KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN...

105
KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN EKSEKUTIF PENEMPATAN KEMBALI PENGUNGSI DENGAN AUSTRALIA PADA TAHUN 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyarataan Memperoleh PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Tasya Safirah Ghassani 1112113000054

Transcript of KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN...

Page 1: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN EKSEKUTIF

PENEMPATAN KEMBALI PENGUNGSI DENGAN AUSTRALIA PADA

TAHUN 2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyarataan Memperoleh

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Tasya Safirah Ghassani

1112113000054

Page 2: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian
Page 3: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian
Page 4: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian
Page 5: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian penempatan

kembali pengungsi dengan Australia pada tahun 2017. Skripsi ini menggunakan konsep

kepentingan nasional dari Donald J. Nuechterlein, konsep kebijakan luar negeri dan konsep

pengungsi untuk mengetahui kepentingan serta faktor-faktor yang melatarbelakangi

pengambilan keputusan oleh Amerika Serikat pada tahun 2017 dalam perjanjian penempatan

kembali pengungsi dengan Australia. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan teknik pengumpulan dan pengolahan data sekunder (library research). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa kepentingan nasional yang

mempengaruhi Amerika Serikat dalam perjanjiannya dengan Australia pada tahun 2017

adalah adanya kepentingan pertahanan dan ekonomi yang menjadi major issue dan

mempengaruhi Amerika Serikat dalam mengatasi permasalahan imigrasi ilegal dari Amerika

Tengah. Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi Amerika Serikat dalam pengambilan

keputusan adalah hubungan aliansinya dengan Australia dan adanya tekanan dari internal

Amerika Serikat yang mempengaruhi public opinion di Amerika Serikat.

Kata kunci : Amerika Serikat, Australia, pengungsi, refugee resettelment, kepentingan

nasional, kebijakan luar negeri

Page 6: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamiin, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT

yang telah menganugerahkan rahmat dan inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi. Dalam penulisan skripsi ini tentu tidak akan selesai

tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga penulis, terutama kepada Ayahanda Iwan Kumara, Ibunda Tanti Dewi,

Andita Putri Ghassani, Bianco Adya Kumara dan Devant Ananta Kumara, juga

seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan moral serta materilnya.

2. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, M.M selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktu dan pemikirannya selama membantu

penulis menyelesaikan skripsi.

3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bapak

Dr. Ali Munhanif, M.A., Ketua Program Studi Hubungan Internasional Bapak Ahmad

Alfajri, MA. dan Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Ibu Eva Mushafa.

4. Jajaran dosen dan staf Program Studi Hubungan Internasional, atas segala upaya

dalam membantu penulis dari awal perkuliahan.

5. Ferico Rachman, seseorang yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

6. Rekan PANAZ yang selalu setia memberikan support dan semangat kepada penulis,

Dinda C Savitry, Arlinda Ayuningtyas, Dita Kirana, Hani Samantha dan Onyuwida

7. Kawan-kawan HI angkatan 2012 serta pejuang akhir yang selalu menumbuhkan

optimisme bahwa kita bisa menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

vi

8. Kawan-kawan Abang None Jakarta Timur 2017 yang telah memberikan semangat

untuk menyelesikan skripsi ini

9. Bang Indra Saputra dan Hani Samantha dari HI angkatan 2012 yang telah meluangkan

waktunya membantu penulis selama proses penulisan

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan selama proses penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis

menyadari mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menulis lebih baik lagi

dikemudian hari.

Jakarta, 03 Mei 2019

Tasya Safirah Ghassani

Page 8: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

vii

DAFTAR SINGKATAN

UNHCR : United Nations High Commisioner for Refugees

PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa

CoC : Clash of Civilizations

USRAP : U.S. Refugee Admission Program

DACA : Deferred Action for Childhood Arrivals

TPS : Temporary Protected Status

CAM : Central American Minors

TCO : Transnational Criminal Organizations

ACS : American Community Survey

NTCA : The Northern Triangle of Central America

PTA : Protection Transfer Agreement

IOM : International Organization for Migration

AUSMIN : Australia-United States Ministerial Consultations

FTA : Free Trade Agreement

CBP : U.S. Customs and Border Protection

ICE : U.S. Immigration and Customs Enforcement's

Page 9: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

viii

DAFTAR TABEL

Tabel I.E.1 Isi Model Analisa Kepentingan Nasional .......................................... 17

Tabel II.B.2 Jumlah Imigran Amerika Tengah di

Amerika Serikat periode 1970-2018 ..................................................................... 35

Tabel III.B.3. Publikasi Perjanjian Internasional Amerika Serikat ...................... 56

Tabel IV.A.4. Kepentingan Nasional Amerika Serikat ........................................ 64

Page 10: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik II.B.1 Tingkat Pembunuhan di Kawasan Segitiga Utara 2004-2015 ........ 33

Grafik III.B.2. Pengungsi Yang Telah Mendapatkan Hak Penempatan

Kembali di Amerika Serikat berdasarkan Kewarganegaraannya ......................... 59

Grafik III.B.3. Pengungsi Yang Tidak Mendapatkan Hak Penempatan

Kembali di Amerika Serikat berdasarkan Kewarganegaraannya ......................... 59

Page 11: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

x

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................................................... ii

PENGESAHAN PANITIAN UJIAN SIDANG SKRIPSI .................................... iii

ABSTRAK .................................... ............................................................... ........... iv

KATA PENGANTAR .................. ........................................................................... v

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... .... vii

DAFTAR TABEL ........................ ........................................................................... viii

DAFTAR GRAFIK ...................... ........................................................................... ix

DAFTAR ISI........................................................................................ .................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ....................................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 10

E. Kerangka Teori .............................................................................................. 13

1. Konsep Kepentingan Nasional ........................................................... 13

2. Konsep Kebijakan Luar Negeri ......................................................... 17

3. Konsep Pengungsi .............................................................................. 19

F. Metode Penelitian .......................................................................................... 20

G. Sistematika Penulisan .................................................................................... 22

BAB II KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERKAIT

PENEMPATAN KEMBALI PENGUNGSI

A. Pandangan dan Kebijakan Amerika Serikat terkait

Pengungsi ....................................................................................................... 27

B. Kebijakan Amerika Serikat terkait Penempatan Kembali

Pengungsi pada tahun 2009-2016 .................................................................. 32

C. Kebijakan Amerika Serikat terkait Penempatan Kembali

Pengungsi pada tahun 2017 ........................................................................... 38

BAB III HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT DAN

AUSTRALIA

A. Aliansi Amerika Serikat dan Australia .......................................................... 45

B. Perjanjian Eksekutif Bilateral Amerika Serikat dan

Australia dalam Penempatan Kembali Pengungsi dari

Nauru dan Kepulauan Manus......................................................................... 50

Page 12: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xi

BAB IV ANALISA KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT

DALAM PERJANJIAN PENEMPATAN KEMBALI

PENGUNGSI DENGAN AUSTRALIA 2017

A. Kepentingan Nasional .................................................................................. 61

1. Kepentingan Pertahanan .......................................................................... 66

2. Kepetingan Ekonomi ............................................................................... 72

B. Kebijakan Luar Negeri................................................................................ 75

1. Faktor Eksternal ................................................................................. 75

2. Faktor Internal .................................................................................... 76

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... xii

Page 13: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Krisis pengungsi internasional masih menjadi permasalahan setiap

tahunnya di beberapa negara di dunia. Pada tahun 2016, United Nations High

Commisioner for Refugees (UNHCR) menyatakan bahwa jumlah keseluruhan

pengungsi di dunia mencapai 65,6 juta orang dan mengalami peningkatan sebesar

2,9 juta orang pada tahun 2017 menjadi 68,5 juta orang.1 Jumlah pengungsi

tersebut setiap tahunnya terus mengalami peningkatan seiring dengan ikut

bertambahnya permasalahan kesejahteraan sosial dan perlindungan hak asasi bagi

para pengungsi di dunia.

Perlindungan hak bagi pengungsi internasional telah diatur oleh UNHCR,

salah satunya dengan program refugee resettlement sebagai sebuah solusi jangka

panjang bagi para pengungsi. Solusi ini memberikan kesempatan “penempatan

kembali” bagi para pengungsi yang tidak dapat kembali maupun tidak mendapat

perlindungan dari negara asalnya, untuk kemudian pindah ke negara ketiga yang

bersedia menerima mereka dengan status tinggal tetap. 2 Di antara 37 negara yang

terdaftar dalam program penempatan kembali, Amerika Serikat merupakan negara

1 UNHCR, “Forced Displacement Above 68m in 2017, new global deal on refugees

critical”, diakses pada 18 Maret 2019,

http://www.unhcr.org/news/press/2018/6/5b27c2434/forced-displacement-above-68m-2017-new-

global-deal-refugees-critical.html 2 UNHCR, “The 10 Point Plan : Solution for Refugees” [buku on-line], (Luxembourg:

Imprimeria Centrale, 2011); tersedia di: https://www.unhcr.org/50a4c17f9.pdf, diunduh pada 18

maret 2019; Chapter 7

Page 14: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

2

yang paling banyak dituju oleh para pencari suaka dengan jumlah penempatan

kembali pengungsi tertinggi di dunia.

Sejak tahun 1975, Amerika Serikat telah menerima 3,3 dari 4 juta

pengungsi di dunia untuk penempatan kembali secara tetap di Amerika Serikat

hingga tahun 2017.3 Meskipun hingga saat ini Amerika Serikat belum meratifikasi

konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terkait pengungsi yang dikeluarkan

oleh UNHCR pada tahun 1951, Amerika Serikat telah meratifikasi protokol 1967

yang mengharuskan Amerika Serikat untuk tetap mengaplikasikan ketentuan yang

ada dalam konvensi pengungsi 1951 dan membentuk undang-undang imigrasi

federal tahun 1980.4

Pada tahun 2015, beberapa negara telah dihadapkan pada krisis

permasalahan perpindahan pengungsi dalam jumlah besar. Pengungsi-pengungsi

tersebut berasal dari 70 negara di dunia yang mengalami krisis serta konflik

seperti Suriah, Afghanistan, Kongo dan Myanmar5. Menanggapi gelombang

perpindahan pengungsi secara masif di dunia, Amerika Serikat di bawah presiden

Barack Obama sepakat untuk menempatkan kembali 85.000 pengungsi pada tahun

3 U.S. Department of State, “Refugee Admission”, diakses pada 18 Maret 2019,

https://www.state.gov/j/prm/ra/ 4 Kaldor Centre for International Refugee Law, “Australia – United States Resettlement

Agreement”, diunduh pada : 1 November 2018, tersedia di:

https://www.kaldorcentre.unsw.edu.au/publication/australia–united-states-resettlement-

arrangement, Hal. 1 5 UNHCR, “U.S. Refugee Resettlement Facts – 2017”, diakses pada 18 Maret 2019,

tersedia di: https://www.unhcr.org/previous-us-refugee-resettlement-fact-sheets.html

Page 15: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

3

2016 dan berencana untuk meningkatkan jumlahnya menjadi 110.000 pengungsi

pada tahun 2017.6

Penerapan penempatan kembali pengungsi juga dilakukan dalam kerangka

kerjasama dengan negara lain atau melalui perjanjian bilateral antara dua negara.

Salah satu perjanjian bilateral yang dilakukan Amerika Serikat terkait pengungsi

adalah perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi atau refugee

resettlement antara Amerika Serikat dengan Australia. Perjanjian bilateral tersebut

dilakukan pada tahun 2016 di bawah kesepakatan eksekutif antar dua kepala

eksekutif negara, yakni Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dengan Perdana

Menteri Australia, Malcolm Turnbull yang berisi bahwa Amerika Serikat setuju

untuk menempatkan kembali 1.250 pengungsi Australia dari Kepulauan Manus

dan Nauru di wilayah Amerika Serikat. 7

Australia telah mengahadapi gelombang kedatangan pengungsi dan

pencari suaka melalui jalur laut dalam jumlah besar sejak tahun 2001. Dalam

upaya Australia untuk menahan para pengungsi agar tidak memasuki wilayah

kedaulatan Australia, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk

menghentikan masuknya para pengungsi ilegal ke dalam Australia. Pada tahun

2001 di bawah kepemimpinan Perdana Menteri John Howard, Australia

mengeluarkan kebijakan “Pacific Solution” untuk menghentikan secara tegas arus

masuk gelombang pengungsi ilegal ke dalam negara. Kebijakan tersebut berisi

6 Jie Zong dan Jeanne Batalova, “Refugee and Asyless in the United States”, [artikel on-

line]; tersedia di: https://www.migrationpolicy.org/article/refugees-and-asylees-united-states;

diakses pada 18 Maret 2019 7 James Griffiths dan Pamela Boykoff, “US-Australia Refugee Deal: What You Need to

Know”, CNN, 2 Februari 2017, tersedia di: https://edition.cnn.com/2017/02/01/politics/australia-

us-refugee-deal-turnbull-trump/index.html; diakses pada 18 Maret 2019

Page 16: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

4

bahwa setiap pencari suaka dan pengungsi yang datang melalui jalur laut, tanpa

dokumen yang jelas dan berusaha memasuki Australia maka akan dihentikan dan

dialihkan menuju pusat detensi dan pengelolaan pengungsi lepas pantai yang

disepakati oleh Australia dengan negara-negara pasifik yaitu Nauru dan

Kepulauan Manus di Papua Nugini. Hingga tahun 2018, tercatat lebih dari 3.000

orang telah dialihkan dari Australia menuju pusat detensi pengungsi Kepulauan

Manus dan Nauru. 8

Solusi tersebut dianggap belum bisa mengatasi permasalahan pengungsi

yang terjadi di Australia. Sejumlah masalah yang muncul seperti kurangnya

fasilitas kesehatan dan keamanan di kedua pusat detensi, lokasi pusat

penampungan yang tidak memadai dan kurang terawat, sulitnya akses air bersih

yang tersedia di pusat penahanan pengungsi serta tingginya angka kriminalitas

yang terjadi di masing masing pusat detensi menjadi permasalahan baru bagi

setiap pusat detensi.

Pada kunjungan UNHCR tahun 2016, UNHCR menemukan bahwa lebih

dari 80% para pengungsi dari kedua pusat detensi mengalami permasalahan

kejiwaan seperti percobaan bunuh diri, melukai diri sendiri, depresi, anxiety

disorder dan post traumatic stress disorder sehingga menimbulkan berbagai

kecaman dari masyarakat internasional.9 Salah satu dampak yang muncul adalah

8 UNHCR, “UNHCR Urges Australia to Evacuate Off-Shore Facilities as Health Situation

Deteriorates” diakses pada 18 Maret 2019, tersedia di: https://www.unhcr.org/en-

lk/news/briefing/2018/10/5bc059d24/unhcr-urges-australia-evacuate-off-shore-facilities-health-

situation-deteriorates.html 9 Nayla Rush, “U.S. – “Australia Refugee Resettlement Deal is Underway” [artikel on-

line]; tersedia di: https://cis.org/sites/cis.org/files/rush-australia-refugee.pdf ; diakses pada 18

Maret 2019

Page 17: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

5

penutupan pusat detensi pengungsi Manus pada tahun 2016 oleh otoritas

pemerintah Papua Nugini karena dianggap ilegal dan telah melanggar banyak hak

asasi manusia.10

Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi alasan utama bagi Australia

untuk segera mencari lokasi baru atau negara ketiga bagi para pengungsi yang

berada di pusat detensi Kepulauan Manus dan Nauru. Pada tahun 2016, Australia

mengumumkan bahwa Amerika Serikat sepakat untuk menerima 1.250 pengungsi

yang telah terverifikasi oleh UNHCR untuk penempatan kembali secara tetap di

Amerika Serikat. Perjanjian bilateral tersebut telah disetujui dalam level eksekutif

dan berlaku hanya 1 kali bagi para pengungsi yang saat itu berada di pusat detensi

pengungsi.11

Perjanjian bilateral yang dilakukan antara Amerika Serikat dan Australia

tersebut mendapat berbagai respon positif dari dunia internasional, meskipun

UNHCR menyatakan keprihatinan atas para individu yang belum berhasil

mendapatkan status sebagai pengungsi. Namun, perjanjian tersebut dinilai sebagai

salah satu solusi jangka panjang yang dibutuhkan oleh para pengungsi lainnya

yang telah menetap di kedua pusat detensi tersebut selama lebih dari 3 tahun.12

Dengan bergantinya kepemimpinan Amerika Serikat dari Barack Obama

ke Donald J. Trump pada tahun 2017, Amerika Serikat mengeluarkan berbagai

perubahan kebijakan terkait isu imigrasi dan pengungsi di Amerika Serikat.

10 Al Jazeera News, “Why is The Manus Detention Centre Being Closed?”, Al Jazeera, 29

Oktober 2017 ; tersedia di https://www.aljazeera.com/news/2017/10/manus-detention-centre-

closed-171024212852806.html, diakses pada 18 Maret 2019 11 Griffiths dan Boykoff, “US-Australia Refugee Deal: What You Need to Know” 12 Kaldor Centre for International Refugee Law, “Australia – United States Resettlement

Agreement”, Hal. 2

Page 18: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

6

Beberapa perintah eksekutif yang dikeluarkan oleh Trump sejak 25 Januari hingga

27 Januari 2017 adalah pengaturan keamanan perbatasan terkait masuknya para

imigran, penegakan hukum terhadap imigran ilegal yang tidak memiliki dokumen

lengkap dan berada di Amerika Serikat, pemberlakuan penghentian program

penempatan kembali pengungsi selama 120 hari, larangan penerbitan visa atau

penempatan kembali pengungsi dari tujuh negara yang dianggap berbahaya bagi

Amerika Serikat dan larangan masuk bagi warga Suriah. 13

Pada 27 Januari 2017, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden

Donald Trump mengeluarkan perintah eksekutif terkait penempatan kembali

pengungsi yaitu Executive Order 13769: “Protecting the Nation from Foreign

Terrorist Entry into the United States”.14 Melalui perintah eksekutif ini, Presiden

Donald Trump menyatakan bahwa program penempatan kembali pengungsi

merupakan salah satu program berbahaya dan berpotensi memudahkan para

teroris untuk masuk dan mengancam kemanan Amerika Serikat. Dalam upayanya

meminimalisir potensi tersebut, Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan

pengurangan kuota jumlah pengungsi dari 110.000 pengungsi menjadi 50.000

pengungsi pada tahun 2017.15

Berbagai perubahan kebijakan Amerika Serikat terhadap pengungsi

tersebut menimbulkan permasalahan baru bagi kelanjutan perjanjian eksekutif

penempatan kembali pengungsi antara Australia dengan Amerika Serikat. Hal

13 Todd Scribner, “You Are Not Welcome Here Anymore: Restoring Support for Refugee

Resettlement in the Age of Trump”, [artikel online], tersedia di:

https://doi.org/10.1177%2F233150241700500203 ; diunduh pada 25 Maret 2019, Hal. 265 - 266 14 BBC, “Trump’s Executive Order: Who Does Travel Ban Affect?”, BBC News, 10

Februari 2017, [berita online], tersedia di: https://www.bbc.com/news/world-us-canada-38781302 15 BBC, “Trump’s Executive Order: Who Does Travel Ban Affect?”.

Page 19: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

7

tersebut dikarenakan perjanjian yang telah disepakati sangat berlawanan dengan

kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh Amerika Serikat terkait pengungsi di

bawah presiden Donald Trump. Sehingga munculnya perintah eksekutif tersebut

mengancam keberlanjutan implementasi perjanjian antar dua negara yang telah

disepakati sebelumnya.

Pada 28 Januari 2017, Donald Trump melakukan komunikasi pertamanya

setelah menjabat sebagai presiden dengan pemimpin dari delapan negara,

termasuk Australia. Australia melalui Perdana Menteri Turnbull melakukan

komunikasi pertamanya dengan Presiden Donald Trump melalui jaringan telepon

untuk memastikan kelanjutan perjanjian penempatan pengungsi antara kedua

negara.16 Dalam negosiasi tersebut, Amerika Serikat menyatakan keberatannya

terhadap perjanjian tersebut sebab perjanjian penempatan kembali 1.250

pengungsi dari Australia ke Amerika Serikat diangap kontradiktif dengan

kepentingan nasional dan perintah eksekutif yang baru ditandatangani.17

Perjanjian bilateral tersebut dinilai tidak memiliki koherensi dengan

strategi kebijakan Amerika Serikat yang baru di bawah kepemimpinan Trump.

Pasca dilantiknya Trump sebagai Presiden, Amerika Serikat sedang berusaha

untuk mengurangi atau membatasi angka pengungsi di negaranya. Trump pada

akhirnya mengeluarkan keputusan untuk tetap melanjutkan kerjasama dengan

16 Greg Miller, Julie Vitkovskaya, dan Reuben Fischer-Baum, “This Deal Will Make Me

Look Terrible’: Full transcripts of Trump’s calls with Mexico and Australia” ; The Washington

Post, 3 Agustus 2017, tersedia di:

https://www.washingtonpost.com/graphics/2017/politics/australia-mexico-

transcripts/?utm_term=.67fc9e8de533 ; diakses pada 18 Maret 2019 17 Greg Miller, Julie Vitkovskaya, dan Reuben Fischer-Baum, “This Deal Will Make Me

Page 20: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

8

Australia dan menerima pengungsi tersebut untuk ditempatkan kembali di

Amerika Serikat.

Keputusan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat tersebut menimbulkan

banyak pertanyaan dari masyarakat internasional dalam menganalisa langkah

Amerika Serikat selanjutnya terhadap pengungsi. Hal tersebut dikarenakan sejak

awal Amerika Serikat mengeluarkan perintah eksekutif terhadap pengungsi,

Amerika Serikat telah melanggar perjanjiannya sendiri terhadap UNHCR maupun

Protokol 1967. Sementara itu, menyetujui kerjasama bilateral dengan Australia

juga inkonsisten terhadap kepentingan nasional maupun kebijakan luar negeri

Amerika Serikat dalam membatasi penempatan kembali pengungsi.

Berdasarkan uraian pernyataan masalah diatas, maka fokus pembahasan

skripsi ini akan mengarah kepada analisa alasan mengapa Amerika Serikat

memutuskan untuk tetap melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali

pengungsi dengan Australia. Adapun permasalahan tersebut dieksplorasi dalam

kurun periode sejak tahun 2016 hingga 2017. Tahun 2016 didasarkan pada tahun

disepakatinya perjanjian bilateral antara Amerika Serikat dan Australia,

sedangkan tahun 2017 didasarkan pada tahun di mana perjanjian tersebut mulai

diimplementasikan.

Signifikansi masalah dalam penelitian ini ialah, pertama adanya situasi

peralihan pemimpin yang terjadi di Amerika Serikat selama 2 tahun berpengaruh

terhadap kebijakan yang dikeluarkan dalam menghadapi permasalahan pengungsi

di Amerika Serikat. Kedua, keputusan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat

untuk melanjutkan penempatan kembali pengungsi dari Kepulauan Manus dan

Page 21: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

9

Nauru sangat bertentangan dengan kepentingan nasional Amerika Serikat pada

tahun 2017.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan sikap yang diambil oleh Amerika Serikat, maka pertanyaan

masalah yang diajukan adalah: “Mengapa Amerika Serikat memutuskan untuk

melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi dengan

Australia pada tahun 2017?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dasar pertimbangan keputusan atau kepentingan Amerika

Serikat dalam kesepakatan kerjasama bilateral dengan Australia terkait

penempatan kembali pengungsi.

2. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Amerika Serikat

melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi

dengan Australia pada tahun 2017.

3. Mengetahui bagaimana perubahan kebijakan Amerika Serikat terhadap

penempatan kembali pengungsi pasca pergantian kepemimpinan.

Manfaat dari penelitian ini :

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan referensi

terkait analisa perubahan kebijakan Amerika Serikat terhadap

penempatan kembali pengungsi secara umum, khususnya dengan

Australia.

Page 22: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

10

2. Menambah wawasan bagi para penstudi hubungan internasional

3. Berkontribusi dalam mengembangkan kajian ilmu hubungan

internasional khususnya dalam masalah perjanjian eksekutif

penempatan kembali pengungsi.

D. Tinjauan Pustaka

Skripsi ini menggunakan beberapa tulisan ilmiah untuk meninjau

perbedaan dengan penelitian sebelumnya dalam rangka mendukung penulisan

skripsi. Pertama, artikel junal yang ditulis oleh Dougal Robinson pada tahun 2017

yang berjudul “Congressional Support for Australia Has Paid Dividens with the

Trump Administration”18

Dalam tulisannya, Dougal menganalisis bagaimana bentuk perubahan

sikap pemerintahan Amerika Serikat pasca respon keras yang diberikan oleh

Amerika Serikat melalui komunikasi jaringan telepon yang dilakukan antara

presiden Amerika Serikat, Donald Trump dengan Perdana Menteri Australia,

Malcolm Turnbull. Adapun perubahan sikap yang dilakukan oleh pemerintah

Amerika Serikat terhadap Australia menjadi salah satu bukti bahwa Amerika

Serikat berusaha untuk memperbaiki hubungan kedua negara. Perubahan yang

terjadi diantaranya adalah perubahan keputusan Amerika Serikat untuk tetap

melanjutkan dan menghargai perjanjian dengan Australia, perubahan pandangan

atau arah kebijakan kedua pimpinan negara dan kunjungan tiga orang paling

penting dalam pemerintahan Amerika Serikat ke Australia.

18 Robinson, Dougal. "Congressional Support for Australia Has Paid Dividends with the

Trump Administration"; [Jurnal On-line], Security Challenges 13, no. 2 (2017): 5-10 ; tersedia di:

https://www.jstor.org/stable/26457715. diunduh pada : 20 Oktober 2018

Page 23: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

11

Literatur Dougal memiliki kesamaan dengan skripsi ini dalam membahas

bagaimana sikap Amerika Serikat terhadap perjanjian eksekutif penempatan

kembali pengungsi dengan Australia. Sementara perbedaannya ialah, Douglas

hanya fokus menjelaskan apa saja perubahan sikap yang diberikan Amerika

Serikat terhadap Asutralia pasca negosiasi yang dilakukan kedua negara.

Sedangkan skripsi ini menganalisis apa saja hal yang mendasari dan memengaruhi

perubahan keputusan Amerika Serikat dalam melanjutkan perjanjian eksekutif

penempatan kembali pengungsi dengan Australia.

Kedua, artikel dalam jurnal yang ditulis oleh Todd Scribner yang berjudul

“You Are Not Welcome Here Anymore: Restoring Support for Refugee

Resettlement in the Age of Trump”.19 Fokus dalam literature Scribner adalah

bagaimana pendekatan Trump terhadap program penempatan kembali pengungsi

dan migrasi melalui paradigma Clash of Civilizations (CoC). Scribner berasumsi

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan kebijakan Trump

adalah kuatnya persepsi atau stigma terhadap pengungsi yang dianggap memiliki

potensi ancaman terorisme khususnya bagi pengungsi yang berasal dari negara

mayoritas muslim. Melalui pandangan CoC, para pengungsi korban penganiyaan

yang datang dari negara-negara tersebut berpotensi besar untuk menjadi terorisme

sehingga penempatan kembali pengungsi dianggap sebagai salah satu ancaman

potensial bagi keamanan nasional.

Analisa Scribner ini bersumber dari berbagai data sekunder seperti buku,

jurnal dan berita. Penelitian ini cukup baik menjelaskan bagaimana kebijakan luar

19 Scribner, “You are Not Welcome Here Anymore: Restoring Support for Refugee

Resettlement in the Age of Trump”

Page 24: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

12

negeri Trump dan pendukungnya terhadap pengungsi melalui pendekatan CoC.

Hanya saja, Scribner dominan membahas mengapa warga Amerika Serikat dan

Trump memberikan respon keras terhadap pengungsi sedangkan skripsi ini

berfokus kepada mengapa pada akhirnya Trump memutuskan untuk menerima

penempatan kembali pengungsi dari Australia pada tahun 2017.

Ketiga, artikel yang ditulis oleh Nayla Rush yang berjudul “US – Australia

Refugee Resettlement Deal is Underway.”20 Pertanyaan penelitian yang menjadi

bobot penelitian Nayla yaitu: “Mengapa Australia memilih untuk menempatkan

kembali pengungsi yang tidak diinginkannya ke Amerika Serikat?”. Dalam

penelitian ini Nayla menjelaskan bagaimana kondisi para pengungsi yang ada di

kedua pusat detensi , Kepulauan Manus dan Nauru serta menganalisis alasan

mengapa Amerika Serikat tetap mau menerima para pengungsi tersebut.

Nayla menganggap bahwa keputusan Obama pada tahun 2016 untuk

menerima para pengungsi adalah adanya kepedulian Obama terhadap kondisi

memperihatinkan dari para pengungsi tersebut, namun disisi lain Amerika Serikat

juga berkepentingan untuk mengirimkan kembali pengungsi yang ada di Kosta

Rika, salah satu pusat detensi pengungsi yang disepakati dalam “Protection

Transfer Agreement” antara Amerika Serikat dan Kosta Rika untuk menampung

pengungsi dari El Salvador, Honduras dan Guatemala untuk ditempatkan

sementara di pusat detensi Nauru.

Dalam penelitian ini, Nayla juga mempertanyakan mengapa Presiden

Trump tetap memutuskan untuk menerima pengungsi tersebut. Namun Nayla

20 Rush, “U.S. – “Australia Refugee Resettlement Deal is Underway”

Page 25: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

13

tidak disertai jawaban yang konkret. Pertanyaan tersebut menjadi perbedaan

dengan skripsi ini karena berusaha meneliti alasan mengapa Amerika Serikat pada

tahun 2017 memutuskan untuk tetap melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan

kembali pengungsi dengan Australia.

E. Kerangka Teori

Dalam menganalisa keputusan Amerika Serikat untuk melanjutkan

perjanjian pengungsi dengan Australia, diperlukan teori dan konsep-konsep yang

dapat membantu serta mendukung proses penganalisaan.

1. Konsep Kepentingan Nasional

Sebagai sebuah kunci dalam memahami kebijakan luar negeri yang

dikeluarkan oleh suatu negara, kepentingan nasional memegang peranan

penting dalam hubungan Internasional. Menurut K.J. Holsti, kepentingan

nasional diartikan sebagai sebuah instrument yang digunakan untuk

menganalisa tujuan atau keinginan yang ingin dicapai di masa yang akan

datang, melalui suatu pembuatan kebijakan luar negeri oleh negara, serta

bagaimana menentukan dan mengubah sikap suatu negara. 21

Dikutip dalam buku “The National Interest in International Relation

Theory” tulisan Scott Burchil, Joseph Frankel membagi dua golongan

dalam menggunakan serta mengartikan sebuah kepentingan nasional.

Pertama yaitu mereka yang menggunakan kepentingan nasional sebagai

alat untuk menganalisa kebijakan luar negeri dari suatu negara dan mereka

21 K. J. Holsti, “Politik Internasional Kerangka untuk Analisa Edisi Keempat Jilid 1”,

terjemahan M. Tahir Azhary, (Jakarta: Erlangga, 1988), Hal. 136-137

Page 26: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

14

yang menggunakan kepentingan nasional sebagai alat untuk membenarkan

atau merasionalisasikan perilaku sebuah negara. 22

Donald E. Nuechterlein menyatakan bahwa terdapat empat aspek

kepentingan dasar dalam kepentingan nasional suatu negara yang dapat

mempengaruhi bagaimana suatu negara menjalankan atau merumuskan

suatu kebijakan luar negeri, yaitu: .23

a. Kepentingan pertahanan (defense interest), pengambilan sebuah

kebijakan didasarkan pada kepentingan negara untuk melindungi

warga dan negaranya dari kekerasan fisik yang datang dari negara

lainnya dan ancaman dari akstor eksternal terhadap sistem

pemerintahannya.

b. Kepentingan ekonomi (economy interest), pengambilan sebuah

kebijakan didasarkan pada kepentingan negara untuk meningkatkan

neraca perekonomian melalui kerjasama dengan negara lainnya

untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan negaranya.

c. Kepentingan tatanan dunia (world order interest), pengambilan

sebuah kebijakan didasarkan pada kepentingan negara untuk

memelihara politik internasional dan sistem ekonomi dimana

menciptakan situasi aman dan nyaman bagi warga negaranya untuk

hidup di luar negaranya.

22 Scott Burchill, “The National Interest in International Relations Theory”, (New York:

PalgraveMacmillan, 2005) Hal. 3 23Donald E. Nuechterlein, "National Interests and Foreign Policy: A Conceptual

Framework for Analysis and Decision-Making." (British Journal of International Studies 2, no. 3

(1976): 246-66), tersedia di: http://www.jstor.org/stable/20096778.

Page 27: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

15

d. Kepentingan ideologi (ideological interest), pengambilan sebuah

kebijakan didasarkan pada kepentingan negara untuk melindungi

serta menjaga ideologi negara dari ancaman negara lainnya.

Dalam memahami kepentingan dasar dari suatu isu, penting untuk

dipahami seberapa besar intensitas suatu isu dalam kepentingan nasional

suatu negara. Nuechterlein membaginya kedalam empat macam isu,

diantaranya adalah:24

a. Survival issues adalah kondisi dimana suatu isu bersifat mendesak

dan dapat mengancam eksistensi sebuah negara sehingga

menjadikan survival sebagai satu-satunya dasar dalam menentukan

kepentingan nasional.

b. Vital issues adalah kondisi dimana suatu isu dalam jangka panjang

dapat menjadi ancaman serius terhadap kesejahteraan politik,

ekonomi hingga eksistensi suatu negara, hanya saja isu tersebut

tidak mendesak dan negara memiliki waktu untuk mencari bantuan

dari sekutu, melakukan tindakan balasan serta tindakan preventif

lainnya

c. Major issues adalah kondisi dimana kesejahteraan politik, ekonomi

dan ideologi suatu negara dapat dipengaruhi oleh peristiwa yang

terjadi di sekitarnya sehingga diperlakukan tindakan korektif untuk

mencegah isu tersebut menjadi vital issues.

24 Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for

Analysis and Decision-Making.

Page 28: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

16

d. Peripheral issues adalah suatu kondisi dimana suatu isu yang

terjadi diluar negeri tidak akan mempengaruhi kesejahteraan negara

akan tetapi mempengaruhi kepentingan warga negara dan

perusahaan swasta yang beroperasi di negara tersebut.

Analisa konsep kepentingan nasional oleh Nuechterlein akan

digunakan untuk menjelaskan kepentingan yang melatarbelakangi

keputusan Amerika Serikat untuk melanjutkan perjanjian eksekutif

penempatan kembali pengungsi dengan Australia pada tahun 2017. Skripsi

ini akan berfokus terhadap pembahasan setiap aspek kepentingan dasar

dalam isu serta pembagian berdasarkan intensitasnya dalam isu tersebut

sehingga terbentuklah suatu kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk

melanjutkan perjanjian pengungsinya dengan Australia. Dalam

menganalisa hal tersebut, Nuechterlein menjelaskannya melalui bagan

berikut.

Page 29: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

17

Tabel 1.E.1. Model Analisa Kepentingan Nasional Nuechterlein

Country: X Issue: Y

Sumber: Nuchterlein, "National Interests and Foreign Policy: A

Conceptual Framework for Analysis and Decision-Making."

2. Konsep Kebijakan Luar Negeri

Kebijakan luar negeri merupakan suatu intsrumen yang diterapkan

oleh suatu negara untuk menjalin hubungan luar negeri dan diplomatik

dengan negara lainnya di dunia, inti terpenting dalam suatu kebijakan luar

negeri adalah untuk membentuk serta mempertahankan kepentingan

negara dalam politik dunia.25 KJ Holsti menjelaskan bahwa suatu

kebijakan luar negeri adalah pola yang diterapkan oleh suatu negara untuk

menanggapi lingkungan internasional yang ada dan terjadi di sekitar

negara tersebut untuk mengamankan kepentingan nasionalnya.26

25 Robert Jackson dan Georg Sorensen, “Pengantar Studi Hubungan Internasional”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 89 26 Holsti, Politik Internasional : Suatu Kerangka Analisis , 21

Basic interest involved

Intensity of interest

Survival Vital Major Peripheral

Defense

Economic

World Order

Ideological

Page 30: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

18

James N. Rosenau menyatakan bahwa sebuah kebijakan luar negeri

merupakan suatu bentuk upaya yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk

mempertahankan kelangsungan hidup negaranya dengan memperoleh

keuntungan dari lingkungan eksternalnya.27 Dalam pembentukan serta

pengambilan sebuah kebijakan luar negeri, Rosenau mengkategorikan

empat sumber yang dapat mempengaruhi suatu negara dalam pembentukan

kebijakan luar negeri, keempat sumber tersebut dibagi ke dalam dua faktor

yaitu:28

a. Faktor eksternal,

1) Systemic Sources, meliputi struktur sistem internasional, struktur

great power, aliansi, teknologi, geografi dan size

b. Faktor Internal

1) Societal Sources, meliputi faktor struktur social, perkembangan

ekonomi, kebudayaan, sejarah dan opini masyarakat

2) Governmental Sources, meliputi struktur pemerintahan, partai

yang berkuasa dan kondisi politik dalam negara

3) Idiosyncratic Sources, meliputi faktor kepribadian pemimpin

negara, pengalaman, nilai dan bakat dari perumus kebijakan.

Dalam menganalisis keputusan Amerika Serika dalam pengambilan

keputusan, skripsi ini menggunakan kerangka berfikir James N. Rosenau

yaitu systemic sources dan societal sources.

27 James N. Rosenau, Kenneth W, Thompson, dan Gavin Boyd, World Politics: An

Introduction, (New York: The Free Press, 1976), Hal. 27-32 28 Rosenau, World Politics 27-32

Page 31: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

19

3. Konsep Pengungsi

Menurut konvensi pengungsi yang dikeluarkan oleh PBB pada 1951,

pengungsi diartikan sebagai seseorang yang berada di luar negara asalnya

dan mengalami ketakutan atas kekerasan yang disebabkan oleh

permasalahan ras, agama, kebangsaan, perbedaan keanggotaan kelompok

sosial dan keanggotaan politik tertentu yang terjadi di negara asalnya

sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan

perlindungan atau kembali ke negara asalnya. 29

Perbedaan antara pengungsi dengan imigran menurut konvensi 1951

adalah, pengungsi merupakan seseorang yang terpaksa untuk pindah ke

negara lainnya karena adanya ancaman persekusi dan tidak adanya

perlindungan dari negara asalnya, berbeda dengan imigran yang

melakukan perpindahan karena alasan lainnya yang tidak terkait dengan

persekusi serta masih adanya kemungkinan perlindungan dari negaranya.

30 Richard black menyatakan bahwa pengungsi diartikan sebagai seseorang

dengan pengalaman tertentu yang terpaksa atau dipaksa untuk bermigrasi,

berbeda dengan imigran ekonomi yang pindah secara sukarela. 31

Terdapat lima alasan utama seseorang menjadi pengungsi, yaitu

adanya persekusi agama, kebangsaan, social, ras dan politik dari negara

29 UNHCR,”The 1951 Convention and Its 1967 Protocol”, diunduh pada 18 Maret 2019,

tersedia di: https://www.unhcr.org/about-us/background/4ec262df9/1951-convention-relating-

status-refugees-its-1967-protocol.html, Hal. 3 30 UNHCR,”The 1951 Convention and Its 1967 Protocol, 3. 31 Richard Black, “Fifty Years of refugee Studies: From Theory to Policy”, International

Migration Review, Volume 35 Number 1, (Maret 2001): 57-78 ; diunduh pada 18 Maret 2019,

tersedia di: https://doi.org/10.1111%2Fj.1747-7379.2001.tb00004.x

Page 32: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

20

asal, perang, perbedaan orientasi gender dan seksual, kekeringan dan

kelaparan dan perubahan iklim. 32 Konsep pengungsi tentu terkait dengan

penelitian ini, konsep ini digunakan untuk memahami lebih jelas

bagaimana kondisi pengungsi yang ada di Kepulauan Manus dan Nauru,

karena pengungsi yang datang ke Australia adalah para pengungsi yang

berusaha mencari perlindungan dan perrgi meninggalkan negara asalnya.

F. Metode Penelitian

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut

Hammersley dan Atkinson, suatu penelitian kualitatif haruslah menjadi suatu

proses yang dinamis dalam bergerak melaui setiap kegiatan, kegiatan tersebut

diantaranya adalah pengumpulan data, menganalisis data, mengembangkan serta

memodifikasi teori, menguraikan atau memfokuskan kembali pertanyaan

penelitian dan mengidentifikasi serta menghadapi ancaman kebenaran suatu

penelitian yang berlangsung secara bersamaan.33

Menurut Joseph A. Maxwell mengenai penelitian kualitatif, terdapat lima

komponen penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan suatu penelitian,

yaitu 34:

a. Tujuan, meliputi mengapa suatu penelitian layak dilakukan,

masalah apa yang akan diangkat, praktik serta kebijakan apa yang

32 Phineas Rueckert, “There Are 5 Reasons Why People Become Refugees”, Global Citizen,

14 Agustus 2017, diakses pada 18 Maret 2019, tersedia di:

https://www.globalcitizen.org/en/content/reasons-why-people-become-refugees/ 33Joseph A. Maxwell. “Designing a Qualitative Study.” The SAGE Handbook of Applied

Social Research Methods (2009): 214–253 ; diunduh pada 18 maret 2019, tersedia di :

https://www.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/23772_Ch7.pdf. Hal. 215 34 Maxwell, Designing a Qualitative Study.” The SAGE Handbook of Applied Social

Research Methods, 216

Page 33: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

21

yang mempengaruhinya, mengapa penelitian ini dilakukan dan

mengapa kita harus peduli terhadap penelitian tersebut

b. Kerangka kerja konseptual, meliputi hal apa saja yang terjadi

dengan masalah, latar atau individu yang akan diteliti, apa teori,

kepercayaan dan penelitian sebelumnya yang dapat membantu

dalam memberikan informasi terhadap penelitian dan apa saja

literature, preliminary studies dan pengalaman pribadi yang akan

peneliti tulis untuk memahami permasalahan yang sedang diteliti.

c. Pertanyaan penelitian, meliputi hal spesifik apa yang ingin

dipelajari atau dipahami dengan melakukan penelitian ini, apa yang

tidak diketahui dalam penelitian ini dan ingin peneliti ketahui,

pertanyaan apa yang peneliti jawab dan bagaimana pertanyaan

tersebut berkaitan dengan penelitian ini.

d. Metode, meliputi hal apa yang peneliti lakukan dalam melakukan

penelitian ini, pendekatan serta tekhnik apa saja yang peneliti

gunakan dalam mengumpulkan dan menganalisa data anda serta

bagaimana hal ini menjadi strategi yang tepat bagi penelitian

e. Validitas, bagaimana kemungkinan suatu penelitian dan

kesimpulan dapat salah, apa saja penggambaran alternative dan

ancaman kebenaran yang dapat mempengaruhi hasil penelitian,

bagaimana kemungkinan data yang telah dikumpulkan dapat

mendukung dan menantang hasil penelitian mengenai

permasalahan yang sedang diangkat.

Page 34: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

22

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini bertujuan untuk menjelaskan pernyataan masalah,

dimana didalamnya terdapat signifikansi dari masalah

tersebut. Pertanyaan masalah dirumuskan dari penyataan

masalah. Selain itu, dalam bab ini juga berisikan tujuan dan

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori untuk

menganalisa signifikansi dari masalah dalam skripsi ini.

Pada akhir bab, skripisi ini akan menjelaskan mengenai

metode penelitian yang digunakan dan sistematika

penulisan yang digunakan dalam skripsi ini.

BAB I I KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERKAIT

PENEMPATAN KEMBALI PENGUNGSI

Bab ini menjelaskan tentang bagaimana kebijakan Amerika

Serikat terhadap pengungsi dan program penempatan

kembali pengungsi. Adapun tujuan penulisan bab ini agar

dapat mengetahui dasar kebijakan Amerika Serikat terhadap

pengungsi dan bagaimana perubahan kebijakan Amerika

Serikat terkait pengungsi dan program penempatan kembali

pengungsi khususnya pada tahun 2009-2016 dan pada tahun

2017.

Page 35: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

23

BAB III HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT DAN

AUSTRALIA

Bab ini menjelaskan mengenai sejarah hubungan aliansi

antara Amerika Serikat dengan Australia dan perjanjian

eksekutif bilateral antara Amerika Serikat dan Australia

dalam penempatan kembali pengungsi. Tujuan penulisan

bab ini agar dapat mengetahui alasan pemerintah Amerika

Serikat melakukan perjanjian penempatan kembali

pengungsi dengan Australia dari Kepulauan Manus dan

Nauru pada tahun 2016.

BAB IV ANALISA KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT

DALAM PERJANJIAN EKSEKUTIF PENEMPATAN

KEMBALI PENGUNGSI DENGAN AUSTRALIA

Bab ini menganalisa apa saja kepentingan nasional dan

faktor internal eksternal yang mempengaruhi keputusan

Amerika Serikat pada tahun 2017 dalam perjanjian

penempatan kembali pengungsi dengan Australia. Pada

tahun 2017, Amerika Serikat mengeluarkan “Executive

Order 13769 : Protecting the Nation from Foreign Terrorist

entry into the United States” yang didalamnya menjelaskan

bahwa program penempatan kembali pengungsi dapat

memudahkan masuknya teroris ke Amerika Serikat

sehingga negara memberhentikan sementara program

Page 36: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

24

penempatan kembali pengungsi. Penulisan bab ini bertujuan

agar dapat mengetahui kepentingan apa yang dimiliki oleh

Amerika Serikat dalam perjanjian ini, melihat berbagai

kebijakan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat pada

tahun 2017 berlawanan dengan perjanjian tersebut

BAB V KESIMPULAN

Bab ini memberikan kesimpulan sesuai dengan analisa yang

dilakukan pada bab-bab sebelumnya.

Page 37: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

25

BAB II

KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERKAIT PENEMPATAN

KEMBALI PENGUNGSI

Prosesi penempatan kembali pengungsi atau refugee resettlement

sudah berlaku secara konstitutif di Amerika Serikat sejak tahun 1960an

hingga kemudian disempurnakan dalam “refugee act of 1980”. Undang-

undang tersebut digunakan dalam mengatur sistem dan mekanisme tetap bagi

para pengungsi yang masuk ke wilayah AS menurut kasus kemanusiaan

tertentu. Undang-undang ini juga melandasi program penerimaan dan

penempatan (reception and placement) bagi para pengungsi yang akan

ditempatkan kembali di bawah negara dan menginisiasi pembentukan badan

administratif pengelola penempatan kembali pengungsi (Office of Refugee

Resettlement) di bawah departemen kesehatan dan kemanusiaan Amerika

Serikat.1

Definisi pengungsi dalam statuta Amerika Serikat tahun 1980 yang

juga didasarkan dari konvensi PBB 1951 dan protokol 1967, menetapkan

pengungsi sebagai seseorang yang tidak dapat atau tidak mampu kembali ke

negara asal karena adanya rasa ketakutan akan penganiayaan akibat adanya

permasalahan ras, keanggotaan dalam kelompok sosial tertentu, pendapat

1 Zuzana Cepla, “Factsheet: U.S. Refugee Resettlement”, [artikel on-line], tersedia di:

https://immigrationforum.org/article/fact-sheet-u-s-refugee-resettlement/ (diunduh 5 Maret 2019)

Page 38: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

26

politik, agama serta kenegaraan di negara asalnya.2 Atas dasar permasalahan

tersebut, menjadikan seseorang tidak dapat atau tidak mampu kembali ke

negara asalnya, dan atau tidak dapat atau tidak mampu menerima

perlindungan dari negara asalnya.3

Sebelum dibentuknya undang-undang pengungsi tahun 1980, Amerika

Serikat telah menunjukan perannya dalam memberikan bantuan serta

perlindungan bagi para pengungsi sejak krisis pengungsi yang terjadi pasca

Perang Dunia ke–2. Pada tahun 1948, Amerika Serikat mengambil beberapa

langkah intervensi sebagai respon terhadap jutaan pengungsi yang terlantar

dari Eropa. Selain memberikan bantuan berupa dana pembangunan untuk

kamp pengungsi, Amerika Serikat juga memfasilitasi penempatan kembali

250.000 pengungsi dari Eropa Timur dengan meresmikan “The Displaced

Person Act of 1948” dan menerima lebih dari 400.000 pengungsi tambahan di

Amerika Serikat.4 Undang-undang tersebut hanya bersifat sementara sebagai

respon terhadap fenomena krisis pengungsi Eropa.5 Sejarah ini menunjukan

Amerika Serikat memiliki pehatian dan kontribusi besar terhadap

permasalahan humanitarian internasional.

2 American Immigration Council, “an Overview of U.S. Refugee Law and Policy”[artikel

online], ,tersedia di:

https://www.americanimmigrationcouncil.org/sites/default/files/research/an_overview_of_united_

states_refugee_law_and_policy_0.pdf ; Hal. 2 (diunduh 18 Maret 2019) 3 U.S. Citizenship and Immigration Services, “Refugees”, diakses pada 18 Maret 2019,

tersedia di: https://www.uscis.gov/humanitarian/refugees-asylum/refugees 4 Refugee Council USA, “History of the U.S. Refugee Resettlement Program”, [artikel

online], tersedia di http://www.rcusa.org/history diakses pada 18 Maret 2019 5Maurice A. Roberts, “The U.S. and Refugees: The Refugee Act of 1980”, [Jurnal online],

tersedia di: http://www.jstor.org/stable/1166528, diakses pada 18 Maret 2019

Page 39: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

27

A. Pandangan dan Kebijakan Amerika Serikat terkait Pengungsi

Sebelum akhirnya menyempurnakan konstitusinya terkait pengungsi

yang disahkan dalam refugee act of 1980, Amerika Serikat telah mengadopsi

beberapa statuta yang mendukung prosesi perlindungan, penempatan,

perpindahan, dan lain sebagainya bagi para pengungsi. Statuta tersebut

bersifat sementara dan hanya mengacu kepada fenomena tertentu saja, dan

bahkan beberapa di antaranya dijadikan prioritas besar negara, seperti

eksodus masyarakat Eropa yang berupaya menghindar dari rezim Komunis.

Diskursus kebijakan refugee resettlement di Amerika Serikat sejatinya

berangkat dari cerita sejarah kepedulian besar Amerika Serikat terhadap

displaced people dan kepentingan geopolitik6 untuk mencegah penyebaran

komunisme.7

Pada tahun 1953, Amerika Serikat kembali mengeluarkan undang-

undang yang mengatur tentang bantuan terhadap pengungsi yaitu Refugee

Relief Act of 1953. 8 Melalui undang-undang ini, Amerika Serikat

melegitimasi masuknya 214.000 imigran tambahan yang sebelumnya tidak

termasuk dalam admisi undang-undang tahun 1948.9 Undang-undang 1953

mengakomodir pengungsi dan pelarian yang terlantar akibat adanya

persekusi, bencana alam, operasi militer, perbedaan ras, agama, dan pendapat

6 Profesor Idean Salehyan, “The Strategic Case for Refugee Resettlement”, [artikel online],

tersedia di: https://niskanencenter.org/wp-content/uploads/2018/09/NC-Refugee-Paper-

SalehyanElec_FINAL.pdf , diakses pada 18 Maret 2019, hal. 3 7 Kathryn M. Bockley, “ A Historical Overview of Refugee Legislation: The Deception of

Foreign Policy in the Land of Promise”, [Jurnal Online], tersedia di:

https://scholarship.law.unc.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://www.google.com/&httpsredir=

1&article=1579&context=ncilj , diakses pada 18 Maret 2019 8 Bockley, “ A Historical Overview of Refugee Legislation” 9 Salehyan, “The Strategic Case for Refugee Resettlement”

Page 40: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

28

politik baik yang berasal dari negara non komunis atau negara yang

terpengaruh paham komunis. Undang-undang ini juga membuka admisi bagi

German Expelee atau etnis Jerman yang terpaksa meninggalkan negara

asalnya di Eropa Timur.10

Perhatian Amerika Serikat terhadap fenomena krisis pengungsi di

dunia tidak hanya berfokus kepada kasus yang terjadi di Eropa, namun juga

terhadap krisis yang terjadi di Timur Tengah, Afrika, dan Asia. Nilai toleransi

yang tinggi dan stabilitas politik di Amerika Serikat menjadikannya salah satu

negara yang paling banyak dihampiri pengungsi. Dari keseluruhan refugee

resettlement yang diterima, alasan kerusuhan politik dan/atau perang menjadi

yang paling banyak muncul di Amerika Serikat11.

Bukti perhatian Amerika Serikat terhadap pengungsi juga terlihat jelas

dalam isu krisis pengungsi pasca perang Vietnam pada tahun 1975. Kejatuhan

Saigon dalam perang Vietnam pada 30 April 1975 mengakibatkan 500.000

lebih warga Vietnam pergi meninggalkan negara asalnya untuk mencari

negara penempatan kembali, gelombang perpindahan penduduk tersebut

menjadi krisis pengungsi terbesar di Asia Tenggara.12 Krisis tersebut

mengantarkan Amerika Serikat terhadap kebutuhan pembentukan peraturan

10 Alona E. Evans, “The Political Refugee in United States Immigration Law and

Practice”, [jurnal online], tersedia di: file:///C:/Users/asus/Downloads/[email protected],

hal. 217 , diakses pada 18 Maret 2019 11 Agency for New Americans, “Why do refugees come to America?”, 12 April 2018,

http://www.anaidaho.org/blog/why-do-refugees-come-to-america , diakses pada 18 Maret 2019 12 National Geographic Education, “Migration of the Boat People”, tersedia di:

https://media.nationalgeographic.org/assets/file/vietnamese_MIG.pdf , diakses pada 18 Maret

2019

Page 41: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

29

yang mengatur secara tetap bagaimana program penempatan kembali bagi

semua pengungsi dan tidak lagi sebatas kebijakan ad-hoc.13

Refugee Act of 1980 yang disahkan oleh Presiden Jimmy Carter pada

17 Maret dan diberlakukan secara efektif pada 1 April 1980 mengakomodir

regulasi dan mekanisme yang lebih sistemis dan permanen terkait admisi dan

penanganan refugee resettlement. Defnisi pengungsi dalam kebijakan ini

disesuaikan dengan UNHCR yang juga termaktub dalam konvensi PBB tahun

1951 dan Protokol 1967. Prosesi penempatan kembali pengungsi akan

melalui seleksi oleh UNHCR dan badan pemerintahan lainnya untuk

mengevaluasi catatan kriminal dan kesehatan.14

Amerika Serikat mempunyai kewajiban-kewajiban formal yang diatur

dalam undang-undang pengungsi Amerika Serikat tahun 1980 dan dasar

konstitusi negara. Kewajiban tersebut diantaranya adalah menyaring para

pengungsi, mengawasi, memberikan bantuan serta manfaat bagi para imigran

yang memegang status sebagai pengungsi, pencari suaka, penerima visa

imigran khusus dan kriteria lainnya.15

Sejak pembentukan undang-undang pengungsi Amerika Serikat tahun

1980, Amerika Serikat telah menempatkan kembali lebih dari tiga juta

13 Bureau of Population, Refugees and Migration, “history of U.S. Refugee Resettlement”,

tersedia di: https://2009-2017.state.gov/documents/organization/244270.pdf , diunduh pada 18

Maret 2019 14 Salehyan, “The Strategic Case for Refugee Resettlement”, 2018, hal. 4 15 Donald Kerwin, “The Faltering Us Refugee Protection System: Legal And Policy

Responses To Refugees, Asylum-Seekers, And Others In Need Of Protection “, [jurnal online],

tersedia di: file:///C:/Users/asus/Downloads/kerwin2012.pdf , diunduh pada 18 Maret 2019

Page 42: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

30

pengungsi dari seluruh dunia.16 Pada tahun pertama ditetapkannya undang-

undang pengungsi 1980, Amerika Serikat telah memungkimkan lebih dari

207.000 pengungsi yang mayoritas berasal dari Vietnam, Kamboja dan Laos,

angka tersebut menjadi jumlah pengungsi tertinggi yang pernah diterima oleh

Amerika Serikat hingga tahun 2017.17

Dalam menentukan kuota maksimal pengungsi setiap tahunnya,

Amerika Serikat memiliki peraturan tersendiri dalam menentukan kuota

maksimal pengungsi pertahunnya. Menurut undang-undang pengungsi

Amerika Serikat tahun 1980, jumlah kuota pengungsi yang dapat masuk dan

diterima oleh Amerika Serikat akan ditentukan setiap tahunnya oleh Presiden

dengan bantuan dari Kongres. Presiden Amerika Serikat akan membuat

consultation document yang berisi jumlah usulan tertinggi pengungsi yang

akan diterima dari seluruh dunia dan sudah ditentukan oleh pemerintah serta

estimasi jumlah pengungsi yang akan diterima di tahun berikutnya18.

Dokumen usulan tersebut kemudian diajukan dari Presiden kepada

Kongres untuk kemudian didiskusikan dan disahkan sebagai kuota pengungsi

pada tahun tersebut dan tahun berikutnya. Hal ini menjadikan Presiden

memiliki wewenang tinggi dalam menentukan jumlah pengungsi yang dapat

diterima oleh negara. Penentuan jumlah tersebut akan disesuaikan dengan

16 Jens Manuel Krogstad dan Jynnah Radford, “Key Facts about Refugees to the U.S.”,

[artikel online], tersedia di: https://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/01/30/key-facts-about-

refugees-to-the-u-s/ , diakses pada 18 Maret 2019 17Keith Welch, “A Pivotal Monent for the US Refugee Resettlement Program”, haas

institute For A Fair and Inclusive Society, Research Brief (Juni 2017). 18Andorra Bruno, “Refugee Admissions and Resettlement Policy”, Congressional Research

Service, 18 Desember 2018.

Page 43: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

31

kondisi atau fenomena yang terjadi pada saat presiden tersebut menjabat dan

disesuaikan dengan kepentingan negara.

Undang-undang pengungsi Amerika Serikat tahun 1980 lebih banyak

bersandar pada norma humanitarian. Meski begitu, sejumlah presiden

Amerika Serikat tetap mencoba menggunakan hak prerogatifnya untuk

menentukan jumlah kuota pengungsi yang diterima dan menerapkan asas

kebijakan luar negerinya masing-masing sebagai penentu kebijakan atau

keputusan penerimaan pengungsi.19 Kepentingan kebijakan luar negeri selalu

menjadi pertimbangan terutama dalam kasus politik yang sensitif sebab

penanganan pengungsi dapat meredakan tensi di regional.20

Dapat disimpulkan bahwa kebijakan refugee resettlement atau

penempatan kembali pengungsi di Amerika Serikat selama Perang Dunia II

didominasi atas pertimbangan kepentingan geopolitik Amerika Serikat.

Kebijakan tersebut tidak terlepas dari pertentangan ideologi dan stratejik

dengan Uni Soviet dan sekutunya karenanya, mayoritas pengungsi adalah

mereka yang lari dari wilayah perang atau negara otoritarian yang terpapar

komunisme.21 Namun, penerimaan Amerika Serikat terhadap jutaan manusia

yang terlantar tetap merupakan kontribusi yang cukup besar bagi isu

kemanusiaan. Masyarakat internasional hingga saat ini masih memandang

19 Salehyan, The Strategic Case for Refugee Resettlement, 4 20 US Department of State, “Proposed Refugee Admission for FY 2002”, http://2001-

2009.state.gov/g/prm/refadm/rls/rpts/7241.htm, 2001, diakses pada 16 April 2019 21 Salehyan, The Strategic Case for Refugee Resettlement, 4

Page 44: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

32

Amerika Serikat sebagai salah satu negara suaka bagi mereka yang teropresi

dan yang mencari kebebasan serta kesempatan baru dari negara asalnya. 22

B. Kebijakan Amerika Serikat terkait Penempatan Kembali

Pengungsi pada tahun 2009 – 2016

Selama periode tahun 2009 – 2016, Amerika Serikat di bawah

kepenimpinan Barack Obama telah menerima jumlah tertinggi dalam

penempatan kembali pengungsi. Sebanyak 600.000 lebih pengungsi telah

ditetmpatkan kembali di Amerika Serikat.23 Beberapa kebijakan yang

dikeluarkan selama periode tersebut menunjukan kepedulian serta keterbukaan

Amerika Serikat terhadap permasalahan pengungsi di dunia.

Amerika Serikat memberikan perhatian khusus terhadap pengungsi

atau pencari suaka yang berasal dari Meksiko dan tiga negara dari kawasan

segitiga utara Amerika Tengah atau “The Northern Triangle of Central

America” (NTCA). Kawasan segitiga utara merupakan kawasan yang dinilai

sebagai salah satu kawasan paling berbahaya non-perang di dunia yang terdiri

dari tiga negara Amerika Tengah yaitu El Salvador, Guatemala dan Honduras.

Ketiga negara tersebut memiliki tingkat kejahatan dan pembunuhan tertinggi di

dunia dimana negara dikuasai oleh kelompok-kelompok kriminal

termasuk“transnational gangs” yang terlibat dalam berbagai tindakan

22 Salehyan, The Strategic Case for Refugee Resettlement, 4 23 Lizzie Biddle, “Refugee Resettlement Under The Obama Administration: Untangling The

U.S. Refugee Assistance Program At The Federal Level”, Global Journal of Peace and Praxis, 2,

Spring 2018, 2

Page 45: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

33

kejahatan seperti intimidasi, penculikan, kekerasan, pembunuhan, pemerasan,

perdagangan narkoba dan tindak kejahatan lainnya.24

Grafik II.B.1 Tingkat Pembunuhan di Kawasan Segitiga Utara 2004-

201525

Sumber : Clare Ribando Seelke, “Gangs in Central America”, 29

Agustus 2016, tersedia di: https://fas.org/sgp/crs/row/RL34112.pdf ; diunduh

pada 1 Maret 2019, 6

Kelompok kriminal transnasional terbesar di kawasan tersebut

memiliki hubungan dengan Amerika Serikat diantaranya adalah Mara

Salvatrucha (MS-13) dan Eighteenth Street Gang (M-18). Kelompok tersebut

juga berafiliasi langsung dengan kelompok kejahatan terorganisir domestik,

organisasi perdagangan narkoba Meksiko, organisasi kriminal transnasional

24 Seth Robbins, “3 Crime Factors Driving Northern Triangle Migrants Out”, Insight

Crime, 30 Oktober 2018, tersedia di: https://www.insightcrime.org/news/analysis/crime-factors-

pushing-northern-triangle-migrants-out/ ; diakses pada 1 Maret 2019 25 Clare Ribando Seelke, “Gangs in Central America”, 29 Agustus 2016, tersedia di:

https://fas.org/sgp/crs/row/RL34112.pdf ; diunduh pada 1 Maret 2019, 6

Page 46: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

34

dan memiliki delapan puluh ribu lebih anggota yang tersebar di kawasan

Amerika. 26

Keberadaan kelompok kriminal transnasional yang didukung dengan

lemah dan korupnya pemerintahan menjadi penyebab utama mengapa hukum

di kawasan segitiga utara menjadi sangat buruk dan lemah. Ketiadaan peran

pemerintah dalam menjaga serta melindungi warga negaranya berdampak

terhadap perpindahan lebih dari 100.000 imigran untuk mencari perlindungan

ke Amerika Serikat dan Meksiko, baik secara legal melalui pengajuan program

penempatan kembali pengungsi di Amerika Serikat maupun secara ilegal. 27

Berdasarkan laporan dari Center for Immigration Studies yang diambil

dari sensus tahunan, American Community Survey (ACS), Annual Social and

Economic Supplement of the Current Population Survey yang dikumpulkan

oleh Biro Sensus Amerika Serikat, jumlah imigran legal dan ilegal dari negara

Amerika Tengah telah berkembang enam kali lebih cepat dibanding

keseluruhan populasi imigran di Amerika Serikat yaitu dari 118.000 pada tahun

1970 menjadi hampir 3.3 juta pada 2018.28

26 Rocio Cara Labrador dan Danielle Renwick, “Central America’s Violent Northern

Triangle”, CFR, 26 Juni 2018, tersedia di: https://www.cfr.org/backgrounder/central-americas-

violent-northern-triangle; diakses pada 1 Maret 2019 27 Amanda Holpuch, “US Partners with Costa Rica to protect Central American Refugee”,

The Guardian, 26 Juli 2016, tersedia di: https://www.theguardian.com/world/2016/jul/26/central-

american-refugees-costa-rica-obama-administration; diakses pada 1 Maret 2019 28 Steven A. Camarota dan Karen Zeigler, “Central American Imigrant Population

Increased Nearly 28-Fold since 1970”, [artikel online], 1 November 2018, tersedia di:

https://cis.org/Report/Central-American-Imigrant-Population-Increased-Nearly-28Fold-1970;

diunduh pada 1 Maret 2019

Page 47: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

35

Tabel II.B.2 Jumlah Imigran Amerika Tengah di Amerika

Serikat periode 1970-2018

Sumber: Camarota dan Zeigler, “Central American Imigrant Population

Increased Nearly 28-Fold since 1970”,

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Amerika Serikat dalam

mengatasi permasalahan perpindahan imigran tersebut diantaranya adalah pada

13 Juni 2012, Amerika Serikat mengeluarkan Deferred Action for Childhood

Arrivals (DACA) sebagai respon atas ancaman deportasi bagi para imigran

ilegal muda yang berada di Amerika Serikat. 29 Dalam program ini, para

imigran ilegal yang dibawa saat masih muda atau di bawah 16 tahun saat

dibawa untuk menetap di Amerika Serikat akan diberikan kesempatan untuk

mendapatkan hak untuk tinggal, bekerja dan belajar di Amerika Serikat. 30

29 Suzanne Gamboa, “What is DACA? What you need to know?”, [artikel online], 9 Maret

2018, tersedia di : https://www.nbcnews.com/storyline/smart-facts/what-daca-n854906, diakses

pada 18 Maret 2019 30 Joanna Walters, “What is DACA and who are the Dreamers?”, artikel online], 14

September 2017, tersedia di: https://www.theguardian.com/us-news/2017/sep/04/donald-trump-

what-is-daca-dreamers , diakses pada 18 Maret 2019

Page 48: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

36

Kesempatan izin perpanjang akan diberikan setelah izin kerja dua

tahun mereka telah habis sehingga para imigran tersebut akan terhindar dari

ancaman deportasi oleh pemerintah. Para imigran ilegal yang berada di bawah

perlindungan DACA ini disebut sebagai “Dreamers” dan mayoritas berasal

dari Meksiko, El Salvador, Guatemala dan Honduras dengan jumlah 690.00031

Dreames per 4 September 2017. 32

Solusi berikutnya yang dilakukan oleh Amerika Serikat terkait

pengungsi Amerika Serikat program Central American Minors (CAM) yang

dibentuk pada tahun 2014. Program ini bertujuan untuk memberikan

kesempatan bagi anak-anak serta anggota keluarga tertentu dari anak tersebut

yang berada di negara El Salvador, Guatemala dan Honduras untuk

penempatan kembali pengungsi di Amerika Serikat sejak masih berada di

negara asal mereka. 33

Pada 26 Juli 2016, Kosta Rika sepakat untuk bergabung dalam

protection transfer arrangement (PTA) dengan UNHCR dan International

Organization for Migration (IOM). 34 PTA merupakan salah satu program

yang dibentuk oleh Amerika Serikat sebagai respon atas tingginya arus

imigrasi dari negara Amerika Tengah. Melalui perjanjian ini, pemerintah

Amerika Serikat dapat melakukan proses seleksi terhadap para pengungsi yang

31 Gamboa, “What is DACA? What you need to know?” 32 Walters, “What is DACA and who are the dreamers?” 33 U.S. Citizenship and Immigration Services, “In-Country Refugee/Parole Processing for

Minors in Honduras, El Salvador and Guatemala (Central American Minors – CAM)” , 15

November 2017, tersedia di: https://www.dhs.gov/news/2016/07/26/us-expands-initiatives-

address-central-american-migration-challenges; diakses pada 18 Maret 2019 34

Page 49: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

37

mengajukan penempatan kembali dari Kosta Rika, Kosta Rika juga akan

menampung para pengungungsi selama proses seleksi berlangsung dan menjadi

negara transit bagi para pengungsi tersebut. 35

Pada tahun 2015, tercatat lebih dari 65 juta manusia dipindahkan atau

berpindah secara paksa dari negara asalnya, dengan total 21,3 juta pengungsi,

10 juta stateless people dan hanya 107.100 pengungsi yang berhasil

mendapatkan status penempatan kembali di negara ketiga. 36 Menanggapi

minimnya jumlah pengungsi yang berhasil mendapatkan hak penempatan

kembali pengungsi serta krisis pengungsi dari negara Suriah yang telah terjadi

sejak tahun 2011, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Barack Obama

sepakat untuk menerima 10.000 pengungsi dari Suriah pada tahun 2015.

Selanjutnya pada tahun 2016, Amerika Serikat menetapkan kuota penempatan

kembali pengungsi sebanyak 85.000 pengungsi dan 110.000 pengungsi pada

tahun 2017 mendatang dengan total rekor pengungsi muslim tertingi sepanjang

sejarah Amerika Serikat yaitu 39.000 pengungsi pada tahun 201637.

Hal tersebut menunjukan tingginya perhatian Amerika Serikat

terhadap krisis pengungsi yang terjadi di dunia. Upaya Amerika Serikat dalam

meningkatkan jumlah kuota pengungsi yang dapat ditempatkan kembali di

Amerika Serikat menjadi salah satu alasan mengapa Amerika Serikat menjadi

35 UNHCR ACNUR,” Pillar 4: Opportunities For Durable Solutionsprotection Transfer

Arrangement”, Desember 2018, tersedia di: http://www.globalcrrf.org/wp

content/uploads/2018/10/6.-PTA-dic18.pdf; diunduh pada: 19 Maret 2019 36 Keith Welch, “ A Pivotal Moment for the US Refugee Resettlement Program”, [buku on-

line], (CA: Haas Institute for A Fair and Inclusive Society, University of California, Berkeley, Juni

2017), tersedia di:

http://haasinstitute.berkeley.edu/sites/default/files/haasinstitute_usrefugeeresettlment_june2017_p

ublish.pdf , diunduh pada 19 Maret 2019 37 Krogstad dan Radford, “Key Facts about Refugees to the U.S.”

Page 50: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

38

salah satu negara tujuan bagi para pencari suaka dimana negara tidak hanya

menerima para pencari suaka maupun pengungsi tetapi juga memberikan

perlindungan kemanusiaan bagi para individu yang tiba di Amerika Serikat

atau mengajukan status suaka dari dalam negara.38 Menanggapi krisis

pengungsi Amerika Tengah yang terjadi di perbatasan Amerika Serikat,

pemerintah tetap mengeluarkan kebijakan untuk mengutamakan hak

kemanusiaan serta pemberian perlindungan bagi para imigran maupun

pengungsi yang datang ke Amerika Serikat melalui program kemanusiaan

seperti DACA, CAM dan pembentukan PTA untuk mengatasi permasalahan

tersebut. Adapun peningkatan jumlah kuoat pengungsi dari 85.000 pada tahun

2016 menjadi 110.000 pada tahun 2017 menjadi salah satu angka peningkatan

kuota penerimaan pengungsi tertinggi sepanjang sejarah Amerika Serikat. 39

C. Kebijakan Amerika Serikat terkait Penempatan Kembali

Pengungsi pada tahun 2017

Perubahan arah kebijakan Amerika Serikat terhadap pengungsi terjadi

pasca pergantian kepemimpinan Amerika Serikat dari Barack Obama menjadi

Donald Trump pada tahun 2017. Selama masa kepemimpinannya sebagai

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump secara aktif mengeluarkan beberapa

kebijakan untuk menekan angka jumlah pengungsi yang dapat diterima oleh

Amerika Serikat.

Pada 27 Januari 2017, Amerika Serikat melalui Presiden Donald

Trump menandatangani perintah eksekutif (Executive Order) bernama

38 Zong dan Batalova, “Refugee and Asyless in the United States” 39 Zong dan Batalova, “Refugee and Asyless in the United States”

Page 51: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

39

“Protecting the Nation from Foreign Terrorist Entry into the United States”

.40 Keputusan tersebut dikeluarkan Amerika Serikat sebagai respon atas asas

kebijakan luar negeri Trump yang ingin melindungi negara dari masuknya

ancaman terorisme dari luar Amerika Serikat.41

Dalam perintah eksekutif tersebut, penundaan admisi penerimaan

pengungsi dari Suriah dan pemberhentian sementara program penempatan

kembali pengungsi tercantum dalam pasal lima, “Executive Order 13769 :

Protecting the Nation from Foreign Terrorist Entry into the United States”

pada bagian Penundaan dan penataan kembali program penerimaan

pengungsi di Amerika Serikat untuk tahun 2017 yang berisi:42

1. Sekertaris Negara akan menghentikan sementara program

penerimaan pengungsi atau U.S. Refugee Admission Program

(USRAP) selama 120 hari untuk meninjau program tersebut dan

menentukan prosedur apa saja yang harus diambil dan ditambah

untuk memastikan bahwa pengungsi yang diterima oleh Amerika

Serikat tidak akan menimbulkan ancaman terhadap kesejahteraan

dan keamanan negara. Pengungsi yang sedang menjalani proses

dalam program penerimaan pengungsi atau USRAP dapat diterima

masuk kembali setelah program tersebut selesai direvisi oleh

40BBC, “Trump's executive order: Who does travel ban affect?”, BBC, 10 Februari 2017,

tersedia dalam https://www.bbc.com/news/world-us-canada-38781302 (diakses pada 30 Agustus

2018) 41Sarah Pierce dan Doris Meissner, “Trump Executive Order on Refugees and Travel Ban:

A Brief Review”, Migration Policy Institute, Februari 2017”, lihat dalam

https://www.migrationpolicy.org/research/trump-executive-order-refugees-and-travel-ban-brief-

review (diakses pada 26 Maret 2019) 42 Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the United States, Presidential

Document, Vol .82, No 20 (1 Februari 2017.)

Page 52: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

40

Sekertaris Negara, Sekertaris Keamanan dalam Negeri dan

Direktur Intelijen Nasional

2. Pada saat program penerimaan pengungsi atau USRAP kembali

dilanjutkan, Sekertaris Negara dibantu dengan Sekertaris

Keamanan Dalam Negeri akan diarahkan untuk memuat

perubahan sejauh yang diiizinkan oleh hukum untuk memberikan

prioritas kepada klaim individu yang dibuat berdasarkan

penganiayaan berbasis agama, khususnya dari agama minoritas di

negara kebangsaan individu tersebut. Bila diperlukan, Sekertaris

Negara dan Sekertaris Keamanan Dalam Negeri akan

menrekomendasikan sebuah undang-undang yang akan membantu

prioritas tersebut kepada presiden.

3. Masuknya warga negara Suriah ke Amerika Serikat sebagai

pengungsi dianggap telah merugikan kepentingan Amerika

Serikat. Penangguhan masuknya pengungsi Suriah akan dilakukan

sampai waktu yang akan ditentukan oleh Presiden Amerika

Serikat. Peninjauan program pada USRAP akan dilakukan untuk

memastikan bahwa penerimaan pengungsi Suriah sejalan dengan

kepentingan nasional Amerika Serikat.

4. Penurunan kuota penerimaan pengungsi dari yang sebelumnya

telah ditentukan oleh Barack Obama yaitu sebesar 110.000 untuk

tahun 2017 menjadi 50.000 pengungsi.

Page 53: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

41

5. Sekalipun terdapat penangguhan sementara yang diberlakukan

pada ayat (1), Sekertaris Negara dan Sekertaris Keamanan Dalam

Negeri dapat bersama-sama memutuskan untuk menerima

individu ke Amerika Serikat sebagai pengungsi jika penerimaan

tersebut untuk kepentingan nasional Amerika Serikat.

6. Sekertaris Negara harus menyerahkan laporan awal tentang

kemajuan proses dari ayat (2) terkait prioritas yang dibuat oleh

individu berdasarkan penganiayaan agama kepada Presiden dalam

100 hari sejak perintah ini disampaikan dan laporan kedua pada

200 hari.

7. Yuridiksi negara bagian dan lokal dapat ikut berperan dalam

proses menentukan penempatan kembali pengungsi di wilayah

yuridiksinya.

Dalam pasal tiga terkait penangguhan penerbitan visa dan manfaat

imigrasi lainnya bagi warga negara dengan perhatian khusus, Amerika Serikat

menyatakan bahwa larangan masuk selama 90 hari akan diberikan kepada

warga imigran maupun bukan imigran yang berkewarganegaraan Iran, Irak,

Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.43 Selain menerapkan penangguhan

dan larangan masuk, pada pasal empat dijelaskan bahwa Amerika Serikat akan

menerapkan standard pemeriksaan ketat terhadap seluruh proses imigrasi,

dalam hal ini Sekertaris Negara, Sekertaris Keamanan Dalam Negeri, Direktur

Intelijen Nasional dan Direktur Biro Investigasi Federal akan menerapkan

43 Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the United States, Presidential

Document,

Page 54: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

42

beberapa program untuk mengidentifikasi setiap individu yang akan memasuki

Amerika Serikat dan memastikan tidak ada maksud penipuan, menyebabkan

kerugian atau dapat berseiko menyebabkan kerusakan setelah penerimaanya44

Kebijakan Trump terhadap pengungsi dan imigran juga meliputi

pemberhentian beberapa program terkait migrasi diantaranya adalah Deferred

Action for Childhood Arrivals (DACA) Program, sebuah program yang

dikeluarkan pada tahun 2012 untuk menangguhkan deportasi bagi imigran

remaja yang datang ke Amerika Serikat saat masih anak-anak45, Temporary

Protected Status (TPS) yaitu sebuah program kemanusiaan sementara yang

memberikan perlindungan kepada warga negara dari negara-negara yang

diketahui terlibat dalam konflik kekerasan atau bencana alam dan program

Cental American Minors (CAM).46

Dengan dikeluarkannya Executive Order 13769: Protecting the

Nation from Foreign Terrorist Entry into the United States, Amerika Serikat

memiliki beberapa pertimbangan khususnya dalam meningkatkan keamanan

dan keselamatan Amerika Serikat. Menurut laporan dari gedung putih Amerika

Serikat, terdapat beberapa kasus dimana pengungsi telah menimbulkan

ancaman terhadap keamanan nasional Amerika Serikat. Beberapa kasus

tersebut diantaranya adalah pada Februari 2017, lebih dari 300 individu yang

telah diakui oleh negara sebagai pengungsi berada dalam investigasi Biro

44 Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the United States, Presidential

Document 45 Brian Harper dan Brendan, O’Boyle, Explainer: What Is DACA?, AS COA, 13 September

2018, tersedia dalam https://www.as-coa.org/articles/explainer-what-daca (diakses 30 April 2019) 46 Sarah Pierce dan Andrew Selee, “Immigration under Trump” A Review of Policy Shifts

in the Year Since the Election”, Desember 2017, Migration Policy Institute, Policy Brief

Page 55: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

43

Investigasi Federal atas potensi keterikatannya terhadap terduga teroris, sejak

2011 terdapat setidaknya 20 individu berstatus pengungsi yang ditangkap atau

telah dipindahkan dari Amerika Serikat atas investigasi terorisme dan pada

2016 seorang pengungsi Somalia menyerang 11 warga Amerika Serikat di

Ohio State University di Columbus, Ohio. 47

Berdasarkan beberapa alasan itulah, maka dalam pasal 1 Executive

Order 13769 disebutkan bahwa Amerika Serikat memutuskan untuk

menciptakan suatu peraturan yang dapat melindungi warga negara Amerika

Serikat dengan memastikan bahwa setiap individu yang diakui dan diterima di

Amerika Serikat tidak memiliki rasa atau sikap bermusuhan terhadap warga

Amerika Serikat dan prinsip pendirinya. Amerika Serikat tidak dapat dan tidak

seharusnya mengakui mereka yang tidak mendukung konstitusi atau mereka

yang akan menempatkan ideologi kekerasan atas hukum Amerika Serikat.

Selain itu, Amerika Serikat juga tidak boleh mengakui mereka yang terlibat

dalam tindakan fanatik atau kebencian seperti pembunuhan atas dasar

kehormatan atau bentuk kekerasan lainnya terhadap perempuan, penganiyaan

atas perbedaan agama atau terhadap mereka yang akan menindas warga

Amerika Serikat dari segala ras, jenis kelamin atau orientasi seksual apapun.48

47 President Donald J. Trump, “President Donald J. Trump is Taking a Responsible and

Humanitarian Approach on Refugees”, Fact Shett, 29 September 2017, lihat dalam

https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/President-donald-j-trump-taking-responsible-

humanitarian-approach-refugees/ (15 Maret 2019) 48 Executive Order 13780: Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the

United States Initial Section 11 Report, Home Land Security, 6 Maret 2017 tersedia dalam

https://www.dhs.gov/publication/executive-order-13780-protecting-nation-foreign-terrorist-entry-

united-states-initial (diaskes 23 Maret 2019)

Page 56: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

44

Pasca dikeluarkannya perintah ekskutif oleh Presiden Amerika

Serikat, Amerika Serikat mengalami beberapa perubahan khususnya dalam

program penempatan kembali pengungsi. Kebijakan Amerika Serikat terhadap

program penempatan kembali pengungsi tidak hanya berpengaruh terhadap

berkurangnya jumlah pengungsi yang dapat diterima oleh negara setiap

tahunnya, tetapi juga terhadap realokasi sumber daya untuk mengatasi

simpanan suaka serta peningkatan keamanan dalam proses pemeriksaan

pengungsi atau security vetting.49

Salah satu negara yang memiliki pengaruh langsung terhadap

kebijakan tersebut adalah Australia. Pada tahun 2016 kedua negara telah

melakukan kerjasama bilateral dan sepakat untuk menempatkan kembali

1.250 pengungsi Australia yang berada di pusat detensi Kepulauan Manus

dan Nauru di tahun 2017. Adapun, penjelasan mengenai isi perjanjian

Australia dan Amerika Serikat terkait penempatan kembali pengungsi serta

keputusan yang diambil Amerika Serikat terhadap kerjasama tersebut akan

dipaparkan pada bab selanjutnya.

49 Nayla Rush, “The U.S. refugee Admissions Program under the Trump Admission”,

[artikel on-line], 1 April 2019, tersedia di: https://cis.org/Rush/US-Refugee-Admissions-Program-

under-Trump-Administration, (diakses 23 Maret 2019)

Page 57: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

45

BAB III

HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT DAN AUSTRALIA

A. Aliansi Amerika Serikat dan Australia

Hubungan antara Amerika dan Australia sudah berlaku sejak tahun 1940an

dimana kedua negara sepakat untuk mengembangkan hubungan diplomatik

bilateralnya pada 8 Januari 1940.50 Kedua negara memiliki hubungan historis

dimana sejak perang yang terjadi di Asia-Pasifik akibat penyerangan Jepang yang

dilakukan di Pelabuhan Harbor pada Desember 1941, Amerika Serikat menjadi

salah satu negara aliansi pasifik yang ikut berperan membantu militer Australia.51

Australia juga menjadi salah satu negara aliansi utama yang berkontribusi

bersama Amerika Serikat dalam Perang Dunia Pertama dan Kedua serta dalam

konflik di Korea, Vietnam, Irak dan Afghanistan.52

Dalam setiap kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat,

Australia secara aktif terus menunjukkan dukungan serta bantuannya, termasuk

didalamnya adalah dalam program war on terrorism, invasi Amerika Serikat di

Irak, mengendalikan program pengembangan senjata pemusnah massal (WMD)

50 U.S. Embassy & Consulates in Australia, “History of the U.S. and Australia”, tersedia

di: https://au.usembassy.gov/our-relationship/policy-history/history-of-u-s-and-australia/ diakses

pada 20 Maret 2019 51 Anthony L. Smith, “ Still Great Mates: Australia and the United States”, Asian Affairs:

An American Review, vol. 30, no. 02, The Responses of Asian Nations to Bush Administration

Security Policies, Summer, 2003, [artikel online], tersedia di:

https://www.jstor.org/stable/30172851, (diunduh pada 7 Mei 2019) 52 Smith, “ Still Great Mates: Australia and the United States”

Page 58: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

46

dan pembangunan missile defense shield.53 Peran serta keterlibatan Australia

dalam setiap konflik dan kebijakan menjadikannya sebagai salah satu aliansi yang

dapat diandalkan, baik dalam sektor keamanan maupun diplomatik.54

Australia menjadikan Amerika Serikat sebagai salah satu aliansi paling

penting dan kuat yang harus diperhatikan dalam setiap pembentukan kebijakan

luar negerinya, khususnya dalam sektor pertahanan dan ekonomi. Amerika Serikat

sebagai negara hegemon dengan kekuatan militer yang kuat dapat menjadi

pencegahan atau deterrent dari ancaman yang ditujukan kepada Australia.55

Kesamaan kepentingan strategis dan nilai yang dimiliki oleh kedua negara telah

menciptakan terjadinya berbagai kerja sama diantara kedua negara.

Dalam sektor pertahanan, aliansi antara Amerika Serikat dengan Australia

telah terjalin selama lebih dari 50 tahu n. Penandatanganan pakta pertahanan

antara Australia – Selandia Baru – Amerika Serikat atau ANZUS Treaty pada 1

September 1951 di San Fransisco menjadi salah satu tanda dimulainya aliansi

dalam sektor pertahanan yang dijalin oleh kedua negara.56 ANZUS Treaty

merupakan pakta aliansi keamanan dan berfungsi sebagai dasar kerja sama

pertahanan atau militer antara kedua negara dan menjadi landasan kebijakan

strategis dalam politik Australia. Salah satu manfaat penting yang didapatkan oleh

aliansinya dengan Amerika Serikat dalam bidang pertahanan adalah adanya

53 Smith, “ Still Great Mates: Australia and the United States” 54 Michael Fullilove, “Ally with a new attitude; Australia’s prime minister, the staunchest

of Bush supporters, is ousted”, Los Angeles Times, 29 November 2007. 55 Coral Bell, “Australia’s Alliance Options: Prospect and Retrospect in a World of

Change”, Australian Foreign Policy Papers (Canberra: Australian national University, 1991): 46 56Bruce Vaughn dan Thomas Lum, “Australia: Background and U.S. Relations”, 14

Desember 2015, tersedia di: https://fas.org/sgp/crs/row/RL33010.pdf, diunduh pada 20 Maret 2019

Page 59: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

47

kerjasama intelijen tingkat tinggi dan akses terhadap peralatan dan tekhnologi

militer Amerika Serikat sehingga Australia dapat mempertahankan keunggulan

militernya di kawasan Asia tenggara.57

Pakta tersebut pertama kali digunakan oleh Australia sebagai respon atas

serangan teroris pada 11 September 2001 atau 9/11 yang dilakukan oleh

kelompok Islam ekstrimis al-Qaeda terhadap menara kembar World Trade Center

di kota New York.58 Sebagai negara yang menjadi korban serangan tersebut,

Amerika Serikat dan Australia sepakat untuk membuka jalan bagi kerjasama

pertahanan dan keamanan yang lebih dekat termasuk rotasi tahunan marinir ke

Darwin dan peningkatan rotasi pesawat angkatan udara Amerika Serikat ke

Australia melalui penandatanganan Australia-United States Ministerial

Consultations (AUSMIN) pada Agustus 2014.59

Berbagai kerjasama yang dilakukan antara Amerika Serikat dan Australia

memberikan manfaat terhadap perdamaian dan peningkatan stabilitas keamanan di

kawasan Pasifik.60 Pada Oktober 2015, department keamanan Amerika Serikat

dan Australia menandatangani pernyataan kerjasama pertahanan yang berfungsi

untuk kerjasama di masa depan dan pada 2017, Amerika Serikat dan Australia

sepakat unutuk berpartisipasi dalam latihan militer gabungan dua tahunan yang

57 Paul Dibb,” Will America’s Alliances in the Asia-Pacific Region Endure?”, Working

Paper No.345 (Canberra: Strategic and Defense Studies Centre, 2000), 33 58 U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia”, 23 Agustus 2018, tersedia di:

https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2698.htm, diakses pada 20 Maret 2019 59 U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia” 60 U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia”

Page 60: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

48

dirancang untuk memastikan dan menunjukan kemampuan pasukan pertahanan

kedua negara untuk bekerja sama dengan kemampuan tertinggi.61

Sedangkan dalam sektor investasi dan perdagangan, Amerika Serikat dan

Australia telah menandatangani Free Trade Agreement (FTA) pada 1 Januari

2005.62 Melalui perjanjian ini, maka kedua negara sepakat untuk menghilangkan

pajak terhadap produk impor dari Amerika Serikat ke Australia dan barang ekspor

dari Australia ke Amerika Serikat.63 Perjanjian ini dirancang untuk mengurangi

defisit perdagangan dengan menyediakan akses terhadap pasar yang adil dan

transparan, menjaga undang-undang perdagangan domestik dan mengatasi

dampak negatif dan manipulasi mata uang, hambatan perdagangan non terif,

ketidakstabilan finansial dan beban hutang yang tinggi dalam hubungan dagang

Amerika Serikat dan Australia.64

Dalam upayanya memberi perlindungan terhadap hak para pekerja di kedua

negara, perjanjian perdagangan bebas harus menegakkan kewajiban untuk

menghormati inti standar hak ketenagakerjaan dari Organisasi Buruh Internasional

diantaranya kesetaraan dan kebebasan berserikat, hak untuk berorganisasi dan

61 U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia” 62 Department of Health - Australian Government, “Australia-United States Free Trade

Agreement”, 6 Maret 2019, tersedia di: https://www.tga.gov.au/form/australia-united-states-free-

trade-agreement, diakses pada 22 Maret 2019 63 Department of Foreign Affairs and Trade – Australian Government, “Australia – Unites

States FTA”, 7 Desember 2017, tersedia di : https://dfat.gov.au/trade/agreements/in-

force/ausfta/Pages/australia-united-states-fta.aspx, diakses pada 22 Maret 2019 64 George Becker, “The U.S. – Australia Free Trade Agreement”, 12 Maret 2004, tersedia

di:https://web.archive.org/web/20041020041049/http://www.ustr.gov/assets/Trade_Agreements/Bi

lateral/Australia_FTA/Reports/asset_upload_file298_3385.pdf, (diunduh pada 23 Maret 2019)

Page 61: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

49

berunding, larangan terhadap pekerja dibawah umur, kerja paksa dan

diskriminasi.65

Menurut laporan dari Departement of Foreign Affairs and Trade of

Australia, Amerika Serikat merupakan investor terbesar dan paling menjanjikan

di Australia dengan total 27% dari total investasi asing dan menjadi tujuan utama

para investasi asing terbesar di Australia dengan total 28.4% dari total persediaan

investasi luar negeri Australia pada Desember 2016. 66Perjanjian perdagangan

bebas atau Free Trade Agreement yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan

Australia telah berhasil menaikkan investasi kedua negara sebanyak tiga kali lipat

dari investasi sebelumnya.67 Perjanjian ini juga telah mendorong ekspor dari

Amerika Serikat ke Australia sebanyak lebih dari 100% sejak diberlakukan pada

tahun 2005. 68

Pada tahun 2016, Amerika Serikat menjadi mitra dagang dua arah terbesar

di Australia dan menjadi negara kedua terbesar di Australia dalam sektor barang

dan jasa yaitu senilai $64,3 miliar, total ekspor barang dari Australia ke Amerika

Serikat sebesar $12,4 miliar, total impor Australia dari Amerika Serikat sebesar

$29,7 miliar.69 Perjanjian ini berhasil mendorong perekonomian Amerika Serikat

dimana eksport Amerika Serikat ke Australia berhasil membuka 300.000 lebih

lowongan pekerjaan di Amerika Serikat dalam berbagai sektor seperti permesinan,

65George Becker, “The U.S. – Australia Free Trade Agreement” 66 Department of Foreign Affairs and Trade – Australian Government, “Australia – Unites

States FTA” 67 Department of Foreign Affairs and Trade – Australian Government, “Australia – Unites

States FTA”, 68 U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia” 69 U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia”

Page 62: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

50

layanan perjalanan, persediaan dan bahan industri, barang konsumen serta layanan

keuangan. 70

Dalam Memorandum of Understanding, International Development

Cooperation antara Amerika Serikat dan Australia, kedua negara sepakat untuk

mewujudukan kerjasama dan pendekatan bersama dalam sektor kebijakan luar

negeri, pertahanan dan keamanan serta investasi dan perdagangan.71

B. Perjanjian Eksekutif Bilateral Amerika Serikat dan Australia dalam

Penempatan Kembali Pengungsi dari Kepulauan Manus dan Nauru

Sejak tahun 1991, Australia telah memperkenalkan fasilitas penahanan darat

atau onshore detention di Villawood Sydney di bawah pemerintahan Bob Hawke

sebagai salah satu antisipasi terhadap kedatangan tidak sah dari individu melalui

jalur laut.72 Puncak kedatangan pengungsi yang terjadi pada tahun 1999–2001

dimana Australia menghadapi krisis Tampa serta penyerangan kelompok teroris

al-Qaeda terhadap salah satu negara aliansi Australia yaitu Amerika Serikat pada

11 September 2001 berdampak kepada pembentukan kebijakan perlindungan

perbatasan yang lebih ketat dalam menjaga perbatasan Australia. 73

70 U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia” 71 Memorandum of Understanding on International Development Cooperation”, The

United States Agency for International Development(USAID) dan The Australian Agency For

International Development(AusAID), tersedia di: https://dfat.gov.au/about-

us/publications/Documents/mou-unitedstates.pdf , diakses pada 20 Maret 2019 72 Antony Loewenstein,” Australlia’s Refugee Policies: A Global Inspiration for all the

Wrong Reasons”, The Guardian, 18 Januari 2016, tersedia di:

https://www.theguardian.com/commentisfree/2016/jan/18/australias-refugee-policies-a-global-

inspiration-for-all-the-wrong-reasons, diakses pada 22 Maret 2019 73 National Museum Australia, “Defining Moments – Tampa Affair”, tersedia di:

https://www.nma.gov.au/defining-moments/resources/tampa-affair, diakses pada 22 Maret 2019

Page 63: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

51

Krisis Tampa merupakan salah satu krisis yang terjadi pada tahun 2001

dimana pada 24 Agustus 2001, sebanyak 433 pencari suaka dari Afghanistan

ditemukan terdampar di perairan Samudera Hindia dengan kapal nelayan Palapa

dari Indonesia.74 Para pencari suaka tersebut berusaha mencari suaka di Australia

dengan tujuan Christmas Island melalui jalur laut sebelum akhirnya diselamatkan

oleh kapal kontainer Norwegia bernama Tampa di bawah arahan dari Otoritas

Keamanan Maritim Australia.75

Di bawah Perdana Menteri Australia, John Howard, Peristiwa tersebut

berdampak kepada pembentukan kebijakan imigrasi radikal yaitu solusi pasifik

atau “Pacific Solution” dimana Australia memiliki wewenang untuk menentukan

siapa saja yang datang ke Australia berdasarkan kepada bagaimana kondisi

kedatangan mereka serta bagaimana tindakan yang harus diberikan oleh Australia

terhadap manusia perahu atau “boat people”76 Terdapat empat langkah

pencegahan utama wajib dan penahanan tidak terbatas yang dikeluarkan oleh

pemerintah Australia untuk menjadikan Australia bebas dari para pencari suaka

perahu, yaitu:77 visa sementara hanya berlaku bagi mereka yang telah

mendapatkan status pengungsi, offshore processing, intersepsi angkatan laut dari

kapal pencari suaka dan pemutarbalikan arah kapal agar kembali ke negara awal

keberangkatan.

74 National Museum Australia, “Defining Moments – Tampa Affair” 75 National Museum Australia, “Defining Moments – Tampa Affair” 76 Fiona Broom, “Has the ‘Pacific Solution’ solved anything in Australia?”, Al-Jazeera

News, 3 April 2014, tersedia di: https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2014/03/pacific-

solution-solved-austral-201433113844238975.html, diakses pada 23 Maret 2019 77 Robert Manne,” This pains me, but it's time to compromise on Australia's cruel asylum

seeker policy”, The Guardian, 22 September 2018, tersedia di:

https://www.theguardian.com/australia-news/2018/sep/23/this-pains-me-but-its-time-to-

compromise-on-australias-cruel-asylum-seeker-policy, diakses pada 22 Maret 2019

Page 64: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

52

Melalui solusi ini, para pencari suaka yang datang secara ilegal melalui jalur

laut dilarang untuk memasuki Australia dan mendapatkan status pengungsi di

Australia. Para pencari suaka tersebut akan dialihkan ke pusat detensi yang telah

bersedia menampung para pencari suaka dan pengungsi salah satunya adalah

pusat detensi pengungsi di Nauru dan Kepulauan Manus, Papua Nugini sebelum

kemudian ditempatkan kembali di negara lainnya atau mendapat kesempatan

untuk berbaur dengan warga lokal.78

Jalur laut dianggap sebagai salah satu jalur berbahaya bagi pemerintah

Australia dengan tingginya resiko kematian bagi para pencari suaka selama

perjalanan yang berbahaya dan banyaknya penyelundupan manusia ke Australia

melalui Indonesia. Kejadian penyerangan kelompok teroris al-Qaeda yang terjadi

di Amerika Serikat menjadi salah satu kejadian yang dimanfaatkan oleh Australia

untuk mengeluarkan kebijakan pengembalikan para manusia perahu serta

menghentikan setiap upaya pendaratan di Australia. Para manusia perahu yang

mayoritas datang dari Afghanistan, Irak dan Iran dianggap berpotensi sebagai

calon teroris dan dapat mengancam keamanan nasional.79 Ancaman terorisme dan

penyelundupan manusia menjadi dua faktor utama mengapa Australia menetapkan

kebijakan untuk menolak, mengembalikan serta mengalihkan para individu yang

datang melalui jalur laut.

78 Broom, “Has the ‘Pacific Solution’ solved anything in Australia?” 79 Judy Johnston dan Guy Callender, “One Impact of 9/11 in the Australian Context:

Government's Public Management Response to Asylum Seekers”, Administrative Theory & Praxis,

Vol. 24, No. 3 (Sep., 2002), pp. 601-606, tersedia di: http://www.jstor.org/stable/25611606,

diakses pada 22 Maret 2019

Page 65: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

53

Mahkamah Agung Papua Nugini pada tahun 2015 memutuskan untuk

menutup pusat detensi penahanan pengungsi lepas pantai Australia yang ada di

Kepulauan Manus karena dianggap ilegal dan melanggar banyak hak asasi

manusia dasar .80 Pusat detensi Manus terletak di pulau kecil Manus yang berjarak

sekitar 300km dari pantai pulau utama Papua Nugini dan menampung lebih dari

600 pengungsi.81 Melalui penutupan pusat detensi tersebut, Australia mengalami

permasalahan baru dimana Australia yang menolak untuk menempatkan kembali

para pengungsi tersebut sehingga harus mencari negara baru bagi para pengungsi.

Pada 13 November 2016, Australia melalui Perdana Menteri, Malcolm

Turnbull, bersama dengan Kementerian Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan,

Peter Dutton, mengumumkan bahwa Australia telah mencapai kesepakatan

dengan Amerika Serikat untuk menempatkan kembali 1.250 pengungsi Australia

yang ditahan di kedua pusat detensi lepas pantai kepulauan Kepulauan Manus dan

Nauru.82 Perjanjian ini disepakati dalam level eksekutif antara Amerika Serikat

dan Australia dan berlaku sebanyak satu kali atau one-off agreement, tidak berkala

dan hanya berlaku bagi pengungsi yang hingga 13 November 2016 berada di

pusat detensi. 83

80 Yarno Ritzen, “Refugees in Limbo as Manus Detention Centre Shuts”, Al-Jazeera News,

31 Oktober 2017, tersedia di: https://www.aljazeera.com/news/2017/10/refugees-limbo-manus-

detention-centre-shuts-171030211900096.html, , diakses pada 25 Maret 2019 81 Al Jazeera News, “Why is The Manus Detention Centre Being Closed?” 82 Andrew dan Renata, “Factsheet- The Australia United States Refugee Resettlement

Deal”, Kaldor Centre for International Refugee Law, (UNSW Sydney, updated April 2019) 83 Paul Karp dan Paul Farrel, “Refugees Held in Australian Offshore Detention to be

Resettled in US”, The Guardian, 13 November 2016, tersedia di:

https://www.theguardian.com/australia-news/2016/nov/13/refugees-held-in-australian-offshore-

detention-to-be-resettled-in-us, diakses pada 22 Maret 2019

Page 66: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

54

Perjanjian tersebut merupakan perjanjian eksekutif (executive agreement)

yang disetujui pada level eksekutif dimana presiden memiliki hak dan wewenang

untuk mengeluarkan sebuah perjanjian eksekutif dengan pemerintah asing dan

tidak tunduk pada persyaratan konstitusional yang mengharuskan ratifikasi dari

dua pertiga anggota Senat Amerika Serikat.84 Perjanjian eksekutif memiliki

keterikatan secara politis, berbeda dengan perjanjian atau treaty yang bersifat

mengikat secara hukum sehingga perjanjian eksekutif tidak sepenuhnya mengikat

pemerintahan selanjutnya.85

Amerika Serikat memiliki definisi berbeda antara perjanjian (treaty) di

Amerika Serikat dan hukum internasional. Jika dalam hukum internasional sebuah

perjanjian diartikan sebagai perjanjian yang mengikat secara hukum antar negara,

maka Amerika Serikat mengartikan perjanjian sebagai salah satu perjanjian yang

dibuat oleh dan dengan saran dari Senat. 86 Setiap perjanjian internasional yang

tidak diajukan ke Senat akan disebut sebagai perjanjian eksekutif (executive

agreement).87 Perjanjian antara Amerika dan Australia dalam penempatan 1.250

pengungsi merupakan perjanjian eksekutif (execeutive agreement) dimana

perjanjian tersebut disetujui pada level eksekutif antar dua kepala negara atau

84 Editor Ensiklopedia Britannica, “Executive Agreement”, tersedia di:

https://www.britannica.com/topic/executive-agreement 85 Editor Ensiklopedia Britannica, ”Executive Agreement” 86 Congressional Research Service Library of Congress, “Treaties and Other International

Agreements: The Role of The United States Senate”, Januari 2001, tersedia di:

https://www.govinfo.gov/content/pkg/CPRT-106SPRT66922/pdf/CPRT-106SPRT66922.pdf 87 Congressional Research Service Library of Congress, “Treaties and Other International

Agreements: The Role of The United States Senate”,

Page 67: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

55

perwakilannya dan tidak tunduk pada persyaratan konstitusional yang

mengharuskan ratifikasi dari dua pertiga anggota Senat Amerika Serikat.88

Presiden memiliki pilihan untuk menentukan apakah suatu perjanjian

internasional akan ditetapkan sebagai suatu perjanjian (treaty) atau

memperlakukannya sebagai sebuah perjanjian eksekutif (executive agreement). 89

Pada beberapa kasus, presiden memiliki kecenderungan untuk tidak membuat

perjanjian yang mencerminkan pandangan dari senator saat menghadapi oposisi

yang kuat di Senat sehingga perjanjian tersebut akan dikeluarkan melalui

penggunaan perjanjian eksekutif yang hanya membutuhkan persetujuan kongres

dan tidak mengharuskan persetujuan dua pertiga anggota senat untuk ratifikasi. 90

Adapun dalam perjanjian ini, Amerika Serikat dan Australia tidak

mempublikasikan isi dari perjanjian tersebut, perjanjian eksekutif tersebut bersifat

rahasia dan tidak dipublikasikan isinya kepada publik. Dalam beberapa kasus,

pemerintah memang tidak akan mempublikasikan sebuah perjanjian internasional

yang memiliki dampak terhadap keamanan nasional. Beberapa perjanjian akan

dipublikasikan saat perjanjian tersebut terlaksana sehingga meminimalisir

kemungkinan sebuah perjanjian untuk gagal. Menurut laporan dari Congressional

Research Service, sebanyak lebih dari 42% perjanjian internasional sejak tahun

2004 hingga 2014 tidak di publikasikan dan bersifat rahasia (Tabel 3).91

88 Editor Ensiklopedia Britannica, “Executive Agreement” 89 Glen S. Krutz dan Jeffrey S. Peake, “Treaties and Executive Agreements: a History”,

Treaty Politics and the Rise of Executive Agreements- International Commitments in a System of

Shared Powers, (The University of Michigan Press, 2009), tersedia di:

https://www.press.umich.edu/pdf/9780472116874-ch1.pdf 90 Krutz dan Peake, “Treaties and Executive Agreements: a History” 91 Elizabeth Goitein, “The New Era of Secret Law”, (New York: Brennan Center For

Justice, 2016) 47-49

Page 68: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

56

Tabel III.B.3. Publikasi Perjanjian Internasional Amerika Serikat

Sumber: Goitein, “The New Era of Secret Law”, 4992

Pada 28 Januari 2017 pasca pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat,

Australia melalui perdana menteri Turnbull melakukan komunikasi pertama

dengan Amerika serikat untuk memastikan kelanjutan perjanjian penempatan

pengungsi melalui jaringan telepon.93 Melalui negosiasi tersebut,Turnbull

menyebutkan beberapa isi dari perjanjian bilateral tersebut diantaranya adalah:94

a. Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Barack Obama telah

menandatangani perjanjian penempatan kembali 1.250 pengungsi

Australia yang berada di pusat detensi Kepulauan Manus dan Nauru;

b. Australia bersedia untuk menempatkan kembali pengungsi dari Amerika

Tengah yang berusaha untuk memasuki Amerika Serikat dan saat ini

92 Goitein, “The New Era of Secret Law”, 49 93 Greg Miller, Julie Vitkovskaya, dan Reuben Fischer-Baum, “This Deal Will Make Me

Look Terrible’: Full transcripts of Trump’s calls with Mexico and Australia” ; The Washington

Post, 3 Agustus 2017, tersedia di:

https://www.washingtonpost.com/graphics/2017/politics/australia-mexico-

transcripts/?utm_term=.67fc9e8de533 ; diakses pada 18 Maret 2019 94 Miller,Vitkovskaya dan Baum, “This deal will make me look terrible’: Full transcripts

of Trump’s calls with Mexico and Australia”

Page 69: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

57

berada di pusat detensi pengungsi Kosta Rika sebagai bagian dari

perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi Amerika Serikat

dan Australia. Australia juga bersedia untuk menerima pengungsi lebih

banyak dan siapapun yang Amerika Serikat inginkan.

Sebelum Amerika Serikat dan Australia melakukan komunikasi melalui

jaringan telfon, Amerika Serikat melalui Presiden Donald Trump menandatangani

perintah eksekutif (Executive Order) bernama “Protecting the Nation from

Foreign Terrorist Entry into the United States” .95 Melalui perjanjian tersebut

Amerika Serikat berupaya untuk melindungi negara dari ancaman terorisme

melalui penghentian sementara program penempatan kembali pengungsi,

reformasi sistem imigrasi, larangan masuk serta perjalanan bagi warga dari

beberapa negara yang masuk dalam kategori berbahaya.

Perjanjian eksekutif antara Amerika Serikat dan Australia dianggap telah

melanggar beberapa hal dalam perintah eksekutif tersebut dan mengganggu

kepentingan nasional Amerika Serikat dalam proses reformasi sistem imigrasi di

Amerika Serikat. Menanggapi perjanjian yang telah disepakati antara Amerika

Serikat dan Australia pada tahun 2016, Amerika Serikat memutuskan untuk tetap

melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi tersebut dengan

syarat bahwa sistem penempatan kembali pengungsi akan diatur dan berjalan

sesuai aturan dari Amerika Serikat.96 Amerika Serikat juga akan menerapkan

sistem keamanan yang ketat (extreme vetting) dimana wawancara mendalam

95BBC, “Trump's executive order: Who does travel ban affect?” 96 Parliament of Australia, “Chapter 4”, tersedia di:

https://www.aph.gov.au/Parliamentary_Business/Committees/Senate/Legal_and_Constitutional_A

ffairs/NauruandManusRPCs/Report/c04

Page 70: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

58

terkait latar belakang pengungsi dan kemungkinan interaksi dengan organisasi

berbahaya akan dilakukan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika

Serikat.97

Sampai dengan 28 Februari 2019, 493 pengungsi dilaporkan telah berangkat

menuju Amerika Serikat dengan mayoritas berasal dari individu yang tidak

memiliki kewarganegaraan (stateless person), berkewarganegaraan Pakistan dan

Afghanistan. (Grafik 2).98 Adapun pencari suaka yang ditolak pengajuan

programnya oleh otoritas pemerintahan Amerika Serikat sebanyak 265 orang dan

mayoritas berasal dari Iran, Sri Lanka dan Somalia (Grafik 3) sehingga jumlah

pencari suaka yang tersisa di Nauru sebanyak 394 pencari suaka dan 580 di

Kepulauan Manus Papua Nugini.99

97 Colin Packham, “Exclusive: U.S. starts’extreme vetting’ at Australia’s offshore detention

centers”, tersedia di: https://www.reuters.com/article/us-usa-trump-australia-refugees-

idUSKBN18J0GA 98 Refugee Council, ‘’Offshore Processing Statistics”, tersedia di:

https://www.refugeecouncil.org.au/operation-sovereign-borders-offshore-detention-statistics/4/ 99 Refugee Council, ‘’Offshore Processing Statistics”

Page 71: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

59

Grafik III.B.2. Pengungsi Yang Telah Mendapatkan Hak Penempatan

Kembali di Amerika Serikat berdasarkan Kewarganegaraannya

Sumber: Refugee Council, ‘’Offshore Processing Statistics”100

Grafik III.B.3. Pengungsi Yang Tidak Mendapatkan Hak Penempatan

Kembali di Amerika Serikat berdasarkan Kewarganegaraannya

Sumber: Refugee Council, ‘’Offshore Processing Statistics”101

100 Refugee Council, ‘’Offshore Processing Statistics” 101 Refugee Council, ‘’Offshore Processing Statistics”

Page 72: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

60

BAB IV

ANALISA KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN

EKSEKUTIF PENEMPATAN KEMBALI PENGUNGSI DENGAN

AUSTRALIA 2017

Bab ini menjawab pertanyaan mengapa Amerika Serikat memutuskan untuk

melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi dengan

Australia pada tahun 2017. Analisa keputusan Amerika Serikat tersebut ditelaah

melalui kajian kepentingan nasional milik Nuechterlein, aspek kebijakan luar

negeri, dan pengungsi dalam ilmu hubungan internasional untuk mengetahui

kepentingan serta faktor-faktor yang melatarbelakangi pengambilan keputusan

oleh Amerika Serikat pada tahun 2017.

Pada tahun 2017, Amerika Serikat mengeluarkan berbagai kebijakan untuk

menekan angka pengungsi yang dapat masuk dan diterima oleh negara. Kebijakan

tersebut dikeluarkan melalui sebuah perintah eksekutif atau Executive Order

13769: Protecting the Nation from Foreign Terrorist Entry into the United States

dan menimbulkan dampak salah satunya terhadap kelanjutan perjanjian eksekutif

penempatan kembali pengungsi antara Amerika Serikat dengan Australia yang

telah disepakati oleh kedua negara pada 2016. Namun pada tahun 2017 Amerika

Serikat memutuskan untuk tetap melanjutkan perjanjian tersebut meski

berlawanan dengan kepentingan nasional pada saat itu.

Page 73: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

61

Pengeluaran perintah eksekutif tersebut didominasi atas dasar pertimbangan

aspek pertahanan-keamanan dengan tujuan utama untuk melindungi negara dari

infiltrasi terorisme. Amerika Serikat sempat menunda dan mempertimbangkan

kembali keputusan keberlanjutan perjanjian dengan Australia sebab dianggap

kontradiktif terhadap perintah eksekutif yang baru saja dikeluarkan oleh Presiden

Trump. Namun, pada kenyataannya Amerika Serikat tetap melanjutkan perjanjian

tersebut dan hingga kini telah memberikan admisi kepada ratusan pengungsi.

Meski begitu, prosesi penerapan perjanjian ini tidak ditampilkan secara transparan

kepada publik untuk tetap menjaga keabsahan perintah eksekutif 13769.

Pertimbangan Amerika Serikat untuk melanjutkan perjanjian dengan

Australia tersebut dapat dipahami melalui analisa kepentingan nasional, utamanya

aspek pertahanan-keamanan dan ekonomi. Selain kedua aspek tersebut, ideologi

pun tetap menjadi salah satu pertimbangan Amerika Serikat sebagaimana yang

dicatatkan sejarah, meski prioritasnya kini tidak terlalu besar

A. Kepentingan Nasional

Sub-bab ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang melatar-belakangi

keputusan Amerika Serikat untuk melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan

kembali pengungsi dengan Australia. Skripsi ini menganalisa keputusan Amerika

Serikat melalui kajian kepentingan nasional. Analisa tentang kepentingan nasional

suatu negara tidak terlepas dari pengaruh internal dan eksternal negara tersebut.

Setiap kepentingan nasional dibentuk berdasarkan kebutuhan, keinginan serta

cita-cita yang harus dicapai suatu negara melalui pembentukan setiap kebijakan

luar negeri.

Page 74: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

62

Menurut Nuechterlein, kepentingan nasional dapat diartikan sebagai aspirasi

atau tujuan sebuah negara berdaulat dalam hubungannya dengan negara berdaulat

lain dalam tataran aspek dan konteks eksternal. 102 Dalam definisi tersebut,

Nuechterlein membaginya menjadi tiga poin penjelasan, yaitu: 103

1. Kebutuhan negara yang dianggap menjadi pertimbangan dalam

menentukan kepentingan negara berangkat dari proses politik. Konteks

politik dalam hal ini termasuk cara pandang seorang tokoh pemimpin

atau eksekutif negara. Adapun pandangan atau kebijakan seorang

pemimpin tersebut bisa jadi berbeda dengan kepentingan negara secara

umum, namun tetap menjadi pertimbangan penting dalam menentukan

pertimbangan keputusan atas suatu isu

2. Kepentingan nasional merupakan atribut yang melekat pada negara yang

berdaulat, dan tidak bisa dianalisa untuk kasus organisasi internasional

maupun negara terjajah. Sebab kepentingan nasional suatu negara tidak

terlepas dari pertimbangan penggunaan kekuatan, pembatasan

perdagangan, dan pembentukan aliansi yang tentu hanya dapat

diterapkan oleh negara yang telah secara utuh berdaulat

3. Terdapat perbedaan utama yang penting untuk diperhatikan dalam

menganalisa kepentingan nasional, yakni faktor eksternal dan faktor

internal (domestik) yang juga biasa disebut sebagai kepentingan publik.

102 Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for

Analysis and Decision-Making. 103 Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for

Analysis and Decision-Making.

Page 75: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

63

Singkatnya, kepentingan nasional dibaca atau dianalisa secara keseluruhan

dalam konteks kebutuhan dan tujuan suatu negara, tidak terbatas pada suatu

kelompok, birokrasi, maupun organisasi politik tertentu. Nuchterlain

mengkategorikan kepentingan nasional berdasarkan empat aspek dasar, yakni

pertahanan-keamanan (defence interests), perekonomian (economic interests),

hubungan internasional (world order interests), dan ideologi (ideological interest).

Keempat aspek ini seringkali berkaitan dan bahkan tumpeng tindih prioritas antar

satu dengan yang lain104 Meski menjadi sebuah pertimbangan, terdapat urutan

intensitas kepentingan yang didasarkan dari bermacam faktor termasuk misalnya

aspek stratejik, demografi, dinamika hubungan dengan entitas internasional lain,

dan lain sebagainya.

Dalam memahami kepentingan nasional Amerika Serikat terhadap

pengungsi, perlu dipahami pula bagaimana pandangan suatu negara terhadap isu

atau fenomena yang terjadi baik dari dalam negeri ataupun konteks internasional.

Dalam hal ini adalah bagaimana Amerika Serikat melihat fenomena imigrasi serta

sejauh apa permasalahan pengungsi dan imigrasi mempengaruhi kepentingan

nasional Amerika Serikat. Misalnya, pada periode pasca PD II, Amerika Serikat

membuka rumahnya bagi para pengungsi sebab didorong oleh kepentingan

ideologi secara dominan, dalam hal tersebut yaitu mencegah penyebaran paham

komunisme. Sedangkan dalam kasus Amerika Serikat melanjutkan perjanjian

eksekutifnya dengan Australia terkait penempatan kembali pengungsi, dengan

104Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for

Analysis and Decision-Making.

Page 76: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

64

menggunakan empat pokok kepentingan nasional Nuchterlain, dapat digambarkan

sebagai berikut

Tabel IV.A.4. Kepentingan Nasional Amerika Serikat

Country: United States Issue: Refugee Resettlement deal

Kepentingan pertahanan dan ekonomi pada tahun 2017 menjadi major

interest (kepentingan utama) dalam pertimbangan Amerika Serikat untuk

melanjutkan perjanjian eksekutif dengan Australia. Pada tahun 2017. Amerika

Serikat menyatakan bahwa permasalahan pengungsi khususnya dari negara

mayoritas muslim dan Amerika Tengah adalah ancaman besar terhadap

kepentingan pertahanan dan ekonomi, sehingga Amerika Serikat memutuskan

untuk mengeluarkan berbagai kebijakan keras terhadap kedua permasalahan

tersebut.

Intensitas kepentingan Amerika Serikat terhadap fenomena tersebut

dianggap sebagai major issues (masalah serius) sehingga diperlukan pencegahan

untuk mengatasi permasalahan tersebut sebelum menjadi vital issues (masalah

Basic

interest

involved

Intensity of interest

Survival Vital Major Peripheral

Defense X

Economic X

World Order X

Ideological X

Page 77: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

65

krusial) di Amerika Serikat. Selain dikeluarkannya perintah eksekutif 13769

sebagai bentuk pencegahan, keberlanjutan perjanjian dengan Australia meski

cenderung kontradiktif, juga memiliki aspek pencegahan di dalamnya. Amerika

Serikat memiliki pola pertimbangan kebijakan dan kepentingan nasional yang

cukup idealis, yakni mengedepankan setiap isu yang berpotensi mempengaruhi

keamanan bangsa, negara, kesejahteraan ekonomi rakyat dan stabilitas sistem

internasional. 105

Pertimbangan hubungan internasional atau tatanan dunia dan ideologi tidak

menjadi diskusi utama dan karenanya masuk dalam kategori peripheral issues

(masalah ringan) sebab tidak memberikan pengaruh atau dampak signifikan

terhadap kesejahteraan negara. Hal ini erat kaitannya pula dengan fenomena atau

isu yang terjadi. Pasca PD II, kepentingan ideologi menjadi pertimbangan utama

sebab dihadapkan dengan penyebaran paham komunisme, serta tatanan dunia

sebab terjadi kontestasi geopolitik saat itu. Sementara pada kasus perjanjian

eksekutif dengan Australia, keputusan apapun yang mungkin dihasilkan tidak

memberi pengaruh signifikan terhadap maslahat ideologi Amerika Serikat

maupun tatanan dunia. Penjelasan terkait kepentingan nasional menurut

Nuechterlein akan dijelaskan dalam sub-bab berikut.

105 Donald E. Nuechterlein, “United States National Interest in a Changing World”

(Lexington: The University Press of Kentucky, 2015), 22

Page 78: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

66

1. Kepentingan Pertahanan

Menurut Nuechterlein, kepentingan pertahanan (defense interest) adalah

pengambilan sebuah kebijakan yang didasarkan pada kepentingan negara untuk

melindungi warga dan negaranya dari ancaman kekerasan fisik yang datang baik

dari suatu negara lainnya maupun entittas eksternal lain terhadap sistem

pemerintahannya.106 Salah satu pilar kepentingan nasional utama (vital issues)

yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat adalah berusaha melindungi tanah air,

warga negara dan kehidupan warga Amerika Serikat.107 Masalah vital ini

memungkinkan negara untuk membangun kerjasama dan hubungan baik dengan

negara sekutu hingga menerapkan peraturan keamanan yang agresif kepada pihak

yang dicurigai atau pihak musuh.

Badan Pertahanan Amerika Serikat menyatakan bahwa saat ini ancaman

dalam lingkungan keamanan nasional tidak hanya berasal dari negara, tetapi juga

dari aktor non negara seperti teroris, organisasi kriminal lintas negara, cyber

hackers dan aktor kejahatan non-negara lainnya.108 Strategi yang dilakukan

Amerika Serikat untuk melindungi bangsa dan warga negaranya adalah dengan

memperkuat pengawasan terhadap wilayah perbatasan serta merubah sistem

imigrasi untuk mencegah dari ancaman terbesar antar negara yaitu teroris jihadis

dan organisasi kejahatan lintas negara atau transnational criminal organizations

106Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for

Analysis and Decision-Making. 107 National Security Strategy of the United States of America, tersedia dalam

https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2017/12/NSS-Final-12-18-2017-0905.pdf 108 National Defense Strategy of the United States of America, tersedia dalam

https://dod.defense.gov/Portals/1/Documents/pubs/2018-National-Defense-Strategy-Summary.pdf

Page 79: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

67

(TCO) di Amerika Serikat.109 Strategi tersebut menjadi salah satu strategi utama

dalam menjaga keamanan nasional, kemakmuran ekonomi dan supremasi

Amerika Serikat. Strategi itu sangat penting untuk mencegah imigran ilegal,

transnational gangs, teroris, pengedar narkoba dan criminal car-tels untuk tidak

mengeksploitasi perbatasan, membebankan ekonomi dan mengancam keamanan

dan keselamatan negara.110

Bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat dalam mengatasi

permasalahan tersebut diantaranya adalah melalui pembentukan perintah eksekutif

atau “Executive Order”. Pada tahun 2017, Amerika Serikat mengeluarkan dua

perintah eksekutif yang berfokus kepada permasalahan tersebut, peraturan tersebut

adalah “Protecting the Nation from Foreign Terrorist Entry into the United

States” nomor 13769 dan “Border Security and Immigration Enforcement

Improvements” nomor 13767. Melalui perintah eksekutif tersebut, Amerika

Serikat menggolongkan ancaman keamanan nasional menjadi dua yaitu ancaman

terorisme yang ditujukan kepada pengungsi dari negara mayoritas Muslim dan

ancaman kejahatan antar bangsa yang ditujukan kepada negara-negara di

perbatasan Amerika Serikat yaitu Meksiko dan negara-negara Amerika Tengah.

Secara garis besar, perintah eksekutif “Protecting the Nation from Foreign

Terrorist Entry into the United States” dikeluarkan oleh Amerika Serikat sebagai

bentuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat untuk melindungi negara dari

ancaman terorisme. Kebijakan ini difokuskan kepada pengurangan kuota

pengungsi, pemberhentian sementara program penempatan kembali pengungsi,

109 National Security Strategy of the United States of America 110 National Security Strategy of the United States of America

Page 80: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

68

larangan masuk bagi warga Suriah dan negara mayoritas Muslim yang dianggap

memiliki relasi dengan aksi terorisme serta penerapan pemeriksaan ketat dalam

seluruh proses imigrasi.111

Sedangkan perintah eksekutif “Border Security and Immigration

Enforcement Improvements” dikeluarkan atas keinginan Amerika Serikat untuk

mengamankan Perbatasan Selatan (southern border) antara Amerika Serikat dan

Meksiko serta memperbaiki sistem imigrasi. Perbatasan yang dimaksud meliputi

semua titik masuk jalur darat antar kedua negara. 112 Pengamanan Perbatasan

Selatan antara Amerika Serikat dan Meksiko dilakukan oleh U.S. Customs and

Border Protection (CBP) di bawah tanggung jawab dari Departemen Keamanan

Dalam Negeri Amerika Serikat. Presiden juga mengerahkan 7.500 tentara aktif

dan The National Guard, pasukan militer cadangan yang dikerahkan untuk

berbagai misi di dalam dan luar negeri untuk membantu penjaga perbatasan dalam

proses imigrasi serta mencegah perdagangan narkoba ilegal.113

Selama ini Perbatasan Selatan banyak dijadikan jalur organisasi kejahatan

lintas negara atau transnational criminal organizations, seperti perdagangan

narkoba dan manusia serta masuknya para imigran ilegal yang berpotensi

menciptakan teror dan tindakan kriminal yang dapat mengancam kepentingan

111 “Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the United States”,

Presidential Document 112 Executive Order: Border Security and Immigration Enforcement Improvements,

Executive Order 113 Claire Felter dan Zachary Laub, “Who Secures the U.S. Border?”, CFR, 15 Februari

2019, teredia dalam https://www.cfr.org/backgrounder/us-mexico-border-woes

Page 81: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

69

Amerika Serikat114. Meksiko dan Amerika Tengah ditetapkan sebagai wilayah

paling berbahaya di luar daerah aktif perang dengan permasalahan keamanan

seperti street gangs, organisasi kejahatan lintas negara dan korupsi dalam negeri

khususnya dalam tiga negara segitiga Utara yaitu El Salvador, Guatemala dan

Honduras. Permasalahan tersebut menjadi alasan utama mengapa setiap tahunnya

warga negara dari keempat negara tersebut memutuskan untuk pindah ke Amerika

Serikat, baik secara legal melalui pengajuan status penempatan kembali atau

secara ilegal dengan melintasi Perbatasan Selatan antara Amerika Serikat dan

Meksiko. 115

Fakta lain yang muncul di lapangan dalam permasalahan ini ialah otoritas

departemen keamanan dalam negeri yang bertanggung jawab untuk mengatur

Perbatasan Selatan tidak hanya melakukan pengawasan dan pemeriksaan,

melainkan ikut serta terlibat dalam melancarkan aktifitas penyelundupan tersebut.

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh New York Times, sebanyak lebih dari

200 petugas dari otoritas keamanan perbatasan Amerika Serikat telah menerima

lebih dari 15 juta dolar selama sepuluh tahun terakhir untuk memberikan

informasi kepada para penyelundup, meloloskan berton-ton narkoba dan ribuan

imigran gelap untuk melewati perbatasan.116

114 Executive Order: Border Security and Immigration Enforcement Improvements,

Executive Order, dalam https://www.whitehouse.gov/Presidential-actions/executive-order-border-

security-immigration-enforcement-improvements/ (diakses pada 30 April 2019) 115 Stevan Dudley, “Transnational Crime in Mexico and Central America: Its Evolution

and Role in International Migration”, November 2012, tersedia dalam

https://www.migrationpolicy.org/research/RMSG-CentAm-transnational-crime (diunduh pada 23

April 2019) 116 Charley Lanyon, “New York Times: Corrupt Border Agents Are Letting Tons of Drugs

and Thousands of Undocumented Imigrants Into the Country”, New York Intelligencer, 28

Page 82: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

70

The Migration Policy Institute telah memperkirakan dari total 11 juta

pengungsi tanpa dokumen atau ilegal yang ada di Amerika Serikat, 820.000

diantaranya telah dihukum atas tindak kejahatan dan 300.000 atau 3% dari total

pengungsi dipidana atas tindakan kejahatan berat.117 Pada akhir Januari 2017,

Badan Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai atau U.S. Immigration and Customs

Enforcement's (ICE) menangkap 16 imigran ilegal berkebangsaan meksiko yang

diduga terlibat tindak kejahatan seperti pemaksaan / penyerangan dengan senjata

mematikan yang bukan senjata api namun tetap memungkinkan terjadinya cedera

fisik, menerima barang curian, pencurian dalam skala besar, kepemilikan obat

terlarang untuk didistribusikan dan mengemudi dalam keadaan mabuk.118

Dalam kepentingan pertahanan nasional, Nuechterlein menyatakan bahwa

salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan Amerika Serikat saat

menentukan intensitas prioritas kepentingan suatu isu dalam kebijakan luar negeri

dan pengaruhnya terhadap kepentingan nasional adalah lokasi dimana ancaman

tersebut terjadi atau location of threat.119 Faktor geografis ini meliputi bagaimana

implikasi strategis suatu isu terhadap wilayah Amerika Serikat dan warga negara

yang berada didalamnya.

Desember 2016, tersedia di: http://nymag.com/intelligencer/2016/12/nyt-corrupt-u-s-border-

agents-a-boon-for-smugglers.html; (diakses pada 18 April 2019) 117 Vivian Yee, Kenan Davis, dan Jugal K Patel, “Here’s the Reality About Ilegal Imigrants

in the United States”, NY Times, 6 Maret 2017, tersedia dalam

https://www.nytimes.com/interactive/2017/03/06/us/politics/undocumented-ilegal-imigrants.html 118 ICE Milwaukee arrests 16 during operation targeting criminal aliens, tersedia dalam

https://www.ice.gov/news/releases/ice-milwaukee-arrests-16-during-operation-targeting-criminal-

aliens 119 Nuechterlein, “United States National Interest in a Changing World”

Page 83: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

71

Keamanan nasional dalam faktor ini dianggap berhubungan dengan

seberapa jauh jarak sebuah lokasi permasalahan dari wilayah Amerika Serikat.120

Jika dikaitkan dengan kedua ancaman yang dihadapi oleh Amerika Serikat yaitu

terorisme dari negara mayoritas muslim dan kejahatan antar bangsa dari negara

perbatasan, maka ancaman perbatasan dan imigrasi ilegal dari Meksiko dan

Amerika tengah menjadi masalah utama yang lebih berbahaya dibandingkan

dengan permasalahan pengungsi dari negara mayoritas muslim. Atas alasan itulah

Amerika Serikat menetapkan keamanan perbatasan pada tahun 2017 menjadi

aspek terpenting dalam pertahanan dan keamanan nasional Amerika Serikat dan

mendaklarasikan permasalahan perbatasan menjadi “national emergency” 121

Keputusan Amerika Serikat untuk melanjutkan perjanjian penempatan

kembali pengungsinya dengan Australia tidak sepenuhnya merugikan bagi

Amerika Serikat. Dalam negosiasi yang dilakukan antara Australia dan Amerika

Serikat pada tahun 2017, Australia telah bersedia untuk menerima lebih banyak

pengungsi yang tidak diinginkan oleh Amerika Serikat yang berasal dari negara-

negara di Amerika Tengah. Keputusan Amerika Serikat didasari oleh kepentingan

untuk melindungi warga dan negaranya dari kekerasan fisik yang datang dari

negara lainnya.

Meskipun telah dijelaskan bahwa pengungsi Australia mayoritas berasal

dari negara-negara yang termasuk dalam perhatian utama dan dapat menjadi

potensi ancaman teroris bagi Amerika Serikat, namun permasalahan yang terjadi

120 Nuechterlein, “United States National Interest in a Changing World” 121“President Donald J. Trump’s Border Security Victory”, 15 Februari 2019, tersedia

dalam https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/President-donald-j-trumps-border-

security-victory/

Page 84: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

72

di perbatasan akibat para imigran ilegal dari Meksiko dan Amerika Tengah

merupakan salah satu ancaman yang lebih krusial. Hal tersebut dikarenakan

banyaknya tindak kriminalitas seperti penyelundupan, perdagangan narkoba dan

pergerakan anggota kejahatan yang ikut dalam arus imigrasi ilegal tersebut.

Dengan disepakatinya perjanjian penempatan kembali pengungsi dengan

Australia, Amerika Serikat dapat mengurangi kesempatan bagi para pelaku

kejahatan transnasional untuk memasuki Amerika Serikat. Sehingga perjanjian

tersebut dapat menjadi solusi jangka panjang bagi kepentingan pertahanan

Amerika Serikat. Perjanjian ini juga mengatur kesediaan Australia untuk

menempatkan kembali pengungsi Amerika Tengah tanpa batas ke Australia. Hal

tersebut berdampak kepada berkurangnya jumlah pengungsi di Kosta Rika akan

meningkatkan keamanan perbatasan Amerika Serikat berikut menurunnya tindak

kriminalitas yang disebabkan oleh kegiatan imigrasi ilegal.

2. Kepentingan Ekonomi

Menurut Nuechterlein, kepentingan ekonomi merupakan pengambilan

sebuah kebijakan yang didasarkan pada kepentingan negara untuk meningkatkan

neraca perekonomian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga dan

negaranya.122 Kelangsungan hidup ekonomi dari Amerika Serikat memiliki nilai

vital dalam kepentingan Amerika Serikat. Dalam menentukan level kepentingan

negara terhadap negara asing, Amerika Serikat akan melihat kekuatan serta

122 Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for

Analysis and Decision-Making.

Page 85: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

73

potensi suatu negara untuk mengukur bagaimana intensitas tersebut terhadap

kepentingan Amerika Serikat.123

Salah satu kepentingan ekonomi yang ingin dicapai Amerika Serikat pada

tahun 2017 adalah mengembalikan kejayaan perekonomian Amerika Serikat

melalui reformasi sistem untuk mendukung para pekerja Amerika Serikat. Bentuk

kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 2017 adalah perintah eksekutif untuk

“Buy American and Hire American”.124 Perintah eksekutif tersebut secara garis

besar berusaha untuk mempromosikan kepentingan keamanan nasional dan

ekonomi untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan

pekerjaan dengan upah yang layak, memperkuat kelas menengah Amerika Serikat

serta mendukung industri perekonomian Amerika Serikat. 125

Dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih baik bagi warga

Amerika Serikat, maka negara menetapkan kebijakan “Hire American” dimana

negara akan secara ketat menegakkan serta mengelola undang-undang yang

mengatur masuknya pekerja asing ke Amerika Serikat untuk melindungi

kepentingan ekonomi Amerika Serikat.126 Negara juga akan memastikan bahwa

sistem imigrasi tidak akan mengancam para pekerja Amerika Serikat dan

123 Nuechterlein, National Interest and Foreign Policy: A Conceptual Framework for

Analysis and Decision-Making. 124 Presidential Executive Order on Buy American and Hire American, Exexutive Orders,

18 April 2017, tersedia dalam https://www.whitehouse.gov/Presidential-actions/Presidential-

executive-order-buy-american-hire-american/ (diaskes 30 April 2019) 125 Presidential Executive Order on Buy American and Hire American, Exexutive Orders 126 Presidential Executive Order on Buy American and Hire American, Exexutive Orders

Page 86: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

74

menggantikan para pekerja Amerika Serikat dengan buruh asing dengan upah

yang lebih murah.127

Imigran legal dan ilegal khususnya dari Meksiko dan Amerika Tengah

memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kepentingan ekonomi Amerika Serikat.

Para imigran legal tidak dapat dengan bebas mencari pekerjaan karena adanya

regulasi yang harus dipatuhi dan telah diatur oleh negara. Hal ini berbeda dengan

para imigran ilegal yang memiliki kecenderungan untuk datang dalam jumlah

masif dan dapat dengan leluasa menempati negara-negara bagian dengan peluang

kerja yang kuat dan tinggi.128

Hal tersebut menjadi alasan mengapa imigran ilegal menjadi ancaman

terhadap kepentingan ekonomi Amerika Serikat. Meskipun Amerika Serikat

berusaha untuk mengedepankan peluang kerja bagi masyarakat Amerika Serikat,

Peran pengungsi dalam pasar tenaga kerja Amerika Serikat masih dibutuhkan

untuk mengisi pekerjaan yang dibutuhkan. Tingginya partisipasi para pengungsi

dalam sektor tenaga kerja telah berkontribusi dalam perekonomian Amerika

Serikat.

Pada tahun 2015, pengungsi berkontribusi sebagai penghasil dan pembayar

pajak bagi Amerika Serikat. Pada tahun 2015, hampir 2.3 juta pengungsi telah

berkontribusi sebesar 20.9 miliar dolar terhadap pajak Amerika Serikat termasuk

14.5 miliar dolar pajak federal dan 6.4 miliar dolar dalam pembayaran kepada

127 President Trump Promotes “Buy American and Hire American” , Fact Sheet, 18 April

2018 tersedia dalam https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/President-trump-promotes-

buy-american-hire-american/ 128 Gordon H. Hanson, The Eonomic Logic of Ilegal Immigration, Council Ob Foreign

Relation CSR No. 26, (April 2007)

Page 87: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

75

pemerintah negara bagian dan lokal dengan penghasilan rumah tangga 77.2 juta

secara kolektif.129

Dengan melanjutkan perjanjian penempatan kembali pengungsi dengan

Australia, maka para pengungsi tersebut dapat membantu perekonomian negara

dengan mengisi sektor-sektor tenaga kerja yang kemungkinan dapat diisi oleh

para imigran ilegal dari Amerika Tengah. Sehingga peluang kerja bagi para

imigran ilegal akan semakin sedikit sehingga mereka dapat kembali ke negara

asalnya.

B. Kebijakan Luar Negeri

1. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap keputusan Amerika Serikat

melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi dengan

Australia adalah hubungan aliansi Amerika Serikat dengan Australia. Sebagai

aliansi, Australia memiliki pengaruh dalam pertimbangan pemerintah Amerika

Serikat untuk melanjutkan perjanjian penempatan kembali pengungsinya dengan

Australia. Keputusan Australia untuk menerima pengungsi yang berada di pusat

detensi pengungsi Kosta Rika tidak sepenuhnya merugikan bagi Amerika Serikat.

Dalam negosiasi yang dilakukan antara Australia dan Amerika Serikat pada tahun

2017, Australia telah bersedia untuk menerima lebih banyak pengungsi yang tidak

diinginkan oleh Amerika Serikat. Pernyataan tersebut jelas menjadi keuntungan di

129 New American Economy, “From Struggle to Resilience” , Juni 2017, tersedia di

http://research.newamericaneconomy.org/wp-

content/uploads/sites/2/2017/11/NAE_Refugees_V6.pdf

Page 88: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

76

mana di masa yang akan datang Amerika Serikat dapat mengirimkan berapapun

pengungsi ke Australia.130

Meskipun para individu yang berada di pusat detensi Kepulauan Manus dan

Nauru telah mendapatkan status sebagai pengungsi oleh UNHCR, Amerika

Serikat tetap menjalankan kebijakannya dalam menjaga keamanan dengan

menerapkan mekanisme seleksi yang ketat dalam setiap proses terkait imigrasi

dan penempatan kembali pengungsi. Adapun permasalahan dalam perjanjian

penempatan kembali pengungsi dengan Australia, Amerika Serikat tentu tidak

bisa begitu saja membatalkan perjanjian dengan Australia, sebab perjanjian

eksekutif ini juga menjadi strategi Amerika Serikat untuk menjaga keharmonisan

dengan negara-negara sekutunya.

2. Faktor Internal

Faktor internal yang berpengaruh terhadap keputusan Amerika Serikat

melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi dengan

Australia adalah adanya tekanan dari politik internal Amerika Serikat. Pasca

negosiasi yang dilakukan antara Amerika Serikat dan Australia, media

internasional secara negatif memberitakan bagaimana kelanjutan hubungan aliansi

kedua negara. Hal tersebut dikarenakan respon Donald Trump dalam negosiasi

tersebut bersifat sangat keras dengan menyebutkan perjanjian tersebut sebagai

“dumb deal” dan dapat menghancurkan Donald Trump secara politik.

Pemerintah internal Amerika Serikat menyikapi negosiasi antara kedua

kepala negara tersebut dengan menempatkan Trump sebagai salah satu ancaman

130 Miller,Vitkovskaya dan Baum,“This deal will make me look terrible’: Full transcripts of

Trump’s calls with Mexico and Australia”

Page 89: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

77

dalam aliansi hubungan kedua negara. Dalam berbagai hal, pemerintah internal

Amerika Serikat melalui para senator dan badan perwakilannya menyatakan

bahwa Australia merupakan aliansi utama bagi Amerika Serikat dan aliansi

penting dalam menjaga kepentingan nasional Amerika Serikat.131

Selain pernyataan para senator dan badan perwakilan, hanya sedikit

perwakilan dari kongres yang sejalan dengan pemikiran presiden Donald Trump

untuk mengkritik perjanjian eksekutif Amerika Serikat pada era kepemimpinan

Donald Trump. Sedangkan para anggota kongres lainnya secara jelas mendukung

Australia dan mengkritik sikap Trump terhadap Australia.132 Respon keras yang

diberikan oleh internal Amerika Serikat yang dikemukakan secara masif melalui

media sosial dan media berita berdampak kepada penggerakan opini masyarakat

Amerika Serikat dan internasional yang tidak setuju terhadap sikap Amerika

Serikat terhadap Australia sehingga mempengaruhi aliansi kedua negara.

131 Dougal. "Congressional Support for Australia Has Paid Dividends with the Trump

Administration" 132 Dougal. "Congressional Support for Australia Has Paid Dividends with the Trump

Administration"

Page 90: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

78

BAB V

KESIMPULAN

Pada tahun 2017, Amerika serikat memutuskan untuk melanjutkan

perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsinya dengan Australia. Melalui

perjanjian tersebut, Amerika Serikat bersedia untuk menempatkan kembali 1.250

pengungsi mayoritas dari Asia dan negara mayoritas muslim yang berada di pusat

detensi pengungsi milik Australia yang terletak di Kepulauan Manus dan Nauru.

Perjanjian tersebut merupakan perjanjian yang berlaku hanya satu kali dan

disepakati pada tahun 2016 oleh mantan presiden Amerika serikat, Barack Obama

dan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull untuk direalisasikan pada tahun

2017.

Perjanjian tersebut mendapat respon dan kritik keras dari pemerintahan

Amerika Serikat dimana pada tahun 2017 terjadi peralihan pemerintahan dari

Barack Obama menjadi Donald Trump. Perjanjian tersebut dinilai melanggar

kepentingan nasional yang berusaha diwujudkan oleh Amerika Serikat pada tahun

2017 dimana negara berusaha menekan jumlah pengungsi dan imigran di Amerika

Serikat. Bentuk kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dilanggar adalah: 1)

Larangan masuk bagi warga Suriah; 2) Pemberhentian sementara program

penempatan kembali pengungsi di Amerika Serikat; 3) Larangan masuk

sementara bagi warga negara baik imigran maupun yang berkewarganegaraan

Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.

Page 91: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

79

Namun Amerika Serikat pada tahun 2017 memutuskan untuk tetap

melanjutkan perjanjian eksekutif penempatan kembali pengungsi tersebut dan

bersedia menempatkan 1.250 pengungsi di Amerika Serikat meskipun

bertentangan dengan kepentingan serta kebijakan yang ingin dicapai oleh Amerika

Serikat. Konsep kepentingan nasional Nuechterlein mampu menjelaskan alasan

dibalik perubahan keputusan Amerika Serikat tersebut. Skripsi ini menemukan

bahwa alasan Amerika Serikat mengabaikan kepentingannya dan melanjutkan

perjanjian tersebut adalah karena adanya kepentingan lain yang bersifat lebih

utama dan mengancam terhadap kepentingan Amerika Serikat yaitu kepentingan

pertahanan dan ekonomi yang menjadi isu utama dalam kepentingan Amerika

Serikat.

Dalam kepentingan pertahanan, Amerika Serikat menghadapi permasalahan

yang lebih mendesak dimana lemahnya perbatasan Amerika serikat dengan

Meksiko berdampak kepada peningkatan kejahatan antar negara dan pergerakan

imigran ilegal dari negara bermasalah yaitu Amerika Tengah dan Meksiko.

Selain mengancam keamanan dan pertahanan, permasalahan ini juga

berdampak kepada kepentingan ekonomi Amerika Serikat dimana Amerika

Serikat memiliki kepentingan ekonomi untuk meningkatkan neraca perekonomian

dalam meningkatkan kesejahteraan warga negara Amerika Serikat melalui

pengembalian kejayaan perekonomian Amerika Serikat. Dalam kepentingan ini,

pengungsi masih menjadi salah satu kebutuhan dalam memajukan sektor industry

dan perekonomian Amerika Serikat sehingga setiap lowongan pekerjaan dapat

Page 92: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

80

diisi oleh para pengungsi dan meminimalisir kesempatan bagi para imigran ilegal

untuk bekerja di Amerika Serikat.

Permasalahan terhadap kepentingan tersebut menjadi alasan mengapa

Amerika Serikat memutuskan untuk menempatkan kembali pengungsi dengan

Australia dimana Australia pada tahun 2017 juga sepakat untuk ikut menempatkan

kembali pengungsi yang berada di pusat detensi pengungsi milik Amerika Serikat

yang terletak di Kosta Rika dengan jumlah yang tidak ditentukan dan

menyesuaikan kuota pengungsi di Australia. Bantuan Australia tersebut dapat

mengurangi jumlah imigran dan pengungsi dari Amerika Tengah dan Meksiko

serta mendukung kepentingan pertahanan dan ekonomi Amerika Serikat.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Amerika Serikat dalam

pengambilan keputusan untuk melanjutkan perjanjian penempatan kembali

pengungsi dengan Australia adalah hubungan aliansi antara Amerika Serikat dan

Australia dimana dalam sejarah Australia merupakan salah satu aliansi utama bagi

Amerika Serikat dan tingginya tekanan dari politik internal Amerika Serikat yang

ikut menggerakan serta mempengaruhi opini masyarakat dan internasional

terhadap Amerika Serikat.

Page 93: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xii

DAFTAR PUSTAKA

UNHCR, "Forced Displacement Above 68m in 2017, new global deal on refugees critical,"

(Berita On-line), Tersedia di; http://www.unhcr.org/news/press/2018/6/5b27c

2434/forced-displacement-above-68m-2017-new-global-deal-refugees-critical.html; internet;

diakses pada 18 Maret 2019.

UNHCR. "The 10 Point Plan : Solution for Refugees," (Luxembourg: Imprimeria Centrale,

2011), (Buku on-line), Tersedia di: https://www.unhcr.org/50a4c17f9.pdf; internet;

diunduh pada 18 maret 2019.

U.S. Department of State, "Refugee Admission," (Database On-line), Tersedia di;

https://www.state.gov/j/prm/ra/; Internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Kaldor Centre for International Refugee Law, "Australia – United States Resettlement

Agreement," (Berita On-line). Tersedia di;

https://www.kaldorcentre.unsw.edu.au/publication/australia–united-states-

resettlement-arrangement; Internet; diunduh pada 1 November 2018.

UNHCR, "U.S. Refugee Resettlement Facts – 2017," (Artikel On-line). Tersedia di;

https://www.unhcr.org/previous-us-refugee-resettlement-fact-sheets.html; Internet:

diakses pada 18 Maret 2019.

Zong, Jie dan Jeanne Batalova, "Refugee and Asyless in the United States," (Artikel On-line],

Tersedia di: https://www.migrationpolicy.org/article/refugees-and-asylees-united-

states; Internet: diakses pada 18 Maret 2019

Griffiths, James dan Pamela Boykoff, "US-Australia Refugee Deal: What You Need to

Know," CNN, 2 Februari 2017, (Artikel On-line), Tersedia di;

https://edition.cnn.com/2017/02/01/politics/australia-us-refugee-deal-turnbull-

trump/index.html; Internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Page 94: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xiii

UNHCR. "UNHCR Urges Australia to Evacuate Off-Shore Facilities as Health Situation

Deteriorates," (Berita On-line). Tersedia di; https://www.unhcr.org/en-

lk/news/briefing/2018/10/5bc059d24/unhcr-urges-australia-evacuate-off-shore-

facilities-health-situation-deteriorates.html; Internet.; diakses pada 18 Maret 2019.

Rush, Nayla. U.S. – “Australia Refugee Resettlement Deal is Underway," (Artikel On-line).

Tersedia di; https://cis.org/sites/cis.org/files/rush-australia-refugee.pdf; Internet;

diakses pada 18 Maret 2019.

Al Jazeera News. "Why is The Manus Detention Centre Being Closed?”, Al Jazeera, 29

Oktober 2017, (Berita On-line). Tersedia di;

https://www.aljazeera.com/news/2017/10/manus-detention-centre-closed-

171024212852806.html; Internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Scribner, Todd. "You Are Not Welcome Here Anymore: Restoring Support for Refugee

Resettlement in the Age of Trump," (Artikel On-line). Tersedia di;

https://doi.org/10.1177%2F233150241700500203; Internet; diunduh pada 25 Maret

2019.

BBC, "Trump’s Executive Order: Who Does Travel Ban Affect? BBC News, 10 Februari

2017," (Berita On-line), Tersedia di; https://www.bbc.com/news/world-us-canada-

38781302; Internet; Diakses pada 20 April 2019.

Miller, Greg, Julie Vitkovskaya dan Reuben Fischer-Baum, "This Deal Will Make Me Look

Terrible’: Full transcripts of Trump’s calls with Mexico and Australia," (Berita On-

line), Tersedia di; https://www.washingtonpost.com/graphics/2017/politics/australia-

mexico-transcripts/?utm_term=.67fc9e8de533; Internet; Diakses pada 18 Maret 2019.

Robinson, Dougal, "Congressional Support for Australia Has Paid Dividends with the Trump

Administration," Security Challenges 13, no. 2 (2017): 5-10; (Jurnal On-line);

Page 95: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xiv

Tersedia di: https://www.jstor.org/stable/26457715; Internet; diunduh pada 20

Oktober 2018.

Holsti, K. J. Holsti. Politik Internasional Kerangka untuk Analisa Edisi Keempat Jilid 1.

Jakarta: Erlangga, 1988.

Burchill, Scott. The National Interest in International Relations Theory. New York:

PalgraveMacmillan, 2005.

Nuechterlein, Donald. E, "National Interests and Foreign Policy: A Conceptual Framework

for Analysis and Decision-Making," British Journal of International Studies 2, no. 3

(1976): 246-66, (Artikel On-line), tersedia di: http://www.jstor.org/stable/20096778;

internet; diakses pada 21 April 2019.

Jackson, Robert dan Georg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009.

Rosenau, James N, Kenneth W, Thompson, dan Gavin Boyd. World Politics: An

Introduction. New York: The Free Press, 1976.

UNHCR, ”The 1951 Convention and Its 1967 Protocol," (Artikel On-line). Tersedia di;

https://www.unhcr.org/about-us/background/4ec262df9/1951-convention-relating-

status-refugees-its-1967-protocol.html; internet; diunduh pada 18 Maret 2019.

Black, Richard, “Fifty Years of refugee Studies: From Theory to Policy," International

Migration Review, Volume 35 Number 1, (Maret 2001): 57-78, (Artikel On-line);

tersedia di; https://doi.org/10.1111%2Fj.1747-7379.2001.tb00004.x; internet; diunduh

pada 18 Maret 2019.

Rueckert, Phineas, “There Are 5 Reasons Why People Become Refugees," Global Citizen, 14

Agustus 2017, (Artikel On-line); tersedia di;

https://www.globalcitizen.org/en/content/reasons-why-people-become-refugees/;

internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Page 96: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xv

Maxwell, Joseph. A ,“Designing a Qualitative Study,” The SAGE Handbook of Applied

Social Research Methods (2009): 214–253, (Jurnal On-line), Tersedia di;

https://www.sagepub.com/sites/default/files/upm-binaries/23772_Ch7.pdf; internet;

diunduh pada 18 maret 2019.

Cepla, Zuzana, “Factsheet: U.S. Refugee Resettlement,” (Artikel On-line), Tersedia di;

https://immigrationforum.org/article/fact-sheet-u-s-refugee-resettlement/; internet;

diunduh 5 Maret 2019.

American Immigration Council, “an Overview of U.S. Refugee Law and Policy,” (Artikel On-

line); tersedia di; https:

www.americanimmigrationcouncil.org/sites/default/files/research/an_overview_of_un

ited_states_refugee_law_and_policy_0.pdf; internet; diunduh 18 Maret 2019.

U.S. Citizenship and Immigration Services, “Refugees,” (Artikel On-line), tersedia di:

https://www.uscis.gov/humanitarian/refugees-asylum/refugees; internet. diakses pada

18 Maret 2019.

Refugee Council USA, “History of the U.S. Refugee Resettlement Program,” (Artikel online];

tersedia di http://www.rcusa.org/history; internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Roberts, Maurice. A,“The U.S. and Refugees: The Refugee Act of 1980,” (Jurnal On-line),

tersedia di; http://www.jstor.org/stable/1166528; internet; diakses pada 18 Maret

2019.

Bockley, Kathryn M, “A Historical Overview of Refugee Legislation: The Deception of

Foreign Policy in the Land of Promise,” (Jurnal On-line), tersedia di;

https://scholarship.law.unc.edu/cgi/viewcontent.cgi?referer=https://www.google.com/

&httpsredir=1&article=1579&context=ncilj;internet;diakses pada 18 Maret 2019.

Page 97: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xvi

Salehyan, Idean, “The Strategic Case for Refugee Resettlement,” (Artikel On-line], Tersedia

di; https://niskanencenter.org/wp-content/uploads/2018/09/NC-Refugee-Paper-

SalehyanElec_FINAL.pdf; diakses pada 18 Maret 2019.

Evans, Alona. E, “The Political Refugee in United States Immigration Law and Practice,”

(Jurnal On-line], tersedia di:

file:///C:/Users/asus/Downloads/[email protected]; internet; diakses pada 18

Maret 2019.

Agency for New Americans, “Why do refugees come to America?,” 12 April 2018, (Artikel

On-line), Tersedia di; http://www.anaidaho.org/blog/why-do-refugees-come-to-

america; internet, diakses pada 18 Maret 2019.

National Geographic Education, “Migration of the Boat People," (Jurnal On-line), tersedia di:

https://media.nationalgeographic.org/assets/file/vietnamese_MIG.pdf; internet;

diakses pada 18 Maret 2019.

Bureau of Population, Refugees and Migration, “History of U.S. Refugee Resettlement,”

tersedia di; https://2009-2017.state.gov/documents/organization/244270.pdf; internet;

diunduh pada 18 Maret 2019.

Kerwin, Donald,“The Faltering Us Refugee Protection System: Legal And Policy Responses

To Refugees, Asylum-Seekers, And Others In Need Of Protection, “ [jurnal online],

tersedia di; file:///C:/Users/asus/Downloads/kerwin2012.pdf; internet; diunduh pada

18 Maret 2019.

Krogstad, Jens Manuel dan Jynnah Radford, “Key Facts about Refugees to the U.S.” [artikel

online], tersedia di; https://www.pewresearch.org/fact-tank/2017/01/30/key-facts-

about-refugees-to-the-u-s/; Internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Page 98: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xvii

US Department of State, “Proposed Refugee Admission for FY 2002,” (database online),

tersedia di; http://2001-2009.state.gov/g/prm/refadm/rls/rpts/7241.htm, 2001; internet;

diakses pada 16 April 2019.

Robbins, Seth, “3 Crime Factors Driving Northern Triangle Migrants Out,” Insight Crime,

30 Oktober 2018, (Jurnal online), tersedia di;

https://www.insightcrime.org/news/analysis/crime-factors-pushing-northern-triangle-

migrants-out/; internet; diakses pada 1 Maret 2019.

Labrador, Rocio Cara dan Danielle Renwick, “Central America’s Violent Northern

Triangle,” CFR, 26 Juni 2018, (Jurnal Online), tersedia di;

https://www.cfr.org/backgrounder/central-americas-violent-northern-triangle;

internet; diakses pada 1 Maret 2019.

Holpuch, Amanda, “US Partners with Costa Rica to protect Central American Refugee,” The

Guardian, 26 Juli 2016, (Berita Online), tersedia di;

https://www.theguardian.com/world/2016/jul/26/central-american-refugees-costa-

rica-obama-administration; internet; diakses pada 1 Maret 2019.

Camarota, Steven A, dan Karen Zeigler, “Central American Immigrant Population Increased

Nearly 28-Fold since 1970,” [artikel online], tersedia di;

https://cis.org/Report/Central-American-Immigrant-Population-Increased-Nearly-

28Fold-1970; internet; diunduh pada 1 Maret 2019.

Gamboa, Suzanne, “What is DACA? What you need to know?,” [artikel online], tersedia di;

https://www.nbcnews.com/storyline/smart-facts/what-daca-n854906; internet; diakses

pada 18 Maret 2019.

Walters, Joanna, “What is DACA and who are the Dreamers?,” (Artikel Online], tersedia di;

https://www.theguardian.com/us-news/2017/sep/04/donald-trump-what-is-daca-

dreamers; internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Page 99: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xviii

U.S. Citizenship and Immigration Services, “In-Country Refugee/Parole Processing for

Minors in Honduras, El Salvador and Guatemala (Central American Minors – CAM,”

tersedia di; https://www.dhs.gov/news/2016/07/26/us-expands-initiatives-address-

central-american-migration-challenges; internet; diakses pada 18 Maret 2019.

UNHCR ACNUR,” Pillar 4: Opportunities For Durable Solutionsprotection Transfer

Arrangement,” (Jurnal Online), tersedia di; http://www.globalcrrf.org/wp

content/uploads/2018/10/6.-PTA-dic18.pdf; internet; diunduh pada 19 Maret 2019.

Welch, Keith, “A Pivotal Moment for the US Refugee Resettlement Program,” CA: Haas

Institute for A Fair and Inclusive Society, University of California, Berkeley, Juni

2017, (Buku On-line), tersedia di;

http://haasinstitute.berkeley.edu/sites/default/files/haasinstitute_usrefugeeresettlment_

june2017_publish.pdf; internet; diunduh pada 19 Maret 2019.

BBC, “Trump's executive order: Who does travel ban affect?,” (Berita Online), tersedia di;

https://www.bbc.com/news/world-us-canada-38781302; internet; diakses pada 30

Agustus 2018.

Pierce, Sarah dan Doris Meissner, “Trump Executive Order on Refugees and Travel Ban: A

Brief Review,” Migration Policy Institute, (Buku Online), tersedia di;

https://www.migrationpolicy.org/research/trump-executive-order-refugees-and-travel-

ban-brief-review; internet; diakses pada 26 Maret 2019.

Harper, Brian dan Brendan, O’Boyle, " Explainer: What Is DACA?, AS COA", tersedia di;

https://www.as-coa.org/articles/explainer-what-daca; internet; diakses 30 April 2019.

Pierce, Sarah dan Andrew Selee, “Immigration under Trump” A Review of Policy Shifts in

the Year Since the Election”, Migration Policy Institute, Policy Brief.

Trump, Donald J, “President Donald J. Trump is Taking a Responsible and Humanitarian

Approach on Refugees”, Fact Sheet, (Database Online), tersedia di:

Page 100: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xix

https://www.whitehouse.gov/briefings-statements/president-donald-j-trump-taking-

responsible-humanitarian-approach-refugees/; internet; diakses pada 15 Maret 2019.

Executive Order 13780, "Protecting the Nation From Foreign Terrorist Entry Into the United

States Initial Section 11 Report, Home Land Security", (Database Online), tersedia di;

https://www.dhs.gov/publication/executive-order-13780-protecting-nation-foreign-

terrorist-entry-united-states-initiall; internet; diakses 23 Maret 2019.

Rush, Nayla, “The U.S. refugee Admissions Program under the Trump Admission,” [artikel

on-line], tersedia di; https://cis.org/Rush/US-Refugee-Admissions-Program-under-

Trump-Administration; internet; diakses 23 Maret 2019.

U.S. Embassy & Consulates in Australia, “History of the U.S. and Australia,” (Artikel

Online), tersedia di; https://au.usembassy.gov/our-relationship/policy-history/history-

of-u-s-and-australia/; internet; diakses pada 20 Maret 2019.

Smith, Anthony L., “ Still Great Mates: Australia and the United States,” "Asian Affairs: An

American Review, vol. 30, no. 02", "The Responses of Asian Nations to Bush

Administration Security Policies," [artikel online], tersedia di;

https://www.jstor.org/stable/30172851; internet; diunduh pada 7 Mei 2019.

Fullilove, Michael. Ally with a new attitude; Australia’s prime minister, the staunchest of

Bush supporters, is ousted. Los Angeles Times, 29 November 2007.

Bell, Coral. Australia’s Alliance Options: Prospect and Retrospect in a World of Change.

Australian Foreign Policy Papers. Canberra: Australian national University, 1991: 46.

Vaughn, Bruce dan Thomas Lum, “Australia: Background and U.S. Relations,” (Jurnal

Online), tersedia di; https://fas.org/sgp/crs/row/RL33010.pdf; internet; diunduh pada

20 Maret 2019.

Dibb, Paul. “Will America’s Alliances in the Asia-Pacific Region Endure?”. Working Paper

No.345.Canberra: Strategic and Defense Studies Centre, 2000, 33.

Page 101: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xx

U.S. Department of State, “U.S. Relations with Australia”, (Database Online), tersedia di;

https://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2698.htm; internet; diakses pada 20 Maret 2019.

Department of Health - Australian Government, “Australia-United States Free Trade

Agreement," (Database Online), tersedia di: https://www.tga.gov.au/form/australia-

united-states-free-trade-agreement; internet; diakses pada 22 Maret 2019.

Department of Foreign Affairs and Trade – Australian Government, “Australia – Unites

States FTA,” (Database Online), tersedia di ; https://dfat.gov.au/trade/agreements/in-

force/ausfta/Pages/australia-united-states-fta.aspx; internet; diakses pada 22 Maret

2019.

Becket, George, “The U.S. – Australia Free Trade Agreement”, (Database Online), tersedia

di;

https://web.archive.org/web/20041020041049/http://www.ustr.gov/assets/Trade_Agre

ements/Bilateral/Australia_FTA/Reports/asset_upload_file298_3385.pdf; internet;

diunduh pada 23 Maret 2019.

USAID dan AUSAID, "Memorandum of Understanding on International Development

Cooperation,” (Database Online), tersedia di; https://dfat.gov.au/about-

us/publications/Documents/mou-unitedstates.pdf; diakses pada 20 Maret 2019.

Loewenstein, Antony,” Australlia’s Refugee Policies: A Global Inspiration for all the Wrong

Reasons,”, tersedia di;

https://www.theguardian.com/commentisfree/2016/jan/18/australias-refugee-policies-

a-global-inspiration-for-all-the-wrong-reasons; internet; diakses pada 22 Maret 2019.

National Musseum Australia, “Defining Moments – Tampa Affair,” (Database Online),

tersedia di; https://www.nma.gov.au/defining-moments/resources/tampa-affair;

internet; diakses pada 22 Maret 2019.

Broom, Fiona, “Has the ‘Pacific Solution’ solved anything in Australia?”, Al-Jazeera

Page 102: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xxi

News, (Berita Online), tersedia di;

https://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2014/03/pacific-solution-solved-austral-

201433113844238975.html; internet; diakses pada 23 Maret 2019.

Manne, Robert,” This pains me, but it's time to compromise on Australia's cruel asylum

seeker policy,” The Guardian, (Berita Online), tersedia di:

https://www.theguardian.com/australia-news/2018/sep/23/this-pains-me-but-its-time-

to-compromise-on-australias-cruel-asylum-seeker-policy; internet: diakses pada 22

Maret 2019.

Johnston, Judy dan Guy Callender, “One Impact of 9/11 in the Australian Context:

Government's Public Management Response to Asylum Seekers”, Administrative

Theory & Praxis, Vol. 24, No. 3 (Sep., 2002), pp. 601-606, (Buku Online), tersedia di;

http://www.jstor.org/stable/25611606; internet; diakses pada 22 Maret 2019.

Ritzen; Yarno, “Refugees in Limbo as Manus Detention Centre Shuts,” Al-Jazeera News, 31

Oktober 2017, (Berita Online), tersedia di;

https://www.aljazeera.com/news/2017/10/refugees-limbo-manus-detention-centre-

shuts-171030211900096.html; internet; diakses pada 25 Maret 2019.

Andrew dan Renata. Factsheet- The Australia United States Refugee Resettlement Deal.

Kaldor Centre for International Refugee Law. UNSW Sydney. updated April 2019.

Karp, Paul dan Paul Farrel, “Refugees Held in Australian Offshore Detention to be Resettled

in US”, The Guardian, 13 November 2016, (Berita Online), tersedia di:

https://www.theguardian.com/australia-news/2016/nov/13/refugees-held-in-

australian-offshore-detention-to-be-resettled-in-us; internet; diakses pada 22 Maret

2019.

Page 103: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xxii

Editor Ensiklopedia Britannica, “Executive Agreement”, (Artikel Online) tersedia di;

https://www.britannica.com/topic/executive-agreement; internet; diakses pada 20

April 2019.

Congressional Research Service Library of Congress, “Treaties and Other International

Agreements: The Role of The United States Senate,” Januari 2001, (Database Online),

tersedia di; https://www.govinfo.gov/content/pkg/CPRT-106SPRT66922/pdf/CPRT-

106SPRT66922.pdf; internet; diunduh pada 10 Mei 2019.

Krutz, Glen .S dan Jeffrey S. Peake, “Treaties and Executive Agreements: a History”, Treaty

Politics and the Rise of Executive Agreements- International Commitments in a

System of Shared Powers," (The University of Michigan Press, 2009), (Buku Online),

tersedia di: https://www.press.umich.edu/pdf/9780472116874-ch1.pdf; internet;

diunduh pada 10 Mei 2018.

Elizabeth Goitein. The New Era of Secret Law. New York: Brennan Center For Justice. 2016.

Miller, Greg, Julie Vitkovskaya dan Reuben Fischer-Baum, “This Deal Will Make Me Look

Terrible’: Full transcripts of Trump’s calls with Mexico and Australia,”The

Washington Post, 3 Agustus 201, (Berita Online), tersedia di:

https://www.washingtonpost.com/graphics/2017/politics/australia-mexico-

transcripts/?utm_term=.67fc9e8de533; internet; diakses pada 18 Maret 2019.

Parliament of Australia, “Chapter 4,”(Database Online), tersedia di:

https://www.aph.gov.au/Parliamentary_Business/Committees/Senate/Legal_and_Con

stitutional_Affairs/NauruandManusRPCs/Report/c04; internet; diakses pada 10 Mei

2019.

Packham, Colin “Exclusive: U.S. starts’extreme vetting’ at Australia’s offshore detention

centers,” tersedia di; https://www.reuters.com/article/us-usa-trump-australia-refugees-

idUSKBN18J0GA; internet; diakses pada 10 Mei 2019.

Page 104: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xxiii

Refugee Council, “Offshore Processing Statistics,” (Jurnal Online), tersedia di;

https://www.refugeecouncil.org.au/operation-sovereign-borders-offshore-detention-

statistics/4/; internet; diakses pada 11 Mei 2018.

Nuechterlein, Donald E. United States National Interest in a Changing World. Lexington:

The University Press of Kentucky, 2015.

"National Security Strategy of the United States of America,"(Database Online), tersedia di;

https://www.whitehouse.gov/wp-content/uploads/2017/12/NSS-Final-12-18-2017-

0905.pdf; internet; diakses pada 11 Mei 2019

"Executive Order: Border Security and Immigration Enforcement Improvements, Executive

Order," (Database Online), tersedia di; https://www.whitehouse.gov/presidential-

actions/executive-order-border-security-immigration-enforcement-improvements/;

internet; diakses pada 30 April 2019.

Dudley, Stevan, “Transnational Crime in Mexico and Central America: Its Evolution and

Role in International Migration,” November 2012, (Berita Online), tersedia di;

https://www.migrationpolicy.org/research/RMSG-CentAm-transnational-crime;

internet; diunduh pada 23 April 2019.

Yee, Vivian , Kenan Davis, dan Jugal K Patel, “Here’s the Reality About Ilegal Immigrants

in the United States”, 6 Maret 2017, (Berita Online), tersedia dalam

https://www.nytimes.com/interactive/2017/03/06/us/politics/undocumented-ilegal-

immigrants.html; internet; diakses pada 11 Mei 2019.

"ICE Milwaukee arrests 16 during operation targeting criminal aliens," (Berita Online),

tersedia di; https://www.ice.gov/news/releases/ice-milwaukee-arrests-16-during-

operation-targeting-criminal-aliens; internet, diakses pada 11 Mei 2019.

"Presidential Executive Order on Buy American and Hire American, Exexutive Orders," 18

April 2017, (Database Online), tersedia di; https://www.whitehouse.gov/presidential-

Page 105: KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT DALAM PERJANJIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49337...iv ABSTRAK Skripsi ini menganalisis keputusan Amerika Serikat dalam perjanjian

xxiv

actions/presidential-executive-order-buy-american-hire-american/; internet; diakses

30 April 2019.

" President Trump Promotes “Buy American and Hire American” , Fact Sheet, 18 April

2018, (Database Online), tersedia di; https://www.whitehouse.gov/briefings-

statements/president-trump-promotes-buy-american-hire-american/; internet; diakses

pada 11 Mei 2019.

Hanson, Gordon H. The Economic Logic of Ilegal Immigration, Council Ob Foreign Relation

CSR No. 26, April 2007.

Felter, Claire dan Zachary Laub, “Who secures the US border?”,(Artikel Online),

tersedia di; www.cfr.org/backgrounder/us-mexico-border-woes;internet; diakses pada

15 Februari 2019.