keperawatan kritis RR

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan, menyebabkan perubahan indikasi pembedahan. Saat ini pembedahan dilakukan dengan berbagai macam indikasi diantaranya untuk diagnostik, kuratif, rekonstruktif bahkan untuk tujuan paliatif. Pembedahan juga dilakukan sesuai dengan tingkat urgensinya seperti kedaruratan dan elektif. Fase pascaoperatif bisa terjadi kegawatan, sehingga perlu pengamatan serius dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis sampai pengaruh anestesi berkurang dan kondisi umum stabil. Perawat di ruang pemulihan bertanggung jawab memberikan perawatan pada pasien pascaoperatif. Peranan perawat diruang pemulihan sangat diperlukan dalam memberikan bantuan keperawatan dan mengontrol komplikasi dan kembalinya fungsi-fungsi tubuh yang optimal. Hal ini mengharuskan perawat mempunyai pengetahuan yang memadai dalam semua aspek perawatan perioperatif. Association of Operating Room Nursing (AORN), menyatakan bahwa tanggung jawab perawat perioperatif tidak berakhir dengan penutupan luka dan pemasangan balutan. Langkah- 1

description

KEPERAWATAN KRITIS RR

Transcript of keperawatan kritis RR

Page 1: keperawatan kritis RR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan, menyebabkan perubahan indikasi

pembedahan. Saat ini pembedahan dilakukan dengan berbagai macam indikasi

diantaranya untuk diagnostik, kuratif, rekonstruktif bahkan untuk tujuan paliatif.

Pembedahan juga dilakukan sesuai dengan tingkat urgensinya seperti kedaruratan dan

elektif.

Fase pascaoperatif bisa terjadi kegawatan, sehingga perlu pengamatan serius

dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis sampai pengaruh anestesi berkurang

dan kondisi umum stabil. Perawat di ruang pemulihan bertanggung jawab

memberikan perawatan pada pasien pascaoperatif. Peranan perawat diruang

pemulihan sangat diperlukan dalam memberikan bantuan keperawatan dan

mengontrol komplikasi dan kembalinya fungsi-fungsi tubuh yang optimal. Hal ini

mengharuskan perawat  mempunyai pengetahuan yang memadai dalam semua aspek

perawatan perioperatif.

Association of Operating Room Nursing (AORN), menyatakan bahwa tanggung

jawab perawat perioperatif tidak berakhir dengan penutupan luka dan pemasangan

balutan. Langkah-langkah tindakan keamanan dan tindakan keperawatan harus

berlangsung terus menerus selama tahap pascaoperatif.

Ruang pemulihan mempunyai angka cidera dan tuntutan pengadilan yang tinggi

dibanding area lain dirumah sakit. Periode pemulihan pasca anestesi sangat

tergantung pada perawatan pascaoperatif di ruang pemulihan, resiko ini berkurang

jika perawatan pascaoperatif di ruang pemulihan dilakukan secara optimal sampai

pasien sadar sepenuhnya. Penatalaksanaan pascaoperatif dan pemulihan dari anestesi

sangat memerlukan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan yang profesional.

1

Page 2: keperawatan kritis RR

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Ruang Recovery?

1.2.2 Apa Syarat Ruangan RR?

1.2.3 Apa Tugas Perawat di Ruang Recovery?

1.2.4 Bagaimana kriteria pasien yang diperbolehkan keluar dari RR?

1.2.5 Bagaimana Pengkajian B6?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui Pengertian Ruang Recovery

1.3.2 Untuk mengetahui Syarat Ruangan RR

1.3.3 Untuk mengetahui Tugas Perawat di Ruang Recovery

1.3.4 Untuk mengetahui kriteria pasien yang diperbolehkan keluar dari RR

1.3.5 Untuk mengetahui Pengkajian B6

2

Page 3: keperawatan kritis RR

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ruang Recovery

Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah,

dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila

timbul keadaan gawat pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan.

Selama belum sadar betul, klien dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi,

klien diberikan perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh perawat yang

berkompeten di bidangnya (ahli dan berpengalaman).

Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat

yang tidak berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus

berada di RR. Sirkulasi udara harus lancar dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila

perlu dipasang AC.

Bila pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus,

perafasan lancar-adekuat dan kesadaran sudah mencukupi (lihat Aldered Score),

barulah klien dipindahkan ke kamarnya semula (bangsal perawatan).

2.2 Syarat Ruangan RR

- Tenang, bersih dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan

- Warna ruangan lembut dan menyenangkan

- Pencahayaan tidak langsung

- Plafon kedap suara

- Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara (ex : karet pelindung

tempat tidur supaya tidak mengeluarkan suara saat terbentur)

- Tersedia peralatan standart : alat bantu pernafasan; oksigen, laringoskop, set

trakeostomi, peralatan bronkial, kateter, ventilator mekanis dan perlatan suction)

3

Page 4: keperawatan kritis RR

- Peralatan kebutuhan sirkulasi : aparatus tekanan darah, peralatan parenteral,

plasma ekspander, set intravena, defibrilator, kateter vena, dan tourniquet

- Balutan bedah, narkotik dan medikasi kedaruratan

- Set kateterisasi dan peralatan drainage

- Tempat tidur pasien yang dapat diakses dengan mudah, aman dan dapat

digerakkan dengan mudah

- Suhu ruangan berkisar antara 20 –22o C dengan ventilasi ruangan yang baik

2.3 Tugas Perawat di Recovery Room

Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernafasan setiap 15 menit, lalu

setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya. Setelah itu bila keadaan tetap baik,

pemeriksaan dapat diperlambat. Bila tidak ada petunjuk khusus, lakukan setiap 30

menit. Laporkan pula bila ada tanda-tanda syok, perdarahan dan menggigil.Infus,

kateter dan drain yang terpasang perlu juga diperhatikan. Jagalah agar saluran

pernafasan tetap lancar. Klien yang muntah dimiringkan kepalanya, kemudian

bersihkan hidung dan mulutnya dari sisa muntahan. Bila perlu, suction sisa muntahan

dari tenggorokan.

Klien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidakmenyumbat saluran

pernafasan. Bila perlu, pasang bantal di bawah punggung, sehingga kepala berada

dalam sikap mendongak. Pada klien dengan laparatomi, tekuk sedikit lututnya agar

perut menjadi lemas dan tidak merenggangkan jahitan luka.

Usahakan agar klien bersikap tenang dan rileks.Tidak perlu segan untuk

melaporkan semua gejala yang perawat anggap perlu untuk mendapatkan perhatian,

termasuk gejala yang “tampaknya” tidak berbahaya.

4

Page 5: keperawatan kritis RR

2.4 Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room

Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan bila criteria berikut sudah bisa dipenuhi :

- Gejala vital stabil dan fungsi respiratori serta sirkulatori sempurna.

- Pasien sudah bangun atau mudah bangun dan bisa memanggil bila ada keperluan.

- Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi dengan cermat dan terkendali.

- Setelah anastesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah pulih kembali

pada daerah yang terkena anastesi.

- Klien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik, fungsi ventilasi yang baik,

nyeri dan mual minimal, pengeluaran urin yang adekuat, dan cairan elektrolitnya

seimbang.

- Pasien-pasien yang sakit akut yang memerlukan supervise ketat dipendahkan ke

unit intensif. Banyak pasien dipindahkan ke unit klinis. Unit diberi tahu bahwa

akan datang pasien dan semua informasi yang tepat mengenai status pasien

dikomunikasikan pada perawat yang akan meneruskan asuhan keperawatan pasca

bedah. Perawat dari ruang pemulihan membuat ringkasan tentang catatan

sebelum pasien meninggalkan ruang pemulihan.

2.5 Pengkajian B6

Pengkajian adalah usaha untuk mengumpulkan data-data sesuai dengan

respon klien baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, wa wacara,

observasi dan dokumentasi secara bio-psiko-sosio-spiritual.

Pada saat melakukan pengkajian di ruang pulih, agar lebih sistematis dan

lebih mudah dapat dilakukan monitoring B6 yaitu :

2.5.1 Breath (nafas) : sistem respirasi

Pasien yang belum sadar dilakukan evaluasi seperti pola nafas, tanda-

tanda obstruksi, pernafasan cuping hidung, f rekuensi nafas, pergerakan

rongga dada: apakah simetris atau tidak, suara nafas tambahan: apakah

5

Page 6: keperawatan kritis RR

tidak ada obstruksi total , udara nafas yang keluar dari hidung, sianosis

pada ekstremitas, auskultasi: adanya wheezing atau ronki , saat pasien

sadar: tany akan adakah keluhan pernafasan, jika tidak ada keluhan: cukup

diberikan O2, jika terdapat tanda-tanda obstruksi : diberikan terapi sesuai

kondisi (aminofilin, kortikosteroid, tindakan triple manuver airway).

2.5.2 Blood (darah): sistem kardiovaskuler

Pada sistem kardiovaskuler dinilai tekanan darah, nadi, perfusi perifer,

status hidrasi (hipotermi ± syok) dan kadar Hb. Pasien beresiko mengalami

komplikasi kardiovaskular akibat kehilangan darah secara actual atau resiko

dari tempat pembedahan, efek samping anestesi, ketidakseimbangan elektrolit,

dan depresi mekanisme regulasi sirkulasi normal.

Pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang teliti serta pengkajian

tekanan darah menunjukkan status kardiovaskular pasien. Perawat

membandingkan TTV praoperatif dengan pascaoperatif, dokter harus

diberitahu jika tekanan darah pasien terus menurun dengan cepat pada setiap

pemeriksaan atau jika kecepatan denyut jantung menjadi semakin tidak

teratur. Perawat mengkaji perfusi sirkulasi dengan melihat warna dasar kuku

Masalah kardiovaskuler yang sering terjadi adalah perdarahan. Kehilangan

darah terjadi secara eksternal melalui drain atau insisi, atau secara  internal

pada luka bedah. Perdarahan dapat mengakibatkan turunnya tekanan darah,

meningkatnya kecepatan denyut jantung dan pernafasan, denyut nadi lemah,

kulit dingin, lembab, pucat, serta gelisah. Apabila perdarahan terjadi secara

eksternal, maka perawat memperhatikan adanya peningkatan drainase yang

mengandung darah pada balutan atau melalui drain. Apabila balutan basah ,

maka darah mengalir kesamping pasien dan berkumpul di bawah seprai

tempat tidur. Perawat yang waspada selalu memeriksa adanya drainase di

6

Page 7: keperawatan kritis RR

bawah tubuh pasien, apabila perdarahan terjadi secara internal , maka tempat

pembedahan menjadi bengkak dan kencang.

Komplikasi  Kardiovaskular

Hipertensi dapat disebabkan karena nyeri akibat pembedahan, iritasi

pipa trakea, cairan infus berlebihan, buli-buli penuh atau aktivasi saraf

simpatis karena hipoksia, hiperkapnea dan asidosis. Hipertensi akut

dan berat yang berlangsung lama akan menyebabkan gagal ventrikel

kiri, infark miokard, disritmia, edema paru atau pendarahan otak.

Terapi hipertensi ditujukan pada faktor penyebab dan kalau perlu

dapat diberikan klonidin (catapres) atau nitroprusid (niprus) 0,5 ± 1,0

µg/kg/ menit.

Hipotensi yang terjadi karena isian balik vena (venous return) menurun

disebabkan pendarahan, terapi cairan kurang adekuat, diuresis,

kontraksi miokardium kurang kuat atau tahanan veskuler perifer

menurun. Hipotensi harus segera diatasi untuk mencegah terjadi

hipoperfusi organ vital yang dapat berlanjut dengan hipoksemia dan

kerusahan jaringan. Terapi hipotensi disesuaikan dengan

faktor penyebabnya. Berikan O2 100%dan infus kristaloid RL atau

Asering 300-500 ml.

Distritmia yang terjadi dapat disebabkan oleh hipokalemia, asidosis-

alkalosis,hipoksia, hiperkapnia atau penyakit jantung.

2.5.3 Brain (Otak): Sistem Ssp

Pada sistem saraf pusat dinilai kesadaran pasien dengan GCS (Glasgow

Coma Scale) dan perhatikan gejala kenaikan TIK.

7

Page 8: keperawatan kritis RR

2.5.4 Bladder (kandung kemih): sistem urogenitalis

Pada sistem urogenitalis diperiksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan

urine, untuk menilai: apakah pasien masih dehidrasi, apakah ada kerusakan

ginjal saat operasi, gagal ginjal akut (GGA).

2.5.5 Bowel (Usus): Sistem Gastrointestinalis

Pada sistem gastrointestinal diperiksa: adanya dilatasi lambung, tanda-

tanda cairan bebas, distensi abdomen, perdarahan lambung pasca-operasi,

obstruksi atau hipoperistaltik, gangguan organ lain, misalnya: hepar, lien,

pancreas, dilatasi usus halus. Pada pasien operasi mayor sering

mengalami kembung yang mengganggu pernafasan, karena pasien bernafas

dengan diafragma.

2.5.6 Bone (Tulang): Sistem Musculoskeletal

Pada sistem musculoskletal dinilai adanya tanda-tanda sianosis, warna

kuku, perdarahan post operasi, gangguan neurologis: gerakan ekstremitas.

8

Page 9: keperawatan kritis RR

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.

Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi

pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan

pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu

pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.

3.2 Saran

Bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan post

operatif harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari

asuhan keperawatan pada klien dengan post operatif ini yang perlu ditekankan.

9

Page 10: keperawatan kritis RR

DAFTAR PUSTAKA

10