KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK ... NARTI NASIR_1_1.pdf · boron (B) dan biasa...
Transcript of KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK ... NARTI NASIR_1_1.pdf · boron (B) dan biasa...
ANALISIS KANDUNGAN BORAKS PADA BAKSO YANG DI JUAL DI ANDUONOHU KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Analis Kesehatan
OLEH :
NARTI NASIR P00341014020
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN ANALIS KESEHATAN
TINGKAT III 2017
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP PENELITI
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Narti Nasir
NIM : P00341014020
Tempat, Tanggal Lahir : Wolo, 05 Mei 1996
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
B. PENDIDIKAN
1. MADRASAH IBTIDAIYAH (MI) WOLO, Tamat Tahun 2008
2. SMP NEGERI 1 WOLO, Tamat Tahun 2011
3. MAN WOLO, Tamat Tahun 2014
4. Sejak tahun 2014 Melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan
vi
MOTTO
Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi, tidak ada langkah yang
terlalu panjang untuk dijalani dan tidak ada orang yang terlalu sulit untuk
dihadapi, ketika kita mampu menyikapi setiap peristiwa
yang terjadi dengan hati yang jernih dan kepala dingin
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah
selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap.
(Q.S Al-Insyiroh: 6-8).
Alhamdulillah... dengan Ridha-Mu Ya Allah...
Amanah ini telah selesai, sebuah langkah usai sudah, namun itu bukan akhir dari
perjalananku melainkan awal dari sebuah perjalanan.
Karya Tulis Ini Kupersembahkan Kepada
Almamaterku,
Ayahanda dan Ibunda Tercinta,
Keluargaku Tersayang,
Sahabat-Sahabatku Tersayang,
Agama, Bangsa Dan Negaraku.
vii
ABSTRAK
Narti Nasir (P00341014020). Analisis kandungan boraks pada bakso yang di jual di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara, dibimbing oleh Hj.St.Rachmi Misbah dan Satya Darmayani (xii + 3 Daftar Gambar + 7 Daftar Lampiran + 31 Halaman). Boraks merupakan senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B) dan biasa digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu dan antiseptik pada kosmetik. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan boraks pada bakso yang di jual di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian menggunakan Total sampling yang dilakukan secara Deskriptif Observasional dengan cara kualitatif yaitu menggunakan metode Sentrifugasi dan metode pengabuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 sampel bakso yang berada di Kelurahan Anduonohu Kota Kendari yang diamati terbukti bahwa tidak ada satupun bakso yang positif mengandung boraks yang dapat membahayakan kesehatan konsumen yang ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan diatas nyala api. Berdasarkan dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa semua penjual bakso yang berada di Anduonohu Kota Kendari memiliki pengetahuan dan sikap yang baik, tingkat pengetahuan dan sikap merupakan salah satu faktor penting agar tidak terjadi pencemaran bahan toksin boraks. Metode pengolahan bakso di Anduonohu Kota Kendari sudah memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan 2015,RI.No.722/ Menkes/Per/IX/ 2015 tentang pangan, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengkomsumsi bakso yang berada di Kelurahan Anduonohu Kota Kendari kerena telah terbukti bahwa bakso yang dijual tidak mengandung boraks. Kata Kunci : Boraks, bakso, metode sentrifugasi, metode pengabuan Daftar Pustaka : 35 buah (2007-2016)
viii
KATA PENGANTAR
Assalamuaalaikum Wr.Wb Alhamdulillahirobbil Alamin, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat, hidayah dan kemudahan yang selalu diberikan kepada hamba-Nya, sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Analisis kandungan boraks pada bakso yang dijual Di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara”. Penelitian ini disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III (DIII) di Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Proses penulisan karya tulis ilmiah ini telah melewati perjalanan panjang dan penulis banyak mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terima kasih kepada Hj.St Rachmi Misbah, S.Kep.,M.Kes selaku pembimbing I dan Satya Darmayani, S.Si., M.Eng selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun karya tulis ini. Ucapan terima kasih penulis juga tujukan kepada:
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari
2. Kepala Badan penelitian dan pengembangan provinsi sulawesi tenggara yang
telah memberikan izin penelitian kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Ibu Ruth Mongan, B.Sc., S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Analis
Kesehatan.
4. Kepada Bapak dan Ibu Dewan Penguji. Petrus,SKM.,M.Kes, Anita Rosanty,
SST.,M.Kes dan Reni Yunus,S.Si.,M.Sc yang telah memberikan arahan
perbaikan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan pelayanan
akademik yang diberikan selama penulis menuntut ilmu.
6. Teristimewa dan tak terhingga penulis ucapkan terima kasih kepada
Ayahanda M.Nasir dan Ibunda Nurjannah yang selama ini telah banyak
berkorban baik materi maupun non materi demi kesuksesan penulis serta
terima kasih buat saudara-saudaraku tersayang.
ix
7. Terima kasih juga kepada Seluruh teman-teman seperjuanganku mahasiswa
jurusan analis kesehatan angkatan 2014 yang dari awal kita bersama hingga
saat ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas
dukungan yang kalian berikan.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada, sehingga bentuk dan isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat untuk
menambah khasanah ilmu khususnya bagi ilmu pengetahuan dan penelitian
selanjutnya. Karya ini merupakan tugas akhir yang wajib dilewati dari masa studi
yang telah penulis tempuh, semoga menjadi awal yang baik bagi penulis Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Kendari, juli 2017
Peneliti
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ....................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... v
MOTTO .................................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Boraks ..................................................................... 6 B. Tinjauan Umum Tentang Bakso .................................................................... 11 C. Tinjauan Umum Tentang Uji Kandungan Boraks ......................................... 14
BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran ............................................................................................. 18 B. Bagan Kerangka Pikir .................................................................................... 19 C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................................... 20
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 21 B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 21 C. Populasi penelitian ......................................................................................... 21 D. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 21 E. Prosedur Kerja ............................................................................................... 22
xi
F. Jenis Data ...................................................................................................... 24 G. Analisa Data .................................................................................................. 24 H. Penyajian Data ............................................................................................... 25
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................................. 26 B. Hasil Penelitian ............................................................................................... 26 C. Pembahasan .................................................................................................... 29
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................................... 31 B. Saran ................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Boraks .......................................................................................................6
Gambar 2.2 Stuktur kimia boraks...................................................................................7
Gambar 2.3 Bakso........................................................................................................11
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Pengambilan data awal
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Jurusan Analis Kesehatan
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Politeknik Kesehatan Kendari
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7 : Lembar hasil penelitian
Lampiran 8 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pangan di Indonesia sangat kompleks mulai dari masalah
penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) yang kini tidak memperhatikan
kesehatan konsumen, pengolahan makanan yang kurang sehat, hingga masalah
kehalalan bahan pangan bagi umat beragama seperti Islam. khusus mengenai
penggunaan BTP, dengan berbagai alasan banyak ditemukan keganjilan, seperti
penggunaan bahan pewarna tekstil dalam pangan, penggunaan boraks dan
formalin, penggunaan pengawet lainnya yang tidak memenuhi standar dan sederet
permasalahan lainnya. BPOM RI (2009) mendeteksi masih banyaknya
penyalahgunaan penggunaan boraks dan formalin pada bahan pangan yang
diperoleh dari berbagai daerah di Indonesia.
Data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan bahwa
sepanjang tahun 2012, insiden keracunan akibat mengkonsumsi makanan
menduduki posisi paling tinggi yaitu 66,7% dibandingkan dengan keracunan
akibat penyebab lain misalnya obat, kosmetika dan lain-lain. Salah satu penyebab
keracunan makanan adalah adanya cemaran kimia dalam makanan tersebut seperti
boraks, formalin dan rhodamin-B, Dalam data tersebut diketahui 2,93% sampel
makanan jajanan pada anak sekolah mengandung boraks, 1,34% mengandung
formalin dan 1,02% mengandung rhodamin-B. Akumulasi bahan-bahan tersebut di
dalam tubuh dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Penyalahgunaan boraks diperoleh penyimpang sebesar 8,80% sedangkan
untuk formalin sebesar 4,89%. BPOM Padang (2012) mengungkapkan bahwa dari
4500 sampel makanan yang diuji 18 % diantaranya positif mengandung boraks.
BPOM Mataram juga menemukan adanya kandungan boraks dalam kerupuk beras
(Setiawan, 2012).
Beberapa peneliti dan akademisi juga telah mengungkapkan hal yang
senada tentang maraknya penggunaan boraks dalam pengolahan dan pengawetan
2
makanan di Indonesia. Hikmawati (2010) juga melakukan penelitian tentang studi
kandungan boraks pada makanan yang beredar di kota Medan tahun 2010, dimana
diperoleh hasil dari 12 sampel bakso 100% positif mengandung boraks, dari 30
sampel mie diperoleh 84 % positif mengandung boraks, dan dari 9 sampel lontong
diperoleh 11,1% positif mengandung boraks.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Panjaitan (2010) yang meneliti
kandungan boraks pada bakso di Kota Medan, menyimpulkan bahwa 80% dari
sampel yang diperiksa ternyata mengandung boraks (8 sampel dari 10 sampel)
dengan kadar boraks antara 0,08%-0,29%. Nurkholidah,dkk (2012) menyatakan
dari 17 pedagang bakso tusuk yang berjualan di lingkungan Sekolah Dasar di
Kecamatan Bangkinang terungkap bahwa hampir seluruh pedagang menggunakan
boraks pada produk bakso tusuk dengan kandungan tertinggi 2,32 mg/g sampel.
Namun demikian tidak semua daerah dan produsen menggunakan boraks sebagai
pengawet makanan dan pengenyal, ini dibuktikan dari hasil penelitian
Triastuti,dkk (2013) pemeriksaan kandungan boraks pada bakso yang diproduksi
di Kota Manado dengan menggunakan metode easy test boraks, terbukti tidak
mengandung boraks (Cahyadi, 2008).
Pada dasarnya ada beberapa alasan mengapa produsen makanan
menambahkan BTP dalam produk mereka. Misalnya, pengawetan akan
menjadikan makanan dapat disimpan berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
Dengan demikian sangat jelas menguntungkan para pedagang. Penggunaan BTP
ini juga berfungsi sebagai daya tarik makanan itu sendiri sehingga menambah
minat konsumen. Selain itu juga kedua bahan ini lebih mudah didapat dan
harganya yang relatif murah di bandingkan bahan pengawet yang tidak berbahaya
bagi kesehatan.
Mekanisme Boraks didalam tubuh yang dikonsumsi manusia melalui
pernafasan dan pencernaan, kemudian substansinya diserap oleh usus, untuk lebih
lanjut disimpan terus menerus secara kumulatif dalam hati, otak, ginjal, atau
3
bahkan testis, hingga akhirnya dosis toksin dari boraks semakin tinggi dalam tubuh
Pada dosis normal di bawah batas ambang maksimal.
Efek negatif toksisitas boraks pada manusia masih dapat ditoleransi seperti
nafsu makan yang menurun, gangguan sistem pencernaan, gangguan pernafasan
gangguan sistem saraf pusat ringan seperti halnya mudah bingung, anemia, serta
kerontokan pada rambut. Namun bila dosis toksin telah mencapai atau bahkan
melebihi batas maksimal maka akan mengakibatkan dampak yang fatal, mulai dari
muntah-muntah, diare, sesak nafas, kram perut dan nyeri perut bagian atas
(epigastrik), mual, lemas, pendarahan gastroentritis disertai muntah darah serta
sakit kepala yang hebat. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun
juga dapat diserap melalui kulit.
Hasil laporan harian BPOM Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016
menyatakan dari 1263 sampel makanan yang di uji, diperoleh (0.07%)
mengandung formalin, (1,10%) mengandung rhodamin-B dan (0,15%)
mengandung boraks. Untuk Kota Kendari menurut BPOM tahun 2016 dari hasil
tes uji laboratorium ditemukan adanya beberapa pengusaha makanan jajanan tahu
dan bakso yang menggunakan bahan pengawet boraks, walaupun presentase
kejadian khususnya di Kota Kendari cukup rendah, namun jika tidak diantisipasi
lebih lanjut maka akan menyebabkan faktor resiko yang cukup besar (BPOM,
2016).
Pengujian makanan yang mengandung boraks dibagi menjadi dua
macam yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Uji kuantitatif menggunakan metode
titrimetri dan uji kualitatif terdiri dari beberapa metode yaitu metode sentrifugasi,
pengabuan dan easy test boraks.
Dari hasil penelitian Rohman dan Sumantri (2007) tentang “Uji
kandungan boraks pada bakso (Studi pada warung Bakso di Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember)” yang menggunakan metode sentrifugasi dan
metode pengabuan, dimana di peroleh hasil uji terhadap 35 sampel bakso yang
diambil dari 35 warung di kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember diketahui
4
bahwa dari semua sampel bakso yang diuji ada 5 sampel yang terbukti
mengandung boraks. dimana metode ini bersifat murah, pengerjaannya tidak
begitu sulit dan waktu pengerjaan yang tidak terlalu lama. Sehingga mendorong
peneliti untuk menggunakan metode sentrifugasi dan pengabuan.
Dari beberapa kecamatan yang berada di Kota Kendari, bakso hampir ada
dijual di seluruh wilayah Kota Kendari. dari hasil survei di Anduonohu
didapatkan bakso yang dijual pada 24 warung bakso permanen, belum termasuk
yang dijual oleh pedagang kaki lima dengan rata-rata jumlah kunjungan 25 orang
dalam sehari yang memesan bakso itu sendiri.
Oleh karena penggunaan boraks sangat berbahaya maka perlu adanya
penelitian tentang Analisis kandungan boraks pada bakso yang di jual di
Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara untuk menjamin kualitas makanan
yang dikonsumsi masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah yaitu
apakah ada kandungan boraks pada bakso yang di jual di Anduonohu Kota
Kendari Sulawesi Tenggara?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kandungan boraks pada bakso yang di jual di
Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kandungan boraks pada bakso yang di jual di Anduonohu
Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode sentrifugasi.
b. Untuk mengetahui kandungan boraks pada bakso yang di jual di
Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode
pengabuan.
c. Untuk menganalisis perbedaan metode sentrifugasi dengan metode
pengabuan.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
a. Menerapkan dan memanfatkan ilmu yang telah didapat selama pendidikan.
b. Menambah wawasan serta pengalaman penulis dalam melakukan studi
penelitian.
c. Menambah pengetahuan penulis dalam mendeteksi boraks pada makanan.
2. Manfaat bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini digunakan sebagai sumber informasi untuk lebih
selektif dalam memilih makanan yang aman untuk dikomsumsi.
3. Manfaat bagi lembaga penelitian
Menambah referensi penelitian di Jurusan Analis Kesehatan sehingga
dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Boraks
1. Pengertian Boraks
Boraks adalah senyawa kimia dengan nama natrium tetrabonat, dapat
dijumpai dalam bentuk padat dan cair. Jika larut dalam air akan menjadi
natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat
merupakan anti septik dan pembunuh kuman. bahan ini banyak digunakan
untuk membuat deterjen, mengurangi kesadahan air dan bersifat antiseptic
(Rahayu, dkk 2011).
Gambar 2.1 Boraks
Penggunaan boraks dalam makanan telah diatur oleh pemerintah
dalam kadarnya yang diatur dalam undang-undang Kesehatan dan Keselamatan
Nasional yang batasnya hanya 1 gram per 1 kilogram pangan, bila lebih, itu
ilegal, pelaku akan dipajara 12 tahun bila menambahkan lebih dari 1 gram
perkilogram pangan. Namun dalam kenyataanya penggunaan boraks dalam
bahan makanan tidak ditentukan kadarnya, pembuat makanan dalam
menyampurkan boraks tidak menggunakan aturan ini melainkan hanya dengan
kira-kira (Tubagus dkk, 2013).
2. Sifat kimia boraks
Boraks bersifat basa lemah dengan pH (9,15 – 9,20). Boraks
umumnya larut dalam air, kelarutan boraks berkisar 62,5 g/L pada suhu 25°C
7
dan kelarutan boraks dalam air akan meningkat seiring dengan peningkatan
suhu air dan boraks tidak larut alam senyawa alkohol.
Sruktur Natrium tetraborat dekahidrat Na2B4O7.10H2O disajikan
pada Gambar berikut ini :
Gambar 2.2 Stuktur kimia boraks
Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa boron yang dikenal juga
dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa
Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan ditambahkan
ke dalam pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet
(Cahyadi, 2008).
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan diperoleh data bahwa
senyawa asam borat ini dipakai pada lontong agar teksturnya menjadi bagus
dan kebanyakan ditambahkan pada proses pembuatan bakso. Komposisi dan
bentuk asam borat mengandung 99,0% dan 100% H3BO3. Mempunyai bobot
molekul 61,83 dengan B = 17,50% ; H = 4,88% ; O = 77,62% berbentuk serbuk
hablur kristal transparan atau granul putih tak berwarna dan tak berbau serta
agak manis (Cahyadi, 2008).
Karakteristik boraks antara lain (Riandini, 2008):
a) Warna jelas dan bersih
b) Kilau seperti kaca
c) Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya
d) Perpecahan sempurna di satu arah
e) Warna lapisan putih
8
Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai
berikut: jarak lebur sekitar 171°C, larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air
mendidih, 5 bagian gliserol 85% dan tak larut dalam eter. Kelarutan dalam
air bertambah dengan penambahan asam klorida, asam sitrat atau asam
tetrat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan satu molekul
airnya pada suhu 100°C yang secara perlahan berubah menjadi asam
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dan garam alkalinya
bersifat basa. Satu gram asam borat larut sempurna dalam 30 bagian air,
menghasilkan larutan yang jernih dan tak berwarna. Asam borat tidak
tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida (Cahyadi, 2008).
Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur
dan tekstur makanan. contohnya bila boraks diberikan pada bakso akan
membuat bakso tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada
kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk
serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah
diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika
hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di
Laboratorium (Depkes RI, 2007).
3. Kegunaan Boraks
Boraks bisa didapatkan dalam bentuk padat atau cair (natrium
hidroksidaatau asam borat). Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat
antiseptik dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat,
misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat
pencuci mata. Selain itu boraks juga digunakan sebagai bahan solder,
pembuatan gelas, bahan pembersih/pelicin porselin, pengawet kayu dan
antiseptik kayu (Aminah dan Himawan, 2009).
Asam borat dan boraks telah lama digunakan sebagai aditif dalam
berbagai makanan. Sejak asam borat dan boraks diketahui efektif terhadap
ragi,jamur dan bakteri, sejak saat itu mulai digunakan untuk mengawetkan
9
produk makanan. Selain itu, kedua aditif ini dapat digunakan untuk
meningkatkan elastisitas dan kerenyahan makanan serta mencegah udang segar
berubah menjadi hitam.
Boraks sebagai antiseptik dan pembunuh kuman. Oleh karena itu
boraks banyak digunakan sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan untuk
bahan antiseptik pada kosmetik. Dalam industri tekstil boraks digunakan untuk
mencegah kutu, lumut, dan jamur. Boraks juga digunakan sebagai insektisida
dengan mencampurkannya dalam gula untuk membunuh semut, kecoa, dan lalat
(Sugiyatmi, 2007).
4. Pengawet Boraks pada Makanan
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan
sebagai pengawet makanan. Selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula
mengenyalkan makanan. Makanan yang sering ditambahkan boraks
diantaranya adalah bakso, lontong, mie, kerupuk dan berbagai makanan
tradisional seperti “lempeng” dan “alen-alen”. Di masyarakat daerah tertentu
boraks juga dikenal dengan sebutan garam “bleng”, “bleng” atau “pijer” dan
sering digunakan untuk mengawetkan nasi untuk dibuat makanan yang
sering disebut legendar atau gendar (Yuliarti, 2008).
Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang
berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Kerupuk
yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk,
teksturnya bagus dan renyah. Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari
pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan
memiliki bau menyengat khas formalin (Yuliarti, 2008).
5. Mekanisme boraks didalam tubuh
Boraks tidak dimetabolisme di dalam tubuh, hal ini disebabkan oleh
karena diperlukan energi yang besar (523kJ/Mol) untuk memecah ikatan antara
oksigen dengan boron. Boraks dalam bentuk asam borat tidak terdisosiasi dan
akan terdistribusi pada semua jaringan. Mekanisme toksifikasi dari boraks telah
10
diketahui berbeda dari mekanisme racun formalin pada makanan yang bila
dikonsumsi akan memberikan efek langsung pada pada kesehatan manusia,
namun boraks memiliki sifat perusak kesehatan yang berbeda. Boraks
dikonsumsi manusia, kemudian subtansinya diserap oleh usus, untuk lebih
lanjut disimpan terus-menerus secara kumulatif dalam hati, otak, ginjal, atau
bahkan testis, hingga akhirnya dosis toksin dari boraks semakin tinggi dalam
tubuh.
Pada dosis normal dibawah batas ambang maksimal, efek negatif
toksisitas boraks pada manusia dapat ditoleransi seperti nafsu makan yang
menurun, gangguan sistem pencernaan, gangguan pernafasan gangguan sistem
saraf pusat ringan seperti halnya mudah bingung, anemia, serta kerontokam
pada rambut. Namun bila dosis toksin telah mencapai atau bahkan melebihi
ambang batas maksimal akan mengakibatkna dampak yang fatal, mulai dari
muntah-muntah , diare, sesak nafas, kram perut, dan nyeru perut bagian atas (
epigastrik ), mual, lemas, pendarahan gastroensis disertai muntah serta muntah
darah serta sakit kepala yang hebat.
Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat
diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil
akan dikelurkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui
keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga
menganggu alat reproduksi pria. Tetapi boraks yang sedikit ini akan diserap
dalam tubuh konsumen secara kumulatif.
6. Dampak boraks terhadap kesehatan
Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap organ
tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Karena
kadar tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ
yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis tertinggi
yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat badan anak-
anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis
11
terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari
5 gr/kg berat badan anak-anak (Saparinto dan Hidayati, 2007).
Keracunan kronis dapat disebabkan oleh absorpsi dalam waktu lama.
Akibat yang timbul diantaranya anoreksia, berat badan turun, muntah, diare,
ruam kulit, valposia, anemia dan konvulsi. Penggunaan boraks apabila
dikonsumsi secara terus-menerus dapat mengganggu gerak pencernaan usus,
kelainan pada susunan saraf, depresi dan kekacauan mental. Dalam jumlah
serta dosis tertentu, boraks bisa mengakibatkan degradasi mental, serta
rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati dan kulit karena boraks cepat
diabsorbsi oleh saluran pernapasan dan pencernaan, kulit yang luka atau
membran mukosa (Saparinto dan Hidayati, 2007).
Menurut Medikasari (2012) hal ini terjadi selain karena kurangnya
pengetahuan para produsen juga karena harga pengawet yang khusus
digunakan untuk industri relatif lebih murah dibandingkan dengan harga
pengawet yang khusus digunakan untuk makanan maupun minuman.
B. Tinjauan Umum Tentang Bakso
1. Pengertian Bakso
Bakso adalah suatu makanan berbentuk bola-bola yang terbuat dari
tepung dan daging. Untuk menambah selera dan rasa, biasanya makanan ini
disajikan dengan tambahan kuah dan mie (Rahardian, 2014).
Gambar 2.3 Bakso
12
Bakso merupakan bahan pangan sumber protein hewani alternatif yang
relatif murah, bila dibandingkan dengan daging sapi sehingga harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat umum. Kualitas bakso ditentukan oleh daging yang
digunakan sebagai bahan baku dan kandungan daging tersebut dibandingkan
dengan patinya. Pada umumnya bakso yang bermutu tinggi, kadar patinya
rendah yaitu sekitar 15% dari total adonan. Semakin tinggi kandungan patinya
semakin rendah mutu bakso yang dihasilkan, sehingga harganya akan semakin
murah (Winarno, 2007).
Bakso mengandung energi sebesar 190 kilokalori, protein 10,3 gram,
karbohidrat 23,1 gram, lemak 6,3 gram, kalsium 35 miligram, fosfor 0
miligram, dan zat besi 6,75 miligram. Selain itu di dalam Bakso juga
terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 4
miligram. Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 250 gram
Bakso, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 % (Keju,2012).
Menurut SNI 01-3818-2008 bakso adalah produk makanan berbentuk
bulatan atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ternak (kadar daging
tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa penambahan
bahan makanan lain, serta bahan tambahan makanan yang izinkan. Syarat mutu
bakso menurut SNI yaitu bau bakso yang normal atau bau khas dari daging
yang digunakan, rasa yang gurih, warna yang normal (keabu-abuan), teksturnya
yang kenyal, tidak mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya
(Badan standarisasi nasional, 2008).
Bakso didefinisikan sebagai daging yang dihaluskan, dicampur dengan
tepung pati, lalu dibentuk bulat-bulat dengan tangan sebesar kelereng atau
lebih besar dan dimasukkan ke dalam air panas jika ingin dikonsumsi. Untuk
membuat adonan bakso, potong-potong kecil daging, kemudian cincang halus
dengan menggunakan pisau tajam atau blender. Setelah itu daging diuleni
dengan es batu atau air es (10-15% berat daging) dan garam serta bumbu
lainnya sampai menjadi adonan yang kalis dan plastis sehingga mudah
13
dibentuk. Sedikit demi sedikit ditambahkan tepung kanji agar adonan lebih
mengikat. Penambahan tepung kanji cukup 15-20% berat daging (Wibowo,
2008).
Bakso Pada makanan yang mengandung boraks, warna yang dihasilkan
saat bereaksi tergantung banyak atau tidaknya pemakaian boraks pada
makanan tersebut. Semakin banyak boraks yang dipakai maka reaksi tersebut
warnanya semakin gelap pekat (orange-merah-coklat). Bakso (Lebih kenyal
dibanding bakso tanpa boraks, Bila digigit akan kembali ke bentuk semula,
Tahan lama atau awet beberapa hari, Warnanya tampak lebih putih. Bakso
yang aman berwarna abu-abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir
maupun tengah, Bau terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul. Bila
dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel).
2. Cara penyimpanan bakso
a. Penyimpanan bakso dalam lemari es (chiller), Caranya adalah dengan
menaruh bakso ke dalam wadah tertutup atau kantong plastik, dengan
demikian bakso bisa tahan hingga 5 hari.
b. Penyimpanan bakso dalam freezer, caranya disimpan dalam kotak plastik
atau kantong plastik tebal dan tutup yang rapat. Lebih baik lagi jika bakso
ditaruh dalam wadah kedap udara, maka bakso bisa awet hingga kurang
lebih 1 bulan.
c. Jika kita ingin mengolahnya kembali, tinggal kita cuci aja bakso dengan air
hangat, baru dimasak sesuai selera.
3. Cara penyajian bakso
Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan
kuah kaldu sapi bening, dicampur mie, bihun, taoge, tahu, terkadang telur,
ditaburi bawang goreng dan seledri. Selain itu, Peralatan yang digunakan untuk
menyajikan harus terjaga kebersihannya, Makanan jadi yang siap disajikan
harus diwadahi dan disimpan dengan peralatan yang bersih, Makanan saji yang
disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada fasilitas penghangat
14
makanan dengan suhu minimal 60oC dan Penyajian dilakukan dengan perilaku
yang sehat dan perilaku yang bersih.
Jaminan terhadap keamanan pangan dalam hal ini bakso merupakan
salah satu tanggung jawab produsennya yaitu para penjual bakso itu sendiri.
Jaminan keamanan pangan ini tidak hanya ditentukan oleh proses
pembuatannya tetapi juga dipengaruhi oleh pola penyajian makanan (Fardiaz,
2007).
C. Tinjauan Umum Tentang Uji Kandungan Boraks
1. Uji Kualitatif
a. Metode Sentrifugasi
Pada metode uji kandungan boraks secara sentrifugasi ini bahan
makanan yang akan di uji dicampur dengan air panas kemudian diblender
halus dan dimasukkan dalam sentrifugasi (diputar selama 2 menit dengan
kecepatan 3000 rpm) sehingga diperoleh supernatan. Untuk mengetahui
apakah bahan makanan yang diuji tadi mengandung boraks atau tidak,
langkah selanjutnya supernatan yang terbentuk bisa diuji dengan 2 cara
yaitu:
1. Supernatan dipanaskan di atas penangas air, ditambahkan H2SO4 pekat
dan etanol, apabila dibakar nyala api berwarna hijau maka bahan
makanan tersebut mangndung boraks.
2. Supernatan ditambahkan beberapa tetes HCl 5 N kemudian disaring.
Hasil saringan ditambahkan 4 tetes Asam Oksalat jenuh dan 1 ml
kurkumin 1% yang terlarut dalam metanol. Setelah itu, diuapkan diatas
penangas air kemudian residunya ditambahkan uap amonia. Apabila uap
berwarna hijau tua kehitaman maka dapat dipastikan makanan yang diuji
mengandung boraks (Rohman dan Sumantri, 2007).
Kedua cara pengujian diatas mempunyai sifat yang sama yaitu hanya
membuktikan apakah bahan makanan yang diuji mengandung boraks atau
tidak dan tidak bisa menentukan seberapa banyak kandungan boraks yang
15
terkandung didalamnya. Dalam upaya pembuktiannya peneliti boleh
memilih salah satu diantara kedua uji tersebut atau dalam kata lain tidak
harus dilakukan kedua-duanya (Rohman dan Sumantri, 2007).
b. Metode Pengabuan
Metode uji boraks dengan pengabuan ini mempunyai langkah kerja
yang mirip dengan metode sentrifugasi. Perbedaannya hanya terletak pada
langkah awalnya. Pada metode pengabuan ini bahan makanan yang akan
diuji ditambahkan garam dapur dulu kemudian dikeringkan di dalam oven
hingga menjadi abu. Abu yang terbentuk inilah yang akan berlanjut pada
proses selanjutnya. Proses selanjutnya dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Supernatan dipanaskan di atas penangas air, ditambahkan H2SO4 pekat
dan etanol, apabila dibakar nyala api berwarna hijau maka bahan
makanan tersebut mengandung boraks.
2. Supernatan ditambahkan beberapa tetes HCl 5 N kemudian disaring.
Hasil saringan ditambahkan 4 tetes Asam Oksalat jenuh dan 1 ml
kurkumin 1% yang terlarut dalam metanol. Setelah itu, diuapkan diatas
penangas air kemudian residunya ditambahkan uap amonia. Apabila uap
berwarna hijau tua kehitaman maka dapat dipastikan makanan yang diuji
mengandung boraks.
Metode pengabuan ini juga hanya sekedar menunjukkan bahwa
bahan makanan yang diuji mengandung boraks atau tidak. Sedangkan
berapa banyak boraks yang ada di bahan makanan tersebut tidak bisa
diketahui dengan metode ini (Rohman dan Sumantri, 2007).
c. Metode Easy Test Boraks
Easy test boraks merupakan cara uji kandungan boraks secara
kualitatif pada makanan yang mempunyai prosedur paling sederhana. Alat
uji yang digunakan adalah Tes Kit Borax. Test Kit Borax (Boraks) dalam
makanan adalah alat uji cepat kualitatif untuk mendeteksi kandungan boraks
16
dalam makanan dalam waktu 10 menit dengan batas sensitivitas deteksi 100
mg/Kg (100 ppm).
2. Uji Kuantitatif
Metode Titrimetri
Metode titrimetri merupakan metode yang rumit dalam menguji
kandungan boraks dalam makanan. Namun, dengan metode ini tidak hanya
diketahui apakah makanan yang diuji positif mengandung boraks atau tidak,
tetapi juga bisa diketahui seberapa banyak boraks yang terkandung di dalam
makanan tersebut (Rohman dan Sumantri, 2007).
Titrasi merupakan salah satu metode untuk menentukan konsentrasi
suatu larutan dengan cara mereaksikan volume larutan tersebut terhadap
volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya disebut larutan baku.
Analisis titrimetri atau analisis volumetri merupakan metode yang
tahan, murah, dan mampu memberikan ketepatan (presisi) yang tinggi. Tetapi
keterbatasan dalam metode ini adalah kurang spesifik. Volumetri
dikelompokkan menjadi 4 jenis berdasarkan reaksi yang terjadi selama titrasi,
yaitu:
1. Reaksi asam-basa (asidi-alkalimetri = netralisasi)
Titrasi asam basa merupakan teknik analisis untuk menentukan
konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi yang terjadi pada titrasi asam
basa adalah reaksi antara asam dan basa atau reaksi netralisasi. Penetapan
kadar berdasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam
atau basa, baik dalam lingkungan air ataupun dalam lingkungan bebas air.
2. Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)
Dasar yang digunakan adalah perpindahan elektron, misalnya
pada permanganometri, serimetri, iodiiodometri, iodatometri, dan
bromatometri.
17
3. Reaksi pengendapan (presipitasi)
Penetapan kadar berdasarkan pada terjadinya endapan yang sukar
larut misalnya pada penetapan kadar secara argentometri.
4. Reaksi pembentukan kompleks
Dasar yang digunakan adalah terjadinya reaksi antara zat-zat
pengkompleks organik dengan ion logam menghasilkan senyawa
kompleks, misalnya pada kompleksometri. Teknik volumetri
dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan cara titrasinya, yaitu:
1. Titrasi langsung Adalah melakukan titrasi secara langsung terhadap
zat yang akan ditetapkan. Cara ini bersifat mudah, cepat, dan
sederhana.
2. Titrasi kembali
Dilakukan dengan cara penambahan titran dalam jumlah
berlebihan, kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Cara
ini memiliki kelemahan seperti sumber kesalahan semakin besar
karena menggunakan 2 titran dan juga memakan waktu yang lebih
lama.
Kelebihan dan kekurangan metode kualitatif dan kuantitatif
yaitu:
1. Metode kualitatif :
a. Kelebihan : Murah, pengerjaan tidak begitu sulit dan waktu
pengerjaan tidak terlalu lama.
b. Kekurangan : hanya mampu mengetahui ada atau tidaknya
kandungan boraks pada sampel makanan tersebut.
2. Metode kuantitatif :
a. Kelebihan : mampu mengetahui kadar boraks yang terkandung
dalam makanan tersebut.
b. Kekurangan : Mahal, pengerjaan sulit dan waktu pengerjaan
terlalu lama.
18
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B),
Boraks merupakan anti septik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak digunakan
sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada kosmetik. Asam
borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak
diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa
kimia dengan rumus Na2B4O7.10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan
stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi
natrium hidroksida dan asam borat.
Bakso adalah produk makanan berbentuk bulatan atau lain, yang
diperoleh dari campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50%) dan
pati atau serealia dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain, serta bahan
tambahan makanan yang izinkan.
Untuk menganalisis Bakso pada makanan yang mengandung boraks dapat
dilakukan dengan menggunakan metode sentrifugasi dan metode pengabuan yaitu
dengan melihat perubahan warna yang terjadi pada saat dibakar diatas nyala api,
jika bahan makanan tersebut mengandung boraks maka akan berwarna hijau dan
apabila tidak terjadi perubahan warna pada saat di bakar berarti bahan makanan
tersebut tidak mengandung boraks.
19
B. Bagan Kerangka Pikir
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Bakso
Ciri-Ciri mengandung boraks : • Lebih kenyal
dibanding bakso tanpa boraks
• Tahan lama atau awet beberapa hari
• Warnanya tampak lebih putih
• Bau terasa tidak alami
Pemeriksaan laboratorium
Uji kualitatif Uji kuantitatif
Metode : • Sentrifugasi • Pengabuan
Metode : Titrimetri
Positif (+) Mengandung boraks
jika terjadi perubahan warna
Negatif (-) Mengandung boraks
jika tidak terjadi perubahan warna
Analisis
20
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Definisi Operasional
a. Bakso adalah makanan jajanan yang terbuat daging sapi berbentuk
bulatan-bulatan kemudian direbus dan disajikan. bakso yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah bakso yang terdapat pada yang dijual
di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
b. Boraks adalah salah satu zat adiktif pada makanan yaitu zat yang
ditambahkan dan dicampurkan pada makanan dan merupakan senyawa
kimia turunan dari logam berat boron (B), Boraks merupakan anti
septik dan pembunuh kuman.
c. Untuk menguji kandungan boraks pada makanan digunakan metode
sentrifugasi dan metode pengabuan.
2. Kriteria objektif
1. Ciri-Ciri bakso yang mengandung boraks:
a. Teksturnya sangat kenyal.
b. Warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih
cenderung keputihan.
c. Lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks.
d. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula.
e. Tahan lama atau awet beberapa hari.
f. Bau terasa tidak alami.
2. Hasil yang diperoleh, jika :
a. Positif (+) : Terjadi perubahan warna hijau pada saat dibakar diatas
nyala api maka bahan makanan tersebut mengandung
boraks.
b. Negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat di bakar.
21
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah secara Deskriptif Observasional
dengan cara kualitatif yaitu menggunakan metode Sentrifugasi dan metode
pengabuan.
B. Waktu dan Tempat penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada 11 juli - 16 juli 2017.
2. Tempat Penelitian
Tempat pengambilan sampel penelitian ini yaitu bakso yang dijual di
Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara dan penelitian ini telah
dilaksanakan di Laboratorium Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari.
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua sampel bakso yang di jual
disekitar wilayah Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sampel bakso yang di jual di Anduonohu
Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Jumlah sampel diambil menggunakan metode
Total sampling yang berjumlah 24 sampel.
D. Instrument penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
ceklis.
22
E. Prosedur Kerja
1. Cara Kerja Metode Sentrifugasi
A. Pra Analitik
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Tabung Reaksi
b. Tabung sentrifuge
c. Pipet tetes
d. Lampu spritus
e. Centrifuge
f. Rak tabung
g. Gegep
h. Pipet ukur
i. Gelas kimia
j. Blender
k. Neraca analitik
l. Cawan petri
m. Sendok tanduk
2. Bahan :
a. Sampel Bakso
b. H2SO4 Pekat
c. Alkohol 70 %
d. Aquades
e. Tissue
B. Analitik
1. Masukkan bakso kedalam blender, tambahkan Aquades secukupnya
kemudian dihaluskan
2. Timbang bakso yang telah diblender kurang lebih 10 gr
3. Masukkan dalam sentrifugasi (diputar selama 5 menit dengan kecepatan
3000 rpm) sehingga diperoleh supernatan
23
4. supernatan diambil sebanyak 3 mL kemudian masukkan kedalam tabung
reaksi
5. Tambahkan H2SO4 pekat 10 tetes dan alkohol 70 % sebanyak 2 mL
6. Panaskan diatas lampu spritus, apabila nyala api berwarna hijau maka
bahan makanan tersebut mengandung boraks.
C. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :
a. Positif (+) : Terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan diatas
nyala api maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
b. Negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan
D. Dokumentasi
E. Pencatatan dan Pelaporan Hasil
2. Cara Kerja Metode Pengabuan
A. Pra Analitik
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Cawan porselin
b. Pipet tetes
c. Lampu spritus
d. Tabung reaksi
e. Rak tabung
f. Gegep
g. Neraca analitik
h. Sendok tanduk
i. Tanur
3. Bahan :
a. Sampel Bakso
b. H2SO4 Pekat
c. Alkohol 70 %
d. Tissue
24
B. Analitik
1. Timbang sampel bakso kurang lebih 10 gr
2. Masukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama 2 jam pada suhu
500oC
3. Ambil abu dan masukkan kedalam tabung reaksi
4. Tambahkan H2SO4 pekat 10 tetes dan Alkohol 70 % sebanyak 2 mL
5. Panaskan diatas lampu spritus, apabila dibakar nyala api berwarna hijau
maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
C. Pasca Analitik
Interpretasi Hasil :
a. Positif (+) : Terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan diatas
nyala api maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
b. Negatif (-) :Tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan.
D. Dokumentasi
E. Pencatatan dan Pelaporan Hasil
F. Jenis data
1. Data Primer
Data primer yaitu sampel bakso yang diambil pada bakso yang dijual
di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu Data diperoleh dari hasil penelitian terdahulu dan
dari buku-buku yang dipublikasikan kemudian dijadikan landasan teoritis dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini.
G. Analisis data
Data yang terkumpul berupa hasil analisis kandungan boraks dan analisis
dilakukan secara deskriptif yaitu hasil pemeriksaan laboratorium uji kualitatif
kandungan boraks kemudian dibuat dalam bentuk tabel dan dinarasikan, dibahas
serta diambil kesimpulan.
25
Hasil pemeriksaan tersebut diketahui apakah sampel bakso yang di jual di
Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara mengandung boraks atau tidak,
untuk menjamin kualitas makanan yang dikonsumsi masyarakat.
H. Penyajian Data
Data yang diperoleh dari hasil uji laboratorium kemudian diolah,
ditabulasikan dan di deskriptif dengan jelas.
26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Berdasarkan posisi dalam lingkup Kota Kendari, maka BWK V
Kawasan Anduonohu terletak di bagian Timur Kota Kendari dengan luas
kawasan sekitar 4900 Ha, dengan batas wilayah mencakup 5 kelurahan.
Dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo
4. Sebelah Barat berbatasan dengan sungai Wanggu, Kecamatan Baruga.
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Anduonohu Kota Kendari adalah 1037 Ha dengan
jumlah penduduk di wilayah Anduonohu pada tahun 2016 sebanyak 32.238
jiwa dengan kepadatan penduduk 33 jiwa per hektar.
Berdasarkan data pada tahun 2016 jumlah unit rumah pada kawasan
Anduonohu berjumlah 10.272 unit yang terdiri dari lingkungan perumahan
yang dibangun oleh penduduk (secara alami) maupun lingkungan perumahan
yang dibangun oleh pihak swasta dalam hal ini develover.
B. Hasil Penelitian
1. Pemeriksaan Kandungan Boraks Menggunakan Metode Sentrifugasi
Pemeriksaan kandungan boraks dilakukan uji pada 24 sampel bakso
yang dijual di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Sampel yang
diperoleh dari pedagang bakso kemudian dianalisis di Laboratorium Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari menggunakan analisa kualitatif yaitu
untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan boraks pada bakso. Pemberian
identitas pada sampel yang akan diteliti dilakukan dengan pemberian kode
sampel yaitu : pedagang 1 C (P1.C) – pedagang 24 C (P24.C).
27
Dari 24 sampel yang di analisis menggunakan metode sentrifugasi,
tidak satupun ditemukan adanya kandungan boraks pada bakso. Keadaan ini
menunjukkan bahwa pedagang bakso yang berada di Kelurahan Anduonohu
telah mengetahui bahwa boraks atau bahan makanan lainnya yang mengandung
zat aditif beracun dapat merusak organ tubuh manusia apabila dikomsumsi. Ini
sesuai dengan peraturan perundang-undangan pasal 10 No.7 Tahun 2015
tentang pangan, disebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan
untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan
pangan.
2. Pemeriksaan Kandungan Boraks Menggunakan Metode Pengabuan
Pemeriksaan kandungan boraks dilakukan uji pada 24 sampel bakso
yang dijual di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Sampel yang
diperoleh dari pedagang bakso kemudian dianalisis di Laboratorium Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari menggunakan analisa kualitatif yaitu
untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan boraks pada bakso. Pemberian
identitas pada sampel yang akan diteliti dilakukan dengan pemberian kode
sampel yaitu : pedagang 1 T (P1.T) – pedagang 24 T (P24.T).
Dari 24 sampel yang di analisis menggunakan metode pengabuan,
tidak satupun ditemukan adanya kandungan boraks pada bakso. Keadaan ini
menunjukkan bahwa pedagang bakso yang berada di Kelurahan Anduonohu
telah mengetahui bahwa boraks atau bahan makanan lainnya yang mengandung
zat aditif beracun dapat merusak organ tubuh manusia apabila dikomsumsi, ini
sesuai dengan peraturan perundang-undangan pasal 10 No.7 Tahun 2015
tentang pangan disebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan
untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan
pangan.
3. Perbedaan Metode Sentrifugasi dengan metode Pengabuan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 13 juli-16
juli 2017 di Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari
28
tentang Analisis kandungan boraks pada bakso yang dijual di Anduonohu Kota
Kendari Sulawesi Tenggara untuk mengetahui kandungan boraks pada bakso
yang dijual di Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan
menggunakan metode sentrifugasi dan metode pengabuan.
Metode sentrifugasi dan metode pengabuan merupakan metode
pengujian kualitatif yaitu untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat
boraks atau tidak. Disebut metode sentrifugasi karena sampel yang digunakan
dimasukkan kedalam sentrifus, diputar selama 5 menit dengan kecepatan 3000
rpm sehingga diperoleh supernatan dan supernatan diambil kemudian masukkan
kedalam tabung reaksi dan direaksikan dengan penambahkan larutan H2SO4
pekat dan alkohol 70 % kemudian di panaskan diatas lampu spritus, apabila
nyala api berwarna hijau maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
Sedangkan, mengapa disebut metode pengabuan karena sampel bakso
dimasukkan ke dalam tanur hingga menjadi abu selama 2 jam pada suhu 500oC
setelah itu abu diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang kemudian
direaksikan dengan penambahkan larutan H2SO4 pekat dan Alkohol 70 %
kemudian dipanaskan diatas lampu spritus, apabila dibakar nyala api berwarna
hijau maka bahan makanan tersebut mengandung boraks.
Pada dasarnya prosedur kerja antara kedua metode tersebut adalah
sama, hanya yang membedakan pada tahap awalnya saja, metode sentrifugasi
sampel bakso disentrifus terlebih dahulu sedangkan metode pengabuan
dimasukkan kedalam tanur sehingga bakso menjadi abu. Kemudian tahap
selanjutnya yaitu direaksikan dengan larutan H2SO4 pekat dan alkohol 70 %,
baik metode sentrifugasi maupun metode pengabuan.
Dari 24 sampel yang dianalisis di Laboratorium Analis Kesehatan
Poltekkes Kemenkes Kendari selama 4 hari yaitu dari tanggal 13 juli-16 juli
2017 dengan menggunakan metode sentrifugasi dan metode pengabuan
memperoleh hasil yang sama yaitu sama-sama negatif yang ditandai dengan
tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan diatas nyala api maka
29
bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks. Ini menandakan bahwa dari
tidak ada perbedaan hasil dari kedua metode tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh sampel bakso yang
berada di Kelurahan Anduonohu Kota Kendari yang diamati terbukti bahwa
tidak ada satupun bakso yang positif mengandung boraks yang dapat
membahayakan kesehatan konsumen yang artinya bakso yang diperjual belikan
di Anduonohu Kota Kendari aman untuk dikonsumsi.
C. Pembahasan
Hasil analisa kandungan boraks pada bakso yang diambil dari 24
pedagang bakso yang berbeda-beda yang tersebar di Kelurahan Anduonohu Kota
Kendari Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode sentrifugasi dan metode
pengabuan, dari hasil uji tidak ditemukan adanya kandungan boraks pada 24
sampel bakso yang ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat
dipanaskan diatas nyala api maka bahan makanan tersebut tidak mengandung
boraks, ini menandakan bahwa pedagang bakso yang berada di Kelurahan
Anduonohu Kota Kendari Sulawesi Tenggara sebagian besar dalam kategori yang
baik sehingga bakso aman untuk dikomsumsi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak satupun bakso yang dijual
di Anduonohu Kota Kendari mengandung boraks yang dapat membahayakan
kesehatan manusia. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Triastuti,dkk (2013) tentang pemeriksaan kandungan boraks pada bakso yang
diproduksi di Kota Manado dengan menggunakan metode easy test boraks yang
terbukti tidak satupun yang mengandung boraks.
Berdasarkan pasal 10 UU No.7 Tahun 2015 tentang Pangan juga
disebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan
dilarang menggunakan bahan apa pun sebagai bahan tambahan pangan yang
dinyatakan terlarang atau melampaui ambang batas maksimal yang ditetapkan. Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat wajib ikut serta dalam pengawasan terhadap
keamanan pangan mulai dari sumbernya sampai dikonsumsi oleh masyarakat.
30
Berdasarkan dari hasil analisis di atas maka dapat dikatakan bahwa semua
penjual bakso yang berada di Anduonohu Kota Kendari memiliki pengetahuan dan
sikap yang baik. Tingkat pengetahuan dan sikap merupakan salah satu faktor
penting agar tidak terjadi pencemaran bahan toksin boraks.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Lawrance Green dkk,
2007) yang menyatakan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari
beberapa faktor, salah satunya adalah faktor predisposisi (predisposing factors)
yang mencakup pengetahuan, sikap dan sebagainya.
Bakso yang dijual di Anduonohu Kota Kendari dapat bertahan lama
karena dari segi komposisi bakso dan cara perlakuannya. Dalam segi perlakuan
bakso yang dijual dapat bertahan lama karena bakso tersebut selalu dalam keadaan
hangat pada saat penjualan dan sisa dari bakso yang tidak terjual disimpan di
dalam kulkas. Dengan perlakuan tersebut bakso tersebut dapat bertahan hingga 4
hari sehingga tidak perlu adanya penambahan boraks pada bakso, dimana kita
ketahui fungsi penambahan boraks pada bakso salah satunya adalah mampu
bertahan lama hingga berhari-hari disimpan.
31
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Hasil yang diperoleh dari metode sentrifugasi pada 24 sampel yang di uji,
tidak ditemukan adanya kandungan boraks pada bakso.
2. Hasil yang diperoleh dari metode pengabuan pada 24 sampel yang di uji, tidak
ditemukan adanya kandungan boraks pada bakso.
3. Dari hasil analisis kandungan boraks dengan menggunakan metode
sentrifugasi dan metode pengabuan pada 24 sampel bakso yang berbeda-beda
yang tersebar di Kelurahan Anduonohu, sama-sama di peroleh hasil bahwa
tidak satupun bakso yang mengandung boraks.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan sebagai berikut :
1. Metode pengolahan bakso di Anduonohu Kota Kendari sudah memenuhi
syarat Peraturan Menteri Kesehatan,2015.RI No.722/Menkes/Per/IX/15
tentang pangan, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir untuk
mengkomsumsi bakso yang berada di Kelurahan Anduonohu Kota Kendari
kerena telah terbukti bahwa bakso tersebut tidak mengandung boraks
2. Diharapkan kepada pedagang bakso untuk tetap mempertahankan syarat mutu
atau kualitas bakso agar tidak terpengaruh terhadap penggunaan bahan kimia
lain yang dapat merugikan pedagang maupun masyarakat yang
mengkomsumsi.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan memperluas lokasi penelitian yang mencakup
seluruh wilayah Kota Kendari dan diharapkan juga untuk menganalisis
kandungan boraks dan formalin pada makanan lain seperti tahu, mie basah,
kerupuk, lontong dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, Himawan. 2009. Bahan-Bahan Berbahaya dalam Kehidupan. Bandung: Salamadani.
BPOM RI. Bahaya rhodamin B sebagai pewarna pada makanan. 2009. Jakarta:
BPOM RI.
Cahyadi W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Cahyadi W. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan Edisi 2
Cetakan I. Jakarta: Bumi Aksara. Fardiaz, S. 2007. Bahan Tambahan Makanan. Institut Pertanian Bogor: Bandung. Dewan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 01-3818 Bakso daging. Jakarta: Dewan
Standarisasi Nasional. Depkes R.I dan Dirjen POM. 2007. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta: DepKes RI.
DepKes.RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI No:722/Menkes/ Per/IX/2008
Tentang Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: DepKes RI. Didinkaem, 2007. Bahan beracun lain dalam makanan.Pikiran Rakyat, 26 Januari Hikmawati, S. 2010. Studi Kandungan Boraks pada makanan yang beredar di kota
Medan tahun 2010. Medan: repository. Keju, 2012. Isi Kandungan Gizi Bakso-Komposisi Bakso. Medan: Nuha Medika.
Marsito, 2012. Mengurangi kadar boraks dan formalin. Cikarang: BapelKes.
Nasir,Abdul,dkk. 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurkholidah, Ilza, M.,Zose, C. 2012. Analisis Kandungan Boraks Pada Jajanan
Bakso Tusuk Di Sekolah Dasar Di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. J. Ilmu Lingkung-an. vol 6 (2):134-145.
Padang Media.com. 2013. Boraks masih menjadi momok pada Makanan. http:// www.padangmedia.com/.../79028-Boraks-Masih-Menjadi-Momok-pada makanan.padangmedia.com.[5 April 2014].
Panjaitan, L. 2010. Pemeriksaan Dan Penetapan Kadar Boraks Dalam Bakso Di
Kota Madya Medan. Medan: USU. Panjaitan, L. 2010. Pemeriksaan dan Penetapan Kadar Boraks dalam Bakso di
Kotamadya Medan.http:// Repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/ 17273/7/Cover.pdf [18 Mei 2010].
Peraturan Menteri Kesehatan,2015. RI No. 722/Menkes/Per/IX/2015 Rahardian, D. 2014. Bakso (traditional indonesian meatball) properties with
postmortem condition and frozen stroge. Rahardiyan {Thesis}. bogor: bogor agricultural.
Rahayu,2011.Bahaya Boraks dan Formalin pada makanan. http://Rahayu.
blogspot.com/2012/04/bahaya-boraks-dan-formalin-pada makanan.html. [25 Mei 2013].
Riandini, N. 2008. Bahan Kimia dalam Makanan dan Minuman. Bandung: Shakti
Adiluhung. Rohman, A dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Bandung: Institut Teknologi
Bandung. Ruliah dan Irawati, 2008. Hausewife perception toward formalin abuse in several
food product pdf. Kendari: FKIP uhalu Saparinto, C. Hidayati, D. 2007. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius. Saparinto,C. Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius Saryono & Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Yogyakarta : Nuha Medika. Setiawan, R. 2012. Ditemukan Boraks pada kerupuk beras. Liputan 6.com.
http://news.liputan6.com/read/423154/ditemukan-boraks-dalam-kerupuk-beras. [2 April 2013].
Sugiyatmi, Sri. 2007. Analisis Faktor-Faktor Risiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks Dan Pewarna Pada Makanan Jajanan Tradisional Yang dijual Di Pasar-Pasar Kota Semarang Tahun 2007. Tesis. Semarang:Universitas Diponegoro.
Syah, D. dkk. 2007. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor:
Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Tubagus, I., Citraningtyas, G., dan Fatimawali. (2013). Identifkasi Penetapan
Kadar Boraks Dalam Bakso Jajanan Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah. Manado: Unsrat. Hal.143.
Triastuti, E., Fatimalati, & Runtuwene, M.R.J.2013. Analisis Boraks pada Tahu yang
Diproduksi di Kota Manado. Manado: Pharmacon, vol 2 (1): 69-74. Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Andi Widyaningsih, T.D. dan Murtini, ES. 2007. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana Wibowo, 2008. Pembuatan bakso ikan dan bakso daging. Jakarta : penebar swadaya. Winarno, F.G. 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta :Gramedia Pustaka Utama
DOKUMENTASI PENELITIAN
A. Pra Analitik 1. Persiapan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Lampu spritus Cawan Porselin
Sendok tanduk Pipet Tetes
Tabung reaksi Pipet Ukur
Gegep Gelas Kimia
Centrifuge Neraca Analitik
Tanur Cawan Petri
Blender Tabung sentrifuge
2. Persiapan bahan yang digunakan :
Aquades H2SO4 pekat
Alkohol 70 % Sampel Bakso
B. ANALITIK 1. Pemeriksaan Kandungan Boraks Menggunakan Metode Sentrifugasi Proses bakso diblender Proses penimbangan bakso
Sampel bakso yang telah di sentrifus, Hasil Supernatan dan siap diambil supernatannya
Penambahan H2SO4 dan Etanol 70 %
2. Pemeriksaan Kandungan Boraks Menggunakan Metode Pengabuan
Proses bakso diblender Proses penimbangan bakso
Sampel bakso yang telah Dimasukkan dalam tanur
ditimbang
Hasil abu dalam tanur hasil abu dimasukkan
kedalam tabung reaksi
Proses penambahan H2SO4 dan Alkohol 70 %
C. PASCA ANALITIK
1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Boraks Menggunakan Metode Sentrifugasi
2. Hasil Pemeriksaan Kandungan Boraks Menggunakan Metode Pengabuan
Diperoleh hasil Negatif dengan menggunakan metode sentrifugasi yang ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan diatas nyala api maka bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks.
Diperoleh hasil Negatif dengan menggunakan metode pengabuan yang ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna hijau pada saat dipanaskan diatas nyala api maka bahan makanan tersebut tidak mengandung boraks.