KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER...

12
Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018 ISBN: 978-602-60286-1-7 AR - 211 KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN Ika Sari Damayanthi Sebayang 1 , Mawardi Amin 2 dan Carolina Masriani Sitompul 3 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan no. 1, Kembangan, Jakarta Email: [email protected] 2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan no. 1, Kembangan, Jakarta 3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan no. 1, Kembangan, Jakarta ABSTRAK Kerentanan pesisir merupakan suatu kondisi dimana adanya peningkatan proses kerusakan di wilayah pesisir yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti aktivitas manusia dan faktor dari alam. Pada Pantai Anyer, panjang garis pantai yang ditinjau adalah sepanjang 1,42 km untuk mendapatkan nilai kerentanannya. Garis pantai dibagi setiap selnya menjadi 10 meter berdasarkan garis pantai pada tahun 2000-2014. Metode penelitian adalah mengumpulkan data hidro-oseanografi, menghitung indeks kerentanan pesisir (Coastal Vulnerability Index). Indeks kerentanan pesisir adalah metode ranking relatif berbasis skala indeks dari parameter fisik seperti gemorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan CVI tersebut selanjutnya dikelompokkan dengan tingkat kerentanan tidak rentan, kurang rentan, sedang, rentan, sangat rentan dengan indeks skor 1-5. Pada hasil analisis kriteria kerentanan berdasarkan parameter geomorfologi masuk dalam kategori rentan dengan skor 4, perubahan garis pantai masuk dalam kategori rentan dengan skor 4, elevasi masuk dalam kategori sangat rentan dengan skor 5, kenaikan muka air laut masuk dalam kategori sedang dengan skor 3, tunggang pasang surut masuk dalam kategori kurang rentan dengan skor 2, tinggi gelombang masuk dalam kategori sangat rentan dengan skor 5. Berdasarkan analisis indeks kerentanan pesisir sebagai upaya penanggulangan abrasi diketahui bahwa tingkat kerentanan di Pantai Anyer di kategorikan ke dalam rentan, dengan indeks kerentanan pesisir sebesar 20 berdasarkan parameter fisik kerentanan pesisir. Parameter kerentanan pesisir yang mempengaruhi kerentanan di Pantai Anyer yang paling berpengaruh adalah parameter elevasi dan tinggi gelombang. Kata kunci: indeks kerentanan pesisir, gelombang, garis pantai, geomorfologi. 1. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif yang dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan, pertambakan, pertanian, pertambangan, perikanan tangkap, pariwisata, dan sebagainya. Kebanyakan daerah atau kota yang berada di daerah pantai berkembang dengan baik dan maju. Sebagai contoh kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya berada di daerah pantai. Salah satu pantai yang cukup terkenal di daerah Banten Jawa Barat adalah Pantai Anyer yang sangat strategis untuk dikunjungi oleh banyak orang terutama masyarakat Jakarta. Pantai Anyer, merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang diandalkan oleh pemerintah daerah Propinsi Banten. Namun di samping perkembangan pariwisata bahari ini, petumbuhan industri di daerah ini juga cukup pesat. Di samping itu sub-sektor lain, seperti perikanan, baik tangkap maupun budidaya, juga tidak ketinggalan untuk dikembangkan. Sehingga bagaimana kondisi lingkungan sumberdaya alam, khususnya perairan yang ada selama ini. Secara ekologis, wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan yang memiliki dua macam batas yang ditinjau dari garis pantainya (coast line), yaitu batas yang sejajar dengan pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore) (Dahuri et al., 2001). Wilayah pesisir tersebut akan mencakup semua wilayah yang kearah daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang berkaitan dengan laut seperti pasang surut dan industri air laut, dan wilayah ke arah laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi di daratan seperti sedimentsi dan aliran air tawar. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir di definisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Transcript of KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER...

Page 1: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

Konferensi Nasional Teknik Sipil 12 Batam, 18-19 September 2018

ISBN: 978-602-60286-1-7 AR - 211

KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER KABUPATEN SERANG

PROVINSI BANTEN

Ika Sari Damayanthi Sebayang1, Mawardi Amin2 dan Carolina Masriani Sitompul3

1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan no. 1, Kembangan, Jakarta

Email: [email protected] 2Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan no. 1, Kembangan, Jakarta 3Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mercu Buana, Jl. Meruya Selatan no. 1, Kembangan, Jakarta

ABSTRAK

Kerentanan pesisir merupakan suatu kondisi dimana adanya peningkatan proses kerusakan di wilayah

pesisir yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti aktivitas manusia dan faktor dari alam. Pada Pantai

Anyer, panjang garis pantai yang ditinjau adalah sepanjang 1,42 km untuk mendapatkan nilai

kerentanannya. Garis pantai dibagi setiap selnya menjadi 10 meter berdasarkan garis pantai pada tahun

2000-2014. Metode penelitian adalah mengumpulkan data hidro-oseanografi, menghitung indeks

kerentanan pesisir (Coastal Vulnerability Index). Indeks kerentanan pesisir adalah metode ranking

relatif berbasis skala indeks dari parameter fisik seperti gemorfologi, perubahan garis pantai, elevasi,

kenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan CVI tersebut

selanjutnya dikelompokkan dengan tingkat kerentanan tidak rentan, kurang rentan, sedang, rentan,

sangat rentan dengan indeks skor 1-5. Pada hasil analisis kriteria kerentanan berdasarkan parameter

geomorfologi masuk dalam kategori rentan dengan skor 4, perubahan garis pantai masuk dalam kategori

rentan dengan skor 4, elevasi masuk dalam kategori sangat rentan dengan skor 5, kenaikan muka air

laut masuk dalam kategori sedang dengan skor 3, tunggang pasang surut masuk dalam kategori kurang

rentan dengan skor 2, tinggi gelombang masuk dalam kategori sangat rentan dengan skor 5. Berdasarkan

analisis indeks kerentanan pesisir sebagai upaya penanggulangan abrasi diketahui bahwa tingkat

kerentanan di Pantai Anyer di kategorikan ke dalam rentan, dengan indeks kerentanan pesisir sebesar

20 berdasarkan parameter fisik kerentanan pesisir. Parameter kerentanan pesisir yang mempengaruhi

kerentanan di Pantai Anyer yang paling berpengaruh adalah parameter elevasi dan tinggi gelombang.

Kata kunci: indeks kerentanan pesisir, gelombang, garis pantai, geomorfologi.

1. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau

dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang sangat intensif yang

dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan,

pertambakan, pertanian, pertambangan, perikanan tangkap, pariwisata, dan sebagainya. Kebanyakan daerah atau kota

yang berada di daerah pantai berkembang dengan baik dan maju. Sebagai contoh kota-kota besar seperti Jakarta,

Semarang, Surabaya berada di daerah pantai.

Salah satu pantai yang cukup terkenal di daerah Banten Jawa Barat adalah Pantai Anyer yang sangat strategis untuk

dikunjungi oleh banyak orang terutama masyarakat Jakarta. Pantai Anyer, merupakan salah satu daerah tujuan wisata

yang diandalkan oleh pemerintah daerah Propinsi Banten. Namun di samping perkembangan pariwisata bahari ini,

petumbuhan industri di daerah ini juga cukup pesat. Di samping itu sub-sektor lain, seperti perikanan, baik tangkap

maupun budidaya, juga tidak ketinggalan untuk dikembangkan. Sehingga bagaimana kondisi lingkungan sumberdaya

alam, khususnya perairan yang ada selama ini.

Secara ekologis, wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan yang memiliki dua

macam batas yang ditinjau dari garis pantainya (coast line), yaitu batas yang sejajar dengan pantai (long shore) dan

batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore) (Dahuri et al., 2001). Wilayah pesisir tersebut akan

mencakup semua wilayah yang kearah daratan yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang berkaitan dengan laut

seperti pasang surut dan industri air laut, dan wilayah ke arah laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses yang

terjadi di daratan seperti sedimentsi dan aliran air tawar. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir di

definisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke arah laut

12 mil dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk kabupaten/kota

dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Page 2: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 212

ISBN: 978-602-60286-1-7

2. TINJAUAN PUSTAKA

Indeks Kerentanan Pesisir (Coastal Vulnerability Index)

Penelitian mengenai kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka air laut telah banyak dilakukan dengan menggunakan

beberapa metode yang berbeda-beda. Gornitz (1997) melakukan pembuatan database dan analisis kerentanan pesisir

menggunakan metode Coastal Vulnerability Index (CVI) dengan 7 variabel geologi dan proses fisik di wilayah

pesisir barat Amerika. Pendleton et al., (2004) melakukan analisis CVI menggunakan 6 variabel pada skala lokal di

daerah Cape Hatteras National Seashore (CAHA). Pendekatan CVI memberi keuntungan bagi para pembuat kebijakan

dan pengambil keputusan dalam menetapkan program pengelolaan yang tepat di suatu wilayah pantai yang mempunyai

tingkat kerentanan tertinggi terhadap dampak kenaikan muka laut. Perhitungan nilai skor indeks kerentanan

dilakukan berdasarkan orisinalitas konsep perhitngan nilai indeks kerentanan dalam metode CVI, yakni merupakan

akar dari perkalian tiap nilai bobot variabel dibagi jumlah variabel sebagai berikut:

CVI = √(𝐚×𝐛×𝐜×𝐝×𝐞×𝐟)

𝟔 (1)

Dimana CVI adalah nilai (skor) Indeks Kerentanan Pesisir. Variabel a,b,c,d,e, dan f adalah bobot variabel yang

berturut-turut yaitu geomorfologi, perubahan garis pantai, kemiringan pantai, rerata tinggi gelombang, rerata kisaran

pasang surut, dan laju perubahan paras laut (Kasim, 2012).

Penentuan skor untuk masing-masing variabel dan perhitungan Indeks Kerentanan Pesisir (CVI) yang digunakan

USGS yang mengacu dari penelitian Gornitz et al., (1997) dan Pendleton et al., (2005) di tunjukkan dalam tabel.

Tabel 1. Penentuan skor untuk CVI

No. Variabel

Tidak Kurang Sedang Rentan

Sangat

Rentan Rentan Rentan

1 2 3 4 5

1

Geomorfologi Bertebing Bertebing Bertebing Bangunan Penghalang

(a) tinggi

sedang,

pantai

berlekuk

rendah,

dataran

aluvial

pantai,

pantai,

estuari,

laguna

pantai,

pantai

berpasir,

berlumpur,

mangrove,

delta

2

Perubahan

garis pantai

(m/thn)

(b)

>20

Akresi

1,0 – 2,0

Akresi

+1 – (-1)

Stabil

-1 – (-2)

Abrasi

< -2,0

Abrasi

3 Elevasi (m)

(c) >30 20,1-30,0 10,1-20,0 5,1-10,1 0,0-5,0

4

Kenaikan

Muka Laut

relatif

(mm/thn)

(d)

<1,8 1,8-2,5 2,5-3,0 3,0-3,4 >3,4

5

Tunggang

Pasut Rata-

rata (m)

(e)

<1,0 1,0-2,0 2,0-4,0 4,0-6,0 >6,0

6

Tinggi

Gelombang

(f)

<0,55 0,55-0,85 0,85-1,05 1,05-1,25 >1,25

Page 3: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 213

ISBN: 978-602-60286-1-7

Parameter Kerentanan Pesisir

Kerentanan wilayah pesisir merupakan suatu kondisi dimana adanya peningkatan proses kerusakan di wilayah pesisir

yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti aktivitas manusia dan faktor dari alam. Berdasarkan penelitian Gornitz

(1997) dan Pendleton (2005) terdapat parameter- parameter yang mempengaruhi kerentanan pesisir yaitu variabel

geologi (geomorfologi, perubahan garis pantai dan elevasi) dan variabel proses fisik (kenaikan muka laut, tunggang

pasang surut, dan tinggi gelombang). Pada penelitian ini, parameter pesisir yang digunakan mengacu pada parameter

yang dikemukakan oleh Gornitz (1997) dan Pendleton (2005).

Geomorfologi

Geomorfologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi beserta aspek-aspek yang

mempengaruhinya (Noor, 2010). Pada dasarnya geomorfologi mempelajari bentuk bentang alam atau bentuk lahan.

Terkait dengan dampak kenaikan muka air laut, tipe bentuk lahan perlu diketahui untuk mengidentifikasikan ketahanan

atau resistensi suatu bagian pantai terhadap erosi dan akresi akibat kenaikan muka air laut (Pendleton et al., (2005)).

Perubahan Garis Pantai

Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dengan posisi tidak tetap dan dapat berpindah

sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi (Triatmodjo,1999). Garis pantai dapat berubah oleh

berbagai faktor, baik faktor alam maupun manusia. Perubahan garis pantai ini banyak dilakukan oleh aktivitas manusia

seperti pembukaan lahan, eksploitasi bahan galian di daratan pesisir yang dapat merubah keseimbangan garis pantai

melalui suplai muatan sedimen yang berlebihan (Tarigan, 2007).

Elevasi

Elevasi daerah pesisir mengacu kepada ukuran ketinggian pada daerah tertentu yang berada di atas permukaan laut

rata- rata (DEPTAN, 2006). Kajian mengenai elevasi pesisir sangat penting untuk di pelajari secara mendalam untuk

mengidentifikasikan dan mengestimasi luas daratan yang terancam oleh dampak kenaikan muka laut di masa yang

akan datang (Kumar et al., 2010).

Kenaikan Muka Air Laut

Kenaikan muka air laut merupakan bahaya yang banyak dikaji dalam isu perubahan iklim. Bahaya ini merupakan

akibat dari dua variabel utama, yaitu ekspansi atau kontraksi termal di laut dan efek dari pencairan sejumlah massa air

yang terkandung atau terperangkap dalam gunung es dan lapisan salju di sekitar kutub (Bappenas, 2010). Kenaikan

muka air laut secara global tentu saja akan mempengaruhi wilayah pesisir baik di indonesia maupun di dunia. Dampak

dari kenaikan muka air laut ini akan sangat dirasakan oleh negara-negara kepulauan seperti Indonesia.

Pasang Surut

Untuk mengetahui kondisi pasut di suatu perairan agar dapat diprediksi dengan akurasi yang baik maka diperlukan

data pengukuran sedikitnya 15 hari atau 30 hari selama 19 tahun. Pasang surut diperairan pantai merupakan pasut yang

menjalar dari laut terbuka/lepas (Pariwono, 1989).

Gelombang

Gelombang merupakan salah satu fenomena yang terdapat di laut yang dapat dilihat secara langsung. Menurut Pond

dan Pickard (1983), gelombang adalah suatu fenomena naik turunnya permukaan laut, dimana energinya bergerak dari

suatu wilayah pembentukan gelombang ke arah pantai. Salah satu faktor yang dapat membangkitkan gelombang adalah

angin. Philip (1957) dalam Holthuijsen (2007) menyebutkan bahwa saat permukaan air datar, maka keberadaan angin

akan menyebabkan tekanan turbulen pada permukaan air. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangkitan gelombang

adalah kecepatan angin, lamanya angin bertiup (durasi) pada satu arah dan fetch (jarak tanpa rintangan yang ditempuh

oleh angin tersebut selama bertiup dalam satu arah).

3. METODOLOGI

Pantai Anyer, Serang terletak di Lintang - 06º03’ LS dan Bujur 105º56’ BT dan terletak di Kecamatan Anyer

Kabupaten Serang Provinsi Banten berjarak 38 km dari pusat Kota Serang.

Page 4: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 214

ISBN: 978-602-60286-1-7

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang langsung bisa diperoleh

dari instansi- instansi pemerintah yang terkait. Adapun metode perolehan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara metode literatur yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara mengumpulkan,

mengidentifikasi dan mengolah data.

Adapun metode perolehan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara metode literatur yaitu suatu

metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara mengumpulkan, mengidentifikasi dan mengolah data.

Pengolahan data digunakan untuk mendapatkan nilai dari masing- masing parameter kerentanan pesisir terhadap

kenaikan muka laut. Parameter tersebut selanjutnya diberikan nilai untuk kemudian disatukan menjadi indeks

kerentanan pesisir dengan menggunakan persamaan Coastal Vulnerability Index (CVI) dari Gornitz (1997) dan

Pendleton (2005).

Pengolahan Data

Pengolahan data digunakan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing parameter kerentanan pesisir terhadap

kenaikan muka laut. Parameter tersebut selanjutnya diberikan nilai untuk kemudian disatukan menjadi indeks

kerentanan pesisir dengan menggunakan persamaan Coastal Vulnerability Index (CVI) dari Gornitz (1997) dan

Pendleton (2005).

Data Geomorfologi

Data yang diperlukan untuk mengidentifikasi kelas geomorfologi dapat diperoleh dari Peta Rupa Bumi Indonesia

(RBI) Badan Informasi Geospasial (BIG). Jenis data RBI yang digunakan adalah data land used (tata guna lahan)

dengan skala 1:25000. Peta tersebut selanjutnya dipindai (scan) sehingga diperoleh peta digital dengan format *.jpg.

Sebelum dilakukan pengolahan, peta tersebut dikoreksi terlebih dahulu dengan menggunakan program Global Mapper

9. Koreksi peta ini bertujuan agar memiliki koordinat yang tepat. Peta yang sudah dikoreksi tersebut selanjutnya

didigitasi sehingga didapatkan data tata guna lahan berupa air tawar, hutan rawa, pasir, semak/belukar, rawa,

rumput/tanah kosong, pemukiman, empang, tegalan, kebun, dan sawah irigasi.

1. Perubahan Garis Pantai

Perubahan garis pantai dapat diperoleh dengan menggunakan metode one line model yang merupakan model

sederhana (Zacharioudaki & Dominic, 2010) yang dikenal juga sebagai metode garis. Metode ini digunakan dalam

one line model untuk mendeskripsikan pergerakan garis pantai kontur tunggal terhadap respon gelombang yang

dikonversi dari kecepatan angin (Komar, 1984; Suntoyo, 1995). Keberadaan struktur pelindung seperti tanaman

bakau maupun revetment tidak dipertimbangkan dalam model ini.

2. Data Elevasi

Digital Elevation Model (DEM) merupakan salah satu model untuk menggambarkan bentuk topografi permukaan

bumi sehingga dapat divisualisasikan dalam bentuk 3 dimensi. Data elevasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data Global Digital Elevation Model (GDEM) turunan dari satelit ASTER. Cakupan data GDEM hampir

seluruh permukaan bumi dan mempunyai resolusi spasial yang cukup bagus yaitu 30 meter dengan akurasi

ketinggian 20 meter (ASTER GDEM, 2009). Data GDEM selanjutnya diolah dengan perangkat lunak Global

Mapper 9, untuk menentukan area of interest, kemudian dilakukan pengolahan data dengna menggunakan

perangkat lunak ArcGIS 9.3. Pengolahan GDEM untuk menghasilkan parameter elevasi, dimana nilai elevasi

tersebut kemudian diklasifikasikan sesuai dengan indeks kerentanan yang ditentukan oleh Gornitz (1991).

3. Data Kenaikan Muka Air Laut

Satelit altimetry Topex/Poseidon (T/P) dan Jason 1-Jason 2 merupakan satelit yang mempunyai misi untuk

mempelajari dinamika laut global dan fenomena pasang surut air laut. Data yang dihasilkan berformat Network

Common Data Form (NetCDF) menggunakan sistem grid berukuran 0,25º x 0,25º atau kurang lebih berukuran

27,8 x 27,8 km dengan cakupan seluruh dunia. Pengolahan data trend kenaikan muka air laut diawali dengan

mengekstrak data berformat NetCDF dengan menggunakan Ocean Data View (ODV) menjadi data berformat

teks pada area yang di inginkan. Data dengan format teks tersebut kemudian diinterpolasi dengan perangkat lunak

surfer 9. Interpolasi data ini dilakukan untuk mengisi kekosongan data. Ukuran spasial grid dalam menginterpolasi

disesuaikan dipotong (Cropping) sesuai dengan daerah kajian dan di ekspor menjadi data berformat *.xyz dengan

menggunakan Global Mapper 9. Proses terakhir untuk memasukkan nilai terdekat dengan sel garis pantai maka

dilakukan overlay dengan sel garis pantai dan proses digitasi dengan menggunakan Surfer 9.

Page 5: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 215

ISBN: 978-602-60286-1-7

4. Data Pasang Surut

Analisis pasang surut dilakukan untuk mendapatkan komponen-komponen penyusunan pasang surut yang

kemudian digunakan untuk meramal fluktuasi muka air pasang surut, yang kemudian digunakan untuk menentukan

elevasi-elevasi penting (acuan) untuk pengukuran ketinggian (elevasi) didarat maupun kedalaman perairan.

Perhitungan Pasang Surut dengan menggunakan Metode Admiralty. Peramalan gelombang dengan menggunakan

Metode Admiralty memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan Metode Doodson Rooster. Jika

menggunakan Metode Admiralty adalah sebagai berikut:

Didalam menentukan tipe pasang surut dengan menggunakan metode admiralty, terlebih dahulu ditentukan

parameter-parameter pasang surut antara lain S0, M2, S2, N2,K2, K1, O1, P1, M4, MS4. Dengan menggunakan

parameter- parameter hasil perhitungan maka dapat ditentukan nilai F (Formzahl) dimana nilai F inilah yang akan

dipakai untuk menentukan tipe pasang surut yang sudah terjadi.

𝐹 =𝐾1 (𝐴)+𝑂1 (𝐴)

𝑀2 (𝐴)+𝑆2 (𝐴) (2)

Dimana :

0 < F< 0.25 : Pasang Surut Semi Diural Murni

0.25 < F < 1.5 : Pasang Surut Campuran Semi Diural

1.5 < F < 3 : Pasang Surut Campuran Diural

F < 3.0 : Pasang Surut Diural Murni

Sedangkan penentuan elevasi muka air dilakukan dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :

𝐻𝐻𝑊𝐿 = 𝑆0 + 1.2(𝑀2 + 𝑆2 + 𝑁2 + 𝐾1 + 𝑂1) (3)

𝐿𝐿𝑊𝐿 = 𝑆0 + 1.2(𝑀2 + 𝑆2 + 𝑁2 + 𝐾1 + 𝑂1) (4)

5. Data Gelombang

Data gelombang didapat dengan cara melakukan Hindcasting. Hindcasting adalah salah satu cara peramalan

gelombang dengan melakukan pengolahan data angin berdasarkan kondisi/keadaan metereologi di masa yang telah

lewat (Subdit rawa dan Pantai, 1997 dalam Kadek Oka Mahendra, 2011). Objek gelombang yang akan diramal

merupakan gelombang laut dalam suatu perairan dan dibangkitkan oleh angin, yang merambat kearah pantai lalu

pecah beriringan dengan semakin dangkalnya perairan menuju ke pantai. Dari peramalan gelombang akan

menghasilkan data tinggi dan periode gelombang pada setiap data angin. Adapun data yang dibutuhkan dalam

peramalan gelombang berupa data angin rata-rata per jam yang dikonversi menjadi wind stress factor (Ua),

panjang fetch efektif dan lama hembus angin yang nantinya di plot ke dalam grafik peramalan gelombang.

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Geomorfologi

Pantai Anyer terletak di bibir laut Sunda, Banten terletak di lintang 6º 03’ LS dan 105º 56’ BT. Pantai memiliki pesisir

pantai yang panjang dan lebar, menghadap Selat Sunda. Dilihat dari morfologinya Pantai Anyer merupakan wilayah

yang bergelombang dan sepanjang sisi pantai banyak terdapat terumbu karang. Vegetasi lahan pada Pantai Anyer

umumnya berupa semak belukar dan pohon kelapa.

Gambar 1. Tampak lahan pantai Anyer terdapat pohon kelapa dan semak belukar

Sepanjang sisi Pantai Anyer ditempati oleh batu gamping koral; merupakan koloni koral dengan sedikit kepingan

cangkang moluska asal laut, berwarna putih kekuningan sampai kelabu, keras, berongga dengan permukaan sangat

Page 6: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 216

ISBN: 978-602-60286-1-7

kasar. Sepanjang sisi pantai sangat banyak di tempati oleh batu karang yang sangat kasar. Pada saat terjadi surut di

Pantai Anyer, maka kerakal, kerikil, pasir, batu karang, dominan pecahan koral dan cangkang moluska asal laut lepas

akan terlihat di sepanjang sisi pantai.

Gambar 2. Tampak kerakal, kerikil pada sisi pantai Anyer

Berdasarkan hasil pengamatan dan survei langsung ke lokasi penelitian, indeks kerentanan dari parameter

geomorfologi di sepanjnag pesisir Pantai Anyer yang dijadikan sebagai lokasi penelitian termasuk kategori rentan

dengan skor 4.

Gambar 3. Tampak sisi pantai Anyer di tempati batu karang

Kategori rentan memiliki luasan dataran aluvial (sawah irigasi, sawah tadah hujan, tegalan/ladang dan

kebun/perkebunan) yang lebih luas. Selain dataran aluvial, Pantai Anyer juga di tempati oleh bangunan pantai hunian

para penduduk, penginapan dan tempat rekreasi yang terlalu dekat dengan pantai.

Perubahan Garis Pantai

Perubahan garis pantai di Pantai Anyer termasuk dalam kelas kerentanan Rentan dengan skor 4, dimana laju rata- rata

perubahan garis pantai di Pantai Anyer sebesar -1,212 m/tahun. Perubahan garis pantai yang paling panjang terdapat

pada koordinat 6° 6'34,62 LS dan 105°52'47,88 BT sebesar -2,473 m/tahun, sedangkan perubahan garis pantai yang

paling pendek terdapat pada koordinat 6° 6'14,28 LS dan 105°52'52.27 BT sebesar -0,619 m/tahun. Perubahan garis

pantai di Pantai Anyer termasuk dalam kelas kerentanan. Garis berwarna merah menunjukkan garis pantai pada tahun

2000, sedangkan garis berwarna hijau merupakan garis pantai tahun 2014.

Page 7: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 217

ISBN: 978-602-60286-1-7

Gambar 4. Perubahan garis pantai di Pantai Anyer pada tahun 2000-2014

Gambar 5. Pengolahan citra landsat di Pantai Anyer

Pengurangan areal pantai (abrasi) disebabkan oleh arus dan gelombang. Faktor utama yang menentukan abrasi

terutama disebabkan oleh arah gelombang yang dominan serta arah arus pasang surut. Abrasi akan berlangsung dengan

cepat pada daerah pantai yang menghadap langsung dengan arah datangnya arus dan gelombang, dibandingkan dengan

pantai yang sejajar atau searah dengna datangnya gelombnag (Hermanto, 1986).

Elevasi

Elevasi dapat mempengaruhi seberapa luas genangan air laut yang diakibatkan oleh kenaikan muka air laut. Elevasi

pantai merupakan salah satu parameter untuk menentukan potensi terhadap genangan. Pada gambar yang telah diolah

memperlihatkan bahwa pesisir Anyer yang dijadikan sebagai lokasi analisis kerentanan termasuk ke dalam kelas

rentan dan sangan rentan berdasarkan parameter elevasi. Pesisir pantai Anyer merupakan daerah dengan elevasi yang

berkisar dari 0 sampai 8 meter. Oleh karena itu pesisir pantai Anyer termasuk kategori yang cenderung sangat rentan

dengan skor 5 terhadap kenaikan muka air laut.

Kenaikan Muka Air Laut

Pada gambar di bawah merupakan gambar dari kenaikan muka air laut relatif (mm/tahun) di perairan seluruh dunia

hasil dari pengolahan data satelit Topex/Poseidon (T/P), Jason 1 dan Jason 2.

Page 8: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 218

ISBN: 978-602-60286-1-7

Gambar 6. Kenaikan muka air laut perairan

Berdasarkan data pada gambar di atas kenaikan muka air laut di Pantai Anyer Serang, Banten berkisar antara 2,5

mm/tahun. Menurut Gornitz (1997) kenaikan muka air laut relatif 2,5 mm/tahun sampai 3,0 mm/tahun termasuk

kedalam kategori sedang dengan skor 3. Kenaikan muka air laut relatif mengindikasikan bagaimana pengaruh

kenaikan muka air laut terhadap suatu bagian dari garis pantai.

Tunggang Pasang Surut

Nilai rata-rata tunggang pasang surut mempunyai arti penting dalam kerentanan pesisir, dimana tunggang pasang surut

berkontribusi dalam penggenangan daerah pesisir. Gerakan pasang surut menyebabkan permukaan air laut senantiasa

berubah- ubah setiap saat. Nilai indeks kerentanan berdasarkan parameter tunggang pasang surut di Pantai Anyer

Serang, Banten termasuk kedalam kelas kurang rentan atau memperoleh skor 2, dimana rata-rata tunggang pasang

surut sebesar 1,367 m.

Gambar 7. Grafik pasang surut Pantai Anyer

Tinggi Gelombang

Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi. Besarnya tergantung dari besar energi

yang dihempaskan oleh gelombang sebelum pecah. Nilai tinggi gelombang dalam kerentanan pantai dapat

mempengaruhi perubahan garis pantai dan kondisi geomorfologi daerah tersebut. Selain itu, ketinggian gelombang

berkaitan dengan bahaya penggenangan air laut dan transport sedimen di pantai (Pendleton et al., 2005).

Page 9: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 219

ISBN: 978-602-60286-1-7

Berdasarkan data gelombang maksimum di Pantai Anyer dari Tahun 2010 s/d Tahun 2014 didapat gelombang

maksimum adalah arah 180º (South) 1,8 meter terjadi pada bulan April Tahun 2013. Dari data tinggi gelombang

maksimum di Pantai Anyer masuk dalam kelas sangat rentan dengan skor 5.

Gambar 8. Grafik gelombang maksimum di Pantai Anyer Serang, Banten

Kerentanan Wilayah Pesisir Pantai

Indeks kerentanan pesisir dapat pula digunakan sebagai indikator tingkat kerentanan. Tingkat kerentanan merupakan

suatu hal yang penting untuk diketahui karena dapat berpengaruh terhadap terjadinya bencana. Bencana baru akan

terjadi pada kondisi yang rentan. Pada hasil analisis terlihat tingkat kerentanan berdasarkan parameter Geomorfologi,

Perubahan Garis Pantai, Elevasi/Kemiringan, Kenaikan Muka Air Laut, Tunggang Pasang surut rata-rata, Tinggi

Gelombang. Pembagian kelas atau tingkat kerentanan didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gornitz et al.,

(1997); Pendleton et al., (2005).

Tabel 2. Hasil penentuan nilai parameter indeks kerentanan pesisir di Pantai Anyer

Pembagian kelas atau tingkat kerentanan didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Gornitz dan white (1990)

dimana CVI (Coastal Vulnerability Index) >33,0 termasuk dalam indeks kerentanan sangat rentan. Berdasarkan dari

pengolahan dan hasil analisis nilai CVI (Coastal Vulnerability Index) pada pesisir pantai Anyer sebesar 20 merupakan

nilai indeks kerentanan pesisir yang termasuk kedalam kategori rentan berdasarkan parameter kerentanan pesisir.

Parameter geomorfologi, perubahan garis pantai, elevasi, kenaikan muka air laut, tunggang pasang surut, dan tinggi

gelombang memiliki skor yg berbeda. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa parameter yang sangat

berpengaruh terhadap kerentanaan di Pantai Anyer adalah elevasi dan tinggi gelombang. Tinggi gelombang

dalam kerentanan pantai dapat mempengaruhi perubahan garis pantai dan kondisi geomorfologi pada daerah Pantai

Anyer. Elevasi antara 0 sampai 5 meter dan ketinggian rata-rata muka air laut memiliki resiko yang sangat rentan

Page 10: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 220

ISBN: 978-602-60286-1-7

terhadap kenaikan muka air laut. Sedangkan pantai yang sangat tidak rentan adalah pantai dengan elevasi lebih dari

30 meter (Gornitz, 1997).

5. PENUTUP

Kesimpulan

1. Pada hasil analisis kriteria kerentanan berdasarkan tabel penentuan skor dari Gornitz dengan parameter

geomorfologi masuk dalam kategori rentan dengan skor 4, perubahan garis pantai masuk dalam kategori rentan

dengan skor 4, elevasi masuk dalam kategori sangat rentan dengan skor 5, kenaikan muka air laut masuk dalam

kategori sedang dengan skor 3, tunggang pasang surut masuk dalam kategori kurang rentan dengan skor 2,

tinggi gelombang masuk dalam kategori sangat rentan dengan skor 5.

2. Berdasarkan analisis indeks kerentanan pesisir sebagai upaya penanggulangan abrasi diketahui bahwa tingkat

kerentanan di Pantai Anyer dikategorikan ke dalam rentan, dengan indeks kerentanan pesisir sebesar 20

berdasarkan parameter fisik kerentanan pesisir.

3. Parameter kerentanan pesisir yang mempengaruhi kerentanan di Pantai Anyer yang paling berpengaruh adalah

parameter elevasi dan tinggi gelombang.

4. Dari hasil survei lapangan dapat diketahui inventaris bangunan pelindung pantai di Pantai Anyer berupa

breakwater, groin di sekitar mercu suar Cikoneng Anyer, tanggul pantai.

5. Dengan indeks kerentanan pesisir sebesar 20 di Pantai Anyer sebagai upaya penanggulangan abrasi dapat

melakukan penambahan jalur hijau, membatasi jumlah bangunan pantai yang terlalu dekat dengan pantai Anyer.

Saran

Saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya adalah :

1. Menambahkan lokasi objek penelitian dan menambahkan panjang garis pantai yang ditinjau. Menambahkan

parameter yang berhubungan dengan kondisi demografi penduduk sekitar agar lebih mengetahui dampak

penanggulangan abrasi sekitar pantai terhadap kehidupan masyarakat.

2. Pada penelitian selanjutnya metode pemodelan garis pantai sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan data yang

ada.

3. Penggunaan data terbaru agar prediksi kerentanan lebih representatif dengan waktu penelitian.

4. Saran untuk data kenaikan muka air laut, sebaiknya menggunakan data primer.

5. Saran untuk lokasi penelitian adalah melestarikan jalur hijau pada sisi pantai Anyer dan membatasi bangunan

pantai yang terlalu dekat dengan pantai.

DAFTAR PUSTAKA

Dalrino dan Elvi Roza Syofyan. (2015). Kajian Terhadap Unjuk Kerja Bangunan Pengaman Pantai DenganPenerapan

Simulasi Numerik One Line Model . Poli Rekayasa, ISSN: 1858-3709.

Dahuri, R., J. Rais, S. P. Ginting, dan M. J. Sitepu. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan LautanSecara

terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta.

Eka Wahyuni, Sakka dan Samsu Arif. (2013). Analisis Kerentanan Pantai Di Kabupaten Takalar. 10.

Farid, A. 2008. Karakteristik Gelombang Pecah di Perairan Perak Surabaya. Embryo.5 (2): 128-132.

Global dengan Tekanan Pembahasan Pada Kenaikan Paras Laut dan Pengembangan Wilayah Pesisir.

PidatoPenerimaan Jabatan Guru Besar Luar Biasa Ilmu Oseanografi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gornitz, V. M. 1991. Global Coastal Hazards from Future Sea Level Rise. Palaeogeography,

Palaeoclimatology,Palaeoecology (Global and Planetary Change Section). 89: 379-398.

Gornitz, V. 1997. Global coastal hazards from future sea level rise. Palaeogeography. Palaeoclimatology.

Palaeoecology (Global and Planetary Change Section). Elsevier Science Publishers B.V, Amsterdam.

Hastuti, Amandangi W. 2012. Analisis Kerentanan Pesisir Terhadap Kenaikan Muka Laut Di Selatan Yogyakarta.

[Skripsi] Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kasim, F. 2011. Penilaian Kerentanan Pantai Menggunakan Metode Integrasi CVI MCA dan SIG, Studi KasusGaris

Pantai Pesisir Utara Indramayu. [Tesis] Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.

Kumar, T. S., R. S. Mahendra, S. Nayak, K. Radhakrishnan, dan K. C. Sahu. 2010.

Coastal Vulnerability Assessment for Orissa State, East Coast of India. Journal of Coastal Research. 26(3): 523-534.

Kurniadi, Arief. 2014. Analisis Dan Identifikasi Kerusakan Garis Pantai Di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten.

[Skripsi] Universitas Mercu Buana. Jakarta.

Noor, D. 2010. Geologi Lingkungan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Page 11: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 221

ISBN: 978-602-60286-1-7

Noor, D. 2011. Geologi untuk Perencanaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology (Global and Planetary Change Section). 89: 379-398.

Pendleton E.A, Thieler E. R, Williams S.J. 2004. Coastal Vulnerability Assessment of Cape Hatteras National

Seashore (CAHA) to Sea Level Rise. Open-File Report 2004, U.S. Department of the Interior dan U.S.

Geological Survey, Virginia.

Pendleton E.A, E. Robert T., S. Jeffress W. 2005. Coastal Vulnerability Assessment of Gateway National Recreation

Area (GATE) to Sea-Level Rise. Open-File Report 2004, U.S. Department of the Interior dan U.S. Geological

Survey, Virginia.

Pendleton E.A, Thieler E. R, William S. J. 2005. Coastal Vulnerability Assessment of National Park of American

Samoa to Sea- Level Rise. Open-File Report 2004, U.S. Department of the Interior dan U.S. Geological Survey,

Virginia.

Pond, S. dan G. L. Pickard.1983. Introductory Dynamical Oceanography, 2th edition. Pergammon Press. London.

Siregar, Faizal Kasim dan Vincentius P. (2012). Penilaian Kerentanan Pantai Menggunakan Metode Integrasi CVI-

MCA Studi Kasus Pantai IndraMayu. Forum Geografi, 10.

Soegiarto, A. 1991. Peranan Perairan Laut Indonesia Pada Isu Perubahan Iklim.

Sri Dewi Ramadhani, Silman Pongmanda dan Mukhsan P Hatta. (2013). Studi Kinerja Bangunan Groin Tanjung

Bunga. Jurnal Tugas Akhir, 15.

Stewart, R. H. 2006. Introduction to Physical Oceanography. Texas A & M University. Texas City.

Sulma, S. 2012. Kerentanan Pesisir Terhadap Kenaikan Muka Air Laut, Studi Kasus Surabaya dan Daerah

Sekitarnya. [Tesis] Sekolah Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok.

Supriharyono. “Perkembangan Pariwisata Pantai Ayer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dan Tantangannya”.

https://supriharyono.wordpress.com/2015/04/17/industrialisasi-versus perkembangan-pariwisata-di-propinsi-

banten-studi-kasus-kemungkinan-dampak- terhadap-perubahan-kualitas air-dan- antusiasme-wisatawan-ke-

pantai-anyer- kabupaten-serang/, 19 (Januari 2016)

Tarigan, M. S. 2007. Perubahan Garis Pantai di Wilayah Pesisir Perairan Cisadane, Provinsi Banten. Makaira

Sains. 11(1): 49-55.

Thieler E. R. and Erika S. Hammar-Klose. 2000. National Assessment of Coastal Vulnerability to Sea-Level Rise:

Preliminary Result for the U.S. Pacific

Coast, U.S. Geological Survey Woods Hole, Massachusetts.

Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Triatmodjo, B., dan Nizam. 2001. Studi Perencanaan Pelabuhan Glagah di Pantai Selatan Derah Istimewa

Yogyakarta. Forum Teknik. 25(1): 66-85

Page 12: KAJIAN INDEKS KERENTANAN PESISIR DI PANTAI ANYER …konteks.id/web/wp-content/uploads/2018/10/AR-25-330.pdfkenaikan muka air laut, rerata pasang surut, tinggi gelombang. Hasil perhitungan

AR - 222

ISBN: 978-602-60286-1-7

KONFERENSI NASIONAL TEKNIK SIPIL 12

(KoNTekS 12) Batam, 18 – 19 September 2018