2005.
Dalam kerjasama pemberantasan terorisme tersebut memiliki empat poin
utama, yaitu; pertama, melaksanakan konsultasi bilateral dibidang
penanggulangan terorisme; kedua, saling berbagi informasi intelijen; ketiga,
memperkuat kerjasama antar lembaga hukum; keempat, peningkatan kapasitas
melalui program pelatihan pendidikan, pertukaran kunjungan antar pejabat tinggi,
para analis dan petugas pelaksana di lapangan, seminar, konferensi dan operasi
bersama.
Indonesia dan Australia memiliki hubungan bilateral sejak pembukaan
hubungan diplomatik pada tahun 1950. Namun, hubungan keduanya mulai
berkembang sebagai dua negara bertetangga pada kepemimpinan presiden
Soeharto. Dalam periode tersebut kedua negara menjalin hubungan dalam bidang
ekonomi, budaya dan keamanan. Hubungan kedua negara bersifat fluktuatif,
89
terkadang dekat dan terkadang jauh, hal tersebut didasari oleh banyaknya kasus-
kasus yang terjadi diantara kedua negara. Kasus-kasus yang telah mewarnai
hubungan kedua negara yaitu; pelepasan Timor-Timur, peristiwa Bom Bali,
pengungsi yang terdampar di Indonesia, penyadapan dan penundaan kerjasama
militer.
Walaupun hubungan kedua negara bersifat fluktuatif, Indonesia dan
Australia tetap bekerjasama sebagaimana negara-negara lainnya. Salah satu faktor
yang menjadi alasan mengapa Indonesia ingin menandatangani penguatan
kerjasama dengan Australia dalam pemberantasan terorisme internasional adalah
ancaman yang sama di kedua negara dan Australia merupakan mitra startegis bagi
Indonesia.
Gerakan radikal ISIS semakin menguat dengan banyaknya gerakan-
gerakan teror yang dilakukan di Indonesia. Semua ini berawal dari adanya
pembaiatan pendukung ISIS dan video ajakan untuk bergabung dengan kelompok
ISIS pada tahun 2014. Maraknya teror-teror yang dilakukan oleh kelompok-
kelompok yang menyatakan bahwa mereka adalah pendukung dari gerakan ISIS
membuat pemerintah siaga dengan kemunculannya. Jika ISIS berkembang di
Indonesia maupun di Australia, dikhawatirkan kelompok tersebut akan melakukan
kekerasan seperti yang terjadi di negara Iraq dan Suriah yang dapat mengancam
kedaulatan negara.
Aktivitas terorisme di Indonesia bersifat fluktuatif, di mana penurunan
terjadi pada tahun 2014 sampai 2015 sedangkan pada tahun 2016 dan 2017
90
aktivitas terorisme di Indonesia mengalami peningkatan. Meningkatnya aktivitas
terorisme bisa terjadi karena dua kemungkinan, yakni; serangan terorisme yang
meningkat atau upaya aktif yang dilakukan oleh pihak Kepolisian. Peningkatan
pada tahun 2016 dan 2017 sesuai dengan kemungkinan tersebut yakni Langkah
aktif yang dilakukan oleh aparat keamanan. Tahun 2016, tercatat bahwa Tim
Datasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap 170 orang yang diduga sebagai
teroris, jumlah ini meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya
berjumlah 82 orang. Selain itu 2017, tercatat bahwa Tim Datasemen Khusus 88
Antiteror Polri menangkap 172 orang yang diduga sebagai teroris.
Dalam menanggulangi ancaman terorisme, aparat keamanan di Indonesia
dianggap memiliki kapabilitas yang baik, hal tersebut dapat dilihat dengan
banyaknya aksi terorisme di Indonesia sejak dulu yang membuat Indonesia dapat
mengatur strategi guna menanggulanginya. Namun, Indonesia tidak dapat
menanggulangi ancaman terorisme dengan sendirinya, mengingat terorisme
merupakan kejahatan lintas negara yang perlu diatasi oleh berbagai pihak. Dalam
hal ini, Indonesia bekerjasama dengan Australia untuk mengatasi permasalahan
terorisme di Indonesia.
Indonesia bekerjasama dengan Australia karena Australia diketahui 7 dari
10 negara yang memiliki kapabilitas intelijen terkuat. Australia juga memiliki
kemajuan teknologi yang dapat membantu Indonesia untuk mengembangkan
teknologi di negaranya. Untuk melacak pendanaan teroris, Indonesia
membutuhkan banyak informasi untuk mengetahuinya, dalam hal ini Indonesia
mau bekerjasama dengan Australia karena Australia memiliki satuan intelijen
91
siber untuk melacak pendanaan terkait terorisme. Selain itu, untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan para aparat keamanan Indonesia,
diperlukan latihan gabungan yang dapat membantu untuk mengembangkan
potensi para aparat tersebut.
Kerjasama Indonesia dan Australia di bawah MoU between the
Government of the Republic of Indonesia and the Government of Australia on
Combating International Terrorism, kedua negara sepakat untuk melakukan
konsultasi bilateral di setiap tahunnya. Hal ini terbukti, bahwa kedua negara
konsisten untuk melakukan pertemuan guna membahas terorisme yang dapat
mengancam keamanan negara.
Alasan Indonesia melakukan kerjasama di bidang intelijen dengan
Australia dalam rangka menaggulangi terorisme adalah baik Indonesia dan
Australia sama-sama memiliki ancaman yang sama yaitu ancaman terorisme dari
jaringan ISIS. Selain itu juga, Indonesia menganggap Australia sebagai mitra
strategisnya. Sehingga, dengan melakukan kerjasama tersebut dapat mencegah
ancaman yang mungkin timbul bagi hubungan kerjasama antar kedua negara.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
A, Denny J. Jatuhnya Soeharto dan Trasisi Demokrasi Indonesia. Yogyakarta:
LKIS, 2006.
Burchill, Scott. The National Interest in International Relations Theory. England:
Palgrave Macmillan, 2005.
Barston, R.P. Modern Diplomacy. New York: Rouledge, 2014.
Chaliand, Gérald dan Arnaud Blin. The History of Terrorism from Antiquity to Al
Qaeda, Terj. Edeward Schneider. Berkeley: University of California Press,
2007. Tersedia di
https://wikileaks.org/gifiles/attach/177/177597_History%20of%20Ter.pdf
diakses pada 13 Agustus 2018.
Emmerson, Donald K. Indonesia Beyond Soeharto: Ekonomi, Masyarakat,
Transisi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Fitriani, Evi. Australia & Negara-Negara di Kepulauan Pasifik Selatan, Observasi
dan Pandangan dari Indonesia. Bandung: LIP-FISIP-UI/PT Remaja
Rosdakarya, 2012.
Gunaratna, Rohan dan Stefanie Kam. Handbook of Terrorism in the Asia–Pacific
.London: Imperial College Press, 2016.
Hamid, Zulkifli. Sistem Politik Australia. Bandung: LIP-FISIP-UI/PT Remaja
Rosdakarya, 1999.
Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional Ed
terj. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Kearens, Heggy. Kebijakan Luar Negeri Australia terhadap Indonesia: Kebijakan
Kontra-Terorisme Pasca Serangan Bom Bali I (2002 – 2008). Jakarta:
Universitas Indonesia, 2012.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT
Mizan Publika, 2011.
Mukhadis, Ibnu S dan Dasna I.W. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang:
Universitas Negeri Malang, 2003.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan M. Yani. Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Rapoport, David C. Attacking Terrorism: Element of a Grand Strategy.
Washington: Georgetown University Press, 2004.
Schmid, Alex P. dan Albert J. Jongman. Political Terrorism. London dan New
York: Routledge, 1988.
Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009.
Suryadinata, Leo. Politik Luar Negeri Indonesia dibawah Soeharto Terj. Nur Iman
Subono. Jakarta: Pustaka LP3ES, 1998.
xiv
Widjajanto, Andi dan Artanti Wardhani. Hubungan Intelijen-Negara 1945-2004.
Jakarta: Pacivis dan Friedrich Ebert Stiftung, 2008
Jurnal dan Artikel Jurnal
Akbar, Rahmad. “Dampak Kebijakan Australia Terkait Isu Pencari Suaka
Terhadap Hubungan Bilateral Australia-Indonesia (2013-2015) Tersedia di
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/746/jbptunikompp-gdl-rahmadakba-
37274-11-nikom_44-l.pdf diakses pada 12 September 2018.
Andriyani, Novie Lucky dan Feriana Khushindarti, “Respons Pemerintah
Indonesia dalam Menghadapi Perkembangan Gerakan Islamic State di
Indonesia” Jurnal Penelitian Politik, Vol. 14 No. 2 (Desember 2017).
Bainus, Arry dan Junita Budi Rachman, “Kepentingan Nasional dalam Hubungan
Internasional”, Intermestic: Journal of International Studies Vol.2 No.2
(Mei 2018).
Bandoro, Bantarto. “Globalisasi, Netwar dan Isu-Isu Strategis di Asia Pasifik”,
Indonesian Journal of International Law, Vol.3 No.3 (April 2006).
Glanville, Luke. “How are we to think about the „national interest‟?”, Australian
Quarterly Vol.77 No.4 (Juli-Agustus 2005).
Gordon, David dan Samuel Lindo, “Jamaah Islamiyah” Center for Strategic &
International Studies (November 2011) tersedia di https://csis-
prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/legacy_files/files/publication/111101_Gordon_JemaahIslamiyah_W
EB.pdf diakses pada 10 Juli 2018.
Hardiana, I Made Yuda, Suksma Sushanti dan Idin Fasisaka, “Kerjasama Kontra-
Terorisme Antara Australia Dengan Indonesia Dalam Menanggulangi
Ancaman Terorisme Di Indonesia (2002-2008)”, Jurnal Elektronik
Universitas Udayana.
Hutagalung, Inge. ”Dinamika Sistem Pers di Indonesia” Jurnal Interaksi Vol. II
No. 2 (Juli 2013).
Kusuma, Arnold Arswenda. “Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat Dalam
Mengatasi Gerakan Terorisme Internasional di Afghanistan” eJurnal Ilmu
Hubungan Internasional Vol.3 No.3 (2015).
Loudewijk, Kolonel Inf. “Terorisme” tersedia di
http://ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Politik%20Luar%20Negeri/1)%20I
ndonesia%20dan%20isu%20global/3)%20Terorisme/Terorisme.pdf diakses
pada 13 Agustus 2018.
Mackie, Jamie. “Australia and Indonesia Current Problems, Future Prospects
“Australia: Lowy Institute for International Policy, 2007. Tersedia di
https://www.files.ethz.ch/isn/87133/2007-09-06.pdf diakses pada 17 Maret
2018.
Marpaung, Bahtiar. “Aspek Hukum Pemberantasan Terorisme di Indonesia”,
Jurnal Equality, Vol. 12 No. 2 (Agustus 2007).
Rapoport, David C. “The Four Waves of Rebel Terrorism and September 11”,
Anthropoetics 8, No.1 (Spring/Summer 2002).
xv
Sakti, Taruna Rasta. “Kerjasama Keamanan: Studi Kasus Traktat Lombok antara
Indonesia dan Australia”, Jurnal Hubungan Internasional No.1 (Januari-Juni
2016) tersedia di http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
jhi3ad9720910full.pdf diakses pada 20 September 2018.
Seniwati dan Andi Alimuddin, “The United State – Indonesian Military
Relationship in Countering Terrorism in Indonesia” International Journal
of Management and Applied Sciences, 2016.
Setyawati, Siti Muti’ah dan Dafri Agussalim,” Security Complex Indonesia-
Australia dan Pengaruhnya terhadap Dinamika Hubungan Kedua Negara”,
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (JSP), Vol. 19, No. 2 (November 2015).
Suwardi, Sri Setianingsih. “Peristiwa 11 September 2001 dan Penyerangan
Amerika Serikat di Afghanistan Ditinjau dari Segi Hukum Internasional”,
tersedia di http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/1325/1247
diakses pada 15 Agustus 2018.
Laporan dan Dokumen
Australia Institute (AAI) Lembaga Australia-Indonesia. “Geografi Australia”
tersedia di https://dfat.gov.au/about-us/publications/people-to-
people/geografi-australia/bab11/index.html diakses pada 8 Agustus 2018.
Australian Government, “Counter-Terrorism White Paper” tersedia di
https://www.dst.defence.gov.au/sites/default/files/basic_pages/documents/c
ounter-terrorism-white-paper.pdf diakses pada 15 Oktober 2018.
Australian Government Departement of the Prime Minister and Cabinet, “Review
of Australia‟s Counter - Terrorism Machinery” tersedia di
https://www.homeaffairs.gov.au/nationalsecurity/Documents/review-
australia-ct-machinery.pdf diakses pada 15 Oktober 2018.
Australian Treaty Series, “Agreement Between Australia and The Republic of
Indonesia on The Framework for Security Cooperation” tersedia di
http://www.austlii.edu.au/au/other/dfat/treaties/2008/3.html diakses pada 22
September 2018.
Global Terrorism Index, https://tradingeconomics.com/indonesia/terrorism-index
diakses pada 15 April 2018.
International Crisis Group Report, Jemaah Islamiyah in South East Asia:
Damaged but Still Dangerous, 26 Agustus 2003.
United Nation. “General Assembly A/RES/49/60 84 th plenary meeting 9
December 1994” tersedia di
http://www.un.org/documents/ga/res/49/a49r060.htm diakses pada 16 April
2018.
United Nation. “United Nation Security Council Resolution 1246 (1999)” tersedia
di http://unscr.com/en/resolutions/doc/1246 diakses pada 9 Agustus 2018.
United Nation. “United Nation Security Council Resolution 1438 (2002)” tersedia
di https://documents-dds-
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N02/638/47/PDF/N0263847.pdf?OpenElemen
t diakses pada 10 Juli 2018.
xvi
Vaughn, Bruce. “Terrorism in Southeast Asia” Congressional Research Service,
The Library of Congress (Februari 2005) tersedia di
https://fas.org/sgp/crs/terror/RL31672.pdf diakses pada10 Juli 2018.
Wibisono, Ali Abdullah. Reformasi Intelijen dan Badan Intelijen Negara. Jakarta:
Institute for Defense, Security and Peace Studies (IDSPS) Press, 2009).
Tersedia di
https://www.dcaf.ch/sites/default/files/publications/documents/6.%2520Indo
nesian%2520Intelligence%2520and%2520SSR.pdf
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. “Nama Korban Bom Bali 1
Oktober 2005” tersedia di http://www.ylbhi.or.id/wp-
content/uploads/2013/06/20051000_lbh_bali_data_korban_bom_bali_ii.pdf
diakses pada 13 Agustus 2018.
Artikel atau Situs
Ancaman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
https://www.kbbi.web.id/ancam diakses pada 28 Mei 2018.
“History of Terrorism” tersedia di
http://www.terrorismfiles.org/encyclopaedia/history_of_terrorism.html
diakses pada 13 Agustus 2018.
Situs Pemerintahan
Australian Embassy Indonesia. “Joint Statement The Meeting of the Indonesia -
Australia Ministerial Council on Law and Security” 21 Desember 2015
tersedia di https://indonesia.embassy.gov.au/jakt/JS15_001.html diakses
pada 15 Oktober 2018.
Australian Foreign Minister Affairs. ”Joint Investigation and Intelligence Team to
Investigate Bali Bombing”. 16 Oktober 2002 tersedia di
https://foreignminister.gov.au/releases/2002/fa148a_02.html diakses pada
Sabtu 17 Maret 2018.
Ikatan Alumni Pertahanan Indonesia Australia. “Pertemuan Menteri Pertahanan
Tahunan Yang Perdana” tersedia di http://ikahan.com/2012/10/pertemuan-
menteri-pertahanan-tahunan-yang-perdana/ diakses pada 22 September
2018.
Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation,”about”, tersedia di
https://www.jclec.org/about diakses pada Sabtu, 17 Maret 2018.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. “Penandatanganan Perjanjian
Kerangka Kerjasama Keamanan RI - Australia di Lombok” 14 November
2006 tersedia di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-
pers/Pages/Penandatanganan-Perjanjian-Kerangka-Kerjasama-Keamanan-
RI---Australia-di-Lombok.aspx diakses pada 22 September 2018.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. ”Pertemuan 2+2 Indonesia-
Australia Majukan Kerja Sama Maritim” 22 Desember 2015 tersedia di
https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Pertemuan-2-2-Indonesia-
xvii
Australia-Majukan-Kerja-Sama-Maritim.aspx diakses pada Sabtu, 17 Maret
2018.
United Nation High Commissioner for Refugees (UNHCR) di Indonesia, tersedia
di http://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia diakses pada 12 September
2018.
Artikel Media
ABC, Islamic State Claims Responsibility for Brighton Siege, tersedia di https://www.abc.net.au/news/2017-06-06/islamic-state-claims-responsibility-for-
brighton-siege/8591540 diakses pada 8 Desember 2018.
ABC, One Person Shot Dead Two Stabbed Endeavour Hills, tersedia di https://www.abc.net.au/news/2014-09-23/one-person-shot-dead-two-stabbed-
endeavour-hills/5764408 diakses pada 7 Desember 2018.BBC, Australia
Shooting: Teen was „known terror suspect, tersedia di
https://www.bbc.com/news/world-asia-29339120 diakses pada 7 Desember
2018.
Antara News, Indonesia - Australia pererat Kerjasama Atasi terorisme, tersedia
di https://www.antaranews.com/berita/566067/indonesia-australia-pererat-
kerja-sama-atasi-terorisme diakses pada 26 Desember 2018.
BBC, BNPT: Masih ada ancaman teror di Indonesia, di
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151221_indonesi
a_australia_terorisme diakses pada 26 Desember 2018.
BBC, Indonesia dan Australia Pulihkan Hubungan Militer, tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39095271 diakses pada 18
September 2018.
BBC, Indonesia „Tunda Sementara‟ Kerja sama Militer dengan Australia,
tersedia di https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-38504646 diakses
pada 13 September 2018.
BBC, Kesepakatan Indonesia-Australia "bisa pulihkan kepercayaan, tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140819_indonesi
a_australia diakses pada 25 September 2018.
BBC, Obituari: Osama dan Aksi Terorisme, tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/05/110502_osamabinladenprofi
le diakses pada 10 Juli 2018.
BBC, PM Australia: Ancaman Terorisme Tetap Tinggi, tersedia di
https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141223_dunia_abbott_terori
sme diakses pada 15 Oktober 2018.
BBC, Terduga Teroris Siapkan Serangan „Konser Akhir Tahun, 2015 tersedia di
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/12/151220_indonesia
_teroris diakses pada 15 April 2018.Galih, Bayu. “Operasi Pembebasan
Pesawat Woyla yang Menegangkan” Kompas, 31 Maret 2016 tersedia di
https://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/10562581/Operasi.Pembebasa
n.Pesawat.Woyla.yang.Dibajak.3.Menit.yang.Menegangkan diakses pada 11
Juli 2018.
xviii
CNN, Menhan Sebut Ada 400 Warga Indonesia Bergabung ISIS, di
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180711190426-20-
313362/menhan-sebut-ada-400-warga-indonesia-bergabung-isis diakses
pada 15 November 2018.
Detik, JCLEC, Pusat Pelatihan Investigasi Polri Bertaraf Internasional, tersedia
di https://news.detik.com/berita/1498605/jclec-pusat-pelatihan-investigasi-
polri-bertaraf-internasional diakses pada 13 Agustus 2018.
Detik, Polisi Sydney Tangkap Pria Pemasok Senjata dalam Insiden Penembakan
di Parramatta, tersedia di https://news.detik.com/abc-australia/d-
3045043/polisi-sydney-tangkap-pria-pemasok-senjata-dalam-insiden-
penembakan-di-parramatta diakses pada 7 Desember 2018.
Galih, Bayu. “Operasi Pembebasan Pesawat Woyla yang Menegangkan” Kompas,
31 Maret 2016 tersedia di
https://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/10562581/Operasi.Pembebasa
n.Pesawat.Woyla.yang.Dibajak.3.Menit.yang.Menegangkan diakses pada 11
Juli 2018.
Harian Analisa Daily, Kembali Rilis Foto Serangan Pentagon, tersedia di
http://harian.analisadaily.com/aneka/news/fbi-kembali-rilis-foto-serangan-
pentagon/413409/2017/09/12 diakses pada 15 Oktober 2018.
Idntimes, Wow Inilah 15 Negara dengan Teknologi Paling Maju di Dunia,
tersedia di https://www.idntimes.com/tech/trend/hendria-1/wow-inilah-15-negara-
dengan-teknologi-paling-maju-di-dunia-c1c2/full diakses pada 8 Desember
2018.
Ihsannudin. ”Begini Kondisi Polisi Korban Bom Kampung Melayu di RS Polri”
Kompas, 25 Mei 2017 tersedia di https://nasional.kompas.com/read/2017/05/25/19035331/begini.kondisi.polisi.korb
an.bom.kampung.melayu.yang.dirawat.di.rs.polri diakses pada 26 Desember
2018.
Kompas, Ancaman Terorisme di Australia Semakin Memburuk, tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2015/10/15/15281121/Ancaman.Tero
risme.di.Australia.Semakin.Memburuk diakses pada 15 Oktober 2018.
Kompas, JCLEC, Buah Kerjasama Polri dan AFP, tersedia
di https://nasional.kompas.com/read/2010/11/21/17201538/jclec.buah.kerjas
ama.polri.dan.afp diakses pada 13 Agustus 2018.
Kompas, 16 Tahun Serangan “9/11”: WTC Runtuh Bukan karena Tabrakan
Pesawat?, tersedia di
https://internasional.kompas.com/read/2017/09/12/09575401/16-tahun-
serangan-911-wtc-runtuh-bukan-karena-tabrakan-pesawat diakses pada 15
Oktober 2015.
Liputan6, Menguak Dalang Bom Kampung Melayu, tersedia di https://www.liputan6.com/news/read/2967605/menguak-dalang-bom-kampung-
melayu diakses pada 7 Desember 2018.
Nordiansyah, Eko. “8 Korban Tewas Bom Thamrin, 4 Pelaku dan 4 warga Sipil”
Metrotv News, 17 Januari 2017 tersedia di
http://news.metrotvnews.com/read/2016/01/17/471234/8-korban-tewas-
bom-thamrin-4-pelaku-dan-4-warga-sipil diakses pada 20 Mei 2018.
xix
Nytimes, Australia ISIS Stabbing Sydney Minto, tersedia di https://www.nytimes.com/2016/09/11/world/australia/australia-isis-stabbing-
sydney-minto.html diakses pada 7 Desember 2018.
Purnamasari, Niken. “ISIS Klaim Bertanggung Jawab Bom Kampung Melayu”
DetikNews, 26 Mei 2017 tersedia di
https://news.detik.com/berita/3511642/isis-klaim-tanggung-jawab-bom-
kampung-melayu diakses pada 26 Desember 2018.
Riza, Budi. ” Howard: Jumlah Korban Bom Bali Asal Australia 88 Orang”
Tempo, 10 Desember 2003 https://dunia.tempo.co/read/34364/howard-
jumlah-korban-bom-bali-asal-australia-88-orang diakses pada 17 Maret
2018.
Sécurité & Défense magazine, The Current and Emerging Threat in the Asia-
Pasific, tersedia di https://sd-magazine.com/avis-experts/the-current-and-
emerging-threat-in-the-asia-pacific diakses pada 20 Mei 2018.
Sheridan, Greg. “Farewell to Jakarta‟s Man of Steel” tersedia di
https://archive.is/LwsNe#selection-2443.0-2443.211 diakses pada 9 Agustus
2018.
Sindo, DK PBB Turut Kecam Teror Bom Sarinah, tersedia di https://international.sindonews.com/reaad/1077310/42/dk-pbb-turut-kecam-teror-
bom-sarinah-1452842082 diakses pada 7 Desember 2018.
Sohuturon, Martahan. ”Polri Tangkap 170 Terduga Teroris Sepanjang 2016”
CNN Indonesia, 29 Desember 2016 tersedia di
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161228201036-12-182749/polri-
tangkap-170-terduga-teroris-sepanjang-2016 diakses pada 20 Mei 2018.
Tashandra, Nabilla. ”Kerja sama Militer Indonesia-Australia Dihentikan, Tak
Pengaruhi Hubungan Bilateral” Kompas, 4 Januari 2017 tersedia di
https://nasional.kompas.com/read/2017/01/04/16440271/kerja.sama.militer.i
ndonesia-australia.dihentikan.tak.pengaruhi.hubungan.bilateral diakses pada
13 September 2018.
Tempo, Ada Pesan Lowongan Budak Seks ISIS di UIN, tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/597965/ada-pesan-lowongan-budak-seks-
isis-di-uin/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
Tempo, ISIS Klaim dibalik Bom Sarinah dan Serangan Jakarta, tersedia di
https://dunia.tempo.co/read/736183/isis-klaim-di-balik-bom-sarinah-dan-
serangan-jakarta/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
Tempo, Kapolri Sebut Abu Jundi Kirim Pasukan ISIS ke Suriah, tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/729338/kapolri-sebut-abu-jundi-kirim-
pasukan-isis-ke-suriah/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
Tempo, Video WNI Ajak Masuk ISIS Beredar di Youtube, tersedia di
https://nasional.tempo.co/read/596522/video-wni-ajak-masuk-isis-beredar-
di-youtube/full&view=ok diakses pada 7 Desember 2018.
Time, A Timeline of Recent Terrorist Attack in Australia, tersedia di
http://time.com/5075253/terrorist-attacks-australia-timeline/ diakses pada
15 Oktober 2018.
xx
Tirto, Australia Bentuk Intelijen Siber Lacak Pendanaan Teroris, tersedia di
https://tirto.id/australia-bentuk-intelejen-siber-lacak-pendanaan-teroris-byya
diakses pada 8 Desember 2018.
Tirto, Pengakuan Sandera Pembajakan Woyla: Neraka 65 Jam dalam Pesawat,
tersedia di https://tirto.id/pengakuan-sandera-pembajakan-woyla-neraka-65-
jam-dalam-pesawat-cGPZ diakses pada 15 November 2018.
Vistaeducation, 10 Negara yang Mempunyai Badan Intelijen Terbaik, tersedia di
https://www.vistaeducation.com/news/v/vip/10-negara-yang-mempunyai-
badan-intelejen-terbaik diakses pada 8 Desember 2018.
Waluyo, Andylala. “BIN: Aktivitas Terorisme Di Indonesia Sedang Tiarap”,
Voice of America Indonesia, 27 Maret 2014
https://www.voaindonesia.com/a/bin-aktivitas-terorisme-di-indonesia-
sedang-tiarap-/1880284.html diakses pada 15 April 2018.
Wardah, Fathiyah. “Indonesia dan Australia Bahas Kerjasama Keamanan”, Voice
of America Indonesia, 22 Desember 2015 tersedia di
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-dan-australia-bahas-kerjasama-
keamanan/3112475.html diakses pada 25 September 2018.
Sosial Media
Youtube, ISIS Recruitment Video Join the Ranks Indonesian Muslims, tersedia di
https://www.youtube.com/watch?v=zfmf7_MLbSk diakses pada 7
Desember 2018.
Wawancara
Wawancara dengan Danny Wulandari, KASI Kerjasama lembaga Pemerintah
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, 30 Oktober 2018.
xxi
Lampiran 1
HASIL WAWANCARA
Nama: Danny Wulandari
Jabatan: KASI Kerjasama lembaga Pemerintah Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme
Tempat, Hari/Tanggal: Gedung BUMN Jakarta Pusat Selasa, 30 Oktober 2018.
Pukul: 09.00 WIB
Narasumber: Perlu diketahui bahwa, BNPT bukan intelijen bukan penegak
hukum, tetapi memiliki fungsi untuk mengkordinasi perumusan, kebijakan strategi
yang berhubungan dengan penanggulangan terorisme hanya satu cakupan area
kerjasama. Kerjasama ini terbentuk tahun 2002 antara pemerintah Indonesia
dengan Australia, namun karena ada perubahan vocal point dan BNPT sudah
terbentuk maka penandatanganan kerjasama tersebut diperbahrui.
Pertanyaan Wawancara di BNPT:
1. Alasan Indonesia perkuat kerjasama dengan Australia? Seberapa
penting Australia bagi Indonesia?
Jawab: Kerjasama Indonesia Australia dari tahun 2002 sejak Desk
Kordinasi Pemberantasan Terorisme (DKPT) Polhukam. Kalau seberapa
pentingnya, dalam kasus Bom Bali Australia memiliki banyak korban dan
Australia merasa berkepentingan untuk menanggapi. Terorisme bukan
sebuah ancaman domestik saja ujung-ujungnya menyebabkan ancaman
regional kawasan Asia Pasifik termasuk Australia. Perubahan telah
xxii
bergeser, serangan-serangan tidak lagi pada ke objek-objek asing,
sekarang lebih ke aparat, kepolisian, penduduk sipil tetap saja mereka
berpotensi sebagai target ancaman juga. Pasca 2002 bom bali itu terjadi,
pemerintah Australia banyak memberikan bantuan-bantuan soal
investigasi, pengembangan kapasitas. Dalam investigasi AFP dengan
densus 88 kerjasamanya bagus dalam mengungkapkan berbagai kasus dan
bekerjasama dengan sangat baik. Kemudian dalam pengembangan
kapasitas, Australia banyak menjadi donor, pemerintah punya JCLEC
pusat pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk penanggulangan
terorisme. Jadi disana diberikan workshop, penggunaan teknologi terbaru
dan lain sebagainya dan memang itu hasilnya memuaskan, artinya
Australia memiliki kontribusi besar disitu. Adanya MoU yang di
tandatangani oleh Indonesia-Australia semakin menggarisbawahi bahwa
penanggulangan teror itu perlu bentuk kongkritnya. Salah satu bentuk
kongkritnya adalah MoU tersebut yang kemudian di implementasikan
seperti pertukaran informasi, dalam pertukaran informasi bukan bersifat
intelejen saja meskipun kita bukan lembaga intelejen. Lalu kenapa penting
Kerjasamanya dia juga punyai kepentingan dengan Australia. Bantuan luar
negeri itu jangan hanya dikira hanya tentang uang, itu perlu tetapi hanya
untuk mengembangan kemampuan saja yang berlatih juga bukan hanya
BNPT tapi unit-unit terkait ada Densus ada Polri dan memang pintunya
lewat kita.
xxiii
2. Sepanjang kerjasama ini, program apa saja yang telah dijalankan
bersama? Bagaimana kelanjutannya?
Jawab: Australia dan Indonesia adalah co-chair dalam GCTF global
counter terorrism forum sampai 2019. Kemudian aktif dengan PPATK-
AUSTRAK terkait dengan pendanaan. Karena kita disini juga membawahi
counter financing terrorism kita bekerjasama dengan PPATK dan mereka
bermitra dengan AUSTRAK dan segala informasi yang didapatkan terkait
dengan monitoring aliran dana dan pelaku akan di report ke kita. Kita juga
mengikuti sub regional meeting yang diadakan diberbagai negara tidak
hanya Australia ada selandia baru, singapura, filipina, malaysia hanya kita
di minta pada kepentingan perkembangan kawasan. Jadi tidak hanya
indonesia sebenarnya. Indonesia sebagai negara yang memiliki
pengalaman serangan teroris lebih banyak pasti strategi dan kebijakannya
lebih maju, referensinya lebih banyak jd effortnya jauh lebih bagus
dibanding yang lain.
3. Dari program yang telah dijalankan bersama, apa hambatan bagi
kedua negara dalam kerjasama ini?
Jawab: So far tidak ada, karana Australia mitra yang intensif dari sisi
pertukaran informasi kita memiliki forum konsultasi bilateral yang
dibahas tiap tahun yang rencanannya tahun ini diadakan dijakarta bulan
desember dan kita punya forum-forum aktif lainnya.
xxiv
4. Dalam website Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia dikatakan
bahwa kerjasama ini merupakan hasil positif dari Australia’s
Regional Summit to Counter Violent Terrorism di Sydney pada Juni
2015 dan Counter-Terrorism Financing Summit di Sydney pada
November 2015. Kenapa konferensi ini dijadikan acuan? Seberapa
positif hasil konferensi tersebut?
Jawab: Karena pada pertemuan tersebut adalah pertemuan setingkat
Menteri yang dihadiri oleh Menteri Indonesia dan Australia dan dalam
pertemuan tersebut momennya pas. Kalo untuk KTT Financing, salah satu
aspek, pertukaran informasi juga dalam hal pendanaan, memontoring
aliran dana, jadi memang inline nya sejalan dengan area kerjasamanya.
Kerjasama ini kan kita perbarui selain 2015 itu, area-area cooperation nya
juga kita sesuaikan dengan hasil pembicaraan disitu. Jadi memang ada
kebutuhan kita, mungkin yang tahun 2002 isunya mungkin sudah ga
update.
5. Dalam kerjasama intelijen ini bidang apa saja yang termasuk di
dalamnya? Dari berbagai bidang tersebut apa yang lebih di
prioritaskan? Mengapa?
Jawab: Kalau kita tidak murni tentang intelijen, dalam arti dalam area
kerjasama adalah pertukaran informasi. Dalam pertukaran informasi tidak
hanya informasi atau data intelijen. Tapi juga segala yang membantu kita
dalam prosess nya pembuatan kebijakan kita atau pembuatan strategi kita
lebih ke pertukaran ilmu pengetahuan dan sebagainya jadi tidak murni
xxv
intelijen saja. Cakupan BNPT adalah mengkordinasi, perumusan kebijakan
jadi lebih ke umum.
6. Pada hari yang sama namun di tempat yang berbeda pada
penandatangan MoU, Menkopolhukam juga mengadakan pertemua,
apakah pertemuannya sama atau tidak?
Jawab: Pada intinya sama, masing-masing instansi punya mitra.
Menkopolhukam cakupan areannya politik, hukum dan keamanan,
terorisme masuk ke dalamnya. Mereka juga punya forum sendiri yang
membahas security tapi tidak membahas secara spesifik soal teroris tapi
lebih ke security nama forumnya adalah MCM (minister council meeting)
yang membahas semua agenda keamanan which is terorisme masuk
didalamnya.
7. Sebenarnya Teroris di indonesia itu bagaimana?
Jawab: Sebagian besar dari mereka memang memiliki keterkaitan dengan
kelompok yang diluar. Tp hal itu juga tidak terjadi di Indonesia, tapi
perkembangan dan dinamika keamanan di daerah. Sekarang Suriah dan
Irak sudah menolak, jadi mungkin banyak orang yang bilang bahwa sudah
berakhir. Tapi sebenarnya belum totally berakhir karena masih masa
pemulihan konstruksinya dan anytime bisa kembali terjadi di Indonesia.
Trennya sekarang sudah bergeser artinya sekarang sudah melibatkan
perempuan dan anak-anak. Jadi pelaku tidak bisa di bilang terjadi
perubahan hanya saja mereka juga involve. Perempuan terutama mereka
xxvi
tidak perlu melibatkan pasangan atau keluarganya. Perempuan sekarang
dapat berdiri sendiri sebagai pelaku tanpa melibatkan yang lain.
Mereka yang kembali dari wilayah konflik, mereka yang kembali sebagian
besar mereka yang belum sampai ketempat tujuan. Tapi bagi mereka yang
pergi kesana dan sampai ketempat tujuan kemudian melihat kenyataannya
berbeda dengan yang diharapkan oleh karena itu mereka dikembalikan dan
mereka akan jauh lebih menyadari. Tapi bagi mereka yang belum sampai
kesana yang baru sampai Turki, lalu kemudian dipulangkan, semangat
mereka masih ada kemudian dipulangkan. Mereka Malah justru lebih
berbahaya dan jumlah merka cukup besar mereka tidak hanya dari laki-
laki ada perempuan dan anak-anak. Treatment nya juga akan berbeda.
Pada proses identifikasi, Mereka yang kesana juga tidak semua beralaskan
untuk berjihad tetapi juga ada dari mereka beralaskan ingin berhijrah. Tapi
pada dasarnya jika ada orang yang ingin hijrah ke wilayah konflik perlu
dipertanyakan juga. Untungnya undang-undang sekarang yang
diberlakukan dijadikan landasan yang kuat, jadi mereka yang terlibat dari
ideolognya, menyebarkan lewat media, mereka terlibat dalam pelatihan
merak dapat di lakukan penangkapan.
8. Teroris diluar kebanyakan ingin membuat negara islam, ada
kemungkinan juga ga teroris di indonesia begitu?
Jawab: Agama itu jadi salah satu faktor dalam aksi terorisme dan masih
banyak faktor lainnya. Aparat keamanan, hukum, good governance
menjadi pendorong. Tapi lebih ke faktor individunya. Agama cuma jd
xxvii
salah satu faktor. Contoh, satu keluarga pergi ke Suriah yang berpikiran
seperti itu hanya suaminya, kemudian istrinya ikut bukan karena si istri
memiliki keinginan yang sama mungkin dia memiliki alasan untuk patuh
kepada suaminya. Banyak faktor yang menyebabkan orang terlibat tapi
tidak hanya soal agama. Lalu kenapa agama yg sering dijadikan alasan?
Agama menjadi alasan yang tidak perlu orang bertanya kembali, karena
dalam agama ada dogma-dogma. Memasukan dogma-dogma keagamaan
akan lebih mudah untuk orang melakukan tindak kekerasan. Pemerintah
menggagas rencana aksi nasional yang betujuan untuk penanggulangan
violent terrorism atau ekstrimisme berbasis kekerasan, kita membawahi
semua persoalan, karena persoalan terorisme ini dari hulu sampai ke hilir
dari segi pendidikan, pemerintah memasukan kurikulum toleransi atau
yang lain. Karena permasalahan ini bukan dari satu aspek saja.
9. Sejauh ini sudah ada berapa pertemuan yang dilakukan? Pertemuan
tersebut efektif atau tidak?
Jawab: Kalo forum kita sejak 2015, 2016 di Jakarta, 2017 di Canberra,
2018 di Jakarta. Tahun 2017 ada APEC workshop. Setiap tahun rutin
diadakan pertemuan. Ada city of summit, biasanya yang dilakukan oleh
PPATK dan AUSTRAK. Memang lebih keseminar workshop, meeting.
Australia dalam kawasan ini juga aktif.
Pada dasarnya memang setiap kerjasama memiliki manfaat, tapi terkadang
banyak orang yang mengira bahwa kerjasama ini lebih menguntungkan
bagi negara lain, indonesia memiliki referensi. Karna banyaknya kasus ini
xxviii
yang terjadi di Indonesia. Tapi perlu diketahui juga bahwa pasca Bom Bali
Australia memberikan bantuan investigasi untuk mengungkap kasus. Perlu
disepakati lagi bahwa, terorisme itu bersifat transnasional. Artinya jika
kita tidak bisa menanggung manfaat saat ini, toh juga besok-besok masih
ada manfaatnya. Informasi mengenai jalur transit, jalur masuk, aliran dana
pasti nanti kita membutuhkan itu.
10. Dapat dikatakan bahwa kerjasama ini bermula dari Bom Bali?
Jawab: Australia adalah tetangga di Pasifik, kemudian cikal bakal
pembentukan JCLEC dan kerjasama terus berlangsung. Yang berlatih di
JCLEC bukan hanya orang Indonesia/Australia. Jadi mereka ingin menjadi
pembicara atau parisipan dari berbagai negara. Ini sebagai sarana
pembelajaran, semua saling bertukar informasi.
11. Dalam pertememuan biasanya siapa aja yang menjadi anggota?
Mekanisme kerjanya bagaimana?
Jawab: Tergantung, kita mengundang semua kementerian yang terkait.
BNPT hanya mengkordinir, yang menjalankan yang
mengimplementasikan yg lain. Kalau Mekanisme kerja, bisa hadir ke
kesini bisa tidak. Secara informal ketika ada case mereka bisa langsung
hadir dan terlibat. Memang kita ada forum bilateral pertukaran informasi
itu formal, tapi dalam implementasinya banyak yang secara informal. Tapi
nanti dari orang-orang tersebut kemudian me report dan diundang ke
dalam forum.
xxix
Lampiran 2
PERKEMBANGAN KERJASAMA ANTI TERORISME
RI-AUSTRALIA
Payung Kerjasama Bilateral Counter Terrorisme RI-Australia
Indonesia dan Australia telah menandatangani MoU Kerjasama Counter
Terrorisme pada 2002. MoU tersebut kemudian diperbaharui pada
bulan Desember 2015 (MoU between the Government of the Republic
of Indonesia and the Government of Australia on Combating
International Terrorism)
Pada Joint Statement 26 Februari 2017 saat kunjungan Presiden RI ke
Australia, Presiden Joko Widodo dan PM Malcolm Turnbull
menekankan pentingnya kedua negara untuk meningkatkan fokus
kerjasama pada Countering Violent Extremism (CVE) dan komitmen
kerjasama mencegah radikalisasi.
Kerjasama Kongkrit Anti Terorisme RI-Australia
Sebagai tindak lanjut MoU, kedua negara telah melakukan kerjasama
kongkrit sebagai berikut:
a. Pertukaran Informasi
- Pertukaran informasi intelijen dalam forum terbuka maupun
tertutup, telah dilakukan secara berkala, khususnya terkait Foreign
Terrorist Fighters (FTF) dan strategi penanganan Returnees.
- Pemeritah Australia melalui Kedutaan Besar Australia di Jakarta
telah menyelenggarakan kunjungan ke Australia (Canberra dan
Sydney) 27 Mei - 3 Juni 2017 bagi pejabat K/L dan LSM terkait
untuk mempelajari/pertukaran informasi mengenai program CVE
dan Deradikalisasi di Australia. K/L yang diundang adalah: Kantor
Staf Presiden, Kemenko Polhukam, Kemenlu, Kemenkumham,
xxx
Polri dan BNPT; sedangkan LSM adalah: The Wahid Institute, The
Asian Muslim Action Network (AMAN), dan Pusat Pengkajian
Islam dan Masyarakat-UIN Syarif Hidayatullah.
- Pada bulan Juli 2017 di Manado, BNPT turut serta menjadi anggota
Delri dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Kemenko
Polhukam RI dan Kejaksaan Agung Australia mengenai Upaya
Penanganan FTF di kawasan Laut Sulu.
- Dilaksanakan Konsultasi Bilateral RI-Australia di bidang
Penanggulangan Terorisme Pada tanggal 24-25 Oktober 2017.
Delegasi RI dipimpin oleh Kepala BNPT.
- Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT menjadi delegasi
dalam RI-Australia Ministerial Council on Law and Security pada
tanggal 23-27 November 2017.
b. Pelatihan/Pembangunan Kapasitas (Capacity Building)
- BNPT aktif berpartisipasi dalam berbagai program capacity
building yang diadakan oleh Australia, antara lain seperti: Inter
Agency Counter Terrorism Prosecution Study, Study Tour Terrorist
Prisoner Coordination, dan program pelatihan lainnya yang di
sponsori oleh Australia di JCLEC.
c. Bantuan Teknis (Technical Assistance)
- Australia sejak peristiwa Bom Bali 2002 aktif membantu Indonesia
dengan berbagai teknologi untuk mendukung investigasi,
penyidikan dan penyelidikan kasus-kasus terorisme, serta melacak
keberadaan anggota sel-sel terorisme di Indonesia.
- Pemerintah Australia saat ini mendorong berbagai satuan kerja di
Indonesia untuk terlibat dalam Australia-Indonesia Partnership for
Justice 2 (AIPJ2). Program ini memasuki tahap persiapan bernilai
xxxi
40 juta Australian Dollar untuk 5 tahun kedepan, ditujukan kepada
lembaga-lembaga pemerintahan terkait keadilan dan keamanan,
seperti pencegahan radikalisme dan penyelidikan terorisme.
Diharapkan BNPT, melalui program kerja yang disepakati, dapat
memanfaatkan program ini.
d. Seminar/Workshop/International Meeting
- Australia aktif berpartisipasi dalam International Movement on
Counter Terrorist (IMCT) Conference di Bali pada 10 Agustus
2016 dan memberi dukungan kerjasama penyelenggara Counter
Financing Terrorism Summit antara PPATK dengan AUSTRACT.
- Dalam kerangka Global Counter Terrorism Forum (GCTF) pada
pertemuan ke 10 September 2016 Indonesia dan Australia aktif
sebagai Co-Chairs on Detention and Reintegration GCTF Working
Group. Fokus GCTF Working Group on Detention and
Reintegration adalah peningkatan kerjasama terkait manajemen
penjara bagi narapidana terorisme dan pengembangan program-
program pasca penahanan narapidana terorisme.
- Australia membantu penyediaan 3 (tiga) pembicara pada APEC
Workshop on Strengthening Tourism Bussiness Resilience Against
the Impact of Terrorist Attack yang diselenggarakan oleh BNPT di
Nusa Dua, Bali 9-10 Mei 2017. Ketiga pembicara tersebut adalah:
(a) Mr. Tony Ridley, CEO of Intelligent Travel, Melbourne, (b) Dr.
David Beirman, Senior Lecturer, Management Discipline Group-
Tourism, University of Technology Sydney dan (c) Prof. Brent
Ritchie, School of Business, Economics and Law, University of
Queensland.
- Indonesia dan Australia pada bulan Juli atau Agustus 2017 menjadi
Co-Hosts penyelenggaraan pertemuan mengenai Upaya
Penanganan Foreign Terrorist Fighters (FTF) di kawasan.
xxxii
Pertemuan tersebut menurut rencana akan diadakan di Manado,
Sulawesi Utara dan akan mengundang Filipina, Malaysia, Brunei
Darussalam dan Selandia Baru.
- Pada 24-25 Oktober 2017, Indonesia dan Australia melakukan
pertemuan Konsultasi Bilateral di Canberra, Australia.
- Kepala BNPT juga turut menghadiri pertemuan The 5th Indonesia-
Australia Ministerial Council Meeting on Law and Security (MCM)
di Lombok yang akan dilaksanakan di Lombok 5 Agustus 2018,
dimana dalam pertemuan tersebut perihal penanggulangan
terorisme menjadi salah satu agenda pertemuan. Pertemuan
menghasilkan Joint Communique yang kemudian juga
menyebutkan bahwa Indonesia sebagai tuan rumah bagi
penyelenggaraan pertemuan Konsultasi Bilateral on CT antara
Indonesia-Australia pada bulan Desember 2018.