kerentanan pesisir

6
 17 Mardi Wibowo, 2009 PEMET AAN TINGKAT KEPEKAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KOTA SEMARANG Mardi Wibowo Peneliti Bidang Hidrologi Badan Pengkajian dan Penerapan T eknologi Naskah masuk: 5 Januari 2009; Revisi terakhir: 3 Maret 2009  Abstract Coastal zone of Semarang area has big potencial in shery, tourism, industrial and service activities. In development of Semarang’s coastal zone, is met much of environmental problems such as abration, land subsidence, sedimentation, water and land pollution and seawater intrusion. On the other hand, this area has limited carrying capacity and very sensitive to oil spill pollution and sedimentation. Therefore it is need index environmental sensitivity assessment/mapping with Geographical Information System (GIS) technology in Semarang’s coastal zone. For Semarang’s coastal zone development plan, should be: western part of Semarang’s coastal zone is developed as shery cultivation; central part as industrial, residential area activity and eastern part as shery activity with special treatment and protection. Key words : degree environmental sensitivity , GIS technology 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indeks kepekaan lingkungan pada dasarnya adalah mengukur kemudahan/potensi kehilangan nilai ekonomi, sosial, sik dan biologi dari lahan yang ada (Peterson, 2002). Indeks kepekaan lingkungan disusun untuk mengetahui tingkat karaktersitik dan features kepekaan/ sensitivitas dan kerentanan/vulnerabilitas sumberdaya yang ada di pesisir. Indeks kepekaan lingkungan pada awalnya (Tahun 1976) dilakukan khusus terhadap limpahan minyak untuk kepentingan perencanaan mitigasi bila terjadi tumpahan minyak. Tetapi sesuai dengan perkembangan permasalahan yang ada indeks kepekaan lingkungan ini terus berkembang sesuai dengan semakin banyaknya jenis zat pencemar. Indeks kepekaan lingkungan ini harus memperhatikan sumberdaya sik dan biologi (seperti : hutan bakau, terumbu karang, dll), lingkungan social dan ekonomi (lokasi wisata, kawasan akuakultur, dll) dan lingkungan ekologi (habitat khusus, kawasan lindung, dll). Peta indeks kepekaan lingkungan sangat berperan dalam perencanaan ICZM (Integrated Coastal Zone Management ) seperti sebagai dasar perencanaan kebijakan pemeliharaan lingkungan pesisir, konservasi dan perlindungan habitat/sumberdaya pesisir, pengendalian pencemaran dan perencanaan mitigasi untuk menghadapi bencana laut dan untuk rehabilitasi dan restorasi lingkungan, serta mampu untuk pengkajian dampak lingkungan yang strategis. Sejak tahun 1980-an pemetaan tingkat kepekaan lingkungan banyak memanfaatkan teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis) karena mampu untuk menangani, menangkap, menyimpan, mengedit, mengambil, menganalisis, mengupdate, menampilkan dan mereproduksi informasi geogras. Korespondensi Penulis T elp/Fax. 62-21-316 9725; [email protected] t.go.id J. Hidrosr Indonesia Vol. 4 No.1 Hal.17 - 22 Jakarta, April 2009 ISSN 1907-1043

Transcript of kerentanan pesisir

5/12/2018 kerentanan pesisir - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerentanan-pesisir 1/6

17 Mardi Wibowo, 2009

PEMETAAN TINGKAT KEPEKAAN LINGKUNGAN PESISIR

DI KOTA SEMARANG

Mardi Wibowo

Peneliti Bidang Hidrologi

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Naskah masuk: 5 Januari 2009; Revisi terakhir: 3 Maret 2009

 Abstract 

Coastal zone of Semarang area has big potencial in fishery, tourism, industrial and service activities.

In development of Semarang’s coastal zone, is met much of environmental problems such as abration,

land subsidence, sedimentation, water and land pollution and seawater intrusion. On the other hand, this

area has limited carrying capacity and very sensitive to oil spill pollution and sedimentation. Therefore

it is need index environmental sensitivity assessment/mapping with Geographical Information System

(GIS) technology in Semarang’s coastal zone. For Semarang’s coastal zone development plan, should 

be: western part of Semarang’s coastal zone is developed as fishery cultivation; central part as industrial,

residential area activity and eastern part as fishery activity with special treatment and protection.

Key words : degree environmental sensitivity, GIS technology 

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indeks kepekaan lingkungan pada dasarnya

adalah mengukur kemudahan/potensi kehilangan

nilai ekonomi, sosial, fisik dan biologi dari lahan

yang ada (Peterson, 2002). Indeks kepekaan

lingkungan disusun untuk mengetahui tingkat

karaktersitik dan features kepekaan/ sensitivitas

dan kerentanan/vulnerabilitas sumberdaya yang

ada di pesisir. Indeks kepekaan lingkungan

pada awalnya (Tahun 1976) dilakukan khusus

terhadap limpahan minyak untuk kepentingan

perencanaan mitigasi bila terjadi tumpahan

minyak. Tetapi sesuai dengan perkembangan

permasalahan yang ada indeks kepekaan

lingkungan ini terus berkembang sesuai dengan

semakin banyaknya jenis zat pencemar. Indeks

kepekaan lingkungan ini harus memperhatikansumberdaya fisik dan biologi (seperti : hutan

bakau, terumbu karang, dll), lingkungan social

dan ekonomi (lokasi wisata, kawasan akuakultur,

dll) dan lingkungan ekologi (habitat khusus,

kawasan lindung, dll). Peta indeks kepekaan

lingkungan sangat berperan dalam perencanaan

ICZM (Integrated Coastal Zone Management )seperti sebagai dasar perencanaan kebijakan

pemeliharaan lingkungan pesisir, konservasi

dan perlindungan habitat/sumberdaya pesisir,

pengendalian pencemaran dan perencanaan

mitigasi untuk menghadapi bencana laut dan

untuk rehabilitasi dan restorasi lingkungan, serta

mampu untuk pengkajian dampak lingkungan yang

strategis. Sejak tahun 1980-an pemetaan tingkat

kepekaan lingkungan banyak memanfaatkan

teknologi SIG (Sistem Informasi Geografis)

karena mampu untuk menangani, menangkap,

menyimpan, mengedit, mengambil, menganalisis,

mengupdate, menampilkan dan mereproduksi

informasi geografis.

Korespondensi Penulis

Telp/Fax. 62-21-316 9725; [email protected]

J. Hidrosfir Indonesia Vol. 4 No.1 Hal.17 - 22 Jakarta, April 2009 ISSN 1907-1043

5/12/2018 kerentanan pesisir - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerentanan-pesisir 2/6

18 Mardi Wibowo, 2009

Wilayah pantai Kota Semarang saat ini

mengalami perkembangan yang sangat cepat

dan dinamis baik dari aspek perubahan fisik

lahan maupun dari aspek perkembangan kegiatan

perkotaan. Perkembangan kegiatan ekonomi

tersebut pada umumnya bersifat eksploitatif sehingga perlu diatur secara terpadu dan

seimbang. Di lain pihak wilayah pantai/pesisir 

mempunyai daya dukung yang sangat terbatas

dan mempunyai kepekaan/sensitivitas yang

sangat tinggi terhadap tekanan pertumbuhan

penduduk, polusi terutama dari industri,

pembuangan berbagai macam limbah, budidaya

perairan (tawar, payau dan laut), perhubungan

laut, pariwisata dan kegiatan intensif lainnya.

Oleh karena itu dalam perencanaan

pengelolaan kawasan pesisir di Kota Semarang

perlu adanya pengkajian tingkat kepekaan

lingkungan pesisir terutama terhadap sumber 

pencemar yang banyak terjadi di Kota Semarang

seperti sedimen dan tumpahan minyak khususnya

di sekitar pelabuhan.

1.2. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

mengetahui tingkat kepekaan lingkungan pesisir 

di Kota Semarang terhadap berbagai macam

sumber pencemar terutama tumpahan minyak

dan sedimentasi. Sedangkan sasaran dari

kegiatan ini adalah :a. Mengidentifikasi & menginventarisasi

permasalahan dan kondisi eksisting yang

ada di pesisir 

b. Mengidentifikasi potensi sumberdaya

pesisir yang ada

c. Menyusunan model indeks kepekaan

lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk

peta konvensional maupun peta digital

d . Menyusunan rekomendas i untuk

perencanaan, penataan dan pengelolaan

pesisir serta prioritas perlindunganlingkungan pesisir.

1.3. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan

penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan pertimbangan untuk

perencanaan pengelolaan pesisir Kota

Semarang.

b. Sebagai bahan pertimbangan awal untuk

menetukan strategi yang tepat dalam

mengendalikan dan menanggulangi dampaktumpahan minyak dan sedimentasi.

2. METODOLOGI

Secara umum untuk pengolahan data dalam

penelitian pemetaan kepekaan lingkungan pantai

ini adalah dengan memanfaatkan teknologi

Sistem Informasi Geografi (SIG). Gambaran

tahapan pelaksanaan dalam pemetaan kepekaan

lingkungan pantai dengan memanfaatkan

teknologi SIG terlihat pada gambar 1.

3. PEMBAHASAN3.1. Konsep Pemetaan Tingkat Kepekaan

Lingkungan di Pesisir Kota Semarang

Konsep ini disusun berdasarkan data-data

yang terkumpul baik primer maupun sekunder 

dan harus banyak mempertimbangkan konsep

model yang pernah disusun dan dikembangkan

oleh para peneliti baik di dalam maupun di luar 

negeri. Berdasarkan literatur-literatur dari peneliti

terdahulu dapat dikatakan bahwa parameter 

yang mempengaruhi kepekaan lingkungan pantai

akibat adanya pencemar minyak dan sedimen

relatif sama. Parameter-parameter yang dipakai

dalam konsep model untuk pemetaan kepekaan

lingkungan pantai di Kota Semarang ini adalah :

a. Material/ batuan penyusun

Semakin halus material/batuan penyusun

semakin peka terhadap pencemaran karena pada

umumnya batuan yang halus lebih mudah lapuk/

rusak dan kalau sudah tercemar akan semakin

sulit untuk dibersihkan. Sehingga semakin halus

material penyusunnya semakin besar nilai skor 

yang diberikan (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis material & skornya

No Material/Batuan Skor  

1 Lanau lempungan 3

2 Pasir lanauan 2

3 Berbatu 1

5/12/2018 kerentanan pesisir - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerentanan-pesisir 3/6

19 Mardi Wibowo, 2009

benturan dari gelombang laut dapat mengurangi

potensi pencemaran, sehingga bentuk pantai

yang cekung mempunyai skor yang lebih besar daripada yang cembung (Tabel 2).

c. Potensi Genangan Akibat Pasang Naik

(Rob)

Semakin besar potensi kemungkinan terjadinya

rob di suatu pantai, semakin besar pula kepekaan

pantai tersebut untuk terkena pencemaran

Tabel 2. Bentuk pantai dan skornya

No Bentuk pantai Skor  

1 Cekung 3

2 Relatif datar 2

3 Cembung 1

b. Bentuk garis pantai

Semakin cekung bentuk garis pantai semakin

peka terhadap pencemaran yang ada di laut.

Karena pada umumnya garis pantai yang cekung

akan menjadi semacam jebakan (trap) sehingga

potensi pencemaran bisa semakin itensif,berbeda dengan pantai yang cembung dimana

baik pencemaran tumpahan minyak maupun

sedimen. Sehingga daerah pantai yang sering

terjadi rob mempunyai nilai skor yang lebih besar 

dibandingkan dengan daerah lain yang jarang

terkena rob (Tabel 3).

d. Kecepatan Amblesan

Semakin besar kecepatan amblesan daerah

Tabel 3. Potensi rob dan skornya

No Potensi Rob Skor 

1 Sangat sering 3

2 Sering 2

3 Jarang 1

pantai, semakin besar pula kepekaan pantai

tersebut terhadap adanya pencemaran. Sehingga

daerah pantai yang mempunyai kecepatan

amblesan besar akan mempunyai skor tingkat

kepekaan yang lebih tinggi (Tabel 4.).

e. Perkembangan garis pantai

Pantai yang mengalami perkembangan

ke arah laut (abrasi) mempunyai kepekaan

lingkungan terhadap pencemaran relatif lebih

besar dibandingkan garis pantai yang cenderung

begeser ke arah laut (akresi). Hal ini dikarenakan

dengan adanya abrasi zat pencemar akan dapat

lebih meresap ke dalam lahan pantai dibandingkan

dengan pantai yang mengalami akresi, karena

Tabel 4. Amblesan & skornya

No Kecapatan Amblesan Skor  

1 >0,2 m/th 3

2 0,15 - 0,2 m/th 2

3 <0,15 m/th 1

Tabel 5. Perkembangan garis pantai & skornya

No Pertumbuhan Garis Pantai Skor  

1  Abrasi 3

2 Relatif tetap 2

3 Akresi 1

proses pencucian yang yang terjadi di kawasan

pantai akresi akan lebih efektif dibanding yang

abrasi. Sehinggga garis pantai yang mengalami

abrasi akan mempunyai skor kepekaan terhadap

pencemaran relatif lebih tinggi dibandingkan yang

mengalami akresi (Tabel 5)

f. Habitat mangroveHabitat mangrove ini merupakan faktor 

utama dan penentu nilai dari fungsi konservasi.

Sebenarnya fungsi konservasi ditentukan pula

dengan adanya terumbu karang, padang lamun,

kawasan lindung, bangunan bersejarah dan lain-

lain. Tetapi karena di Semarang yang ada hanya

mangrove makanya fungsi konservasi hanya

didasarkan kepada ada tidaknya habitat mangrove.

Tabel 6. Ada tidaknya Mangrove & skornya

No Habitat Skor  

1 Mangrove 3

2 - 2

3 Non Mangrove 1

5/12/2018 kerentanan pesisir - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerentanan-pesisir 4/6

20 Mardi Wibowo, 2009

skor dari nilai eknomis tiap jenis penggunaan

lahan ini sangat relatif dan sulit untuk ditentukan.

Dan untuk menentukannya dilakukan dengan

metodologi angket (atau Participatory Rapid 

 Appraisal / PRA). Berdasarkan hal tersebut maka

penskoran terhadap tiap tata guna lahan yangada di Kota Semarang terlihat seperti pada Tabel

7 di bawah ini.

Kemudian untuk menentukan tingkat kepekaan

lingkungan pesisir terhadap pencemaran

tumpahan minyak maupun sediment dilakukan

dengan melakukan penampalan (overlay ) dengan

rumus penjumlahan skor dari tiap layer parameter 

yang dipakai. Rumus yang dipakai adalah :

Nilai Total = Skor Batuan + Skor 

Bentuk Pantai + Skor Potensi Rob + Skor 

 Amblesan + Skor Abrasi + Skor Mangrove + Skor 

Nilai Ekonomi

Semakin besar “Nilai Total” suatu kawasan

maka semakin peka kawasan tersebut terhadap

adanya proses pencemaran, sehingga diperlukan

perhatian yang lebih untuk pencegahan dan

Dengan semakin padatnya populasi mangrove

maka kepekaan lingkungan kawasan pantai

tersebut dibandingkan dengan kawasan pantai

yang tidak ada mangrovenya. Sehinggga kawasan

pantai yang ada mangrovenya mempunyai skor 

kepekaan lingkungan terhadap pencemaran yangrelatif lebih besar (lihat Tabel 6).

g. Nilai ekonomis

Dalam penentuan tingkat kepekaan lingkungan

dari nilai ekonomis ini utamanya didasarkan

pada tata guna lahan yang ada. Besarnya skor 

ditentukan pada tinggi rendahnya nilai ekonomis

dari tiap penggunaan lahan. Semakin tinggi nilai

sosial ekonomisnya semakin besar skor yang

diberikan untuk tingkat kepekaannya terhadap

adanya pencemaran. Dalam hal ini penentuan

penaganannya. Untuk mengklasifikasinya

(membuat zonasi tingkat kepekaannya) perlu

dibuat kelas-kelas berdasarkan nilai total yang

ada di seluruh daerah penelitian. Proses klasifikasi

ini dilakukan berdasarkan kriteria seperti yang

terlihat pada Tabel 8 berikut ini.

3.2. Tingkat Kepekaan Lingkungan Pantai

Kota Semarang

Berdasarkan konsep model dilakukanlah

penampalan layer Peta Kelas : Batuan Penyusun,

Bentuk Garis Pantai, Potensi Genangan

(Rob), Kecepatan Amblesan, Perkembangan

Garis Pantai, Habitat Mangrove (Fungsi Nilai

Konservasi), Tata Guna Lahan (Fungsi Nilai

Ekonomis). Dari hasil penampalan tersebut

diperoleh layer peta dengan total 75 buah poligon

dengan 10 jenis jumlah skor. Perlu ditekankan

disini bahwa klasifikasi kepekaan daerah pantai

disini merupakan kepekaan relatif terhadap daerah

Tabel 7. Penggunaan lahan & skornyaNo Penggunaan Lahan Skor  

1 Kawasan Terbangun 3

2 Tambak 2

3 Sawah dan Tegalan 1

Tabel 8. Kelas Kepekaan Pantai Kota Semarang

NoPenggunaan

LahanJumlah Skor 

1 Sangat Peka 8,9,10,11

2 Peka 12,13,14,15

3 Tidak Peka 16,17,18,19

Tabel 9. Luas tiap kelas kepekaan lingkungan

pantai di Kota Semarang

NoKelas

Kepekaan

Luas

M2 %

1 Tidak Peka 19.370.802,36 38,39

2 Peka 20.900.610,03 43,03

3 Sangat Peka 8.288.183,63 17,07

Total 48,559,596.016 100,00

Sumber : Hasil pengolahan, 2006 

pantai lain dalam lingkup daerah penelitian dan

tidak dapat dibandingkan dengan air tanah di luar 

daerah penelitian secara langsung. Layer peta ini

kemudian direklasifikasi sesuai dengan kriteria

yang ada pada Tabel 8 untuk memperoleh Peta

Kepekaan Lingkungan Pantai di Kota Semarang.

5/12/2018 kerentanan pesisir - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerentanan-pesisir 5/6

21 Mardi Wibowo, 2009

Luas tiap kelas dan penyebarannya terlihat pada

Tabel 9 dan Gambar 2.

Berdasarkan pada Peta Kepekaan Lingkungan

Pantai (Gambar 2) dan Tabel 9. terlihat bahwa

sebagian besar lingkungan pantai di Kota

Semarang tergolong  peka terhadap adanyapencemaran tumpahan minyak maupun sedimen

yang ada di laut, yaitu mencapai 20.900.610,03

m2 atau sekitar 43,04 % dari total lingkungan

pantai di Kota Semarang. Kawasan pantai yang

tergolong dalam kelas ini sebagian besar tersebar 

di bagian timur dan tengah dari Pantai utara Kota

Semarang.

Sedangkan lingkungan pantai yang mempunyai

kepekaan terhadap pencemaran sangat tinggi

(tergolong sangat peka) tersebar di bagian tengah

daerah penelitian terutama di sekitar pelabuhan

Tanjung Emas dan daerah sebelah timurnya.Luas keseluruhan kawasan pantai yang tergolong

dalam kelas ini adalah 8.288.183,63 m2 atau

sekitar 17,07% dari total lingkungan pantai di

Kota Semarang.

Lingkungan pantai di Kota Semarang yang

relatif tergolong tidak peka terhadap adanya

pencemaran di laut meliputi luasan sekitar 

19.370.802,36 m2 atau sekitar 39,89% dari total

luas daerah penelitian. Kawasan pantai yang

tergolong tidak peka ini sebagian besar tersebar 

di bagian barat dari pantai utara Kota Semarang

dan berada sedikit masuk ke daratan.Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara

umum dapat dikatakan bahwa kawasan pantai

utara Kota Semarang bagian barat relatif tidak

peka terhadap adanya pencemaran minyak dan

sedimen yang terjadi di laut dibandingkan dengan

kawasan pantai di bagian timur peta yang peka

terhadap pencemaran, apalagi dibandingkan

dengan kawasan pantai bagian tengah yang

relatif sangat peka.

3.3.1. Rekomendasi

Dalam rangka penerapan konsep pembangunan

berkelanjutan untuk pengembangan kawasan

pesisir, tingkat kepekaan lingkungan pantai

terhadap adanya pencemaran minyak dan

sedimen di laut mempunyai peranan yang sangat

penting, terutama untuk menyusun perencanaan

pembangunan wilayah pesisir dan tata ruang

wilayah pesisir.

a. Untuk rencana pengembangan wilayah

di Kota Semarang, sebaiknya kawasan

pantai bagian barat dikembangkan untuksektor budidaya perikanan tambak, rawa

disertai dengan penanaman mangrove di

sepanjang pantai sebagai area penyangga.

Keberadaan kawasan industri di Daerah Beji

perlu dipertimbangkan, karena selain tidak

sesuai dengan daya dukung lahan juga dapat

berpengaruh terhadap produktivitas lahan

untuk kegiatan perikanan. Pada dasarnya

hutan mangrove ini dapat pula dikembangkan

untuk kegiatan wisata lingkungan.

b. Bagian tengah pantai Semarang sebaiknya

dikembangkan untuk kegiatan industri,perkotaan dengan segala fasilitasnya,

karena memang sebelumnya telah banyak

berkembang untuk kegiatan tersebut dan

sudah relatif lengkap sarana dan prasarannya.

Khusus untuk wilayah ini perlu juga disediakan

ruang terbuka hijau sebagai penyangga daya

dukung lingkungan.

c. Bagian timur pantai Semarang sebaiknya

dikembangkan untuk perikanan dengan

perlakuan dan perlindungan khusus yang

lebih terencana. Karena di kawasan ini daya

dukung lingkungannya relatif rendah dansudah banyak kawasan industri. Sehingga

diharapkan industri lebih memperhatikan

kondisi lingkungan di sekitarnya.

d. Khusus untuk pengembangan kawasan

industri, perkotaan dengan faktor-faktor 

pendukungnya perlu ada persyaratan-

persyaratan khusus yang harus dipenuhi

karena secara umum termasuk kawasan yang

sangat peka terhadap adanya pencemaran

sedimen dan tumpahan minyak di laut.

5/12/2018 kerentanan pesisir - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kerentanan-pesisir 6/6

22 Mardi Wibowo, 2009

4. PENUTUP

a. Wilayah pantai/ pesisir Kota Semarang

mempunyai potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan khususnya di sektor perikanan

khususnya darat, industri pengolahan hasil

perikanan, transportasi (pelabuhan) dansektor wisata bahari.

b. Dalam pengembangannya pantai Kota

Semarang banyak menghadapi permasalahan

khususnya lingkungan seperti abrasi pantai,

amblesan tanah, rob, sedimentasi, pencemaran

lingkungan, intrusi air laut, dll.

c. Wilayah pantai/ pesisir Kota Semarang

mempunyai daya dukung yang sangat terbatas

dan mempunyai kepekaan/sensitivitasyang

sangat tinggi terhadap tekanan pertumbuhan

penduduk, polusi terutama dari industri,

pembuangan berbagai macam limbah,

budidaya perairan (tawar, payau dan laut),

perhubungan laut, pariwisata dan kegiatan

intensif lainnya

d. Dalam perencanaan pengelolaan kawasan

pesisir di Kota Semarang perlu adanya

pengkajian tingkat kepekaan lingkungan

pesisir terutama terhadap sumber pencemar 

yang banyak terjadi seperti sedimen dan

tumpahan minyak khususnya di sekitar 

pelabuhan.

e. Untuk rencana pengembangan wilayah di KotaSemarang, sebaiknya kawasan pantai bagian

barat dikembangkan untuk sektor budidaya

perikanan, bagian tengah untuk kegiatan

industri, perkotaan dengan segala fasilitasnya,

sedangkan bagian timur untuk perikanan

dengan perlakuan dan perlindungan khusus

yang lebih terencana.

DAFTAR PUSTAKA

1. …………………, 1998, Studi Penyusunan

Indeks Kepekaan Lingkungan Wilayah

Pesisir Selat Lombok , Pusat Lindungan

Lingkungan dan Pembinaan Keselamatan

Kerja, PERTAMINA, Jakarta.

2. …………………, 2003, Profil Pesisir dan

Kelautan Jawa Tengah, Dinas Perikanan dan

Kelautan Propinsi Jawa Tengah, Semarang

3. …………………., 2003, Pengkajian Abrasi 

dan Kawasan Sabuk Hijau di Pantura Jawa

Tengah, Badan Penelitian & Pengembangan

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003

4. …………………, 2000, Profil Wilayah Pantai 

dan Laut Kota Semarang , Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, Pemerintah Kota

Semarang, Semarang

5. …………………, 2006,Perencanaan Kawasan

Pantai Kota Semarang – Fakta dan Analisis, 

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,

Pemerintah Kota Semarang, Semarang

6. Fisher, B., dkk, 1997, The Development of 

a Spatio-Temporal Environmental Sensitivity 

Index Using GIS, Jurnal REER Research

Volume 7, No. 3-4 September-December 

1997, Royal Melbourne Institute of Technology,

Melbourne.

7. Peterson, J., dkk., 2002, Environmental Sensitivity Index Guidelines Version 3.0 ,

NOAA Technical Memorandum NOS OR&R

11, Hazardous Materials Response Division,

Office of Response and Restoration, NOAA

Ocean Service

8. Saxena, M.R., dkk, 2004, Remote Sensing 

and GIS Based Approach for Environmental 

Sensitivity Studies – A Case Study From Indian

East Coast , National Remote Sensing Agency,

Department os Space, Hyderabad, India.

9. Tridech, S., dkk, 2004, Using Coastal 

Environment Sensitivity Index Map as Tool For Integrated Coastal Zone Management ,

Marine Environment Division, Water Quality

Management Bureau, Pollution Control

Department, Bangkok.