Resensi Novel Ranah 3 Warna

42
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa kebanggan Bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang disempurnakan oleh beberapa tokoh Bangsa Indonesia yang berkecimpung di bidang Bahasa Indonesia. Bahasa bisa digunakan secara lisan maupun tulisan. Secara tulisan biasanya digunakan dalam sebuah karya sastra. Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila didalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum dihati pembacanya. Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya. Karya sastra diciptakan oleh pengarang atau sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Satrawan sebagai pencipta karya sastra jelas mengharapkan karya-karya nya dapat dinikmati oleh pembaca sastra, tidak hanya bermaksud pembaca mengetahui apa yang ia sampaikan lewat karya nya, tetapi pengarang juga ingin mengajak pembaca ikut merasakan apa yang dirasakan pengarang. Sastra yang lahir di masyarakat akan selalu melibatkan diri pada masyarakat. Sastra memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Sastrawan di Indonesia sangatlah banyak dan hebat. Sastrawan adalah 1

Transcript of Resensi Novel Ranah 3 Warna

Page 1: Resensi Novel Ranah 3 Warna

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBahasa Indonesia merupakan bahasa kebanggan Bangsa Indonesia. Bahasa

Indonesia berasal dari bahasa melayu yang disempurnakan oleh beberapa tokoh Bangsa Indonesia yang berkecimpung di bidang Bahasa Indonesia. Bahasa bisa digunakan secara lisan maupun tulisan. Secara tulisan biasanya digunakan dalam sebuah karya sastra.

Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila didalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum dihati pembacanya. Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.

Karya sastra diciptakan oleh pengarang atau sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Satrawan sebagai pencipta karya sastra jelas mengharapkan karya-karya nya dapat dinikmati oleh pembaca sastra, tidak hanya bermaksud pembaca mengetahui apa yang ia sampaikan lewat karya nya, tetapi pengarang juga ingin mengajak pembaca ikut merasakan apa yang dirasakan pengarang. Sastra yang lahir di masyarakat akan selalu melibatkan diri pada masyarakat. Sastra memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Sastrawan di Indonesia sangatlah banyak dan hebat. Sastrawan adalah ahli sastra atau orang yang menghasilkan karya sastra seperti novel, puisi, sajak, naskah drama dan lain-lain.

Karya sastra merupakan hasil karya seni kreatif manusia, yang objeknya adalah dirinya, orang-orang disekitarnya dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. (Semi, 1988:8). Berdasarkan pendapatnya tersebut dapat dikatakan bahwa karya sastra dan masyarakat tidak dapat dilepaskan. Karena permasalahan yang terungkap dalam karya sastra adalah manusia dan aktivitasnya.

Karya sastra yang berisi pemikiran, ide-ide, kisahan dan amanat penutur dapat berkomunikasi dengan peminat sastra, apabila mereka mampu mengapresiasikannya. Untuk dapat mengapresiasi karya sastra dengan baik pada diri pembaca, tentulah harus ada keinginan yang tinggi terhadap karya sastra. Upaya

1

Page 2: Resensi Novel Ranah 3 Warna

mengenal karya sastra dapat dilakukan dengan meningkatkan daya baca ataupun mendengarkan pembacaan karya sastra.

Salah satu bagian dari karya sastra adalah novel. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu “novella” yang artinya sebuah kisah atau sepotong cerita. Penulis novel disebut novelis. Novel adalah tulisan berupa karangan prosa yang panjang dan menceritakan sebuah kisah. Drs. Rostamaji mengatakan bahwa “novel merupakan karya sastra yang memiliki dua unsur, yaitu instrinsik dan ekstrinsik yang mana keduanya saling berkaitan dalam sebuah karya sastra”.

Untuk mengetahui isi dari sebuah novel, kita bisa membaca atau dengan melakukan resensi. Resensi berasal dari bahasa Belanda “recensie” yang berasal dari sebuah kata kerja bahasa latin revidere atau recensere yang berarti melihat kembali, menimbang atau menilai. Resensi adalah pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.

Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan resensi sebuah karya yang berbentuk novel dengan judul “Ranah 3 Warna”. Harapan penulis hasil resensi ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan dalam memahami dalam sebuah karya sastra. Pada sisi lain karya tulis ini dapat memberi sumbangan dalam pembelajaran sastra Indonesia

2.1 Rumusan Masalah

Karya tulis ini berjudul Analisis unsur instrinsik dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ditemukan beberapa masalah, diantaranya :

2.1.1 Bagaimana unsur-unsur instrinsik dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi?

2.1.2 Bagaimana nilai pendidikan yang terkandung dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi?

1.1 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulis merensi novel dengan judul “Analisis Unsur Instrinsik dalam Novel Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi, diantaranya :

1.1.1 Untuk mengetahui unsur-unsur instrinsik dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi

1.1.2 Untuk mengetahui nilai pendidikan yang terkandung dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi

2

Page 3: Resensi Novel Ranah 3 Warna

BAB 2

GAMBARAN UMUM

2.1 Identitas Buku

1) Judul Novel : Ranah 3 Warna2) Jenis Buku : Novel3) Penulis : Ahmad Fuadi4) Genre : Edukasi, Religi, Roman5) Negara : Indonesia6) Penerbit : Gramedia Pustaka Utama7) Percetakan : PT Gramedia, Jakarta8) Desain dan Ilustrasi cover : Slamet Mangindaan9) Ilustrasi peta : Kali Cartoon10) Editor : Danya Dewanti Fuadi

Mirna Yulistianti11) Setting : Fitri Yuniar12) Proofreader : Novera Kresnawati

Meilia Kusumadewi13) Tahun Terbit : Januari 201114) Kota terbit : Jakarta15) Tebal buku : 473 halaman

3

Page 4: Resensi Novel Ranah 3 Warna

16) Angkatan : 2000

2.2 Biografi Pengarang

Ahmad Fuadi, pria kelahiran Nagari Bayur, sebuah kampong kecil di pinggir Danau Maninjau 30 Desember 1972, adalah seorang novelis, praktisi konservasi, dan wartawan. Ibunya guru SD dan ayahnya guru madrasah.

Fuadi merantau ke Jawa, memenuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Ia masuk di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo tahun 1988 dan lulus tahun 1992. Disana dia bertemu dengan kyai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat.

Gontor pula yang mengajarkan kepadanya “mantra” sederhana yang sangat kuat, man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses. Lulus kuliah Hubungan Internasional, UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamnya dijalani dalam tugas-tugas reportase dibawah bimbingan wartawan senior tempo. Tahun 1999 dia mendapatkan beasiswa fullbright untuk kuliah S-2 di School of Media and Public Affair, George Washington University, USA.

Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga wartawan tempo adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah mereka menjadi koresponden tempo dan wartawan Voice of America (VOA). Berita bersejarah seperti tragedi 11 September di laporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitoll Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway,University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang Scholarship hunter, Fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa sampai sekarang, Fuadi telah mendapatkan 8 beasiswa untuk belajar di luar negeri.

Dia telah mendapatkan kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika dan Inggris. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi The Nature Convervancy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini Fuadi sibuk menulis, jadi pembicara dan motivator, mulai menggarap film layar lebar Negeri 5

4

Page 5: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Menara, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu—Komunitas Menara.

Negeri 5 Menara telah mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain nominasi Khatulistiwa Literary Award 2010, Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit 2010 versi Anugerah Pembaca Indonesia. Sedangkan tahun 2011, Fuadi dianugerahi Liputan 6 Award, SCTV untuk kategori Motivasi dan Pendidikan.

2.3 SinopsisAlif baru saja tamat daei Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi

dalam Bahasa Arab dan Inggris. Impiannya ?? Dia ingin belajar Ilmu Teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Negeri Paman Sam 9 (Amerika).

Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin kuliah. Namun kawan karibnya Randai meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tanpa ijazah?.

Karena terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat tersebut. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif lelah dan mulai bertanya-tanya “ Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini ?”. Hampir saja dia menyerah.Tapi Alif teringat oleh mantra dari Pondok Madani yakni “ Man Shabara Zhafira”. Siapa yang bersabar akan beruntung.

Dibekali sepatu hitam oleh ayahnya Alif berangkat ke Bandung untuk memulai kuliah.Berbagai tantangan dia hadapi selama kuliah di UNPAD, mulai dari keinginan menjadi seorang penulis dengan berguru ke seorang senior bernama Bang Togar yang mendidiknya dengan keras hingga artikel Alif dimuat di media lokal Bandung.

Namun malang tidak dapat ditolak, baru beberapa bulan Alif kuliah,ayahnya meninggal. Kehilangan sosok ayah yang menjadi tulang punggung keluarga membuatnya goyah, siapa yang membiayai sekolah adik-adiknya? Alif hampir putus asa, tapi sosok seorang Ibu menyemangatinya sehingga dia melanjutkan kembali kuliahnya.

Dalam perjalanan kuliahnya, Alif mencoba mengikuti tes pertukaran pelajar ke Amerika, bermodalkan niat dan tekad, Alif pun berhasil lolos dengan berbagai pertimbangan yang diberikan oleh panitia. Kanada! Ya itu tempat yangakan Alif tuju, impiannya untuk menginjakkan kaki di Amerika akhirnya tercapai.Raisa yang merupakan perempuan yang Alif sukai lolos seleksi pertukaran pelajar.Alif menambah banyak teman, dari pertukaran pelajar tersebut.

Di sebuah kota kecil di Kanda Alif tinggal, dia tinggal dengan homestay parent yang bernama Franco Pepin. Banyak pengalaman yang Alif dapatkan saatdi

5

Page 6: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Kanada, mulai canda, tawa, cinta, sedih campur menjadi satu hingga Alif mendengarkan pernyataan dari Raisa secara tidak sengaja yang menyatakan bahwa dia tidak ingin pacaran, tapi dia ingin langsung ke jenjang pernikahan. Halini menyebabkan Alif mengurungkan niatnya untuk menyatakan perasaannya, diamenyimpan surat itu hingga suatu hari nanti.

Setahun berlalu, Alif dan rombongan pertukaran pelajar kembali ke Indonesia. Beberapa tahun kemudian, Alif lulus, tapi di hari kelulusan itu, saatdia ingin menyerahkan surat tersebut ke Raisa, hal yang tidak disangka terjadi,Raisa telah bertunangan dengan Randai, kawan karibnya! Dengan perasaan yang campur aduk dia berusaha mencoba untuk menerimanya.

Setelah 10 tahun, Alif menepati janjinya ke Franco Peppin untuk mengunjungi dia kembali di Kanada dengan seorang istrinya. Di puncak bukit kota itu dia menatap terbitnya matahari dengan istrinya, dia bernostalgia dengan perjuangannya yang keras dia bisamenjadi besar seperti ini, berkat 2 mantra dari Pondok Madani ´man jadda wa jadda dan ´man shabara zhafira.

Ranah 3 Warna adalah hikayat tentang bagaimana impian tetap wajib di bela habis-habisan walau digelung nestapa tak berkesudahan. Tuhan sungguh bersama orang yang sabar.

6

Page 7: Resensi Novel Ranah 3 Warna

BAB 3

PEMBAHASAN

1.2 Unsur IntrinsikUnsur intrinsik adalah hal- hal yang keberadaannya wajib di dalam sebuah

novel. Jika ekstrinsik lebih kepada opsional, maka unsur intrinsik novel tak boleh luput, jika tidak maka tulisan tersebut tak layak disebut novel.1 Unsur intrinsik terdiri dari :

1.2.1 TemaTema adalah gagasan atau persoalan utama yang diungkapkan oleh

pengarang untuk menjiwai keseluruhan cerita dalam sebuah karya tulis, novel, dan lain-lain. Tarigan mengatakan bahwa “ Tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar gagasan utama dari suatu karya sastra” ( 1993:125).

Cara menentukan tema yaitu dengan melihat yang berkaitan dengan judul cerita, berhubungan dengan konflik dan yang berkaitan dengan peristiwa yang sering terjadi.

Tema umum dari novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi adalah perjuangan Alif Fikri dalam meraih cita-citanya. Sedangkan tema khususnya yaitu seorang yang ingin mewujudkan mimpinya untuk menjadi seperti Habibie.

1.2.2 Tokoh dan PerwatakanTokoh adalah adalah pelaku yang memerankan cerita. Sedangkan

penokohan adalah penggambaran yang jelas tenta seorang tokoh yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan ini sangat erat kaitannya dengan perwatakan. Perwatakan yaitu watak/ sifat/ karakter tokoh.

Ada 3 jenis perwatakan, yaitu : Protagonis adalah tokoh utama yang pada umumnya berkarakter

baik, jadi idola atau bahkan pahlawan. Antagonis adalah tokoh utama yang pada umumnya berkarakter

jahat, lawan dari tokoh protagonis.

1 Sinopsisnovelku.blogspot.com/2013/03/mengenal-unsur-instrinsik-novel/

7

Page 8: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Tritagonis adalah tokoh pemeran pembantu, sebagai figuran, posisinya netral dalam cerita.

Cara pengarang mengungkapkan watak atau penokohan para tokoh ada 2 cara, yaitu :

Teknik analitik ( langsung ), yaitu karakter diceritakan secara langsung oleh pengarang.

Teknik dramatik, yakni karakter tokoh diceritakan secara tersirat oleh penulis atau secara tidak langsung.

Pada penokohan teknik dramatik karakter bisa diungkapkan melalui : Pikiran tokoh; Dialog atau ucapan antar tokoh; Bentuk fisik dan cara berpakain tokoh; Keadaan lingkungan sekitar tokoh; Reaksi atau tanggapan tokoh terhadap peristiwa yang

dihadapi/dialami: Perilaku/ tindakan tokoh;

Adapun tokoh dan perwatakan dalam novel “Ranah 3 Warn” karya Ahmad Fuadi, diantaranya sebagai berikut.

Alif Fikri si pekerja kerasAlif Fikri bertindak sebagai tokoh “Aku” atau tokoh utama dalam novel

ini. Alif diposisikann sebagai tokoh utama yang selalu diceritakan dalam novel ini. Alif digambarkan memiliki banyak karakter oleh penulis, diantaranya memiliki tekad yang kuat, jujur, ikhlas dan selalu bersyukur. Dalam novel ini, Alif digambarkan oleh pengarang secara dramatik dengan tindakan atau perilaku tokoh. Perhatikan kutipan berikut.

“Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa: aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN. Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apapun akan aku tebas.Maka malam itu aku susun strategi perang. Pertama, aku harus memiliki semua senjata. Senjata utama untuk menaklukan pelajaran SMA adalah menguasai buku wajib siswa SMA dari kelas 1 sampai kelas 3.” ( Fuadi, 2011:9)

Patuh dan pekerja keras. Itupun menjadi watak Alif. Alif selalu mematuhi segala perintah orang tuanya. Ketika Amak Alif menyuruh nya untuk sekolah agama Alif menurutinya dan belajar di Pondok Madani. Dan setelah lulus dari Pondok Madani, dia ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Tetapi Alif memiliki kendala dia tidak mempunyai ijazah SMA dan untuk mendapatkannya Alif

8

Page 9: Resensi Novel Ranah 3 Warna

harus mengikuti persamaan SMA untuk bisa mengikuti UMPTN agar bisa masuk perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Pertarungan yang lebih ketat telah di depan mata: UMPTN. Kalau ujian persamaan adalah pertandingan melawan diri sendiri, maka UMPTN adalah pertandingan melawan diri sendiri sekaligus “musuh” dari seluruh Indonesia. Yang aku perebutkan adalah sebuah kursi yang juga diincar oleh ratusan ribu tamatan SMA di seluruh Indonesia. Dril belajar ala PM ternyata tidak mempan. Aku jadi malu pada diriku sendiri, dan lebih malu lagi mengakui semangat belajarku melempem kepada Ayah dan Amak.” ( Fuadi, 2009: 14-19)

Dari kedua kutipan diatas, tokoh Alif dapat ditedalani oleh kita karena Alif dapat memberikan banyak inspirasi. Dimana kita akan ikut membayangkan perasaan Alif ketika dia sudah bekerja keras membuat artikel tetapi artikelnya tidak diterima. Disini kita bisa belajar dimana apa yang kita kerjakan harus penuh dengan kerja keras, jujur dan mempunyai tekad yang kuat untuk melakukan apapun yang kita inginkan. Dan satu yang harus kita selalu utamakan dalam hal apapun kita harus selalu patuh terhadap orang tua, apapun yang terjadi. Dan yang terakhir adalah selalu bersyukur.

Randai yang setia kawanRandai adalah kawan akrab Alif. Randai merupakan tokoh yang antagonis,

dia memiliki perawakan tinggi, berkulit putih dan rambut yang panjang. Dalam novel ini, Randai digambarkan oleh pengarang secara dramatik dengan dialog atau ucapan tokoh. Perhatikan kutipan berikut.

“Lif, kita kan kawan, tinggal saja dulu disini sampai ketemu kos yang pas. Terima kasih tapi ya tidak jelas kapan akan ketemunya. Randai terdiam sejurus dan menatapku dengan sungguh-sungguh. Atau begini saja bagaimana kalau gabung saja dengan aku disini, kita bisa patungan bayar berdua kamar ini.Randai tampak kasihan padaku. Dengan senang hati segeraaku terima tawarannya. Tawaran ini jelas yang tebaik, jauh lebih murah, dan tempat kos tidak jauh dari kampusku di Dago atas, Itulah Randai. Sebagai kawan, dia orang yang setia. Walau di banyak bidang kami bersaing, kami tetap berusaha akur.” (Fuadi, 2011:62)

Selalu merendahkan orang lain dan pemarah. Itupun menjadi watak Randai. Randai selalu merendahkan kemampuan Alif. Begitu pula pada saat Alif lulus dan ingin melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi dan menggapai impiannya seperti Habibie. Hal ini dapatdilihat dari kutipan berikut.

“Hmm, kuliah dimana setelah pesantren ? Emangnya wa’ang bisa kuliah ilmu umum ? Kan tidak ada ijazah SMA ? Bagaimana akan bisa ikut

9

Page 10: Resensi Novel Ranah 3 Warna

UMPTN ?” Pertanyaan Randai berentetan dan berbunyi sengau. Seperti merendahkan. Rasanya telak menusuk harga diriku. Darahku pelan-pelan terasa naik ke ubun-ubun.” ( Fuadi, 2011:4)

Dari kedua kutipan diatas, tentang tokoh Randai kita bisa mengambil kesimpulan. Meskipun Randai mempunyai sifat yang kurang baik diantaranya : sifat sombong mudah marah. Namun untuk dilihat dari kacamata kita bahwasannya dari setiap manusia pasti memiliki sifat sombong dan merendahkan orang lain, namun hal itu kembali ke diri kita masing-masing untuk bisa meminimalis sifat tersebut. Dan tidak dipungkiri juda bahwa dibalik sifat buruknya tersebut, dia masih memiliki sisi baik yang bisa kita teladani di kehidupan sehari-hari yaitu setia kawan dan suka menolong.

Amak yang penyayang dan perhatianAmak adalah ibunya Alif. Amak merupakan tokoh yang protagonis. Beliau

adalah seorang perempuan berbadan kurus dan mungil. Wajahnya sekurus badannya, dengan sepasang mata yang bersih yang dinaungi alis tebal. Dalam novel ini, Amak digambarkan oleh pengaraeng secara dramatik oleh tindakan atau tingkah lakunya. Dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin menjadi penentu nasib masa depanku. Amak dan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan.”Nak, jangan terlalu diforsir tenaga itu, jaga kesehatatan, jangan sampai tumbang dimasa ujian,” kata Amak ketika datang ke kamarku membawa goreng pisang atau teh telur.” ( Fuadi, 2011:12)

Selain penyayang amak juga memiliki sikap yang tegas, amak yang sedih ketika membaca surat dari Alif yang berencana untuk berhenti sekolah karena tidak ada biaya dan berniat membantu amak. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut :

“Amak sedih sekali belum bisa mencukupi kebutuhan wa’ang dirantau. Tapi jangan pernah berani-berani pulang tanpa menyelesaikan apa yang sudah wa’ang mulai. Selesaikan kuliah, amak akan mendukung dengan sepenuh tenaga dan doa. Menuntut ilmu itu juga berjuang di jalan Tuhan. Insya Allah amak masih sanggup menghidupi kalian. Dengan cara apapun.” (Fuadi, 2011:105)

Dari kedua kutipan diatas, dapat kita ketahui bahwa seorang ibu manapun pasti akan selalu menyayangi anak-anaknya, apapun yang terjadi seorang ibu pasti akan ada untuk anak-anaknya tidak peduli apa yang harus seorang ibu korbankan. Meskipun seorang anak sedang berada jauh di perantauan tapi percayalah ibu

10

Page 11: Resensi Novel Ranah 3 Warna

akan mendoakan yang terbaik. jadi, tokoh amak dapat kita teladani sebagai sosok ibu yang selalu memikirkan masa depan anaknya.

Ayah yang bijaksana

Ayah adalah orang yang Alif percayai akan membantunya untuk menentang permintaan Amak masuk sekolah agama. Ayah merupakan tokoh yang protagonis. Beliau berperawakan kecil tapi liat dengan bahu yang kokoh. Matanya tenang dan penyayang. Dalam novel ini, Ayah digambarkan secara dramatik dengan jalan pikirannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut saat Alif akan berangkat merantau.

“Nak, ingat-ingatlah nasihat para orang tua kita. Dimana bumi berpijak, disitu langit dijunjung. Jangan lupa menjaga nama baik dan kelakuan. Elok-elok menyebrang. Jangan sampai titian patah. Elok-elok di negeri orang. Jangan sampai berbuat salah. Nasihat singkat itu ditutup ayah dengan doa bersama untuk perantauanku.” (Fuadi,2011:41)

Ayah juga sangat perhatian terhadap Alif. Dan mungkin yang paling mengerti perasaan Alif. Saat Alif ingin keluar dari Pondok Madani ayah yang datang jauh-jauh dari Maninjau ke Jawa hanya untuk meluluhkan hati Alif. Hal ini terdapat pada kutipan berikut :

“Ayah mungkin yang paling tahu perasaan yang aku simpan. Setahun lalu, beliaulah yang datang jauh-jauh dari Maninjau menemuiku di Ponorogo, hanya untuk menjinakan hatiku ketika aku ingin sekali keluar dari Pondok Madani atau PM. Alasanku waktu itu karena aku ingin kuliah dijalur ilmu umum, sedangkan PM tidak mengeluarkan ijazah SMA. Aku setuju menyelesaikan pendidikan di PM setelah ayah berjanji menguruskan segala keperluanku untuk memperoleh ijazah SMA melalui ujian persamaan.” (Fuadi,2011:5)

Dari kedua kutipan diatas, dapat kita ketahui peran seorang ayah yang selalu menjadi orang yang dapat mencurahkan segenap kasih sayang terhadap anaknya, terbukti dengan dia yang selalu bisa menjadi penenang bagi anaknya. Seorang ayah juga rela menempuh perjalanan jauh hanya demi mendengarkan keluh kesah sang anak. Dibalik sikap yang lembut, namun seorang ayah pula mempunyai sifat yang bijaksana yang layaknya seorang ayah miliki.

Raisa si percaya diri

Raisa adalah teman sekaligus tetangga Alif di Bandung dan Alif jatuh hati padanya. Raisa memiliki mata yang bulat dengan bulu mata lentik, wajahnya lonjong telur. Dan dia selalu memakai topi wol. Dalam novel ini, Raisa digambarkan

11

Page 12: Resensi Novel Ranah 3 Warna

oleh pengarang secara dramatik dengan cara berpakaiannya. Perhatikan kutipan berikut.

“Acara ditutup dengan Raisa tampil kedepan. Seragam jas biru tua semakin melengkapi aura percaya dirinya yang besar. Dia mengayunkan kedua tangannya,memimpin kami semua melantunkan lagu Padamu Negeri. Bait terakhir, “Bagimu negeri jiwa raga kami …” kami menyanyikan panjang dengan sepenuh hati.” (Fuadi,2011:228)

Selain mempunyai rasa percaya diri, Raisa juga jago berbahasa Prancis dan jago menari. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

“Raisa dengan luwes memperlihatkan bagaimana setiap gerakan harus dilakukan dengan koordinasi yang baik, antara lengan, jari, leher, dan musik. Giliran aku dan Rusdi mengikuti bersama-sama kepala kami saling beradu. Tapi dengan telaten Raisa mengulang dan membetulkan gerakan kami. Setiap dia membetulkan gerakan kami, semakin kagum aku dengan kesabarannya.” (Fuadi,2011:395)

Dari kedua kutipan diatas, dapat kita simpulkan bahwa Raisa memiliki kemampuan di bidang seni terbukti dengan kepercayaan dirinya dalam menampilkan tarian-tarian. Selain berbakat di bidang seni Raisa pun bisa berbahasa asing. Kita dapat mencontoh karakter Raisa.

Bang Togar yang bakat menulis

Bang Togar adalah senior Alif, pimpinan redaksi Kutub sekaligus guru menulis Alif. Bang Togar memiliki wajah yang persegi, suaranya nyaring, matanya berkilat serta potongan rambut cepak. Selain itu, Bang Togar memiliki bakat menulis. Dalam novel ini Bang Togar digambarkan oleh pengarang secara dramatik dengan lingkungannya. Perhatikan kutipan berikut.

“Bang Togar dikelilingi kawan dewan redaksi. Mereka semua 3 tahun di atasku.” Bang Togar itu penulis muda terkenal lho.” Bisik Mira, seorang senior. Dia bercerita, Togar masih mahasiswa tapi telah menjadi penulis tetap di berbagai media, bahkan menjadi kontributor reguler di Kompas.” (Fuadi,2011:65-66)

Selain memiliki bakat menulis, Bang Togar juga memiliki sikap bijaksana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“….Hanya satu nasihatnya.” Kalau naskah kau ditolak jangan berfikir naskah itu jelek” Mungkin si redaktur sedang sakit, jadi tidak sempat membaca dengan teliti. Atau si redaktur kekurangan halaman untuk

12

Page 13: Resensi Novel Ranah 3 Warna

membuat tulisan kau sekarang. Jangan pernah meras tulisan kau jelek. Tapi juga bukan berarti sudah bagus sehingga merasa tidak bisa di bikin lebih bagus.” (Fuadi,2011:141)

Dari kedua kutipan diatas, bisa kita simpulkan bahwa Bang Togar bisa dijadikan teladan bagi kita. Dia memiliki bakat yang luar biasa dan sikap disiplin yang kuat. Maka untuk menjadi orang yang sukses di perlukan kedisiplinan yang tinggi dan tetap bekerja keras.

Wira si Pemberani

Wira adalah teman Alif di Universitas Padjajaran dan juga anggota geng uno. Wira berasal dari Malang, Jawa Tengah. Wira berperawakan tinggi, berpostur atletis berkulit bersih suaranya lantang tapi parau dan juga memiliki tampang yang sedap dipandang. Selain itu, Wira adalah anak yang pemberani. Dalam novel ini Wira digambarkan oleh pengarang secara dramatik dengan tingkah lakunya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“... Kakak senior ini gede kali dan sudah tua tapi kok kurang akal. Seperti gajah jinak ditepuk-tepuk pawangnya, Jumpo hanya kuyu dan pucat. Kegarangannya telah raib ditelan angin. Wira tidak mau ketinggalan unjuk gigi. Suaranya parau dan kencang. “Eh, dengar, kami itu bukan anak kemarin sore. Jangan main-main ya. Perlakukan kami dengan adil dan manusiawi. Kalau sekali lagi kau rendahkan arek malang, apapun kami libas. Apalagi senior kaya kau!” (Fuadi,2011:57)

Dari kutipan diatas bisa kita simpulkan bahwasannya meskipun masih junior namun bukan berarti kita tidak dihargai. Seharusnya sikap senior bukanlah menindas melainkan mengayomi dan membimbing. Sifat yang bisa kita teladani dari sosok Wira adalah berani meneriakan hal-hal yang benar.

Agam si humoris

Agam adalah teman Alif dan juga anggota geng uno. Agam memiliki tubuh yang gempal, berwajah humoris dan kadang berwajah serius. Dalam novel ini, Agam digambarkan oleh pengarang secara dramatik dengan tingkah laku atau perbuatannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Agam adalah perekat kami. Dia selalu punya humor heboh untuk diceritakan. Agam suka mengikat tali sepatu orang lain atau melempar bola kertas untuk mengusili teman yang mengantuk. Kalo sedang tertawa dengan lawakannya sendiri, badannya yang gempal seperti beruang madu

13

Page 14: Resensi Novel Ranah 3 Warna

berguncang-guncang heboh. Sesekali dia menjelma menjadi orang berwajah serius dan bisa berbicara seperti orator ulung, lengkap dengan acungan kepalan tangan.” (Fuadi,2011:59)

Dari kutipan diatas kita juga harus memiliki sifat humoris agar hidup kita lebih menyenangkan. Dan bisa menghibur orang lain.

Memet si pecinta damaiMemet adalah teman Alif dan juga anggota geng uno. Memet memiliki

badan yang subur kebalikan dari Agam. Dia pecinta damai. Dalam novel ini, Memet digambarkan oleh pengarang secara dramatik oleh tingkah laku atau perbuatannya. Hal ini dapat di lihat dari dari kutipan berikut.

“…Dia pecinta damai dan selalu melarang Agam mengganggu orang lain. Karena itu mereka sering bertengkar. Kegiatan utama Memet adalah sibuk membantu siapa saja. Kalau kami kehausan, dia akan dengan senang hati mengangsurkan botol minum. Dia juga pemotong rambut yang andal. Beri dia gunting dan sisir sebutkan model rambut, maka dengan telaten dia membabat rambut kam sesuai dengan pesanan. Beruntunglah kami bertiga karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk potong rambut, karena selalu ada Memet,” ( Fuadi, 2011:60)

Dari kutipan diatas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh Memet merupakan teladan bagi kita. Dia pecinta damai, baik hati dan suka menolong. Kita sebagai makhluk sosial harus selalu mempunyai sikap tolong menolong kepada sesama dan yang membutuhkan. Dan jika kita mempunyai kelebihan kembangkanlah dan pergunakan.

Rusdi si NasionalismeRusdi adalah teman Alif yang unik dan pandai berpantun. Dia berasal dari

Banjar, Kalimantan. Kemana saja Rusdi pergi dia pasti membawa bendera Indonesia. Dalam novel ini, Rusdi digambarkan oleh pengarang secara dramatik oleh tingkah lakunya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Rusdi kemudian menjadi kawan satu kamarku. Kemana saja Rusdi pergi dia pasti membawa bendera Indonesia. Bahkan kopernya di car merah putih. Ransel nya punya bagde merah putih, buku diary-nya juga ditempeli stiker gambar bendera. Salah satu topik pembicaraan yang disukainya adalah nasionalisme, hutan, dunia politisi, dan mata-mata. Kalau sedang senang atau grogi, kerjanya menekuk-nekuk jari sampai berbunyi seperti tulang patah. Semakin dia bersemangat semakin banyak bunyi tulang patah,…” ( Fuadi, 2011:220)

14

Page 15: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Dari kutipan diatas kita bisa meneladani Rusdi yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi, dan dia menerapkan sifatnya itu dalam kehidupan sehari-harinya.

Francois Pepin yang selalu tersenyumFrancois Pepin adalah homologue Alif di Quebec, Kanada. Dia mahasiswa

sosiologi di Universite Laval dan sangat tertarik pada budaya Asia. Franc tokoh yang protagonis. Franc berasal dari Quebec, Kanada. Franc berperawakan sedang, tidak terlalu tinggi, pupil matanya berwarna biru terang, mukanya lonjong dan dagunya simetris. Dalam novel ini, Franc di gambarkan oleh penggarang secara dramatik oleh tingkah lakunya. Perhatikan kutipan berikut.

“Oui…Oui, yes… very fast,” katanya mengangguk angguk senang seperti burung beo. Dia mengangkat tangannya kearahku, minta aku membalas. High five. Tos.”good team…good team,” katanya sambil cengegesan. Aku kembali tertawa melihat mimiknya, mulut tersenyum lebar, mata terbelalak, alis terkembang. Mungkin aku tidak dapat mitra belajar Bahasa Inggris, tapi setidaknya aku mendapatkan seorang kawan yang baik dan lucu.” (Fuadi,2011:274)

Dari kutipan diatas dapat kita simpulkan bahwa kita harus selalu tersenyum ketika kita memiliki masalah. Harus selalu menjadi pribadi yang periang.

Mado si berhati lembut

Mado adalah ibu angkat Alif di Quebec, Kanada. Mado merupakan tokoh yang protagonis. Mado berasal dari Quebec. Mado memiliki mata yangbesar dan biru, rambutnya seperti anyaman warna cokelat dan pirang, serta berbadan langsing. Mado memiliki hati yang lembut dan perhatian kepada Alif.

Dalam novel Mado digambarkan oleh pengarang secara dramatik oleh tingkah lakunya. Perhatikan kutipan berikut.

“ Mado, perempuan berambut pirang yang lembut hati ini selalu telaten membakar roti isi omelet yang gurih buat sarapanku. Sering dia berlari-lari tiba-tiba menyusulku yang sudah naik ke sadel sepeda, hanya untuk memasukan lagi sebungkus biskuit atau sebiji apel ke tas punggungku. Mado bahkan sudah hapal jadwal sholatku. Dan sering mengingatkan saat waktu datang agar aku menunaikan salat. (Fuadi, 2011:428)

15

Page 16: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Dari kutipan diatas dapat kita simpulkan bahwa tokoh Mado merupakan tokoh yang baik dan perhatian, dia sangat menyanyangi Alif seperti dia menyanyagi anak nya sendiri, meskipun Alif hanya sebagai anak angkatnya sementara.

Ferdinand si baik hatiFerdinand adalah ayah angkat Alif di Quebec, Canada. Ferdinand merupakan

tokoh yang protagonis. Memiliki perawakan tubuh seperti tentara tapi tidak terlalu tinggi. Dia memiliki sifat baik hati, perhatian dan dia lebih banyak berbuat daripada berbicara. Dalam novel ini Ferdinand digambarkan oleh penggarang secara dramatik oleh tingkah lakunya. Perhatikan kutipan berikut.

“ Sedangkan Ferdinand banyak berbuat daripada bicara. Aku pernah bilang harus mengirim artikel setiap minggu ke koran di Bandung. Diam-diam dia menghubungi anak sulungnya Jeaninne yang sudah bekerja di quebec City, menanyakan apakah punya kompoter yang tidak terpakai. Sungguh ajaib, besoknya dimeja kamarku telah duduk dengan manis sebuah komputer Mancitish Classic.” (Fuadi, 2011:429)Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tokoh Ferdinand merupakan

sosok ayah yang perhatian terhapad anaknya, meskipun Alif bukan anak kandungnya tetapi dia mau melakukan apapun demi Alif.

1.2.3 Alur (Plot)Alur berhubungan ketidakterikatan pada panjang cerita yang memberi

kebebasan kepada pengarang, umumnya novel memiliki lebih dari satu alur; terdiri atas satu alur utama dan subalur.2 Alur adalah rangkaian peristiwa yang menjalin membentuk cerita. Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh sebab-akibat.3 Rusyana mengemukakan bahwa “ alur bukan sekedar urutan cerita dari A-Z, melainkan merupakan hubungan sebab-akibat peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya di dalam cerita.” Menurut rangkaian peristiwanya, alur dibedakan menjadi 3, yaitu :

Alur maju, yaitu alur yang diawali dengan perkenalan, konflik, perumitan, klimaks, anti klimaks dan penyelesaian;

Alur mundur, yaitu alur yang diawali dengan penyelesaian. Jadi , cerita yang menggunakan alur ini hanya menceritakan masa lampau;

Alur maju mundur (campuran), yaitu alur yang diawali klimaks, kemudian melihat lagi masa lampau dan dilanutkan sampai pada penyelesaian. Oleh

2 Ismail,Taufiq (ed) dkk, Horison Sastra Indonesia 3, Kitab Nukilan Novel (Jakarta:Horison & The Ford Foundation,2002) hal. 89

3 www.artikelsiana.com/2014/10/pengertian-unsur-instrinsik-unsur-instrinsik.html/

16

Page 17: Resensi Novel Ranah 3 Warna

karena itu, cerita yang menggunakan alur iniada bagian cerita yang menceritakan masa lalu dan masa mendatang.4

Novel “ Ranah 3 Warna “karya Ahmad Fuadi ini menggunakan alur maju. Alur maju ini menceritakan perjuangan tokoh Alif dalam mendapatkan ijazah untuk pendidikan yang lebih tinggi agar bisa meraih cita-citanya.

Tahap pengenalanPada tahap ini pengarang memperkenalkan situasi latar dan tokoh, “ Randai sedang libur panjang dari ITB dan aku baru tamat dari Pondok Madani di Ponorogo. Ini saat menikmati kembali susana kampung kami; langit bersih terang. Bukit Barisan menghijau segar,” (Fauadi,2011:1-2)

Tahap permunculan masalahPada tahap ini Alif mendengar colotehan Randai yang merendahkan

dirinya.“Eh, Alif jadi setelah tamat pesanten ini, waamg masuh tertarik jadi Habibie. Dan kuliah dimana setelah pesantren ? Emangnya waang bisa kuliah ilmu umum ? Kan tidak ada ijazah SMA ? Bagaimana akan bisa ikut UMPTN.” (Fuadi, 2011:2-5)

Tahap peningkatan masalah/klimaksPada tahap ini beban hidup Alif semakin bertambah. Ketika ayahnya

meninggal. Alif semakin bimbang. Apakah Alif akan melanjutkan kuliahnya atau berhenti dan membantu Amak mencari nafkah

“Kini akulah laki-laki satu-satunya dikeluarga kecil kami. Akulah yang harus membela Amak dan adik-adik. Tapi bagaimana caranya ? Kalau ingin menggantikan peran Ayah mencari nafkah, aku mungkin harus berhenti kuliah dan bekerja. Tapi bagaimana dengan impianku untuk kulih ? Untuk merantau keluar negeri ? Aku memijit-mijit keningku yang kini berkulir kusut.” (Fuadi, 2011: 100)

Tahap klimaksPada tahap ini Alif mencoba mengikuti seleksi pertukaran pelajar ke

Amerika. Dan berhasil mendapatkan beasiswa ke Kanada.“Sehari menjelang keberangkatan ke Kanada, kami mengadakan malam perpisahan yang dihadiri para pejabat negara dan karib keluarga. (Fuadi,2011:227)Pada tahap ini juga penulis menceritakan Alif yang berhasil mendapatkan

medali emas atas prestasinya dalam mewawancarai Monsieur Daniel Javier, salah satu tokoh utama referendum Quebec.

4 Pudji Isdriani, Bahasa Indonesia kelas X (Jakarta:Erlangga,2006), p.

17

Page 18: Resensi Novel Ranah 3 Warna

“Para warga Saint Raymond, sebagai pimpinan rombongan, dengan segala kebanggaan hati kami berterima kasih atas sambutan luar biasa dari anda semua. Dan dengan bangga hati di depan anda semua kami ingin memberikan sebuah penghargaan prestisius dalam program kami ini kepada peserta terbaik tahun ini.” “….Alif dan Franc dengan wawancara ekslusifnya dengan tokoh utama referendum Quebec.” “…Alhamdulillah terima kasih Tuhan kami menang.” (Fuadi,2011:413-414)

Tahap anti klimaksPada tahap ini penulis menceritakan kesedihan Mado orang tua angkat

Alif selama di Quebec yang akan ditinggal Alif pulang kembali ke Indonesia.“Rasanya baru kemarin kita kenal. Rasanya baru kemarin kami menyiapkan sarapan kalian. Rasanya belum puas kami mengenal kamu Alif. Tapi program ini sudah akan berakhir. Hanya dua minggu lagi kamu akan pulang, jauh ke belahan dunia sana. Entah kapan kita ketemu lagi.” (Fuadi, 2011:428)

Tahap penyelesaianPada tahap ini penulis menceritakan Alif yang melanjutkan kuliahnya

setelah kembali dari Kanada hingga lulus sebagai Sarjana Hubungan Internasional.“Wisudawan selanjutnya Alif Fikri sarjana dari jurusan Hubungan Internasional. Dengan siaga aku berjalan tegak menuju panggung. Di panggung Pak Rektor dan Pak Dekan telah menunggu dengan senyum lebar. Pak Rektor memindahkan seutas benang di topi hitam datarku ke sebelah kanan, lalu giliran pak Dekan menggenggam tanganku kuat-kuat sambil menyerahkan map biru berisi ijazah sarjanaku. Inilah detik persaksian penting dalam hidupku ketika impianku telah bertukar menjadi kenyataan.” (Fuadi, 2011:454-455)

1.2.4 Latar ( Setting)Latar merupakan salah satu unsur pelengkap isi cerita yang tidakbisa

dipisahkan dari analisis aspek tekstual karya sastra. Latar atau setting mengacu pada pengertian tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberi pijakan cerita secara konkrit dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan nyata pada pembaca, yakni menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.5

5 Aminudin dkk, Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia kelas XI ( Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008),p.175

18

Page 19: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Dalam novel “ Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi ini terdapat banyak latar tempat, waktu, dan suasana. Berikut, beberapa kutipan yang mewakili latar tempat, waktu, dan suasana.

1) Latar TempatLatar tempat adalah latar yang menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa

yang di ceritakan dalam sebuah cerita.6

Tempat yang banyak digambarkan oleh pengarang dalam novel “ Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi adalah di Maninjau, Bandung, Amman, Yordania dan Kanada. Perhatikan beberapa kutipan berikut.

Di Maninjau, Bukittinggi, Sumatera BaratManinjau adalah tempat kelahiran tokoh utama, dan tempat bermain

tokoh Alif dengan teman akrabnya Randai.“Aden duduk disebelah atas ya. Dan seperti biasa, aden pasti menang! Teriak Randai pongah, sambil memanjat ke puncak batu hitam yang kami duduki. Batu sebesar gajah ini menjorok ke Danau Maninjau, dianungi sebatang pohon kelapa yang melengkung seperti busur”. ( Fuadi,2011:1)

Di Bandung, Jawa BaratBandung adalah tempat beradanya kampus Alif yakni Universitas

Padjajaran, disini tokoh Alif kuliah dan mengapai cita-citanya.“Rem angin bus ANS mendesis-desis ketika mulai memasuki wilayah Kota Bandung. Cahaya lampu jalan remang-remang menembus kaca yang buram karena titik-titik air. Gerimis masih menyerbuk diluar. Kenek bus ANS membangunkan para penumpang yang masih tertidur, Panumpanng sadonyo, lah sampai awak di Banduang…” ( Fuadi, 2011:43)

Di Amman, YordaniaAmman, Yordania adalah tujuan pertukaran pelajar dari Indonesia sebelum

ke Kanada.“Gayanya mengingatkan aku kepada kakak kelasku di HI yang telah menjadi diplomat. Begitu satu bus besar kami membelah Kota Amman, semua mata kami yang tadi terkantuk-kantuk kini terbuka lebar melihat ke luar jendela.” ( Fuadi, 2011:238)

Di KanadaKanada adalah tempat tujuan pertukaran pelajar Indonesia, “Daunnya agak lonjong dengan gerigi besar-besar di sekelilingnya, permukaannya terasa kesat dan bertulang lunak. Ada yang hijau segar, ada yang kuning, dan ada yang yang mulai memerah terang, bahkan ada daun yang membuat kombinasi ketiga warna itu. Indah sekali. Tidak salah kalau orang Kanada menjadikan daun maple merah sebagai gambar bendera mereka.”( Fuadi, 2011:256)

6 Debbybongz.blogspot.com/2014/07/pengertian-tema-alur-plot-dan-latar.html/

19

Page 20: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Di Saint RaymondSaint Raymond adalah ibukota Quebec yang merupakan tempat dimana Alif

tinggal.“Hari menjelang sore ketika kami masuk ke batas Kota Saint-Raymond. Di tengah rerimbunan maple, berdiri tegak sebuah plang lalu lintas berwarna hijau yang bertuliskan “ Saint-Raymond 1 km”. ( Fuadi. 2011:297)

2) Latar WaktuLatar Waktu adalah latar yang menggambarkan kapan sebuah peristiwa itu

terjadi.7

Latar waktu pada novel ini adalah pada saat Referendum di Kanada. Perhatikan kutipan berikut.

“ Semakin hari semakin terasa semua headline koran Le Soleil , TV, dan radio dibanjiri berita dan polemik hangat seputar referendum. Pertanyaan besarvsemua orang : apakah referendum pada tanggal 30 Oktober 1995 ini akan memecah Kanada dan menghasilkan sebuah negara baru ?” (Fuadi, 2011: 321)

Dan waktu yang banyak digambarkan oleh penggarang dalam novel “ Ranah 3 Warna “ karya Ahmad Fuadi adalah pagi hari. Perhatikan beberapa kutipan berikut.

Pagi-pagiPagi-pagi adalah pada saat Alif baru bangun dari tidurnya, dan Alif melihat

selimut dan seprai tidurnya sudah kusut.“Pagi-pagi aku lihat selimut dan sepraiku di sekelilingku kusut masai. Guling dan bantal sudah terbang ke lantai. Aku ingat semalam bermimpi jadi pemain Denmark dan menyepak-nyepak selama tidur. Pagi-pagi yang dingin itu aku mendapat semangat baru, aku punya tekad baru, aku punya doa baru.” ( Fuadi, 2011:25)

Pagi hariDi pagi hari biasanya Alif menghabiskan waktunya untuk melakukan

aktivitas. Berikut contoh kutipan yang menceritakan latar pagi hari.“Pagi itu, beranda kayu rumah, kedua ibu-bapak angkatku yang berambut jagung ini merangkulku erat bagai merangkul anak kandung mereka sendiri. Padahal aku hanyalah seorang anak bujang berambut hitam dari Maninjau, kira-kira terletak setengah lingkaran bumi dari Kanada.” ( Fuadi, 2011:445)

Malam hariMalam hari juga merupakan latar waktu dalam novel ini yakni pada saat

melakukan malam perpisahan pelepasan mahasiswa pertukaran pelajar ke Kanada. Berikut kutipan yang menceritakan latar waktu pada malam hari.

“Sehari menjelang keberangkatan ke Kanada, kami mengadakan malam perpisahan yang dihadiri oleh para pejabat negara dan karib keluarga. Seperti yang lain, aku mengenakan jas biru tua dengan emblem merah putih…” ( Fuadi, 2011: 227)

7 Debbybongz.blogspot.com/2014/07/pengertian-tema-alur-plot-dan-latar.html/

20

Page 21: Resensi Novel Ranah 3 Warna

3) Latar SuasanaLatar suasana merupakan suasana yang menggambarkan peristiwa yang

sedang terjadi. Suasana di dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi ini adalah tegang, menyenangkan, menyedihkan dan mengharukan. Berikut ini adalah beberapa kutipan suasana yang terdapat dalam novel ini.

Menegangkan Latar suasana menegangkan ini terjadi saat Alif akan mengikuti ujian persamaan SMA. Berikut kutipan yang menceritakan latar suasana menegangkan.“Satu lembar, dua lembar, aku bolak balik soal ujian itu. Satu-satu butir keringat dingin merambat turun di kening dan punggungku. Astagfirulloh, banyak soal yang di luar perkiraanku. Beberapa yang lain aku ingat tapi samar-samar. Hanya sebagian kecil yang aku tahu pasti. Di tengah aula besar ini aku merasa terdampar di meja kecil dengan hanya bersenjata sebuah pensil.” ( Fuadi, 2011:27)

MenyenangkanLatar suasana menyenangkan ini terjadi pada saat Alif mendapatkan

pengumuman keputusan yang menyatakan bahwa Alif lulus ujian UMPTN. Berikut kutipan yang menceritakan latar suasana menyenangkan.

“Aku menahan napas dengan telunjuk gemetar menuruni kolom ke bawah, 01577, 01579. Aku baca ulang, agar yakin benar. 01579… Aku rogoh kartu ujianku yang sudah keriput di saku untuk memastikan. Dan aku geser telunjukku ke sebelah kanan sejajar. Alif Fikri. Namaku tercetak jelas di sana. Telunjukku yang gemetar aku geser ke kanan lagi. Dan tercetaklah di sana nomer kode untuk Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Alhamdulliah ya Tuhan. Sebuah senyum terbit di bibir Ayah. Belum pernah aku melihat senyum Ayah seperti pagi ini. Tanpa suara, tapi sungguh senyum yang lebar dan terang.”( Fuadi,2011:30)

MenyedihkanPada latar suasana menyedihkan ini terjadi pada saat Alif mengetahui

bahwa ayahnya meninggal dunia. Berikut kutipan yang menceritakan latar suasana menyedihkan.

“Pegangan tangan kurus itu melonggar dan pelan-pelan lepas. Helaan napasnya seperti hanyut dimakan alunan ombak Danau Maninjau. Lalu hanya hening. Hening yang menikam. Beberapa saat tidak ada diantara kami berempat yang mengeluarkan suara. Lalu beberapa isakan pecah pelan-pelan. Terbit dari arah Amak dan adik-adikku yang duduk di pinggir dipan. Mereka berangkulan. Amak yang duduk ditengah seperti induk ayam yang meneduhi anak-anaknya yang kuyu kehujanan. Safya si bungsu

21

Page 22: Resensi Novel Ranah 3 Warna

sangat lengket dengan Ayah terus memegang lengan Ayah. Air matanya melimbak-limbak, membentuk sungai kecil yang seakan-akan tidak mau putus dan tidak ingin kering.” ( Fuadi, 2011:95)

MengharukanPada latar suasana mengharukan ini terjadi pada saat Alif melihat

Amaknya menangis ketika melihat Alif di wisuda. Berikut kutipan yang menceritakan latar suasana mengharukan.

“Sekujur tubuhku seperti di rayapi beribu semut. Merinding sampai ubun-ubun. Tiba-tiba ada rasa hangat di tanganku. Satu-dua tetes air jatuh di ujung jari telunjukku. Beberapa tetes lagi luruh dan menetesi kepala si Hitam. Bukan air mataku. Aku lihat Amak yang tadi berwajah diam sudah tidak bisa lagi menutupi perasaannya. Untuk pertama kali dalam hidupku aku melihat Amak tergugu dan bersimbah air mata. Hidungnya merah dan basah.” ( Fuadi, 2011:455)

1.2.5 Sudut Pandang ( Point of View)Sudut pandang atau point of view adalah cara pengarang menampilkan

para tokoh cerita dalam cerita yang di paparkannya. Sudut pandang merupakan car a yang digunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menjadikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. ( Abrams dalam Nugiantoro 2002:248). Ada tiga macam sudut, yaitu :

1) Sudut pandang orang pertama, ialah pengarang menampilkan tokoh dalam ceritanya menggunakan orang pertama, seperti, aku, saya.

2) Sudut pandang orang ketiga, ialah pengarang yang menampilkan tokoh dalam ceritanya menggunakan orang ketiga, seperti dia, ia atau nama orang.

3) Sudut pandang orang ketiga serba tahu.8

Dalam novel “ Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Karena dalam novel ini menggunakan kata ganti orang pertama dengan “Aku” dan pengarang ikut terlibat dalam cerita. Tokoh “AKu” adalah tokoh yang berkisah mengenai berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik ,hubunganannya dengan sesuatu yang diluar dirinya, dilihat, didengar,serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada pembaca. Perhatikan kutipan berikut.

“Aku duduk bermenung di batu hitam besar di pinggir danau. Aku sangat tersinggung dengan kata-kata Randai. Tapi yang membuat hatiku lebih perih adalah: aku setuju dengan Randai. Aku memang keteteran belajar

8 http://jadi-bisa.blogspot.com/2014/01/pengertian-sudut-pandang-aspek/

22

Page 23: Resensi Novel Ranah 3 Warna

pelajaran hitungan. Aku yakin bisa, tapi saat ini aku tidak punya cukup waktu untuk mengejar ketinggalanku. Bagaimana akan tembus UMPTN ? Bagaimana aku bisa masuk jurusan Penerbangan ITB ? Aku tepekur. Di air danau yang tenang. Aku melihat sebuah bayangan wajah orang yang bingung.” ( Fuadi, 2011:10)

1.2.6 Gaya BahasaGaya Bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian

ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam novel “ Ranah 3 Warna “ karya Ahmad Fuadi bahasa yang digunakan cukup sempurna, menggunakan bahasa Indonesia yang baku meskipun terdapat bahasa asing, dan kata-kata bahasanya berpadu tanpa ada unsur yang membosankan. Berikut ini, beberapa contoh majas yang terdapat di dalam novel “ Ranah 3 Warna “ karya Ahmad Fuadi beseta kutipannya.

Majas HiperbolaKeraf berpendapat bahwa “ Hiperbola yaitu semacam gaya bahasa yang

mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal” ( 2004:135 ). Majas hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan.9

Dalam novel “ Ranah 3 Warna “ karya Ahmad Fuadi, pengarang menggunakan gaya bahasa atau majas hiperbola. Hal itu dapat dibuktikan dari adanya kalimat yang menggunakan majas hiperbola. Perhatikan beberapa contoh majas hiperbolabpada kutipan berikut.

“… tim dinamit mulai mulai meletus-letus kencang. Tim baju merah ini seperti bermain tanpa beban dan menggunakan lapangan. Ledakan dinamit yang paling besar adalah di seperempat terakhir pertandingan.” ( Fuadi. 2011:24 )

“Aku akan menjadi seperti Denmark dalam menghadapi UMPTN. Aku akan menjadi dinamit seperti Denmark. Akan aku ledakan sebuah prestasi. “( Fuadi, 2011 : 25)

“Air matanya melimbak-limbak , membentuk sungai kecil yang seakan-akan tidak mau putus dan tidak ingin kering.” ( Fuadi, 2011:95)

Majas MetaforaMetafora, yakni pengunkapan yang mengandung makna secara tersirat

untuk mengungkapkan acuan makna yang lain selain makna sebenarnya ,

9 Erwan Juhara dkk, Cendikia Berbahasabdan Sastra Indonesia Kelas X ( Jakarta :PT. Setia Purna Inves, 2005), p. 272

23

Page 24: Resensi Novel Ranah 3 Warna

misalnya”cemara pun gugur daun” mengungkapkan makna” ketidakabadian kehidupan”.

Contoh majas metafora yang terdapat dalam novel “ Ranah 3 Warna “ karya Ahmad Fuadi diantaranya adalah sebagai berikut. 10

“Pintu kamar pun aku kunci dan sudah berhari-hari aku mengurung diri, hanya ditemani bukit-bukit buku.” ( Fuadi, 2011: 15 )

“Kecuali di surga ada sepak bola. Kita juga tidak akan bisa berburu durian bersama lagi, kecuali pohon durian juga tumbuh di surga. “( Fuadi, 2011: 98 )

Majas SimileMajas Simile adalah gaya bahasa pengungkapan dengan perbandingan

eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan atau penghubung seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat.

Contoh majas simile yang terdapat dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi diantaranya sebagai berikut.

“… berganti-ganti mencocor gawang Schemeichel yang beberapa kali terjerembap mengahalau bola seperti hanya menunggu waktu sampai pecah telur sebelum hujan gol.” ( Fuadi, 2011 : 23 )

“Kalau sedang senang atau grogi,kerjanya menekuk-nekuk jari sampai berbunyi seperti tulang patah.” (Fuadi, 2011:220)

Majas PersonifikasiMaulana berpendapat bahwa “personifikasi adalah semacam gaya bahasa

kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan”. (2004:140)

Contoh majas personifikasi yang terdapat dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi diantaranya adalah sebagai berikut.11

“Rem angin bus ANS mendesis-desis ketika mulai memasuki wilayah kota Bandung.” (Fuadi, 2011:43)

“Bismillah ayo kawan hitamku kita taklukan dunia bisikku. Dalam imajinasi si Hitam menggangguk-angguk tidak sabar. “(Fuadi, 2011:42)

1.2.7 AmanatAmanat adalah ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan

pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Tidak jauh berbeda dengan bentuk cerita lainnya, amanat dalam novel akan disimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya dalam keseluruhan isi cerita.12

10 Aminudin dkk, Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia Kelas X ( Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008 ) p, 3011 http://id.wikipedia.org/wiki/majas

24

Page 25: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Menurut Suroto berpendapat bahwa “amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan memberikan cara ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, dapat pula secara eksplisit yaitu dengan cara menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. (1993:89)

Adapun amanat yang terkandung dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi diantaranya sebagai berikut.

Kita sebagai umat beragama diwajibkan untuk menuntut ilmu. Dalam mencari ilmu tidak harus dikampung halaman saja. Mencari ilmu tidaklah terbatas ruang dan waktu.

Jika kita teguh membela mimpi kita, maka tuhan akan menolong kita dan tidak boleh putus asa dalam meraih mimpi.

Jika tuhan sedang mengujimu, ingatlah bahwa tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan. Tetaplah berusaha dan tawakal Allah akan senantiasa membantu hamba-Nya.

Kita harus berusaha dan bekerja keras dalam segala hal Hidup itu harus dijalani, walau sekeras apapun usaha kita harus tetap

diiringi kesabaran.

1.3 Nilai PendidikanNilai pendidikan terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan pendidikan. Nilai

adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. (Djahiri:1999). Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Sedangkan pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman. Jadi nilai pendidikan adalah nilai batasan segala sesuatu yang mendidik kearah kedewasaan bersifat baik ataupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan.

Nilai yang dominan dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi yaitu nilai pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan latar tempat yang diekspos dalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi yaitu di Universitas Padjajaran yang merupakan salah satu universitas yang terkenal di Jawa Barat. Berikut beberapa poin nilai pendidikan yang ada didalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi beserta kutipannya yang memperkuat bukti nilai tersebut.

Impian

12 Erwan Juhara dkk, Cendikia Berbahasa dan Sastra Indonesia Kelas XI ( Jakarta :PT. Setia Purna Inves, 2005), p. 273

25

Page 26: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Impian berasal dari kata impi yang memiliki relasi dengan kata mimpi. Impian adalah suatu yang ingin kita raih, kita dapatkan atau kita capai. Untuk mencapai sebuah impian itu, tergantung sebesar apa niat dan usaha kita untuk mencapai impian kita tersebut.

Mengenai impian, didalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi pun terdapat kutipan mengenai impian. Alif yang bermimpi ingin menjadi seperti Habibie. Perhatikan kutipan berikut.

“Waktu itu impianku adalah menjadi seperti Habibie dan belajar sampai ke Amerika. Tapi lihatlah aku hari ini memancing seekor ikan danau pun tidak bisa. Apalagi menggapai cita-citaku. Ketenangan jiwaku pulang kampung akhirnya harus rusak oleh celoteh Randai…”. (Fuadi,2011:3)

Dari kutipan diatas, kita harus memiliki mimpi yang besar seperti Alif. Meskipun ada orang yang merendahkan, kita harus tetap optimis dalam menggapai impian.

Rajin belajarRajin adalah suka bekerja atau bersungguh-sungguh bekerja dan selalu

berusaha giat. Sedangkan belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu. Jadi rajin belajar adalah bekerja atau berusaha dengan sungguh-sungguh agar memperoleh perubahan dari pengalaman.

Dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi, terdapat sebuah kutipan yang menceritakan kegigihan Alif dalam belajar. Perhatikan kutipan berikut.

“ Jangan diganggu, begitu tulisan besar yang aku tempel di pintu kamar. Pintu kamar pun aku kunci dan sudah berhari hari aku mengurung diri, hanya ditemani bukit-bukit buku. “ ( Fuadi, 2011 : 15 )Berdasarkan kutipan diatas , dapat dinilai bahwa kita sebagai pelajar harus

rajin belajar, seperti tokoh Alif yang rajin belajar karena dia ingin lulus ujian agar bisa masuk ke perguruan tinggi.

Berprestasi dalam pendidikanPrestasi berasal dari bahasa Belanda yan artinya hasil dari usaha. Prestasi

diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional dan spritual serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek kehidupan.

Berikut ini adalah kutipan yang terdapat dalam novel “Ranah 3 Warna” karya Ahmad Fuadi mengenai prestasi Alif.

“ Dia hanya mendapat medali perunggu. Aku merasa telah menunaikan misiku merebut penghargaan dan mengalahkan bule itu dengan telak.

26

Page 27: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Selamat Alif, sebuah prestasi luar biasa. Aku ternyata salah, ternyata prestasi anak Indonesia tidak kalah dengan prestasi kami.” ( Fuadi, 2011: 414-415 )Dari kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan sebuah

prestasi kita harus berusaha sekeras mungkin. Dan jangan pernah menyepelekan orang lain.

Bersaing dalam pendidikanBersaing dalam pendidikan atau sering disebut kompetisi. Kompetisi adalah

persaingan yang menunjukan kepada kata sifat siap bersaing dalam kondisi nyata dari aktivitas yang dijalani. Dalam novel “ Ranah 3 Warna” terdapat kutipan mengenai kompetisi, yakni ketika Alif mengikuti pertukaran pelajar. Perhatikan kutipan berikut.

“ Sesuai nasihat Asti, besoknya aku segera mendatangi kantor panitia dan mengambil formulir pendaftaran tes program pertukaran pemuda ke luar negeri. Program ini kerja sama pemerinah Indonesia dan berbagai negara lain. Ketika aku sampai di tempat seleksi, sudah ada ratusan orang memadati sebuah aula terbuka. Tiba-tiba drahku tersirap dari kejauhan aku melihat Randai dan Raisa. Mereka pasti ikut tes ini, jangan kayak orang pandir. Ini kan tes terbuka buat siapa saja, Boleh dong, Takut bersaing, ya ?...” ( Fuadi, 2011,184)Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa bersaing di dalam pendidikan

itu sangat baik, kita bisa menjadikan orang lain sebagai partner bukan lawan yang harus dikalahkan atau dihancurkan tetapi sebagai motivator dan kompetitor dalam berprestasi.

Berusaha dalam meraih impianBerusaha adalah mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk meraih

suatu harapan dan keinginan yang dicita-citakan. Dalam novel Ranah 3 Warna terdapat kutipan mengenai berusaha, yakni ketika Alif berusaha belajar mati-matian agar ia bisa mengikuti ujian UMPTN. Perhatikan kutipan berikut.

“Jangan diganggu, begitu tulisan besar yang aku tempel di pintu kamar. Pintu kamar pun aku kunci dan sudah behari-hari aku mengurung diri, hanya ditemani bukit-bukit buku.agar fokus persiapan ikut UMPTN, dan proyek belajarku kali ini harus lebih berhasil dari ujian persamaan kemarin.” (Fuadi, 2011:16-17)Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa impian dapat diwujudkan jika

kita mau berusaha.

27

Page 28: Resensi Novel Ranah 3 Warna

BAB 4PENUTUP

4.1 Keunggulan dan Kelemahan

4.1.1 Keunggulan

Novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan. Gaya bahasa yang dugunakan dalam novel ini sangat menarik, serta mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai bahasa baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Terdapat catatan kaki dibagian bawah yang menjelaskan arti kata tersebut. Ungkapan-ungkapan dan peribahasa seperi “ Man Jadda Wa jadda” dan “ Man Shabara Zhafira”.

Dalam novel ini juga penulis tidak hanya menuangkan fiksi belaka, tapi juga pengalaman hidup, penggambaran suasan yang tepat, dan mudah dimengerti yang membuat isi novel ini lebih hidup. Penulis mampu membawa pembaca benar-benar merasakan bagaimna menjelajah Benua Amerika, ikut menyelami budaya orang barat,dan berinteraksi dengan penduduk disana. Dan tentu saja penulis menyajikan bagaimana hidup itu harus dijalani, walau sekeras apapun usaha kita harus tetap diiringi kesabaran.

Untuk secara fisik, novel ini menarik, unik dan covernya yang membuat penasaran. Ialah sepasang sepatu, pemberian dari ayah Alif dimana menginjak tiga ranah yang berbeda, dari Minang, Timur Tengah hingga ke Amerika. Serta dalam novel ini juga terdapat peta yang menggambarkan ketiga ranah tersebut. Dan yang terakhir pembatas buku novel ini sangat unik, yakni berbentuk daun maple yang menjadi khas dari Kanada.

4.1.2 Kelemahan

28

Page 29: Resensi Novel Ranah 3 Warna

Penulis melupakan atau mengabaikan tokoh Bang Togar di pertengahan hingga akhir novel ini. Padahal Bang Togar adalah orang yang berjasa dalam kehidupan Alif di Bandung. Lalu, cara penulis menggambarkan tokoh si Alif juga kurang mendalam. Tidak ada konflik yang berhasil dikelola si penggarang dengan baik dan mendalam. Semuanya hadir, ada yang dipaksakan dan hilang begitu cepat.

4.1 Kesimpulan

Novel ini sangat perlu dibaca pelajar maupun remaja-remaja yang ingin meraih impiannya. Bahwa tidak ada impian yang tidak dapat tercapai jika kita mau dan berkeinginan untuk meraihnya. Dan untuk meraihnya kita harus bersabar seperti kata pepatah Arab yaitu Man Shabara Zhafira yang berarti siapa yang bersabar akan beruntung. Dan tentunya buku ini harus dimiliki oleh semua kalangan.

4.2 SaranPenulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebi-

lebihkannya sehingga pembaca merasa kurang jelas bagaimana akhir ceritnya. Mungkin akan lebih baik jika penulis membuat konflik konflik yang lebih tegang, agar ceritanya tidak menggantung.

29

Page 30: Resensi Novel Ranah 3 Warna

30