KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

117
KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL CRIMINAL COURT TAHUN 2016-2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyarataan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S,Sos) Oleh: Djordi Prakoso 1112113000066 PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

Page 1: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI

INTERNATIONAL CRIMINAL COURT TAHUN 2016-2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyarataan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S,Sos)

Oleh:

Djordi Prakoso

1112113000066

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …
Page 3: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …
Page 4: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …
Page 5: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

v

ABSTRAK

Skripsi ini membahas keputusan Burundi keluar dari International Criminal

Court tahun 2016-2017. Terbentuknya ICC melalui Statuta Roma tahun 1998

menandakan adanya komitmen global untuk melindungi para korban kejahatan

internasional serta untuk menghentikan praktik impunitas. Kawasan Afrika

memiliki peran penting dalam proses terbentuknya ICC. Hal ini terlihat dari

keterlibatan negara-negara Afrika di berbagai proses pembentukannya seperti

keterlibatan dalam rancangan Statuta Roma, negosiasi Statuta Roma di Konferensi

Roma, hingga proses ratifikasi. Afrika juga menjadi blok regional terbesar di

dunia yang menjadi negara anggota ICC dengan jumlah 33 negara. Namun,

selama melakukan proses peradilan, dukungan tersebut berubah menjadi kritik

karena ICC dianggap hanya menargetkan negara-negara Afrika. Pada akhir tahun

2017, dari 10 negara yang sedang diinvestigasi oleh ICC, 9 diantaranya adalah

negara-negara di Afrika. Diakhir tahun 2016, terdapat tiga negara yang

memutuskan untuk keluar dari ICC yaitu Afrika Selatan, Burundi, dan Gambia,

namun kedua negara membatalkan keinginannya dan menjadikan Burundi sebagai

negara Afrika pertama dan satu-satunya negara yang secara resmi keluar dari ICC

pada tahun 2017.

Skripsi ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan keputusan

Burundi keluar dari ICC. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, kerangka

pemikiran yang digunakan adalah konsep kepentingan nasional dan teori

kebijakan luar negeri. Dalam pengambilan keputusan untuk keluar dari ICC,

Burundi melihat hal yang terjadi pada level internasional memaksa negara untuk

bersifat self-help demi menjaga survival negaranya sesuai dengan kapabilitas yang

dimilikinya. Upaya untuk survival inilah yang menjadikan Burundi keluar dari

ICC pada tahun 2017. Dari hasil analisa menggunakan kedua teori tersebut

ditemukan alasan keluarnya Burundi dari ICC yaitu kurangnya kredibilitas dari

ICC yang sebagian besar dipengaruhi oleh hubungannya dengan DK PBB, upaya

Burundi untuk menghindari proses penuntutan oleh ICC, serta adanya dukungan

Uni Afrika untuk keluar dari ICC.

Kata kunci : Burundi, ICC, DK PBB, PBB, Self-help, Survival, Kepentingan

nasional, Kebijakan Luar Negeri.

Page 6: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamiin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa kita panjatkan kepada Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya semoga kita semua

mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir nanti. Amin

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat akademis di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar sarjana pada

program studi Hubungan Internasional. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi

ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang

sangat berarti bagi penulis. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua penulis, Almarhumah Ibu tersayang, Haniyah beserta Ayah

tercinta Sunaryono, yang telah memberikan dukungan baik moril dan

materil, kasih sayang yang tulus yang tak pernah bisa terganti, serta doa

yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT untuk penulis.

2. Kakak dan adik penulis, Dewi Lestari merupakan kakak yang hebat

yang tak pernah lelah memberikan dukungan, baik moril maupun

materil bagi penulis untuk menyelesaikan studi di jenjang perguruan

tinggi ini. Andika M. Rafli, adik kebanggaan yang juga selalu

memberikan dukungan bagi penulis.

Page 7: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

vii

3. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, M.M. selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu dan pemikirannya selama membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih banyak atas kesabaran,

kepercayaan, dan ilmu yang Bapak berikan kepada penulis.

4. Bapak Ahmad Alfajri, M.A., selaku ketua Program Studi Hubungan

Internasional yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini,

5. Jajaran dosen dan staf Program Studi Hubungan Internasional. Terima

kasih atas ilmu yang sangat bermanfaat serta kemudahan administrasi

yang telah diberikan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

6. Sahabat terbaik penulis yaitu Fathu Hidayat, M. Bahrel Wafi, Gufron

Syahrial, dan Ahmad Deedat. Terima kasih atas kebersamaan dan segala

suka duka yang telah kita lewati. Thank you my Brothers!

7. Sahabat “The Kumbang” yaitu Azmi, Dede, Eufrat, Ismail, Rizki,

Mabrur, Aang, Labib, Utong, Dirga, Upi, Fachri, Dynal, dan Andes.

Terima kasih atas kebersamaannya.

8. Teman-teman “Pejuang Terakhir”, Arlinda, Aisyah, Deedat, Eufrat,

Utong, Farah, Fachri, Irma, Niyomi, Indra, Dinda, Mugi, Tasya, Sakina,

Putri, Augusti, Ismail, Ijul, Nurul dan Zaky terimakasih atas motivasi

serta kerjasama yang bermanfaat selama proses penulisan skripsi.

Penulis mengetahui banyak suka duka dan banyak air mata dalam

penulisan skripsi ini, but finally we did it!

Page 8: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

viii

9. Teman-teman Prodi Ilmu Hubungan Internasional A,B, dan C angkatan

2012 yang merupakan teman seperjuangan sejak awal perkuliahan.

Terima kasih atas segala dukungan dan keceriaan selama masa

perkuliahan.

10. Teman-teman dari Satgas GAN UIN Jakarta yaitu Arif, Anam, Eneng,

Iwan, Fajrin, Faruq, Nurdin, Zuyin, Bang Varhan, Bang Fahrudin, Bang

Ucim, dll. Terima kasih untuk pengalaman yang tak terlupakan selama

penulis aktif berorganisasi di kampus.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

banyak memberikan bantuan selama proses penulisan skripsi ini.

Dengan demikian, penulis berharap skripsi ini dapat menjadi persembahan

bagi orang-orang tersebut serta dapat bermanfaat bagi orang lain terutama civitas

akademika yang juga akan meneliti tentang isu International Criminal Court.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar skripsi

ini dapat memberikan informasi yang baik bagi pembacanya.

Tangerang Selatan, 30 April 2019

Djordi Prakoso

Page 9: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ......................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 8

E. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 13

E.1. Konsep Kepentingan Nasional .......................................................... 13

E.2. Teori Kebijakan Luar Negeri ............................................................ 15

F. Metode Penelitian....................................................................................... 17

G. Sistematika Penulisan ................................................................................ 18

BAB II HUBUNGAN BURUNDI DENGAN ICC

A. Profil Burundi ........................................................................................... 21

B. Keanggotaan Burundi di International Criminal Court ........................... 26

C. Proses Penarikan Burundi dari International Criminal Court .................. 30

Page 10: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

x

BAB III PROFIL INTERNATIONAL CRIMINAL COURT

A. Sejarah Pembentukan International Criminal Court ................................. 35

B. Yurisdiksi International Criminal Court ................................................... 40

C. Struktur International Criminal Court ....................................................... 48

BAB IV ANALISA KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI

INTERNATIONAL CRIMINAL COURT TAHUN 2016-2017

A. Kurangnya Kredibilitas dari ICC .............................................................. 52

B. Upaya Burundi untuk Menghindari Proses Penuntutan Oleh ICC ........... 62

C. Adanya Dukungan Uni Afrika untuk Keluar dari ICC ............................. 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... xiii

LAMPIRAN ...................................................................................................... xxvi

Page 11: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar II.1Peta Geografis Burundi..................................................................... 22

Gambar III.1 Markas International Criminal Court di Hague Belanda................ 37

Gambar III.2 Negara-negara anggota ICC............................................................ 39

Gambar III.3 Struktur Mahkamah Kejahatan Internasional…………………...... 48

Tabel III.1 Daftar Kejahatan Yang Masuk Dalam Yurisdiksi ICC………........... 42

Tabel III.2 Batasan Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional (ICC)................ 44

Page 12: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xii

DAFTAR SINGKATAN

ICC : International Criminal Court

ICJ : International Court of Justice

DK PBB : Dewan Keamanan PBB

PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa

ICTR : International Criminal Tribunal for Rwanda

ICTY : International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia

VCLT : Vienna Convention on The Law of Treaties

HAM : Hak Asasi Manusia

Page 13: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini menganalisa alasan Burundi keluar dari International Criminal

Court (ICC) tahun 2016-2017. Mahkamah Kejahatan International atau International

Criminal Court mendapatkan ancaman penarikan diri oleh negara anggotanya

khususnya yang berasal dari Afrika. Negara anggota ICC yang berasal dari Afrika

yang semula mendukung ICC, kini mulai mengeluarkan kritiknya terhadap

mahkamah. Situasi memuncak diakhir tahun 2016, saat tiga negara Afrika yaitu

Afrika Selatan, Burundi, dan Gambia memutuskan untuk keluar dari keanggotannya

di ICC.1 Keputusan penarikan diri yang diambil oleh ketiga negara tersebut

merupakan yang pertama kali terjadi sejak berdirinya ICC.

Terbentuknya International Criminal Court dapat dikatakan sebagai salah satu

peristiwa penting sejak berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lebih dari

setengah negara-negara di dunia telah bergabung menjadi negara anggota ICC. Salah

satu hal penting dari terbentuknya ICC yaitu menandakan adanya komitmen global

untuk melindungi para korban kejahatan internasional ketika mekanisme pengadilan

1 “3 Negara Keluar, Mahkamah Kejahatan Internasional Raih Dukungan”, Website VOA,

1November 2016, diakses pada 3 April 2019 dari https://www.voaindonesia.com/a/tiga-negara-keluar-

mahkamah-kejahatan-internasional/3574136.html

Page 14: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

2

nasional tidak memiliki kapasitas, keinginan, atau yurisdiksi2 untuk menuntut para

pelaku kejahatan internasional.3 Alasan dibentuknya ICC adalah untuk menghentikan

praktik impunitas, dimana sebagian besar para pelaku kejahatan internasional banyak

yang tidak dihukum karena belum ada pengadilan negara yang siap untuk

mengadilinya.4

Selain itu, dibentuknya ICC juga untuk menghindari praktik yang terjadi

dimasa lampau dimana proses pembentukan pengadilan ad hoc seperti International

Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY) dan International Criminal

Tribunal for Rwanda (ICTR) telah terbukti terlalu memakan waktu dan mahal. Hal

tersebut ditegaskan oleh Duta Besar Amerika Serikat Scheffer yang memimpin

delegasi Amerika Serikat ke konferensi Roma untuk pembentukan ICC.5

Dalam sejarah pembentukannya, negara-negara Afrika memiliki kontribusi

besar terhadap pembentukan ICC. Menurut Du Pleiss, keseriusan negara-negara

Afrika untuk terlibat dalam pembentukan ICC menunjukan bahwa mahkamah dibuat

sebagian oleh negara-negara Afrika dan pada akhirnya untuk kepentingan para

2 Yurisdiksi adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh suatu badan peradilan atau

badan-badan negara lainnya yang berdasarkan atas hukum yang berlaku. Lihat Sefriyani, Hukum

Internasional Suatu Pengantar (Jakarta : Rajawali Pers,2014),h.232-233 3 Mark D. Kielsgard, Reluctant Engagement : US Ploicy and the International Criminal Court

(Boston : Martinus Nijhoff Publisher, 2010), h.84. 4 CF Swanepoel, “Is a Permanent African Criminal Court Likely Soon Considering the

Continent’s Post-Colonial Respone to International Criminal Justice?”, Speculum Juris, Vol.30 Issue 1

(2016), h.17 diakses pada 3 April 2019dari http://www.saflii.org/za/journals/SPECJU/2016/5.pdf 5 CF Swanepoel, “Is a Permanent African Criminal Court Likely Soon Considering the

Continent’s Post-Colonial Respone to International Criminal Justice?”, h.17.

Page 15: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

3

korban kejahatan serius di Afrika.6 Sebagai buktinya, negara-negara Afrika terlibat

dalam pembentukan dua dokumen penting sebagai penggagas Statuta Roma yaitu

Southern African Development Community Principles dan Dakar Declarations.7

Kedua dokumen tersebut berisikan tentang urgensi pembentukan ICC serta kriteria

pengadilan saat negoisasi pembentukan Statuta Roma di Konferensi Roma.8

Dukungan negara-negara Afrika tidak berhenti sampai tahap deklarasi , saat itu

47 negara Afrika hadir dalam konferensi Roma-Italia untuk pembentukan Statuta

Roma yang merupakan sebuah perjanjian pembentuk ICC pada bulan Juli 1998.9

Setelah Statuta Roma terbentuk, Organization of African Unity melalui Majelis OAU

meminta negara-negara anggotanya untuk meratifikasi Statuta Roma demi keamanan

wilayah Afrika.10 Dukungan tersebut dilanjutkan oleh negara-negara Afrika dengan

meratifikasi Statuta Roma dimana Senegal menjadi negara pertama yang

meratifikasinya. Hingga saat ini terdapat 33 negara Afrika yang menjadi negara

anggota dari ICC menjadikan Afrika sebagai blok regional terbesar didunia yang

menjadi negara anggota ICC.11

6 Max du Plessis, The International Criminal Court that Africa Wants (Pretoria : Institute for

Security Studies, 2010),h.6 7 Max du Plessis, The International Criminal Court that Africa Wants, h.7 8 Max du Plessis, The International Criminal Court that Africa Wants, h.7 9 Coalition for International Criminal Court, “Africa and the International Criminal Court”

Dokumen Coalition for ICC, h.1 diakses pada 3 April 2019 dari

http://www.iccnow.org/documents/Africa_and_the_ICC.pdf 10 Eki Yemisi Omorogbe, “The African Union and the International Criminal Court : What to

Do With Non-Party Heads of State?”, University of Leicester School of Law Research Paper No.17-09

(2017), h.4 11 ICC, “The State Parties to the Rome Statue”, website ICC, diakses pada 3 April 2019, dari

https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/Pages/the%20states%20parties%20to%20the%20rome%20stat

ute.aspx

Page 16: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

4

ICC merupakan satu-satunya pengadilan internasional permanen yang mampu

mengadili individu yang didakwa melakukan kejahatan serius yang menjadi perhatian

masyarakat internasional seperti kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang, genosida,

dan kejahatan agresi12 ketika pengadilan domestik enggan ataupun tidak mampu

mengadilinya (complementary).13 Sebagai peradilan yang bersifat independen, ICC

bertindak secara adil, efektif, dan tidak memihak dalam melakukan penyelidikan,

penuntutan dan dalam pelaksanaan persidangan.14 Selain itu, ICC memiliki struktur

organisasi sendiri dan bukan bagian dari organ yudisial PBB seperti ICJ. Tetapi, ICC

dan PBB memiliki hubungan kerjasama yang diatur didalam Statuta Roma.15

Saat ini ICC memiliki negara anggota sebanyak 122 negara.16 Burundi

merupakan salah satu negara angota dari ICC sebelum memutuskan untuk keluar

pada tahun 2016. Burundi menandatangani Statuta Roma pada 13 Januari 1999 dan

meratifikasinya pada 21 September 2004 menjadikan Burundi sebagai anggota ICC

ke 95.17 Dengan meratifikasi Statuta Roma menunjukan adanya komitmen serius

12 ICC, “Understanding International Criminal Court” Dokumen ICC,h.3, diakses pada 1

September 2017 dari https://www.icc-cpi.int/iccdocs/PIDS/publications/UICCEng.pdf 13 ICC memiliki sifat complementary yang berarti ICC hanya memiliki yurisdiksi apabila

suatu negara yang memiliki yurisdiksi domestik atas kejahatan yang dilakukan diwilayahnya atau oleh

warga negaranya tidak mampu atau enggan untuk mengadili kejahatan tersebut. Lihat “Rome Statute

of International Criminal Court dokumen ICC (1998), pasal 17, diakses pada 3 April 2019, dari

https://www.icc-cpi.int/nr/rdonlyres/add16852-aee9-4757-abe7-

9cdc7cf02886/283503/romestatuteng1.pdf 14 William A. Schabas, An Introduction to the International Criminal Court (New York:

Cambridge University Press,2011),h.57-58. 15 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 2. 16 ICC, “The State Parties to the Rome Statue”, 17 “Burundi and The ICC”, Website Coalition for the International Criminal Court, diakses

pada 3 April 2019 dari http://www.coalitionfortheicc.org/latest/resources/burundi-and-icc

Page 17: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

5

Burundi untuk mencegah terjadinya praktik impunitas18 dan mendukung ICC untuk

mengadili individu yang melakukan kejahatan serius seperti kejahatan perang,

kejahatan kemanusiaan, genosida dan kejahatan agresi.

Statuta Roma ICC memiliki sifat non-reservations yang berarti setiap negara

anggota harus menerima segala ketentuan yang ada di Statuta Roma tanpa

pengecualian.19 Oleh sebab itu, Burundi yang merupakan negara anggota ICC telah

menjadikan Statuta Roma sebagai bagian dari hukum nasionalnya dan menerima

segala ketentuan yang ada di Statuta Roma. Selain itu, Burundi sebagai negara

anggota harus menerima yurisdiksi ICC dan memiliki kewajiban untuk bekerja sama

dengan pengadilan untuk membantu proses peradilan seperti penangkapan dan

penyerahan individu yang terdakwa melakukan kejahatan internasional kepada ICC.

Walaupun negara-negara Afrika memiliki peranan penting dalam pembentukan

ICC, hubungan antara ICC dan negara-negara Afrika saat ini sedang memburuk.

Ada ketidakpuasan dari negara anggotanya, khususnya yang berasal dari Afrika

terhadap performa ICC. Ketidakpuasan tersebut berujung pada kritik yang

memunculkan persepsi bahwa ICC dianggap hanya fokus menangani kasus kejahatan

yang terjadi di negara-negara Afrika dan menargetkan para pemimpin di Afrika.20

Bahkan, beberapa negara Afrika mengartikulasikan ketidakpuasan tersebut dengan

mengancam untuk menarik diri dari keanggotaanya di ICC seperti yang telah

18 Impunity atau Impunitas adalah pembebesan atau kebebasan dari hukuman, kerusakan, atau

kerugian. Lihat “Full Definition of Impunity”, website Merriam-Webster, diakses pada 9 Oktober 2016

dari http://www.merriam-webster.com/dictionary/impunity 19 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”,pasal 120. 20 Max du Plessis, The International Criminal Court that Africa Wants, h.13.

Page 18: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

6

dilakukan oleh Burundi, Afrika Selatan, dan Gambia pada tahun 2016. Keinginan

untuk keluar dari ICC juga dinyatakan oleh Uganda, Namibia, dan Kenya21 meski

hanya sebatas pernyataan.

Setiap negara anggota ICC memiliki hak untuk menarik diri dari

keanggotannya di Statuta Roma. Proses penarikan diri negara anggota International

Criminal Court telah dijelaskan pada Pasal 127 (1) Statuta Roma bahwa negara

anggota yang ingin menarik diri dari keanggotaannya di ICC harus menyampaikan

pemberitahuan tertulis kepada Sekretaris Jendral PBB dan proses penarikan diri dari

keanggotaan ICC membutuhkan waktu setidaknya satu tahun dimulai ketika

Sekretaris Jendral PBB menerima pemberitahuan tersebut.22

Dari tiga negara yang mengajukan pemberitahuan tertulis ke Sekretaris Jenderal

PBB, hanya Burundi yang secara resmi keluar dari ICC. Burundi secara resmi keluar

dari ICC pada 27 Oktober 2017.23 Setelah resmi keluar dari ICC, Burundi tidak lagi

terikat dengan ketentuan hukum yang ada di dalam Statuta Roma termasuk

kewajibannya untuk bekerjasama dengan ICC. Selain itu, keluarnya Burundi dari

Statuta Roma menjadikannya sebagai negara pertama dan negara Afrika pertama

yang resmi keluar dari ICC.

21 “The International Criminal Court- Exit South Africa”, Website the Economist, 27 Oktober

2016, diakses pada 3 April 2019 dari https://www.economist.com/middle-east-and-

africa/2016/10/27/exit-south-africa 22 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”,pasal 127 (1). 23 “Burundi leaves International Criminal Court Amid Row”, Website BBC, 27 Oktober

2017,diakses pada 3 April 2019 dari https://www.bbc.com/news/world-africa-41775951

Page 19: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

7

Bagaimanapun, langkah yang diambil oleh Burundi merupakan kerugian bagi

pengadilan serta para korban kejahatan dimana ICC akan kesulitan melakukan

investigasi dan penuntutan terhadap kejahatan yang mungkin terjadi di Burundi di

masa depan ataupun meminta kerjasama untuk menangkap dan menyerahkan para

pelaku kejahatan internasional. Selain itu, keputusan untuk menarik diri dari ICC

merupakan langkah yang bertentangan dengan nilai, komitmen, dan cita-cita Uni

Afrika serta negara-negara Afrika itu sendiri untuk menjaga perdamaian, keamanan,

dan akuntabilitas terhadap kejahatan internasional yang serius.24

Kasus ini menarik untuk dikaji dikarenakan beberapa hal : Pertama, kasus

penarikan diri Burundi dari keanggotaannya di ICC menjadikannya negara pertama

dan satu-satunya yang secara resmi keluar di ICC. Burundi yang merupakan negara

kecil di Afrika Tengah berani untuk mengambil keputusan tersebut. Kedua, negara-

negara Afrika yang mempunyai kontribusi besar terhadap pembentukan ICC dan

mempunyai representasi terbesar di ICC, kini memiliki keinginan untuk menarik diri

dari keanggotaannya di ICC. Dengan keluarnya Burundi, menjadikannya sebagai

negara Afrika pertama yang resmi keluar dari ICC. Dengan demikian, penelitian ini

akan mengkaji lebih mendalam terkait keputusan Burundi keluar dari ICC tahun

2016-2017.

24 Narnia Bohler-Muller dan Dunia Prince Zongwe, “ It is Self-Defeating for Africa (and

South Africa) to Withdraw From the International Criminal Court”, Namibia Law Journal, Vol.9

No.115 (2017), h.2

Page 20: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pernyataan masalah sebelumnya, maka skripsi ini

berfokus untuk menjawab pertanyaan masalah sebagai berikut :

“Mengapa Burundi memutuskan untuk keluar dari International Criminal

Court (ICC) tahun 2016-2017 ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Skripsi ini bertujuan untuk :

1. Menganalisa alasan Burundi keluar dari International Criminal Court

tahun 2016-2017.

2. Menganalisa keputusan Burundi keluar dari International Criminal Court

dengan menggunakan konsep kepentingan nasional dan teori kebijakan luar

negeri.

3. Menjelaskan mekanisme sebuah negara untuk keluar dari International

Criminal Court

Manfaat skripsi ini diharapkan menjadi salah satu sumber rujukan untuk

penelitian selanjutnya yang terkait dengan alasan pengunduran diri sebuah negara

dari ICC serta keputusan Burundi untuk keluar dari ICC tahun 2016-2017.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan topik seputar keputusan Burundi keluar dari International

Criminal Court telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Untuk itu, penulis

menggunakan beberapa penelitian yang terkait dengan isu diatas guna mengetahui

Page 21: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

9

persamaan dan perbedaan yang ada pada penelitian tersebut dengan skripsi yang akan

dibahas.

Joost Pauwelyn dan Rebecca J. Hamilton menulis artikel jurnal pada tahun

2018 dengan judul “Exit From International Tribunals”.25 Artikel yang diterbitkan

oleh Journal of International Dispute Settlement” Vol.9 Issue 4 menjelaskan alasan

sebuah negara keluar dari international tribunal. Dengan memberikan beberapa

contoh kasus seperti Inggris yang akan keluar dari Court of Justice of the European

Union (CJEU), Burundi keluar dari ICC, Venezuela keluar dari Inter-American Court

of Human Rights (IACtHR), adanya ancaman dari Rusia dan Inggris untuk keluar dari

European Court of Human Rights (ECtHR) serta Bolivia, Ecuador, dan Venezuela

yang keluar dari International Center for Settlemnet of Investment Disputes (ICSID).

Menurut pauwelyn dan Hamilton, secara teoritis keluarnya sebuah negara

dipengaruhi oleh 2 hal yaitu Tribunal-centered change atau State-centered change.

Tribunal-centered di bagi menjadi dua yaitu Judicial activism dan Tribunal bias.

Sedangkan State-centered change dibagi menjadi dua yaitu Sovereignity costs dan

Political change. Disebutkan sebagai salah satu contoh analisis dijurnal tersebut

bahwa keluarnya Burundi dari ICC merupakan interaksi dari kedua faktor tersebut.

Adapun perbedaaan penelitian ini dengan skripsi yang akan dibahas adalah dari fokus

pembahasan. Penelitian ini menjelaskan secara umum alasan negara-negara keluar

25 Joost Pauwelyn dan Rebecca J. Hamilton, “Exit From International Tribunals”, Journal of

International Dispute Settlement, Vol.9 Issue4(2018) diakses pada 5 April 2019 dari

https://www.researchgate.net/publication/328468164_Exit_from_International_Tribunals

Page 22: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

10

dari International Tribunals sedangkan skripsi ini menganalisa secara mendalam

terhadap keputusan Burundi keluar dari ICC tahun 2016-2017.

Skripsi ini memilih artikel jurnal yang ditulis oleh Narnia Bohler-Muller dan

Dunia Zongwe pada tahun 2017 dengan judul “It Is Self-Defeating For Africa (and

South Africa) to Withdraw From Interntional Criminal Court”.26 Menurut Muller dan

Zongwe, seruan Uni Afrika kepada negara-negara di Afrika (khususnya Afrika

Selatan) untuk keluar dari keanggotannya di ICC hanya akan merugikan negara-

negara Afrika itu sendiri. Keputusan untuk keluar dari ICC saat ini dianggap tidak

tepat karena dinilai untimely dan premature karena benua Afrika belum memiliki

pengadilan regional ataupun benua yang secara efektif mampu mengadili para pelaku

kejahatan internasional seperti ICC. Selain itu, penarikan diri dari ICC dianggap

bertentangan dengan nilai-nilai benua Afrika itu sendiri yang memiliki kontribusi

besar terhadap pembentukan ICC dan upayanya dalam membangun perdamaian dan

keamanan.

Tujuan utama artikel jurnal yang ditulis oleh oleh Muller dan Zongwe adalah

memberikan alasan bagi negara-negara Afrika untuk tidak keluar dari

keanggotaannya di ICC. Sedangkan skripsi ini bertujuan untuk menganalisa

keputusan Burundi keluar dari International Criminal Court tahun 2016-2017

dengan menggunakan teori kepentingan nasional serta kebijakan luar negeri.

26 Narnia Bohler-Muller dan Dunia Prince Zongwe, “ It is Self-Defeating for Africa (and

South Africa) to Withdraw From the International Criminal Court”

Page 23: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

11

Kemudian, artikel jurnal yang ditulis oleh Manisuli Ssenyonjo tahun 2017

dengan judul “State Withdrawal Notifications From The Rome Statute of

International Criminal Court : South Africa, Burundi and The Gambia.27 Artikel

jurnal ini menjelaskan bahwa langkah ketiga negara yaitu Afrika Selatan, Burundi,

dan Gambia keluar dari International Criminal Court didasari oleh kepentingan

nasional masing-masing negara. Selain itu, artikel jurnal ini juga memberikan

beberapa alasan umum yang menyebabkan negara-negara tersebut memutuskan

keluar dari ICC serta dampaknya terhadap ICC.

Ssenyonjo menjelaskan bahwa penarikan diri dari Statuta Roma tidak

berpengaruh pada kewajiban suatu negara terhadap perjanjian internasional lainnya.

Sehingga, Afrika Selatan, Burundi, dan Gambia yang merupakan pihak dari Konvensi

Genosida secara implisit tetap memiliki kewajiban untuk bekerjasama terhadap

“international penal tribunal”28 (dalam hal ini adalah ICC) yang memiliki yurisdiksi

terhadap kejahatan genosida untuk menangkap dan menyerahkan pelaku kejahatan

genosida ke ICC.

27 Manisuli Ssenyonjo, “State Withdrawal Notifications From The Rome Statute of The

International Criminal Court : South Africa, Burundi, and The Gambia”, Criminal Law Forum, Vol.29

Issue 1 (2017) diakses pada 5 April 2019 dari

https://bura.brunel.ac.uk/bitstream/2438/14738/1/Fulltext.pdf 28 Orang-orang yang didakwa melakukan kejahatan Genosida atau tindakan lain yang

disebutkan dalam pasal III harus diadili oleh pengadilan nasional yang kompeten di wilayah dimana

kejahatan tersebut dilakukan, atau oleh pengadilan pidana internasional yang mungkin memiliki

yurisdiksi yang berkaitan dengan pihak-pihak yang melakukan perjanjian yang akan menerima

yurisdiksi tersebut, Lihat “Convention On The Prevention and Punishment of the Crime of Genoside”,

Dokumen PBB (1948), Pasal VI diakses pada 5 April 2019, dari

https://treaties.un.org/doc/publication/unts/volume%2078/volume-78-i-1021-english.pdf

Page 24: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

12

Perbedaan antara penelitian ini dengan skripsi yang dibahas adalah dari segi

pembahasan. Penelitian ini fokus menjelaskan secara umum alasan ketiga negara

yaitu Afrika Selatan, Burundi, dan Gambia keluar dari ICC. Sedangkan skripsi ini

berfokus pada satu negara yaitu menganalisa keputusan Burundi keluar dari ICC

tahun 2016-2017.

T erakhir, skripsi dari Dinar Wulandari dari Universitas Jember dengan judul “

Keputusan Afrika Selatan Menarik Diri Dari Keanggotaan International Criminal

Court (ICC)” tahun 2017.29 Dalam argumen utamanya, keputusan Afrika Selatan

keluar dari ICC disebabkan adanya diskriminasi yang dilakukan oleh ICC terhadap

Afrika. ICC dinilai hanya fokus menangani kasus kejahatan di Afrika dan

menargetkan para pemimpin negara di Afrika seperti pada kasus Presiden Sudan yaitu

Omar al-Bashir. Keterkaitan penelitian ini dengan skripsi yang dibahas adalah dari

segi pembahasan yang fokus kepada analisa keputusan sebuah negara keluar dari

ICC.

Adapun perbedaan penelitian ini dengan skripsi yang dibahas yaitu dari segi

pembahasan dan teori yang digunakan sebagai alat analisa. Penelitian ini fokus

menganalisa keputusan Afrika Selatan keluar dari ICC sedangkan skripsi ini berfokus

untuk menganalisa alasan Burundi keluar dari ICC tahun 2016-2017. Selain itu,

penelitian ini menggunakan teori neo-realisme sedangkan pada skripsi ini

29 Dinar Wulandari, “Keputusan Afrika Selatan Menarik Diri Dari Keanggotaan International

Criminal Court (ICC)”, Skripsi : Universitas Jember (2017), diakses pada 5 April 2019 dari

https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81300

Page 25: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

13

menggunakan konsep kepentingan nasional dan teori kebijakan luar negeri sebagai

alat analisa.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui alasan Burundi keluar dari International Criminal Court

tahun 2016-2017, skripsi ini menggunakan konsep kepentingan nasional dan teori

kebijakan luar negeri sebagai alat analisis. Dua alat analisa tersebut menjadi landasan

berfikir dalam skripsi ini untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguraikan

tujuan penelitian yang diharapkan dalam skripsi ini.

E.1 Konsep Kepentingan Nasional

Dalam menentukan arah kebijakan dan menetapkan keputusan, suatu negara

akan terlebih dahulu merumuskan kepentingan nasionalnya. Menurut Kenneth Waltz

dalam bukunya yang berjudul “Theory of International Politics (1979)

mengemukakan bahwa kepentingan nasional negara terbentuk sebagai respon

terhadap sistem internasional yang bersifat anarki.30 Artinya, dalam sistem

internasional tidak ada otoritas yang lebih tinggi diatas negara yang mengakibatkan

negara-negara hidup dalam lingkungan yang kompetitif dan mengancam

kedaulatannya sehingga berpotensi mengarah pada terjadinya perang.31 Oleh karena

itu, hal yang terpenting bagi negara bukanlah power seperti yang dijelaskan oleh

30 Jamie Jaafar, “ Reconciling Realism and Constructivism : An Analysis of National Interest

and International Institutions”, Bulletin of the centre for East-West Cultural and Economic Studies,

Vol.12, No.2 (2017), h.11. 31 Munafrizal Manan, “Foreign Policy and National Interest : Realism and Its Critiques”,

Global & Strategis, Vol.9, No.2 (2017), h.178.

Page 26: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

14

Morgenthau, melainkan security.32 Negara akan memaksimalkan security karena

survival merupakan tujuan akhir dari kepentingan nasional negara.33

Negara sebagai unit-unit dalam sistem internasional yang anarki membuatnya

terpaksa untuk bersifat self-help guna memastikan kelangsungan hidup mereka

sehingga setiap unit tersebut akan berusaha untuk mempertahankan dirinya sendiri.34

Menurut Waltz meski tujuan setiap negara mungkin beragam tetapi inti dari

kepentingan nasional setiap negara adalah survival.35 Menurutnya “In anarchy,

security is the highest end. Only if survival is assured can states seek such other goals

as tranquility, profit, and power” [Dalam sistem internasional yang anarki, keamanan

merupakan tujuan tertinggi. Hanya jika kelangsungan hidup negara terjamin maka

negara dapat mengejar tujuan lainnya seperti ketenangan, keuntungan dan

kekuasaan].36

Survival sebuah negara dianggap sebagai prasyarat untuk mencapai semua

tujuan lainnya. Kepentingan lain seperti ekonomi, lingkungan, dan kemanusiaan tidak

dapat dicapai apabila keberadaan suatu negara terancam.37 Waltz juga menegaskan

bahwa negara biasanya akan memilih kebijakan sesuai dengan keadaan atau situasi

32 Munafrizal Manan, “Foreign Policy and National Interest : Realism and Its Critiques”,h.177 33 Munafrizal Manan, “Foreign Policy and National Interest : Realism and Its Critiques”,h.178 34 Kenneth Waltz, Theory of International Politics (Addison :Wesley Publishing Company,

1979), h.88-105. 35 Kenneth Waltz, Theory of International Politics (New York : Waveland Press, McGraw-

Hill, 1979),h. 91-92 36 David A. Baldwin, “The Concept of Security”, Review of International Studies, Vol.23

(1997),h.21 37 Munafrizal Manan, “Foreign Policy and National Interest : Realism and Its Critiques”,h.178

Page 27: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

15

mereka dan bertindak dengan hati-hati untuk tidak membahayakan keberadaan

mereka sendiri.38

E.2 Teori Kebijakan Luar Negeri

Skripsi ini memilih teori kebijakan luar negeri yang dikembangkan oleh Miriam

Fendius Elman39 yang mendukung sistem internasional milik Waltz untuk

menjelaskan perilaku negara kecil. Istilah “small or weak states” didefinisikan

berdasarkan keterbatasan kapasitasnya untuk : pertama, mempengaruhi kepentingan

keamanan atau secara langsung mengancam sebuah kekuatan besar (great power).

Kedua, mempertahankan atau membela diri sendiri terhadap serangan kekuatan

besar.40

Pada dasarnya kebijakan luar negeri merupakan “action theory” atau

kebijaksanaan suatu negara yang ditunjukan ke negara lain untuk mencapai suatu

kepentingan tertentu.41 Kebijakan luar negeri juga merupakan suatu komitmen yang

pada dasarnya merupakan strategi dasar untuk mencapai suatu tujuan baik dalam

konteks dalam negeri dan luar negeri serta sekaligus menentukan keterlibatan suatu

negara dalam di dalam isu-isu internasional atau lingkungan sekitarnya.42

38 Kenneth Waltz, Theory of International Politics, h.134 39 Miriam Fendius Elman merupakan Associate Professor di Departemen Ilmu Politik di

Maxwell School of Citizenship and Public Affairs, Syracuse University 40 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism in

Its Own Backyard”, British Journal of Political Science, Vol.25 No.2 (1995), h. 171 41 Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.47 42 Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional, h.47

Page 28: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

16

Menurut Elman, pasca berakhirnya perang dingin sejumlah negara- negara kecil

telah memasuki kancah dunia. Para ahli teori hubungan internasional dianggap hanya

fokus membahas kebijakan luar negeri negara-negara besar dan mengabaikan studi

untuk negara-negara kecil.43 Elman mengemukakan bahwa untuk membahas

kebijakan luar negeri negara-negara kecil dapat berfokus pada efek dari sistem

internasional. Hal itu dikarenakan negara-negara kecil lebih disibukan dengan

masalah survival dimana negara-negara kecil biasanya dihadapkan dengan masalah

eksternal terhadap national survival dan sistem internasional akan mejadi level

analisa yang paling relevan untuk menjelaskan kebijakan luar negeri negara-negara

tersebut.44

Handel menambahkan dengan mengemukakan bahwa faktor domestik kurang

berpengaruh terhadap kebijakan luar negeri negara-negara kecil. Sistem internasional

membuat negara-negara kecil kurang memiliki pilihan dalam proses pengambilan

keputusan. Oleh karena itu, “Third Image” milik Kenneth Waltz adalah level analisis

yang paling relevan.45 Sebaliknya, politik domestik akan memainkan peran yang

dominan terhadap proses pengambilan kebijakan luar negeri negara-negara besar atau

great powers. Hal itu disebabkan karena negara-negara besar dihadapkan dengan

ancaman eksternal dengan tingkatan yang lebih rendah dibandingkan dengan negara-

43 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism in

Its Own Backyard”, h.171-172 44 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism in

Its Own Backyard”, h.175 45 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism in

Its Own Backyard”, h. 178

Page 29: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

17

negara kecil sehingga negara-negara tersebut memiliki lebih banyak opsi untuk

bertindak.46

Berdasarkan penjelasan dua alat analisa diatas, penulis berpendapat bahwa

keluarnya Burundi dari ICC merupakan bentuk self-help yang dilakukan oleh Burundi

untuk menjaga kepentingan nasionalnya. Kemudian, penulis menganalisa alasan

keputusan Burundi untuk keluar ICC pada tahun 2016-2017 menggunalan level

analisa “third image” yang berfokus pada sistem internasional milik Waltz untuk

mendapatkan jawaban yang diharapkan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif

sebagai metode penelitian. Menurut Creswell pendekatan kualitatif dalam sebuah

penelitian adalah sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau

masalah manusia berdasarkan pada penciptaan gambaran lengkap yang dibentuk

dengan kata-kata dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.47 Penggunaan metode

kualitatif digunakan karena skripsi ini akan bersifat deskriptif analitis agar dapat

menjelaskan keputusan Burundi keluar dari International Criminal Court tahun 2016-

2017.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder.

Data tersebut diperoleh dengan melakukan pendekatan studi kepustakaan (Library

46 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism in

Its Own Backyard”, h. 175 47 John W. Creswell, Research Design, Qualitative, Quantitative Approaches (terjemahan)

(Jakarta : KIK Press, 2002), h.1.

Page 30: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

18

Research) terhadap beberapa literatur seperti buku, jurnal, karya ilmiah dan sumber

elektronik berupa situs internet yang terkait. Untuk itu, studi kepustakaan dilakukan

dengan mengunjungi perpustakaan pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini disajikan dalam

bentuk deskriptif-analitis, data-data yang telah diperoleh selanjutnya diproses melalui

analisis dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang berkaitan untuk

mendapatkan hasil penelitian yang komprehensif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi ke dalam

lima bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I memaparkan latar belakang permasalahan yang merupakan

signifikasi dari isu yang dikaji dan memunculkan sebuah rumusan masalah yang

menjadi fokus pembahasan dalam skripsi ini serta dilanjutkan dengan tujuan dan

manfaat dari skripsi ini. Kemudian, pada bagian ini juga menjelaskan tinjauan

pustaka serta teori yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dibagian

akhir, dijelaskan metode penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan untuk

membantu menjelaskan skripsi ini.

Page 31: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

19

BAB II HUBUNGAN BURUNDI DENGAN INTERNATIONAL CRIMINAL

COURT

Pada bab ini dijelaskan hubungan antara Burundi dengan International

Criminak Court. Pembahasan hubungan Burundi dengan International Criminal

Court dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan dijelaskan Profil negara

Burundi secara umum. Bagian kedua dijelaskan keanggotaan Burundi di

International Criminal Court. Dalam uraian tersebut juga disertakan pembahasan

terkait hak dan kewajiban Burundi sebagai negara anggota serta perannya selama

menjadi anggota ICC. Bagian ketiga dijelaskan proses penarikan diri Burundi dari

keanggotaannya di International Criminal Court.

BAB III PROFIL INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC)

Pada bab ini dipaparkan profil International Criminal Court. Pembahasan

mengenai profil International Criminal Court akan dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian pertama menjelaskan terlebih dahulu sejarah pembentukan International

Criminal Court. Bagian kedua menjelaskan yurisdiksi International Criminal Court

serta batasannya. Bagian ketiga memaparkan struktur dari International Criminal

Court.

BAB IV ANALISA KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI

INTERNATIONAL CRIMINAL COURT TAHUN 2016-2017

Page 32: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

20

Pada bab IV ini membahas alasan Burundi keluar dari International Criminal

Court tahun 2016-2017. Alasan tersebut akan dipaparkan kedalam beberapa bagian.

Adapun beberapa alasan tersebut diantaranya kurangnya kredibilitas dari

International Criminal Court, upaya Burundi untuk menghindari proses penuntutan

oleh International Criminal Court, serta adanya dukungan Uni Afrika untuk keluar

dari ICC. Alasan-alasan tersebut kemudian dianalisa dan dipaparkan dengan

menggunakan konsep kepentingan nasional dan teori kebijakan luar negeri yang

dijadikan sebagai alat analisa dalam penelitian ini untuk mendapatkan jawaban yang

komprehensif.

BAB V KESIMPULAN

Pada bagian ini dijelaskan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisa

yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya.

Page 33: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

21

BAB II

HUBUNGAN BURUNDI DENGAN ICC

Bab ini dijelaskan hubungan Burundi dengan International Criminal Court.

Pembahasan Hubungan Burundi dengan ICC akan dibagi menjadi tiga bagian. Bagian

pertama menjelaskan profil negara Burundi secara umum. Bagian kedua menjelaskan

keanggotaan Burundi di ICC. Kemudian, bagian ketiga menjelaskan proses

pengunduran diri Burundi dari ICC.

A. Profil Burundi

Burundi merupakan sebuah negara yang berada di kawasan Afrika Timur.

Secara geografis, Burundi berbatasan dengan Rwanda di sebelah utara, Tanzania

disebelah timur dan Republik Demokratik Kongo di sebelah barat.48 Selain itu, di

sebelah barat daya berbatasan dengan Danau Tanganyika.49 Ibu kota Burundi terletak

di Bujumbura yang merupakan kota terbesar di negara tersebut. Burundi

dikategorikan sebagai negara kecil dengan sebutan small landlocked country dengan

luas wilayah sebesar 27.830 km.50 Burundi juga merupakan negara terpadat kedua di

48 World Bank Group, “Republic of Burundi Adressing Fragility And Demographic

Challenges To Reduces Poverty And Boost Sustainable Growth”, Dokumen World Bank (2018), h.1

diakses pada 9 April 2019, dari

http://documents.worldbank.org/curated/en/655671529960055982/pdf/Burundi-SCD-final-

06212018.pdf 49 “Burundi”, Website One World Nations Online, diakses pada 9 April 2019, dari

https://www.nationsonline.org/oneworld/burundi.htm 50 “Burundi Country Profile”, Dokumen United Nations Great Lake (2018), diakses pada 9

April 2019 dari https://ungreatlakes.unmissions.org/sites/default/files/310808_burundi_profile.pdf

Page 34: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

22

Afrika dengan perkiraan 470 penduduk /km dengan populasi sekitar 11,2 juta jiwa

secara keseluruhan.51

Gambar II.1 Peta Geografis Burundi52

Populasi di Burundi terdiri dari 3 kelompok etnis yang dominan. Menurut

perkiraan tahun 2018, Etnis Hutu merupakan mayoritas yang mewakili sekitar 80%

dari total populasi. Etnis Tutsi sebagai minortitas mewakili populasi sekitar 19%, dan

etnis Twa mewakili 1% populasi.53 Bahasa utama yang digunakan adalah bahasa

Kirundi dan bahasa Perancis serta Bahasa Swahili yaitu bahasa campuran antara

bahasa Arab dengan bahasa Bantu yang digunakan sebagai bahasa perdagangan dan

bisnis di sebagian besar wilayah Afrika Timur serta digunakan di wilayah Danau

Tanganyika dan ibu kota. Selain itu, warga negara Burundi sebagian besar menganut

agama Katolik (65%), Protestan (27%), Muslim (6%) dan agama tradisional (2%).54

51 “Burundi Country Profile”, Dokumen United Nations Great Lake, 52 “Global Words, Country Profile Burundi, Dokumen Global Words (2009), 53 “Burundi Country Profile”, Dokumen United Nations Great Lake, 54 “Global Words, Country Profile Burundi, Dokumen Global Words (2009), diakses pada 9

April 2019, dari

http://www.globalwords.edu.au/units/Sustainability_UPY6_html/documents/Burundi.pdf

Page 35: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

23

Burundi juga merupakan salah satu negara miskin di dunia dengan GDP per

kapita (2018) sebesar US$900 hampir sama dengan Liberia. Hampir 72,9 %

populasinya hidup di bawah garis kemiskinan dengan US$1,90 per hari.55

Perekonomiannya sangat bergantung pada sektor pertanian yang telah

mempekerjakan 80% populasinya meski sangat kekurangan lahan. Burundi juga

menempati peringkat 184 dari 188 pada Indeks Pembangunan Manusia atau Human

Development Index.56 Meski sektor pertanian menjadi tulang punggung

perekonomian, sektor ini hanya berkontribusi sebesar 40% terhadap GDP dan banyak

warga negara Burundi yang mengidap kelaparan, kekurangan gizi dan pertumbuhan

yang terhambat.57

Sejak merdeka dari Belgia pada tahun 1962,58 Burundi dicirikan oleh

ketidakstabilan politik serta kekerasan khsusnya konflik internal yang timbul dari

perpecahan etnis antara Hutu yang merupakan mayoritas dan Tutsi yang merupakan

minoritas.59 Sejak awal kemerdekaan, rakyat Burundi telah mengendalikan kekuatan

politik melalui kekerasan serta telah mengubah kepemimpinan sebanyak sebelas kali,

dimana enam diantaranya melalui kudeta militer.60 Sektor pemerintahan Burundi

55 “Burundi Country Profile”, Dokumen United Nations Great Lake, 56 “Burundi Country Profile”, Dokumen United Nations Great Lake, 57 World Bank Group, “Republic of Burundi Adressing Fragility And Demographic

Challenges To Reduces Poverty And Boost Sustainable Growth”, h.viii 58 BBC, “Burundi Profile Timeline”, Website BBC, 3 Desember 2018, diakses pada 9 April

2019 dari https://www.bbc.co.uk/news/world-africa-13087604 59 Country Watch, “ Burundi-2016 Country Review”, Dokumen Country Watch (2016), h.2,

diakses pada 9 April 2019 dari

http://www.countrywatch.com/Content/pdfs/reviews/B35Q954M.01c.pdf 60 World Bank Group, “Republic of Burundi Adressing Fragility And Demographic

Challenges To Reduces Poverty And Boost Sustainable Growth”, h.x

Page 36: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

24

diawali oleh dominasi kepemimpinan dari kelompok Tutsi sampai tahun 1993.61

Selama kelompok Tutsi mendominasi pemerintahan telah terjadi peristiwa penting

yaitu serangkaian kekerasan serta kudeta militer terhadap para pemimpinnya.62

Seperti peristiwa yang terjadi pada tahun 1972, ketika terjadi pemberontakan

yang dipimpin oleh kelompok Hutu yang memprotes kepemimpinan Presiden

Michombero dari kelompok Tutsi. Pemerintah menggunakan respon kekerasan

terhadap pemberontakan tersebut sehingga menewaskan 300.000 orang dengan

mayoritas berasal dari kelompok Hutu.63 Pemberontakan kembali terjadi pada tahun

1993, saat itu Presiden Hutu pertama yang terpilih secara demokratis yaitu Melchior

Ndadaye dibunuh oleh pemberontak dari kelompok Tutsi yang kembali memicu

konflik antara tentara pemerintah yang berasal dari suku Hutu dengan kelompok

pemberontak Tutsi yang diperkirakan telah menelan korban jiwa sebanyak 25.000

sampai 50.000 orang dan diperkirakan 800.000 orang telah mengungsi ke negara

tetangga.64 Konflik antar etnis tersebut berlanjut dari tahun 1993 sampai 2005.65

Saat ini, Burundi dipimpin oleh Presiden Pierre Nkurunziza yang berasal dari

kelompok Hutu. Presiden Pierre Nkurunziza telah menjabat sejak tahun 2005, ketika

dirinya terpilih melalui pemilihan umum yang dilakukan untuk pertama kali sejak

61 UK Border Agency, “Country of Origin Information key Doucments : Burundi”, Dokumen

Refworld (2008), h.8 ,diakses pada 9 April 2019 dari https://www.refworld.org/pdfid/4b2b77d22.pdf 62 Country Watch, “ Burundi-2016 Country Review”, h 8-9 63 “The 1972 and 1993 Burundi Genocides”, Website Atrocities Watch Africa”, diakses pada

9 April 2019 dari http://atrocitieswatch.org/the-1972-and-1993-burundi-genocides/ 64 Country Watch, “ Burundi-2016 Country Review”, h.12 65 Coalition For ICC, “Burundi and the International Criminal Court”, Dokumen Coalition for

International Criminal Court (2017), diakses pada 9 April 2019 dari

http://www.coalitionfortheicc.org/sites/default/files/cicc_documents/ciccfactsheet_burundi_icc.pdf

Page 37: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

25

tahun 1993. Nkurunziza saat itu menyatakan dibawah pemerintahannya, berkomitmen

untuk menegakan hukum di Burundi dengan berkaca pada pelanggaran Hak Asasi

Manusia yang terjadi selama bertahun-tahun. Dibawah konstitusi baru,

pemerintahannya menjamin pembagian kekuasaan antara kelompok etnis Hutu dan

Tutsi.66 Pada 26 Agustus 2010, Presiden Pierre Nkurunziza kembali dilantik untuk

masa jabatan lima tahun kedepan.67

Situasi di Burundi kembali memburuk sejak April 2015 ketika Presiden Pierre

Nkurunziza mengumumkan keputusannya untuk mencalonkan diri sebagai presiden

untuk masa jabatan yang ketiga yang dianggap bertentangan dengan konstitusi

negara.68 Oleh sebab itu, percobaan kudeta terhadap Presiden Nkurunziza dilakukan

pada 13 Mei 2015 namun tidak membuahkan hasil dan Presiden Nkurunziza kembali

terpilih pada 15 Juli 2015.69 Menurut laporan United Nations High Commissioner for

Refugees, sejak pecahnya konflik pada April 2015, ribuan warga Burundi telah pergi

meninggalkan negaranya untuk mencari perlindungan di negara-negara tetangga.

Pada akhir tahun 2017, lebih dari 410.600 pengungsi Burundi telah melarikan diri ke

Republik Demokratik Kongo, Uganda, dan Tanzania.70

66 Refworld, “Operational Guidance Note-Burundi”, Dokumen Refworld (2007), h. 2, diakses

pada 9 April 2019 dari https://www.refworld.org/pdfid/460255512.pdf 2. 67 Country Watch, “ Burundi-2016 Country Review”, h.24 68 Stephanie Thomson, “ Burundi Is On The Brink- A Crisi Explained”, Website World

Economic Forum, 9 Februari 2016, diakses pada 9 April 2019 dari

https://www.weforum.org/agenda/2016/02/burundi-is-on-the-brink-a-crisis-explained-dc4113d4-af48-

4f63-b6b8-6a8c42acb78b/ 69 Stephanie Thomson, “ Burundi Is On The Brink- A Crisi Explained”, 70 UNHCR, “ Burundi Situation 2017”, Dokumen UNHCR (2017), diakses pada 9 April 2019

dari https://www.unhcr.org/59244aa77.pdf

Page 38: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

26

B. Keanggotaan Burundi di International Criminal Court

Keanggotaan Burundi di International Criminal Court diawali melalui

penandatangan Statuta Roma yang dilakukan oleh Pemerintah Burundi pada 13

Januari 1999 dan diratifikasi pada 21 September 2004.71 Sesuai dengan pasal 126 (2),

Statuta Roma mulai berlaku pada hari ke 60 setelah diratifikasi oleh negara tersebut,

sehingga Statuta Roma mulai berlaku kepada Burundi pada 1 Desember 2004.72

Setelah Statuta Roma berlaku, Burundi resmi menjadi negara anggota ICC dengan

menjadi negara anggota ke-95.73 Meski Burundi tidak termasuk dalam 60 negara awal

yang meratifikasi Statuta Roma, setidaknya Burundi telah berkomitmen untuk

menjaga perdamaian dan keamanan internasional serta mencegah terjadinya praktik

impunitas bagi para pelaku kejahatan internasional.74

Pada pasal 11 (b) disebutkan negara yang menjadi anggota ICC setelah Statuta

Roma berlaku maka pengadilan dapat menggunakan yurisdiksinya setelah berlakunya

Statuta Roma pada negara tersebut kecuali jika negara tersebut membuat deklarasi

kepada Panitera pengadilan (Registrar).75 Sesuai pasal ini, ICC hanya memiliki

yurisdiksi terhadap kejahatan yang terjadi di wilayah Burundi atau yang dilakukan

71 Coalition For ICC, “Burundi and the International Criminal Court”, Dokumen Coalition for

International Criminal Court (2017), diakses pada 10 April 2019 dari

http://www.coalitionfortheicc.org/sites/default/files/cicc_documents/ciccfactsheet_burundi_icc.pdf 72 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 126 (2). 73 Coalition For ICC, “Burundi and the International Criminal Court”, 74 ICC, “Membership In The Rome Statute – Why and How”, Dokumen ICC (2017), diakses

pada 10 April 2019 dari https://www.icc-cpi.int/itemsDocuments/pr1331_lft.pdf 75 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 11 (2).

Page 39: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

27

oleh warga negaranya sejak 1 Desember 2004 kecuali jika Burundi membuat

deklarasi untuk mengadili kejahatan yang terjadi sebelum Statuta Roma berlaku.

Statuta Roma ICC memiliki sifat non-reservations yang berarti setiap negara

anggota harus menerima segala ketentuan yang ada di Statuta Roma tanpa

pengecualian.76 Oleh karena itu, Burundi yang merupakan negara anggota ICC telah

menjadikan Statuta Roma sebagai bagian dari hukum nasionalnya dan menerima

segala ketentuan yang diatur didalam Statuta Roma. Hal ini sesuai dengan pasal 2

Vienna Convention on The Law of Treaties (VCLT) bahwa ratifikasi memiliki arti

bahwa sebuah negara telah menyetujui untuk terikat dalam perjanjian internasional.77

Kemudian, pada pasal 26 VCLT disebutkan bawa “Every treaty in force is

binding upon the parties t it and must be performed by them in good faith”[Setiap

perjanjian yang berlaku mengikat pihak-pihak yang terlibat didalamnya dan harus

dilaksanakan dengan itikad baik].78 Sebagai negara anggota, secara hukum Burundi

memiliki berbagai hak yang mungkin didapatkan serta kewajiban yang harus

dilaksanakan dengan menjadi negara anggota ICC.

Sebagaimana negara anggota lainnya, Burundi memiliki hak untuk ikut serta

dalam segala kegiatan ICC seperti memberikan suara dalam pengambilan keputusan

dan pandangan terhadap kinerja ICC serta mengikuti pemilihan Hakim dan Jaksa ICC

melalui perwakilannya di Assembly of Parties atau Majelis Negara Pihak. Setiap

76 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 120. 77 PBB, “Vienna Convention on the Law of Treaties”, Dokumen PBB (2005), h.2, diakses

pada 10 April 2019 dari http://legal.un.org/ilc/texts/instruments/english/conventions/1_1_1969.pdf 78 PBB, “Vienna Convention on the Law of Treaties”, h.6.

Page 40: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

28

negara memiliki satu perwakilannya di Majelis Negara Pihak disertai oleh pengganti

dan penasihat.79 Selain itu, negara-negara anggota ICC juga dapat menggunakan

haknya secara hukum untuk meminta pengadilan menggunakan yurisdiksinya untuk

melakukan penyelidikan atas suatu kasus kejahatan internasional yang terjadi di

wilayahnya atau dilakukan oleh individu yang berasal dari negaranya.80

Burundi dan negara-negara anggota lainnya juga memiliki hak untuk

mencalonkan warga negaranya ataupun warga negara dari negara anggota lainnya

untuk mengisi posisi penting di ICC seperti Hakim, Jaksa Penuntut, dan Panitera.81

Kemudian, hak yang paling penting adalah Burundi tetap memilliki hak untuk

melakukan penyelidikan, penuntutan, dan mengadili kejahatan internasional yang

terjadi di wilayahnya sebagaimana yang ditekankan pada pembukaan Statuta Roma.82

ICC menganut asas complementary dimana yurisdiksi pengadilan adalah

sebagai pelengkap dan tetap mengutamakan yurisdiksi nasional.83 Berbeda dengan

pengadilan ad hoc ICTY or ICTR yang yurisdiksinya mengungguli yurisdiksi

nasional, ICC menjunjung tinggi prinsip kedaulatan negara dan akan mengambil alih

ketika negara tersebut enggan atau tidak mampu melakukan prosedur penuntutan.84

79 ICC, “Assembly of States Parties”, Website ICC, diakses pada 10 April 2019, dari

https://www.icc-cpi.int/asp 80 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 12 (2). 81 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 36 (4) (b). 82 Lihat “Rome Statue of International Criminal Court”, Preamble 83 Adel Maged, “Withdrawal of Referrals-A Serious Challenge to the Function of the ICC”,

International Criminal Law Review, Vol 6 Issue 3 (2006), h.423 84 Adel Maged, “Withdrawal of Referrals-A Serious Challenge to the Function of the ICC”,

h.423

Page 41: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

29

Terakhir, negara-negara anggota berhak melakukan penarikan diri dari

keanggotaannya di ICC sesuai prosedur yang tercantum didalam Statuta Roma.85

Negara-negara anggota ICC, memiliki kewajiban hukum untuk bekerjasama

dengan pengadilan dalam memberikan bantuan peradilan sebagaimana yang diatur

dalam Statuta Roma. Pada pasal 86 dengan jelas disebutkan bahwa seluruh negara

anggota berada dibawah kewajiban umum untuk bekerjasama dengan pengadilan

serta kewajiban khusus untuk menangkap dan menyerahkan para pelaku yang

dianggap telah melakukan kejahatan internasional86 Berdasarkan pasal tersebut maka

Burundi sebagai negara anggota ICC memiliki kewajiban untuk menangkap dan

menyerahkan para pelaku kejahatan ketika masuk wilayah yurisdiksinya termasuk

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pengadilan.

Selama 13 tahun keanggotaannya di ICC, Burundi tidak memiliki peran yang

signifikan di institusi tersebut. Burundi tidak pernah mengisi jabatan-jabatan penting

di ICC, seperti Kepresidenan (Presidency), Divisi Yudisial (Judicial Division) yang

berisikan hakim-hakim ICC, Kantor Kejaksaan (Office of The Prosecutor), ataupun

Kantor Administrasi (Registry). Burundi hanya memiliki peran di Majelis Negara

Pihak (Assembly of States Parties) dimana setiap negara yang meratifikasi Statuta

Roma memiliki satu perwakilannya sebagai represntasi dari negaranya.87

85 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 127. 86 Sarah Williams dan Lena Sherif, “The Arrest Warrant for President Al-Bashir : Immunities

of Incumbent Heads of State and the International Criminal Court”, Journal of Conflict & Security

Law, Vol.14 No.1 (2009), h.86. 87 ICC”, Assembly of States Parties”,

Page 42: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

30

Perwakilan Burundi di Majelis Negera Pihak diwakili oleh Duta Besar Vestine

Nehimana.88 Majelis Negara Pihak merupakan badan legislatif pengadilan.89 Oleh

karena itu, Burundi berhak untuk memberikan suaranya (terhitung satu suara)90

meskipun setiap keputusan yang diambil di Majelis Negara Pihak dicapai melalui

konsensus. Contohnya, Burundi memiliki hak memberikan suara untuk amandemaen

Statuta Roma91, menentukan budget pengadilan, berpartisipasi dalam pemilihan

Hakim dan Jaksa Penuntut beserta wakilnya. 92Selain itu Burundi memiliki hak untuk

mengajukan kandidat pada posisi tersebut.93

C. Proses Penarikan Diri Burundi dari International Criminal Court

Dibawah Statuta Roma, setiap negara anggota memiliki hak untuk menarik diri

dari keanggotaannya di ICC sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 127 (1) bahwa

negara anggota yang ingin menarik diri dari keanggotaannya di ICC harus

menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Sekretaris Jenderal PBB dan proses

penarikan diri memerlukan waktu satu tahun terhitung sejak Sekretaris Jendral PBB

menerima pemberitahuan tersebut.94

88 Kwamchetsi Makokha, “Claims of ICC Bias and Double Standards At ASP Annual

Meeting” Website The East African, 28 November 2016, diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.theeastafrican.co.ke/news/ea/Claims-of-ICC-bias-and-double-standards-at-ASP-annual-

meeting/4552908-3467836-k3151nz/index.html 89 ABA-ICC, “Structure of The ICC”, Website ABA-ICC Project, diakses pada 10 April 2019

dari https://www.aba-icc.org/about-the-icc/structure-of-the-icc/ 90 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 112 (7). 91 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 121 (2). 92 ICC”, Assembly of States Parties”, 93 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 36 (4) (b). 94 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 127 (1).

Page 43: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

31

Proses penarikan diri Burundi dari keanggotaan ICC diawali dengan langkah di

Parlemen yang meloloskan legislasi untuk keluar dari ICC.95 Kemudian, pada 18

Oktober 2016 Presiden Burundi Pierre Nkurunziza menandatangani legislasi

tersebut96 untuk mendukung langkah Burundi sebagai negara pertama yang keluar

dari ICC. Setelah melewati proses penarikan diri dari ICC, Burundi secara resmi

keluar dari ICC pada 27 Oktober 2017.97

Padahal, Burundi memiliki kesempatan untuk membatalkan keputusannya

keluar dari ICC sebelum satu tahun proses penarikan diri yang telah ditetapkan mulai

efektif seperti yang dilakukan oleh Afrika Selatan dan Gambia.98 Afrika Selatan

memutuskan untuk membatalkan keinginannya keluar dari ICC pada 7 Maret 201799

dan Gambia pada 10 Februari 2017.100 Kepastian Burundi untuk keluar dari ICC

disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Burundi yaitu Alain Nyamitwe yang

95 “Majelis Rendah Burundi Pilih Tinggalkan ICC”, Website Voa, 12 Oktober 2016, diakses

pada 10 April 2019 dari https://www.voaindonesia.com/a/majelis-rendah-burundi-tinggalkan-

icc/3547436.html 96 Angus MacSwan, “Burundi leader signs decree to quit the International Criminal Court”,

Website Reuters, 19 Oktober 2016, diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.reuters.com/article/us-burundi-icc/burundi-leader-signs-decree-to-quit-the-international-

criminal-court-idUSKCN12I2EP 97 “Burundi becomes first nation to leave international Criminal Court”, Website The

Guardian, 28 Oktober 2017, diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.theguardian.com/law/2017/oct/28/burundi-becomes-first-nation-to-leave-international-

criminal-court 98 “Burundi First to Leave International Criminal Court”, Website Aljazeera, 27 Oktober

2017, diakses pada 10 April 2019 dari https://www.aljazeera.com/news/2017/10/burundi-leave-

international-criminal-court-171027080533712.html 99 ICC, “ASP President welcomes the revocation of South Africa’s Withdrawal from the

Rome Statute”, Website ICC, diakses pada 10 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1285 100 “ Secretary-General Welcomes the Gambia’s Decision to Rescind Its Withdrawal from

Rome Statute of International Criminal Court”, Website UN, 16 Februari 2017, diakses pada 10 April

2019 dari https://www.un.org/press/en/2017/sgsm18443.doc.html

Page 44: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

32

menyatakan “ There is no going back ” [ Tidak ada jalan untuk kembali].101 Dengan

keluarnya Burundi dari ICC, menjadikan negara tersebut sebagai negara Afrika

pertama dan satu-satunya negara yang resmi keluar dari ICC.

Keluarnya Burundi dari ICC tentunya mendapatkan respon dari dunia

internasional. Meskipun respon yang diberikan hanya berupa pernyataan, hal tersebut

merupakan bentuk keprihatinan atas keputusan Burundi ataupun dukungan terhadap

ICC. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Majelis Negara Pihak ICC

yaitu Presiden Kaba yang menekankan bahwa “penarikan diri dari Statuta Roma

mewakilkan sebuah kemunduran dalam perang melawan impunitas serta upaya

menuju tujuan universalitas Statuta”.102 Selain itu, menurut Daniel Bekele, direktur

Afrika di Human Right Watch mengatakan bahwa “Burundi telah gagal untuk

meminta pertanggung jawaban orang-orang yang telah melakukan kejahatan brutal

dan telah tenggelam dengan berusaha menolak keadilan bagi para korban di hadapan

ICC”.103

Disisi lain, berbagai pejabat negara dari berbagai negara Afrika seperti

Botswana, Burkina Faso, Cape Verde, Pantai Gading, Demokratik Republik Kongo,

Ghana, Lesotho, Malawi, Mali, Nigeria, Senegal, Sierra Leone, Tanzania, Tunisia,

dan Zambia justru memberikan pernyataan yang mendukung ICC dimana negara-

101 “Burundi Officially Informs UN of Intent to Leave ICC”,Website VOA, 27 Oktober 2016,

diakses pada 10 April 2016 dari https://www.voanews.com/a/burundi-icc-withdrawal/3568311.htm 102 ICC, “ Statement of the President of the Assembly of States Parties on the Process of

Withdrawal From the Rome Statute by Burundi”, Website ICC, 18 Oktober 2016, diakses pada 10

April 2019 dari https://www.icc-cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1244 103 HRW, “Burundi : ICC Withdrawal Major Loss to Victims”, Website HRW, 27 Oktober

2016,diakses pada 10 April 2019 dari https://www.hrw.org/news/2016/10/27/burundi-icc-withdrawal-

major-loss-victims

Page 45: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

33

negara tersebut menegaskan kembali komitmennya untuk tetap mendukung dan

bekerja sama dengan ICC.104

Sebagai konsekuensi keluar dari keanggotaan di ICC, maka Burundi tidak lagi

terikat dengan ketentuan hukum yang ada di dalam Statuta Roma setelah waktu satu

tahun penarikan diri yang telah ditetapkan telah efektif. Namun, sebagaimana yang

dijelaskan pada pasal 127 (2) bahwa sebelum waktu satu tahun penarikan diri mulai

efektif, Burundi masih memiliki kewajiban untuk bekerjasama dengan pengadilan

seperti saat menjadi negara anggota ICC (termasuk kewajiban keuangan) serta

Burundi masih berada didalam lingkup yurisdiksi ICC sampai waktu satu tahun

penarikan diri mulai efektif..105 Sehingga, ICC masih memiliki hak untuk melakukan

investigasi terhadap kejahatan internasional yang mungkin terjadi di Burundi.

Ketentuan di pasal 127 (2) merupakan bentuk pencegahan yang dilakukan oleh ICC

ketika ada suatu negara yang melakukan penarikan diri dari keanggotannya untuk

menghindari yurisdiksi ICC ketika negara menemukan warga negaranya atau

pemimpinnya yang sedang dilakukan investigasi atau penuntutan yang dilakukan oleh

ICC sebelum proses penarikan diri mulai efektif.106

Selain itu, penarikan diri Burundi juga memberikan kerugian bagi pengadilan

karena ICC akan kesulitan dalam melakukan investigasi dan penuntutan terhadap

104 Manisuli Ssenyonjo, “African States failed Withdrawal From the Rome Statute of the

International Criminal Court : From Withdrawal Notifications to Constructive Engagement”,

International Criminal Law Review, Vol.17 Issue 5 (2017), h.793. 105 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 127 (2). 106 Frederique Renee Zoe, “Withdrawal From the Rome Statute by the Republic of South

Africa : Filling the Gaps”, Thesis : Tilburg University (2018), h.25.

Page 46: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

34

kejahatan internasional yang mungkin terjadi di Burundi di masa depan. Hal ini

disebabkan Burundi bukan lagi negara anggota dari Statuta Roma. Selain itu,

keputusan Burundi untuk keluar dari ICC dapat menjadi preseden bagi negara-negara

anggota lainnya untuk mengikuti langkah Burundi keluar dari ICC di masa depan.107

Sayangnya, hal tersebut telah terjadi dimana Pemerintah Filipina memutuskan untuk

keluar dari ICC pada 17 Maret 2019.108 Terakhir, dengan keluarnya Burundi dari ICC

akan memunculkan keraguan bagi negara-negara yang ingin menandatangani ataupun

meratifikasi Statuta Roma dalam waktu dekat.109

107 Manisuli Ssenyonjo, “African States failed Withdrawal From the Rome Statute of the

International Criminal Court : From Withdrawal Notifications to Constructive Engagement”, h.795 108 BBC, “Philipines Officially Out of the International Criminal Court”, Website BBC, 18

Maret 2019, diakses pada 10 April 2019 dari https://www.aljazeera.com/news/2019/03/philippines-

officially-international-criminal-court-190317171005619.html 109 Manisuli Ssenyonjo, “African States failed Withdrawal From the Rome Statute of the

International Criminal Court : From Withdrawal Notifications to Constructive Engagement”, h.795

Page 47: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

35

BAB III

PROFIL INTERNATIONAL CRIMINAL COURT

Pada bab ini dipaparkan profil International Criminal Court. Pembahasan

mengenai profil International Criminal Court dibagi menjadi tiga bagian. Bagian

pertama menjelaskan terlebih dahulu sejarah pembentukan International Criminal

Court. Bagian kedua menjelaskan yurisdiksi International Criminal Court serta

batasannya. Bagian ketiga dipaparkan struktur dari International Criminal Court.

A. Sejarah Pembentukan International Criminal Court

International Criminal Court atau Mahkamah Kejahatan Internasional

merupakan pengadilan internasional permanen pertama yang dibentuk melalui sebuah

perjanjian yang disebut Statuta Roma. ICC dibentuk untuk mengadili kejahatan yang

paling keji yang menjadi perhatian masyarakat internasional yaitu kejahatan terhadap

kemanusiaan, kejahatan genosida, kejahatan perang dan kejahatan agresi.110 Sejarah

terbentuknya ICC tentunya tidak terlepas dari pengalaman pengadilan-pengadilan

sebelumnya yang memilki dampak signifikan terhadap pembentukan Mahkamah

Kejahatan Internasional. Tanpa adanya pengadilan ad hoc terdahulu, mungkin

negara-negara didunia tidak siap terhadap pembentukan pengadilan kriminal yang

permanen. Para pengadilan ad hoc terdahulu tersebut adalah International Military

110 Abreha Mesele Zinabu, “Jurisdiction of the International Criminal Court on Child Soldiers

: Promoting Impunity?”, Thesis : Addis Ababa University (2014), h.12, diakses pada 18 April 2019

dari

http://etd.aau.edu.et/bitstream/handle/123456789/17538/Abreha%20Mesele.pdf?sequence=1&isAllow

ed=y

Page 48: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

36

Tribunal (IMT) di Nuremberg, International Military Tribunal for Far East (IMTFE)

di Tokyo, International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY), dan

International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR).111

Melihat pengalaman dari terbentuknya pengadilan-pengadilan sebelumnya,

masyarakat internasional berkeinginan untuk membuat pengadilan yang permanen

yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas penegakan hukum terhadap

kejahatan-kejahatan internasional112 dan adanya keinginan untuk menghentikan

impunitas bagi para pelaku kejahatan internasional.113 Keinginan tersebut terjawab

pada 17 Juli 1998 sebanyak 160 negara berkumpul dalam konferensi diplomatik di

Italia untuk menyepakati terbentuknya ICC melalui perjanjian yang disebut Statuta

Roma.114 Setelah diratifikasi oleh 60 negara, secara resmi Statuta Roma mulai berlaku

pada 1 Juli 2002.115

ICC tentunya memiliki perbedaan dengan pengadilan-pengadilan sebelumnya.

Meski International Criminal Court dan International Court of Justice berkedudukan

di Den Haag, Belanda keduanya tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. ICJ

merupakan salah satu organ utama PBB. ICJ dibentuk bersamaan dengan

dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1945, Statutanya pun melekat

111 M. Cherif Bassiouni, The Statute of the International Criminal Court : A Documentary

History (New York : Transnational Publishers, 1998), h.5 112 Sefriani, “Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998”, Jurnal

Hukum,Vol 14, No.2 (2007), h.317 113 Lihat “Rome Statue of International Criminal Court”,Preamble. 114 ICC, “Understanding International Criminal Court” Dokumen ICC, Dokumen ICC,

diakses pada 1 September 2017 dari https://www.icc-cpi.int/iccdocs/PIDS/publications/UICCEng.pdf 115 Christiane E. Philipp, “The International Criminal Court-A Brief Introduction”, Max

Planck Yearbook of United Nations Law, Vol.7 (2003), h.331.

Page 49: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

37

pada Piagam PBB (The Charter of United Nations) dan anggarannya berdasarkan

anggaran PBB. Sedangkan, ICC merupakan independent institution, memiliki

struktur organisasi sendiri terlepas dari PBB demikian dengan anggaran

operasionalnya yang berdasarkan negara-negara anggotanya.116 Selain itu, ICJ

merupakan pengadilan untuk menangani perselisihan antar negara sedangkan ICC

pengadilan untuk menuntut individu.117 Pengadilan ad hoc seperti ICTY dan ICTR

memang serupa dengan ICC tetapi pengadilan tersebut hanya bersifat sementara dan

memiliki cangkupan geografis yang terbatas. Sedangkan, ICC merupakan pengadilan

yang bersifat permanen dan memiliki jangkauan yang global.118

Gambar III.1. Markas International Criminal Court di Hague Belanda119

116 Sefriani, “Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998”, h.318 117 Amnesty International USA, “The International Criminal Court”, Dokumen Amnesty

International USA, diakses pada 18 April 2019 dari

https://www.amnestyusa.org/pdfs/IJA_Factsheet_1_International_Criminal_Court.pdf 118 Amnesty International USA, “The International Criminal Court”, 119 Andrew Novak, The Incternational Criminal Court : An Introduction (London : Springer

International Publishing, 2015), h.26.

Page 50: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

38

Dibawah Statuta Roma, ICC tidak memiliki pasukan atau polisinya sendiri

untuk menangkap para pelaku kejahatan. Oleh karena itu, setiap Jaksa Penuntut

Umum mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk seorang terdakwa,

pengadilan harus bergantung pada kerjasama negara-negara anggotanya untuk

menangkap pelaku kejahatan internasional serta menyerahkannya ke Mahkamah di

Den Haag untuk diadili.120 Tanpa adanya kerjasama dari negara- negara anggotanya,

sulit bagi ICC untuk menjalankan fungsi dasarnya untuk mengadili para pelaku

kejahatan internasional.

Sampai awal tahun 2019, Statuta Roma telah diratifikasi oleh 122 negara121

dengan rincian 33 negara Afrika yang terdiri dari : Benin, Botswana, Burkina Faso,

Cabo Verde, Central African Republic, Chad, Comoros, Congo, Cote d’Ivoire,

Democratic Republic of the Congo, Djibouti, Gabon, Gambia, Ghana, Guinea,

Kenya, Lesotho, Liberia, Madagascar, Malawi, Mali, Mauritius, Namibia, Niger,

Nigeria, Senegal, Seychelles, Sierra Leone, South Africa, Tunisia, Uganda, United

Republic of Tanzania, dan Zambia.122

Terdapat 18 negara Asia-Pasifik yang terdiri dari : Afghanistan, Bangladesh,

Cambodia, Cook Islands, Cyprus, Fiji, Japan, Jordan, Maldives, Marshall Islands,

120Tim McCormack, “The Contribution Of The International Criminal Court To Increasing

Respect For International Humanitarian Law”, The University of Tasmania Law Review, Vol 27 No 1

(2008), h.28 diakses pada 18 April 2019 dari

http://classic.austlii.edu.au/au/journals/UTasLawRw/2008/2.html 121 ICC, “The State Parties to the Rome Statue”, website ICC, diakses pada 18 April 2019,

dari https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/Pages/the%20states%20parties%20to%20the%20rome%20stat

ute.aspx 122 ICC, “African States”, website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/african%20states/Pages/african%20states.aspx

Page 51: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

39

Mongolia, Nauru, Palestine, Republic of Korea, Samoa, Tajikistan, Timor-Leste, dan

Vanuatu.123 Selain itu, terdapat 18 negara Eropa Timur yang terdiri dari Albania,

Bosnia and Herzegovina, Bulgaria, Croatia, Czech Republic, Estonia, Georgia,

Hungary, Latvia, Lithuania, Montenegro, Poland, Republic of Moldova, Republic of

North Macedonia, Romania, Serbia, Slovakia, dan Slovenia.124

Gambar III.2. Negara-negara anggota (ICC)

Kemudian, terdapat 28 Negara dari Amerika Latin dan Karibia yang terdiri

dari Antigua dan Barbuda, Argentina, Barbados, Belize, Bolivia, Brazil, Chile,

Colombia, Costa Rica, Dominica, Dominican Republic, Ecuador, El Salvador,

Grenada, Guatemala, Guyana, Honduras, Mexico, Panama, Paraguay, Peru, Saint

123 ICC, “Asia-Pacific States”, website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/asian%20states/Pages/asian%20states.aspx 124 ICC, “Eastern European States”, website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari

https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/eastern%20european%20states/Pages/eastern%20european%20

states.aspx

Page 52: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

40

Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines, Suriname, Trinidad

and Tobago, Uruguay, dan Venezuela125 serta 25 negara Eropa Barat dan negara

lainnya yang terdiri dari Andorra, Australia, Austria, Belgium, Canada, Denmark,

Finland, France, Germany, Greece, Iceland, Ireland, Liechthenstein, Luxemburg,

Malta, Netherlands, New Zealand, Norway, Portugal, San Marino, Spain, Sweden,

Switzerland, dan United Kingdom.126

B. Yurisdiksi International Criminal Court

Sebelum membahas yurisdiksi International Criminal Court, penting untuk

mengetahui bagaimana status dan kewenangan hukum ICC sebagai sebuah Institusi.

Statuta ICC menyatakan bahwa “The Court shall have international legal

personality” [Pengadilan memiliki kepribadian hukum internasional] serta “The

Court shall also have such legal capacity as may be necessary for the exercise of its

functions and the fulfillment of its purposes” [Pengadilan juga memiliki kapasitas

hukum yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya dan memenuhi tujuannya].127

Artinya, ICC memiliki memiliki kepribadian hukum internasional untuk

menjalankan kapasitas hukum internasionalnya seperti mengajukan tuntutan hukum

dan melakukan tindakan hukum serta menimbulkan kewajiban hukum, sebagaimana

125 ICC, “Latin American and Caribbean States”, website ICC diakes pada 18 April 2019 dari

https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/latin%20american%20and%20caribbean%20states/Pages/latin

%20american%20and%20caribbean%20states.aspx 126 ICC, “Western European and Other States”, website ICC diakses pada 18 April 2019 dari

https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/western%20european%20and%20other%20states/Pages/wester

n%20european%20and%20other%20states.aspx 127 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 4 (1) dan (2).

Page 53: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

41

diperlukan untuk menjalankan fungsinya dalam menyelidiki, menuntut dan

menghukum para pelaku kejahatan internasional.128 Mahkamah dapat menjalankan

fungsi dan kewenangannya di wilayah negara anggotanya serta diwilayah negara lain

melalui perjanjian khusus. Meski berkedudukan di Den Haag Belanda, ICC dapat

menyelenggarakan sidang-sidangnya di negara-negara lain sesuai dengan

kebutuhan.129

Berkaitan dengan yurisdiksi Mahkamah Kejahatan Internasional, terdapat

empat jenis yurisdiksi untuk memulai penuntutan yaitu Subject Matter Jurisdiction

(ratione materiae), Personal Jurisdiction (ratione personae), Territorial Jurisdiction

(rationae loci), dan Temporal Jurisdiction.130 Pertama, Subject Matter Jurisdiction

(rationae materiae) dimana ICC memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan internasional

yang dianggap sebagai kejahatan paling serius yang menjadi perhatian masyarakat

internasional yang diatur dalam pasal 5-8 Statuta Roma. Kejahatan-kejahatan

internasional tersebut adalah kejahatan genosida, kejahatan perang, kejahatan

kemanusiaan, dan kejahatan agresi.

Dibawah ini terdapat tabel penjelasan terkait 4 kejahatan internasional yang

masuk dalam yurisdiksi ICC.131

128 Kenneth S. Gallant, “ The International Criminal Court In The System of States and

International Organizations, Leiden Journal International Law, Vol.16 Issue 3(2003), h.3-4 129 Sefriani, “Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998”, h.319 130 Andrew Novak, The Incternational Criminal Court : An Introduction (London : Springer

International Publishing, 2015), h.43. 131 Andrew Novak, The Incternational Criminal Court : An Introduction , h.48.

Page 54: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

42

Tabel III.1. Daftar Kejahatan Yang Masuk Dalam Yurisdiksi ICC

Kedua, Personal Jurisdiction (ratione personae) merupakan yurisdiksi yang

dimiliki oleh ICC hanya untuk mengadili individu (natural person). Sebagaimana

yang dijelaskan pada Pasal 12 (2) (b) yang menyatakan bahwa pengadilan memiliki

yurisdiksi atas warga negara dari negara pihak yang terdakwa melakukan kejahatan

berdasarkan Statuta Roma.132 Pengadilan juga memiliki yurisdiksi terhadap warga

negara dari negara non-pihak dari Statuta Roma melalui keputusan Dewan Keamanan

PBB133, melalui deklarasi penerimaan yurisdiksi dari negara yang bersangkutan atau

132 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 12 (2) (b) 133 Dalam kasus Presiden Omar al-Bashir, ICC memiliki yurisdiksi atas Sudan yang

merupakan negara non-pihak dari ICC. Yurisdiksi Pengadilan diaktifkan melalui rujukan Dewan

Keamanan melalui resolusi 1593. Lihat Depo Akande, “The Legal Nature of Security Council

Page 55: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

43

melakukan kejahatan diwilayah negara pihak dari ICC.134 Disisi lain, pengadilan

tidak memiliki yurisdiksi terhadap individu yang belum berumur 18 tahun yang diatur

didalam pasal 26 Statuta Roma.135

Ketiga, Territorial Jurisdiction (rationae loci) berarti ICC memiliki yurisdiksi

terhadap kejahatan yang diserahkan oleh negara anggotanya dimana wilayahnya

menjadi tempat dilakukannya kejahatan internasional. Selain itu, yurisdiksi

pengadilan juga berlaku di wilayah negara non-pihak jika negara tersebut mengakui

yurisdiksi pengadilan melalui deklarasi ad hoc. Keempat, Temporal Jurisdiction

(rationae temporis) memiliki arti bahwa ICC hanya memiliki yurisdiksi untuk

mengadili kejahatan yang dilakukan setelah Statuta Roma berlaku yaitu 1 Juli

2002.136 Jika suatu negara menjadi negara anggota ICC setelah Statuta Roma berlaku

maka pengadilan hanya memiliki yurisdiksi terhadap kejahatan yang dilakukan

setelah berlakunya Statuta Roma di negara tersebut.137 Kecuali, jika negara tersebut

melakukan deklarasi sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 12 (3) Statuta Roma.

Untuk penjelasan lebih lanjut lihat tabel jenis yurisdiksi ICC dibawah ini.

Referrals t the ICC and its Impact on Al Bashir’s Immunities”, Journal of International Criminal

Justice, Vol 7 Issue 2 (2009), h.335. 134 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 12 (2) (b) dan pasal 12 (3) 135 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 26. 136 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 11 (1) 137 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 11 (1)

Page 56: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

44

Tabel 3.2. Batasan Yurisdiksi International Criminal Court

Karena ICC memiliki jangkauan yang luas serta harus selektif dalam memilih

kasus-kasus yang diselediki, maka yurisdiksinya tidak ditentukan sebelumnya atau

berjalan otomatis. Oleh karena itu untuk mengaktifkan yurisdiksi ICC, Statuta Roma

menjelaskan ada tiga “trigger mechanisms” untuk memicu yurisdiksi pengadilan

yaitu melalui state party referral, United Nations Security Referral dan Proprio Motu

Power sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 13 Statuta Roma. 138

Pertama, state party referral dimana yurisdiksi ICC dapat diaktifkan melalui

rujukan dari negara anggotanya (state party referral) untuk mengadili individu yang

merupakan warga negaranya atau kejahatan yang terjadi di wilayahnya.139 Beberapa

kasus dimana yurisdiksi ICC diaktifkan melalui cara ini terjadi di beberapa negara

seperti Uganda, Democratic Republic of Congo, Mali, Gabon, dan Central African

Republic.140

138 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 13 139 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 13 (a) 140 ABA-ICC, “How the ICC Works, Website ABA-ICC Project, diakses pada 18 April 2019

dari https://how-the-icc-works.aba-icc.org/

Page 57: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

45

Kedua, melalui United Nations Security Referral dimana Dewan Keamanan

PBB menggunakan wewenangnya berdasarkan Bab VII Piagam PBB untuk merujuk

situasi dimana terjadi kejahatan internasional kepada Jaksa Penuntut ICC untuk

dilakukan penyelidikan lebih lanjut.141 Pada tahun 2005, untuk pertama kalinya DK

PBB menggunakan wewenangnya untuk merujuk situasi di Darfur ke ICC melalui

Resolusi 1593 DK PBB. Pada tahun 2011, DK PBB kembali menggunakan

wewenangnya dengan mengeluarkan Resolusi 1970 untuk merujuk situasi di Libya ke

Jaksa Penuntut ICC.142

Ketiga, melalui Proprio Motu Power yaitu kemampuan Jaksa Penuntut ICC

untuk memulai memulai preliminary examination terhadap kemungkinan kejahatan

yang mungkin telah telah terjadi di wilayah atau individu dari negara anggota dan di

wilayah atau individu dari negara non-pihak ICC.143 Sesuai dengan pasal 15 Statuta

Roma, Jaksa Penuntut harus mendapatkan persetujuan dari Majelis Pra-Peradilan

sebelum memulai investigasi atas mosinya sendiri.144

Jika Jaksa Penuntut menyimpulkan ada dasar yang kuat untuk melanjutkan

penyelidikan, maka Jaksa Penuntut harus mengajukan otorisasi penyelidikan serta

materi pendukung ke Majelis Pra-Peradilan.145 Materi pendukung juga dapat

diperoleh melalui presentasi dari korban kejahatan didepan Majelis Pra-Peradilan.

141 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 13 (a) 142Bethel Aregawi, “The Politicisation of the International Criminal Court by United Nations

Security Council Referrals”, Website Accord, 21 Juli 2017, diakses pada 18 April 2019 dari

https://www.accord.org.za/conflict-trends/politicisation-international-criminal-court-united-nations-

security-council-referrals/ 143 ABA-ICC, “How the ICC Works, Website ABA-ICC Project, 144 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 15 (3) 145 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 15 (3)

Page 58: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

46

Sumber kasus-kasus yang akan diselidiki oleh Jaksa Penuntut Umum berasal dari

banyak pihak seperti PBB, Organisasi Antar Pemerintah, Organisasi Non-Pemerintah,

Kelompok-kelompok atau Individu.146 Selain itu, jika setelah melakukan preliminary

examination Jaksa Penuntut Umum tidak menemukan adanya dasar yang kuat untuk

melanjutkan penyelidikan, maka Jaksa Penuntut harus memberikan informasi kepada

pemohon yang telah memberikan informasi tentang adanya kejahatan tersebut.147

ICC memiliki ciri khas yaitu merupakan badan peradilan yang independen

dan yurisdiksinya yang bersifat complementary terhadap yurisdiksi nasional.148 Hal

ini berarti ketika pengadilan nasional enggan atau tidak mampu melakukan

penyelidikan dan penuntutan terhadap kejahatan internasional, maka ICC dapat

menggantikan peran tersebut.149 Adanya prinsip ini didasarkan pada dua alasan yaitu,

untuk menghormati kedaulatan negara anggotanya dan ICC tidak dapat menangani

terlalu banyak kasus kejahatan untuk diselediki.150 Adanya prinsip complementary

membuat pengadilan menjadi pilihan terakhir. Pengadilan memiliki yurisdiksi jika

ada bukti bahwa otoritas nasional berusaha melindungi terdakwa yang telah

melakukan kejahatan internasional.

Perlu diketahui bahwa tidak semua kejahatan yang masuk dalam yurisdiksi

pengadilan dapat diadili. Hal ini dikarenakan, suatu kasus kejahatan harus melalui

146 Andrew Novak, The Incternational Criminal Court : An Introduction , h.53. 147 Andrew Novak, The Incternational Criminal Court : An Introduction , h.53 148 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”,pasal 1 149 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”,pasal 17. 150 Anna Olsson, “The principle of complementarity of International Criminal Court and the

principle of universal jurisdiction”, Thesis : University of Lund (2003), h.24, diakses pada 18 April

2019, dari

http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&recordOId=1560934&fileOId=1565473

Page 59: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

47

tahapan dimana hakim Majelis Pra-Peradilan ICC harus mempertimbangkan apakah

kasus tersebut dapat diterima atau tidak (admissible).151 Tahapan ini disebut dengan

tahap penerimaan sebuah situasi oleh mahkamah atau dikenal dengan “admissibility”.

Tahapan ini membutuhkan dua komponen yaitu complementarity dan gravity.

Complementarity berarti mengutamakan penuntutan pengadilan nasional dan

penuntutan hanya dapat dilakukan jika negara yang bersangkutan enggan dan tidak

mampu melakukannya. Sedangkan gravity mensyaratkan bahwa kejahatan yang

dilakukan memiliki skala atau tingkatan yang cukup berat untuk dituntut dihadapan

mahkamah.152

Tahap Admissibility yang diuraikan di dalam Statuta Roma pasal 17, terdiri

dari dua komponen utama yaitu complementarity, yang diatur pada pasal 17 (1) (a)

sampai (c) dan gravity yang diatur oleh pasal 17 (1) (d), dimana suatu kasus tidak

dapat diterima (inadmissible) oleh ICC, bilamana :153

1. Kasus tersebut sedang diselidiki atau dituntut oleh negara yang

mempunyai yurisdiksi atas kasus tersebut, kecuali negara tersebut

enggan atau benar-benar tidak mampu untuk melakukan

penyelidikan atau penuntutan.

2. Kasus tersebut telah diselidiki oleh negara yang memiliki

yurisdiksi atas kasus tersebut, kemudian memutuskan untuk tidak

menuntut orang yang bersangkutan, kecuali kalau keputusan

tersebut merupakan hasil dari ketidaksediaan atau

ketidakmampuan negara tersebut untuk benar-benar melakukan

penuntutan.

151 Andrew Novak, The International Criminal Court :An Introduction , h.54 152 Andrew Novak, The International Criminal Court :An Introduction , h.54 153 Marijana Konforta dan Maja Munivrana Vajda, “The Principle of Complementarity In The

Jurisprudence of the ICC”,Zagreb Law Review, Vol.3 No.1 (2014),h.12.

Page 60: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

48

3. Orang yang bersangkutan telah diadili atas tindakan yang menjadi

pokok pengaduan itu dan suatu sidang oleh ICC tidak

diperkenankan berdasarkan pasal 20154 tentang ne bis in idem.155

4. Kasusnya tidak cukup berat untuk membenarkan tindakan lebih

lanjut oleh mahkamah.

C. Stuktur International Criminal Court

ICC sebagai pengadilan internasional yang bermarkas di Belanda, memiliki

struktur dan sistem yang diatur oleh Statuta Roma yang dijelaskan melalui gambar

dibawah ini :

Gambar 3.2. Struktur Statuta Roma156

Berdasarkan gambar di atas, sistem Statuta Roma terdiri dari tiga badan yang

terpisah yaitu Majelis Negara Anggota (ASP), Dana Perwalian untuk Korban (Trust

Fund for Victims), dan Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) yang terdiri dari

154 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”,pasal 20. 155 Ne bis in idem merupakan prinsip hukum yang melarang sesorang untuk tidak boleh

dituntut/diadili lebih dari satu kali atas kejahatan kriminal yang sama atau juga disebut aturan untuk

melawan hukuman ganda (double jeopardy). Lihat Gerard Conway,”Ne Bis in Idem in International

Law”, International Criminal Law Review, No.3 (2003),h.217, diakses pada 18 April 2019, dari

http://cj.md/uploads/Ne_Bis_in_Idem_in_International_Law.pdf 156 ICC, “How The Court Works”, website ICC diakses pada 18 April 2019, dari

https://www.icc-cpi.int/about/how-the-court-works

Page 61: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

49

empat organ yaitu Kepresidenan, Divisi Yudisial, Kantor Jaksa (Office of The

Prosecutor) dan Kantor Administrasi (Registry).157 Majelis Negara Anggota

merupakan badan yang terdiri dari representatif negara anggota Statuta Roma untuk

mengadakan pertemuan dan memberikan pengawasan manajemen terhadap

pengadilan seperti pemilihan hakim, jaksa, dan menyutujui anggaran. Lalu, Dana

Perwalian untuk Korban (Trust Fund for Victims) bertugas untuk memberikan

bantuan, dukungan dan pemulihan kepada korban.158

Kemudian, ICC yang bertugas melaksanakan fungsi peradilan terdiri dari

empat organ utama yaitu Pertama, Kepresidenan bertugas untuk melakukan

hubungan eksternal dengan negara-negara, mengkoordinasikan masalah peradilan

seperti penugasan hakim, situasi dan kasus, serta mengawasi pekerjaan administratif

yang dilakukan oleh Registry. Kepresidenan terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden

pertama dan Wakil Presiden kedua yang semuanya dipilih melalui suara mayoritas

dari para Hakim ICC dengan masa jabatan tiga tahun yang dapat diperbaharui.159

Berdasarkan pasal 38 Statuta Roma, Hakim ICC memilih kandidat untuk mengisi

posisi Kepresidenan pada 11 Maret 2018 yang terdiri dari Hakim Chile Eboe-Osuji

dari Nigeria sebagai Presiden, Hakim Robert Fremr dari Republik Ceko sebagai

157 ICC, “How The Court Works”. 158 ICC, “How The Court Works”. 159 ABA-ICC, “Structure of The ICC”, Website ABA-ICC Project, diakses pada 18 April

2019 dari https://www.aba-icc.org/about-the-icc/structure-of-the-icc/

Page 62: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

50

Wakil Presiden pertama, dan Hakim Marc Perrin de Brichambaut dari Perancis

sebagai Wakil Presiden kedua.160

Kedua, Divisi Yudisial yang terdiri dari 18 hakim untuk melakukan proses

peradilan yang dibagi menjadi tiga divisi yaitu Pra-peradilan, Peradilan dan Banding.

Para Hakim dipilih oleh Majelis Negara Pihak dan bertugas dengan masa jabatan

sembilan tahun dan tidak dapat diperbarui. Tugas Divisi Yudisial ini memastikan

persidangan yang adil dan mengeluarkan berbagai keputusan, mengeluarkan surat

perintah penangkapan dan pemanggilan para terdakwa, memberi wewenang para

korban untuk berpartisipasi, serta memerintah untuk memberikan perlindungan

terhadap saksi-saksi.161

Ketiga, Kantor Kejaksaan (Office of The Prosecutor) bertugas dalam

melakukan pemeriksaan pendahuluan, penyelidikan dan penuntutan. Seperti Divisi

Yudisial, Jaksa Penuntut dan Wakil Jaksa Penuntut dipilih oleh Majelis Negara Pihak

dengan masa jabatan sembilan tahun dan tidak dapat diperbarui. Kantor Kejaksaan

terdiri dari Divisi Yurisdiksi, Divisi Investigasi dan Divisi Penuntutan. Ketua Jaksa

Penuntut saat ini adalah Fatou Bensouda dari Gambia dan Wakilnya James Stewart

dari Kanada.162

160 ICC, “The Presidency”, Website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/about/presidency 161 ICC, “Judicial Divisions”, Website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/about/judicial-divisions 162 ICC, “ Office of the Prosecutor”, Website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/about/otp

Page 63: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

51

Keempat, Kantor administratif (Registry) merupakan organ netral pengadilan

yang berfungsi memebrikan pelayanan terhadap organ lain sehingga ICC dapat

menjalankan fungsinya dengan efektif. Registry bertanggung jawab atas tiga kategori

pelayanan yaitu Juducial Support termasuk manajemen pengadilan, catatan

pengadilan, penerjemah dan interpretasi, dukungan penasihat, pusat penahanan,

bantuan hukum, dukungan untuk para korban, memastikan saksi menerima dukungan

dan perlindungan. Kedua, External Affairs seperti informasi publik dan Outreach,

dukungan korban dan saksi. Ketiga, Management termasuk keamanan, anggaran,

keuangan, sumber daya manusia, dan pelayanan umum.163

163 ICC, “Registry”, Website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/about/registry

Page 64: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

52

BAB IV

ANALISA KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI

INTERNATIONAL CRIMINAL COURT TAHUN 2016-2017

Pada bab IV ini membahas alasan Burundi keluar dari International Criminal

Court tahun 2016-2017. Alasan tersebut dipaparkan kedalam beberapa bagian.

Adapun beberapa alasan tersebut diantaranya kurangnya kredibilitas dari

International Criminal Court, upaya Burundi untuk menghindari proses penuntutan

oleh International Criminal Court, serta adanya dukungan Uni Afrika untuk keluar

dari ICC. Alasan-alasan tersebut kemudian dianalisa dan dipaparkan dengan

menggunakan konsep kepentingan nasional dan teori kebijakan luar negeri yang

dijadikan sebagai alat analisa dalam penelitian ini guna mendapatkan jawaban yang

komprehensif.

A. Kurangnya Kredibilitas dari ICC

Setiap kebijakan luar negeri suatu negara tidak dapat terlepas dari kepentingan

nasional yang dimiliki oleh negara tersebut. Sebagaimana yang diutarakan oleh

Miriam F. Elman, untuk memahami kebijakan luar negeri kecil dapat dianalisa

dengan fokus pada efek dari sistem international.164 Hal itu disebabkan karena

perilaku negara kecil cenderung mencerminkan kendala ataupun ancaman yang

164 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism

in Its Own Backyard”, h.175

Page 65: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

53

terjadi di lingkungan internasional165 serta kurangnya self-sufficiency untuk

mempertahankan dirinya terhadap Great Powers, sehingga negara-negara tersebut

akan fokus terhadap masalah survival.166

Keputusan yang diambil Burundi untuk keluar dari International Criminal

Court tentunya merupakan respon terhadap hal yang terjadi di level internasional

yang kemudian mempengaruhi proses pengambilan kebijakan luar negeri Burundi.

Salah satu alasan Burundi memutuskan untuk keluar dari ICC adalah kurangnya

kredibilitas dari ICC yang sebagian besar dipengaruhi oleh hubungannya dengan

PBB. Perlu ditegaskan kembali bahwa ICC merupakan institusi yang independen dan

hubungannya dengan PBB diatur dalam Relationsip Agreement.167 Selain itu, Statuta

roma juga mengatur hubungan kedua lembaga ini dengan mengakui peran yang

dimainkan oleh Dewan Keamanan PBB dalam menjaga perdamaian dan keamanan

melalui wewenangnya untuk melakukan referrals ataupun deferrals.168

Wewenang PBB untuk melakukan referrals tercantum didalam Pasal 13 (b)

dimana DK PBB dalam menjaga perdamaian dan keamanan yang diatur didalam Bab

VII piagam PBB, memiliki wewenang untuk mengaktifkan yurisdiksi ICC dengan

165 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism

in Its Own Backyard”, h.180 166 Miriam Fendius Elman, “ The Foreign Policies of Small States : Challenging Neorealism

in Its Own Backyard”, h 178 167 UN, “Negotiated Relationship Agreement Between The International Criminal Court and

The United Nations, Dokumen UN, diakses pada 25 April 2019 dari http://legal.un.org/ola/media/UN-

ICC_Cooperation/UN-ICC%20Relationship%20Agreement.pdf 168 Jullie Ingrid Luguli, “A Critical Examination of The Relationship Between The

International Criminal Court and the United nations Security Council, in the Light of Referrals and

Deferrals”, Thesis : University of Cape Town (2014), h.2 diakses pada 25 April 2019 dari

https://open.uct.ac.za/bitstream/handle/11427/12858/thesis_law_2014_lugulu_ji.pdf;sequence=1

Page 66: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

54

merujuk situasi ke Jaksa Penuntut dimana telah dilakukan satu atau lebih kejahatan

internasional yang masuk dalam lingkup yurisdiksi ICC.169 Dapat dikatakan, melalui

pasal tersebut, DK PBB telah memperluas yurisdiksi pengadilan ke warga negara atau

wilayah suatu negara yang bukan merupakan anggota dari ICC.170 Sejauh ini, DK

PBB telah merujuk dua situasi ke pengadilan yang mengarah kepada dua

penyelidikan. Rujukan pertama terhadap situasi yang terjadi di Darfur pada Maret

2005 melalui resolusi 1593 dan pada tahun 2011, DK PBB juga merujuk situasi di

Libya melalui resolusi 1970 untuk diselediki lebih lanjut oleh Jaksa Penuntut ICC.171

Dalam praktiknya, wewenang DK PBB untuk merujuk situasi ke ICC

nyatanya tidak terlepas dari campur tangan politik negara-negara Great Powers yang

berisikan China, Rusia, Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis sehingga

menpengaruhi kredibilitas dari ICC. Menurut pemerintah Afrika Selatan, “kredibilitas

ICC akan selalu dipertanyakan selama tiga dari lima negara anggota DK PBB ( Cina,

Rusia, Amerika Serikat) tidak menjadi anggota dari Statuta Roma”.172 Hal tersebut

disebabkan oleh status negara-negara tersebut yang bukan merupakan anggota ICC

serta veto-power yang dimilikinya.173

169 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 13 (b). 170 Amelia Couture, “The Politics of International Justice : the Security Council’s Impact on

the Independence, Effectiveness and Legitimacy of the International Criminal Court”, International

Human Rights Internship Working Paper Series, Vol.3 No2 (2015), h.11 diakses pada 25 April 2019

dari https://www.mcgill.ca/humanrights/files/humanrights/ihri_wps_v3n2-amelia_couture.pdf 171 Amelia Couture, “The Politics of International Justice : the Security Council’s Impact on

the Independence, Effectiveness and Legitimacy of the International Criminal Court, h.12. 172 Charles Chernor Jalloh dan Ilias Bantekas,The International Criminal Court and Africa

(New York : Oxford University Press, 2017), h.225 173 Charles Chernor Jalloh dan Ilias Bantekas,The International Criminal Court and Africa,

h.225

Page 67: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

55

DK PBB dianggap selektif dalam memilih negara yang akan dirujuknya ke

ICC.174 Hal ini dapat dibuktikan dengan praktik referrals yang telah dilakukan oleh

DK PBB yang sejauh ini yang hanya melibatkan dua negara Afrika yaitu Sudan dan

Libya. DK PBB dianggap hanya fokus pada negara-negara Afrika dan mengabaikan

situasi yang sama ataupun lebih buruk yang terjadi di luar Afrika sehingga terlihat

diskriminatif. Sebagaimana yang dikatakan oleh Leslie Vinjamuri, direktur Center for

the International Politics of Conflict, Right and Justice (CCRJ) bahwa “the most

horrific crime mass atrocities in recent years have taken place outside of Africa, and

the ICC simply not there”. [ kejahatan massal yang paling mengerikan telah terjadi

dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi di luar Afrika, dan ICC tidak ada

disana].175

Dapat dikatakan, situasi yang melibatkan kepentingan dari negara-negara DK

PBB atau sekutunya tidak akan dirujuk ke ICC. Ketiga negara DK PBB yang bukan

merupakan anggota dari ICC dapat menggunakan vetonya untuk menghindari

yurisdiksi ICC terhadap negaranya ataupun memblokir rujukan yang melibatkan

sekutunya.176 Seharusnya DK PBB dapat melakukan rujukan terhadap kasus

kejahatan berat yang juga terjadi diluar Afrika seperti di Iraq, Afghanistan, Palestina,

Syria, Ukraina, dan Myanmar dan berbagai kejahatan berat yang terjadi di luar Afrika

174 Amelia Couture, “The Politics of International Justice : the Security Council’s Impact on

the Independence, Effectiveness and Legitimacy of the International Criminal Court, h.15. 175 Adam Taylor, “ Why So many African Leaders Hate The International Criminal Court”,

Website Washingtonpost, 15 Juni 2015, diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2015/06/15/why-so-many-african-leaders-

hate-the-international-criminal-court/?utm_term=.2b383bf97443 176 Manisuli Ssenyonjo, “State Withdrawal Notifications From The Rome Statute of The

International Criminal Court : South Africa, Burundi, and The Gambia”, h.20

Page 68: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

56

lainnya. Untuk menunjukan bahwa DK PBB selektif dalam merujuk situasi ke ICC

dapat dilihat dari beberapa contoh berikut ini.

Situasi yang terjadi di Afghanistan tidak dirujuk oleh DK PBB ke ICC,

padahal terdapat dasar yang kuat jika telah terjadi kejahatan yang masuk dalam

yurisdiksi mahkamah pada tahun 2003-2004 (berlanjut dalam beberapa kasus hingga

2014) khususnya kejahatan perang termasuk penyiksaan dan perlakuan buruk yang

dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat.177 Tentunya Amerika Serikat akan

menggunakan hak vetonya untuk mencegah ICC melakukan penyelidikan terhadap

kejahatan yang dilakukan oleh pasukan militernya. Sama halnya seperti AS, Inggris

juga akan menggunakan veto powernya terkait kejahatan yang dilakukan oleh

pasukan militernya di Irak pada tahun 2003.178

Pada kasus lain, ICC memiliki yurisdiksi terahadap kejahatan agresi. Namun,

dugaan kejahatan Rusia di Checnya, dominasi Cina di Tibet, dan intervensi militer

Perancis di Pantai Gading nampaknya tidak akan pernah dituntut di ICC yang

disebabkan oleh kekuatan politik yang dimiliki oleh DK PBB untuk menggunakan

vetonya jika situasi tersebut dirujuk ke ICC.179 Selain itu, seharusnya DK PBB

merujuk situasi di Suriah ke Jaksa Penuntut ICC untuk dilakukan penyelidikan.

Sayangnya, pada 22 Mei 2014 Rusia dan China telah memveto rancangan resolusi

177 ICC, “Report on Preliminary Examination Activities 2016”, Dokumen ICC (2016), h.44

diakses pada 25 April 2019 dari https://www.icc-cpi.int/iccdocs/otp/161114-otp-rep-PE_ENG.pdf 178 Tim Murthi, “ICC Must Maintain Its Credibility”, Website Mail & Guardian, 14 Februari

2014, diakses pada 25 April 2019 dari https://mg.co.za/article/2014-02-13-icc-must-maintain-its-

credibility 179 Tim Murthi, “ICC Must Maintain Its Credibility”,

Page 69: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

57

PBB yang menyerukan agar situasi di Syria dirujuk ke ICC. Dengan veto power yang

dimilikinya, Rusia dan Cina telah mengabaikan 57 negara serta 13 negara Dewan

Keamanan yang mendukung resolusi tersebut.180

Sebagai respon terhadap veto Rusia dan Cina, Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-

moon menyebutkan bahwa “Syrian conflict an “extraordinarily brutal war” and

warned that the UN’s Credibility would suffer if was unable to help end it” [ “konflik

yang terjadi di Suriah merupakan “konflik yang brutal”, dan hal tersebut akan

mempengaruhi kredibilitas PBB jika tidak dapat membantu menyelesaikannya”.181

Tentunya veto yang dilakukan oleh Rusia dan Cina adalah untuk melindungi rezim

Bashar al-Assad dari investigasi ICC serta potensi penuntutan. Sebagai sekutu

terdekat, Rusia telah memberikan perlindungan diplomatik sepanjang krisis di Suriah.

Sementara itu, pada kasus ini posisi Cina seperti pada umumnya yaitu selaras dengan

Rusia.182 Hak Veto yang dimiliki oleh negara anggota DK PBB telah menghambat

DK PBB itu sendiri untuk melaksanakan tugas rujukannya ke Jaksa Penuntut ICC

denga cara yang adil dan efektif. 183

180 Ian Black,“Rusia and China Veto UN Move to Refer Syria to International Criminal

Court”, Website TheGuardian, 22 Mei 2014, diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.theguardian.com/world/2014/may/22/russia-china-veto-un-draft-resolution-refer-syria-

international-criminal-court 181 Ian Black,“Rusia and China Veto UN Move to Refer Syria to International Criminal

Court”, 182 “Russia and China Veto UN Bid to refer the Syrian Crisis to The ICC, Website DW, 22

Mei 2014, diakses pada 25 April 2019 dari https://www.dw.com/en/russia-and-china-veto-un-bid-to-

refer-the-syrian-crisis-to-the-icc/a-17654994 183 Manisuli Ssenyonjo, “State Withdrawal Notifications From The Rome Statute of The

International Criminal Court : South Africa, Burundi, and The Gambia”, h.16

Page 70: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

58

Sebagai konsekuensinya, muncul persepsi bahwa ICC hanya fokus

menargetkan negara-negara di Afrika. Sampai pada akhir 2017, terdapat 10 situasi

yang sedang diinvestigasi oleh ICC dimana 9 situasi diantaranya merupakan negara-

negara di Afrika dan situasi di Georgia.184 Perlu diketahui, 6 dari 10 situasi yang

sedang diinvestigasi oleh ICC berasal dari rujukan yang dilakukan oleh pemerintah

dari masing-masing negara. Negara tersebut adalah Republik Afrika Tengah I dan II,

Pantai Gading, Mali, Republik Kongo, dan Uganda. 2 situasi lainnya yang dirujuk ke

ICC melalui DK PBB yaitu Sudan dan Libya serta 1 kasus di Kenya yang dibawa ke

pengadilan melalui inisiasi dari Jaksa Penuntut.185

Dari banyaknya sitausi yang sedang diinvestigasi oleh ICC yang hampir

seluruhnya adalah negara-negara Afrika telah membuat negara-negara Afrika,

termasuk Burundi menganggap bahwa ICC secara tidak fair telah menargetkan

negara-negara Afrika.186 Negara-negara Afrika merasa bahwa penuntutan yang

dilakukan oleh ICC terhadap negara-negara Afrika sebagai agenda politik dari

negara-negara Barat.187 Menteri Luar Negeri Burundi, Alain Nyamitwe menyatakan

kritiknya terhadap ICC “I believe that there are some other politically motivated

184 Yoal Verbruggen, “ Turbulent Year Tests International Criminal Court’s Credibility”,

Website International Bar Association, 23 Oktober 2017, diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.ibanet.org/Article/NewDetail.aspx?ArticleUid=D9D36120-BE66-47E2-AAC5-

CA7C11535741 185 “The International Criminal Court”, Dokumen Legal Assistance Centre (2016), h.3 diakses

pada 25 April 2019 dari http://www.lac.org.na/news/inthenews/pdf/ICC_Questions_and_Answers.pdf 186 Jeron Maklanron,” South Africa’s Disappointment With the International Criminal Court:

The Unfair Treatment of Africa People Caused and End to Cooperation, The Journal of Pan African

Studies, Vol.9 No.7 (2016), h. 92 187 Jeron Maklanron,” South Africa’s Disappointment With the International Criminal Court:

The Unfair Treatment of Africa People Caused and End to Cooperation,h.92

Page 71: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

59

reasons which have pushed the ICC to act on African cases. How many times have

you heard about ICC investigating crimes in Iraq? How many times have you heard

the ICC investigating crimes in Afghanistan?[Saya yakin ada alasan bermotif politik

lainnya yang mendorong ICC untuk menindak kasus-kasus di Afrika. Berapa kali

anda mendengar ICC menginvestigasi kejahatan di Iraq? Berapa kali anda mendengar

ICC menginvestigasi kejahatan di Afghanistan?”]188

Uni Afrika juga mengkritik ICC melalui Mr.Tedros, Ketua Dewan Ekskutif

Uni Afrika yang menyebutkan bahwa “Far from promoting justice and

reconciliation... the court has transformed itself into a political instrument targeting

Africa and Africans. This unfair and unjust treatment is totally unacceptable”. [

“Jauh dari mempromosikan keadilan dan rekonsiliasi.. pengadilan telah merubah

dirinya menjadi instrument politik yang menargetkan negara-negara Afrika dan

orang-orang Afriika. Ini merupakan perilaku yang tidak adil dan tidak dapat

diterima”.189

Selain itu Uni Afrika menganggap bahwa ICC juga menargetkan para

pemimpin di Afrika 190 yang dimulai dari Presiden Omar al Bashir pada tahun

2009191, Presiden Libya Muammar Gaddafi pada tahun 2011192, Presiden Kenya

188 “Burundi Officially Informs UN of Intent to Leave ICC”,Website VOA, 27 Oktober 2016,

diakses pada 10 April 2016 dari https://www.voanews.com/a/burundi-icc-withdrawal/3568311.htm 189 “African Union” Condemns ‘Unfair’ ICC”, Website BBC, 11 Oktober 2013, diakses pada

25 April 2019 dari https://www.bbc.com/news/world-africa-24489059 190 “ICC Accused of ‘Exclusively’ Targeting Africans”, Website Mail & Guardian, 20 April

2011, diakses pada 25 April 2019 dari https://mg.co.za/article/2011-04-20-icc-accused-of-exclusively-

targeting-africans 191 Irene Wanjiru Maina, “ A Critical Analysis of The International Criminal Court and

Africa”, Thesis : University of Nairobi (2014), h. 52

Page 72: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

60

Uhuru Kenyatta serta Wiliam Ruto pada tahun 2013.193 Kritik Uni Afrika terhadap

ICC bukan berdasarkan pada banyaknya negara-negara Afrika yang telah ataupun

sedang diinvestigasi oleh pengadilan, tetapi lebih kepada mengapa hingga saat ini

ICC lebih banyak mengadili negara-negara di Afrika yang nyatanya telah terjadi

kejahatan internasional yang lebih buruk di luar Afrika. Bagaimanapun, diskriminasi

yang dilakukan oleh DK PBB untuk tidak merujuk situasi diluar Afrika atas dasar

kewarganegaraan telah merusak kredibilitas ICC sebagai lembaga yang independen.

Selain itu, kredibilitas ICC juga dipengaruhi oleh Preliminary Examination

yang dilakukan oleh pengadilan. Perlu diketahui bahwa Preliminary Examination

atau pemeriksaan pendahuluan bukan merupakan investigasi dan tidak secara

otomatis akan membawanya ke tahap investigasi. Preliminary Examination

merupakan sebuah proses yag dilakukan oleh Jaksa Penuntut ICC untuk memeriksa

informasi yang diberikan kepadanya oleh individu, kelompok atau negara anggota

untuk menentukan apakah ada dasar yang kuat untuk melanjutkan kasus tersebut ke

tahap investigasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Statuta Roma.194

Saat ini ICC telah melakukan Preliminary Examination terhadap beberapa

situasi di luar Afrika seperti di Iraq, Afghanistan, Kolombia, Palestina, Ukraina dan

192 Irene Wanjiru Maina, “ A Critical Analysis of The International Criminal Court and

Africa”, h.66 193 Irene Wanjiru Maina, “ A Critical Analysis of The International Criminal Court and

Africa”, h.62 194 ICC, “Ukraine”, Website ICC, diakses pada 25 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/ukraine

Page 73: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

61

Myanmar.195 Meski hal tersebut menandakan keinginan Jaksa Penuntut untuk

menyelidiki situasi yang berada di luar Afrika, hingga saat ini belum ada satu pun

dari situasi yang ditindaklanjuti oleh Jaksa Penuntut ICC untuk dilakukan tahap

investigasi .

Terkait dengan Preliminary Examination yang dilakukan oleh ICC, dalam

pidatonya didepan Assembly of States, Menteri Hubungan Luar Negeri Afrika

Selatan, Maite Nkoana-Mashabane secara terbuka mempertanyakan

ketidakberpihakan ICC :196

“We ask ourselves, as have many, why no investigations have been opened in

Afghanistan, Iraq and Palestine after long periods of preliminary analysis,

notwithstanding clear evidence of violations. Is it because those investigations

have the potential to implicate the ‘great powers’?[Kami bertanya kepada diri

kita sendiri, seperti kebanyakan orang, mengapa tidak ada investigasi yang

dibuka di Afghanistan, Irak dan Palestina setelah periode panjang

pemeriksaan pendahuluan, terlepas dari bukti adanya pelanggaran yang jelas.

Apakah karena investigasi tersebut melibatkan “kekuatan besar?”]

Dari pernyataan Menteri Hubungan Luar Negeri Afrika Selatan Maite Nkiana-

Mashabane diatas dengan jelas mempertanyakan kredibilitas ICC sebagai

independent institution serta menegaskan kelanjutan dari proses preliminary

examination yang telah dilakukan oleh ICC untuk segera dilanjutkan ketahap

investigasi terhadap ketiga negara tersebut. Proses preliminary examination di Iraq

195 ICC, “Preliminary Examination”, Website ICC, diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/pages/pe.aspx 196 van der Merwe, International Criminal Justice in Africa Issues, Challenge, and Prospect

(Nairobi : Strathmore University Press, 2016), h.2 diakses pada 25 April 2016 dari

http://www.press.strathmore.edu/uploads/journals/strathmore-african-law/International-Criminal-

Justice-in-Africa_PREPRESS_14032016.pdf

Page 74: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

62

dimulai pada tahun 2006 dan dibuka kembali pada tahun 2014197, di Afghanistan

dimulai pada tahun 2007198, dan Palestina pada tahun 2014.199

Proses preliminary examination terhadap situasi yang melibatkan negara-

negara besar (negara DK PBB) ataupun yang melibatkan sekutunya seperti di Iraq,

Afghanistan, dan Palestina nampaknya akan sulit untuk dilanjutkan ketahap

investigasi mengingat kurangnya komitmen terhadap batas waktu maksimum untuk

durasi preliminary examination yang mengakibatkan proses pemerikasaan terhambat

dan tertunda dengan alasan yang tidak jelas.200

B. Upaya Burundi untuk Menghindari Proses Penuntutan oleh ICC

Pada April 2015, terjadi krisis politik di Burundi yang disebabkan oleh

Presiden Nkurunziza yang mengumumkan bahwa dirinya akan mencalonkan diri

untuk masa jabatan ketiga dalam pemilihan umum tahun 2015.201 Presiden

Nkurunziza telah menjabat sejak tahun 2005.202 Menurut pihak oposisi, pencalonanya

sebagai kandidat presiden untuk masa jabatan yang ketiga dianggap tidak memenuhi

syarat karena sebelumnya Presiden Nkurunziza telah menjalani dua masa jabatan

197 ICC, “Iraq”, Website ICC, diakses pada 27 April 2019 dari https://www.icc-cpi.int/iraq 198 ICC, “Afghanistan” Website ICC, diakses pada 27 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/afghanistan 199 ICC, “Palestine”, Website ICC, diakses pada 27 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/palestine 200 Manisuli Ssenyonjo, “African States failed Withdrawal From the Rome Statute of the

International Criminal Court : From Withdrawal Notifications to Constructive Engagement”, h.773. 201 Juho Takkunen, “Local Conseptualisations of Violence and Dialogue in Burundi’s Post-

Electoral Crisis, Thesis : University of Tampere (2017), h. 2 diakses pada 27 April 2019 dari

https://tampub.uta.fi/bitstream/handle/10024/101713/GRADU-1499329511.pdf?sequence=1 202 Juho Takkunen, “Local Conseptualisations of Violence and Dialogue in Burundi’s Post-

Electoral Crisis, h.2

Page 75: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

63

sebagaimana batasan yang diatur dalam konstitusi Burundi pada tahun 2005 dan

Arusha Agreement 2000.203

Disisi lain, menurut Presiden Nkurunziza dan pendukungnya menganggap

bahwa pencalonanya sebagai presiden adalah sah. Mereka berpendapat bahwa masa

jabatan Presiden Nkurunziza yang pertama seharusnya tidak dihitung karena dirinya

dipilih melalui parlemen transisi pada tahun 2005 dan terhitung baru menjabat satu

masa jabatan.204 Pada Mei 2015, Mahkamah Konstitusi Burundi memutuskan bahwa

Presiden Nkurunziza dapat mencalonkan dirinya untuk masa jabatan yang ketiga

tanpa melanggar konstitusi.205 Akibat kontroversi tersebutlah yang memicu terjadinya

krisis di Burundi.

Sebagian besar protes terjadi di Ibu Kota Burundi di Bujumbura dan

kemudian terjadi di kota lain.206 Gagalnya upaya kudeta pada Mei 2015 semakin

memperburuk situasi207 dan pemerintah merespon dengan melakukan beberapa

operasi yang mengarah pada kejahatan kemanusiaan seperti pembunuhan,

pemenjaraan, penyiksaan, pemerkosaan, dan kekerasan seksual lainnya, serta kasus

203 Kasaija Philip Apuuli, “The Arusha Peace and Reconciliation Agreement (2000) and the

Current Political Crisis in Burundi”, Insight on Africa, Vol 10 Issue 1 (2017), h.55 204 Astrid jamar, “ Escalating Conflict in Burundi : The Challenges of Overcoming

radicalisation, Briefing paper, Vol.10 (2016), h.1 diakses pada 27 April 2019 dari

https://blogs.sps.ed.ac.uk/politicalsettlements/files/2017/09/2016_BP_10_Jamar_Conflict-in-

Burundi.pdf 205 Miah Phelan Sweeney, “Political Crisis and Conflict in Burundi, Website Stand, 5

November 2018, diakses pada 27 April 2019 dari https://www.stand.ie/political-crisis-and-conflict-in-

burundi/ 206 HRW, “ICC : New Burundi Investigation 2-Year Bloody Crackdown on Political

Opposition”, Website HRW, 9 November 2017, diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.hrw.org/news/2017/11/09/icc-new-burundi-investigation 207 Astrid jamar, “ Escalating Conflict in Burundi : The Challenges of Overcoming

radicalisation, h.1

Page 76: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

64

penghilangan paksa dan tindakan penganiayaan.208 Selain itu pemerintah Burundi

juga memblokir sebagian besar stasiun radio independen. Hampir semua pemimpin

partai oposisi Burundi, jurnalis independen, dan aktivis telah meninggalkan negara

tersebut setelah menerima ancaman berulang kali.209

Pada April 2016, tercatat lebih dari 400 orang telah terbunuh. Lebih dari

220.000 pengungsi telah melarikan diri ke negara tetangga sepertu Rwanda,

Tanzania, dan Republik Demokratik Kongo. Selain itu, Banyak juga yang masih tetap

tinggal di negaranya karena pengalaman buruk sebelumnya selama menjadi

pengungsi. Mereka lebih memilih untuk menjadi Internally Displaced Persons

(IDPs) atau pengungsi internal sampai krisis tersebut mereda khususnya di ibukota

Bujumbura.210

Hampir terjadi impunitas total atas kejahatan yang terjadi di Burundi.

Lemahnya sistem peradilan menyebabkan sedikitnya pasukan keamanan ataupun

pejabat negara yang diadili atas perbuatanya seperti pembunuhan, penyiksaan

ataupun pelanggaran lainnya.211 Pada 25 April 2016, Jaksa penuntut ICC akhirnya

membuka preliminary examination atau pemeriksaan pendahuluan terhadap situasi di

208 Manisuli Ssenyonjo, “African States failed Withdrawal From the Rome Statute of the

International Criminal Court : From Withdrawal Notifications to Constructive Engagement”, h.755 209 HRW, “Burundi’s Human Right Crisis : Materials Published by Human Right Watch April

2015 to Juli 2016, Dokumen HRW (2016), h.1 diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.hrw.org/sites/default/files/supporting_resources/burundi_compendium_2016_web_versio

n_4.pdf 210 Chloe Hogg, “The Burundi Crisis”, Website Impakter, 26 April 2016, diakses pada 27

April 2017 dari https://impakter.com/the-burundi-crisis/ 211 HRW, “Burundi’s Human Right Crisis : Materials Published by Human Right Watch April

2015 to Juli 2016, h.1

Page 77: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

65

Burundi sejak April 2015.212 Pemeriksaan awal bertujuan untuk menentukan apakah

ada dasar yang kuat untuk dilakukannya investigasi dengan mempertimbangkan

kriteria yang ditetapkan oleh Statuta Roma. Hasil pemeriksaan awal menyebutkan

setidaknya 430 orang dilaporkan tewas, 3.400 orang ditangkap dan lebih dari 230.000

warga Burundi terpaksa mengungsi ke negara tetangga. Pemeriksaan awal ini fokus

kepada tindakan kejahatan pembunuhan, pemenjaraan, penyiksaan, pemerkosaan dan

bentuk kekerasan seksual lainnya, serta kasus penghilangan paksa yang terjadi di

Burundi sejak April 2015.213

Selain itu, juga ada pemeriksaan yang dilakukan oleh United Nation Human

Right Council atau Dewan HAM PBB dengan membentuk United Nation

Independent Investigation on Burundi (UNIIB) pada 17 Desember 2015 melalui

resolusi Dewan Hak Asasi Manusia No. S-24/1.214 Menurut hasil investigasi yang

dilakukan oleh UNIIB selama sembilan bulan, Pemerintah Burundi dituduh telah

melakukan pelanggaran HAM atas tuduhan penyiksaan dan pembunuhan terhadap

oposisi pemerintah.215

Menurut Jaksa Penuntut ICC, jika setelah pemeriksaan pendahuluan ada dasar

yang kuat untuk melanjutkan ke tahap investigasi, maka Jaksa Penuntut akan

212 ICC, “Burundi”, Website ICC, diakses pada 27 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/burundi 213 ICC, “Burundi”, 214 UNHRC, “United Nation Independent Investigation on Burundi”, Website UNHRC,

diakses pada 27 April 2019 dari https://www.ohchr.org/EN/HRBodies/HRC/UNIIB/Pages/UNIIB.aspx 215 Jason Burke, “UN Report Accuses Burundi Government of Human Rights Abuses”,

Website The Guardian, 21 September 2016, diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.theguardian.com/world/2016/sep/21/un-report-accuses-burundi-government-human-

rights-abuses

Page 78: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

66

meminta Majelis Pra-Peradilan untuk meminta otorisasi penyelidikan bersama

dengan bahan pendukung yang telah dikumpulkan. Sesuai dengan Pasal 15 Statuta

Roma, Majelis Pra-Peradilan dapat memberikan otorisasi ataupun menolak

permintaan investigasi.216 Oleh karena itu, sebelum Jaksa Penuntut melanjutkan

proses preliminary examination ke tahap investigasi, serta adanya investigasi

independen yang dilakukan oleh UNIIB maka Pemerintah Burundi memutuskan

untuk keluar dari ICC.

Keputusan tersebut diambil untuk menghindari potensi penuntutan yang

mungkin dilakukan oleh ICC terhadap pejabat pemerintahan khususnya Presiden

Burundi. Dikhawatirkan kasus yang terjadi di Sudan akan terulang terhadap Burundi

dimana Presiden Omar al-Bashir beserta pejabat pemerintah lainnya menjadi buronan

ICC. Selain itu, krisis politik yang terjadi saat ini telah memicu terjadinya krisis

ekonomi dan semakin memperburuk perekonomian Burundi. Sebagaimana yang

diutarakan oleh Waltz bahwa negara akan memaksimalkan security karena survival

merupakan tujuan akhir dari kepentingan nasional negara.217 Oleh sebab itu,

keputusan Burundi untuk keluar dari ICC pada tahun 2016 merupakan momen yang

tepat untuk menghindari potensi krisis yang lebih buruk apabila ICC melakukan

proses penuntutan yang melibatkan pejabat pemerintah Burundi. Keputusan tersebut

merupakan bentuk self-help yang dilakukan oleh Burundi guna menjaga kestabilan

negara dari krisis politik yang sedang terjadi.

216 Lihat “Rome Statute of International Criminal Court”, pasal 15 (3) (4) dan (5) 217 Munafrizal Manan, “Foreign Policy and National Interest : Realism and Its

Critiques”,h.178

Page 79: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

67

C. Adanya Dukungan Uni Afrika untuk Keluar dari ICC

Dalam sejarah pembentukan ICC, Uni Afrika memiliki peran penting dimana

saat itu Organization of African Unity sangat mendukung pembentukan ICC. Pada

tahun 1998, Dewan Menteri OAU mendesak 53 negaranya untuk berpartisipasi dalam

konferensi Roma dalam pembentukan ICC. Selain itu Majelis OAU pada Juli 2000

meminta negara-negaranya untuk keamanan wilayah Afrika.218 Namun, sejak awal

tahun 2008 Uni Afrika mulai kritis terhadap penuntutan ICC yang dianggap hanya

berfokus kepada negara-negara di Afrika dan para pemimpin di Afrika dengan

mengabaikan kejahatan berat yang terjadi di luar Afrika.219 Persepsi tersebut

didukung dengan fakta, sejak tahun 2002 sebagian besar kasus yang diselidiki serta

para pejabat pemerintahan yang telah dituntut ataupun dipanggil untuk hadir

dihadapan ICC berasal dari Afrika.220 Selain itu, pada tahun 2016, ICC baru

membuka investigasi di Georgia yang merupakan negara diluar Afrika pertama

setelah hampir 14 tahun.221

218 Eki Yemisi Omorogbe, “The African Union and the International Criminal Court : What to

Do With Non-Party Heads of State?”, University of Leicester School of Law Research Paper No.17-09

(2017), h.4 219 Philomena Apiko dan Faten Aggad, “The International Criminal Court, Africa and the

African Union: What way forward?”,h.9 220 Bernard Khanyisani Nhlangulela, “An Examination of the Relationship Between the

African Union (AU) and the International Criminal Court (ICC) : The Cases of Kenya, Sudan,

Rwandadan Liberia”, Thesis : University of Kwazulu-Natal (2015), h.7, diakses pada 27 April 2019

dari

https://researchspace.ukzn.ac.za/bitstream/handle/10413/14313/Nhlangulela_Bernard_Khanyisani_201

5.pdf?sequence=1&isAllowed=y 221 Souher Edelbi, “The Framing of The African Union In International Criminal Law : A

Racialized Logic”, Website Voelkerrechtsblog, 21 Februari 2018, diakses pada 27 April 2019 dari

https://voelkerrechtsblog.org/the-framing-of-the-african-union-in-international-criminal-law-a-

racialized-logic/

Page 80: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

68

Dalam serangkaian keputusan dari 2008-2016, Uni Afrika melalui

keputusannya mengkritik ICC terkait penuntutannnya yang banyak melibatkan

negara-negara di Afrika.222 Seperti keputusan Uni Afrika pada tahun 2009 yang

menegaskan bahwa negara-negara Uni Afrika tidak akan bekerjasama dengan ICC

terkait surat perintah penangkapan terhadap Presiden Sudan Omar al Bashir.223 Selain

itu, pada tahun 2013 Uni Afrika mengeluarkan resolusi terkait penuntutan terhadap

tiga pemimpin di Afrika yaitu Presiden Sudan Omar al Bashir, Presiden Muammar

Gadaffi, dan Presiden Uhuru Kenyatta yang menyatakan ICC tidak dapat menuntut

Kepala Negara atau pejabat pemerintah negara anggota Uni Afrika selama masa

jabatannya aktif.

Akhirnya, pada awal tahun 2017 Uni Afrika mencoba untuk mendorong

negara-negara Afrika untuk keluar dari keanggotannya di ICC melalui sebuah

resolusi yang diambil pada African Union Summit di Addis Ababa yang disebut “ICC

Withdrawal Strategy”.224 Resolusi tersebut bersifat tidak mengikat dan merupakan

dukungan bagi negara-negara Uni Afrika yang ingin keluar dari ICC.225 Pada 27

Oktober 2016, Burundi menyampaikan pemberintahuan tertulis kepada Sekretaris

222 Philomena Apiko dan Faten Aggad, “The International Criminal Court, Africa and the

African Union: What way forward?”, European Centre for Development Policy Management,

Discussion Paper No. 201 (2016), h.1 diakses pada 3 April 2019 dari https://ecdpm.org/wp-

content/uploads/DP201-ICC-Africa-AU-Apiko-Aggad-November-2016.pdf 223 Dire Tladi, “The African Union and the International Criminal Court : The Battle for the

Soul of International Law : Africa and the International Criminal Court”, South African Yearbook of

International Law, Vol.34 Issue 1 (2009),h.57 diakses pada 27 April 2019 dari

http://sites.uci.edu/internationaljustice/files/2012/11/Tladi-AU-and-ICC.pdf 224 Anita Powell, “Quietly, AU Encourages Withdrawal From International Criminal Court”,

Website VOA, 1 Februari 2017, diakses pada 27 April 2019 dari https://www.voanews.com/a/quietly-

au-encourages-withdrawal-from-international-criminal-court/3701428.html 225 Anita Powell, “Quietly, AU Encourages Withdrawal From International Criminal Court”,

Website VOA,

Page 81: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

69

Jenderal PBB Ban Ki-Moon untuk memulai proses satu tahun penarikan diri dari

keanggotaannya di ICC.226 Selama satu tahun proses penarikan dirinya, Burundi

masih memiliki kesempatan untuk membatalkan keputusannya untuk keluar dari ICC

seperti halnya yang dilakukan oleh Afrika Selatan dan Gambia. Afrika Selatan

memutuskan untuk membatalkan keinginannya keluar dari ICC pada 7 Maret 2017227

dan Gambia pada 10 Februari 2017228 sebelum satu tahun proses penarikan diri

keanggotaannya di ICC efektif.

Menurut Waltz “States are largely concerned with relative rather than absolute

gains. In the anarchy of international politics, “relative gain is more important than

absolute gain” [“Negara lebih mementingkan keuntungan relatif dari pada absolut.

Dalam anarki politik internasional, “keuntungan relatif lebih penting dari pada

keuntungan absolut.”]229 Waltz juga menegaskan bahwa negara biasanya akan

memilih kebijakan sesuai dengan keadaan atau situasi mereka dan bertindak dengan

hati-hati untuk tidak membahayakan keberadaan mereka sendiri.230 Berdasarkan

penjelasan tersebut, tentunya Burundi akan mengambil keputusan yang lebih

menguntungkan untuk negaranya terkait keanggotaannya di ICC.

226 Abdurrahman Alfa Shaban, “ICC Exit : Burundi Officialy Writes to UN Chief Ban Ki-

Moon”, Website AfricaNews, 27 Oktober 2016, diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.africanews.com/2016/10/27/icc-exit-burundi-officially-writes-to-un-chief-ban-ki-moon/ 227 Hanibal Goitom, “South Africa : Notice of Withdrawal From the Rome Statute Revoked”,

Website Library of Congress, 10 Maret 2017, diakses pada 3 April dari

http://www.loc.gov/law/foreign-news/article/south-africa-notice-of-withdrawal-from-the-rome-statute-

revoked/ 228 Refworld, “World Report 2018-Gambia”, website Refworld, 18 Januari 2018, diakses pada

3 April 2019 dari https://www.refworld.org/docid/5a61ee73a.html 229 Robert Powell, Absolute and Relative Gains in International Relations Theory”, The

American Political Science Review, Vol.85 No.4 (1991), h.1303 diakses pada 27 April 2019 dari

http://www.ir.rochelleterman.com/sites/default/files/Powell%201991.pdf 230 Kenneth Waltz, Theory of International Politics, h.134

Page 82: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

70

Jika Burundi memutuskan untuk membatalkan proses penarikan

keanggotaannya dan tetap menjadi anggota ICC, maka keputusan tersebut dinilai

kurang tepat dan lebih merugikan posisi Burundi. Hal itu berdasarkan penjelasan

sebelumnya yang telah menunjukan kurangnya kredibilitas dari ICC yang telah

selektif dalam melakukan penuntutan sehingga merugikan negara-negara di Afrika,

termasuk Burundi. Setelah itu, adanya proses preliminary examination yang telah

dilakukan oleh Jaksa Penuntut ICC terhadap krisis politik yang terjadi pada tahun

2015 yang berpotensi dilakukannya investigasi untuk menuntut state officials dari

Burundi. Selain itu, Burundi juga tidak memiliki peran yang signifikan selama

menjadi anggota ICC, peran Burundi hanya ada di Assembly of States yang tidak

terlalu penting dibandingkan dengan posisi lain seperti Jaksa, Hakim, ataupun

Kepresidenan.

Oleh karena itu, Keputusan Burundi untuk keluar dari ICC adalah pilihan

yang tepat dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan Burundi tetap menjadi

negara anggota ICC. Adanya dukungan dari Uni Afrika bagi negara anggotanya yang

ingin keluar dari ICC semakin meyakinkan Burundi pada keputusannya untuk keluar

dari pengadilan.

Page 83: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

71

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis menggunakan konsep kepentingan nasional dan teori

kebijakan luar negeri, penulis berkesimpulan bahwa alasan bahwa alasan Burundi

untuk keluar dari ICC disebabkan oleh tiga alasan. Pertama adalah kurangnya

kredibilitas dari ICC. Kedua adalah upaya Burundi untuk menghindari proses

penuntutan oleh ICC. Ketiga adalah adanya dukungan Uni Afrika untuk keluar dari

ICC.

Pada alasan yang pertama, kurangnya kredibilitas dari ICC yang sebagian

besar dipengaruhi oleh hubungannya dengan DK PBB. Statuta Roma mengakui peran

DK PBB untuk menjaga perdamaian dan keamanan melalui wewenangnya untuk

melakukan referral atau rujukan untuk merujuk merujuk situasi ke Jaksa Penuntut

dimana telah dilakukan satu atau lebih kejahatan internasional yang masuk dalam

lingkup yurisdiksi ICC baik yang terjadi di negara anggota ataupun non-anggota dari

ICC. Namun dalam praktiknya, wewenang DK PBB dalam melakukan referrals tidak

terlepas dari kepentingan politik. DK PBB selektif dalam melakukan rujukan karena

mengabaikan situasi kejahatan yang terjadi diluar Afrika. Selain itu, DK PBB

menggunakan veto powernya untuk menghindari yurisdiksi ICC serta untuk

memblokir rujukan yang melibatkan sekutunya. Hubungan ICC dengan DK PBB

Page 84: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

72

telah merusak kredibilitas ICC sebagai institusi yang independen dan terlihat

diskriminatif dalam melakukan penuntutan.

Kredibilitas ICC juga dipengaruhi oleh Preliminary Examination yang

dilakukan oleh Jaksa Penuntut ICC terhadap beberapa kasus yang terjadi diluar

Afrika yang dianggap terlalu lama karena tidak adanya batas waktu maksimum untuk

durasi Preliminary Examination dan kasus-kasus tersebut tidak ditindaklanjuti untuk

dilakukannya proses investigasi. Alasan yang kedua, Keluarnya Burundi dari ICC

adalah untuk menghindari proses penuntutan yang mungkin melibatkan pejabat

negaranya atas krisis politik yang terjadi pada tahun 2015. Keputusan tersebut

diambil juga untuk menghindari potensi krisis yang lebih buruk apabila ICC

melakukan proses penuntutan yang melibatkan pejabat pemerintah Burundi. Untuk

alasan ketiga, adanya dukungan dari Uni Afrika untuk mendukung anggotanya untuk

keluar dari ICC melalui ICC Withdrawal Strategy semakin meyakinkan Burundi

dalam mengambil keputusan keluar dari ICC.

Page 85: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bassiouni, M. Cherif. The Statute of the International Criminal Court : A

Documentary History. New York : Transnational Publishers, 1998.

Creswell, John W. Research Design, Qualitative, Quantitative Approaches

(terjemahan). Jakarta : KIK Press, 2002.

Holsti, K.J. International Politics : A Framework for Analysis, 6th ed. New Jersey

: Prenctice Hall, Inc, 1992.

Jalloh, Charles Chernor dan Bantekas, Ilias. The International Criminal Court and

Africa. New York : Oxford University Press, 2017.

Kielsgard, Mark D. Reluctant Engagement : US Ploicy and the International

Criminal Court. Boston : Martinus Nijhoff Publisher, 2010.

Merwe, van der. International Criminal Justice in Africa Issues, Challenge, and

Prospect. Nairobi : Strathmore University Press, 2016. Diakses pada 25

April 2016 dari

http://www.press.strathmore.edu/uploads/journals/strathmore-african-

law/International-Criminal-Justice-in-Africa_PREPRESS_14032016.pdf

Novak, Andrew. The Incternational Criminal Court : An Introduction. London :

Springer International Publishing, 2015.

Perwita, Agung Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. Pengantar Ilmu Hubungan

Internasional. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Plessis, Max du. The International Criminal Court that Africa Wants. Pretoria :

Institute for Security Studies,2010.

Schabas,William A. An Introduction to the International Criminal Court. New

York: Cambridge University Press, 2011.

Sefriyani. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers, 2014.

Waltz, Kenneth. Theory of International Politics. Addison : Wesley Publishing

Company, 1979.

Page 86: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xiv

Waltz, Kenneth. Theory of International Politics. New York : Waveland Press,

McGraw-Hill, 1979.

Jurnal & Paper

Akande, Depo. “The Legal Nature of Security Council Referrals the ICC and its

Impact on Al Bashir’s Immunities”. Journal of International Criminal

Justice. Vol 7 Issue 2, 2009.

Apiko, Philomena dan Aggad, Faten. “The International Criminal Court, Africa

and the African Union: What way forward?”. European Centre for

Development Policy Management, Discussion Paper No. 201, 2016

diakses pada 3 April 2019 dari https://ecdpm.org/wp-

content/uploads/DP201-ICC-Africa-AU-Apiko-Aggad-November-

2016.pdf

Apuuli, Kasaija Philip. “The Arusha Peace and Reconciliation Agreement (2000)

and the Current Political Crisis in Burundi”. Insight on Africa. Vol 10

Issue 1, 2017.

Baldwin, David A. “The Concept of Security”. Review of International Studies.

Vol.23, 1997.

Conway, Gerard. “Ne Bis in Idem in International Law”, International Criminal

Law Review, No.3, 2003. Diakses pada 18 April 2019, dari

http://cj.md/uploads/Ne_Bis_in_Idem_in_International_Law.pdf

Couture, Amelia. “The Politics of International Justice : the Security Council’s

Impact on the Independence, Effectiveness and Legitimacy of the

International Criminal Court”. International Human Rights Internship

Working Paper Series. Vol.3 No2, 2015. Diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.mcgill.ca/humanrights/files/humanrights/ihri_wps_v3n2-

amelia_couture.pdf

Elman, Miriam Fendius. The Foreign Policies of Small States : Challenging

Neorealism in Its Own Backyard. British Journal of Political Science.

Vol.25 No.2. 1995.

Gallant, Kenneth S. “The International Criminal Court In The System of States

and International Organizations”. Leiden Journal International Law,

Vol.16 Issue 3, 2003.

Jaafar, Jamie. “Reconciling Realism and Constructivism : An Analysis of

National Interest and International Institutions”. Bulletin of the centre for

East-West Cultural and Economic Studies. Vol.12, No.2, 2017.

Page 87: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xv

Jamar, Astrid. “Escalating Conflict in Burundi : The Challenges of Overcoming

Radicalisation”. Briefing paper. Vol.10, 2016. Diakses pada 27 April

2019 dari

https://blogs.sps.ed.ac.uk/politicalsettlements/files/2017/09/2016_BP_1

0_Jamar_Conflict-in-Burundi.pdf

Konforta, Marijana dan Vajda, Maja Munivrana. “The Principle of

Complementarity In The Jurisprudence of the ICC”. Zagreb Law Review.

Vol.3 No.1, 2014.

Maged, Adel. “Withdrawal of Referrals-A Serious Challenge to the Function of

the ICC”. International Criminal Law Review, Vol 6 Issue 3, 2006.

Maklanron, Jeron. “South Africa’s Disappointment With the International

Criminal Court: The Unfair Treatment of Africa People Caused and End

to Cooperation”. The Journal of Pan African Studies, Vol.9 No.7, 2016.

Muller, Narnia Bohler dan Zongwe, Dunia Prince. “It is Self-Defeating for Africa

(and South Africa) to Withdraw From the International Criminal Court”.

Namibia Law Journal, Vol.9 No.11, 2017.

Omorogbe, Eki Yemisi. “The African Union and the International Criminal Court

: What to Do With Non-Party Heads of State”. University of Leicester

School of Law Research Paper No.17-09, 2017.

Pauwelyn, Joost dan Hamilton, Rebecca J. “Exit From International Tribunals”.

Journal of International Dispute Settlement. Vol.9 Issue4, 2018 diakses

pada 5 April 2019 dari

https://www.researchgate.net/publication/328468164_Exit_from_Internat

ional_Tribunals

Philipp, Christiane E. “The International Criminal Court-A Brief Introduction”.

Max Planck Yearbook of United Nations Law, Vol.7, 2003.

Powell, Robert. “Absolute and Relative Gains in International Relations Theory”.

The American Political Science Review. Vol.85 No.4, 1991. Diakses

pada 27 April 2019 dari

http://www.ir.rochelleterman.com/sites/default/files/Powell%201991.pdf

Sefriani. “Yurisdiksi ICC terhadap Negara non Anggota Statuta Roma 1998”.

Jurnal Hukum. Vol 14. No.2, 2007.

Ssenyonjo, Manisuli. “African States failed Withdrawal From the Rome Statute of

the International Criminal Court : From Withdrawal Notifications to

Constructive Engagement”. International Criminal Law Review, Vol.17

Issue 5,2017.

Page 88: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xvi

Ssenyonjo, Manisuli. “ State Withdrawal Notifications From The Rome Statute of

The International Criminal Court : South Africa, Burundi, and The

Gambia”. Criminal Law Forum. Vol.29 Issue 1, 2017 diakses pada 5

April 2019 dari

https://bura.brunel.ac.uk/bitstream/2438/14738/1/Fulltext.pdf

Swanepoel, CF. “Is a Permanent African Criminal Court Likely Soon Considering

the Continent’s Post-Colonial Respone to International Criminal

Justice?”. Speculum Juris, Vol.30. Issue 1, 2016, diakses pada 3 April

2019 dari http://www.saflii.org/za/journals/SPECJU/2016/5.pdf

Tladi, Dire. “The African Union and the International Criminal Court : The Battle

for the Soul of International Law : Africa and the International Criminal

Court”. South African Yearbook of International Law. Vol.34 Issue 1,

2009. Diakses pada 27 April 2019 dari

http://sites.uci.edu/internationaljustice/files/2012/11/Tladi-AU-and-

ICC.pdf

Williams, Sarah dan Sherif, Lena. “The Arrest Warrant for President Al-Bashir :

Immunities of Incumbent Heads of State and the International Criminal

Court”. Journal of Conflict & Security Law, Vol.14 No.1, 2009.

Tesis

Luguli, Jullie Ingrid. A Critical Examination of The Relationship Between The

International Criminal Court and the United nations Security Council, in

the Light of Referrals and Deferrals. Thesis : University of Cape Town,

2014. Diakses pada 25 April 2019 dari

https://open.uct.ac.za/bitstream/handle/11427/12858/thesis_law_2014_lu

gulu_ji.pdf;sequence=1

Maina, Irene Wanjiru. A Critical Analysis of The International Criminal Court

and Africa. Thesis : University of Nairobi, 2014.

Nhlangulela, Bernard Khanyisani. An Examination of the Relationship Between

the African Union (AU) and the International Criminal Court (ICC) :

The Cases of Kenya, Sudan, Rwandadan Liberia. Thesis : University of

Kwazulu-Natal, 2015. Diakses pada 27 April 2019 dari

https://researchspace.ukzn.ac.za/bitstream/handle/10413/14313/Nhlangul

ela_Bernard_Khanyisani_2015.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Olsson, Anna. The principle of complementarity of International Criminal Court

and the principle of universal jurisdiction. Thesis : University of Lund,

2003. Diakses pada 18 April 2019, dari

http://lup.lub.lu.se/luur/download?func=downloadFile&recordOId=1560

934&fileOId=1565473

Page 89: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xvii

Takkunen, Juho. Local Conseptualisations of Violence and Dialogue in Burundi’s

Post-Electoral Crisis. Thesis : University of Tampere, 2017. Diakses

pada 27 April 2019 dari

https://tampub.uta.fi/bitstream/handle/10024/101713/GRADU-

1499329511.pdf?sequence=1

Wulandari, Dinar. Keputusan Afrika Selatan Menarik Diri Dari Keanggotaan

International Criminal Court (ICC). Skripsi : Universitas Jember, 2017

diakses pada 5 April 2019 dari

https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/81300

Zinabu, Abreha Mesele. Jurisdiction of the International Criminal Court on Child

Soldiers : Promoting Impunity?. Thesis : Addis Ababa University, 2014.

Diakses pada 18 April 2019 dari

http://etd.aau.edu.et/bitstream/handle/123456789/17538/Abreha%20Mes

ele.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Zoe, Frederique Renee. Withdrawal From the Rome Statute by the Republic of

South Africa : Filling the Gaps. Thesis : Tilburg University,2018.

Report, Artikel Online, dll

Amnesty International USA. The International Criminal Court. Dokumen

Amnesty International USA. Diakses pada 18 April 2019 dari

https://www.amnestyusa.org/pdfs/IJA_Factsheet_1_International_Crimin

al_Court.pdf

Country Watch. Burundi-2016 Country Review. Dokumen Country Watch, 2016.

Diakses pada 9 April 2019 dari

http://www.countrywatch.com/Content/pdfs/reviews/B35Q954M.01c.pdf

CICC. Africa and the International Criminal Court. Dokumen Coalition for ICC.

diakses pada 3 April 2019 dari

http://www.iccnow.org/documents/Africa_and_the_ICC.pdf

_____. Burundi and the International Criminal Court. Dokumen Coalition for

International Criminal Court, 2017. Diakses pada 9 April 2019 dari

http://www.coalitionfortheicc.org/sites/default/files/cicc_documents/ciccf

actsheet_burundi_icc.pdf

Global Words. Global Words, Country Profile Burundi. Dokumen Global Words,

2009. Diakses pada 9 April 2019, dari

http://www.globalwords.edu.au/units/Sustainability_UPY6_html/docume

nts/Burundi.pdf

Page 90: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xviii

HRW. Burundi’s Human Right Crisis : Materials Published by Human Right

Watch April 2015 to Juli 2016. Dokumen HRW, 2016. Diakses pada 27

April 2019 dari

https://www.hrw.org/sites/default/files/supporting_resources/burundi_co

mpendium_2016_web_version_4.pdf

ICC. Understanding International Criminal Court. Dokumen ICC. Diakses pada 1

September 2017 dari https://www.icc-

cpi.int/iccdocs/PIDS/publications/UICCEng.pdf

_____. Rome Statute of International Criminal Court. Dokumen ICC, 1998.

Diakses pada 3 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/nr/rdonlyres/add16852-aee9-4757-abe7-

9cdc7cf02886/283503/romestatuteng1.pdf

_____. Membership In The Rome Statute – Why and How. Dokumen ICC, 2017.

Diakses pada 10 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/itemsDocuments/pr1331_lft.pdf

_____. Report on Preliminary Examination Activities 2016. Dokumen ICC, 2016.

Diakses pada 25 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/iccdocs/otp/161114-otp-rep-PE_ENG.pdf

LAC. The International Criminal Court. Dokumen Legal Assistance Centre,

2016. Diakses pada 25 April 2019 dari

http://www.lac.org.na/news/inthenews/pdf/ICC_Questions_and_Answers

.pdf

PBB. Convention On The Prevention and Punishment of the Crime of Genoside.

Dokumen PBB. 1948. diakses pada 5 April, 2019 dari

https://treaties.un.org/doc/publication/unts/volume%2078/volume-78-i-

1021-english.pdf

PBB. Vienna Convention on the Law of Treaties. Dokumen PBB, 2005. Diakses

pada 10 April 2019 dari

http://legal.un.org/ilc/texts/instruments/english/conventions/1_1_1969.pd

f

Refworld. Operational Guidance Note-Burundi. Dokumen Refworld, 2007.

Diakses pada 9 April 2019 dari

https://www.refworld.org/pdfid/460255512.pdf

UK Border Agency. Country of Origin Information key Doucments : Burundi.

Dokumen Refworld, 2008. Diakses pada 9 April 2019 dari

https://www.refworld.org/pdfid/4b2b77d22.pdf

Page 91: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xix

UN. Negotiated Relationship Agreement Between The International Criminal

Court and The United Nations. Dokumen UN. Diakses pada 25 April

2019 dari http://legal.un.org/ola/media/UN-ICC_Cooperation/UN-

ICC%20Relationship%20Agreement.pdf

UNGL. Burundi Country Profile. Dokumen United Nations Great Lake, 2018,

diakses pada 9 April 2019 dari

https://ungreatlakes.unmissions.org/sites/default/files/310808_burundi_pr

ofile.pdf

UNHCR. Burundi Situation 2017. Dokumen UNHCR, 2017. Diakses pada 9 April

2019 dari https://www.unhcr.org/59244aa77.pdf

World Bank Group. Republic of Burundi Adressing Fragility And Demographic

Challenges To Reduces Poverty And Boost Sustainable Growth.

Dokumen World Bank, 2018 Diakses pada 9 April 2019, dari

http://documents.worldbank.org/curated/en/655671529960055982/pdf/B

urundi-SCD-final-06212018.pdf

Website

ABA-ICC. Structure of The ICC. Website ABA-ICC Project. Diakses pada 10

April 2019 dari https://www.aba-icc.org/about-the-icc/structure-of-the-

icc/

_____. How the ICC Works. Website ABA-ICC Project. Diakses pada 18 April

2019 dari https://how-the-icc-works.aba-icc.org/

_____. Structure of The ICC. Website ABA-ICC Project. Diakses pada 18 April

2019 dari https://www.aba-icc.org/about-the-icc/structure-of-the-icc/

Aljazeera. Burundi First to Leave International Criminal Court. Website

Aljazeera. 27 Oktober 2017. Diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.aljazeera.com/news/2017/10/burundi-leave-international-

criminal-court-171027080533712.html

Aregawi, Bethel. The Politicisation of the International Criminal Court by United

Nations Security Council Referrals. Website Accord. 21 Juli 2017.

Diakses pada 18 April 2019 dari https://www.accord.org.za/conflict-

trends/politicisation-international-criminal-court-united-nations-security-

council-referrals/

AtrocitiesWatch. The 1972 and 1993 Burundi Genocides. Website Atrocities

Watch Africa. Diakses pada 9 April 2019 dari

http://atrocitieswatch.org/the-1972-and-1993-burundi-genocides/

Page 92: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xx

BBC. Burundi leaves International Criminal Court Amid Row. Website ICC. 27

Oktober 2017. Diakses pada 3 April 2019 dari

https://www.bbc.com/news/world-africa-41775951

_____. Burundi Profile Timeline. Website BBC. 3 Desember 2018. Diakses pada

9 April 2019 dari https://www.bbc.co.uk/news/world-africa-13087604

______. African Union Condemns ‘Unfair’ ICC. Website BBC. 11 Oktober

2013. Diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.bbc.com/news/world-africa-24489059

______. Philipines Officially Out of the International Criminal Court. Website

BBC. 18 Maret 2019. Diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.aljazeera.com/news/2019/03/philippines-officially-

international-criminal-court-190317171005619.html

Black , Ian. Rusia and China Veto UN Move to Refer Syria to International

Criminal Court. Website TheGuardian. 22 Mei 2014. Diakses pada 25

April 2019 dari

https://www.theguardian.com/world/2014/may/22/russia-china-veto-un-

draft-resolution-refer-syria-international-criminal-court

Burke, Jason .UN Report Accuses Burundi Government of Human Rights Abuses.

Website The Guardian. 21 September 2016. Diakses pada 27 April 2019

dari https://www.theguardian.com/world/2016/sep/21/un-report-accuses-

burundi-government-human-rights-abuses

CICC. Burundi and The ICC. Website Coalition for the International Criminal

Court. Diakses pada 3 April 2019 dari

http://www.coalitionfortheicc.org/latest/resources/burundi-and-icc

DW. Russia and China Veto UN Bid to refer the Syrian Crisis to The ICC.

Website DW. 22 Mei 2014. Diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.dw.com/en/russia-and-china-veto-un-bid-to-refer-the-syrian-

crisis-to-the-icc/a-17654994

Edelbi, Souher. The Framing of The African Union In International Criminal Law

: A Racialized Logic. Website Voelkerrechtsblog. 21 Februari 2018.

Diakses pada 27 April 2019 dari https://voelkerrechtsblog.org/the-

framing-of-the-african-union-in-international-criminal-law-a-racialized-

logic/

Goitom, Hanibal. South Africa : Notice of Withdrawal From the Rome Statute

Revoked. Website Library of Congress. 10 Maret 2017. Diakses pada 3

April dari http://www.loc.gov/law/foreign-news/article/south-africa-

notice-of-withdrawal-from-the-rome-statute-revoked/

Page 93: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxi

HRW, Burundi : ICC Withdrawal Major Loss to Victims. Website HRW. 27

Oktober 2016. Diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.hrw.org/news/2016/10/27/burundi-icc-withdrawal-major-

loss-victims

______. ICC : New Burundi Investigation 2-Year Bloody Crackdown on Political

Opposition. Website HRW. 9 November 2017. Diakses pada 27 April

2019 dari https://www.hrw.org/news/2017/11/09/icc-new-burundi-

investigation

Hogg, Chloe. The Burundi Crisis. Website Impakter. 26 April 2016. Diakses pada

27 April 2019 dari https://impakter.com/the-burundi-crisis/

ICC. The State Parties to the Rome Statue. website ICC. Diakses pada 3 April

2019 dari https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/Pages/the%20states%20parties%2

0to%20the%20rome%20statute.aspx

_____. Assembly of States Parties. Website ICC. Diakses pada 10 April 2019, dari

https://www.icc-cpi.int/asp

_____. ASP President welcomes the revocation of South Africa’s Withdrawal

from the Rome Statute”. Website ICC. Diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1285

_____. Statement of the President of the Assembly of States Parties on the Process

of Withdrawal From the Rome Statute by Burundi. Website ICC. 18

Oktober 2016. Diakses pada 10 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1244

_____. African States. Website ICC. Diakses pada 18 April 2019 dari

https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/african%20states/Pages/african%

20states.aspx

_____. Asia-Pacific States. Website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari

https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/asian%20states/Pages/asian%20st

ates.aspx

_____. Eastern European States. Website ICC, diakses pada 18 April 2019 dari

https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/eastern%20european%20states/Pa

ges/eastern%20european%20states.aspx

_____. Latin American and Caribbean States. Website ICC. Diakes pada 18 April

2019 dari https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/latin%20american%20and%20car

Page 94: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxii

ibbean%20states/Pages/latin%20american%20and%20caribbean%20stat

es.aspx

_____. Western European and Other States. Website ICC. Diakses pada 18 April

2019 dari https://asp.icc-

cpi.int/en_menus/asp/states%20parties/western%20european%20and%20

other%20states/Pages/western%20european%20and%20other%20states.a

spx

_____. How The Court Works. Website ICC. Diakses pada 18 April 2019. Dari

https://www.icc-cpi.int/about/how-the-court-works

_____. The Presidency. Website ICC. Diakses pada 18 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/about/presidency

_____. Judicial Divisions. Website ICC. Diakses pada 18 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/about/judicial-divisions

_____. Office of the Prosecutor. Website ICC. Diakses pada 18 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/about/otp

_____. Registry. Website ICC. Diakses pada 18 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/about/registry

_____. Ukraine. Website ICC, diakses pada 25 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/ukraine

_____. Preliminary Examination. Website ICC. Diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/pages/pe.aspx

_____. Iraq. Website ICC. Diakses pada 27 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/iraq

_____. Afghanistan. Website ICC. diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/afghanistan

_____. Palestine. Website ICC. Diakses pada 27 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/palestine

_____. Burundi. Website ICC. Diakses pada 27 April 2019 dari https://www.icc-

cpi.int/burundi

_____. ASP President welcomes the revocation of South Africa’s Withdrawal

from the Rome Statute. Website ICC. Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.icc-cpi.int/Pages/item.aspx?name=pr1285

Makokha, Kwamchetsi. Claims of ICC Bias and Double Standards At ASP

Annual Meeting. Website The East African. 28 November 2016. Diakses

Page 95: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxiii

pada 10 April 2019 dari

https://www.theeastafrican.co.ke/news/ea/Claims-of-ICC-bias-and-

double-standards-at-ASP-annual-meeting/4552908-3467836-

k3151nz/index.html

MacSwan, Angus. Burundi leader signs decree to quit the International Criminal

Court. Website Reuters. 19 Oktober 2016. Diakses pada 10 April 2019

dari https://www.reuters.com/article/us-burundi-icc/burundi-leader-signs-

decree-to-quit-the-international-criminal-court-idUSKCN12I2EP

Murthi, Tim. ICC Must Maintain Its Credibility. Website Mail & Guardian. 14

Februari 2014. Diakses pada 25 April 2019 dari

https://mg.co.za/article/2014-02-13-icc-must-maintain-its-credibility

M&G. ICC Accused of ‘Exclusively’ Targeting Africans. Website Mail &

Guardian. 20 April 2011. Diakses pada 25 April 2019 dari

https://mg.co.za/article/2011-04-20-icc-accused-of-exclusively-targeting-

africans

One World Nations. Burundi. Website One World Nations Online. Diakses pada 9

April 2019, dari https://www.nationsonline.org/oneworld/burundi.htm

PBB. Secretary-General Welcomes the Gambia’s Decision to Rescind Its

Withdrawal from Rome Statute of International Criminal Court. Website

UN. 16 Februari 2017. Diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.un.org/press/en/2017/sgsm18443.doc.htm

_____. Secretary-General Welcomes the Gambia’s Decision to Rescind Its

Withdrawal from Rome Statute of International Criminal Court. Website

UN. 16 Februari 2017. Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.un.org/press/en/2017/sgsm18443.doc.htm

Powell, Anita. Quietly, AU Encourages Withdrawal From International Criminal

Court. Website VOA. 1 Februari 2017. Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.voanews.com/a/quietly-au-encourages-withdrawal-from-

international-criminal-court/3701428.html

Refworld. World Report 2018-Gambia. Website Refworld. 18 Januari 2018.

Diakses pada 3 April 2019 dari

https://www.refworld.org/docid/5a61ee73a.html

Shaban, Abdurrahman Alfa. ICC Exit : Burundi Officialy Writes to UN Chief Ban

Ki-Moon. Website AfricaNews. 27 Oktober 2016. Diakses pada 27 April

2019 dari https://www.africanews.com/2016/10/27/icc-exit-burundi-

officially-writes-to-un-chief-ban-ki-moon/

Page 96: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxiv

Sweeney, Miah Phelan. Political Crisis and Conflict in Burundi. Website Stand. 5

November 2018. Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.stand.ie/political-crisis-and-conflict-in-burundi/

Taylor, Adam. Why So many African Leaders Hate The International Criminal

Court. Website Washingtonpost. 15 Juni 2015. Diakses pada 25 April

2019 dari

https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2015/06/15/why-

so-many-african-leaders-hate-the-international-criminal-

court/?utm_term=.2b383bf97443

The Economist. The International Criminal Court- Exit South Africa. Website the

Economist. 27 Oktober 2016. Diakses pada 3 April 2019 dari

https://www.economist.com/middle-east-and-africa/2016/10/27/exit-

south-africa

The Guardian. Burundi becomes first nation to leave international Criminal

Court. Website The Guardian. 28 Oktober 2017. Diakses pada 10 April

2019 dari https://www.theguardian.com/law/2017/oct/28/burundi-

becomes-first-nation-to-leave-international-criminal-court

Thomson, Stephanie. Burundi Is On The Brink- A Crisi Explained. Website World

Economic Forum. 9 Februari 2016. Diakses pada 9 April 2019 dari

https://www.weforum.org/agenda/2016/02/burundi-is-on-the-brink-a-

crisis-explained-dc4113d4-af48-4f63-b6b8-6a8c42acb78b/

Verbruggen, Yoal. Turbulent Year Tests International Criminal Court’s

Credibility. Website International Bar Association. 23 Oktober 2017.

Diakses pada 25 April 2019 dari

https://www.ibanet.org/Article/NewDetail.aspx?ArticleUid=D9D36120-

BE66-47E2-AAC5-CA7C11535741

VOA. 3 Negara Keluar Mahkamah Kejahatan Internasional Raih Dukungan.

Website VOA. 1 November 2016. Diakses pada 3 April 2019 dari

https://www.voaindonesia.com/a/tiga-negara-keluar-mahkamah-

kejahatan-internasional/3574136.html

_____. Burundi Officially Informs UN of Intent to Leave ICC. Website VOA. 27

Oktober 2016. Diakses pada 10 April 2016 dari

https://www.voanews.com/a/burundi-icc-withdrawal/3568311.htm

_____. Majelis Rendah Burundi Pilih Tinggalkan ICC. Website VOA. 12 Oktober

2016. Diakses pada 10 April 2019 dari

https://www.voaindonesia.com/a/majelis-rendah-burundi-tinggalkan-

icc/3547436.html

Page 97: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxv

UNHRC.United Nation Independent Investigation on Burundi. Website UNHRC.

Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.ohchr.org/EN/HRBodies/HRC/UNIIB/Pages/UNIIB.aspx

Page 98: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxvi

LAMPIRAN

Page 99: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxvii

Page 100: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxviii

Page 101: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxix

Page 102: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxx

Page 103: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxi

Page 104: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxii

Page 105: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxiii

Page 106: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxiv

Page 107: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxv

Page 108: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxvi

Page 109: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxvii

Page 110: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxviii

Page 111: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xxxix

Page 112: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xl

Page 113: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xli

Page 114: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xlii

Page 115: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xliii

Page 116: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xliv

Page 117: KEPUTUSAN BURUNDI KELUAR DARI INTERNATIONAL …

xlv