Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

19
KEPEMIMPINAN MILITER DALAM BIROKRASI PUBLIK (Studi Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Kantor Satuan Polisi Pamung Praja Kabupaten Banyumas) (DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS HUBUNGAN MANUSIA DALAM ORGANISASI) Disusun Oleh: BURHAM SUBECHI F1B013033

description

Analisis tentang gaya kepemimpinan didalam birokrasi pemerintah yang militer di kabupaten banyumas (SATPOL PP)

Transcript of Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

Page 1: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

KEPEMIMPINAN MILITER DALAM BIROKRASI PUBLIK

(Studi Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Kantor

Satuan Polisi Pamung Praja Kabupaten Banyumas)

(DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS HUBUNGAN MANUSIA DALAM ORGANISASI)

Disusun Oleh:

BURHAM SUBECHI

F1B013033

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN2015

Page 2: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

A. Latar Belakang

Berbicara tentang pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya dengan

kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa ini. Bangsa ini masih membutuhkan

pemimpin yang kuat di berbagai sektor kehidupan masyarakat, pemimpin yang berwawasan

kebangsaaan dalam menghadapi permasalahan bangsa yang demikian kompleks. Pemimpin

dan kepemimpinan yang integratif harus memiliki pola pikir, pola sikap dan pola tindak

sebagai negarawan dan memiliki kelebihan-kelebihan tertentu sebagai seorang pemimpin.

Menurut Yulk (1994:4) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai proses

mempengaruhi, yang mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa bagi para

pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau birokrasi, pengorganisasian dari

aktifitas-aktivitas kerja untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut

untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan teamwork, serta perolehan

dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang ada diluar kelompok atau birokrasi

Kepemimpinan dalam suatu organisasi termasuk birokrasi sangat penting, hal ini

dapat dilihat dari beberapa pendapat, antara lain: Davis (1972:100), menyatakan bahwa tanpa

kepemimpinan, suatu organisasi adalah kumpulan orang-orang dan mesin-mesin tidak teratur,

kacau balau. Selanjutnya kepemimpinan merupakan suatu hal yang urgen karena, yaitu: (1)

Tidak ada satu faktor pun memberikan lebih banyak manfaat terhadap organisasi selain dari

pada kepemimpinan yang efektif, pemimpin diperlukan untuk memberikan tujuan,

mengalokasikan sumber daya, memfokuskan pada perhatian pada tujuan, mengkordinasikan

perubahan dan membina hubungan dengan pengikutnya, (2) bukti lain yang dapat dipetik

pentingnya kepemimpinan adalah mengapa organisasi ketika dipimpin oleh pemimpin

tertentu cukup berhasil namun ketika diganti dengan pemimpin yang lain tidak dapat berhasil

meningkatkan kinerja organisasi.

Oleh karena itu, kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu birokrasi ingin sukses.

Terlebih lagi pegawai-pegawai yang baik, selalu ingin bagaimana mereka dapat memberikan

kontribusi dalam tujuan birokrasi, untuk memmbangkitkan gairah memerlukan

kepemimpinan sebagai dasar motivasi eksternal untuk menjaga tujuan-tujuan mereka tetap

harmonis dengan tujuan organisasi.

Dikaitkan dengan beberapa gaya kepemimpinan, dapat dikatakan bahwa seorang

birokrat ataupun kepala dinas biasanya terpengaruh dengan sistem dan pola. Gaya

kepemimpinan atau bahasa dan tindakan birokrat kerapkali mengacu kepada sistem dan pola

yang sudah ada, sehingga mereka condong mengendalikan, mengarahkan, menjelaskan, dan

memberi instruksi. Pola yang sudah ada tersebut di pengaruhi oleh latar belakang profesi

Page 3: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

seorang kepala dinas/ instansi. 2 Lalu, bagaimana pula jika kita melihat fenomena

kepemimpinan kepala daerah di era otonomi daerah saat ini? Fenomena yang terjadi pada

kepemimpinan kepala daerah pada era otonomi daerah saat ini, juga diisi oleh orang-orang

dengan latar belakang profesi yang berbeda-beda. Pada saat ini muncul kepala daerah dengan

latar belakang profesi Militer ataupun Sipil (pengusaha, akademisi, birokrat, dll). Seperti,

Gubernur DKI Jakarta sebelumnya yaitu Sutiyoso yang merupakan mantan militer, kemudian

diteruskan oleh Fauzi. Kalau kita mencermati bahwa seorang pemimpina yang memilii latar

belakang militer mestinya akan berbeda dengan seorang pemimpian yang memiliki latar

belakang sipil/ masyarakat biasa. Sama halnya dengan seorang pemimpian yang memimpin

lembaga/ dinas yang berbudaya semi-militer contohnya Satuan Polisi Pamung Praja tentunya

akan menjadikan pemimpin itu memiliki gaya tersendiri dalam memimpin lembaga nya,

Karena dari latar belakang sistem budaya nya itu sendiri yang terkesan bahwa instansi

militer/ semi-militer mempunyai budaya disiplin tinggi, patuh terhadap aturan, dan hirarkis.

Kepemimpinan yang ideal bukan hanya seorang pemimpin yang memiliki kriteria

populeritas, elektabilitas, tapi juga kapabilitas serta kepemimpinan yang kuat serta tegas

(strong leadership) serta ketulusan untuk mengabdi kepada negara dan bangsa. Diantara

sejumlah konsep pemikiran tentang kepemimpinan yangs saat ini sedang berkembang

terdapat sebuah pemikiran bahwa gaya kepemimpinan yang cenderung efektif yaitu gaya

kepemimpinan transformasional yaitu gaya kepemimpinan yang tujuan utamanya untuk

memotivasi orang lain dengan mengubah kepentingan individu dengan tujuan organisasi

dengan mendorong orang lain untuk ikut berpartisipasi dalam organisasi, memperkuat

organisasi dan menciptakan loyalitas, meningkatkan aspresiasi terhadap setiap individu dan

menyemangati orang lain dengan antusiasme serta motivasi.

Keamanan dan Ketertiban umum adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan

pemerintah dan masyarakat dapat melakukan aktifitas sehari-hari dengan aman, tertib dan

teratur. Dimana Satuan Polisi Pamong Praja merupakan organisasi yang sangat erat dengan

masyarakat yang fungsi utamanya adalah menjaga ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dan pembangunan dapat berjalan

dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan aktifitasnya dengan aman. Oleh karena nya

maka didalam suatu organisasi khususnya Satpol PP ini dibutuhkan seorang pemimpin yang

dapat menjalankan serta mengatur para bawahannya agar sesuai dengan perintah dan

tercapainya tujuan organisasi

Seiring dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang

Page 4: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

Organisasi Perangkat Daerah dan berpedoman dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40

Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja maka Satuan

Polisi Pamong Praja sebagai organisasi fungsional juga memfasilitasi dan pemberdayaan

kapasitas penyelenggaraan kebijakan perlindungan masyarakat. Dan sesuai dengan ketentuan

pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2011 dikarenakan Satuan Polisi

Pamong Praja Kabupaten Banyumas berkedudukan di Ibukota Kabupaten, sehingga

organisasi dan tata kerjanya mengalami penyempurnaan dan penataan kembali dari yang

sebelumnya tipe B menjadi tipe A. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banyumas. Satuan Polisi

Pamong Praja Kota Samarinda merupakan perangkat daerah sebagai unsur pengamanan dan

pembantu Walikota dalam penegakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala Satuan (Kasat)

yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris

Daerah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi latar belakang penulisan ini adalah

1. Bagaimana gaya kepemimpinan yang diterpakan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Banyumas dilihat dari gaya transformasional ?

2. Apa saja hambatan dan pendorong bagi para pemimpin dalam menerapkan

kepemimpinan transformasional ?

C. Kerangka Teori

1. Kepemimpinan

Definisi kempemimpinan telah dikemukanan dalam berbagai literatur

kempemimpinan, namun definisi yang dikemukakan para ahli tersebut, berbeda-beda

tergantung prespektif unit analisis masing-masing. Berikut pernyataan berbagai para ahli.

Yulk (1994;4), menyatakan bahwa kepemimpinana adalah sebagian proses mempengaruhi,

yang mempengaruhi interprestasi mengenai peristiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan

dari sasaran-sasaran bagi kelompok atau birokrasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas

kerja untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi oleh para pengikut untuk mencapai

Page 5: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

sasaran, pemeliharaan hubungan kerjasama, dan teamwork serta perolehan dukungan dan

kerja sama dari orang-orang yang berada diluar kelompok/ birokrasi.

Maxwell (1995:1), kepemimpinan adalah kemampuan memperoleh pengikut, lebih

jauh Maxwell menjelaskan bahwa pemimpin terkemuka suatu kelompok tertentu mudah

ditemukan, perhatikan saja ketika mereka berkumpul. Gibson dkk (1997:5), menyatakan

bahwa kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak

memaksa untuk mempengaruhi individu untuk mencapai tujuan.

2. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemiminan merupakan dasar dalam mengklasifikasi tipe kepemimpian, tipe

kemimpinan menurut Veithzal (2009) yaitu:

a. Tipe kepemimpinan otoriter

Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal, kedudukan dan tugas anak buah

semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah bahkan kehendak pimpinan.

Pimpinan menganggap dirinya lebih dalam segala hal, dibanding bawahannya. Kemampuan

para bawahan selalu dianggap rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa

diperintah.

b. Tipe kepemimpinan kendali bebas

Pemimpin dianggap sebagai simbol, kepemimpinan dijalankan dengan memberi

kebebasan secara penuh oleh orang yang dipimpin dalam melakukan kegiatan dan

pengambilan keputusan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara

perseorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirisnya sebagai

penasihat.

c. Tipe kepemimpinan demokratis

Menempatakan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap

organisasi/kelompok. Pemimpin menempatkan dan memandang orang yang dipimpinanya

sebagai subyek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga,

kemauan, kehendak dan kemampuan, buah pikir, kreatifitas. Tapi kepemimpinan ini berusaha

memanfaatkan aktif, dinamis dan terarah dalam pengambilan keputusan sangat

mementingkan musyawarah dan di perlukan dalam setiap jenjang didalam masing-masing

unit.

3. Kepemimpinan Transformasional

Teori tentang kepemimpinan transformasional didasarkan oleh ide dari Burns (1987),

tetapi telah ada lebih banyak penelitian empiris mengenai versi yang diformulasikan oleh

Page 6: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

Bass (1958, 1996) daripada versi lainnya. Dengan kepemimpinan Transformasional, para

pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan kepada

pemimpin dan mereka termotivasi melakukan lebih yang dari pada awalnya diharapkan dari

mereka. Menurut bass pemimpin mengubah dan memotivasi para bawahan dengan (1)

membuat mereka menyadari pentingnya hasil tugas (2) membujuk mereka mementingkan

kepentingan tim atau organisasi mereka dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Dan (3)

mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi. Bagi Bass Kepemimpinan

Transformasioanl lebih meningkatkan motivasi dan kinerja pengikut.

Lebih lanjut, Bernard M. Bass dan Bruce J. Avolio mengemukakan bahwa

kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai

the Four I’s.

1. Dimensi yang pertama disebut idealized influence (pengaruh ideal).

2. Dimensi yang kedua yaitu sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi).

3. Dimensi yang ketiga disebut intelectual stimulation ( stimulasi intelektual).

4. Dimensi yang terakhir yalam menguraikan karakteristik pemimpin disebut

individualized consideration (konsiderasi individu).

D. Pembahasan

I. Gambaran Objek Kajian

Dalam rangka mengantisipasi perkembangan dan dinamika kegiatan masyarakat

seirama dengan tuntutan era globalisasi dan otonomi daerah, maka kondisi ketenteraman dan

ketertiban umum daerah yang kondusif merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi seluruh

masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya. Satpol PP adalah perangkat daerah

yang mempunyai tugas membantu Bupati untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang

tenteram, tertib, dan teratur sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan

dengan lancar dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan aman. Oleh karena itu,

di samping menegakkan Perda, Satpol PP juga dituntut untuk menegakkan kebijakan

pemerintah daerah lainnya yaitu Perbup. Atas dasar pemikiran di atas maka diterbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja yang

menjadi latar belakang dibentuknya Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas tentang Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Banyumas ini. Untuk mengoptimalkan kinerja Satpol PP

perlu dibangun kelembagaan yang mampu mendukung terwujudnya kondisi Daerah yang

tenteram, tertib, dan teratur.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 6 Tahun 2010 tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Satuan Polisi Pomong Praja, Satuan Polisi Pamong Praja

Page 7: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

Kabupaten Banyumas sebagai unsur pengamanan dan pembantu Walikota dalam penegakan

Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat mempunyai tugas,

fungsi dan kewenangan sebagai berikut:

Tugas dan Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Satpol PP mempunyai

fungsi:

a. penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Perda, penyelenggaraan ketertiban

umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat;

b. pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perbup;

c. pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat di Daerah

d. pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;

e. pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan Perbup, penyelenggaraanketertiban

umum dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia,

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan/atau aparatur lainnya;

f. pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum agar mematuhi dan

menaati Perda dan Perbup; dan pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati

Polisi Pamong Praja mempunyai kewenangan sebagai berikut:

a. Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat, aparatur

atau

b. badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan Peraturan/Keputusan

Walikota;

c. Menindak warga masyarakat, aparatur atau badan hukum yang mengganggu

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat:

e. Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur atau badan

hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan

Peraturan/KeputusanWalikota;

f. Melakukan tindakan administrative terhadap warga masyarakat, aparatur atau

badanhukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan Peraturan/Keputusan

Walikota

Page 8: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

Bagan 1. Struktur Organisasi Satpol PP Kabupaten Banyumas

II. Hasil Pembahasan

Di reformasi, kondisi sosial politik di Indonesia telah mengalami perubahan yang

signifikan. Pemerintah pusat dan daerah dituntut untuk demokratis, transparan dan akuntabel

serta dapat melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Situasi yang berubah tersebut harus

disertai dengan perubahan paradigma dan tata kerja aparatur pemerintah. Sehingga pola

kepemimpinan dari pemerintah yang kontekstual, sesuai dengan tuntutan masyarakat adalah

pola kepemimpinan transformatif. Bernard M. Bass dan Bruce J. Avolio mengemukakan

bahwa kepemimpinan, transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai

the Four I’s. Dimensi yang petama disebut idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi

pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya

mengagumi, menghormati dan sekaligus memercayainya. Dimensi yang kedua yaitu sebagai

inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini pemimpin transformational

digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas

terhadap prestasi bawahan, mendemonstasikan komitmennya, terhadap seluruh tujuan

organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan

antusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut intelectual stimulation (stimulasi

intelektual). Pemimpin transformasi harus mampu menumbuhkan ide-ide baru memberi

Page 9: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

solusi yang kreatif terhadap permasalahan yang dihadapi bawahannya, dan memberikan

motivasi kepada bawahan yuntuk mencari pendekatan-pendekatan baru dalam melaksanakan

tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir yalam menguraikan karakteristik pemimpin

disebut individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini pemimpin

transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan

penuh perhatian masukan-masukan dari bahwahan dan secara khusus mau memperhatikan

kebutuhan-kebutuhan bawahan dan secara khusus (Jan Stewart, 2006)

Dari hasil pembahasan kali ini penulis mencoba mengungkapkan karakteristik

kepemimpiann di dalam Birokrasi Publik khususnya disini yang menjadi objek yaitu Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Banyumas. Penulis juga mencoba menganalisis

kepemimpinan menggunakan gaya kepemimpinan transformasi, dengan melibatkan beberapa

informan diantaranya kepala Satpol PP yaitu Bapak Sri Yono M, Si., Kepala Bagian Umum

dan Kepegawaian Ibu Siti Nurlaeli S.H dan juga Staff Bagian Umum dan Kepegawaian,Ibu

Dwi Eryani S.H dengan berpedoman dari keempat dimensi sehingga karakteristik pemimpin

menggunakan gaya tarnsformasional akan terlihat.

1. Idealized Influence (Pengaruh ideal)

Dari dimensi ini penulis mencoba menkaji melalui sebuah pertanyaan yang ditunjukan

kepada pimpinan /Kepala Satpol PP dan juga Staff/Pegawai Satpol PP.

Subaspek mengenai seorang pemimpin yang memberikan misi dan visi sehingga

menimbulkan rasa bangga, respek serta kepercayaan dari bawahan. Gaya kepemimpinan

seperti apa yang Bapak/pemimpin yang di gunakan dalam memimpin organisasi ini sehingga

tujuan diatas dapat terlaksana.

Kepala Satpol PP “ gaya kepeimpinan yang saya gunakan sebenarnya berpacu kepada

tugas fungsi (tupoksi) jabatan yang duduki pada SOTK satpol pp itu sendiri yang sudah

tercantum dalam peraturan pemerintah”.

Staff “gaya kepemimpinan yang dia gunakan kalau saya melihat dia orangnya tegas,

disiplin yang tinggi serta orangnya dari pembawaannya santai, humanis,”

Masih mengenai sub aspek yang sama pada dimensi pengaruh ideal, penulis juga

menanyakan mengenai pengikut mempercayai pemimpinanya dan mempercayai kapasitas,

dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: Apa yang dilakukan Bapak/ Pemimpin

ketika pertama kali menduduki jabatan sebagai pemimpin (berkaitan dengan pembenahan,

perubahan atau inovasi yang dilakukan)

Page 10: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

Kepala Satpol PP “ saya melakukan perubahan pada organisasi sesuai apa yang

dituangkan dalam rencana kerja saya, dalam artian perubahan yang saya lakukan bersifat

ideal dalam tataran pembenahan unsur-unsur yang tadinya memiliki kekurangan seperti

displin kerja yang rendah saya tingkatkan, namun perubahan yang saya lakukan dalam tataran

wajar karena sudah diatur dalam rencana kerja”.

Staff “ pak kepala sewaktu pertama kali menduduki jabatannya dia melakukan

pembenahan digala bidang atau kekurangan dari organisasi tuan sebelumnya dia perbaiki,

misalnya saja saat pada saat terjadi kekosongan jabatan di salah satu bidang dia langsung

cepat mengisinya, dan juga masalah displin kerja dia mewajibkan dan meningkatkan lagi apel

setiap pagi.

2. Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasi)

Dari dimensi ini penulis mencoba menkaji melalui sebuah pertanyaan yang ditunjukan

kepada pimpinan /Kepala Satpol PP dan juga Staff/Pegawai Satpol PP.

Dimensi ini menerapkan bahwa pemimpin mengkomunikasikan harapan tinggi untuk

memfokuskan upaya bawahan dan menginspirasi bawahan untuk melakukan tugas dan

tanggung jawab.

“Bagaimana cara Bapak/ Pemimpin dalam memotivasi para bawahan untuk bekerja secara

baik dan mencapai kemajuan dalam organisasi ini”

Kepala Satpol PP “ dalam memberikan motivasi kepada bawahan saya menekankan agar para

staff untuk selalu berpedoman pada rencana kerja maupun tugas fungsi masing-masing

jabatan”.

Sementara dari hasil wawancara kepada staff menyatakan bahwa “ pak kepala dalam

memberikan motivasi ada berbagai tidakan, karena di satpol pp setiap pagi dilaksanakan apel/

upacara bertindak sebagai komandan yaitu pak kepala dia selalui mengingatkan kepada para

staff agar bekerja displin, sesuai visi-misi yang ada.

3. Intellectual Stimulation (Stimulasi Intelektual)

Dari dimensi ini penulis mencoba menkaji melalui sebuah pertanyaan yang ditunjukan

kepada pimpinan /Kepala Satpol PP dan juga Staff/Pegawai Satpol PP. Dimensi ini

menjelaskan seorang pemimpin yang mampu meningkatkan kecerdasan bawahan,

menumbuhkan kreativitas dan inovasi dan pemecahan masalalah secara cepat.

“Bagaimana gaya Bapak/Pemimpin dalam melalukan kepemimpinan mampu menubuhkan

semangat kerja dan kreatifitas para bawahan”

Kepala Satpol PP “dalam memimpin dimana untuk tujuan menumbuhkan semangat saya

bekerja secara bersama-sama dengan para staff, saya selalu memberikan nasihat kepada staf

Page 11: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

agar selalu bekerja secara siap siaga dimana dalam mengemban tugas harus mempunyai

jadwal yang disusun secara sistematis.

Sementara staff satpol pp menjawab “pak kepala dalam memberikan ruang bagi kami untuk

bekerja dengan, dalam artian dia bijaksana tetapi sekalipun dia bekerja dengan cara keras

namun dalam tahapan wajar bila ada staff yang kurang baik. Dia memberikan ruang gerak

kepada karyawan untuk mengembangkan diri namun dia sendiri juga tetap memantau dan

bertanggung jawab”

4. Individualized Consideration (Pertimbangan Individual)

Dari dimensi ini penulis mencoba menkaji melalui sebuah pertanyaan yang ditunjukan

kepada pimpinan /Kepala Satpol PP dan juga Staff/Pegawai Satpol PP. Mengenai prilaku

pemimpin yang memberikan perhatian pribadi memberlakukan masing-masing bawahan

sebagai individual serta mendampingi mereka, memonitor serta menumbuhkan peluang.

“Bagaimana Bapak/Pemimpin menganalisi kebutuhan serta memberlakukan para karyawan”

Kepala “ dalam menganalis kebutuhan setidaknya saya sudah biasa langsung terjun/ ikut

bersosialisasi kalau ada waktu luang dari itu saya bisa mendengarkan keluhan-keluhan para

bawahan. Selain itu dalam mengawasi juga kalau pekerjaan itu perlu misal pekerjaan yang

alngsung terjun kemasyarkat saya ikut dalam kegiatannya, selain itu untuk urusan dikantor

pekerjaan saya awasi dari hasil yang ada serta didukung oleh para kepala bidang.

Staff “ dalam menganalisis kebutuhan pak kepala biasanya sering ngumpul bareng kalau jam-

jam istirahat, dengan itu kita para bawahan menjadi lebih terbuka akan keluhan/keinginan

yang kita miliki. Untuk masalah pengawasan pak kepala sering terlibat dalam pekerjaan

satpol pp khususnya menangani masalah eksternal misalnya pembongkaran, penertiban.

E. Kesimpulan

Dari pembahasan tadi dapat disimpulkan bahwa Srie Yuno (Kepala Satpol PP)

memiliki kriteria kepemimpinan tranformatif kepemimpinan transformasional mempunyai

empat dimensi yang disebutnya sebagai the Four I’s yaitu idealized influence (pengaruh

ideal), inspirational motivation (motivasi inspirasi), intelectual stimulation ( stimulasi

intelektual) dan individualized consideration (konsiderasi individu). Gaya kepemimpinan

yang kontekstual sesuai dengan tuntutan sosial kekinian tersebut mempunyai implikasi

terhadap dua entitas organisasi yang berubah yaitu budaya organisasi dan inovasi dalam

implementasi kebijakan. Budaya organisasi dengan lingkungan pekerjaan yang berbeda

dengan birokrasi sipil menjadikan disiplin dan ketaatan, komunikasi formal antar bawahan

dan atsan menjadi budaya yang dijunjung karena seperti yang kita ketahui bersama satpol pp

Page 12: Kepemimpinan militer dalam Birokrasi Publik

ini merupkan birokrasi pemerintah semi-militer. Sedangkan inovasi berada di ranah

keratifitas pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan yang mungkin saja telah

ditentukan oleh Pemerintah Pusat. Pola kepemimpianan yang transformatif dimana pola

tersebut mendorong terbentuknya inovasi yang mempunyai komponen-komponen tertentu.

F. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada beberapa saran terkait kepemimpinan

transformasional yaitu kepala atau pimpinan satpol pp perlu lebih menyamakan presepsi dan

pandangan dengan tugas diantara setiap anggota aggar tidak ada banyak presepsi yang

dibangun dan rutin mengadakan koordinasi dan pertemuan yang dilakukan secara formal

untuk mendapatkan kesepakatan dan tercapainya tujuan bersama.

G. Daftar Pustaka

Maulana, Ali, Eko. 2012. Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi Pemerintah.

Jakarta: PT. Multicerdes Publishing

Pasalog, Harbani. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: alfabeta

Siagaan, P, Sondang. 1994. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta

Achmad Nurmandi, Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik, Magister Administrasi Publik

Universitas Gadjah Mada, Volume 10, Nomor 2, (November 2006)

Erni Zuhriyati, dkk. 2012. Kepemimpinan Transformatif dalam Inovasi Pemerintah di

Pemerintahan Kota Yogyakarta di Era Herry Zudianto (dalam Working Paper JK School

Goverment)

Kabupaten Banyumas. 2012. Peraturan Daerah Nomor 15 tahun 2011 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Satuan Polisi Pamung Praja