Kemi Skin An

17
PENDAHULUAN Kemiskinan bukanlah fenomena yang baru dalam kehidupan sosial. Ia merupakan fenomena sosial yang selalu menjadi atribut negara-negara dunia ketiga karena kemiskinan identik dengan negara dunia ketiga dan menjadi problem cukup serius. Banyak upaya dilakukan oleh penyelenggara negara untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi persoalan ini bagaikan mengurai benang kusut yang sulit dicari penyelesaiannya. Begitu pun dengan bangsa Indonesia, kemiskinan telah lama menjadi problematika dalam pembangunan dan belum ada tanda- tanda bahwa fenomena tersebut akan menghilang. Agka statistik terus saja memberikan informasi masih banyaknya jumlah penduduk miskin, yaitu sekitar 18% atatu lebih kurang 30 jiwa berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah ini sudah pasti bersifat dinamis sehingga naik dan turunnya angka kemiskinan adalah dua buah kemungkinan yang mutlak. Pemerintah memang memiliki perhatian besar terhadap masalah kemiskinan dan keberhasilan program tersebut telah disuarakan oleh pemerintah. Akan tetapi, angka statistik yang menunjukkan keberhasilan program pemerintah dalam hal kemiskinan masih menjadi pro dan kontra. Hal tersebut dipicu dengan “tren kemiskinan” yang telah menjamur di bangsa Indonesia. Selain itu, pakar-pakar yang kontra menganggap jika laporan keberhasilan adalah bentuk pencitraan agar opini masyarakat selalu positif. Kemiskinan di Indonesia pun tidak hanya terjadi di pedesaan, namun di daerah perkotaan pun tidak lepas dari

description

awd

Transcript of Kemi Skin An

Page 1: Kemi Skin An

PENDAHULUAN

Kemiskinan bukanlah fenomena yang baru dalam kehidupan sosial. Ia merupakan

fenomena sosial yang selalu menjadi atribut negara-negara dunia ketiga karena kemiskinan

identik dengan negara dunia ketiga dan menjadi problem cukup serius. Banyak upaya

dilakukan oleh penyelenggara negara untuk mengentaskan kemiskinan, tetapi persoalan ini

bagaikan mengurai benang kusut yang sulit dicari penyelesaiannya.

Begitu pun dengan bangsa Indonesia, kemiskinan telah lama menjadi problematika

dalam pembangunan dan belum ada tanda-tanda bahwa fenomena tersebut akan menghilang.

Agka statistik terus saja memberikan informasi masih banyaknya jumlah penduduk miskin,

yaitu sekitar 18% atatu lebih kurang 30 jiwa berada di bawah garis kemiskinan. Jumlah ini

sudah pasti bersifat dinamis sehingga naik dan turunnya angka kemiskinan adalah dua buah

kemungkinan yang mutlak.

Pemerintah memang memiliki perhatian besar terhadap masalah kemiskinan dan

keberhasilan program tersebut telah disuarakan oleh pemerintah. Akan tetapi, angka statistik

yang menunjukkan keberhasilan program pemerintah dalam hal kemiskinan masih menjadi

pro dan kontra. Hal tersebut dipicu dengan “tren kemiskinan” yang telah menjamur di bangsa

Indonesia. Selain itu, pakar-pakar yang kontra menganggap jika laporan keberhasilan adalah

bentuk pencitraan agar opini masyarakat selalu positif.

Kemiskinan di Indonesia pun tidak hanya terjadi di pedesaan, namun di daerah

perkotaan pun tidak lepas dari kemiskinan. Penduduk desa yang beramai-ramai bermigrasi ke

perkotaan untuk memperbaiki nasib, tetapi pertumbuhan sektor industri tidak meningkat

adalah salah satu penyebab kemiskinan. Perpindahan penduduk secara berlebih-lebihan ke

perkotaan memicu tingginya angka pertumbuhan penduduk, ledakan penduduk yang tinggi

di perkotaan, dan hal tersebut kurang menguntungkan karena sektor indusri yang tidak

meningkat justru akan membuat kompetisi semakin sengit.

Kemiskinan di perkotaan adalah akibat dari tingginya angka pertumbuhan penduduk

di daerah perkotaan. Keadaain ini antara lain disebabkan oleh migrasi desa-kota sebagai

faktor utama, yang dicirikan oleh pelaku migrasi kurang terdidik/ terampil sehingga mereka

tidak dapat bersaing untuk memperebutkan kesempatan ekonomi. Akibat selanjutnya adalah

pendapatan yang tidak dapat dipergubakan untuk memenuhi kebutuhan hidup layak.

Meskipun jumlah dan persentase penduduk miskin di kota lebih rendah daripada di pedesaan,

Page 2: Kemi Skin An

penurunan jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan jauh lebih lembat daripada daerah

pedesaan.

Page 3: Kemi Skin An

PEMBAHASAN

A. Kemiskinan

1. Definisi dan Gambaran Kemiskinan

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas mengemukakan batasan

kemiskinan sebagai keadaan di mana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk

dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berteduh, dan air minum, hal-hal ini

berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan lazimnya digambarkan sebagai

gejala kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang pokok. Terdapat tiga

gambaran umum mengenai kemiskinan, yaitu sebagai berikut.

a. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan

sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam

arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan

dasar.

b. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Hal ini mencakup masalah-

masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

c. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dna kekayaan yang memadai.

Menurut Kuncoro, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk

memenuhi standar hidup minimum. Definisi ini menyiratkan tiga pertanyaan dasar,

yaitu: (1) Bagaimana mengukur standar hidup? (2) Apa yang dimaksud dengan

standar hidup? (3) Seperti apa indikator sederhana yang mampu mewakili masalah

kemiskinan yang begitu rumit? Terdapat beberapa istilah dalam kajian kemiskinan,

antara lain sebagai berikut.

a. Proverty line (garis kemiskinan). Yaitu tingkat konsumsi rumah tangga

minimum yang dapat diterima secara sosial. Ia biasanya dihitung berdasarkan

income yang dua pertiganya digunakan untuk keranjang pangan yang dihitung

oleh ahli statistic kesejahteraan sebagai persediaan kalori dan protein utama

yang paling murah.

b. Absolute and relative proverty (kemiskinan absolut dan relatif). Kemiskinan

absolut adalah kemiskinan yang jatuh di bawah standar konsumsi minimum

Page 4: Kemi Skin An

dan karenanya tergantung pada kebaikan (karitas/amal). Adapun relatif adalah

kemiskinan yang eksis di atas garis kemiskinan absolut yang sering dianggap

sebagai kesenjangan antara kelompok miskin dan kelompok nonmiskin

berdasarkan income relatif.

c. Deserving poor adalah kaum miskin yang mau peduli dengan harapan orang-

orang nonmiskin, bersih, bertanggung jawab, mau menerima pekerjaan apa

saja demi memperoleh upah yang ditawarkan.

d. Target population (populasi sasaran) adalag kelompok orang tertentu yang

dijadikan sebagai objek dan kebijakan serta program pemerintah.

2. Bentuk Kemiskinan

a. Kemiskinan absolut

Yaitu kemiskinan di mana orang-orang miskin memiliki tingkat

pendapatan di bawah garis kemiskinan atau jumlah pendapatan tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan hidup minimum antara lain

diukur dengan kebutuhan pangan , sandang, kesehatan, perumahan, dan

pendidikan, kalori, GNP per kapita, dan pengeluaran konsumsi. Bank Dunia

mendefinisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah

USD $1/ hari dan kemiskinan menangah untuk pendapatan di bawah $2/ hari.

b. Kemiskinan relatif

Yaitu kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara tingkat

pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya. Di samping itu, terdapat bentuk-

bentuk kemiskinan kemiskinan sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan,

yaitu: (1) kemiskinan natural, (2) kultural, dan (3) struktural.

1) Kemiskinan natural adalah kemiskinan karena dari awalnya memang miskin

atau persisten proverty (kemiskinan turun-temurun). Kelompok masyarakat ini

menjadi miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai, baik

sumber daya alam, manusia, maupun pembangunan, atau kalaupun mereka

ikut serta dalam pembangunan , mereka hanya mendapatkan imbalan

pendapatan rendah. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan

disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut,

atau karena bencana alam.

Page 5: Kemi Skin An

2) Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok

masyarakat yang disebabkan gaya hidup, kebiasaan hidup, dan budaya hidup

di mana mereka tidak merasa kekurangan sehingga tidak mudah diajak

berpasrtisipasi dalam pembangunan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan

Baswir bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti malas, tidak disiplin, dan

boros.

3) Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor

buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset

produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan masyarakat

tertentu. Selanjutnya, Sumodiningrat mengatakan bahwa munculnya

kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan

natural, yaitu dengan direncanakan bermacam-macam program kebijakan,

namun dalam pelaksanaan tidak seimbang sehingga menimbulkan

ketimpangan sosial.

3. Sebab dan Indikator Kemiskinan

Alif Basuki dan Yanur Endar Prasetyo (Widodo, 2011: 59),

mengidentifikasikan sebab dan akibat dimensi kemiskinan sebagai berikut:

a. Ketidakmampuan mengakses pekerjaan

b. Ketidakmampuan memperoleh pendidikan

c. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar

d. Rendahnya sumber daya manusia

e. Rentan terhadap goncangan perubahan

f. Termarginalkan sosial

g. Disfabel usaha

h. Tidak memiliki sumber daya alam

i. Ketiadaan jaminan masa depan

j. Ketidakmampuan sosiailitas

k. Adanya bencana alam

l. Adanya ketimpangan ekonomi

m. Rendahnya kualitas kebijakan pemerintah dalam menata ekonomi negara

n. Faktor budaya di mana konsep pemikiran narima ing pandum

Page 6: Kemi Skin An

Selain itu, kemiskinan banyak dihubungkan dengan beberapa hal berikut ini:

a. Penyebab individual atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari

perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.

b. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dan pendidikan keluarga.

c. Penyebab subbudaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan

kehidupan sehari-hari, dipelajari, atau dijalankan dalam lingkungan sekitar.

d. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain,

termasuk perang, pemerintah, dan ekonmi.

e. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil

dari struktur sosial.

Interaksi antarvariabel kemiskinan bersifat rumit, sehingga muncul teori

kemiskinan, yaitu lingkaran setan (devil circle of poverty) seperti yang dilontarkan

oleh Malasis. Fakta yang menjadi indikator adanya penduduk miskin antara lain: (1)

pengemis, (2) perumahan kumuh, (3) gelandangan, (4) tingkat kesejahteraan rendah,

(5) banyaknya buta huruf, (6) kadar gizi makanan rendah, dan sebagainya.

4. Kemiskinan Struktural

Kemiskinan bangsa Indonesia dikaitkan erat dengan struktur sosial yang ada,

di mana rakyat mengalami ketidakberdayaan ketika menghadapi struktur sosial di

dalam mengubah sedikit nasib. Kemiskinan yang demikian sering dinamakan

kemiskinan struktural. Selo Soemardjan mendefinisikan kemiskinan struktural sebagai

kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial

masyarakat ini memungkinkan golongan masyarakat ini tidak ikut menggunakan

sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Secara teoritis,

kemiskinan struktural diartikan sebagai suasana kemiskinan yang dialami oleh

masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial yang berlaku

sedemikian rupa sehingga keadaan kelompok yang termasuk golongan miskin tampak

tidak berdaya untuk mengubah nasibnya dan mengekang mereka ke dalam suasana

kemiskinan secara turun-temurun selama bertahun-tahun.

Menurut Kartasasmita hal ini disebut accidebtal poverty, yaitu kemiskinan

dampak dari kebijakan tertentu yang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Masalah-masalah kemiskinan tersebut di atas menurut Nurkese sebagai lingkaran

setan kemiskinan yang meliputi enam unsur, yaitu: keterbelakangan, kekurangan

modal, investasi rendah, tabungan rendah, pendapatan redah, dan produksi rendah.

Page 7: Kemi Skin An

Ciri-ciri utama kemiskinan struktural:

a. Tidak terjadi atau jarang terjadi mobilitas sosial vertikal. Mereka yang hidup di

dalam kemiskinan akan tetap hidup miskin, sedangkan mereka yang hidup dalam

kemewahan akan tetap kaya dan tetap menikmati kekayaan dan kemewahannya.

Keterbatasan dan ketidakpunyaan modal dan keterampilan menyebabkan si miskin

tidak memiliki peluang untuk usaha dalam rangka mengubah statusnya sebagai

kelompok miskin.

b. Timbulnya ketergantungan yang kuat antara si miskin terhadap kelas sosial

ekonomi di atasnya. Ketergantungan inilah yang selama ini berperan besar dalam

memerosotkan kemampuan si miskin untuk bargaining dalam hubungan sosial

yang sudah timpang antara pemilik tanah dan penggarap, majikan dan buruh, dan

sebagainya. Kelompok miskin relatif tidak dapat berbuat apa-apa atas eksploitasi

dan proses marginalisasi yang dialaminya karena mereka tidak memiliki alternatif

pilihan untuk menentukan nasib ke arah yang lebih baik.

5. Permasalahan yang Dihadapi dalam Program Penanggulangan Kemiskinan

Untuk menekan jumlah penduduk miskin yang masih cukup besar dan

mengatasi masalah kemiskinan yang kompleks dan luas dituntut penanganan yang

komprehensif dan berkelanjutan. Beberapa permasalahan yang masih menjadi beban

dalam rangka mengentaskan kemiskinan hingga tahun 2006 sntara lain:

a. Tingginya tingkat inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kenaikan harga BBM sering kali menjadi pemicu inflasi, dengan dampak yang

paling terasa ialah menambah kemiskinan masyarakat perkotaan. Artinya jika

kenaikan harga BBM memicu naiknya tingkat produksi dan distribusi bahan serta

jasa, sedangkan tingkat pendapatan masyarakat tetap, maka itu berarti terjadi

gejala penurunan pendapatan.

b. Belum meratanya program pembangunan, khususnya di pedesaan, luar Pulau

Jawa, daerah terpencil, dan daerah perbatasan. Sekitar 63,3% penduduk miskin

hidup di daerah pedesaa. Secara peresentase terhadap jumlah penduduk di daerah

ini, kemiskinan di luar Pulau Jawa termasuk Nusa Tenggara, Maluku, dan Papya

juga lebih tinggi dibandingkan Pulau Jawa. Oleh karena itu, upaya penanganan

kemiskinan seharusnya lebih fokus di daerah-daerah ini.

c. Masih terbatasnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar, seperti

akses pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan, terpenuhinya kebutuhan gizi

Page 8: Kemi Skin An

yang memadai untuk kesehatan, dan terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal yang

layak.

d. Masih besarnya jumlah penduduk yang rentan untuk jatuh miskin, baik karena

guncangan ekonomu, bencana alam, dan juga akibat kurangnya akses terhadap

pelayanan dasar dan sosial. Hal ini menjadi permasalahan krusial yang harus

dihadapi dalam penanganan kemiskinan.

e. Kondisi kemiskinan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga kebutuhan pokok.

Fluktuasi ini berdampak besar pada daya beli masyarakat miskin. Sehubungan

dengan ini, upaya penanggulangan kemiskinan melalui stabilitas harga kebutuhan

pokok harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu agar penanggulangan

dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Selain itu, masih banyak kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan

dan program penanggulangan kemiskinan dari 2005-2008. Kendala-kendala tersebut

di antaranya:

a. Tingginya inflasi pada 2005 yang mencapau 175 menyebabkan garis kemiskina

pada tahun 2006 naik sigifikan sehingga meningkatkan jumlah penduduk yang

berada di bawah garis kemiskinan.

b. Naiknya harga minyak dunia yang cukup besar telah mempersempit ruang gerak

fiscal untuk melakukan ekspansi program pengentasan kemiskinan.

c. Rangkaian bencana alam di beberapa daerah mengakibatkan beralihnya fokus

pelaksanaan program pembangunan dan petumbuhan. Akibatnya, pelaksanan

program pengentasan kemiskinan menjadi tidak optimal.

d. Banyaknya program multisektor dan regional yang ditujukan untuk mengurangi

kemiskinan, ternyata masih sangat sektoral dan kurang terintegrassi sehingga

mengakibatkan nrendahnya efektivitas dan efisinsi program ini.

e. Oemahaman dan kemampuan pemuda untuk melakukan sinergi terhada program

masih beragam dan belum optimal sehingga penurunan kemiskinan belum

signifikan.

f. Terbatasnya akses sumber pendapatan bagi masyarakat miskin dan nmasih

rendahnya kapasitas serta produktivitas usaha untuk memperluas kesempatan

kerja dan terciptanya kegiatan ekonomi bagi masyarakat miskin.

Page 9: Kemi Skin An

6. Penanggulangan Kemiskinan

a. Pemberdayaan masyarakat miskin

Blanchard mendefinisikan bahwa pemberdayaan sebagai upaya untuk

menguraika belenggu yang membelit masyarakat terutama yang berkaitan dengan

pengetahuan, pengalaman, motivasi. Adapun pemberdayaan masyarakat yang

dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat di mana kondisi sekarang tidak mampu utnuk melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan

masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan meningkatkan kemandirian

masyarakat.

Definisi tersebut memandang keterlibatan atau partisipasi masyarakat

mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, dan penikmatan

keputusan hasil evaluasi. Partisipasi dalam konteks ini diartikan sebagai

mengikutsertakan masyarakat untuk mulai sadar akan situasi dan masalah yang

dihadapinya, serta berupaya untuk mencari jalan keluar yanh dapat dipakai demi

mengatasi masalahnya.

Sehubungan dengan konsep tersebut, Soetisno menyatakan bahwa ada dua

model pengertian pastisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu:

1) Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap

rencana proyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannya oleh

perencana. Dipandang dari sudut sosiologis definisi ini tidak dapat dikatakn

sebagai partisipasi rakyat dalam pembangunan, melainkan mobilisasi rakyat

dalam pembangunan.

2) Partisipasi dalam pembangunan merupakan kerja sama yang erat antara

perencara dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan

mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai.

Upaya masyarakat miskin melibatkan diri dalam proses pembangunan

melalui power yang dimilikinya merupakan bagian dari pembangunan manusi.

Upaya ini bentuk dari perberdayaan masyarakat yang tidak lain untuk menggali

kemampuan masing-masing keluarga miskin dalam mewujudkan harapannya.

Dengan kata lain, pemeberdayaan masyarakat merupakan upaya

mengkalkulasikan dirinya sebagai objek meningkatkan hidupnya dengan memakai

daya yang ada padanya serta dibantu juga dengan daya yang dimiliki subjek.

Page 10: Kemi Skin An

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat merupakan pemberian hak

pada masyarakat untuk dapat meningkatkan daya atau kemampuan sendiri. Upaya

pemberdayaan dapat juga dilakukan melalui tiga jurusan, yaitu:

1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.

Titik tolak adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki

potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk

membangun daya ini dengan mendorong, memberikan motivasi, dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk

mengembangkan.

2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata,

penyediaan berbagai masukan, serta pembukaan akses ke berbagai peluang

yang akan membuat masyarakat makin berdaya dalam memanfaatkan peluang.

3) Memberdayakan mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan

harus dicegah yang lemah menjadi semakin lemah dan menciptakan

kebersamaan serta kemitraan antara yang sudah maju dan yang belum maju.

Secara khusus perhatian harus diberikan dengan keberpihakan melalui

pembangunan ekonomi rakyat, yaitu ekonomi usaha keci termasuk koperasi,

agar ntidak makin tertinggal jauh, melainkan justru dapat memanfaatkan

momentum globalisasi bagi pertumbuhannya.

Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat adalah senuah konsep

pembangunan ekonomi dan politik dan politik yang merangkum berbagai nilai

sosial. Konsep ini mencerminkan paradigm baru pembangunan, yakni berpusat

pada rakyat, partisipatoris, memberdayakan dan berkelanjutan. Konsep ini lebih

luas dari pemberdayaan masyarakat yang hanya semata-mata untuk memenuhi

kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses

kemiskinan lebih lanjut. Alternatif konsep pertumbuhan ini oleh Friedmann

disebut sebagai pembangunan alternatif yang menghendaki demokrasi inklusif,

pertumbuhan ekonomi yang memadai, kesetaraan gender, dan persamaan antara

generasi.

b. Program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin)

Gerdu Taskin merupakan program yang dikembangkan oleh Kantor

Menteri Kesra dan Taskin. Program merupakan pengentasan kemiskinan yang

Page 11: Kemi Skin An

terpadu dan menyeluruh yang dilakukan oleh pemerintah, kalangan swasta,

lembaga swadaya, dan organisasi kemasyarakatan (LSOM), masyarakat luas, dan

keluarga miskin itu sendiri. Keunggulan program Gerdu Taskin ini adalah

keterpaduan dan sasaran untuk menanggulangi sebab-sebab terjadinya

kemiskinan sehingga kondisi kesejahteraan penduduk target program yang lebih

baik dapat dicapai. Atas dasar hal tersebut, maka prinsip dasar yang diterapkan

dalam Gerdu Taskin secara nasional, meliputi:

1) Memperlakukan keluarga/ penduduk miskin sebagai subjek, dengan

melibatkan keluarga sasaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan,dan

penilaian.

2) Dukungan yang diberikan diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan,

memberdayakan masyarakat dan keluarga miskin, mencegah timbulnya

kemiskinan, dan melindungi keluarga miskin sesuai dengan kebutuhan dan

potensi yang dimiliki keluarga sasaran serta memberikan peluang yang ada di

lingkungannya.

3) Dukungan yang diberikan secara menyeluruh dalam bentuk kebijaksanaan,

peraturan, program, dan kegiatan-kegiatan yang membantu keluarga miskin

untuk memenuhi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, menumbuhkan

wawasan, pengetahuan, sikap, dan perilaku ekonomi yang produktif, serta

memberikan kemampuan, dan akses yang lebih besar untuk mengembangan

usaha dan meningkatkan kesejahteraan.

4) Pengembangan potensi keluarga/ penduduk miskin dilakukan melalui

pendekatan kelompok dengan disertai pendamping mandiri yang berasal dari

instansi pemerintah, kalangan swasta, LSOM, dan masyarakat.

B. Perkotaan

1. Pengertian dan Kriteria Perkotaan

Kota atau perkotaan diidentikkan dengan bentuk kehidupan masyarakat yang

sangat individual, penuh kemewahan, gedung-gedung yang menjulang tinggi,

kendaraan yang lalu lalang hingga mengundang kemacetan, perkantoran yang mewah,

dan pabrik-pabrik yang besar. Kota sering kali dianggap sebagai semua tempat tujuan

masyarakat pedesaan untuk mencari pekerjaan, sebab pusat-pusat industri dan

Page 12: Kemi Skin An

perpabrikan banyak berdiri di daerah perkotaan. Selain itu, kota menampilkan

sejumlah bangunan yang berfungsi dalam kegiatan pemukiman, industri,

perdagangan, administrasi, pengajaran, keagamaan, dan hiburan dalam wilayah

tertentu. Beberapa ahli menyatakan bahwa kota tidak akan terlepas dari