KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK...

79
KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK MENURUT HUSEIN MUHAMMAD SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: AHMAD ZARKASIH NIM: 1112043100025 PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Transcript of KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK...

Page 1: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK MENURUT HUSEIN MUHAMMAD

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

AHMAD ZARKASIH NIM: 1112043100025

PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis
Page 3: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis
Page 4: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis
Page 5: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

ABSTRAK

Ahmad Zarkasih. 1112043100025. “KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK MENURUT HUSEIN MUHAMMAD. Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pandangan imam madzhab tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis pendapat ulama kontemporer tentang kepemimpinan wanita dalam Islam.

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menelaah buku-buku yang berkaitan dengan pokok-pokok permasalahan dari analisis literatur ini dihasilkan data yang dikehendaki untuk ditelaah secara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Menurut Husein Muhammad, wanita dapat menjadi pemimpin berdasarkan pertimbangan kemaslahatan bukan karena alasan jenis kelamin. Sukses dan kegagalan kepemimpinan tidak disebabkan oleh jenis kelamin namun melalui cara-cara kepemimpinan demokratis dan berdasarkan konstitusi, serta perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, bukan kekuasaan tiranik, otoriter dan sentralistik. Oleh karena itu, ayat-ayat Alquran dan hadis nabi yang “terlanjur” dipahami sebagai landasan untuk mensubordinasi wanita harus dipahami ulang melalui perspektif budaya dan sosial. Karena, fakta sejarah menunjukkan beberapa wanita yang sukses dengan gemilang dalam memimpin bangsanya, sebaliknya ditemukan juga kegagalan laki-laki dalam memimpin rakyatnya.

Kata Kunci : Kepemimpinan Wanita, Husein Muhammad,

Pembimbing I : Dr. Supriyadi Ahmad, M.A

Pembimbing II : Sri Hidayati, M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1959 sampai 2018

v

Page 6: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرحمن اللرحيم

Alhamdulillah, puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “ KEPEMIMPINAN WANITA

DALAM RANAH POLITIK DAN SOSIAL MENURUT HUSEIN

MUHAMMAD” dapat diselesaikan dengan baik, meskipun terdapat beberapa

kendala yang dihadapi saat proses penyusunan skripsi ini. Penelitian skripsi ini

tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan

penuh rasa hormat saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada

yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Siti Hana, M.A Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum

dan Hidayatullah, M.H Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Supriyadi Ahmad, M.A dan Sri Hidayati, M.Ag Dosen pembimbing

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya serta

kesabaran dalam membimbing sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penelitian skripsi ini dengan tepat waktu.

4. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Program Studi

Perbandingan Mazhab dan Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk peneliti.

5. Kepala dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Kepala dan Staff Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang tekah menyediakan fasilitas yang memadai guna

vi

Page 7: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Muhammad Zeen dan Ibunda

Rahmawati, segenap keluarga besar Nenek Hj. Aisyah, keluarga besar Alm

kakek H.Yakub dan Nenek Hj Masnun serta Kakanda Irawati, Irfan,

Irman, Syamsyudin, Rahmah,Irma dan Keponakan tersayang Hamizah

Hamim Thohari, Muhammad Gilang, Dini, Zizi, Fajrin,Haekal, Fatya,

7. Pimpinan Pondok Modern Umul Quro’ Al-Islami KH. Helmi Abdul

Mubin, Lc, dan Ibu Fatimah Noor, Ust Syamsul Rizal, Saeful Falah, Ush

Nuril Izzah, Usth Ummu Hafoh

8. Guru-guru tercinta Habib Ainul Yakin Bin Abdurahmman Alqadri, Habib

Abdurahmman Bin Abdullah Alqadri, Ust. Andi, Ust. Anton, Ust. Ujang

Wahab, Ust. H. Ahmad Firdaus, Ust. H. Burhanuddin, Ust Asep Saepudin

Ust. Dede Jamalulail, SH.I. Usth. Rusni, Usth. Solehah, Usth. Aidah. Usth.

Sarah, yang selalu memberika motivasi dan memanjatkan do'a

9. Teman-teman seperjuangan dari SMP sampai di UIN A. Gojali Sahlan,

S.Pd, M. Sulaeman, S.H., Pandi Darmawan, S.E., Endang Jayadi, S.Ag,

Nur Anisa Utami, S.Pd, Rin-Rin Sri Annisa, S.E.,Nur Hamidah S.Pd,

Faisal Ridho S.H dan Khodir, S.Ag.

10. Teman-Teman Seperjuangan Perbandingan Mazhab Fiqih Angkatan 2012,

terimakasih sudah saling menyemangatin dan berdiskusi selama

perjuangan ini, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11. Segenap Abang-abang tercinta, Bapak Rw. 08 Acing Ardiansyah, Ketua

Pemuda Boni, Bagap, Rohim, Syamsudin, bayu, Soni, Sutisna, Jabrik,

Muhammad Abdullah S.E serta Ketua Karang Taruna Persada,

Hendrawan Dacil dan Away.

12. Keluarga Besar 13 IKAPMI UIN JAKARTA dan rekan Alumni Pesantren

Modern Ummul Quro Al-Islami.

13. Sahabat-sahabat Seperjuangan di Tanah Kelahiran Kukupu Rio

Gusdiansyah, Syahrul, Iyus, Andri, Iwan, Angga, iyok, Khairul Uweng,

vii

Page 8: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

Kambuy, Rofki arifin, Abpril Romi, Arif Rifadah S.pd segenap Pemuda/i

Rw.08, Karang Taruna Persada Unit 08, Majelis Taklim Jamiatul Khair,

Nurul Iman, dan Nurul Ummah.

Semoga segala bantuan, partisipasinya, do’a dan budi baik mereka mendapat

ridho dan balasan dari Allah SWT. peneliti berharap semoga penelitian skripsi ini

memberikan manfaat dan dapat dijadikan masukan bagi guru-guru sebagai

referensi untuk penelitian selanjutnya.

Bogor, 2019

Ahmad Zarkasih

viii

Page 9: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................... i PERSETUJUIAN PEMBIMBING.............................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI........................................................ iii LEMBAR PERNYATAAN.......................................................................... iv ABSTRAK..................................................................................................... v KATA PENGANTAR................................................................................... vi DAFTAR ISI.................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................ 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................... 5 D. Metodologi Penelitian......................................................................... 6 E. Review Studi Terdahulu...................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan......................................................................... 10

BAB II KEPEMIMPINAN DAN POSISI WANITA DALAM ISLAM A. Pengertian Kepemimpinan.................................................................. 11 B. Posisi Wanita Dalam Islam................................................................. 19 C. Kesetaraan Gender Dalam Kepemimpinan Menurut Islam................ 26

BAB III KEPEMIMPINAN WANITA DAN BIOGRAFI HUSEIN MUHAMMAD

A. Kepemimpinan Wanita dalam Islam................................................... 33 B. Sejarah Kepemimpinan Wanita di Dunia Islam.................................. 35 C. Biografi Husein Muhammad........................................................... 39

BAB IV PERBANDINGAN KEPEMIMPINAN WANITA MENURUT IMAM MAZHAB DAN ULAMA KONTEMPORER

A. Landasan Berpikir Husein Muhammad.............................................. 49 B. Pandangan Husein Muhammad Tentang Kepemimpinan Wanita...... 51 C. Metode Pemikiran Fiqh Husein Muhammad...................................... D. Dekonstruksi Kemapanan Pemikiran Tentang Kepemimpinan

Wanita.................................................................................................

55

59 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 64 B. Saran-saran.......................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 66

viii

Page 10: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan zaman pada sekarang memberikan pengaruh-pengaruh baru

terhadap hukum-hukum fiqih dalam segala hal. Isu kesetaraan gender menjadi

kontroversi yang baru dalam dunia Islam. Kesetaraan gender merupakan kesamaan

kedudukan sorang laki-laki dengan seorang wanita. Laki-laki dalam segala

kegiatanya tidak terlalu memiliki banyak batasan sedangkan wanita dalam segala

bentuk kegiatanya mempunyai banyak batasan. Salah satu batasan wanita Muslimah

adalah menjadikanya seorang pemimpin atau penguasa dalam sebuah kaum atau

negara.

Secara umum, pendapat yang berkembang dalam fikih tentang keterlibatan

wanita dalam urusan politik terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, pendapat yang

mengatakan bahwa sejak kemunculannya, fikih tidak pernah memperkenankan kaum

wanita untuk terlibat dalam urusan politik. Kedua, keterlibatan politik wanita sudah

diakui dan disahkan sejak kemunculan fikih. Ketiga, persoalan politik bukanlah ranah

agama (fikih), karenanya, politik berada di luar aturan agama (fikih).1 Menurut

Wahjosumidjo untuk mengetahui seluk beluk kepemimpinan, seseorang harus

1Jamalullail, “Hak Berpolitik Seorang Muslimah Perspektif Fiqih Politik”, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 34.

1

Page 11: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

2

mengatahui dan memahami arti dan batasan istilah kepemimpinan.2 Kepemimpinan

adalah kemampuan yang ada pada diri seorang leader yang berupa sifat-sifat tertentu,

seperti: kecerdasaan (intellegence), kemampuan mengawasi (supervisory ability),

inisiatif (inisiative), ketenangan diri (self assurance), dan kepribadian (individuality).3

Kepemimpinan merupakan rangkaian aktivitas pemimpin yang tidak dapat dipisahkan

dengan kedudukan, gaya dan perilaku pemimpin tersebut, serta interaksi antara

pemimpin, pengikut dan situasi.4 Kemudian, menurut George Terry, Kepemimpinan

adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela

untuk mencapai tujuan kelompok. 5

Dalam konsep Islam, seorang pemimipin dianjurkan dari kaum adam (laki-

laki), hal ini menguatkan bahwa laki-laki adalah seorang pemimpin bagi dirinya dan

keluarganya, selain itu pemimpin dari laki-laki mempunyai sidat tegas dan pantang

menyerah. Namun menurut beberapa pendapat ulama ada sebagian yang

memperbolehkan dan yang tidak memperbolehkan adanya wanita sebagai pemimpin

atau penguasa sesuai dengan hujahnya masing-masing. Hukum pemimpin wanita

2Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan: Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis, (Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 237.

3 Soekarso dan Iskandar Putong, Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis, h. 71. Diakses melalui https://books.google.co.id/books?id=g6hxBgAAQBAJ&dq=sifat-sifat+kepemimpinan&hl=id&source=gbs_navlinks_s pada 19 Maret 2019.

4 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan: Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis

5 Akh. Muwafik Saleh, Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi, (Malang: Universitas Brawijaya Press, 2016), h. 19.

Page 12: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

3

dalam Islam menjadi seorang presiden, gubernur, hakim walikota, ataupun pemimpin

lainya menjadi kontroversi dalam tinjauan syariah Islam karena ada perbedaan ulama

tentang hadits sahih dari Abu Bakrah di mana Nabi menyatakan bahwa Suatu kaum

tidak akan berjaya apabila dipimpin oleh perempuan. Rasulullah SAW, ketika

mendengar kaum Persia dipimpin oleh seorang wanita, yakni putra Raja Kisra yang

bernama Bûran, beliau berkata,“Tidak akan beruntung suatu kaum yang dipimpin

oleh wanita.” Hadis tersebut menjelaskan, bahwa suatu kaum yang menyerahkan

urusan mereka kepada seorang wanita, tidak akan memdapatkan keberuntungan.

Padahal, meraih sebuah keberuntungan dan menghindarkan diri dari kesusahan

adalah sebuah anjuran. Sedangkan untuk kekuasaan yang cakupannya lebih terbatas,

semisal pemimpin daerah, keabsahan kepemimpinan wanita masih menjadi

perdebatan para ulama. Perbedaan ini, dilator belakangi adanya perbedaan sudut

pandang dalam menilai kepemimpinan semacam ini, apakah termasuk bagian dari

kekuasaan, persaksian, ataukah fatwa.

Pada zaman sekarang kedudukan kekuasaaan atau pemimipin banyak

diduduki oleh kaum wanita baik muslim maupun non muslim yang menjabat menjadi

pemimpin suatu perusahaan daerah bahkan negara. Hal ini bertentangan dengan

kalam yang di ucapkan oleh Rasulullah. Namun seiring dengan perkembangan zaman

yang mengatas namakan kesetaraan gender menjadi penyebab perilaku itu menjadi

hal yang biasa bahkan sudah menjadi darah daging dalam perebutan kekuasaan.

Al-Mawardi dalam Kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah menyebutkan syarat-syarat

pemimpin (ahlu imamah) mempunyai tujuh syarat, yaitu : adil, berilmu, normal panca

Page 13: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

4

indera mendengar, melihat dan berbicara, normal anggota tubuh, mampu berpikir,

berani dan dari suku Quraisy. Al-Mawardi, salah seorang ulama besar tidak

menyebutkan laki-laki merupakan salah satu persyaratan menjadi pemimpin. Namun

hal ini tidak menyimpulkan bahwa wanita diperbolehkan menjadi seorang

pemimpin.6

Sedangkan zaman sekarang ini keadaan seperti gambaran tersebut sudah jauh

berbeda, dimana kekuasaan seorang presiden hanya terbatas pada bidang eksekutif,

sedangkan kekuasaan bidang yudikatif dan legislatif, masing-masing ada pada

lembaga Mahkamah Agung dan Dewan Perwakilan rakyat atau Majelis Perwakilan

Rakyat. Dengan demikian pada zaman sekarang ini sangat memungkinkan seorang

perempuan yang anggap lemah kemampuannya dalam memimpin, menjadi seoarang

pemimpin atau presiden atau istilah lainnya.

Salah satu tokoh di Indonesia yang meramaikan kajian kepemimpinan wanita

dalam Islam adalah Husein Muhammad melalui karyanya Fiqh Perempuan: Refleksi

Kiai atas Wacana Agama dan Gender.7 Buku ini lahir dari kegelisahan Husein

Muhammad melihat fenomena terabaikannya dan terpinggirkannya hak-hak wanita

6 Al-Mawardi, Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, (terj. Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman), Cet. 1, (Jakarta: Qistthi Press, 2015), h. 9.

7Husein Muhammad, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender

(Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2002).

Page 14: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

5

dari sistem kehidupan patriarki, adanya ketidakadilan pada wanita, serta banyaknya

pelecehan dan kejahatan seksual pada wanita.8

Oleh karena itu dari latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik

untuk meniliti tentang pemasalahan tersebut dengan memberi judul “Kepemimpinan

Wanita dalam Ranah Sosial dan Politik Menurut Husein Muhammad”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mencapai hasil penelitian yang baik, penulis memberikan batasan-

batasan pada penelitian ini :

Pertama, Penelitian ini membahas terkait peran wanita dalam sebuah

kepemimpinan suatu negara, daerah dan lainya menurut pandangan Islam di

zaman kontemporer.

Kedua, pembahasan terkait kepimimpinan wanita menurut Islam akan dilihat

dari sisi pemikiran Husein Muhammad.

2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah bagaimanakah

pemikiran Husein Muhammad tentang kepemimpinan wanita dalam ranah

sosial dan politik?

C. Tujuan dan Manfaat penulisan

1. Tujuan Penelitian

8 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender, h. xxiii.

Page 15: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

6

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk

mengetahui pemikiran Husein Muhammad tentang kepemimpinan wanita

dalam ranah sosial dan politik.

2. Manfaat Penenlitian

Adapun manfaat dari penilitian ini adalah :

a. Bagi penulis, menambah wawasan dan pengetahuan tentang

kepemimpinan wanita dalam ranah sosial dan politik menurut hukum

Islam.

b. Bagi akademisi, sebagai tambahan informasi dan rujukan baru tentang

hal yang berkaitan dengan kepimimpinan wanita dalam ranah sosial

dan politik menurut hukum Islam.

D. Metodologi Penelitian

Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dengan memanfaatkan metode ilmiah.9

Jenis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer yaitu data yang hanya bisa didapatkan dari sumber

9 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kaulitatif (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2017), h. 5-4.

Page 16: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

7

otentik (asli) atau pertama.10 Dalam penelitin ini, sumber primer penulis

adalah buku karya Husein Muhammad berjudul Fiqh Perempuan: Refleksi

Kiai atas Wacana Agama dan Gender. Data sekunder adalah sumber data

yang mempunyai kegunaan untuk mendukung dan memberikan informasi

tambahan terhadap data primer. Data sekunder dalam penelitian ini penulis

dapatkan dari buku-buku dan karya-karya ilmiah terutama yang terkait dengan

kepemimpinan wanita dalam Islam.

E. Review Studi Terdahulu

Nama : Tasmin Tangngareng (UIN Alauddin Makasar 2016)

Judul : Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Hadis

Nabi SAW (Pemahaham Makna Tekstual dan

Kontekstual)

Persamaan : Membahas kepemimpinan wanita

Perbedaan : Penelitian ini mengfokuskan kajiannya pada aspek

kepemimpinan wanita dalam hadis Nabi Muhammad

SAW menggunakan perangkat analisa ilmu hadis.

Sehingga, diperoleh kesimpulan bahwa Secara

tekstual hadis tersebut sebagai larangan bagi wanita

menjadi pemimpin dalam urusan umum. Oleh karena

itu, jumhur ulama secara tegas menyatakan bahwa

10 Jonathan Sarwono, Metodologi Penelitan Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 123.

Page 17: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

8

kepemimpinan wanita dalam urusan umum dilarang.

Secara kontekstual hadis tersebut dapat dipahami

bahwa Islam tidak melarang wanita menduduki suatu

jabatan atau menjadi pemimpin dalam urusan umum.

Bahkan menjadi kepala negara, dengan syarat

sanggup melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena

itu hadis tersebut harus dipahami secara kontekstual

sebab kandungan petunjuknya bersifat temporal.11

Dengan demikian, penelitian ini jelas berbeda dengan

fokus kajian penulis tentang kepemimpinan wanita

dalam ranah sosial dan politik menurut Husein

Muhammad.

Nama : Asep Cisaat

Judul : Kepemimpinan dalam Perspektif Hukum Islam

(STAI Bina Madani Tangerang Banten)

Persamaan : Membahas tentang kepemimpinan dalam Islam

Perbedaan : Bahwa perempuan diperbolehkan menjadi kepala negara/

pemerintahan ( perdana mentri selama dalam suatu negara

dimana system pemerintahan berdasarkan musyawarah.

Seorang kepala Negara tidak lagi harus bekerja keras

11 Tasmin Tangngareng, “Kepemimpinan Wanita dalam Perspektif Hadis Nabi SAW (Pemahaman Makna Tekstual dan Kontekstual)”, Sulesana, Vol. 10, No. 2, Tahun 2016.

Page 18: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

9

sendirian, tetapi dibantu oleh tenaga-tenaga ahli sesuai

dengan bidang masing-masing mentri dan staff ahlinya

karena itu tidak ada halangan bagi seorang perempuan

untuk menjadi kepala Negara/ pemerintahan/ perdana

Menteri yang penting adalah perempuan yang di angkat

untuk menduduki jabatan itu mampu untuk menjalankan

tugas-tugasnya.

Nama : Jamalullail (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2003)

Judul : Hak Berpolitik Seorang Muslimah Perspektif Fiqih Politik

Persamaan : Membahas tentang kiprah wanita dalam politik

Perbedaan : Penelitian ini mengkaji hak politik wanita muslimah

secara umum sama seperti laki-laki untuk menduduki

posisi di kehakiman, DPR, MPR, Kepala Negara.

Sementara, fokus kajian penulis lebih sempit yaitu

tentang kepemimpinan wanita dalam ranah sosial dan

politik menurut Husein Muhammad.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penelitian yang akan ditulis, penulis menyusun

sistematika penulisan. Adapun setiap babnya terdiri dari :

BAB I Pendahuluan

Page 19: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

10

Bab ini sebagai awal menuju pendeskripsian isi skripsi, adapun

pemaparan yang ada di bab ini mencakup latar belakang masalah, batasan

masalah dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi

terdahulu, metodologi penelitian dan kerangka pemikiran.

BAB II Kepemimpinan dan posisi wanita dalam Islam

Bab ini membahas tentang teori atau definisi tentang penelitian yang

terkait, adapun teori atau definisi yang terkait ,di antaranya:

1. Pengertian Kepemimpinan

2. Posisi Wanita dalam Islam dan

3. Kesetaraan gender

BAB III Sejarah Kepemimpinan Wanita dan Biografi Husein Muhammad

Bab ini berisikan tentang sejarah kepemimpinan wanita dan selayang

pandang perjalanan hidup Husein Muhammad:

1. Kepemimpinan Wanita

2. Sejarah wanita di Indonesia

3. Pengertian Ulama dan peran ulama di Indonesia, dan

4. Biografi Husein Muhammad

BAB IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini berisikan pembahasan mengenai analisis kepemimpinan

wanita menurut Husein Muhammad.

BAB V Penutup

Page 20: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

11

Bab ini adalah akhir dari penelitian yang menyimpulkan tentang hasil

penelitian dan saran-saran.

Page 21: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

BAB II

KEPEMIMPINAN DAN POSISI WANITA DALAM ISLAM

A. Pengertian Kepemimpinan

Dalam bahasa Indonesia, kata pemimpin sering disebut penghuhlu,

pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua,

kepala, peruntun, raja, dan sebagainya. Sedangkan, istilah Memimpin

digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan

kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.

Pemimpin merupaka suatu peran yang ada dalam sistem tertentu.

Karenanya, seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan

kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Istilah kepemimpinan pada

dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh

yang dimiliki seseorang, oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang

yang bukan pemimpin.1

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh

oleh pemimpin kepada bawahannya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan juga termasuk ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab

prinsip-prinsip dan rumusanya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi

kesejahteraan manusia.2

Kepemimpinan agar berjalan secara efektif harus memberikan

pengarahan terhadap usaha-usaha semua anggota dalam mencapai tujuan-

tujuan organisasi. Tidak adanya kepemimpinan atau bimbingan akan

1Jarwanto, Pengantar Manajeman (3 In 1), (Yogyakarta: Mediatera, 2015), h. 92. 2Jarwanto, Pengantar Manajeman (3 In 1),h. 93.

11

Page 22: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

12

mengakibatkan renggangnya hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan

organisasi. Keadaan ini memunculkan situasi di mana perseorangan bekerja

untuk mencapai tujuan pribadinya. Sementara itu, keseluruhan organisasi

menjadi tidak efisien dalam pencapaian sasaran-sasarannya. Oleh karena itu,

kepemimpinan sangat diperlukan jika suatu organisasi ingin sukses. Jadi,

organisasi perusahaan yang berhasil memiliki satu sifat umum yang

menyebabkan organisasi tersebut dapat dibedakan dengan organisasi yang

tidak berhasil sifat dan cara umum tersebut adalah kepemimpinan yang efektif.

Kepemimpinan bukan suatu yang istimewa, tetapi tanggung jawab, ia bukan

fasilitas tetapi pengorbanan, juga bukan untuk berleha-leha tetapi kerja keras.

Ia juga bukan kesewenang-wenangan bertindak tetapi kewenangan melayani.

Kepemimpinan adalah berbuat dan kepeloporan bertindak. Pengertian

kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sisi kepemimpinan itu sendiri,

kepemimpinan mengandung dua segi, yaitu:

a. Pemimpin formal adalah orang yang secara resmi diangkat dalam jabatan

kepemimpinannya, teratur dalam organisasi secara hirarki.

Kepemimpinan formal ini disebut dengan istilah “kepala”.

b. Pemimpin informal adalah kepemimpinan yang tidak mempunyai dasar

pengangkatan resmi, tidak nyata terlihat dalam susunan kepemimpinan

organisasi.3

Kepemimpinan dalam arti yang luas yaitu meliputi proses mempengaruhi

dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk

3 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 3.

Page 23: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

13

mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budaya. Selain

itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para

pengikutnya, pengorganisasian dan aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran,

memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan kerja

sama orang-orang diluar kelompok dan organisasi. Kepemimpinan terkadang

dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan memengaruhi orang.

Kepemimpinan sebagai sebuah alat sarana, proses untuk membujuk orang agar

bersedia melakukan sesuatu secara sukarela atau suka cita. Ada beberapa faktor

yang dapat menggerakan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas, dan

bujukan.

Menurut agama Islam, kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang

berarti wakil. Penggunaan kata khalifah setelah Rasulullah SAW sama artinya

yang terkandung dalam perkataan “amir” atau pengusaha. Oleh karena itu, kedua

istilah dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pemimpin formal.

Selain kata khalifaf disebut juga Ulil Amri yang satu akar dengan kata

amir sebagaimana di atas. Kata Ulil Amri berarti pemimpin tertinggi dalam

masyarakat Islam. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Nisa’: 59 yang

berbunyi:

زعتم سول وأولي ٱألمر منكم فإن تن وأطیعوا ٱلر أیھا ٱلذین ءامنوا أطیعوا ٱہلل في ی

ل وٱلیوم ٱألخر ذ سول إن كنتم تؤمنون بٱہلل وٱلر وه إلى ٱہلل ك خیر وأحسن شيء فرد

٥۹تأویال

Page 24: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

14

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Semua kepemimpinan selalu menggunakan power atau kekuatan.

Kekuatan yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan seseorang dalam

mempengaruhi orang lain.4 Kemampuan pemimpin untuk membina hubungan

baik, komunikasi dan interaksi dengan para bawahan dan seluruh elemen

perusahaan. Kemampuan adalah persyaratan mutlak bagi seorang pemimpin

dalam membina komunikasi untuk menjalankan perusahaan sehingga akan terjadi

kesatuan pemahaman.

Selain itu dengan kemampuan kepemimpinan akan memungkinkan

seseorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar mereka mau

menjalankan segala tugas dan tanggung jawab dengan jujur, amanah, ikhlas, dan

profesional.5

Selain identik dengan kata khalifah, kepemimpinan dalam Islam

bersinonim dengan istilah imamah. Kata imamah mempunyai pengertian secara

istilah sebagai berikut:6

4 Pandji Anoraga, Manajemen Bisinis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 182. 5Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan

Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 137. 6 Abdullah ad-Dumaiji, Konsep Kepemimpinan dalam Islam, (Jakarta: Ummul Qura,

2017), h. 38.

Page 25: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

15

a. Menuru al-Mawardi imamah ditetapkan untuk menggantikan tugas kenabian

dalam menjaga agama dan menata dunia dengan agama.

b. Imam Haramain al-Juwaini mendefinisikan imamah sebagai kepemimpinan

sempurna, yang berkaitan dengan kalangan khusus maupun umum dalam

berbagai persoalan agama maupun dunia.

c. Al Nafasi dalam al-Aqa’id mengartikan imamah sebagai wakil dari Rasulullah

SAW dalam urusan menegakkan agama yang wajib diikuti oleh seluruh umat.

d. Dalam kita al-Mawaqif , imamah didefinisikan sebagai seorang pemimpin yang

menggantikan Rasulullah SAW untuk menegakkan agama di mana seluruh

umat wajib mengikutinya.

e. Ibn Khaldun mengartikan imamah sebagai pemimpin yang membawa

(mengatur) seluruh umat berdasarkan pandangan syariat dalam mewujudkan

maslahat-masalahat mereka, yang bersifat keakhiratan dan duniawi yang akan

kembali kepada ukhrawi.

f. Muhammad Najib al-Muthi’i berpendapat imamah adalah kepemimpinan

menyeluruh dalam segala urusan dunia dan agama.

Dalam sejarah Islam sendiri mengalami pasang surut pada sistem

kepemimpinannya. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman pemimpinannya

terhadap masa depan mengenai bagaimana mengatur strategi dalam

memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh umat dalam segala posisi kehidupan

untuk menentukan langkah sejarah. Untuk itu kepemimpinan sangatlah

mempengaruhi bagi kesejahteraan umat, apakah akan mencapai suatu kejayaan

atau bahkan suatu kemunduran. Karena bukan rahasia umum lagi bahwa Islam

Page 26: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

16

pernah mencapai suatu masa kejayaan ketika abad-abad perkembangan awal

Islam.

Dalam Islam seseorang yang menjadi pemimpin haruslah memenuhi enam

persyaratan, yaitu:7

a. Mempunyai kekuatan, kekuatan yang dimaksudkan disini adalah kemampuan

dan kapasitas serta kecerdasan dalam menunaikan tugas-tugas.

b. Amanah, yakni kejujuran, dan kontrol yang baik.

c. Adanya kepekaan nurani yang dengannya diukur hak-hak yang ada.

d. Profesional, hendaknya dia menunaikan kewajiban-kewajiban yang dibebankan

padanya dengan tekun dan profesional.

e. Tidak mengambil kesempatan dari posisi atau jabatan yang sedang

didudukinya.

f. Menempatkan orang yang paling cocok dan pantas pada setiap jabatan.

Dalam agama Islam, kepemimpinan mempunyai beberapa prinsip yang

tercantum di dalam Alquran, yaitu:

1) Prinsip Tanggung Jawab

Ajaran Islam menyatakan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan

akan dimintai pertanggungjawaban. Tanggungjawab merupakan esensi

mendasar yang harus diketahui terlebih dahulu oleh setiap orang yang

mencalonkan diri sebagai pemimpin untuk menjaga amanah dan kepercayaan

yang telah diberikan rakyat agar tidak sia-sia. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-

Nisa’ [4]: 58.

7Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer, h. 138.

Page 27: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

17

ت إلى أھلھا وإذا حكمتم بین ٱلناس أن ن وا ٱألم یأمركم أن تؤد ۞إن ٱہلل

ا بصیرا تحكموا بٱلعدل إن ٱہلل كان سمیع ا یعظكم بھۦ إن ٱہلل ٥۸ نعم

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya

Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya

Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.

2) Prinsip Tauhid

Agama Islam menyerukan kepada manusia untuk menuju kepada arah

kesatuan akidah yang dapat diterima oleh semua golongan, yaitu tauhid. Hal

tersebut dijelaskan dalam QS. Al-Anbiya’ [21] : 92

حدة وأنا ربكم فٱعبدون ة و تكم أم ذهۦ أم ۹۲إن ھ

Artinya: “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu

semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”.

3) Prinsip Musyawarah

Perintah kepada pemimpin untuk melaksanakan musyarawah terdapat

di dalam Alquran, bahwa seorang pemimpin wajib melakukan musyawarah

dengan orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan berpandangan baik.

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Syura [41]: 38

ا لوة وأمرھم شورى بینھم ومم وٱلذین ٱستجابوا لربھم وأقاموا ٱلص

ھم ینفقون ۳۸رزقن

Page 28: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

18

Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan

musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki

yang Kami berikan kepada mereka”.

Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa seorang pemimpin yang baik

adalah orang yang tidak serta merta memutuskan penyelesaian dengan

pertimbangan akal sendiri, namun mengajak orang-orang yang berilmu dan

berpandangan luas untuk bermusyawarah dalam rangka mencari solusi terbaik

suatu masalah.

4) Prinsip Adil

Dalam suatu masyarakat “pancaran” keadilan dari seorang pemimpin

mempunyai posisi yang sangat penting. Keadilan merupakan suatu “rumusan”

perlakuan seorang pemimpin terhadap untuk tidak membeda-bedakan,

memihak, berat sebelah dalam melayani kepentingan masyarakat. Hal ini

dijelaskan dalam QS. Al-Maidah [5]: 8 berikut ini:

شھداء بٱلقسط وال یجرمنكم مین ہلل أیھا ٱلذین ءامنوا كونوا قو ی

شن ◌ان قوم على أال تعدلوا ٱعدلوا ھو أقرب للتقوى وٱتقوا ٱہلل إن ◌ٴ

خبیر بما تعملون ۸ٱہلل

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat

Page 29: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

19

kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.8

B. Posisi Wanita dalam Islam

Kedatangan Islam adalah tahap baru untuk kehidupan wanita. Cahaya

itu telah memaksa untuk membuka mata kesadaran setiap orang untuk tidak

lagi meremehkan posisi wanita dan meletakkannya pada tempat yang

selayaknya. Islam memberikan dan membawa pesan moral kekuasaan,

sehingga wanita terbebas dari belenggu dan tirani yang selama ini

merendahkan mereka. Dengan demikian, secara horizontal tidak ada kekuatan

manapun yang dapat menekan wanita. Hal ini, dikarenakan ajaran Islam yang

bersumber dari Alquran dan hadis memberikan landasan prinsip-prinsip etis

yang mengatur kesetaraan hak wanita dalam masyarakat. Alquran sering kali

menyebut prinsip musyawarah, keadilan dan persamaan.9 Hal tersebut

merupakan prinsip utama yang diterapkan secara lugas untuk membangun

sebuah komunitas yang kreatif, kondusif dan saling menguntungkan. Bahkan,

prinsip-prinsip tersebut belakangan ini sering disebut sebagai pilar politk Islam.

Oleh karena itu, prinsip-prinsip tersebut menjamin posisi wanita tidak

dinomorduakan lagi.

Islam lahir membawa visi dan misi kesetaraan universal, maksudnya

manusia tidak ada perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Allah

8 Abdullah ad-Dumaiji, Konsep Kepemimpinan dalam Islam, h. 287. 9Bahtiar Efendi, Teologi Baru Politik Islam: Pertautan Agama, Negara dan

Demokratisasi, (Jakarta: Galang Press, 2001), h. 81.

Page 30: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

20

SWT menciptakan manusia dari satu asal, seperti yang diterangkan di dalam

QS. Al-Hujurat: 13.

كم شعوبا وقبائل لتعارفوا ن ذكر وأنثى وجعلن كم م أیھا ٱلناس إنا خلقن ی

علیم خبیر أتقٮكم إن ٱہلل ۱۳إن أكرمكم عند ٱہلل

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

Begitu mulianya Islam memposisikan wanita sebagai makhluk

terhormat tidak berbeda dengan laki-laki. Sehingga, salah satu nama surat di

dalam Alquran bernama al-Nisa’ yang berarti wanita untuk membuktikan

peran Islam dalam mengangkat keadilan dan perlindungan terhadap wanita

sesuai dengan kandungan ayat-ayat dalam surat tersebut. Bahkan, menurut

Mahmud Syaltut, penghormatan dalam Islam terhadap wanita terabadikan di

dalam lebih dari sepuluh surat di dalam Alquran, yaitu: al-Nisa’, al-Thalaq, al-

Nur, al-Mujadalah, al-Ahzab, al-Mumtahanah, dan lain-lain. Hal ini

membuktikan bahwa Islam mengakui dan menempatkan wanita pada posisi

yang terhormat. Meskipun demikian, prinsip-prinsip tersebut tidak dapat

diungkap oleh kalangan muslim sendiri. Masih saja ada praktik yang dilakukan

oleh umat Islam yang merendahkan dan meremehkan andil perempuan,

Page 31: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

21

khususnya kiprah wanita dalam dunia politik untuk menjadi pemimpin di

dalamnya.10

Jika posisi wanita dilihat sejak kedatangan Islam, maka akan terlihat

nasib dan kondisinya yang tidak stabil. Naik-turun nasib kehidupan wanita

selalu dibentuk dan diarahkan oleh kebudayaan yang berlaku pada suatu ruang

dan waktu. Terdapat tahap-tahapan di mana wanita dihormati, lalu direndahkan

dan dihinakan, kemudian disetarakan lagi dengan kaum laki-laki.

Penghormatan yang diberikan Islam terhadap wanita di mulai sejak masa

Rasulullah SAW. Pada masa ini, wanita diberi kebebasan dalam segala dimensi

kehidupan masyarakat, baik bidang ekonomi, publik, keilmuan dan lain

sebagainya. Bahkan dalam bidang keamanan pun wanita dilibatkan. Hal ini

terekam dalam sebuah hadis yang artinya sebagai berikut:

“Dari Ummu Athiah: Aku ikut berperang bersama Rasulullah SAW

sebanyak tujuh kali, aku menggantikan tugas mereka ketika merika berpergian

dan membuat makanan untuk mereka, dan membalut luka yang sakit.” (HR.

Muslim).

Rasulullah Saw mempunyai hubungan yang dekat dengan wanita,

beliau selalu menerima setiap usul yang disampaikan oleh kaum wanita.11

Pernah suatu ketika kaum wanita memprotes Rasulullah Saw agar beliau

mengizinkan mereka mengikuti pengajian, yang sebelumnya dikhususkan

untuk kaum laki-laki saja, karena kaum laki-lakilah yang akan menyampaikan

10 Fatimah Mernisi, Wanita di Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1994), h. 187. 11 Hamka, Kedudukan Perempuan dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996), h. 12.

Page 32: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

22

hasil pengajian kepada wanita. Akhirnya, Rasulullah Saw memutuskan untuk

membuka pengajian khusus untuk kaum wanita.12 Kemudian, Rasulluah Saw

juga memberikan hak politik dan kebebasan menyatakan pendapat. Dalam QS.

Al-Mujadalah: 1-4: “Sesungguhnya Allah Swt telah mendengar perkataan

perempuan yang menganjurkan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang

suaminya dan mengadukan (persoalannya) kepada Allah, dan Allah mendengar

percakapanmu berdua:

Ayat tersebut di atas, membuat sentuhan wanita dan nuansa feminis

yang melekat abadi, setelah berabad-abad ketika wanita mengajukan pendapat

tidak didengar bakan diharamkan. Namun setelah kedatangan Islam hal ini

terhapus karena Islam tidak memandang perempuan sebatas bunga yang dapat

dinikmati keindahan dan keharumannya saja, melainkan juga dipandang

sebagai makhuk berpikir yang mempunyai pendapat cemerlang dan bernilai.

Di samping, hak-hak tersebut di atas, Islam memberikan hak waris yang

sepantasnya diterima oleh wanita yang sebelumnya penerimaan waris

dimonopoli kaum laki-laki saja.13

Suatu ketika Rasulluah Saw kedatangan seorang sahabat wanita.

Sahabat wanitan tersebut menceritakan perihal kematian suaminya di medan

perang. Di sisi lain, ia meninggalkan dua orang anak. Setelah mendengarkan

seluruh cerita dari sahabat wanita tersebut, Rasulullah Saw memberikan

keputusan untuk memberikan warisan dari harta yang ditinggalkan oleh suami

12 Syafiq Hasyim, Hal-hal yang Tak Terpikirkan: Tentang Isu-isu Keperempuanan dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2001), h. 33.

13 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), juz II, h. 424.

Page 33: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

23

sahabat wanita tersebut. Hak tersebut dijelaskan di dalam Alquran. Tindakan

Rasullullah tersebut adalah awal lahirnya pengangkatan martabat wanita, dan

merubah tradisi lama yang nota bene merupakan kebudayaan yang tidak

berperikemanusiaan. Wanita mulai mendapatkan hak-haknya meskipun secara

kualitas tidak persis sama dengan laki-laki.

Dari pemaparan tersebut di atas, terlihat bahwa tingginya intensitas

keterlibatan wanita baik dalam dunia keilmuan, politik, ekonomi dan lain

sebagianya. Hal ini menunjukkan era tersebut adalah masa kebangkitan wanita

dan posisi wanita mulai dihormati dan diperhitungkan.

Menurut Nasaruddin Umar, perjalanan sejarah penaklukan Islam yang

mengharuskan adanya persentuhan dengan budaya patriarkis yang ada pada

kebudayaan masyarakat Asiria, Persia dan lain sebagainya membawa pengaruh

pada hasil penafsiran teks kitab suci. Para ulama tafsir dan fikih abad masih

menerapkan penafsiran yang masih cenderung patriarki. Terlabih lagi, adanya

keyakinan teologis, bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk Adam, wanita

diciptakan hanya sebagai penyembuh dahaga hasrat Adam dan wanitalah yang

menggoda Adam yang mengakibatkan diusirnya Adam dari surga dan

mengakibatkan adanya dosa warisan.14

Agama Islam sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia yang

terimplementasi di dalam Piagam Madinah.15 Menurut pendapat sarjana fikih,

14 Nasaruddin Umar, Teologi Jender: Mitos dan Teks Kitab Suci, (Jakarta: Pustaka Cicero, t.t), h. 154.

15Imran Siswa, “Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah serta Prinsip-prinsip

Konstitusi Madinah”, Mahkamah, Vol. 2, No. 2 Oktober 2010, h. 169.

Page 34: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

24

hak asasi manusia merupakan sesuatu yang telah ditetapkan oleh syari’ah untuk

semua manusia.16

Lebih lanjut, sebagai agama yang membawa misi kebebasan adalah

suatu konsekuensi logis bahwa Islam melarang mengekang kebebasan kaum

wanita, bahkan fakta sejarah membuktikan telah lahir dari “rahim” agama

Islam sebuah revolusi pemikiran dan tindakan yang tegas dan lugas dalam

rangka menghilangkan pekatnya sikap-sikap diskriminatif dan paternalistis.

Islam telah memunculkan sosok-sosok wanita yang mempunyai paradigma luas

tentang hakekat alam, manusia dan hidup. Ajaran Islam yang menjunjung

tinggi semangat egaliter, keadilan dan kebebasan telah merubah wanita Islam

menjadi tidak sekedar penurut pada tradisi yang merenggut kemualiaan

posisinya sebagai manusia.17 Dalam QS. Al-Hujarat [49]: 13 Allah

Swtberfirman:

كم شعوبا وقبائل ن ذكر وأنثى وجعلن كم م أیھا ٱلناس إنا خلقن ی

علیم خبیر أتقٮكم إن ٱہلل ۱۳لتعارفوا إن أكرمكم عند ٱہلل

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling

16Simposium Hak Asasi Manusia di antara Islam dan Undang-undang Dasar, h. 25. 17Najmah Sa’idah Husnul Khatimah, Revisi Politik Perempuan (Bercermin pada

Shahabiyah Ra), (Jakarta: Idea Pustaka, 2003), h. 193.

Page 35: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

25

takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Mengenal”.

Dari ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa laki-laki dan

perempuan dapat menempati posisi yang mulia. Kemulian manusia tidaklah

bedasarkan atas suku, keturunan, bangsa, jenis kelamin dan warna kulit. Allah

Swt berfirman dalam QS. Al-Nisa’ [4]: 1 sebagai berikut:

حدة وخلق منھا زوجھا ن نفس و أیھا ٱلناس ٱتقوا ربكم ٱلذي خلقكم م ی

ٱلذي تساءلون بھۦ وٱألرحام وبث منھما رجاال كثیرا ونساء وٱتقوا ٱہلل

۱ كان علیكم رقیبا إن ٱہلل

Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang

telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan

isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan

(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu”.

Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa laki-laki dan wanita

mempunyai kesamaan dalam segi asal-muasal, tempat tinggal dan tempat

kembali. Allah Swt menegaskan bahwa “sesungguhnya Allah Swt tidak

menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal, baik laki-laki maupun wanita,

Page 36: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

26

keduanya yaitu laki-laki dan wanita mempunyai hak yang sama”.18 Hal senada

juga ditegaskan oleh Allah Swt dalam ayat lain, yaitu: “bagi laki-laki

dianugerahkan hak (bagian) dari apa yang diusahakannya, dan bagi perempuan

dianugerahkan dari apa yang diusahakannya”.19 Ayat-ayat tersebut merupakan

penjelasan Alquran yang melenyapkan semua pandangan yang membedakan

laki-laki dengan wanita, khususnya dalam bidang kemanusiaan.

Dari pemaparan tersebut di atas terlihat bahwa agama Islam telah

memposisikan wanita pada tempat yang mulia, serta meluruskan konsep-

konsep yang keliru yang berkaitan dengan kedudukan kaum wanita. Prinsisp

keadilan merupakan pondasi yang harus ditegakkan dan diluruskan dalam

sendi-sendi kehidupan masyarakat, karena menurut Islam jelas bahwa tidak ada

kasta yang membedakan posisi antara laki-laki dan wanita, di mana salah satu

dari kedua jenis kelamin lebih unggul dibandingkan jenis kelamin yang lain.

C. Kesetaraan Gender dalam Islam

Dalam pembahasan gender masih ada anggapan diskriminatif terhadap

wanita dan penghilangan hak-hak terhadap mereka. Gender yang telah

diperjuangkan oleh beberapa kalangan, baik dari kalangan akademisi maupun

dari kalangan yang menilai bahwa Islam adalah agama yang mendorong

kehadiran isu gender tersebut di muka bumi ini. Tentunya, kalangan orientalis

yang berbasis misionarisme ingin memojokkan posisi umat Islam dengan

mengangkat isu ini dalam berbagai tulisan dan buku atau artikel-artikel yang

18 QS. Ali Imran [3]: 195. 19 QS. Al-Nisa’ [4]: 32.

Page 37: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

27

menyudutkan dan memberikan pendapat secara sepihak tentang Islam dan

gender.20

Agama Islam tidak meletakkan antara hak dan kewajiban yang ada

pada anatomi manusia dalam posisi yang saling berlawanan, hak dan kewajiban

itu selalu setara di mata Islam untuk kedua jenis kelamin yang berbeda

tersebut. Islam menjunjung tinggi konsep keadilan untuk siapapun tanpa

melihat jenis kelamin mereka. Islam merupakan agama yang terdepan dalam

usaha membebaskan belenggu tirani perbudakan, kesetaraan hak dan tidak

pernah memberikan keutamaan salah satu jenis kelamin saja. Islam lahir

sebagai agama yang menebar kasih dan sayang bagi siapa saja.21

Allah Swt menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan

laki-laki. Kaum laki-laki diberikan kelebihan oleh Allah Swt baik fisik maupun

mental atas kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas

kaum wanita terdapat di dalam Alquran pada surat al-Nisa’ [4]: 35. Sehingga,

secara asal nafkah bagi keluarga merupakan tanggug jawab kaum laki-laki.

Semua yang diciptakan Allah Swt berdasarkan kudratnya masing-masing. Para

pemikir Islam mengartikan qadar di dalam Alquran sebagai ukuran-ukuran,

sifat-sifat yang ditetapkan Allah Swt bagi segala sesuatu, dan itu dinamakan

kudrat. Dengan demikian, laki-laki dan wanita sebagai individu dan jenis

kelamin memiliki kudratnya masing-masing. Mahmud Syaltut yang dikutip

20 Mansour Fakih, dkk, Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 2006), h. 11.

21 Mansour Fakih, dkk, Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam,

h.11.

Page 38: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

28

oleh Abudin Nata mengatakan bahwa tabiat kemanusiaan antara laki-laki dan

wanita berbeda, namun dapat dipastikan bahwa Allah SWT telah

menganugerahkan potensi dan kemampuan kepada perempuan sebagaimana

telah menganugerahkannya kepada laki-laki. Ayat Alquran yang populer

dijadikan rujukan dalam pembicaraan tentang asal kejadian perempuan adalah

firman Allah dalam QS. Al-Nisa’ [4]: 1.22

Adanya perbedaan antara laki-laki dan wanita tidak dapat disangkal

karena memiliki kodrat masing-masing. Perbedaan tersebut paling tidak dari

segi biologis.23 Alquran mengingatkan: ”dan janganlah kamu iri hati terhadap

apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari

sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa

yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang

mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.24

Kaum laki-laki dan wanita sama di hadapan Allah. Memang ada ayat

yang menegaskan bahwa “para laki-laki (suami) adalah pemimpin para

perempuan (istri)”,25 namun kepemimpinan ini tidak boleh menjadikannya

berlaku sewenang-wenang, karena di sisi lain Alquran memerintahkan untuk

saling tolong-menolong antara laki-laki dan wanita, terlebih Alquran

22 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2006), h. 23. 23 Ali Masykur Musa, Membumikan Islam Nusantara: Respons Islam Terhadap Isu-isu

Aktual, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2014), h. 59. 24 QS. Al-Nisa’ [4]: 32. 25 QS. Al-Nisa’ [4]: 34.

Page 39: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

29

memerintahkan pula agar suami dan istri hendaknya mendiskusikan dan

memusyawarahkan persoalan mereka bersama.26

Islam adalah sistem kehidupan yang mengantarkan manusia untuk

memahami realitas kehidupan.27 Islam juga merupakan tatanan global yang

diturunkan Allah Swt sebagai rahmat li al-‘Âlamîn.28 Sehingga–sebuah

konsekuensi logis– jika penciptaan Allah Swt atas makhluk-Nya – laki-laki

dan wanita–memiliki misi sebagai khalifatullâh fî al-ardh, yang memiliki

kewajiban untuk menyelamatkan dan memakmurkan alam, sampai pada suatu

kesadaran akan tujuan menyelamatkan peradaban kemanusiaan.29 Dengan

demikian, wanita dalam Islam memiliki peran yang konprehensif dan

kesetaraan harkat dan martabat sebagai hamba Allah Swt serta mengemban

amanah yang sama dengan laki-laki.

Berdasarkan pernyataan di atas, wanita dalam Islam mempunyai peran

yang sangat strategis dalam mendidik umat, memperbaiki masyarakat dan

membangun peradaban, sebagaimana yang telah dilakukan oleh sahabat wanita

dalam mengantarkan masyarakat yang hidup di zamannya pada satu

keunggulan peradaban.30 Mereka berperan dalam masyarakatnya dengan azzam

26 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, h. 142. 27 Budhy Munawar-Rachman, Argumen Islam untuk Sekularisme: Islam Progresif dan

Perkembangan Diskursusnya, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2010), h. 84. 28 Darsono Yusin Sali, Meneguhkan Keislaman & Keindonesiaan, (Yogyakarta:

Deepublish, 2018), h. 227-228. 29 Ika Rochdjatun Sastrahidayat, Cahaya Illahi Yang Hilang, (Malang: Universitas

Brawijaya Press, 2013), h. 184. 30 Samsul Nizar. "PENDIDIKAN PEREMPUAN: Kajian Sejarah yang Terabaikan."

Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 11.1 (2017): 1-18.

Page 40: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

30

yang tinggi untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada diri mereka,

sehingga kita tidak menemukan satu sisipun dari seluruh aspek kehidupan

mereka terabaikan. Mereka berperan dalam setiap waktu, ruang dan tataran

kehidupan mereka.

Hal ini muncul dikarenakan jauhnya umat ini secara umum dari

Alquran dan Sunnah. Di samping itu, di sisi lain pergerakan feminis dengan

konsep gendernya menawarkan berbagai teori dan praktik yang memadai untuk

mengantisipasi sehingga sepintas mereka tampil menjadi pemecah masalah

berbagai permasalahan wanita yang berkembang. Pada gilirannya konsep

gender–kemudian cenderung diterima mentah-mentah oleh kalangan wanita

muslim tanpa ada penelaahan kritis tentang hakekat dan implikasinya.31

Dalam agama Islam, hubungan manusia dengan manusia lain maupun

hubungan manusia dengan makhluk lain adalah hubungan antar obyek. Jika ada

kelebihan manusia dari makhluk lainnya maka ini adalah kelebihan yang

potensial saja sifatnya untuk dipersiapkan bagi tugas dan fungsi kemanusiaan

sebagai hamba (sama seperti jin)32 dan khalîfatullâh.33

Kelebihan yang disyaratkan sebagai kelebihan pengetahuan

(konseptual) menempatkan manusia untuk memiliki kemampuan yang lebih

tinggi dari obyek makhluk lain dihadapan Allah. Akan tetapi kelebihan

potensial ini bisa saja menjadi tidak berarti ketika tidak digunakan sesuai

31 Kasmawati, “Gender dalam Perspektif Islam”, Sipakalebbi’, Vol. 1, No. 1Mei 2013, h.

9. 32 QS. Al-Dzhariyat [51]: 56. 33 QS. Al-Baqarah [2]: 30.

Page 41: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

31

fungsinya atau bahkan menempatkan manusia lebih rendah dari makhluk yang

lain.34 Secara normatif, pemihakan wahyu atas kesetaraan kemanusiaan laki-

laki dan wanita dinyatakan di dalam QS. Al-Taubah [9] :71. Kelebihan tertentu

laki-laki atas perempuan dieksplisitkan QS. Al-Nisa’ [4]: 34 dalam kerangka

yang konteksual , sehingga tidak kemudian menjadikan yang satu adalah

subordinat yang lain. Dalam kerangka yang normatif inilah nilai ideal universal

wahyu relevan dalam setiap ruang dan waktu. Sedangkan dalam kerangka

konstektual, wahyu mesti dipahami lengkap dengan latar belakang konteksnya

(asbâb al-Nuzûl) yang dalam pandangan Ali Ashgar Engineer terformulasikan

dalam bahasa hukum (syari’at). Syari’at adalah suatu wujud formal wahyu

dalam kehidupan manusia yang menjadi ruh kehidupan masyarakat.35 Antara

wahyu (normatif) dengan masyarakat (konteks) selalu ada hubungan dinamis

sebagaimana Alquran itu sendiri turun dengan tidak mengabaikan realitas

masyarakat, tetapi dengan cara berangsur dan bertahap.

Dengan proses yang demikian idealitas Islam adalah idealitas yang

realistis bukan elitis atau utopis karena jauhnya dari realitas konteks. Dari

penelusuran penulis paling tidak ada dua faktor yang menghambat perjuangan

gender, yaitu:

a. Faktor internal yang merupakan faktor dari dalam diri wanita itu

sendiri, misalnya perempuan selalu mempersepsikan status dirinya

34 Ashghar Ali Engineer, The Rigts of Women in Islam, (London: C. Hurst and Co., 1992), h. 122.

35 Ashghar Ali Engineer, The Rigts of Women in Islam, h. 122.

Page 42: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

32

berada di bawah status laki-laki, sehingga tidak mempunyai

keberanian dan kepercayaan diri untuk maju.

b. Faktor ekternal yaitu faktor yang berada diluar diri perempuan itu

sendiri, dan hal yang paling dominan adalah terdapatnya nilai-nilai

budaya patriarki yang mendominasi segala kehidupan di dalam

keluarga masyarakat, sehingga menomor duakan peran perempuan.

Selain itu, juga interprestasi agama yang bias gender, kebijakan umum,

peraturan perundang-undangan dan sistem serta aparatur hukum yang

dikriminatif serta bias gender, baik di pusat maupun daerah. Di samping itu

juga masih kuatnya budaya sebagian besar masyarakat yang menganggap

perempuan kurang berkiprah di ruang publik, ditambah dengan adanya ajaran

agama yang dipahami secara keliru, membuat perjuangan perempuan untuk

mencapai keadilan dan kesetaraan gender semakin sulit tercapai.

Page 43: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

BAB III

KEPEMIMPINAN WANITA DAN BIOGRAFI HUSEIN MUHAMMAD

A. Kepemimpinan Wanita dalam Islam

Isu yang senantiasa menjadi kontroversi dalam ranah publik Islam

adalah boleh tidaknya wanita menjadi pempimpin. Diskursus kepemimpinan

wanita dalam ranah publik mempunyai keberagaman dan kompleksitas

dibandingkan dengan diskusi kepemimpinan wanita di ranah domestik atau

rumah tangga.

Abbas Mahmud al-Aqqad merupakan salah satu sarjana Islam yang

menolak keras wanita menjadi pemimpin. Hal ini dikarenakan adanya

perbedaan fisik dan biologis menjadi prasyarat kualifikasi manusia yang

dapat mengemban tanggung jawab sosial. Perbedaan jenis kelamin, juga

berakibat munculnya perbedaan tanggung jawab sosial, laki-laki bertanggung

jawa dalam ranah publik sedangkan wanita bertanggung jawab menjaga

keharmonisan ranah domestik. Al-Aqqad mengemukakan bahwa hak menjadi

pemimpin dilandaskan pada kemampuan dan kesanggupan alamiah yang

cenderung dimiliki oleh laki-laki dan bukan wanita. Bahkan, menurut al-

Aqqad wilayah kepemimpinan wanita adalah sebatas wilayah rumah tangga,

sementara laki-laki seluas perjalanan hidup.1

Pendapat al-Aqqad tentang kepemimpinan wanita tersebut di atas

berbeda dengan pandangan Nasaruddin Umar, bahwa tidak ada satupun dalil

dalam Alquran maupun hadis yang melarang kaum wanita aktif dalam

1Abbas Mahmud al-Aqqad, Filsafat Alquran: Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam Isyarat Alquran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986), h. 74-75.

33

Page 44: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

34

kancah perpolitikan. Tentunya, hal ini dapat dijadikan sebagai landasan

hukum atas hak yang dimiliki oleh wanita untuk aktif dalam bidang

percaturan politik, baik sebagai pejabat maupun kepala negara. Lebih lanjut,

Nasaruddin Umar menunjukkan bahwa term khalifah dalam QS. Al-Baqarah

[2]: 30 tidak mereferensikan satu jenis kelamin saja. Oleh karena itu, laki-laki

dan wanita mempunyai fungsi yang sama sebagai pemimpin yang akan

mempertanggungjawabkannya kepada Allah Swt.2

Abdurrahman Wahid memberikan ruang pada wanita untuk menjadi

pemimpin. Kesuksesan kepemimpinan seorang wanita sangat bergantung

pada penerimaan laki-laki yang berada di bawah kepemimpinannya.

Abdurrahman Wahid berpendapat bahwa pandangan ulama yang menganggap

wanita adalah makhluk yang lemah dibandingkan dengan laki-laki sehingga

tidak mempunyai kecakapan dalam memimpin bertolak belakang dengan

fakta sejarah yang terjadi. Dalam sejarah, tercatat beberapa wanita menjadi

pemimpin suatu negara, misalnya: Ratu Balqis, Cleopatra, Margaret

Theatcher, Benazir Butho dan Corie Aquino. Bahkan, Abdurrahman Wahid

mengakui kemampuan Megawati Soekarnoputri untuk menjadi presiden.3

B. Sejarah Kepemimpinan Wanita di Dunia Islam

2 Nasaruddin Umar, Kodrat Perempuan dalam Alquran, (Jakarta: Fikahati Aneka, 2000), h. 49.

3M.N. Ibad, Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur-Gus Miek,(Yogyakarta:

Pustaka Pesantren, 2011), h. 101-102.

Page 45: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

35

Dalam sejarah Islam, tercatat peran yang sangat penting yang telah

ditempuh oleh kaum wanita, khususnya pada masa Nabi Muhammad Saw dan

sahabat. Pada masa Nabi Muhammad Saw dan sahabat, misalnya, nama

Khadijah, Aisyiah dan Fatimah merupakan tiga nama yang selalu

menjadi referensi perilaku umat Islam. Khadijah adalah seorang wanita yang

mandiri, pebisnis, pedagang, bahkan Khadijah sendiri yang berinisiatif untuk

menikah dengan Nabi Muhammad Saw.4 Oleh karena itu, dalam diri Khadijah

muncul citra seorang wanita yang sangat berkepribadian bebas, tegas dan

bertolak belakang dengan penggambaran wanita Islam yang dinilai pasif.

Umur Khadijah lebih tua 15 (lima belas) tahun dari Nabi Muhammad

Saw.5 Khadijah tidak hanya dikenal sebagai istri Nabi Muhammad Saw saja,

namun juga sebagai ibu untuk orang-orang mukmin. Khadijah adalah wanita

yang pertama kali memeluk agama Islam yang sering menjadi lambang sejarah

pendirian Islam yang berbeda dengan masyarat pagan pra Islam serta

mempunyai karakter yang menjadi patokan untuk perubahan sosial dalam

tradisi Islam.

Selama masih hidup, Khadijah adalah satu-satunya istri Nabi

Muhammad Saw dan merupakan kenangan indah yang sering diingat oleh Nabi

Muhamad Saw. Khadijah mencurahkan harta kekayaannya untuk kepentingan

agama Islam, membenaskan budak, membantu orang-orang yang

4 A. Fatih Syuhud, Wanita Shalihah Wanita Modern, (Malang: Pustaka Alkhoirot, 2009), h. 10.

5 Muslimin Zuhdi, Tetaplah Beribnar Sekalipun Langit Runtuh, (Ponorogo: Kuwaiz,

2009), h. 112.

Page 46: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

36

membutuhkan pertolongan dan menolong para imigran. Nabi Muhammad Saw

merasa tenteram setelah menerima pernyataan keimanan Khadijah bahwa Nabi

Muhammad Saw adalah utusan Allah. Hal ini kemudian memicu rasa cemburu

Aisyah dan menyatakan kecemburuannya itu langsung kepada Nabi

Muhammad Saw.6

Selain Khadijah, sejarah Islam juga menunjukkan bagaimana

Sunni dan Syi’ah sebagai dua aliran besar dalam Islam memberikan model

peranan yang sangat penting untuk wanita pada dua figur yang berbeda. Syiah

memberikan peran bagi Fatimah, anak perempuan Nabi Muhammad Saw yang

semenjak kecil melihat penghinaan yang dihadapi oleh ayahandanya dalam

mendakwahkan agama Islam. Ketika dicela, dihina, dan ketika dilempar,

Fatimah berada di samping Nabi Muhammad Saw. Ketika mereka dikurung

dan diasingkan, Fatimah bersama ibunya ada bersama Nabi Muhammad Saw.

Fatimah adalah wanita yang tabah serta seorang tokoh wanita yang mempunyai

peran politik hingga akhir hayatnya. 7

Dalam pandangan Sunni, Aisyah dijadikan

sebagai contoh wanita muslim. Aisyah merupakan figur politisi wanita yang

cerdas dan bertanggung jawab atas transmisi hadis setelah kewafatan Nabi

Muhammad Saw sampai kepada umat Islam.8 Badr al-Din al-Zarkasyi menulis

6 Abdurrahman Arrosi, 30 Kisah Teladan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999). 7 Jalaluddin Rakhmat, Meraih Cinta Illahi: Belajar Menjadi Kekasih Allah, (Depok:

Pustaka IIMaN, 2008), h. 411. 8 Benazir Bhutto, “Politik dan Perempuan Muslim”, dalam Charles Kurzman, ed.,

Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer Tentang Isu-isu Global, (Jakarta: Paramadina, 2003), h. 154.

Page 47: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

37

sebuah karya yang dibatasi hanya pada satu pembahasan saja, yaitu tanggapan-

tanggapan Aisyah terhadapa para sahabat berjudul al-Ijabah li Iradi ma

Istadrakathu A’isyah al al-Shahabah. Karya ilmiah ini mengupas tentang

keistimewaan Aisyah, perbedaan pendapatnya dengan sahabat lain baik

bedasarkan pendapatnya sendiri ataupun sunnah yang jelas. Sa’id al-Afghani,

peneliti kitab al-Ijabah berpendapat pengetahuan dan keilmuan yang dimiliki

oleh Aisyah bagaikan samudera dengan ombaknya yang berdebur.9

Posisi penting yang diberikan kepada kaum wanita sepanjang beberapa

daswarsa pertama sejarah Islam, dapat dilihat pada buku-buku sejarah,

misalnya dalam karya al-Thabari (w. 310 H) , seperti para istri Nabi

Muhammad Saw, yaitu: Khadijah, Aisyah, Ummu Salamah, Zainab Ibnti Jahsy

atau murid-muridnya. Banyak di antara mereka adalah anggota keluarga

bangsawan Quraisy. Para istri Nabi Muhammad Saw menunjukkan panggung

politik sebagai sarana kaum wanita mandiri mengajukan pelbagai

tuntutan. Nabi Muhammad Saw digambarkan bersedia mendengarkan pendapat

kaum wanita dan memberikan perhatian atas keluh kesah mereka. Sebagai

contoh adalah kasus Ummu Salamah yang memperpersoalkan pengabaian

kaum wanita. Hal ini tersebut dijawab dengan pengakuan posisi wanita sebagai

mitra sejajar bagi kaum laki-laki.10

9 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, terj. Chirul Halim, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), jilid 1, h. 204.

10 Fatimah Mernisi, Pemberontakan Wanita: Peran Intelektual Kaum Wanita dalam

Sejarah Muslim, (Bandung: Mizan, 1999), h. 50.

Page 48: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

38

Pada masa awal Islam, para wanita biasa memberikan bantuannya

membuat teks keagamaan Islam. Banyak di kalangan para isteri sahabat Nabi

dan sahabat Nabi sendiri yang terdiri dari wanita (shahabiyat) yang

meriwayatkan hadits yang berasal dari Nabi dan dipandang sangat otentik.

Oleh karena itu, wanita-wanita tersebut meriwayatkan hadits secara verbal

yang kemudian dicatat dan dibukukan oleh kaum laki-laki. Bahkan, dapat

dikatakan bahwa hampir dua pertiga dari hadits Nabi Muhammad Saw

disandarkan kepada A’isyah yang merupakan isteri Nabi yang termuda.11

Pada masa dinasti Umayyah, wanita mempunyai pengaruh terhadap

jalannya roda perpolitikan. Misalnya, Umm Khalid yang merupakan isteri dari

Yazid I (memerintah 60-64 H/680-683 M), sangat berpengaruh terhadap

suaminya dan putranya yang bernawa Muawwiyah II (memerintahj 64 H/683

M), pengganti Yazil I. Pernikahan Umm Khalid dengan Marwan al-Hakam

mempermudah suksesi kekhalifahan kepada klan Umayyah yang lain, tetapi

Umm Khalid tidak dapat mencegah disingkirkannya putranya yang lain sebagai

penerus tahta selanjutnya oleh keturunan khalifah sendiri. Umm Khalid dituduh

sebgai pembunuh Marwan yang dilatar belakangi motif balas dendam,

sehingga memicu munculnya perselisihan.12

Fatimah Mernisi menyatakan keberhasilan yang diraih para jariyah

pada masa Dinasti Abbasiyah dalam kancah perpolitikan dikarenakan khalifah

11 Asghar Ali Engineer, Matinya Perempuan: Transformasi Alquran, Perempuan dan Masyarakat Modern, terj. Akhmad Affandi dan Muh. Ihsan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h. 25.

12 Abdul Hadi, "Posisi Wanita dalam Sistem Politik Islam Perspektif Fenomelogi." An

Nisa'a 12.1 (2017): h. 17.

Page 49: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

39

cenderung menyukai mereka. Hal ini dikarenakan para jawari lebih mudah

“dikendalikan” daripada hurrah, sehingga, mereka sekuat tenaga akan

mematuhi yang menjadi titah khalifah. Patuh pada khalifah adalah fungsi

utama dari jariyah. Wanita-wanita tersebut dibiarkan tetap tunduk dan patuh,

tidak ikut campur dan mengganggu jalannya politik yang sudah mapan.

Bahkan, dengan kecerdasasan dan kepandaian yang mereka miliki, mereka

“mempermainkan” aturan-aturan dengan menaati dan mematuhinya dengan

sungguh untuk menyempurnakan citra mereka di mana khalifah, sehingga

tanpa mengajukan tuntutan yang memang terlarang bagi mereka, khalifah akan

memberikan hadiah kepada mereka.13

C. Biografi Husein Muhammad

1. Perjalanan Hidup dan Pendidikan

Husein Muhammad dilahirkan dari pasangan Muhammad

Asyrofuddin dan Ummu Salma Syathori di Arjawinangun, Cirebon pada 9

Mei 1953. Dari garis ibu, Husein Muhammad merupakan cucu dari KH.

Syathori pendiri Pondok Pesantren Dar at-Tauhid Arjawinangun, Cirebon.

Sementara ayah Husein Muhammad, merupakan orang dari keluarga biasa

yang berlatar belakang pendidikan pesantren.14

Pasangan suami-istri Muhammad Asyrofuddin dan Ummu Salma

Syatori dikaruniai delapan orang anak, yaitu:

13 Fatimah Mernisi, Pemberontakan Wanita: Peran Intelektual Kaum Wanita dalam Sejarah Muslim, h.162.

14M. Nuruzzaman, Kiai Husein Membela Perempuan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005),

h. 110.

Page 50: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

40

a. Hasan Thuba Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Raudhah at

Thalibin, Bojonegoro, Jawa Timur.

b. Husein Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Dar at-Tauhid,

Cirebon.

c. Ahsin Sakho Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Dar at Tauhid

Cirebon.

d. Ubaidah Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Lasem, Jawa

Tengah.

e. Mahsum Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Dar at Tauhid,

Cirebon.

f. Azza Nur Laila, pengasuh Pondok Pesantren HMQ Lirboyo, Kediri.

g. Salman Muhammad, pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras,

Jombang, Jawa Timur.

h. Faiqoh, pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur.15

Sejak usia dini, Husein Muhammad sudah belajar ilmu agama

kepada KH. Mahmud Toha dan kakeknya, yaitu KH. Syatori.16 Pendidikan

dasar formal Husein Muhammad diselesaikan sekolah dasar dan sekolah

diniyah di Pondok Pesantren Dar at Tauhid pada tahun 1966. Setelah itu,

Husein Muhammad melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengan

Pertama 1 Arjawinangun dan lulus pada tahun 1969. Pada jenjang sekolah

menengan pertama ini, Husein Muhammad mulai berkecimpung dalam

15Noviyati Widiyani, Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Gender di Indonesia, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 38-39.

16 M. Nuruzzaman, Kiai Husein Membela Perempuan, h. 113.

Page 51: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

41

dunia keorganisasian. Di sisi lain, masuknya Husein Muhammad di

sekolah umum ini menunjukkan sikap moderat dari Pondok Pesantren Dar

at-Tauhid yang memang telah ditanamkan oleh pendiri pondok yaitu KH.

Syatori dengan mempelopori perumusan kurikulum pendidikan pesantren

secara modern pada masa itu.17

Setelah lulus dari SMP N 1 Arjawinangun, Husein Muhammad

melanjutkan pencarian ilmu ke Pondok Pesantren Lirboyo Kediri selama 3

(tiga) tahun. Setelah itu, Husein Muhammad melanjutkan studinya di

Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta yang merupakan perguruan

tinggi dengan ciri khas pewajiban menghafalkan Alquran untuk para

mahasiswanya.

Setelah tamat mengenyam pendidikan di PTIQ yang ditempuh

selama 5 (lima), Husein Muhammad berangkat ke Mesir untuk

melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar dalam bidang studi ilmu

tafsir Alquran atas rekomendasi dari gurunya Prof. Dr. Ibrahim Husein,

bahwa Mesir adalah negara yang lebih terbuka dalam bidang ilmu

pengetahuan dibandingkan negara di wilayah Timur Tengah lainnya.18

Di Mesir, Husen Muhammad tidak hanya mengenyam pendidikan

secara formal di Al-Azhar, namun juga, menempa dirinya untuk

menambah pengetahuan dan wawasan dengan membaca. Hal ini dilakukan

oleh Husein Muhammad lantaran di Mesir banyak beredar buku-buku

yang berkualitas dan belum tentu dapat ditemukan di Indonesia. Buku-

17 M. Nuruzzaman, Kiai Husein Membela Perempuan, h. 111-112. 18 M. Nuruzzaman, Kiai Husein Membela Perempuan, h. 113.

Page 52: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

42

buku yang dibaca oleh Husein Muhammad meliputi bidang keilmuan,

yaitu: sastra, filsafat, Islam, karya-karya sarjana Barat yang sudah

diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab seperti: Albert Camus, Sartre

Nietzsche dan lain-lain.19

Setelah lulus dari Mesir pada tahun 1983, Husein Muhammad

pulang ke Indonesia untuk melanjutkan kepengurusan Pondok Pesantren

Dar at Tauhid yang didirikan oleh kakeknya. Selain itu, Husein

Muhammad juga ditawari untuk menjadi tenaga pengajar di almamaternya,

PTIQ Jakarta, namun tawaran tersebut ia tolak karena ingin mengfokuskan

diri pada pengembangan Pondok Pesantren Dar at Tauhid.

2. Kiprah Keorganisasian

Husein Muhammad banyak berkecimpung dalam aktivitas

keorganisasian. Adapun posisi-posisi yang pernah ditempati oleh Husein

Muhammad dalam struktur organisasi yang pernah ia ikuti, antara lain:

pendiri, pengasuh, ketua, kepada Madrasah Aliyah, wakil ketua,

penanggung jawab, dewan redaksi, konsultan dan tim ahli. Lebih jelasnya

sebagai berikut:

a. Ketua I Dewan Mahasiswa PTIQ periode 1978-1979.

b. Ketua I Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama, Kairo Mesir periode

1982-1983.

c. Sekretaris Perhimpunan Pelajar dan Mahasiswa, Kairo periode 1982-

1983.

19 M. Nuruzzaman, Kiai Husein Membela Perempuan, h. 114

Page 53: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

43

d. Pendiri Institute Studi Fahmina, Cirebon tahun 2008.

e. Pengasuh Pondok Pesantren Dar at Tauhid, Arjawinangun, Cirebon.

f. Anggota Dewan Syuro DPP PKB perode 2001-2005.

g. Ketua Dewan Tanfiz PKB Kabupaten Cirebon, periode 1999-2002.

h. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cirebon, periode 1999-2005.

i. Ketua Umum Yayasan Wali Sanga, periode 1996-2005.

j. Ketua I Yayasan Pesantren Dar at Tauhid, periode 1984-2005.

k. Wakil Rais Syuriyah NU Cabang Kabupaten Cirebon, periode 1989-

2001.

l. Sekjen Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Barat, periode 1994-1999.

m. Pengasuh PP RMI, periode 1989-199.

n. Wakil Ketua Pengurus Yayasan Puan Amal Hayati, Jakarta.

o. Direktur Pengembangan Wacana LSM RAHIMA, Jakarta, periode

2001-2005.

p. Ketua Umum DKM Masjid Jami’ Fadlhlullah, Arjawinangun.

q. Kepala Madrasah Aliyah Nusantara berlokasi di Arjawinangun, periode

1989-1998.

r. Ketua Departemen Kajian Filsafat dan Pemikiran ICMI Kabupaten

Cirebon, periode 1994 1999.

s. Ketua Badan Koordinasi TKA-TPA wilayah III Cirebon.

t. Pemimpin Umum dan Penanggung jawab Dwibulanan “Swara

Rahima”, Jakarta.

u. Dewan Redaksi Jurnal Dwi Bulanan “Puan Amal Hayati”, Jakarta,

Page 54: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

44

v. .Konsultan Yayasan Balqis untuk Hak-Hak Perempuan, Cirebon.

w. Anggota National Broad of International Center for Islam and

Pluralism, Jakarta.

x. Tim Pakar Indonesian Forum of Parliamentarians on Population and

Development.

y. Dewan Penasihat dan Pendiri KPPI (Koalisi Perempuan Partai Politik

Indonesia) di Kabupaten Cirebon.

z. Komisioner pada Komnas Perempuan, periode 2007-2009 dan periode

2010-2014.

aa. Anggota Pengurus Associate Yayasan Desantara, Jakarta.

bb. Pendiri lintas Iman (Forum Sabtuan), Cirebon.

cc. Komisi Ahli Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia. periode

2010-2014.

dd. Pembina Forum Reformasi Hukum Keluarga Indonesia.

ee. Komisi Ahli Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, periode

2010-2014.

ff. Pembina Forum Reformasi Hukum Keluarga Indosia.

Adapun forum ilmiah internasional yang pernah diikuti oleh

Husein Muhammad, antara lain:

a. Konferensi Internasiona tentang Alquran dan Iptek yang

diselenggarakan oleh Rabithah Alam Islami Mekkah, di Bandung

pada tahun 1996.

Page 55: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

45

b. Konferensi Internasiona tentang Kependudukan dan Kesehatan

Reproduksi, di Kairo pada tahun 1998.

c. Konferensi Internasional tentang AIDS di Kuala Lumpur pada

tahun 1999.

d. Studi banding di Turki tentang Aborsi Aman pada tahun 1999.

e. Felloship pada Institute Studi Islam Modern (ISIM) Universitas

Leiden pada tahun 2002.

f. Menjadi narasumber pada seminar dan lokakarnya Internasional

tentang Islam and Gender di Colombo pada tahun 2003.

g. Lecturer pada Internasional Conference of Islam Scholars di

Jakarta pada tahun 2004.

h. Seminar International Conference of Islam Scholars di Jakarta

pada tahun 2004.

i. Pembicara pada Seminar Internasional Social Justice and Gender

Equity Within Islam, di Dhaka pada tahun 2006.

j. Pembicara pada Seminar Internasional Trends in Family Law

Reform in Muslim Countries, di Malaysia pada tahun 2006.

k. Pembicara pada Global Movement for Equality and Justice in The

Muslim Family, di Malaysia pada tahun 2009.

l. Pembicara pada Workshop Kebebasan Beragama atau

Berkeyakinan, di Istanbul pada tahun 2014.20

3. Karya-karya Intelektual Husein Muhammad

20 M. Nuruzzman, Kiai Membela Perempuan, h. 127.

Page 56: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

46

Adapun karya-karya ilmiah yang lahir dari daya intelektualitas

Husein Muhammad, antara lain:

a. Refleksi Teologis tentang Kekerasan terhadap Perempuan, dalam

Syafiq Hasyim (ed), Menakar Harga Perempuan: Eksplorasi Lanjut

Atas Hak-hak Reproduksi Perempuan dalam Islam, Bandung: Mizan,

1999.

b. Metodologi Kajian Kitab Kuning, dalam Marzuki Wahid (ed),

Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi

Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

c. Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender,

Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2003.

d. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren,

Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2001.

e. Taqliq wa Takhrij Syarh al-Lujain, Yogyakarta: Forum Kajian Kitab

Kuning-Lkis, 2001.

f. Panduan Pengajaran Fiqh Perempuan di Pesantren, Yogyakarta:

YKF-FF, 2002.

g. Gender di Pesantren: Pesantren and The Issue of Gender Relation,

dalam Majalah Culture, The Indonesian Journal of Muslim Cultures,

Jakarta: Center of Languages and Cultures, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2002.

Page 57: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

47

h. Kelemahan dan Fitnah Perempuan, dalam Moqsith Ghazali, et. all,

Tubuh Seksualitas, dan Kedaulatan Perempuan: Bunga Rampai

Pemikiran Ulama Muda, Yogyakarta: Rahima-FF-LkiS, 2002.

i. Kebudayaan yang Timpang, dalam K. M. Ikhsanuddin, dkk, Panduan

Pengajaran Fiqh Perempuan di Pesantren, Yogyakarta: YKF-FF,

2002.

j. Fiqh Wanita: Pandangan Ulama terhadap Wacana Agama dan

Gender, Malaysia: Sister in Islam, 2004.

k. Pemikiran Fiqh yang Arif, dalam KH. MA. Sahal Mahfudh, Wajah

Baru Fiqh Pesantren, Jakarta: Citra Pustaka, 2004.

l. Kembang Setaman Perkawinan: Analisis Kritis Kitab Uqud al-

Lujan,Jakarta: FK3-Kompas, 2005.

m. Spiritualitas Kemanusiaan: Perspektif Islam Kemanusiaan,

Yogyakarta: Lkis, 2006.

n. Dakwah Fiqh Perempuan: Modul Kursus Islam dan Gender, Cirebon:

Fahmina Institute, 2006.

o. Ijtihad Kiai Husein: Upaya Membangun Keadilan Gender,2011.

p. Fiqh Seksualitas, Jakarta: PKBI, 2011.

q. Sang Zahid: Mengarungi Sufisme Gus Dur, Bandung: Mizan, 2012.

r. Mengaji Pluralisme kepada Mahaguru Pencerahan, Bandung: Mizan,

2011.

s. Menyusuri Jalan Cahaya: Cinta: Keindahan, Pencerahan, Buyan,

2013.

Page 58: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

48

t. Kidung Cinta dan Kearifan, Cirebon: Zawiyah, 2014.21

Selain karya-karya ilmiah tersebut di atas, Husein Muhammad

juga melakukan penerjemahan terhadap karya-karya ulama, antara lain:

a. Khutbah al-Jumuaah wa al-Dain, Lajnah min Kibar Ulama al

Azhar(Wasiat Taqwa Ulama-Ulama Besar al Azhar), Cairo: Bulan

Bintang, 1985.

b. Abu Faruq Abu Zayid, Al-Syariaah al-Islamiyyah bain al-Mujaddidin

wa al-Muhadditsin, (Hukum Islam antara Modernis dan

Tradisionalis), Jakarta: P3M, 1986.

c. Muhammad al-Madani, Mawathin al-Ijtihad fi al-Syari’ah al

Islamiyah.

d. Sayid Mu’in al-Din, Al-Taqlid wa al-Talfiq fi al-Fiqh al-Islamy.

e. Yusuf al-Qardhawi, Al-Ijtihâd wa al-Taqlid baina al-Dawabith al-

Syariyah wa al-Hayah al-Mu’ashirah, (Dasar-Dasar Pemikiran Hukum

Islam), Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.

f. Mushthafa al-Maraghi, Thabaqat al Ushuliyyin (Pakar-Pakar Fiqh

Sepanjang Sejarah), Yogyakarta: LKPSM, 2001.

g. Wajah Baru Relasi Suami Istri Telaah Kitab Syarah Uqud al Lujain,

Jakarta: Forum Kajian Kitab Kuning-LkiS, 2001.

21 M. Nuruzzaman, Kiai Husein membela Perempuan, 127.

Page 59: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

BAB IV

ANALISIS PEMIKIRAN HUSEIN MUHAMMAD TENTANG

KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK

A. Landasan Berpikir Husein Muhammad

Husein Muhammad mengawali buku pentingnya, Fiqh Perempuan:

Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender dengan mengutarakan sebuah

pertanyaan “adakah keadilan gender?”. Pertanyaan tersebut muncul bisa jadi

bersumber dari kegelisan Husein Muhammad melihat fenomena sosial yang

diutarakannya sebagai berikut:

“Jika kebudayaan adalah realitas kehidupan masyarakat manusia yang meliputi tradisi-tradisi, pola perilaku manusia keseharian, hukum-hukum, pikiran-pikiran dan keyakinan-keyakinan, maka kebudayaan yang tampak di sekitar kita secara umum masih memperlihatkan dengan jelas keberpihakannya pada kaum laki-laki. Orang boleh menyebutnya sebagai budaya patriarki. Dalam kebudayaan ini, memapankan peran laki-laki untuk melakukan apa saja, disadari atau tidak, mendapatkan pembenaran. Sebaliknya, kaum perempuan berada dalam posisi subordinat. Ia menjadi bagian dari laki-laki dan menggantungkan nasib hidupnya kepada laki-laki. Otomomi perempuan berkurang. Pada gilirannya, keadaan ini seringkali terbukti melahirkan sebuah proses marjinalisasi, bahkan juga eksploitasi dan kekerasan atas kaum perempuan. Ini terjadi dalam segala ruang, domestik maupun publik. Fenomena, realitas, dan fakta-fakta sosial tersebut memperlihatkan dengan jelas adanya relasi laki-laki dam perempuan yang asimetris, yang timpang, yang tidak setara, dan diskriminatif ”1

Sebagai orang yang mendasarkan pemikirannya pada nilai-nilai

demokrasi dan hak asasi manusia, Husein Muhammad terpantik jiwa

intelektualnya untuk menyelami dan mendalami masalah-masalah yang dialami

oleh kaum perempuan berupa pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak asasi

manusia. Karenanya, Husein Muhammad semakin intensif melakukan kajian

tentang hak asasi manusia yang dikaitkan dengan permasalahan perempuan

dalam perspektik fikih atau hukum Islam. Selanjutya, melalui kajian dan

analisis kritis terhadap paradigma kedian dan demokrasi, Husein Muhammad

1Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 3-5.

49

Page 60: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

50

mencapai kesimpulan bahwa permasalahan terbesar bagi kaum perempuan

adalah subordinasi (dinomorduakan) dan ketidakadilan.2

Menurut Husein Muhammad Subordinasi dan ketidakadilan terhadap

perempuan adalah fenomena yang bertolak belakang dengan visi Islam sebagai

rahmat li al-Alamin. Pesan kerahmatan agama Islam benar-benar tersebar

dalam teks-teks Islam, baik Alquran maupun hadis. Kata rahmah, rahman,

rahim dan derivasinya disebut berulang-ulang dalam jumlah yang banyak,

lebih dari 90 ayat. Kata-kate tersebut mempunyai makna kasih dan sayang.

Dalam sebuah hadis qudsi, Allah Swt menyatakan, “Ana al-Rahman. Ana al-

Rahim” (Aku Sang Maha Kasih. Aku Sang Maha Sayang).3

Oleh karena itu, adagium Islam sebagai agama rahmat, menurut Husein

Muhammad harus dijadikan sebai tatana kehidupan manusia yang didasarkan

atas pengakuan terhadap kesederajatan manusia di hadapan hukum,

penghormatan atas martabat, persaudaraan, penegakan keadilan, pengakuan

atas pikiran dan kehendak orang lain, dialog secara sopan dan santun, serta

mengedepankan sikap saling mendukung dan kerja sama tanpa memandang

asal-usul tempat kelahiran, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, keturunan,

agama dan lain sebagainya.4

Dengan demikian, Husein Muhammad mendasarkan pikirannya atas

asas-asas demokrasi dan pengakuan hak asasi manusia. Hal ini sejalan dengan

prinsip agam Islam sebagai rahmat li al-Alamin yang memandang manusia

harus dipandang sederajat tidak dibeda-bedakan atas suku, agama, ras, maupun

jenis kelamin.

2Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren, (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2013), h. xxxi-xxxii.

3 Husein Muhammad, Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan: Inspirasi dari Islam dan

Perempua, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014), h. 7.

4Husein Muhammad, Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan: Inspirasi dari Islam dan Perempuan, h, 7-8.

Page 61: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

51

B. Pandangan Husein Muhammad Tentang Kepemimpinan Wanita

Dalam konteks kepemimpinan wanita, ada dua aliran yang saling

berbeda pendapat. Aliran pertama menyatakan bahwa wanita tidak berhak

untuk menyandang gelar sebagai pemimpin. Sementara aliran kedua,

memperbolehkan wanita untuk menjadi pemimpin baik dalam ranah publik

maupun domestik.5 Menurut Jamal Ma’mur Asmani, wanita mendapat

kedudukan mulia dalam Islam. Karena Islam tidak menempatkan wanita dalam

posisi yang subordinat dalam kehidupan masyarakat.6

Menurut Husein Muhammad, prinsip-prinsip dasar dan hak-hak asasi

manusia secara umum telah disepakati dan menjadi perhatian umat Muslim.

Namun demikian, permasalahan akan muncul jika hal tersebut dihubungkan

dengan persoalan yang lebih khusus, misalnya, dalam hal peran wanita dalam

ranah politik, khususnya hak untuk menjabat sebagai kepala negara atau

pemerintahan.7

Menurut Husein Muhammad adanya subordinasi terhadap wanita

disebabkan oleh adanya kekeliruan dalam memahami akal masalah. Secara

umum, orang melihat wanita sebagai makhluk yang lemah, sedangkan laki-laki

kuat; perempuan emosional, laki-laki rasional; perempuan halus laki-laki kasar,

dan lain sebagainya. Perbedaam-perbedaan ini kemudian kemudian diyakini

sebagai kodrat yang telah ditetapkan oleh Allah Swt, sudah dari sananya atau

merupakan pemberian Allah Swt. Oleh karena itu, hal tersebut bersifat tetap

dan tidak dapat berubah. Mengingikan perubahan hal itu dianggap sebagai

menyalahi kodrat atau bahkan melawan ketentuan Allah Swt. Gambaran-

gambaran tentang laki-laki dan wanita demikian ini berakar dalam kebudayaan

masyarakat. Dalam pandangan kaum feminis, sifat-sifat sebagaimana

disebutkan tidak lain merupakan sesuatu yang dibentuk oleh secara sosial dan

5Fathurrahman, “Kepemimpinan Perempuan dalam Islam: Legitimasi Sejarah atas Kepemimpinan Politik Perempuan”, El-Hikam: Journal of Education and Religious Studies, Vol. IX, No. 1 Januari-Juni 2016, h. 138.

6Jamal Ma’mur Asmani, “Kepemimpinan Perempuan: Pergulatan Wacana di Nahdlatul Ulama (NU)”, ADDIN, Vol. 9, No. 1, Februari 2015, h. 42.

7 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 141.

Page 62: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

52

kebudayaan. Dalam pengertian lain, hal itu dibuat oleh manusia sendiri, bukan

keputusan Allah Swt. Fakta-fakta sosial menunjukkan dengan jelas bahwa

sifat-sifat tersebut dapat diganti atau dirubah menurut waktu, tempat dan kelas

sosial. Hal ini, oleh para feminis disebut sebagai perbedaan gender. Karenanya,

sebagai sesuatu yang bersifat sosial dan bentukan manusia, maka

kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk merubah dan

mempertukarkannya sesuai dengan kondisi yang dihadapi.8

Lebih lanjut, Husein Muhammad memaparkan bahwa pandangan

mayoritas pakar fikih konservatif, peran politik dalam bingkai ‘amr ma’ruf

nahi munkar, kaum laki-laki dan wanita dianggap mempunyai hak dan

kewajiban yang sama. Namun demikian, dalam konteks politik praktis yang di

dalamnya diperlukan pengambilan keputusan yang mengikat (al-Wilayat al-

Mulzimah) menyangkut masyarakat luas, seperti pengambilan keputusan dalam

peradilan (menjadi hakim), dalam lembaga eksekutif dan legislatif atau

kekuasaan besar (publik/al-Wilayat al-‘Uzma), tugas-tugas ini, menurut

mayoritas ulama, harus diperlakukan dengan berbeda.9

Hal ini, dapat dilihat dari fatwa Universitas Al-Azhar yang dikutip oleh

Husein Muhammad sebagai berikut:

“Syariat Islam melarang kaum perempuan menduduki jabatan-jabatan yang meliputi kekuasaan-kekuasaan umum (publik). Yang dimaksud kekuasaan umum dalam fatwa di atas adalah kekuasaan memutuskan atau memaksa (al-Sulthah al-Mulzimah) dalam urusan-urusan kemasyarakatan (al-Jama’ah), seperti kekuasaan membuat undang-undang (legislatif), kekuasaan kehakimah (yudikatif) dan kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif)”.10

Kekusaan kehakiman adalah kekuasaan tinggi dan termasuk dalam

ranah kekuasaan publik (al-Wilayah al-‘Ammah). Kekuasaan ini juga bersifat

memaksa (al-Sulthah al-Mulzimah). Karenanya, untuk menduduki jabatan ini

diperlukan sejumlah persyaratan. Para sarjana fikih menyebutkan beberapa

8Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 6. 9Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 141. 10 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 141.

Page 63: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

53

persyaratan yang disepakati, yaitu: beragama Islam, dewasa, berakal dan

merdeka, sehat jasmani, adil dan memahami hukum-hukum syari’ah.

Sementara, persyaratan jenis kelamin masuk kepada kategori yang

diperdebatkan. Dalam hal ini, ahli fikih terbagi menjadi tiga golongan.11

Pertama, Malik ibn Anas, al-Syafi’i dan Ahmad ibn Hanbal

berpendapat jabatan kehakiman haruslah diserahkan kepada laki-laki dan tidak

boleh wanita. Menurut mereka seorang hakim selain harus menghadiri sidang-

sidang terbuka, yang di dalamnya terdapat kaum laki-laki, ia juga harus

mempunyai kecerdasan akal yang sempurna (kamal al-Ra’yi wa tamam al-‘Aql

wa al-Fathanah). Selain itu, wanita dalam kedudukan tersebut akan

berhadapan dengan laki-laki. Kehadiran mereka dapat menimbulkan fitnah

(ganguan). Pendapat lain yang dikumukakan oleh para sarjana fikih tersebut

adalah fakta sejarah, bahwa Nabi Muhammad Saw, Khalifah al-Rasyidin, dan

pemimpin-pemimpin setelahnya tidak memberikan kekuasaan pada wanita.12

Kedua, mazhab Hanafi dan Ibn Hazm al-Dhahiri berpendapat bahwa

laki-laki tidak merupakan syarat mutlak untuk menduduki kursi kehakiman.

Wanita boleh saja menjadi seorang hakim. Namun demikian, posisi wanita

sebagai hakim terbatas pada perkara-perkara selain pidana berat (hudud dan

qishas). Hal ini dikarenakan wanita diperkanankan untuk menjadi saksi-saksi

dalam perkara pidana berat. Lebih lanjut, qadhi (hakim) bukanlah merupakan

penguasa. Tugasnya adalah terbatas untuk melaksanakan dan menyampaikan

hukum agama, fungsinya sama dengan mufti (pemberi fatwa hukum). Selain

itu, golongan ini menolak hadis tentang kepemimpinan negara sebagai dasar

hukum untuk fungsi yudikatif. Ibn Hazm menambahkan bahwa Umar ibn

Khaththab pernah menugaskan wanita menjadi bendahara pasar.13

Ketiga, Ibn Jarir al-Thabari dan Al-Hasan al-Bashri meyatakan wanita

boleh menjadi hakim untuk menangani berbagai perkara, baik perdata maupun

11 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 142. 12 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 142. 13 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 143.

Page 64: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

54

pidana. Jenis kelamin laki-laki tidak menjadi syarat dalam kekuasaan

kehakiman. Menurut pendapat ini, jika wanita boleh menjadi mufti, merupakan

hal yang logis jika mereka menjadi hakim. Tugas mufti adalah menjelaskan

hukum-hukum agama melalui analisis ilmiah dengan tanggungjawab personal.

Semantara hakim, juga mempunyai tugas yang sama, tetapi dengan tanggung

jawab negara atau berdasarkan kekuasaan negara. Pendapat ketiga ini, ditolak

oleh al-Mawardi karena, menurutnya bertentangan dengan QS. Al-Nisa’: 34

dan ijma’ (konsensus) ulama.14

Dalam ranah kekuasaan legislatif, menurut al-Mawardi dan Abu Ya’la

yang dikutip oleh Husein Muhammad, terdapat beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi oleh orang-orang untuk menjadi anggota legislatif atau ahl al-

Halli wa al-‘Aqdi/ahl al-Ikhtiyar, yaitu: adil dengan kelengkapan kriterianya,

kemampuan memilih calon kepala negara dan keahlian memilih kepala negara.

Kekuasan legislatif dalam teori politik merupakan lembaga tertinggi dalam

negara yang bertugas untuk memilih kepala negara, menetapkan undang-

undang dan kebijakan-kebijakan politik negara.15.

Menurut Husein Muhammad, al-Mawardi dan Abu Ya’la tidak secara

tegas atau eksplisit menyebutkan pendapatnya tentang keabsahan keanggotaan

wanita dalam lembaga tertinggi negara ini. Hal ini, kemungkinan disebabkan

oleh alasan yang sudah cukup memadai terkait diskursus ketidakabsahan

wanita menduduki jabatan yang secara tingkatan lebih rendah dibandingkan

kepala negara, yaitu: wizarah al-Tahwidh (perdana menteri) wizarah al-Tanfidz

(menteri) serta dalam kekuasaan kehakiman. Jabatan-jabatan tersebut, dalam

pandangan al-Mawardi dan Abu Ya’la, membutuhkan keahlian dan

kemampuan, yang keduanya menjadi unsur-unsur yang dominan untuk posisi

jabatan dalam kekuasaan umum (al-Wilayah al-‘Ammah). Wanita dipandang

tidak cukup mumpuni dan memenuhi persyaratan untuk mengemban tugas

menduduki jabatan tersebut.16

14 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 143. 15 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 143-144. 16 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 144.

Page 65: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

55

Lebih lanjut, pandangan al-Mawardi dan Abu Ya’la, menurut Husein

Muhammad diikuti oleh al-Maududi, seorang pemikir Islam terkemuka yang

juga menjadi pemimpin Jami’aat Islami. Secara tegas, al-Maududi

mensyaratkan laki-laki untuk jabatan kekuasaan legislatif. Dasar argumentasi

al-Maududi adalah QS. Al-Nisa’: 34 dan hadis Abu Bakarah. Selain itu, alasan

yang dikemukakan oleh al-Maududi bahwa keanggotan wanita dalam lembaga

legislatif akan membuka peluang bagi pergaulan wanita dengan laki-laki yang

telah jelas diharamkan oleh Islam. Lebih lanjut, al-Maududi berpendapat

bahwa pada hakikatnya lembaga ini tidak hanya berfungsi untuk membuat

undang-undang, tetapi juga, menjalankan politik negara. Al-Maududi

menetapkan departemen-departemen dan garis-garis besar haluan negara.

Dalam kekuasaan lembaga ini juga terletak keputusan menentukan perang dan

damai. Karenanya, lembaga legislatif dan semacamnya ini tidak dapat

dipersamakan dengan kekuasaan faqih dan mufti, melainkan sebagai qawwam

atas semua urusan agama.17

Pendapat al-Maududi ini, menurut Husein Muhammad berbeda dengan

padangan Sa’id Ramadhan al-Buthi, ulama berkebangsaan Syiria, yang

menyatakan bahwa syura (permusyawaratan) dalam pandangan mayoritas

ulama mempunyai fungsi yang sama dengan fatwa. Anggota legislatif di

parlemen, menurutnya, mempunyai fungsi yang sama dengan seorang mufti.

Seluruh ulama bersepakat wanita boleh menjadi mufti. Karenanya, wanita

dapat diperkenankan dan dibenarkan untuk menjadi anggota legislatif.18

C. Metode Pemikiran Fiqh Husein Muhammad

Menurut Husein Muhammad, fikih adalah karya intelektual tentang

hukum Islam dengan landasaan teks-teks keagamaan, terutama Alquran dan

hadis. Rumusan karya intelektual ini diperlukan untuk memberikan solusi

jawaban terhadap permasalahan-permasalahan manusia, baik dalam urusan

17 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 144-145. 18 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h.145.

Page 66: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

56

personal (ritual-peribadatan), hubungan kemanusiaan yang eksklusif, seperti

urusan-urusan ekonomi, politik. Kebudayaan, dan lain sebagainya.19

Husein Muhammad melanjutkan, bahwa permasalahan paling penting

dan mendesak dalam fikih, tetapi sering dilupakan, adalah bahwa fikih selalu

dihasilkan melalui aktivitas pikiran intelektual yang tidak berada dalam ruang

kosong dan waktu dengan perbagai persoalan dan logika pemikirannya sendiri.

Dalam pengertian lain, fikih adalah karya intelektual yang senantiasa bergumul

dengan fakta-fakta sejarah. Fakta-fakta historis-sosiologis ini menyimpan

makna-makna dan subtansi-subtansinya sendiri. Karenanya, kesimpulan-

kesimpulan fikih yang lahir dalam konteks sejarah tertentu tidak dapat ditarik

ke ruang dan zaman yang mempunyai perbedaan subtansi. Hal ini, juga berarti

bahwa untuk memutuskan suatu hukum perkara-perkara yang muncul pada

masa kini tidak selalu dapat diberlakukan hukum yang telah berlaku pada masa

lampau. kekeliruan dan kerancuan akan terjadi apabila memaksakan

berlakunya keputusan pikiran untuk seluruh ruang dan waktu yang telah

berbeda atau berubah subtanyinya.20

Selanjutnya, Husein Muhammad berpendapat bahwa cara berpikir fikih,

yang tetap mempertahankan teks-teks kitab seperti apa adanya, masih menjadi

fenomena yang lumrah dan terus diikuti oleh mayoritas masyarakat Islam sejak

berabad-abad lamanya dan terjadi di mana-mana. Bahkan, sebagian di

antaranya ada yang membatasi diri pada hasil-hasil ijtihad ulama tertentu dan

menolak pikiran-pikiran yang dihasilkan oleh ulama di luar mazhab yang

dianut. Seringkali terajdi gugatan-gugatan terhadap pemikiran fikih dan upaya

membongkar warisan intelektual klasik dipandang sebagai kesombongan

intelektual dan menyalahi akar-akar tradisi. Hegemoni ini juga merupakan ironi

dalam perspektif ilmiah. Bahkan, sikap dan pandangan memapankan fikih

seperti itu secara tidak langsung memposisikan fikih sebagai suatu ideologi,

lebih dari itu, dapat mempersamakan fikih dengan teks-teks yang menjadi

sumbernya, yaitu Alquran. Pemikiran seperti ini, pernah dikritik oleh Jalal al-

19Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 137. 20 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 137-138.

Page 67: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

57

Din al-Suyuthi, melalui karyanya Al-Radd ‘ala Man Akhalada Ila al-Ardh wa

Jahila bi Anna al-Ijtihad fi Kulli Ashrin Fard (Kritik terhadap pandangan yang

memapankan (mempertahankan status quo) dan tidak menyadari bahwa ijtihad

adalah keniscayaan pada setiap zaman).21

Dalam kaitan ini, Husein Muhammad mengutip pernyataan Ibn al-

Qayyim al-Jauziyah yang terdapat dalam kitab A’lam al-Muwaqqi’in, sebagai

berikut:

“Janganlah anda terpaku pada teks-teks (nusyuz) yang dikutip dalam kitab-kitab sepanjang hidup anda. Jika orang luar daerah anda, menemui anda untuk menanyakan suatu persoalan (meminta fatwa hukum), maka tanyailah dulu tradisinya. Sesudah itu, barulah anda putuskan, berdasarkan analisis anda terhadap tradisinya itu, dan bukan berdasarkan tradisi daerah anda dan apa yang terdapat dalam kitab-kitab anda. Para ulama mengemukakan bahwa ini adalah kebenaran yang jelas. Sikap statis dengan tidak melakukan analsis sosiologis dan tetap memberikan keputusan berdasarkan teks-teks yang ada dalam buku-buku adalah kesesatan dan tidak memahami maksud para ulama Islam dan generasi muslim awal.”22

Bahkan, menurut Husein Muhammad, Ibn al-Qayyim menegaskan

bahwa pengambilan keputusan fatwa fikih tanpa memperhatikan pertimbangan

aspek-aspek kebiasaan, tradisi, situasi dan kondisi serta indikasi-indikasi yang

lain merupakan keputusan sesat dan menyesatkan.23

Alquran merupakan landasan fikih yang utama. Alquran menyatakan

dirinya sebagai kitab petunjuk dan rahmat. Alquran juga menyatakan bahwa

Nabi Muhammad Saw diutus ke dunia untuk menyebarkan kerahmatan untuk

alam semesta. Cita-cita Alquran adalah terciptanya sebuah kehidupan manusia

yang bermoral yang menghargai nilai-nilai kemanusian. Dalam hal ini, Husein

Muhammad mengutip QS. Al-Hujurat: 13.24

كم شعوبا وقبا ن ذكر وأنثى وجعلن كم م أیھا ٱلناس إنا خلقن ی ئل لتعارفوا إن أكرمكم عند ٱہلل

علیم خبیر ۱۳أتقٮكم إن ٱہلل

21 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 138. 22 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 138-139. 23 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h.139. 24 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 139.

Page 68: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

58

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Husein Muhammad menjelaskan bahwa setelah melakukan kajian

terhadap ayat-ayat Alquran dan hadis, Ibn al-Qayyim al-Jauziyah

menyimpulkan bahwa syari’ah Islam dibangun untuk kepentingan manusia dan

tujuan-tujuan kemanusiaan universal yang lain, yaitu: kemaslahatan, keadilan,

kerahmatan dan kebijaksanaan. Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan dasar

dan subtansi dari semua permasalahan fikih. Ia harus senantiasa ada dalam

pikiran setiap ahli fikih ketika memutuskan suatu perkara hukum.

Penyimpangan terhadap prinsip-prinsip ini berarti menyalahi cita-cita syari’ah

(agama).25

Pandangan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah ini, menurut Husein Muhammad

sama dengan pemikir-pemikir fikih terkemuka, yaitu: al-Ghazali (w. 505

H/1111 M), Fakhruddin al-Razi (w. 606 H), Izz al-Din ibn Abd al-Salam (w.

660 H), Syihab al-Din al-Qarafi (w. 685 H), Najmuddin al-Thufi (w. 716 H),

Ibn Taimaiyyah (w. 728 H), Abu Ishaq al-Syathibi (w 790 H), Muhammad ibn

al-Thahir ibn Asyur (w. 1393 H/1973 M) dan lain sebagainya. Mereka

berpendapat bahwa kemaslahatan adalah basis dan tujuan utama syari’ah

Islam.26

Penjelasan lebih khusus tentang kemaslahatan, Husein Muhammad

mengajukan pendapat al-Ghazali yang terdapat dalam kitab Al-Mushtashfa ‘Ilm

al-‘Ushul, sebagai berikut:

“kemaslahatan, menurut saya, adalah mewujudkan tujuan-tujuan

agama, yaitu: menjaga lima hal: agama (hifz al-Din), jiwa (hifz al-Nafs), akal

(hifz al-Aqal), keturunan (hifz al-Nasl), dan harta benda (hifz al-Mal). Setiap

25 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 139-140.

26 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 140.

Page 69: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

59

hal yang mengandung perlindungan terhadap lima prinsip ini adalah

kemaslahatan, dan setiap yang menegasikannya adalah kerusakan (mafsadah),

menolak kerusakan adalah kemaslahatan.27

Pernyataan al-Ghazali tersebut di atas, menurut Husein Muhammad,

menggambarkan dengan jelas komitmen dan perhatian Islam terhadap hak-hak

asasi manusia. Inilah dimensi keagamaan yang bersifat humanisme universal.

Pada dimensi ini, agama selalu hadir bdalam bentuk yang adil, merahmati,

egaliter, dan demokratis. Hal ini juga, berarti bahwa agama Islam memandang

manusia sebagai makhluk yang sejajar dan sederajat. Karenanya, sistem

keagamaan yang bersifat diskriminatif dalam berbagai dimensinya tidak

mempunyai relevansi atau kecocokan dengan Islam, maka harus ditolak.

Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan kemanusiaan merupakan spirit dari

seluruh aktivitas kehidupan manusia.28

D. Dekonstruksi Kemapanan Pemikiran Tentang Kepemimpinan Wanita

Argumentasi yang dijadikan landasan pelarangan wanita menjadi

pemimpin oleh para ulama, menurut Husein Muhammad didasarkan pada QS.

Al-Nisa’: 34. Laki-laki adalah qawwam atas perempuan, dikarenakan Allah

Swt telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena

mereka (laki-laki) memberikan nafkah dari harta mereka.29

Para mufassir menyatakan bahwa qawwam mempunyai arti pemimpin,

pelindung, penanggung jawab, pendidik, pengatur, dan lain sebagainya.

Kemudian, mereka berpendapat bahwa kelebihan yang dimiliki laki-laki atas

wanita berupa keunggulan akal dan fisik. Misalnya, al-Razi mengatakan bahwa

kelebihan laki-laki atas perempuan meliputi dua hal: ilmu pengetahuan (al-

‘ilm) dan kemampuan fisik. Zamakhsari (467-538 H), seorang pemikir

Mu’tazilah berpendapat bahwa kelebihan laki-laki atas perempuan adalah

karena akal, ketegasan, tekad yang kuat, kekuatan fisik, secara umum

27 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 140. 28 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 141. 29 Husein Muhmmad, Fiqh Perempuan, h. 146.

Page 70: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

60

mempunyai kemampuan menulis, dan keberanian. Al-Thabathaba’i

berpendapat bahwa kelebihan laki-laki atas wanita adalah karena laki-laki

mempunyai kemampuan berpikir yang melahirkan keberanian, kekuatan, dan

kemampuan mengatasi berbagai kesulitan. Sementara wanita lebih sensitif dan

emosional.30

Menurut Husein Muhammad, pandangan tentang kelebihan-kelebihan

tersebut di atas, telah terbantahkan dengan sendirinya melalui kenyataan fakta-

fakta. Realitas sosial dan sejarah modern membuktikan bahwa telah banyak

wanita yang dapat melakukan tugas-tugas yang selama ini dianggap hanya

sebagai monopoli kaum laki-laki. Misalnya, wanita menjadi kepala negara,

kepala pemerintahan, gubernur, ketua parlemen, ketua partai politik, dan lain

sebagainya.31

Realitas tersebut di atas, memperlihatkan bahwa pandangan yang

meyakini kealamiahan dan kodratiah sifat-sifat di atas tidaklah benar.

Sebaliknya, yang benar adalah ia merupakan konstruk sosial yang sengaja

diciptakan. Pada sisi lain, kenyataan itu juga memperlihatkan adanya sebuah

proses kebudayaan yang kian maju. Kehidupan tidak lagi bergerak dalam

kemapanan dan stagnasi. Ada dialektika sosial yang bergerak terus-menerus,

dari kehidupan nomaden ke berperadaban, dari kerangka berpikir tradisionalis

ke berpikir rasionalis, dari pandangan tekstualis ke pandagan subtansialis, dari

ketertutupan pada keterbukaan, dan seterusnya.32

Oleh karena itu, menurut Husein Muhammad kandungan QS. Al-Nisa’:

34 harus dipahami sebagai bersifat sosilogis dan kontekstual. Posisi wanita

sebagai subordinat laki-laki sesungguhnya lahir dari sebuah bangunan

masyarakat atau peradaban yang dikuasai oleh laki-laki, yang terkenal dengan

sebutan peradaban patriarki. Pada masyarakat seperti ini, wanita tidak

30 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 146. 31 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 147. 32 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 147.

Page 71: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

61

diberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan dirinya dan berperan dalam

posisi-posisi yang menentukan.33

Dalam pandangan Husein Muhammad, watak Alquran adalah

memutuskan seagala sesuatu berdasarkan langkah-langkah tertentu yang

strategis, dan hanya ini bisa dilakukan secara gradual. Karenanya, akan

menjadi kesalahan besar apabila wanita selalu diposisikan yang subordinatif

pada masa lalu ke dalam kehidupan modern sekarang ini, dan sebaliknya.

Artinya, wanita dalam masyarakat kehidupan modern tidak selalu tepat

diberikan legitimasi hukum sebagaimana yang diberikan kepeda masyarkat

masa lalu. Alquran memberikan tuntunan berupa kemaslahatan dan keadilan.

Kemaslahatdan dan keadilan adalah menempatkan segala sesuatu secara

proporsional dan kontekstual. Tegasnya, QS. Al-Nisa’: 34, adalah petunjuk

mengenai penerapan kemaslahatan pada situasi dan kondisi riil yang terjadi

pada saat ayat tersebut diturunkan.34

Menurut Husein Muhammad, ada argumentasi lain yang dijadikan

landasan mereka adalah hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh

Abi Bakrah yang artinya sebagai berikut:

“Utsamah ibn Haitsam menceritakan kepada kami: ‘Auf menceritakan kepada kamu dari al-Hasan (al-Bashri) dari Abu Bakrah. Ia mengatakan: Allah telah menyadarkanku, melalui kalimat-kalimat yang aku dengar dari Rasulullah Saw, ketika ahu hampir saja ikut terlibat dalam Perang Jamal (unta). Yaitu ketika disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw bahwa bangsa Persia telah mengangkat anak perempuan Kisra sebagai penguasa (raja/ratu) mereka. (Pada saat itu) Nabi mengatakan: Tidak akan pernah beruntung bangsa yang diperintah perempuan”.35

Menurut Husein Muhammad, hadis tersebut di atas jelas diungkapkan

oleh Nabi Muhammad Saw sebagai sebuah informasi bukan dalam kerangka

legistimasi hukum. Jelasnya, hadis ini tidak mempunyai relevansi hukum.36

Hal ini dapat dibuktikan melalui fakta-fakta sejarah yang ada. Beberapa wanita,

33 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 147-148. 34 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 148.

35 36 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 150.

Page 72: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

62

terbukti dapat memimpin bangsanya dengan sukses gemilang. Pada masa

sebelum Islam, dikenal Ratu Balqis, penguasi negeri Saba seperti yang

diinformasikan oleh al-Qur’an. Indira Gandi, Margaret Tatcher, Srimavo

Bandaranaeke, Benazir Butho, Syeikh Hasina Zia merupakan contoh dari

beberapa pemimpin wanita yang sukses di masa modern. Hal sebaliknya, tidak

jarang ditemukan laki-laki yang menjadi pemimpin tidak mampu meraih

kesuksesan dalam memimpin bangsanya37

Labih lanjut, Husein Muhammad mengutip Ibn Qayyim al-Jauziyah

berpendapat:

“Dalam urusan-urusan politik, yang diperlukan adalah cara-cara yang dapat mengantarkan masyarakat pada kehidupan yang menjamin kemaslahatan dan menjauhkan mereka dari kerusakan/kebinasan, meskipun cara-cara itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw dan tidak ada aturan wahyu Tuhan”.38

Oleh karena itu, menurut Husein Muhammad, kaidah yang berlaku

dalam hal tersebut di atas adalah la siyata illa ma wafaqa al-Syar’ (dalam

urusan politik yang paling menentukan adalah kesesuainnya dengan syara’),

yaitu yang tidak bertentangan dengan agama, bukan la siyata illa ma nathaqa

bihi al-Syar’ (yang diucapkan oleh syara’ atau agama). Kaidah lain yang

menyatakan dengan jelas mengenai hal ini adalah tasharruf al-Imam ala al-

Raiyyah manuthun bi al-Maslahah (tindakan penguasa atas rakyatnya harus

didasarkan atas kemaslahatan mereka). Kemaslahatan dalam urusan kekuasaan

umum/publik antara lain dapat ditegakkan melalui cara-cara kepemimpinan

demokratis dan berdasarkan konstitusi, serta perlindungan terhadap hak-hak

asasi manusia, bukan kekuasaan tiranik, otoriter dan sentralistik. Dengan

demikian, jelaskan bahwa kepemimpinan publik tidak ada kaitannya dengan

jenis kelamin, melainkan pada kualifikasi pribadi, integritas intelektual dan

moral sistem politik yang mendukungnya.39

37 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 150.

38 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 151 39 Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, h. 152.

Page 73: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

63

Lebih jauh, Husein Muhammad berpendapat bahwa keputusan Ijma’

dapat diubah jika nilai kemaslahatan di mana hukum harus ditegakkan di

atasnya, telah berubah. Jadi, sekali lagi, tidak ada persoalan apakah seorang

pemimimpin (presiden) harus laki-laki atau perempuan. Wanita dapat menjadi

pemimpin jika kemaslahatan bangsa menghendakinya. Sebaliknya, seorang

laki-laki tidak pantas menjadi pemimpin, jika ia dapat membawa kesesngsaraa

dan penderitaan rakyatnya.

Page 74: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan yang telah penulis sajikan, maka ada beberapa kesimpulan

dan rekomendasi yang dapat disampaikan.

Menurut Husein Muhammad, wanita dapat menjadi pemimpin berdasarkan

pertimbangan kemaslahatan bukan karena alasan jenis kelamin. Sukses dan

kegagalan kepemimpinan tidak disebabkan oleh jenis kelamin namun melalui

cara-cara kepemimpinan demokratis dan berdasarkan konstitusi, serta

perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, bukan kekuasaan tiranik, otoriter

dan sentralistik. Oleh karena itu, ayat-ayat Alquran dan hadis nabi yang

“terlanjur” dipahami sebagai landasan untuk mensubordinasi wanita harus

dipahami ulang melalui perspektif budaya dan sosial. Karena, fakta sejarah

menunjukkan beberapa wanita yang sukses dengan gemilang dalam memimpin

bangsanya, sebaliknya ditemukan juga kegagalan laki-laki dalam memimpin

rakyatnya.

B. Saran-saran

1. Perlu adanya kajian mendalam terkait kepemimpinan wanita dalam

perspektif sosial dan budaya mengingat perkembangan zaman yang dinamis

dengan relativitas konteks yang bermacam-macam. Hal ini perlu dilakukan

untuk mengetahui bahwa suatu produk pemikiran boleh jadi tepat sasaran

dan berguna pada suatu masa, namun di masa yang lain tidak dapat

diterapkan.

64

Page 75: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

65

2. Bagi civitas akademika agar senantiasa melakukan penelitian tentang

kepemimpinan wanita dalam mazhab dan tentunya belum “tersentuh”

pembahasannya dalam skripsi ini.

Page 76: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Abu Syuqqah, Abdul Halim. Kebebasan Wanita, terj. Chirul Halim. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Ad-Dumaji, Abdullah. Konsep Kepemimpinan dalam Islam. Jakarta: Ummul Qura, 2017.

Al-Aqqad, Abbas Mahmud. Filsafat Alquran: Filsafat, Spiritual dan Sosial dalam Isyarat Alquran. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1986.

Al-Mawardi. Al-Ahkam Al-Sulthaniyah, (terj. Khalifurrahman Fath dan Fathurrahman), Cet. 1, Jakarta: Qistthi Press, 2015.

Anoraga, Pandji. Manajemen Bisinis. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

Arrosi, Abdurrahman. 30 Kisah Teladan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999.

Efendi, Bahtiar. Teologi Baru Politik Islam: Pertautan Agama, Negara dan Demokratisasi,. Jakarta: Galang Press, 2001.

Engineer, Asghar Ali. Matinya Perempuan: Transformasi Alquran, Perempuan dan Masyarakat Modern, terj. Akhmad Affandi dan Muh. Ihsan. Yogyakarta: IRCiSoD, 2003.

The Rigts of Women in Islam. London: C. Hurst and Co., 1992.

Fakih, Mansour, dkk. Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam. Surabaya: Risalah Gusti, 2006.

Hamka. Kedudukan Perempuan dalam Islam. Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1996.

Hasyim, Syafiq. Hal-hal yang Tak Terpikirkan: Tentang Isu-isu Keperempuanan dalam Islam. Bandung: Mizan, 2001.

Ibad, M. N. Kekuatan Perempuan dalam Perjuangan Gus Dur-Gus Miek. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011.

Jamalullail, “Hak Berpolitik Seorang Muslimah Perspektif Fiqih Politik”, Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003.

Jarwanto. Pengantar Manajeman (3 In 1). Yogyakarta: Mediatera, 2015.

66

Page 77: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

67

Khatimah, Najmah Sa’idah Husnul Khatimah. Revisi Politik Perempuan (Bercermin pada Shahabiyah Ra). Jakarta: Idea Pustaka, 2003.

Kurzman, Charles, ed., Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer Tentang Isu-isu Global. Jakarta: Paramadina, 2003.

Mernisi, Fatimah. Pemberontakan Wanita: Peran Intelektual Kaum Wanita dalam Sejarah Muslim,. Bandung: Mizan, 1999.

______________. Wanita di Dalam Islam. Bandung: Pustaka, 1994.

Moelong, Lexy J.. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2017.

Muhammad, Husein. Fiqh Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta, 2002.

Muhammad, Husein. Islam Agama Ramah Perempuan: Pembelaan Kiai Pesantren. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2013.

_______________. Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan: Inspirasi dari Islam dan Perempua, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2014.

Musa, Ali Masykur. Membumikan Islam Nusantara: Respons Islam Terhadap Isu-isu Aktual. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2014.

Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2006.

Nuruzzaman, M. Kiai Husein Membela Perempuan,. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.

Rachman, Budhy Munawar. Argumen Islam untuk Sekularisme: Islam Progresif dan Perkembangan Diskursusnya. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2010.

Rakhmat, Jalaluddin. Meraih Cinta Illahi: Belajar Menjadi Kekasih Allah. Depok: Pustaka IIMaN, 2008.

Rivai, Veitzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Press, 2012.

Sabiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dar al-Fikr, 1992.

Saleh, Akh. Muwafik, Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi. Malang: Universitas Brawijaya Press, 2016.

Page 78: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

68

Sali, Darsono Yusin. Meneguhkan Keislaman & Keindonesiaan. Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Sarwono, Jonathan. Metodologi Penelitan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.

Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. Cahaya Illahi Yang Hilang. Malang: Universitas Brawijaya Press, 2013.

Sinn, Ahmad Ibrahim Abu. Manajemen Syariah: Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Syuhud, A. Fatih. Wanita Shalihah Wanita Modern. Malang: Pustaka Alkhoirot, 2009.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Ilmu & Aplikasi Pendidikan: Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007.

Umar, Nasaruddin. Teologi Jender: Mitos dan Teks Kitab Suci. Jakarta: Pustaka Cicero, t.t.

Umar, Nasaruddin., Kodrat Perempuan dalam Alquran. Jakarta: Fikahati Aneka, 2000.

Widiyani, Noviyati. Peran KH. Husein Muhammad dalam Gerakan Kesetaraan Gender di Indonesia. Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Zuhdi, Muslimin. Tetaplah Beribnar Sekalipun Langit Runtuh. Ponorogo: Kuwaiz, 2009.

ARTIKEL

Asmani, Jamal Ma’mur. “Kepemimpinan Perempuan: Pergulatan Wacana di Nahdlatul Ulama (NU)”, ADDIN, Vol. 9, No. 1, Februari 2015.

Fathurrahman, “Kepemimpinan Perempuan dalam Islam: Legitimasi Sejarah atas Kepemimpinan Politik Perempuan”, El-Hikam: Journal of Education and Religious Studies, Vol. IX, No. 1 Januari-Juni 2016.

Hadi, Abdul. "Posisi Wanita dalam Sistem Politik Islam Perspektif Fenomelogi." An Nisa'a 12.1 2017.

Kasmawati, “Gender dalam Perspektif Islam”, Sipakalebbi’, Vol. 1, No. 1 Mei 2013.

Page 79: KEPEMIMPINAN WANITA DALAM RANAH SOSIAL DAN POLITIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46568... · 2019-08-13 · tentang kepemimpinan wanita dalam Islam dan menganalisis

69

Nizar, Samsul. "PENDIDIKAN PEREMPUAN: Kajian Sejarah yang Terabaikan." Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 11.1 (2017).

Siswa, Imran, “Hak Asasi Manusia dalam Piagam Madinah serta Prinsip-prinsip Konstitusi Madinah”, Mahkamah, Vol. 2, No. 2 Oktober 2010.

Tangngareng, Tasmin, “Kepemimpinan Wanita dalam Perspektif Hadis Nabi SAW (Pemahaman Makna Tekstual dan Kontekstual)”, Sulesana, Vol. 10, No. 2, Tahun 2016.

INTERNET Soekarso dan Iskandar Putong, Kepemimpinan: Kajian Teoritis dan Praktis,

Diakses melaluihttps://books.google.co.id/books?id=g6hxBgAAQBAJ&dq=sifat-sifat+kepemimpinan&hl=id&source=gbs_navlinks_s pada 19 Maret 2019.