KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN...
Transcript of KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN...
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN MASYARAKATBABAKAN TASIKMALAYA
(Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:Wahyu IsmatullohNIM : 1110034000062
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
I
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN MASYARAKATBABAKAN TASIKMALAYA
(Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:Wahyu IsmatullohNIM : 1110034000062
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
KEPEMIPINAN PEREMPUAN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT
BABAKAN TASIKMALAYA
( Analisi Terhadap Hadis Lan Yufliha Quwmun lVullaw Antrultum Imruatun)
Skripsi
Diaj ukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Wahyu IsmatqllohNIM: 1110034000062
Pernbimbing,
Maulana, M.A19650207 199903 I 001
PROGRAM STUDI TAFSIR HADISFAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM I\EGERI SYARIF' HIDAYATULLAHJAKARTA
1435H..12014M..
ilt
7
PENGESATIAN PANITIA UJIAN
SKRIPSI
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALANI PANDANGAN MASYARAKAT
BABAKAN TASIKMALAYA
( Analisis Terhadap Hadis Lun Yr(lilta Qawntun lYullnv Amruhum hnruutnn )
Oleh:
Wahlu Ismatulloh1 1 10034000062
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas
Islan.r Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal l6 Oktober 2014.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah saftr syarat mcmperoleh gelar Sarjana
Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis.
Jakarta. 03 Desember 2014
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Li[iKUmmi Kaltsum. MANIP: 19711003 199903 2 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Mu^Dr. AtiyatulUlya. MA
NIP: 19700112 199603 2001
Jauhar Azizy. MANIP: 19820821 200801 I 012
Dr. M.{sa HA. SalamNIP:19531231 198603
Pembimbing
IV
r -
I.
2.
3"
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar skata I di universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri syarif
Hidayatullah Jakarta
Jika dikemudian hari terbukti bahwa katyu ini bukan asli karya asli saya
ataupun merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia untuk
menerima sanksi yurLg berlaku di Universitas Islam Negeri syarif
Hidayatullah Jakarta.
,49 Juli2014
NIM: 1110034000062
V
---( PERSEMBAHAN )---
Ku Persembahkan Karya Kecilku Ini Teruntuk :
Almamater Tercinta Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Kedua Orang Tuaku Terkasih..
Kakak-kakakku Tercinta..
Serta Adik-adikku Tersayang..
Yang Selalu Menghujaniku Dengan Penuh Kebahagiaan, MerangkulkuDengan Penuh Kehangatan, Mengingatkanku Dengan Penuh Keceriaan
Aku Cinta Kalian, Aku Sayang Kalian
------
VI
PEDOMAN TRANSLITERASI1
A. Konsonan
ا = Tidak Dilambangkan ز = z ق = q
ب = b س = s ك = k
ت = t ش = sy ل = l
ث = ṡ ص = ṣ م = m
ج = j ض = ḍ ن = n
ح = ḥ ط = ṭ و = w
خ = kh ظ = ẓ ه = h
د = d ع = ‘ ء = `
ذ = ż غ = g ي = y
ر = r ف = f
B. Vokal dan Diftong
Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong
◌ = a ◌ —ا = ā ى ◌ = ai
◌ = i ◌ —ى = ī و ◌ = aw
◌ = u ◌ —و = ū
1 Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158tahun 1987 dan No. 0543 tahun 1987.
VII
C. Keterangan Tambahan
1. Kata sandang ال (alif lam ma’rifah) ditransliterasi dengan al-, misalnya
(الجزیة) al-jizyah, ( االثار ) al-âthâr dan ( امةلذ ) al-dhimmah. Kata sandang ini
menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.
2. Tashdîd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al-
muwaṭṭa’.
3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai
dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.
D. Singkatan
swt = Subḥānahu wa ta’ālā
As = ‘Alaihi al-Salām
M = Masehi
QS = al-Qur’an Surah
saw = Ṣalla Allāh ‘alaihi wa sallam
H = Hijriyah
r.a = Raḍiya Allāh ‘anhu
w = Wafat
h = Halaman
VIII
ABSTRAK
Wahyu Ismatulloh
Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan
Tasikmalaya ; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw
Amrahum Imraatan
Tuntutan persamaan hak yang dilontarkan oleh kaum perempuan dalam
berbagai bidang kehidupan sudah merupakan agenda di zaman sekarang ini.
Prestasi dan keterampilan yang ditunjukan oleh perempuan selama ini mampu
memunculkan anggapan bahwa antara perempuan dan laki-laki sudah tidak ada lagi
perbedaan, semua memiliki peluang yang sama. Salah satu yang menjadi tuntutan
persamaan tersebut ialah persamaan dalam bidang kepemimpinan.
Perempuan dinilai tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin dengan
alasan yang bermacam-macam, diantaranya ialah adanya hadis yang menyatakan
bahwa suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada
perempuan. Hadis ini kerap kali dipahami sebagai dalil yang melarang perempuan
untuk ikut serta dalam dunia kepemimpinan.
Salah satu daerah yang menerapkan pemahaman hadis tersebut adalah
kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya
Jawa Barat. Di kampung ini sebagian besar masyarakat menyatakan setuju dengan
argument yang menyatakan bahwa perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin.
Penelitian ini dilakukan melalui dua jenis penelitian, yakni field research
(penelitian lapangan) dan library research (penelitian kepustakaan).
IX
KATA PEGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحیم
رب العالمین والصالة والسالم على محمد وعلى الھ وصحبھ اجمعین الحمد
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Alhamdulillah atas rahmat, nikmat dan taufik-Mu, penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan
Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis Terhadap
Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan. Shalawat beriringan
salam senantiasa tercurahkan kepada junjunan kita, Nabi Agung Muhammad saw.
yang telah memberikan pencerahan kepada dunia dan jagat raya.
Penulis sangat sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
adanya bantuan dan dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan
kepada penulis.
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Kepala Prodi Tafsir-Hadis dan Bapak
Jauhar Azizy selaku Sekretaris Prodi Tafsi-Hadis.
3. Bapak Maulana, M.A selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog dan memberi masukan
kepada penulis serta memotivasi penulis
X
4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, baik Perpustakaan
Umum (PU) UIN maupun Perpustakaan Fakultas (PF) Ushuluddin.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Dudung Hasbullah dan Ibunda Lilis Qabilah,
terima kasih atas semua pengorbanannya yang tiada henti, mendo’akan penulis
selama ini dan seterusnya, serta mendukung penulis dalam sisi materi maupun
non-materi hingga penulis mampu untuk terus berkreasi dan berpacu dalam
mencari ilmu.
6. Kakak-kakakku yang baik, ka Miftah, ka Resi, ka Rosyi, ka Junjun, yang selalu
memberikan motivasi dan menyalakan api semangat penulis. Adik-adiku dan
sepupuku yang manis dan lucu, Hana Mustakimah, Muh Nashir, Nail Birra
Kamilah, Nabil Muhammad Mumtaz, yang selalu menghibur dan membuat
penulis tertawa ceria. Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu mengikuti
gerak langkah kalian semuanya.
7. Neng Lita Ira Aprillianti beserta Keluarga yang selalu mengingatkan dan
memberikan semangat baru untuk penulis, semoga Allah membalas semuanya.
8. Sahabat-sahabat kocak, Algifri Muqsit, Firman Daiman, Maulana Sidqi, Ahmad
Mujamiluddin, Fatahillah, Haji Qari, yang selalu menemani penulis suka dan
duka dari awal masuk kuliah hingga sekarang ini, memberikan pinjaman motor
Perjuangan dan laptop Purba sehingga penulis bisa meneyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat satu genteng, Gugun Gunawan, Muhammad Rasyidi, Wandi
Ruswandi, yang sudah memberikan pencerahan dalam penyusunan skripsi ini,
menemani penulis, makan bareng, tidur bareng, bangun bareng, dan sakit
bareng-bareng.
XI
10. Kawan-kawan seperjuangan, Ali Akbar, Zainuri, Nurfajri, Yadi Mulyadi, Dwi
Atmi Mufarrida, Khairun Nisa, Rina Andriani, Asri Wiwit, Sa’adah, Siti
Nurhamidah, Suprihatini dan keluarga besar Tafsir Hadis B 2010, anak-anak
Paguyuban Himalaya, Formabi, Maus FC, Arkim, dan yang lainnya, semoga
Allah membalas kebaikan kalian semuanya.
Semoga skripsi ini bisa memberikan banyak manfaat, khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca. Semoga Allah swt. senantiasa
membukakan samudera ilmu-Nya kepada kita semuanya. Āmīn Yā Rab al-Ālamīn.
Jakarta, 09 Juli 2014
Penulis
Wahyu IsmatullohNIM : 1110034000062
XII
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. I
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. II
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... III
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................................. IV
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... V
PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... VI
ABSTRAK ...................................................................................................... VIII
KATA PENGANTAR ..................................................................................... IX
DAFTAR ISI .................................................................................................... XII
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ...................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian ........................................................................ 7
F. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 11
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 14
BAB II : TINJAUAN UMUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
A. Apa Itu Kepemimpinan Perempuan ?? …….…............................... 17
B. Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan …….......................... 19
C. Hambatan Kepemimpinan Perempuan …………………………... 22
XIII
D. Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan ................................ 24
a. Makhluk Pertama adalah Laki-laki Bukan Perempuan ............ 25
b. Perempuan Makhluk Penggoda ................................................ 26
c. Perempuan Makhluk Lemah dan Perasa ................................... 27
d. Perempuan Lemah Akal dan Agamanya .................................. 28
e. Tempat Terbaik Bagi Perempuan adalah Rumah ..................... 28
BAB III: SEPUTAR KUALITAS HADIS
A. Teks Hadis dan Terjemahannya ........................................................ 31
B. Takhrij Hadis ................................................................................... 31
C. Kegiatan Penelitian Hadis ................................................................ 36
1. Penelitian Sanad Hadis .............................................................. 36
a. I’tibar ................................................................................... 37
b. Kritik Sanad ......................................................................... 39
c. Kesimpulan Penelitian Sanad Hadis .................................. 52
2. Penelitian Matan Hadis .............................................................. 55
a. Asbabul Wurud .................................................................... 55
b. Perbandingan Dengan al-Qur’an ......................................... 57
c. Perbandingan Dengan Hadis Lain ...................................... 58
d. Pendekatan Sejarah .............................................................. 60
e. Pendekatan Bahasa .............................................................. 61
f. Kesimpulan Penelitian Matan Hadis .................................. 61
D. Syarh Hadis ..................................................................................... 61
XIV
BAB IV: PENGETAHUAN MASYARAKAT BABAKAN TERHADAP
HADIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
A. Sekilas Gambaran Masyarakat Babakan Tasikmalaya .................... 64
1. Letak Geografis Kampung Babakan ......................................... 64
2. Data Penelitian .......................................................................... 67
B. Pengetahuan Masyarakat Babakan Terhadap Hadis Kepemimpinan
Perempuan ...................................................................................... 72
1. Data Penelitian .......................................................................... 73
2. Kesimpulan Penelitian .............................................................. 76
C. Pandangan Masyarakat Babakan Terhadap Seputar Kepemimpinan
Perempuan ...................................................................................... 79
1. Data Penelitian .......................................................................... 79
2. Kesimpulan Penelitian .............................................................. 83
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 85
B. Saran-saran ...................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hal yang terpenting dalam mempelajari sebuah agama adalah dengan
mempelajari sumber ajarannya. Banyak pemeluk agama yang terkejut ketika
ditanya apa sumber ajaran agama yang anda peluk. Bagi orang Islam khususnya,
sumber ajarannya adalah al-Qur’an yang dicatat dalam mushaf, dan sunnah
Rasulullah saw. yang dicatat dalam kitab-kitab hadis.1
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang merupakan suatu mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muahammad saw. dan membacanya
merupakan suatu amal ibadah.2 Al-Qur’an merupakan salah satu sumber hukum
Islam yang menduduki peringkat teratas. Sedangkan hadis ialah sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan,
pernyataan (taqrīr) dan yang sebagainya.3 Ia merupakan sumber hukum Islam ke
dua setelah al-Qur’an.
Hadis Nabi Muhamnad saw. selain sebagai sumber ajaran Islam yang ke
dua, juga berfungsi sebagai sumber sejarah dakwah (perjuangan) Rasulullah di
masa hidupnya. Hadis juga mempunyai fungsi sebagai penjelas bagi al-Qur’an,
menjelaskan yang bersifat global, mengkhususkan yang umum dan menafsirkan
1 Muh Zuhri, Telaah Matan Hadis : Sebuah Tawaran Metodologis (Yogyakarta: LESFI,2003), Cet 1, h. 1.
2 Zainal Abidin, Seluk Beluk al-Qur’an (Jakarta: PT. Rineka Cipta, ), h. 23 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT al-Ma’arif, 1974), h. 20
2
ayat-ayat al-Qur’an,4 yang pada akhirnya ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran
Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.5
Keberadaan hadis berperan penting dalam menentukan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan. Disamping sebagai pedoman, hadis juga menjadi
pengatur aktivitas pemeluk Islam, salah satunya ialah mengatur persoalan
kepemimpinan. Persoalan ini kerap kali menjadi perbincangan yang menarik
apabila kepemimpinan dipegang oleh seorang perempuan, sehingga mampu
menghadirkan perdebatan-perdebatan yang bisa dibilang tidak pernah usai sampai
sekarang ini.
Persoalan perempuan merupakan hal yang selalu menarik dan aktual untuk
dikaji dan telah berlangsung hampir seusia dengan lahirnya kebudayaan Islam.
Hingga kini, perbedaan laki-laki dan perempuan ternyata masih menyimpan
beberapa masalah, baik dari segi subtansi kejadian maupun peran yang diemban
dalam masyarakat.6 Peranan perempuan dalam masyarakat kerap kali masih
menjadi pokok persoalan, dimana kecenderungan penilaian bahwa normativitas
Islam menghambat ruang gerak perempuan dalam masyarakat. Hal ini didukung
oleh pemahaman bahwa tempat terbaik bagi perempuan adalah di dalam rumah,
sedangkan untuk di luar rumah tidak diperbolehkan, karena banyak terjadi
kemudharatan.
4 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2004), h. 1.
5 Yusuf Qardhawi, Penerjemah Muhammad al-Baqir, Bagaimana Memahami Hadis Nabisaw. (Bandung: Penerbit Karisma, 1995), Cet. IV, h. 17.
6 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur’an (Jakarta:Paramadina, 2001), Cet.2, h. 1.
3
Realitas kehidupan kaum perempuan terlihat masih berada di pinggir-
pinggir sosial. Mereka dalam masyarakatnya sering dipandang sebagai makhluk
kelas dua (second class), sering kali hak-hak mereka hanya dibatasi pada wilayah-
wilayah kehidupan yang sangat ekslusif dan marjinal.7 Hal ini dapat ditemukan
secara nyata pada peran-peran mereka, baik dalam sektor domestik maupun
publik. Para pemerhati kajian perempuan mengemukakan bahwa posisi-posisi
perempuan demikian itu disamping karena faktor ideologi dan budaya yang
memihak kepada laki-laki, boleh juga dijustifikasi oleh kaum agamawan.8
Riffat Hassan sebagaimana dikutip oleh Syafiq Hasyim, mensinyalir
adanya faktor yang menyebabkan terjadinya subordinasi9 dan segregasi10 terhadap
perempuan. Dia menyatakan bahwa ada tiga asumsi teologis yang dikenal dalam
Yahudi, Kristen, dan Islam yang menyebabkan superioritas laki-laki atas
perempuan. Pertama, makhluk utama Tuhan adalah lak-laki, bukan perempuan,
karena perempuan diyakini tercipta dari tulang rusuk adam, sehingga secara
ontologis perempuan adalah makhluk derivatif dan nomor dua. Kedua, perempuan
adalah penyebab kejatuhan laki-laki dari surga. Ketiga, perempuan tidak hanya
diciptakan dari laki-laki tetapi juga untuk laki-laki.11
7 Pengantar Husein Muhammad dalam Amirudin Arani (ed.), Tubuh, Seksualitas danKedaulatan Perempuan, (Jakarta: Rahima, 2002), h. xi.
8 Husen Muhammad, Fiqh Perempuan, (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 23-24.9 Diartikan dengan kedudukan bawahan, lihat Kamus Bahasa Indonesia, Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.137910 Diartikan dengan pemisahan (suatu golongan dari golongan lain), pengasingan, dan
pengucilan11 Syafiq Hasyim, Hal-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuan Dalam
Islam, (Bandung: Mizan, 2001), h. 48
4
Wanita sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang
berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki
berfungsi sebagai pelindung bagi perempuan. Selain itu, banyak anggapan yang
mengatakan bahwa jika perempuan menjadi seorang pemimpin, maka akan
mendapatkan banyak tantangan, baik itu dari faktor fisiknya maupun
psikologisnya. Perempuan dibebani tugas kontrak untuk mengandung, melahirkan
dan menyusui, sehingga hal tersebut dapat mengurangi keleluasan perempuan
untuk aktif terus dalam berbagai bidang. Di samping itu, banyak pula yang
mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan mudah menyerah.
Selain itu, ketika penulis sedang melakukan tugas dari Lemabaga Survey
Indonesi di daerah Tasikmalaya untuk menjadi surveyor terkait tentang pemilihan
umum, penulis juga mendapatkan pemahaman responden yang serupa dengan
pemaparan di atas bahwasannya dalam dunia kepemimpinan, perempuan tidak
diperbolehkan untuk ikut terjun ke dalamnya. Perempuan lebih pantas untuk
bekerja di dalam rumah, mendidik seorang anak dan melayani suami. Maka tidak
aneh bila kebanyakan orang tua di kampung tersebut menikahkan anak
perempuannya dalam usia dini. Hal ini dikarenakan agama melarangnya untuk
menjadi pemimpin.
Dari kasus tersebut, penulis tertarik untuk meneliti apakah pandangan
mereka tersebut itu benar-benar dari pemahamannya tentang dalil agama yang
melarangnya yang dalam hal ini acuannya ialah hadis Nabi saw :
5
عليه وسلم لما هلك كسرى قال من عن أيب بكرة قال عصمين صلى ا عته من رسول ا بشيء مس ا
12استخلفوا قالوا بنته قال لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة
“Dari Abu Bakrah ia berkata, "Allah telah memeliharaku dengan sesuatuyang aku dengar dari Rasulullah saw. saat Kisra hancur, beliau bertanya: "Siapayang mereka angkat sebagai raja?" para sahabat menjawab, "Puterinya." Beliaulalu bersabda: "Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkaranyakepada seorang wanita."
Hadis di atas seringkali dipahami bahwa kepemimpinan hanya untuk kaum
laki-laki dan menegaskan bahwa perempuan harus mengakui kepemimpinan dari
laki-laki.13
Meski banyak pendapat yang mengatakan hadis larangan kepempimpinan
perempuan itu dinilai sahih, ternyata masih dapat didiskusikan. Ada kelompok
yang menggunakan hadis tersebut sebagai argumen untuk menggusur kaum
perempuan dari dunia kepemimpinan. Ada pula kelompok yang menolak terhadap
pemakaian hadis tersebut dengan alasan bahwa perempuan berhak terjun ke dunia
kepemimpinan.
Berdasarkan pemaparan penelitian di atas, penulis merasa berkepentingan
untuk mengkaji pemahaman masyarakat Babakan terhadap kepemimpinan
perempuan dengan menganalisis hadis Nabi saw. yang di anggap sebagai
rujukannya. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Kepemimpinan
12 Sunan an-Nasai bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Din al-Suyuthi (Beirut: Daar al-Fikr, 2005),Juz. 7-8, h. 241.
13 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai PersoalanUmat (Bandung: Mizan, 1996), Cet. 13, h. 313.
6
Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis
Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini berangkat dari realitas bahwa
doktrin agama sering dijadikan legitimasi untuk mengkooptasi hak dan peran
perempuan, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan
perempuan. Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi pembahasannya tentang
kepemimpin perempuan dengan merujuk kepada pandangan masyarakat Babakan
Tasikmalaya.
Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis
Lan Yufliḥa Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta kaitannya dengan
kepemimpinan perempuan ??
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas hadis (Lan Yufliḥa Qawmun Wallaw
Amrahum Imraatan) yang kerap kali digunakan sebagai senjata untuk
melarang perempuan untuk berkreasi di dunia kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan pemahaman masyarakat
Babakan Tasikmalaya terhadap hadis tersebut.
3. Untuk menambah khazanah keilmuan penulis dalam memahami
sebuah hadis, terutama hadis tentang kepemimpinan perempuan.
7
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:
- Dari Segi Akademis: Untuk memperkaya dinamika wacana kepemimpinan
perempuan dalam kesetaraan jender.
- Dari Segi Teoretis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
konstribusi sebagai acuan pengembangan wawasan keilmuan yang
berkaitan dengan kepemimpinan perempuan.
- Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah
intelektualitas penulis, disamping sebagai bukti dan implimentasi dari ilmu
yang diterima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan
dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi
Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian
lapangan (Field Research) dan kepustakaan (Library Research). Penelitian
lapangan (Field Research) yaitu penelitian dengan terjun secara langsung
ke lokasi yang menjadi objek penelitian, dimana dalam memperoleh data-
data penulis melakukan wawancara secara langsung guna memperoleh
data yang otentik.
8
Sedangkan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian
dengan cara mencari bahan pengetahuan dari buku, kitab, atau bahan
bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam sumber data,
yaitu :
a. Sumber Data Primer. Dalam sumber ini, penulis mengacu kepada
dua sumber, yaitu pengumpulan data yang didapat ketika penelitian
di lapangan, seperti data yang didapat dari responden yang
diwawancarai, data dari kantor Kelurahan, data dari ketua Rumah
Warga (RW) dan ketua Rumah Tangga (RT), serta data dari pihak
yang bersangkutan. Kemudian pengumpulan data yang diperoleh
dari referensi buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang
telah dipaparkan di atas, yakni Kitāb al-Mu’jam al-Mufahras li
Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī dan Setara Di Hadapan Tuhan.
b. Sumber Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang diperoleh
dari buku-buku, skripsi, artikel, majalah, dan yang lainnya yang
ada relevansinya dengan masalah yang sedang penulis teliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematik dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan.14 Dalam penelitian ini
14 Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 211
9
ada beberapa tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu:
a. Tehnik Angket
Tehnik angket ini merupakan tehnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam
penelitian ini, tehnik angket digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap
hadis Lan Yufliḥa Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta
kaitannya dengan kepemimpinan perempuan.
b. Tehnik Wawancara
Wawancara merupakan tehnik interaksi dan interaksi secara
langsung antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan guna
untuk mengumpulkan data-data dan informasi melalui tanya jawab
dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
c. Tehnik Dokumentasi
Tehnik Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan
dokumen-dokumen yang bisa memberikan informasi tentang judul
yang bersangkutan, yaitu dengan menggunakan tehnik book
survey, tehnik mencari data dengan jalan melakukan telaah dan
analisis terhadap buku, kitab, majalah, dokumen, dan lain-lain.
10
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang diteliti adalah Kampung Babakan
Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.15
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 2 sampai 13 Juni 2014. Proses
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, yakni Tahap Perencanaan
yang meliputi penyusunan perangkat penelitian, mengajukan ijin dan
meminta data-data terkait tempat yang diteliti. Tahap Pelaksanaan,
melakukan penelitian terkait permasalahan yang sedang penulis kaji.
Tahap Penyelesaian, meliputi proses analisis data dan penyusunan
laporan penelitian.
5. Populasi dan Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang akan kita amati. Sedangkan
populasi ialah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi
kita.16 Dalam penelitian ini, populasinya ialah masyarakat yang tinggal
di Kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kota Tasikmalaya.
Sesuai data yang diperoleh penulis dari ketua Rumah Warga (RW)
04 dan ketua Rumah Tangga (RT) 01, 02 dan 03 Kampung Babakan,
dapat diketahui bahwasannya jumlah masyarakat di Kampung Babakan
sebanyak 448 orang. Mengingat banyaknya jumlah populasi tersebut,
maka penulis akan membatasinya dengan mengambil sample yang
berusia di antara 21 sampai 55 tahun. Dari 448 orang tersebut, terdapat
15 Untuk mengetahui alasan kenapa penulis menjadikan Kampung Babakan PurbaratuTasikmalaya sebagai objek penelitian, dapat dilihat pada halaman 68.
16 Alimuddin Tuwu, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Press, 2006), h. 160
11
147 orang yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun17. Kemudian
penulis mengambil sample sejumlah setengah lebih satu dari jumlah
147 orang tersebut, yakni sebanyak 74 orang.
Setelah diketahui samplenya, selanjutnya penulis menggunakan
metode pengambilan Sample Strata dengan melihat karakteristik
perbedaan jenis kelamin, sehingga nantinya jumlah laki-laki dan
perempuan yang manjadi sample berjumlah sama, yaitu 37 orang.
6. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
Dalam prosesnya, penelitian ini menggunakan desain yang spesifik dan
detail agar hasilnya bisa terstuktur. Hal ini dikarenakan dalam penelitian
kuantitatif, data yang diteliti bersifat angka ataupun statistik yang
pengukurannya berasal dari sampel yang menjadi objek penelitian.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk menghimpun data, mengolah dan
menganalisis hasil penelitian dalam bentuk angka-angka atau statistik.18
7. Tehnik Analisa Data
Tehnik analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan,
menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang
17 Dari 448 orang masyarakat Babakan, orang yang berusia di antara 0 sampai 20 tahunsebanyak 193 orang, yang berusian di antara 21 sampai 55 tahun sebanyak 147 orang dan yangberusia 56 tahun ke atas sebanyak 108 orang. Data ini didapat berdasarkan klasifikasi yangdilakukan oleh ketua RT 01, 02 dan 03 dan RW. 04 kampung Babakan pada tanggal 05 Juni 2014pukul 17.00 WIB.
18 Hamka Hasan, Metodologi Penelitian (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah, 2008), h.42.
12
terkumpul. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan maka tehnik analisa
yang digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif. Penulis akan
berusaha untuk menggabungkan semua data yang ada untuk menjelaskan
permasalahan yang sedang dilakukan.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk dapat memecahkan persoalan dan mencapai tujuan sebagaimana
diungkap di atas, maka perlu dilakukan tinjauan pustaka, guna untuk mendapat
kerangka berfikir yang dapat mewarnai kerangka kerja serta memperoleh hasil
sebagaiman yang diungkapkan. Dalam menyusun Skripsi ini, penulis
menggunakan kitab hadis yang berkaitan dengan pembahasan, seperti kitab al-
Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī, Mausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ,
Tahżīb al-Tahżīb, Tahżīb al-Kamāl, al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah, dan lainnya.
Selain itu, dalam kajian ini terdapat beberapa buku dan tulisan yang terkait
dengan kepemimpinan perempuan, antara lain sebagai berikut :
Syafiq Hasyim dalam bukunya Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam,
beliau mengupas tentang keabsahan perempuan menjadi pemimpin baik secara
teologis, politis maupun kesejarahan. Di sini dikemukakan beberapa artikel yang
menyoroti tentang kepemiminan perempuan baik lewat tinjauan al-Qur’an, hadis,
fiqih maupun tasawuf.19
19 Syafiq Hasyim, Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam (Jakarta: TAF Indonesia, tth),h. 23-32.
13
Dalam bukunya, Perempuan Tertindas Kajian Hadis-hadis Misoginis,
Hamim Ilyas menjelaskan bahwasannya kepemimpinan perempuan khususnya
politik secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa berdasarkan petunjuk hadis
tersebut, pengangkatan perempuan menjadi kepala negara, hakim pengadilan, dan
berbagai jabatan politis lainnya dilarang. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa
perempuan menurut petunjuk syara’, hanya diberi tanggungjawab untuk menjaga
harta suaminya. Oleh karenanya, al-Khattabi misalnya, mengatakan bahwa
seorang perempuan tidak sah menjadi khalifah. Demikian pula as-Syaukani dalam
menjelaskan hadis tersebut berkata bahwa perempuan itu tidak termasuk ahli
dalam hal kepemimpinan, sehingga tidak boleh menjadi kepala Negara.20
M. Quraish Shihab, dalam karyanya yang berjudul Perempuan, tepatnya
pembahasan kepemimpina perempuan, ia menyatakan bahwa kepemimpinan
perempuan tidak hanya terbatas dalam kehidupan rumah tangga, tetapi juga dalam
masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinannya tidak hanya terbatas dalam upaya
mempengaruhi laki-laki agar mengakui hak-haknya yang sah, tetapi juga harus
mencakup sesama jenisnya agar dapat bangkit kerjasama meraih dan memelihara
harkat dan martabatnya,21 dan kepemimpinan perempuan tidak hanya terbatas
dalam rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat (publik).
Penulis juga telah melakukan penelitian skripsi yang berkaitan dengan
seputar isu-isu kepemimpinan perempuan, diantaranya :
20 Hamim Ilyas, dkk, Perempuan Tertindas Kajian Hadi-hadis Misoginis, (Yogyakarta:elSAQ Press, 2003), h. 279
21 M. Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 341
14
Skripsi Zulfikri yang berjudul Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi
Komparasi atas Penafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad.
Dalam skripsinya ia memaparkan bagaimana pendapat kedua tokoh dalam
menghadapi pemojokan terhadap kaum perempuan. Nasaruddin Umar yang
merupakan tokoh yang mempunyai pengaruh terhadap pemikiran dan gerakan
gender di Indonesia, ia menafsirkan ayat-ayat yang terkesan bias gender dengan
berbagai metode dan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan keilmuan
studi tafsir. Husein Muhammad merupakan salah seorang tokoh yang konsen
terhadap permasalahan gender. Ia salah satu deretan ulama Indonesia yang
melontarkan gagasan-gagasan pembacaan ulang terhadap fiqih klasik terutama
yang berkaitan dengan permasalahan perempuan, rumusan yang telah ada dalam
literatur kitab-kitab fiqih menggambarkan sikap ambivalensi Islam dalam
memperlakukan perempuan.22
Skripsi Noor Rohman yang berjudul Konsep Kepemimpinan (Qiwamah)
Perempuan Dalam al-Qur’an; Analisis Tafsir Muhammad Syahrur. Dalam
skripsinya dipaparkan bahwasannya menurut Syahrur, sifat inferioritas yang telah
dilekatkan oleh tradisi kepada perempuan bahwa mereka adalah kurang dalam hal
akal dan agamanya, merupakan pandangan yang mengada-ada. Pandangan
22 Zulfikri, Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi Komparasi atas PenafsiranNasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan KalijagaYogyakarta, 2010.
15
demikian muncul karena telah ditetapkan oleh sistem masyarakat patriarkhis yang
berlaku saat itu.23
Skripsi yang akan penulis tekuni ini berbeda dengan apa yang telah
disebutkan di atas tadi, yang mana pembahasannya lebih condong ke dalam dunia
tafsir, yaitu dengan melihat bagaimana penafsiran ahli tafsir terhadap ayat al-
Qur’an yang berbicara tentang kepemimpinan. Sedangkan skripsi ini lebih
condong ke dalam dunia hadis, yaitu dengan menganalisis hadis yang berbicara
tentang kepemimpinan perempuan. Selain itu, dalam pembahasanya dicantumin
pula pemahaman masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis kepemimpinan
perempuan dan pandangannya terkait kepemimpinan, karena jenis skripsi ini ialah
penelitian lapangan (Field Research), disamping sebagai penelitian kepustakaan
(Library Research).
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan sebuah hasil yang utuh dan sistematis, pembahasan
materi dalam skripsi ini dibagi kedalam empat bab, dengan rincian sebagai :
Bab pertama membahas Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Pembahasan.
23 Noor Rohman, Konsep Kepemimpinan ((Qiwamah) Perempuan Dalam al-Qur’an;Analisis Tafsir Muhammad Syahrur, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2009.
16
Pada bab kedua, akan memaparkan pembahasan Tinjauan Umum Tentang
Kepemimpinan Perempuan yang mencakup Apa Itu Kepemimpinan Perempuan,
Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan, Hambatan Kepemimpinan
Perempuan, dan Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan.
Bab ketiga akan membahas Seputar Kualitas Hadis yang diteliti. Pada bab
ini meliputi Teks hadis dan terjemahannya, Takhrij Hadis, Kegiatan Penelitian
Hadis yang terdiri dari Penelitian Sanad Hadis dan Penelitian Matan Hadis, serta
Syarh Hadis dengan mencantumkan pandangan ulama terhadap hadis
kepemimpinan perempuan.
Pada bab keempat, akan membahas Pemahaman Masyarakat Babakan
Terhadap Hadis Kepemimpinan Perempuan dengan mencakup pembahasan
Gambaran Sekilas Masyarakat babakan, Pemahaman Mereka Terhadap Hadis
Kepemimpina dan Pemahaman Terhadap Kepemimpinan Perempuan.
Sementara pada bab kelima, penulis akan menyimpulkan dari seluruh
bahasan dan masalah yang menjadi Skripi ini dan saran-saran, disertai dengan
daftar pustaka yang menjadi sumber referensi.
17
BAB II
TINJAUAN UMUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Di antara kaum yang tertindas di dunia ini, kaum perempuan berada di
urutan teratas.24 Salah satu dari aspek tertindasnya itu ialah adanya pemahaman
yang melarang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. M. Said Ramadhan
al-Buthi berpendapat bahwa pada dasarnya masalah yang sering dijadikan lahan
empuk untuk menggugat Islam dalam hal kesetaraan kaum perempuan dan laki-
laki adalah masalah kepemimpinan.25 Bila kita lirik sekarang ini, banyak kaum
perempuan yang cakap dan mahir dalam dunia kepemimpinan.
Partisipasi26 kaum perempuan semakin lama semakin meningkat dan
mendominasi, hal ini dikarenakan berkat kegigihannya dalam menyerukan
kesamaan hak-haknya dengan kaum laki-laki, termasuk dalam menyangkut
persoalan kepemimpinan.
Tuntutan persamaan hak perempuan tentunya didasarkan pada beberapa
anggapan bahwa perempuan dan laki-laki tidak banyak terdapat perbedaan, hanya
kesempatan berkembanglah yang membedakannya.27
24 Kaukab Siddique, Menggugat Tuhan Yang Maskulin (Jakarta: Paramadina, 2002), h. xv.25 M. Said Ramadhn al-Buthi, Perempuan Antara Kezaliman Sistem Barat dan Keadilan
Islam (Jakarta: Intermedia, 2002), Cet ke-1, h. 109.26 Partisipasi adalah turut serta dalam suatu kegiatan dan memiliki efek samping bagi
keadaan sekitar. Lihat dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta:Gramedia Kompas, 2005), h. 207, karangan S. Badudu.
27 Gurniwan K. Pasya, Dalam Artikel Peranan Wanita Dalam Kepemimpinan dan Politik,FPIPS UPI, h.2
18
Berikut akan dipaparkan sekilas tentang dunia kepemimpinan perempuan
beserta syarat-syarat seorang pemimpin.
A. Apa itu Kepemimpinan Perempuan ??
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead)
yang berarti bimbing atau tuntun.28 Setelah ditambah dengan awalan “pe”, maka
menjadi “pemimpin” (leader), berarti orang yang mampu mempengaruhi orang
lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dalam mencapai tujuan
tertentu.29
Kemudian setelah ditambah akhiran “an” menajadi “pimpinan”, artinya
orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi
“kepemimpinan” (leadership), berarti seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.30
Kata pemimpin dan kepemimpinan merupakan satu kesatuan kata yang
tidak dapat dipisahkan, baik secara struktur maupun fungsinya. Artinya, kata
pemimpin dan kepemimpinan adalah satu kesatuan kata yang mempunyai
keterkaitan, baik dari segi kata maupun makna.31
28 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet ke-4,h.967.
29 Matondang, Kepemimpinan; Budaya Organisasi dan manajemen Strategik(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008),h. 5
30 Adib Sofia Sugihastuti, Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan Dalam LayarTerkembang (Bandung: Katarsis, 2003), h.181.
31 Ghalia Indonesia, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.7.
19
Menurut Wahjosumidjo, butir-butir pengertian dari berbagai definisi
kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna sebagai berikut :32
a. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang
pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti kepribadian,
kemampuan, dan kesanggupan.
b. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak
dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin
itu sendiri.
c. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin dengan bawahan dan situasi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan yang dapat mempengaruhi orang lain, sehingga orang itu bersikap
dan berlaku sesuai dengan tujuan pemimpin. Hal yang terpenting dari
kepemimpinan adalah adanya pengaruh, gaya, ataupun cara bagaiman dapat
mempengaruhi orang lain serta efektifnya kekuasaan dari seorang pemimpin.33
Perempuan kerap kali didefinisikan sebagai lawan dari laki-laki. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang (manusia) yang
mempunyai puka, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.34
32 Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.26.33 Ayub Ranoh, Kepemimpinan Kharismatis; Tinjauan Teologis Etis Atas Kepemimpinan
Kharismatis Sukarno (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), h.72.34 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1268.
20
Jadi, kepemimpinan perempuan dapat diartikan bahwa yang menjadi
pengatur atau yang mempengaruhi orang lain adalah seorang perempuan
(lawannya laki-laki).
B. Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan
John Gage Allee, menyatakan bahwan pemimpin itu ialah pemandu,
penuntun, penunjuk, komandan (leader a guide, a conductor, a commander). 35
Dalam mewujudkan kepemimpinan yang baik, tentunya diperlukan pula
seorang pemimpin yang baik. Oleh karenanya, seorang pemimpin harus
mempunyai beberapa kriteria persyaratan sebagai seorang pemimpin.
Menurut al-Marwadi, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh
seseorang apabila ia ingin menjadi seorang pemimpin,36 diantaranya :
a. Harus mempunyai sifat adil
b. Mempunyai keberanian
Dalam ha ini, seorang pemimpin harus mempunyai keberanian dalam
memutuskan suatu masalah, dalam artian bersifat tegas.
c. Berakal sehat
Maksud berakal sehat disini ialah cerdas dan tidak mempunyai cacat
mental, sehingga dapat mengemban tugas kepemimpinannya dengan
baik dan maksimal.
35 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001), h. 33.
36 Nur Mufid, Bedah al-Ahkam al-Suthaniyah al-Marwadi (Surabaya: Pustaka Progresif,200), h. 29.
21
d. Tidak cacat fisik
Hal ini berguna agar dalam menjalankan roda kepemimpinannya tidak
mengalami kesulitan, karena jika seorang pemimpin memiliki cacat,
maka tidak akan optimal dalam mengerjakan tugasnya. Sedangkan
tugas seorang pemimpin sangatlah banyak.
e. Mempunyai visi
Visi yang baik dapat menciptakan kebijakan yang baik, yang mana
nanti inti kebijakan ini untuk kepentingan rakyat dan mewujudkan
kemaslahatan rakyat.
Sedangkan dalam pandangan imam al-Ghazali, seorang pemimpin harus
mempunyai syarat yang harus dipenuhi, diantaranya :37
a. Balig
Maksud balig disini ialah sudah dewasa dan mempunyai kecerdasan
emosional.
b. Berakal sehat
c. Merdeka
Maksud merdeka disini adalah merdeka dari segala hal apapun.
d. Harus laki-laki
Hal ini berdasarkan pemahaman QS. al-Nisā` [4] ayat 34
e. Tidak cacat
f. Mempunyai pengetahuan yang luas
37 Munawir Syadjali, Islam dan Tata Negara (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993), h. 78
22
g. Wara’ (kehidupan yang bersih dengan kemampuan mengendalikan diri
dan tidak berbuat hal-hal yang dilarang).
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-
syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, namun penulis akan
menyimpulkannya sebagai berikut :
a. Harus laki-laki
b. Memiliki sifat adil
c. Bersikap tegas dan berani
d. Berwibawa dan memiliki daya tarik
e. Sehat jasmani maupun rohani (fisik dan mental)
f. Berakal sehat dan mempunyai pengetahua yang luas
g. Ramah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan
h. Memiliki sifat Jujur
i. Mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi
Untuk konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan, ada tiga hal yang
harus dikaitkan dengannya, yaitu :38
a. Kekuasaan
Kekuasaan ini diartikan sebagai kekuatan, otoritas dan legalitas yang
memberikan wewenang kepada pemimpin guna untuk mempengaruhi
dan menggerakan bawahan unuk berbuat sesuatu.
38 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, h. 31.
23
b. Kewibawaan
Maksud kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, dan keutamaan
untuk mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh padanya dan
bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan
Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari
kemampuan anggotanya.
C. Hambatan Kepemimpinan Perempuan
Superioritas terhadap laki-laki bukan berarti penghalang besar bagi
perempuan untuk terus mengembangkan kemampuannya. Dewasa ini superioritas
tersebut tidak dapat lagi dipertahankan. Artinya, tidak setiap laki-laki pasti bisa
lebih berkualitas dari perempuan. Zaman telah berubah, sekarang telah semakin
banyak perempuan yang memiliki potensi dan bisa melakukan peran-peran yang
selama ini dipandang hanya dan harus menjadi milik laki-laki. Banyak perempuan
di berbagai ruang kehidupan yang mampu tampil dalam peran kepemimpinan
domestik maupun publik.39
Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap
orang, termasuk perempuan, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan
menduduki jabatan-jabatan tertinggi, kendati ada jabatan yang oleh sebagian
ulama dianngap tidak boleh diduduki oleh perempuan, yaitu jabatan kepala
39 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender(Yogyakarta: LKis, 2001), h. 25.
24
Negara dan hakim. Namun perkembangan masyarakat dari saat ke saat
mengurangi pendukungan larangan tersebut.40
Perempuan sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan
yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa
laki-laki berfungsi sebagai pelindung perempuan. Begitu pula hambatan fisik
wanita yang dianggap tidak mampu melaksanakan tugas-tugas berat. Untuk lebih
jelas, Ibrahim menguraikan beberapa hambatan yang muncul dari kepemimpinan
perempuan sebagai berikut41 :
a. Hambatan Fisik.
Dalam kodratnya, banyak orang yang mengatakan bahwa perempuan
dibebani tugas “kontrak” untuk mengandung, melahirkan, dan
menyusui. Keharusan ini mengurangi keleluasaan perempuan untuk
aktif terus menerus dalam berbagai bidang kehidupan.
b. Hambatan Teologis.
Untuk waktu yang lama, perempuan dipandang sebagai makhluk yang
diciptakan untuk laki-laki, termasuk untuk mendampinginya,
menghiburnya, dan mengurus keperluannya. Menurut cerita teologis,
perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki. Cerita ini secara psikologis
menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk mengambil
peran yang berarti dalam keidupan bermasyarakat.
40 Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan Umat(Bandung: Mizan, 1996), Cet ke-13, h. 317
41 Gurniwan Kamil Pasya, Mengutip Pendapatnya Ibrahim Dalam Artikelnya BerjudulPeranan Wanita Dalam Kepemimpinan dan Politik, UPI, h. 9
25
c. Hambatan Sosial-Budaya.
Pandangan ini melihat perempuan sebagai makhluk yang pasif, lemah,
perasa, dan tergantungan. Sebaliknya laki-laki dinilai sebagai makhluk
yang aktif, kuat, cerdas, mandiri, dan sebagainya. Pandangan ini pula
menempatkan lak-laki secara sosio-kultural lebih tinggi derajatnya
dibanding perempuan.
d. Hambatan Sikap Pandang.
Hambatan ini bisa dimunculkan oleh pandangan dikotomistis antara
tugas perempuan dan laki-laki. Perempuan dinilai sebagai makhluk
rumah, sedangkan laki-laki dilihat sebagai makhluk luar rumah.
e. Hambatan Historis.
Kurangnya nama perempuan dalam sejarah dimasa lalu bisa dipakai
untuk membenarkan ketidakmampuan perempuan untuk berkiprah
seperti halnya laki-laki.
D. Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan
Umat Islam meyakini bahwa agamanya sebagai raḥmatan li al-’ālamῑn,
artinya agama yang menebarkan rahmat bagi alam semesta. Salah satu bentuk
rahmat itu adalah pengakuan Islam terhadap keutuhan kemanusiaan kaum
perempuan setara dengan kaum laki-laki. Ukuran kemuliaan seorang manusia
dihadapan Allah swt. adalah prestasi dan kualitas dari ketakwaanya, tanpa
membedakan jenis kelaminnya.42
42 Lihat QS. al-Ḥujurāt [49] ayat 13
26
Sayangnya, ajaran Islam yang demikian ideal dan luhur itu, khususnya
berkaitan dengan relasi laki-laki dan perempuan tidak terimplementasi dengan
baik dalam realitas sosiologis para penganutnya. Kondisi itu dibangun
berdasarkan beberapa pemahaman sebagai berikut :
a. Makhluk Pertama adalah Laki-laki Bukan Perempuan
Pemahaman tentang asal-usul penciptaan manusia dalam kitab-
kitab fiqih menjelaskan bahwa nabi Adam as. adalah manusia pertama
yang diciptakan oleh Tuhan swt, sedangkan isterinya, Hawa diciptakan
dari tulang rusuk Adam as.43 Pemahan seperti ini mengacu kepada al-
Qur’an surat al-Nisā` [4]: ayat 1 :
س ٱ ا ٱ ير ٱ زو ة و 44
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yangtelah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya45 Allah menciptakan isterinya.
Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Adam a.s bagian belakang yang sebelah
kiri ketika ia sedang tidur. Kemudian Adam a.s bangun dan dikejutkan
oleh keberadaan Hawa.46
43 Tim LSPPA, Setara di Hadapan Tuhan, h. 5544 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002),
h.7845 Maksud dari padanya ialah bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s46 Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), Jilid 1, h. 646.
27
Pemahaman demikian membawa implikasi yang luas dalam
kehidupan sosial, di antaranya menimbulkan pandangan marginal,47
subordinatif,48 dan stereotif49 terhadap perempuan.
Kemudian pemahaman bahwa Hawa selaku perempuan pertama
yang tercipta dari bagian tubuh laki-laki, yaitu Adam as, membawa
kepada keyakinan bahwa perempuan hanyalah manusia kelas dua (the
second human being). Perempuan bukanlah manusia yang utama,
melainkan sekedar pelengkap, diciptakan dari dan untuk laki-laki.
Konsekuensinya, perempuan tidak boleh berada di depan dan tidak
boleh menjadi pemimpin.50
b. Perempuan Merupakan Makhluk Penggoda
Alasan ini berawal dari pemahaman tentang kejatuhan Adam as.
dan Hawa dari Surga. Pada umumnya ulama-ulama mendakwahkan
ajaran bahwa Adam as. jatuh dari surga akibat godaan Hawa yang
terlebih dahulu terpengaruh oleh bisikan iblis. Pemahan seperti ini
mengacu kepada al-Qur’an surat al-A’rāf [7]: ayat 20-22. Implikasi
dari pemahaman seperti ini adalah bahwa perempuan itu hakikatnya
makhluk penggoda dan dekat dengan iblis. Selain itu banyak yang
beranggapan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan.
47 Tidak terlalu menguntungkan, berada di pinggir48 Kedudukan bawahan49 Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang tidak tepat50 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender (Yogyakarta: Kibar Press,
2007), Cet ke-2, h. 12
28
Stereotipe ini membawa kepada sikap misogini51 terhadap
perempuan. Perempuan mudah sekali dipengaruhi dan diperdayakan,
dan karena itu tidak boleh keluar rumah, lebih baik baginya tinggal
dirumah saja mengurusi rumah tangga, merawat anak-anak, melayani
suami, dan tidak perlu aktif di masyarakat, apalagi dalam masalah
kepemimpinan Negara.52
c. Perempuan Makhluk Lemah dan Perasa
Pemahaman ini sudah tidak asing lagi didengar dikalangan
masyarakat. Perempuan dinilai terlalu lemah bila dijadikan seorang
pemimpin. Perasaan yang dimilikinya sangat halus sehingga
dikhawatirkan tidak mampu untuk mengambil keputusan yang tegas.
Perempuan mempunyai hati yang lembut, sehingga dalam berinteraksi
dengan mereka diperlukan sikap yang lembut dan perhatian yang
lebih.53 Hal ini menimbulkan perbedaan antara laki-laki dengan
perempuan. Perempuan lebih dikenal dengan makhluk bersifat lemah,
rapuh, emosional dan kadang-kadang pula tidak mampu mengatasi
situasi-situasi yang sulit dan berat. Berbeda sebaliknya dengan laki-
laki yang dikenal kurang begitu emosional dan menunjukan kegigihan
yang lebih besar. 54
51 Perasaan benci kepada perempuan. Lihat di Kamus Inggris Indonesia, Cet XIII, h.38252 Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, h. 1353 Badawi Mahmud Syaikh, Taman Wanita-wanita Salehah (Jakarta: Qisthi Press, 2007),
h. 2554 Fatima Umar NAsif, Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme Gender
Sesuai Tuntunan Islam (Jakarta: Cendekia Sentra Muslim, 2001), h.187.
29
d. Perempuan Lemah Akal dan Agamanya
Hal ini berdasarkan hadis Nabi saw yang menyatakan bahwa
“perempuan itu kurang akal dan kurang agamanya.”55
Maksud dari kurang akalnya disini ialah bila dilihat dari sudut
ingatan yang lemah, maka dari itu kesaksiannya harus dikuatkan oleh
kesaksian yang lain untuk menguatkannya dan akhirnya bisa
dipercayai. Adapun maksud dari kurang agamanya ialah karena
perempuan mengalami masa haid dan nifas. Dalam keadaan tersebut ia
meninggalkan shalat dan puasa.56
Secara eksplisit, hadis ini menunjukan bahwa akal dan agama
perempuan itu lemah, dan selama itu tidak ada perubahan, maka
perempuan tidak diperbolehkan untuk memegang jabatan tertinggi
suatu Negara.
e. Tempat Terbaik Bagi Perempuan Adalah Rumah.
Islam memandang perempuan bukan sebagai makhluk domestik
(rumah) yang tidak diperkenankan merambah wilayah publik (umum).
Namun budaya patriarkhi yang berkembang selama ini menempatkan
perempuan sebagai makhluk rumah. Dari dahulu hingga saat ini, masih
banyak perempuan yang dianggap sebagai makhluk nomor dua,
55 Muhammad Anas Qasim Ja’far, Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan; SebuahPersfektif Islam (Jakarta: Azan, 2001), h. 39
56 http: //muslimah.or.id/tahukah-engkau-saudariku/apa-maksud-hadits-wanita-kurang-akal-dan-agamanya.html. Diakses pada tanggal 27 April 2010
30
perempuan hanya bertugas pada kegiatan rumah saja, seperti mengurus
anak, menyusui, mengurus suami, dan tidak untuk publik.
Jika seorang perempuan memikul jabatan penguasa, maka ia
dituntut untuk terus menerus melakukan perjalanan dalam rangka
menunaikan tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Ini berarti perempuan
harus meninggalkan rumahnya dan meninggalkan tugas-tugas yang
telah diembankan sebagai sosok seorang ibu dan istri. Kemudian
pekerjaannya juga menuntut pembauran yang bebas dan interaksi
sosial dalam jumlah yang panjang dengn kaum laki-laki, dan hal ini
dilarang oleh agama.57
Bila melihat pemaparan tentang alasan penolakan kepemimpinan
perempuan di atas, penulis tidak begitu sepakat dengan beberapa poin
dari alasan-alasan tersebut, yaitu poin perempuan merupakan makhluk
penggoda dan perempuan lemah akal dan agamanya. Kedua poin itu
terlalu memojokkan kaum perempuan. Apa karena kasus penurunan
Adam a.s dari surga itu menjadikan cap untuk menandakan bahwa
perempuan merupakan makhluk penggoda ? lantas bagaiman dengan
perempuan yang selalu menjaga keormatannya, yang dengan segala
upaya dia menjaga diri dari hal-hal yang bisa menodai dirinya ? ini
menunjukan bahwa tidak semua perempuan adalah makluk penggoda.
57 Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme GenderSesuai Tuntunan Islam, h.187.
31
Bila kita liat sekarang ini, kaum perempuan sudah mulai mampu
mengimbangi kemampuan laki-laki, terutama dari segi pengetahuan
dan keagamaan. Banyak pakar-pakar dari kaum perempuan yang
bermunculan di bidang tersebut, seperti pakar di bidang politik,
ilmuwan, sosial, menjadi ustadzah, dan lainnya. Secara tidak langsung,
hal ini menunjukkan bawa akal dan agama perempuan tidaklah lebih
lemah dari laki-laki, bahkan bisa saja sebaliknya.
32
BAB III
SEPUTAR KUALITAS HADIS
A. Teks Hadis dan Terjemahannya
Berikut adalah teks hadis yang menjadi acuannya :
عليه وسلم لما صلى ا عته من رسول ا بشيء مس هلك كسرى قال من عن أيب بكرة قال عصمين ا
58م ولوا أمرهم امرأة استخلفوا قالوا بنته قال لن يـفلح قـو
“Dari Abu Bakrah ia berkata : Allah telah memeliharaku dengan sesuatu yang akudengar dari Rasulullah saw saat Kisra hancur, beliau bertanya: Siapa yangmereka angkat sebagai raja ? Para sahabat menjawab : Puterinya. Beliau lalubersabda : Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkaranyakepada seorang wanita."
B. Takhrīj al-Ḥadīs
Takhrīj berasal dari kata خرج (kharaja) yang berarti “tampak” atau
“jelas”. Para ahli bahasa mengartikannya dengan “mengeluarkan (al-istinbāṭ)”.59
Kegiatan takhrīj ini dilakukan dengan tujuan: Pertama, untuk mengetahui asal-
usul riwayat hadis (sumber asal hadis) yang sedang diteliti. Kedua, untuk
mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang sedang diteliti, karena mungkin saja
hadis tersebut memiliki lebih dari satu sanad, atau mungkin juga kualitas diantara
sanad itu berbeda-beda.60
58 Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut: Daar al-Fikr, 2005), Juz.7-8, h. 241.
59 M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet.ke-1, h.198.
60 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang,1992), Cet ke-1, h. 44.
33
Untuk menyelesaikan kegiatan takhrīj al-ḥadīṡ ini, penulis menggunakan
tiga metode, yaitu :
1. Metode Lafal atau Kata
Metode ini merupakan suatu metode yang berlandaskan pada kata-
kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun
kata kerja.61
Dalam metode ini, penulis merujuk kepada كتاب املعجم املفهرس
آللفاظ احلديث النبوى (al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-
Nabawī), dengan lafad فلح , maka hadis di atas akan terdapat dalam :
62يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة ال, لن
18, فنت 82خ مغازى
75ت فنت
8ن قضاة
43,47,51: 5حم
2. Metode Awal Matan Hadis
Dalam metode ini, penulis merujuk kepada كتاب موسوعة اطراف
احلديث (Mausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ), maka hadis di atas akan terdapat
dalam :
61 M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, h.198.62 A. J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī (Leiden: E. J. Brill,
1936 M), Juz. 5, h. 196
34
63لن يـفلح قـوم ولوا ......
70: 9, 10: 6خ
2262ت
227: 8ن
51: 5حم
3. Metode Tema
Dalam metode ini, penulis merujuk kepada كتاب كنز العمال ىف سنن
االقوال واالفعال (Kanzun al-‘Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl),
maka hadis di atas akan ditemukan dengan nomor hadis 14673.
64لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة - 14673
(حم خ ت من اىب بكرة)
Berikut ini adalah riwayat-riwayat hadis di atas dari setiap mukharrij
berdasarkan naskah aslinya. Diantaranya :
Susunan yang terdapat dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī :
بك ثـنا عوف عن احلسن عن أيب بكرة قال لقد نـفعين ا ثـنا عثمان بن اهليثم حد عتـها من رسول حد لمة مس
عليه وسلم أيام صلى ا اجلمل بـعد ما كدت أن أحلق بأصحاب اجلمل فأقاتل معهم قال لما بـلغ ا
63 Abū Ḥājar Muḥammad al-Sa’īd ibn Basyūnī, Mausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ (Beirut: Daar al-Kutub al-Islamiyyati), Juz. 6, h. 721
64 ‘Alā`a al-Dīn ‘Alī al-Muttaqī ibn Ḥisām al-Dīn, Kanzun al-‘Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl (Beirut: Muassasah al-Risaalah,1989), Juz.6, h.23
35
عليه وسلم أن أهل فارس قد ملكوا عليهم بنت كسرى قال لن يـ صلى ا مرهم فلح قـوم ولوا أ رسول ا
65امرأة
ثـنا عوف عن احلسن عن أيب بكرة قال ح ثـنا عثمان بن اهليثم حد بكلمة أيام اجلمل لما بـلغ د لقد نـفعين ا
عليه وسلم أن فارسا ملكوا 66ابـنة كسرى قال لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة النيب صلى ا
Susunan yang terdapat dalam Sunan al-Tirmiżī :
ثـنا خالد بن احلارث حدثـنا محيد الطويل عن احلسن عن أ ثـنا حممد بن المثـىن حد قال عصمين بكرة يب حد
عليه وسلم لما هلك كسرى قال من استخل صلى ا عته من رسول ا بشيء مس نته فـقال ا فوا قالوا ابـ
عليه وسلم لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة قال فـلما قدمت عائشة يـعين البصرة ذكرت قـول النيب صلى ا
عليه وسلم فـعصم صلى ا به رسول ا 67ين ا
Susunan yang terdapat dalam Sunan al-Nasā`ī :
ثـنا خالد بن احلارث قال حدثـنا محيد عن احلسن عن أيب بكرة قال أخبـرنا حممد بن المثـىن قا عصمين ل حد
عليه وسلم لما هلك كسرى قال من استخل صلى ا عته من رسول ا بشيء مس فوا قالوا بنته قال لن ا
68يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة
65 Imām Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn Ismā`īl al-Bukhārī, Matān Masykūl al-Bukhārī(Beirut: Daar al-Fikr, 2006), Juz.3, h. 89.
66 Imām Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn Ismā`īl al-Bukhārī, Matān Masykūl al-Bukhārī,Juz.4, h.265.
67 Abī ‘Īsā Muḥammad ibn ‘Īsā ibn Saurah, al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyaial-Turasi al-‘Arabi, 1995), Juz.4, h.527.
68 Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut:Daar al-Fikr, 1930), Juz.8, h.227.
36
Susunan yang terdapat dalam Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal :
نة حدثين أيب عن أيب بكرة عن النيب ثـنا حيىي عن عيـيـ عليه وسلم قال لن يـفلح قـوم أسندوا حد صلى ا
69أمرهم إىل امرأة
ثـنا ثـنا حممد بن بكر حد نة عن أبيه عن أيب بكرة حد عليه وسلم يـقول لن عيـيـ صلى ا عت رسول ا قال مس
70يـفلح قـوم أسندوا أمرهم إىل امرأة
ثـنا ثـنا مبارك عن احلسن عن أيب ب عفان بن مسلمحد عليه وسلم لن كرة حد صلى ا قال قال رسول ا
71يـفلح قـوم متلكهم امرأة
Setelah dilakukan takhrīj al-ḥadīṡ, maka dapat di ketahui bahwa terdapat
tujuh (7) hadis tentang kepemimpinan perempuan yang terdapat dalam empat (4)
sumber kitab hadis, yaitu :
Sumber KitabJumlahHadis
Kitab Bab
خ 2مغازى باب كتاب النيب اىل كشرى وقيصرفنت الفتنة الىت متوج كموج البحر
ت 1 فنت ماجاء ىف النهي عن سب الرياحن 1 قضاة النهي عن استعمال النساء ىف احلكمحم 3 Musnad Penduduk
Bashrahحديت اىب بكرة نفيع بن احلارث بن كلدة
Tabel. 1. Hasil Takhrij Hadis
69 Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1995), No hadis 20402, Juz. 24, h. 43.
70 Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal, No hadis 20474, Juz. 24,h. 120.
71 Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal, No hadis 20517, Juz. 24,h. 149.
37
C. Kegiatan Penelitian Hadis
Penelitian hadis merupakan tolak ukur untuk meneliti kualitas sebuah
hadis yang terdapat dalam kitab-kitab hadis. Kualitas hadis ini sangat perlu
diketahui dalam hubungannya dengan kehujjahan hadis yang bersangkutan.72
Para ulama muḥaddiṡīn melakukan penelitian ini dilihat dari dua segi,
yaitu penelitian melalui sanad hadis dan peneletian melalui matan hadis. Berikut
langkah-langkah dalam penelitian hadis dari segi sanad hadis dan matan hadis.
1. Penelitian Sanad Hadis
Sanad ialah jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.73 Ada tiga
peristiwa penting yang mengharuskan adanya penelitian sanad hadis. Pertama,
pada zaman Nabi Muhammad saw tidak seluruh hadis tertulis. Kedua, sesudah
zaman Nabi saw. terjadi pemalsuan hadis. Ketiga, penghimpunan hadis secara
resmi dan massal terjadi setelah berkembangnya pemalsuan-pemalsuan hadis. 74
Kritik sanad dilakukan untuk mengetahui kebersambungan sebuah sanad
dilihat dari guru dan muridnya serta tahun kelahirannya. Kegiatan ini merujuk
kepada beberapa kitab, seperti Tahżīb al-Tahżīb, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-
Rijāl, al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah, dan kitab-kitab lainnya yang berkaitan
dengan kritik sanad.
72 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang,1992), Cet ke-1, h. 28.
73 M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet.ke-1, h.198.
74 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2004), h. 11
38
a. Al-I’tibār
Al-I’tibār menurut bahasa merupakan bentuk maṣdar dari kata
i’tibara, yang berarti pemeriksaan terhadap sesuatu untuk mengetahui sesuatu
yang lain yang sejenis.75 Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, i’tibār berarti
menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu
pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja, dan
dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui
apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari
sanad hadis yang dimaksud.76
Dengan dilakukannya i’tibār, maka akan terlihat dengan jelas seluruh
jalur sanad hadis yang sedang diteliti, demikian juga dengan nama-nama
periwayatnya dan metode periwayat yang digunakan untuk masing-masing
periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan dari i’tibār adalah untuk
mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya, dilihat dari ada tidak adanya
pendukung berupa periwayat yang berstatus mutabi’ 77 dan syahīd. 78 Melalui
i’tibār ini akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki
syahīd dan mutabi’ ataukah tidak.
75 Mahmud Thahhan, Intisari Ilmu Hadis (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 154.76 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), Cet ke-1, h. 51.77 Yang dimaksud dengan mutabi’ adalah periwayat yang berstatus pendukung pada
periwayat yang bukan sahabat Nabi saw.78 Yang dimaksud dengan syahīd adalah periwayat yang berstatus pendukung yang
berkedudukan sebagai dan untuk sahabat Nabisaw.
39
Hadis yang sedang diteliti ini diriwayatkan oleh satu orang sahabat,
yaitu Abī Bakrah. Sedangkan mukharrijnya terdiri dari empat orang, yaitu
Imām al-Bukhārī, al-Tirmiżī, al-Nasā`ī, dan Aḥmad ibn Ḥanbal.
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti hadis dengan
mukharrijnya adalah Aḥmad ibn Ḥanbal. Pada semua jalur periwayatan
hadis, periwayat pertama adalah Abī Bakrah, karena beliau adalah seorang
sahabat Nabi saw. Nama asli beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah
ibn ‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah. Kemudian pada periwayat kedua
disebutkan dengan lafadz abīhi, yang mana ini menandakan bahwa abīhi ini
adalah ayah dari ‘Uyainah. Setelah penulis melakukan penelusuran, ternyata
ditemukan bahwa abīhi ini ialah ‘Abd al-Raḥmān ibn Jausyani al-Gaṭāfanī al-
Baṣrī.
Selain itu, terdapat perbedaan metode periwayatan yang digunakan
oleh para periwayat dalam sanad hadis tersebut. Lambang-lambang metode
periwayatan yang digunakan antara lain ḥaddaṡanā, akhbaranā, qāla, ‘an,
ḥaddaṡanī, dan sami’tu.
Dalam hadis tersebut terdapat mutabi’, yaitu al-Ḥasān sebagai mutabi’
bagi Abīhi, dan Muḥammad ibn Bakr sebagai mutabi’ bagi Yaḥyā ibn Sa’īd.
Sedangkan untuk syahīd, tidaklah ditemukan karena hanya diriwayatkan oleh
satu orang sahabat, yakni Abī Bakrah.79
79 Lihat pada skema sanad hadis, pada h. 10.
40
b. Kritik Sanad Hadis
Dalam kritik sanad ini, penulis hanya akan meneliti tiga sanad yang
ada dalam kitab Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal dari riwayat Abī Bakrah. Ketiga
sanad itu masing-masing dari jalur Muḥammad ibn Bakr, Yaḥyā, dan ‘Affān
ibn Muslim. Penulis memilih kitab Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal ini karena
merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kutub al-sittah pada tingkat
keenam (terakhir).
Berikut ini adalah bentuk sanad hadis yang terdapat di dalam beberapa
kitab hadis setelah dilakukannya takhrīj al-ḥadīṡ.
Perbandingan Sanad Hadis
No Mukharrij Sanad Hadis
1خ
ثـنا عوف عن احلسن عن ثـنا عثمان بن اهليثم حد أيب بكرة حد
2 ثـنا عوف عن احلسن عن أيب بكرة ثـنا عثمان بن اهليثم حد حد
3 ت ثـنا محيد الطويل عن احلسن عن أ ثـنا خالد بن احلارث حد ثـنا حممد بن المثـىن حد يب بكرة حد
4 ن ثـنا محيد عن احلسن عن ثـنا خالد بن احلارث قال حد أيب بكرة أخبـرنا حممد بن المثـىن قال حد
5
حم
ثين أيب عن أيب بكرة نة حد ثـنا حيىي عن عيـيـ حد
6 ثـنا حممد بن بك نة عن أبيه عن أيب بكرة حد ثـنا عيـيـ ر حد
7 ثـنا ثـنا مبارك عن احلسن عن أيب بكرة عفان بن مسلمحد حد
Tabel. 2. Perbandingan Sanad Hadis
41
SKEMA SANAD HADIS
مرسول هللا صل هللا علیھ وسل
ابى بكرة
قالعنسمعت
الحسن
حمید الطویلعوف
خالد بن الحارثعثمان بن الھیثم
محمد بن المثنى
خ
احدثن
احدثن
نت
اخبرنااحدثن
احدثن
احدثن
عنعن
عن
مبارك
عفان بن مسلم
ابیھ
عیینة
محمد بن بكریحیى
احدثنعن
احدثناحدثن
عن حدثنى
عن
حم
عن
احدثن
احدثن
w 256 Hw 241 H
w 279 Hw 303 H
w 252 H
w 186 H w 210 H w 220 H w 204 H w 198 H
w - Hw 165 Hw 146 Hw 142 H
w 110 H w - H
w 52 H
42
Hadis Riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal Dari Jalur Yaḥyā
No Nama Periwayat Urutan Sebagai Periwayat Urutan Sebagi Sanad
1 Aḥmad ibn Ḥanbal Periwayat ke 5 Mukharrij2 Yaḥyā Periwayat ke 4 Sanad 13 ‘Uyainah Periwayat ke 3 Sanad 24 Abīhi Periwayat ke 2 Sanad 35 Abī Bakrah Periwayat ke 1 Sanad 4
Tabel. 3. Urutan Perawi Hadis Dari Ahmad ibn Hambal Jalur Yahya
1. Aḥmad ibn Ḥanbal
Nama lengkap beliau adalah Aḥmad ibn Muḥamad ibn Ḥanbal ibn
Ḥilāl al-Syaibānī al-Mawarżī al-Bagdādī. Beliau dikandung ibunya di
Marwā lalu dilahirkan pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 163 H, dan
dibesarkan di Bagdad dalam keadaan yatim.80 Dikalangan sahabatnya,
beliau dikenal dengan nama Abū ‘Abdullāh.81 Beliau meninggal pada hari
Jum’at, bulan Rabi’ul awal tahun 241 H (855 M) di Bagdad dan
dimakamkan di Marwaz.82 Jenazah beliau diantar oleh 800.000 orang laki-
laki dan 600.000 perempuan, serta orang-orang Nasrani, Yahudi, dan
Majusi sekitar 20.000 orang.83
Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa, karenanya, setiap kali
mendengar ada ulama yang terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh
perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang
80 Sahliono, Biografi dan Tingkatan Perawi Hadis (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000), CetKe-1, h.164.
81 Al-Shalih, Ulama al-Hadis, h. 39482 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al-Hadis (Bandung: Alma’arif, 1974), h. 37583 Mustafa Zahri, Kunci Memahami Musthalah al-Hadis (Jakarta: PT. Bina Ilmu, tt), h.92
43
ulama. Di antara daerah-daerah yang beliau kunjungi untuk menimba ilmu
adalah : Baṣrah, Kuffah, Makkah, Yamān, Waṣīṭ, Meṣīr, dan linnya.84
Imām al-Syafī’ī mengatakan tentang diri Imām Aḥmad ibn Ḥanbal
sebagai berikut, “Setelah saya keluar dari Bagdad, tidak ada orang yang
saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh, dan lebih berilmu
daripada Aḥmad ibn Ḥanbal”.85
Guru-guru beliau di bidang hadis sangatlah banyak, di antaranya
ialah: Sufyān ibn ‘Uyainah, Ismā’īl ibn ‘Uliyyah, ‘Afān ibn Muslim,
Ibrāhīm ibn Sa’ad, Abū Bakr ibn Iyās, Muḥammad ibn Bakr, Yazīd ibn
Ḥarūn, ibn Ubaid al-Tanaffus, Yaḥyā, dan lain-lain. Sedangkan yang
meriwayatkan hadis dari beliau antara lain adalah: ‘Alī ibn al-Madīnī,
Aḥmad ibn Abī al-Ḥawāri, Yaḥyā ibn Ma'īn, Aḥmad ibn Ṣalīḥ al-Miṣrī,
dan lain-lain
Penilaian para kritikus hadis tehadap beliau: (a) Abū 'Ubaidah
menuturkan: “Ilmu kembali kepada empat orang”, kemudian beliau
menyebutkan Aḥmad ibn Ḥanbal, dan dia berkata: “Dia adalah orang
yang paling faqīh diantara mereka.” (b) Abū Ja'fār al-Nufail menuturkan:
“Aḥmad ibn Ḥanbal termasuk dari tokoh agama”, (c) Ibn Ḥibbān
mengemukakan bahwa Ia adalah seorang Ahli Fiqih.
84 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalah al-Hadis, h. 37385 M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet.
ke-1, h.229.
44
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aḥmad
ibn Ḥanbal berstatus tokoh agama dan ahli fiqih”. Selain itu, antara beliau
dengan gurunya, yakni Yaḥyā adalah “Muttasil”, karena saling bertemu.
2. Yaḥyā
Nama lengkap beliau adalah Yaḥyā ibn Sa’īd ibn Farūkh al-Qaṭṭān
al-Tamīmī, Abū Sa’īd al-Biṣrī.86 Beliu meninggal pada tahun 198 H.
Diantara guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Abān ibn
Ṣam’āh, Ismā’īl ibn Abī Khālid, Ja’fār ibn Muḥammad, ‘Uyainah, Hātim
ibn Abī Ṣagīrah, Hajjāj ibn Abī ‘Uṡmān, Ḥammād ibn Salamah, Ḥumaid
al-Ṭawīl, Yazīd ibn Abī ‘Ubaid, dan yang lainnya. Sedangkan murid-
murid yang meriwayatkan hadis darinya antara lain ialah: Ibrāhīm ibn
Muḥammad, Aḥmad ibn Ṡābit, Aḥmad ibn Ḥanbal, Ishāq ibn Manṣūr,
Ismā’īl ibn Mas’ūd, Sufyān al-Ṡaurī, Zaid ibn Akhzām, Sufyān ibn
‘Uyainah, Sahl ibn Ṣālīḥ, Syu’bah ibn al-Hajjāj, dan masih banyak murid
yang lainnya.
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Muḥammad ibn Sa’ad,
menilainya dengan ṡiqqah, ma’mūn. (b) Imām al-‘Ijlī, menilainya ṡiqqah.
(c) Abū Zur’ah, menilainya dengan ṡiqqah. (d) Abū Ḥātim, menilainya
dengan ṡiqqah, ḥāfiẓ. (e) Imām al-Nasā`ī, menilainya dengan ṡiqqah. 87
86 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, (Beirut:Muassasah al-Risālah, tt), Juz. 31, h. 329
87 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb (Beirut: Dār al-Fikr, 1415 H/1995 M), Juz. 4, h. 359.
45
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Yaḥyā
berstatus ṡiqqah dan ḥāfiẓ. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni
‘Uyainah adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu.
3. ‘Uyainah
Nama lengkap beliau adalah ‘Uyainah ibn ‘Abd al-Rahmān ibn
Jausyanī al-Gaṭāfanī al-Jausyanī, Abū Mālik al-Baṣrī.88
Guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Ayyūb ibn Mūsā,
‘Abd al-Rahmān ibn Jausyanī, ‘Alī ibn Zaid ibn Jud’ān, Qāsim ibn
Rabī’ah ibn Jausyanī, Marwān al-Aṣfar, Nafī’ Maulā ibn ‘Umar, dan Abā
Zubair al-Makī. Sedangkan murid-murid beliau antara lain : Ismā’īl ibn
‘Uliyyah, Asḥal ibn Ḥātim, Sa’īd ibn Sufyān, Sahl ibn Yūsuf, Muḥammad
ibn ‘Abdullāh, Yaḥyā, Yazīd ibn Hārūn, dan yang lainnya.
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Muḥammad ibn Sa’ad,
menilainya dengan ṡiqqah. (b) Ibn Ḥajār, menilainya dengan ṣadūq. (c)
Imām al-Żahabī, menilainya dengan ṡiqqah. (d) Abū Ḥātim, menilainya
dengan ṣadūq. (e) Ibn Ḥibbān, menyebutkannya dalam kitab al-ṡiqqāh (f)
Imām al-Nasā`ī, menilainya dengan ṡiqqah. (g) Imām al-Tirmizī,
menilainya dengan ṣaḥīḥ.
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ‘Uyainah
berstatus ṡiqqah, ṣadūq dan ṣaḥīḥ. Selain itu, antara beliau dengan
88 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 23, h. 77
46
gurunya, yakni ‘Abd al-Rahmān (abīhi) adalah “Muttasil”, karena mereka
berdua saling bertemu.
4. Abihi
Nama lengkap beliau adalah ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyanī al-
Gaṭāfanī al-Baṣrī.89
Guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Buraidah ibn al-
Ḥuṣaib al-Aslamī, Rabī’ah ibn Jausyanī, Sanūrah ibn Jundab, Abū
Bakrah al-Ṡaqafī, ‘Abdullāh ibn ‘Abbās, ‘Abdullāh ibn ‘Umar ibn al-
Khattāb, dan ‘Uṡmān ibn ‘Āṣ. Sedangkan untuk murid beliau hanyalah
satu orang, yaitu putranya sendiri, yakni ‘Uyainah ibn ‘Abd al-Rahmān
ibn Jausyanī.
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Ibn Ḥajār, menilainya
dengan ṡiqqah. (b) Abū Zur’ah, menilainya ṡiqqah. (c) Imām al-Tirmizī,
menilainya dengan ṣaḥīḥ. (d) Ibn Sa’ad, menilainya dengan ṡiqqah Insyā
Allāh. (e) Imām al-‘Ijlī, menilainya dengan ṡiqqah.
Natijahnya : Dapat disimpulkan bahwa ‘Abd al-Rahmān berstatus
ṡiqqah dan ṣaḥīḥ. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni Abī
Bakrah adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu.
89 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 17, h.34
47
5. Abī Bakrah
Nama lengkap beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah ibn
‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah, Abū Bakrah al-Ṡaqafī. Dikatakan pula
bahwa nama beliau ialah Nafai’ ibn Masrūḥ.90 Menurut al-Mufaḍḍal ibn
Gassān al-Galābī, beliau wafat 52 H di Bashrah.91
Beliau meriwayatkan hadis dari Rasulallah saw. Sedangkan
murid-murid beliau antara lain : Ibrāhīm ibn ‘Abd al-Rahmān ibn ‘Auf,
Baḥr ibn Marrār ibn ‘Abd al-Rahmān, al-Ḥasān al-Baṣrī, Abū ‘Uṡmān,
Sa’īd ibn Abī al-Ḥasān, ‘Abd al-Rahmān ibn Jausyani al-Gaṭāfanī,
‘Abd al-‘Azīz ibn Abī Bakrah, Muḥammad ibn Sirīn, Abū ‘Uṡmān al-
Nahdī, dan masih ada yang lainnya.92
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Menurut ibn Ḥajār,
beliau adalah seorang sahabat. (b) Imām al-Żahabī, menilainya dengan
seorang sahabat. (c) Menurut al-Ḥāfiẓ Abū Nu’īm al-Aṣbahānī, beliau
adalah seorang laki-laki yang shalih.
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Abī
Bakrah berstatus seorang sahabat Nabi saw. Mengingat posisi Abu
Bakrah sebagai sahabat Nabi saw, para ulama jarḥ wa ta’dīl tidak
mempersoalkan tentang ’adalahnya, karena para sahabat mempunyai sifat
90 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah(Kairo: Maktabah Ibn Tamiyah, 1993 H), Juz. 6, h. 369
91 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 30, h. 892 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 4, h. 238
48
yang adil, sehingga semua ulama sepakat bahwa al-ṣahābī kulluhum
‘udul.93
Hadis Riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal Dari Jalur Muḥammad ibn Bakr
No Nama Periwayat Urutan Sebagai Periwayat Urutan Sebagi Sanad
1 Aḥmad ibn Ḥanbal Periwayat ke 5 Mukharrij2 Muḥammad ibn Bakr Periwayat ke 4 Sanad 13 ‘Uyainah Periwayat ke 3 Sanad 24 Abīhi Periwayat ke 2 Sanad 35 Abī Bakrah Periwayat ke 1 Sanad 4
Tabel. 4. Urutan Perawi Hadis Dari Ahmad ibn Hambal Jalur Muhammad ibn Bakr
1. Aḥmad ibn Ḥanbal (telah dijelaskan di halaman 41)
Aḥmad ibn Ḥanbal menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari
Muḥammad ibn Bakr dengan ungkapan ḥaddaṡanā. Kemudian antara
beliau dengan gurunya, Muhḥmmad ibn Bakr adalah “Muttasil”, karena
mereka saling bertemu.
2. Muḥammad ibn Bakr
Nama lengkap beliau adalah Muḥammad ibn Bakr ibn ‘Uṡmān al-
Bursānī, Abū ‘Abdullāh. Kunyah beliau ialah Abū ‘Uṡmān al-Baṣrī.94
Beliau wafat pada tahun 204 H.
Guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Ḥumaid ibn Mihrān,
Sulaimān ibn ‘Ubaid, Syu’bah ibn al-Hajjāj, Ṣadaqah ibn Abī ‘Imrān,
‘Uyainah, ‘Uṡmān ibn Abī Rawwād, Hisyām ibn Ḥasān, Yaḥyā ibn Qais,
93 Ibnu Ahmad ‘Alimi, Tokoh dan Ulama Hadis (Sidoarjo: Mashun, 2008), h.594 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz.24, h.530
49
Yūnus ibn Yazīd, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid beliau antara
lain : Aḥmad ibn Manṣūr, Aḥmad ibn Ḥanbal, Ishāq ibn Manṣūr, Ḥātim
ibn Bakr, Zaid ibn Akhzam, Sufyān ibn Waki’, Muḥammad ibn Ḥātim,
Muḥammad ibn Yaḥyā al-Żuhlī, dan yang lainnya.95
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Ḥanbal ibn Ishāq,
menilainya dengan ṡāliḥ al-ḥadīṡ. (b) ‘Uṡmān ibn Sa’īd, menilainya
dengan ṡiqqah. (c) Muḥammad ibn Sa’ad, menilainya ṡiqqah. (d) Yaḥyā
ibn Ma’īn, menilainya dengan ṡiqqah. (e) Ibn Ḥibbān, menyebutkannya
dalam kitab al-ṡiqqāh.
Natijahnya : Dapat disimpulkan bahwa Muḥammad ibn Bakr
berstatus ṡiqqah. Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni ‘Uyainah
adalah “Muttasil”, karena mereka berdua saling bertemu.
3. ‘Uyainah (telah dijelaskan di halaman 44)
Nama lengkap beliau adalah ‘Uyainah ibn ‘Abd al-Rahmān ibn
Jausyanī al-Gaṭāfanī al-Jausyanī, Abū Mālik al-Baṣrī.
4. Abīhi (telah dijelaskan di halaman 45)
Yakni ‘Abhd al-Rahmān ibn Jausyanī al-Gaṭāfanī al-Baṣrī
5. Abī Bakrah (telah dijelaskan di halaman 46)
Nama lengkap beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah ibn
‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah, Abū Bakrah al-Ṡaqafī.
95 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 3, h. 522.
50
Hadis Riwayat Aḥmad ibn Ḥanbal Dari Jalur ‘Affān ibn Muslim
No Nama Periwayat Urutan Sebagai Periwayat Urutan Sebagi Sanad
1 Ahmad ibn Hambal Periwayat ke 5 Mukharrij2 ‘Affān ibn Muslim Periwayat ke 4 Sanad 13 Mubārak Periwayat ke 3 Sanad 24 Al-Ḥasān Periwayat ke 2 Sanad 35 Abī Bakrah Periwayat ke 1 Sanad 4
Tabel. 5. Urutan Perawi Hadis Dari Ahmad ibn Hambal Jalur ‘Afan ibn Muslim
1. Aḥmad ibn Ḥanbal (telah dijelaskan di halaman 41)
Aḥmad ibn Ḥanbal menyatakan bahwa ia menerima riwayat dari
‘Affān ibn Muslim dengan ungkapan ḥaddaṡanā. Kemudian antara beliau
dengan gurunya, yakni ‘Affān ibn Muslim adalah “Muttasil”, karena
mereka saling bertemu.
2. ‘Affān ibn Muslim
Nama lengkap beliau adalah ‘Affān ibn Muslim ibn ‘Abdullāh al-
Ṣafār, Abū Uṡmān al-Baṣrī. Menurut Abū Dāud, beliau meninggal pada
tahun 220 H di Bagdad.96
Guru-guru beliau dalam bidang hadis antaralaian ialah : Syu’bah,
Abdullāh ibn Bakr, Mubārak, Hammām ibn Yaḥyā, Salīm ibn Ḥayyān,
Aswād ibn Syaibān, Ziyad, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid
beliau antaralaian : Bukhārī, Hajjāj ibn Syā’ir, Imām al-Dārimī, Abī Mūsā
96 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 20, h.175.
51
Hārūn, Aḥmad ibn Ḥanbal, Abī Bakr ibn Abī ‘Attāb, Ḥasān ibn
Muḥammad, dan yang lainnya.
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Abū Ḥātim, menilainya
dengan ṡiqqah, imām, muttaqīn. (b) Abū Aḥmad ibn ‘Adī, menilainya
dengan asyharu. (c) Ibn Ḥibbān, menyebutkannya dalam kitab al- ṡiqqāh.
(d) Ibn Sa’ad, menilainya dengan ṡiqqah, kaṡīr al-ḥadīṡ.
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ‘Affān
ibn Muslim berstatus ṡiqqah dan muttaqīn. Selain itu, antara beliau dengan
gurunya, yakni Mubārak adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu.
3. Mubārak
Nama lengkap beliau adalah Mubārak ibn Faḍālah ibn Abi
Umayyah al-Qurasī. Kunyah beliau adalah Abū Fuḍālah.97 Menurut Abū
Bakr ibn Abī Khaisamah, beliau meninggal pada tahun 166 H.98
Guru-guru beliau dalam bidang hadis antara lain: Ṡābit al-Bunānī,
Ḥabīb ibn Abī Ṡābit, ‘Alī ibn Zaid, Ḥasān al-Baṣrī, Hisyaā ibn ‘Urwah,
Yūsūf, Yūnus ibn ‘Ubaid, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid
beliau antaralaian : Ibrāhīm ibn Ḥumaid al-Ṭawīl, Ḥabbān ibn Hilāl, Hajjāj
ibn Muḥamad, Sulaimān ibn Ḥarb, Syaibān ibn Farūkh, ‘Affān ibn
Muslim, Mūsā ibn Ismā’īl, Yaḥyā ibn Żakariyā, dan yang lainnya.
97 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 4, h. 18.98 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 27, h.
190.
52
Penilaian para kritikus hadis tehadap beliau : (a) Imām al-Nasā`ī,
menilainya dengan ḍa’īf. (b) ‘Amr ibn ‘Alī, saya mendengar ‘Affān
berkata bahwa beliau ṡiqqah. (c) ‘Abdullāh ibn Aḥmad, menilainya
dengan ḍa’īf al-ḥadīṡ. (d) Abū Bakr ibn Abī Khaisamah, menilainya
dengan ḍa’īf.
Natijahnya : Dapat disimpulkan bahwa Mubārak berstatus ḍa’īf.
Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakni al-Ḥasān adalah
“Muttasil”, karena mereka saling bertemu.
4. Al-Ḥasān
Nama lengkap beliau adalah al-Ḥasān ibn Abī al-Ḥasān, Yasār al-
Baṣrī, Abū Sa’īd.99 Menurut Ismā’īl ibn ‘Uliyyah, beliau meninggal pada
bulan Rajab tahun 110 H.100
Guru-guru beliau dalam bidang hadis antara lain : Usāmah ibn
Zaid, Anas ibn Mālik, Sa’īd ibn Ubādah, ‘Abdullāh ibn ‘Abbās, Abī
Bakrah, Abī Hurairah, Anas ibn Ḥākim, dan yang lainnya. Sedangkan
murid-murid beliau antaralaian : Ishāq ibn Rabī’, Ismā’īl ibn Muslim,
Mubārak ibn Faḍālah, Mālik ibn Dīnār, Gālib al-Qaṭṭān, Abān ibn Ṣālih,
dan yang lainnya.
99 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī ibn Ḥajār al-‘Asqalanī, Tahżīb al-Tahżīb, Juz. 1, h. 388.100 Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf al-Mazī, Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl, Juz. 6, h.
126
53
Penilaian kritikus hadis tehadap beliau : (a) Muḥammad ibn Sa’ad,
menilainya ṡiqqat, ma’mūn. (b) Mūsā ibn Ismā’īl, mengatakan bahwa
Ḥasān adalah syaikh ahl Baṣrah.
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Yaḥyā
berstatus ṡiqqat, dan ma’mūn. Selain itu, antara beliau dengan gurunya,
yakni Abī Bakrah adalah “Muttasil”, karena mereka saling bertemu.
5. Abī Bakrah (telah dijelaskan di halaman 46)
Nama lengkap beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥāriṡ ibn Kaladah ibn
‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah, Abū Bakrah al-Ṡaqafī.
c. Kesimpulan Penelitian Sanad Hadis
Berdasarkan pemaparan tentang jarh wa ta’dil periwayat di atas, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Adanya ketersambungan sanad antara periwayat yang satu dengan
periwayat yang lainnya. Artinya, para periwayat saling bertemu dan benar-
benar menerima hadis dari periwayat diatasnya sehingga terdapat
keterkaitan guru dan murid diantara mereka. Selain itu lambang lafaz
periwayatan yang digunakannya ialah ḥaddaṡanā, akhbaranā, qāla, ‘an,
ḥaddaṡanī, dan sami’tu.
- Periwayat hadis pada umumnya mereka semua adalah ‘adil dan ḍabit.
Dalam artian, mereka kuat hafalan hadisnya dan mampu menyampaikan
hadis tersebut kepada orang lain dengan baik. Akan tetapi ada satu orang
54
yang dinilai cacat dengan pernyataan ḍa’īf, yakni al-Mubārak (terdapat
dalam hadis Aḥmad ibn Ḥanbal dari jalur ‘Affān ibn Muslim), sehingga
dapat disimpulkan bahwa kualitas hadis ini ḍa’īf. Namun terdapat penguat
dari jalur lain (terdapat muttabi’ bagi al-Mubārak, yakni ‘Auf) yang
terdapat dalam jalur Imām al-Bukhārī. Tanpa perlu melakukan penelitian,
penulis beranggapan bahwa semua hadis yang terdapat dalam Kitāb Ṣaḥīḥ
al-Bukhārī berkualitas Ṣaḥīḥ. Menurut imam adz-Dzahabi, Ṣaḥīḥ al-
Bukhārī adalah sebuah buku Islam yang paling agung sesudah al-
Qur’an.101 Dengan adanya penguat dari jalur Imām al-Bukhārī tersebut,
maka kualitas hadis ini menjadi Ḥasan li Ghairih.102
101 Hussein Bahreisy, Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari (Surabaya: al-Ikhlas, 1992), h. Ix.
102 Ḥadīṡ Ḥasan li gairih adalah ḥadīṡ ḍa’īf yang karena perawinya buruk hafalannya(su`u al- ḥifẓi), tidak dikenal identitasnya dan menyembunyikan kecacatan (mudallis) yang naikderajatnya menjadi Ḥasan li gairih karena dibantu oleh hadis-hadis lain yang semisal dansemakna atau karena banyak perawi yang meriwayatkannya (mempunyai muttabi’ atau syahid).
55
Kualitas Perawi Hadis Dari Aḥmad ibn Ḥanbal
Tabel A
No Nama Perawi KualitasTahunWafat
MuridTahunWafat
JarakUsianya
1 Abī BakrahSeorangSahabat
52 HḤasān 110 H 58 Tahun
‘Abd al-Rahmān Tt Tt
2 ‘Abd al-RahmānṠiqqahṢahīh
Tt ‘Uyainah Tt Tt
3 ‘Uyainah ṠiqqahṢadūq
TtYaḥyā 198 H Tt
Muḥ. Ibn Bakr 204 H Tt
4
Yaḥyā ṠiqqahḤafīẓ 198 H
Aḥmad ibn Ḥanbal 241 H
43 Tahun
Muḥ. Ibn BakrṢiqqahṢahīh 204 H 37 Tahun
5 Aḥmad ibn ḤanbalAhl Fiqh
Ṣālih 241
Tabel. 6. Dari Jalur Muhammad ibn Bakr dan Jalur Yahya
Tabel B
No Nama Perawi KualitasTahunWafat
MuridTahunWafat
JarakUsianya
1 Abī BakrahSeorangSahabat
52 HḤasān 110 H 58 Tahun
‘Abd al-Rahmān - H - H
2 ḤasānṠiqqah
Ma’mūn 110 H Mubārak 165 H 55 Tahun
3 Mubārak Ḍa’īf 165 H ‘Affān ibn Muslim 220 H 55 Tahun
4 ‘Affān ibn MuslimṠiqqah
Muttaqīn 220 H Aḥmad ibn Ḥanbal 241 H 21 Tahun
5 Aḥmad ibn ḤanbalAhl Fiqh
Ṣālih 241 H
Tabel. 7. Dari Jalur ‘Afan ibn Muslim
56
2. Penelitian Matan Hadis
Kritik matan hadis termasuk kajian yang jarang dilakukan oleh
muhaddiṡin jika dibandingkan dengan kegiatan mereka terhadap kritik sanad
hadis. Tindakan tersebut bukan tanpa alasan, menurut mereka bagaimana
mungkin dapat dikatakan hadis Nabi saw. kalau tidak ada silsilah yang
menghubungkan kita sampai kepada sumber hadis (Nabi Muhammad saw).
Kalimat yang baik susunan katanya dan kandungannya sejalan dengan ajaran
Islam, belum dapat dikatakan sebagai hadis apabila tidak ditemukan rangkaian
periwayat yang sampai kepada Rasulullah saw. Sebaliknya, tidaklah bernilai
sanad hadis yang baik kalau matannya tidak dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya.103
a. Asbāb al-Wurūd al-Ḥadīṡ
Untuk memahami sebuah hadis, tidak cukup hanya mendalami maknanya
secara tekstual, akan tetapi harus pula memahami apa yang menjadi latar
belakang hadis tersebut keluar dari lisan mulia Rasulallah saw.
Asbāb al-Wurūd dipahami sebagai :
علم يعرف به أسباب ورود احلديث ومناسباته
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab datangnya hadis dan munasabah-
munasabahnya.104
103 Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2004), h. 59-60
104 M. Hasbi ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis (Jakarta: Bulan Bintang,1981), Cet ke-5, Jilid.2, h. 296.
57
Dapat disimpulkan bahwa asbāb al-wurūd ini menjelaskan kronologis
kejadian yang melatarbelakangi sebuah hadis. Faidah dari mengetahui asbāb
al-wurūd sebuah hadis adalah untuk membantu dalam menjelaskan maksud
kandungan hadis tersebut.105
Ibn Taimiyah berkata: “Mengetahui sebab itu menolong dalam memahami
hadis dan ayat al-Qur’an, sebab mengetahui sebab itu dapat mengetahui
musabbab (akibat).”106
Setelah dilakukan pencarian, akhirnya dapat diketahui bahwa hal yang
melatarbelakangi munculnya hadis tentang kepemimpinan perempuan ini
adalah sebagai berikut :
Dari Abī Bakrah, ia berkata bahwa Nabi saw. mengucapkan hadis ini
ketika mengetahui bahwa orang-orang Persia telah menunjuk seorang
perempuan untuk memimpin mereka setelah raja Kisra meninggal. Kemudian
Nabi saw. bertanya:“Siapa yang menggantikan kepemimpinannya? Jawabnya:
“Mereka telah mempercayakan kekuasaan kepada putrinya.” Saat itulah Nabi
saw bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum jika dipimpin oleh seorang
perempuan.” 107
105 Said Agil Munawwar dan Abdul Mustaqim, Asbab al-Wurud Studi Kritis Hadis Nabi:Pendekatan Sosio Historis Kontekstual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), Cet ke-1, h.14. LihatKitab Asbāb Wurūd al-Ḥadīs karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut: Daar al-Kutub al-‘Alamiyyah), h.10
106 Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahul Hadis (Bandung: PT. al-Ma’arif, 1987), Cet ke-5, h. 286. Lihat juga dalam kitab Majmu’ Fatawa Syaikh al-Islam ibn Taimiyyah yang disusun olehSyaikh Abdurrahman ibn Muhammad ibn Qasim (Riyadh: Daar ‘Alam al-Kutub), v.1, h.111.
107 Ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi al-Damsyiqi, Asbabul Wurud; Latar Belakang HistorisTimbulnya Hadis-hadis Rasul (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet Ke-1, v.3, h.151.
58
b. Perbandingan Dengan al-Qur’an
Salah satu kriteria keshahihan matan hadis ialah tidak bertentangan dengan
al-Qur’an. Penelitian dengan pendekatan ini biasanya yang diteliti adalah
kesesuaian antara matan hadis dengan al-Qur’an. Apabila matan suatu hadis
bertentangan dengan ayat al-Qur’an dan kedudukannya tidak mungkin
dikompromosikan, maka hadis tersebut tidak dapat diterima dan dinyatakan
sebagai hadis ḍa’īf. 108
Penulis menemukan ayat al-Qur’an yang secara langsung mendukung
hadis yang penulis teliti, yaitu pada surat an-Nisa [4]: 34:
ل ٱ ن ء .....ٱ“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita…” 109
Dalam fikih politik (siyasah) maupun fikih pernikahan (munakahah),
kaum perempuan acap dipandang tak berhak menjadi pemimpin sebagai
kepala pemerintahan maupun kepala keluarga.110
Imam al-Qurthubi,111 mengataka bahwa para lelaki (suami) didahulukan
diberi hak kepemimpinan karena lelaki berkewajiban memberi nafkah kepada
wanita dan membela mereka, lelaki juga yang hanya menjadi penguasa hakim,
dan ikut bertempur. Sedangkan semua itu tidak terdapa dalam perempuan.
108 Nawir Yuslem, Ulum al-Hadis (ttp: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), h. 365.109 Kementerian Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: PT.
Sinergi Pustaka, 2012), h. 108110 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2010),
h. 169.111 Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (Jakarta:Pustaka Azzam, 2008), Vol. 4, h.392
59
Selain itu, al-Zamakhsyari menyatakan bahwa tugas laki-laki memimpin
perempuan sebagaimana pemimpin memimpin rakyat dalam bentuk perintah,
larangan, dan yang semacamnya.112 Meskipun ayat di atas berbicara mengenai
kepemimpinan laki-laki dalam sektor rumah tangga, namun ayat tersebut
kerap kali digunakan sebagai senjata untuk melarang perempuan terjun dalam
dunia kepemimpinan, khususnya kepemimpinan Negara.
c. Perbandingan Dengan Hadis Lain
Ulama hadis sepakat bahwa tidak diterima suatu hadis yang bertentangan
dengan hadis yang telah mempunyai status yang tetap dan jelas.113
Berikut adalah perbandingan matan hadis-hadis kepemimpian perempuan
Tabel. 8. Perbandingan Matan Hadis Kepemimpinan Perempuan
112 Nasaruddin Umar, Fikih Wanita Untuk Semua,, h. 174.113 Nawir Yuslem, Ulum al-Hadis, h. 368.
No Mukharrij Matan Hadis
1
خ
عليه وسلم أن صلى ا أهل فارس قد ملكوا عليهم بنت كسرى قال قال لما بـلغ رسول الن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة
2 عليه وسلم أن فار ا بـلغ النيب صلى ا بكلمة أيام اجلمل لم ابـنة سا ملكوا لقد نـفعين ا
كسرى قال لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة
3 تا هلك كسرى قال من عليه وسلم لم صلى ا عته من رسول ا بشيء مس عصمين ا
عليه وسلم لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة استخلفوا قالوا ابـنته فـقال النيب ....صلى ا
4 نا هلك كسرى قال من عليه وسلم لم صلى ا عته من رسول ا بشيء مس عصمين ا
لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة استخلفوا قالوا بنته قال
5
حم
قال لن يـفلح قـوم أسندوا أمرهم إىل امرأة
6 يـقول لن يـفلح قـوم أسندوا أمرهم إىل امرأة
7 لن يـفلح قـوم متلكهم امرأة
60
Berdasarkan redaksi hadis yang diriwayatkan oleh Imām al-Bukhārī
sebanyak dua kali, Imām al-Tirmidżī sebanyak satu kali, Imām al-Nasā`ī
sebanyak satu kali, dan Imām Aḥmad ibn Ḥanbal sebanyak tiga kali, terlihat
terdapat beberapa perbedaan dalam menuliskan redaksinya.114 Berikut adalah
perbedaan redaksinya :
No Mukharrij Redaksi Matan Yang Digunakan
1 خ2لن يـفلح قـوم ولوا أمرهم امرأة ت
3 ن
4 حمإىل امرأة لن يـفلح قـوم أسندوا أمرهم
امرأة لن يـفلح قـوم متلكهم
Tabel. 9. Perbedaan Redaksi Matan Yang Digunakan
Dari ketiga matan hadis di atas, perbedaan terlihat dari segi penggunaan
katanya, yaitu wallaw amrahum, asnadū amrahum, dan tamlikuhum yang
mempunyai arti menyerahkan, menyandarkan, dan menguasakan urusan.
Meskipun terdapat perbedaan redaksi matan, namun tidak terdapat
pertentangan dari segi maknanya. Secara umum, hadis di atas menyampaikan
114 Lihat pada kitab karya Imām al-Bukhārī, Matān Masykūl al-Bukhārī (Beirut: Daar al-Fikr, 2006) Juz 3, h. 89 dan Juz 4, h.265. Kitab karya Muḥammad ibn ‘Īsā ibn Saurah, al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ al-Tirmiżī (Beirut: Daar Ahyai al-Turasi al-‘Arabi, 1995) Juz 4, h.527. Kitab karya Jalāl al-Dīnal-Suyūṭī, Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī (Beirut: Daar al-Fikr, 1930), Juz 8,h.227. Kitab karya Abū ‘Abdillāh Aḥmad ibn Ḥanbal, Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal (Beirut:Muassasah al-Risalah, 1995) kitab Musnad penduduk Bashrah, Bab Hadis Abi Bakrah Nafi’ ibn al-Haris ibn Kaldah, Juz. 24, h.43, h.120 dan h.149.
61
suatu berita bahwa tidak akan bahagia suatu kaum apabila dipimpim oleh
seorang perempuan.115
d. Pendekatan Sejarah
Dalam pendekatan ini, penulis akan melihat kepada dua kejadian. Pertama,
kejadian dimana Nabi saw. mengeluarkan hadis ini. Kedua, kejadian yang
menyebabkan sahabat Abu Bakrah mengeluarkan kembali periwayatan hadis
ini dari Nabi saw.
Kejadian pertama yang menyebabkan Nabi saw. mengeluarkan hadis ini
adalah ketika Nabi saw. mendengar berita dari salah seorang sahabat tentang
pengangkatan seorang perempuan bernama Buwaran binti Syairawaih bin
Kisra yang diangkat menjadi pemimpin di Persia setelah raja Kisra meninggal.
Kemudian Nabi saw. bersabda Tidak akan beruntung suatu kaum jika
dipimpin oleh seorang perempuan. 116
Kejadian kedua yang menyebabkan sahabat Abu Bakrah mengeluarkan
kembali hadis ini yang diperkirakan telah dituturkan oleh Nabi saw. 25 tahun
yang lalu adalah peristiwa Perang Jamāl (perang unta). Perang ini terjadi di
Bashrah pada tahun 656 M. Perang ini adalah antara pasukan Alī dan ‘Aisyah
yang dipicu karena karena pembunuhan Khalīfah Uṡmān di Madinah. Ketika
‘Alī menjabat sebagai khalīfah, terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh
‘Aisyah dengan alasan bahwa ‘Alī tidak mau menghukum para pembunuh
115 Abdurrahman al-Baghdadi, Emansipasi, Adakah Dalam Islam (Jakarta: Gema InsaniPress, 1997), h. 176.
116 Muḥammad ibn ‘Abd al-Raḥmān al-Mubārakfūrī, Tuḥfat al-Aḥwāzī bi Syarḥ Jāmi’ al-Tirmizī (Beirut: Daar al-Kutub al-ilmiyyah, 1990), Juz.VI, h.447.
62
‘Uṡmān.117 Disaat perang Jamāl ini akan berlangsung, sahabat Abu Bakrah
merasakan kegelisahan yang luar biasa, haruskah ia mengangkat senjata
terhadap ‘Alī, saudara sepupu Nabi saw. dan Khalīfah yang sah, ataukah ia
harus mengangkat senjata terhadap ‘Aisyah, istri tercinta Nabi saw ?? Pada
akhirnya, meskipun Abu Bakrah sependapat dengan ‘Aisyah, namun Abu
Bakrah memutuskan untuk tidak ikut campur dalam perang Jamāl dengan
alasan hadis tersebut.118
e. Pendekatan Bahasa
Lafadz amrahum dalam hadis di atas menunjukan makna menyerahkan
kepemimpinan secara umum kepada kaum perempuan.119 Hal inilah yang
mengisyaratkan bahwa hadis ini berisi larangan untuk menyerahkan urusan
kepemimpinan umum kepada perempuan.
f. Kesimpulan Penelitian Matan Hadis
Bila dilihat dari redaksi matan-matan hadis di atas, dapat dikatakan bahwa
redaksi matan tersebut berkualitas ṣaḥīḥ. Hal ini disebabkan matan-matan hadis di
atas tidak bertentangan dengan ayat al-Qur’an. Disamping itu pula, kandungan
matan-matan hadis di atas tidak bertentangan antara satu dan lainnya, meskipun
terdapat perbedaan pada sebagian teks hadisnya.
117 A. Syalabi, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. al-Husna Rizka, 1997), Cet ke- 1, h.263.
118 Ibnu Hajar al-Asqalani, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī (Beirut: Daar al-Ma’rifat,1379 H), Jilid 13, h.56.
119 Ahmad Sarwat, Fiqih Politik, DU Center Press, h. 118.
63
D. Syarh Hadis
Dalam penjelasan ini, penulis akan mencantumkan beberapa pendapat
ulama maupun pakar ilmuan, diantaranya :
a. Imām al-Ṭabarī
Imām al-Ṭabarī menyatakan bahwa walaupun kita menggunakan hadis
tersebut sebagai dasar hukum, tetapi hanya menyangkut satu masalah
khusus, yaitu bahwa perempuan tidak boleh memegang puncak pimpinan
tertinggi Negara, perempuan tidak bisa menjadi khalifah, selain itu bisa.120
Sekalipun teks hadisnya itu berupa khabār (kalimat berita), namun
mengandung celaan (żam) atas suatu kaum yang menyerahkan kekuasaan
pemerintahannya kepada seorang perempuan berupa ancaman tiadanya
keberuntungan atas mereka. Celaan ini merupakan indikasi adanya
tuntutan yang bersifat pasti (jazm).
b. Imam asy-Syaukani
Nama lengkap beliau adalah Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn
Abdullah al-Syaukani. Beliau dilahirkan pada bulan Dzulqa’dah 1173 H
dan wafat pada bulan Jumadil Akhir 1250 H. Beliau adalah seorang ulama
besar, hakim, ahli fiqih dan mujaddid di Yaman.
Dalam kitabnya yang berjudul Nail al-Authar, beliau berpendapat
bahwa dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukan bahwa seorang
120 Lily Zakiah Munir (ed), Memposisikan Kodrat dan Perubahan Dalam Persfektif Islam(Bandung: Mizan, 1999), h. 72.
64
wanita bukanlah orang yang pantas dan berhak menjadi pemimpin.
Bahkan tidak halal bagi suatu kaum mengangkat seorang wanita sebagai
pemimpin. Sedangkan menjauhkan diri dari perkara yang membawa
kepada ketidakbahagiaan adalah wajib.121
Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Imam al-Syaukani
menyatakan perempuan tidak boleh menjadi pemimpin, dengan alasan
perempuan tidak termasuk ahli dalam hal kepemimpinan, disamping untuk
menghindari hal yang dapat menyebabkan ketidakberuntungan.
c. Imām al-Bagawī
Imām al-Bagawī ini merupakan seorang ahli tafsir, hadis, dan ulama
fiqih dari mazhab Syafi’i. Beliau dilahirkan pada tahun 436 H dan wafat
pada tahun 516 H.122
Mengenai persoalan hadis kepemimpinan perempuan, Imām al-Bagawī
tidak menyatakan apakah perempuan itu boleh atau tidak menjadi seorang
pemimpin. Akan tetapi, dalam kitabnya berjudul Syarḥ al-Sunnah, beliau
menyatakan bahwa para ulama sepakat bahwa perempuan tidak boleh
menjadi pemimpin dan juga hakim.
Alasannya ialah karena pemimpin harus keluar rumah mengurusi
permasalahan jihad dan urusan kaum muslim. Sedangkan perempuan
adalah aurat dan tidak boleh keluar rumah. Perempuan itu lemah, tidak
121 Muḥammad ‘Alī ibn Muḥammad Al-Syaukānī, Nail al-Auṭār : Kitāb al-Aqḍiyah wa al-Aḥkām : Bābu al-Man’i min wilāyah al-Mar`ah.... (Beirut:Daar al-Fikr, 1989), Jilid 9, h.168.
122 http://id.wikipedia.org/wiki/al-baghawi Diakses pasa 12 April 2014, pukul 20.03
65
mampu menjelaskan setiap urusan, karena mereka kurang akal dan
agamanya. Kemudian memutuskan perkara adalah tanggung jawab yang
begitu urgent. Oleh karena itu yang menyelesaikannya adalah orang yang
tidak memiliki kekurangan, yaitu laki-laki.123
123 Abū Muḥammad al-Ḥusain ibn Mas’ūd al-Bagawī, Syarḥ al-Sunnah ; Tahqiq, Takhrijdan Komentar Syu’aib al-Arnauth dan Muhammad Zuhair (Jakarta: Pustaka Azzam), juz.6, h.60.
66
BAB IV
PEMAHAMAN MASYARAKAT BABAKAN TERHADAP HADIS
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang gambaran masyarakat
Babakan yang menjadi obek penelitian, serta mencari tahu bagaimana pemahaman
dan pandangan mereka terhadap hadis kepemimpinan perempuan.
A. Sekilas Gambaran Masyarakat Babakan Purbaratu Tasikmalaya
Sebelum membahas tentang pemahaman masyarakat Babakan terhadap
hadis kepemimpinan perempuan serta pandangannya terhadap kepemimpinan
perempuan, penulis akan memaparkan dahulu tentang gambaran daerah tersebut.
1. Letak Geografis Kampung Babakan
Dalam Kamus Bahasa Sunda, Babakan di artikan sebagai kampung baru
yang sengaja didirikan di tempat yang semula tidak ada penghuninya.124 Lahan
yang dijadikan sebagai kampung Babakan awalnya adalah sebuah hutan kecil,
kemudian dibangun sebuah kampung kecil pula. Hal yang melatar belakangi
penamaan Babakan karena kampung yang baru dan kecil luas wilayahnya.125
Babakan merupakan salah satu nama kampung yang berada di Kelurahan
Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Kampung
Babakan terletak pada ketinggian sekitar 300 - 400 meter di atas permukaan laut,
124 R.A Danadibrata, Kamus Basa Sunda (Bandung: Kiblat Buku Utama, 2006), h. 46125 Berdasarkan wawancara dengan kokolot (sesepuh) kampung Babakan pada hari
Senin, 9 Juni 2014 pukul 09.30 WIB
67
dengan topografi dataran rendah. Suhu udara di kampung ini rata-rata 24 – 29 C
dengan banyaknya curah hujan 46,50 MM. Luas wilayah kampung Babakan
adalah 8,33 ha. Kampung Babakan ini terdiri dari 1 Rumah Warga, yaitu RW 04
dan 3 Rumah Tangga, yaitu RT 01, 02 dan 03.126
Kampung Babakan berada di ujung selatan kelurahan Purbaratu sehingga
posisinya langsung berbatasan dengan kelurahan lain. Secara geografis, batas-
batas wilayah kampung Bababakan adalah sebagai berikut :
Sebelah Barat : Kampung Cintapada Kelurahan Setianegara
Sebelah Timur : Kampung Purbasari Kelurahan Purbaratu
Sebelah Utara : Kampung Cikareo Kelurahan Purbaratu
Sebelah Selatan : Kampung Leuwigenta Kelurahan Setianegara
Jumlah penduduk di kampung Babakan sebanyak 211 orang laki-laki dan
237 orang perempuan, total seluruhnya adalah 448 orang dengan jumlah kepala
keluarga (KK) 146 KK.127
Di kampung ini terdapat satu Taman Kanak-kanak, yaitu TK Miftahul
‘Ulum. Di TK inilah anaka-anak kampung Babakan memulai belajar mengenal
huruf alfabet, belajar membaca, mengenal angka, belajar berhitung, dan belajar
bernyanyi. Anak-anak belajar selama 2 jam dalam sehari, mulai dari pukul 08.00
sampai pukul 10.00. Waktu yang harus ditempuh oleh anak-anak di TK ini adalah
126 Data ini sesuai dengan data yang didapatkan oleh penulis di Kantor KelurahanPurbaratu pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 10.00 WIB.
127 Data ini berdasarkan rekapan data pada bulan Januari 2014 dari ketua RW 04Babakan pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 14.30 WIB.
68
selama 3 tahun, yakni dari usia 4 sampi 7 tahun. Selain itu, belajar di TK juga
merupakan persyaratan untuk bisa masuk ke Sekolah Dasar. Di kampung ini,
anak-anak di haruskan masuk TK dahulu sebelum masuk SD.
Selain TK, di kampung Babakan terdapat satu Sekolah Agama, yaitu
Sekolah Agama Miftahul ‘Ulum. Di sekolah ini anak-anak belajar ilmu tentang
agama, baik dari mulai belajar iqra, praktik shalat, menghafal juz’ama, belajar
akhlak, dan lain-lain. Anak-anak belajar mulai pukul 13.00 sampai pukul 15.00.
Waktu yang ditempuh oleh anak-anak di Sekolah Agama ini adalah selama 6
tahun, sama dengan Sekolah Dasar. Jadi, di kampung Babakan, anak-anak yang
belajar di Sekolah Dasar harus belajar pula di Sekolah Agama. Pukul 07.30
sampai 12.00 anak-anak belajar di Sekolah Dasar dan pukul 13.00 sampai 15.00
belajar di Sekolah Agama.
Selain terdapat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Agama Miftahul
‘Ulum, terdapat pula Sekolah Dasar Negeri Purbaratu IV. Sekolah Dasar (SD) ini
merupakan pembatas antara Kampung Babakan dengan Kampung Cikareo, dan
letaknya di kelilingi oleh pesawahan.
Pola pekerjaan masyarakat sebagian besar adalah petani. Ini dikarenakan
potensi lahan bidang pertanian yang begitu luas, yakni sebesar 4,26 ha. Selain itu,
penanaman jagung, kacang tanah dan ketela juga dilakukan di samping-samping
pesawahan. Di samping sebagai petani, ada pula masyarakat yang bekerja sebagai
penenun dan penjahit tikar mendong, namun propesi ini lebih banyak dilakukan
69
oleh kaum ibu-ibu, karena pekerjaan tersebut dilakukan di waktu senggang ketika
pekerjaan rumah tangganya sudah selesai.
2. Data Penelitian
Dalam penelitian ini, responden yang menjadi objek penelitian adalah 74
orang yang mewakili dari seluruh masyarakat kampung Babakan. Selain itu,
alasan penulis mengambil kampung Babakan ini adalah ketika penulis melakukan
survey terkait pemilihan umum, penulis manemukan pemahaman responden yang
mengatakan bahwa perempuan tidak diperbolehkan untuk menjadi pemimpin,
terutama Presiden Negara. Menurutnya perempuan lebih pantas untuk bekerja di
dalam rumah, mendidik seorang anak dan melayani sang suami. Selain itu,
kampung Babakan terkenal sebagai kampung yang Islami. Dalam artian,
masyarakat di kampung ini tidak terlalu neko-neko dan selalu berpegang pada apa
yang ada di zaman dahulu. Sebagai contoh, kalau kata ulama dulu A, mereka juga
memahaminya tetap dengan A, perempuan berkerudung semua kalau ke luar
rumah, dan lain-lain.
74 responden ini terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
sehingga terjadi keseimbangan antara objek yang dikaji oleh peneliti, bukan hanya
laki-laki saja maupun perempuan. Dengan latar belakang usia, pendidikan, dan
profesi yang berbeda dari responen, maka pemahamannya pun berbeda pula.
Untuk itu, penulis akan membuat tabel-tabel hasil dari penelitian, guna untuk
mempermudah pembaca untuk memahami hasil penelitian ini.
70
Adapun daftar nama-nama responden dan arsip yang berkaitan dengan
penelitian ini, penulis akan mencantumkannya dalam lampiran di akhir skripsi ini.
Untuk gambaran umum mengenai responden dapat dilihat pada tabel-tabel
di bawah ini
Tabel I
Jenis Kelamin Responden
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-laki 37 50%
2 Perempuan 37 50%
Total 74 100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah responden anatara laki-laki dan
perempuan adalah sama, masing-masing berjumlah 37 orang dengan prosentase
50%, sehingga jumlah keduanya adalah 100%. Hal ini dikarenakan dalam
pengambilan sampel, penulis menggunakan metode pengambilan Sample Strata
dengan melihat karakteristik perbedaan jenis kelamin, yakni sebanyak 74 orang
(37 orang laki-laki dan 37 orang perempuan).
Adapun alasan penulis mengambil sample 74 orang adalah karena jumlah
penduduk masyarakat Babakan sebanyak 448 orang. Pada bab pendahuluan,
penulis sudah menjelaskan bahwa sample yang akan di ambil adalah orang yang
berusia di antara 21 sampai 55 tahun. Dari 448 orang masyarakat Babakan,
71
terdapat 147 orang yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun128. Oleh karena itu,
penulis mengambil sample sejumlah setengah lebih satu dari jumlah 147 orang,
yakni sebanyak 74 0rang. Adapun klasifikasi usia responden, akan dipaparkan
pada tabel selanjutnya.
Tabel II
Latar Belakang Usia Responden
No Usia Jumlah Prosentase
1 21 - 29 Tahun 19 25,68 %
2 30 - 45 Tahun 26 35,13 %
3 46 - 55 Tahun 29 39,19 %
Total 74 100 %
Usia responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori usia,
yakni usia 21 - 29 tahun sebagai dewasa awal, usia 30 - 45 tahun sebagai dewasa
madya, dan usia 46 - 55 tahun sebagai dewasa akhir. Alasan penulis memulai
klasifikasi usia dengan 21 tahun adalah karena di usia ini, orang mulai menginjak
masa kedewasaan dan pola pikirnya pun mulai meluas. Sedangkan untuk batas
akhir klasifikasi usia, penulis mengakhiri dengan usia 55 tahun, hal ini
dikarenakan orang di usia tersebut atau pun di atasnya sudah mulai lupa akan hal-
128 Dari 448 orang masyarakat Babakan, orang yang berusia di antara 0 sampai 20 tahunsebanyak 193 orang, yang berusian di antara 21 sampai 55 tahun sebanyak 147 orang dan yangberusia 56 tahun ke atas sebanyak 108 orang. Data ini didapat berdasarkan klasifikasi yangdilakukan oleh ketua RT 01, 02 dan 03 dan RW. 04 kampung Babakan pada tanggal 05 Juni 2014pukul 17.00 WIB.
72
hal yang berkaitan dengan pengetahuan serta sudah masa bodoh dengan dunia
yang sedang penulis tekuni.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berusia 21
- 29 tahun mempunyai jumlah 19 orang (25,68%), responen yang berusia 30 – 45
tahun mempunyai jumlah 26 orang (35,13%) dan responden berusia 43 – 55 tahun
mempunyai jumlah 29 orang (29,19%), sehingga jumlah keseluruhannya 100%.
Tabel III
Latar Belakang Pendidikan Responden
No Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase
1 SD/sederajat 33 44,59 %
2 SMP/sederajat 8 10,81 %
3 SMA/sederajat 19 25,68 %
4 Perguruan Tinggi 14 18,92 %
Total 74 100 %
Latar belakang responden berdasarkan tingkat pendidikan ini dibagi
menjadi empat kategori, yakni Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi. Dari tabel di atas
dapat diketahui bahwa responden yang berpendidikan terakhir Sekolah Dasar
sebanyak 33 orang (44,59%), yang berpendidikan terakhir Sekolah Menengah
Pertama sebanyak 8 orang (10,81%), yang berpendidikan terakhir Sekolah
73
Menengah Atas sebanyak 19 orang (25,68%) dan yang berpendidikan terakhir
Perguruan Tinggi sebanyak 14 orang (18,92%).
Dari latar belakang pendidikan responden di atas, dapat disimpulkan
bahwa Sekolah Dasar merupakan pendidikan terakhir yang paling dominan di
antara tingkat pendidikan yang lainnya, ini dikarenakan orang-orang zaman
dahulu yang kurang mementingkan pendidikan. Dalam hal ini ialah responden
yang berusia antara 43 – 55 tahun.
Tabel IV
Latar Belakang Pekerjaan Responden
No Pekerjaan Jumlah Prosentase
1 Petani 15 20,27 %
2 Pedagang 4 5,41 %
3 Pengusaha 6 8,11 %
4 Guru/PNS 8 10,81 %
5 Dokter 2 2,70 %
6 Buruh 13 17,57 %
7 Ibu Rumah Tangga 19 25,67 %
8 Mahasiswa 7 9,46 %
Total 74 100 %
Dari data di atas dapat diketahui bahwa latar belakang pekerjaan
responden yang paling dominan adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 19 orang
74
(25,67%), disusul oleh petani dengan jumlah 15 orang (20,27%), respoden yang
mempunyai pekerjaan sebagai buruh dengan jumlah 13 orang (17,57%), respoden
yang mempunyai pekerjaan sebagai guru/PNS dengan jumlah 8 orang (10,81%),
respoden yang pekerjaannya sebagai mahasiswa sebanyak 7 orang (9,46%),
respoden yang pekerjaannya sebagai pengusaha dengan jumlah 6 orang (8,11%),
respoden yang pekerjaannya sebagai pedagang dengan jumlah 4 orang (5,41%)
dan respoden yang pekerjaannya sebagai dokter dengan jumlah 2 orang (2,70%).
Dari gambaran umum yang berhubungan dengan responden, dimulai dari
jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan, penulis ingin mengetahui lebih
jauh tentang pemahaman mereka terhadap hadis kepemimpinan perempuan dan
pandangannya terhadap kepemimpinan perempuan.
Guna untuk mengetahui itu semua, maka penulis akan melakukan
wawancara langsung kepada 74 responden dengan mengajukkan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan perempuan. Untuk
mempermudah pemahaman pembaca, maka penulis akan mengkategorikan
pertanyaan-pertanyaan menjadi dua kategori, yaitu pertanyaan yang berkaitan
dengan hadis kepemimpinan perempuan dan pertanyaan yang berkaitan dengan
kepemimpinan perempuan.
B. Pemahaman Masyarakat Babakan Terhadap Hadis Kepemimpinan
Perempuan
Dalam pembahasan ini, penulis akan memaparkan bagaimana pemahaman
masyarakat Babakan terhadap hadis kepemimpinan perempuan. Guna mengetahui
75
itu, penulis akan melontarkan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hadis
tersebut. Berikut adalah gambarannya.
1. Data Penelitian
Dalam kategori pertanyaan ini, penulis akan berusaha untuk mencari tahu
apakah masyarakat kampung Babakan benar-benar mengetahui hadis tentang
kepemimpinan perempuan dan apakah mereka sepakat dengan kandungan dari
hadis tersebut ?
Tabel 1.1
Apakah anda pernah mendengar atau membaca hadis yang berbicara tentang
kepemimpinan perempuan ??
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
1 Pernah Mendengar dan Membaca 6 8,11 %
2 Pernah Mendengar 8 10,81 %
3 Pernah Membaca 17 22,97 %
4 Tidak Pernah Mendengar dan Membaca 43 58,11 %
Total 74 100 %
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa responden yang pernah mendengar
dan membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan sebanyak 6
orang (8,11%), yang pernah mendengar saja sebanyak 8 orang (10,81%), yang
pernah membaca saja sebanyak 17 orang (22,97%) dan yang tidak pernah
mendengar dan membaca sebanyak 43 orang (58,11%).
76
Responden yang tidak pernah mendengar dan membaca tentang hadis
kepemimpinan perempuan memiliki jumlah yang paling banyak, mereka adalah
orang-orang awam. Sedangkan responden yang pernah mendengar maupun
membaca hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan adalah para
guru, ustadz dan ajengan.
Tabel 1.2
Bila pernah mendengar ataupun membaca, darimana anda mendapatkan sumber
informasi tersebut ?
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
1 Dari Ceramah Ulama/Ustad 8 25,81 %
2 Dari Kitab-kitab 7 22,58 %
3 Dari Buku Bacaan 16 51,61 %
Total 31 100%
Tabel 1.2 ini merupakan pertanyaan lanjutan dari pertanyaan sebelumnya,
yakni pertanyaan bagi responden yang pernah mendengar ataupun membaca hadis
yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Pada tabel 1.1, dapat kita
ketahui bahwa responden yang pernah mendengar maupun membaca hadis yang
berbicara tentang kepemimpinan perempuan berjumlah 31 orang (dari 74 orang).
Oleh sebab itu, pada tabel 1.2 ini total responden sebanyak 31 orang, karena 43
responden tidak pernah mendengar maupun membaca hadis yang berbicara
tentang kepemimpinan perempuan.
77
Dari Tabel 1.2 dapat kita ketahui bahwa sumber yang memberikan
informasi kepada responden yang pernah mendengar maupun membaca hadis
yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan sangatlah berbeda-beda.
Responden yang mendapatkan informasi dari ceramah Ulama atau Ustad
berjumlah 8 orang (25,81%), yang mendapatkan informasi dari kitab-kitab
berjumlah 7 orang (22,58%) dan yang mendapatkan informasi dari buku bacaan
berjumlah 16 orang (51,61%).
Tabel 1.3
Suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada
perempuan. Apakah anda setuju dengan ungkapan hadis tersebut ??
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
1 Sangat Setuju 14 18,92 %
2 Setuju 49 66,22 %
3 Tidak Setuju 11 14,86 %
Total 74 100 %
Dari tabel 1.3 di atas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan
sangat setuju dengan ungkapan hadis suatu kaum tidak akan bahagia apabila
menyerahkan urusannya kepada perempuan berjumlah 14 orang (18,92%),
sedangkan yang menyatakan setuju sebanyak 49 orang (66,22%) dan yang
menyatakan tidak setuju berjumlah 11 orang (14,86%).
78
Semua responden menyatakan ungkapannya bukan tanpa alasan. Ada
beberapa alasan yang menjadi acuan mengapa mereka menyatakan sangat setuju,
setuju, dan tidak setuju. Untuk mengetahui alasannya, dapat kita lihat pada
halaman 77.
Tabel 1.4
Apakah anda paham dengan maksud kandungan hadis di atas ??
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
1 Paham 41 55,41 %
2 Tidak Paham 33 44,59 %
Total 74 100 %
Pada tabel 1.4 ini, kita dapat mengetahui apakah masyarakat Babakan
benar-benar paham atau tidak dengan maksud hadis suatu kaum tidak akan
bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan. Ternyata dari 74
responden yang penulis wawancarai, 41 orang (55,41%) paham dengan maksud
kandungan hadis tersebut, sedangkan 33 orang (44,59%) tidak paham dengan
maksud hadis tersebut.
2. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengumpulan, pengelompokan dan analisis
data berdasarkan tabel-tabel yang sudah penulis sajikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa masing-masing responden memiliki pemahaman yang beragam dalam
79
memahami hadis kepemimpinan perempuan. Berikut adalah poin-poin dari
pemahaman mereka :
a. Sebagian besar masyarakat Babakan tidak begitu mengetahui hadis
yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Meskipun ada yang
mengetahuinya, namun hanya sebagian saja, itupun mereka yang
memiliki wawasan luas (seperti guru, ustad dan ajengan).
b. Mengenai pemahaman terhadap hadis kepemimpinan perempuan,
setelah penulis paparkan arti hadisnya, yakni suatu kaum tidak akan
bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan, sebagian
besar masyarakat Babakan ternyata memahami maksud hadis tersebut,
sehingga 63 orang (dari 74 orang yang diwawancarai) mengatakan
setuju dengan apa yang dikatakan hadis itu. Berikut adalah alasan-
alasan yang mereka tuturkan :
1. Perasaan perempuan terlalu halus, sehingga semua kebijakan
yang dilakukan akan berdasarkan perasaannya (seperti kasihan)
bukan berdasarkan rasio yang logis.
2. Perempuan mempunyai fisik yang tidak begitu kuat dan
sebanding dengan laki-laki, sehingga tidak akan kuat untuk
menjadi pemimpin yang harus menghadapi banyaknya cobaan.
3. Jiwa perempuan cenderung gampang menyerah. Ini berbeda
dengan lak-laki yang dikenal pantang menyerah meskipun
menghadapi masalah yang berat.
80
4. Perempuan mempunyai tugas khusus yang sangat penting,
yakni mengurus dan bertanggung jawab atas rumah tangganya,
mengurus suami dan mengurusanak-anak.
5. Perempuan tidak mampu bersikap tegas dalam memutuskan
suatu kebijakan. Semua yang diputuskannya akan berdasarkan
perasaan hati bukan berdasarkan benar dan salah.
Adapun yang menyatakan tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh
hadis tersebut ialah dengan alasan :
1. Kebahagian itu dapat dirasakan ketika warga yang menjadi
daerah kepemimpinan seorang pemimpin merasa nyaman dan
senang atas kepemimpinannya, bukan karena jenis kelamin
seorang pemimpin.
2. Dalam mengemban urusan kepemimpinan tidak dilihat dari
jenis apa yang memimpin, laki-laki ataupun perempuan, tetapi
tergantung kepada kemampuan dan kesanggupannya untuk
memimpin.
3. Semua orang berhak untuk menjadi seorang pemimpin jika dia
mampu dan sanggup untuk menjalaninya, karena tidak ada
kewajiban yang mengharuskan bahwa laki-laki yang berhak
menjadi pemimpin.
81
C. Pandangan Masyarakat Babakan Terhadap Seputar Kepemimpinan
Perempuan
Setelah mengetahui bagaiman pemahaman masyarakat Babakan terhadap
hadis kepemimpinan perempuan, sekarang penulis akan mencari tau bagaimana
pandangan mereka terhadap kepemimpinan perempuan.
1. Data Penelitian
Dalam hal ini, penulis akan memberikan beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan kepemimpinan perempuan. Berikut adalah bentuk pertanyaan
dan tanggapan mereka terhadap kepemimpinan perempuan.
Tabel 2.1
Menurut anda, apakah jenis kelamin seorang pemimpin itu penting dalam hal
kepemimpinan ?
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
2 Penting 48 64,86 %
3 Tidak Penting 26 35,14 %
Total 74 100 %
Dari tabel 2.1 dapat kita ketahui bahwa responden yang menyatakan
bahwa jenis kelamain seorang pemimpin itu penting sebanyak 48 orang (64,86%),
dan yang menyatakan tidak penting sebanyak 26 orang (35,14%).
82
Responden yang menyatakan jenis kelamin seorang pemimpin itu penting
mendominasi dari yang lainnya, hal ini dikarenakan orang-orang di kampung ini
sebelum mengenal lebih jauh calon seorang pemimpin, terlebih dahulu mereka
melihat apa jenis kelamin dari calon pemimpin, laki-laki ataukah perempuan.
Tabel 2.2
Berbicara mengenai kepemimpinan, apakah anda setuju dengan anggapan yang
mengatakan bahwa pemimpin haruslah seorang laki-laki ?
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
1 Sangat Setuju 6 8,11 %
2 Setuju 42 56,76 %
3 Tidak Setuju 26 35,13 %
Total 74 100 %
Dari tabel 2.2 menunjukan bahwa responden yang menyatakan sangat
setuju dengan anggapan yang menyatakan bahwa pemimpin haruslah seorang
laki-laki sebanyak 6 orang (8,11%), yang menyatakan setuju sebanyak 42 orang
(56,76%) dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 26 orang (35,13%).
Mereka menyatakan hal yang demikian bukan tanpa alasan. Untuk
mengetahui alasannya, dapat kita lihat pada pertanyaan selanjutnya, yakni pada
tabel 2.3 dan 2.4.
83
Tabel 2.3
Bila anda setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ?
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
1 Agama Melarang Perempuan Menjadi Pemimpin 8 16,67 %
2 Laik-laki Lebih Kuat Dari Perempuan 27 56,25 %
3 Laki-laki Lebih Cerdas Dari Perempuan 0 0 %
4 Laki-laki Lebih Berwibawa Dari Perempuan 13 27,08 %
Total 48 100 %
Pada tabel 2.3 ini dijelaskan tentang alasan yang mendasari responden
menyatakan setuju dengan anggapan yang mengatakan bahwa seorang pemimipin
haruslah laki-laki. Pertanyaan ini merupakan lanjutan dari pertanyaan
sebelumnya, yakni pertanyaan pada tabel 2.2. Pada tabel tersebut dicantumkan
bahwa responden yang setuju dengan argumen bahwa seorang pemimpin haruslah
laki-laki sebanyak 48 orang. Jumlah tersebut akan menjadi jumlah sample pada
tabel 2.3 ini.
Dari tabel 2.3, dapat kita ketahui beberapa alasan yang membuat sebagian
besar responden menyatakan setuju kalau pemimpin haruslah laki-laki. Yang
beralasan bahwa agama melarang perempuan menjadi pemimpin sebanyak 8
orang (16,67%), yang beralasan laki-laki lebih kuat dari perempuan sebanyak 27
orang (56,25%), yang beralasan laki-laki lebih cerdas dari perempuan sebanyak 0
84
orang (0%), dan yang beralasan laki-laki lebih berwibawa dari perempuan
sebanyak 13 orang (27,08%).
Tabel 2.4
Bila anda tidak setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ?
No Alternatif Jawaban Jumlah Prosentase
1 Perempuan Mempunyai Hak Menjadi Pemimpin 19 73,08 %
2 Perempuan Mampu Untuk Memimpin 4 15,38 %
3 Perempuan Lebih Peka Terhadap Keadaan Sosial 3 11,54 %
Total 26 100 %
Pada tabel 2.4 ini dijelaskan tentang alasan yang mendasari responden
menyatakan tidak setuju dengan anggapan yang mengatakan bahwa seorang
pemimipin haruslah laki-laki. Pertanyaan ini merupakan lanjutan dari pertanyaan
sebelumnya, yakni pertanyaan pada tabel 2.2. Pada tabel tersebut dicantumkan
bahwa responden yang tidak setuju dengan argumen bahwa seorang pemimpin
haruslah laki-laki sebanyak 26 orang. Jumlah tersebut akan menjadi jumlah
sample pada tabel 2.4 ini.
Dari tabel 2.4 dapat kita ketahui beberapa alasan yang membuat responden
menyatakan tidak setuju dengan argument bahwa pemimpin harus seorang laki-
laki. Yang beralasan bahwa perempuan mempunyai hak menjadi pemimpin
sebanyak 19 orang (73,08%), yang beralasan bahwa perempuan mampu untuk
85
memimpin sebanyak 4 orang (15,38%) dan yang beralasan bahwa perempuan
lebih peka terhadap keadaan sosial sebanyak 3 orang (11,54%).
2. Kesimpulan
Penulis sudah melakukan pengumpulan, pengelompokan dan analisis data
berdasarkan tabel-tabel yang sudah penulis sajikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa masing-masing responden memiliki pandangan yang berbeda-beda
terhadap kepemimpinan perempuan. Berikut adalah perbedaannya :
a. Sebagian besar masyarakat Babakan memberikan anggapan bahwa
jenis kelamin seorang pemimpin sangatlah penting dalam dunia
kepemimpinan, sehingga 64,87% cenderung setuju dengan ungkapan
yang menyatakan bahwa pemimpin haruslah seorang laki-laki, bukan
perempuan. Sedangkan 35,13% nya menyatakan tidak setuju. Berikut
adalah alasan-alasan yang dilontarkan oleh 64,87% :
1. Laki-laki dilihat dari segi fisik dan kejiwaannya lebih kuat dari
perempuan, sehingga mampu menahan semua cobaan.
2. Adanya dalil-dalil agama yang mengisyaratkan melarangan
perempuan menjadi pemimpin, yakni hadis Nabi saw. yang
sedang penulis kaji dan ayat al-Qur’an yang menerangkan
bahwa laki-lakilebih kuat dari perempuan.
3. Laki-laki lebih berwibawa daripada perempuan, baik dalam
menghadapi masalah, berbicara, berfikir dan berpenampilan.
Berikut adalah alasan-alasan yang dilontarkan oleh 35,13% :
86
1. Semua orang mempunyai hak yang sama tanpa membeda-
bedakan jenis kelamin, diantaranya hak menjadi pemimpin.
Perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki.
2. Perempuan sudah mulai mampu untuk memimpin. Hal ini
dibuktikan dengan bermunculannya pemimpin perempuan, baik
menjadi lurah, walikota, maupun gubernur.
3. Perempuan mempunyai perasaan yang lembut sehingga mudah
peka terhadap keadaan-keadaan sosial.
b. Setelah dilakukan wawancara terkait kriteria pemimpin yang ideal,
banyak kriteria-kriteria yang diberikan oleh masyarakat Babakan.
Diantaranya sebagai berikut :
1. Seorang pemimpin harus memiliki sifat jujur dan adil, karena
ini berhubungan dengan kepercayaan dari rakyat.
2. Tegas dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
3. Teguh prinsip dan pendiriannya, sehingga tidak akan mudah
terpengaruh oleh prinsip oranglain.
4. Peduli terhadap rakyat, karena keberadaan rakyat ini menjadi
poin yang sangat penting dalam dunia kepemimpinan.
5. Seorang pemimpin harus mempunyai fisik dan mental yang
kuat dalam mengahadapi tugas-tugas yang sangat berat.
6. Bisa membedakan antara kepentingan pribadi dan rakyat.
7. Memiliki kompetensi personal, sosial dan spiritual
8. Mempunyai intelektual yang tinggi.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan mengenai pengetahuan masyarakat
kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya
terhadap hadis Nabi Muhammad saw. yang berbunyi suatu kaum tidak akan
beruntung apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan serta kaitannya
dengan kepemimpinan perempuan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
masyarakat tidak begitu mengetahui hadis tersebut. Hal itu terbukti dari 74
responden yang diteliti, hanya 31 responden yang mengetahui hadis tersebut, itu
pun para ustadz, guru, ajengan dan sesepuh. Sedangkan 43 responden tidak
mengetahuinya. Mengenai pengetahuannya, mereka menyatakan bahwa hadis
tersebut memang mengisyaratkan bahwa perempuan dilarang untuk menjadi
seorang pemimpin. Namun disamping hadis tersebut, ada beberapa alasan pula
yang mereka paparkan kenapa perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin,
diantaranya bahwa perempuan lebih baik di dalam rumah karena tugas inti
seorang perempuan adalah di dalam rumah, kemudian perasaan perempuan terlalu
lemah dan kurang mampu untuk bersikap tegas sehingga dalam memutuskan
suatu kebijakan, akan berdasarkan perasaannya bukan berdasarkan rasio yang
logis maupun berdasarkanbenar dan salah.
88
B. Saran-saran
Bagi masyarakat Babakan alangkah baiknya jika mengadakan kajian
khusus terkait masalah kepemimpinan dengan mengambil landasan al-Qur’an dan
hadis, agar pemahaman mereka benar-benar mantap mengetahui seputar dunia
kepemimpinan, tidak mengikuti apa yang dikatakan oleh sesepuh kampung
tersebut.
Bagi para pembaca, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
nantikan demi perbaikan di lain waktu agar penelitian ini bisa menjadi lebih
bermanfaat.
i
DAFTAR PUSTAKA
Aḥmad ibn Ḥanbal, Abū ‘Abdillāh. Musnad Aḥmad ibn Ḥanbal. Beirut:
Muassasah al-Risalah. Juz. 24. 1995.
‘Alimi, Ibnu Ahmad. Tokoh dan Ulama Hadis. Sidoarjo: Mashun. 2008.
Alwi, Hasan. Dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari: Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari.
Jakarta: Pustaka Azzam. Jilid 35. 2009.
Badawi, Mahmud Syaikh. Taman Wanita-wanita Salehah. Jakarta: Qisthi Press.
2007.
Al-Bagawī, Abū Muḥammad al-Ḥusain ibn Mas’ūd. Syarḥ al-Sunnah; Tahqiq,
Takhrij dan Komentar Syu’aib al-Arnauth dan Muhammad Zuhair.
Jakarta: Pustaka Azzam. Juz.6.
Al-Baghdadi, Abdurrahman. Emansipasi, Adakah Dalam Islam. Jakarta: Gema
Insani Press. 1997. Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari: Penjelasan
Kitab Shahih al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam. Jilid 35. 2009.
Al-Syaukānī, Muḥammad ‘Alī ibn Muḥammad. Nail al-Auṭār. Beirut: Daar al-
Fikr. 1989.
Bahreisy, Hussein. Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari. Surabaya:
al-Ikhlas. 1992.
Al-Baqir, Muhammad. Bagaimana Memahami Hadis Nabi saw. Bandung :
Penerbit Karisma, Cet. IV. 1995.
ii
Barus, Utary Maharany. Pemimpin Wanita dan Hakim Wanita Dalam Pandangan
Hukum Islam. Jurusan Hukum Keperdataan. Fakultas Hukum,.
Universitas Sumatera Utara. 2005.
Basyūnī, Abū Ḥājar Muḥammad al-Sa’īd. Mausū’ah Iṭrāf al-Ḥadīṡ. Beirut: Dār
al-Kutub al-Islamiyyati. Juz. 6.
al-Bukhārī, Imām Abī ‘Abdillāh Muḥammad ibn Ismā`īl. Matān Masykūl al-
Bukhārī. Beirut: Dār al-Fikr. 2006.
Bustamin dan M. Isa H.A. Salam. Metodologi Kritik Hadis. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2004.
Al-Buthi, M. Said Ramadhan. Perempuan Antara Kezaliman Sistem Barat dan
Keadilan Islam. Jakarta: Intermedia. Cet ke-1. 2002.
Al-Damsyiqi, ibn Hamzah al-Husaini al-Hanafi. Asbabul Wurud; Latar Belakang
Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul. Jakarta: Kalam Mulia. Cet ke-1.
V. 3, 2002.
Danadibrata, R.A. Kamus Basa Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama. 2006.
Departemen Pendidikan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka. Cet ke-4. 1994.
Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:
CV. Darus Sunnah, 2002.
Ghalia Indonesia. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.
Hasyim, Syafiq. Hal-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuan
Dalam Islam. Bandung: Mizan. 2001.
_______ Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam. Jakarta: TAF Indonesia. tth.
iii
Ḥisām al-Dīn, ‘Alā`a al-Dīn ‘Alī al-Muttaqī. Kanzun al-‘Umāl fī Sunan al-Aqwāl
wa al-Af’āl. Beirut: Muassasah al-Risālah. Juz.6. 1989.
Ibn Ḥajār Al-‘Asqalanī, Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn ‘Alī. Tahżīb al-Tahżīb. Beirut:
Dār al-Fikr. Juz. 4. 1415 H/1995 M.
_______ Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣaḥabah. Kairo: Maktabah Ibn Tamiyah. Juz 6.
1993.
Ilyas, Hamim. dkk. Perempuan Tertindas Kajian Hadi-hadis Misoginis.
Yogyakarta: elSAQ Press. 2003.
Ismail, M. Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. Jakarta: Bulan
Bintang. Cet ke-1. 1992.
Ja’far, Muhammad Anas Qasim. Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan;
Sebuah Persfektif Islam. Jakarta: Azan. 2001.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2001.
Kementerian Agama Republik Indonesia. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:
PT. Sinergi Pustaka. 2012.
Marnesi, Fatimah dan Riffat Hasan. Setara Di Hadapan Allah. Yogyakarta:
LSPPA. Cet ke-3 2000.
Matondang. Kepemimpinan; Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.
Al-Mazī, Jamāl al-Dīn Abī al-Hajjāj Yūsuf. Tahżīb al-Kamāl fī Asmā` al-Rijāl.
Beirut: Muassasah al-Risālah. Juz. 31.tt.
iv
Al-Mubārakfūrī Muḥammad ibn ‘Abd al-Raḥmān. Tuḥfat al-Aḥwāzī bi Syarḥ
Jāmi’ al-Tirmizī. Beirut: Daar al-Kutub al-ilmiyyah. Juz.VI. 1990
Mufid, Nur. Bedah al-Ahkam al-Suthaniyah al-Marwadi. Surabaya: Pustaka
Progresif. 2000.
Muhammad, Husen. Fiqh Perempuan. Yogyakarta: LkiS. 2007.
_______ Fiqih Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender.
Yogyakarta: LKis. 2001.
Mulia, Siti Musdah. Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender. Yogyakarta: Kibar
Press. Cet ke-2. 2007.
Munawwar, Said Agil dan Abdul Mustaqim. Asbab al-Wurud Studi Kritis Hadis
Nabi: Pendekatan Sosio Historis Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Cet ke-1. 2001.
Munir, Lily Zakiah. Memposisikan Kodrat dan Perubahan Dalam Persfektif
Islam. Bandung: Mizan. 1999.
Nasif, Fatima Umar. Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme
Gender Sesuai Tuntunan Islam. Jakarta: Cendekia Sentra Muslim. 2001.
Nazir, Muhammad. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988.
Al-Qurthubi. Tafsir al-Qurthubi. Jakarta:Pustaka Azzam. Vol. 4. 2008.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalah al-Hadis. Bandung: Alma’arif. 1974.
Al-Rifa’i, Muhammad Nasib. Kemudahan Dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu
Katsir. Jakarta: Gema Insani Press. Jilid 1. 1991.
v
Rohman, Noor. Konsep Kepemimpinan (Qiwamah) Perempuan Dalam al-Qur’an;
Analisis Tafsir Muhammad Syahrur. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.
Sahliono. Biografi dan Tingkatan Perawi Hadis. Jakarta: Pustaka Panji Mas. Cet
ke-1. 2000.
Saurah, Abī ‘Īsā Muḥammad ibn ‘Īsā. al-Jāmi’ al-Ṣaḥīḥ al-Tirmiżī. Beirut: Dār
Ahyai al-Turasi al-‘Arabi. Juz.4. 1995.
Sayadi, Wajidi. Hadis Tarbawi; Pesan-pesan Nabi saw Tentang Pendidikan.
Jakarta: Pustaka Firdaus. 2009.
Ash-Shiddieqy, M. Hasbi. Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadis. Jakarta: Bulan
Bintang. Cet ke-5. Jilid.2. 1981.
Shihab, M. Quraish. Wawasan al-Qur’an : Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai
Persoalan Umat. Bandung: Mizan. Cet ke- 13. 1996.
_______ Perempuan. Jakarta: Lentera Hati. 2007.
Siddique, Kaukab. Menggugat Tuhan Yang Maskulin. Jakarta: Paramadina. 2002.
Solahuddin, M. Agus dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis .Bandung: Pustaka Setia.
Cet. ke-1. 2009.
Sugihastuti, Adib Sofia. Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan
Dalam Layar Terkembang. Bandung: Katarsis. 2003.
Al-Suyūṭī, Jalāl al-Dīn. Sunan al-Nasā`ī bi Syarḥ al-Ḥāfiẓ Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī.
Beirut: Dār al-Fikr. Juz.8. 1930.
Syadjali, Munawir. Islam dan Tata Negara. Jakarta: Universitas Indonesia. 1993..
vi
Syalabi, A. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. al-Husna Rizka. Cet 1. 1997.
Thahhan, Mahmud. Intisari Ilmu Hadis. Malang: UIN Malang Press. 2007.
Tuwu, Alimuddin. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. 2006.
Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur’an. Jakarta:
Paramadina. Cet ke-2. 2001.
_______ Fikih Wanita Untuk Semua. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2010.
Wahjosumidjo. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1984.
Wensinck, A.J. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥadīṡ al-Nabawī. Leiden: E. J.
Brill. Juz 5. 1936.
Yuslem, Nawir. Ulum al-Hadis. Ttp: PT. Mutiara Sumber Widya. 2001.
Zahri, Mustafa. Kunci Memahami Musthalah al-Hadis. Jakarta: PT. Bina Ilmu. tt.
Zuhri, Muhammad. Telaah Matan Hadis: Sebuah Tawaran Metodologis.
Yogyakarta: LESFI. Cet ke-1. 2003.
Zulfikri. Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi Komparasi atas Penafsiran
Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad. Skripsi Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2010.
i
LAMPIRAN :
Lampiran 1 : Informed Consent _____ii
Lampiran 2 : Populasi dan Sampel _____iii
Lampiran 3 : Persetujuan Untuk Diwawancarai _____v
Lampiran 4 : Keterangan dan Petunjuk Angket _____vi
Lampiran 5 : Pertanyaan Yang Berkaitan Dengan Penelitian _____vii
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian _____x
ii
Lampiran 1 :
INFORMED CONSENT
Salam Hormat,
Saya adalah mahasiswa S1 Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang sedang melakukan penelitian
tentang kepemimpinan perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman mayarakat Babakan Purbaratu Tasikmalaya
terkait hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Saat ini saya
bermaksud untuk melakukan pengambilan data penelitian mengenai pemahaman
tersebut.
Proses pengambilan data ini dilakukan melalui wawancara maupun
pengisian kuesioner yang akan saudara/i isi sendiri. Hasil penelitian ini sangat
tergantung pada jawaban yang saudara/i berikan. Oleh karena itu, saya mohon
jawaban wawancara maupun pengisian angket ini sesuai dengan pemahaman
saudara/i mengenai hadis kepemimpinan perempuan.
Agar data tersaji secara akurat dan tidak terjadi kesalahan dalam pengisian,
saya mohon bacalah petunjuk pengisian dengan seksama. Data yang diberikan
saudara/i hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian.
Saya sangat menghargai luang waktu yang saudara/i berikan untuk
wawancara dan pengisian kuesioner ini, atas perhatian dan bantuannya, saya
ucapkan terima kasih.
Penulis
Wahyu IsmatullohNIM: 1110034000062
iii
Lampiran 2 :
POPULASI dan SAMPEL PENELITIAN
Populasi : Seluruh Masyarakat Kampung Babakan Kelurahan Purbaratu.
Sampel : 74 Orang Yang Berusia Antara 21 sampai 55 Tahun.
Berikut Daftar Nama-nama 74 Responden Yang Terbagi Dalam 2 Kategori :
1. Kategori Laki-laki (37 Orang) 2. Kategori Perempuan (37 Orang)
No Nama Usia Pekerjaan No Nama Usia Pekerjaan
1 Enjang 48 Guru 1 Lilis K 52 IRT
2 A. Ois 39 Guru 2 Fina F Nisa 24 IRT
3 H. Oo K 47 Pengusaha 3 Tatat 49 IRT
4 Ajengan Dede 53 Petani 4 Nisa S 33 IRT
5 Sobihin 36 Guru 5 Rosyi DS 26 Guru
6 Ande 28 Guru 6 Tiar 55 IRT
7 H. Mumu 44 Dokter 7 Heni 24 IRT
8 H. Mawardi 50 Pengusaha 8 Iyah 53 IRT
9 Fatah 27 Buruh 9 Novi SH 36 IRT
10 Lala 38 Buruh 10 Ai Yuli 34 IRT
11 Imran Rasyadi 55 Petani 11 Ruki 41 IRT
12 Miftah 32 Dokter 12 Suci NM 26 IRT
13 Asep 29 Guru 13 Cucum 54 Pedagang
14 Rifqi Algifari 23 Mahasiswa 14 H Mustakimah 21 Mahasiswa
15 Nashir 22 Mahasiswa 15 Fatanah 52 Petani
16 Junjun M 29 Guru 16 Nina 43 IRT
17 M. Sa’id 48 Buruh 17 Indah 38 IRT
18 Dudung 43 Petani 18 Entut 46 Buruh
iv
19 Rahmat M 21 Mahasiswa 19 Enen 49 Pedagang
20 Mang Ipeh 47 Buruh 20 Kokom 53 IRT
21 Dadang 43 Pengusaha 21 Resi 29 IRT
22 Edih S 54 Petani 22 Rina 32 IRT
23 Umar 48 Petani 23 Eyet 47 IRT
24 Topan 24 Mahasiswa 24 Ecin 49 Petani
25 Tatang 53 Petani 25 Iik K 28 Guru
26 Roni 27 Buruh 26 Tiar 46 Petani
27 Dede Hidayat 41 Pengusaha 27 Ai Nani 40 IRT
28 Engking 42 Petani 28 Ceu Een 47 Buruh
29 Eep S 46 Buruh 29 Anah 51 Petani
30 Dadan 23 Mahasiswa 30 Munawaroh 47 Petani
31 Mamat 41 Buruh 31 Ririn 44 Buruh
32 Adul 44 Petani 32 Itoh H 39 Pedagang
33 H. Darus 54 Pengusaha 33 Muflihah 33 IRT
34 Nanang 51 Buruh 34 Mia Aulia 22 Mahasiswa
35 H. Cecep 52 Pengusaha 35 Hj. Enok 53 Pedagang
36 Solihin 34 Buruh 36 Iroh 49 Buruh
37 Dayat 40 Petani 37 Ceu Cucu 53 Petani
Penulis
Wahyu IsmatullohNIM: 1110034000062
v
Lampiran 3 :
LEMBAR PERSETUJUAN UNTUK DI WAWANCARAI
SETELAH MENDAPAT PENJELASAN DARI INFORMED CONSENT
Setelah mendapatkan penjelasan dari maksud dan tujuan penelitian ini,
maka saya bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
saudara :
Nama : Wahyu Ismatulloh
NIM : 1110034000062
Mahasiswa S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Judul : Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat
Babakan Tasikmalaya; Analisi Terhadap Hadis Lan
Yufliḥa Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan.
Demikianlah persetujuan ini saya tandatangani dengan sukarela, tanpa ada
paksaan dari siapapun.
Tasikmalaya , 06 Juni 2014
Responden
(...………………….………..)
vi
Lampiran 4 :
ANGKET
Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan
Tasikmalaya; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw
Amrahum Imraatan
( Keterangan Angket )
Angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari Masyarakat
Babakan Purbaratu Tasikmalaya terkait dengan pemahamannya terhadap
hadis kepemimpinan perempuan.
Dengan mengisi angket ini, berarti anda telah ikut serta membantu penulis
dalam penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.
( Petunjuk Pengisian )
Sebelum anda menjawab dafar pertanyaan yang sudah disiapkan, terlebih
dahulu isi kolom identitas yang telah disediakan.
Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri lingkaran (O) pada
jawaban yang tepat dalam soal bentuk Pilihan Ganda (PG), dan kemukakan
pendapat anda dalam soal bentuk Essai.
Isilah angket ini dengan jujur dan sesuai dengan pengetahuan anda.
Sebelumnya penulis ucapkan terimakasih atas segala bantuan dan
kerjasamanya.
Penulis
Wahyu IsmatullohNIM: 1110034000062
vii
Nama : J. Kelamin :
Usia : Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Pertanyaan Berkaitan Dengan Hadis Kepemimpinan Perempuan
1. Apakah anda pernah mendengar atau membaca hadis yang berbicara tentang
kepemimpinan perempuan ??
A. Pernah Mendengar dan Membaca
B. Pernah Mendengar Saja
C. Pernah Membaca Saja
D. Tidak Pernah Mendengar dan Membaca (langsung ke no 3)
2. Bila pernah mendengar atau membaca. darimana anda mendapatkan sumber
informasi tersebut ??
A. Dari Ceramah Ulama/Ustad
B. Dari Kitab-kitab Hadis
C. Dari Buku-buku Bacaan
D. Lainnya, sebutkan ………………………………….
3. Suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada
perempuan. Apakah anda setuju dengan ungkapan hadis tersebut ??
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Tidak Setuju
4. Alasan apa yang membuat anda memberikan anggapan tersebut ??
Tuliskan !!
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Hari/Tanggal :
Pukul :
viii
........................................................................................................................
........................................................................................................................
5. Apakah anda paham dengan maksud kandungan hadis di atas ??
A. Paham
B. Tidak Paham
Pertanyaan Berkaitan Dengan Kepemimpinan Perempuan
1. Menurut anda, apakah jenis kelamin seseorang itu penting dalam hal
kepemimpinan ??
A. Penting
B. Tidak Penting
2. Berbicara mengenai kepemimpinan, apakah anda setuju dengan anggapan
yang mengatakan bahwa pemimpin haruslah seorang laki-laki ??
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Tidak Setuju (langsung ke pertanyaan no 4)
3. Bila setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ??
A. Agama Melarang Perempuan Untuk Menjadi Pemimpin
B. Laki-laki Lebih Kuat Dari Perempuan
C. Laki-laki Lebih Cerdas Dari Perempuan
D. Laki-laki Lebih Berwibawa Dari Perempuan
E. Lainnya, sebutkan …………………. (langsung ke pertanyaan no 5)
4. Bila tidak setuju, apa alasan yang mendasari anda menyatakan demikian ??
A. Perempuan Punya Hak Untuk Menjadi Pemimpin
B. Perempuan Sudah Dianggap Mampu Untuk Memimpin
C. Perempuan Lebih Peka dan Aktif Terhadap Keadaan Sosial
D. Lainnya, sebutkan …………………… (langsung ke pertanyaan no 5)
ix
5. Beranjak dari persoalan jenis kelamin seorang pemimpin, menurut
Bapak/Ibu, seperti apakah sosok pemimpin yang ideal itu ??
Tuliskan !!!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………................................................................................................
x
Lampiran 6 :
DOKUMENTASI PENELITIAN
xi
RIWAYAT HIDUP
Nama : Wahyu Ismatulloh
Tempat, Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 9 Februari 1991
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Alamat : Kp. Babakan RT. 001 RW. 004 Kel. Purbaratu
Kec. Purbaratu Kota Tasikmalaya
Riwayat Pendidikan : SDN Purbaratu IV (1998-2004)
SMP Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wahCondong (2004-2007)
SMA Terpadu Riyadlul ‘Ulum Wadda’wahCondong (2007-2010)
S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2015)
Pengalaman Organisasi : Wakil Ketua Laskar Pramuka SMP TerpaduRiyadlul ‘Ulum Wadda’wah (2005-2006)
Pengurus OSPC Bagian Kesehatan SMA TerpaduRiyadlul ‘Ulum Wadda’wah (2007-2008)
Pengurus OSPC Bagian Olahraga SMA TerpaduRiyadlul ‘Ulum Wadda’wah (2008-2009)
Pengurus BEMJ Tafsir Hadis (2013-2014)
Pengurus Himalaya Bagian Olahraga (2013-2014)
Demikian sekilas riwayat hidup ini dibuat dengan belum sempurna.
Jakarta, 9 Juli 2014
Penulis
Wahyu IsmatullohNIM : 1110034000062