KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN...

464
- 1 - KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Jalan Patimura Nomor 20 Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110 Telepon (021) 72796158 Faximili (021) 72796155 Kepada yang terhormat, 1. Para Gubernur di seluruh Indonesia; 2. Para Walikota/Bupati di seluruh Indonesia; 3. Para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia yang membidangi bangunan gedung dan lingkungan. SURAT EDARAN NOMOR: 86/SE/DC/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU A. UMUM Dalam upaya melaksanakan mitigasi perubahan iklim dengan mendorong segera mewujudkan bangunan hijau yang hemat dalam penggunaan energi, air dan sumber daya lainnya pada bangunan gedung khususnya milik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya perlu segera ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk memudahkan masyarakat dan pemerintah mewujudkan bangunan hijau yang sesuai amanat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau diperlukan panduan untuk pemenuhan persyaratan dan

Transcript of KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN...

- 1 -

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A Jalan Patimura Nomor 20 Kebayoran Baru - Jakarta Selatan 12110 Telepon (021) 72796158 Faximili (021) 72796155

Kepada yang terhormat,

1. Para Gubernur di seluruh Indonesia;

2. Para Walikota/Bupati di seluruh Indonesia;

3. Para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia yang membidangi

bangunan gedung dan lingkungan.

SURAT EDARAN

NOMOR: 86/SE/DC/2016

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS

PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

A. UMUM

Dalam upaya melaksanakan mitigasi perubahan iklim

dengan mendorong segera mewujudkan bangunan hijau

yang hemat dalam penggunaan energi, air dan sumber daya

lainnya pada bangunan gedung khususnya milik

pemerintah maupun masyarakat pada umumnya perlu

segera ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Untuk memudahkan masyarakat dan pemerintah

mewujudkan bangunan hijau yang sesuai amanat dalam

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan Gedung Hijau

diperlukan panduan untuk pemenuhan persyaratan dan

- 2 -

pelaksanaannya untuk diterapkan pada bangunan gedung

baru maupun yang telah dimanfaatkan.

Bangunan Gedung Hijau (BGH) dikenai persyaratan BGH

dibagi menjadi kategori wajib, disarankan, dan sukarela.

Berdasarkan petunjuk teknis ini Bangunan Gedung

diberikan penilaian dan sertifikasi terhadap penerapan

persyaratan BGH. Penilaian dan sertifikasi diberikan oleh

pemerintah Kabupaten/Kota untuk menunjukan kinerja

dari sebuah BGH dalam mendukung mitigasi perubahan

iklim. Petunjuk teknis ini diharapkan mempermudah

masyarakat dalam menerapkan persyaratan BGH secara

bertahap untuk BGH kategori disarankan dan sukarela,

maupun bagi kelompok masyarakat yang akan membentuk

Hunian Hijau Masyarakat (H2M) dalam suatu lingkungan

permukiman.

B. DASAR PEMBENTUKAN

1. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang

Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4532);

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 97/TPA

Tahun 2016 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan

Dari Dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di

Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat;

- 3 -

3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis

Bangunan Gedung;

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi

Bangunan Gedung;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor

26/PRT/M/2007 tentang Tim Ahli Bangunan Gedung;

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan

Gedung Hijau (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2015 Nomor 309);

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2015 Nomor 16); dan

8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat Nomor 05/PRT/M/2016 tentang Izin Mendirikan

Bangunan Gedung (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 276);

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Surat edaran ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam

pelaksanaan penilaian persyaratan, tata cara penilaian

kinerja, dan penerbitan sertifikat dan plakat BGH, serta

penyelenggaraan H2M.

Surat edaran ini bertujuan untuk mewujudkan bangunan

gedung hijau dan H2M yang berkelanjutan.

- 4 -

D. RUANG LINGKUP

Lingkup Surat Edaran ini mencakup:

1. Pemenuhan persyaratan BGH;

2. Tata cara penilaian kinerja BGH;

3. Penerbitan sertifikat dan plakat BGH; dan

4. Penyelenggaraan H2M.

E. PEMENUHAN PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

Bangunan Gedung Hijau yang meliputi bangunan gedung

baru dan bangunan gedung yang telah dimanfaatkan,

dikenai persyaratan BGH yang dibagi menjadi kategori:

1. Wajib (Mandatory);

2. Disarankan (Recommended); dan

3. Sukarela (Voluntary).

Tata cara pemenuhan persyaratan BGH meliputi bangunan

gedung baru atau pengubahsuaian (retrofitting) pada

bangunan gedung yang telah dimanfaatkan, dalam

pemenuhan persyaratannya dibagi menjadi tahapan

pemrograman, perencanaan, pelaksanaan konstruksi,

pemanfaatan bangunan tidak sederhana maupun bangunan

sederhana.

Tata cara pemenuhan persyaratan BGH pada bangunan

gedung baru maupun bangunan gedung yang telah

dimanfaatkan pada Kategori Wajib, dilaksanakan tidak

melalui pentahapan berdasarkan waktu.

Bangunan gedung hijau baru adalah bangunan gedung

yang sejak awal di bangunan telah memiliki konsep BGH

dan menerapkan konsep hijau dapat setiap tahapan

- 5 -

penyelenggaraannya hingga siap dimanfaatkan setelah

mendapatkan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

Bangunan gedung hijau pengubahsuaian (retrofitting)

adalah bangunan gedung yang telah dimanfaatkan dan

telah dilakukan penilaian kinerja serta telah dilakukan

adaptasi berdasarkan persyaratan BGH.

Bangunan gedung hijau yang telah dimanfaatkan adalah

bangunan gedung yang telah mendapatkan Sertifikat Laik

Fungsi (SLF) dan memenuhi persyaratan BGH, serta

melakukan rangkaian kegiatan praktik hijau dalam masa

pemanfaatan sesuai dengan fungsinya, termasuk

didalamnya terdapat kegiatan pemeliharaan, pemeriksaan

berkala, dan perawatan bangunan agar kinerja yang

diinginkan tetap terjaga.

F. PENYELENGGARAAN HUNIAN HIJAU MASYARAKAT (H2M)

Hunian Hijau Masyarakat adalah suatu kumpulan hunian

hijau yang menerapkan persyaratan BGH. Penyelenggaraan

kegiatan Hunian Hijau Masyarakat (H2M) dilakukan setelah

adanya usulan/permohonan dari kelompok masyarakat

yang berinisiatif membentuk kelompok H2M di

lingkungannya. Kegiatan ini diselenggarakan setelah

Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung Hijau (Perda

BGH) dan/atau Peraturan Walikota/Peraturan Bupati

(Perwal/Perbup) ditetapkan. Pembinaan penyelenggaraan

H2M dilakukan oleh pemerintah Kabupaten/Kota atau

pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta melalui

pendampingan berupa pemberian bantuan teknis

- 6 -

penyusunan Rencana Kerja Hunian Hijau Masyarakat

(RKH2M).

Dalam pelaksanaannya penyelenggaraan H2M akan terbagi

menjadi 4 tahapan meliputi:

1. Penyusunan Rencana Kerja Hunian Hijau Masyarakat

(RKH2M);

2. Pelaksanaan Konstruksi Hunian Hijau Masyarakat;

3. Pemanfaatan Hunian Hijau Masyarakat; dan

4. Pembongkaran Hunian Hijau Masyarakat.

Penyelenggaraan H2M dilaksanakan dengan metode dan

teknologi yang mengedepankan kelaikan fungsi,

keterjangkauan, dan kinerja terukur, serta memiliki

Indikator Kinerja yang berupa:

1. Pengurangan konsumsi energi;

2. Pengurangan konsumsi air;

3. Pengelolaan sampah secara mandiri;

4. Penggunaan material bangunan lokal dan ramah

lingkungan; dan

5. Pengoptimalan fungsi ruang terbuka hijau pekarangan.

G. PEMENUHAN PERSYARATAN BERTAHAP

Pemenuhan persyaratan BGH secara bertahap merupakan

upaya penyelenggaraan BGH yang realistis berdasarkan

potensi dan kendala yang ada. Bangunan gedung yang

dapat melakukan pemenuhan persyaratan BGH secara

bertahap adalah bangunan yang tergolong dalam tingkat

pengenaan disarankan (recommended) dan sukarela

(voluntary).

- 7 -

Pelaksanaan pemenuhan persyaratan bertahap

dilaksanakan secara mandiri oleh pemilik bangunan gedung

untuk mengurangi konsumsi energi, air dan sumber daya

lainnya. Pemerintah Kabupaten/Kota dapat melakukan

pemantauan dan memberikan masukan teknis kepada

pemilik bangunan gedung untuk mencapai pemenuhan

persyaratan sesuai dengan yang di rencanakan.

Pelaksanaan pemenuhan bertahap dapat diberikan rentang

waktu pemenuhan persyaratan.

Untuk mendorong pelaksanaan ubahsuai bangunan ini,

pemerintah wajib menerapkan insentif dan disinsentif dalam

jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan melalui Perda

BGH dan/atau Perwal/Perbup untuk mendukung program

bangunan gedung hijau.

H. PEMERINGKATAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

Pemeringkatan BGH dilakukan untuk menunjukan sejauh

mana penerapan persyaratan sebagai BGH di setiap

tahapan penyelenggaraannya. Pemeringkatan menjadi dasar

penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau yang di bagi

menjadi 3 (tiga) peringkat, yaitu :

1. Sertifikat Utama;

2. Sertifikat Madya; dan

3. Sertifikat Pratama.

I. SERTIFIKASI

Sertifikasi adalah jenis pelaksanaan penilaian kinerja BGH

yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung pada

- 8 -

kategori wajib. Penilaian kinerja bangunan gedung pada

kategori disarankan dan sukarela dilakukan atas

permintaan dari pemilik bangunan.

Penilaian kinerja BGH dilakukan di setiap tahapan dari

penyelenggaraan bangunan gedung yaitu tahap

pemrograman dan perencanaan teknis, tahap pelaksanaan

konstruksi, tahap pemanfaatan dan tahap pembongkaran.

Pelaksanaan sertifikasi BGH didahului dengan penilaian

kinerja pada bangunan gedung yang diperiksa, dengan

menggunakan daftar simak pemeriksaan sesuai dengan

tahapannya. Penilaian kinerja BGH ini menggunakan

borang (formulir) penilaian kinerja yang tidak terpisah dari

Surat Edaran ini.

Pelaksanaan sertifikasi ini dilakukan oleh instansi teknis

pembina penyelenggaraan bangunan gedung, dan diberikan

bersamaan dengan terbitnya IMB untuk bangunan dalam

tahap perencanaan dan SLF untuk pada tahap

pemanfaatan.

J. PEMBINAAN

Pemerintah melakukan pembinaan secara berjenjang dalam

rangka mewujudkan BGH untuk mendukung antara lain

Rencana Aksi Mitigasi Perubahan Iklim serta Konservasi

Energi dan air.

Pembinaan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

dilaksanakan melalui kegiatan pengaturan, pemberdayaan,

dan pengawasan untuk mewujudkan bangunan gedung

- 9 -

hijau yang memenuhi aspek persyaratan administratif dan

teknis sebagai bangunan gedung hijau.

K. PENUTUP

Surat Edaran ini merupakan petunjuk teknis dalam

pelaksanaan penyelenggaraan BGH dan ketentuan lebih

lanjut mengenai:

1. pemenuhan persyaratan banguan gedung hijau;

2. tata cara penilaian kinerja bangunan gedung hijau; dan

3. penerbitan sertifikat dan plakat bangunan gedung hijau.

tercantum sebagai Lampiran yang tidak terpisahkan dari

Surat Edaran ini.

Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Demikian, atas perhatian Saudara disampaikan terima

kasih.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 29 Desember 2016

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,

ttd.

Ir. SRI HARTOYO, Dipl. SE., ME.

NIP. 195805311986031002

- 1 -

LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

NOMOR: 86/SE/DC/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PEMENUHAN PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

HIJAU

A. KATEGORI PENGENAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

Bangunan gedung yang dikenai persyaratan bangunan gedung

hijau meliputi bangunan gedung baru dan bangunan gedung

yang telah dimanfaatkan. Bangunan gedung yang dikenai

persyaratan bangunan gedung hijau dibagi menjadi kategori

wajib (mandatory), disarankan (recommended), dan sukarela

(voluntary).

1. Bangunan gedung yang wajib (mandatory) mengikuti

persyaratan bangunan gedung hijau sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) yang meliputi:

a. Bangunan gedung kelas 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengan

kompleksitas tidak sederhana atau khusus dan memiliki

ketinggian bangunan gedung tinggi atau sedang;

b. Bangunan gedung kelas 6, 7, 8, 9a dan 9b dengan

ketinggian bangunan gedung sampai dengan 2 lantai

dan luas total lantai lebih dari 5.000 m²;

c. Bangunan gedung yang mengonsumsi energi, air dan

sumber daya lainnya dengan jumlah yang sangat besar

dan memiliki potensi penghematan cukup signifikan;

dan/atau

- 2 -

d. Bangunan gedung yang ditetapkan pemerintah

Kabupaten/Kota atau pemerintah Provinsi untuk DKI

Jakarta berdasarkan urgensi dan kondisi serta

penerapan kebijakan penghematan energi, air, dan

sumber daya lainnya di daerah.

2. Bangunan gedung yang disarankan (recommended)

mengikuti persyaratan bangunan gedung hijau

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang meliputi:

a. Bangunan gedung hunian kelas 1, 2, dan 3 dengan

kompleksitas tidak sederhana dan ketinggian bangunan

gedung hunian tinggi atau sedang, termasuk bangunan

gedung hunian yang memiliki besmen;

b. Bangunan gedung kelas 8, 9a, dan 9b dengan

kompleksitas sederhana dan dengan ketinggian sampai

dengan 2 lantai tetapi memiliki luas total lantai 500 m²

sampai 5.000 m²;

c. Bangunan gedung hijau untuk hunian dengan

kompleksitas tidak sederhana yang persyaratan

teknisnya diatur tersendiri;

d. Bangunan gedung yang mengonsumsi energi, air dan

sumber daya lainnya dengan jumlah yang cukup besar

dan memiliki potensi penghematan; dan/atau

e. Bangunan gedung yang ditetapkan oleh Bupati/

Walikota atau Gubernur DKI Jakarta berdasarkan

urgensi dan kondisi serta penerapan kebijakan

penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya di

daerah.

- 3 -

3. Bangunan gedung yang sukarela (voluntary) mengikuti

persyaratan bangunan gedung hijau sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) yang meliputi:

a. Bangunan gedung kelas 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengan

kompleksitas sederhana;

b. Bangunan gedung kelas 1, 2, dan 3 dengan

kompleksitas sederhana;

c. H2M dengan kompleksitas sederhana diatur tersendiri

sesuai dengan

d. RKH2M; dan/atau

e. Bangunan gedung yang ditetapkan oleh Bupati/

Walikota atau Gubernur DKI Jakarta berdasarkan

urgensi dan kondisi serta penerapan kebijakan

penghematan energi, air, dan sumber daya lainnya di

daerah.

B. TATA CARA PEMENUHAN PERSYARATAN BANGUNAN

GEDUNG HIJAU UNTUK BANGUNAN BARU ATAU

PENGUBAHSUAIAN (RETROFITTING)

1. UMUM

Pada bangunan yang telah dimanfaatkan yang akan

dilakukan ubahsuai menjadi bangunan gedung hijau,

harus terlebih dahulu dilakukan penilaian kinerja. Dalam

penyelenggaraan bangunan gedung hijau untuk bangunan

gedung baru atau pengubahsuaian dilaksanakan menjadi 4

(empat) tahapan, yaitu:

- 4 -

a. Tahap Pemrograman

Tahap pemrograman adalah rangkaian kegiatan untuk

menentukan program dan menyusun laporan

pemrograman terhadap:

1) Kesesuaian tapak;

2) Objek klasifikasi bangunan gedung;

3) Kinerja bangunan gedung hijau;

4) Metode penyelenggaraan bangunan gedung hijau;

dan

5) Kelaikan bangunan gedung hijau.

b. Tahap Perencanaan Teknis

Tahap perencanaan teknis adalah rangkaian kegiatan

penyusunan dokumen perencanaan teknis bangunan

gedung hijau sesuai rekomendasi dan kriteria yang telah

ditetapkan dalam Laporan Akhir Tahap Pemrograman

Bangunan Gedung Hijau. Bangunan gedung hijau pada

tahap perencanaan teknis harus memenuhi persyaratan

yang terdiri atas:

1) Pengelolaan tapak;

2) Efisiensi penggunaan energi;

3) Efisiensi penggunaan air;

4) Kualitas udara dalam ruang;

5) Penggunaan material ramah lingkungan;

6) Pengelolaan sampah;

7) Pengelolaan air limbah.

c. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Tahap pelaksanaan konstruksi adalah rangkaian

pembangunan/pelaksanaan konstruksi fisik bangunan

- 5 -

gedung hijau berdasarkan dokumen perencanaan

teknis bangunan yang memuat persyaratan-

persyaratan teknis guna mencapai kinerja yang

diinginkan. Persyaratan pada tahap pelaksanaan

konstruksi bangunan gedung hijau terdiri atas:

1) Proses konstruksi hijau;

2) Praktik perilaku hijau;

3) Rantai pasok hijau.

d. Tahap Pemanfaatan Pertama

Tahap pemanfaatan pertama adalah rangkaian kegiatan

penggunaan bangunan gedung hijau sesuai dengan

fungsinya setelah kegiatan pelaksanaan kontruksi

dilakukan sesuai dengan pemenuhan persyaratan

teknis dan target kinerja yang dibuktikan dengan SLF

dan penilaian kinerja masa konstruksi.

2. Pemenuhan Persyaratan pada Tahap Perencanaan Teknis

Setiap tingkat pengenaan bangunan gedung memiliki fungsi

dan kompleksitas yang berbeda, sehingga persyaratan

bangunan gedung hijau yang wajib dipenuhi akan berbeda.

Penjelasan pemenuhan persyaratan BGH pada tahap

perencanaan teknis untuk fungsi, kompleksitas dan tingkat

pengenaan yang telah ditentukan diatas, dijelaskan pada

tabel dibawah ini:

- 6 -

Tabel 1. Pemenuhan Persyaratan Tahap Perencanaan pada Bangunan Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa

1a. Bangunan

gedung hunian tunggal (rumah tinggal, villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah

asrama/kos, rumah tamu, hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh maksimal 12 orang

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

SUKARELA

Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat

dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

- 7 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang masing-masing tempat tinggal terpisah

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

SUKARELA

Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pengendalian penggunaan bahan

pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

- 8 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama, rumah tamu, losmen, panti werdha, panti penyandang disabilitas)

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

SUKARELA

Efisiensi penggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pengendalian penggunaan bahan

pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

- 9 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

4. Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal yang ada di bangunan klas 5, 6, 7, 8, 9)

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

SUKARELA

Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pengendalian penggunaan bahan

pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

- 10 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

5. Bangunan gedung kantor

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/

sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak

besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum SUKARELA

Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

- 11 -

SUKARELA

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang

makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai bagian dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon, tempat cuci, pasar dan ruang

pamer, reparasi

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Penyediaan jalur pedestrian

Pengelolaanmtapakmbesmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan ruang luar

Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

SUKARELA

- 12 -

SUKARELA

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalianmpenggunaan

material berbahaya

Penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

- 13 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

7. Bangunan gedung penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum, gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/

sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Penyediaan jalur

pedestrian

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Pengelolaanmtapakmbesmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

SUKARELA Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

- 14 -

SUKARELA

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalianm penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel

mobil

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak

besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan ruang luar

Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

SUKARELA

- 15 -

SUKARELA

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Penggunaan material bersertifikat ramah

lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

- 16 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

9. Bangunan gedung umum 9a. Bangunan

gedung perawatan kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan tersebut

9b. Bangunan gedung

pertemuan,

termasuk bengkel kerja, workshop, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, BG peribadatan, BG budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan klas lain,

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/

sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak

besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

SUKARELA Efisiensimpenggunaanmenergi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

Kualitasmudaramdalammruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

- 17 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

SUKARELA

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

- 18 -

Tabel 2. Pemenuhan Persyaratan Tahap Perencanaan pada Bangunan Tidak Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa

1a. Bangunan

gedung hunian tunggal (rumah tinggal, villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah

asrama/kos, rumah tamu, hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh maksimal 12 orang

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

DISARANKAN

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

DISARANKAN

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum

dibuang ke saluran pembuangan kota

- 19 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang masing-masing tempat tinggal terpisah

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

DISARANKAN

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

DISARANKAN

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan bahan pembeku

(refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat

dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

DISARANKAN

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (pantimwerdha,

masrama, rumah

tamu, losmen, panti penyandang

disabilitas)

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan

ruang luar

DISARANKAN

- 20 -

DISARANKAN

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

DISARANKAN

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

4. Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal yang ada di bangunan klas 5, 6, 7, 8, 9)

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

WAJIB Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

- 21 -

WAJIB

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah

lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

5. Bangunan gedung kantor

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

WAJIB

- 22 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

WAJIB

- 23 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai bagian dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon, tempat cuci, pasar dan ruang

pamer, reparasi

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/

sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/sarana umum

WAJIB Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

- 24 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

7. Bangunan gedung penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum, gudang atau tempat memamerkan barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

WAJIB

WAJIB

- 25 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

WAJIB

- 26 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/

sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

WAJIB

Rencana Ruang Terbuka Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

- 27 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

9. Bangunan gedung umum

9a. Bangunan

gedung perawatan kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan tersebut

9b. Bangunan

gedung pertemuan, termasuk bengkel kerja, workshop, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

WAJIB

WAJIB

- 28 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

lanjutan, hall, BG peribadatan, BG budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan klas lain,

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

WAJIB

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

WAJIB

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

- 29 -

3. Pemenuhan Persyaratan pada Tahap Pelaksanaan

Konstruksi

Setiap tingkat pengenaan bangunan gedung memiliki fungsi

dan kompleksitas yang berbeda, sehingga persyaratan

bangunan gedung hijau yang wajib dipenuhi akan berbeda.

Penjelasan pemenuhan persyaratan BGH pada tahap

Pelaksanaan Konstruksi untuk fungsi, kompleksitas dan

tingkat pengenaan yang telah ditentukan diatas, dijelaskan

pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. Persyaratan Penilaian Tahap Pelaksanaan Konstruksi pada Bangunan Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa 1a. Bangunan

gedung hunian tunggal (rumah tinggal, villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah asrama/kos, rumah tamu, hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh maksimal 12 orang

Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

(SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

- 30 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang masing-masing tempat tinggal terpisah

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama, rumah tamu, losmen, panti werdha, panti

penyandang disabilitas)

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air pada pelaksanaan

konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

- 31 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

4. Bangunan gedung hunian campuran

(tempat tinggal yang ada di bangunan klas 5, 6,

7, 8, 9)

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air pada pelaksanaan

konstruksi

Penerapan konservasi energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA

Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

5. Bangunan gedung kantor

Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA

- 32 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai bagian dari hotel dan motel, tempat

potong rambut, salon, tempat cuci, pasar dan ruang pamer, reparasi

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

7. Bangunan gedung

penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum, gudang atau tempat pamer barang-barang produksi

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

SUKARELA

- 33 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

untuk dijual atau cuci gudang

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku ramah lingkungan

Penggunaan material konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja

(SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

- 34 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

9. Bangunan gedung umum

9a. Bangunan gedung

perawatan kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan

tersebut

9b. Bangunan

gedung pertemuan, termasuk bengkel

kerja, workshop, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, BG peribadatan, BG budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk

setiap bagian dari bangunan klas lain,

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

SUKARELA

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

SUKARELA

- 35 -

Tabel 4. Pemenuhan Persyaratan Tahap Pelaksanaan Konstruksi pada Bangunan Tidak Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa

1a. Bangunan gedung

hunian tunggal (rumah tinggal,

villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah

asrama/kos, rumah tamu,

hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh maksimal 12 orang

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

DISARANKAN

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang masing-masing

tempat tinggal terpisah

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

DISARANKAN

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

- 36 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

DISARANKAN Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama, rumah

tamu, losmen, panti

werdha, panti penyandang disabilitas)

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

DISARANKAN

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

4.

Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal yang ada di bangunan klas 5, 6, 7, 8, 9)

Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi energi pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

- 37 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

WAJIB

Penggunaan material konstruksi

Pemilihan pemasok dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

5. Bangunan gedung kantor

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

Penerapan sistem

manajemenmkesehatanmdan keselamatan kerjam(SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang

makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai bagian dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon, tempat cuci,

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

- 38 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

pasar dan ruang pamer, reparasi

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

Penerapan sistem

manajemenmkesehatanmdan keselamatan kerjam(SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

7. Bangunan gedung

penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum, gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi energi pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

Penerapan sistem manajemenmkesehatanmdan keselamatan kerjam(SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil

Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

- 39 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penerapan konservasi

energi pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

Penerapan sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

Penggunaan material

konstruksi

Pemilihan pemasok

dan/atau sub kontraktor

Konservasi energi

9. Bangunan gedung umum

9a. Bangunan gedung

perawatan

kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan tersebut

9b. Bangunan gedung

pertemuan, termasuk bengkel kerja, workshop,

laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, BG peribadatan, BG

budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan klas lain,

Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau

Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan

Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

Penerapan Konservasi air

pada pelaksanaan konstruksi

Penerapan konservasi energi pada pelaksanaan konstruksi

WAJIB

Penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3)

Penerapan Perilaku

ramah lingkungan

WAJIB

- 40 -

C. TATAmCARAmPEMENUHANmPERSYARATANmBANGUNANmGEDUNG

HIJAU UNTUK BANGUNAN YANG TELAH DIMANFAATKAN

1. UMUM

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung hijau untuk

bangunan gedung yang telah dimanfaatkan memiliki 2 (dua)

tahapan penyelenggaraan, yaitu:

a. Tahap Pemanfatan

Tahap pemanfaatan adalah rangkaian kegiatan

penggunaan bangunan gedung hijau sesuai dengan

fungsinya, termasuk kegiatan pemeliharaan,

pemeriksaan berkala, dan perawatan bangunan agar

kinerja yang diinginkan tetap terjaga. Persyaratan tahap

pemanfaatan bangunan gedung hijau berupa penerapan

manajemen pemanfaatan yang terdiri atas:

1) Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan

gedung hijau.

2) Standar operasional dan prosedur pelaksanaan

pemanfaatan yang meliputi prosedur, rincian

kegiatan dan metoda serta kesesuaian target kinerja

yang terdiri atas:

a) Pengelolaan tapak;

b) Efisiensi penggunaan energi;

c) Efisiensi penggunaan air;

d) Kualitas udara dalam ruang;

e) Penggunaan material ramah lingkungan;

f) Pengelolaan sampah;

g) Pengelolaan air limbah.

- 41 -

3) Penyusunan panduan penggunaan bangunan

gedung hijau untuk penghuni/pengguna

b. Tahap Pembongkaran

Persyaratan tahap pembongkaran bangunan

gedung hijau, berupa kesesuaian dengan rencana

teknis pembongkaran yang terdiri atas:

1) Prosedur pembongkaran, termasuk dokumentasi

keseluruhan material konstruksi bangunan, struktur

dan/atau bagian bangunan yang akan dibongkar,

dan material dan/atau limbah yang akan

dipergunakan kembali; dan

2) Upaya pemulihan tapak lingkungan, yang terdiri atas

upaya pemulihan tapak bangunan dan upaya

pengelolaan limbah konstruksi, serta upaya

peningkatan kualitas tapak secara keseluruhan.

2. Pemenuhan Persyaratan pada Tahap Pemanfaatan

Setiap tingkat pengenaan bangunan gedung memiliki fungsi

dan kompleksitas yang berbeda, oleh karena itu

persyaratan bangunan gedung hijau yang harus

dipenuhinyapun berbeda. Penjelasan pemenuhan

persyaratan BGH pada tahap pemanfaatan untuk fungsi,

kompleksitas dan tingkat pengenaan yang telah ditentukan

diatas, dijelaskan pada tabel dibawah ini:

- 42 -

Tabel 5. Pemenuhan Persyaratan Tahap Pemanfaatan pada Bangunan Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa 1a. Bangunan

gedung hunian tunggal (rumah tinggal, villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah asrama/kos, rumah tamu,

hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh maksimal 12 orang

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan

ruang luar Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

- 43 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

SUKARELA

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang masing-masing tempat tinggal terpisah

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan

ruang luar

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

- 44 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

SUKARELA

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum

dibuang ke saluran pembuangan kota

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/ pengguna

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama, rumah tamu, losmen, panti werdha, panti penyandang disabilitas)

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

- 45 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

SUKARELA

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

4. Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal yang ada di bangunan klas 5, 6, 7, 8, 9)

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

- 46 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

Efisiensi penggunaan

energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

SUKARELA

- 47 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

SUKARELA

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

5. Bangunan gedung kantor

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan

gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

- 48 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

SUKARELA

- 49 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

SUKARELA

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang makan, kafe, restoran, bar, toko

dan kios sebagai

bagian dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon, tempat cuci, pasar dan ruang pamer, reparasi

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan

pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/

sarana umum Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

- 50 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan

karbonmonoksida (CO)

Pengendalian

penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian

penggunaan material berbahaya

Penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

SUKARELA

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

- 51 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

7. Bangunan gedung penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum, gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur pedestrian

Pengelolaan tapak

besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan

energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

- 52 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material

ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat

dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang berasal dari limbah cair

(grey water)

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

SUKARELA

- 53 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur pedestrian

Pengelolaan tapak

besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan

energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

- 54 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material

ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

Panduan penggunaan

bangunan gedung hijau untuk penghuni/ pengguna

SUKARELA

- 55 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

9. Bangunan gedung umum 9a. Bangunan

gedung perawatan kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan tersebut

9b. Bangunan

gedung pertemuan, termasuk bengkel kerja, workshop, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, BG peribadatan, BG budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan klas lain,

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

SUKARELA

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur pedestrian

Pengelolaan tapak

besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan

energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

- 56 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material

ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat

dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang berasal dari limbah cair

(grey water)

SUKARELA

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

- 57 -

Tabel 6. Pemenuhan Persyaratan Tahap Pemanfaatan pada Bangunan Tidak Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa

1a. Bangunan

gedung hunian tunggal (rumah tinggal, villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah

asrama/kos, rumah tamu, hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh maksimal 12 orang

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

DISARANKAN

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja

Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan

ruang luar Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

- 58 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah Pengelolaan air limbah Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

DISARANKAN

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang masing-masing

tempat tinggal terpisah

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

DISARANKAN

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan

ruang luar Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air

- 59 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

DISARANKAN

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama, rumah tamu, losmen, panti werdha, panti penyandang disabilitas)

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

DISARANKAN

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Sistem pencahayaan ruang luar

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

- 60 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

Kualitas udara dalam ruang

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah Pengelolaan air limbah Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Panduan penggunaan

bangunan gedung hijau

untuk penghuni/pengguna

4. Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal yang ada di bangunan klas

5, 6, 7, 8, 9)

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

WAJIB Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan

DISARANKAN

- 61 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

WAJIB

- 62 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

5. Bangunan gedung kantor

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

WAJIB

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan

Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

WAJIB

- 63 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air

dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

WAJIB

- 64 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan timbulan sampah

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat

dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai bagian dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon, tempat cuci, pasar dan ruang pamer, reparasi

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

WAJIB

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah

bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

WAJIB

- 65 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan timbulan sampah

WAJIB

- 66 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water)

Panduan penggunaan

bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

7. Bangunan gedung penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum, gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

WAJIB

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

WAJIB

- 67 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian karbondioksida (CO2) dan

karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah

lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

WAJIB

- 68 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

WAJIB

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan

pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak termasuk aksesibilitas/

sirkulasi

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur

pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan

gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/

sarana umum Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

WAJIB

- 69 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan

saniter hemat air Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian

karbondioksida (CO2) dan karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan

bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan

material berbahaya

Penggunaan material bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas

pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

Daur ulang air yang

berasal dari limbah cair (grey water)

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau untuk penghuni/pengguna

WAJIB

- 70 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

9. Bangunan gedung umum 9a. Bangunan

gedung perawatan kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan

tersebut 9b. Bangunan

gedung pertemuan, termasuk bengkel kerja, workshop, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, BG peribadatan, BG budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk

setiap bagian dari bangunan klas lain,

Organisasi dan tata kelola pemanfaatan bangunan gedung hijau

WAJIB

Standar oprasional dan prosedur pelaksanaan pemanfaatan Kesesuaian kinerja Pengelolaan tapak:

Orientasi bangunan

Pengolahan tapak

termasuk aksesibilitas/ sirkulasi

Pengelolaan lahan

terkontaminasi limbah bahaya dan beracun (B3)

Rencana Ruang Terbuka

Hijau Privat

Penyediaan jalur pedestrian

Pengelolaan tapak besmen

Penyediaan lahan parkir

Sistem pencahayaan

ruang luar

Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau prasarana/ sarana umum

Efisiensi penggunaan energi

Selubung bangunan

Sistem ventilasi

Sistem pengkondisian

udara

Sistem pencahayaan

Sistem kelistrikan

Efisiensi penggunaan air

Sumber air

Pemakaian air

Penggunaan peralatan saniter hemat air

- 71 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Kualitas udara dalam ruang

Pelarangan merokok

Pengendalian karbondioksida (CO2) dan

karbonmonoksida (CO)

Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

Penggunaan material ramah lingkungan

Pengendalian penggunaan material berbahaya

Penggunaan material

bersertifikat ramah lingkungan (eco labelling)

Pengelolaan sampah

Penerapan prinsip 3R

(reduce, reuse, recycle)

Penerapan sistem

penanganan sampah

Sistem pencatatan

timbulan sampah Pengelolaan air limbah

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke saluran pembuangan kota

Daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water)

Panduan penggunaan bangunan gedung hijau

untuk penghuni/pengguna

WAJIB

- 72 -

3. Pemenuhan Persyaratan pada Tahap Pembongkaran

Setiap tingkat pengenaan bangunan gedung memiliki fungsi

dan kompleksitas yang berbeda, oleh karena itu

persyaratan bangunan gedung hijau yang harus

dipenuhinyapun berbeda. Penjelasan pemenuhan

persyaratan BGH pada tahap ppembongkaran untuk fungsi,

kompleksitas dan tingkat pengenaan yang telah ditentukan

diatas, dijelaskan pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Pemenuhan Persyaratan Tahap Pembongkaran pada Bangunan Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa

1a. Bangunan

gedung hunian tunggal (rumah tinggal, villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah asrama/kos, rumah tamu, hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh

maksimal 12 orang

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali

SUKARELA

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang masing-masing tempat tinggal terpisah

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali

SUKARELA

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

- 73 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Peningkatan kualitas

tapak

SUKARELA

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama, rumah tamu, losmen, panti werdha, panti penyandang disabilitas)

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali SUKARELA

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

4. Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal yang ada di bangunan klas 5, 6, 7, 8, 9)

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan dipergunakan kembali

SUKARELA Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

5. Bangunan gedung kantor

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali SUKARELA

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas tapak

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali

SUKARELA

- 74 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

bagian dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon, tempat cuci, pasar dan ruang pamer, reparasi

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

SUKARELA

7. Bangunan gedung penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum,

gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali SUKARELA

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali SUKARELA

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

9. Bangunan gedung umum

9a. Bangunan

gedung

perawatan kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan tersebut

9b. Bangunan

gedung pertemuan, termasuk bengkel

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan dipergunakan kembali

SUKARELA

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

- 75 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

kerja, workshop, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, BG peribadatan, BG budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk setiap bagian dari

bangunan klas

lain.

SUKARELA

- 76 -

Tabel 8. Pemenuhan Persyaratan Tahap Pembongkaran pada Bangunan Tidak Sederhana

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

1. Bangunan gedung hunian biasa

1a. Bangunan gedung

hunian tunggal (rumah tinggal,

villa, rumah taman, rumah deret)

1b. Rumah asrama/kos, rumah tamu, hostel atau sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh maksimal 12 orang

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan dipergunakan kembali

DISARANKAN

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

2. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian, yang

masing-masing tempat tinggal terpisah

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali DISARANKAN

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas tapak

3. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama, rumah

tamu, losmen, panti werdha, panti penyandang disabilitas)

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali DISARANKAN

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

- 77 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

4. Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal yang ada di bangunan klas 5, 6, 7, 8, 9)

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan dibongkar

Limbah yang akan dipergunakan kembali

WAJIB Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

5. Bangunan gedung kantor

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan dipergunakan kembali

WAJIB Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

6. Bangunan gedung perdagangan Termasuk ruang

makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai bagian dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon, tempat cuci, pasar

dan ruang pamer, reparasi

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali WAJIB

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas tapak

7. Bangunan gedung penyimpanan atau gudang termasuk tempat parkir umum, gudang atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan

dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali

WAJIB

- 78 -

KLAS FUNGSI BANGUNAN

GEDUNG PERSYARATAN PENILAIAN

TINGKAT PENGENAAN

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

WAJIB

8. Bangunan gedung laboratorium, industri, pabrik, dan/atau bengkel mobil

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali WAJIB

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

9. Bangunan gedung umum

9a. Bangunan gedung

perawatan kesehatan, termasuk laboratorium sebagai bagian dari bangunan tersebut

9b. Bangunan gedung

pertemuan, termasuk bengkel kerja, workshop, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau

sekolah lanjutan, hall, BG peribadatan, BG budaya, atau sejenis tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan klas lain.

Prosedur Pembongkaran:

Dokumentasi material

Bagian yang akan dibongkar

Limbah yang akan

dipergunakan kembali

WAJIB

Pemulihan Tapak Lingkungan

Pemulihan tapak

lingkungan

Peningkatan kualitas

tapak

- 79 -

D. PENYELENGGARAAN HUNIAN HIJAU MASYARAKAT (H2M)

1. UMUM

Penyelenggaraan kegiatan Hunian Hijau Masyarakat (H2M),

dilakukan setelah adanya usulan/permohonan dari

kelompok masyarakat yang berinisiatif membentuk

kelompok H2M di lingkungannya setelah Perda BGH

dan/atau perwal/bup BGH ditetapkan. Pembinaan

penyelenggaraan H2M dilakukan oleh pemerintah

Kabupaten/kota atau pemerintah provinsi untuk DKI

Jakarta melalui pendampingan berupa pemberian bantuan

teknis penyusunan Rencana Kerja Hunian Hijau

Masyarakat (RKH2M).

2. Tahapan Pelaksanaan Hunian Hijau Masyarakat

Penyelenggaraan Hunian Hijau Masyarakat dilaksanakan

dalam 4 (empat) tahapan. Masing-masing tahapan

merupakan proses lanjutan dari tahapan sebelumnya,

adalah:

a. Penyusunan Rencana Kerja Hunian Hijau Masyarakat

(RKH2M)

Tahap penyusunan dokumen RKH2M merupakan

langkah awal untuk melakukan peningkatan kapasitas

masyarakat dan membangun kesepakatan bersama

tentang penyelenggaraan H2M. Langkah-langkah

dalam penyusunan dokumen RKH2M adalah sebagai

berikut:

1) Minimal terpilih satu lingkungan/kampung yang

terdiri dari minimal 20 rumah dan maksimal 40

rumah atau dengan pertimbangan penghematan

penggunaan energi yang signifikan dan efektif,

- 80 -

pengelolaan komunitas yang terseleksi per

Kabupaten/kota yang masyarakatnya memiliki

minat untuk melaksanakan pembangunan/

perawatan bangunan gedung hunian untuk

memenuhi persyaratan hunian hijau.

2) Apabila dibutuhkan, masyarakat dapat

membentuk lembaga keswadayaan masyarakat

hunian hijau guna melakukan pendataan,

identifikasi, dan penentuan prioritas dalam

implementasi hunian hijau di masyarakat, termasuk

skema dan mekanisme kontribusi yang akan

dilakukan.

3) Masyarakat melalui perwakilannya secara tertulis

menyampaikan peminatan kepada pemerintah

daerah melalui dinas teknis pembina program H2M.

4) Pemerintah Kabupaten/kota atau pemerintah

provinsi untuk DKI Jakarta dan/atau pihak lain

yang kompeten melakukan presentasi metode

perencanaan teknis, pelaksanaan, pengawasan

dan pemanfaatan hunian hijau kepada

masyarakat yang mengajukan.

5) Pendampingan teknis penyusunan RKH2M

dilaksanakan oleh Tim Pendamping yang

merupakan aparat pemerintah Kabupaten/kota

atau pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta

dan/atau pihak lain yang kompeten untuk

melakukan identifikasi dalam pemenuhan tingkat

kinerja H2M.

- 81 -

6) Tim Pendamping melaksanakan tugas berdasarkan

penetapan oleh bupati/walikota kecuali provinsi

DKI Jakarta oleh Gubernur.

7) Penyusunan DED dan RAB dari hasil identifikasi

hunian sederhana hijau, sesuai dengan tingkat

kinerja yang diharapkan tercapai meliputi

pengurangan konsumsi energi, pengurangan

konsumsi air, pengelolaan sampah secara mandiri,

penggunaan material bangunan lokal dan ramah

lingkungan dan optimasi fungsi ruang terbuka

hijau pekarangan.

8) Tim pendamping membantu dalam penyusunan

DED, RAB, rencana pelaksanaan konstruksi,

rencana pengawasan konstruksi, rencana

perawatan dan pemanfaatan hunian hijau disertai

dengan penjelesan kontribusi dan mekanisme

pelatihan teknis, serta rencana pendanaan dan

kontribusi yang disepakati.

b. Pelaksanaan Konstruksi H2M

Pelaksanaan konstruksi H2M dilakukan berdasarkan

DED dan RAB yang disusun dan disepakati oleh

masyarakat yang dibantu oleh Tim Pendamping pada

saat penyusunannya. Dalam melaksanakan kegiatan

konstruksi H2M harus berdasarkan ketentuan berikut:

1) Masyarakat melakukan pembangunan baru atau

retrofitting yang berdampak terhadap keandalan

bangunan gedung wajiib terlebih dahulu memenuhi

IMB.

- 82 -

2) Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan oleh

pemilik dan/atau penyedia jasa konstruksi yang

memiliki kompetensi bangunan gedung hijau yang

ditunjukan melalui sertifikat hijau atau memiliki

pengalaman yang dibuktikan dengan referensi.

3) Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan langsung

oleh masyarakat, dilaksanakan melalui

pendampingan oleh Tim Pendamping dari

pemerintah daerah atau pihak yang kompeten yang

ditunjuk dan ditetapkan oleh pemerintah daerah.

4) Pemerintah melakukan pelatihan/ pendampingan

teknis kepada masyarakat/ pengguna H2M dan

pelaksana konstruksi, terhadap ketentuan :

a) Persyaratan teknis, yaitu pemenuhan aspek

keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kemudahan.

b) Metodologi konstruksi, dalam menerapkan

perilaku hijau.

c) Permasalahan konstruksi yang timbul, antara

lain:

Manajemen pelaksanaan konstruksi, penyediaan

material, pengelolaan limbah dan sampah

konstruksi, dan penggunaan energi dan air

selama masa konstruksi.

5) Pengawasan pelaksanaan pembangunan dapat

dilakukan oleh pemilik bangunan yang sebelumnya

telah dilakukan pelatihan oleh pemerintah.

- 83 -

6) Pemerintah daerah melalui Tim Pendamping

melaksanakan pengawasan dan pendampingan

berkala kepada masyarakat.

7) Masyarakat melakukan penilaian mandiri terhadap

capaian kinerja yang didampingi oleh Tim

Pendamping.

8) Masyarakat melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan

kepada pemerintah daerah sebelum bangunan

dimanfaatkan.

9) Masyarakat dapat mengajukan sertifikasi BGH

kepada pemerintah daerah berdasarkan RKH2M dan

laporan hasil kegiatan pelaksanaan.

10) Pemerintah daerah wajib memberikan insentif

kepada masyarakat yang telah memenuhi RKH2M

sebagai wujud apresiasi kepedulian masyarakat

dalam mendukung H2M.

c. Pemanfaatan Hunian Hijau Masyarakat

Pada masa pemanfaatan Hunian Hijau Masyarakat,

masyarakat wajib mempertahankan dan/atau

meningkatkan kinerja hunian hijaunya berdasakan

RKH2M, dengan langkah-langkah :

1) Pemerintah Kabupaten/kota wajib melakukan

secara berkala pendampingan, pemantauan,

pendataan, dan evaluasi pada H2M.

2) Pendampingan diberikan oleh pemerintah meliputi

advis teknis kepada pemilik/ pengguna H2M

terhadap pemeliharaan dan perawatan H2M

berdasarkan permintaan pemiliki/ pengguna H2M.

- 84 -

3) Masyarakat secara periodik ditingkatkan

pengetahuan melalui edukasi, sosialisasi, FGD,

advokasi dan kepedulian oleh pemerintah melalui

Tim Pendamping untuk mempertahankan dan/atau

meningkatkan kinerja hunian hijaunya berdasakan

RKH2M.

4) Masyarakat secara berkala berdasarkan

pengetahuan dan kepedulian melakukan

pemeliharaan, perawatan, dan peningkatan kinerja

H2M.

5) Pemantauan pemanfaatan H2M dilaksanakan oleh

pemerintah berdasarkan hasil pemantauan secara

langsung atau hasil laporan kelompok masyarakat

H2M yang didampingi oleh Tim Pendamping.

6) Pemerintah Kabupaten/kota melakukan pendataan

secara periodik berdasarkan laporan langsung atau

dari hasil laporan kelompok masyarakat H2M untuk

mengetahui jumlah bangunan gedung hijau beserta

peringkat sertifikat, serta kinerja penghematan

energi, air, dan sumber daya lainnya dalam

sumbangannya terhadap kontribusi pengurangan

emisi gas rumah kaca.

7) Pemerintah/pemerintah Kabupaten/ kota

menetapkan kebijakan terhadap penyelenggaraan

bangunan gedung berkelanjutan yang efisien dalam

penggunaan sumber daya dan kontribusi terhadap

pengurangan emisi gas rumah kaca berdasarkan

pendataan bangunan gedung.

- 85 -

d. Pembongkaran Hunian Hijau Masyarakat

Hunian Hijau Masyarakat, diharapkan sesedikit

mungkin menimbulkan dampak negatif kepada

lingkungan pada saat pelaksanaan pembongkaran

dengan meminimalkan sampah konstruksi dan

memaksimalkan komponen-komponen yang dapat

digunakan kembali. Pelaksanaan kegiatan

pembongkaran ini dilakukan berdasarkan langkah-

langkah :

1) Masyarakat melakukan identifikasi sederhana yang

didampingi oleh Tim Pendamping H2M atas

komponen-komponen yang akan dibuang, didaur

ulang, dipergunakan kembali, dan/atau dijadikan

sampah konstruksi untuk penggunaan di masa

mendatang.

2) Masyarakat dapat melakukan pembongkaran secara

mandiri atau menggunakan jasa pihak

ketiga/kontraktor pembongkaran berdasarkan

RKH2M yang didampingi oleh Tim Pendamping H2M

berdasarkan permintaan pemilik.

3) Pemilahan material bangunan hasil pembongkaran

dilakukan oleh pemilik atau pihak ketiga

berdasarkan hasil identifikasi yanng telah dilakukan

sesuai dengan RKH2M.

4) Masyarakat dapat melakukan pengelolaan material

dan sampah bangunan hasil pembongkaran secara

mandiri atau melalui pihak ketiga sesuai RKH2M.

- 86 -

3. Indikator Kinerja Hunian Hijau Masyarakat

Masyarakat yang berada di dalam kelompok H2M dan telah

mengikrarkan tekad bersama untuk membangun

lingkungan hijau dan berperilaku hijau, harus mengikuti

ketentuan persyaratan sebagai berikut :

a. Konsumsi Energi

Masyarakat anggota kelompok H2M harus

mengupayakan secara kolektif pengurangan

penggunaan konsumsi energi hingga mencapai minimal

25% (dua puluh lima persen) dari penggunaan konsumsi

energi rata-rata sebelumnya yang dipantau setiap bulan.

Pengurangan energi dapat dicapai melalui:

1) Penggunaan jenis lampu hemat energi.

2) Penggunaan peralatan elektronik yang hemat energi.

3) Melakukan dan melaksanakan pengaturan pola

pemakaian lampu dan peralatan elektronik.

b. Konsumsi Air

Masyarakat anggota kelompok H2M harus

mengupayakan secara kolektif pengurangan

penggunaan konsumsi air hingga mencapai minimal 10%

(sepuluh persen) dari penggunaan konsumsi rata-rata

sebelumnya. Setiap rumah diwajibkan untuk memasang

meteran air untuk memantau dan mengendalikan

penggunaan air dalam setiap bulannya. Pelaksanaan

pengurangan konsumsi air dapat dilakukakan melalui:

1) Penggantian fixture sanitair antara lain penggunaan

kran hemat air, kloset dengan sistem dual flush,

mengganti penggunaan bak mandi dengan shower,

- 87 -

2) Menggunakan peralatan yang hemat konsumsi air,

misalnya penggunaan peralatan rumah tangga hemat

air pada tangki penampungan air dan, penggunaan

mesin cuci hemat air dan otomatis.

3) Pengendalian penggunaan air/seperlunya untuk

keperluan sehari-hari.

c. Pengelolaan Sampah

Masyarakat anggota kelompok H2M harus

mengupayakan secara kolektif pengurangan timbulan

sampah, pengelolaan sampahnya secara mandiri, seperti

melakukan pemilahan sampah dimulai dari lingkungan

rumahnya masing-masing, antara lain dengan

melakukan upaya daur ulang sampah, mengikuti

program bank sampah, mengoptimalkan penggunaan

barang bekas yang dapat digunakan kembali, dan

melakukan pembuatan kompos atau melakukan prinsip

3R (Reduce, Reuse, Recycle).

d. Penggunaan Material

Masyarakat anggota kelompok H2M yang telah

mengikrarkan diri dan bertekad bersama untuk

membangun lingkungan hijau harus berupaya

menggunakan material bahan bangunan lokal dan

material ramah lingkungan.

e. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan

Masyarakat yang sudah tergabung di dalam kelompok

H2M harus memanfaatkan seoptimal mungkin setiap

ruang terbuka baik di pekarangan rumahnya masing-

masing maupun ruang terbuka di lingkungan jalan atau

- 88 -

sarana sosial masyarakat yang ada di lingkungannya

baik secara horizontal maupun vertikal.

E. PEMENUHAN PERSYARATAN SECARA BERTAHAP

1. UMUM

Pemenuhan persyaratan bangunan gedung hijau secara

bertahap merupakan upaya untuk menjadikan

penyelenggaraan bangunan gedung hijau yang realistis

berdasarkan potensi dan kendala yang ada. Termasuk

dalam kategori ini adalah fungsi bangunan dengan tingkat

pengenaan disarankan dan sukarela.

2. Pemenuhan Persyaratan Untuk Bangunan Gedung

Sukarela dan H2M

Pemenuhan persyaratan bangunan gedung hijau untuk

hunian hijau masyarakat meliputi konsumsi energi,

konsumsi air, pengelolaan sampah, penggunaan material

dan ruang terbuka hijau pekarangan, antara lain :

a. Pada konsumsi energi dapat dicapai diantaranya dengan

melakukan rekayasa fasade melalui desain dan/atau

penggantian lampu penerangan dengan lampu dari jenis

hemat energi.

b. Pada konsumsi air dapat dicapai dengan mengganti

peralatan saniter yang hemat air.

c. pengolahan sampah dapat dicapai dengan melakukan

pengolahan sampah komunal.

d. Pengolahan sampah dapat dicapai dengan pengolahan

limbah komunal.

e. Pada penggunaan material dapat dicapai dengan

menggunakan bahan bangunan yang mudah didapat.

- 89 -

f. Pada ruang terbuka hijau pekarangan dapat dicapai

dengan menggunakan media pot baik horizontal maupun

vertikal.

3. Pelaksanaan Pada Umumnya

Pemilik bangunan gedung dalam kategori sukarela, dalam

melaksanakan program/kegiatan ubahsuai menjadi

bangunan hijau dapat didampingi secara periodik atau

berkala oleh pemerintah daerah melalui tim pendamping.

Pelaksanaan ubahsuai dari bangunan pada bagian-bagian

bangunan yang tidak memerlukan pembaruan Ijin

mendirikan Bangunan (PIMB) dapat dilakukukan maksimal

3 (tiga) tahun. Perubahan yang menimbulkan perlunya

PIMB tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun dan/atau sesuai

dengan program pemerintah Kabupaten/kota.

4. Pelaksanaan Pentahapan H2M

Masyarakat di dampingi oleh tim pendamping dari

pemerintah secara berkala dalam melaksanakan

pentahapan untuk mencapai RKH2M. Pencapaian RKH2M

dapat dilakukan oleh masyarakat :

a. Dengan diberikan waktu maksimum 3 tahun untuk

bagian-bagian bangunan yang tidak berhubungan

dengan perubahan struktur dan sistem jaringan ME

tertanam yang menyebabkan kewajiban dilakukan PIMB.

b. Perubahan yang berdampak diperlukannya IMB seperti

adanya perubahan yang berdampak terhadap keandalan

bangunan, diberikan waktu paling maksimum 5 tahun.

- 90 -

5. Pelaksanaan Pentahapan Untuk Bangunan yang

Direkomendasikan

Pelaksanaan ubahsuai untuk jenis bangunan dalam

kategori yang di rekomendasikan dilaksanakan secara

mandiri oleh pemilik bangunan gedung untuk mengurangi

konsumsi energi, air dan sumber daya lainnya dari kondisi

awal atau eksisting.

Pemerintah Kabupaten/kota dapat melakukan pemantauan

dan memberikan advis teknis kepada pemilik bangunan

gedung untuk mencapai program/rencana pelaksanaan

ubahsuai sesuai dengan yang di rencanakan. Pelaksanaan

ubahsuai bangunan dapat dilaksanakan maksimum 3

tahun untuk bagian-bagian bangunan yang tidak

memerlukan PIMB, atau 5 tahun untuk yang memerlukan

PIMB.

Pemerintah untuk mendorong pelaksanaan ubahsuai

bangunan ini, wajib menerapkan instenstif dan disinsentif

dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan melalui

peraturan bupati atau walikota untuk mendukung program

bangunan gedung hijau.

6. Rencana Pemenuhan Persyaratan Bangunan Gedung Hijau

Rencana pemenuhan persyaratan bangunan gedung hijau

pada bangunan gedung yang di rekomendasikan maupun

sukarela secara umum berdasarkan atas hasil audit energi

dan air. Pada H2M, RKH2M didasarkan atas audit

sederhana yang didampingi oleh tim pendamping dari

pemerintah Kabupaten/kota.

Hasil perencanaan yang didasarkan dari audit ini

dituangkan dalam suatu borang rencana pelaksanaan

- 91 -

ubahsuai yang akan dilaksanakan secara bertahap. Contoh

format borang tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bangunan gedung hunian biasa

1) Bangunan gedung hunian tunggal (rumah tinggal,

villa, rumah taman, rumah deret).

2) Rumah asrama/kos, rumah tamu, hostel atau

sejenisnya kurang dari 300 m2, ditinggali oleh

maksimal 12 orang.

Tabel 9. Pemenuhan Persyaratan BGH secara bertahap pada BG

hunian biasa

No Uraian Tahapan Rencana Capaian Ket

Th

A. Energi .... ....

1. ... ... ...

2. ... ... ...

B Air ... ...

1. ... ... ...

2. ... ... ...

b. Bangunan gedung hunian yang terdiri atas 2 atau lebih

unit hunian, yang masing-masing tempat tinggal

terpisah.

Tabel 10. Pemenuhan Pentahapan BGH pada BG hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian

TAHAPAN PEMENUHAN PENTAHAPAN

OTTV 35 w/m2 PENERAPAN TEKNOLOGI

PEMANFAATAN

- 92 -

c. Bangunan gedung hunian diluar Klas 1 dan 2 (asrama,

rumah tamu, losmen, panti werdha, panti penyandang

disabilitas).

Tabel 11. Pemenuhan Pentahapan BGH pada BG hunian diluar

Klas 1 dan 2

TAHAPAN PEMENUHAN PENTAHAPAN

OTTV 35 w/m2 PENERAPAN TEKNOLOGI

PEMANFAATAN

d. Bangunan gedung hunian campuran (tempat tinggal

yang ada di bangunan Klas 5, 6, 7, 8, 9).

Tabel 12. Pemenuhan Pentahapan BGH pada BG hunian

campuran

TAHAPAN PEMENUHAN PENTAHAPAN

OTTV 35 w/m2 PENERAPAN TEKNOLOGI

PEMANFAATAN

e. Bangunan gedung kantor

Bangunan gedung kantor yang dikenakan pemenuhan

persyaratan secara bertahap adalah bangunan gedung

kantor yang diklasifikasikan sebagai bangunan

sederhana.

- 93 -

Tabel 13. Pemenuhan Pentahapan BGH pada Bangunan Gedung Kantor

TAHAPAN

PEMENUHAN PENTAHAPAN

OTTV 35 w/m2

PENERAPAN TEKNOLOGI

PEMANFAATAN

Bangunan gedung perdagangan. Termasuk ruang

makan, kafe, restoran, bar, toko dan kios sebagai bagian

dari hotel dan motel, tempat potong rambut, salon,

tempat cuci, pasar dan ruang pamer, reparasi.

7. Sasaran Sumber Daya

a. Energi

Efisiensi penggunaan energi ditujukan untuk mencapai

tingkat energi yang optimal sesuai dengan fungsi

bangunan gedung, mengurangi dampak negatif terhadap

lingkungan, serta mengurangi biaya yang terkait

penggunaan energi yang berlebihan.

Efisiensi penggunaan energi diperhitungkan dengan

menerapkan pesyaratan teknis efisiensi penggunaan

energi sesuai dengan pedoman dan standar teknis

terkait, yang diperkirakan mampu mencapai konservasi

energi dengan kisaran 20-25%.

Pemeriksaan dilakukan pada dokumen dan lapangan

yang diuraikan pada modul penilaian kinerja di setiap

tahapannya. Pencapaian konservasi energi dan

tahapannya sesuai dengan rencana yang telah disusun

dan program pemerintah Kabupaten/kota setempat.

- 94 -

b. Air

Efisiensi Penggunaan Air pada bangunan gedung hijau

dimaksudkan untuk mengurangi kebutuhan air bersih

pada bangunan gedung. Diharapkan dengan

menerapkan persyaratan teknis efisiensi penggunaan air

sesuai dengan pedoman dan standar yang ada, dapat

diperoleh konservasi air minimal 10%.

Pemeriksaan dilakukan pada dokumen dan lapangan

yang diuraikan pada modul penilaian kinerja di setiap

tahapannya. Pencapaian efisiensi penggunaan air dan

tahapannya sesuai dengan rencana yang telah disusun

dan program pemerintah Kabupaten/kota setempat.

c. Sumber Daya Lainnya

Pengurangan penggunaan sumber daya lainnya yang

dapat mempengaruhi turunnya daya dukung lingkungan

dilakukan sesuai dengan kebijakan yang disusun oleh

pemerintah Kabupaten/kota setempat dalam

mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

F. CONTOH SURAT PERNYATAAN PEMERIKSAAN BGH

Pemenuhan persyaratan bangunan gedung hijau dilakukan

dengan tertib administrasi. Untuk membantu tertibnya

administrasi berikut contoh dokumen pernyataan yang

diperlukan:

- 95 -

Gambar 1. Contoh Surat Pernyataan Pemeriksaan BGH Baru Sederhana

S U R A T P E R N Y A T A A N P E M E R I K S A A N

BANGUNAN GEDUNG HIJAU BARU SEDERHANA

Nomor Surat Pernyataan : Tanggal :

Pada hari ini,.................. tanggal...............................,

bulan................... tahun......................., yang bertanda tangan di bawah ini:

Penyedia jasa pengawasan

MK

instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung

a. Nama penanggung jawab : b. Nama perusahaan/ instansi teknis* : telah melaksanakan pemeriksaan bangunan gedung hijau pada 1. Bangunan gedung

a. Fungsi utama : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

2. Bangunan gedung

a. Kampung : b. Kelurahan/ desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten/ kota : e. Provinsi : f. Alamat lokasi terletak di : g. Koordinat :

3. Permohonan

a. Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

Dengan ini menyatakan bahwa 1. Persyaratan administratif : 2. Persyaratan teknis

a. Fungsi bangunan gedung :

- 96 -

b. Peruntukan : c. Tata bangunan :

sesuai dengan kesimpulan berdasarkan analisi terhadap Daftar Simak Pemeriksaan Bangunan Gedung Hijau terlampir. Surat pernyataan ini berlaku sepanjang tidak ada perubahan yang dilakukan oleh pemilik/ pengguna yang mengubah sistem dan/atau spesifikasi teknis atau gangguan penyebab lainnya yang dibuktikan kemudian. Selanjutnya pemilik/ pengguna bangunan dapat mengurus permohonan penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab profesional.

(tempat), ................. 20..

Penyedia Jasa Pengawasan/ MK/ Petugas Pemda*

Selaku Penanggung Jawab

(Tada tangan di atas materai Rp. 6.000,- dan stempel/ cap perusahaan)

.........................................

Disetujui. PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......................

DINAS (instansi teknis pembina penyelenggaraan BG) ................................................ NIP. .........................................

- 97 -

Gambar 2. Contoh Surat Pernyataan Pemeriksaan BGH Baru Tidak Sederhana

S U R A T P E R N Y A T A A N P E M E R I K S A A N BANGUNAN GEDUNG HIJAU BARU TIDAK SEDERHANA

Nomor Surat Pernyataan : Tanggal :

Pada hari ini, ...... tanggal ......., bulan ....... tahun......................., yang bertanda tangan di bawah ini,

Penyedia jasa pengawasan/ MK

a. Nama penanggung jawab : b. Nama perusahaan/ instansi teknis* :

telah melaksanakan pemeriksaan bangunan gedung hijau pada 1. Bangunan gedung

a. Fungsi utama : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

2. Bangunan gedung

a. Kampung : b. Kelurahan/ desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten/ kota : e. Provinsi : f. Alamat lokasi terletak di : g. Koordinat :

3. Permohonan

a. Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi :

b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung :

d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

Dengan ini menyatakan bahwa 1. Persyaratan administratif : 2. Persyaratan teknis

a. Fungsi bangunan gedung : b. Peruntukan : c. Tata bangunan :

- 98 -

sesuai dengan kesimpulan berdasarkan analisis terhadap Daftar Simak Pemeriksaan Bangunan Gedung Hijau terlampir. Surat pernyataan ini berlaku sepanjang tidak ada perubahan yang dilakukan oleh pemilik/ pengguna yang mengubah sistem dan/atau spesifikasi teknis atau gangguan penyebab lainnya yang dibuktikan kemudian. Selanjutnya pemilik/ pengguna bangunan dapat mengusrus permohonan penerbitan Serrtifikat Bangunan Gedung Hijau. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh tanggung

jawab profesional.

..............,................20...

Penyedia Jasa Pengawasan/MK Selaku Penanggung Jawab

(Tada tangan di atas materai Rp. 6.000,- dan stempel/ cap perusahaan)

.........................................

Disetujui. PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......................

DINAS (instansi teknis pembina penyelenggaraan BG)

................................................ NIP. .........................................

- 99 -

Gambar 3. Contoh Surat Pernyataan Pemeriksaan BGH Telah Dimanfaatkan Sederhana

S U R A T P E R N Y A T A A N P E M E R I K S A A N BANGUNAN GEDUNG HIJAU YANG TELAH DIMANFAATKAN SEDERHANA

Nomor Surat Pernyataan : Tanggal :

Pada hari ini, ...... tanggal .........., bulan.......... tahun .........., yang bertanda tangan di bawah ini,

Penyedia jasa pengawasan

MK

instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung a. Nama penanggung jawab : b. Nama perusahaan/ instansi teknis* :

telah melaksanakan pemeriksaan bangunan gedung hijau pada 1. Bangunan gedung

a. Fungsi utama : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

2. Bangunan gedung

a. Kampung : b. Kelurahan/ desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten/ kota : e. Provinsi : f. Alamat lokasi terletak di : g. Koordinat :

3. Permohonan

a. Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi :

b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

Dengan ini menyatakan bahwa 1. Persyaratan administratif : 2. Persyaratan teknis

a. Fungsi bangunan gedung : b. Peruntukan : c. Tata bangunan :

- 100 -

sesuai dengan kesimpulan berdasarkan analisi terhadap Daftar Simak Pemeriksaan Bangunan Gedung Hijau terlampir. Surat pernyataan ini berlaku sepanjang tidak ada perubahan yang dilakukan oleh pemilik/ pengguna yang mengubah sistem dan/atau spesifikasi teknis atau gangguan penyebab lainnya yang dibuktikan kemudian. Selanjutnya pemilik/ pengguna bangunan dapat mengurus permohonan penerbitan Serrtifikat Bangunan Gedung Hijau. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab

profesional.

............., .............., 20...

Penyedia Jasa Pengawasan/ MK/ Petugas Pemda*

Selaku Penanggung Jawab

(Tada tangan di atas materai Rp. 6.000,- dan stempel/ cap perusahaan)

.........................................

Disetujui. PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA.......................

DINAS (instansi teknis pembina penyelenggaraan BG) ................................................ NIP. .........................................

- 101 -

Gambar 4. Contoh Surat Pernyataan Pemeriksaan BGH Dimanfaatkan Tidak Sederhana

S U R A T P E R N Y A T A A N P E M E R I K S A A N BANGUNAN GEDUNG HIJAU YANG TELAH DIMANFAATKAN TIDAK SEDERHANA

Nomor Surat Pernyataan : Tanggal :

Pada hari ini, ...... tanggal ......, bulan ....... tahun ............, yang bertanda tangan di bawah ini,

Penyedia jasa pengawasan/ MK

a. Nama penanggung jawab : b. Nama perusahaan/ instansi teknis* :

telah melaksanakan pemeriksaan bangunan gedung hijau pada 1. Bangunan gedung

a. Fungsi utama : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

2. Bangunan gedung

a. Kampung : b. Kelurahan/ desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten/ kota : e. Provinsi : f. Alamat lokasi terletak di : g. Koordinat :

3. Permohonan

a. Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung :

d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

Dengan ini menyatakan bahwa 1. Persyaratan administratif : 2. Persyaratan teknis

a. Fungsi bangunan gedung : b. Peruntukan : c. Tata bangunan :

- 102 -

sesuai dengan kesimpulan berdasarkan analisis terhadap Daftar Simak Pemeriksaan Bangunan Gedung Hijau terlampir. Surat pernyataan ini berlaku sepanjang tidak ada perubahan yang dilakukan oleh pemilik/ pengguna yang mengubah sistem dan/atau spesifikasi teknis atau gangguan penyebab lainnya yang dibuktikan kemudian. Selanjutnya pemilik/ pengguna bangunan dapat mengusrus permohonan penerbitan Serrtifikat Bangunan Gedung Hijau. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan penuh tanggung jawab profesional.

...............................20...

Penyedia Jasa Pengawasan/MK/

Selaku Penanggung Jawab

(Tada tangan di atas materai Rp. 6.000,- dan stempel/ cap perusahaan)

.........................................

Disetujui.

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA....................... DINAS (instansi teknis pembina penyelenggaraan BG)

............................................... NIP. .........................................

- 103 -

Gambar 5. Contoh Surat Permohonan Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat BGH Sederhana

PERMOHONAN PENERBITAN/PERPANJANGAN SERTIFIKAT BANGUNAN GEDUNG HIJAU SEDERHANA

Kepada Yth ; Gubernur/ Bupati/ Walikota.......................... Di .................................................. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Pemohonng

a. Nama pemohon : b. Jabatan Pemohon :

Berdasarkan Surat Pernyataan Pemeriksaan Bangunan Gedung Hijau Nomor: ....................,......... tanggal .........., bulan ....... tahun ,,,,,, dengan ini mengajukan permohonan Penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau Untuk dan atas nama

Pemilik

a. Nama pemilik/ instansi atau perusahaan : b. Alamat kantor : Nomor telepon : Nomor fax : E-mail : c. Penanggung jawab kegiatan :

untuk: 1. Bangunan gedung

a. Fungsi utama : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

2. Bangunan gedung

a. Kampung : b. Kelurahan/ desa : c. Kecamatan : d. Kabupaten/ kota : e. Provinsi : f. Alamat lokasi terletak di : g. Koordinat :

- 104 -

3. Lampiran permohonan Penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau/ Perpanjangan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau bangunan gedung ini a. Fotokopi dokumen Izin Mendiirikan Bangunan (IMB)

termasuk lampirannya b. As-built drawings c. Rekomendasi hasil pemeriksaan oleh instansi terkait d. Dokumen Surat Pernyataan Bangunan Gedung Hijau e. Lain-lain

Demikian permohonan Penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau bangunan gedung ini kami ajukan untuk dapat diproses sebagaimana ketentuan berlaku.

...............................20...

Pemohon

;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; (jabatan pemohon)

NIP. ......................................... (untuk pemohon dari instansi pemerintah)

Tembusan kepada: 1. Kepala Dinas ......................... (instansi teknis pembina

penyelenggaraan bangunan gedung)

- 105 -

Gambar 6. Contoh Surat Permohonan Penerbitan/Perpanjangan Sertifikat BGH Tidak Sederhana

PERMOHONAN PENERBITAN/PERPANJANGAN SERTIFIKAT BANGUNAN GEDUNG HIJAU TIDAK SEDERHANA

Kepada Yth ; Gubernur/ Bupati/ Walikota.......................... Di .................................................. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Pemohon

a. Nama pemohon : b. Jabatan Pemohon :

Berdasarkan Surat Pernyataan Pemeriksaan Bangunan Gedung Hijau Nomor: ...................., tanggal ......., bulan ........ tahun ......., dengan ini mengajukan permohonan Penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau Untuk dan atas nama

Pemilik

a. Nama pemilik/ instansi atau perusahaan : b. Alamat kantor : Nomor telepon : Nomor fax : E-mail : c. Penanggung jawab kegiatan :

untuk: 1. Bangunan gedung

a. Fungsi utama : b. Fungsi tambahan : c. Jenis bangunan gedung : d. Nama bangunan gedung : e. Nomor pendaftaran BGH :

2. Bangunan gedung

a. Kampung : b. Kelurahan/ desa : c. Kecamatan :

d. Kabupaten/ kota : e. Provinsi : f. Alamat lokasi terletak di : g. Koordinat :

- 106 -

3. Lampiran permohonan Penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau/ Perpanjangan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau bangunan gedung ini a. Fotokopi dokumen Izin Mendiirikan Bangunan (IMB)

termasuk lampirannya b. As-built drawings c. Rekomendasi hasil pemeriksaan oleh instansi terkait d. Dokumen Surat Pernyataan Bangunan Gedung Hijau e. Lain-lain

Demikian permohonan Penerbitan Sertifikat Bangunan Gedung Hijau bangunan gedung ini kami ajukan untuk dapat diproses sebagaimana ketentuan berlaku.

...............................20...

Pemohon

........................................ (jabatan pemohon)

NIP. ......................................... (untuk pemohon dari instansi

pemerintah)

Tembusan kepada: 1. Yth. Menteri/ Pimpinan lembaga............................ 2. Gubernur/ Bupati/ Walikota.........................................

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,

ttd.

Ir. SRI HARTOYO, Dipl. SE., ME. NIP. 195805311986031002

- 1 -

LAMPIRAN II SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

NOMOR: 86/SE/DC/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

TATA CARA PENILAIAN KINERJA BANGUNAN GEDUNG

HIJAU

A. PENILAIAN KINERJA BANGUNAN GEDUNG HIJAU

1. Umum

Penilaian kinerja bangunan gedung hijau merupakan

kegiatan penilaian terhadap penerapan persyaratan

bangunan gedung hijau pada sebuah bangunan gedung.

Penilaian ini merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan

dari proses sertifikasi bangunan gedung hijau.

Penilaian kinerja bangunan gedung hijau dilakukan pada

setiap tahapan dari sebuah penyelenggaraan bangunan

gedung hijau mulai dari tahap pemrograman, perencanaan

teknis, pelaksanaan konstruksi, tahap pemanfaatan dan

tahap pembongkaran. Dalam setiap tahapan memiliki

daftar simak yang pemeriksaan dalam bentuk form, yaitu:

a. Penilaian Kinerja Tahap Perencanaan, sebagai alat

untuk menilai rencana teknis bangunan yang telah

memenuhi persyaratan teknis untuk diterbitkan IMB.

b. Penilaian Kinerja Tahap Pelaksanaan Konstruksi,

sebagai alat untuk menilai paska konstruksi terhadap

pernerapan praktik hijau dalam pelaksanaan

konstruksi dari sebuah perencanaan bangunan gedung

hijau sebelum bangunan hijau di manfaatkan.

- 2 -

c. Penilaian Kinerja Tahap Pemanfaatan, sebagai alat

untuk menilai bangunan gedung hijau pada masa

pemanfaatan.

Penilaian Bangunan Gedung Hijau baru adalah gabungan

antara nilai tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan

konstruksi. Penilaian Bangunan Gedung Hijau

Pemanfaatan adalah nilai dari tahap pemanfaatan.

2. Pelaksanaan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja bangunan gedung dilakukan secara

mandiri oleh pemilik atau pengelola bangunan gedung

dengan mengikuti salah satu dari 2 (dua) metode berikut:

a. Penilaian Mandiri dengan Pendampingan

Pemilik atau pengelola bangunan gedung dapat

melakukan penilaian secara mandiri didampingi oleh

Tenaga Ahli Bangunan Gedung Hijau atau Tim

Pendamping yang dibentuk oleh pemerintah

kabupaten/kota kecuali DKI Jakarta oleh pemerintah

provinsi. Penilaian mandiri dengan pendampingan

adalah jenis pelaksanaan yang ditujukan untuk fungsi

bangunan dengan tingkat pengenaan sukarela.

Pelaksanaan penilaian mandiri di awali dengan adanya

pelatihan oleh Tenaga Ahli Bangunan Gedung Hijau

atau Tim Pendamping kepada pemilik atau pengelola

bangunan gedung. Hasil penilaian kinerja BGH pada

setiap tahap yang dilakukan oleh masyarakat akan di

periksa dan disetujui oleh Tenaga Ahli Bangunan

Gedung Hijau atau Tim Pendamping sebagai dokumen

- 3 -

pengajuan sertifikat atau pelaporan periodik kinerja

BGH.

b. Verifikasi Independen.

Verifikasi independen adalah jenis pelaksanaan yang

ditujukan untuk fungsi bangunan gedung dengan

tingkat pengenaan wajib dan yang direkomendasikan,

serta sukarela.

Pelaksana kegiatan penilaian ini adalah orang

perseorangan atau badan usaha yang memiliki

kompetensi dalam penilaian kinerja bangunan gedung

hijau yang buktikan dengan sertifikat.

Penilaian kinerja BGH ini menggunakan borang

penilaian kinerja yang tidak terpisah dari SE tentang

penilaian kinerja bangunan gedung hijau.

Penilaian ini dilakukan pada tahap konstruksi dan

tahap pemanfaatan. Pada bangunan baru dapat

dilakukan oleh pengawas/MK yang memiliki

kompetensi pengawasan, pengkajian teknis, dan

kemampuan dibidang bangunan gedung hijau. Pada

masa pemanfaatan, pelaksanaan pengkajian teknis

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan hukum

yang memiliki kompetensi dalam pengkajian teknis dan

kemampuan di bidang bangunan gedung hijau.

3. Pelaku Penilaian Kinerja

Pelaku dalam pelaksanaan penilaian kinerja bangunan

gedung hijau pada tahap perencanaan dilakukan oleh

TABGH yang akan memeriksa dan menilai rencana teknis

pada saat proses perijinan. Pemerintah membentuk Tim

- 4 -

pendamping dalam penyelenggaraan Bangunan Gedung

Hijau untuk masyarakat dalam mendukung program H2M

sebagai pendamping masyarakat pada tahap pemrogaman,

Perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan

pembongkaran bangunan gedung hijau.

a. Kriteria Tim Ahli Bangunan Gedung Hijau (TABGH)

Dalam melakukan sertifikasi, Pemda dibantu TABGH

yang memiliki kompetensi umum sebagai TABG dan

kompetensi tambahan sebagai berikut :

1) Kompetensi Umum

a) warga negara Indonesia atau warga negara asing

yang sesuai dengan peraturan perundangan;

b) mampu berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar baik lisan

maupun tulisan;

c) mampu menggunakan sistem teknologi informasi;

d) memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi;

dan

e) dapat bekerja dengan kelompok.

2) Kompetensi Khusus

a) Personil TABGH harus mempunyai kualifikasi

yang tepat, pelatihan, pengalaman, dan memiliki

pengetahuan yang memuaskan tentang

persyaratan pemeriksaan BGH yang harus

dilakukan. Kualifikasi ini dapat dibuktikan selain

memiliki sertifikat keahlian di bidangnya juga

dengan referensi kerja terkait pemeriksaan

bangunan gedung, perencanaan bangunan

- 5 -

gedung hijau atau sertifikat tanda bukti mengikuti

pelatihan pemeriksaan bangunan gedung hijau.

b) Personil TABGH harus mampu melakukan

penilaian secara profesional terhadap kesesuaian

persyaratan yang ditetapkan dengan

menggunakan hasil pemeriksaan dan pengujian

serta mempunyai kemampuan untuk membuat

laporan.

c) Personil TABGH harus bebas dari tekanan

komersial, finansial, dan tekanan lain yang

mungkin dapat mempengaruhi penilaiannya

d) Personil TABGH harus taat pada kode etik

institusinya dan/atau kode etik profesinya

3) Pendidikan Formal/Profesi

a) Minimum S1 bidang teknik atau bidang lainnya

yang relevan; dan

b) Memiliki sertifikat kompetensi keahlian (SKA)

penilai bangunan gedung bidang sistem

Arsitektur, Sipil, Mekanikal dan Elektrikal atau

bidang lain yang relevan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan.

4) Pengalaman Kerja

Minimum 5 tahun dalam bidang yang terkait

bangunan gedung.

5) Lain-lain

a) Lulus program pelatihan sebagai ahli dalam

bidang bangunan gedung hijau;

b) Tidak cacat di bidang jasa konstruksi;

- 6 -

c) Tidak memiliki konflik kepentingan yang

memungkinkan dapat mempengaruhi penilaian;

dan

d) Penentuan kewenangan dalam pelaksanaan

pemeriksaan bangunan gedung hijau ditentukan

berdasarkan kualifikasi SKA yang dimiliki oleh

tenaga ahli dan dapat dilihat pada bagan alir pada

Lampiran III.

b. Kriteria Pengkaji Teknis Bangunan Gedung Hijau

Pelaksana pengkajian teknis bangunan gedung hijau

sebelum bangunan dimanfaatkan atau pada masa

pemanfaatan dapat dilakukan oleh orang perorangan

dan/atau badan usaha penyedia jasa konstruksi yang

memiliki tenaga ahli dengan persyaratan sebagai

berikut:

1) Umum

a) WNI atau WNA yang sesuai dengan peraturan

perundangan.

b) Mampu berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar baik lisan

maupun tulisan.

c) Menguasai teknologi informasi.

d) Memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi,

dan;

e) Dapat bekerja dengan kelompok

2) Pendidikan Formal/Profesi

a) minimum S1 bidang teknik atau bidang lainnya

yang relevan; dan

- 7 -

b) memiliki sertifikat kompetensi keahlian (SKA)

untuk bidang sistem bangunan gedung

(Arsitektur, Sipil, Mekanikal dan Elektrikal) dan

bidang lain yang relevan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan.

3) Pengalaman Kerja

Minimum kumulatif 3 tahun dalam bidang yang

terkait bangunan gedung bidang perencanaan dan

pengawasan.

4) Lain-lain

a) lulus program pelatihan sebagai ahli bidang

bangunan gedung hijau;

b) tidak cacat di bidang jasa konstruksi; dan

c) tidak memiliki konflik kepentingan yang

memungkinkan dapat mempengaruhi penilaian.

c. Kriteria Tenaga Pendamping H2M

Tenaga pendamping perseorangan yang bertugas untuk

mendampingi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan

penyelenggaraan H2M yang ditetapkan oleh

Bupati/walikota atau Gubernur untuk provinsi DKI

Jakarta. Tenaga pendamping ini memiliki persyaratan:

1) Umum

a) WNI atau WNA yang memenuhi ketentuan

peraturan perundangan terkait dengan jasa

konstruksi dan ketenaga kerjaan.

b) Mampu berkomunikasi dengan menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar baik lisan

maupun tulisan.

c) Mampu menggunakan sistem teknologi informasi.

- 8 -

d) Memiliki kemampuan komunikasi dan presentasi.

e) Memiliki pengalaman dalam hal pemberdayaan

masyakarat, dan;

f) Dapat bekerja dengan kelompok.

2) Pendidikan Formal/Profesi

a) Minimum S1 bidang teknik atau bidang lainnya

yang relevan; dan

b) Memiliki sertifikat kompetensi keahlian (SKA)

untuk bidang sistem bangunan gedung

(Arsitektur, Sipil, Mekanikal dan Elektrikal) dan

bidang lain yang relevan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangan.

3) Pengalaman Kerja

Minimum kumulatif 3 tahun dalam bidang yang

terkait bangunan gedung (perencanaan dan

pengawasan) dan 1 tahun dalam bidang

pemberdayaan.

4) Lain-lain

a) Lulus program pelatihan sebagai pengkaji

teknis/ahli pemeriksa bangunan gedung hijau;

b) Tidak cacat di bidang jasa konstruksi; dan

c) Tidak memiliki konflik kepentingan yang

memungkinkan dapat mempengaruhi penilaian.

4. Daftar Simak Penilaian Kinerja Bangunan Gedung Hijau

Daftar simak yang digunakan untuk pelaksanaan

penilaian kinerja bangunan gedung hijau sebagai berikut:

- 9 -

a. Tahap Perencanaan Teknis

Tabel 1. Daftar Simak Persiapan Penilaian Kinerja Tahap Perencanaan Teknis

NO DESKRIPSI ADA TIDAK ADA

ALAT DAN BAHAN SURVEI

1 Surat pengantar survei

2 Formulir survei

3 Pena

4 Pensil

5 Spidol

6 Kamera

DOKUMEN

1 Dokumen pengajuan Izin Mendirikan Bangunan

2 Gambar Rencana

Tabel 2. Form Penilaian Kinerja Tahap Perencanaan

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

A PENGELOLAAN TAPAK

1. Orientasi Bangunan

a. Adaptif terhadap pola edar matahari

1

b. Adaptif terhadap tapak dan iklim mikro

1

c. Memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami dan meminimalkan rambatan radiasi matahari

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 4

2. Pengolahan Tapak termasuk Aksesibilitas/ Sirkulasi

a. Penutup atap dan perkerasan memiliki nilai pantul matahari

minimal 0,3

1

b. Air hujan yang ditangkap pada area tapak dan bangunan minimal 40%

2

c. Nilai jumlah tajuk vegetasi dibanding area tapak minimal 20%

3

d. Vegetasi yang digunakan merupakan budidaya lokal skala provinsi minimal 60%

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 8

- 10 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

3. Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

* Untuk lahan bebas limbah, mendapatkan nilai penuh Merencanakan pemulihan pada lahan

terkontaminasi bahan berbahaya 3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

4. Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat

Isikan data berikut

Luas Area Hijau (m2)

Luas Lahan (m2)

Prosentase luas area hijau

Pilih salah satu

a. Area hijau 10-20% 1

b. Area hijau 20-50% 2

c. Area hijau >50% 3

Tambahan poin

d. Direncanakan area hijau dapat diakses oleh publik

1

e. Direncanakan melakukan penanaman pohon peneduh, peredam suara, penyaring bau, penyaring debu

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

5. Penyediaan Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)

a. memiliki pedestrian dengan arah yang mengakses antara luar gedung menuju ke teras gedung atau menerus dalam satu komplek gedung

3

b. Bangunan Gedung memenuhi persyaratan kemudahan terhadap fasilitas dan aksesibilitas

2

c. Memiliki fasilitas pejalan kaki yang

terhubung atau menghubungkan fasilitas publik, misal transportasi umum, jembatan penyebrangan,

ruang publik, dan menuju persil/kavling sekitarnya

1

d. Memiliki fasilitas bagi pengguna sepeda, misal jalur khusus sepeda, tempat parkir sepeda, dan fasilitas shower. (shower disarankan pemenuhannya untuk perkantoran yang mensyaratkan penghuninya

1

- 11 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

menggunakan sepeda)

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

6. Pengelolaan Tapak Basemen * bangunan tanpa basemen, mendapatkan

nilai penuh

Isikan data berikut

Luas tapak gedung utama (m2)

Luas Lahan (m2)

Nilai Koefisien Dasar Bangunan (A)

Luas Basemen (m2)

Luas Lahan (m2)

Nilai Koefisien Tapak Basemen (B)

Koefisien tapak basemen tidak melebihimKoefisienmDasarmBangunan

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 2

7. Penyediaan Lahan Parkir

Isikan data berikut

Rencana Luas lahan parkir (m2)

Luas Lahan (m2)

Nilai Koefisien Tapak Parkir (C)

Nilai Koefisien Dasar Bangunan (A)

Nilai C <30%

Pilih salah satu

a. Gedung direncanakan memiliki

lahan parkir < 30% dari KDB yang diizinkan

3

b. Gedung direncanakan memiliki

lahan parkir vertikal (di lantai atas) 3

c. Gedung direncanakan memiliki

lahan parkir di basemen maksimal 2 lapis

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

8. Sistem Pencahayaan Ruang Luar atau Halaman

Fasilitas penerangan direncanakan menggunakan saklar otomatis atau

sensor 3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

9. Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/ atau di Bawah Tanah, Air dan/atau Prasarana/ Sarana Umum

* bangunan yang tidak memiliki

kondisi sebagaimana pada persyaratan, mendapatkan nilai penuh

a. Memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami dan penghawaan alami bagi sarana dan prasarana umum yang ada di bawahnya

2

b. Menerapkan prinsip penghematan 2

- 12 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

energi dan air dengan mempertimbangkan persyaratan fungsi bangunan gedung yang ada di bawahnya

c. Menerapkan pengelolaan limbah domestik di luar lokasi BG, yang tidak mencemari lingkungan

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 6

B EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI

1. Selubung Bangunan

a. Selubung bangunan memiliki nilai

akumulasi OTTV dan RTTV maksimum 35 Watt/m2

5

b. Nilai perbandingan selubung bangunan transparan dengan selubung bangunan masif (Window to Wall Ratio) kurang dari 30%

4

c. Penggunaan bahan selubung bangunan dapat mendukung efisiensi energi

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

2. Sistem Ventilasi

Pilih salah satu

a. Ventilasi alami dan/atau mekanis sesuai dengan standar yang berlaku

4

b. Bangunan gedung yang tidak memiliki ventilasi alami, tetap harus memenuhi kebutuhan udara segar

3

c. Sistem ventilasi membantu mengurangi beban pendinginan

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 4

3. Sistem Pengkondisian Udara

a. Direncanakan menggunakan AC dengan suhu minimal berkisar 25°C±1°C atau Kelembaban relatif ruangan berkisar 60%±10%

2

b. kW/TR atau COP dari peralatan pengkondisian udara sesuai dengan standard yang berlaku,

5

Apabila bangunan gedung yang tidak merencanakan penggunaan pengondisian

udara, diisi dengan poin penuh

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

- 13 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

4. Sistem Pencahayaan

a. Daerah yang mendapatkan cahaya alami memiliki pengelompokan lampu terpisah dengan daerah yang tidak mendapatkan cahaya alami

4

b. Dilengkapi dengan dimmer/sensor

photoelectric 2

c. Pencahayaan buatan memenuhi seluruh persyaratan:

1) Daya maksimum lampu sesuai dengan peraturan

2

2) Luas area maksimum 30 m2 untuk satu sakelar untuk satu macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan

2

3) Menggunakan sensor/ pengendali pencahayaan dalam fungsi tertentu

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

5. Sistem Transportasi dalam gedung * bangunan tanpa lift, mendapatkan nilai penuh

a. Perhitungan traffic analysis lift sesuai standard yang berlaku

1

b. Menggunakan sistem transportasi vertikal yang memiliki fitur hemat energi

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 2

6. Sistem Kelistrikan

Pilih salah satu

a. Gedung direncanakan hanya memiliki satu alat ukur kWh meter

1 * bangunan dengan kompleksitas rendah yang memiliki inovasi dalam

pengukuran penggunaan energi, dapat meraih poin maksimum

b. Bangunan gedung direncanakan memiliki pengelompokan beban listrik dan masing-masing memiliki kWh meter, serta tersedia submeter

energi listrik untuk sumber daya utama lebih besar dari 100kVa

2

c. Dilakukan simulasi sistem mekanikal elektrikal bangunan atau Building Management System (BMS)

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

C EFISIENSI PENGGUNAAN AIR

1. Sumber Air

a. Air PDAM 1

- 14 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

b. Air permukaan yang diolah 3

c. Air hujan yang diolah 3

d. Air daur ulang misal dari wudlu 3

e. Air kondensasi AC 2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

2. Pemakaian Air

a. Direncanakan meter air dipasang di setiap sistem keluaran air PDAM

2

b. Direncanakan meter air dipasang di setiap sistem keluaran air tanah

3

c. Direncanakan meter dipasang di setiap sistem sumber air daur

ulang danmlebih darim10%mdigunakan

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 8

3. Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixture)

Jumlah Penggunaan

WC flush valve (hemat: 4L/flush)

WC flush tank (hemat: 4L/flush)

Urinal Flash Valve/ peturasan (hemat: 4L/flush)

Keran Wastafel (hemat 9L/menit)

Keran Tembok (hemat 8L/menit)

Shower (hemat 9L/menit)

*diuji dalam tekanan 0,7 bar

Jumlah total fixture hemat air yang

digunakan (1)

Jumlahmtotalmfixturemyangmdigunakanm(2)

Prosentase fixture hemat air terhadap total fixture air (1:2)

Pilih salah satu

a. Direncanakan gedung menggunakan minimal 25% produk fixture hemat air dari total rencana pengadaan produk

fixture

3

b. minimal 50% dari total pengadaan produk fixture

4

c. minimal 75% dari total pengadaan produk fixture

5

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

D KUALITAS UDARA DALAM RUANG

1. Pelarangan Merokok

a. Komitmen untuk menjadi gedung bebas asap rokok

2

- 15 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

b. Memiliki rambu dan peringatan larangan merokok di seluruh bagian gedung

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

2. Pengendalian CO2 dan CO

a. Direncanakan memiliki sistem ventilasi yang memperhitungkan kandungan CO2 dalam ruangan

3

b. Ruangan dalam bangunan gedung yang memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO dan/atau CO2 direncanakan memiliki alat monitor

CO dan/atau CO2

3

c. Ruangan dalam bangunan gedung yang memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO dan/atau CO2 direncanakan memiliki alarm jika ambang CO dan/atau CO2 melewati ambang batas

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 9

3. Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

a. Jika bangunan gedung direncanakan tidak menggunakan alat pendingin

5

b. Pada bangunan gedung yang direncanakan menggunakan alat pendingin:

1) Direncanakan tidak menggunakan bahan CFC (bahan berbahaya)

3

2) Direncanakan menggunakan alat pendingin dengan nilai Global Warming Potential (GWP) rendah

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

E MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN

1. Pengendalian Penggunaan Material Berbahaya

Material Penutup Atap Dominan

a. Penutup atap tidak direncanakan menggunakan asbestos

1

Material Cat

b. dalam RKS direncanakan menggunakan material cat sesuai

2

- 16 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

ketentuan tidak mengandung zat pencemar berbahaya

Material Kayu/ Bambu/ Material Terbarukan

c. jika rencana penggunaan kayu/bambu/material terbarukan

tidak terdapat perekat dan/atau pelapis dengan zat pencemar berbahaya

2

Material Logam

d. material logam menggunakan pelapis cat tahan karat yang tidak

mengandung zat pencemar berbahaya

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

2. Penggunaan Material Bersertifikat Ramah Lingkungan (Eco Labelling)

Material Struktur-Beton-Pasir dan Kerikil

a. material beton menggunakan pasir dan kerikil berasal dari sumber lokal, dengan jarak maksimum 1000 km dari lokasi proyek

2

Material Struktur-Beton-Semen

b. material beton penggunaan semen terdapat ketentuan rencana menggunakan semen dari pabrik yang menerapkan sistem manajemen lingkungan

2

Material Penutup Dinding

c. material penutup dinding terdapat ketentuan harus berasal dari sumber lokal, maksimum 1000 km dari lokasi proyek

2

Material Kayu/ Bambu/ Material Terbarukan

d. rencana penggunaan kayu/bambu/material terbarukan memiliki ketentuan legal, dan/atau menggunakan kayu daur ulang

2

Material Cat

e. dalam RKS direncanakan menggunakan material cat dengan ketentuan memilih dari pabrik yang menerapkan sistem manajemen lingkungan.

2

- 17 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

Material Penutup Atap

f. penutup atap direncanakan menggunakan material yang ramah lingkungan, yaitu tidak menggunakan asbes dan/atau memiliki ekolabel

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 11

F PENGELOLAAN SAMPAH

1. Penerapan Prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

Pengelolaan gedung direncanakan

berkomitmen untuk melakukan pembelian bahan atau barang yang tidak mengandung bahan berbahaya,

tidak merusak lingkungan, tidak memerlukan distribusi panjang, tidak menimbulkan sampah

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

2. Penerapan Sistem Penanganan Sampah

a. Rencana penyediaan fasilitas pemilahan sampah sesuai dengan kelompoknya

1

b. Rencana membangun TPS di lingkungan bangunan gedung serta melakukan pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke TPS secara terjadwal

1

c. Rencana usaha pengurangan dan penggunaan kembali kantong plastik dan kertas,

1

Tambahan poin:

d. Merencanakan fasilitas pengelolaan sampah organik, dan memberi nilai

tambah dari sampah dan/atau fasilitas pemadatan sampah non organik pada gedung.

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

3. Penerapan Sistem Pencatatan Timbulan Sampah

a. Merencanakan pembukuan retribusi sampah bulanan yang disertai dengan adanya catatan tanggal pengambilan sampah.

1

- 18 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

b. Merencanakan pencatatan berat/volume timbulan sampah

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 2

G PENGELOLAAN AIR LIMBAH

1. Penyediaan Fasilitas Pengelolaan Limbah Padat dan Limbah Cair Sebelum Dibuang ke Saluran Pembuangan Kota

* jika kota tidak memiliki jaringan air limbah, maka mendapatkan poin penuh

a. terhubung dengan pelayanan sistem jaringan air limbah

3

b. menggunakan pengolahan air

limbah 3

c. hasil olahan memenuhi baku mutu 3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 9

2. Daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey water)

a. menggunakan air hasil daur ulang yang memenuhi kualitas air bersih dan air yang dibuang ke saluran kota harus memenuhi persyaratan

2

b. menggunakan air hasil daur ulang untuk lebih dari satu fungsi

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

TOTAL POIN TAHAP PERENCANAAN 167

b. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Tabel 3. Daftar Simak Persiapan Penilaian Kinerja Tahap Pelaksanaan Konstruksi

NO DESKRIPSI ADA TIDAK ADA

ALAT DAN BAHAN SURVEY

1 Surat pengantar survei

2 Formulir survei

3 Kertas

4 Pena

5 Pensil

6 Spidol

7 Kapur

- 19 -

NO DESKRIPSI ADA TIDAK ADA

8 Kamera

9 Meteran

10 Photometer

11 Thermometer (hobo)

12 Sound Level Meter

DOKUMEN

1 Dokumen Izin Mendirikan Bangunan

2 Gambar Rencana

3 Dokumen Rencana Kerja dan Syarat

4 Dokumen Pelaksanaan

5 Dokumen Kontrak

6 Jadwal pekerjaan

7 Kurva S

8 Data pemakaian listrik

9 Data retribusi sampah/ timbulan sampah

10 Data pemakaian air

11 Data pemeriksaan air limbah

12 Dokumen pengukuran kualitas udara

13 Dokumen pemeriksaan kebisingan

Tabel 4. Form Penilaian Kinerja Tahap Pelaksanaan Konstruksi

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

A PROSES KONSTRUKSI HIJAU

1. Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau

a. memiliki jadwal pelaksanaan konstruksi

1

b. melakukan evaluasi kinerja secara berkala

1

c. melakukan perbaikan atas dasar hasil evaluasi

1

d. memiliki bukti yang menunjukkan inovasi-inovasi dalam proses konstruksi

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 4

- 20 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

2. Pengoptimalan Penggunaan Peralatan

a. memiliki jadwal, operasi alat-alat berat

1

b. seluruh alat berat memiliki jadwal pemeliharaan

1

c. seluruh alat berat memiliki izin kelaikan fungsi

1

d. seluruh operator alat berat memiliki sertifikat/ijin

1

e. berhasil meminimalkan waktu jeda operasional alat berat

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

3. Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi

a. melakukan optimasi dalam pemakaian material sehingga menciptakan pengurangan timbulan sampah konstruksi

3

b. memiliki area pemilahan dan pengumpulan sampah konstruksi

3

c. memiliki tempat penyimpanan material yang aman sehingga

yang dapat meningkatkan usia material

2

d. terdapat laporan pendaurulangan sampah konstruksi

5

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 13

4. Penerapan Konservasi Air pada Pelaksanaan Konstruksi

a. Pengelolaan Air Hujan

1) Memiliki sumur resapan 2

2) Memiliki kolam

penampungan air hujan 2

3) Memiliki kolam penampungan air hujan dengan kapasitas yang besar

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

b. Pemanfaatan Air Hujan

1) air hujan dimanfaatkan sebagai sumber air bersih untuk konstruksi

2

- 21 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

2) memiliki sistem penahan air permukaan sehingga memiliki waktu yang cukup untuk dapat diresapkan ke tanah

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

c. Dewatering

proyek tidak melakukan kegiatan dewatering, diisi dengan nilai penuh

1) proyek konstruksi melakukan proses dewatering yang telah

memiliki ijin

1

2) proyek konstruksi melakukan proses dewatering memiliki skenario proses dewatering

1

3) proyek konstruksi melakukan

proses dewatering memiliki sumur pantau

1

4) proyek konstruksi melakukan proses dewatering melakukan pengamatan penurunan muka tanah di sekitar lokasi konstruksi

1

5) proyek konstruksi yang mengolah air dewatering

1

6) proyek memanfaatkan air dewatering sebagai sumber air untuk konstruksi

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 8

5. Penerapan Konservasi Energi pada Pelaksanaan Konstruksi

a. Manajemen Energi saat

Konstruksi

1) Memiliki rencana

penggunaan energi saat konstruksi

1

2) memiliki SOP manajemen sesuai dengan ketentuan diatas

2

3) melaksanakan SOP, dibuktikan dengan hasil penggunaan energi sesuai dengan rencana

2

- 22 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

4) melakukan manajemen energi pada pelaksanaan konstruksi

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

b. Sistem Kelistrikan saat

Konstruksi

1) menggunakan peralatan yang telah lulus uji emisi (jika menggunakan genset)

1

2) memasang KWh meter pada panel induk dan panel distribusi

2

3) dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala beserta langkah langkah perbaikan

2

4) tata cara, persyaratan, dan detail penerapan konservasi energi pada pelaksanaan

konstruksi sesuai dengan ketentuan teknis

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

B PRAKTIK PERILAKU HIJAU

1. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)

Melakukan usaha pencegahan kecelakaan kerja konstruksi

a. Memiliki metode pengingatan K3L melalui suara secara berkala

1

b. Menjelaskan tentang ketentuan baju dan peralatan pengaman, disertai dengan bukti foto

pelaksanaan di lapangan

1

c. dalam dokumen rencana K3

memiliki SOP untuk setiap jenis pekerjaan

1

d. terdapat rambu-rambu K3 di proyek kontruksi

1

e. terdapat induksi kepada pekerja konstruksi baru

1

f. Melakukan usaha pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja konstruksi

2

- 23 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman

g. Memberikan mess pekerja yang bersih dan layak huni, maka mendapatkan nilai

1

h. Menyediakan toilet yang layak

pakai 1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 9

2. Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan

a. Aktivitas konstruksi memperhitungkan potensi

dampak negatif terhadap lingkungan

3

b. melakukan kegiatan

penghematan energi 3

c. melakukan kegiatan konservasi air

3

d. melakukan kegiatan penghematan sumber daya

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

C RANTAI PASOK HIJAU

1. Penggunaan Material Konstruksi

a. dalam proses konstruksi menggunakan material yang bahan baku berasal dari Indonesia

3

b. dalam proses konstruksi menggunakan material yang ramah lingkungan

3

c. rencana pengiriman dan pemanfaatan material dilakukan dengan tepat sesuai dengan kriteria diatas

1

d. rencana penggunaan alat berat dilakukan dengan tepat

1

e. material yang digunakan memiliki sedikit kemasaan pembungkus

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 10

2. Pemilihan Pemasok dan/atau Sub Kontraktor

a. pemasok material dan/atau alat yang beralamat dekat dengan lokasi proyek

4

- 24 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

b. pemasok material dan/atau alat yang produknya buatan Indonesia

5

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 9

3. Konservasi Energi

a. pernah melakukan dan memiliki laporan audit energi dari peralatan

2

b. memiliki aturan mengenai konservasi energi

1

c. alat berat yang digunakan pada proses konstruksi hemat

energi

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 4

TOTAL POIN TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI

100

c. Tahap Pemanfaatan

Tabel 5. Daftar Simak Persiapan Penilaian Kinerja Tahap Pemanfaatan

NO DESKRIPSI ADA TIDAK ADA

ALAT DAN BAHAN SURVEY

1 Surat pengantar survei

2 Formulir survei

3 Kertas

4 Pena

5 Pensil

6 Spidol

7 Kapur

8 Kamera

9 Meteran

10 Photometer

11 Thermometer (hobo)

12 Sound Level Meter

DOKUMEN

1 Dokumen Izin Mendirikan Bangunan

2 Gambar Rencana

3 Dokumen Rencana Kerja dan Syarat

4 Dokumen Pelaksanaan

5 Dokumen Kontrak

6 Jadwal pekerjaan

- 25 -

NO DESKRIPSI ADA TIDAK ADA

7 Kurva S

8 Data pemakaian listrik

9 Data retribusi sampah/ timbulan sampah

10 Data pemakaian air

11 Data pemeriksaan air limbah

12 Dokumen pengukuran kualitas udara

Tabel 6. Form Penilaian Kinerja Tahap Pemanfaatan

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

A ORGANISASI DAN TATA KELOLA BANGUNAN GEDUNG HIJAU

1. Kebijakan Pelestarian Lingkungan

a. Memiliki dokumen kebijakan pengelolaan bangunan yang ramah lingkungan

2

b. Memiliki dokumen tentang upaya-upaya penghematan air

1

c. Memiliki dokumen tentang upaya-upaya penghematan energi

1

d. Memiliki dokumen tentang upaya-upaya perbaikan lingkungan

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

2. Inovasi dalam pemeliharaan gedung

a. Terdapat inovasi dalam pemeliharaan gedung yang memberikan penghematan air

3

b. Terdapat inovasi dalam pemeliharaan gedung yang memberikan penghematan energi

3

c. Terdapat inovasi dalam pemeliharaan gedung yang memberikan penghematan biaya

3

d. Memiliki bukti dokumentasi keberhasilan inovasi yang dilakukan

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

B STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR (SOP) PEMANFAATAN

1. Evaluasi Pasca Penghunian

a. Evaluasi konsumsi listrik 1

b. Evaluasi konsumsi air 1

c. Evaluasi konsumsi pencahayaan 1

d. Evaluasi suhu ruangan 1

- 26 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

e. Evaluasi kualitas udara 1

f. Evaluasi keamanan 1

g. Evaluasi sirkulasi dalam bangunan 1

h. Evaluasi kesesuaian dengan fungsi 1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 8

2. Menindaklanjuti hasil evaluasi

a. Melakukan perbaikan sesuai hasil evaluasi

3

b. Perbaikan untuk lebih meningkatkan kepuasan penggunan bangunan

5

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 8

3. Kesesuaian Target Kinerja

A. PENGELOLAAN TAPAK

1. Orientasi Bangunan Gedung

a. Adaptif terhadap pola edar

matahari 1

b. Adaptif terhadap tapak dan iklim mikro

1

c. Memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami dan meminimalkan rambatan radiasi matahari

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 4

2. Pengolahan Tapak termasuk

Aksesibilitas/ Sirkulasi

a. Penutup atap dan perkerasan memiliki nilai pantul matahari minimal 0,3

1

b. Air hujan yang ditangkap pada area tapak dan bangunan minimal 40%.

2

c. Nilai jumlah tajuk vegetasi dibanding area tapak minimal 20%

3

d. Vegetasi yang digunakan merupakan budidaya lokal skala

provinsi minimal 60%

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 8

3. Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

* Untuk lahan bebas limbah, mendapatkan nilai penuh Merencanakan pemulihan pada

lahan terkontaminasi bahan berbahaya

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

- 27 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

4. Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat

Isikan data berikut

Luas Area Hijau (m2)

Luas Lahan (m2)

Prosentase luas area hijau

Pilih salah satu

a. Area hijau 10-20% 1

b. Area hijau 20-50% 2

c. Area hijau >50% 3

Tambahan poin

d. Direncanakan area hijau dapat

diakses oleh publik 1

e. Direncanakan melakukan penanaman pohon peneduh, peredam suara, penyaring bau, penyaring debu

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

5. Penyediaan Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian)

a. Bangunan gedung memiliki pedestrian dengan arah yang mengakses antara luar gedung menuju ke teras gedung atau menerus dalam satu komplek gedung;

3

b. Bangunan Gedung memenuhi persyaratan kemudahan terhadap fasilitas dan

aksesibilitas;

2

c. Bangunan gedung memiliki jalur pedestrian yang terhubung atau menghubungkan fasilitas publik, misal transportasi umum, jembatan penyebrangan, ruang

publik, dan menuju persil/kavling sekitarnya.

1

d. Bangunan Gedung Memiliki fasilitas bagi pengguna sepeda, misal jalur khusus sepeda, tempat parkir sepeda, dan fasilitas shower.

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

6. Pengelolaan Tapak Basemen

Isikan data berikut

Luas tapak gedung utama (m2)

- 28 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

Luas Lahan (m2)

Nilai Koefisien Dasar Bangunan (A)

Luas Basemen (m2)

Luas Lahan (m2)

Nilai Koefisien Tapak Basemen (B)

Koefisien tapak basemen tidak melebihi Koefisien Dasar Bangunan

2 * bangunan tanpa basemen, mendapatkan nilai penuh TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 2

7. Penyediaan Lahan Parkir

Isikan data berikut

Rencana Luas lahan parkir (m2)

Luas Lahan (m2)

Nilai Koefisien Tapak Parkir (C)

Nilai Koefisien Dasar Bangunan (A)

Nilai C <30%

Pilih salah satu

a. Gedung direncanakan memiliki lahan parkir < 30%

3

b. Gedung direncanakan memiliki lahan parkir vertikal (di lantai

atas)

3

c. Gedung direncanakan memiliki lahan parkir di basemen maksimal 2 lapis

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

8. Sistem Pencahayaan Ruang Luar atau Halaman

Fasilitas penerangan direncanakan menggunakan saklar otomatis atau

sensor 3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

9. Pembangunan Bangunan Gedung di atas dan/ atau di Bawah Tanah, Air dan/atau Prasarana/ Sarana Umum

* bangunan yang tidak memiliki kondisi sebagaimana pada persyaratan, mendapatkan nilai penuh

a. Memaksimalkan penggunaan pencahayaan alami dan penghawaan alami bagi sarana dan prasarana umum yang ada di bawahnya

2

b. Menerapkan prinsip penghematan energi dan air

2

- 29 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

dengan mempertimbangkan persyaratan fungsi bangunan gedung yang ada di bawahnya

c. Menerapkan pengelolaan limbah domestik di luar lokasi BG yang tidak mencemari lingkungan

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 6

B. EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI

1. Selubung Bangunan

a. Selubung bangunan memiliki nilai akumulasi OTTV dan RTTV

maksimum 35 Watt/m2

5

b. Nilai perbandingan selubung bangunan transparan dengan selubung bangunan masif (Window to Wall Ratio) kurang dari 30%

4

c. Penggunaan bahan selubung bangunan dapat mendukung efisiensi energi

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

2. Sistem Ventilasi

Pilih salah satu

a. Ventilasi alami dan/atau mekanis sesuai dengan standar yang berlaku

4

b. Tidak memiliki ventilasi alami, maka harus tetap memnuhi kebutuhannkebutuhan udara segar

3

c. Sistem ventilasi membantu penguranganmbebanmpendinginan

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 4

3. Sistem Pengkondisian Udara

a. Direncanakan menggunakan AC dengan suhu minimal berkisar 25°C±1°C atau Kelembaban relatifmruanganmberkisarm60%±10%

2

b. kW/TR atau COP dari peralatan pengkondisian udara sesuai dengan standard yang berlaku,

5

Apabila bangunan gedung yang tidak merencanakan penggunaan pengondisian

udara, diisi dengan poin penuh

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

- 30 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

4. Sistem Pencahayaan

a. Daerah yang mendapatkan cahaya alami memiliki pengelompokan lampu terpisah dengan daerah yang tidak mendapatkan cahaya alami

4

b. Dilengkapi dengan dimmer/sensor photoelectric

2

c. Pencahayaan buatan memenuhi seluruh persyaratan:

a. Daya maksimum lampu sesuai dengan peraturan

2

b. Luas area maksimum 30 m2 untuk satu sakelar untuk satu macam pekerjaan atau satu kelompok pekerjaan

2

c. Menggunakan sensor/ pengendali pencahayaan dalam fungsi tertentu

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

5. Sistem Transportasi dalam gedung

* bangunan tanpa lift, mendapatkan nilai penuh

a. Perhitungan traffic analysis lift sesuai standard yang berlaku

1

b. Menggunakan sistem transportasi vertikal yang memiliki fitur hemat energi

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 2

6. Sistem Kelistrikan

Pilih salah satu

a. Setiap kelompok beban listrik dalam satu sistem utilitas terpasang satu kWh meter.

1 * bangunan dengan kompleksitas rendah yang memiliki inovasi

dalam pengukuran penggunaan energi, dapat meraih poin maksimum

b. Bangunan gedung memiliki pengelompokan beban listrik

dan masing-masing memiliki kWh meter, serta tersedia submeter energi listrik untuk sumber daya utama lebih besar dari 100kVa

2

c. Dilakukan simulasi sistem mekanikal elektrikal bangunan atau Building Management System (BMS)

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

- 31 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

C. EFISIENSI PENGGUNAAN AIR

1. Sumber Air

a. Air PDAM 1

b. Air permukaan yang diolah 3

c. Air hujan yang diolah 3

d. Air daur ulang misal dari wudlu 3

e. Air kondensasi AC 2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 12

2. Pemakaian Air

a. Direncanakan meter air dipasang di setiap sistem keluaran air PDAM

2

b. Direncanakan meter air dipasang di setiap sistem keluaran air tanah

3

c. Direncanakan meter dipasang di setiap sistem sumber air daur ulang dan lebih dari 10% digunakan.

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 8

3. Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixture)

Jumlah Penggunaan

WC flush valve (hemat: 4L/flush)

WC flush tank (hemat: 4L/flush)

Urinal Flash Valve/ peturasan (hemat: 4L/flush)

Keran Wastafel (hemat 9L/menit)

Keran Tembok (hemat 8L/menit)

Shower (hemat 9L/menit)

*diuji dalam tekanan 0,7 bar

Jumlah total fixture hemat air yang digunakan (1)

Jumlah total fixture yang digunakan (2)

Prosentase fixture hemat air terhadap total fixture air (1:2)

Pilih salah satu

a. Direncanakan gedung menggunakan minimal 25%

produk fixture hemat air dari total rencana pengadaan produk

fixture

3

b. minimal 50% dari total pengadaan produk fixture

4

- 32 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

c. minimal 75% dari total pengadaan produk fixture

5

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

D. KUALITAS UDARA DALAM RUANG

1. Pelarangan Merokok

a. Komitmen untuk menjadi gedung bebas asap rokok

2

b. Memiliki rambu dan peringatan larangan merokok di seluruh bagian gedung

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

2. Pengendalian CO2 dan CO

a. Direncanakan memiliki sistem ventilasi yang memperhitungkan kandungan CO2 dalam ruangan;

3

b. Ruangan dalam bangunan gedung yang memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO dan/atau CO2 direncanakan memiliki alat monitor CO

dan/atau CO2; dan

3

c. Ruangan dalam bangunan gedung yang memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO dan/atau CO2 direncanakan memiliki alarm jika ambang CO dan/atau CO2 melewati ambang batas.

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 9

3. Pengendalian penggunaan bahan pembeku (refrigerant)

a. Jika gedung direncanakan tidak menggunakan alat pendingin

5

Jika gedung direncanakan menggunakan alat pendingin

b. Direncanakan tidak menggunakan bahan CFC (bahan berbahaya)

3

c. Direncanakan menggunakan alat pendingin dengan nilai Global Warming Potential (GWP)

rendah

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

- 33 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

E. MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN

1. Pengendalian Penggunaan Material Berbahaya

Material Penutup Atap Dominan

a. Penutup atap tidak direncanakan menggunakan asbestos

1

Material Cat

b. dalam RKS direncanakan menggunakan material cat sesuai ketentuan tidak mengandung zat pencemar

berbahaya

2

Material Kayu/ Bambu/ Material Terbarukan

c. jika rencana penggunaan kayu/bambu/material terbarukan tidak terdapat perekat dan/atau pelapis dengan zat pencemar berbahaya

2

Material Logam

d. material logam menggunakan pelapis cat tahan karat yang tidak mengandung zat pencemar berbahaya

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 7

2. Penggunaan Material Bersertifikat Ramah Lingkungan (Eco Labelling)

Material Struktur-Beton-Pasir dan Kerikil

a. material beton menggunakan pasir dan kerikil berasal dari sumber lokal, maksimum berjarak 1000 km dari lokasi

proyek

2

Material Struktur-Beton-Semen

b. material beton penggunaan semen menggunakan semen dari pabrik yang menerapkan sistem manajemen lingkungan

2

Material Penutup Dinding

c. material penutup dinding berasal dari sumber lokal, maksimum 1000 km dari lokasi proyek

2

- 34 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

Material Kayu/ Bambu/ Material Terbarukan

d. rencana penggunaan kayu/bambu/material terbarukan memiliki ketentuan legal, dan/atau menggunakan kayu daur ulang

2

Material Cat

e. dalam RKS direncanakan menggunakan material cat dengan ketentuan memilih dari pabrik yang menerapkan sistem

manajemen lingkungan.

2

Material Penutup Atap

f. penutup direncanakan menggunakan material yang ramah lingkungan, yaitu tidak menggunakan asbes dan/atau memiliki ekolabel

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 11

F. PENGELOLAAN SAMPAH

1. Penerapan Prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

Pengelolaan gedung melaksanakan berkomitmen untuk melakukan pembelian bahan atau barang yang tidak mengandung bahan berbahaya, tidak merusak lingkungan, tidak memerlukan distribusi panjang, tidak menimbulkan sampah

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 3

2. Penerapan Sistem Penanganan

Sampah

a. Melaksanakan penyediaan

fasilitas pemilahan sampah sesuai dengan kelompoknya

1

b. Melaksanakan pembangunan TPS di lingkungan bangunan

gedung serta melakukan pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke TPS secara terjadwal

1

- 35 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

c. Melaksanakan usaha

pengurangan dan penggunaan kembali kantong plastik dan kertas

1

Tambahan poin:

d. Melaksanakan pengelolaan

sampah organik, dan memberi nilai tambah dari sampah dan/atau melakukan pemadatan sampah non organik pada gedung.

2

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

3. Penerapan Sistem Pencatatan Timbulan Sampah

a. Melaksanakan pembukuan retribusi sampah bulanan disertai dengan adanya catatan tanggal pengambilan sampah.

1

b. Merencanakan pencatatan berat/volume timbulan sampah

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 2

G. PENGELOLAAN AIR LIMBAH

1. Penyediaan Fasilitas Pengelolaan Limbah Padat dan Limbah Cair Sebelum Dibuang ke Saluran Pembuangan Kota

* jika kota tidak memiliki jaringan air limbah, maka mendapatkan poin penuh

a. terhubung dengan pelayanan sistem jaringan air limbah

3

b. menggunakan pengolahan air limbah

3

c. hasil olahan memenuhi baku mutu

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 9

2. Daur ulang air yang berasal dari

limbah cair (grey water)

a. menggunakan air hasil daur ulang

2

b. menggunakan air hasil daur ulang untuk lebih dari satu fungsi

3

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

- 36 -

NO PERSYARATAN POIN KETERANGAN

C PANDUAN PENGGUNAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU UNTUK PENGHUNI/PENGGUNA

a. Terdapat program kegiatan pendidikan kepada penghuni gedung tentang operasional gedung

2

b. Terdapat papan informasi tentang kehijauan gedung

2

c. Terdapat himbauan-himbauan untuk berlaku ramah lingkungan

1

TOTAL POIN YANG DAPAT DICAPAI 5

TOTAL POIN TAHAP PEMANFAATAN 205

B. TATA CARA PEMERIKSAAN KINERJA BANGUNAN GEDUNG

HIJAU

1. Umum

Panduan Pelaksanaan kegiatan penilaian kinerja

bangunan gedung untuk setiap tahapan penyelenggaraan

bangunan gedung hijau terbagi kedalam 4 (empat) modul

pemeriksaan kinerja bangunan gedung hijau untuk setiap

tahapannya.

2. Pemeriksaan Kinerja Tahap Perencanaan Teknis

a. Pendahuluan

Modul Penilaian kinerja tahap perencanaan ini adalah

panduan tata cara penilaian kinerja yang diperlukan

pada saat menggunakan daftar simak penilaian kinerja

Bangunan Gedung Hijau (BGH) pada tahap

perencanaan.

Pada modul ini akan dijelaskan proses penilaian kinerja

bangunan gedung hijau, dimulai dengan menjelaskan

persyaratan, aspek-aspek yang perlu diperiksa, dan

- 37 -

pemberian nilai untuk tiap aspek yang memenuhi

persyaratan bangunan gedung hijau.

b. Bagan Alir Pemeriksaan Tahap Perencanaan Teknis

Pada tahap perencanaan, pemeriksaan dilakukan

dengan cara memeriksa dokumen rencana teknis

pembangunan. Dari pemeriksaan dokumen tersebut

didapatkan rencana teknis penerapan atas ragam aspek

persyaratan BGH yang akan diterapkan dan dinilai

kinerjanya.

Petugas Pemeriksa atau TABGH menilai kesesuaian

penerapan rencana BGH dari dokumen yang diterima

berdasarkan pemograman yang disepakati. Garis besar

proses pemeriksaan dijelaskan pada Bagan 1. dibawah.

Bagan 1. Bagan Alir Pemeriksaan Tahap Perencanaan Teknis

Mulai

Pemeriksaan dokumen

perencanaan

•Pengecekan terhadap rencana teknis (gambar perencanaan, dan spesifikasi dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat)

Penilaian Hasil Audit

•Penilaian atas kesesuaian dokumen rencana teknis terhadap ketentuan penilaian bangunan gedung hijau.

Selesai

- 38 -

c. Tata Cara Penilaian Kinerja Tahap Perencanaan Teknis

Tata cara penilaian kinerja BGH pada tahap

perencanaan teknis meliputi 7 aspek, yaitu: Pengelolaan

Tapak, Efisiensi Penggunaan Energi, Efisiensi

Penggunaan Air, Kualitas Udara Dalam Ruang, Material

Ramah Lingkungan, Pengelolaan Sampah, dan

Pengelolaan Air Limbah. Pemeriksaan dilakukan

terhadap kesesuaian dokumen teknis perencanaan

Bangunan Gedung dengan aspek BGH yang

direncanakan ada pada bangunan. Ketentuan lebih

lanjut mengenai kondisi minimum persyaratan teknis

BGH mengikuti aturan yang berlaku di daerah masing-

masing.

1) Pengelolaan Tapak

Pengelolaan tapak pada BGH bertujuan untuk

meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan,

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan

tapak antara lain:

a) perlindungan terhadap sumber daya alam pada

tapak bangunan;

b) pengelolaan air hujan;

c) perlindungan air permukaan; dan

d) pengelolaan vegetasi, tanah dan kontrol terhadap

erosi tapak.

Untuk memenuhi aspek pengelolaan tapak, maka

bangunan gedung harus memenuhi persyaratan

yang terdiri atas 9 persyaratan sebagai berikut:

- 39 -

a) Orientasi Bangunan Gedung

Gambar 1. Contoh perencanaan orientasi gedung

Orientasi BGH harus adaptif terhadap kondisi

fisik dan/atau lingkungan pada tapak

pembangunan BGH yang meliputi:

(1) Orientasi dan bentuk massa BGH harus

dirancang untuk dapat memaksimalkan

pencahayaan alami dan meminimalkan

rambatan radiasi panas sinar matahari yang

masuk ke dalam bangunan gedung.

(2) Orientasi, bentuk massa, dan penampilan

BGH harus disesuaikan dengan bentuk lahan,

jalan, bangunan sekitarnya, pergerakan

matahari tiap tahun, arah angin, curah hujan,

dan debu serta kelembaban udara sekitar.

Pemeriksaan dokumen untuk Orientasi

Bangunan Gedung meliputi:

- 40 -

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan:

i. Site Plan; dan

ii. rencana orientasi bangunan terhadap

pola edar matahari (solar chart)

setempat (altitude dan longitude)

pada kurun waktu satu tahun.

(b) Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)

yang menunjukkan jenis selubung

bangunan (jenis kaca pada jendela dan

dinding sebagai selubung bangunan).

(c) RKS yang menunjukkan perbandingan

selubung bangunan transparan dengan

selubung bangunan masif.

Pemeriksaan dokumen rencana teknis terkait

rencana jenis selubung bangunan yang akan

dipasang.

(2) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terkait

ketentuan jenis selubung bangunan yang

akan digunakan.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan dokumen

untuk Orientasi Bangunan Gedung akan

diberikan jika:

(1) Orientasi bangunan gedung adaptif terhadap

pola edar matahari.

- 41 -

(2) Orientasi bangunan gedung adaftif terhadap

tapak dan iklim mikro (arah angin, debu,

kelembaban, dan curah hujan).

(3) Bangunan gedung memaksimalkan

penggunaan pencahayaan alami dan

meminimalkan rambatan radiasi matahari.

b) Pengolahan Tapak termasuk Aksesibilitas/

Sirkulasi

Gambar 2. Contoh rencana pengelolaan tapak, menunjukkan lansekap, Sumur Resapan Air Hujan

(SRAH), dan ram aksesibilitas

Pengolahan tapak pada BGH ditujukan untuk

meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan juga melindungi, memulihkan, dan

meningkatkan kualitas lingkungan tapak yang

meliputi:

(1) perlindungan terhadap sumber daya alam pada

tapak bangunan;

(2) pengelolaan air hujan pada persil bangunan

gedung;

(3) perlindungan air permukaan; dan

- 42 -

(4) pengelolaan vegetasi, tanah dan kontrol

terhadap erosi tapak.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengolahan Tapak

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan Site Plan;

(b) Dokumen RKS yang menunjukkan

spesifikasi teknis dari rencana

aksesibilitas dan sirkulasi; dan

(c) Dokumen RKS yang menunjukkan

rencana jenis vegetasi.

(2) Pemeriksaan dokumen rencana teknsi terkait

jenis vegetasi, sirkulasi fasilitas aksesibilitas

didalam tapak bangunan.

(3) Identifikasi pengelolaan limpasan air hujan

yang dilakukan, mencakup: fasilitas yang

disediakan dan kapasitas penanganan.

Fasilitas penanganan dapat berupa (tidak

terbatas pada): biopori, sumur resapan,

subreservoir, sistem penahan permukaan, bak

penampungan.

Penilaian kinerja hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pengolahan Tapak akan diberikan jika:

(1) penutup atap dan perkerasan yang memiliki

nilai pantul matahari min 0,3.

- 43 -

(2) air hujan yang ditangkap pada area tapak dan

bangunan minimal 40%.

(3) nilai jumlah tajuk vegetasi di bandingkan area

tapak minimal 20%.

(4) vegetasi yang yang digunakan merupakan

budidaya lokal skala propinsi minimal 60%.

c) Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3)

Lahan terkontaminasi limbah bahan berbahaya

dan beracun adalah lahan bernilai negatif dan tak

terpakai akibat terkontaminasi limbah bahan

berbahaya dan beracun. Pemanfaatan lahan

kembali dapat dilakukan dengan merevitalisasi

lahan terlebih dahulu sehingga dampak

negatifnya dapat dikurangi.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah B3

untuk lokasi BGH dimaksudkan untuk

memperbaiki lahan terkontaminasi tersebut

sekaligus mengurangi tekanan kebutuhan pada

lahan. Apabila BGH dibangun di lahan

terkontaminasi limbah B3 maka wajib

melaksanakan pemulihan lahan terlebih dahulu

dengan mengikuti Peraturan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 33 Tahun 2009 tentang Tata Cara

Mengenai Pemulihan Lahan Terkontaminasi

- 44 -

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan

peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

Klasifikasi bahan beracun dan berbahaya

mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

2001 tentang pengelolaan Bahan Berbahaya dan

Beracun dan peraturan perundang-undangan

terkait.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengelolaan Lahan

Terkontaminasi Limbah B3 meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Site Plan;

ii. Dokumen yang menunjukan lokasi tapak

terkontaminasi;

iii. rencana revitalisasi yang dilakukan; dan

iv. rencana penggunaan lahan.

(b) Dokumen RKS yang menunjukkan rencana

revitalisasi yang akan dilakukan.

(c) Photo sebelum pembangunan.

(2) Pemeriksaan gambar sebelum pemulihan,

rencana pemulihan.

(3) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terkait

ketentuan rencana pemulihan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah

B3 akan diberikan jika perencanaan bangunan

gedung hijau merencanakan pemulihan lahan

- 45 -

yang terkontaminasi limbah dan bahan

berbahaya.

d) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat

Gambar 3. Contoh rencana area hijau

Ruang terbuka hijau bertujuan memberikan

fungsi tanaman sebagai penyerap CO2, penangkap

air hujan, yang juga bisa sebagai tempat aktivitas

manusia. Ruang terbuka hijau privat adalah area

dari bangunan gedung yang didedikasikan sebagai

area hijau oleh pemiliknya.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), hunian campuran, dan klas 1,

2, 3 (kompleksitas sederhana) kriteria ini tidak

dinilai. Pada daftar simak penilaian kinerja,

diberikan nilai penuh.

Pemeriksaan dokumen untuk RTH privat meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

- 46 -

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Site Plan; dan

ii. Detail Lansekap.

(b) RKS yang menunjukkan rencana jenis

tanaman.

(2) Pemeriksaan gambar rencana terkait luas area

hijau.

(3) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terkait

ketentuan fungsi tanaman lansekap.

(4) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terkait

fungsi area RTH privat apabila terdapat

ketentuan yang bisa digunakan untuk aktivitas

manusia.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk RTH privat akan diberikan jika:

(1) Luas area hijau lebih dari 10%.

(2) area hijau dapat diakses oleh publik.

(3) area hijau memiliki fungsi tertentu sebagai

peneduh/ penyaring suara/ penyaring bau.

e) Penyediaan Jalur Pedestrian

Penyediaan jalur pedestrian ini bertujuan untuk

meminimalkan atau menghilangkan penggunaan

transportasi yang menimbulkan polusi dan energi

yang besar serta aman dan nyaman bagi seluruh

jenis dan kondisi pengguna. Kesesuaian teknis

jalur pedestrian mengacu pada Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum 30/PRT/M/2006 mengenai

Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada

Bangunan Gedung dan Lingkungan

- 47 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Pemeriksaan dokumen untuk Penyediaan Jalur

Pedestrian meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Site Plan yang memperlihatkan jalur

pedestrian.

ii. Detail jalur pedestrian; dan

iii. Potongan jalur pedestrian.

(b) RKS yang menunjukkan ketentuan kualitas

pada jalur pedestrian.

(2) Pemeriksaan gambar terkait arah jalur

pedestrian.

(3) Pemeriksaan gambar terkait detail jalur sesuai

dengan ketentuan dalam RKS.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penyediaan Jalur Pedestrian akan

diberikan jika:

(1) Bangunan gedung memiliki pedestrian dengan

arah yang mengakses antara luar gedung

menuju ke teras gedung atau menerus dalam

satu komplek gedung;

- 48 -

(2) Bangunan Gedung memenuhi persyaratan

kemudahan terhadap fasilitas dan

aksesibilitas;

(3) Bangunan gedung memiliki jalur pedestrian

yang terhubung atau menghubungkan fasilitas

publik, misal transportasi umum, jembatan

penyebrangan, ruang publik, dan menuju

persil/kavling sekitarnya.

(4) Bangunan Gedung Memiliki fasilitas bagi

pengguna sepeda, misal jalur khusus sepeda,

tempat parkir sepeda, dan fasilitas shower.

f) Pengelolaan Tapak Basemen

Tujuan dari pengelolaan tapak basemen adalah

untuk memberikan fungsi tanah yang tidak

terdapat basemen agar dapat memiliki RTH

dengan fungsi maksimal. Fungsi maksimal

tersebut dapat diperoleh dengan ditanamnya

pohon besar, dimana pohon besar memiliki akar

yang dalam dan berfungsi sebagai penyerap air

yang besar.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), hunian campuran, dan

bangunan tanpa basemen kriteria ini tidak dinilai.

Pada daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengelolaan Tapak

Basemen meliputi:

- 49 -

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

(a) Denah Basemen;

(b) Denah site plan dengan menunjukkan garis

basemen; dan

(c) Potongan bangunan.

(2) Pemeriksaan terhadap gambar garis basemen

bangunan dibandingkan dengan tapak

bangunan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pengelolaan Tapak Basemen akan

diberikan jika koefisien tapak basemen tidak

melebihi Koefisien Dasar Bangunan.

g) Penyediaan Lahan Parkir

Penyediaan lahan parkir pada bangunan gedung

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan parkir

pengguna bangunan gedung. Seringkali

penyediaan parkir ini mengambil peruntukan

penyediaan lahan hijau. Seiring dengan

tersedianya fasilitas dan kesadaran untuk

menggunakan transportasi umum maka

penyediaan lahan parkir dapat ditekan, sehingga

dapat memberi penyediaan ruang terbuka hijau

lebih banyak.

- 50 -

Gambar 4. Contoh Penyediaan Lahan Parkir

Pemeriksaan dokumen untuk Penyediaan Lahan

Parkir meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Gambar peletakan lahan parkir; dan

ii. Gambar detail lahan parkir.

(b) Dokumen kewajiban penyediaan lahan

parkir.

(2) Identifikasi banyaknya penyediaan lahan

parkir.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penyediaan Lahan Parkir akan diberikan

jika:

(1) penyediaan lahan parkir tidak melebihi 30%

dari KDB yang diizinkan;

- 51 -

(2) penyediaan lahan parkir berupa lahan parkir

vertikal, sehingga mengurangi penggunaan

atau kerusakan lahan, misal menggunakan

gedung parkir mekanis.

(3) penyediaan lahan parkir berupa basemen

direncanakan maksimal 2 lapis.

h) Sistem Pencahayaan Ruang Luar atau Halaman

Sistem pencahayaan pada ruang luar atau

halaman diperlukan untuk menjaga keamanan

dan kenyaman pengguna bangunan gedung.

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Pencahayaan Ruang Luar atau Halaman meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Gambar peletakkan sistem pencahayaan

ruang luar atau halaman; dan

ii. Gambar detail sistem pencahayaan ruang

luar atau halaman.

(b) RKS yang menunjukkan spesifikasi sistem

pencahayaan ruang luar dan halaman

(2) Pemeriksaan terhadap gambar dan RKS terkait

sistem pencahayaan pada ruang luar dan

halaman yang akan digunakan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Sistem Pencahayaan Ruang Luar atau

Halaman akan diberikan jika sistem pencahayaan

- 52 -

pada ruang luar atau halaman menggunakan

saklar otomatis atau sensor.

i) Pembangunan Bangunan Gedung di Atas dan/

atau di Bawah Tanah, Air dan/atau

Prasarana/Sarana Umum

Pembangunan bangunan gedung yang didirikan di

atas dan/atau di bawah tanah, air dan/atau

prasarana/sarana umum tidak boleh mengganggu

fungsi yang ada di atas dan/atau bawahnya.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Pemeriksaan dokumen untuk Pembangunan

Bangunan Gedung di Atas dan/atau di Bawah

Tanah, Air dan/atau Prasarana/Sarana Umum

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

Gambar rencana teknis potongan bangunan

gedung.

(2) Identifikasi terhadap bangunan gedung

didirikan di atas dan/atau di bawah tanah, air

dan/atau prasarana/sarana umum.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pembangunan Bangunan Gedung di Atas

dan/atau di Bawah Tanah, Air dan/atau

Prasarana/Sarana Umum akan diberikan jika:

- 53 -

(1) pembangunan BGH di atas prasarana

dan/atau sarana umum memaksimalkan

pencahayaan alami dan penghawaan alami

bagi sarana dan prasarana umum yang ada di

bawahnya,

(2) pembangunan BGH di atas prasarana

dan/atau sarana umum menerapkan prinsip

penghematan energi dan air dengan

mempertimbangkan persyaratan fungsi

bangunan gedung ada di bawahnya,

(3) pembangunan BGH di atas prasarana

dan/atau sarana umum menerapkan

pengelolaan limbah domestik di luar lokasi

bangunan gedung yang tidak mencemari

lingkungan.

2) Efisiensi Penggunaan Energi

Efisiensi penggunaan energi ditujukan untuk

mencapai tingkat energi yang optimal sesuai dengan

fungsi bangunan gedung, mengurangi dampak

negatif terhadap lingkungan, serta mengurangi biaya

yang berlebihan terkait penggunaan energi.

Efisiensi penggunaan energi diperhitungkan dengan

menerapkan persyaratan teknis efisiensi penggunaan

energi sesuai dengan pedoman dan standard teknis

terkait, yang diperkirakan mampumencapai

konservasi energi dengan kisaran 20-25%.

Untuk memenuhi aspek efisiensi penggunaan energi,

maka bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan yang terdiri atas persyaratan:

- 54 -

a) Selubung Bangunan

Selubung bangunan merupakan elemen

bangunan yang membungkus bangunan gedung,

berupa dinding dan atap transparan atau yang

tidak transparan tempat sebagian besar energi

termal berpindah lewat elemen tersebut.

Komponen dalam selubung bangunan yang harus

di desain untuk mencapai efisiensi penggunaan

energi yang diinginkan meliputi dinding, atap,

pembukaan celah, ventilasi, akses bangunan

gedung, cahaya alami, kaca, peneduh, dan

kekedapan udara.Proses transfer panas atap

bangunan disebut Roof Thermal Transfer Value

(RTTV) dan/atau proses transfer panas pada

selubung bangunan diebut Overall Thermal

Transfer Value (OTTV).

Efisiensi penggunaan energi pada BGH secara

akurat harus mempertimbangkan nilai akumulasi

RTTV dan OTTV. Nilai akumulasi tersebut

mengacu kepada Standard Nasional Indonesia SNI

6389:2011 tentang Konservasi Energi untuk

Selubung Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

- 55 -

sumber: SNI 6389:2011 Gambar 5. Contoh perencanaan selubung bangunan

Pemeriksaan dokumen untuk Selubung

Bangunan meliputi: Kelengkapan dokumen yang

perlu diperiksa dari pemilik bangunan/penyedia

jasa perencana, adalah sebagai berikut:

(1) Pemeriksaan terhadap dokumen perhitungan

nilai OTTV dan RTTV dengan nilai maksimum

yang ditetapkan adalah sebesar 35 Watt/m2

juga memperhatikan komponen nilai Shading

Coefficient (SC) dan U-Value dari material

kaca.

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Denah atap;

ii. Informasi jenis atap;

iii. Denah Bangunan;

iv. Orientasi Bangunan;

v. Tampak Bangunan;

vi. Potongan Bangunan; dan

vii. Jenis peneduh.

- 56 -

(b) Informasi detil jenis material:

i. Dinding;

ii. Penutup atap;

iii. Jendela;

iv. Bingkai jendela;

v. Peneduh (Shading); dan

vi. Warna dinding luar.

(c) RKS yang menunjukkan jenis penutup atap,

bahan dinding dan jendela, dan spesifikasi

teknis kaca (nilai Shading Coefficient dan U-

Value).

(d) Perhitungan Nilai OTTV dan RTTV, secara

manual dan/atau simulasi.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Selubung Bangunan akan diberikan jika:

(1) Selubung bangunan memiliki nilai akumulasi

OTTV dan RTTV maksimum 35 Watt/m2.

Perhitungan mengacu pada SNI 6389:2011

tentang konservasi energi selubung bangunan

pada bangunan gedung.

(2) nilai perbandingan selubung bangunan

transparan dengan selubung bangunan masif

(Window to Wall Ratio) kurang dari 30%.

(3) Menunjukkan penggunaan bahan selubung

bangunan yang direncanakan dapat

mendukung efisiensi energi.

b) Sistem Ventilasi

Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara

segar ke dalam bangunan gedung dalam jumlah

- 57 -

yang sesuai kebutuhan. Ventilasi bertujuan

untuk mensirkulasi gas-gas yang berbahaya bagi

manusia, juga harus digunakan semaksimal

mungkin untuk meminimalkan beban

pendinginan. Sistem ventilasi terbagi menjadi dua

jenis, sistem ventilasi mekanis dan sistem

ventilasi alami. Sistem ventilasi mekanis harus

disediakan apabila sistem ventilasi alami tidak

memadai.

Perencanaan sistem ventilasi mengacu kepada SNI

6572:2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem

Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada

Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

Gambar 6. Contoh perencanaan sistem ventilasi

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem Ventilasi

meliputi:

(1) Gambar rencana teknis yang menunjukkan

(a) Diagram satu garis sistem ventilasi; dan

(b) Denah sistem ventilasi.

- 58 -

(2) RKS yang menunjukkan

(a) Rencana jenis sistem ventilasi; dan

(b) Perhitungan kebutuhan ventilasi mekanis

bangunan.

(3) Gambar rencana teknis yang menunjukkan

(a) Gambar situasi yang menjelaskan

hubungan bangunan dengan lingkungan

(bangunan lainnya, sebanyak 2 baris);

(b) Gambar skyline bangunan dengan

lingkungannya (memanjang dan melintang);

(c) Denah yang menunjukkan fungsi dan luas

ruangan; dan

(d) Tampak bangunan.

Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa dari

pemilik bangunan/penyedia jasa perencana,

adalah sebagai berikut:

(1) Pemeriksaan terhadap jenis ventilasi yang

digunakan (ventilasi alami dan/atau ventilasi

mekanis).

(2) Identifikasi terhadap luasan ventilasi alami

(jika ada).

(3) Identifikasi terhadap tata cara, persyaratan,

ukuran, dan detail penerapan sistem ventilasi

mekanis (jika ada).

(4) Pemeriksaan terhadap kesesuaian ventilasi

alami dan/atau mekanis dengan ketentuan

SNI 6572:2011 tentang Tata Cara

Perancangan Sistem Ventilasi dan

- 59 -

Pengkondisian Udara pada Bangunan

Gedung.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Sistem Ventilasi akan diberikan jika:

(1) ventilasi alami dan/atau mekanis sesuai

dengan standard yang berlaku.

(2) Bangunan gedung yang tidak memiliki

ventilasi alami, tetap harus memenuhi

kebutuhan udara segar.

(3) sistem ventilasi membantu mengurangi beban

pendinginan.

c) Sistem Pengondisian Udara

Sistem Pengondisian udara pada BGH bertujuan

untuk memenuhi kesehatan dan kenyamanan

penghuni bangunan gedung. Sistem pengondisian

pada BGH perlu memperhatikan aspek efisiensi

energi. Adapun referensi dalam perencanaan

sistem pengondisian tata udara adalah SNI

6390:2000 tentang Konservasi Energi Sistem Tata

Udara pada Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

sumber: SNI 6572:2011

Gambar 7. Contoh perencanaan sistem pengkondisian udara

- 60 -

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Pengondisian Udara meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Perhitungan beban pengondisian udara

(AC) bangunan.

(b) RKS yang menunjukkan spesifikasi dan

persyaratan AC yang digunakan.

(c) Daftar peralatan pengkondisian udara

yang digunakan; dan

(d) Mekanisme pengaturan temperatur

ruangan.

(e) Gambar detail rencana teknis yang

menunjukkan:

i. Lokasi ruangan ber-AC; dan

ii. Diagram satu garis sistem AC.

(2) Bangunan yang menggunakan AC. Dilakukan

identifikasi dokumen perhitungan beban

pengondisian udara, penetapan temperatur

dalam ruang sebesar 25oC ±1oC dan

Kelembaban Relatif 60% ± 10%.

(3) Pemeriksaan kesesuaian kapasitas dan

konsumsi energi (kW/TR atau COP) dari

peralatan pengkondisian udara dengan SNI

6390:2011

(4) Identifikasi terhadap ruangan yang

membutuhkan pendinginan khusus. Seperti

- 61 -

ruang server, gudang pendingin, dan lain

sebagainya.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan dokumen

untuk Sistem Pengondisian Udara akan diberikan

jika :

(1) Direncanakan menggunakan AC dengan suhu

minimal berkisar 25°C±1°C atau Kelembaban

relatif ruangan berkisar 60%±10%;

(2) kW/TR atau COP dari peralatan

pengkondisian udara sesuai dengan standard

yang berlaku; dan

Apabila bangunan gedung tidak

merencanakan penggunaan pengondisian

udara, maka tetap mendapat nilai sempurna.

d) Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan pada BGH dimaksudkan

untuk mengoptimalkan kenyamanan dan

produktivitas penghuni bangunan dengan

pengoperasian yang optimal dan

mempertimbangkan aspek ramah lingkungan dan

biaya. Sistem pencahayaan meliputi sistem

pencahayaan alami dan sistem pencahayaan

buatan. Sistem pencahayaan buatan akan

digunakan apabila sistem pencahayaan alami

tidak mampu mencapai tingkat pencahayaan

minimal yang dipersyaratkan (iluminasi).

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran dan detail penerapan sistem pencahayaan

pada BGH mengikuti SNI 2396:2001 tentang Tata

- 62 -

Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami

pada Bangunan Gedung atau edisi terbaru dan

SNI 6197:2011 tentang Konservasi Energi Sistem

Pencahayaan Buatan Pada Bangunan Gedung

atau edisi terbaru.

Gambar 8. Contoh perencanaan pencahayaan alami

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Pencahayaan meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar detail rencana teknis yang

menunjukkan

i. Denah yang menunjukkan fungsi dan

luas ruangan; dan

ii. Tampak dan potongan bangunan.

(b) Gambar detail rencana teknisyang

menunjukkan:

i. Pengelompokan Lampu setiap ruangan;

ii. Lokasi penempatan titik lampu di setiap

- 63 -

ruangan; dan

iii. Lokasi penempatan saklar lampu.

(c) RKS elektrikal

i. Mekanisme dimmer/ sensor

photoelectric/ sensor gerak yang

digunakan pada lampu di dalam

maupun di luar bangunan; dan

ii. Daftar lampu yang terpasang pada

bangunan.

(d) Simulasi pencahayaan alami menggunakan

piranti lunak, Perhitungan beban

pencahayaan setiap ruangan bangunan

(tingkat dan daya pencahayaan).

(2) Identifikasi terhadap lokasi cahaya alami.

(3) Identifikasi terhadap penempatan titik lampu

yang berada di daerah pencahayaan alami.

Titik lampu yang berada pada daerah

pencahayaan alami memiliki pengelompokan

terpisah (zonasi terpisah) dengan daerah yang

tidak mendapatkan pencahayaan alami.

(4) Identifikasi penempatan dimmer/sensor

photoelectric/sensor gerak pada daerah cahaya

alami. Sensor tersebut dapat terpasang di

dalam maupun di luar bangunan.

(5) Identifikasi terhadap kebutuhan tingkat

pencahayaan (lux) dan daya maksimum

pencahayaan (Watt) setiap ruangan. Tingkat

dan daya maksimum pencahayaan mengacu

SNI 6197:2011 atau yang terbaru.

- 64 -

(6) Identifikasi terhadap penempatan titik lampu

dan saklar lampu pada setiap ruangan yang

memiliki luas lebih kecil dari 30 m2.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Sistem Pencahayaan akan diberikan jika :

(1) Daerah yang mendapatkan cahaya alami

memiliki pengelompokan lampu terpisah

dengan daerah yang tidak mendapatkan

cahaya alami maka mendapat nilai.

(2) Dilengkapi dengan dimmer/sensor

photoelectric akan mendapat nilai.

(3) Untuk pencahayaan buatan, jika memenuhi

seluruh persyaratan berikut:

(a) Daya maksimum lampu sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

(b) Luas area maksimum 30 m2 untuk satu

sakelar untuk satu macam pekerjaan atau

satu kelompok pekerjaan; dan

(c) Menggunakan sensor/ pengendali

pencahayaan dalam fungsi tertentu.

e) Sistem Transportasi Dalam Gedung

Sistem transportasi dalam gedung dimaksudkan

untuk mengoptimalkan tingkat kemudahan dan

kenyamanan bagi penghuni bangunan gedung

dengan memperhatikan konsumsi energi dan

waktu tempuh yang dibutuhkan.

- 65 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), hunian campuran, dan klas 1, 2,

3 (kompleksitas sederhana) kriteria ini tidak

dinilai. Pada daftar simak penilaian kinerja,

diberikan nilai penuh.

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran, dan detail penerapan sistem tansportasi

dalam gedung mengikuti SNI 6573:2001 tentang

Tata Cara Penerapan Sistem Transportasi Vertikal

dalam Gedung atau edisi terbaru.

Gambar 9. Contoh perencanaan sistem transportasi

dalam gedung (lift)

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem Transportasi

Dalam Gedung meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

- 66 -

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan;

i. Lokasi penempatan lift;

ii. Diagram satu garis bukaan lift; dan

iii. Spesifikasi lift.

(b) Perhitungan traffic analysis lift.

i. Berdasarkan zonasi lantai pelayanan

lift; dan

ii. Berdasarkan teknologi pendistribusian

pengguna lift.

(2) Pemeriksaan terhadap perhitungan traffic

analysis lift agar sesuai dengan jumlah dan

kapasitas lift terpasang pada bangunan

sesuai dengan standard yang berlaku

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Sistem Transportasi Dalam Gedung akan

diberikan jika:

(1) Perhitungan traffic analysis lift sesuai dengan

standard yang berlaku

(2) Bangunan gedung direncanakan

menggunakan sistem transportasi vertikal

yang memiliki fitur hemat energi

f) Sistem Kelistrikan

Perencanaan sistem kelistrikan pada BGH

dimaksudkan untuk menghindari potensi

pemborosan energi. Perencanaan sistem

kelistrikan mengikuti SNI 0225:2011 tentang

Persyaratan Umum Instalasi listrik atau edisi

terbaru.

- 67 -

Gambar 10. Contoh perencanaan sistem kelistrikan

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem Kelistrikan

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan:

i. Diagram satu garis elektrikal;

ii. Detail panel induk, panel distribusi, dan

panel lainnya;

iii. Detail panel yang memiliki beban lebih

dari 100 kVa;

iv. Lokasi penempatan kWh meter; dan

v. Detail Instalasi.

(b) Dokumen spesifikasi Building Management

System yang menunjukkan (jika ada)

i. Diagram satu garis BMS;

ii. Input/Output BMS; dan

iii. Parameter yang dapat diatur oleh

BMS.

- 68 -

(c) RKS yang menunjukkan spesifikasi teknis

alat yang digunakan dan tata cara

pelaksanaan konstruksi hijau.

(2) Identifikasi terhadap pengelompokan kWh

meter pada panel induk, atau pada setiap

panel distribusi.

(3) Identifikasi terhadap pengelompokan kWh

meter pada setiap kelompok beban listrik

dalam satu sistem utilitas.

(4) Identifikasi penggunaan Building Management

System (BMS) yang dapat mengendalikan

konsumsi listrik pada bangunan.

(5) Identifikasi terhadap kelompok beban yang

lebih dari 100 kVa.

(6) Identifikasi terhadap kesesuaian sistem

kelistrikan dengan peraturan yang berlaku

(SNI 0225).

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Sistem Kelistrikan akan diberikan jika:

(1) Bangunan gedung direncanakan hanya

memiliki satu alat ukur kWh meter

(2) Bangunan gedung direncanakan memiliki

pengelompokan beban listrik dan masing-

masing memiliki kWh meter, serta tersedia

submeter energi listrik untuk sumber daya

utama lebih besar dari 100kVa.

(3) terdapat Building Management System (BMS)

untuk bangunan dengan fungsi yang

kompleks dan/atau luasan lebih dari 5000

- 69 -

m2. Pada bangunan klas 1, 2, 3 dengan

kompleksitas sederhana diberikan nilai

penuh.

3) Efisiensi Penggunaan Air

Efisiensi Penggunaan Air pada BGH dimaksudkan

untuk mengurangi kebutuhan air bersih pada

bangunan gedung. Diharapkan dengan menerapkan

persyaratan teknis efisiensi penggunaan air sesuai

dengan pedoman dan standard yang ada, dapat

diperoleh konservasi air minimal 10%.

Untuk memenuhi aspek efisiensi penggunaan air,

maka bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan yang terdiri atas persyaratan: sumber

air; pemakaian air; dan penggunaan peralatan

saniter hemat air (water fixtures).

Untuk bangunan mandatory dan recommended tidak

diperkenankan menggunakan air tanah, kecuali

belum ada jaringan saluran air fasilitas kota.

a) Sumber Air

Sumber air adalah asal penyediaan air untuk

memenuhi kebutuhan air bersih pada bangunan

gedung. Di dalam merencanaan sumber air perlu

memperhatikan ketersediaan pasokan air dari

penyedia jasa setempat dan menghindari

pemakaian air tanah sebagai sumber air primer.

Apabila pasokan air dari penyedia jasa tidak

memadai, maka diupayakan semaksimal mungkin

melakukan penyediaan air secara mandiri yang

- 70 -

digunakan untuk kebutuhan sekunder.

Penyediaan air secara mandiri untuk kebutuhan

sekunder dapat dengan cara, antara lain melalui

penggunaan air daur ulang, penggunaan air

hujan, dan penggunaan air kondensasi dari unit

pengkondisian udara.

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran, dan detail sumber air pada BGH

mengikuti SNI 7065:2005 tentang Tata Cara

Perencanaan Sistem Plambing atau edisi terbaru.

Pemeriksaan dokumen untuk Sumber Air

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan

diagram satu garis air bersih.

(b) Pengolahan air daur ulang: (jika ada)

i. Perhitungan kuantitas air daur ulang

yang dihasilkan;

ii. Data kapasitas instalasi pengolahan air

daur ulang; dan

iii. Gambar detail instalasi pengolahan air

daur ulang.

(c) Pengelolaan air hujan:

i. Perhitungan kuantitas air hujan yang

dapat ditampung;

ii. Data kapasitas instalasi penampungan

- 71 -

air hujan;

iii. Gambar detail penampungan air hujan;

dan

iv. Sistem pengolahan air hujan. (jika ada)

(2) Identifikasi sumber air bersih yang digunakan

(tidak terbatas pada): air tanah, air dari jasa

penyedia air, air daur ulang, air hujan, air

kondensasi dari unit pengondisian udara.

(3) Identifikasi kebutuhan pemakaian air dan

jumlah air bersih yang tersedia.

(4) Identifikasi penggunaan air hasil daur ulang.

(5) Identifikasi penggunaan air hujan yang

ditampung.

(6) Identifikasi volume sistem penampungan air

hujan yang digunakan, (mengacu ke Permen

PU No.11 Tahun 2014)

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Sumber Air akan diberikan jika :

(1) Bangunan gedung tidak menggunakan air

tanah sebagai air primer;

(2) Bangunan gedung menggunakan air alternatif

dan/atau daur ulang air.

- 72 -

Gambar 11. contoh skema air bersih

- 73 -

b) Pemakaian Air

Pemakaian air adalah seberapa besar sumber

air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

penghuni atau pengguna bangunan gedung.

Pemakaian air diperhitungkan dengan

mempertimbangkan kebutuhan air dingin

dan/atau air panas, kebutuhan air untuk

peralatan dan mesin yang memerlukan

penambahan air secara teratur atau terus

menerus, kebutuhan air untuk muka air kolam,

dan kebutuhan air lainnya.

Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air,

diperlukan pemasangan alat ukur penggunaan

air (submeter).

Pemasangan alat ukur berfungsi untuk

mengetahui secara pasti penggunaan air di

bangunan gedung.

Submeter dapat dipasang pada sistem

pemakaian air dari penyedia air, sistem

pemakaian air daur ulang, sistem pasokan

air tambahan lainnya apabila kedua sistem

diatas tidak memadai.

Pemakaian sumber air primer yang berasal

dari penyedia jasa dan air tanah diharapkan

maksimum 90% dari total kebutuhan air

tanpa mengurangi kebutuhan air per orang.

Selisih kebutuhan air yang tidak bisa

dipenuhi oleh sumber air primer sebagaimana

tersebut diatas harus diperoleh melalui penyediaan

- 74 -

air secara mandiri dengan memperhatikan

kemampuan sumber air setempat.

Pemeriksaan dokumen untuk Pemakaian Air

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar peletakan alat ukur penggunaan

air (submeter)

(b) Data perhitungan rencana pemakaian air

(c) Gambar dan spesifikasi alat penyiram

tanaman

(2) Pemeriksaan terhadap alat ukur penggunaan

air (submeter) dan dipasang dimana saja

(lokasi pemasangan), apakah submeter

dipasang pada sistem pemakaian air dari

penyedia air, sistem air daur ulang, dan

tambahan keluaran air bersih apabila sistem

daur ulang tidak mencukupi

(3) Identifikasi rencana kebutuhan pemakaian

air dan jumlah air yang tersedia (dari sumber

air bersih dan sumber lain yang digunakan)

(4) Identifikasi alat penyiram tanaman yang

digunakan apakah dapat menghemat air atau

tidak (sebagai usaha menghemat pemakaian

air).

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan

dokumen untuk Pemakaian Air akan

diberikan jika :

- 75 -

(1) menggunakan submeter pada sistem air dari

penyedia air dan keluaran air tanah.

(2) menggunakan submeter pada keluaran

sistem air daur ulang.

(3) pemakaian air dari penyedia jasa air dan air

tanah kurang dari 90% (selisihnya berasal

dari sumber lain).

c) Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air (Water

Fixture)

Penggunaan peralatan saniter hemat air (water

fixtures) merupakan salah satu usaha untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan air pada

bangunan gedung. Peralatan saniter hemat air

(water fixtures) pada BGH meliputi kloset, keran

air, urinal, pancuran air (shower), bidet, dan lain-

lain. Penggunaan peralatan saniter hemat air

(water fixtures) harus memiliki kapasitas

penghematan air yang diperhitungkan minimum

mengikuti table sebagai berikut:

Tabel 7. Kapasitas Penghematan Air pada Peralatan Saniter (Water Fixtures)

No. Perangkat Sambungan Air Kapasitas Maksimal

1 WC, flush valve 6 liter/flush

2 WC, flush tank 6 liter/ flush

3 Urinal flush 4 liter/flush

4 Shower mandi 9 liter/menit

5 Keran tembok 8 liter/menit

6 Keran washtafel/lavatory 8 liter/menit

- 76 -

Gambar 12. Gambar contoh peletakan alat ukur penggunaan air (submeter)

- 77 -

Gambar 13. Gambar contoh peletakan water fixtures

Pemeriksaan dokumen untuk Penggunaan

Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixture)

meliputi:

- 78 -

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) RKS arsitektur yang menunjukkan:

i. Tipe dan jumlah water closet (WC) yang

digunakan;

ii. Tipe dan jumlah urinal flush yang

digunakan;

iii. Tipe dan jumlah shower mandi yang

digunakan; dan

iv. Tipe dan jumlah keran yang

digunakan.

(b) Gambar rencana teknisyang

menunjukkan peletakan dan detail water

fixtures.

(2) Pemeriksaan terhadap tipe peralatan saniter

termasuk peralatan saniter hemat air:

(a) water closet hemat air/dual flush/less

water;

(b) urinal flush hemat air;

(c) shower hemat air; dan

(d) aerator/sensor/dll pada keran.

(3) Identifikasi jumlah peralatan saniter hemat

air dibandingkan dengan jumlah seluruh

peralatan saniter.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air

(Water Fixture) akan diberikan jika menggunakan

- 79 -

peralatan saniter hemat air minimal 25% dari

total peralatan saniter,

4) Kualitas Udara Dalam Ruang

Perencanaan kualitas udara dalam ruang pada BGH

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas udara

dalam ruang yang mendukung kenyamanan dan

kesehatan pengguna BGH. Perencanaan kualitas

udara dalam ruang terdiri dari pelarangan rokok,

penggunaan sensor CO dan/atau CO2, serta

penggunaan referigerant.

Untuk memenuhi aspek kualitas udara dalam

ruang, maka bangunan gedung harus memenuhi

persyaratan yang terdiri atas persyaratan:

pelarangan merokok; pengendalian karbondioksida

(CO2) dan karbonmonoksida (CO); dan pengendalian

penggunaan bahan pembeku.

a) Pelarangan Merokok

Asap yang dihasilkan dari rokok dapat

mengganggu kualitas udara dalam ruangan dan

mengganggu pengguna lain. Penempatan rambu

larangan merokok secara jelas dapat memberikan

informasi bagi perokok terhadap area-area yang

tidak diperbolekan untuk merokok. Ukuran dan

ketentuan mengenai rambu dilarang merokok

telah diatur dalam Peraturan Daerah masing-

masing mengenai larangan merokok.

- 80 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Gambar 14. Contoh rambu larangan merokok

Pemeriksaan dokumen untuk Pelarangan Merokok

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan:

(b) Denah;

(c) Detail/gambar rambu pelarangan

merokok;

(d) Lokasi penempatan rambu larangan

merokok; dan

(e) Lokasi area khusus merokok (jika ada).

(f) Komitmen pemilik bangunan ditunjukkan

dengan peraturan pelarangan merokok di

dalam bangunandan persilnya bagi

pengguna.

- 81 -

(2) Identifikasi terhadap penempatan rambu

larangan merokok.

(3) Identifikasi terhadap lokasi area khusus

merokok. Lokasi ruang khusus merokok haru

berada dalam radius 10 meter dari pintu

masuk, jendela, dan masuknya udara segar

dari luar ke dalam bangunan gedung.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pelarangan Merokok akan diberikan jika :

(1) terdapat komitmen pelarangan merokok

didalam bangunan dan persilnya.

(2) terdapat rambu larangan merokok dan ruang

khusus merokok sesuai dengan pemeriksaan

diatas.

b) Pengendalian Karbondioksida (CO2) dan

Karbonmonoksida (CO)

Kualitas ruangan dipegaruhi dengan kadar CO2

ruangan tersebut. Kondisi ruangan yang memiliki

kadar CO2 yang berlebih akan memberikan

ketidak nyamanan berupa gejala pusing karena

kekurangan oksigen, dan keracunan CO yang

juga berbahaya. Kelebihan CO2 disebabkan oleh

berlebihnya penghuni ruangan dan kurangnya

udara segar yang masuk ke ruangan. Di sisi lain,

udara segar berlebih akan mempengaruhi kinerja

AC menjadi tidak efisien. Oleh karenanya

diperlukan sensor pengendali CO2 di ruangan,

serta CO untuk area parkir kendaraan.

- 82 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengendalian CO2

dan CO meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan;

i. Lokasi dan fungsi ruangan;

ii. Jumlah penghuni dalam ruangan;

iii. Lokasi gedung parkir;

iv. Detail ventilasi alami pada gedung

parkir;

v. Ventilasi mekanis;

vi. Lokasi Sensor CO2 dan CO; dan

vii. Sistem CO2 atau CO yang terhubung

dengan ventilasi mekanis dan alarm.

(b) Spesifikasi Sensor CO2 dan CO.

(2) Pemeriksaan terhadap ruangan tertutup yang

memiliki potensi menerima akumulasi

konsentrasi CO2, atau yang berkepadatan

tinggi.

(3) Identifikasi terhadap sistem ventilasi mekanis

pada ruangan tertutup diatas.

- 83 -

(4) Pemeriksaan terhadap mekanisme sensor CO2

yang terhubung dengan ventilasi mekanis dan

alarm.

(5) Pemeriksaan terhadap spesifikasi sensor CO2

yang memilki kemampuan untuk beroperasi

pada batas 9.000 mg/m3 atau 5.000 bagian

dalam sejuta.

(6) Pemeriksaan terhadap area parkir tertutup

yang memiliki potensi menerima akumulasi

konsentrasi CO.

(7) Pemeriksaan terhadap sistem ventilasi

mekanis pada area parkir tertutup diatas.

(8) Pemeriksaan terhadap mekanisme sensor CO

yang terhubung dengan ventilasi mekanis dan

alarm.

(9) Pemeriksaan terhadap spesifikasi sensor CO

yang memilki kemampuan untuk beroperasi

pada batas 29 mg/m3 atau 26 bagian dalam

sejuta.

(10) Pemeriksaan terhadap tata cara, persyaratan,

ukuran dan detail pengendalian CO2 dan CO

mengikuti peraturan yang berlaku (SNI

0232:2005).

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pengendalian CO2 dan CO akan diberikan

jika :

(1) Direncanakan memiliki sistem ventilasi yang

memperhitungkan kandungan CO2 dalam

ruangan;

- 84 -

(2) Ruangan dalam bangunan gedung yang

memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO

dan/atau CO2 direncanakan memiliki alat

monitor CO dan/atau CO2; dan

(3) Ruangan dalam bangunan gedung yang

memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO

dan/atau CO2 direncanakan memiliki alarm

jika ambang CO dan/atau CO2 melewati

ambang batas.

c) Pengendalian Penggunaan Bahan Pembeku

(Refrigerant)

Bahan pembeku (Refrigerant) merupakan

komponen inti untuk proses pengkondisian udara

dalam ruangan. Refrigerant apabila terlepas ke

udara dapat berbahaya bagi lingkungan dan

manusia. Oleh karenanya pengendalian pemilihan

bahan refrigerant ini dapat mengurangi dampak

buruk terhadap lingkungan.

http://www.agcoauto.com/ Gambar 15. Contoh perencanaan pengendalian

penggunaan bahan pembeku

- 85 -

Pemeriksaan dokumen untuk Pengendalian

Penggunaan Bahan Pembeku (Refrigerant):

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Daftar peralatan AC yang menunjukkan

jenis refrigerant;

(b) Daftar peralatan AC bekas yang akan

digunakan lagi pada bangunan;

(c) Daftar jenis refrigerant dan tahun

pembuatan ; dan

(d) Daftar refrigerant yang digunakan berikut

nilai GWP dan ODP.

(2) Pemeriksaan terhadap jenis refrigerant pada

peralatan AC.

(3) Pemeriksaan terhadap jenis refrigerant pada

peralatan AC apabila terdapat peralatan AC

bekas yang akan digunakan kembali.

(4) Pemeriksaan terhadap bahan refrigerant yang

mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC).

Bahan mengandung CFC seperti: R-11, R-12,

R-13, R-1381, R-114, R-500, R-502, R-503.

(5) Identifikasi terhadap nilai Global Warming

Potensial (GWP) dan Ozone Depletion Potential

(ODP).

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pengendalian Penggunaan Bahan Pembeku

(Refrigerant) Berdasarkan hasil pemeriksaan, nilai

akan diberikan jika :

- 86 -

(1) bangunan gedung direncanakan tidak

menggunakan alat pendingin;

(2) bangunan gedung yang direncanakan

menggunakan alat pendingin memiliki

kriteria:

(a) bahan pembeku menggunakan refrigerant

yang tidak mengandung CFC dan/atau

yang sudah dilarang.

(b) menggunakan alat pendingin dengan

nilai Global Warming Potential (GWP)

rendah.

5) Material Ramah Lingkungan

Pengendalian penggunaan material ramah

lingkungan dalam BGH dimaksudkan untuk

mengurangi jumlah zat pencemar berbahaya

terhadap kesehatan dan kenyamanan pengguna

bangunan, serta menjaga kesinambungan rantai

pasok material yang ramah bagi lingkungan dalam

skala nasional.

Pengendalian material ramah lingkungan terdiri atas

2 persyaratan utama yaitu: Pengendalian

Penggunaan Material Berbahaya dan Penggunaan

Material Bersertifikat Ramah Lingkungan (Eco

Labelling).

a) Pengendalian Penggunaan Material Berbahaya

Pengendalian penggunaan material berbahaya

bertujuan untuk mengurangi dampak negatif

terhadap kesehatan penghuni bangunan akibat

dari zat yang dipaparkan oleh material yang

- 87 -

terpasang pada bangunan. Zat berbahaya

tersebut merupakan zat kimia yang dapat

terpapar di udara dan memiliki kemungkinan

terhirup oleh penghuni bangunan. Dampak

kesehatan yang mungkin terjadi oleh adanya

material berbahaya tersebut dapat bersifat, seperti

pusing, mual, sesak napas, atau bahkan bersifat

kronis yang dapat menyebabkan kanker.

Persyaratan pengendalian penggunaan material

berbahaya ini meliputi: material penutup atap

dominan, material cat, material kayu/

bambu/material terbarukan, dan material logam.

(1) Material Penutup Atap Dominan

Setiap bangunan memiliki atap yang dapat

berbeda-beda jenisnya. Material penutup atap

yang dominan diharapkan tidak

menggunakan material yang tidak ramah

lingkungan.

Gambar 16. Gambar rencana penutup atap beton

Beton

Beton

Beton

Beton

- 88 -

Pemeriksaan dokumen untuk Material

Penutup Atap Dominan meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan/

penyedia jasa perencana, adalah sebagai

berikut:

i. Gambar Arsitektur yang menunjukkan

denah atap dan informasi jenis atap.

ii. RKS yang menunjukkan jenis penutup

atap.

(b) Pemeriksaan terhadap gambar, rencana

jenis penutup atap dominan akan

dipasang pada bangunan

(c) Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam

RKS terkait ketentuan jenis penutup atap

yang akan digunakan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan

dokumen untuk Material Penutup

Atap Dominan akan diberikan jika

penutup atap tidak direncanakan

menggunakan asbestos.

(2) Material Cat

Material cat ramah lingkungan dalam BGH

ditujukan kepada cat yang tidak mengandung

material berbahaya bagi kesehatan.

Pemeriksaan dokumen untuk Material Cat

meliputi:

- 89 -

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i. Gambar rencana teknis yang

menunjukkan denah penggunaan cat;

dan

ii. RKS yang menunjukkan spesifikasi cat.

(b) Pemeriksaan terhadap RKS, terkait

rencana jenis cat dan penggunaannya

yang terpasang di bangunan.

(c) Pemeriksaan RKS terkait jenis cat yang

tidak mengandung zat pencemar seperti:

methilene chloride (dhicloromethane),

arsenic, hexavalent chromium, N-hexane,

trichloroethylene (TCE), formaldehyde,

TDCP/TCEP (chlorinated penjinak api),

BPA (bisphenol A), phthalates, VOC

berkadar tinggi, dan lain-lain.

(d) Pemeriksaan terhadap jenis cat sesuai

lokasinya pada gambar denah.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Cat akan diberikan jika dalam

RKS direncanakan menggunakan material cat

sesuai ketentuan tidak mengandung zat

pencemar berbahaya.

(3) Material Kayu/ Bambu/ Material Terbarukan

Material kayu dalam proses pemasangan

dengan perekat pada bangunan dapat

menggunakan perekat yang berbahaya bagi

- 90 -

manusia. Maka dianjurkan untuk memilih

material kayu dengan perekat yang tidak

berbahaya.

Pemeriksaan dokumen untuk Material Kayu/

Bambu/ Material Terbarukan meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik

bangunan/penyedia jasa perencana,

adalah sebagai berikut:

i. Gambar rencana teknis yang

menunjukkan denah penggunaan

material kayu terpasang; dan

ii. RKS yang menunjukkan spesifikasi

kayu/bambu/material terbarukan

terpasang pada bangunan.

(b) Pemeriksaan terhadap jenis

kayu/bambu/material terbarukan dan

penggunaannya (kusen, rangka atap,

struktur) yang terpasang di bangunan.

(c) Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam

RKS (struktur dan arsitektur) terkait

ketentuan perekat, pelapis kayu,

terhadap adanya penggunaan zat

pencemar berbahaya dalam penggunaan

material kayu/ bambu/ material

terbarukan lainnya yang direncanakan

akan dipasang di bangunan.

- 91 -

(d) Pemeriksaan terhadap jenis kayu/

bambu/material terbarukan sesuai

lokasinya pada gambar kerja.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Kayu/Bambu/Material

Terbarukan akan diberikan jika rencana

penggunaan kayu/ bambu/ material

terbarukan tidak terdapat perekat dan/ atau

pelapis dengan zat pencemar berbahaya.

(4) Material Logam

Material logam dipilih yang menggunakan cat

tahan karat yang tidak mengandung zat

pencemar berbahaya. Sehingga mengurangi

risiko paparan karat kepada manusia yang

dapat mengganggu kesehatan.

Pemeriksaan dokumen untuk Material Logam

meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan/penyedia

jasa perencana, adalah sebagai berikut:

i. RKS yang menunjukkan jenis logam

terpasang;

ii. RKS yang menunjukkan struktur logam;

iii. RKS menunjukkan pelaksanaan perilaku

hijau; dan

iv. Gambar denah rencana teknis yang

menunjukkan lokasi penggunaan

material logam.

- 92 -

(b) Pemeriksaan terhadap jenis logam dan

penggunaannya (kusen, rangka atap,

struktur) yang akan terpasang di

bangunan

(c) Pemeriksaan terhadap ketentuan zat anti

karat yang digunakan dalam RKS yang

terkait.

(d) Pemeriksaan terhadap jenis logam sesuai

lokasinya pada gambar kerja.

(e) Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam

RKS terhadap pelaksanaan konstruksi dan

rantai pasok hijau.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Logam akan diberikan jika

material logam menggunakan pelapis cat

tahan karat yang tidak mengandung zat

pencemar berbahaya.

b) Penggunaan Material Bersertifikat Ramah

Lingkungan (Eco Labelling).

Penggunaan material bersertifikat ramah

lingkungan bertujuan untuk melindungi

kelestarian lingkungan dari sisi produksi bahan

baku material. Pembangunan BGH adalah sisi

konsumen dari bahan bangunan. Sudah

selayaknya menggunakan material dari produsen

material yang turut menjaga lingkungan.

- 93 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Hal ini dapat berupa adanya sertifikat manajemen

lingkungan, sertifikat legal untuk kayu, serta eco-

label untuk produknya. Dari sisi jejak karbon dari

material, akan lebih baik juga mengambil material

dari sumber lokal daerah setempat. Dengan

pengambilan dari sumber lokal, emisi yang

disebabkan oleh pengantaran barang dapat lebih

sedikit.

Persyaratan ini meliputi: Material Struktur -

Beton - Pasir dan Kerikil, Material Struktur –

Beton - Semen, penutup dinding, material

kayu/bambu/material terbarukan, material cat,

material penutup atap

(1) Material Struktur - Beton-Pasir dan Kerikil

Material beton dapat digunakkan pada

komponen struktur maupun non struktur.

Pada umumnya, beton dengan kekuatan tinggi

digunakan untuk struktur. Komponen pasir

dan kerikil yang dipakai untuk beton

diharapkan berasal dari sumber daerah

setempat agar emisi semakin kecil.

- 94 -

Gambar 17. Contoh perencanaan material struktur

Pemeriksaan dokumen untuk Material Struktur

– Beton - Pasir dan Kerikil meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

i. RKS yang menunjukkan ketentuan

campuran beton; dan

ii. RKS yang menunjukkan rencana

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

(b) Identifikasi bangunan terkait penggunaan

struktur beton dan/atau baja dan/atau

kayu.

(c) Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam RKS

terhadap pelaksanaan konstruksi dan rantai

pasok hijau.

(d) Pemeriksaan RKS terkait ketentuan

kandungan material ramah lingkungan atas

material beton untuk penggunaan pasir dan

kerikil dari konsultan BGH. Ketentuan

dalam RKS struktur harus menunjukkan

lokasi proyek, lokasi supplier/batching plant

- 95 -

beton, lokasi penambangan pasir dan

kerikil, perhitungan jarak total dari

penambangan pasir dan kerikil, supplier

beton, hingga ke lokasi proyek.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Struktur Beton-Pasir dan

Kerikil akan diberikan jika material beton

menggunakan pasir dan kerikil berasal dari

sumber lokal maksimum 1000 km dari lokasi

proyek.

(2) Material Struktur - Beton-Semen

Material beton dapat digunakkan pada

komponen struktur maupun non struktur.

Pada umumnya, beton dengan kekuatan tinggi

digunakan untuk struktur. Komponen semen

pada beton berasal dari industri besar dengan

dampak lingkungan yang besar. Pengambilan

semen dari pabrik yang memiliki manajemen

lingkungan mendukung industri semen yang

ramah lingkungan.

Pemeriksaan dokumen untuk Material Struktur

- Beton-Semen meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

- 96 -

i. RKS yang menunjukkan ketentuan

campuran beton; dan

ii. RKS yang menunjukkan rencana

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

(b) Identifikasi bangunan terkait penggunaan

struktur beton dan/atau baja dan/atau

kayu.

(c) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terhadap

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

(d) Pemeriksaan RKS terkait ketentuan

kandungan material ramah lingkungan atas

material beton untuk penggunaan semen

dari pabrik yang menerapkan sistem

manajemen lingkungan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Struktur Beton-Semen akan

diberikan jika material beton penggunaan

semen terdapat ketentuan rencana

menggunakan semen dari pabrik yang

menerapkan sistem manajemen lingkungan.

(3) Material Penutup Dinding

Bahan material penutup dinding dapat berasal

dari bahan alami, pengolahan sederhana

seperti batu-bata, ataupun industri besar

seperti papan panel. Pengambilan bahan

penutup dinding dari sumber lokal akan

- 97 -

berdampak pengurangan emisi dan

mendukung indstri lokal untuk berkembang.

Gambar 18. Gambar rencana penutup dinding

Pemeriksaan dokumen untuk Material Penutup

Dinding meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

i. Gambar rencana teknis yang

menunjukkan jenis penutup dinding;

ii. RKS yang menunjukkan jenis penutup

dinding; dan

iii. RKS yang menunjukkan rencana

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

- 98 -

(b) Identifikasi jenis material penutup dinding

(Batu bata, hebel, gypsum).

(c) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terhadap

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

(d) Pemeriksaan RKS terkait ketentuan

kandungan material ramah lingkungan atas

material penutup dinding dari sumber

bahan baku dan pabrik lokal.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Penutup Dinding akan

diberikan jika material penutup dinding

terdapat ketentuan harus berasal dari sumber

lokal, maksimum 1000 km dari lokasi proyek.

(4) Material Kayu/ Bambu/ Material Terbarukan

Penggunaan material kayu diharuskan

menggunakan material kayu dengan sumber

yang legal. Pengambilan kayu secara ilegal

akan berdampak kerusakan lingkungan. BGH

mendukung kelestarian lingkungan dimulai

dari sumber material kayunya.

Gambar 19. Gambar rencana penutup dinding material kayu

- 99 -

Pemeriksaan dokumen untulok Material

Kayu/Bambu/ Material Terbarukan meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

i. Gambar rencana teknis yang

menunjukkan denah penggunaan material

kayu terpasang;

ii. RKS yang menunjukkan spesifikasi

kayu/bambu/ material terbarukan

terpasang pada bangunan; dan

iii. RKS yang menunjukkan rencana

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

(b) Pemeriksaan terhadap jenis kayu/bambu/

material terbarukan dan penggunaannya

(kusen, rangka atap, struktur) yang

terpasang di bangunan.

(c) Pemeriksaan RKS (struktur dan arsitektur)

terkait ketentuan penggunaan material

terbaharukan, material diawetkan, legalitas,

dan kayu daur ulang pada material

kayu/bambu/material terbarukan lainnya

yang direncanakan akan dipasang di

bangunan.

(d) Pemeriksaan terhadap jenis kayu/bambu/

material terbarukan sesuai lokasinya pada

gambar kerja.

- 100 -

(e) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terkait

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Kayu/ Bambu/ Material

Terbarukan akan diberikan jika rencana

penggunaan kayu/bambu/material terbarukan

memiliki ketentuan legal, dan/atau

menggunakan kayu daur ulang.

(5) Material Cat

Pemilihan cat yang berasal dari industri cat

yang memiliki perhatian terhadap lingkungan

di sekitar industrinya. Pemilihan cat yang

berasal dari industri cat dengan manajemen

lingkungan yang baik, merupakan dukungan

terhadap perlindungan lingkungan di sekitar

industrinya.

Pemeriksaan dokumen untuk Material Cat

meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

i. Gambar rencana teknis yang menunjukan

denah penggunaan cat;

ii. RKS yang menunjukkan spesifikasi cat; dan

iii. RKS yang menunjukkan rencana

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau.

- 101 -

(b) Pemeriksaan RKS terkait jenis cat dan

penggunaannya yang terpasang di

bangunan.

(c) Pemeriksaan gamber denah terkait jenis cat

sesuai lokasinya.

(d) Pemeriksaan ketentuan dalam RKS terkait

pelaksanaan konstruksi dan rantai pasok

hijau

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

Material Cat akan diberikan jika dalam RKS

direncanakan menggunakan material cat

dengan ketentuan memilih dari pabrik yang

menerapkan sistem manajemen lingkungan.

(6) Material Penutup Atap

Setiap bangunan memiliki atap yang dapat

berbeda-beda jenisnya. Material penutup atap

yang berasal dari industry diharapkan memiliki

informasi tentang material ramah lingkungan,

dengan bukti eco-label dan tidak menggunakan

material atap berbahaya.

Gambar 20. Jenis atap genting pada gambar

- 102 -

Pemeriksaan dokumen untuk Material Penutup

Atap meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

i. Gambar rencana teknis yang

menunjukkan Denah atap dan Informasi

jenis atap.

ii. RKS yang menunjukkan jenis penutup

atap.

(b) Pemeriksaan terhadap gambar, rencana

jenis penutup atap dominan akan dipasang

pada bangunan.

(c) Pemeriksaan terhadapketentuan dalam RKS

terkait ketentuan jenis penutup atap yang

akan digunakan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Material Penutup Atap akan diberikan

jika penutup direncanakan menggunakan

penutup atap dengan ketentuan ramah

lingkungan, yaitu tidak menggunakan asbes

dan/atau memiliki eco-label.

6) Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan beban bagi lingkungan,

pengelolaan sampah pada BGH dimaksudkan untuk

meningkatkan kesehatan pengguna, aman bagi

lingkungan dan perubahan perilaku pengguna BGH,

serta mengurangi beban timbulan sampah kota.

Pengelolaan sampah yang tepat dan berkelanjutan

- 103 -

bagi lingkungan dibutuhkan sebagai kelanjutan dari

penerapan pengelolaan sampah BGH.

Untuk memenuhi aspek pengelolaan sampah, maka

bangunan gedung harus memenuhi persyaratan

yang terdiri atas persyaratan: penerapan prinsip 3R;

penerapan sistem penangan sampah; dan

penerapan sistem pencatatan timbulan sampah.

a) Penerapan Prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

dimaksudkan untuk mengurangi sampah yang

ditimbulkan oleh pemilik,pengguna, dan/atau

pengelola BGH. Dengan mengurangi beban

sampah dari pengguna bangunan, maka beban

sampah yang dibuang ke tempat pembuangan

akhir (TPA) dapat berkurang.

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan Prinsip

3R meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan:

i. Gambar Denah yang menunjukkan

lokasi pengumpulan tempat sampah

sementara (TPS) di gedung; dan

ii. Gambar detil bak/ruangan tempat

sampah. (jika ada).

- 104 -

(b) Persyaratan proyek oleh pemilik gedung

(Owner Project Requirement/OPR) yang

menunjukkan bahwa gedung akan

menerapkan prinsip 3R.

(2) Pemeriksaan terhadap gambar, lokasi

pengumpulan sampah gedung.

(3) Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam OPR

terkait ketentuan pelaksanaan prinsip 3R.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penerapan Prinsip 3R akan diberikan jika

dalam OPR menyatakan akan melaksanakan

prinsip 3R dan lokasi pengumpulan sampah

gedung mendukung pemilahan yang sesuai

dengan ketentuan 3R yang ditunjukan dalam

desain, dapat berupa :

(1) Tersedianya tempat pemilahan minimal 3

jenis, yaitu: Organik, Non Organik, B3.

(2) Rencana Pengelolaan gedung dalam

berkomitmen untuk melakukan pembelian

bahan atau barang yang tidak mengandung

bahan berbahaya, tidak merusak lingkungan,

tidak memerlukan distribusi panjang, tidak

menimbulkan sampah berlebihan.

(3) Melakukan pengelolaan terpadu untuk

sampah plastik dan kertas.

b) Penerapan Sistem Penanganan Sampah

Penerapan sistem penanganan sampah pada

bangunan gedung hijau terdiri atas pemilahan,

pengumpulan, dan pengolahan sampah yang

- 105 -

dimaksudkan untuk menambah nilai manfaat

dari sampah dan mengurangi dampak negatif

terhadap lingkungan. Tersedianya fasilitas tempat

sampah sementara yang terpisah pada gedung

bagi minimal 3 jenis sampah, yaitu: Organik, Non

organik, dan B3. Dengan adanya fasilitas tempat

sampah sementara yang terpisah pada gedung,

diharapkan penanganan sampah menjadi lebih

bersih dan lebih mudah untuk dikelola pada

tahap lebih lanjut.

Pemeriksaan dokumen Penerapan Sistem

Penanganan Sampah meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/ penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Gambar Denah yang menunjukkan lokasi

pengumpulan tempat sampah sementara

(TPS) di gedung;

ii. Gambar detil bak/ruangan tempat

sampah (jika ada); dan

iii. Gambar denah yang menujukkan lokasi

pengelolaan sampah organik seperti,

tempat pengomposan, biogas (jika ada).

(b) Persyaratan proyek oleh pemilik gedung

(Owner Project Requirement/OPR) yang

menunjukkan syarat penempatan tempat

sampah kecil (waste bin) pada gedung.

- 106 -

(c) Persyaratan RKS atau OPR yang

menunjukkan syarat pengelolaan sampah

organik dan non organik gedung (jika ada).

(2) Pemeriksaan terhadap gambar, lokasi

pengumpulan sampah gedung;

(3) Pemeriksaan terhadap gambar fitur

pengelolaan sampah yang ada; dan

(4) Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam OPR

terkait ketentuan pelaksanaan 3R (jika ada).

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

Penerapan Sistem Penanganan Sampah akan

diberikan jika:

(1) Memiliki rencana penyediaan fasilitas

pemilahan sampah sesuai dengan

kelompoknya;

(2) Memiliki rencana membangun TPS di

lingkungan bangunan gedung serta melakukan

pengambilan dan pemindahan sampah dari

sumber sampah ke TPS secara terjadwal;

(3) Merencanakan usaha pengurangan dan

penggunaan kembali kantong plastik dan

kertas; dan

(4) Merencanakan fasilitas pengelolaan sampah

organik, dan memberi nilai tambah dari

sampah dan/atau fasilitas pemadatan sampah

non organik pada gedung.

c) Penerapan Sistem Pencatatan Timbulan Sampah

Sistem pencatatan timbulan sampah dilakukan

untuk mengetahui berapa besar jumlah sampah

- 107 -

yang dapat dikurangi, digunakan kembali,

dan/atau didaur ulang. Metode pencatatan dapat

berupa dalam satuan berat (kg atau ton) atau

dalam satuan volume. Frekuensi pengambilan

sampah juga harus masuk ke dalam pencatatan.

Dengan melakukan pencatatan timbulan sampah,

dapat direncanakan program 3R yang lebih tepat.

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran dan detail penerapan pengelolaan sampah

mengikuti Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun

2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

dan/atau pedoman/standard teknis dan

peraturan terkait lainnya.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan Sistem

Pencatatan Timbulan Sampah meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknis yang menunjukkan:

i. Gambar Denah yang menunjukkan lokasi

pengumpulan tempat sampah sementara

(TPS) di gedung;

ii. Gambar detil bak/ruangan tempat sampah

- 108 -

(jika ada); dan

iii. Gambar denah yang menunjukkan lokasi

fasilitas timbangan untuk sampah (jika

ada).

(b) Persyaratan proyek oleh pemilik gedung

(Owner Project Requirement/OPR) yang

menunjukkan ketentuan cara penanganan

dan pencatatan sampah.

(2) Pemeriksaan terhadap gambar, lokasi

pengumpulan sampah gedung.

(3) Pemeriksaan terhadap gambar fitur

penanganan dan pencatatan sampah yang ada.

Misalnya: Timbangan, mesin pemadat sampah,

bak pengukuran volume.

(4) Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam OPR

terkait ketentuan pelaksanaan pencatatan

sampah.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penerapan Sistem Pencatatan Timbulan

Sampah akan diberikan jika :

(1) Direncanakan memiliki pembukuan retribusi

sampah bulanan disertai dengan adanya

catatan tanggal pengambilan sampah.

(2) Direncanaakan memiliki metode pencatatan

berat/volume timbulan sampah.

7) Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan air limbah pada BGH dimaksudkan

untuk mengurangi beban air limbah yang dihasilkan

dan mencegah timbulnya penurunan kualitas

- 109 -

lingkungan disekitar bangunan. Untuk memenuhi

aspek pengelolaan air limbah, maka bangunan

gedung harus memenuhi persyaratan yang terdiri

atas persyaratan: penyediaan fasilitas pengelolaan

limbah padat dan limbah cair sebelum dibuang ke

saluran pembuangan kota; dan daur ulang air yang

berasal dari limbah cari (grey water).

a) Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat dan

limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota

Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah padat

dan limbah cair diperlukan sebelum dibuang ke

saluran pembungan kota. Fasilitas ini diperlukan

untuk menjaga kualitas air buangan agar sesuai

dengan ketentuan atau standard air buangan

dengan peraturan yang berlaku.

Untuk BGH yang terletak di daerah pelayanan

sistem jaringan air limbah kota, wajib

memanfaatkan jaringan tersebut, sedangkan

untuk BGH yang tidak terletak didaerah

pelayanan sistem jaringan air limbah kota, wajib

memiliki fasilitas pengelolaan limbah padat dan

limbah cair secara mandiri.

- 110 -

Gambar 21. Gambar contoh instalasi pengolahan air

limbah untuk di daur ulang

Pemeriksaan dokumen untuk Pengelolaan Air

Limbah meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar rencana teknisyang menunjukkan:

i. diagram satu garis air limbah;

ii. detail instalasi pengolahan air limbah;

dan

iii. denah peletakan instalasi pengolahan

air limbah.

(b) Perhitungan kapasitas instalasi

pengolahan air limbah

(c) Pengelolaan limpasan air hujan:

i. gambar detail fasilitas penanganan;

ii. gambar denah peletakan; dan

iii. kapasitas penanganan.

(2) Identifikasi koneksi jaringan pembuangan

limbah terhubung dengan pelayanan sistem

jaringan air limbah (pemerintah/swasta/

- 111 -

kawasan) atau memiliki instalasi pengolah air

limbah sendiri.

(3) Identifikasi sistem pengolahan air limbah

yang digunakan.

(4) Identifikasi prediksi keluaran air limbah dan

kapasitas instalasi pengolahan air limbah

terpasang.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pengelolaan Air Limbah akan diberikan

jika:

(1) Jaringan pembuangan limbah terhubung

dengan pelayanan sistem jaringan air limbah.

(2) Bangunan gedung memiliki sistem

pengolahan air limbah.

(3) Hasil olahan limbah memenuhi baku mutu.

b) Daur ulang air yang berasal dari limbah cair (grey

water)

Air limbah (grey water) merupakan air buangan

yang berasal dari keran wastafel, pancuran

(shower), keran wudhu, dan keran tembok

lainnya. Air limbah (grey water) dari BGH dapat

digunakan kembali setelah diproses melalui

system daur ulang air (water recycling system).

Air daur ulang yang telah diolah dapat digunakan

sebagai air sekunder, misalnya untuk

penggelontoran (flushing), penyiraman tanaman,

irigasi lahan, dan penambahan air pendingin

(make-up water cooling tower). Air daur ulang

yang digunakan kembali harus memenuhi

- 112 -

standard baku mutu sesuai dengan

peruntukannya kembali.

Sisa air limbah (grey water) yang tidak dapat

dimanfaatkan kembali dan dibuang kesaluran

pembuangan kota harus memenuhi standard

baku mutu sesuai Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003

tentang Baku Mutu Air Limbah Domesik atau

edisi terbaru.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh.

Gambar 22. Gambar contoh instalasi pengolahan air daur ulang

Pemeriksaan dokumen untuk Daur ulang air

yang berasal dari limbah cair (grey water)

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan/penyedia jasa

perencana, adalah sebagai berikut:

- 113 -

(a) Gambar rencana teknis yang

menunjukkan:

i. diagram satu garis air limbah;

ii. detail instalasi pengolahan air limbah;

dan

iii. denah peletakan instalasi pengolahan

air limbah.

(b) Perhitungan kapasitas instalasi pengolahan

air limbah.

(c) Hasil tes laboratorium untuk kualitas air.

(2) Identifikasi sistem daur ulang air.

(3) Pemeriksaan terhadap kapasitas instalasi

pengolahan air daur ulang.

(4) Pemeriksaan terhadap penggunaan air hasil

daur ulang, apakah untuk (tidak terbatas

pada): penggelontoran (flushing), penyiraman

tanaman, irigasi lahan, penambahan air

pendingin (make-up water cooling tower).

(5) Pemeriksaan terhadap kualitas air sebelum

digunakan kembali.

(6) Pemeriksaan kualitas air hasil daur ulang.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Daur ulang air yang berasal dari limbah

cair (grey water) akan diberikan jika:

(1) Bangunan gedung memanfaatkan air hasil

daur ulang yang sesuai dengan persyaratan

kualitas air bersih, sedangkan air yang dibuang

ke saluran pembuangan kota harus memenuhi

- 114 -

syarat Kepmen Lingkungan Hidup Nomor

112/M/PRT/2003.

(2) Bangunan gedung memanfaatkan air hasil

daur ulang untuk lebih dari satu fungsi.

3. Pemeriksaan Kinerja Tahap Pelaksanaan Konstruksi

a. Pendahuluan

Modul Penilaian kinerja tahap pelaksanaan ini adalah

panduan tata cara penilaian kinerja yang diperlukan

pada saat menggunakan daftar simak penilaian kinerja

Bangunan Gedung Hijau (BGH) dalam tahap

pelaksanaan.

Pada modul ini akan dijelaskan proses penilaian kinerja

bangunan gedung hijau, dimulai dengan menjelaskan

persyaratan, aspek-aspek yang perlu diperiksa, dan

pemberian nilai untuk tiap aspek yang memenuhi

persyaratan bangunan gedung hijau.

b. Bagan Alir Pemeriksaan Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Pada tahap pelaksanaan, pemeriksaan dilakukan

dengan cara memeriksa dokumen catatan konstruksi

dan pelaksanaan konstruksi di lapangan. Dari

pemeriksaan tersebut didapatkan ragam aspek

persyaratan BGH yang akan diterapkan dan dinilai

kinerjanya.

Petugas Pemeriksa atau TABGH menilai kesesuaian

penerapan pelaksanaan konstruksi BGH dari dokumen

yang diterima dan kondisi lapangan.

- 115 -

Bagan 2. Bagan Alir Pemeriksaan Tahap Pelaksanaan Konstruksi

c. Tata Cara Penilaian Kinerja Tahap Pelaksanaan

Konstruksi

Tata cara penilaian kinerja BGH pada tahap

pelaksanaan teknis meliputi 3 aspek, yaitu: Proses

konstruksi hijau, praktik perilaku hijau, dan rantai

pasok hijau. Pemeriksaan dilakukan terhadap dokumen

teknis pelaksanaan Bangunan Gedung terhadap aspek

BGH yang ada pada bangunan dan metode dalam

proses konstruksinya terkait dengan lingkungan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai kondisi minimum

persyaratan teknis BGH mengikuti aturan yang berlaku

di daerah masing-masing.

1) Proses Konstruksi Hijau

Proses konstruksi hijau harus memiliki cara kerja

dan teknologi yang dapat memaksimalkan nilai yang

ingin dicapai dengan meminimalkan pemborosan

- 116 -

atau limbah yang dihasilkan pada setiap proses

konstruksi.

a) Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau

Metode pelaksanaan konstruksi hijau merupakan

penerapan metode konstruksi dengan

mempertimbangkan pada minimalisasi emisi/

polutan atau dampak negatif bagi lingkungan

sekitar lokasi konstruksi.

Pemeriksaan dokumen untuk Metode Pelaksanaan

Konstruksi Hijau meliputi:

(1) Pemeriksaan terhadap dokumen jadwal

pelaksanaan konstruksi kepada kontraktor

utama.

(2) Pemeriksaan kelengkapan dokumen yang

menunjukkan dilakukannya pemantauan dan

evaluasi dari kinerja keseluruhan proses

konstruksi kepada kontraktor utama. Evaluasi

kinerja dilakukan pada proses yang dianggap

dapat meningkatkan produktivitas.

(3) Pemeriksaan kelengkapan dokumen yang

menunjukkan dilakukannya perbaikan metode

pelaksanaan konstruksi berdasarkan hasil

evaluasi pada point b diatas.

(4) Pemeriksaan dokumen yang menunjukkan

inovasi-inovasi yang diterapkan dalam proses

konstruksi.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan dokumen

untuk Metode Pelaksanaan Konstruksi Hijau akan

diberikan jika:

- 117 -

(1) memiliki jadwal pelaksanaan konstruksi.

(2) melakukan evaluasi kinerja secara berkala.

(3) melakukan perbaikan atas dasar hasil evaluasi.

(4) memiliki bukti yang menunjukkan inovasi-

inovasi dalam proses konstruksi.

b) Pengoptimalan Penggunaan Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam mendukung

konstruksi BGH, diharapkan dapat memberikan

keamanan dan kualitas kerja yang terbaik.

Pelaksanaan konstruksi hijau tidak terlepas dari

faktor keselamatan terhadap manusia, sebagai

bagian dari lingkungan. Pembuktian berupa

sertifikat dan izin diperlukan sebagai jaminan

keabsahan penggunaan peralatan yang aman pada

saat pembangunan BGH.

Gambar 23. Tower Crane memerlukan penanganan

khusus dalam menjalankannya.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengoptimalan

Penggunaan Peralatan meliputi:

- 118 -

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa dari

kontraktor utama, adalah sebagai berikut:

(a) Daftar alat berat yang digunakan;

(b) Daftar pemeliharaan berkala alat berat;

(c) Sertifikat atau bukti yang menunjukkan alat

berat memiliki izin laik fungsi;

(d) Sertifikat atau bukti yang menunjukkan

kemamupuan operator dalam menjalankan

alat berat; dan

(e) Rencana meminimalkan waktu jeda

(sequencing) operasional alat berat.

(2) Identifikasi terhadap kesesuaian daftar alat

berat dengan dokumen pemeliharaan alat berat

(3) Pemeriksaan terhadap izin laik fungsi dari

seluruh alat berat.

(4) Identifikasi terhadap jumlah operator yang

memiliki sertifikat dengan banyaknya alat berat

yang digunakan.

(5) Pemeriksan terhadap jeda waktu operasional

alat berat.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pengoptimalan Penggunaan Peralatan akan

diberikan jika:

(1) memiliki jadwal operasi alat-alat berat

(2) seluruh alat berat memiliki jadwal

pemeliharaan,

(3) seluruh alat berat memiliki izin kelaikan fungsi.

(4) seluruh operator alat berat memiliki sertifikat/

ijin,

- 119 -

(5) berhasil meminimalkan waktu jeda operasional

alat berat.

c) Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah

Konstruksi

Manajemen pengelolaan limbah konstruksi

ditujukan untuk meminimalkan limbah yang

dihasilkan selama konstruksi berlangsung, baik

berupa sisa material maupun sampah di

lingkungan proyek.

Gambar 24. Tempat sampah terpisah berdasarkan jenis

limbah konstruksi.

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan

Manajemen Pengelolaan Limbah Konstruksi

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari kontraktor utama, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar site plan pelaksanaan konstruksi;

(b) Dokumen rencana manajemen saampah

konstruksi;

(c) Catatan hasil pemilahan limbah dan sisa

material konstruksi. Dapat berasal dari

pihak ketiga yang mendaur ulang sampah

- 120 -

konstruksi; dan

(d) Laporan hasil pendaurulangan sisa

material konstruksi.

(2) Memeriksa pada gambar site plan, lokasi

tempat sampah sementara (TPS) untuk sampah

konstruksi.

(3) Memeriksa dokumen hasil pendaur ulangan

sampah konstruksi, apakah laporan benar

berasal dari proyek yang dinilai.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan dokumen

untuk Penerapan Manajemen Pengelolaan Limbah

Konstruksi akan diberikan jika:

(1) berhasil melakukan optimasi dalam pemakaian

material sehingga menciptakan pengurangan

timbulan sampah konstruksi,

(2) memiliki area pemilahan dan pengumpulan

sampah konstruksi,

(3) memiliki tempat penyimpanan material yang

aman sehingga yang dapat meningkatkan usia

material,

(4) terdapat laporan pendaurulangan sampah

konstruksi.

d) Penerapan Konservasi Air pada Pelaksanaan

Konstruksi

Konservasi air dilakukan dengan pengoptimalan

penggunaan air yang diperlukan guna menjaga

keseimbangan muka air tanah khususnya di

lingkungan proyek sebagai dampak dari

pelaksanaan konstruksi. Pengoptimalan

- 121 -

penggunaan air ini dilakukan dengan pendekatan

prinsip 3R (reuse, reduce, dan recycle) dan

semaksimal mungkin melakukan peresapan air

kembali ke dalam tanah.

Gambar 25. Kolam penampungan air hujan dan

dewatering

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan

Konservasi Air pada Pelaksanaan Konstruksi

meliputi:

(1) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa dari

kontraktor utama, adalah sebagai berikut:

(a) Gambar site plan pelaksaaan konstruksi;

dan

(b) Dokumen rencana pengelolaan air masa

konstruksi.

(2) Pemeriksaan terhadap gambar site plan lokasi

sumur resapan (recharge well) pada

pelaksanaan konstruksi.

(3) Pemeriksaan terhadap kesesuaian gambar site

plan dan dokumen rencana pengelolaan air

terkait drainase air hujan, pemanfaatan air

hujan, dan metode penanganan air dewatering.

- 122 -

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penerapan Konservasi Air pada Pelaksanaan

Konstruksi akan diberikan jika:

(1) Lokasi proyek konstruksi memiliki sumur

resapan;

(2) Lokasi proyek konstruksi memiliki kolam

penampungan air hujan;

(3) Kolam penampungan air hujan memiliki

kapasitas yang besar;

(4) Air hujan dimanfaatkan sebagai sumber air

bersih untuk konstruksi;

(5) Lokasi proyek konstruksi memiliki sistem

penahan air permukaan sehingga memiliki

waktu yang cukup untuk dapat diresapkan ke

tanah; dan

(6) Untuk Proyek yang melakukan kegiatan

dewatering harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

(a) Proyek konstruksi melakukan proses

dewatering yang telah memiliki ijin,

(b) Proyek konstruksi melakukan proses

dewatering memiliki skenario proses

dewatering,

(c) Proyek konstruksi melakukan proses

dewatering memiliki sumur pantau,

(d) Proyek konstruksi melakukan proses

dewatering melakukan pengamatan

penurunan muka tanah di sekitar lokasi

konstruksi,

- 123 -

(e) Proyek konstruksi yang mengolah air

dewatering,

(f) Proyek memanfaatkan air dewatering sebagai

sumber air untuk konstruksi.

e) Penerapan Konservasi Energi Pada Pelaksanaan

Konstruksi

Konservasi energi pada pelaksanaan konstruksi

dilakukan dengan mengimplementasikan

manajemen energi yang terdiri atas efisiensi dan

pengoptimalan penggunaan peralatan yang hemat

energi.

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan

Konservasi Energi Pada Pelaksanaan Konstruksi

meliputi:

(1) Pemeriksaan terhadap SOP manajemen energi

dan panduan pelaksanaan konservasi energi.

Kelengkapan SOP tersebut memiliki tim khusus

manajemen energi.

(2) Pemeriksaan terhadap kelengkapan dokumen

laporan yang menunjukkan dilakukannyan

manajemen energi pada pelaksanaan

konstruksi. Kelengkapan laporan tersebut

sebagai berikut:

(a) Pelaksanaan monitoring penggunaan listrik

selama tahap konstruksi;

(b) Pemasangan kWh meter pada tahap

pelaksanaan konstruksi;

(c) Penggunaan lampu hemat energi dan/atau

- 124 -

penggunaan sensor otomatis pada

penerangan di lokasi proyek; dan

(d) Penggunaan alat dan peralatan yang telah

lulus uji emisi.

(3) Meminta dokumen laporan yang menunjukkan

dilakukannya monitoring dan evaluasi berkala

atas penggunaan energi selama tahap

pelaksanaan konstruksi yang menjadi dasar

pertimbangan perbaikan rencana manajemen

energi.

(4) Meminta dokumen tata cara, persyaratan, dan

detail penerapan konservasi energi pada

pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan

ketentuan teknis tentang konservasi energi.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penerapan Konservasi Energi Pada

Pelaksanaan Konstruksi akan diberikan jika:

(1) Memiliki rencana penggunaan energi saat

konstruksi,

(2) memiliki SOP manajemen sesuai dengan

ketentuan diatas,

(3) melaksanakan SOP, dibuktikan dengan hasil

penggunaan energi sesuai dengan rencana.

(4) melakukan manajemen energi pada

pelaksanaan konstruksi,

(5) menggunakan peralatan yang telah lulus uji

emisi (jika menggunakan genset),

(6) memasang KWh meter pada panel induk dan

panel distribusi,

- 125 -

(7) dilakukan monitoring dan evaluasi secara

berkala beserta langkah langkah perbaikan,

(8) tata cara, persyaratan, dan detail penerapan

koncervasi energi pada pelaksanaan konstruksi

sesuai dengan ketentuan teknis.

2) Praktik Perilaku Hijau

Proses konstruksi hijau harus memiliki cara kerja

dan teknologi yang dapat memaksimalkan nilai yang

ingin dicapai dengan meminimalkan pemborosan

atau limbah yang dihasilkan pada setiap proses

konstruksi.

a) Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3)

Kesehatan dan keselamatan kerja pada proyek

BGH harus menjamin keamanan yang terbaik

untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja

dan gangguan kesehatan pekerja konstruksi akibat

pelaksanaan proyek konstruksi. Keselamatan

manusia pada area proyek akan mempengaruhi

lingkungan pada proyek tersebut dan area sekitar

proyek.

Gambar 26. Pekerja konstruksi dengan alat pelindung diri

- 126 -

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan SMK3

meliputi:

(1) Pemeriksaan terhadap dokumen rencana

pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

dan Lingkungan (K3L) dari kontraktor utama.

(2) Pemeriksaan terhadap dokumen gambar contoh

panduan alat pelindung diri yang harus

dilaksanakan oleh pekerja konstruksi.

(3) Pemeriksaan terhadap Foto pelaksanaan

induksi K3L kepada subkontraktor pada lokasi

konstruksi. Foto dapat diambil oleh kontraktor.

(4) Pemeriksaan terhadap Foto rambu-rambu K3

pada proyek kontruksi. Foto dapat diambil oleh

kontraktor.

(5) Pemeriksaan terhadap Informasi mengenai mess

untuk pekerja.

(6) Pemeriksaan terhadap Foto mess untuk pekerja.

Foto dapat diambil oleh kontraktor.

(7) Pemeriksaan terhadap Foto toilet pada lokasi

konstruksi. Foto dapat diambil oleh kontraktor.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penerapan SMK3 akan diberikan jika:

(1) Dalam dokumen rencana K3L memiliki metode

pengingatan K3L melalui suara secara berkala.

(2) Dalam dokumen rencana standar K3L

menjelaskan tentang ketentuan baju dan

peralatan pengaman, disertai dengan bukti foto

pelaksanaan di lapangan.

- 127 -

(3) Dalam dokumen rencana K3 memiliki SOP

untuk setiap jenis pekerjaan.

(4) Terdapat rambu-rambu K3 di proyek kontruksi.

(5) Terdapat induksi kepada pekerja konstruksi

baru.

(6) Dalam dokumen rencana standar K3L yang

didalamnya terdapat usaha pencegahan

timbulnya penyakit akibat kerja konstruksi

(7) Proyek memberikan mess pekerja yang bersih

dan layak huni.

(8) Proyek menyediakan toilet yang layak pakai.

b) Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan

Perilaku ramah lingkungan merupakan perilaku

yang harus diterapkan oleh setiap individu pekerja

yang terlibat pada tahap pelaksanaan konstruksi

guna mengurangi dampak negatif dari

pelaksanaan konstruksi terhadap lingkungan.

Perilaku ini dilakukan dengan menitikberatkan

pada prinsip-prinsip penghematan energi, air dan

penggunaan sumber daya.

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan Perilaku

Ramah Lingkungan meliputi:

(1) Pemeriksaan terhadap dokumen rencana

kegiatan penghematan energi yang dilkakukan

sebelum proses konstruksi berlangsung, dan

dokumen laporan pelaksanaan selama proses

konstruksi berlangsung.

(2) Pemeriksaan dokumen rencana kegiatan

penghematan air yang dilakukan sebelum

- 128 -

proses konstruksi berlangsung, dan dokumen

laporan pelaksanaan selama proses konstruksi

berlangsung.

(3) Pemeriksaan dokumen rencana kegiatan

penghematan sumber daya yang dilakukan

sebelum proses konstruksi berlangsung, dan

dokumen laporan pelaksanaan selama proses

konstruksi berlangsung. Khususnya sumber

daya yang tidak dapat diperbaharui.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan

akan diberikan jika:

(1) Aktivitas konstruksi memperhitungkan potensi

dampak negatif terhadap lingkungan.

(2) melakukan kegiatan penghematan energi.

(3) melakukan kegiatan konservasi air.

(4) melakukan kegiatan penghematan sumber

daya.

3) Rantai Pasok Hijau

Rantai pasok hijau pada proses konstruksi BGH yang

didapat dari pemasok dan sub-pelaksana/sub

kontraktor yang berkontribusi melaksanakan

produksi konstruksi dengan mempertimbangkan

prinsip daur hidup (life cycle time) dari pasokan

tersebut dengan mempertimbangkan hal penggunaan

material, proses pemilihan pemasok/sub kontraktor,

konservasi energi.

Penggunaan material yang dimaksud dalam

persyaratan ini adalah penggunaan material pada

- 129 -

proses konstruksi. Sehingga material yang

dipergunakan pada bangunan gedung tidak

diperhitungkan.

a) Penggunaan Material Konstruksi

Penggunaan material pada pelaksanaan

konstruksi harus dilakukan seoptimal mungkin

agar pemakaian sumber daya lebih efisien, dan

mengurangi limbah konstruksi berupa sisa

material.

Gambar 27. Besi beton sebagai bagian material konstruksi.

Pemeriksaan dokumen untuk Penggunaan Material

Konstruksi meliputi:

(1) Pemeriksaan terhadap dokumen yang berisikan

daftar material yang akan digunakan untuk

proses konstruksi. Dokumen tersebut berisikan

rincian sebagai berikut:

(a) Daftar seluruh material yang akan

digunakan.

(b) Daftar material yang bahan bakunya berasal

dari Indonesia dengan mencantumkan

daerah tempat bahan baku tersebut

diproduksi.

- 130 -

(c) Daftar material yang ramah lingkungan

dengan mencantumkan sertifikasi ramah

lingkungan setiap material yang dimaksud.

(2) Pemeriksaan terhadap dokumen yang

menunjukkan rencana pengiriman material dan

langkah-langkah untuk mengatasi

keterlambatan pengiriman.

(3) Pemeriksaan terhadap dokumen yang

menunjukkan rencana pemanfaatan material

sehingga dapat meminimalkan penggunaan

material yang berlebih.

(4) Pemeriksaan terhadap dokumen yang

menunjukkan jadwal rencana penggunaan alat

berat yang efektif dan efisien.

(5) Pemeriksaan terhadap dokumen yang

menunjukkan kebijakan penggunan material

yang tidak menggunakan banyak kemasaan

pembungkus, sehingga dapat mengurangi

sampah yang timbul akibat kemasaan

pembungkus material.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Penggunaan Material Konstruksi akan

diberikan jika:

(1) dalam proses konstruksi menggunakan material

yang bahan baku berasal dari Indonesia,

(2) dalam proses konstruksi menggunakan material

yang ramah lingkungan,

- 131 -

(3) rencana pengiriman dan pemanfaatan material

dilakukan dengan tepat sesuai dengan kriteria

diatas,

(4) rencana penggunaan alat berat dilakukan

dengan tepat,

(5) material yang digunakan memiliki sedikit

kemasaan pembungkus.

b) Pemilihan Pemasok dan/atau Sub kontraktor

Rantai pasok hijau pada BGH dapat dipantau dari

pemilihan pemasok material yang dekat dengan

lokasi proyek. Pada tahap perencanaan,

penggunaan material ramah lingkungan

diperlukan bukti pelaksanaan yang membuktikan

bahwa material benar dibeli dan dipasang pada

proyek.

Pemeriksaan dokumen untuk Pemilihan Pemasok

dan/atau Sub kontraktor meliputi:

(1) Pemeriksaan terhadap dokumen yang berisikan

daftar pemasok/ subkontraktor dalam

pelaksanaan konstruksi. Dalam dokumen

tersebut harus menunjukkan informasi lokasi

pemasok/subkontraktor

(2) Identifikasi jarak antara lokasi proyek dengan

alamat pemasok.

(3) Pemasok yang dimaksud dapat berupa

pemasok material, pemasok alat berat,

maupun subkontraktor.

- 132 -

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Pemilihan Pemasok dan/atau Sub

kontraktor akan diberikan jika :

(1) pemasok material dan/atau alat yang

beralamat dekat dengan lokasi proyek,

(2) pemasok material dan/atau alat yang

produknya buatan Indonesia.

c) Konservasi Energi

Konservasi energi pada pelaksanaan rantai pasok

dilakukan, baik melalui pemilihan material

maupun pemasok dan sub kontraktor yang

menjalankan prinsip-prinsip penghematan energi

Pemeriksaan dokumen untuk Konservasi Energi

meliputi:

(1) Pemeriksaan terhadap dokumen laporan audit

energi pada peralatan yang digunakan.

(2) Pemeriksaan terhadap dokumen laporan yang

menunjukkan perencanaan dan penetapan

aturan terkait konservasi energi.

(3) Pemeriksaan terhadap dokumen laporan bukti

yang menunjukkan penggunaan alat berat

hemat energi.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan dokumen

untuk Konservasi Energi akan diberikan jika :

(1) pernah melakukan dan memiliki laporan audit

energi dari peralatan,

(2) memiliki aturan mengenai konservasi energi,

(3) alat berat yang digunakan pada proses

konstruksi hemat energi.

- 133 -

4. Penilaian Kinerja Tahap Pemanfaatan

a. Pendahuluan

Modul Penilaian kinerja tahap pemanfaatan ini adalah

panduan tata cara penilaian kinerja yang diperlukan

pada saat menggunakandaftar simak penilaian kinerja

Bangunan Gedung Hijau (BGH) dalam tahap

pemanfaatan.

Pada modul ini akan dijelaskan proses penilaian kinerja

bangunan gedung hijau, dimulai dengan menjelaskan

persyaratan, aspek-aspek yang perlu diperiksa,

peralatan yang digunakan, dan pemberian nilai untuk

tiap aspek yang memenuhi persyaratan bangunan

gedung hijau.

b. Bagan Alir Pemeriksaan

Pada tahap pemanfaatan, pemeriksaan dilakukan

dengan cara memeriksa dokumen teknis bangunan,

prosedur operasional, dan kondisi fisik bangunan. Dari

pemeriksaan dokumen tersebut didapatkan informasi

mengenai prosedur penerapan bangunan dengan

prinsip ramah lingkungan dan fitur-fitur fisik

pendukung BGH.

Petugas pemeriksa atau TABGH dapat menilai

kebenaran penerapan BGH dari dokumen yang diterima

dan melakukan verifikasi pelaksanaannya di gedung

yang dinilai. Apabila dokumen tidak menjelaskan cukup

bukti dan/atau temuan bukti pelaksanaan di lapangan

tidak ditemukan, maka gedung tidak memperoleh nilai

terkait aspek penilaian BGH.

- 134 -

Bagan 3. Bagan Alir Pemeriksaan Tahap Pelaksanaan

Konstruksi

c. Tata Cara Penilaian Kinerja

Persyaratan tahap pemanfaatan berupa kesesuaian

antara dokumentasi operasional gedung dengan kondisi

lapangan yang terdiri atas prosedur pemanfaatan

bangunan secara organisasi dan pelaksanaan BGH

yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

1) Pemeriksaan Organisasi dan Tata Kelola BGH

Organisasi dan tata kelola BGH dimaksudkan untuk

menjamin tersedianya kelembagaan/ institusi dan

sumber daya yang bertanggung jawab atas

pemanfaatan BGH dengan melaksanakan

pemeliharaan, pemeriksaan berkala, dan perawatan

bangunan. Lingkup dari organisasi dan tata kelola

BGH meliputi struktur organisasi, fungsi, tanggung

jawab dan kewajiban, nisbah sumber daya manusia,

Mulai

Pemeriksaan dokumen

pemanfaatan

•Pemeriksaan terhadap dokumen teknis, kebijakan, dan fitur fisik BHG.

Peninjauan Lapangan

•verifikasi kesesuaian dokumen dengan kondisi lapangan yang terkait BGH

Penilaian Hasil Audit

•Penilaian hasil pemeriksaan BGH.

Selesai

- 135 -

dan program pembekalan, pelatihan, dan

pemagangan.

Sumber: ESDM, Jakarta

Gambar 28. Contoh Himbauan Hemat Energi

a) Kebijakan Pelestarian Lingkungan

Pelestarian lingkungan dimulai dari kebijakan

yang dibuat oleh pimpinan pengelola gedung.

Kebijakan yang dibuat diharapkan dapat

memberikan arah penghematan pada sisi

penggunaan energi, air, dan upaya-upaya

perbaikan lingkungan apabila terdapat

pencemaran yang dihasilkan oleh gedung.

Verifikasi pelaksanaan kebijakan tersebut ditinjau

melalui adanya upaya-upaya pelaksanaan

sosialisasi di lapangan.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan

tidak sederhana), dan hunian campuran, kriteria

ini tidak dinilai. Pada daftar simak penilaian

kinerja, diberikan nilai penuh

(1) Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

Kebijakan Pelestarian Lingkungan

Peralatan yang perlu dibawa untuk

pemeriksaan lapangan Kebijakan Pelestarian

Lingkungan adalah kamera digital.

- 136 -

(2) Pemeriksaan dokumen pemeriksaan lapangan

untuk Kebijakan Pelestarian Lingkungan

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan, adalah sebagai

berikut:

i. Dokumen kebijakan pengelolaan

bangunan yang ramah lingkungan;

ii. Dokumen tentang Kebijakan

penghematan air;

iii. Dokumen tentang kebijakan

penghematan energi;

iv. Dokumen tentang kebijakan perbaikan

lingkungan; dan

v. Rencana bangunan hijau tahap

perencanaan (apabila ada) namun bukan

bagian dari penilaian.

(b) Pemeriksaan terhadap dokumen mengenai

kebijakan pengelolaan bangunan yang

ramah lingkungan, selain penghematan

energi, penghematan air, dan perbaikan

lingkungan. Periksa hal sebagai berikut:

i. Nama kebijakan pengelolan lingkungan.

ii. Target Kebijakan pengelolaan bangunan

ramah lingkungan.

iii. Lingkup kebijakan pengelolaan bangunan

ramah lingkungan.

(c) Pemeriksaan terhadap dokumen mengenai

kebijakan penghematan air. Periksa hal

sebagai berikut:

- 137 -

i. Nama kebijakan penghematan air.

ii. Target kebijakan penghematan air.

iii. Lingkup kebijakan penghematan air.

(d) Pemeriksaan terhadap dokumen mengenai

kebijakan pelaksanaan penghematan energi.

Periksa hal sebagai berikut:

i. Nama kebijakan penghematan energi.

ii. Target kebijakan penghematan energi.

iii. Lingkup kebijakan penghematan energi.

(e) Pemeriksaan terhadap dokumen mengenai

kebijakan perbaikan lingkungan. Periksa hal

sebagai berikut:

i. Nama kebijakan perbaikan lingkungan.

ii. Target kebijakan perbaikan lingkungan.

iii. Lingkup kebijakan perbaikan lingkungan.

(3) Pemeriksaan lapangan untuk Kebijakan

Pelestarian Lingkungan

(a) Pemeriksaan terhadap bentuk sosialisasi

kebijakan dan program pelestarian

lingkungan. Cek apakah ada sosialisasi

fisik pada bangunan yang ditujukan

kepada internal pengelola gedung dan/atau

penghuni bangunan;

(b) Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap bentuk fisik

sosialisasi kebijakan dan program (contoh:

poster, running text, stiker);

- 138 -

(4) Penilaian kinerja hasil pemeriksaan lapangan

untuk Kebijakan Pelestarian Lingkungan akan

diberikan jika :

(a) memiliki dokumen kebijakan pengelolaan

bangunan yang ramah lingkungan.

(b) memiliki dokumen kebijakan penghematan

air.

(c) memiliki dokumen kebijakan penghematan

energi.

(d) memiliki dokumen kebijakan perbaikan

lingkungan.

b) Inovasi dalam Pemeliharaan Gedung

Upaya-upaya dalam pemeliharaan gedung

berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu

dan teknologi. Penerapan-penerapan inovasi

untuk BGH mengarah pada target penghematan

energi, air, dan biaya yang dilakukan pada masa

pemanfaatan. Bukti-bukti lapangan diperlukan

sebagai verifikasi penggunaan inovasi pada BGH.

(1) Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

Inovasi dalam Pemeliharaan Gedung.

Peralatan yang perlu dibawa untuk

pemeriksaan lapangan adalah kamera digital.

(2) Pemeriksaan lapangan untuk Inovasi dalam

Pemeliharaan Gedung

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan, adalah sebagai

berikut:

- 139 -

i. Dokumen kebijakan penerapan inovasi

untuk penghematan energi;

ii. Dokumen kebijakan penerapan inovasi

untuk penghematan air;

iii. Dokumen kebijakan penerapan inovasi

untuk penghematan biaya; dan

iv. Dokumen pelaksanaan inovasi.

(b) Pemeriksaan terhadap bentuk inovasi yang

diajukan merupakan hal yang umum

dilakukan, diperiksa melalui penelusuran

daring.

(3) Pemeriksaan lapangan untuk Inovasi dalam

Pemeliharaan Gedung

(a) Pemeriksaan terhadap bentuk rencana

penerapan kebijakan terkait inovasi

lingkungan. Cek apakah ada sosialisasi

fisik pada bangunan yang ditujukan

kepada internal pengelola gedung dan/atau

penghuni bangunan.

(b) Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital bentuk fisik sosialisasi

kebijakan penerapan inovasi (Contoh:

poster, running text, stiker).

(4) Penilaian kinerja hasil pemeriksaan lapangan

untuk Inovasi dalam Pemeliharaan Gedung

akan diberikan jika:

(a) Terdapat inovasi dalam pemeliharaan

gedung yang memberikan penghematan air.

- 140 -

(b) Terdapat inovasi dalam pemeliharaan

gedung yang memberikan penghematan

energi.

(c) Terdapat inovasi dalam pemeliharaan

gedung yang memberikan penghematan

biaya.

(d) Memiliki bukti dokumentasi keberhasilan

inovasi yang dilakukan.

2) Standar Operasional dan Prosedur (SOP)

Pelaksanaan Pemanfaatan

SOP Pelaksanaan Pemanfaatan adalah serangkaian

instruksi detail tertulis berupa panduan yang

dibakukan dalam rangka pelaksanaan proses

kegiatan pemeliharaan, pemeriksaan berkala, dan

perawatan dengan tujuan mempertahankan kinerja

BGH.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana dan tidak

sederhana), dan hunian campuran, kriteria hanya

dinilai dari bukti pelaksanaan lapangan, misalnya

stiker.

a) Melakukan Evaluasi Pasca Penghunian

Program-program lingkungan yang dilakukan oleh

pengelola dan penghuni gedung ditinjau dan

dilakukan evaluasi. Evaluasi tersebut adalah

pencatatan pencapaian program untuk menjadi

acuan dalam mengembangkan program yang

memberikan hasil lebih baik lagi.

- 141 -

(1) Instrumen untuk evaluasi pasca penghunian

Tidak ada peralatan yang perlu dibawa untuk

pemeriksaan lapangan.

(2) Pemeriksaan dokumen untuk evaluasi pasca

penghunian.

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan, adalah sebagai

berikut:

i. Borang kuesioner untuk evaluasi:

i) Evaluasi konsumsi listrik;

ii) Evaluasi konsumsi air;

iii) Evaluasi pencahayaan;

iv) Evaluasi suhu ruangan;

v) Evaluasi kualitas udara;

vi) Evaluasi keamanan;

vii) Evaluasi sirkulasi dalam bangunan;

dan

viii) Evaluasi kesesuaian dengan fungsi.

ii. Laporan hasil evaluasi.

(b) Memeriksa borang dan laporan hasil bahwa

dokumen spesifik dari bangunan hijau yang

ditinjau.

(3) Pemeriksaan lapangan untuk evaluasi pasca

penghunian

Pemeriksaan terhadap (jika ada) bentuk

peyampaian hasil evaluasi pada papan

informasi atau bentuk penyampaian kepada

publik.

- 142 -

(4) Prosedur, rincian kegiatan, dan metode yang

diperlukan dalam pelaksanaan pemeliharaan,

perawatan, dan pemeriksaan berkala, program

kerja pemeliharaan dan perawatan,

perlengkapan, dan peralatan yang diperlukan

(5) Penilaian kinerja hasil Pemeriksaan untuk

evaluasi pasca penghunian akan diberikan jika

memiliki bukti pelaksanaan evaluasi pada

setiap evaluasi berikut:

(a) Evaluasi konsumsi listrik.

(b) Evaluasi konsumsi air.

(c) Evaluasi pencahayaan.

(d) Evaluasi suhu ruangan.

(e) Evaluasi kualitas udara.

(f) Evaluasi keamanan.

(g) Evaluasi sirkulasi dalam bangunan.

(h) Evaluasi kesesuaian dengan fungsi.

b) Menindaklanjuti Hasil Evaluasi

Tindak lanjut hasil evaluasi adalah rencana-

rencana yang bersifat perbaikan dan

pengembangan lebih lanjut atas program-program

lingkungan dalam pelaksanaan tahap

pemanfaatan BGH.

(1) Instrumen untuk tindak lanjut hasil evaluasi

Peralatan yang perlu dibawa untuk

pemeriksaan lapangan adalah borang suvey

kepuasan pengguna gedung.

(2) Pemeriksaan dokumen untuk tindak lanjut

hasil evaluasi:

- 143 -

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i. Catatan hasil evaluasi yang dilakukan;

ii. Catatan perbaikan apabila hasil

evaluasi tidak sesuai target; dan

iii. Dokumen laporan hasil survei

kepuasan pengguna bangunan

gedung.

(b) Memeriksa tanggal pelaksanaan hasil

evaluasi.

(3) Pemeriksaan lapangan untuk tindak lanjut

hasil evaluasi:

Melakukan random sampling terhadap

kepuasan pengguna gedung terkait BGH,

ditujukan kepada minimal 3 orang pengguna

gedung.

(4) Penilaian kinerja hasil Pemeriksaan untuk

tindak lanjut hasil evaluasi akan diberikan

jika:

(a) melakukan perbaikan sesuai hasil evaluasi

(b) Perbaikan untuk lebih meningkatkan

kepuasan penggunan bangunan

c) Kesesuaian target kinerja BGH

BGH yang telah memasuki tahap pemanfaatan,

diperlukan pemeriksaan ulang apakah terdapat

perubahan fitur-fitur gedung hijau yang telah

direncanakan pada tahap perencanaan.

- 144 -

Penilaian BGH tahap pemanfaatan sesuai dengan

fitur yang ada pada perencanaan BGH meliputi:

Pengelolaan tapak, Efisiensi penggunaan energi,

Efisiensi penggunaan air, Kualitas udara dalam

ruang, Penggunaan material ramah lingkungan,

Pengelolaan sampah dan polusi, dan Pengelolaan

air limbah.

(1) pengelolaan tapak

Pengelolaan tapak pada BGH bertujuan untuk

meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan, hal-hal yang perlu diperhatikan

dalam pengelolaan tapak antara lain:

(a) Orientasi Bangunan Gedung

Orientasi BGH harus adaptif terhadap

kondisi fisik dan/atau lingkungan yang

terdapat pada tapak pembangunan BGH

yang meliputi:

i. Orientasi dan bentuk massa BGH harus

dirancang untuk dapat memaksimalkan

pencahayaan alami dan meminimalkan

rambatan radiasi panas sinar matahari

yang masuk ke dalam bangunan gedung.

ii. Orientasi, bentuk massa, dan penampilan

BGH harus disesuaikan dengan bentuk

lahan, jalan, bangunan sekitarnya,

pergerakan matahari tiap tahun, arah

angin, curah hujan, dan debu serta

kelembaban udara sekitar.

- 145 -

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk orientasi bangunan

gedung adalah:

i. Kamera Digital

ii. Kompas

Pemeriksaan dokumen untuk orientasi

bangunan gedung meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) Site Plan;

(ii) Informasi orientasi bangunan; dan

(iii) Informasi sumbu bangunan.

ii) Gambar teknis as built tampak.

ii. Pemeriksaan terhadap arah orientasi pada

gambar as built site plan posisi utara

terhadap bangunan.

iii. Pemeriksaan terhadap jenis penutup

selubung bangunan pada gambar tampak.

Gambar 29. Contoh pemeriksaan orientasi gedung

- 146 -

Pemeriksaan lapangan untuk orientasi

bangunan gedung:

i. Pemeriksaan orientasi bangunan dengan

kompas.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap tampak

bangunan.

iii. Pemeriksaan terhadap kesesuaian dengan

gambar as built tampak.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

orientasi bangunan gedung akan diberikan

jika :

i. Adaptif terhadap pola edar matahari.

ii. Adaftif terhadap tapak dan iklim mikro

(arah angin, debu, kelembaban, dan curah

hujan).

iii. Memaksimalkan penggunaanmpencahayaan

alami dan meminimalkan rambatan radiasi

matahari.

(b) Pengelolaan Tapak termasuk Aksesibilitas/

Sirkulasi

Pengolahan tapak pada BGH ditujukan

untuk meminimalkan dampak negatif

terhadap lingkungan juga melindungi,

memulihkan, dan meningkatkan kualitas

lingkungan tapak yang meliputi:

i. perlindungan terhadap sumber daya alam

pada tapak bangunan;

- 147 -

ii. pengelolaan air hujan pada persil

bangunan gedung;

iii. perlindungan air permukaan; dan

iv. pengelolaan vegetasi, tanah dan kontrol

terhadap erosi tapak.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk Pengelolaan Tapak

termasuk Aksesibilitas/Sirkulasi adalah

kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk pengelolaan

tapak termasuk aksesibilitas/sirkulasi

meliputi:

i. Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

i) Site Plan; dan

ii) Informasi vegetasi, pengelolaan air

hujan.

ii. Gambar teknis as built Arsitektur yang

menunjukkan jenis perkerasan, jenis atap

dan vegetasi.

Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan, adalah sebagai

berikut:

i. Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

i) Site Plan; dan

ii) Informasi vegetasi, pengelolaan air hujan.

ii. Gambar teknis as built Arsitektur yang

- 148 -

menunjukkan jenis perkerasan, jenis atap

dan vegetasi.

iii. Pemeriksaan gambar terkait jenis vegetasi,

sirkulasi fasilitas aksesibilitas didalam

tapak bangunan.

iv. Pemeriksaan ketentuan dalam gambar as

built terkait ketentuan jenis vegetasi yang

digunakan dan pengelolaan curah hujan

yang terdapat di area tapak bangunan.

Sumber: Dokumentasi Yodi Danusasto, Jakarta

Gambar 30. Contoh label sumur resapan.

Pemeriksaan lapangan untuk pengelolaan

tapak termasuk aksesibilitas/sirkulasi:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap jenis perkerasan

di sekitar bangunan.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap jenis penutup

atap bangunan.

- 149 -

iii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap fitur pengelolaan

air hujan, termasuk sumur resapan.

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap taman dengan

vegetasi pada bangunan

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

pengelolaan tapak termasuk aksesibilitas/

sirkulasi akan diberikan jika:

i. penutup atap dan perkerasan yang

memiliki nilai pantul matahari min 0,3.

ii. air hujan yang ditangkap pada area tapak

dan bangunan minimal 40%.

iii. nilai jumlah tajuk vegetasi di bandingkan

area tapak minimal 20%.

iv. vegetasi yang yang digunakan merupakan

budidaya lokal skala propinsi minimal

60%.

(c) Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Lahan terkontaminasi limbah bahan

berbahaya dan beracun adalah lahan

bernilai negatif dan tak terpakai akibat

terkontaminasi limbah bahan berbahaya

dan beracun. Pemanfaatan lahan kembali

dapat dilakukan dengan merevitalisasi lahan

terlebih dahulu sehingga dampak negatifnya

dapat dikurangi.

- 150 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja,diberikan

nilai penuh.

Pengelolaan lahan terkontaminasi limbah B3

untuk lokasi BGH dimaksudkan untuk

memperbaiki lahan terkontaminasi tersebut

sekaligus mengurangi tekanan kebutuhan

pada lahan. Apabila BGH dibangun di lahan

terkontaminasi limbah B3 maka wajib

melaksanakan pemulihan lahan terlebih

dahulu dengan mengikuti Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 33 Tahun 2009

tentang Tata Cara Mengenai Pemulihan

Lahan Terkontaminasi Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun dan peraturan

perundang-undangan terkait lainnya.

Klasifikasi bahan beracun dan berbahaya

mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 2001 tentang pengelolaan Bahan

Berbahaya dan Beracun dan peraturan

perundang-undangan terkait lainnya.

Tidak ada instrumen yang diperlukan untuk

Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Pemeriksaan dokumen untuk pengelolaan

lahan terkontaminasi limbah bahan

berbahaya dan beracun (b3):

- 151 -

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis yang menunjukkan:

(i) Site Plan;

(ii) Dokumen yang menunjukan sebelum

pemulihan lahan;

(iii) Informasi pemulihan lahan yang

dilakukan; dan

(iv) Informasi peruntukan lahan.

ii) Foto sebelum pembangunan.

ii. Pemeriksaan terhadap gambar, berupa

gambar sebelum pemulihan dan setelah

pemulihan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

pengelolaan lahan terkontaminasi limbah

bahan berbahaya dan beracun (b3) akan

diberikan jika melaksanakan pemulihan

pada lahan yang terkontaminasi limbah

bahan berbahaya.

(d) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat

Ruang terbuka hijau bertujuan memberikan

fungsi tanaman sebagai penyerap CO2,

penangkap air hujan, yang juga bisa sebagai

tempat aktivitas manusia. Ruang terbuka

hijau privat adalah area dari bangunan

gedung yang didedikasikan sebagai area

hijau oleh pemiliknya.

- 152 -

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

dibutuhkan untuk Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Privat adalah kamera digital

Pemeriksaan dokumen untuk Ruang

Terbuka Hijau (RTH) Privat meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

Gambar teknis as built yang menunjukkan:

i) Site Plan;

ii) Detail Lansekap; dan

iii) Daftar tanaman.

ii. Pemeriksaan terhadap gambar, rencana

luas area hijau.

Pemeriksaan lapangan untuk Ruang

Terbuka Hijau (RTH) Privat dilakukan

dengan melakukan dokumentasi

menggunakan kamera digital berdasarkan

zona taman, misalnya halaman depan,

taman pada atap, taman indoor

Gambar 31. Contoh area hijau

- 153 -

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat akan

diberikan jika :

i. Luas area hijau lebih dari 10%.

ii. area hijau dapat diakses oleh publik.

iii. area hijau memiliki fungsi tertentu sebagai

peneduh/ penyaring suara/ penyaring

bau.

(e) Penyediaan Jalur Pedestrian

Penyediaan jalur pedestrian ini bertujuan

untuk meminimalkan atau menghilangkan

penggunaan transportasi yang

menimbulkan polusi dan energi yang besar

serta aman dan nyaman bagi seluruh jenis

dan kondisi pengguna. Kesesuaian teknis

jalur pedestrian mengacu pada Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum 30/PRT/M/2006

mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan

Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan

Lingkungan.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

dibutuhkan untuk penyediaan jalur

pedestrian adalah:

- 154 -

i. Kamera digital; dan

ii. Meteran.

Pemeriksaan dokumen untuk Penyediaan

Jalur Pedestrian meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

Gambar teknis as built yang menunjukkan:

i) Site Plan yang menunjukkan jalur

pedestrian;

ii) Detail jalur pedestrian;

iii) Potongan jalur pedestrian;

iv) Jalur khusus tuna netra;

v) Lebar pedestrian;

vi) Penerangan pedestrian;

vii) Ram; dan

viii) Penutup kanopi jalur pedestrian.

ii.Pemeriksaan terhadap gambar terkait arah

jalur pedestrian.

iii.Pemeriksaan terhadap gambar terkait

detail jalur sesuai dengan ketentuan dalam

RKS.

- 155 -

Gambar 32. Contoh jalur pejalan kaki

Pemeriksaan lapangan untuk Penyediaan

Jalur Pedestrian dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait yang

memperlihatkan arah jalur pedestrian.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait fitur-fitur untuk

pedestrian, seperti lampu, jalur khusus

tuna netra, ram.

iii. Pengukuran lebar jalur pedestrian dan

ram.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

Penyediaan Jalur Pedestrian akan diberikan

jika :

i. Bangunan gedung memiliki pedestrian

dengan arah yang mengakses antara luar

gedung menuju ke teras gedung atau

menerus dalam satu komplek gedung;

- 156 -

ii. Bangunan Gedung memenuhi persyaratan

kemudahan terhadap fasilitas dan

aksesibilitas;

iii. Bangunan gedung memiliki jalur

pedestrian yang terhubung atau

menghubungkan fasilitas publik, misal

transportasi umum, jembatan

penyebrangan, ruang publik, dan menuju

persil/kavling sekitarnya.

iv. Bangunan Gedung Memiliki fasilitas bagi

pengguna sepeda, misal jalur khusus

sepeda, tempat parkir sepeda, dan fasilitas

shower.

(f) Pengelolaan Tapak Basemen

Tujuan dari pengelolaan tapak basemen

adalah untuk memberikan fungsi tanah

yang tidak terdapat basemen agar dapat

memiliki RTH dengan fungsi maksimal.

Fungsi maksimal tersebut dapat diperoleh

dengan ditanamnya pohon besar, dimana

pohon besar memiliki akar yang dalam dan

berfungsi sebagai penyerap air yang besar.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

- 157 -

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk Pengelolaan Tapak

Basemen adalah kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengelolaan

Tapak Basemen meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

Gambar teknis as built yang menunjukkan:

i) Denah Basemen;

ii) Denah site plan dengan menunjukkan

garis basemen; dan

iii) Potogan bangunan.

ii. Pemeriksaan terhadap gambar garis

basemen bangunan dibandingkan dengan

tapak bangunan.

Pemeriksaan lapangan untuk Pengelolaan

Tapak Basemen dilakukan dengan

melaksanakan dokumentasi menggunakan

kamera digital yang memperlihatkan adanya

basemen (jika ada).

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

- 158 -

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

Pengelolaan Tapak Basemen akan diberikan

jika :

i. Koefisien tapak besmen tidak melebihi

Koefisien Dasar Bangunan

(g) Penyediaan Lahan Parkir

Penyediaan lahan parkir pada bangunan

gedung diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan parkir pengguna bangunan

gedung. Seringkali penyediaan parkir ini

mengambil peruntukan penyediaan lahan

hijau. Seiring dengan tersedianya fasilitas

dan kesadaran untuk menggunakan

transportasi umum maka penyediaan lahan

parkir dapat ditekan, sehingga dapat

memberi penyediaan ruang terbuka hijau

lebih banyak.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk Penyediaan Lahan Parkir

adalah kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Penyediaan

Lahan Parkir meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

Gambar teknis as built yang menunjukkan:

i) Gambar peletakan lahan parkir;

ii) Gambar detail lahan parkir; dan

- 159 -

iii) Dokumen kewajiban penyediaan lahan

parkir.

ii. Identifikasi banyaknya penyediaan lahan

parkir.

Pemeriksaan lapangan untuk Penyediaan

Lahan Parkir dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait lahan parkir mobil.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital apabila ada tempat parkir

khusus penyandang disabilitas.

iii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital apabila ada tempat parkir

bagi pengguna sepeda.

Gambar 33. Contoh Penyediaan Lahan Parkir

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

penyediaan lahan parkir akan diberikan

jika:

i. penyediaan lahan parkir kurang dari 30%

dari KDB yang diizinkan.

- 160 -

ii. penyediaan lahan parkir berupa lahan

parkir vertikal (di lantai atas)

iii. penyediaan lahan parkir berupa lahan

parkir di basemen (maksimal 2 lapis)

(h) Sistem Pencahayaan Ruang Luar atau

Halaman

Sistem pencahayaan pada ruang luar atau

halaman diperlukan untuk menjaga

keamanan dan kenyaman pengguna

bangunan gedung.

Gambar 34. Pencahayaan ruang luar

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk Sistem Pencahayaan

Ruang Luar atau Halaman adalah kamera

digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Pencahayaan Ruang Luar atau Halaman

meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

- 161 -

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) Gambar peletakkan sistem

pencahayaan ruang luar atau halaman;

dan

(ii) Gambar detail sistem pencahayaan

ruang luar atau halaman.

ii) Informasi pengelola gedung yang

menunjukkan spesifikasi sistem

pencahayaan ruang luar dan halaman.

ii. Pemeriksaan terhadap gambar sistem

pencahayaan pada ruang luar dan

halaman yang digunakan

Pemeriksaan lapangan untuk Sistem

Pencahayaan Ruang Luar atau Halaman

dilakukan dengan

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait pencahayaan ruang

luar.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait fitur saklar

pencahayaan ruang luar.

iii. Pengujian sistem pencahayaan ruang luar

dengan menyalakan lampu secara manual.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan hasil pemeriksaan, nilai akan

diberikan jika sistem pencahayaan pada

ruang luar atau halaman menggunakan

saklar otomatis atau sensor.

- 162 -

(i) Pembangunan Bangunan Gedung di

Atas dan/atau di Bawah Tanah, Air

dan/atau Prasarana/Sarana Umum

Pembangunan bangunan gedung yang

didirikan di atas dan/atau di bawah tanah,

air dan/atau prasarana/sarana umum tidak

boleh mengganggu fungsi yang ada di atas

dan/atau bawahnya.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk Pembangunan Bangunan

Gedung di Atas dan/atau di Bawah Tanah,

Air dan/atau Prasarana/Sarana Umum

adalah kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Pembangunan

Bangunan Gedung di Atas dan/atau di

Bawah Tanah, Air dan/atau

Prasarana/Sarana Umum meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

Gambar teknis as built potongan bangunan

gedung.

ii. Identifikasi apakah bangunan gedung

didirikan di atas dan/atau di bawah

- 163 -

tanah, air dan/atau prasarana/sarana

umum.

Pemeriksaan lapangan untuk Pembangunan

Bangunan Gedung di Atas dan/atau di

Bawah Tanah, Air dan/atau Prasarana/

Sarana Umum dilakukan dengan

melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap prasarana dan/atau

sarana umum yang terdapat pada gedung.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

Pembangunan Bangunan Gedung di Atas

dan/atau di Bawah Tanah, Air dan/atau

Prasarana/Sarana Umum akan diberikan

jika :

i. pembangunan BGH di atas prasarana

dan/atau sarana umum tidak

mengganggu pencahayaan alami dan

penghawaan alami bagi sarana dan

prasarana umum yang ada di bawahnya.

ii. pembangunan BGH di atas prasarana

dan/atau sarana umum menerapkan

prinsip penghematan energi dan air

dengan mempertimbangkan persyaratan

fungsi bangunan gedung ada di bawahnya.

iii. pembangunan BGH di atas prasarana

dan/atau sarana umum menerapkan

pengelolaan limbah domestik di luar lokasi

yang tidak mencemari lingkungan.

- 164 -

(2) Prosedur Pemeriksaan Efisiensi Penggunaan

Energi

Efisiensi penggunaan energi ditujukan untuk

mencapai tingkat energi yang optimal sesuai

dengan fungsi bangunan gedung, mengurangi

dampak negatif terhadap lingkungan, serta

mengurangi biaya yang berlebihan terkait

penggunaan energi.

Efisiensi penggunaan energi diperhitungkan

dengan menerapkan pesyaratan teknis efisiensi

penggunaan energi sesuai dengan pedoman

dan standard teknis terkait, yang diperkirakan

mampu mencapai konservasi energi dengan

kisaran 20-25%.

(a) Selubung Bangunan

Selubung bangunan merupakan elemen

bangunan yang membungkus bangunan

gedung, berupa dinding dan atap

transparan atau yang tidak transparan

tempat sebagian besar energi termal

berpindah lewat elemen tersebut. Komponen

dalam selubung bangunan yang harus di

desain untuk mencapai efisiensi

penggunaan energi yang diinginkan meliputi

dinding, atap, pembukaan celah, ventilasi,

akses bangunan gedung, cahaya alami,

kaca, peneduh, dan kekedapan udara.

Proses transfer panas atap bangunan

disebut Roof Thermal Transfer Value (RTTV)

- 165 -

dan/atau proses transfer panas pada

selubung bangunan disebut Overall Thermal

Transfer Value (OTTV).

Efisiensi penggunaan energi pada BGH

secara akurat harus mempertimbangkan

nilai akumulasi RTTV dan OTTV. Nilai

akumulasi tersebut mengacu kepada

Standard Nasional Indonesia SNI 6389:2011

tentang Konservasi Energi untuk Selubung

Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

Gambar 35. Selubung Bangunan

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaaan Selubung

Bangunan adalah:

i. Kamera Digital; dan

ii. Kompas.

Pemeriksaan Dokumen untuk Selubung

Bangunan meliputi:

- 166 -

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Perhitungan Nilai OTTV dan RTTV,

secara manual dan/atau simulasi.

ii) Gambar detail teknis yang

menunjukkan:

(i) Denah Bangunan;

(ii) Orientasi Bangunan;

(iii) Tampak Bangunan;

(iv) Potongan Bangunan;

(v) Jenis peneduh;

(vi) Jenis bahan dinding;

(vii) Jenis bahan jendela; dan

(viii) Spesifikasi kaca.

ii. Pemeriksaan terhadap dokumen

perhitungan nilai OTTV dan RTTV yang

menunjukkan nilai maksimum 35

Watt/m2.

iii. Pemeriksaan terhadap dokumen

perhitungan nilai OTTV dan RTTV

terhadap parameter berikut;

i) nilai Window to Wall Ratio (WWR)

ii) Jenis peneduh;

iii) Sistem double fasade;

iv) Jenis bahan dinding yang digunakan;

v) Jenis bahan jendela yang digunakan;

vi) Spesifikasi kaca yang digunakan;

vii) Jarak dari lantai ke plafon bangunan;

- 167 -

viii) Sumbu bangunan yang menunjukkan

arah mata angin; dan

ix) Jenis peneduh.

Pemeriksaan lapangan untuk Selubung

Bangunan dilakukan dengan:

i. Pemeriksaan kesesuaian antara dokumen

perencanaan dengan kondisi aktual.

Pemeriksaan meliputi jenis bahan dinding

dan jenis bahan jendela. Termasuk jenis

spesifikasi kaca yang digunakan.

ii. Pemeriksaan terhadap orientasi bangunan

menggunakan kompas.

iii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait bangunan tampak 4

arah mata angin.

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait jenis bahan dinding

dan jenis bahan jendela.

v. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait jenis peneduh

bangunan.

Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

Selubung Bangunan akan diberikan jika:

i. Selubung bangunan memiliki nilai

akumulasi OTTV dan RTTV maksimum 35

Watt/m2;

ii. Nilai perbandingan selubung bangunan

transparan dengan selubung bangunan

- 168 -

masif (Window to Wall Ratio) kurang dari

30%; dan

iii. Penggunaan bahan selubung bangunan

dapat mendukung efisiensi energi.

(b) Sistem Ventilasi

Ventilasi merupakan proses untuk mencatu

udara segar kedalam bangunan gedung

dalam jumlah yang sesuai kebutuhan.

Ventilasi bertujuan untuk mensirkulasi

gas-gas yang berbahaya bagi manusia, juga

harus digunakan semaksimal mungkin

untuk meminimalkan beban pendinginan.

Sistem ventilasi terbagi menjadi dua jenis,

sistem ventilasi mekanis dan sistem

ventilasi alami. Sistem ventilasi mekanis

harus disediakan apabila sistem ventilasi

alami tidak memadai.

Perencanaan sistem ventilasi mengacu

kepada SNI 6572:2001 tentang Tata Cara

Perancangan Sistem Ventilasi dan

Pengkondisian Udara pada Bangunan

Gedung atau edisi terbaru.

- 169 -

Gambar 36. Sistem Ventilasi

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan Sistem

Ventilasi antara lain:

i. Kamera Digital;

ii. Anemometer; dan

iii. Meteran.

Pemeriksaan dokumen untuk pemeriksaan

Sistem Ventilasi meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

Gambar detail teknis yang menunjukkan:

i) Diagram satu garis sistem ventilasi;

ii) Denah sistem ventilasi;

iii) Denah yang menunjukkan fungsi dan

luas ruangan; dan

iv) Tampak bangunan.

ii. Pemeriksaan terhadap ruangan yang ber-

AC.

iii. Pemeriksaan terhadap jenis ventilasi yang

digunakan (ventilasi alami, atau ventilasi

- 170 -

mekanis). Untuk ruangan yang ber-AC

wajib dilengkapi dengan ventilasi mekanis.

iv. Pemeriksaan terhadap kebutuhan ventilasi

mekanis sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (SNI

03.6572).

v. Menentukan lokasi ruangan aktif yang

terdapat aktivitas penghuni bangunan.

vi. Menentukan lokasi ventilasi mekanis pada

gambar denah untuk mempermudah

pemeriksaan.

vii. Menentukan lokasi ventilasi alami pada

gambar denah untuk mempermudah

pemeriksaan.

Pemeriksaan lapangan untuk Sistem

Ventilasi dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap ventilasi mekanis

yang digunakan. Foto menunjukkan

kapasitas dari nametag yang tertera di

ventilasi mekanis terpasang.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap lokasi ruangan

ber-AC. Pengecekan tingkat kepadatan

penghuni sesuai dengan dokumen

perencanaan atau tidak.

iii. Melakukan perhitungan jumlah penghuni

berdasarkan tinjauan ruangan aktif diatas.

- 171 -

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait lokasi ventilasi

alami.

v. Pengukuran terhadap laju aliran udara

pada ventilasi mekanis menggunakan

anemometer. Pengukuran dapat dilakukan

pada setiap ruangan atau pada sistem

ventilasi mekanis utama.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Sistem Ventilasi akan diberikan jika:

i. Ventilasi alami dan/atau mekanis sesuai

dengan standar yang berlaku

ii. Tidak memiliki ventilasi alami, maka

harus tetap memenuhi kebutuhan udara

segar

iii. Sistem ventilasi membantu pengurangan

beban pendinginan

(c) Sistem Pengkondisian Udara

Sistem Pengkondisian udara pada BGH

bertujuan untuk memenuhi kesehatan dan

kenyamanan penghuni bangunan gedung.

Sistem pengondisian pada BGH perlu

memperhatikan aspek penghematan energi.

Adapun referensi dalam perencanaan sistem

pengondisian tata udara perlu di SNI

6390:2000 tentang Konservasi Energi

Sistem Tata Udara pada Bangunan Gedung

atau edisi terbaru.

- 172 -

Gambar 37. Sistem Pengkondisian Udara

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan Sistem

Pengkondisian Udara adalah:

i. Kamera Digital; dan

ii. Alat Ukur Temperatur dan Kelembaban.

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Pengkondisian Udara meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Perhitungan beban pengkondisian udara

(Air Conditioning - AC) bangunan.

ii) Informasi yang menunjukkan:

(i) Daftar peralatan pengkondisian udara

yang digunakan; dan

(ii) Mekanisme pengaturan temperatur

ruangan.

iii) Gambar detail teknis yang

menunjukkan:

(i) Lokasi ruangan ber-AC; dan

- 173 -

(ii) Diagram satu garis sistem AC.

ii. Pemeriksaan lokasi ruangan yang

menggunakan AC, ruangan yang tidak

menggunakan AC, dan ruangan yang

membutuhkan pendinginan khusus.

iii. Pemeriksaan kapasitas dan konsumsi

energi (Effisiensi / COP) dari peralatan

pengkondisian udara sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku (SNI 03.6390)

iv. Pemeriksaan kontrol temperatur ruang

terkait jenis sistem kontrol yang

digunakan, baik dikontrol secara

individu, atau dapat dikontrol secara

terpusat.

v. Menentukan lokasi pengukuran

temperatur dan kelembaban.

Pemeriksaan lapangan untuk Sistem

Pengkondisian Udara dilakukan dengan:

i. Mengukur temperatur dan kelembaban

pada ruangan ber AC.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait peralatan AC yang

terpasang. Foto difokuskan pada nametag

yang mencantumkan informasi kapasitas

dan konsumsi energi peralatan AC.

iii. Pemeriksaan terhadap kesesuaian antara

dokumen perencanaan dan peralatan AC

yang terpasang.

- 174 -

iv. Pemeriksaan apabila terdapat peralatan

AC tambahan.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Sistem Pengkondisian Udara akan diberikan

jika :

i. Direncanakan menggunakan AC dengan

suhu minimal berkisar 25°C±1°C atau

Kelembaban relatif ruangan berkisar

60%±10%

ii. kW/TR atau COP dari peralatan

pengkondisian udara sesuai dengan

standard yang berlaku,

iii. Apabila bangunan gedung yang tidak

merencanakan penggunaan pengondisian

udara, diisi dengan poin penuh

(d) Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan pada BGH

dimaksudkan untuk mengoptimalkan

kenyamanan dan produktivitas penghuni

bangunan dengan pengoperasian yang

optimal dan mempertimbangkan aspek

ramah lingkungan dan biaya. Sistem

pencahayaan meliputi sistem pencahayaan

alami dan sistem pencahayaan buatan.

Sistem pencahayaan buatan akan

digunakan apabila sistem pencahayaan

alami tidak mampu mencapai tingkat

pencahayaan minimal yang dipersyaratkan

(iluminasi).

- 175 -

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran dan detail penerapan sistem

pencahayaan pada BGH mengikuti SNI

2396:2001 tentang Tata Cara Perancangan

Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan

Gedung atau edisi terbaru dan SNI

6197:2011 tentang Konservasi Energi

Sistem Pencahayaan Buatan Pada

Bangunan Gedung atau edisi terbaru.

Gambar 38. Sistem pencahayaan buatan

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan Sistem

Pencahayaan adalah:

i. Kamera Digital;

ii. Lux Meter; dan

iii. Meteran.

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Pencahayaan meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

- 176 -

i) Gambar detail teknis as built yang

menunjukkan

(i) Denah yang menunjukkan fungsi dan

luas ruangan;

(ii) Tampak bangunan;

(iii) Pengelompokan Lampu setiap

ruangan;

(iv) Lokasi penempatan titik lampu di

setiap ruangan;

(v) Lokasi penempatan saklar lampu;

(vi) Daftar lampu yang terpasang pada

bangunan; dan

(vii) Mekanisme dimmer/sensor

photoelectric/sensor gerak yang

digunakan pada lampu di dalam

maupun di luar bangunan.

ii) Hasil perhitungan cahaya alami

menggunakan piranti lunak.

iii) Hasil perhitungan beban pencahayaan

setiap ruangan bangunan (tingkat dan

daya pencahayaan).

ii. Identifikasi terhadap lokasi cahaya alami.

iii. Pemeriksaan penempatan titik lampu

yang berada di daerah cahaya alami. Titik

lampu yang berada pada daerah cahaya

alami memiliki pengelompokan terpisah

(zonasi terpisah) dengan daerah yang tidak

mendapatkan cahaya alami.

- 177 -

iv. Pemeriksaan terhadap penempatan

dimmer/sensor photoelectric/sensor gerak

pada daerah cahaya alami. Sensor tersebut

dapat terpasang di dalam maupun di luar

bangunan.

v. Pemeriksaan terhadap kebutuhan tingkat

pencahayaan (lux) dan daya maksimum

pencahayaan (Watt) setiap ruangan.

Tingkat dan daya maksimum pencahayaan

mengacu kepada peraturan perundang-

undangan yang berlaku (SNI 03.6197).

vi. Pemeriksaan terhadap penempatan titik

lampu dan saklar lampu pada setiap

ruangan yang memiliki luas lebih kecil dari

30 m2.

vii. Menentukan lokasi pengukuran tingkat

pencahayaan pada gambar denah.

Pemeriksaan lapangan untuk Sistem

Pencahayaan dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap kondisi ruangan

yang memiliki pencahayaan alami.

ii. Mengukur tingkat pencahayaan alami

sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku (SNI 2396) dengan

menggunakan lux meter.

iii. Menguji lampu yang berada di daerah

cahaya alami.

- 178 -

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait posisi dimmer

dan/atau sensor photoelectric.

v. Menguji kinerja dimmer dan/atau sensor

photoelectric. Pengujian dilakukan dengan

cara menutup sensor dan mengamati

perubahan yang terjadi pada lampu.

vi. Menguji kinerja lampu terpasang dengan

menggunakan lux meter.

vii. Memeriksa terhadap dokumen

perencanaan dan kondisi aktual.

Perhatikan apabila ada penambahan atau

pengurangan lampu.

viii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap posisi saklar

lampu di ruangan dengan luas < 30 m2.

Ruangan dengan luas < 30 m2 harus

memiliki satu saklar lampu.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Sistem Pencahayaan akan diberikan jika :

i. Daerah yang mendapatkan cahaya alami

memiliki pengelompokan lampu terpisah

dengan daerah yang tidak mendapatkan

cahaya alami.

ii. Dilengkapi dengan dimmer/sensor

photoelectric dan sensor tersebut bekerja

dengan baik.

iii. Pencahayaan buatan memenuhi seluruh

persyaratan:

- 179 -

i) Daya maksimum lampu sesuai dengan

peraturan

Tabel 8. Daya Pencahayaan Maksimum

Ruang kerja aktif daya maksimum 12-13 W/m2

Ruang kerja pasif (ruang arsip) daya

maks: 6 W/m2

Ruang parker dan tangga darurat daya maks: 4 W/m2

ii) Luas area maksimum 30 m2 untuk satu

sakelar untuk satu macam pekerjaan

atau satu kelompok pekerjaan.

iii) Menggunakan sensor/pengendali

pencahayaan dalam fungsi tertentu

(e) Sistem Transportasi Dalam Gedung

Transportasi dalam gedung dimaksudkan

untuk mengoptimalkan tingkat kemudahan

dan kenyamanan bagi penghuni bangunan

gedung dengan memperhatikan konsumsi

energi dan waktu tempuh yang dibutuhkan.

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran, dan detail penerapan sistem

tansportasi dalam gedung mengikuti SNI

6573:2001 tentang Tata Cara Penerapan

Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung

atau edisi terbaru.

- 180 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), hunian campuran,

dan klas 1, 2, 3 (kompleksitas sederhana)

kriteria ini tidak dinilai. Pada daftar simak

penilaian kinerja, diberikan nilai penuh.

Gambar 39. Contoh sistem transportasi dalam

gedung (lift)

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

dibutuhkan untuk pemeriksaan Sistem

Transportasi Dalam Gedung adalah kamera

Digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Transportasi Dalam Gedung meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

- 181 -

i) Gambar mekanikal yang menunjukkan:

(i) Lokasi penempatan lift;

(ii) Diagram satu garis bukaan lift; dan

(iii) Spesifikasi lift.

ii) Perhitungan traffic analysis lift:

(i) Berdasarkan zonasi lantai pelayanan

lift; dan

(ii) Berdasarkan teknologi pendistribusian

pengguna lift.

ii. Pemeriksaan terhadap perhitungan traffic

analysis lift, agar sesuai dengan jumlah

dan kapasitas lift terpasang pada

bangunan sesuai dengan standard yang

berlaku (SNI 03.6573).

Pemeriksaan lapangan untuk Sistem

Transportasi Dalam Gedung dilakukan

dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap lokasi lift.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap nametag lift yang

menunjukkan kapasitas daya angkut lift.

iii. Pemeriksaan terhadap dokumen

perencanaan dan kondisi aktual.

Perhatikan apabila ada penambahan atau

pergantian lift.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Sistem Transportasi Dalam Gedung akan

diberikan jika:

- 182 -

i. perhitungan traffic analysis lift sesuai

dengan standard yang berlaku

ii. direncanakan menggunakan sistem

transportasi vertikal yang memiliki fitur

hemat energi

(f) Sistem Kelistrikan

Perencanaan sistem kelistrikan pada BGH

dimaksudkan untuk menghindari potensi

pemborosan energi. Perencanaan sistem

kelistrikan mengikuti SNI 0225:2011

tentang Persyaratan Umum Instalasi listrik

atau edisi terbaru.

Gambar 40. Sistem Kelistrikan

Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

pemeriksaan Sistem Kelistrikan adalah

kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Sistem

Kelistrikan meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

- 183 -

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan;

(i) Diagram satu garis elektrikal;

(ii) Detail panel induk, panel distribusi,

dan panel lainnya;

(iii) Detail panel yang memiliki beban

lebih dari 100 kVa;

(iv) Lokasi penempatan kWh meter; dan

(v) Detail Instalasi.

ii) Dokumen spesifikasi Building

Management System (BMS) yang

menunjukkan:

(i) Diagram satu garis BMS;

(ii) Input/Output BMS; dan

(iii) Parameter yang dapat diatur oleh

BMS.

iii) Sertifikat Laik Operasi yang diterbitkan

oleh pihak yang berwenang.

ii. Pemeriksaan penempatan kWh meter pada

setiap kelompok beban listrik dalam satu

sistem utilitas.

iii. Pemeriksaan penempatan kWh meter pada

panel induk, atau pada setiap panel

distribusi.

iv. Identifikasi penggunaan Building

Management System (BMS) yang dapat

mengendalikan konsumsi energi pada

bangunan.

- 184 -

v. Identifikasi terhadap kelompok beban yang

lebih dari 100 kVa.

vi. Pemeriksaan terhadap kesesuaian

Sertifikat Laik Operasi (SLO) yang

diterbitkan oleh pihak yang berwenang.

Pemeriksaan lapangan untuk Sistem

Kelistrikan dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap kWh meter

terpasang pada;

i) Panel Utama;

ii) Panel Distribusi (AC, lampu, pompa,

darurat, dsb); dan

iii) Panel dengan beban > 100 kVa.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait piranti lunak BMS

yang dapat mengendalikan konsumsi

listrik pada bangunan. Dokumentasi dapat

berupa foto atau hasil print-out piranti

lunak BMS.

iii. Pemeriksaan terhadap keabsahan

Sertifikat Laik Operasi.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Sistem Kelistrikan akan diberikan jika:

i. Setiap kelompok beban listrik dalam satu

sistem utilitas terpasang satu kWh meter.

ii. Bangunan gedung memiliki

pengelompokan beban listrik dan masing-

masing memiliki kWh meter, serta tersedia

- 185 -

submeter energi listrik untuk sumber daya

utama lebih besar dari 100kVa.

iii. Dilakukan simulasi sistem mekanikal

elektrikal bangunan atau Building

Management System (BMS).

(3) Prosedur Pemeriksaan Efisiensi Penggunaan

Air

Efisiensi penggunaan air pada BGH

dimaksudkan untuk mengurangi kebutuhan

air bersih pada bangunan gedung. Diharapkan

dengan menerapkan persyaratan teknis

efisiensi penggunaan air sesuai dengan

pedoman dan standar yang ada, dapat

diperoleh konservasi air minimal 10%.

(a) Sumber Air

Sumber air adalah asal penyediaan air

untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada

bangunan gedung. Di dalam merencanakan

sumber air perlu memperhatikan

ketersediaan pasokan air dari penyedia jasa

setempat dan menghindari pemakaian air

tanah sebagai sumber air primer. Apabila

pasokan air dari penyedia jasa tidak

memadai, maka diupayakan semaksimal

mungkin melakukan penyediaan air secara

mandiri yang digunakan untuk kebutuhan

sekunder. Penyediaan air secara mandiri

untuk kebutuhan sekunder dapat dengan

- 186 -

cara, antara lain melalui penggunaan air

daur ulang, penggunaan air hujan, dan

penggunaan air kondensasi dari unit

pengkondisian udara.

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran, dan detail sumber air pada BGH

mengikuti SNI 7065:2005 tentang Tata Cara

Perencanaan Sistem Plambing atau edisi

terbaru.

Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

pemeriksaan Sumber Air adalah kamera

digital

Pemeriksaan dokumen untuk Sumber Air

meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan diagram satu garis air

bersih.

ii) SOP terkait pemanfaatan air bersih

iii) Pengolahan air daur ulang:

(i) Perhitungan kuantitas air daur ulang

yang dihasilkan.

(ii) Data kapasitas instalasi pengolahan

air daur ulang.

(iii) Gambar detail instalasi pengolahan

air daur ulang.

- 187 -

iv) Pengolahan air hujan:

(i) Perhitungan kuantitas air hujan yang

dapat ditampung.

(ii) Data kapasitas instalasi

penampungan air hujan.

(iii) Gambar detail penampungan air

hujan.

ii. Identifikasi sumber air bersih yang

digunakan, apakah (tidak terbatas pada):

air tanah, air PDAM, air daur ulang, air

hujan, air kondensasi dari unit

pengondisian udara.

iii. Identifikasi kebutuhan pemakaian air dan

jumlah air yang tersedia (dari sumber air

bersih yang digunakan).

iv. Identifikasi adanya penggunaan air hasil

daur ulang.

v. Identifikasi penggunaan air hujan yang

ditampung.

vi. Pemeriksaan terhadap volume sistem

penampungan air hujan yang digunakan,

(mengacu ke Permen PU No.11 Tahun

2014).

vii. Pemeriksaan terhadap SOP terkait

pemanfaatan air bersih.

Pemeriksaan lapangan untuk Sumber Air

dilakukan dengan:

- 188 -

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap meteran air dari

jasa penyedia air.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap pompa dan/atau

meteran air tanah.

iii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap sistem pengolahan

air daur ulang.

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap sistem pengolahan

air hujan.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Sumber Air akan diberikan jika :

i. Bangunan gedung tidak menggunakan air

tanah sebagai air primer;

ii. Bangunan gedung menggunakan air

alternatif dan/atau daur ulang air.

(b) Pemakaian Air

Pemakaian air adalah seberapa besar

sumber air digunakan untuk memenuhi

kebutuhan penghuni atau pengguna

bangunan gedung. Pemakaian air

diperhitungkan dengan mempertimbangkan

kebutuhan air dingin dan/atau air panas,

kebutuhan air untuk peralatan dan mesin

yang memerlukan penambahan air secara

teratur atau terus menerus, kebutuhan air

- 189 -

untuk muka air kolam, dan kebutuhan air

lainnya.

Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan

air, diperlukan pemasangan alat ukur

penggunaan air (submeter). Pemasangan

alat ukur berfungsi untuk mengetahui

secara pasti penggunaan air di bangunan

gedung. Submeter dapat dipasang pada

sistem pemakaian air dari penyedia air,

sistem pemakaian air daur ulang, sistem

pasokan air tambahan lainnya apabila

kedua sistem tersebut tidak memadai.

Pemakaian sumber air primer yang berasal

dari penyedia jasa dan air tanah diharapkan

maksimum 90% dari total kebutuhan air

tanpa mengurangi kebutuhan air per orang.

Selisih kebutuhan air yang tidak biasa

dipenuhi oleh sumber air primer

sebagaimana tersebut diatas harus

diperoleh melalui penyediaan air secara

mandiri.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

digunakan untuk pemeriksaan Pemakaian

Air adalah kamera digital.

Pemeriksaan lapangan untuk Pemakaian Air

meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

- 190 -

i) Gambar teknis as built peletakan alat

ukur penggunaan air (submeter);

ii) Data pemakaian air;

iii) Data evaluasi dan tindak lanjut yang

dilakukan; dan

iv) SOP terkait pemantauan pemakaian air.

ii. Pemeriksaan terhadap alat ukur

penggunaan air (submeter) dan dipasang

dimana saja (lokasi pemasangan), apakah

submeter dipasang pada sistem pemakaian

air dari penyedia air, sistem air daur ulang,

dan tambahan keluaran air bersih apabila

sistem daur ulang tidak mencukupi.

iii. Pemeriksaan terhadap kebutuhan

pemakaian air dan jumlah air yang

tersedia (dari sumber air bersih yang

digunakan).

iv. Pemeriksaan terhadap evaluasi secara

berkala yang disertai tindak lanjut.

v. Pemeriksaan terhadap SOP terkait

pemantauan pemakaian air.

Pemeriksaan lapangan untuk Pemakaian Air

dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap submeter.

ii. Pemeriksaan terhadap kinerja submeter.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Pemakaian Air akan diberikan jika:

- 191 -

i. menggunakan submeter pada sistem air

dari penyedia air dan keluaran air tanah.

ii. menggunakan submeter pada keluaran

sistem air daur ulang.

iii. pemakaian air dari penyedia jasa air dan

air tanah kurang dari 90 % (selisihnya

berasal dari sumber lain).

(c) Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air

(Water Fixtures)

Penggunaan peralatan saniter hemat air

(water fixtures) merupakan salah satu

usaha untuk meningkatkan efisiensi

penggunaan air pada bangunan gedung.

Peralatan saniter hemat air (water fixtures)

pada BGH meliputi kloset, keran air, urinal,

pancuran air (shower), bidet, dan lain-lain.

Gambar 41. Pengukuran debit keran air

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan Penggunaan

- 192 -

Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixtures)

antara lain:

i. Kamera Digital;

ii. Gelas Ukur; dan

iii. Stopwatch.

Pemeriksaan dokumen untuk Penggunaan

Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixtures)

meliputi:

i. Informasi spesifikasi peralatan yang

menunjukkan:

i) Tipe dan jumlah water closet (WC) yang

digunakan;

ii) Tipe dan jumlah urinal flush yang

digunakan;

iii) Tipe dan jumlah shower mandi yang

digunakan; dan

iv) Tipe dan jumlah keran yang digunakan;

ii. Gambar teknis as built denah yang

menunjukkan letak dan detail water

fixtures.

Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik bangunan, adalah sebagai

berikut:

i. Pemeriksaan terhadap tipe peralatan

saniter termasuk peralatan saniter hemat

air:

i) water closet hemat air/dual flush/less

water;

- 193 -

ii) urinal flush hemat air;

iii) shower hemat air; dan

iv) aerator/sensor/dll pada keran.

ii. Pemeriksaan terhadap jumlah peralatan

saniter hemat air dibandingkan peralatan

saniter keseluruhan.

Tabel 9. Kapasitas Penghematan Air pada Peralatan Saniter (Water Fixtures)

No. Perangkat Sambungan Air

Kapasitas Maksimal

1 WC, flush valve 6 liter/flush

2 WC, flush tank 6 liter/flush

3 Urinal flush 4 liter/flush

4 Shower mandi 9 liter/menit

5 Keran tembok 8 liter/menit

6 Keran wastafel/ lavatory 8 liter/menit

iii. Menentukan lokasi untuk dilakukan

pengujian peralatan saniter.

Pemeriksaan lapangan untuk Penggunaan

Peralatan Saniter Hemat Air (Water Fixtures)

dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait keran terpasang.

ii. Pemeriksaan keluaran air keran dengan

menggunakan gelas ukur dan stopwatch.

iii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap water closet

terpasang.

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap pancuran

terpasang.

- 194 -

v. Pemeriksaan keluaran air shower dengan

menggunakan gelas ukur dan stopwatch.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Penggunaan Peralatan Saniter Hemat Air

(Water Fixtures) akan diberikan jika

menggunakan peralatan saniter hemat air

minimal 25% dari total peralatan saniter

(4) Prosedur Pemeriksaan Kualitas Udara Dalam

Ruang

Perencanaan kualitas udara dalam ruang pada

BGH dimaksudkan untuk meningkatkan

kualitas udara dalam ruang yang mendukung

kenyamanan dan kesehatan pengguna BGH.

Perencanaan kualitas udara dalam ruang

terdiri dari pelarangan rokok, penggunaan

sensor CO dan/atau CO2, serta penggunaan

refrigerant.

(a) Pelarangan Merokok

Asap yang dihasilkan dari rokok dapat

mengganggu kualitas udara ruangan dan

mengganggu orang lain. Penempatan rambu

larangan merokok secara jelas dapat

memberikan informasi bagi perokok

terhadap area-area yang tidak diperbolekan

untuk merokok. Ukuran dan ketentuan

mengenai rambu dilarang merokok telah

diatur dalam Peraturan Daerah masing-

masing mengenai larangan merokok.

- 195 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

Gambar 42. Contoh pemasangan penanda

larangan merokok

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan Pelarangan

Merokok antara lain:

i.Kamera Digital; dan

ii.Meteran.

Pemeriksaan dokumen untuk Pelarangan

Merokok meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) Lokasi penempatan rambu larangan

- 196 -

merokok; dan

(ii) Lokasi area khusus merokok (jika

ada).

ii) Pernyataan komitmen pemilik

bangunan berupa surat edaran/surat

keputusan pelarangan merokok di

dalam bangunan.

ii. Pemeriksaan terhadap lokasi penempatan

rambu larangan merokok.

iii. Pemeriksaan terhadap lokasi area khusus

merokok. Lokasi ruang khusus merokok

harus berada dalam radius 10 meter dari

pintu masuk, jendela, dan masuknya

udara segar dari luar ke dalam bangunan

gedung.

Pemeriksaan lapangan untuk Pelarangan

Merokok dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait rambu larangan

merokok yang terpasang.

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait lokasi area khusus

merokok.

iii. Memastikan lokasi area khusus merokok

berada dalam radius 10 meter dari pintu

masuk, jendela, dan masuknya udara

segar dari luar ke dalam bangunan

gedung. Hal ini dilakukan dengan

- 197 -

melakukan pengukuran menggunakan

meteran.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Pelarangan Merokok akan diberikan jika:

i. terdapat komitmen pelarangan merokok

didalam bangunan.

ii. terdapat rambu larangan merokok dan

ruang khusus merokok sesuai dengan

pemeriksaan diatas.

(b) Pengendalian Karbondioksida (CO2) dan

Karbon Monoksida (CO)

Kualitas ruangan dipengaruhi dengan kadar

CO2 ruangan tersebut. Kondisi ruangan

yang memiliki kadar CO2 yang berlebih akan

memberikan ketidaknyamanan berupa

gejala pusing karena kekurangan oksigen,

dan keracunan CO yang juga berbahaya.

Kelebihan CO2 disebabkan oleh berlebihnya

penghuni ruangan dan kurangnya udara

segar yang masuk ke ruangan. Di sisi lain,

udara segar berlebih akan mempengaruhi

kinerja AC menjadi lebih boros listrik. Oleh

karenanya diperlukan sensor pengendali

CO2 di ruangan, serta CO untuk ruang

parkir kendaraan.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

dibutuhkan untuk penilaian Pengendalian

Karbondioksida (CO2) dan Karbon

Monoksida (CO) adalah kamera digital.

- 198 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengendalian

Karbondioksida (CO2) dan KarbonMonoksida

(CO) meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) Lokasi dan fungsi ruangan;

(ii) Jumlah penghuni dalam ruangan;

(iii) Lokasi gedung parkir;

(iv) Detail ventilasi alami pada gedung

parker;

(v) Ventilasi mekanis;

(vi) Lokasi Sensor CO2 dan CO; dan

(vii) Sistem CO2 atau CO yang terhubung

dengan ventilasi mekanis dan alarm.

ii) Spesifikasi Sensor CO2 dan CO.

ii. Pemeriksaan ruangan tertutup yang

memiliki potensi menerima akumulasi

konsentrasi CO2, atau yang berkepadatan

tinggi.

- 199 -

iii. Pemeriksaan sistem ventilasi mekanis

pada ruangan tertutup diatas.

iv. Pemeriksaan mekanisme sensor CO2 yang

terhubung dengan ventilasi mekanis dan

alarm.

v. Pemeriksaan spesifikasi sensor CO2 yang

memilki kemampuan untuk beroperasi

pada batas 9.000 mg/m3.

vi. Pemeriksaan area parkir tertutup yang

memiliki potensi menerima akumulasi

konsentrasi CO.

vii. Pemeriksaan sistem ventilasi mekanis

pada area parkir tertutup diatas.

viii. Pemeriksaan mekanisme sensor CO yang

terhubung dengan ventilasi mekanis dan

alarm.

ix. Pemeriksaan spesifikasi sensor CO yang

memilki kemampuan untuk beroperasi

pada batas 29 mg/m3.

x. Pemeriksaan tata cara, persyaratan,

ukuran dan detail pengendalian CO2 dan

CO mengikuti peraturan yang berlaku (SNI

0232).

Pemeriksaan lapangan untuk Pengendalian

Karbondioksida (CO2) dan Karbon

Monoksida (CO) dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait sensor CO2

terpasang.

- 200 -

ii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait ventilasi mekanis

dan alarm. Dokumentasi harus

menunjukkan adanya koneksi (umumnya

berupa kabel) antara sensor CO2 dan

ventilasi mekanis & alarm.

iii. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait sensor CO terpasang.

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait ventilasi mekanis

dan alarm. Dokumentasi harus

menunjukkan adanya koneksi (umumnya

berupa kabel) antara sensor CO dan

ventilasi mekanis & alarm.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Pengendalian Karbondioksida (CO2) dan

KarbonMonoksida (CO) akan diberikan jika:

i. Direncanakan memiliki sistem ventilasi

yang memperhitungkan kandungan CO2

dalam ruangan;

ii. Ruangan dalam bangunan gedung yang

memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO

dan/atau CO2 direncanakan memiliki alat

monitor CO dan/atau CO2; dan

iii. Ruangan dalam bangunan gedung yang

memiliki resiko akumulasi konsentrasi CO

dan/atau CO2 direncanakan memiliki

alarm jika ambang CO dan/atau CO2

melewati ambang batas.

- 201 -

(c) Pengendalian Penggunaan Bahan Pembeku

(refrigerant)

Bahan pembeku (Refrigerant) merupakan

komponen inti untuk proses pengkondisian

udara dalam ruangan. Refrigerant apabila

terlepas ke udara dapat berbahaya bagi

lingkungan dan manusia. Oleh karenanya

pengendalian pemilihan bahan refrigerant

ini dapat mengurangi dampak buruk

terhadap lingkungan.

Gambar 43. Tabung Bahan Pembeku

Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

pemeriksaan Pengendalian Penggunaan

Bahan Pembeku (refrigerant) adalah kamera

digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Pengendalian

Penggunaan Bahan Pembeku (refrigerant)

meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Daftar peralatan AC yang menunjukkan

jenis refrigerant.

- 202 -

ii) Daftar jenis refrigerant dan tahun

pembuatan.

iii) Daftar jenis refrigerant yang digunakan

berikut nilai GWP dan ODP.

ii. Pemeriksaan terhadap jenis refrigerant

pada peralatan AC.

iii. Pemeriksaan terhadap bahan refrigerant

yang mengandung Chloro Fluoro Carbon

(CFC). Bahan mengandung CFC seperti:

R-11, R-12, R-13, R-1381, R-114, R-500,

R-502, R-503.

iv. Pemeriksaan terhadap nilai GWP dan ODP

Pemeriksaan lapangan unruk Pengendalian

Penggunaan Bahan Pembeku (refrigerant)

dilakukan dengan melakukan dokumentasi

menggunakan kamera digital terhadap jenis

bahan refrigerant dari setiap unit AC. Jenis

bahan refrigerant dapat ditemukan pada

nametag outdoor AC.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

Pengendalian Penggunaan Bahan Pembeku

(refrigerant) akan diberikan jika :

i. bangunan gedung direncanakan tidak

menggunakan alat pendingin;

ii. bangunan gedung yang direncanakan

menggunakan alat pendingin memiliki

kriteria:

- 203 -

i) bahan pembeku menggunakan

refrigerant yang tidak mengandung CFC

dan/atau yang sudah dilarang.

ii) menggunakan alat pendingin dengan

nilai Global Warming Potential (GWP)

rendah.

(5) Prosedur pemeriksaan material ramah

lingkungan

Pengendalian penggunaan material ramah

lingkungan dalam BGH dimaksudkan untuk

mengurangi jumlah zat pencemar berbahaya

terhadap kesehatan dan kenyamanan

pengguna bangunan, serta menjaga

kesinambungan rantai pasok material yang

ramah bagi lingkungan dalam skala nasional.

Pengendalian material ramah lingkungan

terdiri atas 2 persyaratan utama yaitu

Pengendalian Penggunaan Material Berbahaya

dan Penggunaan Material Bersertifikat Ramah

Lingkungan (Eco Labelling).

(a) Pengendalian Penggunaan Material

Berbahaya

Pengendalian penggunaan material

berbahaya bertujuan untuk mengurangi

dampak negatif terhadap kesehatan

penghuni bangunan akibat dari zat yang

dipaparkan oleh material yang terpasang

pada bangunan. Zat berbahaya tersebut

merupakan zat kimia yang dapat terpapar di

- 204 -

udara dan memiliki kemungkinan terhirup

oleh penghuni bangunan. Dampak

kesehatan yang mungkin terjadi oleh adanya

material berbahaya tersebut dapat bersifat,

seperti pusing, mual, sesak napas, atau

bahkan bersifat kronis yang dapat

menyebabkan kanker.

Persyaratan ini meliputi: material penutup

atap dominan, material cat, material

kayu/bambu/ material terbarukan, dan

material logam.

i. Material Penutup Atap Dominan

Setiap bangunan memiliki atap yang dapat

berbeda-beda jenisnya. Material penutup

atap yang dominan diharapkan tidak

menggunakan material yang tidak ramah

lingkungan.

Gambar 44. Gambar penutup atap beton

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan Material

- 205 -

Penutup Atap Dominan adalah kamera

digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Material

Penutup Atap Dominan meliputi:

i) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) Denah atap; dan

(ii) Informasi jenis atap.

ii) Pemeriksaan terhadap gambar, rencana

jenis penutup atap dominan akan

dipasang pada bangunan.

iii) Memberikan kesimpulan jenis penutup

atap dominan yang ada pada gedung.

Pemeriksaan Lapangan untuk Material

Penutup Atap Dominan dilakukan dengan

Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap jenis bahan atap,

foto atap dominan yang terpasang.

Penilaian Hasil Pemeriksaan Kinerja untuk

Material Penutup Atap Dominan akan

diberikan jika penutup atap tidak

menggunakan asbestos.

ii. Material Cat

Material cat ramah lingkungan dalam BGH

ditujukan kepada cat yang tidak

mengandung material berbahaya bagi

- 206 -

kesehatan. Pada tahap pemanfaatan,

catatan dari kegiatan pengecatan ulang

diperlukan sebagai bukti apabila terdapat

penggunaan cat ramah lingkungan.

Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

pemeriksaan Material Cat adalah kamera

digital

Pemeriksaan dokumen untuk Material Cat

meliputi:

i) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

(i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan denah penggunaan

cat.

(ii) Catatan kegiatan pengecatan ulang.

(iii) Bon pembelian cat (pengecatan

perdana ataupun pengecatan

ulang).

ii) Pemeriksaan terhadap dokumentasi

pengecatan terkait jenis cat dan

penggunaannya yang terpasang di

bangunan untuk pengecatan perdana

apabila belum ada pengecatan ulang,

atau dokumentasi pengecatan ulang.

iii) Pemeriksaan terhadap dokumentasi

pengecatan pada dokumen MSDS

(Material Safety Data Sheet) terkait cat

yang tidak mengandung zat pencemar

- 207 -

seperti: methilene chloride

(dhicloromethane), arsenic, hexavalent

chromium, N-hexane, trichloroethylene

(TCE), formaldehyde, TDCP/TCEP

(chlorinated penjinak api), BPA

(bisphenol A), phthalates, VOC berkadar

tinggi, dan lain-lain.

iv) Pemeriksaan terhadap jenis cat sesuai

lokasinya pada gambar denah.

v) Pemeriksaan terhadap kesesuaian bukti

MSDS dengan bukti bon pembelian cat

Pemeriksaan Lapangan untuk Material Cat

dilakukan dengan Melakukan dokumentasi

menggunakan kamera digital terkait

dinding yang diberi cat.

Penilaian Hasil Pemeriksaan Kinerja untuk

Material Cat akan diberikan jika memiliki

kesesuaian antara lokasi cat (foto), MSDS,

dan bon pembelian cat yang menunjukkan

penggunaan material cat sesuai ketentuan

tidak mengandung zat pencemar

berbahaya.

iii.Material Logam

Material logam dipilih yang menggunakan

cat anti karat yang tidak mengandung zat

pencemar berbahaya. Perawatan atas

material logam juga dilihat pada tahap

pemanfaatan. Sehingga mengurangi risiko

- 208 -

paparan karat kepada manusia yang dapat

mengganggu kesehatan.

Gambar 45. Material logam pada railing tangga

Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

pemeriksaan Material Logam adalah

kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Material

Logam meliputi:

i) Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

(i) Gambar denah teknis as built yang

menunjukkan lokasi penggunaan

material logam.

(ii) SOP perawatan material logam pada

bangunan.

ii) Pemeriksaan terhadap lokasi material

logam pada denah arsitektur dan

memberi tanda untuk pemeriksaan

lapangan.

- 209 -

iii) Pemeriksaan terhadap jenis logam dan

penggunaannya (kusen, rangka atap,

struktur) yang akan terpasang di

bangunan.

iv) Pemeriksaan terhadap prosedur

perawatan logam untuk mencegah

terjadinya karat.

Pemeriksaan Lapangan untuk Material

Logam dilakukan dengan Melakukan

dokumentasi menggunakan kamera digital

terhadap material logam pada bangunan.

Hasil foto harus menunjukkan kualitas

logam apakah terdapat karat atau tidak.

Penilaian hasil pemeriksaan untuk

Material Logam akan diberikan jika

material logam menggunakan pelapis cat

tahan karat yang tidak mengandung zat

pencemar berbahaya.

(b) Penggunaan Material Bersertifikat Ramah

Lingkungan (Eco Labelling).

Penggunaan material bersertifikat ramah

lingkungan bertujuan untuk melindungi

kelestarian lingkungan dari sisi produksi

bahan baku material baik untuk

bangunannya maupun perabot/ mebelair

yang digunakan. Bukti eco-label dapat

berupa sertifikat manajemen lingkungan,

sertifikat legal untuk kayu, serta eco-label

untuk produknya.

- 210 -

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

Persyaratan ini meliputi: Material Struktur –

Beton - Pasir dan Kerikil, Material Struktur

– Beton - Semen, penutup dinding, material

kayu/bambu/material terbarukan, material

cat, material penutup atap.

(6) Prosedur Pemeriksaan Pengelolaan Sampah

Masalah sampah menjadi beban bagi

lingkungan. Pengelolaan sampah yang tepat

dan berkelanjutan bagi lingkungan dibutuhkan

sebagai kelanjutan dari penerapan pengelolaan

sampah BGH. Pengelolaan sampah pada BGH

dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatan

pengguna, aman bagi lingkungan dan

perubahan perilaku pengguna BGH, serta

mengurangi beban timbulan sampah kota.

(a) Penerapan Prinsip 3R (reduce, reuse,

reclycle)

Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

dimaksudkan untuk mengurangi sampah

yang ditimbulkan oleh pemilik,pengguna,

dan/atau pengelola BGH. Dengan

mengurangi beban sampah dari pengguna

bangunan, maka beban sampah yang

- 211 -

dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA)

dapat berkurang.

Gambar 46. Contoh bukti foto adanya lokasi

pembakaran sampah

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan Penerapan

prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) adalah

kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk Penerapan

prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) Gambar Denah yang menunjukkan

lokasi pengumpulan tempat sampah

sementara (TPS) di gedung.

(ii) Gambar detil (apabila ada)

bak/ruangan tempat sampah.

ii) SOP penerapan 3R pada bangunan.

ii. Pemeriksaan terhadap gambar terkait

lokasi pengumpulan sampah gedung.

- 212 -

iii. Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam

SOP terkait ketentuan pelaksanaan 3R.

Pemeriksaan Lapangan untuk penerapan

prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

dilaksanakan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap TPS gedung.

ii. Pemeriksaan terhadap isi dari TPS

apabila sampah tidak menumpuk.

iii. Wawancara kepada pengelola gedung

tentang sistem penanganan sampah

bangunan.

iv. Pemeriksaan dan Melakukan

dokumentasi menggunakan kamera

digital terhadap lokasi apabila ada

pembakaran sampah.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle)

akan diberikan jika:

i. Tersedianya tempat pemilahan minimal 3

jenis, yaitu: Organik, Non Organik, B3.

ii. Pelaksanaan rencana Pengelolaan gedung

dalam berkomitmen untuk melakukan

pembelian bahan atau barang yang tidak

mengandung bahan berbahaya, tidak

merusak lingkungan, tidak memerlukan

distribusi panjang, tidak menimbulkan

sampah berlebihan.

- 213 -

iii. Melakukan pengelolaan terpadu untuk

sampah plastik dan kertas.

(b) Penerapan Sistem Penanganan Sampah

Penerapan sistem penanganan sampah pada

bangunan hijau terdiri atas pemilahan,

pengumpulan, dan pengolahan sampah

yang dimaksudkan untuk menambah nilai

manfaat dari sampah dan mengurangi

dampak lingkungan. Tersedianya fasilitas

tempat sampah sementara yang terpisah

pada gedung bagi minimal 3 jenis sampah,

yaitu: Organik, Non organik, dan B3.

Dengan adanya fasilitas tempat sampah

sementara yang terpisah pada gedung,

diharapkan penanganan sampah menjadi

lebih bersih dan lebih mudah untuk dikelola

pada tahap lebih lanjut.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk pemeriksaan penerapan

sistem penanganan sampah adalah kamera

digital.

Pemeriksaan dokumen untuk penerapan

sistem penanganan sampah meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

- 214 -

(i) Gambar Denah yang menunjukkan

lokasi pengumpulan tempat sampah

sementara (TPS) di gedung.

(ii) Gambar detil (apabila ada) bak/

ruangan tempat sampah.

(iii) Gambar denah yang menujukkan

lokasi pengelolaan sampah organik

seperti, tempat pengomposan,

biogas (apabila ada)

ii) Persyaratan proyek oleh pemilik gedung

(Owner Project Requirement/OPR) yang

menunjukkan syarat penempatan

tempat sampah kecil (waste bin) pada

gedung.

iii) SOP yang menunjukkan prosedur

pengelolaan sampah organik dan non

organik gedung (apabila ada).

ii. Pemeriksaan terhadap gambar, lokasi

pengumpulan sampah gedung.

iii. Pemeriksaan terhadap gambar gambar

fitur pengelolaan sampah yang ada.

iv. Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam

OPR terkait ketentuan pelaksanaan 3R

(apabila ada)

Pemeriksaan Lapangan untuk penerapan

sistem penanganan sampah dilakukan

dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap TPS gedung.

- 215 -

ii. Pemeriksaan terhadap pemisahan jenis

sampah pada TPS gedung. Pemeriksaan

dilakukan dengan Melakukan

dokumentasi menggunakan kamera

digital terhadap isi dari tempat sampah.

iii. Wawancara kepada pengelola gedung

tentang sistem penanganan sampah

bangunan.

iv. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap apabila ada

fasiltas pengomposan atau fasilitas

pengelolaan sampah organik.

v. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap apabila ada

fasiltas pengepresan sampah non

organik.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

penerapan sistem penanganan sampah akan

diberikan jika :

i. Memiliki fasilitas pemilahan sampah

sesuai dengan kelompoknya;

ii. Membangun TPS di lingkungan

bangunan gedung serta melakukan

pengambilan dan pemindahan sampah

dari sumber sampah ke TPS secara

terjadwal;

iii. Melakukan usaha pengurangan dan

penggunaan kembali kantong plastik dan

kertas; dan

- 216 -

iv. Melaksanakan pengelolaan sampah

organik, dan memberi nilai tambah dari

sampah dan/atau melakukan pemadatan

sampah non organik pada gedung.

(c) Penerapan Sistem Pencatatan Timbulan

Sampah

Sistem pencatatan timbulan sampah

dilakukan untuk mengetahui berapa besar

jumlah sampah yang dapat dikurangi,

digunakan kembali, dan/atau didaur ulang.

Metode pencatatan dapat berupa dalam

satuan berat (kg atau ton) atau dalam

satuan volume. Frekuensi pengambilan

sampah juga harus masuk ke dalam

pencatatan. Dengan melakukan pencatatan

timbulan sampah, dapat direncanakan

program 3R yang lebih tepat.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh

Ketentuan mengenai tata cara, persyaratan,

ukuran dan detail penerapan pengelolaan

sampah mengikuti Peraturan Pemerintah

No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan

Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Sejenis Sampah Rumah Tangga dan/atau

- 217 -

pedoman/standar teknis dan peraturan

terkait lainnya.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan untuk penerapan sistem

pencatatan timbulan sampah adalah

kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk penerapan

sistem pencatatan timbulan sampah

meliputi:

i.Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) Gambar Denah yang menunjukkan

lokasi pengumpulan tempat sampah

sementara (TPS) di gedung.

(ii) Gambar detil (apabila ada)

bak/ruangan tempat sampah.

(iii) Gambar denah yang menunjukkan

lokasi fasilitas timbangan untuk

sampah (apabila ada).

ii) SOP gedung oleh pengelola gedung yang

menunjukkan ketentuan cara

penanganan dan pencatatan sampah.

iii) Laporan pencatatan sampah dari

pengelola gedung.

- 218 -

ii.Pemeriksaan terhadap gambar, lokasi

pengumpulan sampah gedung.

iii.Pemeriksaan terhadap gambar fitur

penanganan dan pencatatan sampah yang

ada. Misalnya: Timbangan, mesin pres

sampah, bak pengukuran volume.

iv.Pemeriksaan terhadap ketentuan dalam

SOP terkait ketentuan pelaksanaan

pencatatan sampah.

v.Pemeriksaan terhadap kesesuaian antara

fasilitas yang ada, SOP terhadap laporan

yang dibuat.

Pemeriksaan Lapangan untuk penerapan

sistem pencatatan timbulan sampah

dilakukan dengan:

i.Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap TPS gedung.

ii.Pemeriksaan terhadap pemisahan jenis

sampah pada TPS gedung. Pemeriksaan

dilakukan dengan Melakukan dokumentasi

menggunakan kamera digital terhadap isi

dari tempat sampah.

iii.Wawancara kepada pengelola gedung

tentang sistem penanganan sampah

bangunan.

iv.Pemeriksaan terhadap kesesuaian

dokumen pencatatan dengan kondisi

lapangan, apakah hasil laporan benar

berasal dari gedung.

- 219 -

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

penerapan sistem pencatatan timbulan

sampah akan diberikan jika :

i. Melaksanakan pembukuan retribusi

sampah bulanan disertai dengan adanya

catatan tanggal pengambilan sampah.

ii. proyek memiliki pencatatan berat/volume

timbulan sampah.

(7) Pengelolaan Air Limbah

Pengelolaan air limbah pada BGH

dimaksudkan untuk mengurangi beban air

limbah yang dihasilkan dari bangunan gedung

terhadap lingkungan dan mencegah timbulnya

penurunan kualitas lingkungan disekitar

bangunan.

(a) Penyediaan fasilitas pengelolaan limbah

padat dan limbah cair sebelum dibuang ke

saluran pembuangan kota

Gambar 47. Gambar instalasi sambungan air

limbah komunal

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

dibutuhkan untuk pemeriksaan penyediaan

fasilitas pengelolaan limbah padat dan

- 220 -

limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota adalah kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk penyediaan

fasilitas pengelolaan limbah padat dan

limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

ii) diagram satu garis air limbah;

iii) detail instalasi pengolahan air limbah;

iv) denah peletakan instalasi pengolahan

air limbah; dan

v) Perhitungan kapasitas instalasi

pengolahan air limbah

ii. Identifikasi apakah terhubung dengan

pelayanan sistem jaringan air limbah

(pemerintah/swasta/ kawasan) atau

memiliki instalasi pengolah air limbah

sendiri.

iii. Identifikasi sistem pengolahan air limbah

yang digunakan.

iv. Identifikasi keluaran air kotor dan

kapasitas instalasi pengolahan air limbah

terpasang.

v. Pemeriksaan terhadap data hasil

pemeriksaan kualitas air.

- 221 -

Pemeriksaan lapangan untuk penyediaan

fasilitas pengelolaan limbah padat dan

limbah cair sebelum dibuang ke saluran

pembuangan kota dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terkait pengolahan air

limbah.

ii. Pemeriksaan terhadap instalasi sesuai

dengan gambar dan apakah berfungsi

dengan baik.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

penyediaan fasilitas pengelolaan limbah

padat dan limbah cair sebelum dibuang ke

saluran pembuangan kota akan diberikan

jika:

i. menggunakan saluran yang terhubung

dengan pelayanan sistem jaringan air

limbah.

ii. menggunakan pengolahan air limbah.

(b) Daur ulang air yang berasal dari limbah cair

(grey water)

Air limbah (grey water) merupakan air

buangan yang berasal dari keran wastafel,

pancuran (shower), keran wudhu, dan

keran tembok lainnya. Air limbah (grey

water) dari BGH dapat digunakan kembali

setelah diproses melalui system daur ulang

air (water recycling system).

- 222 -

Air daur ulang yang telah diolah dapat

digunakan sebagai air sekunder, misalnya

untuk penggelontoran (flushing),

penyiraman tanaman, irigasi lahan, dan

penambahan air pendingin (make-up water

cooling tower). Air daur ulang yang

digunakan kembali harus memenuhi

standard baku mutu sesuai dengan

peruntukannya kembali.

Sisa air limbah (grey water) yang tidak

dapat dimanfaatkan kembali dan dibuang

ke saluran pembuangan kota harus

memenuhi standard baku mutu sesuai

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu

Air Limbah Domestik atau edisi terbaru.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

- 223 -

Gambar 48. Gambar contoh penggunaan air daur

ulang

Instrumen pemeriksaan lapangan untuk

daur ulang air yang berasal dari limbah cair

(grey water) adalah kamera digital.

Pemeriksaan dokumen untuk daur ulang

air yang berasal dari limbah cair (grey

water) meliputi:

i. Kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

i) Gambar teknis as built yang

menunjukkan:

(i) diagram satu garis air limbah;

(ii) detail instalasi pengolahan air

limbah; dan

(iii) denah peletakan instalasi

pengolahan air limbah.

- 224 -

ii) Perhitungan kapasitas instalasi

pengolahan air limbah.

iii) Hasil tes laboratorium untuk kualitas

air.

ii. Identifikasi apakah mengolah air daur

ulang.

iii. Identifikasi kapasitas instalasi

pengolahan air daur ulang.

iv. Identifikasi penggunaan air hasil daur

ulang, apakah untuk (tidak terbatas

pada): penggelontoran (flushing),

penyiraman tanaman, irigasi lahan,

penambahan air pendingin (make-up

water cooling tower)

v. Identifikasi apakah dilakukan

pemeriksaan kualitas air sebelum

digunakan kembali.

vi. Pemeriksaan terhadap hasil pemeriksaan

kualitas air sisa air limbah (grey water)

yang tidak dapat dimanfaatkan kembali

dan dibuang ke saluran pembuangan

kota harus memenuhi standar baku

mutu sesuai Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun

2003 tentang Baku Mutu Air Limbah

Domestik atau edisi terbaru. Air daur

ulang yang digunakan kembali harus

- 225 -

memenuhi standar baku mutu sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan.

Pemeriksaan lapangan untuk daur ulang air

yang berasal dari limbah cair (grey water)

dilakukan dengan:

i. Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap instalasi

pengolahan air daur ulang.

ii. Pemeriksaan instalasi pengolahan air

daur ulang apakah berfungsi dengan

baik.

Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

daur ulang air yang berasal dari limbah cair

(grey water) akan diberikan jika :

i. Bangunan gedung memanfaatkan air hasil

daur ulang yang sesuai dengan

persyaratan kualitas air bersih, sedangkan

air yang dibuang ke saluran pembuangan

kota harus memenuhi syarat Kepmen

Lingkungan Hidup Nomor

112/M/PRT/2003.

ii. Bangunan gedung memanfaatkan air hasil

daur ulang untuk lebih dari satu fungsi.

3) Prosedur Pemeriksaan Penyusunan Panduan

Penggunaan BGH Untuk Penghuni/Pengguna

Panduan penggunaan BGH untuk

penghuni/pengguna BGH dimaksudkan

sebagai panduan praktis sehari-hari yang

memuat strategi, manfaat, dan rincian kegiatan

- 226 -

yang dapat dilakukan oleh penghuni/pengguna

dalam memanfaatkan BGH agar tetap terjaga

kinerjanya.

Gambar 49. Ilustrasi Kegiatan Sosialisasi

a) Pendidikan Lingkungan untuk Pengguna

dan Penghuni Gedung

Pendidikan lingkungan memiliki pengaruh

yang besar dalam pelaksanaan pemanfaatan

BGH. Pelaksanaan pendidikan bangunan

terbagi atas tiga tahap yaitu dari rencana

kegiatan pendidikan, modul ajar, dan

laporan pelaksanaan.

Untuk bangunan H2M, hunian (sederhana

dan tidak sederhana), dan hunian

campuran, kriteria ini tidak dinilai. Pada

daftar simak penilaian kinerja, diberikan

nilai penuh.

Instrumen pemeriksaan lapangan yang

diperlukan dalam pemeriksaan Pendidikan

Lingkungan untuk Pengguna dan Penghuni

Gedung adalah kamera digital Pemeriksaan

lapangan untuk pendidikan lingkungan

untuk pengguna dan penghuni gedung

- 227 -

meliputi kelengkapan dokumen yang perlu

diperiksa dari pemilik bangunan, adalah

sebagai berikut:

(1) Dokumen rencana program kegiatan

pendidikan kepada penghuni gedung

tentang pengelolaan bangunan yang

ramah lingkungan;

(2) Dokumen modul program kegiatan

pendidikan kepada penghuni gedung

tentang pengelolaan bangunan yang

ramah lingkungan; dan

(3) Dokumen laporan pelaksanaan program

kegiatan pendidikan kepada penghuni

gedung tentang pengelolaan bangunan

yang ramah lingkungan.

Pemeriksaan lapangan untuk pendidikan

lingkungan untuk pengguna dan penghuni

gedung dilakukan dengan:

(1) Pemeriksaan terhadap bentuk

sosialisasi kebijakan dan program

pelestarian lingkungan. Cek apakah ada

sosialisasi fisik pada bangunan yang

ditujukan kepada internal pengelola

gedung dan/ atau penghuni bangunan.

(2) Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap papan

informasi tentang informasi kehijauan

gedung.

- 228 -

(3) Melakukan dokumentasi menggunakan

kamera digital terhadap bentuk

himbauan-himbauan untuk berlaku

ramah lingkungan.

Penilaian hasil Pemeriksaan untuk

pendidikan lingkungan untuk pengguna dan

penghuni gedung akan diberikan jika:

(1) memiliki program pendidikan kepada

penghuni gedung beserta bukti

pelaksaan.

(2) memiliki papan informasi tentang

informasi kehijauan gedung.

(3) memiliki bentuk himbauan-himbauan

untuk berlaku ramah lingkungan.

5. Penilaian Kinerja Tahap Pembongkaran

a. Pendahuluan

Tahap Pembongkaran adalah tahap kegiatan

membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian

bangunan gedung, komponen, bahan bangunan,

dan/atau prasarana dan sarananya sesuai dengan

persyaratan bangunan gedung hijau.

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri

PUPR Nomor 02/PRT/M/2015 tentang Bangunan

Gedung Hijau, pasal 11 ayat 1 dan 2: Pembongkaran

bangunan gedung hijau dilakukan dengan

menggunakan pendekatan dekonstruksi yang

dilakukan dengan mengurai komponen-komponen

bangunan dengan tujuan meminimalkan sampah

konstruksi dan meningkatkan nilai guna dari material.

- 229 -

b. Bagan Alir Pemeriksaan

Pelaksanaan pemeriksaan pada tahap pembongkaran

dilakukan dengan cara memeriksa dokumen

pembongkaran. Dari pemeriksaan dokumen didapatkan

informasi mengenai prosedur pembongkaran dengan

prinsip ramah lingkungan.

Petugas Pemeriksa menilai terhadap kesesuaian

penerapan persyaratan bangunan gedung hijau dari

dokumen yang diterima dan melakukan verifikasi

terhadap pelaksanaannya. Apabila dokumen tidak

menjelaskan cukup bukti dan/atau temuan bukti

pelaksanaan di lapangan tidak ditemukan, maka

pelaksanaan pembongkaran tidak akan di nilai.

Gambaran besar mengenai proses penilaian kinerja

tahap pembongkaran, dijelaskan pada diagram alir

dibawah ini.

Bagan 4. Bagan Alir Pemeriksaan Tahap Pembongkaran

Mulai

Pemeriksaan dokumen

pembongkaran

•Pengecekan terhadap dokumen kebijakan.

Peninjauan Lapangan

•verifikasi kesesuaian dokumen dengan kondisi lapangan yang terkait bangunan gedung hijau

Penilaian Hasil Audit

•Penilaian hasil pemeriksaan bangunan gedung hijau.

Selesai

- 230 -

c. Tata Cara Penilaian Kinerja

Persyaratan pembongkaran berupa kesesuaian dengan

rencana teknis pembongkaran yang terdiri atas

prosedur pembongkaran dan upaya pemulihan tapak

lingkungan.

Penilaian dilakukan sesuai dengan dokumen penetapan

pembongkaran namun tidak diadakan pemeringkatan.

1) Prosedur Pembongkaran

Prosedur pembongkaran bangunan gedung adalah

tatacara dalam menjalankan pekerjaan

pembongkaran. Prosedur pembongkaran memuat

metodologi identifikasi komponen bangunan yang

akan didaur ulang, dimanfaatkan kembali, dan/atau

dimusnahkan, juga pelaksanaan kegiatan

pembongkaran, dan pelaksanaan dokumentasi pada

seluruh tahap pembongkaran.

Gambar 50. Contoh Dokumentasi Material Konstruksi Bangunan

Sumber: stmedia.startribune.com

Sumber: http://cedarandsagecolorado.org/

- 231 -

a) Dokumentasi Keseluruhan Material Konstruksi

Bangunan

Beberapa material konstruksi bangunan hasil

dekonstruksi bangunan gedung dapat didaur

ulang atau digunakan sebagai bahan bangunan di

tempat lain. Dengan melakukan dokumentasi,

diharapkan dapat semaksimal mungkin mendaur

ulang material yang dapat digunakan kembali.

(1) Pemeriksaan dokumen untuk dokumentasi

keseluruhan material konstruksi bangunan

meliputi:

(a) kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik gedung adalah sebagai berikut:

i. Dokumen gambar as built bangunan

gedung; dan

ii. Dokumen spesifikasi material bangunan

gedung.

(b) Aspek yang perlu diperhatikan dalam

dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

i. Jenis material yang digunakan di

bangunan gedung.

ii. Lokasi penggunaan material di bangunan

gedung.

(2) Pemeriksaan lapangan untuk dokumentasi

keseluruhan material konstruksi bangunan

dilakukan dengan:

(a) Pemeriksaan terhadap material konstruksi

bangunan mengenai kesesuaian terhadap

gambar.

- 232 -

(b) Melakukan dokumentasi dengan kamera

digital terhadap material konstruksi

bangunan.

(3) Penilaian kinerja hasil pemeriksaan untuk

dokumentasi keseluruhan material konstruksi

bangunan akan diberikan jika:

(a) Menunjukkan adanya dokumentasi

identifikasi sarana dan prasarana

pendukung bangunan.

(b) Dokumentasi identifikasi material

bangunan.

b) Dokumentasi Struktur dan/atau Bagian

Bangunan yang akan Dibongkar

Struktur memiliki potensi daur ulang material

yang cukup besar, oleh karenanya metode

pembongkaran diharapkan seminimal mungkin

tidak memberikan kerusakan untuk material yang

akan dijual/digunakan kembali.

(1) Pemeriksaan dokumen untuk dokumentasi

struktur dan/atau bagian bangunan yang akan

dibongkar meliputi :

(a) kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik gedung, adalah sebagai berikut:

i. Dokumen gambar as built bangunan

gedung;

ii. Dokumen spesifikasi material bangunan

gedung; dan

- 233 -

iii. Dokumen metode pembongkaran dari

kontraktor.

(b) Aspek yang perlu diperhatikan dalam

dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

i. Jenis material yang digunakan di

bangunan gedung.

ii. Lokasi penggunaan material di bangunan

gedung.

iii. Metode pembongkaran.

(2) Pemeriksaan lapangan untuk dokumentasi

struktur dan/atau bagian bangunan yang akan

dibongkar dilakukan dengan:

(a) Pemeriksaan metode yang digunakan dalam

rencana pembongkaran struktur dan/atau

bagian bangunan yang akan dibongkar.

(b) Melakukan verifikasi dokumentasi pada

setiap fase pembongkaran sesuai dengan

rencana dan metode kerja (metode

pembongkaran dan material sisa hasil

pembongkaran).

(3) Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

dokumentasi struktur dan/atau bagian

bangunan yang akan dibongkar akan diberikan

jika:

(a) Manajemen pelaksanaan pembongkaran

sesuai antara perencanaan dengan

pelaksanaan.

- 234 -

(b) Menunjukkan adanya kesesuaian rencana

dan metoda dengan pelaksaan

pembongkarannya.

c) Dokumentasi Material dan/atau Limbah yang

akan Dipergunakan Kembali

Setelah dokumentasi awal dan rencana metode

pembongkaran direncanakan, pelaksanaan

pembongkaran dilaksanakan dengan

mendokumentasikan material yang bisa

digunakan kembali atau didaur ulang. Dengan

melaksanakan prosedur pembongkaran hijau,

diharapkan dapat memperpanjang daur hidup

material.

(1) Pemeriksaan dokumen untuk dokumentasi

material dan/atau limbah yang akan

dipergunakan kembali meliputi:

(a) kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik gedung, adalah sebagai berikut:

i. Dokumen gambar as built bangunan

gedung;

ii. Dokumen spesifikasi material bangunan

gedung; dan

iii. Dokumen metode pembongkaran dari

kontraktor.

(b) Aspek yang perlu diperhatikan dalam

dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

i.Jenis material yang digunakan di

bangunan gedung.

- 235 -

ii.Lokasi penggunaan material di bangunan

gedung.

iii.Metode pembongkaran.

(c) Memeriksa apakah metode pembongkaran

menggunakan pendekatan dekonstruksi dan

mengutamakan agar material bangunan

dapat dimanfaatkan kembali untuk di daur

ulang.

(2) Pemeriksaan lapangan untuk dokumentasi

material dan/atau limbah yang akan

dipergunakan kembali dilakukan dengan:

(a) Pemeriksaan terhadap rencana

pembongkaran struktur dan/atau bagian

bangunan yang akan dibongkar dan

memeriksa jenis metode apa yang

digunakan.

(b) Pemeriksaan terhadap adanya material sisa

hasil pembongkaran yang disiapkan untuk

dapat di daur ulang dan dimanfaatkan

kembali.

(c) Melakukan verifikasi dokumentasi pada

setiap fase pembongkaran terhadap limbah

yang dihasilkan sesuai dengan rencana dan

metode yang di tetapkan (metode

pembongkaran dan material bekas hasil

pembongkaran).

(3) Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

dokumentasi material dan/atau limbah yang

- 236 -

akan dipergunakan kembali akan diberikan

jika:

(a) Terdapat identifikasi material yang akan

digunakan kembali.

(b) Terdapat identifikasi material yang akan

didaur ulang.

(c) Terdapat identifikasi material yang akan

dimusnahkan.

(d) Terdapat identifikasi material berbahaya

yang dapat merusak lingkungan.

2) Upaya Pemulihan Tapak Lingkungan

Upaya pemulihan tapak lingkungan perlu dilakukan

untuk mengembalikan nilai kualitas tapak. Upaya

pemilihan tapak lingkungan mencakup: upaya

pemulihan tapak bangunan, upaya pengelolaan

limbah konstruksi, dan upaya peningkatan kualitas

tapak secara keseluruhan.

Gambar 51. Contoh Upaya Pemulihan Tapak Lingkungan

a) Upaya Pemulihan Tapak Bangunan

Upaya pemulihan tapak bangunan meliputi:

mengidentifikasi vegetasi sekitar bangunan

gedung agar terhindar dari kerusakan, dan/atau

Sumber: http://www.markpine.de/

- 237 -

melakukan pemindahan atau penanaman ulang;

menutup lahan pembongkaran; melakukan

upaya-upaya pengendalian erosi dan

sedimentasi; dan meminimalkan dampak negatif

dari kegiatan pembongkaran terhadap

lingkungan sekitar, antara lain kebisingan, debu,

kemacetan akibat mobilisasi/ demobilisasi, serta

perpindahan material dan/atau peralatan dan

penyimpanan terhadap properti, jalan, dan

kawasan sekitar lokasi pembongkaran.

(1) Pemeriksaan dokumen untuk upaya pemulihan

tapak bangunan meliputi:

(a) kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik gedung, adalah sebagai berikut:

i. Dokumen identifikasi vegetasi sekitar

bangunan gedung;

ii. Dokumen metode pembongkaran dari

kontraktor; dan

iii. Dokumen metode pemulihan tapak

bangunan.

(b) Aspek yang perlu diperhatikan dalam

dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

i.Bentuk pelaksanaan upaya pemulihan

tapak bangunan.

ii.Penanggung jawab pelaksanaan program.

iii.Laporan pelaksanaan program.

(2) Pemeriksaan lapangan untuk upaya pemulihan

tapak bangunan dilaksanakan dengan:

- 238 -

(a) Pemeriksaan kesesuaian pelaksanaan

pemulihan tapak bangunan dengan metode

di dokumen pembongkaran.

(b) Melakukan dokumentasi upaya pemulihan

tapak bangunan dengan kamera digital.

(3) Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

upaya pemulihan tapak bangunan akan

diberikan jika:

(a) Mengembalikan vegetasi pada tapak.

(b) Melakukan minimalisasi dampak negatif

pada saat pelaksanaan pembongkaran,

(misal pemasangan pagar pengaman dan

jaring pengaman.

(c) Melakukan minimalisasi penggunaan

material baru untuk menunjang

pembongkaran (misal menggunakan pagar

dari barang bekas).

(d) Melakukan evaluasi kesesuaian rencana

pemulihan lahan dengan pelaksanaannya.

(e) Memiliki dokumentasi pelaksanaan

pembongkaran.

b) Upaya Pengelolaan Limbah Konstruksi

Upaya pengelolaan limbah konstruksi

menekankan pada prinsip pemulihan bahan

(material recovery) terhadap material dan/atau

limbah konstruksi yang dapat dipergunakan

kembali.

Hal yang perlu diperhatikan dalam upaya

pengelolaan limbah konstruksi yaitu tingkat

- 239 -

prosentase dari material dan/atau limbah

konstruksi yang tidak beracun, yang dapat

dipergunakan kembali; penyediaan lokasi

pengumpulan, pemisahan, dan penyimpanan

material yang dapat didaur ulang; pencatatan

atas material konstruksi yang dibuang, didaur

ulang, digunakan kembali, dan/atau disimpan

dan/atau dimanfaatkan kembali untuk

penggunaan di masa mendatang; dan

pencatatan/dokumentasi atas proses

pembongkaran dan proses penggunaan kembali

pada bagian bangunan gedung.

(1) Pemeriksaan dokumen untuk upaya

pengelolaan limbah konstruksi meliputi:

(a) Kelengkapan dokumen yang perlu diperiksa

dari pemilik gedung, adalah sebagai berikut:

i. Dokumen metode pembongkaran dari

kontraktor;

ii. Dokumen metode pengelolaan limbah

konstruksi; dan

iii. Dokumen perhitungan perkiraan tingkat

prosentasi dari material dan/atau

limbah konstruksi yang tidak beracun,

yang dapat dipergunakan kembali.

(b) Aspek yang perlu diperhatikan dalam

dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

i.Bentuk pelaksanaan upaya pengelolaan

limbah konstruksi.

ii.Penanggung jawab pelaksanaan program.

- 240 -

iii.Penyediaan lokasi pengumpulan,

pemisahan, dan penyimpanan metrial yang

dapat didaur ulang.

iv.Pencatatan atas material konstruksi yang

dibuang, didaur ulang,digunakan kembali,

dan/ atau disimpan dan/ atau

dimanfaatkan kembali untuk penggunaan

di masa mendatang.

v.Pencatatan/dokumentasi atas proses

pembongkaran dan proses penggunaan

kembali pada bagian bangunan gedung.

vi.Laporan pelaksanaan program.

(2) Pemeriksaan lapangan untuk upaya

pengelolaan limbah konstruksi dilakukan

dengan:

(a) Pemeriksaan terhadap bentuk pelaksanaan

pengelolaan limbah konstruksi dan

memeriksa apakah sesuai dengan metode

di dokumen.

(b) Melakukan dokumentasi dengan kamera

digital terkait pengelolaan limbah

konstruksi.

(c) Melakukan dokumentasi dengan kamera

digital terkait lokasi pengumpulan,

pemisahan, dan penyimpanan material

yang dapat didaur ulang.

(3) Penilaian Kinerja Hasil Pemeriksaan untuk

upaya pengelolaan limbah konstruksi akan

diberikan jika:

- 241 -

(a) menyediakan lokasi pengumpulan,

pemisahan, dan penyimpanan material yang

dapat didaur ulang.

(b) melakukan pencatatan atas material

konstruksi yang dibuang, didau rulang,

digunakan kembali, dan/ atau disimpan

dan/ atau dimanfaatkan kembali untuk

penggunaan di masa mendatang.

(c) melakukan pencatatan/ dokumentasi atas

proses pembongkaran dan proses

penggunaan kembali pada bagian

bangunan gedung.

(d) Penggunaan kembali material pada proses/

pasca pembongkaran.

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,

ttd.

Ir. SRI HARTOYO, Dipl. SE., ME.

NIP. 195805311986031002

- 1 -

LAMPIRAN III SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

NOMOR: 86/SE/DC/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PENERBITAN SERTIFIKAT DAN PLAKAT

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

A. Pendahuluan

Sertifikasi bangunan gedung hijau diberikan pada

bangunan gedung yang telah menerapkan prinsip bangunan

gedung hijau dalam rangka tertib pembangunan dan

mendorong penyelenggaraan bangunan gedung yang

memiliki kinerja terukur secara signifikan, efisien, aman,

sehat, mudah, nyaman, ramah lingkungan, hemat energi

dan air, dan sumber daya lainnya.

Sertifikat bangunan gedung hijau diberikan berdasarkan

penilaian kinerja bangunan gedung hijau yang dilakukan di

setiap tahapan penyelenggaraan bangunan gedung hijau.

Peringkat Sertifikat Bangunan Gedung Hijau dilakukan

untuk menunjukan sejauh mana bangunan gedung hijau

menerapkan persyaratan sebagai bangunan gedung hijau

dalam melakukan usaha pada setiap tahapan

penyelenggaraan, dengan nilai minimal 70% dari nilai total

berdasarkan daftar simak penilaian kinerja.

Peringkat Sertifikat Bangunan Gedung Hijau dibagi menjadi

3 (tiga), yaitu:

1. Sertifikat Utama, diberikan kepada bangunan gedung

yang memenuhi penilaian tercapai lebih dari 85% s.d.

- 2 -

100% dari total nilai, berdasarkan daftar simak

penilaian kinerja;

2. Sertifikat Madya, diberikan kepada bangunan gedung

yang memenuhi penilaian tercapai lebih dari 75% s.d.

85% dari total nilai, berdasarkan daftar simak penilaian

kinerja, dan;

3. Sertifikat Pratama, diberikan kepada bangunan gedung

yang memenuhi penilaian tercapai 70% s.d. 75% dari

total nilai, berdasarkan daftar simak penilaian kinerja.

Penilaian dilakukan dengan menggunakan daftar simak

penilaian kinerja bangunan gedung hijau dibawah ini:

Tabel 1. Sistem Penilaian Kinerja Tahap Perencanaan

No Persyaratan POIN BGH

Pratama BGH

Madya BGH

Utama

A Pengelolaan Tapak 41

70%

s.d

. 75%

Sesu

ai Pers

yara

tan

Tekn

is P

erm

en

PU

29/2006

Lebih

dari

75%

s.d

. 85%

Sesu

ai para

mete

r Perm

en

No.

02/PR

T/M

/2015 1

00%

Lebih

dari

85%

s.d

. 100%

Di ata

s k

inerj

a p

era

tura

n y

an

g

dip

ers

yara

tkan

B Efisiensi Penggunaan Energi

40

C Efisiensi Penggunaan Air

25

D Kualitas Udara dalam Ruang

19

E Penggunaan Material Ramah Lingkungan

18

F Pengelolaan Sampah 10

G Pengelolaan Air

Limbah 14

TOTAL 167

- 3 -

Tabel 2. Sistem Penilaian Kinerja Tahap Pelaksanaan Konstruksi

No Persyaratan POIN BGH

Pratama BGH

Madya BGH

Utama

A Proses Konstruksi Hijau

70%

s.d

. 75%

Capaia

n k

inerj

a s

esu

ai S

LF

Lebih

dari

75%

s.d

. 85%

Capaia

n k

inerj

a s

esu

ai Perm

en

PU

PR

02/PR

T/M

/2015

Lebih

dari

85%

s.d

. 100%

Capaia

n k

inerj

a s

esu

ai Perm

en

PU

PR

02/PR

T/M

/2015

1. Metoda Pelaksanaan Konstruksi Hijau

4

2. Pengoptimalan Penggunaan Peralatan

5

3. Penerapan Manajemen

Pengelolaan Limbah Konstruksi

13

4. Konservasi Air pada Pelaksanaan

20

5. Konservasi Energi pada Pelaksanaan Konstruksi

14

B Praktek Perilaku Hijau

1. Penerapan Sistem Manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

9

2. Penerapan Perilaku Ramah Lingkungan

12

C Rantai Pasok Hijau

1. Penggunaan Material Konstruksi

10

2. Pemilihan Pemasok Material dan Alat

9

3. Konservasi Energi dalam Rantai Pasok

4

TOTAL 100

- 4 -

Tabel 3. Sistem Penilaian Kinerja Tahap Pemanfaatan

No Persyaratan POIN BGH

Pratama BGH

Madya BGH

Utama

A Organisasi dan Tata Kelola BGH

17

70%

s.d

. 75%

Ban

gu

nan

teta

p laik

fu

ngsi

Org

an

isasi dan

tata

kelo

la e

fekti

f

Lebih

dari

75%

s.d

. 85%

Tid

ak t

erj

adi pen

uru

nan

kin

erj

a s

esu

ai Perm

en

PU

PR

02/PR

T/M

/2015

Org

an

isasi dan

tata

kelo

la e

fekti

f

Lebih

dari

85%

s.d

. 100%

Kin

erj

a m

ele

bih

i au

dit

SLF

1 a

tau

teta

p s

esu

ai den

gan

au

dit

SLF

1,

dilaku

kan

un

tuk m

en

ingkatk

an

/ m

em

pert

ah

an

kan

kin

erj

a

Org

an

isasi dan

tata

kelo

la e

fekti

f

B Standar Operasional Dan Prosedur (SOP) Pemanfaatan

1. Evaluasi Pasca Penghunian

8

2. Menindaklanjuti

hasil evaluasi

8

3. Kesesuaian Target Kinerja

a. Pengelolaan Tapak

41

b. Efisiensi Penggunaan Energi

40

c. Efisiensi Penggunaan Air

25

d. Kualitas Udara dalam Ruang

19

e. Penggunaan Material Ramah Lingkungan

18

f. Pengelolaan Sampah

10

g. Pengelolaan Air Limbah

14

D Panduan Penggunaan BGH untuk Penghuni/ Pengguna

5

TOTAL 205

- 5 -

B. Proses Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau

Penilaian kinerja bangunan gedung hijau dilakukan di

setiap tahapan dari penyelenggaraan bangunan gedung

yaitu tahap pemrograman dan perencanaan teknis,

pelaksanaan konstruksi, tahap pemanfaatan dan tahap

pembongkaran.

1. Pemrograman dan Perencanaan Teknis

Bangunan Gedung Hijau pada Perencanaan Teknis

diberikan sertifikat BGH berdasarkan pada laporan

akhir pemrograman.

a. laporan akhir pemrograman bangunan gedung hijau

yang diajukan oleh Pemilik/Pemohon BGH, berisi

rekomendasi serta kriteria teknis dari SKPD yang

meliputi:

1) Pemilihan tapak;

2) Pemilihan objek bangunan gedung yang akan

ditetapkan sebagai bangunan gedung hijau;

3) Penetapan tingkat pencapaian kinerja

bangunan gedung hijau sesuai dengan

kebutuhan;

4) Penetapan metode penyelenggaraan proyek; dan

5) Pengkajian kelaikan bangunan gedung hijau.

b. laporan akhir perencanaan teknis memuat

dokumentasi tahap perencanaan teknis dan seluruh

dokumen rencana teknis bangunan gedung hijau.

c. Permohonan sertifikasi BGH tahap perencanaan

dilaksanakan bersamaan dengan permohonan IMB.

- 6 -

d. Permohonan sertifikasi BGH tahap perencanaan

dilengkapi dengan dokumen usulan penilaian

kinerja BGH yang disusun oleh Pihak Ketiga1.

e. Penerbitan IMB oleh SKPD berdasarkan dokumen

yang diajukan oleh pemilik.

f. Proses penilaian kinerja teknis perencanaan oleh

Tim Pemeriksa atau TABGH.

g. Penetapan dan Pemberian sertifikat BGH pada

tahap perencanaan dilakukan oleh Bupati/Walikota

atau Gubernur untuk provinsi DKI Jakarta, dan

oleh Menteri untuk bangunan gedung hijau fungsi

khusus, setelah mendapat pertimbangan dari

TABGH.

h. Penilaian kinerja BGH dilakukan berdasarkan

borang penilaian Kinerja.

i. Penilaian untuk mendapatkan sertifikat BGH pada

tahap perencanaan, untuk sertifikat:

1) Utama, dengan terpenuhinya lebih dari 85%

s.d.100% dari total nilai.

2) Madya, dengan terpenuhinya lebih dari 75%

s.d. 85% dari total nilai.

3) Pratama, dengan terpenuhinya 70% s.d. 75%

dari total nilai.

2. Pelaksanaan Konstruksi

Proses sertifikasi yang dilakukan sebelum bangunan

dimanfaatkan berdasarkan SLF dan dokumen

1 orang perseorangan atau badan usaha yang memiliki kompetensi

dalam penilaian kinerja bangunan gedung hijau yang buktikan dengan sertifikat yang terakreditasi oleh KAN (Komite Akreditas Nasional).

- 7 -

pelaksanaan. Dalam tahap ini diberikan sertifikat dan

plakat BGH.

a. Pembuatan dokumen audit pelaksanaan konstruksi

dan simulasi.

b. Pembuatan laporan akhir tahap pelaksanaan

konstruksi yang meliputi:

1) Pelaksanaan konstruksi hijau;

2) Rantai pasok hijau;

3) Gambar terbangun (as built drawings);

4) Dokumentasi seluruh tahap pelaksanaan

konstruksi;

5) Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan;

6) Dokumen perizinan; dan

7) Dokumen permohonan pemeriksaan kelaikan

fungsi.

c. Permohonan sertifikasi BGH tahap pelaksanaan

konstruksi dilaksanakan bersama dengan

permohonan SLF1.

d. Permohonan sertifikasi BGH tahap pelaksanaan

konstruksi dilengkapi dengan dokumen usulan

penilaian kinerja BGH yang disusun oleh Pihak

Ketiga.

e. Proses penilaian kinerja pelaksanaan konstruksi

oleh Tim Pemeriksa atau TABGH.

f. Penilaian pada tahap pelaksanaan konstruksi

dengan perbandingan nilai antara SLF dengan

Pelaksanaan adalah 10:90 (sepuluh berbanding

sembilan puluh).

- 8 -

g. Penilaian Bangunan gedung hijau pada tahap

pelaksanaan dilakukan untuk mendapatkan plakat:

1) Utama, dengan terpenuhinya lebih dari 85%

s.d.100% dari total nilai.

2) Madya, dengan terpenuhinya lebih dari 75%

s.d. 85% dari total nilai.

3) Pratama, dengan terpenuhinya 70% s.d. 75%

dari total nilai.

Pemberian plakat BGH pada tahap pelaksanaan

dilakukan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur untuk

provinsi DKI Jakarta, dan oleh Menteri untuk

bangunan gedung hijau fungsi khusus, setelah

mendapat pertimbangan dari TABGH.

3. Pemanfaatan

Pemberian sertifikat BGH dan plakat BGH tahap

pemanfaatan dilaksanakan bersamaan dengan

penerbitan perpanjangan SLF. Setelah penerbitan SLF

perpanjangan, diberikan sertifikat BGH dan plakat

BGH baru berdasarkan evaluasi.

a. Pembuatan laporan akhir tahap pemanfaatan yang

meliputi:

1) Penerapan manajemen pemanfaatan dan

rekaman kerja BGH (organisasi dan tata kelola

pemanfaatan BGH);

2) Standar operasional dan prosedur pelaksanaan

pemanfaatan;

3) Panduan penggunaan BGH untuk penghuni

dan pengguna;

- 9 -

4) Dokumen rencana pemeliharaan, pemeriksaan

berkala, dan perawatan secara periodik; dan

5) Dokumentasi seluruh tahap pemanfaatan.

b. Permohonan sertifikasi BGH tahap pemanfaatan

dilaksanakan bersama dengan permohonan SLFn.

c. Permohonan sertifikasi BGH tahap pemanfaatan

dilengkapi dengan dokumen usulan penilaian

kinerja BGH yang disusun oleh Pihak Ketiga.

d. Penerbitan SLF oleh SKPD.

e. Evaluasi peringkat sertifikat bangunan gedung hijau

yang telah diberikan.

f. Penilaian untuk mendapatkan sertifikat BGH pada

tahap pemanfaatan, untuk sertifikat:

4) Utama, dengan terpenuhinya lebih dari 85%

s.d.100% dari total nilai.

5) Madya, dengan terpenuhinya lebih dari 75%

s.d. 85% dari total nilai.

6) Pratama, dengan terpenuhinya 70% s.d. 75%

dari total nilai.

Pemberian sertifikat BGH dan plakat BGH pada tahap

pemanfaatan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur

untuk provinsi DKI Jakarta, dan oleh Menteri untuk

bangunan gedung hijau fungsi khusus setelah

mendapat pertimbangan dari TABGH.

4. Pembongkaran

Pemberian sertifikat bangunan gedung hijau tahap

pembongkaran dilaksanakan oleh SKPD bersamaan

dengan penerbitan persetujuan atas rencana teknis

- 10 -

pembongkaran. Dokumen rencana teknis

pembongkaran memuat prosedur pembongkaran, dan

upaya pemulihan tapak lingkungan.

Penerbitan sertifikat tahap pembongkaran dinilai oleh

TABGH berdasarkan minimalnya emisi yang di

timbulkan pada saat pembongkaran berdasarkan

rencana teknis pembongkaran.

Setelah mendapatkan persetujuan Rencana Teknis

Pembongkaran BGH, Pemilik/Pemohon dapat

menugaskan Penyedia Jasa Pembongkaran untuk

melaksanakan Pembongkaran BGH sesuai dengan

Rencana Teknis Pembongkaran, dan menyusun

Laporan Pelaksanaan Pembongkaran BGH.

Pemilik/Pemohon bangunan wajib menyampaikan

laporan akhir tahap pembongkaran yang memuat

laporan pelaksanaan pembongkaran dan

dokumentasinya kepada SKPD untuk melengkapi dan

menyelesaikan proses Pendataan BGH.

- 11 -

C. Bagan Proses Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau

1. Proses Sertifikasi Tingkat Pengenaan Wajib

Bagan 1. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib

- 12 -

Bagan 2. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib TAHAP PERENCANAAN

- 13 -

a. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Perencanaan Bangunan

Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

1. Penyusunan laporan akhir

tahap pemrograman

.

Laporan akhir tahap pemrograman,

memuat dokumentasi tahap

pemrograman, rekomendasi dan kriteria teknis, rencana pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran.

2. Penyusunan laporan akhir tahap perencanaan teknis.

Laporan akhir tahap Perencanaan, memuat rencana arsitektur, struktur, mekanikal-elektrikal, tata ruang luar, interior, spesifikasi teknis, RAB, perhitungan dan rencana reduksi emisi karbon, efisiensi energi, efisiensi air, pengelolaan sampah

dan limbah, perhitungan teknis

sumber daya lainnya, dan perkiraan siklus hidup BGH.

- 14 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

3. Penyusunan Dokumen Usulan Penilaian

Kinerja BGH tahap

Perencanaan

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Perencanaan

4. Permohonan IMB dan Sertifikat BGH Tahap perencanaan.

Dokumen yang diperlukan:

Laporan akhir

tahap pemrograman;

Laporan akhir tahap perencanaan; dan

Formulir

permohonan.

Usulan Penilaian

Kinerja BGH tahap Perencanaan

5. Pendataan BGH

SKPD mulai melakukan pendataan BGH dalam proses permohonan IMB.

6. Pemeriksaan dokumen permohonan IMB.

Pemda dibantu oleh TABGH.

Proses Pemeriksaan Dokumen Teknis dan Administrif IMB.

Validasi Kinerja BGH oleh Pemda/TABGH meliputi: kesesuaian pengelolaan tapak,

Tidak memenuhi

- 15 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air, kualitas udara dalam

ruang, penggunaan material ramah

lingkungan, pengelolaan limbah, dan pengelolaan sampah.

1. Jika tidak

memenuhi persyaratan: dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/ dilengkapi, sesuai dengan hasil rekomendasi TABG/TABGH.

2. Jika memenuhi

persyaratan: dilanjutkan ke tahapan berikutnya (penerbitan IMB dan sertifikat BGH).

7. Penerbitan IMB dan sertifikat bangunan gedung hijau tahap perencanaan teknis.

Penerbitan IMB; dan

Sertifikat BGH

tahap perencanaan.

Dilakukan pendataan BGH oleh pemda.

Tidak memenuhi

persyaratan

memenuhi

persyaratan

- 16 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

8. Pendataan BGH

SKPD melakukan pendataan BGH telah mendapatkan IMB dan Sertifikat

BGH serta memasuki masa

Konstruksi.

9. Masuk ke tahap pelaksanaan konstruksi.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 17 -

Bagan 3. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI

- 18 -

b. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

1. Proses pelaksanaan

konstruksi BGH.

Melaksanakan konstruksi dan

dokumentasi sesuai dengan metode yang diajukan pada saat permohonan IMB, meliputi proses konstruksi hijau, praktik perilaku hijau, dan rantai pasok hijau.

2. Penyusunan laporan akhir tahap konstruksi.

Laporan akhir tahap konstruksi, memuat as built drawing, dokumentasi seluruh tahapan pelaksanaan konstruksi dan pedoman pengoperasian dan

pemeliharaan.

3. Penyusunan dokumen usulan penilaian kinerja BGH

dokumen usulan penilaian kinerja BGH

4. Permohonan SLF

dan Sertifikat BGH Tahap pelaksanaan konstruksi.

Dokumen yang

diperlukan:

Laporan akhir tahap

pelaksanaan konstruksi;

Dokumen IMB;

Formulir permohonan SLF; dan

- 19 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

Dokumen usulan penilaian kinerja BGH

5. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH bahwa

proses Konstruksi telah selesai dan dalam proses pengajuan SLF pertama.

6. Pemeriksaan dokumen permohonan SLF dan Validasi Kinerja Pelaksanaan Konstruksi BGH

Pemda dibantu oleh TABGH. Pemeriksaan Dokumen Administratif dan Teknis Terkait SLF, dan Validasi Kinerja Pelaksanaan Konstruksi BGH yang meliputi kesesuaian proses konstruksi. hijau, praktik perilaku hijau, dan rantai pasok hijau.

1. Jika tidak

memenuhi persyaratan: dikembalikan ke

pemohon untuk diperbaiki/ dilengkapi, disertakan dengan saran dari TABGH.

Tidak Disetujui

Disetujui

- 20 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

2. Jika memenuhi

persyaratan: dilanjutkan ke tahapan berikutnya.

7. Penerbitan SLF

dan plakat bangunan gedung hijau tahap pelaksanaan konstruksi.

Penerbitan SLF; dan

Plakat BGH tahap pelaksanaan konstruksi.

Dilakukan pendataan BGH.

8. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLF pertama dan Sertifikat BGH serta memasuki masa pemanfaatan

pertama.

9. Pemanfaatan pertama BGH.

Melakukan pelaporan kinerja BGH setiap 12 (dua belas) bulan kepada SKPD.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 21 -

Bagan 4. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib TAHAP PEMANFAATAN

- 22 -

c. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pemanfaatan Bangunan

Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

BG

H

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

1. Penyelenggaraan tahap

pemanfaatan pertama BGH.

Penyelenggaraan tahap pemanfaatan

pertama BGH meliputi:

1. Pelaksanaan dokumen rencana pemeliharaan, pemeriksaan berkala, dan perawatan beserta laporannya secara periodik;

2. Pelaksanaan panduan praktis pengunaan bagi pemilik dan pengguna; dan

3. Pelaksanaan dokumentasi seluruh tahap pemanfaatan.

2. Pelaporan kepada pemda setiap 12 (dua belas) bulan

sekali.

Laporan memuat pemeriksaan berkala, perawatan bangunan,

dan konsumsi energi, air, dan sumber daya lainnya.

- 23 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

BG

H

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

3. Penyusunan Laporan Pemanfaatan BGH

Laporan akhir tahap Pemanfaatan memuat:

1. Pemeriksaan berkala,

perawatan bangunan, dan

konsumsi energi, air, dan sumber daya lainnya.

2. Dokumen rencana pemeliharaan, pemeliharaan berkala, dan perawatan, dokumen monitoring dan evaluasi kinerja BGH, panduan praktis bagi pemilik dan pengguna, dokumen audit kinerja BGH, dan dokumen pemeriksaan kelaikan fungsi periode selanjutnya.

4. Penyusunan dokumen usulan penilaian kinerja pemanfaatan BGH

dokumen usulan penilaian kinerja pemanfaatan BGH

- 24 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

BG

H

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

5. Permohonan SLFn dan sertifikasi BGH tahap pemanfaatan.

Dokumen yang diperlukan:

Laporan akhir

tahap pemanfaatan;

Dokumen tahap

perencanaan; dan

Formulir

permohonan.

6. Pendataan BGH.

SKPD menyimpan/ memeriksa laporan dari pemilik/pengelola BGH setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk digunakan sebagai:

Pertimbangan

dalam penerbitan SLF periode berikutnya

Evaluasi peringkat

BGH yang telah diberikan; dan

Dasar pertimbangan pemda untuk menetapkan kebijakan BGH

selanjutnya.

SKPD mencatat bahwa BGH dalam proses permohonan SLFn

- 25 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

BG

H

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

7. Pemeriksaan dokumen permohonan sertifikasi BGH

tahap pemanfaatan.

Pemda dapat dibantu oleh TABGH. Pemeriksaan terkait

penerapan manajemen

pemanfaatan dan rekaman kinerja BGH.

1. Jika tidak

memenuhi persyaratan: dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/ dilengkapi, sesuai dengan rekomendasi.

2. Jika memenuhi

persyaratan: dilanjutkan ke tahapan berikutnya.

8. Penerbitan sertifikat BGH tahap pemanfaatan.

Penerbitan SLFn;

dan

Sertifikat/Plakat

BGH tahap pemanfaatan.

Sertifikat bangunan gedung hijau tahap pemanfaatan hanya berlaku selama 5 (lima) tahun dan harus diperpanjang mengikuti proses perpanjangan SLF.

Disetujui

Tidak Disetujui

- 26 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

BG

H

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

9. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLFn

dan Sertifikat BGH serta memasuki masa

pemanfaatan ke-n.

10. Pemanfaatan ke-n BGH.

Melakukan pelaporan kinerja BGH setiap 12 (dua belas) bulan kepada SKPD. Proses

Perpanjangan tiap Lima Tahun kembali ke No.1

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

Kembali

No 1

- 27 -

Bagan 5. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib TAHAP PEMBONGKARAN

- 28 -

d. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pembongkaran

Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Wajib

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Penyusunan

rencana teknis pembongkaran.

Rencana teknis

pembongkaran terdiri atas prosedur pembongkaran dan upaya pemulihan tapak.

2. Usulan Penilaian Kinerja Pembongkaran BGH

Dokumen usulan Penilaian Kinerja Pembongkaran BGH

3. Pengajuan persetujuan rencana teknis pembongkaran dan permohonan

sertifikasi BGH tahap pembongkaran.

Menyertakan dokumen:

Rencana teknis

pembongkaran; dan

Permohonan

persetujuan pembongkaran.

4. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH

bahwa dalam proses pengajuan Rencana Teknis Pembongkaran.

- 29 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

5. Pemeriksaan dokumen rencana teknis pembongkaran

dan permohonan sertifikasi BGH tahap pemanfaatan.

Pemda dibantu oleh TABGH dalam pemeriksaaan dokumen rencana

teknis pembongkaran.

Serta melakukan validasi kinerja rencana pembongkaran BGH.

1. Jika memenuhi persyaratan

maka diterbitkan:

Persetujuan

rencana teknis pembongkaran; dan

Sertifikat

BGH tahap pembongkaran.

2. Jika tidak memenuhi persyaratan: dokumen dikembalikan kepada pemohon untuk

- 30 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

diperbaiki/ dilengkapi sesuai dengan rekomendasi

TABGH.

6. Penerbitan persetujuan atas rencana teknis pembongkaran dan sertifikat BGH tahap pembongkaran.

Penerbitan persetujuan rencana teknis pembongkaran dan sertifikat BGH tahap pembongkaran.

7. Pelaksanaan Pembongkaran BGH.

Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang

tercantum dalam laporan akhir tahap pembongkaran.

8. Penyusunan laporan pembongkaran.

Laporan pembongkaran BGH memuat dokumentasi seluruh tahap pembongkaran.

9. Penyampaian laporan akhir tahap pembongkaran kepada pemda.

Untuk mengakhiri proses penyelenggaraan BGH, Laporan Akhir Pelaksanaan pembongkaran harus diserahkan ke SKPD.

- 31 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

10. Validasi laporan akhir tahap pembongkaran

Validasi terkait kesesuaian Laporan akhir pembongkaran

dengan Rencana teknis pembongkaran

1. Jika Sesuai: dilanjutan ke proses Pendataan BGH

2. Jika Tidak Sesuai: Sertifikat BGH tahap pembongkaran akan dicabut dan dilanjutkan ke proses pendataan

11. Pendataan BGH Pendataan BGH dilakukan sebagai salah satu proses akhir

penyelenggaraan BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses 3. Pilihan

2. Proses 4. Lanjutan

- 32 -

2. Proses Sertifikasi Tingkat Pengenaan Disarankan

Bagan 6. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Disarankan

- 33 -

Bagan 7. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Disarankan TAHAP PERENCANAAN

- 34 -

a. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Perencanaan Bangunan

Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Disarankan

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Penyusunan laporan akhir tahap

pemrograman.

Laporan akhir tahap pemrograman, memuat

dokumentasi tahap pemrograman, rekomendasi dan kriteria teknis, rencana pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran.

Untuk BGH Kategori disarankan yang sudah direncanakan sebagai BGH sejak proses pemrograman maka mengikuti bagan sertifikasi BGH Kategori wajib.

2. Penyusunan laporan akhir tahap

perencanaan teknis.

Laporan akhir tahap Perencanaan, memuat rencana

arsitektur, struktur, mekanikal-elektrikal, tata ruang luar, interior, spesifikasi

teknis, RAB.

3. Permohonan IMB

Pemda menawarkan Pemilik/ Pemohon diberikan

Dokumen yang diperlukan:

1. Laporan akhir tahap pemrograman;

2. Laporan akhir tahap

- 35 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

pilihan untuk mengajukan bangunannya sebagai BGH.

perencanaan; dan

3. Formulir permohonan.

4. Pendataan

BGH

SKPD mulai

melakukan pendataan BGH dalam proses permohonan IMB.

5. Pengajuan sertifikat BGH tahap perencanaan (pilihan)

Pemilik dapat juga mengajukan bangunannya untuk sertifikasi BGH.

Melengkapi laporan akhir tahap perencanaan teknis dengan perhitungan

dan rencana reduksi emisi karbon, efisiensi energi, efisiensi air, pengelolaan sampah dan limbah, perhitungan teknis sumber daya lainnya, dan perkiraan siklus hidup BGH.

1. Bila Pemilik/ pemohon tidak ingin mengajukan BGH maka proses IMB menggunakan prosedur IMB normal

1

Tidak

mengajukan BGH

mengajukan BGH

- 36 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

2. Bila Pemilik/ Pemohon ingin mengajukan sertifikasi BGH maka dokumen akan

dikembalikan untuk dilengkapi dengan dokumen laporan BGH dan Usulan penilaian kinerja BGH

6. Penyusunan Dokumen Laporan BGH

Dokumen Laporan BGH tahap perencanaan

7. Penyusunan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Perencanaan

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Perencanaan

8. Pemeriksaan dokumen permohonan IMB.

Pemda dibantu oleh TABGH. Proses Pemeriksaan Dokumen Teknis dan Administrif IMB.

Validasi Kinerja BGH oleh Pemda/TABGH meliputi: kesesuaian

- 37 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

pengelolaan tapak, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air, kualitas udara dalam ruang, penggunaan

material ramah lingkungan, pengelolaan limbah, dan pengelolaan sampah.

1. Jika tidak memenuhi persyaratan: dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/ dilengkapi, sesuai dengan hasil rekomendasi TABGH.

2. Jika memenuhi persyaratan: dilanjutkan ke tahapan

berikutnya (penerbitan IMB

dan sertifikat).

9. Penerbitan IMB dan sertifikat bangunan gedung hijau tahap perencanaan teknis.

Penerbitan IMB;

dan

Sertifikat BGH tahap perencanaan.

Dilakukan pendataan BGH oleh Pemda.

Tidak memenuhi persyaratan

Memenuhi

persyaratan

- 38 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

10. Pendataan BGH

SKPD melakukan pendataan BGH telah mendapatkan IMB dan Sertifikat BGH serta memasuki masa

Konstruksi.

11. Masuk ke tahap pelaksanaan konstruksi.

Jika sudah mengajukan sebagai BGH, maka penyelenggaraan tahapan selanjutnya mengikuti prinsip BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 39 -

Bagan 8. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Disarankan TAHAP PELAKSANAAN

KONSTRUKSI

- 40 -

b. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan

Disarankan

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Proses pelaksanaan

konstruksi BGH.

Melaksanakan dokumentasi dan

konstruksi sesuai dengan metode yang diajukan pada saat permohonan IMB, meliputi proses konstruksi hijau, praktik perilaku hijau, dan rantai pasok hijau.

2. Penyusunan laporan akhir tahap Pelaksanaan konstruksi.

Laporan akhir tahap konstruksi, memuat as built drawing, dokumentasi seluruh tahapan pelaksanaan konstruksi dan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan.

3. Permohonan SLF1

Pemda menawarkan

Pemilik/ Pemohon diberikan pilihan untuk mengajukan bangunannya

sebagai BGH.

Dokumen yang diperlukan:

1. Laporan akhir tahap

pelaksanaan konstruksi;

2. Dokumen IMB; dan

3. Formulir permohonan

SLF.

- 41 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

4. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH dalam proses permohonan IMB.

5. Pengajuan sertifikat BGH Pelaksanaan konstruksi (pilihan)

Pemilik dapat juga mengajukan bangunannya untuk sertifikasi BGH.

Melengkapi laporan akhir tahap Pelaksanaan konstruksi dengan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Pelaksanaan konstruksi.

1. Bila pemilik/ pemohon tidak ingin mengajukan BGH maka proses

SLF1

menggunakan prosedur SLF1

normal.

2. Bila Pemilik/ Pemohon ingin mengajukan sertifikasi BGH maka dokumen akan dikembalikan untuk dilengkapi dengan dokumen laporan BGH dan

Tidak

mengajukan BGH

mengajukan

BGH

1

- 42 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

Usulan penilaian kinerja BGH.

6. Penyusunan Dokumen Laporan BGH

Dokumen Laporan BGH tahap Pelaksanaan

Konstruksi

7. Penyusunan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Pelaksanaan Konstruksi

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Pelaksanaan Konstruksi

8. Pemeriksaan dokumen permohonan SLF1.

Pemda dibantu oleh TABGH. Proses Pemeriksaan Dokumen Teknis dan Administrif SLF1.

Validasi Kinerja BGH oleh Pemda/TABGH meliputi: Pemeriksaan meliputi kesesuaian proses konstruksi

hijau, praktik perilaku hijau, dan rantai pasok hijau.

1. Jika tidak memenuhi persyaratan: dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/dileng

Tidak

memenuhi persyaratan

Memenuhi persyaratan

- 43 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

kapi, sesuai dengan hasil rekomendasi TABGH.

2. Jika memenuhi

persyaratan:

a. Terpenuhinya persyaratan SLF dan BGH, maka berhak untuk menerima SLF dan Plakat BGH tahap pelaksanaan konstruksi.

b. Persyaratan

BGH tidak

terpenuhi,

maka hanya

diberikan

SLF.

9. Proses penerbitan SLF

atau

Proses penerbitan SLF dan Plakat BGH.

Penerbitan SLF dan

Plakat BGH tahap pelaksanaan

konstruksi;

atau

Hanya penerbitan SLF.

Dilakukan pendataan

BGH oleh Pemda (jika memenuhi persyaratan).

- 44 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

10. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLF dan Sertifikat BGH tahap pelaksanaan

konstruksi.

11. Pemanfaatan pertama BGH.

Melakukan pelaporan kinerja BGH setiap 12 (dua belas) bulan kepada SKPD.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

Disetujui

- 45 -

Bagan 9. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Disarankan TAHAP

PEMANFAATAN

- 46 -

c. Bagan Alir Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tahap

Pemanfaatan Tingkat Pengenaan Disarankan , untuk

BGH tanpa ubahsuai (retrofitting).

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Penyelenggaraan tahap

pemanfaatan ke-n BGH.

Penyelenggaraan tahap pemanfaatan pertama

BGH meliputi:

1. Pelaksanaan dokumen rencana pemeliharaan, pemeriksaan berkala, dan perawatan beserta laporannya secara periodik;

2. Pelaksanaan panduan praktis pengunaan bagi

Pemilik dan Pengguna; dan

3. Pelaksanaan dokumentasi seluruh tahap pemanfaatan.

2. Pelaporan kepada pemda setiap 12 (dua

belas) bulan sekali.

Laporan memuat pemeriksaan berkala, perawatan bangunan,

dan konsumsi energi, air, dan sumber daya lainnya.

3. Penyusunan laporan akhir tahap pemanfaatan.

Laporan akhir tahap Pemanfaatan memuat:

1. Pemeriksaan berkala, perawatan bangunan, dan konsumsi energi, air,

- 47 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

dan sumber daya lainnya.

2. Dokumen rencana pemeliharaan, pemeliharaan

berkala, dan perawatan, dokumen monitoring dan evaluasi kinerja BGH, panduan praktis bagi pemilik dan pengguna, dokumen audit kinerja BGH, dan dokumen pemeriksaan kelaikan fungsi periode selanjutnya.

4. Permohonan SLFn.

Pemda menawarkan Pemilik/ Pemohon

diberikan pilihan untuk mengajukan bangunannya

sebagai BGH

Dokumen yang diperlukan:

1. Laporan akhir tahap pemanfaatan;

2. Dokumen SLF

periode sebelumnya; dan

3. Formulir permohonan SLFn.

5. Pendataan BGH SKPD menyimpan/memeriksa laporan dari Pemilik/Pengelola BGH setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk digunakan sebagai:

- 48 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

Pertimbangan dalam

penerbitan SLF periode berikutnya;

Evaluasi peringkat

BGH yang telah

diberikan; dan

Dasar pertimbangan pemda untuk menetapkan kebijakan BGH selanjutnya.

6. Pengajuan sertifikat BGH Pelaksanaan konstruksi

(pilihan)

Pemilik dapat juga mengajukan bangunannya untuk sertifikasi BGH.

Melengkapi laporan akhir tahap pemanfaatan dengan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap pemanfaatan.

1. Bila Pemilik/ Pemohon tidak ingin mengajukan BGH maka proses SLFn

menggunakan prosedur SLFn

normal.

2. Bila Pemilik/ Pemohon ingin mengajukan sertifikasi BGH maka dokumen akan dikembalikan untuk dilengkapi dengan

Tidak

mengajukan BGH

mengajukan BGH

1

- 49 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

dokumen laporan BGH dan Usulan

penilaian kinerja BGH.

7. Penyusunan

Dokumen Laporan Pemanfaatan BGH

Dokumen Laporan BGH

tahap pemanfaatan

8. Penyusunan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap pemanfaatan

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap pemanfaatan

9. Pemeriksaan dokumen permohonan SLFn.

Pemda dibantu oleh TABGH. Proses Pemeriksaan Dokumen pemeliharaan BGH.

Validasi Kinerja BGH oleh Pemda/TABGH terkait penerapan manajemen pemanfaatan dan rekaman kinerja BGH.

1. Jika tidak memenuhi persyaratan:

a. Dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/dilengkapi, sesuai dengan hasil

Tidak memenuhi persyaratan

Memenuhi

persyaratan

- 50 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

rekomendasi TABGH.

b. Menjadi pilihan pemilik bangunan

untuk melanjutkan proses BGH atau tidak

2. Jika memenuhi persyaratan:

a. Terpenuhinya

persyaratan

SLF dan BGH,

maka berhak

untuk

menerima

SLFn dan

Plakat BGH

tahap

pemeliharaan.

b. Persyaratan

BGH tidak

terpenuhi,

maka hanya

diberikan

SLFn.

- 51 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

10. Proses penerbitan SLF

atau

Proses penerbitan SLF

dan Plakat BGH.

Penerbitan SLFn dan

Plakat BGH tahap pelaksanaan konstruksi;

atau

Hanya penerbitan

SLFn.

11. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLF dan Sertifikat BGH tahap pelaksanaan konstruksi.

12. Pemanfaatan pertama BGH.

Melakukan pelaporan kinerja BGH setiap 12 (dua belas) bulan kepada SKPD.

Jika sudah mengajukan sebagai BGH, maka penyelenggaraan tahapan selanjutnya mengikuti prinsip BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 52 -

d. Bagan Alir Pemenuhan Persyaratan Bangunan

Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Disarankan, untuk

BGH dengan merencanakan ubahsuai (retrofitting).

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Tahap

pemrograman BGH untuk bangunan yang telah dimanfaatakan.

Tahap pemrograman

menggunakan prinsip adaptasi yang meliputi pemenuhan kelaikan fungsi, pertimbangan biaya operasional pemanfaatan dan penghematan, serta pencapaian target kinerja yang terukur.

2. Pelaporan kepada pemda setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk bangunan yang sudah memiliki sertifikasi BGH.

Laporan memuat pemeriksaan berkala, perawatan bangunan, dan konsumsi energi, air, dan sumber daya lainnya.

2. Audit sistem dan/atau

komponen bangunan.

Kegiatan monitoring untuk mengetahui

kinerja eksisting, meliputi: audit energi, monitoring konsumsi air dan monitoring sumber daya lainnya.

- 53 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

Dilakukan selama 6 (enam) bulan terakhir sebagai dasar (baseline)

penentuan target

kinerja pada saat menjadi BGH.

3. Penentuan target kinerja BGH.

Penentuan target kinerja BGH melalui penerapan adaptasi, meliputi:

a. Pertimbangan penerapan adaptasi:

Tingkat

penerapan teknologi sistem bangunan

Pertimbangan

finansial dan SDM

b. Sistem yang dapat diterapkan adaptasi:

Hasil audit

sistem dan/atau komponen bangunan, yaitu: sistem pencahayaan, pengondisian udara pengelolaan

- 54 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

air limbah

Potensi kinerja

yang dapat ditingkatkan.

Penentuan target kinerja mempertimbangkan nilai investasi dan signifikansi penghematan.

4. Penyusunan laporan akhir tahap perencanaan teknis.

Target BGH yang telah ditentukan diterjemahkan kedalam dokumen rencana teknis yang memuat ketentauan rencana dan syarat-syarat dalam pemenuhan persyaratan BGH.

Dari perencanaan teknis dapat terjadi 2 (dua) kondisi pemenuhan bertahap.

5. TAHAPAN

KONDISI ubahsuai BGH memerlukan Perubahan IMB

Jika ubahsuai yang

dilakukan merubah sistem/jaringan/ fisik pada bangunan gedung atau terjadi

penambahan sistem/jaringan/ fisik, maka perlu mengajukan permohonan

Rubah IMB

- 55 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

perubahan IMB.

Untuk BGH Kategori disarankan perlu mengajukan IMB

maka proses kembali ke bagan sertifikasi BGH Kategori disarankan tahap Pemrograman dan Perencanaan.

6. TAHAPAN KONDISI ubahsuai BGH Tidak memerlukan

Perubahan IMB

Jika perubahan hanya terjadi pada unit (utilitas) yang tidak merubah sistem/jaringan/ fisik pada bangunan gedung, maka ubahsuai dapat segera dilakukan.

7. Kegiatan ubahsuai.

Ubahsuai dilakukan guna memenuhi persyaratan BGH.

8. Pemanfaatan pasca ubahsuai.

Tahap pemanfaatan pertama pasca ubahsuai menjadi tahapan yang

menentukan dalam pengajuan sertifikasi BGH.

9. Penilaian mandiri (self assesment).

Pada tahap ini dilakukan monitoring kinerja BGH selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, terhitung dari

Tanpa Ubah

IMB

- 56 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

proses ubahsuai keseluruhan telah selesai (seluruh sistem yang

direncanakan telah

terpasang).

Panduan penilaian mandiri (self assesment) mengikuti panduan yang diberikan Pemda.

10. Pengajuan sertifikasi dan pelaporan hasil penilaian mandiri.

Pemilik yang telah melakukan penilaian secara mandiri dapat mengajukan proses sertifikasi BGH tahap pemanfaatan kepada Pemda.

Dokumen yang dibutuhkan:

1. Dokumen pemrograman dan perencanaan

teknis;

2. Hasil audit sistem dan/atau komponen bangunan sebelum ubahsuai;

3. Hasil penilaian

- 57 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

mandiri pasca ubahsuai; dan

4. Formulir pengajuan

sertifikasi.

11. Pendataan BGH SKPD menyimpan/ memeriksa laporan dari pemilik/pengelola BGH setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk digunakan sebagai:

Pertimbangan

dalam penerbitan SLF periode berikutnya;

Evaluasi peringkat

BGH yang telah diberikan; dan

Dasar pertimbangan pemda untuk menetapkan kebijakan BGH selanjutnya.

12. Pemeriksaan dokumen sertifikasi.

Pemda dibantu oleh TABGH.

Pemeriksaan meliputi kesesuaian target kinerja BGH pada dokumen pemrograman dengan kinerja bangunan

- 58 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

gedung pasca ubahsuai.

Pemda dapat

memberikan saran guna meningkatkan kinerja BGH

13. Penerbitan sertifikat BGH tahap pemanfaatan.

Pemda memberikan sertifikat BGH sesuai dengan capaian kinerja yang diraih bangunan gedung pemohon.

14. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLFn dan Sertifikat BGH tahap Pemanfaatan.

15. Tahap pemanfaatan.

Tahap pemanfaatan meliputi, pelaporan kinerja BGH setiap 12 (dua belas) bulan sekali.

Dilanjutkan dengan perpanjangan sertifikat BGH setiap 5 (lima) tahun sekali.

Untuk BGH yang memiliki masa berlaku SLF selama 5 (lima) tahun, maka

- 59 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

perpanjang sertifikat BGH, bersamaan dengan proses permohonan SLFn.

16. Pemeriksaan acak terhadap BGH.

Pemda dapat melakukan pengecekan secara acak terkait kesesuaian laporan pemeriksaan mandiri dengan implementasi pada BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 60 -

Bagan 10. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Disarankan TAHAP PEMBONGKARAN

- 61 -

e. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pembongkaran

Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan

Disarankan

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

1. Penyusunan rencana teknis pembongkaran BGH.

Rencana teknis pembongkaran terdiri atas prosedur pembongkaran dan upaya pemulihan tapak.

2. Penyusunan Dokumen Usulan

Penilaian Kinerja Pembongkaran BGH

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja Pembongkaran BGH

3. Pengajuan persetujuan rencana teknis pembongkaran dan permohonan sertifikasi BGH tahap pembongkaran.

Menyertakan dokumen:

Rencana teknis

pembongkaran; dan

Permohonan persetujuan pembongkaran.

4. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH dalam proses permohonan Rencana Teknis Pembongkaran.

- 62 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

5. Pemeriksaan dokumen rencana teknis pembongkaran

dan permohonan sertifikasi BGH tahap pemanfaatan.

Pemda dibantu oleh TABGH.

1. Jika memenuhi persyaratan

maka diterbitkan:

Persetujuan rencana

teknis pembongkaran; dan

Sertifikat BGH tahap pembongkaran.

2. Jika tidak

memenuhi persyaratan:

a. Dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/dilengkapi sesuai

dengan rekomendasi TABGH; atau

b. Menjadi Plihan pemilik bangunan untuk melanjutkan

Tidak

Disetuju

Disetujui

- 63 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

proses atau tidak.

6. Penerbitan

persetujuan atas rencana teknis pembongkaran dan sertifikat BGH tahap pembongkaran.

Penerbitan:

Persetujuan

rencana teknis pembongkaran dan sertifikat BGH tahap pembongkaran;

Atau

Hanya persetujuan

rencana teknis pembongkaran.

7. Pelaksanaan Pembongkaran BGH.

Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang tercantum dalam laporan akhir tahap pembongkaran.

8. Penyusunan laporan pembongkaran.

Laporan pembongkaran BGH memuat dokumentasi seluruh

tahap pembongkaran.

9. Penyampaian laporan akhir tahap pembongkaran kepada pemda.

Untuk mengakhiri proses penyelenggaraan BGH, Laporan Akhir Pelaksanaan pembongkaran harus diserahkan ke SKPD.

- 64 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

10. Validasi laporan akhir tahap pembongkaran

Validasi terkait kesesuaian Laporan akhir pembongkaran dengan Rencana

teknis pembongkaran

1. Jika Sesuai: dilanjutan ke proses Pendataan BGH

2. Jika Tidak Sesuai: Sertifikat BGH tahap pembongkaran akan dicabut dan dilanjutkan ke proses pendataan

11. Pendataan BGH.

Pendataan BGH dilakukan sebagai salah satu proses akhir penyelenggaraan

BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses 3. Pilihan

2. Proses 4. Lanjutan

- 65 -

3. Proses Sertifikasi Tingkat Pengenaan Sukarela

Bagan 11. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela

- 66 -

Bagan 12. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela TAHAP PERENCANAAN

- 67 -

a. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Perencanaan Bangunan

Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Penyusunan laporan akhir tahap pemrograman.

Laporan akhir tahap pemrograman, memuat dokumentasi tahap pemrograman, rekomendasi dan kriteria teknis, rencana pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan, dan pembongkaran.

Untuk BGH Kategori sukarela yang sudah direncanakan sebagai BGH sejak proses pemrograman maka mengikuti bagan sertifikasi BGH Kategori wajib.

2. Penyusunan laporan akhir BGH tahap perencanaan teknis.

Laporan akhir tahap pemrograman, memuat rencana arsitektur, struktur, mekanikal-elektrikal, tata ruang luar, interior, spesifikasi teknis, RAB, perhitungan dan

rencana reduksi emisi

karbon, efisiensi energi, efisiensi air, pengelolaan sampah dan limbah, perhitungan teknis sumber daya lainnya, dan perkiraan siklus hidup BGH.

- 68 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

3. Permohonan IMB.

Pemda

menawarkan Pemilik/ Pemohon diberikan pilihan untuk mengajukan bangunannya sebagai BGH.

Pengajuan BGH dilakukan secara inisiatif oleh pemilik bangunan.

Dokumen yang diperlukan:

Laporan akhir tahap pemrograman;

Laporan akhir tahap

perencanaan; dan

Formulir permohonan.

4. Pendataan BGH

SKPD mulai melakukan pendataan BGH dalam proses permohonan IMB.

5. Pengajuan sertifikat BGH tahap perencanaan (sukarela)

Pemilik dapat juga mengajukan bangunannya untuk sertifikasi BGH.

Melengkapi laporan akhir tahap perencanaan teknis dengan perhitungan dan rencana reduksi emisi karbon, efisiensi energi, efisiensi air, pengelolaan

sampah dan limbah, perhitungan teknis sumber daya lainnya, dan perkiraan siklus hidup BGH.

1. Bila Pemilik/pemohon tidak ingin

mengajukan BGH maka proses IMB

1

mengajukan

BGH

Tidak

mengajukan BGH

- 69 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

menggunakan prosedur IMB normal

2. Bila Pemilik/Pemohon

ingin mengajukan sertifikasi BGH maka dokumen akan dikembalikan untuk dilengkapi dengan dokumen laporan BGH dan Usulan penilaian kinerja BGH

6. Penyusunan Dokumen Laporan BGH

Dokumen Laporan BGH tahap perencanaan

7. Penyusunan

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Perencanaan

Dokumen Usulan Penilaian

Kinerja BGH tahap Perencanaan

8. Pemeriksaan dokumen

permohonan IMB

Pemda dibantu oleh TABGH.

Pemeriksaan dilakukan terhadap dokumen IMB dan BGH.

Pemeriksaan dokumen BGH meliputi kesesuaian pengelolaan tapak, efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan air,

- 70 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

kualitas udara dalam ruang, penggunaan material ramah lingkungan,

pengelolaan limbah, dan pengelolaan sampah.

1. Jika tidak memenuhi persyaratan: dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/ dilengkapi, sesuai dengan hasil rekomendasi TABGH.

Pemilik dapat mengikuti rekomendasi TABGH atau tidak melanjutkan proses sertifikasi BGH dan hanya melanjutkan proses permohonan IMB.

2. Jika memenuhi persyaratan: dilanjutkan ke tahapan berikutnya

(penerbitan IMB dan

sertifikat).

9. Penerbitan IMB dan sertifikat bangunan gedung hijau tahap perencanaan teknis.

Penerbitan IMB dan sertifikat BGH tahap perencanaan;

atau

Hanya penerbitan IMB.

Kembali kepada pemohon

Memenuhi persyaratan

Tidak Memenuhi

persyaratan

Tidak melanjutkan

proses BGH

- 71 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

Dilakukan pendataan BGH oleh Pemda (jika memenuhi persyaratan).

10. Pendataan BGH SKPD melakukan pendataan BGH telah mendapatkan IMB dan Sertifikat BGH serta memasuki masa Konstruksi.

11. Masuk ke tahap pelaksanaan konstruksi.

Jika sudah mengajukan sebagai BGH, maka penyelenggaraan tahapan selanjutnya mengikuti prinsip BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 72 -

Bagan 13. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela TAHAP PELAKSANAAN

KONSTRUKSI

- 73 -

b. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pelaksanaan Konstruksi

Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan

Sukarela

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

1. Proses pelaksanaan

konstruksi BGH.

Melaksanakan dokumentasi dan

konstruksi sesuai dengan metode yang diajukan pada saat permohonan IMB, meliputi proses konstruksi hijau, praktik perilaku hijau, dan

rantai pasok hijau.

2. Penyusunan laporan akhir tahap konstruksi.

Laporan akhir tahap konstruksi, memuat as built drawing, dokumentasi seluruh tahapan pelaksanaan konstruksi dan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan.

3. Permohonan SLF1.

Pemdamenawarkan Pemilik/ Pemohon

diberikan pilihan

untuk mengajukan bangunannya sebagai BGH.

Pengajuan BGH dilakukan secara inisiatif oleh pemilik bangunan.

Dokumen yang

diperlukan:

Laporan akhir tahap pelaksanaan konstruksi;

Dokumen

permohonan IMB; dan

- 74 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

Formulir permohonan SLF.

4. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH dalam proses permohonan SLF.

5. Pengajuan sertifikat BGH Pelaksanaan konstruksi (pilihan)

Pemilik dapat juga mengajukan bangunannya untuk sertifikasi BGH.

Melengkapi laporan akhir tahap Pelaksanaan konstruksi dengan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Pelaksanaan konstruksi.

1. Bila pemilik/ pemohon tidak ingin mengajukan BGH maka proses SLF1

menggunakan

prosedur SLF1

normal.

2. Bila Pemilik/ Pemohon ingin mengajukan sertifikasi BGH

maka dokumen akan dikembalikan untuk dilengkapi dengan dokumen laporan BGH dan Usulan penilaian kinerja BGH.

Tidak mengajukan

BGH

mengajukan BGH

1

- 75 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

6. Penyusunan Dokumen Laporan BGH

Dokumen Laporan BGH tahap Pelaksanaan Konstruksi

7. Penyusunan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Pelaksanaan Konstruksi

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap Pelaksanaan Konstruksi

8. Pemeriksaan

dokumen permohonan SLF1.

Pemda dibantu oleh

TABGH.

Pemeriksaan meliputi kesesuaian proses konstruksi hijau, praktik perilaku hijau, dan rantai pasok hijau.

1. Jika tidak

memenuhi persyaratan: dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/ dilengkapi,

disertakan dengan saran dari TABGH.

2. kondisi jika

memenuhi persyaratan:

a. Terpenuhinya persyaratan SLF dan BGH, maka

Kembali kepada pemohon

Memenuhi

persyaratan

Tidak

Memenuhi persyaratan

Tidak melanjutkan

proses BGH

- 76 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

MK

/

Pen

gaw

as

Pih

ak

ke-3

PE

MD

A

berhak untuk menerima SLF dan Plakat BGH tahap pelaksanaan konstruksi.

b. Persyaratan BGH tidak terpenuhi, maka hanya diberikan SLF.

9. Proses penerbitan SLF1 atau

Proses penerbitan SLF1 dan Plakat BGH tahap pelaksanaan konstruksi.

Penerbitan SLF dan

Plakat BGH tahap pelaksanaan konstruksi; atau

Hanya penerbitan

SLF. Dilakukan pendataan BGH oleh Pemda (jika memenuhi persyaratan).

10. Pendataan BGH SKPD melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLF1 dan Sertifikat BGH tahap pelaksanaan konstruksi serta memasuki masa pemanfaatan.

11. Pemanfaatan pertama BGH.

Melakukan pelaporan kinerja BGH setiap 12 (dua belas) bulan kepada

SKPD.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses 3. Pilihan

2. Proses 4. Lanjutan

- 77 -

Bagan 14. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela TAHAP PEMANFAATAN

- 78 -

c. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pemanfaatan Bangunan

Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela, untuk

BGH yang tidak merencanakan ubahsuai (retrofitting)

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Penyelenggaraan

tahap pemanfaatan ke-n BGH.

Penyelenggaraan

tahap pemanfaatan pertama BGH meliputi:

1. Pelaksanaan dokumen rencana pemeliharaan, pemeriksaan berkala, dan perawatan

beserta laporannya secara periodik;

2. Pelaksanaan panduan praktis pengunaan bagi pemilik dan pengguna; dan

3. Pelaksanaan dokumentasi

seluruh tahap pemanfaatan.

2. Pelaporan kepada pemda setiap 12 (dua belas) bulan sekali.

Laporan memuat pemeriksaan berkala, perawatan bangunan, dan konsumsi energi,

- 79 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

air, dan sumber daya lainnya.

3. Penyusunan laporan akhir tahap pemanfaatan.

Laporan akhir tahap Pemanfaatan memuat:

1. Pemeriksaan berkala, perawatan bangunan, dan konsumsi energi, air, dan sumber daya lainnya.

2. Dokumen rencana pemeliharaan, pemeliharaan berkala, dan perawatan, dokumen monitoring dan evaluasi kinerja

BGH, panduan praktis bagi pemilik dan pengguna, dokumen audit kinerja BGH,

dan dokumen pemeriksaan kelaikan fungsi periode selanjutnya.

- 80 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

4. Permohonan SLFn.

Pemda menawarkan Pemilik/ Pemohon diberikan pilihan

untuk mengajukan bangunannya sebagai BGH

Dokumen yang diperlukan:

1. Laporan akhir tahap pemanfaatan;

2. Dokumen SLF periode sebelumnya; dan

3. Formulir permohonan SLFn.

5. Pendataan BGH

SKPD menyimpan/memeriksa laporan dari Pemilik/Pengelola BGH setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk digunakan sebagai:

Pertimbangan

dalam penerbitan SLF periode berikutnya;

Evaluasi

peringkat BGH yang telah diberikan; dan

Dasar pertimbangan pemda untuk menetapkan kebijakan BGH selanjutnya.

- 81 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

6. Pengajuan sertifikat BGH Pelaksanaan konstruksi (pilihan)

Pemilik dapat juga mengajukan bangunannya untuk sertifikasi BGH.

Melengkapi laporan

akhir tahap pemanfaatan dengan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap pemanfaatan.

1. Bila Pemilik/ Pemohon tidak ingin mengajukan BGH maka proses SLFn

menggunakan prosedur SLFn

normal.

2. Bila Pemilik/ Pemohon ingin mengajukan sertifikasi BGH maka dokumen akan

dikembalikan untuk

dilengkapi dengan dokumen laporan BGH dan Usulan penilaian kinerja BGH.

1

mengajukan BGH

Tidak

mengajukan BGH

- 82 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

7. Penyusunan Dokumen Laporan Pemanfaatan BGH

Dokumen Laporan BGH tahap pemanfaatan

8. Penyusunan Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap pemanfaatan

Dokumen Usulan Penilaian Kinerja BGH tahap pemanfaatan

9. Pemeriksaan dokumen permohonan SLFn.

Pemda dibantu oleh TABGH. Pemeriksaan terkait penerapan

manajemen pemanfaatan dan rekaman kinerja BGH.

1. Jika tidak memenuhi persyaratan:

a. Dikembalikan ke pemohon untuk diperbaiki/dilengkapi sesuai dengan rekomendasi TABGH.

b. Menjadi

Tidak

Disetujui

Disetujui

- 83 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

pilihan pemilik bangunan untuk melanjutkan proses BGH

atau tidak.

2. Jika memenuhi persyaratan:

a. Terpenuhinya persyaratan SLF dan BGH, maka berhak untuk menerima SLFn dan Plakat BGH tahap pemeliharaan.

b. Persyaratan BGH tidak terpenuhi, maka hanya diberikan SLFn.

10. Penerbitan sertifikat BGH

tahap pemanfaatan.

Penerbitan SLFn

dan

Sertifikat/Plakat BGH; atau

Hanya Penerbitan SLFn.

Sertifikat bangunan gedung hijau hanya berlaku selama 5 (lima) tahun.

- 84 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

11. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLFn dan Sertifikat BGH tahap

Pemanfaatan.

12. Pengajuan perpanjangan sertifikat tahap pemanfaatan.

Dilakukan berkala setiap 5 (lima) tahun sekali mengikuti proses perpanjang SLF.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 85 -

d. Bagan Alir Pemenuhan Persyaratan Bangunan

Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela untuk

bangunan yang merencanakan ubahsuai (retrofitting)

BGH.

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

1. Tahap pemrograman BGH untuk bangunan yang telah dimanfaatakan.

Tahap pemrograman menggunakan prinsip adaptasi yang meliputi pemenuhan kelaikan fungsi, pertimbangan biaya operasional pemanfaatan dan penghematan, serta pencapaian target kinerja yang terukur.

2. Pelaporan kepada pemda

setiap 12 (dua belas) bulan sekali untuk bangunan yang sudah memiliki sertifikasi BGH.

Laporan memuat pemeriksaan berkala,

perawatan bangunan, dan konsumsi energi, air, dan sumber daya lainnya.

3. Audit sistem

dan/atau komponen bangunan.

Kegiatan monitoring

untuk mengetahui kinerja eksisting, meliputi: audit energi, monitoring konsumsi air dan monitoring sumber daya lainnya.

Dilakukan selama 6 (enam) bulan terakhir sebagai dasar

- 86 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

(baseline) penentuan target kinerja pada saat menjadi BGH.

3. Penentuan

target kinerja BGH.

Penentuan target

kinerja BGH melalui penerapan adaptasi, meliputi:

a. Pertimbangan penerapan adaptasi:

Tingkat penerapan

teknologi sistem bangunan

Pertimbangan finansial

dan SDM

b. Sistem yang dapat diterapkan adaptasi:

Hasil audit sistem

dan/atau komponen bangunan, yaitu: sistem pencahayaan, pengondisian udara pengelolaan air limbah

Potensi kinerja yang

dapat ditingkatkan.

Penentuan target kinerja mempertimbangkan nilai investasi dan signifikansi penghematan.

- 87 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

4. Penyusunan laporan akhir tahap perencanaan

teknis.

Target BGH yang telah ditentukan diterjemahkan kedalam dokumen

rencana teknis yang memuat ketentauan rencana dan syarat-syarat dalam pemenuhan persyaratan BGH.

Dari perencanaan teknis dapat terjadi 2 (dua) kondisi pemenuhan bertahap.

5. TAHAPAN

KONDISI ubahsuai BGH memerlukan Perubahan IMB

Jika ubahsuai yang dilakukan merubah sistem/jaringan/fisik pada bangunan gedung atau terjadi penambahan sistem/jaringan/fisik, maka perlu mengajukan permohonan perubahan IMB.

Untuk BGH Kategori

disarankan perlu mengajukan IMB maka proses kembali ke bagan sertifikasi BGH Kategori disarankan tahap Pemrograman dan Perencanaan.

Rubah IMB

Tanpa Ubah

IMB

- 88 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

6. TAHAPAN KONDISI ubahsuai BGH Tidak

memerlukan Perubahan IMB

Jika perubahan hanya terjadi pada unit (utilitas) yang tidak merubah

sistem/jaringan/fisik pada bangunan gedung, maka ubahsuai dapat segera dilakukan.

7. Kegiatan ubahsuai.

Ubahsuai dilakukan guna memenuhi persyaratan BGH.

8. Pemanfaatan pasca ubahsuai.

Tahap pemanfaatan pertama pasca ubahsuai menjadi tahapan yang menentukan dalam pengajuan sertifikasi BGH.

9. Penilaian mandiri (self assesment).

Pada tahap ini dilakukan monitoring kinerja BGH selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, terhitung dari proses ubahsuai keseluruhan telah

selesai (seluruh sistem yang direncanakan telah terpasang).

Panduan penilaian mandiri (self

assesment) mengikuti panduan yang diberikan pemda.

- 89 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

10. Pengajuan sertifikasi dan pelaporan hasil penilaian

mandiri.

Pemilik yang telah melakukan penilaian secara mandiri dapat mengajukan proses

sertifikasi BGH tahap pemanfaatan kepada Pemda.

Dokumen yang dibutuhkan:

5. Dokumen pemrograman dan perencanaan teknis;

6. Hasil audit sistem dan/atau komponen bangunan sebelum ubahsuai;

7. Hasil penilaian mandiri

pasca ubahsuai; dan

8. Formulir pengajuan sertifikasi.

11. Pendataan BGH

SKPD menyimpan/ memeriksa laporan dari pemilik/pengelola BGH setiap 12 (dua belas) bulan sekali

untuk digunakan sebagai:

Pertimbangan dalam

penerbitan SLF periode berikutnya;

Evaluasi peringkat

BGH yang telah diberikan; dan

- 90 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

Dasar pertimbangan Pemda untuk menetapkan kebijakan BGH selanjutnya.

12. Pemeriksaan dokumen sertifikasi.

Pemda dibantu oleh TABGH.

Pemeriksaan meliputi kesesuaian target kinerja BGH pada dokumen pemrograman dengan kinerja bangunan gedung pasca

ubahsuai.

Pemda dapat memberikan saran guna meningkatkan kinerja BGH

13. Penerbitan sertifikat BGH tahap pemanfaatan.

Pemda memberikan sertifikat BGH sesuai dengan capaian kinerja yang diraih bangunan gedung Pemohon.

14. Pendataan BGH

SKPD mulai melakukan pendataan BGH telah mendapatkan SLFn dan Sertifikat BGH tahap Pemanfaatan.

15. Tahap pemanfaatan.

Tahap pemanfaatan meliputi, pelaporan kinerja BGH setiap 12

Tidak

Disetujui

Disetujui

- 91 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

gelo

la

Ban

gu

nan

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

aan

Pih

ak k

e-3

PE

MD

A

(dua belas) bulan sekali.

Dilanjutkan dengan perpanjangan

sertifikat BGH setiap 5 (lima) tahun sekali.

Untuk BGH yang memiliki masa berlaku SLF selama 5 (lima) tahun, maka perpanjang sertifikat BGH, bersamaan dengan proses permohonan SLFn.

16. Pemeriksaan acak terhadap BGH.

Pemda dapat melakukan pengecekan secara acak terkait kesesuaian laporan pemeriksaan mandiri dengan implementasi pada BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 92 -

Bagan 15. Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan Sukarela TAHAP PEMBONGKARAN

- 93 -

e. Bagan Alir Sertifikasi Tahap Pembongkaran

Bangunan Gedung Hijau Tingkat Pengenaan

Sukarela

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

1. Penyusunan rencana teknis pembongkaran BGH.

Rencana teknis pembongkaran terdiri atas prosedur pembongkaran dan upaya pemulihan tapak.

2. Penyusunan Dokumen Usulan Penilaian

Kinerja Pembongkaran BGH

Pengajuan BGH dilakukan secara inisiatif oleh Pemilik bangunan

Menyertakan dokumen:

Rencana teknis pembongkaran; dan

Permohonan persetujuan pembongkaran.

3. Pengajuan persetujuan

rencana teknis pembongkaran dan permohonan sertifikasi BGH tahap pembongkaran.

Menyertakan dokumen:

Rencana teknis pembongkaran; dan

Permohonan persetujuan pembongkaran.

- 94 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

4. Pendataan BGH SKPD mulai melakukan

pendataan BGH dalam proses

permohonan Rencana Teknis Pembongkaran.

5. Pemeriksaan dokumen rencana teknis pembongkaran dan permohonan sertifikasi BGH tahap pemanfaatan.

Pemda dibantu oleh TABGH.

1. Jika memenuhi persyaratan maka diterbitkan:

Persetujuan

rencana teknis pembongkaran; dan

Sertifikat BGH

tahap pembongkaran.

2. Jika tidak memenuhi persyaratan: a. Dikembalik

an ke

pemohon untuk diperbaiki/dilengkapi sesuai dengan rekomendasi TABGH; atau

b. Menjadi

Tidak

Disetujui

Disetujui

- 95 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

Plihan pemilik

bangunan untuk

melanjutkan proses atau tidak.

6. Penerbitan persetujuan atas rencana teknis pembongkaran dan sertifikat BGH tahap pembongkaran.

Penerbitan:

Persetujuan

rencana teknis pembongkaran dan sertifikat BGH tahap pembongkaran;

Atau

Hanya

persetujuan rencana teknis pembongkaran.

7. Pelaksanaan Pembongkaran BGH.

Dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang tercantum dalam laporan akhir tahap pembongkaran.

8. Penyusunan

laporan pembongkaran.

Laporan

pembongkaran BGH memuat dokumentasi seluruh tahap pembongkaran.

9. Penyampaian laporan akhir tahap pembongkaran kepada Pemda.

Untuk mengakhiri proses penyelenggaraan BGH, Laporan Akhir Pelaksanaan

- 96 -

NO PROSES/

KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Pem

ilik

/

Pem

oh

on

Pen

yedia

Jasa

Pere

ncan

a

Pem

bon

gkara

n

Pih

ak k

e-3

Pen

yedia

Jasa

Pela

ksan

a

Pem

bon

gkara

n

PE

MD

A

pembongkaran harus diserahkan

ke SKPD.

10. Validasi

laporan akhir tahap pembongkaran

Validasi terkait

kesesuaian Laporan akhir pembongkaran dengan Rencana teknis pembongkaran 1. Jika Sesuai:

dilanjutan ke proses Pendataan BGH

2. Jika Tidak Sesuai: Sertifikat BGH tahap pembongkaran akan dicabut dan dilanjutkan ke proses

pendataan

8. Pendataan BGH.

Pendataan BGH dilakukan sebagai salah satu proses

akhir penyelenggaraan BGH.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 97 -

4. Bagan Alir Tahap Penyusunan Dokumen RKH2M

Bangunan Gedung Hijau Hunian Hijau Masyarakat

(H2M)

a. Bagan Alir Tahap Penyusunan Dokumen RKH2M

Bangunan Gedung H2M

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

1. Masyarakat secara komunal mengajukan peminatan untuk membentuk komunitas H2M.

Masyarakat secara komunal dengan jumlah 20-40 rumah.

Pengajuan diberikan kepada pemda.

2. Seleksi komunitas

H2M tingkat Kabupaten/Kota.

Penilaian ditentukan

berdasarkan tingkat signifikansi pengurangan sumber daya dan efektivitas pengelolaan komunitas.

3. Pengarahan dari pemda terhadap komunitas yang lolos seleksi H2M.

Pemda atau pihak lain yang kompeten melakukan persentasi penjelasan mengenai perencanaan teknis, pelaksanaan, pengawasan, dan pemanfaatan H2M.

4. Pendampingan teknis oleh Tim Pendamping teknis untuk mendampingi

masyarakat dalam menyusun RKH2M.

Tim Pendamping teknis dapat berupa aparat pemerintah atau pihak lain yang kompeten untuk melakukan

identifikasi dalam pemenuhan tingkat kerja H2M.

- 98 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

5. Penyusunan RKH2M.

Penyusunan RKH2M dilakukan bersama-sama antara komunitas dengan Tim Pendamping.

RKH2M meliputi DED dan RAB dari hasil identifikasi sederhana, menyesuaikan dengan tingkat kinerja yang ingin dicapai.

Dengan target kinerja meliputi rencana pengurangan konsumsi energi, pengurangan konsumsi air, pengelolaan sampah mandiri, penggunaan material lokal dan ramah lingkungan, serta optimasi fungsi ruang terbuka hijau.

6. Pembentukan lembaga keswadayaan masyarakat hunian hijau.

Sebagai pilihan dapat dibentuk sebuah lembaga keswadayaan masyarakat hunian hijau.

Dengan tugas meliputi pendataan, identifikasi dan penentuan prioritas dalam implementasi hunian hijau.

- 99 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

7. RKH2M yang disepakati menjadi dasar untuk melaksanakan

program H2M.

RKH2M menjadi kerangka acuan kerja untuk tahap pelaksanaan konstruksi, Tahap pemanfaatan,

dan Tahap Pembongkaran.

8. Masuk ke Tahap pelaksanaan konstruksi.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 100 -

b. Bagan Alir Tahap Pelaksanaan Konstruksi Bangunan

Gedung H2M

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

1. Identifikasi pelaksanaan

konstruksi oleh Tim Pendamping.

Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan secara

swadaya oleh masyarakat maupun oleh penyedia jasa pelaksana konstruksi.

Identifikasi dilakukan juga untuk menentukan kegiatan konstruksi bilamana ada yang memerlukan IMB atau perubahan IMB.

2. Pelatihan/ pendampingan teknis oleh pemda kepada komunitas dan pelaksana konstruksi.

Pelatihan/ pendampingan meliputi pengarahan terkait persyaratan tekis pada tahap pelaksanaan konstruksi, yaitu: metodologi konstruksi (proses konstruksi hijau, perilaku hijau, dan rantai pasok hijau), dan permasalahan konstruksi.

3. Penyusunan

dokumen persyaratan teknis dan administratif Bangunan.

Penyusunan dokumen

administratif dan teknis terkait IMB didampingi oleh tim pendamping

- 101 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

4. Permohonan IMB Pengajuan IMB dilakukan oleh masyarakat.

5. Pemeriksaan IMB Pemeriksaan dilakukan terhadap dokumen IMB dan H2M dilakukan oleh Pemda.

6. Penerbitan IMB.

Dengan adanyan IMB, maka pelaksanaan konstruksi H2M dapat dilakukan.

7. Pendataan H2M Pemda melakukan pendataan H2M telah mendapatkan IMB serta memasuki masa Konstruksi.

8. Pelaksanaan konstruksi H2M.

Pelaksanaan konstruksi sesuai dengan RKH2M dengan mengaplikasikan

metodologi konstruksi hijau.

9. Pengawasan teknis secara berkala.

Tim pendamping melakukan pengawasan teknis secara berkala untuk menjamin proses alih pengetahuan (transfer knowledge) kepada masyarakat berjalan dengan baik. Dengan cara

Tidak

Disetujui Disetujui

- 102 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

pengawasan kesesuaiaan pelaksanaan konstruksi terhadap RKH2M

10. Penilaian tahap

pelaksanaan konstruksi.

Masyarakat didampingi

Tim Pendamping melakukan penilaian mandiri (self assesment)

terhadap pelaksanaan konstruksi yang telah dilakukan. Penilaian meliputi: konservasi energi, air, dan sumber daya lainnya termasuk penggunaan material lokal.

Dengan tugas meliputi pendataan, identifikasi dan penentuan prioritas dalam implementasi hunian hijau.

11. Permohonan SLF dan sertifikasi BGH H2M

H2M yang akan dimanfaatkan harus dilengkapi dengan SLF.

Pengajuan SLF dilakukan oleh masyarakat.

12. Penilaian SLF dan sertifikasi BGH H2M

Pemeriksaan kelaikan fungsi H2M dilakukan oleh Pemda.

Pemeriksaan meliputi kesesuaian proses konstruksi dengan dokumen IMB

- 103 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

13. Penerbitan SLF dan sertifikasi BGH H2M

Dengan diterbitkannya SLF, maka H2M dapat dimanfaatkan

14. Pendataan H2M Pemda melakukan pendataan H2M telah mendapatkan SLF serta

memasuki masa pemanfaatan.

15. Memasuki Tahap Pemanfaatn

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 104 -

c. Bagan Alir Tahap Pemanfaatan Bangunan Gedung

Hijau H2M

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

1. Tahap pemanfaatan H2M.

Tahap pemanfaatan H2M meliputi kegiatan

pemeliharaan dan perawatan sesuai dengan RKH2M.

Selama pemanfaatan masyarakat berkoordinasi dengan Tim Pendamping.

2. Pencatatan kinerja. Monitoring sebagai bahan

evaluasi dilakukan secara berkala sebanyak 1 (satu) kali dalam sebulan. Kinerja H2M yang dimonitoring meliputi: konsumsi energi, konsumsi air, dan pengelolaan sampah mandiri.

Hasil monitoring disampaikan kepada pemda setiap 12 (dua belas) bulan sekali.

3. Pemantauan dan evaluasi kinerja

Pemda atau dapat diwakilkan oleh Tim

Pendamping melakukan pemantauan dan evaluasi dari hasil monitoring yang dilakukan masyarakat.

Evaluasi mencakup Kelaikan fungsi fasilitas dan kinerja hunian hijau masyarakat.

- 105 -

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

PE

MD

A

Pen

dam

pin

g

4. Pemberian advis teknis.

Pemda atau dapat diwakilkan oleh Tim Pendamping memberikan advis teknis dalam hal pemeliharaan, perawatan

ataupun inovasi yang akan dilakukan masyarakat.

5. Perubahaan atau inovasi H2M.

Inovasi yang dilakukan pada H2M dengan maksud lebih meningkatkan kinerja H2M dapat dilakukan dengan merevisi RKH2M.

6. Pendataan H2M. Pendataan H2M dilakukan sebagai bagian dari pendataan bangunan gedung.

7. Tahap Pembongkaran.

Jika terjadi perubahan atau inovasi yang membutuhkan perubahan fisik fasilitas.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

3. Pilihan

4. Lanjutan

- 106 -

d. Bagan Alir Tahap Pembongkaran Bangunan Gedung

Hijau H2M

NO PROSES/ KEGIATAN

PEMROSES

KETERANGAN

Masyara

kat

Pem

da

Pen

dam

pin

g

1. Identifikasi komponen H2M.

Identifikasi komponen yang akan dibuang, didaur ulang,

dipergunakan kembali, dan/atau dijadikan sampah konstruksi untuk penggunaan di masa mendatang.

2. Pelaksanaan pembongkaran.

Pelaksanaan pembongkaran dilakukan berdasarkan RKH2M yang didokumentasikan secara

lengkap.

Pelaksanaan pembongkaran dapat dilakukan secara swadaya masyarakat atau menggunakan penyedia jasa.

3. Pemisahan sampah konstruksi.

Pemisahan sampah konstruksi berdasarkan hasil identifikasi pada kegiatan No.1 (satu).

4. Pelaporan hasil tahap pembongkaran.

Kesesuaian pelaksanaan pembongkaran dengan RKH2M didokumentasikan dan dilaporkan kepada pemda.

5. Pendataan H2M. Dilakukan pemutakhiran data

H2M.

Keterangan:

1. Awal/ Akhir proses

2. Proses

- 107 -

D. Contoh Sertifikat dan Plakat BGH

1. Sertifikat

- 108 -

2. Plakat

DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA,

ttd.

Ir. SRI HARTOYO, Dipl. SE., ME. NIP. 195805311986031002

Plakat Pratama warna

perunggu

Plakat Utama

warna emas

Plakat Madya warna

perak