Keperawatan Komunitas Mc Ferlene
description
Transcript of Keperawatan Komunitas Mc Ferlene
MODEL KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS
MENURUT MC. FARLANE
DisusunOleh :
KELAS 3.A1
1. Ayunda Amalia (P.17420113005)
2. Maulida Fitri Kamalia (P.17420113019)
3. Nicke Suprapto (P.17420113021)
4. Reny Tjahja Hidayati (P.17420113025)
5. Rindu Yulian Putra (P.17420113027)
6. Sigit Apriliyani (P.17420113030)
7. Yushita Septiana (P.17420113039)
PRODI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2015
TEORI KEPERAWATAN KOMUNITAS MENURUT
MC. FARLANE
Pada awalnya Anderson dan Mc Farlane (1996) menggunakan model
“comunity as client”. Pada tahun 2000 model disempurnakan menjadi “community
as partner” yaitu fokus pada pemberdayaan masyarakat. Model tersebut
membuktikan ada hubungan yang sinergi dan setara antara perawat dan klien
Keperawatan komunitas bertujuan memandirikan masyarakat dalam
menanggulangi masalah kesehatan sendiri. Kegiatan dilakukan secara
berkesinambungan atau berkelanjutan menggunakan metode proses keperawatan
komunitas yang dilakukan melalui lima tahap yaitu pengkajian, analisis data dan
diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Anderson & Mc
Farlane, 2000).
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi,
nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi dan rekreasi. Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung,
penggunaan data statistik, angket, wawancara dengan tokoh masyarakat, tokoh
agama dan aparat pemerintah.
2. Analisis data dan diagnosis keperawatan
Dari hasil pengkajian diperoleh data-data yang kemudian dianalisis untuk
mengetahui stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang
muncul dalam masyarakat tersebut. Selanjutnya dirumuskan masalah dan
diagnosiskan keperawatan menurut Mueke (1987), yang terdiri dari : a) Masalah
sehat-sakit. b) Karakteristik populasi. c) Karakteristik lingkungan.
3. Perencanaan (intervensi)
Strategi intervensi dalam keperawatan komunitas mencakup partnership,
locality devepment, health education dan empowerment melaui pendidikan
kesehatan, kerjasama dan proses kelompok, serta mendorong peran serta
masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi. Tujuan akhir
perencanaan komunitas adalah menumbuhkan kemandirian masyarakat, maka
diperlukan pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk membuat perubahan.
4. Pelaksanaan (implementasi)
Pelaksanaan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tiga tingkatan
pencegahan (Anderson & Mc. Farlane, 2000) yaitu : pencegahan primer, skunder,
dan tersier.
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat pencegahan
(Anderson dan Mc farlene, 1985), yaitu:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau disfungsi dan
diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya, mencakup pada kegiatan kesehatan
secara umum dan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan
penyuluhan gizi, imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang tepat
untuk menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek waktu
sakit dan tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi intervensi segera
terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai balita.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada pengembalian
individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga.
Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya kecacatan atau ketidakmampuan yang
menetap bertujuan untuk mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses
penyakit. (dikutip dari makalah Ns.Nurhayati,M.Kep, prodi D III keperawatan RSIJ
FKK universitas Muhammadiyah Jakarta)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas terhadap program kesehatan yang
dilaksanakan meliputi masukan (input), pelaksanaan (process), hasil (output).
Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah : a)
Relevansi antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan. b) Perkembangan atau
kemajuan proses : apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran staf
atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta. c) Efisiensi biaya :
pencarian sumber dana dan pengunaannya. d) Efektifitas kerja : tujuan tercapai dan
apakah klien atau masyarakat puas. e) Dampak : apakah status kesehatan meningkat
setelah dilakukan intervensi.
TEORI DAN MODEL YANG MENDASARI PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA TUBERCULOSIS PARU
Peran perawat dalam penanggulangan penyakit menular khususnya penyakit
Tuberkulosis dengan menerapkan asuhan keperawatan menggunakan model
keperawatan. Model Community As Partnermerupakan salah satu model yang dapat
diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada populasi dengan
tuberkulosis. Model ini diterapkan karena menyediakan struktur intervensi
keperawatan yang komprehensif, memberikan wawasan profesi lain dalam
memberikan pelayanan yang lebih menyeluruh.
Kaitan keperawatan komunitas dengan teori dan model Community As
Partner denganHealth Believe Model pada penanggulangan TBC:
Model community as partner dari Anderson & McFarlane (2000) merupakan
pengembangan dari model Neuman, dengan fokus komunitas sebagai partner dan
proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai sistem
terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.
Sistem klien dapat individu, keluarga atau kelompok dan komunitas. Klien
dikatakan dalam keadaan sehat jika mereka mampu mempertahankan keseimbangan
yang dinamis. Neuman mengungkapkan bahwa untuk melindungi klien dari berbagai
stressor yang dapat mengganggu keseimbangan , maka klien memiliki tiga garis
pertahanan, yaitu; garis fleksibel (flexible line of defense), garis pertahanan normal
(normal line of defense), dan garis resisten (resistance defense). Selanjutnya aplikasi
proses keperawatan model community as partner dijeaskan secara berturut-turut.
Pengkajian terdiri dari dua bagian utama yaitu inti komunitas (core) dan delapan
sub sistem yang melingkupinya. Inti komunitas menjelaskan kondisi penduduk yang
dijabarkan dalam demografi, nilai dan kepercayaan, serta riwayat komunitas,
sedangkan delapan subsistem meliputi lingkungan fisik, pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi. Komponen lingkungan fisik yang dikaji meliputi; luas daerah,
denah atau peta wilayah, iklim, jumlah dan kepadatan penduduk. Lingkungan fisik
juga dapat dikaji melalui wienshield survey.
Data yang dikaji dari subsistem pelayanan kesehatan dan sosial meliputi fasilitas
di dalam komunitas dan di luar komunitas. Pelayanan kesehatan meliputi; jenis
pelayanan, sumber daya, karakteristik pemakai, statistik, bayaran, jam pelayanan,
keadekuatan, ketercapaian, diterima atau tidak oleh komunitas. Pelayanan social
dapat meliputi; pelayanan konseling, panti wredha bagi lansia, pusat belanja, dan
lain-lain yang merupakan sistem pendukung bagi komunitas dalam menyelesaikan
masalah kesehatan. Pengkajian pelayanan kesehatan dan sosial juga meliputi
kebijakan dari pemerintah setempat terhadap kedua pelayanan tersebut.
Pada subsistem ekonomi dikaji pendapatan penduduk, jumlah penduduk miskin,
adakah industri, took/pusat perbelanjaan dan tempat komunitas bekerja. Komponen
ini mengarahkan pada kemudahan komunitas memperoleh bahan makanan, dan lain
sebagainya. Komponen politik dan pemerintahan dikaji tentang; situasi politik dan
pemerintahan di komunitas, peraturan dan kebijakan pemerintah daerah terhadap
komunitas, adakah program kesehatan yang ditujukan kepada peningkatan kesehatan
komunitas.
Keterkaitan model Health Belief Modeldengan model Comunity As
partner adalah pada pengkajian terhadap keputusan populasi untuk mulai
bertindak menghindari TBC dengan melihat motivasi yang mendorong meliputi :
a. Kepekaan yang dirasakan terhadap penyakit
Bagaimana kemampuan populasi dalambertindak untuk mengobati atau
mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit TBC
Dengan perkataan lain, suatu tindakan pencegahan terhadap penyakit TBC akan
timbul bila masyarakat telah merasakan bahwa individu atau keluarganya rentan
terhadap penyakit TBC.
b. Keparahan penyakit yang dirasakan
Tindakan populasi dalam mencari pengobatan dan pencegahan penyakit TBC
akan didorong oleh keseriusan penyakit TBC terhadap individu atau masyarakat.
c. Manfaat-manfaat yang dirasakan untuk mentaati tindakan-tindakan yangdiusulkan
Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap
serius, ia akan melakukan tindakan tertentu. Tindakan ini tergantung pada manfaat
yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan
tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan-
rintangan yang mungkin ditemukan didalam melakukan tindakan tersebut. Persepsi
terhadap penghalang atau rintangan untuk mengambil tindakan, termasuk, ketakutan,
nyeri, biaya, keadaan yang memalukan, dan tidak menyenangkan.
Faktor – faktor yang lebih lanjut dimodifikasi dalam HBM dan Comunity As
partner adalah; Faktor-faktor demografis seperti usia, seks,ras, dan
etnis, Sociopsychological faktor seperti kelas sosial, panutan, tekanan, dan sikap-
sikap terhadap personil pelayanan kesehatan dan Faktor-faktor struktural seperti
pengalaman pribadi dengan penyakit dan pengetahuan tentang penyakit
Isyarat tindakan dapat juga memodifikasi perilaku, ini bisa internal, seperti
mengidentifikasi gejala-gejala dari penyakit.Untuk mendapatkan tingkat penerimaan
yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka
diperlukan isyarat-isyarat yang berupa factor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut,
misalnya pesan-pesan media massa, nasihat atau anjuran kawan atau anggota
keluarga lain, dan sebagainya.Pengkajian subsistem komunikasi diarahkan pada
bagaimana biasanya komunitas memperoleh informasi tentang kesehatan, adakah
perkumpulan atau wadah bagi komunitas sebagai sarana untuk mendapatkan
informasi, dari siapa komunitas memperoleh banyak informasi tentang kesehatan dan
adakah sarana komunikasi formal dan informal. Komponen pendidikan meliputi;
fasilitas pendidikan yang ada di komunitas, jenis pendidikan, tingkat pendidikan,
komunitas yang buta huruf. Untuk subsistem rekreasi diarahkan pada kebiasaan
komunitas berekreasi, aktifitas di luar rumah termasuk dalam mengisi waktu luang
dan jenis rekreasi di wilayah yang dapat dijadikan oleh komunitas.
Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat merumuskan
diagnosis keperawatan. Diagnosis dirumuskan terkait garis pertahanan yang
terancam. Ancaman terhadap garis pertahanan fleksibel akan memunculkan diagnosis
potensial, terhadap garis normal akan muncul diagnosis risiko dan terhadap garis
pertahanan resisten akan muncul diagnosis aktual. Tahap berikutnya setelah
merumuskan diagnosis keperawatan komunitas adalah menyususn perencanaan.
Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana
tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi
atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk meperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan
tertier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & Mc Farlane, 2000)
Langkah selanjunya setelah perencanaan adalah impelementasi. Implementasi
keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas dengan
menggunakan strategi; proses kelompok, pendidikan kesehatan, kerjasama
(partnership) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Melalui proses
kelompok perawat melakukan implementasi dengan memperhatikan peraturan,
keterpaduan, kepemimpinan dan kekuatan dalam kelompok tersebut. Sedangkan
pendidikan kesehatan merupakan aktivitas yang langsung bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan dan aktualisasi komunitas melalui perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan.Partnership atau kerjasama, perawat menjalin hubungan yang
baik dan mutual dengan klien dan pihak-pihak terkait lainnya. Pemberdayaan
masyarakat dalam hal ini perawat komunitas menjadikan klien sebagai subyek dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat menggali dan meningkatkan potensi
komunitas untuk dapat mandiri dalam memeliharan kesehatannya.
Pemberdayaan adalah suatu proses pemberian daya atau kemampuan dari pihak
yang mempunyai kemampuan kepada pihak yang belum berdaya atau kurang
berdaya (Sulistiyani, 2004). Pemberdayaan mempunyai tujuan agar mempunyai
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian dalam berpikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang dilakukan individu, keluarga, kelompok dan kumunitas
(Watkins, Edwards & Gastrell, 2003; Sulistiyani, 2004).
Pemberdayaan pada komunitas dapat dilakukan dalam dua tingkat. Pada tingkat
pertama, individu yang merupakan bagian dari suatu komunitas berupaya untuk
meningkatkan dukungan sosial. Tingkat kedua, pemberdayaan yang dilakukan pada
tatanan komunitas, sehingga membuat komunitas menjadi lebih mampu bekerja
efektif selama perubahan yang dilakukan dan memberikan solusi penyelesaian pada
masalah-masalah yang berkontribusi terhadap peran sehat-sakit (Helvie, 1998).
Melihat dari uraian model diatas maka masalah keperawatan komunitas yang
bisa muncul pada asuhan keperawatan komunitas pada populasi dengan masalah
TBC adalah : Resiko tinggi terjadi penularan TBC pada anggota masyarakat, Resiko
tinggi terjadi kegagalan pengobatan (drop out), dan resiko tinggi terjadi gangguan
nutrisi.
Family Centre Nursing dengan Masalah TBC
Keperawatan kesehatan keluarga adalah keperawatan kesehatan masyarakat yang
dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat dengan tujuan
keluarga sehat melalui asuhan keperawatan. Kemitraan dan pemberdayaan
masyarakat serta pemberdayaan keluarga merupakan hal penting dalam
meningkatkan perilaku hidup sehat anggota keluarga. Keluarga merupakan unit
terkecil di dalam masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Oleh karena itu bila keluarga berperilaku hidup sehat tentu akan terwujud
masyarakat atau komunitas sehat dan sebaliknya (Friedman, 1998).
Friedman (1998) mengemukakan bahwa asuhan keperawatan keluarga berfokus pada
keluarga sebagai klien. Dalam teori ini dijelaskan bahwa keluarga dipandang sebagai
sistem yang berinteraksi satu sama lain, berfokus pada dinamika hubungan internal
keluarga, struktur dan fungsi keluarga dan adanya hubungan saling ketergantungan
antara subsistem keluarga secara keseluruhan serta keluarga dengan lingkungannya.
Karena keluarga sebagai system, maka bila salah satu anggota keluarga mengalami
suatu masalah akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain serta stabilitas dalam
keluarga tersebut. Dengan asuhan keperawatan keluarga diharapkan keluarga akan
sehat sehingga pada akhirnya berpengaruh pada status kesehatan pada komunitas
karena keluarga merupakan subsitem dari suatu komunitas.
Terwujudnya keluarga sehat dan masyarakat yang sehat, akan mempercepat cita-cita
terwujudnya Indonesia Sehat 2010. Secara konseptual pada hakekatnya Indonesia
Sehat 2010 ini akan dapat dicapai apabila seluruh masyarakat Indonesia sadar atau
tahu, mau, dan mampu untuk berperilaku hidup sehat. Sedangkan perilaku sehat
adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
risiko terjadinya penyakit, dan melindungi diri dari ancaman penyakit. Dengan
demikian mutlak perlu dilaksanakan asuhan keperawatan keluarga dalam konteks
praktik keperawatan profesional.
Tujuan keperawatan keluarga adalah sebagai upaya untuk meningkatkan status
kesehatan keluarga secara menyeluruh (komprehensif) beserta anggota keluarganya
melalui pemberdayaan sumber-sumber atau potensi yang ada dalam keluarga
(Friedman, 1998). Sumber-sumber tersebut meliputipenggunaan kekuatan-kekuatan
yang ada termasuk sumber perawatan diri, sistem pendukung dalam keluarga ,
sumber-sumber bantuan fisik serta sumber-sumber yang ada di komunitas.
Karakteristik dasar dari layanan keperawatan pada populasi
- Community orientation : proses yang secara aktif dibentuk oleh pengalaman
unik, pengetahuan, kepedulian, nilai, keyakinan dan budaya masyarakat
- Population focus : menggambarkan bahwa perawat menggunakan keterampilan
berbasis populasi seperti epidemiologi, penelitian dalam pengkajian
komunitas,dan pengorganisasian komunitas sebagai dasar intervensi.
Relationship based care
- Mempertahankan timbal balik, hubungan keperawatan dengan komunitas
- Mendengarkan komunitas, dialog partisipatori dan refleksi kritis
- Melibatkan elemen sosio politik dari praktik seperti advokasi,pemberdayaan
komunitas dan perubahan untuk bertindak
Digunakan untuk menggambarkan keperawatan kesehatan komunitas sebagai
sintesa dari kesehatan masyarakat dan keperawatan
Ada dua factor sentral pada model komunitas sebagai klien :
- Fokus pada komunitas sebagai mitra
- Penggunaan proses keperawatan
Area pengkajian keluarga menurut Friedman (1998) meliputi identifikasi data
sosiokultural, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan strategi
koping keluarga. Sedangkan pengkajian terhadap anggota keluarga secara individual
meliputi pemeriksaan fisik, mental, emosional, sosial, budaya dan spiritual. Metode
pengkajian yang digunakan baik melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan
fisik secara cermat dan teliti dengan melibatkan klien.
Diagnosis keperawatan keluarga merupakan eksistensi dari diagnosis
keperawatan pada sistem keluarga dan subsistemnya. Diagnosis keperawatan dapat
dikembangkan dari teori keperawatan atau mempergunakan diagnosis yang
dikembangkan dari North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) yang
didasarkan dari kesimpulan hasil pengkajian keperawatan.
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, perawat menyusun perencanaan
intervensi keperawatan guna menyelesaikan masalah tersebut. Perencanaan disusun
bersama keluarga dengan melibatkan seluruh anggota keluarga dalam unit pelayanan.
Perencanaan diarahkan pada penyelesaian masalah dimana keluarga akan memilih
jenis intervensi keperawatan yang diyakini akan menyelesaikan masalahnya dan akan
diterima, didukung dan dipelihara. Peran keluarga akan sangat dibutuhkan bila
keluarga tidak mampu membuat pilihan. Perencanaan asuhan keperawatan keluarga
diharapkan mampu mendorong kearah kemandirian keluarga. Perencanaan
keperawatan meliputi penetapan tujuan , rencana tindakan dan rencana evaluasi.
Setelah ditetapkan rencana keperawatan, langkah selanjutnya adalah
implementasi keperawatan. Implementasi merupakan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan, yang difokuskan pada 5 (lima) tugas kesehatan keluarga. Implementasi
keperawatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang ada dan selama implementasi
perawat perlu memperhatikan respon verbal dan non verbal keluarga. Beberapa
hambatan dalam implementasi keperawatan adalah keluarga menolak, merasa bukan
masalah yang harus segera ditangani, sumber daya yang terbatas dan faktor budaya
yang sangat berperan.
Setelah implementasi dilaksanakan, langkah selanjutnya melakukan evaluasi
sesuai dengan tujuan khusus yang telah dirumuskan. Evaluasi ini didasarkan pada
efektifnya intervensi keperawatan yang berpatokan pada hasil yang telah dicapai oleh
keluarga dan anggota keluarga. Hasil evaluasi merupakan bentuk tingkat
kemandirian keluarga I, II, III, dan IV (Depkes RI, 1997).