KEPATUHAN PAJAK: PENGETAHUAN TAX AMNESTY BERULANG DAN …
Transcript of KEPATUHAN PAJAK: PENGETAHUAN TAX AMNESTY BERULANG DAN …
i
KEPATUHAN PAJAK: PENGETAHUAN TAX AMNESTY BERULANG DAN NORMA SOSIAL
HALAMAN JUDUL
Oleh:
Fara Alicia Dienswari
232014083
TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan - persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
iv
PENJELASAN UNTUK KARYA TIDAK DIUNGGAH
v
HALAMAN PERSETUJUAN
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
vii
HALAMAN PENGESAHAN
viii
HALAMAN MOTO
“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat
dan didikan.”
(Amsal 1:7)
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka,
sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan
engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
(Ulangan 31:6)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
(Filipi 4:13)
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
(Yeremia 29:11)
ix
KATA PENGANTAR
Sumber pendapatan negara terbesar saat ini bersumber dari penerimaan pajak. Wajib
pajak memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan negara. Namun,
ternyata tidak semua wajib pajak mau memenuhi kewajiban perpajakan mereka. Banyak
faktor yang dapat menjadi pemicu alasan wajib pajak menghindari membayar pajak, salah
satunya adalah faktor psikologis; norma sosial. Dalam rangka meningkatkan kepatuhan
pajak, pemerintah mengeluarkan strategi untuk meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan
kebijakan berupa pengampunan pajak (tax amnesty). Pemerintah menilai kebijakan
pengampunan pajak ini sangat efektif untuk meningkatkan kepatuhan perpajakan, sehingga
muncul isu-isu mengenai pengulangan tax amnesty.
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis dampak dari pengulangan tax amnesty,
serta menganalisis seberapa berpengaruhnya lingkungan sosial terhadap kepatuhan
perpajakan. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
penulis lain, maupun pihak-pihak yang terkait untuk meningkatkan sesuatu menjadi lebih
baik.
Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penulisan tugas akhir
ini. Akhir kata, penulis mengharapkan segenap saran dan kritik yang akan menyempurnakan
karya ini dan akan berguna untuk penelitian selanjutnya.
Salatiga, 19 April 2018
Penulis
x
ABSTRACT
The purposes of this research are (1) to examine the differences of taxpayer's compliance according to the taxpayers' knowledge of the re-application of tax amnesty (2) to examine the differences of taxpayer's compliance to the regulation based on the social norms' influence on taxpayer compliance decision, and (3) to examine the difference of taxpayer’s compliance according to the taxpayers' knowledge of the re-application of amnesty taxes and the social norms' influence on taxpayer compliance decisions. This study uses a 2 x 2 inter-subject factorial experimental research design with 119 subjects from the tax management class. The results shows that both the taxpayers' knowledge of the re-application of tax amnesty and the social norms' influence on taxpayer compliance decisions may affect the intention of taxpayers to comply. In addition, there is an interaction between taxpayers' knowledge of the re-application of tax amnesty and the social norms' influence on taxpayer compliance decisions in which if a taxpayer is not aware of the tax amnesty's re-application but the taxpayers have a compliant social environment, the level of compliance is the highest, compared to the subjects that are in the opposite situations.
Keywords: repeated tax amnesty, the social norms', tax compliance.
xi
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguji perbedaan kepatuhan wajib pajak berdasarkan pengetahuan wajib pajak terhadap penerapan ulang tax amnesty (2) menguji perbedaan kepatuhan wajib pajak berdasarkan pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak, serta (3) menguji perbedaan kepatuhan wajib pajak berdasarkan pengetahuan wajib pajak terhadap penerapan ulang tax amnesty dan pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen faktorial 2 x 2 antarsubyek dengan menggunakan 119 partisipan dari mahasiswa kelas manajemen pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pengetahuan wajib pajak terhadap penerapan ulang tax amnesty maupun pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Disamping itu juga, terdapat interaksi antara pengetahuan wajib pajak terhadap penerapan ulang tax amnesty maupun pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak dimana jika wajib pajak berada dalam kondisi tidak tahu adanya penerapan tax amnesty berulang maka wajib pajak yang juga memiliki lingkungan sosial yang patuh akan menunjukkan derajat kepatuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan subyek yang berada pada situasi lainnya.
Kata kunci: pengampunan pajak berulang, norma sosial, kepatuhan pajak.
xii
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala penyertaan dan kasih yang
berlimpah dalam setiap detik sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan
baik guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga.
Penulis menyadari bahwa sepanjang masa studi dan penulisan kertas kerja, penulis
mendapatkan dukungan, inspirasi serata motivasi dari berbagai pihak, maka dalam
kesempatan ini dengan tulus, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Keluarga terkasih, Bapak Budi Sugiyarto, (Almh) Ibu Endang Suwandari, Mbak
Hanna, terimakasih atas semua doa, motivasi, inspirasi, nasihat, dukungan, serta kasih
sayang yang diberikan kepada penulis sampai saat ini.
2. Ibu Dr. Theresia Woro Damayanti, SE., M.Si., Akt., CA, selaku dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk selalu memberikan saran,
kritikan dan arahan serta semangat kepada penulis mulai dari rancangan tugas akhir
hingga penyelesaian penulisan tugas akhir .
3. Ibu Gustin Tanggulungan, SE., M.Ak., CA., BKP, selaku wali studi, terima kasih atas
pengarahan dan sarannya selama menempuh studi di FEB UKSW.
4. Bapak Yefta Andi Kus Noegroho, SE.,M.Si.,Akt.,CMA, selaku wali studi pengganti,
terima kasih atas pengarahan dan sarannya selama menempuh studi di FEB UKSW.
5. Bapak Yefta Andi Kus Noegroho, SE.,M.Si.,Akt.,CMA dan Bapak Ari Budi Kristanto
SE., MM., selaku penguji rancangan tugas akhir, terimakasih atas saran dan kritikan sehingga
tugas akhir ini dapat menjadi karya tulis yang lebih baik.
6. Seluruh pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, ide, dan motivasi kepada penulis
selama masa perkuliahan.
7. Seluruh mahasiswa yang mengambil kelas Manajemen Pajak yang telah bersedia
menjadi subjek manipulasi sehingga penulis dapat memperoleh data untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Mas Dea, Ade Lisa, Adonia terimakasih untuk dukungan dan bantuannya dalam
proses menyelesaikan tugas akhir.
9. Raden Ario Ginurta terimakasih untuk doa, tenaga, waktu, dukungan, kasih dan cinta
yang selalu ada untuk penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
xiii
10. Teman-teman Kelompok Studi Akuntansi (KSA); Yulius, Dinda, Eviniar, Go Andy,
Jery, Astri, Salma, Livia, Ica, Intan, Savira, Tiwi, Yessa, Amalia, Dally, Daniel,
Dewa, Kak Belqis, Mas Eky, Kak Ipit, Mas Tyar, dan Kak Widya, terimakasih untuk
pengalaman berorganisasi yang berharga dan yang terbaik untuk penulis.
11. GG Family; Helga, Jery, Astri, Theo, Titi, dan Vinska yang sudah seperti keluarga,
selalu mendukung, menemani, dan berjuang bersama penulis selama menuntut ilmu di
Salatiga.
12. Arnas, Aden, Gupita, Elfara, Gracety, Surya, Deasy, Vicky selaku teman satu
bimbingan yang telah berjuang bersama dan saling mendukung selama proses
rancangan dan penulisan tugas akhir.
13. Teman-teman kuliah dan kepanitiaan terimakasih telah memberi pengalaman yang
berharga selama penulis menuntut ilmu di FEB UKSW .
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya pada penulis.
Semoga Tuhan selalu melimpahkan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.
Salatiga, 19 April 2018
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ......................................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ............................................................................ iii
PENJELASAN UNTUK KARYA TIDAK DIUNGGAH ....................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA ......................................... vi
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................. vii
HALAMAN MOTO .............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ix
ABSTRACT ................................................................................................................................. x
SARIPATI................................................................................................................................. xi
UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xvi
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS .......................................... 4
Tax Amnesty ........................................................................................................................... 4
Norma Sosial .......................................................................................................................... 4
Kepatuhan Pajak .................................................................................................................... 5
Pengembangan Hipotesis ....................................................................................................... 6
METODE PENELITIAN ........................................................................................................... 8
Sumber Data Penelitian.......................................................................................................... 8
Desain Penelitian ................................................................................................................... 8
Instrumen Penelitian .............................................................................................................. 9
Tatanan Eksperimen ............................................................................................................. 10
xv
Teknik Analisis Data ............................................................................................................ 12
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................ 12
Analisis Data ........................................................................................................................ 15
Pembahasan.......................................................................................................................... 17
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 19
IMPLIKASI ............................................................................................................................. 20
KETERBATASAN DAN AGENDA PENELITIAN MENDATANG ................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 27
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks Eksperimen ..................................................................................................... 9
Tabel 2. Indikator Penelitian .................................................................................................... 10
Tabel 3. Karakteristik Partisipan .............................................................................................. 13
Tabel 4. Sebaran Subyek Penelitian dan Pengecekan Manipulasi ........................................... 13
Tabel 5. Hasil Pengujian Randomisasi Karakteristik Demografi ............................................ 14
Tabel 6. Hasil Pengujian Manipulasi Pengetahuan Kemungkinan Tax Amnesty dan Pengaruh
Norma Sosial ............................................................................................................. 14
Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis .......................................................................................... 15
Tabel 8. Hasil Pengujian Perbedaan Kepatuhan Antar Sel ...................................................... 17
1
PENDAHULUAN
Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Sampai saat ini, sumber pendapatan negara terbesar berasal dari
penerimaan pajak. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara tidak dapat dilaksanakan
(Direktorat Jendral Pajak 2013).
Dominasi pajak dalam penerimaan negara harus disambut baik, karena melalui pajak
kemandirian negara dalam membiayai pembangunan dan pemerintahannya diharapkan dapat
tercapai (Puspareni, Purnamawati dan Wahyuni, 2017). Hal ini dibuktikan dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2017. Jika dibandingkan dengan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNPB) dan hibah, penerimaan perpajakan sangat mendominasi
pendapatan APBN. Dari total pendapatan negara sebesar 1.750,3 triliun rupiah, penerimaan
pajak menyumbang 1.498,9 triliun rupiah atau sebesar 85,6%, sedangkan PNPB 250 triliun
tupiah atau sebesar 14,3% dan hibah menghasilkan 1,4 triliun rupiah atau sebesar 0,1% dari
APBN (Kementerian Keuangan 2017).
Walaupun sumber pendapatan negara terbesar berasal dari penerimaan pajak, ternyata
pertumbuhan penerimaan pajak tidak diikuti dengan kenaikan tax ratio. Penerimaan pajak di
Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Menurut data OECD
(Organisation on Economic Cooperation and Development), rasio penerimaan perpajakan
(tax ratio) Indonesia saat ini berada di kisaran 11%, masih berada di bawah standar negara-
negara ASEAN dan OECD dengan target yang diharapkan sebesar 13-14% (Kementerian
Keuangan 2016).
Rendahnya tax ratio di Indonesia disebabkan karena masih rendahnya tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Rendahnya tingkat
kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari rendahnya tingkat kepatuhan mereka dalam
melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh). Data wajib pajak secara nasional, pada
tahun 2011 yang menyerahkan SPT hanya 8,5 juta wajib pajak dari 110 juta orang aktif
bekerja, dengan jumlah penduduk yang menjadi pembayar pajak aktif diharapkan penyerahan
SPT bisa mencapai 50%, sedangkan di Indonesia rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif
hanya 7,73%, (Kompas 2011).
2
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan pajak, pemerintah mengeluarkan strategi
untuk meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan kebijakan berupa pengampunan pajak
(tax amnesty). Yustiari (2016), kebijakan tax amnesty dipandang sebagai kebijakan
perpajakan yang paling strategis yang juga akan berfungsi untuk meningkatkan kesadaran
dan kepatuhan masyarakat dalam pelaksanaa kewajiban perpajakan. Tax amnesty merupakan
penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan
dan sanksi pidana di bidang perpajakan, yaitu dengan cara mengungkap harta dan membayar
uang tebusan sebagaimana diatur dalam undang-undang (Kementerian Keuangan 2017).
Amnesti pajak berlaku sejak disahkan hingga 31 Maret 2017, dan terbagi kedalam tiga
periode, yaitu periode pertama dari tanggal diundangkan sampai 30 September 2016, periode
kedua dari tanggal 1 Oktober 2016 sampai 31 Desember 2016, dan periode ketiga dari
tanggal 1 Januari 2017 sampai 31 Maret 2017 (Direktorat Jenderal Pajak 2016). Indonesia
telah menyelenggarakan tax amnesty berulang kali, namun pelaksanaannya tidak efektif
karena wajib pajak kurang merespons dan tidak diikuti dengan reformasi sistem administrasi
perpajakan secara menyeluruh (Ragimun 2015).
Tax amnesty masih memiliki beberapa kekurangan. Bagaimanapun, amnesti mungkin
memberi arti kepada pembayar pajak bahwa tindakan pemerintah untuk menangkap pelaku
pajak yang menunggak masih lemah, penghindaran pajak hanya merupakan kesalahan kecil
dan bahwa orang lain yang tidak mematuhi undang-undang perpajakan mempertanyakan
norma sosial yang mengatur kepatuhan pajak. Ketika pembayar pajak mengharapkan amnesti
berkelanjutan, maka hal tersebut dapat menurunkan kepatuhan pajak mereka. Pembayar
pajak yang taat akan beranggapan jika tidak adil ketika pelaku pajak yang menunggak
diberikan keringanan untuk melarikan diri tanpa hukuman (Rechberger, et al. 2010).
Ketidakadilan lain yang terjadi pada pengampunan pajak saat ini adalah wajib pajak
didorong untuk mengikuti tahun pembinaan wajib pajak dengan janji pada tahun 2016 akan
dilaksanakan tahun penegakan hukum pajak namun pada kenyataannya yang dilakukan
adalah penerapan tax amnesty. Bahkan wajib pajak yang telah ikut tahun pembinaan juga
harus mengikuti tax amnesty. Hal tersebut tentu saja dapat menimbulkan rasa tidak adil bagi
wajib pajak yang telah mengikuti tahun pembinaan wajib pajak. Belum lagi, tarif pajak yang
dikenakan pada saat tax amnesty justru lebih rendah daripada tarif yang dikenakan pada tahun
pembinaan wajib pajak (Nastiti 2017).
Agar kebijakan tax amnesty efektif, pelaksanaanya harus dilakukan sekali saja, karena
amnesti pajak yang berulang memiliki efek mengurangi penerimaan pendapatan dan tingkat
3
kepatuhan. Amnesti pajak negara bagian Amerika Serikat dan pengalaman amnesti
internasional lainnya mengindikasikan bahwa amnesti berulang akan menghasilkan jumlah
pendapatan yang lebih lambat (Ahmed 2016).
Aspek psikologi juga dapat menjadi salah satu faktor pengaruh masyarakat mematuhi
pajak. Dalam suatu negara yang menganut sistem demokratis, aspek psikologis dapat dilihat
dari hubungan antara pembayar pajak atau wajib pajak dengan otoritas pajak. Keberhasilan
pemungutan pajak bergantung pada seberapa besar pembayar pajak dan otoritas pajak saling
percaya, otoritas pajak menganggap bahwa pembayar pajak dengan jujur melaporkan
pendapatan mereka yang sebenarnya. Di sisi lain, pembayar pajak berharap diperlakukan
dengan hormat, seolah-olah mereka jujur melaporkan pendapatan mereka yang sebenarnya
(Feld dan Frey, 2002).
Kebijakan yang efektif untuk menekan masyarakat agar mau membayar pajak tidak
hanya menitikberatkan pada aspek ekonomi (seperti ancaman pemberian sanksi atau denda),
namun juga perlu melihat aspek keperilakuan. Salah satu kajian psikologi mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan pembayaran pajak adalah norma sosial.
Menurut Ajzen (1991), perilaku seseorang untuk tidak patuh terhadap sistem perpajakan
dapat dipengaruhi oleh keyakinan individu terhadap harapan normatif orang lain yang
menjadi rujukannya, seperti keluarga, teman, konsultan pajak, dan motivasi untuk mencapai
harapan tersebut. Harapan normatif ini membentuk variabel norma subjektif (subjective
norm) atas suatu perilaku. Jadi, kepatuhan seseorang dalam membayar pajak juga
dipengaruhi oleh norma sosial di tempatnya tinggal, jika orang-orang terdekatnya merasa
membayar pajak bukan hal yang harus dilakukan, maka perilaku seseorang untuk tidak patuh
terhadap sistem perpajakan akan timbul.
Fenomena tax amnesty 2016 ini banyak dibicarakan, bahkan beberapa penelitian
sudah berupaya melakukan pengujian empiris atas tax amnesty (Yustiari, 2016; Ragimun,
2015; Rechberger, et al., 2010; Ahmed, 2016). Namun demikian, penelitan Ajie dan
Damayanti (2017) menunjukkan bahwa keikutsertaan wajib pajak dalam tax amnesty juga
disebabkan oleh herding atau pengaruh norma sosial. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
interaksi atas keduanya dalam pengujian empiris.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menguji perbedaan kepatuhan wajib pajak
berdasarkan pengetahuan wajib pajak terhadap penerapan ulang tax amnesty (2) menguji
perbedaan kepatuhan wajib pajak berdasarkan pengaruh norma sosial terhadap keputusan
4
kepatuhan wajib pajak, serta (3) menguji perbedaan kepatuhan wajib pajak berdasarkan
pengetahuan wajib pajak terhadap penerapan ulang tax amnesty dan pengaruh norma sosial
terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak.
Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi pemerintah untuk
melihat sisi psikologi dalam konteks norma sosial yang bertumbuh masyarakat, sehingga
pemerintah dapat mempertimbangkan cara-cara yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan
pajak di Indonesia setelah berakhirnya tax amnesty dan menjadikan pertimbangan mengenai
perlu atau tidaknya melaksanakan tax amnesty berulang.
TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tax Amnesty
Tax amnesty adalah suatu kesempatan waktu yang terbatas pada kelompok pembayar
pajak tertentu untuk membayar sejumlah tertentu dan dalam waktu tertentu berupa
pengampunan kewajiban pajak (termasuk bunga dan denda) yang berkaitan dengan masa
pajak sebelumnya atau periode tertentu tanpa takut hukuman pidana. Ini biasanya berakhir
ketika otoritas yang dimulai penyelidikan pajak masa lalu. Dalam beberapa kasus, undang-
undang amnesti yang memperpanjang juga membebankan hukuman yang lebih berat pada
mereka yang memenuhi syarat untuk amnesti tetapi tidak mengambilnya (Ragimun 2015).
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Pengampunan Pajak mengatakan bahwa untuk meningkatkan penerimaan negara dan
pertumbuhan perekonomian serta kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pelaksanaan
kewajiban perpajakan, perlu menerbitkan kebijakan pengampunan pajak. Oleh karena itu,
pengampunan pajak diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan
digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
Norma Sosial
Menurut Cialdini dan Trost (1998), norma atau nilai hidup yang diyakini wajib pajak
berkaitan dengan norma sosial yang merupakan aturan dan standar yang dipahami oleh
anggota kelompok dan yang mengarahkan bahkan membatasi perilaku sosial meski tanpa
adanya paksaan oleh hukum. Norma sosial akan menjadi pemandu bagi wajib pajak untuk
berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Terdapat 4 (empat) kategori dari
pengaruh norma sosial yaitu norma injungtif, norma subjektif, norma personal, norma
5
deskriptif (Cialdini dan Trost, 1998).
Alm dan Torgler (2012) berpendapat bahwa kehadiran norma sosial juga konsisten
dengan berbagai pendekatan, termasuk pendekatan yang bergantung pada kebiasaan sosial,
hati nurani, atau pada perasaan individual, keadilan, moralitas, rasa bersalah, keterasingan.
Pembayar pajak tidak hanya tertarik pada kesejahteraan mereka sendiri tetapi juga prihatin
dengan kesejahteraan umum, sehingga keputusan mereka untuk menghindari dibatasi oleh
pengetahuan bahwa keputusan penghindaran mereka akan mengurangi jumlah sumber daya
yang tersedia untuk kesejahteraan sosial. Pentingnya norma sosial terhadap perilaku
kepatuhan pajak memiliki daya tarik tersendiri. Norma sosial cenderung memiliki pengaruh
terhadap keputusan kepatuhan dari seorang wajib pajak (Alm 1998).
Kepatuhan Pajak
Kepatuhan perpajakan menurut Nurmantu (2005) adalah suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan. Supadmi
(2009), mengemukakan prinsip administrasi pajak yang diterima secara luas menyatakan
bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah kepatuhan sukarela. Kepatuhan sukarela merupakan
tulang punggung sistem self assessment dimana wajib pajak bertanggung jawab menetapkan
sendiri kewajiban pajaknya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar dan
melaporkan pajak tersebut.
Terdapat dua perspektif dasar kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan
normatif. Perspektif instrumental berarti individu dengan kepentingan pribadi dan tanggapan
terhadap perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan
dengan moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi. Seseorang lebih cenderung patuh
pada hukum yang dianggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma mereka. Komitmen
normatif melalui moralitas personal berarti patuh pada hukum karena hukum dianggap suatu
keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi berarti patuh pada peraturan
karena otoritas penyusun hukum yang memiliki hak untuk mendikte perilaku (Saleh 2004)
Menurut Nurmantu (2005), dijelaskan bahwa terdapat dua macam kepatuhan, yang
pertama kepatuhan formal. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
Undang Perpajakan. Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi wajib pajak membayar pajak
dengan tepat waktu, wajib pajak membayar pajak dengan tepat jumlah, wajib pajak tidak
memiliki tanggungan Pajak Bumi dan Bangunan. Serta yang kedua yaitu kepatuhan material.
6
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtansi atau hakekat
memenuhi semua ketentuan perpajakan, yakni sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang
perpajakan.
Pengembangan Hipotesis
Munculnya fenomena tax amnesty yang dilakukan berulang kali membuat wajib pajak
yang tidak mengetahui adanya tax amnesty berulang akan memiliki sikap patuh yang tinggi
karena mereka takut akan dikenai denda dan sanksi jika lalai membayar pajak, sedangkan
wajib pajak yang mengetahui adanya tax amnesty berulang akan memiliki sikap yang tidak
patuh, karena mereka akan mengungkap harta mereka yang belum dilaporkan ketika tax
amnesty dilaksanakan guna menghindari denda dan sanksi karena lalai melaporkan harta
mereka. Hal tersebut tentu saja akan membuat wajib pajak yang patuh merasa kebijakan ini
tidak adil, karena disaat mereka membayar kewajiban mereka dengan patuh, wajib pajak
yang tidak patuh diberikan keringanan untuk membayar sejumlah uang yang dibebankan
tanpa dikenai denda ataupun sanksi karena keterlambatan pengungkapan (Rechberger, et al.
2010). Pengenalan amnesti pajak juga dapat mempengaruhi norma kepatuhan sosial. Amnesti
pajak dapat mengurangi kepatuhan jika pembayar pajak yang jujur membenci pengampunan
pajak yang diberikan pada penipuan pajak (dan jika orang percaya amnesti dapat diulang
kembali) (Alm 1998).
Apabila amnesti pajak diterapkan terus menerus sebagai institusi daripada
mendapatkan penghasilan, dalam jangka panjang tax amnesty dapat mengurangi penerimaan
pajak. Pembayar pajak tidak lagi percaya bahwa amnesti pajak akan menjadi kesempatan
terakhir mereka untuk membayar uang tebusan atas harta mereka tanpa dikenai denda, karena
pada akhirnya negara akan melaksanakan amnesti pajak lagi di tahun-tahun yang akan
datang. Sebelum negara menerapkan amnesti pajak, mereka harus membuat pe ngendalian
pajak dan denda yang efektif. Agar tidak menyinggung pembayar pajak yang jujur dengan
perasaan telah ditipu oleh amnesti pajak dan oleh pemerintah, wajib pajak yang akan
menggunakan amnesti pajak harus diberi sanksi ketat sebelum mereka dapat memperoleh
manfaat dari amnesti ini (Gerger 2012).
Rasa keadilan yang dirasakan oleh wajib pajak terhadap sistem perpajakan menjadi
faktor penting dalam menentukan perilaku kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya. Sehingga hipotesis pertama yang diusulkan adalah:
7
H1: Wajib pajak yang tidak mengetahui pelaksanaan tax amnesty berulang akan
memiliki kepatuhan pajak yang tinggi.
Alm dan Torgler (2012) berpendapat bahwa, norma sosial merupakan pola perilaku yang
dinilai serupa oleh orang lain dan karenanya didukung oleh persetujuan atau ketidaksetujuan
sosial. Akibatnya, jika orang lain berperilaku sesuai dengan beberapa perilaku yang diterima
secara sosial, maka individu tersebut akan berperilaku sesuai. Jika orang lain tidak bersikap
demikian, maka individu tersebut akan merespon dengan baik.
Seringkali keputusan kepatuhan seorang individu dipengaruhi oleh sebuah kelompok
sosial tertentu yang dapat mengubah pola pikir individu untuk bersikap patuh atau tidak patuh
terhadap sistem pajak. Apabila kelompok sosial tersebut enggan untuk melakukan
penghindaran pajak, maka kepatuhan akan meningkat (Alm, Schulze dan McClelland, 1999).
Lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam mempengaruhi sikap wajib pajak dan
perilaku wajib pajak. Lingkungan sosial adalah tindakan kelompok sosial tertentu yang
mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku. Berdasarkan dari beberapa penegertian
mengenai lingkungan sosial dapat disimpulkan lingkungan sosial terdiri dari keluarga, teman,
jaringan sosial dan lainnya yang mempengaruhi seseorang baik secara langsung maupun
tidak langsung (Mintarto, Utami dan Yaningwati, 2015).
Menurut Jotopurnomo dan Mangoting (2013), seseorang akan taat membayar pajak tepat
pada waktunya jika hasil pungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada
pembangunan di wilayahnya. Lingkungan wajib pajak berada secara parsial berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak, karena apabila masyarakat di tempat lingkungan wajib pajak
berada patuh, maka wajib pajak pun ikut patuh. Berdasarkan pertimbangan di atas, dapat
dirumuskan hipotesis kedua sebagai berikut:
H2: Wajib pajak yang merasa bahwa lingkungan sosialnya memiliki sikap patuh akan
menghasilkan tingkat kepatuhan yang tinggi dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
Menurut Prawagis, A dan Mayowan (2016), salah satu faktor kepatuhan yaitu norma
sosial. Dalam hal ini yang dimaksudkan dalam norma sosial yaitu adanya dorongan dari
pihak lain untuk menciptakan kepatuhan, seorang individu bisa terpengaruh atau tidak
terpengaruh oleh tekanan sosial. Berkaitan dengan studi ini, norma sosial adalah keyakinan
wajib pajak tentang kekuatan pengaruh orang-orang atau faktor lain di lingkungannya yang
memotivasi seseorang untuk melakukan kepatuhan pajak atau tidak melakukan kepatuhan
8
pajak. Norma sosial memiliki tingkat tertinggi sebagai penentu dari wajib pajak untuk
melaksanakan kewajibannya. Berdasarkan hasil penelitian Yuliana dan Isharijadi (2014) yang
menyatakan bahwa norma subjektif memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Pengenalan amnesti pajak juga dapat mempengaruhi norma kepatuhan sosial. Amnesti
pajak dapat mengurangi kepatuhan jika pembayar pajak yang jujur membenci pengampunan
pajak yang diberikan pada penipu pajak (dan jika orang percaya amnesti dapat diulang
kembali) (Alm 1998). Selain pengetahuan wajib pajak tentang dampak pengulangan tax
amnesty, untuk mencegah ketidakpatuhan wajib pajak sangat dibutuhkan pemahaman
mengenai norma sosial yang terbentuk didalam masyarakat. Dengan tidak adanya
pengulangan program tax amnesty akan menghilangkan adanya ketidakadilan yang dirasakan
wajib pajak. Rasa keadilan yang dirasakan oleh wajib pajak terhadap sistem perpajakan dan
norma sosial menjadi faktor penting dalam menentukan perilaku kepatuhan wajib pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya. Sehingga hipotesis ketiga yang diusulkan adalah:
H3: Wajib pajak yang tidak mengetahui pelaksanaan tax amnesty berulang dan
merasa bahwa lingkungan sosialnya memiliki sikap patuh akan menghasilkan
tingkat kepatuhan yang paling tinggi.
METODE PENELITIAN
Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer yang diperoleh
secara langsung dari subyek penelitian. Mahasiswa Strata-1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana yang sedang mengambil matakuliah manajemen pajak
yang menjadi subyek penelitian. Mahasiswa yang sedang mengambil matakuliah manajemen
pajak diasumsikan telah memahami atau sedang dalam proses mempelajari amnesti pajak dan
aturan-aturan perpajakan yang berlaku. Dalam proses memperoleh data primer ini,
mahasiswa akan diberi materi mengenai isu tax amnesty dan akan diminta untuk berperan
sebagai seorang wajib pajak.
Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental,
karena metode eksperimental menguji keterkaitan antara variabel dependen dan variabel
9
independen, memiliki validitas internal yang tinggi dengan mengendalikan variabel lain yang
memiliki potensi untuk mengganggu hubungan tersebut. Desain penelitian eksperimental ini
adalah desain faktorial 2 × 2 antar subjek. Faktor pertama adalah pengetahuan terhadap tax
amnesty yang berulang yang terdiri dari dua level, yaitu: wajib pajak mengetahui adanya tax
amnesty yang berulang dan wajib pajak yang tidak mengetahui adanya tax amnesty yang
berulang . Selanjutnya, faktor kedua adalah norma sosial yang merupakan lingkungan sosial
yang ada di sekitar wajib pajak. Faktor kedua ini terdiri dari dua level, yaitu: wajib pajak
yang merasa bahwa lingkungan sosialnya memiliki sikap patuh, dan wajib pajak yang merasa
bahwa lingkungan sosialnya memiliki sikap yang tidak patuh.
Tabel 1. Matriks Eksperimen
Pengaruh norma sosial
Lingkungan sosial
patuh Lingkungan sosial
tidak patuh Pengetahuan terhadap tax amnesty berulang
Tahu Sel 1 Sel 2 Tidak tahu Sel 3 Sel 4
Keterangan:
Sel 1 : Mengetahui adanya tax amnesty berulang dan lingkungan sosial memiliki sikap patuh
Sel 2 : Mengetahui adanya tax amnesty berulang dan lingkungan sosial memiliki sikap tidak patuh
Sel 3 : Tidak mengetahui adanya tax amnesty berulang dan lingkungan sosial memiliki sikap patuh
Sel 4 : Tidak mengetahui adanya tax amnesty berulang dan lingkungan sosial memiliki sikap tidak patuh
Instrumen Penelitian
Dalam jangka panjang, amnesti pajak mengurangi kemauan wajib pajak untuk
mematuhi kewajiban mereka. Dengan mengikuti program amnesti pajak, pembayar pajak
yang jujur dapat memiliki perasaan tidak adil, karena sikap pemerintah dapat dilihat seperti
ketidakadilan. Oleh karena itu, kemauan wajib pajak untuk bersikap patuh akan menurun
(Saracoglu dan Caskurlu, 2011). Menurut Darussalam (2016) ketika wajib pajak mengetahui
adanya tax amnesty berulang akan menimbulkan harapan wajib pajak bahwa masih akan ada
orang lain (norma deskriptif). Oleh karena itu, definisi dari norma sosial mencakup tidak
hanya pengaruh sosial luar, tetapi juga keyakinan moral (atau etis) pribadi pada individu.
Supadmi (2009), mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan sebagai “suatu iklim”
kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam bentuk usaha
wajib pajak untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan,
mengisi formulir pajak (SPT) dengan lengkap dan jelas dan membayar seluruh pajak yang
10
terutang tepat pada waktunya. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, maka dapat
disusun indikator penelitian yang dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.
Tabel 2. Indikator Penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator
Pengetahuan terhadap tax amnesty berulang Mengetahui yang dimaksud dengan program tax amnesty.
Mengetahui adanya program tax amnesty yang akan
dilakukan berulang.
Norma Sosial
Norma injungtif Perilaku sesuai dengan aturan kelompok.
Norma subjektif Harapan atau ekspektasi wajib pajak.
Norma personal Aturan yang berasal dari diri sendiri.
Norma deskriptif Aturan yang didasarkan pada pengamatan perilaku orang
lain.
Kepatuhan wajib pajak Menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan lengkap.
Tepat waktu dalam membayar pajak sebelum jatuh tempo
Membayar seluruh pajak yang seharusnya dibayar.
Penulis sudah melakukan pilot tes atas modul di kelas Hukum Pajak, dengan jumlah
partisipan sebanyak 56 mahasiswa. Hasil pilot tes menunjukkan manipulasi berhasil
dilakukan, yang terbukti dari nilai rata-rata atas hasil evaluasi kemungkinan terjadi tax
amnesty sebesar 63 untuk partisipan yang dimanipulasi sebagai wajib pajak yang tahu
pelaksanaan ulang tax amnesty. Sementara yang tidak tahu pelaksanaan ulang tax amnesty
menghasilkan rata-rata sebesar 53.
Nilai rata-rata atas hasil evaluasi pengaruh norma sosial sebesar 87 untuk partisipan
yang dimanipulasi sebagai wajib pajak yang memiliki lingkungan sosial yang patuh terhadap
sistem perpajakan. Sedangkan wajib pajak yang memiliki lingkungan sosial yang tidak patuh
menghasilkan rata-rata sebesar 58.
Tatanan Eksperimen
Pilot tes perlu dilakukan untuk mengawali suatu eksperimen, hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa instrumen dalam penelitian ini dapat digunakan dalam eksperimen yang
sesungguhnya. Sebelum melakukan eksperimen, subyek akan menerima materi mengenai tax
amnesty dan norma sosial yang berkembang di masyarakat. Penelitian ini akan dilakukan
dengan menggunakan media kertas dan pena.
11
Langkah Pengisian Modul Eksperimen :
1. Subyek akan diminta untuk mengisi empat modul yang akan dibagikan secara
random. Pembagian dilakukan dengan membagikan keempat modul berurutan mulai
dari modul satu hingga modul empat kepada subjek sehingga subjek akan
memperoleh satu modul. Modul yang dibagikan berisi tentang wajib pajak
mengetahui mengenai adanya tax amnesty yang berulang dan memiliki lingkungan
sosialnya memiliki sikap yang patuh terhadap peraturan pajak; wajib pajak
mengetahui mengenai adanya tax amnesty yang berulang namun lingkungan sosialnya
tidak memiliki sikap yang patuh terhadap peraturan pajak; wajib pajak tidak
mengetahui mengenai adanya tax amnesty yang berulang namun lingkungan sosialnya
memiliki sikap yang patuh terhadap peraturan pajak serta wajib pajak tidak
mengetahui mengenai adanya tax amnesty yang berulang dan memiliki lingkungan
sosialnya tidak memiliki sikap yang patuh terhadap peraturan pajak.
2. Subyek akan diminta untuk mengisi identitas, seperti usia, jenis kelamin dan indeks
prestasi kumulatif.
3. Subjek diberikan informasi tentang peran dan kondisi yang dihadapinya dan diminta
untuk menjawab pertanyaan pengecekan manipulasi terhadap peran dan kondisi yang
diperhadapkan pada subjek.
4. Subyek penelitian akan diberi manipulasi situasi dimana wajib pajak memiliki
pengetahuan tentang ada atau tidaknya tax amnesty berkelanjutan. Kemudian,
manipulasi situasi yang diberikan kepada subyek akan dicek. Subyek akan mengisi
skor mulai dengan rentang nilai dari 10 sampai 100 untuk menilai pengetahuan
tentang tax amnesty berkelanjutan. Semakin tinggi skor yang diberikan menunjukkan
wajib pajak akan semakin tahu tentang adanya tax amnesty berkelanjutan.
5. Subyek akan dimanipulasi atas pengaruh norma sosial terhadap wajib pajak diberikan
melalui cuplikan fenomena-fenomena yang sering terjadi di lingkungan sekitar wajib
pajak yang dapat menentukan sikap kepatuhannya. Subyek akan diminta untuk
menjawab pertanyaan pengecekan manipulasi pengaruh norma sosial. Rentang skor
yang diberikan mulai dari 10 yang berarti pengaruh lingkungannya sangat tidak patuh,
hingga skor 100 yang berarti pengaruh lingkungannya sangat patuh. Terkait dengan
kepatuhan wajib pajak, subjek diminta untuk memberikan skor dari 10 hingga 100
atas lima pernyataan yang berkaitan dengan indikator kepatuhan wajib pajak.
12
6. Subyek akan diminta kembali untuk mengisi skor mulai dengan rentang nilai dari 10
sampai 100 untuk menilai keputusan tingkat kepatuhan pada periode selanjutnya
dengan mempertimbangkan pengetahuan mengenai tax amnesty dan pengaruh norma
sosial. Semakin tinggi skor yang diberikan menunjukkan wajib pajak akan semakin
patuh pada periode selanjutnya.
7. Diakhir eksperimen akan dilakukan penjelasan kepada subjek terkait maksud dan
tujuan dilakukannya penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyajikan analisis statistik deskriptif yang diperoleh dari data subyek penelitian.
2. Melakukan uji efektivitas randomisasi menggunakan one-way anova dengan variabel
dependen tingkat kepatuhan dan variabel independen : jenis kelamin, usia, dan indeks
prestasi mahasiswa.
3. Melakukan pengecekan manipulasi. Pengecekan manipulasi dilakukan dengan
menentukan skor jawaban subyek atas pertanyaan yang diberikan, jika subyek
menjawab dua pertanyaan pada bagian uji presetasi dengan benar maka subyek
dinyatakan lolos pengecekan manipulasi.
4. Melakukan uji hipotesis dengan uji beda rata-rata (independent t-test) untuk hipotesis
pertama dan kedua, serta two-way anova untuk hipotesis ketiga.
5. Analisis tambahan dari hasil pengujian two-way anova dengan melihat mean skor
tingkat kepatuhan masing-masing sel dan membandingkan nilai signifikansi pada
matriks hasil interaksi antara pengetahuan wajib pajak tentang tax amnesty berulang
dan pengaruh norma sosial untuk melihat konsistensi matriks eksperimen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik demografi partisipan yang meliputi usia, jenis kelamin dan indeks
prestasi kumulatif dapat dilihat dari tabel 3. Melalui tabel tersebut diketahui jika karakteristik
demografi partisipan dalam penelitian ini cukup bervariasi. Rentang usia partisipan antara 18
hingga 23 tahun dengan partisipan paling banyak berusia 20 tahun. Sebanyak 73,1%
partisipan berjenis kelamin perempuan dan mayoritas partisipan memiliki indeks prestasi
diatas 3,00.
13
Tabel 3. Karakteristik Partisipan
Karakteristik Demografi Jumlah Partisipan Persentase (%)
Usia
18 5 4,2 19 25 21 20 65 54,6 21 19 16 22 3 2,5 23 2 1,7
Jenis Kelamin Laki-Laki 32 26,9
Perempuan 87 73,1
Indeks Prestasi Kumulatif
2,50 – 2,99 15 12,6 3,00 – 3,50 59 49,6
> 3, 50 45 37,8
Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas 119 mahasiswa yang terbagi ke dalam 4 sel.
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah partisipan untuk semua sel hampir sama. Melalui tabel
tersebut juga dapat diketahui hasil dari pengecekan manipulasi yang dilakukan melalui uji
pemahaman atas peran dan situasi yang dihadapi oleh subyek penelitian. Subyek dinyatakan
lolos manipulasi jika dapat menjawab minimal dua dari tiga pertanyaan yang disajikan
dengan benar. Dengan demikian, 100% subyek dalam masing-masing sel yang mengikuti
eksperimen dinyatakan lolos manipulasi.
Tabel 4. Sebaran Subyek Penelitian dan Pengecekan Manipulasi
Sel Kemungkinan adanya tax amnesty berulang
Pengaruh norma sosial terhadap wajib pajak
Jumlah partisipan
Jumlah partisipan lolos manipulasi
N % n % 1 2 3 4 1 Tahu Lingkungan Patuh 29 24,4 29 100 2 Tahu Lingkungan Tidak Patuh 30 25,2 30 100 3 Tidak Tahu Lingkungan Patuh 29 24,4 29 100 4 Tidak Tahu Lingkungan Tidak Patuh 31 26,1 31 100
Total Jumlah Partisipan 119 100 100 100 Ket ∶ 2 = 1
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑠𝑖𝑝𝑎𝑛𝑥 100%
• 4 = 31𝑥 100%
Dalam penelitian eksperimen, hal pertama yang perlu dipastikan adalah kefektifan
randomisasinya. Oleh sebab itu, guna memastikan kefektifan randomisasi, masih perlu
adanya pengujian statistik yang lebih lanjut. Suatu randomisasi dianggap efektif jika tidak
ada pengaruh karakteristik demografi terhadap variabel dependen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. Pengujian statistik guna melihat hasil dilakukan
dengan One Way ANOVA dan hasil pengujian tersebut disajikan pada tabel 5 dibawah ini.
14
Tabel 5. Hasil Pengujian Randomisasi Karakteristik Demografi
Variabel Independen Kepatuhan Wajib Pajak F-Statistik Sig
Usia 0,225 0,951 Jenis Kelamin 0,047 0,828 Indeks Prestasi Kumulatif 0,182 0,834
Berdasarkan hasil pengujian One Way ANOVA dalam tabel 5, diketahui jika tidak
terdapat pengaruh karakteristik demografi baik dari sisi usia, jenis kelamin dan indeks
prestasi kumulatif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut terlihat dari tingkat
signifikansi dari semua variabel karakteristik demografi yang berada diatas 0,05. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian antar sel penelitian nantinya benar-benar
dikarenakan oleh adanya manipulasi yang diberikan pada masing-masing sel dan bukan
akibat dari perbedaan karakteristik demografi subyek penelitian. Dengan kata lain, variabel
yang berpotensi mengganggu hubungan antara variabel independen (pengetahuan tax
amnesty berulang dan pengaruh norma sosial terhadap wajib pajak) dengan variabel
dependen (kepatuhan pajak) sudah dapat dikontrol.
Pengujian manipulasi lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan bahwa partisipan
sudah menerima manipulasi dengan baik. Melalui pengujian independent sample t-test, dapat
diketahui keberhasilan manipulasi pengetahuan wajib pajak mengenai kemungkinan adanya
tax amnesty di periode yang akan datang dan pengaruh norma sosial terhadap keputusan
kepatuhan wajib pajak. Skor pengetahuan tax amnesty berulang dari sel 1 dan 2 (tahu adanya
tax amnesty) akan dibandingkan dengan sel 3 dan 4 (tidak tahu adanya tax amnesty),
sedangkan skor pengaruh norma sosial terhadap kepatuhan wajib pajak dari sel 1 dan 3
(pengaruh lingkungan patuh) dibandingkan dengan sel 2 dan 4 (pengaruh lingkungan tidak
patuh). Hasil statistik pengujian manipulasi terlihat dalam tabel 6 berikut.
Tabel 6. Hasil Pengujian Manipulasi Pengetahuan Kemungkinan Tax Amnesty dan Pengaruh Norma
Sosial
Varibel Rerata Sig Pengetahuan Kemungkinan Tax Amnesty berulang
Tahu 74,23 0,000* Tidak Tahu 46,16 Pengaruh Norma Sosial Lingkungan Patuh 81,89 0,000* Lingkungan Tidak Patuh 56,06
Keterangan: * signifikan pada α 5%
Tampak pada tabel 6 perbedaan skor antar kelompok eksperimen berdasarkan
pengetahuan kemungkinan adanya tax amnesty di periode kedepan dan pengaruh norma
sosial terhadap keputusan kepatuhan. Skor kelompok yang tahu adanya tax amnesty di
15
periode kedepan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan skor partisipan pada
kelompok yang tidak tahu adanya tax amnesty (sig 0,000 < 0,05). Begitu juga skor kelompok
yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh berbeda signifikan dengan skor kelompok
berlingkungan buruk pada tingkat signifikansi 5%. Kelompok yang tahu pelaksanaan ulang
tax amnesty memiliki rata-rata skor kepatuhan yang lebih tingi dari kelompok yang tidak
tahu, begitu juga kelompok yang memiliki lingkungan sosial yang patuh terhadap sistem
perpajakan memiliki rata-rata skor kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
sebaliknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manipulasi pengetahuan adanya tax
amnesty berulang dan pengaruh norma sosial terhadap kepatuhan wajib pajak berhasil
dilaksanakan.
Analisis Data
Efek utama dalam penelitian eksperimen ini dapat dilihat dari pengetahuan
kemungkinan adanya tax amnesty (H1 dan H2). Perbedaan kepatuhan pengetahuan penerapan
tax amnesty dapat diketahui dengan membandingkan skor kepatuhan yang tahu adanya tax
amnesty (sel 1 dan sel 2) dengan yang tidak tahu adanya tax amnesty berulang (sel 3 dan sel
4). Berdasarkan hasil pengujian yang disajikan pada tabel 7 diketahui jika terdapat perbedaan
rata-rata skor kepatuhan antara wajib pajak yang tahu dan yang tidak tahu adanya penerapan
tax amnesty berulang. Rata-rata skor kepatuhan wajib pajak yang tidak tahu adanya tax
amnesty adalah 70,91 dimana nilai tersebut lebih tinggi daripada wajib pajak yang tahu
adanya tax amnesty berulang dengan rata-rata skor kepatuhan hanya bernilai 56,23. Dengan
nilai signifikasi 0,000 yang berada dibawah 0,05 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang
signifikan antara kepatuhan wajib pajak yang tidak tahu dengan yang tahu atas penerapan tax
amnesty berulang, maka hipotesis pertama dapat diterima. Dengan demikian dapat dikatakan
jika wajib pajak yang tidak tahu penerapan tax amnesty berulang akan menghasilkan
kepatuhan yang secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan wajib pajak yang tahu.
Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Variabel Rerata Tingkat
Kepatuhan Sig
1 Pengetahuan Adanya Tax Amnesty Berulang
Tahu 56,23 0,000* Tidak Tahu 70,91
2 Pengaruh Norma Sosial Lingkungan Patuh 70,20 0,001* Lingkungan Tidak Patuh 57,39
3
Interaksi Pengetahuan Adanya Tax Amnesty Berulang dan Pengaruh Norma Sosial
Tahu-Lingkungan Patuh 61,72
0,000* Tahu-Lingkungan Tidak Patuh 50,93 Tidak Tahu-Lingkungan Patuh 78,68 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh 63,64
16
Keterangan: * signifikan pada α 5%
Sementara itu, guna mengetahui efek utama pengaruh norma sosial maka dilakukan
pembandingan skor kepatuhan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan patuh (sel 1
dan 3) dengan yang berpengaruh lingkungan tidak patuh (sel 2 dan 4). Hipotesis kedua
menyatakan jika lingkungan sosialnya memiliki sikap patuh akan menghasilkan tingkat
kepatuhan yang tinggi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil pengujian
menggunakan independent sample t-test pada tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata skor
kepatuhan wajib pajak yang memiliki lingkungan sosial yang patuh yaitu 70,20 yang lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor kepatuhan wajib pajak yang memiliki lingkungan
sosial yang tidak patuh yakni hanya 57,39. Dengan nilai signifikasi 0,001, berarti hipotesis
kedua dapat diterima pada signifikansi α=5%, sehingga wajib pajak yang memiliki pengaruh
lingkungan patuh akan menghasilkan kepatuhan yang lebih tinggi daripada wajib pajak yang
memiliki lingkungan yang tidak patuh dan perbedaan kepatuhan wajib pajak untuk patuh
berdasarkan lingkungan tersebut signifikan.
Berdasarkan hasil pengujian diatas juga dapat diketahui hasil interaksi antara variabel
pengetahuan terhadap tax amnesty berulang dan pengaruh norma sosial terhadap kepatuhan
wajib pajak. Dalam kondisi wajib pajak yang tidak tahu adanya penerapan tax amnesty
berulang, wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh diharapkan akan
memiliki kepatuhan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kelompok wajib pajak
lainnya. Rata-rata skor kepatuhan pada wajib pajak yang tidak tahu adanya penerapan tax
amnesty berulang dan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh
menghasilkan nilai yang paling tinggi yakni 78,68, sementara wajib pajak yang tahu adanya
tax amnesty berulang dan wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang tidak patuh
memiliki skor kepatuhan yang paling rendah yaitu 50,93. Melalui pengujian interaksi
menggunakan two way anova diperolah tingkat signifikansi 0,000 sehingga hipotesis ketiga
dalam penelitian ini dapat diterima pada signifikansi α=5%. Rerata skor kepatuhan wajib
pajak yang berada dalam sel 3 (tidak tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki
pengaruh lingkungan yang patuh terhadap sistim pajak) paling tinggi dibandingkan sel-sel
lainnya.
17
Tabel 8. Hasil Pengujian Perbedaan Kepatuhan Antar Sel
Interaksi Pengetahuan Tax Amnesty-Lingkungan Sosial Koefisien Sig Sel 1 Tahu-Lingkungan Patuh
Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh Sel 3 Tidak Tahu-Lingkungan Patuh Sel 4 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh
10,79 -16,96 -1,92
0,139 0.005* 0,980
Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh
Sel 1 Tahu-Lingkungan Patuh Sel 3 Tidak Tahu-Lingkungan Patuh Sel 4 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh
-10,79 -27,75 -12,71
0,139 0,000* 0,052**
Sel 3 Tidak Tahu- Lingkungan Patuh
Sel 1 Tahu-Lingkungan Patuh Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh Sel 4 Tidak Tahu-Lingkungan Tidak Patuh
16,96 27,75 15,04
0,005* 0,000* 0,015*
Sel 4 Tidak Tahu- Lingkungan Tidak Patuh
Sel 1 Tahu-Lingkungan Patuh Sel 2 Tahu-Lingkungan Tidak Patuh Sel 3 Tidak Tahu-Lingkungan Patuh
1,92 12,71 -15,04
0,980 0,052** 0,015*
Ket : *signifikan pada α=5% ** signifikan pada α=10%
Signifikansi perbedaan kepatuhan antar sel dalam eksperimen ini terlihat pada tabel 8
diatas. Berdasarkan tabel tersebut terlihat jika kepatuhan antara sel 3 dan sel-sel lainnya (sel
1, 2 dan 4) berbeda secara signifikan. Artinya, kepatuhan wajib pajak yang berada dalam
kondisi tidak tahu penerapan tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang
patuh pajak berbeda dengan kepatuhan wajib pajak yang berada dalam kondisi lainnya.
Menurut rata-rata skor kepatuhan (tabel 8) terlihat bahwa wajib pajak yang tidak tahu
penerapan tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh pajak
ternyata menghasilkan derajat patuh yang paling tinggi.
Disisi lain, ternyata tidak ada perbedaan kepatuhan yang signfikan bagi wajib pajak
yang tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh (sel 1)
dengan wajib pajak pada sel 4 yang tidak tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki
pengaruh lingkungan yang tidak patuh (sig 0,980 > 0,05). Kepatuhan wajib pajak yang
berada pada sel 2 yakni wajib pajak yang tahu adanya tax amnesty berulang dan memiliki
pengaruh lingkungan yang tidak patuh juga ternyata berbeda dengan kepatuhan wajib pajak
yang berada pada sel lainnya. Menurut rata-rata skor kepatuhan wajib pajak dalam penelitian
ini yang dapat dilihat pada tabel 8, kepatuhan wajib pajak yang tahu dan berpengaruh
lingkungan tidak patuh memiliki derajat yang paling rendah.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama diketahui bahwa wajib pajak yang
tidak mengetahui pelaksanaan tax amnesty berulang memiliki sikap patuh yang tinggi
terhadap pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian (Alm 1998) yang mengatakan bahwa
amnesti pajak dapat mengurangi kepatuhan jika pembayar pajak yang jujur membenci
18
pengampunan pajak yang diberikan pada penipuan pajak (dan jika orang percaya amnesti
dapat diulang kembali).
Meskipun beberapa penelitian membuktikan bahwa adanya pengampunan pajak akan
berimplikasi pada meningkatnya kepatuhan wajib pajak (Ngadiman dan Huslin, 2015;
Puspareni, Purnamawati dan Wahyuni, 2017) namun jika penerapan pengampunan pajak
dilakukan berulang maka akan menimbulkan ketidakpatuhan. Amnesti pajak yang dilakukan
sekali saja dan didukung oleh mekanisme sanksi yang lebih ketat dapat memfasilitasi
kemauan membayar pajak. Gerger (2012) berpendapat bahwa amnesti mengurangi kepatuhan
pajak pasca amnesti, karena pengenalan terhadap amnesti meningkatkan ekspektasi wajib
pajak pada amnesti berulang. Alasan terpenting dalam menentang tax amnesty berulang
adalah karena hal itu bertentangan dengan prinsip keadilan.
Ketika otoritas pemerintah membahas pengenalan amnesti pajak, mereka harus secara
khusus menekankan bahwa bukan tujuan mereka untuk membiarkan orang melarikan diri
tanpa sanksi yang pantas. Sebagai gantinya, mereka harus mengkomunikasikan bahwa wajib
pajak yang menggunakan fasilitas amnesti pajak harus membayar sebagian hutang mereka
dan menunjukkan kemauan untuk membayar semua pajak mereka dengan jujur di masa
mendatang. Melalui amnesti pajak orang-orang yang sebelumnya menghindari pajak diberi
kesempatan untuk kembali patuh, yang pada akhirnya menguntungkan semua pembayar
pajak (Rechberger, et al. 2010).
Hasil penelitian juga mendukung hipotesis kedua menunjukkan jika wajib pajak yang
merasa bahwa lingkungannya memiliki sikap patuh akan mendorong wajib pajak untuk
bersikap patuh. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hidayat dan Nugroho (2010) yang
mengatakan bahwa pengaruh tekanan sosial yang cukup besar menggambarkan besarnya
pengaruh lingkungan terhadap kepatuhan wajib pajak, semakin besar tekanan sosial dari
lingkungan untuk bersikap patuh terhadap pajak, semakin besar pula niat individu tersebut
untuk patuh terhadap pajak.
Interaksi antara pengetahuan wajib pajak mengenai tax amnsty berulang dan pengaruh
norma sosial terhadap kepatuhan perpajakan berhasil ditunjukkan dalam penelitian ini. Dalam
kondisi wajib pajak yang tidak tahu adanya tax amnesty berulang, dan memiliki pengaruh
lingkungan sosial yang patuh terhadap sistem perpajakan akan menghasilkan kepatuhan wajib
pajak yang paling tinggi. Hal ini sejalan dengan argumen diatas yang menjelaskan jika wajib
pajak mengantisipasi amnesti pajak lebih lanjut (dalam hal ini berarti wajib pajak mengetahui
19
adanya amnesti pajak), mereka dapat menurunkan kepatuhan pajak mereka, dengan kata lain
jika wajib pajak tidak mengetahui tax amnesty berulang, maka mereka akan memiliki tingkat
kepatuhan yang tinggi (Rechberger, et al. 2010) dan pengaruh norma sosial juga dapat
mempengaruhi wajib pajak untuk patuh terhadap sistem perpajakan Hidayat dan Nugroho
(2010). Oleh sebab itu, jika wajib pajak tidak tahu adanya tax amnesty berulang dan didukung
dengan lingkungan wajib pajak yang patuh terhadap pajak akan semakin meningkatkan
kepatuhannya.
Hal tersebut juga sesuai dengan matriks eksperimen yang menjelaskan jika kepatuhan
wajib pajak yang tidak tahu adanya penerapan tax amnesty berulang dan wajib pajak yang
memiliki pengaruh lingkungan yang patuh berbeda secara signifikan dengan wajib pajak
yang tahu adanya penerapan tax amnesty berulang dan wajib pajak yang memiliki pengaruh
lingkungan yang tidak patuh. Hal ini mendukung argumen diawal penelitian jika wajib pajak
tidak tahu adanya pengulangan tax amnesty dan memiliki pengaruh lingkungan yang patuh
pajak akan dapat semakin mendorong wajib pajak untuk patuh.
Dengan demikian, pemerintah perlu berupaya untuk menghapuskan tax amnesty dan
memperbaiki kinerja serta sistem perpajakan supaya wajib pajak yang patuh atau tidak tahu
adanya tax amnesty berulang merasakan keadilan dan memiliki pengaruh lingkungan yang
baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk membayar kewajiban
perpajakan mereka.
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan wajib pajak atas penerapan tax
amnesty berulang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Jika wajib pajak tidak
mengetahui adanya pengulangan tax amnesty maka hal tersebut akan mendorong kepatuhan
wajib pajak. Pengaruh norma sosial terhadap wajib pajak juga berperan dalam menentukan
kepatuhan. Wajib pajak yang memiliki pengaruh lingkungan yang patuh akan menunjukkan
kepatuhan yang lebih tinggi dari pada yang memiliki pengaruh ligkungan yang tidak patuh.
Disamping itu juga, terdapat interaksi antara pengetahuan tax amnesty berulang dan pengaruh
norma sosial dalam penelitian, dimana keduanya dapat secara bersama-sama mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak. Bahkan hasil penelitian menunjukkan konsisten matriks eksperimen
yakni, jika wajib pajak berada dalam kondisi tidak tahu adanya tax amnesty berulang maka
wajib pajak yang juga memiliki pengaruh lingkungan baik akan menunjukkan drajat
20
kepatuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan wajib pajak yang berada pada situasi
sebaliknya.
IMPLIKASI
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pengetahuan pengulangan
program tax amnesty dan pengaruh norma sosial terhadap keputusan kepatuhan wajib pajak.
Ketidaktahuan wajib pajak terhadap pengulangan program tax amnesty dan wajib pajak yang
memiliki pengaruh lingkungan yang patuh pajak ternyata dapat mendorong wajib pajak untuk
patuh. Penelitian ini berkontribusi terhadap pengembangan penelitian terkait dengan
kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah untuk
mempertimbangkan apakah perlu adanya tax amnesty berulang jika dilihat dari pengaruh tax
amnesty yang dilakukan berulang ternyata dapat mengurangi tingkat kepatuhan, serta
pemerintah dapat mempertimbangkan pendekatan secara psikologis kepada wajib pajak
daripada memberikan teguran berupa sanksi dan denda dalam upayanya untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian dapat membantu pemerintah untuk lebih
memperhatikan pengaruh norma sosial dalam meningkatkan kepatuhan pajak. Individu yang
berada dalam kondisi yang membingungkan seperti adanya isu tax amnesty berulang akan
melihat persepsi individu lain dalam menentukan tindakannya. Hasil ini menyiratkan bahwa
pemerintah dalam rangka meningkatkan kepatuhan pajak dapat mengambil tindakan berupa
kampanye kepada kelompok masyarakat untuk lebih taat melaksanakan kewajiban
perpajakan, memastikan bahwa masyarakat menganggap sistem pajak adil dan dimanfaatkan
untuk kemakmuran rakyat.
KETERBATASAN DAN AGENDA PENELITIAN MENDATANG
Keterbatasan penelitian ini adalah pilot tes dilakukan sebanyak satu kali namun setiap
kalimat-kalimat penting dalam simulasi diberikan cetak tebal sehingga menciptakan bias.
Penggunaan mahasiswa sebagai penyulih profesi juga dapat menjadi keterbatasan karena
penggunaan mahasiswa mungkin dapat memberikan hasil yang berbeda dengan penggunaan
partisipan yang benar-benar sebagai wajib pajak. Penelitian ini belum memasukkan
penegakan hukum sebagai variabel pendukung, sedangkan penegakan hukum dapat menjadi
mitigasi pengaruh tax amnesty berulang menyebabkan ketidakpatuhan. Maka dari itu,
penegakan hukum dapat menjadi variabel yang mungkin muncul dalam hubungan
pengetahuan tax amnesty berulang dan kepatuhan pajak. Dengan demikian, penelitian
21
mendatang dapat memasukkan penegakan hukum sebagai mitigasi pengaruh antara tax
amnesty berulang dan kepatuhan pajak.
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Sams Uddin. "Improving Compliance of Income Tax in Developing Countries:
Bangladesh Perspective." 2016.
Ajzen, Icek. "The Theory of Planned Behavior." Organizational Behavior and Human
Decision Processes, 1991.
Akinboade, Oludele Akinloye. “Correlates of TAx Compliance of Small and Medium Size .”
Managing Global Transitions, 2015: 404.
Alm, James. “Tax Compliance and Administration.” Discussion Papers in Economics, March
1998.
Alm, James, and Benno Torgler. "Do Ethics Matter? Tax Compliance and Morality." Tulane
Economics Working Paper Series, 2012.
Alm, James, dan Benno Torgler. “Do Ethics Matter? Tax Compliance and Morality.” Tulane
Economics Working Paper Series, 2012.
Alm, James, William D. Schulze, and Gary H. McClelland. "Changing the Sosial Norm of
Tax Compliance by Voting." Kyklos, 1999.
Aneswari, Yuyung Rizka, dan I Nyoman Darmayasa. “Konsep Kepatuhan Pajak
Berlandaskan TAT TWAM ASI.” Simposium Nasional Masyarakat Akuntansi
Multiparadigma, 2016.
Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan RI. 2015. http://www.fiskal.kemenkeu.go.id
(diakses Mei 31, 2017).
Basri, Yesi Mutia, Raja Adri Satriawan Surya, Resy Fitriasari, Rahmat Novriyan, dan Tengku
Septiani Tania. “Studi Ketidakpatuhan Pajak : Faktor Yang Mempengaruhinya (Kasus
Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Terdaftar Di KPP Pratama Tampan
Pekanbaru).” Jurnal dan Prosiding SNA - Simposium Nasional Akuntansi 15 (2012).
Benk, Serkan, Ahmet Ferda Cakmak, dan Tamer Budak. “An Investigation of Tax
Compliance Intention: A Theory of Planned Behavior Approach.” European Journal
of Economics, Finance and Administrative Sciences, 2011: 180-188.
Cahyonowati, Nur. "Model Moral dan Kepatuhan Perpajakan: Wajib Pajak Orang Pribadi."
JAAI, 2011: 161-177.
23
Cialdini, Robert B., dan Melanie R. Trost. Social Influence: Social Norms, Conformity, and
Compliance. Oxford University Press, New york, 1998.
Darussalam, Danny. "Pentingnya Peran Tax Amnesty." Inside Tax XXXVII, Maret 2016.
Dimitrijevic, Marina M. “Tax Compliance As An Imperative In The Contemporary State.”
TEME, 2016: 679-691.
Direktorat Jenderal Pajak. Amnesti Pajak. 2016. http://www.pajak.go.id/content/amnesti-
pajak.
Direktorat Jendral Pajak. Lebih Dekat Dengan Pajak. Jakarta, 2013.
Feld, Lars P., and Bruno S. Frey. "Trust Breeds Trust: How Taxpayers are Treated."
Economics of Governance, 2002.
Gerger, Güneş Çetin. "Tax Amnesties and Tax Compliance In Turkey." International Journal
of Multidisciplinary Thought, 2012.
Hardiningsih, Pancawati, dan Rachmawati Meita Oktaviani. “Implementasi Pajak
Penghasilan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Kasus UMKM Wilayah
Semarang).” Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang, 2013.
Hasseldine, D. John, dan K. Jan Bebbington. “Belnding Economic Deterrence and Fiscal
Psychology Models in The Design of Responses to Tax Evasion: The New Zeland
Experience.” Journal of Economic Psychology, 1991: 299-324.
Hidayat, Widi, and Argo Adhi Nugroho. "Studi Empiris Theory of Planned Behavior dan
Pengaruh Kewajiban Moral pada Perilaku Ketidakpatuhan Pajak Wajib Pajak Orang
Pribadi." Jurnal Akuntansi dan Manajemen 2 (2010).
Hirshleifer, David, and Siew Hong Teoh. "Herd Behavior and Cascading in Capital Markets:
A Review and Synthesis." MPRA, 2001.
James, Simon, dan Clinton Alley. “Tax Compliance, Self-Assesment and Tax
Administration.” Journal of Finance and Management in Public Services, 2000: 27-
42.
James, Simon, Kristina Murphy, dan Monika Reinhart. “Taxpayer Beliefs and Views: two
New Surveys.” Australian Tax Forum, 2005: 1-40.
24
Jotopurnomo, Cindy, and Yenni Mangoting. "Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya." Tax & Accounting Review, 2013.
Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2017.
https://www.kemenkeu.go.id.
—. Menkeu: Tax Ratio Indonesia di Bawah Standar. Maret 4, 2016.
https://www.kemenkeu.go.id/Berita/menkeu-tax-ratio-indonesia-di-bawah-standar.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 15 Juni 2016. http://www.kemenkeu.go.id
(diakses Mei 30, 2017).
Klaudia, Sura, Dewi Rimba Riwayanti, dan Aminatunnisa. “Menggali Realitas Kepatuhan
Wajib Pajak Pemilik UMKM.” Jurnal Penelitian Teori & Terapan Akuntansi, 2017:
50-64.
Kompas. Tingkat Kepatuhan Pajak Masyarakat Rendah. September 30, 2011.
http://tekno.kompas.com/read/2011/09/30/11543120/tingkat.kepatuhan.pajak.masyara
kat.rendah.
Mintarto, Prasetyo Rudy Adi, Hamidah Nayati Utami, and Fransiscai Yaningwati. "Pengaruh
Karakteristik Individu Budaya dan Lingkungan Sosial Terhadap Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan." Jurnal Administrasi Bisnis - Perpajakan (JAB),
2015.
Mukhlis, Imam, Sugeng Hadi Utomo, dan Yuli Soesetyo. “Studi Pengaruh Pendidikan Pajak
Dan Rasa Keadilan Terhadap Pencapaian Kepatuhan Pajak Pelaku Usaha Sektor
UMKM Bidang Kerajinan Tangan Kabupaten/Kota Di Jawa Timur.” Prosiding
Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers UNISBANK, 2015.
Nastiti, Pambayun Kinasih Yekti. "Niat Patuh Wajib Pajak: Keadilan Atas Penerapan Tax
Amnesty dan Presepsi Terhadap Pemerintah." 2017.
Ngadiman, and Daniel Huslin. "Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, dan Sanksi Pajak
(Studi Empiris di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kembangan)." Jurnal
Akuntansi, 2015.
Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit, 2005.
25
Pope, Jeff, dan Raihana Mohdali. “The role of Religiosity in Tax Morale and Tax
Compliance.” Australian Tax Forum, 2010: 565-596.
Prawagis, Febirizki Damayanty, Zahroh Z. A, and Yuniadi Mayowan . "Pengaruh
Pemahaman Atas Mekanisme Pembayaran Pajak, Persepsi Tarif Pajak dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM ." Jurnal Perpajakan (JEJAK), 2016.
Prawagis, Febirizki Damayanty, Zahroh Z.A, dan Yuniado Mayowan. “Pengaruh Pemahaman
Atas Mekanisme Pemabyaran Pajak, Persepsi Tarif Pajak Dan Sanksi Pajak terhadap
Keaptuhan Wajib Pajak UMKM.” Jurnal Perpajakan (JEJAK), 2016: 1-8.
Prihantari, Gusti Ayu Putu Eka Dewi, dan Ni Luh Supadmi. “Dampak Implementasi PP
Nomor 46 Tahun 2013 Ditinjau Dari Perilaku Kepatuhan Pajak.” E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 2015: 422-434.
Puspareni, Kadek Diah, I Gusti Ayu Purnamawati, and Arie Made Wahyuni. "Pengaruh Tax
Amnesty, Pertumbuhan Ekonomi, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Transformasi
Kelembagaan Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Tahun Pajak
2015 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Singaraja." e-journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha 7 (2017).
Ragimun. "Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia." 2015.
Rechberger, Silvia, Martina Hartner, Erich Kirchler, and Franziska Hämmerle. "Tax
amnesties, justice perceptions, and filing behaviour: a simulation study." Law Policy,
2010.
Resyniar, Gandhys. "Persepsi Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Terhadap
Penerapan PP. 46 Tahun 2013." Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas
Brawijaya 2 (2013).
Saleh, Rachmad. "Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta." 2004.
Sanchez, James Alm Isabel, dan Ana De Juan. “Economic and Noneconomic Factors in Tax
Compliance.” KYKLOS, 1995: 3-18.
Santi, Anisa Nirmala. "Analisis Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional,
Lingkungan, Sanksi Denda dan Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak."
2012.
26
Saracoglu, Osman Fatih, and Eren Caskurlu. "Tax Amnesty with Effects and Effecting
Aspects: Tax Compliance, Tax Audits and Enforcements Around; The Turkish Case."
International Journal of Business and Social Science, 2011.
Sulistiyono, Adincha Ayuvisda. "Pengaruh Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Penghasilan Orang Pribadi Usahawan." 2012.
Supadmi, Ni Luh. "Meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Melalui Kualitas Pelayanan."
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, 2009.
Suryajaya, Philip. Pengaruh Norma Sosial dan Faktor-Faktor Demografi Terhadap
Kepatuhan Pajak. Studi Kasus Pada Para Pendeta Di Semarang. Skripsi Mahasiswa
S1, Semarang: Diponegoro University-Institutional Repository, 2015.
Syahdan, Shaifhul Anuar, dan Asfida Parama Rani. “Dimensi Keadilan Pemberlakuan PP No.
46 Tahun 2013.” Jurnal InFestasi 10 (2014): 64-72.
Untoro, Joko. Ekonomi. Jakarta: Kawahmedia, 2010.
Yuliana, Rita, dan Isharijadi. “Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Keadilan Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Madiun.” Jurnal Auntansi dan
Pendidikan 3 (2014): 75-85.
Yustiari, Shinta Happy. "Tax Amnesty dalam Perspektif Good Governance." Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik (JIAP), 2016.
27
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN
SELAMAT DATANG
DI SIMULASI UJI KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Terima kasih atas kesediaannya menjadi partisipan.
Anda diminta berperan sebagai WAJIB PAJAK.
Anda diminta menjawab beberapa pertanyaan terlampir.
Jawaban yang Anda berikan akan dirahasiakan sesuai dengan etika penelitian.
SELAMAT MENGIKUTI SIMULASI UJI KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
28
Isilah Identitas Anda Dengan Lengkap
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
IPK :
2,50-2,99 3,00-3,50 >3,50
Berikut adalah petunjuk umum yang perlu Anda perhatikan dalam mengisi SIMULASI UJI KEPATUHAN WAJIB PAJAK:
1. Peserta diminta untuk memberikan skor penilaian atas evaluasi yang sedang dilakukan pada tempat yang telah disediakan. Range skor yang dapat diberikan berkisar antara 10 hingga 100.
2. Jawablah berdasarkan informasi yang ada, dan bukan berdasarkan pengalaman diri sendiri. 3. Tidak diperkenankan membuka lembar selanjutnya sampai ada instruksi yang diberikan. 4. Tidak diperkenankan bekerja sama dengan peserta lainnya selama simulasi berlangsung. 5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam simulasi ini. Jawaban yang Anda berikan
akan dirahasiakan.
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
29
Informasi Simulasi
Anda memiliki peran sebagai seorang wajib pajak aktif yang berada pada akhir tahun 2017.
Pemerintah mengadakan program tax amnesty pada Juli 2016-Maret 2017.
Tax amnesty adalah program pengampunan yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib
pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi
administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana di bidang perpajakan atas harta
yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan
cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan.
Keikutsertaan dalam tax amnesty juga membantu pemerintah mempercepat pertumbuhan
dan restrukturisasi ekonomi melalui pengalihan harta, yang antara lain akan berdampak
terhadap peningkatan penerimaan pajak, yang antara lain akan digunakan untuk
pembiayaan pembangunan.
Kebijakan ini dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), Wajib Pajak
Badan (WP Badan), Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan (
WP UMKM), Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak.
Kondisi
Peran
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
30
Uji Prestasi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai dengan informasi yang sudah Anda
dapatkan dari penjelasan di halaman sebelumnya.
1. Anda saat ini berperan sebagai....
a. Wajib pajak
b. Pegawai kantor pajak
c. Pemerintah sebagai yang membuat aturan pajak
2. Pemerintah telah mengadakan program tax amnesty pada periode …
a. Juli 2016 – Maret 2017
b. Juni 2016 – Maret 2017
c. Januari 2016 - Maret 2017
3. Berikut adalah informasi penting yang tidak didapat dari informasi di halaman sebelumnya:
a. Keikutsertaan dalam tax amnesty juga membantu Pemerintah mempercepat
pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi.
b. Kebijakan ini dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, Wajib Pajak
Badan, Wajib Pajak yang bergerak di bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengan
(UMKM), Orang Pribadi atau Badan yang belum menjadi Wajib Pajak.
c. Pemerintah akan mengadakan program tax amnesty pada tahun yang akan datang.
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
31
Evaluasi Anda sebagai Wajib Pajak atas Pelaksanaan Ulang Program Tax Amnesty. (Tahu
tax amnesty berulang)
Pada Juli 2016-Maret 2017 pemerintah mengadakan program tax amnesty (pengampunan
pajak), program ini dapat meringankan wajib pajak yang belum patuh dengan
menghapuskan denda keterlambatan dan kekurangan pembayaran pajak pada tahun
sebelumnya tanpa adanya sanksi apapun. Maka dapat dikatakan, denda-denda yang
seharusnya saya bayarkan karena saya telah menunggak pajak dapat dihapuskan. Namun
ternyata tax amnesty 2016-2017 tidak mencapai target yang diharapkan sehingga muncul
isu pemerintah merencanakan akan mengadakan tax amnesty lagi pada tahun-tahun yang
akan datang. Oleh karena itu, lebih baik saya tidak perlu melaporkan harta saya yang
belum terungkap karena saya masih bisa mendapatkan pengampunan pajak jika saya
tidak patuh pajak pada tahun 2016 sampai dilaksanakannya tax amnesty lagi.
Berdasarkan evaluasi Anda diatas, tentukan seberapa tinggi kemungkinan adanya tax
amnesty pada periode selanjutnya.
Rendah Tinggi
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
32
Evaluasi Anda sebagai Wajib Pajak atas Pelaksanaan Ulang Program Tax Amnesty. (tidak
tahu tax amnesty berulang)
Pada Juli 2016-Maret 2017 pemerintah mengadakan program tax amnesty (pengampunan
pajak), program ini dapat meringankan wajib pajak yang belum patuh dengan
menghapuskan denda keterlambatan dan kekurangan pembayaran pajak pada tahun
sebelumnya tanpa adanya sanksi apapun. Dengan kata lain, denda-denda yang seharusnya
saya bayarkan karena saya telah menunggak pajak dapat dihapuskan. Selain itu, dampak
dari adanya tax amnesty kepatuhan wajib pajak sudah meningkat secara signifikan daripada
tahun sebelum adanya tax amnesty, pemerintah mengganggap sudah cukup untuk untuk
melakukan pengampunan pajak. Jika tax amnesty tidak diberlakukan lagi, maka tidak ada
kesempatan bagi saya untuk mendapat fasilitas pengampunan pajak dalam membayar
tunggakan pajak setelah tahun 2016.
Berdasarkan evaluasi Anda diatas, tentukan seberapa tinggi kemungkinan adanya tax
amnesty pada periode selanjutnya.
Rendah Tinggi
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
33
Evaluasi Anda sebagai Wajib Pajak atas Kepatuhan Lingkungan Sosial disekitar Anda
(Lingkungan Patuh)
Dalam pola perilaku saya dalam masyarakat, saya cenderung mengamati dan mengikuti
kebiasaan keluarga, teman, dan lingkungan tempat tinggal saya. Salah satu perilaku yang
saya amati dari lingkungan saya adalah bagaimana perilaku mereka dalam memenuhi
kewajiban perpajakan. Lingkungan sosial yang ada di sekitar saya memiliki perilaku dan
moral yang baik. Wajib pajak lainnya memberikan teladan yang baik bagi saya. Mereka
memenunjukkan perilaku tepat waktu dalam melakukan pembayaran pajak terutang dan
tentunya sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan. Dengan melihat kondisi yang
terjadi, apabila saya tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku saya
akan merasa malu kepada diri saya sendiri, karena lingkungan sosial saya sangat patuh
terhadap sistem perpajakan. Maka dari itu, kami sebagai wajib pajak bersama-sama
berkontribusi positif dalam pembayaran pajak yang nantinya dapat digunakan oleh
pemerintah dalam pembangunan negara.
Berdasarkan evaluasi Anda di atas, tentukan seberapa besar Anda merasakan bahwa
lingkungan sosial di sekitar Anda berpengaruh terhadap keputusan kepatuhan Anda.
Tidak Patuh Patuh
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
34
Evaluasi Anda sebagai Wajib Pajak atas Kepatuhan Lingkungan Sosial disekitar Anda
(Lingkungan tidak patuh)
Dalam pola perilaku saya dalam masyarakat, saya cenderung mengamati dan mengikuti
kebiasaan keluarga, teman, dan lingkungan tempat tinggal saya. Salah satu perilaku yang
saya amati dari lingkungan saya adalah bagaimana perilaku mereka dalam memenuhi
kewajiban perpajakan. Lingkungan sosial yang ada di sekitar saya memiliki perilaku dan
moral yang kurang baik. Wajib pajak lainnya tidak memberikan teladan yang baik bagi
saya, mereka dengan sengaja tidak membayar pajak terutang yang seharusnya dibayarkan
kepada negara. Meskipun tidak patuh dalam membayar pajak, pada kenyataannya mereka
dapat terhindar sanksi atau denda apapun dari pihak fiskus. Saya merasa tidak adil bagi
saya jika saya terus berperilaku patuh, sedangkan orang lain yang tidak patuh pun tidak
dikenai sanksi. Dengan melihat kondisi yang terjadi di sekitar saya, saya menganggap bahwa
sebenarnya tidak perlu menaati aturan perpajakan bahkan sampai membayar pajak,
karena wajib pajak lainnya pun juga melakukan hal demikian.
Berdasarkan evaluasi Anda di atas, tentukan seberapa besar Anda merasakan bahwa
lingkungan sosial di sekitar Anda berpengaruh terhadap keputusan kepatuhan Anda.
Tidak Patuh Patuh
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
35
Berdasarkan evaluasi ANDA atas kemungkinan adanya tax amnesty pada periode
selanjutnya dan pemahaman mengenai dampak kepatuhan lingkungan sosial Anda, maka
SEBAGAI WAJIB PAJAK, tentukan seberapa tinggi KEPATUHAN Anda pada periode
pelaporan pajak berikutnya dalam:
Menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan lengkap pada periode selanjutnya.
Sangat Rendah Sangat Tinggi
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Tepat waktu dalam membayar pajak sebelum jatuh tempo pada periode selanjutnya.
Sangat Rendah Sangat Tinggi
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Membayar seluruh pajak yang seharusnya dibayar pada periode selanjutnya.
Sangat Rendah Sangat Tinggi
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Mohon tidak membuka lembar berikutnya sebelum ada instruksi
36
LAMPIRAN 2. DATA PENELITIAN
Modul 1 (Sel 1) Tahu Tax Amnesty dan Lingkungan Baik
No Usia Jenis Kelamin IPK Uji
Prestasi Tax
Amnesty Lingkungan Kepatuhan Rata-
Rata TK 1 2 3 1 20 2 2 2 70 100 80 70 60 70 2 21 1 2 2 80 80 90 80 80 83 3 21 2 2 3 80 90 50 40 40 43 4 19 2 2 3 80 80 90 70 70 77 5 20 2 2 2 70 80 70 60 70 67 6 21 1 2 3 100 70 60 40 50 50 7 18 2 3 3 70 90 50 40 30 40 8 20 1 2 3 70 80 80 70 70 73 9 23 2 1 3 60 60 60 70 50 60
10 20 2 2 3 90 90 50 60 50 53 11 20 1 2 3 60 90 80 80 80 80 12 20 2 2 3 50 80 90 80 70 80 13 19 2 2 2 100 50 30 30 30 30 14 20 2 2 3 90 80 50 50 40 47 15 21 2 3 3 70 90 80 80 80 80 16 19 2 3 2 90 70 30 50 20 33 17 21 2 2 3 80 90 30 30 20 27 18 20 2 1 3 70 70 40 40 50 43 19 20 2 1 3 90 90 60 40 50 50 20 20 2 3 3 50 80 60 60 70 63 21 20 2 3 3 80 90 40 80 50 57 22 20 1 2 3 60 90 70 80 80 77 23 19 2 3 3 80 80 80 40 80 67 24 20 2 3 3 80 80 50 50 80 60 25 20 2 2 3 60 90 60 60 70 63 26 20 2 2 3 60 80 70 90 70 77 27 20 2 2 3 80 90 100 100 100 100 28 21 1 3 2 90 90 70 40 60 57 29 19 2 3 3 100 100 100 80 70 83
Jenis Kelamin : 1 = Laki-Laki, 2 = Perempuan IPK : 1 = 2,50-2,99; 2 = 3,00-3,50; 3 = >3,50
37
Modul 2 (Sel 2) Tahu Tax Amnesty dan Lingkungan Buruk
No Usia Jenis Kelamin IPK Uji
Prestasi Tax
Amnesty Lingkungan Kepatuhan Rata-
Rata TK 1 2 3 1 20 2 3 3 90 20 30 30 20 27 2 20 1 3 3 90 80 40 30 20 30 3 19 1 2 2 70 80 40 40 40 40 4 20 2 3 3 70 90 70 90 90 83 5 20 2 3 3 60 90 80 80 70 77 6 20 1 2 2 90 20 40 30 40 37 7 20 2 2 3 50 70 70 70 70 70 8 18 2 2 3 70 20 50 50 50 50 9 19 1 2 3 90 80 60 80 50 63
10 19 2 1 3 70 40 50 50 50 50 11 20 1 2 3 60 50 40 40 40 40 12 19 2 3 3 80 90 30 30 30 30 13 19 2 2 2 90 80 50 50 50 50 14 20 2 3 2 50 30 70 80 80 77 15 19 1 3 3 60 80 40 50 50 47 16 20 1 3 2 80 50 70 70 70 70 17 20 2 2 2 80 20 20 20 20 20 18 20 2 2 3 70 90 40 40 30 37 19 20 2 2 3 70 40 40 40 40 40 20 21 1 2 3 80 90 80 70 50 67 21 20 2 3 3 80 20 20 20 20 20 22 19 2 3 3 90 90 20 20 20 20 23 20 2 3 3 50 70 50 40 40 43 24 19 2 3 2 50 80 80 80 80 80 25 20 1 2 2 70 30 80 80 80 80 26 20 2 3 3 50 60 60 40 60 53 27 20 2 2 3 90 80 30 90 20 47 28 20 2 2 3 50 50 60 60 70 63 29 21 2 3 3 80 20 90 80 70 80 30 20 1 3 3 90 80 40 30 40 37
Jenis Kelamin : 1 = Laki-Laki, 2 = Perempuan IPK : 1 = 2,50-2,99; 2 = 3,00-3,50; 3 = >3,50
38
Modul 3 (Sel 3) Tidak Tahu Tax Amnesty dan Lingkungan baik
No Usia Jenis Kelamin IPK Uji
Prestasi Tax
Amnesty Lingkungan Kepatuhan Rata-
Rata TK 1 2 3 1 22 2 1 3 10 60 40 60 50 50 2 21 2 1 2 20 100 70 80 80 77 3 20 2 3 3 20 90 80 90 90 87 4 20 2 2 3 50 100 100 100 100 100 5 20 2 3 3 10 100 100 100 100 100 6 19 2 3 2 50 70 90 90 90 90 7 21 1 1 3 70 40 60 50 40 50 8 19 2 1 2 30 100 80 90 90 87 9 20 2 3 3 30 90 90 90 90 90
10 21 1 2 3 30 90 90 80 90 87 11 20 2 2 3 70 90 80 80 70 77 12 20 1 3 3 30 90 90 90 90 90 13 19 2 3 3 60 90 80 90 80 83 14 22 1 1 2 70 70 70 40 70 60 15 21 1 2 2 40 80 80 90 90 87 16 19 2 2 2 10 80 100 90 100 97 17 19 2 3 2 10 100 100 100 100 100 18 20 2 2 3 80 90 80 90 80 83 19 18 2 2 3 60 100 90 90 90 90 20 20 2 3 3 80 80 80 90 80 83 21 20 2 2 3 70 70 10 20 30 20 22 20 2 1 3 30 30 40 50 50 47 23 20 2 2 3 60 60 80 80 20 60 24 23 1 1 2 20 90 90 90 90 90 25 20 1 2 3 50 100 70 70 70 70 26 20 2 3 3 50 80 90 90 90 90 27 20 2 2 3 20 90 80 80 80 80 28 19 2 2 3 30 80 80 80 70 77 29 20 2 3 3 40 40 80 80 80 80
Jenis Kelamin : 1 = Laki-Laki, 2 = Perempuan IPK : 1 = 2,50-2,99; 2 = 3,00-3,50; 3 = >3,50
39
Modul 4 (Sel 4) Tidak Tahu Tax Amnesty dan Lingkungan buruk
No Usia Jenis Kelamin IPK Uji
Prestasi Tax
Amnesty Lingkungan Kepatuhan Rata-
Rata TK 1 2 3 1 21 2 2 3 50 30 40 50 50 47 2 20 2 2 3 30 30 40 40 40 40 3 18 2 3 2 60 70 60 70 60 63 4 19 1 2 2 50 50 60 50 40 50 5 19 2 2 2 80 70 80 80 80 80 6 19 2 2 3 30 90 80 80 50 70 7 21 1 2 3 40 70 60 50 40 50 8 19 2 3 3 40 80 70 80 70 73 9 21 2 1 3 50 80 90 100 90 93
10 18 2 2 3 10 20 80 70 80 77 11 21 2 2 3 80 20 80 80 60 73 12 22 2 1 3 70 40 70 70 70 70 13 21 1 3 3 70 30 40 30 30 33 14 20 2 2 2 80 90 80 80 90 83 15 19 2 3 3 50 20 50 40 50 47 16 20 1 2 2 70 80 60 70 70 67 17 20 2 2 3 40 90 80 60 40 60 18 20 2 2 3 20 20 60 40 50 50 19 20 2 2 2 10 80 80 80 80 80 20 20 2 3 3 70 80 60 70 70 67 21 21 1 2 3 30 50 70 80 80 77 22 20 2 3 3 30 10 30 20 20 23 23 19 1 3 3 50 20 90 90 90 90 24 20 1 1 2 60 80 90 90 90 90 25 20 2 3 3 40 40 40 40 40 40 26 20 2 2 3 50 30 50 70 70 63 27 20 2 1 2 80 90 80 70 50 67 28 20 2 3 3 70 30 20 20 20 20 29 21 2 2 3 80 70 90 100 90 93 30 20 1 3 2 60 10 80 50 40 57 31 20 1 3 3 20 60 70 80 90 80
Jenis Kelamin : 1 = Laki-Laki, 2 = Perempuan IPK : 1 = 2,50-2,99; 2 = 3,00-3,50; 3 = >3,50
40
LAMPIRAN 3. HASIL PENGUJIAN STATISTIK
Statistik deskriptif
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
18,00 5 4,2 4,2 4,2
19,00 25 21,0 21,0 25,2
20,00 65 54,6 54,6 79,8
21,00 19 16,0 16,0 95,8
22,00 3 2,5 2,5 98,3
23,00 2 1,7 1,7 100,0
Total 119 100,0 100,0
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 32 26,9 26,9 26,9
Perempuan 87 73,1 73,1 100,0
Total 119 100,0 100,0
IPK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
2,50-2,99 15 12,6 12,6 12,6
3,00-3,50 59 49,6 49,6 62,2
>3,50 45 37,8 37,8 100,0
Total 119 100,0 100,0
41
Pengujian Randomisasi Usia
ANOVA
Kepatuhan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 527,918 5 105,584 ,225 ,951
Within Groups 53105,545 113 469,961 Total 53633,462 118
Jenis Kelamin
ANOVA
Kepatuhan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 21,761 1 21,761 ,047 ,828
Within Groups 53611,702 117 458,220 Total 53633,462 118
IPK
ANOVA
Kepatuhan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 167,949 2 83,974 ,182 ,834
Within Groups 53465,513 116 460,910 Total 53633,462 118
42
Pengujian Manipulasi Tax Amnesty
Group Statistics
Group_1 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Tax_Amnesty Tahu 59 74,2373 14,52743 1,89131
Tidak_Tahu 60 46,1667 22,25367 2,87294
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Tax_Amnesty
Equal variances
assumed 15,032 ,000 8,133 117 ,000 28,07062 3,45135 21,23541 34,90583
Equal variances not
assumed
8,161 101,776 ,000 28,07062 3,43960 21,24802 34,89322
Lingkungan
Group Statistics
Group_2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Lingkungan Baik 58 81,8966 15,61116 2,04985
Buruk 61 56,0656 27,46384 3,51638
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Lingkungan
Equal variances
assumed 49,565 ,000 6,264 117 ,000 25,83098 4,12352 17,66456 33,99740
Equal variances not
assumed
6,346 96,034 ,000 25,83098 4,07024 17,75166 33,91030
43
Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1 Group Statistics
Tax_Amnesty_1 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kepatuhan_1 Tahu 59 56,2373 19,66648 2,56036
Tidak_Tahu 60 70,9167 20,49828 2,64632
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kepatuhan_1
Equal variances
assumed ,002 ,967 -3,985 117 ,000 -14,67938 3,68347 -21,97429 -7,38446
Equal variances
not assumed
-3,987 116,930 ,000 -14,67938 3,68218 -21,97178 -7,38698
Hipotesis 2 Group Statistics
Lingkungan_2 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Kepatuhan_2 Baik 58 70,2069 20,09081 2,63805
Buruk 61 57,3934 20,71415 2,65217
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kepatuhan_2
Equal variances
assumed ,324 ,570 3,423 117 ,001 12,81345 3,74368 5,39930 20,22761
Equal variances
not assumed
3,425 116,952 ,001 12,81345 3,74077 5,40502 20,22188
44
Hipotesis 3 Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kepatuhan_3
Interaksi Mean Std. Deviation N
Tahu-Baik 61,7241 18,08294 29
Tahu-Buruk 50,9333 19,96537 30
Tidak_Tahu-Baik 78,6897 18,59167 29
Tidak_Tahu-Buruk 63,6452 19,76621 31
Total 63,6387 21,31949 119
Between-Subjects Factors
Value Label N
Interaksi
1,00 Tahu-Baik 29
2,00 Tahu-Buruk 30
3,00 Tidak_Tahu-
Baik 29
4,00 Tidak_Tahu-
Buruk 31
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Kepatuhan_3
Source Type III Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
Corrected Model 11518,499a 3 3839,500 10,484 ,000
Intercept 483223,525 1 483223,525 1319,500 ,000
Interaksi 11518,499 3 3839,500 10,484 ,000
Error 42114,963 115 366,217 Total 535569,000 119 Corrected Total 53633,462 118
a. R Squared = ,215 (Adjusted R Squared = ,194)
45
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kepatuhan_3
Tukey HSD
(I) Interaksi (J) Interaksi Mean Difference
(I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Tahu-Baik
Tahu-Buruk 10,7908 4,98351 ,139 -2,2012 23,7828
Tidak_Tahu-Baik -16,9655* 5,02557 ,005 -30,0672 -3,8639
Tidak_Tahu-Buruk -1,9210 4,94385 ,980 -14,8096 10,9676
Tahu-Buruk
Tahu-Baik -10,7908 4,98351 ,139 -23,7828 2,2012
Tidak_Tahu-Baik -27,7563* 4,98351 ,000 -40,7483 -14,7643
Tidak_Tahu-Buruk -12,7118 4,90109 ,052 -25,4890 ,0653
Tidak_Tahu-Baik
Tahu-Baik 16,9655* 5,02557 ,005 3,8639 30,0672
Tahu-Buruk 27,7563* 4,98351 ,000 14,7643 40,7483
Tidak_Tahu-Buruk 15,0445* 4,94385 ,015 2,1559 27,9331
Tidak_Tahu-Buruk
Tahu-Baik 1,9210 4,94385 ,980 -10,9676 14,8096
Tahu-Buruk 12,7118 4,90109 ,052 -,0653 25,4890
Tidak_Tahu-Baik -15,0445* 4,94385 ,015 -27,9331 -2,1559
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 366,217.
*. The mean difference is significant at the ,05 level.