Proposal Narti
-
Upload
kadry-tekno -
Category
Documents
-
view
339 -
download
0
Transcript of Proposal Narti
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan
pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan adalah keterampilan
menulis. Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa
menulis kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang
mendapat respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan
ketika harus menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika
pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menggunakan
ejaan yang tepat didalam karangan.
Kemampuan dan keterampilan mengarang yang dimiliki siswa
bukanlah merupakan hasil bimbingan guru yang diberikan secara sedikit demi
sedikit dan terus menerus. Hal ini berarti bahwa kemampuan dan keterampilan
mengarang yang diharapkan dapat dimiliki dan dikuasai siswa sebagian besar
dititikberatkan pada keterampilan mengarang yang bersifat fungsional
misalnya mengarang surat.
Mengarang merupakan sarana untuk menenangkan pikiran,
mengembangkan logika, merangkai gagasan, berlatih mengeluarkan pendapat
1
2
secara sistematis dan logis, menimbang-nimbang, memadu aksi-aksi,
berfantasi, dan sebagainya. Memang dapat dikatakan di sini bahwa program
pengajaran mengarang di sekolah bukan bermaksud menyiapkan semua siswa
menjadi sastrawan, melainkan mengarang ditujukan untuk melatih ingatan
siswa tentang pola-pola kalimat yang pernah dipelajari dan akan terampil
mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosa kata yang tepat
dan sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar serta
menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam menulis yang baik.
Dalam mengarang diajarkan hal-hal yang berhubungan dengan
pelajaran bahasa, seperti menentukan topik, membuat kerangka, pilihan kata
(diksi), paragraf, kalimat, dan ejaan yang benar.
Tujuan pelajaran mengarang di sekolah sebagai berikut ini:
Terampil mencari dan menemukan gagasan, ide atau topik yang cukup
terbatas dan menarik untuk dikembangkan menjadi cerita;
Terampil mengembangkan gagasan, ide atau topik dan menyusunnya
menjadi karangan yang dapat dipertanggungjawabkan;
Terampil mengungkapkan gagasan, ide atau topik yang telah
dikembangkan dan disusun dengan bahasa yang efektif;
Untuk melatih keterampilan siswa menguraikan pengalaman yang
diterima di sekolah maupun di masyarakat dalam bahasa tulis.
Selain tujuan mengarang, siswa diarahkan dan dibekali ilmu yang
sesuai dengan daya tangkapnya, sehingga kemampuan siswa akan benar-benar
dapat diketahui dan diukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa
3
dalam menulis karangan. Pelajaran bahasa dan yang bersifat praktik. Siswa
dituntut terampil dalam menulis, membaca, mendengarkan, dan berbicara.
Mereka cenderung merasa bingung dan banyak menunggu arahan dari guru
yang bersangkutan. Hal ini disebabkan banyak siswa kurang suka menulis
atau membaca, sehinga semua pengalaman ide kreatif mereka tidak
dikembangkan.
Kesulitan yang dialami siswa dalam membuat suatu karangan terdapat
pada tata cara yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam hal ini
untuk dapat menyusun karangan yang baik dan benar diperlukan beberapa
syarat antara lain kemampuan memperoleh kata, menyusun kalimat, paragraf,
menggunakan ejaan, serta memilih tema karangan.
Mengacu dari kesulitan yang sering dialami oleh siswa mengarang
maka penulis bermaksud untuk meneliti dengan judul penelitian “Analisis
Kesulitan Mengarang Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba
Kabupaten Bulukumba.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah yang akan diteliti
adalah kesulitan siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulukumba.
membuat karangan yang berbentuk cerita (narasi). Adapun rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah, kesulitan apakah yang dialami siswa Kelas VII
SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulukumba. dalam membuat karangan cerita
(narasi)?
4
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan kesulitan siswa dalam
membuat karangan narasi siswa kelas Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba
Kab Bulukumba membuat karangan cerita (narasi).
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
1. Sebagai bahan masukan bagi guru bahasa dan sastra Indonesia khususnya di
kelas Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulumba membuat
karangan cerita (narasi).
2. Diharapkan dari hasil penelitiaan ini sebagai bahan acuan yang dapat dipakai
sebagai landasan penelitian selanjutnya dalam bidang yang sama serta
menambah wawasan peneliti khususnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Suatu penelitian yang dilaksanakan untuk membahas permasalahan
tertentu guna mencapai tujuan, tentu membutuhkan sejumlah teori yang akan
dijadikan kerangka landasan dalam penelitian. Oleh karena itu, perlu
diperjelas lebih dalam kerangka teori yang relevan dengan penelitian yang
dilaksanakan seperti pada uraian berikut:
1. Pengertian Menulis
Keterampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
tertulis untuk menyampaikan informasi tentang peristiwa yang terjadi
sehingga dengan demikian timbullah komunikasi. Dalam pengertian ini,
keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan
dengan segi penggunaan kata maupun dengan segi pemakaian kalimat.
Menulis merupakan kegiatan menyusun kata, merangkai kalimat sedemikian
rupa supaya pesan yang terkandung dapat disampaikan dengan baik. Untuk
itu, kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah gramatikal sehingga
mampu mendukung pengertian baik dalam taraf kebermaknaan maupun dalam
taraf penilaian. Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
produktif dan ekspresif. Seorang penulis haruslah terampil menggunakan
struktur bahasa dan ejaan bahasa yang tepat.
5
6
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktik menulis secara teratur. Keterampilan menulis
merupakan ciri dari orang yang memiliki tingkat intelektual yang tinggi.
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan
berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Menulis
bukanlah pekerjaan yang mudah, menulis haruslah penuh penelitiaan,
kesabaran, keuletan, serta mampu mencari dan menemukan ide, gagasan yang
dapat dituangkan kedalam tulisan.
Hawang (1982: 18), mengemukakan bahwa perbuatan menulis itu
bukanlah sekedar menuliskan kembang bahasa (lisan secara otografis), tetapi
lebih dari itu, perbuatan menulis tidak lebih daripada suatu proses pemilihan
dan pengorganisasian pengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan semua
faktor, pikiran atau ide yang diperolah secara langsung (melalui membaca dan
mendengar). Ini disebabkan karena kemampuan menulis atau mengarang
membutuhkan proses berpikir yang aktif.
Untuk mendukung keberhasilan menulis harus menguasai beberapa
kemampuan, seperti kemampuan mengungkapkan gagasan, mengungkapkan
unsur-unsur bahasa, mengungkapakan bentuk-bentuk karangan, gaya, ejaan,
dan tanda baca. Semua kemampuan tersebut harus benar-benar dipahami dan
dapat diterapkan dalam bahasa tulis.
Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja,
tidak kurang penting daripada pembaca, walaupun pembaca itu dianggap
sebagai guru dalam mendapatkan pengalaman dan teori. Latihan merupakan
syarat utama untuk mencapai kecakapan apapun. Berpengetahuan tanpa
berlatih, tidak mungkin dapat menghasilkan kecakapan yang sempurna.
7
Kekurangmampuan berbahasa khususnya dalam keterampilan menulis
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, sikap pemakaian bahasa terhadap
bahasa, kesibukan para guru bahasa, metode dan teknik yang kurang
bervariasi, kurang minat siswa terhadap pelajaran menulis, dan latihan
mengajar yang masih kurang (Tarigan, 1987).
2. Bentuk-bentuk Karangan
Karangan dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu:
1) Karangan Narasi,
2) Karangan Deskripsi,
3) Karangan Argumentasi, dan
4) Karangan Eksposisi.
Keempat jenis karangan ini terkadang amat sulit untuk dibedakan satu
sama lain, karena batasan masing-masing bentuk seringkali cukup kabur.
Adapun jenis karangan yang diuraikan yaitu karangan yang berbentuk cerita
(narasi).
Menurut Natia (1994: 1) mengarang adalah suatu proses kegiatan
pikiran seseorang yang hendak mengungkapkan buah pikiran dan perasaannya
kepada orang lain atau kepada dirinya sendiri dalam bentuk tulisan. Menurut
Akmal (2007: 2) mengarang adalah rangkaian kegiatan manusia yang
menggabungkan pengetahuan, pengalaman, tenaga, akal, dan kekayaan batin.
Menurut Arief (2007: 2) mengarang adalah proses mengemukakan pendapat.
Kegiatan yang harus dilakukan dengan sadar, berarah, dan mempunyai
8
mekanisme, serta persyaratan-persyaratan lain yang perlu diperhatikan agar
karangan berhasil dengan baik.
Mekanisme karangan meliputi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
pada tahap perencanaan karangan dan kegiatan-kegiatan pada tahap penulisan
karangan. Tahap perencanaan karangan merupakan tahap awal atau tahap
periapan dari rangkaian proses penulisan. Sedangkan tahap penulisan harus
memulai dengan topik yang cakupannya terbatas dan mudah dipahami
maksudnya bahwa topik itu tidak terlalu sempit ruang lingkupnya.
3. Definisi Narasi
“Djoko Ruwin (1996:130) mengemukakan bahwa narasi adalah wacana yang terkisah dengan menjalin beberapa rangkaian peristiwa”.
Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut
urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah memetik
hikmahnya dari cerita itu. Dengan kata lain wacana semacam ini hendak
memenuhi keinginan pembaca yang selalu bertanya-tanya. Penataan peristiwa
didasarkan oleh urutan waktu (kronologis).
“Menurut Supriyadi (dalam Munirah, 2006: 5) karangan adalah rangkaian tuturan yang manceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca”.
Menurut Fachruddin (1984: 181) narasi adalah karangan yang bersifat
subjektif. Isinya bergantung kepada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun
karangan itu bersumber dari kenyataan, misalnya biografi, namun materi cerita
dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan si pengarang. Sifat
9
subjektifitas inilah sebagai salah satu pembeda antara karangan narasi dengan
pembentuk karangan yang lain. Disamping itu, pada karangan narasi tidak
diperlukan adanya argumentasi untuk menjelaskan uraian ataupun laporan dari
suatu musyawarah.
Sebaliknya, dengan narasi kita dapat mengetahui berbagai cerita, baik
bersifat dongeng, kisah, maupun berupa fiksi dan drama.
Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang suatu peristiwa, baik peristiwa yang sungguh terjadi
maupun peristiwa yang hanya khayalan (fiksi).
b. Menggunaankan titik pandang tertentu, misalnya penulis sebagai orang
pertama jamak, atau orang ketiga diluar cerita.
c. Rangkaian peristiwa disusun menurut urutan waktu terjadinya.
Dilihat dari isi cerita, Jenis-jenis karangan narasi terbagi atas:
a. Dongeng, ialah sebuah cerita yang isinya hayal semata. Cerita yang
diceritakan tidak akan pernah terjadi. Ada tiga jenis dongeng yaitu;
1) Legenda, ialah dongeng yang isinya dihubungkan dengan keajaiban
alam tentang asal mula suatu tempat, sungai dan sebagainya.
Contohnya: terjadinya Gunung Tangkubang Perahu.
2) Sage, ialah dongeng yang isinya dihubungkan dengan kejadian yang
bersifat sejarah, tetapi pada hakikatnya hayal semata. Contohnya:
dongeng terjadinya Majapahit.
3) Mite, ialah dongeng yang dihubungkan dengan dewa-dewa atau
makhluk lain yang sifatnya dengan ketuhanan. Contohnya: dongeng
terjadinya Gempa Bumi.
10
b. Hikayat, ialah sebuah narasi yang menceritakan tentang peristiwa yang
berhubungan dengan kehidupan keratin, tetapi penuh hayal.
c. Fiksi, ialah karangan yang berdasarkan imajinasi pengarang. Jenis
karangan ini ialah roman, novel, dan cerpen.
1) Roman, ialah jenis fiksi yang menceritakan sifat dan kehidupan pelaku
dari kecil hingga pelaku itu meninggal dunia. Contohnya: Salah
Asuhan, oleh Abdul Moeis.
2) Novel, ialah jenis fiksi yang menceritakan perkembangan jiwa
pelakunya, tetapi tidak perlu dimulai dari kecil. Contoh: Belenggu,
oleh Armin Pane.
3) Cerpen, ialah jenis fiksi yang melukiskan sebagian kecil dari
kehidupan pelakunya.
d. Riwayat hidup, ialah karangan yang mengutarakan riwayat hidup
seseorang. Jenisnya yaitu ;
1) Biografi, ialah karangan yang menceritakan riwayat hidup seseorang.
Contohnya: Ayahku, oleh Hamka.
2) Autobiografi, ialah karangan yang menceritakan riwayat hidup sendiri.
Contohnya: Hikayat Abdullah, oleh Abdullah Bin Abdul Kadir
Munsyi.
e. Kisah, ialah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa atau perjalanan
seseorang dari suatu negeri ke negeri yang lain. Contoh: Melawat ke Bara,
oleh Adinegoro.
11
f. Drama, ialah cerita yang dilakonkan atau dipentaskan. Contohnya:
Sandykala Ning Majapahit, oleh Sanusi Pane.
4. Teknik Penulisan Karangan Narasi
Teknik penulisan atau cara pengisihan cerita narasi dapat dibedakan
secara umum dalam lima golongan yaitu:
a. Penulis narasi sebagai pelaku utama narator beraksi atau biasa pula
dikatakan bahwa pelaku utama menuturkan ceritanya sendiri.
b. Tokoh bawahan menuturkan cerita tokoh utama, disini penulis tidak
berlaku aktif seperti pada cara.
c. Pengarang pengamat, menuturkan ceritanya dari luar. Biasanya gambaran
hanya sampai pada hal-hal luar saja.
d. Pengarang analitik, yang menuturkan cerita tidak hanya sebagai seorang
pengamat, tetapi berusaha juga menyelam kedalam diri setiap tokoh.
e. Penulis menggunakan cara campuran antara cara (1) dan (4) yaitu satu cara
yang melaksanakan cakapan batin (interior monolog). (Ruwin, 1996: 133-
134).
Dalam memulai menulis narasi, terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu menetapkan calon pembaca tulisan narasi dan menetapkan
tujuan dari penulisan narasi tersebut. Menulis narasi untuk anak-anak akan
sangat berbeda dengan menulis narasi untuk remaja. Penetapan tujuan juga
sangat penting sebelum menulis narasi yaitu apakah tulisan tersebut
mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau mempunyai
tujuan untuk menceritakan sejarah, ataukah bertujuan untuk menghibur
12
pembaca. Dengan adanya dua penetapan ini akan memudahkan penulis dalam
menulis narasi sehingga akan menghasilkan narasi yang berkualitas.
Untuk menghasilkan tulisan narasi yang berkualitas dan bermutu,
menulis narasi adalah menulis kronologi, artinya sangat memperhatikan
dimana cerita itu terjadi dan kapan kejadiaan itu terjadi.
Ada empat hal penting dalam penulisan narasi yaitu:
a. Latar belakang,
b. Masalah,
c. Puncak masalah, dan
d. Penyelesaian.
Latar belakang adalah hal-hal yang mendasari penulisan narasi yaitu
karakter, tempat, dan waktu. Latar belakang ini akan memudahkan pembaca
dalam mengikuti alur cerita. Kemudian terdapat masalah yang akan
diselesaikan diakhir cerita. Masalah ini akan memuncak dan penuh dengan
kejadian-kejadian yang tidak terduga. Puncak masalah ini kemudian diikuti
oleh penyelesaian masalah.
Untuk menarik pembaca, dalam menulis narasi disertai dengan hal-hal
yang detail, baik karakter yang ada dalam cerita, tempat dan waktu kejadian.
Selain tiga hal di atas, pola bahasa sebaiknya juga diperhatikan. Kalimat
langsung dan tidak langsung (reported speech) sering digunakan dalam
penulisan narasi ini. Dengan pola ini, pembaca akan dibawa penulis seolah-
olah berada dalam cerita tersebut. Selain struktur kalimat diatas, kata
penghubung banyak digunakan dalam menulis narasi untuk menggambarkan
kejadian-kejadian yang terjadi. Kata penghubung yang sering digunakan
13
misalnya first, then, next, later, afterwards, dan finally. Kata-kata tersebut
adalah untuk memberikan tanda tentang kronologi cerita.
Berikut ini sepenggal contoh karangan cerita (narasi):
“Hari ini adalah hari pertama Fauzan bersekolah SMP Negeri 3 Bulukumba Ia bangun pukul 04.00 WITA, satu jam lebih awal dari biasanya. Ia segera ke kamar mandi. Salat Subuh ia lakukan tepat setelah azan selesai berkumandang. Pakaian seragam baru yang telah ia siapkan dari kemarin malam, ia pakai dengan rapi. Meskipun tak biasa, ia mencoba sarapan pagi. Tepat pukul 06.00 ia berpamitan kepada kedua orang tuanya, kemudian berangkat dengan harapan dan semangat baru.
5. Topik Karangan/Tema Karangan
Menurut arti katanya tema/topik berarti “sesuatu yang telah diuraikan”,
atau “sesuatu yang telah ditempatkan”. Kata ini berasal dari kata Yunani
Tithenai yang berarti ‘menempatkan’ atau ‘meletakkan’. Dalam kehidupan
sehari-hari kata tema sering dikacaukan pula pemakaiannya dengan istilah
topik. Kata topik juga berasal dari Yunani Topoi yang berarti tempat
(Keraf,1997: 121).
Adapun syarat-syarat topik atau tema antara lain :
a. Tema harus sempit atau terbatas,
b. Menarik perhatian,
c. Sesuai dengan kemampuan penulis,
d. Bahanya dapat diperoleh,
e. Dikenal dan diketahui dengan baik.
Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman,
pendapat/penalaran, pengamatan penyelidikan terhadap sesuatu baik yang
akan dilakukan sendiri di lapangan maupun melalui buku -buku dan karangan-
14
karangan lainnya. Selain itu, imajinatif (daya khayal) dapat dijadikan sumber
bahan penulisan. Namun, topik-topik yang di pilih untuk karangan ilmiah
banyak bersumber pada pengalaman, pendapat/penalaran, pengalaman, dan
penyelidikan.
a. Pemilihan Topik
Masalah pertama yang dihadapi penulis untuk merumuskan tema
sebuah karangan adalah topik atau pokok pembicaran. Penetapan topik
sebelum mulai menggarap suatu tema merupakan suatu keahlian. Topik
mana yang akan dipergunakan dalam sebuah karangan agaknya bukan
merupakan persoalan.
Semua pokok persoalan tersebut dapat dijadikan topik karangan
dengan mempergunakan salah satu bentuk cerita yaitu narasi.
b. Pembatasan Topik
Pembatasan topik memungkinkan penulis untuk menulis dengan
penuh keyakinan dan kepercayaan karena pokok itu benar diketahuinya.
Cara membatasi sebuah topik dilakukan dengan menggunakan cara
berikut:
1) Tetapkanlah topik yang ingin digarap dalam suatu kedudukan sentral.
2) Mengajukan pertanyaan apakah topik yang berada dalam kedudukan
sentral itu masih dapat diperinci lebih lanjut.
3) Menetapkan perincian yang akan dipilih.
15
4) Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih perlu diperinci lebih
lanjut.
c. Tema yang Baik
Sebuah tema hanya akan dinilai setinggi-tingginya bila telah
dikembangkan secara jujur dan segar, digarap secara terpenuhi dan jelas.
Sehingga dapat menambah informasi yang berharga bagi perbendaharaan
pengetahuan pembaca.
Karangan yang sudah siap sepenuhnya tergantung pula dari tema
yang telah digariskan, baik yang berbentuk tesis, pengungkapan maksud,
maupun perincian dalam bentuk kerangka karangan. Sebab itu untuk
menyusun sebuah karangan, harus memperhatikan bahwa tema yang
disusunnya merupakan sebuah tema yang baik, yang berbentuk kalimat
maupun berbentuk alinea.
Selain dari sifat tersebut, dan ketetapan perumusan, maka beberapa
syarat lainnya perlu diperhatikan untuk menyusun sebuah tema yang baik
(Keraf, 1997: 138). Syarat-syarat tersebut sebagai berikut:
1) Kejelasan
2) Kesatuan
3) Perkembangan
4) Keaslian, dan
5) Judul yang cocok
16
d. Judul Karangan
Judul karangan adalah nama suatu karangan. Judul karangan tidak
selalu ditentukan sebelum memulai menulis, ada kalangan judul
ditentukan setelah karangan selesai ditulis seluruhnya. Judul bisa hanya
satu kata, kalimat pendek, atau berbentuk kalimat.
Hal-hal yang dipertimbangkan didalam pemilihan judul karangan,
antara lain:
1) Relevan,
2) Singkat,
3) Menarik, dan
4) Jelas
Dari rangkaian kegiatan perencanaan karangan ialah menentukan/
merumuskan judul yang cocok dan sering dikacaukan dengan pengertian
topik atau pokok pembicaraan.
Topik dan judul berbeda, topik adalah pokok pembicaraan atau
pokok masalah yang dibahas dalam karangan, sedangkan judul ialah
kepala atau nama sebuah karangan. Topik harus ditentukan sebelum
penulis memulai menulis, sedangkan judul tidak selalu demikian dapat
atau ditentukan setelah karangan selesai.
e. Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-
garis besar dari suatu karangan yang akan digarap. Sebuah kerangka
karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok
17
suatu topik harus dirinci dan dikembangkan. Kerangka karangan
menjamin suatu penyusunan karangan yang logis dan teratur, serta
memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari
gagasan-gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh
diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat
mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang
semakin lebih sempurna.
Menurut Natia (1994: 5), kerangka karangan adalah bagan
karangan yang memuat garis besar pokok pikiran. Menurut Keraf (1997:
149) karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar
dari suatu karangan yang akan digarap.
1) Manfaat Kerangka Karangan
Kerangka karangan, sehingga penulis dapat menghindari
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu dilakukan kerangka karangan
(outline) dapat membantu penulis dalam hal-hal seperti berikut ini:
a) Untuk menyusun kerangka secara teratur.
b) Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
c) Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
d) Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
e) Bila seorang pembaca tidak menghadapi karangan yang telah siap.
2) Penyusunan Kerangka Karangan
Suatu kerangka karangan yang baik tidak sekali dibuat. Penulis
selalu akan berusaha menyempurnakan bentuk yang pertama, sehingga
18
dapat diperoleh bentuk yang lebih baik, demikian seterusnya. Untuk
dapat dikemukakan beberapa langkah yang perlu diikuti oleh penulis
yang sudah mahir. Seorang penulis yang sudah biasa dengan tulisan-
tulisan yang kompleks akan dapat mudah menyusun suatu kerangka
karangan yang baik. Namun, bagi penulis yang baru mulai,
memerlukan beberapa tuntutan.
Langkah-langkah sebagai tuntutan yang harus diikuti sebagai
berikut:
a) Rumuskan tema yang jelas berdasarkan topik dan tujuan yang akan
dicapai melalui topik. Tema dirumuskan haruslah berbentuk tesis
atau pengungkapan maksud.
b) Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap
sebagai perincian dari tesis atau pengungkapan maksud.
c) Mengadakan evaluasi.
3) Tipe Susunan Kerangka Karangan
Tipe susunan kerangka karangan yang dikembangkan
berdasarkan jalan pikiran penulis adalah:
a) Urutan waktu (kronologis)
b) Urutan ruang (spasial)
c) Urutan klimaks atau antiklimaks
d) Urutan kausal
e) Urutan umum-sebab dan khusus-umum
f) Urutan familiaritas
19
g) Perbandingan dan pertentangan
h) Urutan pemecahan masalah, dan
i) Akseptabilitas
4) Macam-macam Kerangka Karangan
Kerangka karangan dapat dibedakan atas; kerangka karangan
yang berdasarkan sifat perinciannya, dan berdasarkan perumusan teks.
a) Berdasarkan perincian
Berdasarkan perincian yang dilakukan pada suatu kerangka
karangan, maka dapat dibedakan atas kerangka karangan sementara
(non formal) dan kerangka karangan formal.
b) Berdasarkan perumusan teksnya
Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit
sebuah kerangka karangan, maka dapat dibedakan kerangka
karangan atas kerangka topik dan kerangka kalimat.
5) Syarat-syarat Kerangka Karangan Yang Baik
Menurut Keraf (1997: 173) terlepas dari besar kecilnya
kerangka karangan yang dibuat, tiap kerangka karangan yang dibuat,
tiap kerangka yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan
berikut:
a) Tesis atau pengungkapan maksud harus jelas
Tesis menerapkan tema dari karangan yang akan dibuat.
20
b) Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu
gagasan
Tiap unit tidak boleh dirumuskan dalam dua kalimat, atau
kalimat majemuk setara atau kalimat majemuk berangkat atau
dalam frase koordinat.
c) Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis
Topik-topik bawahan harus mempunyai hubungan dengan
topik atasannya. Tiap topik bawahan harus secara langsung dan
logis menunjang atau memperkuat topik atasannya.
d) Harus mempergunakan pasangan simbol yang konsisten
Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua
hal, yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan
dan urutan unit-unitnya.
6) Mengembangkan Kerangka Karangan
Sesudah menyusun kerangka karangan, langkah berikutnya ialah
mengembangkan kerangka karangan atau penulisan karangan yang
sebenarnya.
Agar pembaca tertarik untuk membaca seluruh karangan, maka
selain perlu judul karangan yang baik dan menarik, juga kalimat-
kalimat dalam paragraf pertama itu sudah segera memikat dan
menggairahkan pembaca untuk membaca seterusnya.
a) Kalimat permulaan
21
Kalimat permulaan dapat diumpamakan anak kunci untuk
membuka karangan. Kalimat merupakan kontak yang mula-mula
sekali antara pembaca dengan penulis.
b) Paragraf pertama
Paragraf pertama dalam karangan sangat besar fungsinya.
Paragraf pertama mempunyai peranan sebagai perkenalan bagi
seluruh karangan.
c) Mengakhiri/menutup karangan
Bila yang kita tulis sebuah cerita, paragraf terakhir merupakan
klimaks atau puncak dari cerita.
f. Diksi (Pilihan Kata)
Menurut Arifin dan Fasai (2006: 29) diksi adalah pilihan kata yang
merupakan satu unsur yang sangat penting baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Menurut Kridalaksana (1984: 44) diksi adalah pilihan kata dan
kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan
umum atau dalam karang-mengarang.
Beberapa konsep atau pengertian yang hanya menunjukkan tingkat
perbedaan yang kecil dinyatakan dengan kata tertentu. Maka ketepatan
pemilihan kata (diksi) dan pemetaan kata menimbulkan kejanggalan yang
segera terasa oleh setiap pendengar atau pembaca.
22
g. Pembentukan Paragraf
Sebuah paragraf dapat terdiri atas sebuah kalimat atau lebih,
namun tidak satupun dari kalimat-kalimat tersebut membahas masalah
lain, semuanya membahas satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian
erat dengan masalah tersebut.
Paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung satu tema dan
perkembangannya, Kridalaksana (1984: 154).
Membuat karangan ada dua macam cara penulisan paragraf, yaitu:
a) Cara tekuk, yaitu awal paragraf dengan menuliskan huruf awal kalimat
pertama menjorok ke tengah.
b) Cara lurus, awal paragraf lurus sama dengan garis pinggir. Biasanya
jrak spasi lebih lebar dari spasi biasa.
Menurut Arifin dan Tasai (2006: 132) ada beberapa macam
paragraf, yaitu:
a) Paragraf pembuka
b) Paragraf pengembang
c) Paragraf penutup
h. Kalimat Efektif dalam Karangan
Menurut Keraf (1997: 38) kalimat adalah suatu bentuk bahasa yang
menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara
keseluruhan untuk dikomunikasikan oleh orang lain. Menurut Arief (2007:
23
14) kalimat adalah susunan kata atau kelompok yang teratur dan
mengandung maksud atau pikiran yang jelas.
Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau
pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis.
Menurut Arifin dan Tasai (2006: 99) kalimat efektif dalam
karangan ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kesepadanan
Yang dimaksud kesepadanan di sini adalah keseimbangan antara
pikiran dan struktur bahasa yang dipakai.
b) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam kalimat.
c) Ketegasan
Yang dimaksud ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat.
i. Ejaan
Menurut Arifin, ejaan adalah keseluruhan peraturan
melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu
(penulisan dan penggabungan dalam satu bahasa). Secara teknik, yang
dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan
penulisan tanda baca.
24
Pengaturan ejaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:
250), adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata,
kalimat, dsb) dibentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.
Sejalan dengan pengertian di atas, Ruwin (1995: 30)
mengemukakan bahwa ejaan adalah perlambangan fonem huruf. Sistem
ejaan suatu bahasa ditetapkan sebagaimana fonem-fonem dalam bahasa
yang bersangkutan itu dilambangkan. Lambang fonem sering dinamakan
huruf dan satu huruf disebut abjad.
j. Tanda Baca
Tanda baca adalah karangan selalu berupa bahasa yang tertulis.
Bahasa tulis tidak sama dengan bahasa lisan. Banyak alat-alat bahasa
seperti lagu, jeda, nada, dengan bahasa tulis. Jadi, tanda baca itu
merupakan alat bantu untuk menjelaskan maksud penuturan.
1) Tanda titik (.)
2) Tanda koma (,)
3) Tanda titik koma (;)
4) Tanda ellipsis (…)
5) Tanda tanya (?)
6) Tanda seru (!)
7) Tanda kurung ( ( ) )
8) Tanda petik (“…”)
9) Tanda titik dua (:)
25
k. Penulisan Kata
Beberapa hal penulisan kata menurut Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD), adalah:
1) Bentuk dasar atau gabungan kata, awalan dan akhiran
2) Penulisan kata majemuk termasuk istilah-istilah khusus
3) Kata depan di dan ke ditulis terpisah kecuali kepada
B. Kerangka Pikir
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa dalam mengarang bukan
hanya kemampuan merangkaikan kata-kata dan kalimat yamg perlu dikuasai,
tapi lebih jauh daripada itu harus menyesuaikan bentuk karangan dengan
isinya. Dengan kata lain, seorang pengarang harus menguasai suatu bentuk
dan isi karangan yang akan disampaikan pada pembaca atau pendengar.
“Menurut Supriyadi (dalam Munirah, 2006: 5) karangan adalah
rangkaian tuturan yang manceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian
melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan
pendengar atau pembaca”.
Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut
urutan terjadinya, dengan maksud memberi arti kepada sebuah memetik
hikmahnya dari cerita itu. Dengan kata lain wacana semacam ini hendak
memenuhi keinginan pembaca yang selalu bertanya-tanya. Penataan peristiwa
didasarkan oleh urutan waktu (kronologis).
26
Sebaliknya, dengan narasi kita dapat mengetahui berbagai cerita, baik
bersifat dongeng, kisah, maupun berupa fiksi dan drama.
Dalam memulai menulis narasi, terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan, yaitu menetapkan calon pembaca tulisan narasi dan menetapkan
tujuan dari penulisan narasi tersebut. Menulis narasi untuk anak-anak akan
sangat berbeda dengan menulis narasi untuk remaja. Penetapan tujuan juga
sangat penting sebelum menulis narasi yaitu apakah tulisan tersebut
mempunyai tujuan menceritakan kehidupan sehari-hari, atau mempunyai
tujuan untuk menceritakan sejarah, ataukah bertujuan untuk menghibur
pembaca. Dengan adanya dua penetapan ini akan memudahkan penulis dalam
menulis narasi sehingga akan menghasilkan narasi yang berkualitas.
Selanjutnya, yang perlu diketahui dalam menulis narasi ada beberapa
langkah yang harus ditempuh, yaitu judul karangan, topik karangan, kerangka
karangan, diksi (pilihan kata), paragraf, kalimat dan ejaan.
Untuk lebih jelasnya, kerangka yang dijadikan sebagai acuan kerangka
berpikir di dalam menganalisis kesulitan mengarang cerita narasi pada
penelitian ini:
27
Bagan Kerangka Pikir
Mengarang
Karangan Narasi
Wujud Kesulitan Mengarang Narasi
kalimat ejaanKerangka Karangan
paragrafDiksi (pilihankata)
Judul
KaranganTopik
Karangan
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah kesulitan
mengarang Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab. Bulukumba
Kab Bulukumba.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan gambaran singkat dari penelitian.
Desain penelitian adalah rancangan penelitian dari perumusan masalah
sampai akhir yang diperoleh.
Penulis menempuh beberapa tahap penelitian untuk memperoleh
hasil yang maksimal.Tahap yang ditempuh penulis adalah melakukan
observasi atau pengamatan terhadap objek. Kemudian melakukan studi
kepustakaan dengan bertujuan mengungkapkan latar belakang penelitian
serta mengidentifikasi pokok permasalahan yang menjadi ruang lingkup
penelitian, dan merumuskan masalah untuk memperjelas sasaran atau
tujuan, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini.
Tahap selanjutnya adalah peneliti mengadakan penyelidikan
terhadap variabel yang telah dikemukakan. Kemudian mengumpulkan
beberapa teori melalui studi pustaka dengan cara mengamati dan mencatat 28
29
teori-teori tersebut, memberikan definisi terhadap variabel yang
telah ditentukan. Tahap berikutnya menentukan metode penelitian yaitu
metode analisis deskriptif. Metode tersebut digunakan untuk memberikan
gambaran atau cerita tentang kesulitan Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Bulukumba Kab Bulukumba. membuat karangan yang berbentuk karangan
Narasi.
Dalam menerapkan metode tersebut, penulis menerapkan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Instrumen Penelitian
Bentuk instrumen atau alat ukur yang digunakan adalah bentuk
tugas tertulis. Bentuk tertulis yang dimaksud adalah pemberian tugas
secara tertulis kepada siswa yaitu membuat karangan berbentuk cerita
(narasi).
b. Cara Penilaian
Cara penilaian adalah penilaian kuantitatif. Dengan cara ini hasil
yang dicapai oleh siswa sampel disajikan dalam bentuk bilangan yang
mempunyai rentangan nilai 1-10.
c. Standar Penilaian
Sejalan dengan prinsip belajar tuntas dalam penelitian ini
digunakan standar penilaian mutlak, dengan krateria ketuntasan
maksimal (KKM) yaitu siswa sample harus mendapat nilai 6,8 ke atas
sebanyak 85% (KTSP). Dalam hal ini akan dipusatkan pada kesulitan
siswa kelas VII dalam membuat karangan narasi.
30
d. Analisis Penilaian
Analisis penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat kesulitan
siswa kelas VII secara perorangan. Kita harus menafsirkan dan
menarik suatu kesimpulan dari suatu hasil tes. Skor mentah yang
diperoleh dari hasil tes tidak banyak artinya tanpa diolah lebih lanjut
Cara yang digunakan untuk memperoleh skor mentah adalah
mengubah skor mentah menjadi nilai dengan berpedoman pada
label penilaian.
e. Pengolahan Hasil Tes
Penelitian ini ditetapkan cara pengolahan nilai hasil
tugas dengan mengubah skor mentah menjadi nilai akhir dengan cara
sebagai berikut :
1) Karangan yang dibuat siswa maksimal 6 paragraf. Karangan
yang menggunakan judul yang baik diberi skor 5, topik yang sesuai
dengan judul diberi skor 10, kerangka karangan yang sesuai
dengan urutan dalam karangan diberi skor 5, pilihan kata yang
tepat dengan karangan diberi skor 10, kalimat yang efektif diberi
skor 10, ejaan yang sesuai dengan EYD diberi skor 10, paragraf
yang beraturan diberi skor 10. Jadi, skor maksimun tes itu adalah 6
x 10 = 60.
2) Apabila skor siswa tersebut ditafsirkan menjadi nilai standar 1-10
maka memperoleh nilai dengan rumus:
31
B. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah kesulitan
mengarang dalam bentuk karangan narasi siswa kelas VII yaitu kesulitan
dalam menentukan judul karangan, topik/tema karangan, kerangka karangan,
pilihan kata, kalimat yang tidak efektif, ejaan yang terdiri tanda titik, tanda
koma, huruf kapital, huruf miring, tanda titik koma, dan paragraf.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
populasi.
Populasi penelitian adalah semua individu yang menjadi subjek
penelitian, (Arikunto 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini sejumlah
individu pada objek penelitian, yang dijadikan populasi adalah Siswa
Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulukumba. yang jumlahnya
214 siswa dengan perincian 108 Perempuan dan 106 siswa Laki-laki.
32
Tabel 1
Populasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab. Bulukumba.
No. Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah
1. VII.A 19 13 32
2. VII,B 16 15 31
3. VII.C 9 23 32
4. VII. D 16 14 30
5. VII.E 23 9 32
6. VII.F 14 16 30
7 VII G 11 16 27
Jumlah108 106 214
Sumber : Daftar hadir Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba Kab Bulukumba. tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Sampel
Berdasarkan pada tiori penarikan sampel yang dikemukakan.
Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa: “Apabila jumlah populasi
kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya sebagai sampel.
Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20 – 25%
atau berapa saja, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari besar
kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti”.
33
Dengan mengacu pada pendapat tersebut diatas, dengan jumlah
populasi sebanyak 7 kelas, maka penulis hanya mengambil 62 siswa untuk
dijadikan randong sampel penelitian yaitu kelas VII.A dan kelas VII.D
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah memberikan tugas membuat karangan
Narasi kepada siswa Kelas VII.1 dan Kelas VII.4 SMP Negeri 3 Bulukumba
Kab. Bulukumba.
Setelah siswa sampel mengarang, peneliti mengumpul dan memeriksa
kesalahan yang terdapat dalam karangan tersebut untuk mengidentifikasi
kesulitan mengarang siswa. Semakin banyak kesalahan yang dilakukan siswa
semakin besar pula tingkat kesulitannya.
Adapun yang akan dinilai peneliti adalah sebagai berikut ini :
1. Unsur-unsur karangan yang dinilai
1. Judul karangan
2. Pilihan kata (Diksi)
3. Kalimat
4. Ejaan
a. Tanda titik
b. Tanda koma
c. Tanda titik koma
d. Huruf capital
5. Isi karangan
34
2. Skor keseluruhan (skor maksimal) adalah 50 yaitu karangan yang
dibuat siswa harus memuat minimal 5 paragraf. Karangan yang
menggunakan judul yang baik diberi skor 10, pilihan kata yang tepat
dengan karangan diberi skor 10, kalimat yang efektif diberi skor 10, ejaan
yang sesuai dengan EYD diberi skor 10, Isi karangan yang sesuai dengan
jumlah paragrap yang ditentukan diberi Skor 10. Jadi skor maksimun tes itu
adalah 5 x10=50.
Tabel 2
Teknik Pemberian Skor karangan Siswa.
NO Aspek yang dinilai Rentang Skor
1
2
3
4
5
Judul
Diksi (Pilihan kata)
Penggunaan kalimat
Penggunaan Ejaan
Isi Karangan
1 --- 10
1 --- 10
1 --- 10
1 --- 10
1 --- 10
Jumlah Skor Maksimal 50
3. Untuk menentukan nilai akhir yang diperoleh siswa sample, peneliti
menggunakan rumus sebagai berikut :
N =
Keterangan :
N = Nilai.
35
4. Teknik Analisis Data
a.Teknik persentase
Data penelitian yang telah dinilai dengan teknik persentase. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui persentase siswa.
Untuk memberikan nilai terhadap tugas setiap siswa, dilakukan
dengan jalan menggunakan rumus :
N =
Keterangan N = Nilai
36
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Pada bagian analisis data, penulis akan menguraikan data penelitian
yang diperolh dalam pengumpulan data. Data penelitian yang akan diuraikan
penulis sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya.
Masalah yang menjadi fokus perhatian adalah kesulitan apakah yang dialami
siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba dalam membuat karangan cerita
(narasi). Adapun data yang ditemukan dalam dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
Tabel 3
Hasil perolehan dan nilai sampel dalam membuat karangan narasi
No. Kode Sampel Skor Penilaian Nilai
1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
001
002
003
004
005
006
007
008
009
010
30
32
34
41
40
45
37
43
45
23
6,0
6,4
6,8
8,2
8.0
9,0
7,4
8,6
9,0
4,6
37
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
011
012
013
014
015
016
017
018
019
020
021
022
023
024
025
026
027
028
029
030
031
032
033
034
035
036
037
038
039
040
041
25
22
41
30
31
32
34
36
34
22
35
26
24
27
21
31
35
34
36
40
29
37
24
32
21
32
27
28
30
34
38
5,0
4,4
8,2
6,0
6,2
6,4
6,8
7,2
6,8
4,4
7,0
5,2
4,8
5,4
4,2
6,2
7,0
6,8
7,2
8,0
5,8
7,4
4,8
6,4
4,2
6,4
5,4
5,6
6,0
6,8
7,6
38
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
042
043
044
045
046
047
048
049
050
051
052
053
054
055
056
057
058
059
060
061
062
25
24
26
25
23
21
31
44
43
43
27
25
27
23
22
22
28
29
31
26
37
5,0
4,8
5,2
5,0
4,6
4,2
6,2
8,8
8,6
8,6
5,4
5,0
5,4
4,6
4,4
4,4
5,6
5.8
6,2
5,2
7,4
Sumber: Hasil Pengumpulan Data Siswa Sampel
Dari table 3 di atas tampak dengan jelas hasil perolehan skor dari siswa
yang mnjadi sample penelitian. Hasil perolehan skor pada siswa sample tersebut
secara tidak langsung menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mengarang
narasi. Variasi perolehan skor pada table 3 diatas mengidentifikasi variasi tingkat
kesulitan siswa dalam membuat suatu karangan narasi pada siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Bulukuba.
39
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini akan diuraikan peringkat hasi
tes siswa sample berdasarkan skor yang dicapai. Uraian hasil tes tersebut,
dilakukan untuk mengetahui tinkat kesulitan siswa dalam membuat karangan
cerita (narasi) selain itu dapat diketahui skor tertinggi yang dicapai siswa sample
sehingga degan muda dapat dilihat kesulitan yang dialami siswa dalam membuat
karangan narasi.
Tabel 4
Peringkat hasil tes siswa sample dalam membuat Karangan Narasi
No. Kode Sampel Skor Penilaian Nilai
1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
006
009
049
008
050
051
004
013
005
030
041
007
032
062
018
029
021
45
45
44
43
43
43
41
41
40
40
38
37
37
37
36
36
35
9,0
9,0
8,8
8,6
8,6
8,6
8,2
8,2
8,0
8,0
7,6
7,4
7,4
7,4
7,2
7,2
7,0
40
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
027
003
017
019
028
040
002
016
034
036
015
026
048
060
001
014
039
031
059
038
058
024
037
052
054
022
044
061
011
042
045
35
34
34
34
34
34
32
32
32
32
31
31
31
31
30
30
30
29
29
28
28
27
27
27
27
26
26
26
25
25
25
7,0
6,8
6,8
6,8
6,8
6,8
6,4
6,4
6,4
6,4
6,2
6,2
6,2
6,2
6,0
6,0
6,0
5,8
5,8
5,6
5,6
5,4
5,4
5,4
5,4
5,2
5,2
5,2
5,0
5,0
5,0
41
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
053
023
033
043
010
046
055
012
020
056
057
025
035
047
25
24
24
24
23
23
23
22
22
22
22
21
21
21
5,0
4,8
4,8
4,8
4,6
4,6
4,6
4,4
4,4
4,4
4,4
4,2
4,2
4,2
JUMLAH 388,8
SRATA-RATA NILAI 6,27
umber: Hasil perolehan skor nilai siswa sample
Dari uraian data pada table 4 di atas tampak dengan jelas peringkat hasil
tes siswa sample dalam membuat karangan narasi, terlihat skor tertinggi yang
diperoleh siswa 45 dengan memperoleh nilai 9,0; sedangkan Nilai terendah yang
diperoleh sisiwa sample adalah 21 dengan perolehan nilai 4,2. Hal tersebut secara
tidak langsung menunjukkan kesulitan yang dialami siswa dalam membuat suatu
karangan narasi. Dari skor terendah siswa yaitu 21 dengan nilai 4,2
memperhatikan bahwa diantara siswa sample tersebut masi terdapat siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam membuat karangan narasidi bawah rata-rata.
B. Pembahasan
42
Berdasarkan skor dan nilai tes kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba yang
membuat karangan narasi dapat diketahui distribusi frekwensi kesulitan dan
kemampuan mereka. Distribusi kesulitan dan kemampuan siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Bulukumba membuat karangan narasi akan disajikan pada table 5
berikut ini
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Skor dan Nilai Sampel membuat karangan narasi
SKOR NILAI FREKUENSI PERSENTASE
1 2 3 4
45
44
43
41
40
38
37
36
35
34
32
31
30
29
28
27
26
25
9,0
8,8
8,6
8,2
8,0
7,6
7,4
7,2
7,0
6,8
6,4
6,2
6,0
5,8
5,6
5,4
5,2
5,0
2
1
3
2
2
1
3
2
2
5
4
4
3
2
2
4
3
4
3,22
1,61
4,83
3,22
3,22
1,61
4,83
3,22
3,22
8,06
6,45
6,45
4,83
3,22
3,22
6,45
4,83
6,45
43
24
23
22
21
4,8
4,6
4,4
4,2
3
3
4
3
4,83
4,83
6,45
4,83
JUMLAH 62 1OO
Sumber: Hasil Peringka Hasil Tes Siswa Sampel
Dari uraian tabel 5 di atas dapat diketahui dengan jelas distribusi
frekwensi skor dan nilai siswa sample dalam membuat karangan Narasi,
berdasarkan table 5 menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 45 dengan nilai 9
sebanyak 2 orang siswa, dengan presentase 3,22%, skor 44 dengan nilai 8,8
sebnyak 1 orang siswa presentase 1,61%, skor 43 dengan nilai 8,6 sebanyak 3
orang siswa , presentase 4,83% skor 41 dengan nilai 8,2 sebanyak 2 orang siswa
presentase 3,22%, skor 40 dengan nilai 8,0 sebanyak 2 orang siswa presentase
3,22 %, skor 38 dengan nilai 7,6 sebanyak 1 orang siswa presentase 1,61%, skor
37 dengan nilai 7, 4 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor 36 dengan
nilai 7, 2 sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 35 dengan nilai 7, 0
sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 34 dengan nilai 6,8 sebanyak 5
orang siswa presentase 8,06 %, skor 32 dengan nilai 6,4 sebanyak 4 orang siswa
presentase 6,45 %, skor 31 dengan nilai 6,2 sebanyak 4 orang siswa presentase
8,45 skor 30 dengan nilai 6,0 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor 29
dengan nilai 5,8 sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 28 dengan nilai
5,6 sebanyak 2 orang siswa presentase 3,22 %, skor 27 dengan nilai 5,4 sebanyak
4 orang siswa presentase 6,45 %, skor 26 dengan nilai 5,2 sebanyak 3 orang siswa
presentase 4,83 %, skor 25 dengan nilai 5,0 sebanyak 4 orang siswa presentase
44
8,45 %, skor 24 dengan nilai 4,8 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor
23 dengan nilai 4,6 sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83 %, skor 22 dengan
nilai 4,4 sebanyak 4 orang siswa presentase 8,45 %, dan skor 21 dengan nilai 4,2
sebanyak 3 orang siswa presentase 4,83%;
Tabel 6
Hasil yang dicapai Siswa sample
Standar kemampuan dan kesulitatan Jumlah Siswa Persentase (%)
Nilai 6,8 keatas
Nilai kurang dari 6,8
23
39
37,09
62,91
Jumlah 62 100
Selanjutnya hasil presentase siswa yang memperoleh nilai 6,8 keatas
hanya 23 orang atau 37,09% dan nilai kurang dari 6,8 kebawah 39 orang atau
62,91 %, hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP
Negeri 3 Bulukumba masih mengalami kesulitan dalam membuat karangan
narasi. Berdasarkan krateria ketuntasan maksimal (KKM) yaitu siswa sampel
harus mendapat nilai 6,8 keatas sebanyak 85% maka dalam penelitian ini dapat
dikatakan tingkat krateria ketuntasan maksimal pada siswa yang dijadikan
sample tidak tuntas.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian data pada bab terdahulu tentang kesulitan
membuat karangan narasi pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Siswa yang memperoleh nilai 6,8 keatas 23 orang atau 37,09% dan nilai
kurang dari 6,8 kebawah 39 orang atau 62,91 %, hal ini menggambarkan
bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Bulukumba masih
mengalami kesulitan dalam membuat karangan narasi karena kurang dari
85% siswa yang memperoleh nilai 6,8 ke atas.
2. Dari hasi analisis data menunjuukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
6,8 ke atas hanya 37,09% mengiplikasikan bahwa perlu mendapat
perhatian dari berbagai pihak khususnya pengajar Bidang studi Bahasa
Indonesia untuk mencapai krateria ketuntasan pada setiap pokok bahasan
pada pembelajaran bahasa Indonesia.
B. SARAN
Penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
46
1. Dalam pengajaran bahasa Indonesia hendaknya diberikan pembiasaan
kepada siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan
baku.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan daya tarik siswa terhadap
materi Bahasa Indonesia dan khususnya materi mengarang agar
dilaksanakan lomba mengarang narasi pada saat kegiatan Perseni
tingkat sekolah
3. Perlu penyediaan buku-buku yang berkualitas dan memadai di
perpustkaan sekolah.
4. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa perlu pemberian
penhargaan kepada siswa yang masuk lima besar umum agar
direkomonadasikan untuk bebas tes masuk pada SLTA yang dia pilih
dalam Wilayah Kabupaten Bulukumba.
47
DAFTAR PUSTAKA
Akmal. 2007. Nulis Yulk. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ambo Enre, Fachruddin. 1984. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis I. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Arief, Suadi. 2007. Mengarang dan Menulis. Yogyakarta: BPFE.
Arifin. 1991. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta: Depdikbud.
Arifin, Zaenal dan Tasai Arman. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. 2004. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Bandung: PT Rama Widya.
Hanafi, Hawang. 1982. Kemampuan Menulis Siswa Kelas III SMU Negeri di Sulawesi Selatan. Tesis. Ujung Pandang: IKIP Ujung Pandang.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Munirah. 2006. Dasar Keterampilan Menulis. Diktat. Makassar: FKIP UMM.
Natia, BA, I.K. 1994. Bimbingan Mengarang. Surabaya: Arloka.
Nirmalasari. 2008. Analisis Kesulitan Mengarang Siswa Kelas VI SD 190 Tanah Jaya Kajang Kabupaten Bulukumba. Skripsi. Makassar: FKIP UMM.
Ruwin, Djoko. dkk. 1997. Bahasa Indonesia. Diktat. Makassar: FKIP UMM.
Suharso, dkk. 2003. GITA SMU Bahasa Indonesia. Surakarta: PT. Pabelan.
Tarigan, Djago Guntur. 1987. Penulis sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa.
48
49
ANALISIS KESULITAN MENGARANG NARASISISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BULUKUMBA
KAB. BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna MemperolehGelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu PendidikanMuhammadiyah Bulukumba
O l e h
S U N A R T I
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIASEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BULUKUMBA2010
50
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .......................... 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
B. Kerangka Pikir .................................................................................. 25
C. Hipotesis ........................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 28
A. Variabel dan Desain penelitian ......................................................... 28
B. Definisi Operasional Variabel............................................................ 31
C. Populasi dan Sampel ………........................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32
E. Teknik Analisis Data ......................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35
51
52
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ..................................................................................... v
MOTO ............................................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
E. Latar Belakang .................................................................................. 1
F. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
G. Tujuan Penelitian............................................................................... 4
H. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .......................... 5
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5
E. Kerangka Pikir .................................................................................. 25
F. Hipotesis ........................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 28
F. Variabel dan Desain penelitian ......................................................... 28
x
53
G. Definisi Operasional Variabel............................................................ 31
H. Populasi dan Sampel ......................................................................... 31
I. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32
J. Teknik Analisis Data ......................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 35
A. Penyajian dan Hasil Analisis Data .................................................... 35
B. Pembahasan ....................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 43
A. Kesimpulan ...................................................................................... 43
B. Saran ............................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 45
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
54
KATA PENGANTAR
55
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah yang maha kuasa yang
telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dimaksud sebagai Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
rangka mencapai gelar sarjana pendidikan jurusan pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia pada sekolah tinggi keguruan dan ilmu pendidikan muhammadiayah
bulukumba.
Tidak sedikit tantangan dan hambatan dalam penyusunan skripsi ini, oleh
karena itu penulis sadari bahwa masih banyak kekuarangan dan kelemahan baik
dari segi materi maupun bahasanya. Yang jelas bahwa skripsi ini adalah
merupakan hasil jeri payah maksimal penulis disertai bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat dirampungkan. Oleh karena
itu melalui kesempatan ini perkenangkanlah penulis untuk menyampaikan
ungkapan terima kasih dan penhargaan yang setinggi-tingginya kepada:
- Ibu Dr Hj. A. Sumrah M.Si Sebagai Ketua STKIP Muhammadyah
Bulukumba beserta jajaran dan stafnya.
- Bapak Drs. M.Idris Amsy M.Si dan Drs Coddin M.Pd masing-masing
sebagai ketua dan anggota komisi penasehat atas bimbingan dan bantuan
moril yang telah diberikan mulai dari pengajuan judul penelitian,
pelaksanaan sampai pada perampungan penulisan skripsi ini.
- Para Dosen yang dengan ihlas memberikan bimbingan dan motivasi serta
pengagetahuan dan pelayanan yang baik kepada penulis selama
mengikuti proses belajar pada program strata satu Jurusan bahasa
Indonesia di STKIP Muhammadyah Bulukumba.
56
- Bapak Drs M. Rijal M.Si, sebagai kepala Sekolah bersama jajaran yang
telah memberikan Pelayanan dan kesempatan melakukan Penelitian pada
SMP Neg. 3 Bulukumba.
- Secara Khusus kepada suami yang tercinta dan putra-putriku yang
tersayan yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
- Semua rekan-rekan yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu
yang telah memberikan bantuan dan mativasi kepada penulis terutama
dalam rangka penyelesaian studi.
Semoga karya ilmiah yang sangat sedehana ini dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahua terutama bagi guru bahasa Indonesia di
kabupaten Bulukumba dalam mengembankan proses belajar mengajar. Akhir kata
semoga Allah Subhana Wataala senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua Ain.
Bulukumba, Desember 2010.
penulis