KERAGAAN MESIN PENGGERAK PERAHU … MENGENAI SRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan...
Transcript of KERAGAAN MESIN PENGGERAK PERAHU … MENGENAI SRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan...
KERAGAAN MESIN PENGGERAK PERAHU MOTOR TEMPEL
DI PPI PASAURAN, SERANG, BANTEN
SUKMADITTA PUTRI MIARTHA
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Mesin
Penggerak Perahu Motor Tempel Di PPI Pasauran, Serang, Banten adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2014
Sukmaditta Putri Miartha
NIM C44090033
ABSTRAK
SUKMADITTA PUTRI MIARTHA. Keragaan Mesin Penggerak Kapal Motor
Tempel di PPI Pasauran, Serang, Banten. Dibimbing oleh YOPI NOVITA dan
DENI ACHMAD SOEBOER.
Mesin motor tempel digunakan oleh sebagian besar nelayan tradisional
Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian tentang keragaan mesin motor
tempel. Penelitian ini dilakukan di PPI Pasauran, Serang, Banten. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bagian-bagian dari mesin motor tempel,
menghitung secara teoritis kecepatan yang sebaiknya digunakan perahu motor
tempel di PPI Pasauran, serta menghitung secara teoritis jumlah BBM rata-rata
yang dibutuhkan untuk setiap unit kapal per trip. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei. Analisis data dilakukan dengan cara
comparative-numeric antara motor tempel dan motor tempel poros panjang.
Motor tempel, terdiri dari sebuah motor, poros propeller, propeller, dan
karburator. Secara teoritis, kecepatan yang sebaiknya digunakan nelayan PPI
Pasauran untuk mengoperasikan perahu motor tempel dan motor tempel poros
panjang masing-masing sebesar 4,59-4,72 knot dan 4,04-4,27 knot. Jumlah bahan
bakar teoritis yang dibutuhkan untuk setiap unit kapal yang digerakan oleh motor
tempel jenis marine engine dan motor tempel poros panjang masing-masing
sebesar 40-60 liter per trip 6-12 liter.
Kata kunci: keragaan teknis, mesin motor tempel, PPI Pasauran
ABSTRACT
SUKMADITTA PUTRI MIARTHA. Technical Performances of Outboard Engine
in PPI Pasauran, Serang, Banten. Supervised by YOPI NOVITA and DENI
ACHMAD SOEBOER.
Outboard engine is used by the majority of fishermen in Indonesia.
Therefore, it is necessary to do research about performance of outboard engine.
This research is conducted in PPI Pasauran Serang Banten. The objectives of this
research to identify part of outboard engine, calculate with theorist method the
best speed for outboard vessel in PPI Pasauran, and to calculate with theorist
average amount of fuel that needed by outboard fishing vessel per trip in PPI
Pasauran. Data analysis is being done with comparative-numeric between marine
outboard engine and long shaft outboard engine. Outboard engine are consist of
motor, shaft of propeller, propeller, and carburetor. Best theorist speed that used
by PPI Pasauran Fishermen to operate marine engine outboard are 4,59-4,72 knot
and to operate long shaft outboard engine are 4,04-4,27 knot. Theorist amount of
fuel that needed by marine engine outboard fishing vessel are 40-60 liter per trip
and theorist amount of fuel that needed by long shaft outboard fishing vessel are
6-12 liter per trip.
Keywords: outboard engine, PPI Pasauran, technical performance
KERAGAAN MESIN PENGGERAK KAPAL MOTOR
TEMPEL DI PPI PASAURAN, SERANG, BANTEN
DEPARTEMEN PEMENFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
SUKMADITTA PUTRI MIARTHA
Judul Skripsi : Keragaan Mesin Penggerak Perahu Motor Tempel di PPI
Pasauran, Serang, Banten
Nama : Sukmaditta Putri Miartha
NIM : C44090033
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr Yopi Novita, SPi, MSi
Pembimbing I
Dr Deni Achmad Soeboer, SPi, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budy Wiryawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Keragaan
Mesin Penggerak Kapal Payang di PPI Pasauran, Serang, Banten” ini dapat
diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:
1. Dr. Yopi Novita, S.Pi, M.Si dan Deni Achmad Soeboer, S.Pi, M.Si selaku
dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan
motivasi.
2. Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku pembimbing akademik.
3. Ayah (Sunarto), Ibu (Sumiatun) dan adik-adik (Winda dann Farid) yang
senantiasa memberikan dorongan semangat, kasih sayang, restu dan doa.
4. Bapak Arjaya selaku Kepala TPI Pasauran beserta Ibu dan Aryati yang
membuka lebar pintu rumahnya untuk kami berteduh selama penelitian.
5. Bapak Jajuli dan Bapak Surya yang telah membantu kelancaran penelitian.
6. Yanti, Idem, Isna, Upeh, Lia, Tyas, Eka, Surini, Lia, Guntur, keluarga PSP
46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang terus menyemangati
penulis menyelesaikan skripsi.
7. Wenny, Dani, AT XIX dan keluarga besar Korps Sukarela PMI Unit 1 IPB
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu ada menghibur saat
penat dan menemani disaat susah dan senang.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Sukmaditta Putri Miartha
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat 2
Metode Penelitian 2
Jenis data 2
Pengumpulan data 3
Pengolahan data 3
Analisis data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Karakteristik Kapal Penangkap di PPI Pasauran 4
Motor Tempel 5
Bagian-bagian Mesin 6
Cara Kerja Mesin 8
Penggunaan Bahan Bakar 11
Motor Tempel Poros Panjang 12
Bagian-bagian Mesin 12
Cara Kerja Mesin 14
Penggunaan Bahan Bakar 17
Perbandingan Motor Tempel dan Motor Tempel Poros Panjang yang
digunakan di PPI Pasauran 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 22
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL
1 Dimensi perahu motor tempel di PPI Pasauran 5 2 Spesifikasi mesin motor tempel (Yamaha Enduro 25 PK) 7 3 Kecepatan perahu motor tempel berdasarkan nilai BHP/∆ 10 4 Kecepatan perahu motor tempel berdasarkan panjang kapal. 11 5 Jumlah bahan bakar mesin motor tempel 12 6 Spesifikasi motor tempel poros panjang (Yamaha 5 PK) 13 7 Kecepatan perahu motor tempel poros panjang berdasarkan nilai
BHP/∆ 15 8 Kecepatan perahu motor tempel poros panjang berdasarkan nilai L 16 9 Jumlah bahan bakar motor tempel poros panjang 18 10 Perbandingan motor tempel dan motor poros panjang yang digunakan
di PPI Pasauran 18
DAFTAR GAMBAR
1 Perahu yang menggunakan motor tempel 4 2 Perahu yang menggunakan motor tempel poros panjang 4 3 Bagian-bagian mesin motor tempel 6 4 Posisi tuas persneling 6 5 Karburator motor tempel 7 6 Propeller pada motor tempel 8 7 Sudut jatuh propeler pada motor tempel 8 8 Cara kerja mesin 2 tak 9
9 Kurva BHP/𝛥 ∼ v/√L motor tempel marine engine 9
10 Kurva BHP/𝛥 ∼ v motor tempel 10 11 Tangki BBM motor tempel 11 12 Motor Tempel Poros Panjang 13 13 Propeller motor poros panjang 13 14 Sudut jatuh poros propeller motor tempel poros panjang 14 15 Cara kerja mesin 4 tak 14
16 Kurva BHP/𝛥 ∼ v/√L motor tempel poros panjang 15
17 Kurva BHP/𝛥 ∼ v motor tempel poros panjang 16 18 Tangki bahan bakar motor tempel poros panjang 17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta Lokasi Penelitian 22
2 Kurva 𝐵𝐻𝑃∆~𝑉𝐿 23
3 Contoh Perhitungan 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Motor penggerak adalah suatu mesin yang mengubah tenaga kimia bahan
bakar menjadi tenaga panas (kalor) dengan jalan pembakaran. Panas tersebut
selanjutnya diubah menjadi tenaga mekanik (Daryanto 2011). Salah satu
kegunaan motor penggerak pada kapal adalah sebagai mesin penggerak kapal.
Berdasarkan posisi peletakkan di atas kapal, mesin penggerak kapal terdiri dari
inboard engine dan outboard engine. Outboard engine adalah mesin penggerak
kapal yang dipasang di luar ruang, yang biasanya dipasang di atas dek kapal.
Adapun inboard engine adalah mesin penggerak kapal yang dipasang di dalam
suatu ruang, biasanya dipasang di dalam ruang mesin yang terdapat di bawah
lantai dek kapal. Menurut KKP (2011), dalam periode tahun 2007 - 2011, jumlah
kapal penangkap ikan yang menggunakan outboard engine meningkat rata-rata
6,26% per tahun, yaitu dari 185.509 unit pada tahun 2007 meningkat menjadi
232.390 unit pada tahun 2011.
Kondisi saat ini, mesin penggerak kapal jenis outboard engine yang
digunakan ada dua jenis, yaitu mesin motor tempel jenis marine engine dan motor
hasil modifikasi dari mesin darat. Mesin darat yang digunakan adalah mesin
serbaguna yang kemudian dimodifikasi dengan memasangkan poros yang panjang
untuk menghubungkan mesin dengan baling-baling. Mesin modifikasi ini sering
disebut sebagai motor tempel poros panjang. Mayoritas nelayan tradisional
Indonesia menggunakan mesin poros panjang sebagai tenaga penggerak kapal.
Hal ini disebabkan karena harganya relatif murah dibanding dengan mesin marine
engine. Selain itu, pengadaan sparepart dan perawatan mesinnya lebih mudah.
PPI Pasauran adalah salah satu tempat pendaratan ikan di Provinsi Banten,
yang tipikal nelayannya adalah nelayan tradisional, karena perahu-perahu nelayan
yang digunakan masih berukuran kecil dan sederhana. Mengacu pada hasil kajian
Agristianti (2013), diketahui bahwa dimensi perahu nelayan di PPI Pasauran
memiliki kisaran LOA antara 3,43 – 8,84 meter. Seluruh perahu nelayan tersebut
dilengkapi dengan mesin penggerak kapal jenis outboard engine.
Berdasarkan data statistik DKP Serang (2009), alat tangkap yang digunakan
oleh nelayan Kabupaten Serang didominasi oleh alat tangkap payang dan pancing.
Ada sekitar 40% nelayan Kabupaten Serang menggunakan alat tangkap payang
dan sekitar 30% menggunakan alat tangkap pancing, sedangkan 30% sisanya
menggunakan jaring angkat, jaring insang, dan jaring klitik. Khususnya di PPI
Pasauran, dari total 80 unit perahu hampir 70% nelayannya menggunakan alat
tangkap payang. Banyak kejadian yang menimpa nelayan tradisional di PPI
Pasauran, pada saat melakukan operasi penangkapan ikan mengalami kehabisan
bahan bakar.
Berdasarkan pemaparan di atas, kajian tentang performa antara outboard
engine jenis motor tempel dan outboard engine jenis mesin poros panjang perlu
dilakukan. Kajian ini dilakukan karena kedua jenis mesin tersebut banyak
digunakan juga oleh sebagian besar nelayan tradisional Indonesia.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan bagian-bagian dari mesin motor tempel marine engine dan
motor tempel poros panjang.
2. Menghitung secara teoritis kecepatan yang sebaiknya digunakan motor
tempel jenis marine engine dan motor tempel jenis poros panjang.
3. Menghitung secara teoritis jumlah BBM rata-rata yang dibutuhkan untuk
setiap unit kapal yang digerakan oleh motor tempel jenis marine engine dan
motor tempel jenis poros panjang.
Manfaat Penelitian
Diharapkan, dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran tentang performa
antara motor tempel dan motor tempel poros panjang dan informasi tentang
penggunaan bahan bakar.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pasauran,
Kabupaten Serang. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2012 hingga Agustus
2013.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari roll meter, penggaris,
busur derajat, tali berpendulum, dan water pass. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah motor tempel merk Yamaha Enduro 25 PK, motor tempel
poros panjang merk Yamaha 5 PK, dan perahu motor tempel di PPI Pasauran.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei yang dilakukan di
lapang, yaitu di PPI Pasauran, Kabupaten Serang, Banten. Survei dilakukan
terhadap seluruh perahu nelayan di PPI Pasauran yang menggunakan outboard
engine jenis marine engine atau outboard engine jenis mesin poros panjang.
Jenis data
Data yang yang dikumpulkan terdiri dari: bagian-bagian konstruksi mesin,
ukuran dimensi mesin, jumlah bahan bakar yang dibawa per kapal per trip, jenis
bahan bakar yang digunakan, kekuatan mesin kapal, lama trip, cara kerja mesin
3
dan, dimensi utama kapal (meliputi panjang kapal [LOA], lebar kapal [Breadth/B]
dan tinggi kapal [Depth/D]).
Pengumpulan data
Beberapa data dikumpulkan dengan cara pengamatan dan pengukuran
langsung di lapang, seperti bagian-bagian mesin penggerak kapal, dimensi utama
kapal. Selain itu, ada pula data yang diperoleh melalui wawancara dengan nelayan,
seperti data jumlah bahan bakar yang dibawa per kapal per trip, jenis bahan
bakar yang digunakan, kekuatan mesin kapal, dan lama trip. Khusus untuk
memperoleh informasi tentang mekanisme kerja mesin, dilakukan dengan cara
studi literatur.
Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan cara tabulasi dan grafik. Data
dikelompokan berdasarkan dimensi kapal dan kemudian dikelompokkan
berdasarkan jenis mesin penggerak kapal. Dalam pengolahan data, untuk mencari
kecepatan berdasarkan panjang badan kapal digunakan perbandingan kecepatan
dan panjang kapal (speed length ratio), yang ditulis dalam persamaan:
𝐯
√𝐋 …….. (1)
Keterangan:
v : kecepatan kapal (knot)
L : panjang kapal (m)
Kemudian untuk mencari kecepatan perahu dari nilai BHP digunakan kurva BHP
∆~
v
√L (Lampiran 2) (Nomura dan Yamazaki 1977). Dalam pengolahan data
digunakan pula perhitungan kebutuhan bahan bakar. Adapun perhitungannya
menurut Fyson (1985), adalah sebagai berikut:
VBBM = FC × BHP × n
𝜌 ............ (2)
Keterangan:
VBBM : Volume/jumlah BBM yang dibutuhkan kapal (liter)
FC : konsumsi bahan bakar dari mesin (0,19 kg/HP/jam)
BHP : kekuatan mesin (HP)
n : lama trip (jam)
𝜌 : densitas bensin (747,5 kg/m3= 0,75 kg/liter)
Analisis data
Analisis data dilakukan dengan cara comparative-numeric antara motor tempel
dengan motor tempel poros panjang.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kapal Penangkap di PPI Pasauran
Total jumlah armada penangkap ikan di PPI Pasauran yaitu sebanyak 80
perahu. Perahu motor tempel yang menggunakan mesin motor tempel jenis
marine engine (Gambar 1) sebanyak 66,25 % (53 unit perahu) dan perahu motor
tempel yang menggunakan menggunakan motor tempel jenis poros panjang
(Gambar 2) sebanyak 33,75% (27 unit perahu). Untuk selanjutnya, motor tempel
jenis marine engine disebut motor tempel, sedangkan motor tempel jenis poros
panjang disebut motor tempel poros panjang.
Gambar 1 Perahu yang menggunakan motor tempel
Gambar 2 Perahu yang menggunakan motor tempel poros panjang
Pada Tabel 1 disajikan jumlah perahu nelayan di PPI Pasauran berdasarkan
kelompok dimensi kapal dan jenis mesin penggerak kapal.
5
Tabel 1 menunjukan adanya kecenderungan penggunaan mesin pada selang
L/B tertentu. Pada selang L/B 2,71–3,70 dan 3,71–4,70 perahu di PPI Pasauran
cenderung menggunakan motor tempel dengan daya 25 PK, sedangkan pada
selang 4,71 hingga 9,70 nelayan cenderung menggunakan motor tempel poros
panjang dengan daya 5 PK.
Perahu nelayan yang dilengkapi dengan motor tempel digunakan untuk
mengoperasikan alat tangkap payang dan pancing, dengan alat tangkap utama
yang digunakan adalah payang. Adapun alat tangkap pancing digunakan pada saat
tidak ditemukan gerombolan ikan. Lain halnya dengan perahu nelayan yang
dilengkapi dengan motor tempel poros panjang, digunakan untuk mengoperasikan
alat tangkap gillnet hanyut atau alat tangkap pancing. Menurut Siddharta (2004),
jaring payang nelayan PPI Pasauran memiliki panjang tali selambar 100-150 m,
tali ris atas 25-30 m, tali ris bawah 20-25 m, sayap 90-108 mesh dengan mesh size
250 mm, badan jaring 36-40 mesh dengan mesh size 50-250 mm, kantong 250
mesh dengan mesh size 10 mm.
Waktu tempuh dari fishing base ke fishing ground untuk perahu dengan
mesin motor tempel kurang lebih selama 2 jam dengan jarak sekitar 10 mil laut.
Sebagian besar nelayan perahu motor tempel melakukan operasi penangkapan di
rumpon. Adapun rumpon tersebut adalah milik dari masing-masing pemilik kapal,
namun ada juga yang melakukan operasi penangkapan hingga ke Anyer dan
Karangbolong. Waktu tempuh perjalanan dari fishing base ke fishing ground
untuk perahu yang menggunakan motor tempel poros panjang kurang lebih 1,5
jam dengan jarak kurang lebih sekitar 6 mil laut.
Motor Tempel
Motor tempel umumnya adalah merupakan jenis motor 2 tak. Karakteristik
motor tempel menurut Soenarta dan Furuhama (1995), yaitu mudah dalam
pemasangan dan pelepasan pada kapal juga mudah untuk dioperasikan. Motor
tempel yang digunakan nelayan PPI Pasauran adalah Yamaha Enduro dengan
kekuatan 25 PK.
Tabel 1 Dimensi perahu motor tempel di PPI Pasauran
Kelompok
Kelas
Selang
L/B (m)
Kisaran dimensi kapal (m) Tenaga penggerak Jumlah
(unit) L B D Daya
(PK) Jenis
A 1 2,71 - 3,70 6,57 - 7,07 1,90 - 2,60 0,41 - 0,49 25 Marine Engine 49
2 3,71 - 4,70 6,62 - 7,04 1,65 - 1,86 0,43 - 0,46 25 Marine Engine 4
B
1 4,71 - 5,70 2,92 - 4,25 0,54 - 0,75 0,23 - 0,35 5-5,5 Poros panjang 5
2 5,71 - 6,70 3,80 - 6,31 0,58 - 1,02 0,24 - 0,42 5-5,5 Poros panjang 9
3 6,71 - 7,70 4,39 - 6,77 0,64 - 0,90 0,24 - 0,57 5-5,5 Poros panjang 8
4 7,71 - 8,70 6,05 - 6,72 0,74 - 0,86 0,38 - 0,49 5 Poros panjang 3
5 8,71 - 9,70 6,25 - 6,34 0,67 - 0,69 0,39 - 0,40 5 Poros panjang 2
6
Bagian-bagian Mesin
Menurut Soenarta dan Furuhama (1995), motor tempel terdiri dari sebuah
motor, poros pengerak, gigi reduksi, poros propeller dan propeller. Pada sebuah
motor tempel terdapat pula karburator, poros engkol, torak, serta silinder. Bagian-
bagian mesin motor tempel ditampilkan pada Gambar 3.
Motor tempel ini juga dilengkapi stang pada sisi kanan mesin yang
berfungsi sebagai kemudi dan handle gas. Pada saat stang diarahkan ke kanan
maka haluan perahu akan bergerak ke arah kiri dan apabila stang diarahkan ke kiri
maka haluan perahu akan bergerak ke arah kanan. Pengaturan kecepatan pada
motor tempel ini prinsipnya sama dengan pengaturan kecepatan pada sepeda
motor jika handle gas diputar ke bawah maka kecepatan akan bertambah.
Gambar 3 Bagian-bagian mesin motor tempel, digambar ulang
dari Soenarta dan Furuhama (1995)
Gambar 4 Posisi tuas persneling
7
Pada sisi kiri mesin terdapat tuas persneling yang berfungsi untuk mengatur
arah maju atau mundurnya kapal (Gambar 4). Apabila tuas persneling ditarik ke
depan maka perahu akan bergerak maju. Sebaliknya, apabila tuas diarahkan ke
belakang maka perahu akan bergerak mundur.
Pada penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap beberapa komponen
pada motor tempel, namun ada beberapa komponen lain yang tidak dapat diukur
karena sulit dilakukan pengukuran. Hal ini disebabkan karena tidak mungkin
melakukan pembongkaran mesin. Spesifikasi mesin penggerak Yamaha Enduro
25 PK hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.
Karburator motor tempel memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi
berturut-turut 7,5 cm, 9 cm dan 9 cm (Gambar 5). Menurut Daryanto (2011),
karburator berfungsi sebagai tempat pencampuran bensin dan udara sehingga
terjadi pengabutan yang halus. Karburator juga bertugas untuk mengatur jumlah
campuran yang masuk pada motor serta membentuk perbandingan campuran yang
sesuai sehingga mengakibatkan daya motor tinggi dan pemakaian bahan bakar irit.
Tabel 2 Spesifikasi mesin motor tempel (Yamaha Enduro 25 PK)
No. Spesifikasi Ukuran/
keterangan No. Spesifikasi
Ukuran/
keterangan
1 Diameter stater 15 cm 9
Diameter
propeler 25,3 cm
2 Tali penarik stater 150 cm
3 Jumlah blade 3 buah 10 Panjang blade 9 cm
4 Diameter hub 7,3 cm 11 Lebar blade 10 cm
5 Sudut jatuh poros
propeler + 5o 12 Panjang stang 34,5 cm
6
Poros Penggerak
Panjang
Diameter
73,5 cm
-
13
Poros propeler
Panjang
Diameter
22 cm
- cm
8
Blok
Panjang
Lebar
Tebal
24 cm
14 cm
5 cm
15
Mesin
Panjang
Lebar
Tebal
37,5 cm
35 cm
27 cm
Gambar 5 Karburator motor tempel
8
Motor tempel memiliki propeller dengan diameter 16.7 cm, 3 buah blade,
panjang dan lebar blade masing-masing 9 cm dan 10 cm, dan diameter hub 7,3 cm
(Gambar 6). Felanie (2004) menyebutkan bahwa propelller motor Yamaha 25 PK
memiliki jarak ujung ekstrim terhadap garis generator (skew) sebesar 25o dan rake
(posisi permukaan daun yang condong pada axis propeller) sebesar 29o, serta
memiliki bentuk daun bertipe headgear.
Sudut jatuh poros horizontal (poros propeller) pada motor tempel adalah
sebesar +5o. Ilustrasi sudut jatuh propeller pada motor tempel disajikan pada
Gambar 7.
Tanda plus (+) di depan angka lima menyatakan bahwa sudut jatuh baling-
baling sebesar 5o terhadap garis rataan air ke arah atas (Gambar 7). Namun pada
saat melakukan pengoperasian, sudut jatuh poros propeller pada motor tempel
sebesar 0o. Perbedaan tersebut terjadi kakena pengukuran yang dilakukan pada
saat kapal tidak sedang melakukan operasi penangkapan ikan dan mesin kapal
pada posisi trim.
Cara Kerja Mesin
Menurut Daryanto (2011) motor 2 tak adalah motor yang memerlukan 2 kali
langkah torak (1 putaran poros engkol) untuk menghasilkan 1 kali usaha. Proses
motor 2 tak yaitu sebagai berikut, langkah pertama (upstroke) torak bergerak dari
titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), terjadi pemampatan bahan
bakar dan udara, setelah torak dekat dengan TMA, pembakaran dimulai.
Gambar 6 Propeller pada motor tempel
Gambar 7 Sudut jatuh propeler pada motor tempel
9
Bersamaan campuran bahan bakar dan udara baru masuk ke ruang engkol melalui
saluran masuk. Langkah kedua, torak bergerak dari TMA ke TMB (downstroke).
Tekanan akibat pembakaran yang dihasilkan bahan bakar yang dikompresi dan
percikan api dari busi akan mendorong torak ke TMB, kemudian saluran buang
terbuka, lalu gas bekas terbuang dan didorong gas baru (pembilasan). Pada saat
yang bersamaan dengan langkah tersebut campuran bahan bakar dan udara di
ruang engkol tertekan dan akan naik ke ruang atas torak melalui saluran bilas.
Ilustrasi cara kerja mesin 2 tak disajikan pada Gambar 8.
Carakerja mesin 2 tak ini memberikan resiko bertumpuknya sisa
pembakaran di ruang pembakaran. Apabila sisa pembakaran akibat pembekaran
yang tidak sempurna menumpuk, maka akan terjadi inefisiensi kerja mesin. Oleh
karena itu, motor tempel memerlukan perawatan lebih ekstra, terutama dalam
pembersihan sisa pembakaran pada ruang pembakaran dan saluran pembuangan.
Menurut hasil kajian Felanie (2004), gaya dorong pada mesin Yamaha
Enduro 25 PK terjadi akibat adanya perpindahan massa air dari depan ke belakang
propeller. Jika perpindahan masa air semakin cepat, maka aliran air akibat
desakan massa air - masa air dari depan ke belakang akan semakin meningkat,
sehingga kecepatan air akan bertambah.
Hasil analisa terhadap ukuran mesin, ton displacement kapal, dan dimensi
utama kapal pada motor tempel dengan menggunakan kurva BHP/∆~v/√L
diketahui nilai BHP/𝛥 pada pada perahu (Gambar 9).
Gambar 8 Cara kerja mesin 2 tak, digambar ulang dari motormobile.net (2013)
Gambar 9 Kurva BHP/𝛥 ∼ v/√L motor tempel marine engine
10
Kemudian dari hasil analisa tersebut didapat nilai kecepatan kapal
berdasarkan ukuran daya mesin kapal (BHP). Tabel 3 menunjukan kecepatan
perahu motor tempel marine engine berdasarkan pengelompokan dari nilai.
BHP/∆.
Pada Tabel 3 terdapat beberapa tipe nilai kecepatan berdasarkan BHP mesin
berkisar yaitu tipe fair, good, dan fine. Berdasarkan nilai BHP/∆ kecepatan yang
sebaiknya digunakan adalah tipe fine yaitu sebesar 4,59 knot.
Perbandingan kecepatan dengan BHP/∆ secara keseluruhan disajikan pada
Gambar 10.
Gambar 10 Kurva BHP/𝛥 ∼ v motor tempel
Pada Gambar 10 terlihat bahwa semakin besar nilai BHP/𝛥 maka semakin
besar pula kecepatannya. Rata-rata kecepatan fair, good, dan fine masing masing
adalah 3,53 knot, 4,09 knot dan 4,59 knot.
Nilai V
√L (speed length ratio) merupakan perbandingan nilai kecepatan kapal
dengan panjang kapal. Nomura dan Yamazaki (1977) menyebutkan batasan
kecepatan kapal sehubungan dengan nilai speed length rasio. Suatu kapal
memiliki kecepatan normal jika speed length ratio-nya 1,811, serta memiliki
kecepatan kecepatan rendah dan tinggi sebuah kapal memiliki speed length ratio
sebesar 1,448 dan 2,173. Adapun untuk kapal dengan bentuk khusus dan
3.003.203.403.603.804.004.204.404.604.805.00
4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0
v
BHP/𝛥
fair good fine
Tabel 3 Kecepatan perahu motor tempel berdasarkan nilai BHP/∆
V (knot)
fair good fine fair good fine
4,7 - 5,3 1,17 1,38 1,57 3,20 3,78 4,30 5,4 - 6,0 1,26 1,46 1,63 3,43 3,98 4,43 6,1 - 6,7 1,30 1,50 1,69 3,49 4,03 4,52 6,8 - 7,4 1,34 1,54 1,72 3,60 4,14 4,63 7,5 - 8,1 1,37 1,58 1,78 3,70 4,26 4,79 8,2 - 8,8 1,41 1,64 1,84 3,74 4,35 4,88
Rata-rata 1,31 1,52 1,70 3,53 4,09 4,59
11
menggunakan mesin dengan tenaga berlebih memiliki speed length ratio ∼ 2,716.
Tabel 4 menunjukan nilai kecepatan perahu motor tempel marine engine
berdasarkan panjang kapal.
Tabel 4 menunjukan kecepatan rata-rata yang dapat digunakan nelayan PPI
pasauran yang menggunakan motor tempel adalah sebesar 3,62 knot utuk
kecepatan rendah, 4,72 knot untuk kecepatan normal, dan 5,70 knot untuk
kecepatan tinggi. Kecepatan yang baik digunakan untuk operasi penangkapan ikan
adalah kecepatan normal yaitu sebesar 4,72 knot. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan perhitungan kecepatan menggunakan kurva BHP/∆~v/√L yaitu kecepatan
yang baik digunakan sebesar 4,59 knot.
.
Penggunaan Bahan Bakar
Motor tempel yang digunakan oleh nelayan di PPI Pasauran mengunakan
tangki bahan bakar yang terpisah dari mesinnya. Tangki bahan bakar tersebut
terbuat dari bahan plastik dan memiliki ukuran panjang, lebar dan tinggi adalah
masing-masing 46 cm, 32 cm dan 24 cm. Penyaluran bahan bakar dari tangki ke
mesin menggunakan selang yang panjangnya 177 cm dengan diameter selang
sebesar 1,3 cm. Tangki BBM dan selangnya disajikan pada Gambar 11.
Sebagaimana dijelaskan di awal, bahan bakar yang digunakan oleh motor
tempel Yamaha Enduro 25 PK adalah bensin yang dicampur dengan oli. Menurut
Daryanto (2011), salah satu sifat yang menonjol pada motor 2 tak adalah adanya
Gambar 11 Tangki BBM motor tempel
Tabel 4 Kecepatan perahu motor tempel berdasarkan panjang kapal.
Kelas Selang L
(meter) Rata-rata
L (meter)
Perhitungan
kecepatan normal V (knot)
rendah normal tinggi
1 6,98-7,07 7,0 1,811×√7,0 = 4,80 3,83 4,80 5,75
2 7,08-7,17 7,1 1,811×√7,1 = 4,84 3,87 4,84 5,80
3 7,18-7,27 7,2 1,811×√7,2 = 4,87 3,89 4,87 5,84
4 7,28-7,37 7,3 1,811×√7,3 = 4,90 3,92 4,90 5,88
5 7,38-7,47 7,4 1,811×√7,4 = 4,93 3,94 4,93 5,91
6 7,48-7,57 7,5 1,811×√7,5 = 4,96 3,97 4,96 5,95
Rata – rata 3,62 4,72 5,70
12
pencampuran oli dengan bahan bakar. Perbandingan yang digunakan oleh nelayan
PPI Pasauran dalam mencampur oli dengan bensin adalah 1:40. Jumlah
perbandingan oli dengan bahan bakar yang digunakan nelayan PPI Pasauran
didapat secara turun temurun. Namun, berdasarkan manual book Yamaha Motor
Corporation (2006) mesin Yamaha 25 PK perbandingan oli dan bensin yang
digunakan adalah sebesar 1:25. Terdapat perbedaan yang sangat jauh antara
perbandingan oli dan bensin yang biasa dibawa nelayan dengan perbandingan oli
dan bensin pada manual book. Hal ini akan menyebabkan kurangnya pelumasanan
pada mesin, sehingga gesekan pada mesin semakin besar dan mesin akan cepat
panas, pada akhirnya akan meperpendek umur teknis mesin.
Pada Tabel 5 disajikan jumlah bensin yang biasa dibawa oleh nelayan per
trip operasi dan jumlah bensin yang seharusnya dibawa oleh nelayan berdasarkan
estimasi rumus.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa lama trip tidak berpengaruh terhadap jumlah
bahan bakar eksisting nelayan PPI Pasauran. Seluruh kapal membawa bahan bakar
sebanyak 20 liter untuk tiap tripnya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara
jumlah bahan bakar estimasi rumus dengan jumlah bahan bakar yang biasa dibawa
nelayan PPI Pasauran. Jumlah bahan bakar yang biasa dibawa nelayan PPI
Pasauran tidak lebih dari 50% dari jumlah bahan bakar estimasi. Akan tetapi
perbedaan tersebut tidak berpengaruh terhadap operasi penangkapan ikan yang
dilakukan. Hal ini disebabkan nelayan PPI Pasauran sudah mempunyai DPI yang
pasti (rumpon), sehinga nelayan PPI Pasauran dapat membuat perkiraan bahan
bakar yang dibawa untuk operasi penangkapan ikan.
Motor Tempel Poros Panjang
Bagian-bagian Mesin
Motor tempel poros panjang yang digunakan di PPI Pasauran adalah motor
Yamaha 5 PK. Motor tempel poros panjang merupakan mesin yang digunakan
untuk kebutuhan di darat yang kemudian dimodifikasi dengan menambahkan
poros yang panjang untuk dapat digunakan sebagai penggerak kapal.
Tabel 5 Jumlah bahan bakar mesin motor tempel
Kelas Selang
Lpp (m)
Rata-rata
lamanya trip
(jam)
Jumlah bahan bakar
Eksisting (liter) Estimasi (liter)
1 6,98-7,07 10 20 50,8
2 7.08-7,17 8 20 44,5
3 7,18-7,27 9,5 20 49
4 7,28-7,37 9 20 40,7
5 7,38-7,47 11,67 20 50,8
6 7,48-7,57 13,33 20 60,5
13
Sama seperti mesin pada umumnya, motor tempel poros panjang memiliki
blok, mesin, filter udara, karburator, poros propeller dan propeller. Spesifikasi
motor tempel poros panjang Yamaha 5 PK ditampilkan pada Tabel 6.
Motor tempel poros panjang memiliki propeller dengan diameter 15,83 cm,
2 buah blade, panjang dan lebar blade masing-masing 6,7 cm dan 6,7 cm, dan
diameter hub 2,43 cm (Gambar 14).
Motor tempel Yamaha 5 PK memiliki poros propeller dengan panjang 259
cm dan diameter 56 mm, 46 mm dan 12 mm (Gambar 13). Berdasarkan hasil
perhitungan diketahui sudut jatuh poros propeller sebesar -21,59o (Gambar 13).
Tanda minus (-) di depan angka 21,59o menyatakan bahwa sudut jatuh baling-
baling sebesar 21,59o terhadap garis rata air ke arah bawah.
Tabel 6 Spesifikasi motor tempel poros panjang (Yamaha 5 PK)
No. Spesifikasi Ukuran/
keterangan No. Spesifikasi
Ukuran/
keterangan
1 Jumlah blade 2 buah 7 Diameter baling-baling 15,83 cm 2 Panjang blade 6,7 cm 8 Lebar blade 6,7 cm 3 Diameter hub 2,43 cm 9 Diameter stater 14 cm 4 Diameter poros 1,2 cm 10 Panjang poros propeller 259 cm 5 Langkah kerja 4 tak 11 Sudut jatuh propeller -21,56o
6
Blok Panjang Lebar Tebal
19 cm 24 cm 14,5 cm
12
Filter Udara Panjang Lebar Tebal
15 cm 16 cm 6 cm
Gambar 12 Motor Tempel Poros Panjang
Gambar 13 Propeller motor poros panjang
14
Peletakan posisi sudut jatuh poros propeller sedemikian rupa dimaksudkan
agar propeller memiliki posisi yang tepat untuk dapat menghasilkan daya dorong
kapal. Berdasarkan hasil kajian Firnasari (2004), posisi sudut jatuh poros
propeller pada mesin poros panjang sangat mempengaruhi kecepatan yang
dihasilkan mesin. Apabila sudut jatuh propeller tepat maka kecepatan yang
dihasilkan mesin akan maksimal, namun apabila sudut semakin besar atau
semakin kecil maka kecepatan yang dihasilkan akan semakin berkurang.
Cara Kerja Mesin
Motor tempel poros panjang Yamaha 5 PK membutuhkan 4 langkah torak
(dua kali putaran poros engkol) untuk menghasilkan satu kali usaha atau yang
biasa disebut motor 4 tak. Langkah pertama yaitu torak bergerak dari TMA ke
TMB dan katup hisap terbuka yang mengakibatkan gas baru masuk ke silinder,
langkah ini disebut langkah hisap. Langkah kedua adalah langkah kompresi, yaitu
ketika torak bergerak dari TMB ke TMA dan gas baru di kompresikan dalam
ruang kompresi. Kemudian langkah ketiga akibat pembakaran yang terjadi akibat
percikan api busi, torak bergerak dari TMA ke TMB yang mendorong tekanan gas
hasil pembakaran langkah ini disebut langkah usaha/langkah kerja. Langkah
terakhir (langkah buang), yaitu pada saat torak bergerak dari TMB ke TMA dan
katup buang terbuka sehingga gas buang keluar dari silinder (Daryanto 2011).
Ilustrasi cara kerja mesin 4 tak disajikan pada Gambar 15.
Gambar 14 Sudut jatuh poros propeller motor tempel poros panjang
Gambar 15 Cara kerja mesin 4 tak, digambar ulang dari Daryanto (2011)
15
Kelebihan dari cara kerja mesin 4 tak ini adalah pembakaran yang
sempurna. Pembakaran sempurna ini terjadi akibat bahan bakar yang digunakan
adalah bensin murni. Akibat dari pembakaran yang sempurna ini yaitu sedikitnya
sisa pembakaran yang dihasilkan, sehingga tidak cepat terjadi penumpukan sisa
pembakaran pada ruang pembakaran.
Hasil analisa terhadap ukuran mesin, ton displacement kapal, dan dimensi
utama kapal pada motor marine engine dengan menggunakan kurva BHP
∆~
v
√L
diketahui nilai v/√L pada perahu (Gambar 16).
Gambar 16 Kurva BHP/𝛥 ∼ v/√L motor tempel poros panjang
Kemudian dari hasil analisa tersebut didapat nilai kecepatan kapal
berdasarkan ukuran daya mesin kapal (BHP). Tabel 3 menunjukan kecepatan
perahu motor tempel poros panjang berdasarkan pengelompokan dari nilai BHP/∆.
Tabel 7 Kecepatan perahu motor tempel poros panjang berdasarkan nilai
BHP/∆
𝐁𝐇𝐏
∆
𝐕/√𝐋 V (knot)
Fair Good Fine Fair good Fine
2,8 - 6,5 1,15 1,35 1,52 2,85 3,34 3,79
6,6 - 10,3 1,50 1,72 1,97 3,00 3,44 3,93
10,4 - 14,1 1,57 1,84 2,08 3,23 3,79 4,27
14,2 - 17,9 1,77 2,05 2,34 3,46 4,02 4,59
18,0 - 21,7 2,05 2,40 2,79 3,50 4,10 4,76
Rata-rata 1,61 1,87 2,14 3,21 3,74 4,27
16
Pada Tabel 7 terdapat beberapa tipe nilai kecepatan berdasarkan BHP mesin
berkisar yaitu tipe fair, good, dan fine. Berdasarkan nilai BHP/∆ kecepatan yang
sebaiknya digunakan adalah tipe fine yaitu sebesar 4,59 knot.
Perbandingan kecepatan dengan BHP/∆ secara keseluruhan disajikan pada
Gambar 17.
Gambar 17 Kurva BHP/𝛥 ∼ v motor tempel poros panjang
Pada Gambar 17 terlihat bahwa semakin besar nilai BHP/𝛥 maka semakin
besar pula kecepatannya. Rata-rata kecepatan fair, good, dan fine masing masing
adalah 3,21 knot, 3,74 knot dan 4,27 knot.
Nilai V
√L (speed length ratio) merupakan perbandingan nilai kecepatan kapal
dengan panjang kapal. Nomura dan Yamazaki (1977) menyebutkan batasan
kecepatan kapal sehubungan dengan nilai speed length rasio. Suatu kapal
memiliki kecepatan normal jika speed length ratio-nya 1,811, serta memiliki
kecepatan kecepatan rendah dan tinggi sebuah kapal memiliki speed length ratio
sebesar 1,448 dan 2,173. Adapun untuk kapal dengan bentuk khusus dan
menggunakan mesin dengan tenaga berlebih memiliki speed length ratio ∼ 2,716.
Tabel 8 menunjukan nilai kecepatan perahu motor tempel marine engine
berdasarkan panjang kapal.
Tabel 8 Kecepatan perahu motor tempel poros panjang berdasarkan nilai L
Kelas L
(meter)
Rata-rata
L (meter)
Kecepatan normal =
1,811×√𝐋 (knot)
V (knot)
rendah normal tinggi
1 2,92-3,92 3,6 1,811×√3,6 = 3,44 2,75 3,44 4,13
2 4,02-5,02 4,3 1,811×√4,3 = 3,74 2,99 3,74 4,49
3 5,12-6,12 5,9 1,811×√5,9 = 4,39 3,51 4,39 5,26
4 6,22-7,22 6,4 1,811×√6,4 = 4,57 3,65 4,57 5,48
Rata – rata 3,23 4,04 4,84
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
5.00
2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0
v
BHP/𝛥
fair good fine
17
Tabel 8 menunjukan kecepatan rata-rata yang dapat digunakan nelayan PPI
Pasauran yang menggunakan mesin motor tempel poros panjang adalah sebesar
3,23 knot utuk kecepatan rendah, 4,04 knot untuk kecepatan normal, dan 4,84
knot untuk kecepatan tinggi. Kecepatan yang baik digunakan untuk operasi
penangkapan ikan adalah kecepatan normal yaitu sebesar 4,04 knot. Hasil ini tidak
jauh berbeda dengan perhitungan kecepatan menggunakan kurva BHP
∆~
v
√L yaitu
kecepatan yang baik digunakan sebesar 4,27 knot.
Penggunaan Bahan Bakar
Motor tempel poros panjang Yamaha 5 PK memiliki tangki bahan bakar
dengan dimensi panjang, labar dan tinggi sebesar 26 × 15,5 × 13 cm. Tangki
bahan bakar motor tempel poros panjang Yamaha 5 PK tidak seperti pada motor
tempel yang terpisah dari mesinnya. Pada motor tempel poros panjang tidak
diperlukan selang untuk menghubungkan tangki bahan bakar dengan mesin
(Gambar 18).
Tangki bahan bakar yang tidak terpisah dari mesinnya ini membuat motor
tempel poros panjang lebih mudah dan aman dalam penggunaannya. Hal ini
dikarenakan tidak diperlukannya selang tambahan yang menghubungkan antara
mesin dengan tangki bahan bakar, sehingga nelayan tidak perlu memompa bahan
bakar agar dapat tersalurkan ke mesin. Selain itu, tidak adanya selang tambahan
yang menghubungkan mesin dan tangki bahan bakar mencegah adanya kebocoran
bahan bakar dari selang yang terlepas dari sambungan mesin maupun tangki
bahan bakar.
Nelayan PPI Pasauran mengunakan bensin sebagai bahan bakar untuk
mengoperasikan mesin motor tempel poros panjang. Bahan bakar bensin
didapatkan dengan cara membeli di tengkulak. Meskipun harga yang dijual oleh
tengkulak lebih tinggi dari yang dijual di SPBU, nelayan tetap membeli di
tengkulak. Hal ini disebabkan tidak adanya SPBU yang berlokasi di dekat PPI
Gambar 18 Tangki bahan bakar motor tempel poros panjang
18
Pasauran. Pada Tabel 9 disajikan jumlah bensin yang biasa dibawa oleh nelayan
per trip operasi dan jumlah bensin yang seharusnya dibawa oleh nelayan
berdasarkan estimasi rumus.
Tabel 9 Jumlah bahan bakar motor tempel poros panjang
Kelas Selang
Lpp (m)
Rata-rata
lamanya trip
(jam)
Jumlah bahan bakar
Eksisting (liter) Estimasi (liter)
1 2,92-3,92 10 4,5 11,4
2 4,02-5,02 7,5 4,2 6,7
3 5,12-6,12 6,8 4,1 6,2
4 6,22-7,22 8,7 3,4 8,5
Pada Tabel 9 terlihat bahwa bahan bakar eksisting nelayan PPI Pasauran
tidak terlalu berbeda tiap kelasnya. Bahan bakar yang dibawa nelayan perahu
motor tempel poros panjang di PPI Pasauran bekisar antara 3 – 5 liter per trip.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah bahan bakar estimasi rumus
dengan jumlah bahan bakar yang biasa dibawa nelayan PPI Pasauran pada kelas
ke 1 dan ke 4. Jumlah bahan bakar yang biasa dibawa hanya 40% dari jumlah
bahan bakar estimasi. Akan tetapi pada kelas ke 2 dan ke 3 jumlah bahan bakar
eksisting mencapai 66% dari jumlah bahan bakar estimasi. Adanya perbedaan
tersebut dikarenakan dalam menentukan jumlah bahan bakar yang harus dibawa
nelayan PPI Pasauran tidak memperhitungkan seberapa lama mereka akan
melakuan operasi penangkapan ikan dan belum menentukan lokasi penangkapan
ikan. Nelayan PPI Pasuran hanya membawa bahan bakar sesuai dengan kapasitas
tangki bahan bakar.
Perbandingan Motor Tempel dan Motor Tempel Poros Panjang yang
digunakan di PPI Pasauran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa perbedaan karakteristik
antara motor tempel dan motor tempel poros panjang. Perbandingan mesin motor
tempel dan motor tempel poros panjang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan motor tempel dan motor poros panjang yang digunakan
di PPI Pasauran
Parameter Motor tempel Motor poros panjang
Daya 25 PK 5 - 5,5 PK
Langkah kerja 2 tak (2 langkah) 4 tak (4 langkah)
Perawatan Penggantian busi setiap satu
bulan sekali
Penggantian busi dan oli tiap
satu bulan sekali
DPI 2 jam dari fishing base 1,5 jam dari fishing base
Alat tangkap Payang dan pancing Gillnet dan pancing
Bahan bakar Bensin + oli Bensin murni
19
Pada Tabel 10 disebutkan bahwa terdapat perbedaan bahan bakar pada
kedua motor tempel. Pada motor tempel digunakan bahan bakar bensin yang
dicampur dengan oli sedangkan pada motor tempel poros panjang digunakan
bahan bakar bensin murni. Adanya perbedaan tersebut karena pada mesin motor
tempel tidak menggunakan oli samping sebagai sistem pelumasannya. Jadi,
sebagai pelumas mesin oli dicampurkan pada bensin sebagai bahan bakar.
Motor tempel dan motor tempel poros panjang memiliki daya dan langkah
kerja yang berbeda. Motor tempel memiliki daya 25 PK dan merupakan mesin 2
tak, seperti disebutkan sebelumnya mesin 2 tak merupakan mesin yang
memerlukan 2 kali langkah torak (1 putaran poros engkol) untuk menghasilkan 1
kali usaha. Motor tempel poros panjang memiliki daya 5-5,5 PK dan merupakan
mesin 4 tak, seperti disebutkan sebelumnya mesin 4 tak merupakan mesin yang
memerlukan 4 kali langkah torak (2 putaran poros engkol) untuk menghasilkan 1
kali usaha.
Mesin 2 tak dan mesin 4 tak masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dari mesin 2 tak diantaranya proses pembakaran terjadi
setiap putaran poros engkol, mesin 2 tak perawatan lebih mudah serta murah,
tenaga yang dihasilkan mesin 2 tak lebih besar apabila dibandingkan dengan
mesin 4 tak dalam kapasitas yang sama. Kelebihan dari mesin 4 tak adalah panas
mesin lebih rendah dari mesin 2 tak, pemakaian bahan bakar lebih hemat, dan
panas mesin dapat didinginkan oleh sirkulasi oli. Kekurangan mesin 4 tak yaitu,
perawatan lebih sulit, langkah kerja terjadi dengan 2 putaran poros engkol,
sehingga keseimbangan putar tidak stabil, perlu jumlah silinder lebih dari satu
sebagai peredam getaran (Prayitno, 2009). Sebagaimana dikatakan sebelumnya,
pembakaran ada mesin 2 tak tidak sempurna, sehingga seringkali meninggalkan
sisa pembakaran yang menempal pada dinding ruang pembakaran. Kondisi ini
mengakibatkan jalannya ring piston terhambat, sehingga pada akhirnya
mengakibatkan ring piston akan semakin terkikis. Apabila ring piston terkikis
terus menerus, maka kerja mesin akan menjadi tidak efektif.
Berdasarkan perbandingan Tabel 3 dan Tabel 7, pada selang BHP/𝛥 yang
sama (6,6-8,8) terdapat perbedaan kecepatan pada kedua jenis mesin. Pada selang
tersebut mesin motor tempel menggunakan kecepatan sebesar 4,65 knot,
sedangkan motor tempel poros panjang menggunakan kecepatan 3,93 knot.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh panjang perahu dan penggunaan daya mesin
yang tidak sama dari kedua mesin tersebut.
Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 9, dengan lama trip yang tidak jauh berbeda
terdapat perbedaan jumlah bahan bakar estimasi yang sangat jauh. Jumlah bahan
bakar estimasi rata-rata mesin motor tempel 49,38 liter, sedangkan jumlah bahan
bakar motor tempel poros panjang 8,19 liter. Perbedaan tersebut disebabkan
karena daya mesin pada mesin motor tempel lebih besar dari motor tempel poros
panjang, sehingga mesin motor tempel membutuhkan bahan bakar lebih banyak.
Perbedaan jenis mesin yang digunakan untuk menggerakan perahu motor
tempel dapat mempengaruhi operasi penangkapan ikan terutama berkaitan dengan
penggunaan alat penangkapan ikan. Hal ini disebabkan perbedaan keragaan dari
kedua mesin tersebut. Operasi penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap
aktif sebaiknya menggunakan mesin motor tempel, karena pada mesin motor
tempel terdapat tuas persneling dan stang yang memudahkan dalam pengaturan
20
kecepatan dan arah pergerakkan kapal. Pada motor tempel poros panjang tidak
terdapat tuas persneling dan stang sehingga untuk mengatur arah laju kapal lebih
sulit. Karena itu, motor tempel poros panjang sebaiknya digunakan untuk
mengoperasikan alat tangkap pasif.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Motor tempel, baik motor tempel jenis marine engine atau motor tempel
jenis poros panjang, terdiri dari sebuah motor, poros pengerak, poros propeller
dan propeller. Pada motor tempel terdapat selang tambahan yang menghubungkan
tangki bahan bakar dengan mesin, sedangkan pada motor tempel poros panjang
tidak diperlukan selang tambahan karena tangki bahan bakarnya tidak terpisah
dengan mesin.
Secara teoritis, kecepatan yang sebaiknya digunakan nelayan PPI Pasauran
untuk mengoperasikan perahu dengan mesin motor tempel sebesar sebesar 4,59 -
4,72 knot. Adapun kecepatan yang sebaiknya digunakan nelayan PPI Pasauran
untuk mengoperasikan perahu dengan mesin motor tempel poros panjang sebesar
sebesar 4,04 - 4,27 knot.
Jumlah bahan bakar teoritis yang dibutuhkan untuk setiap unit kapal yang
digerakan oleh motor tempel jenis marine engine sebesar 40-60 liter per trip.
Adapun jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk setiap unit kapal yang
digerakan oleh motor tempel jenis poros panjang sebesar 6- 12 liter.
Saran
1. Nelayan PPI Pasauran sebaiknya mengunakan lama trip sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan jumlah bahan bakar, agar tidak terjadi
adanya kekurangan bakan bakar pada saat operasi pengangkapan ikan.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan mesin motor
tempel dan motor tempel poros panjang dengan ukuran daya yang sama.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan oli dan
bensin yang digunakan nelayan (1:40) dengan perbandingan oli dan
bensin pada manual book (1:25) terkait dengan umur teknis mesin.
DAFTAR PUSTAKA
[KKP] Kementrian Kelautan Perikanan. 2011. Kelautan dan Perikanan dalam
Angka 2011. Jakarta (ID): Kementrian Kelautan Perikanan
21
Agristianti DS. 2013. Keragaan Teknis Kapal Motor Tempel di PPI Pasauran.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Daryanto. 2011. Prinsip Dasar Mesin Otomotif (Bekal Keterampilan bagi
Pemula). Bandung (ID): Alfabeta. 310 hal
[DKP] Dinas Kelautan Perikanan Serang. 2009. Profil Kelautan dan Perikanan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang Tahun 2009. Serang
(ID):Dinas Kelautan Perikanan Serang. Hal 17
Felanie L. 2004. Kajian Laju Perputaran Baling-baling pada Mesin Tipe Yamaha
Enduro 25 AK terhadap Pergerakan Massa Air dan Derau yang
Dihasilkan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Firnasari N. 2004. Kajian Perahu Kincang di Palabuhanratu. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Fyson J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. Inggris (UK): Food and
Agriculture Organization of the United Nation by Fishing New Books
Ltd. Hal 79
Motormobile.net. 2013. Cara Kerja Motor Bensin 2 Tak. [Internet]. [diunduh
2013 Des 29]. Tersedia pada: http://motormobile.net/more.php?id=1044.
Nomura M, Yamazaki T. 1977. Fishing Techniques (1). Tokyo (JP): Japan
International Cooperation Agency. Hal 190-192
Prayitno AH. 2009. Perbedaan Sistem Kerja Mesin 2 Tak dan Mesin 4 Tak.
[Internet]. [diunduh 2014 Jan 7]. Tersedia pada:
http://barracuda.heck.in/files/beda-mesin-4-dan-2-tak.pdf
Siddharta TSS. 2004. Perikanan Payang dengan Rumpon di Pasauran, Kabupaten
Serang, Banten. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soenarta N, Furuhama S. 1995. Motor Serba Guna. Jakarta (ID): Pranandya
Paramita. Hal 183
Yamaha Motor Corporation. 2006. 25 Owner Manual. Amerika Serikat (US).
Yamaha Motor Corporation. Hal 22
22
Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
23
Lampiran 2 Kurva 𝐵𝐻𝑃
∆~
𝑉
√𝐿
Keterangan:
V : kecepatan kapal
L : panjang kapal
BHP : daya mesin
𝛥 : ton displacement
24 Lampiran 3 Contoh Perhitungan
1 Perhitungan kecepatan dengan speed length ratio (SLR)
Diketahui : panjang kapal (L) = 3,80 m
SLR (rendah) = 1,448
SLR (normal) = 1,811
SLR (tinggi) = 2,173
Ditanyakan : kecepatan (v) = …?
Jawab :
Rendah
SLR = v
√L
v = √L × SLR
= √3,80 × 1,448
= 2,822 knot
Normal
SLR = v
√L
v = √L × SLR
= √3,80 × 1,811
= 3,530 knot
Tinggi
SLR = v
√L
v = √L × SLR
= √3,80 × 2,173
= 4,236 knot
2 Perhitungan bahan bakar
Diketahui : FC (konsumsi bahan bakar dari mesin) = 0,19 kg/HP/jam
BHP (kekuatan mesin) = 25 HP
n (lama trip) = 8 jam
𝜌 (densitas bensin) = 0,75 kg/liter
Ditanyakan : Volume/jumlah BBM yang dibutuhkan kapal (VBBM)= …
liter?
Jawab :
VBBM = FC × BHP × n
𝜌
= 0,19 × 25 ×8
0,75
= 50,8 liter
25
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Blora pada tanggal 16 Oktober 1991 dari pasangan
bapak Sunarto dan ibu Sumiatun. Penulis adalah putra pertama dari tiga
beraudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cileungsi dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar di Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten dalam praktikum
Rekayasa dan Tingkah Laku Ikan (PSP 311) pada tahun ajaran 2012/2013. Penulis
juga aktif dalam beberapa organisasi baik didalam maupun diluar kampus
diantaranya Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan se-
Indonsia (Himpatindo) sebagai staf Badan Pengawas pada periode 2011/2012,
Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin)
sebagai staf divisi Kesekretariatan pada periode 2010/2011 dan 2011/2012, serta
menjadi relawan atas nama Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit I Institut
Pertanian Bogor (KSR PMI Unit I IPB).