Kemurahan Hati

9
By: AR. Rahadian 1

description

selalu berbagi dalam setiap situasi adalah hal yang sangat indah dan akan mendatangkan sukacita dalam kehiupan kita. Teruslah dalam hidup ini kita menyenangi akan bebagi dengan sesama.

Transcript of Kemurahan Hati

Page 2: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

KEMURAHAN HATI

Tahun ini merupakan tahun yang berat bagi kami, tidak seperti biasanya musim

kemarau tiba lebih cepat. Bulan- bulan ini seharusnya masih musim penghujan,

namun perubahan iklim yang sangat ekstrim tengah terjadi sehingga kini cuaca

pun berubah cepat tak terduga. Desa Sakerti yang terletak tepat di kaki gunung

Selayu, merupakan sebuah desa penghasil produk pertanian dan perkebunan

kedua terbesar bagi kecamatan Selawi, Kabupaten Sekajang. Namun Sudah tiga

bulan ini desa kami belum mendapatkan hujan, yang menyebabkan areal

persawahan menjadi kering, perkebunan tak dapat menghasilkan buah, dan

ancaman kelaparan menghantui sebagian besar penduduk desa. Profesi dari

penduduk desa Sakerti 90% disektor pertanian, perkebunan, perternakan dan

perikanan.

Berbagai cara telah di upayakan, dari berdoa bersama memohon hujan,

memperdalam sumur untuk mendapatkan sumber air dan juga meminta

bantuan pada pemerintahan setempat. Namun belum mendatangkan hasil dan

bantuan pemerintah yang kami harapkan segera datang pun ternyata tak ada.

Kami bahu-membahu secara swadaya melakukan segala cara agar kekeringan

ini tidak berlanjut dan yang utama untuk saat ini adalah pemenuhan air bersih.

Dimana pasokan air sudah semakin menipis bahkan sumur-sumur milik

masyrakat sebagian telah mengalami kekeringan. Didesa kami sebenarnya

memiliki empat titik sumber mataair yang bagus debitnya, namun kini yang

masih mengeluarkan air tinggal mataair Brojol wulan. Yang letaknya di lereng

bukit dan berjarak sekitar lima belas kilometer dari balai desa. Dan debit airnya

pun kini semakin berkurang, kemungkinan hanya dapat bertahan hingga

beberapa minggu ke depan. Kami kini hanya pasrah saja dan taktahu harus

berbuat apalagi dalam menghadapi persoalan ini.

Sementara itu, dari balik hutan tampak terlihat seorang ibu dengan jalan

2

Page 3: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

tertatih-tatih sambil menggendong beberapa kayu bakar di punggungnya serta

membawa pompa air di tangan kanannya. Hari belumlah pertengahan masih

terbilang pagi, namun cuacanya terasa sangat begitu terik. Dari balik wajahnya

terlihat jelas rasa lelah, bibirnya pun pecah-pecah dan warna kulitnya berubah

hitam, akibat terbakar sinar mathari. Saat memasuki areal jalan setapak yang

merupakan akses jalan alternatife menuju lapangan sepakbola, secara tak

sengaja kami pun berpapasan. Saya yang saat itu sedang mengendarai sepada

motor berhenti sejenak untik memberikan ibu tersebut lewat,

“ Maaf ibu, saya mengganggu perjalananannya, jikalau tidak keberatan

bagaimana kalau saya antar ke rumah ibu?” Sahutku sambil menawarkan

tumpangan,

“Oh nak Agus, nggak usah nak, terimakasih. Rumah ibu tinggal beberapa meter

lagi dari sini” Sahut ibu

“Tapi bu Aminah, saya ingin meringankan beban bawaannya dan juga hari sangat

terik, tentunya ibu sangat kelelahan” Aku pun memberikan alas an,

“Benaran nak Agus, nggak apa-apa, sekali lagi terimakasih” Ibu Aminah pun

tetap pada pendiriannya.

Melihat hal seperti itu aku pun memohon pamit dan melanjutkan perjalanan,

dalam hati aku kagum akan kegigihan ibu Aminah yang begitu ulet berjuang

dalam hidupnya. Ibu Aminah adalah seorang janda dan memiliki seorang anak

perempuan yang baru berusia delapan tahun, suaminya telah meninggal lima

tahun yang lalu di karenakan sebuah kecelakaan lalulintas. Dimana suami ibu

Aminah bekerja sebagai buruh pabrik di kota kecamatan, disaat usianya

menjelang paruh baya keluarga ini baru di karuniakan seorang anak. Sungguh

sebuah penantian yang panjang dimana mereka selama lima belas tahun

3

Page 4: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

menantikan keturunan, akhirnya doa mereka terjawab. Sepeninggal suaminya ia

bekerja sebagai buruh tani dan juga berjualan gorengan keliling kampung. Aku

benar-benar kagum akan ketaatan, kesabaran dan iman yang begitu besar yang

di miliki oleh ibu Aminah dan keluarga.

“Selamat siang sayang, tumben sudah pulang sekolah” Ibu Aminah menyapa

anaknya dengan lembut manakala dilihatnya, sedang duduk di bale-bale depan

rumahnya.

“Selamat siang ibu, tadi gurunya ada rapat jadi Sita pulang lebih awal” Jawab

anaknya sambil menjelaskan, kemudian, “Ibu aku lapar, adakah makanan yang

dapat kita makan?”

“Oh, ada rapat toh!, Sabarlah yah nak! Sebentar ibu buatkan makanan untukmu,

sementara itu engkau minumlah dahulu” Sahut ibunya, menenangkan anaknya

sambil memberikan minuman yang tersimpan di kendi,

Kemudian Ibu Aminah pun ke dapur untuk mempersiapkan makanan. Ia lihat ke

tempayan tempat simpanan berasnya ternyata sudah hamper habis, hanya

cukup untuk hari ini saja dan lauk yang tersisa tinggal satu ekor ikan asin sepat.

Tidak ada garam, kecap, minyak goreng bahkan bumbu dapur. Bagaimana ini

Tuhan, persediaan uangpun sudah tidak ada, apakah aku harus kembali meminta

bantuan ibu Amir pemilik kios dengan berhutang kembali? Manalah ia akan

memberikan, karena hutang ku yang lalu saja bemlum dapat aku lunasi. Kemarin

pun aku sudah mencobanya dan ia tidak memberikan keringanan malah yang

kudapat hanyalah hinaan dan cacian, aku pun taktahu harus bagaimana lagi,

modal untuk jualan tidak ada lagi telah habis terpakai untuk berobat Sisca tempo

hari, lengkap sudah susah ku hari ini…pikirnya. Tapi aku tak boleh mengeluh,

biarlah kesusahan hari ini menjadi kesukaran untuk hari ini dan aku yakin pasti

akan ada jalan keluarnya. Kemudian ia pun mencuci beras dan memasak beras

tersebut dan ikan asinya ia bakar di atas bara api. Sambil menunggu

4

Page 5: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

makanannya matang, ia pun mengajak Sisca bermain di halaman depan

rumahnya.

Sedang Ibu Aminah bersenda gurau bersama anaknya, datanglah seseorang dan

mendekati mereka, kemudian orang asing itupun berbicara kepada mereka,

“Selamat siang, mohon maaf apabila saya mengganggu kalian”

“Selamat siang pak, maaf bapak ini siapa dan ada keperluan apakah?” Ibu

Aminah pun bertanya, sambil hatinya agak khawatir dan ia pun langsung

menggendong Sisca,

“Aku ini seorang musafir yang mengembara, tujuanku adalah hendak ke desa

Kulon Hanaya yang berada di balik gunung Saluyu. Aku kelelahan dan bermaksud

menumpang istirahat sejenak, dan berharap mendapatkan segelas air putih

sebagai pelepas dahaga” Musafir itu pun menjelaskan,

“Baiklah bapak, silahkan istirahatlah dahulu di bale-bale ini dan aku akan ambilkan

air putih untuk engkau minum” Jawab Ibu Aminah sambil berlalu kedalam rumah

untuk mengambilkan air putih,

Tak lama kemudian ibu Aminah pun tiba, sambil menyodorkan segelas air putih ia

pun meletakan kendi tempat air minum, sambil berkata,

“Bapak silahkan di minum air putihnya, mudah-mudahan dapat melepaskan

dahaga”

5

Page 6: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

“Oh terimakasih anakku, engkau baik, sungguh baik” Ucap sang Musafir

kemudian “Emmh…wangi apakah ini sungguh sedap tercium”

“Oh itu, kami sedang masak nasi dan ikan asin bakar” Jawab ibu Aminah,

“Bolehkah engkau memberikan aku sepiring nasi, sebab aku sangat kelaparan

dikarenakan perutku belum terisi” Pinta sang Musafir,

Bagaimana ini? sedangkan anakku saja sedang lapar dan ini adalah persediaan

kami yang terakhir setelah ini habis, kami tentunya akan mati kelaparan, pikir

hatinya, kemudian Ibu Aminah pun berkata,

“Demi Allah yang hidup! Ini pun adalah persediaan kami yang terakhir dan kami

tak tahu setelah persediaan ini habis, apa yang hendak kami makan. Namun,

demi Allah yang Mahamencukupi! Kami rela dan ikhlas untuk memberikannya

kepada engkau” Begitulah ucap ibu Aminah, lantas ia pun kembali ke dalam

rumah dan ia membawakan sepiring nasi beserta sepotong ikan asin bakar,

sedangkan yang tersisa tinggalah sedikit nasi yang hanya cukup untuk anaknya.

“Silahkan bapak, silahkan di makan”

“Terimakasih anakku, engkau sungguh baik”

Ibu Aminah pun sedikit bergeser agak menjauh dan menenangkan putrinya

dalam gendongan agar ia tidak teringat pada laparnya. Dengan bersenandung

kecil ibu Aminah berusaha keras menina bobokan putrinya.

6

Page 7: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

“Anakku, terimakasih atas makanan, minuman dan tumpangannya. Namun

bolehkah aku meminta satu permintaan kepada engkau sebelum aku

melanjutkan perjalanan?” Setelah mengucapkan terimakasih, iapun

memohonkan satu permintaan kepada ibu Aminah.

“Sama-sama bapak, apakah permintaan engkau ya bapak?” Jawabnya,

“Aku hendak meminta sedikit bekal makanan untuk perjalananku, apakah dapat

engkau memberinya?”

“Dapat bapak, aku akan siapkan bekal untuk mu berupa makanan dan minuman,

namun hanya nasi saja yang tersisa padaku tanpa lauknya” Jawab ibu Aminah

dengan penuh kejujuran

“Tidak apa-apa anakku, sungguh engkau berhati mulia” Sahut sang Musafir,

Tidak lama kemudian ibu Aminah kembali dan memberikan bungkusan yang

berupa makanan dan minuman malah ia tambahkan dengan sebuah sarung

bekas peninggalan almarhum suaminya.

“Terimaksih anakku, engkau baik sekali. Sejak pagi aku berkeliling kampung dan

hanya engkau yang mau menerimaku dengan tangan terbuka dan memberikan

aku makan dan minum, bahkan engkau memberikan kelebihan dari semua hasil

yang ada padamu” sang Musafir pun berucap, lalu, “Aku tahu keadaanmu,

engkau pun dalam kesulitan namun mengapa masih mau berbagi padaku, dan

sesungguhnya engkau telah jujur pada dirimu sendiri”

“Sama-sama bapak, aku tahu bagaimana keadaanku kini dan yakin Ia yang

7

Page 8: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

Mahamencukupi pasti akan memberikan kecukupan. Dan aku pun sangat yakin

kepada-Nya, bahwa engkau ya bapak, engkau adalah manusia yang Ia utus

kepadaku dan lewat aku, engkau beroleh pertolongan. Aku tak

mengkhawatirkan bagaimana aku dan anakku kelak makan, dan persedian yang

ada pada kami hanyalah titipan dari-Nya bukan milik kami” Ibu Aminah pun

menjawab

“Begitu mulia hatimu anakku, aku adalah manusia biasa yang kebetulan lewat di

kampung ini. Aku berdoa kepada Dia yang hidup, agar memberi engkau

kecukupan dan Allah, memberikan keberhasilan dari apa yang engkau kerjakan

serta apa yang engkau katakan menjadi nyata” Doanya, kemudian Musafir itu

mohon diri dan berpamitan, ia pun kembali melanjutkan perjalanannya.

“Ibu….aku lapar, apa makananya telah masak?” Tanya putrinya setelah

terbangun dari tidur,

Ibu Aminah kaget luarbiasa dan ia pun bingung harus berkata apa, dan ia

membawa putrinya ke dalam untuk memberinya air minum, tetapi putrinya

berkata,

“Ibu, wangi apakah ini? sedap sekali, masakan ibu sudah matang yah?”

“…???..” Hanya kebingungan yang ada di benak ibu Aminah, sebab wangi

makanan ini begitu menggoda rasa laparnya yang amat sangat. Namun siapakah

gerangan yang memasaknya? Sebab didapurnya sudah tidak terdapat makanan.

Tetapi wanginya berasal dari dapur dan untuk menghilangkan penasaran maka,

ia pun ke dapur dan takjublah ia akan apa sedang ia lihat. Sebab di atas pancinya

terdapat makanan yang terbungkus daung pisang, ia pun langsung

menghampirinya dan ia lihat disana terdapat pepes ikan mas, sayur dan lauk

lainya, nasi yang tadi habis ternyata telah berisi kembali. Kemudian ia tengok

8

Page 9: Kemurahan Hati

By: AR. Rahadian

tempayannya terpenuhi beras, buli-bulinya penuh dengan minyak. Ia begitu

takjub melihat semua ini dan ia sujud tersungkur kepada Tuhan, memuji serta

bersyukur kepada-Nya. Keajaiban telah terjadi dalam hidupku, namun siapakah

gerangan Musafir itu? Ia hanya yakin bahwa musafir itu adalah seorang utusan

yang disuruh Tuhan untuk mendatanginya.

AR. RAHADIAN

http://www.ArsyImanuel.Blogspot.com

9