Kerajaan sriwijaya

13
Kelompok 4 : SMA SANTO TARCISIUS DUMAI XI.IPS2

Transcript of Kerajaan sriwijaya

Kelompok 4 :

SMA SANTO TARCISIUS DUMAI

XI.IPS2

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang

pernah berdiri di pulau Sumatera dan banyak memberi

pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan

membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung

Malaya,Sumaters, jawa dan pesisir Kalimantan. Dalam

bahasa sanksekerta Sri berarti "bercahaya" atau "gemilang",

dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan", maka

nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-

gemilang". Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini

berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing,

menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan

tinggal selama 6 bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua

mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu

Prasati kedukan bukit di Palembang, bertarikh 682.

Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah

bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa

peperangan di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra

Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan

Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Pada

Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks

dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana

digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra

abad ke-7 sepertiPrasati Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk

memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra,

anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batu

menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan,

sementara Prasasti Bukit Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara

Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini menggunakan bahasa melayu

kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa indonesia modern. Sejak abad

ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan

ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti

berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau

Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara

menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi

alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu

menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur

di Kepulauan Nusantara.[

Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer,

Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung

negerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa

Kemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan pada

kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur

perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis

sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal

dagang, memungut cukai, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan

kekuasaanya.

Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah

melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara,

antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja,

Vietnam, dan Filipina.Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda,

menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan

perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal

yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan

dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.

Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan

nama Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana)

sekaligus sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam

catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang

kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang

tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh

Sriwijaya menjual barang barang produksinya sperti emas,

perak, gading, penyu, kemenyan, kapur barus, lada , dan

damara.

Faktor yang mempengaruhi itu antara lain

1. Letaknya strategis pada jalur perdagangan India-Cina

2. Sriwijaya telah menguasai Selat Malaka, Selat Sunda,

Semenanjung Malaya, dan Tanah Genting Kra sebagai

pusat perdagangan.

3. Hasil Bumi Sriwijaya dan sekitarnya sebagai mata

perdagangan yang berharga, terutama rempah rempah dan

emas yang tersedia banyak.

4. Armada lautnya kuat sehingga mampu menjalin hubungan

dan kerja sama dengan kerajaan India dan Cina.

5. Pendapatan Sriwijaya melimpah ruah yang berasal dari bea

cukai barang dagangan, bea cukai kapal asing melalui

bandarnya, upeti para pedagang dan raja taklukan, dan

hasil bumi serta hasil Perdagangan sendiri

Kerajaan Sriwijaya berkembang di pimpin oleh Balaputera

Pada saat Kerajaan Sriwijaya diperintah oleh marawijaya

Tunggawarman , putra dari Sri Sudamaniwarmadewa juga

telah menjalin hubungan dengan kerajaan Colamandala

(India Selatan). Hubungan itu semula baik namun melihat

perkembangan kerajaan Sriwijaya yang sangat pesat

menimbulkan iri hati dan dianggap menyaingi

perdagangan Kerajaan Colamandala, maka hubungan

baik itu menjadi retak. Ketegangan hubungan itu terjadi

ketika Kerajaan Colamandala diperintah oleh

Rajendracoladewa dan Sriwijaya diperintah oleh Sri

Sanggramawijayatunggawarman.

Pada tahun 1023 Sriwijaya dan Kedah diserang oleh

rajendracola, dan diulangi lagi serangan itu pada tahun

1030 sehingga raja Sriwijaya dapat ditawan. Hal itu

diterangkan oleh prasasti Raja Rajendracola di tanjore

(India Selatan). Menurut berita China, Kerajaan Sriwijaya

mengalami masa keruntuhan pada akhir abad ke 12. Hal

ini dikuatkan oleh kitab Sejarah Dinasti Sung, bahwa

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa factor-

faktor antara lain :

1. Berulang kali Kerajaan Sriwijaya diserang oleh kerajaan Colamandala

dari India dan juga adanya serangan dari kerajaan dari Pulau jawa sehingga

kekuasaannya semakin lemah.

2. Terdesak oleh perkembangan dari Kerajaan di Thailand yang terus

meluaskan pengaruhnya kea rah selatan (Semenanjung malaka) dan

pengaruh kerajaan Singasari yang menjalin hubungan dengan Kerajaan

melayu.

3. Karena Kerajaan Sriwijaya lemah, maka daerah-daerah taklukannya

perlahan-lahan melepaskan satu persatu.

4. Letak daerah Palembang yang makin jauh dari laut menyebabkan daerah

itu kurang strategis lagi bagi pusat perdagangan nasional maupun

internasional.

5. Mundurnya perekonomian dan perdagangan Kerajaan Sriwijaya karena

banyaknya Bandar-bandar penting sudha melepaskan diri dari pengaruh

kerajaan Sriwijaya

•Dapunta Hyan Srijayanasa (terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 Masehi dan Prasasti Talang Tuwo tahun 684 Masehi).•Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724 Masehi.•Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728 Masehi).•Wishnu (terdapat dalam Prasasti Ligor tahun 775 Masehi).•Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Masehi).•Balaputera Dewa (terdapat dalam Prasasti Nalanda tahun 860 Masehi).•Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 960 Masehi).•Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962 Masehi).•Sri Sudamaniwarmadewa (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi).•Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi).•Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Chola tahun 1044 Masehi)..

Peninggalan kerajaan sriwijayaCandi Muara Takus di Ibukota Sriwijaya

Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan Sriwijaya.