KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK...
Transcript of KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK...
-
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANREPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PRODUKSI DAN USAHA BUDIDAYA
PETUNJUK TEKNISSARANA BUDIDAYA
MINAPADI
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya MinapadiTahun 2016
i
SAMBUTAN
Program minapadi atau terintegrasinya penanaman padi dengan pembudidayaan ikan yang menjadi satu lokasi memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Semua dapat dilaksanakan secara terintegrasi bahkan dapat menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi karena mampu menyerap tenaga kerja, menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target produksi ikan nasional. Peningkatan pendapatan petani dan pembudidaya lebih tinggi dibandingkan dengan tidak menerapkan program mina padi yang merupakan salah satu upaya pemerintah yaitu meningkatnya produksi yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung kedaulatan pangan.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menilai program minapadi sebagai tiga kemenangan karena berhasil memberdayakan praktik pertanian dengan komoditas sektor kelautan dan perikanan. Tiga kemenangan tersebut adalah dapat meningkatkan panen, meningkatkan pendapatan, serta memperbaiki nutrisi yang berasal dari hasil panen beras dan ikan.
Melalui budidaya minapadi, produktivitas sawah akan meningkat baik dari padi yang dihasilkan maupun tambahan pendapatan dari ikan/udang, sehingga kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi, kesejahteraan petani dan produktivitas lahan meningkat serta mendukung kedaulatan pangan.
Beberapa metode budidaya minapadi telah berkembang di masyarakat dan dibina serta didukung teknologinya oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya (DJPB), diharapkan bisa diadaptasi dan dikembangkan di kawasan yang memiliki potensi baik untuk produksi padi maupun ikan.
Sarana Budidaya Minapadi yang dilaksanakan diharapkan dapat berdampak luas terhadap produksi perikanan di Indonesia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan.
Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si.
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 1 Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya MinapadiTahun 2016
i
SAMBUTAN
Program minapadi atau terintegrasinya penanaman padi dengan pembudidayaan ikan yang menjadi satu lokasi memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Semua dapat dilaksanakan secara terintegrasi bahkan dapat menekan terjadinya alih fungsi lahan dan urbanisasi karena mampu menyerap tenaga kerja, menambah lahan produksi ikan sehingga mendukung capaian target produksi ikan nasional. Peningkatan pendapatan petani dan pembudidaya lebih tinggi dibandingkan dengan tidak menerapkan program mina padi yang merupakan salah satu upaya pemerintah yaitu meningkatnya produksi yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta mendukung kedaulatan pangan.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menilai program minapadi sebagai tiga kemenangan karena berhasil memberdayakan praktik pertanian dengan komoditas sektor kelautan dan perikanan. Tiga kemenangan tersebut adalah dapat meningkatkan panen, meningkatkan pendapatan, serta memperbaiki nutrisi yang berasal dari hasil panen beras dan ikan.
Melalui budidaya minapadi, produktivitas sawah akan meningkat baik dari padi yang dihasilkan maupun tambahan pendapatan dari ikan/udang, sehingga kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi, kesejahteraan petani dan produktivitas lahan meningkat serta mendukung kedaulatan pangan.
Beberapa metode budidaya minapadi telah berkembang di masyarakat dan dibina serta didukung teknologinya oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budi daya (DJPB), diharapkan bisa diadaptasi dan dikembangkan di kawasan yang memiliki potensi baik untuk produksi padi maupun ikan.
Sarana Budidaya Minapadi yang dilaksanakan diharapkan dapat berdampak luas terhadap produksi perikanan di Indonesia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan serta berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan.
Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si.
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 20162
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR 30/PER-DJPB/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pelaksanaan peningkatan produksi perikanan budidaya, perlu dilaksanakan kegiatan budidaya minapadi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 136/M Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya MinapadiTahun 2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT TuhanYang Maha Esa, karena tanpa karunia-Nya, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 ini selesai tepat waktu.
Juklak Sarana Budidaya Minapadi ini disusun untuk menjadi pegangan setiap pelaku pengembangan kawasan perikanan budidaya terutama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten dan Kelompok pembudidaya minapadi sebagai pelaku utama di lapangan. Juklak ini memberi tatanan, batasan dan arah yang jelas, mulai dari identifikasi dan penetapan Kelompok pembudidaya minapadi, proses pembudidayaan sampai dengan proses pelaporan. Agar kesuksesan pelaksanaan bantuan budidaya Minapadi bisa lebih terjamin, Juklak ini juga mengatur sistem monitoring, pembinaan dan evaluasi pelaksanaan. Ini diatur secara berjenjang mulai dari pembina pusat, provinsi sampai dengan kabupaten.
Melalui kegiatan bantuan Sarana Budidaya Minapadi diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan usaha Kelompok pembudidaya minapadi penerima, yang ditandai dengan peningkatan produksi, penerimaan usaha serta pengembangan kewirausahaan. Sehingga diharapkan usaha budidaya Minapadi dapat mendukung target produksi dan menstimulasi perkembangan usaha budidaya Minapadi disekitarnya.
Penyusunan juklak ini tentunya telah melibatkan banyak pihak. Terimakasih disampaikan kepada seluruh staf lingkup Ditjen Perikanan Budidaya yang telah menyumbangkan pikiran, ide dan pendapat sehingga persiapan hingga finalisasi juklak ini dapat selesai dengan baik. Juklak bantuan budidaya Minapadi tahun 2016 ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu diharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan juklak ini. Semoga dengan acuan melalui juklak ini pelaksanaan kegiatan bantuan budidaya Minapadi dapat terealisasi dengan baik dan berdampak terhadap pengembangan kawasan budidaya demi kesejahteraan masyarakat.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya
Ir. Balok Budiyanto, MM.
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 3
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
NOMOR 30/PER-DJPB/2016
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI TAHUN 2016
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,
Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pelaksanaan peningkatan produksi perikanan budidaya, perlu dilaksanakan kegiatan budidaya minapadi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya tentang Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111);
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 136/M Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan;
4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya MinapadiTahun 2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT TuhanYang Maha Esa, karena tanpa karunia-Nya, Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 ini selesai tepat waktu.
Juklak Sarana Budidaya Minapadi ini disusun untuk menjadi pegangan setiap pelaku pengembangan kawasan perikanan budidaya terutama Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten dan Kelompok pembudidaya minapadi sebagai pelaku utama di lapangan. Juklak ini memberi tatanan, batasan dan arah yang jelas, mulai dari identifikasi dan penetapan Kelompok pembudidaya minapadi, proses pembudidayaan sampai dengan proses pelaporan. Agar kesuksesan pelaksanaan bantuan budidaya Minapadi bisa lebih terjamin, Juklak ini juga mengatur sistem monitoring, pembinaan dan evaluasi pelaksanaan. Ini diatur secara berjenjang mulai dari pembina pusat, provinsi sampai dengan kabupaten.
Melalui kegiatan bantuan Sarana Budidaya Minapadi diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan usaha Kelompok pembudidaya minapadi penerima, yang ditandai dengan peningkatan produksi, penerimaan usaha serta pengembangan kewirausahaan. Sehingga diharapkan usaha budidaya Minapadi dapat mendukung target produksi dan menstimulasi perkembangan usaha budidaya Minapadi disekitarnya.
Penyusunan juklak ini tentunya telah melibatkan banyak pihak. Terimakasih disampaikan kepada seluruh staf lingkup Ditjen Perikanan Budidaya yang telah menyumbangkan pikiran, ide dan pendapat sehingga persiapan hingga finalisasi juklak ini dapat selesai dengan baik. Juklak bantuan budidaya Minapadi tahun 2016 ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu diharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan juklak ini. Semoga dengan acuan melalui juklak ini pelaksanaan kegiatan bantuan budidaya Minapadi dapat terealisasi dengan baik dan berdampak terhadap pengembangan kawasan budidaya demi kesejahteraan masyarakat.
Jakarta, Februari 2016
Direktur Produksi dan Usaha Budidaya
Ir. Balok Budiyanto, MM.
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANDIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 20164
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
6. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI TAHUN 2016.
Pasal 1
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 dipergunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota, kelompok minapadi, dan pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi secara efektif dan efesien.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
ttd.
SLAMET SOEBJAKTO
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas
Setiadi Heri Surono
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 30/PER-DJPB/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI TAHUN 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perikanan Budidaya saat ini menjadi tumpuan penting dalam
menopang pembangunan perikanan nasional seiring dengan fenomena
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber pangan dan gizi
yang aman bagi kesehatan. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi
Ditjen Perikanan Budidaya dalam mewujudkan Perikanan Budidaya
sebagai ujung tombak dalam menggerakan perekonomian nasional dan
ketahanan pangan masyarakat. Disamping itu Indonesia saat ini
dihadapkan pada sebuah tantangan besar yaitu dalam menghadapi
persaingan perdagangan bebas di level regional ASEAN atau Asean
Economic Community (AEC).
Strategi percontohan perikanan budidaya dilaksanakan melalui
peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing yang berbasis ilmu
pengetahuan melalui industrialisasi perikanan budidaya yang akan
diperankan menjadi penghela percepatan percontohan sistem produksi
perikanan nasional yang berorientasi pada tren pasar global dan lokal.
Percontohan sistem produksi melalui (i) percontohan input teknologi yang
sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis
wawasan lingkungan; (ii) meningkatkan daya saing produk hasil produksi
budidaya melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi Cara
Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) percontohan usaha perikanan
budidaya sebagai upaya dalam mensosialisasikan model pengelolaan
budidaya berkelanjutan; (iv) percontohan minapadi sebagai bagian dari
upaya mendapatkan nilai tambah ganda.
Input teknologi yang adaftif, aplikatif, efektif dan efisien serta mampu
mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan yang harus segera
ditransfer kepada masyarakat pembudidaya melalui kegiatan percontohan
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 5
5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1227);
6. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI TAHUN 2016.
Pasal 1
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 dipergunakan sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota, kelompok minapadi, dan pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi secara efektif dan efesien.
Pasal 2
Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya Minapadi Tahun 2016 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
ttd.
SLAMET SOEBJAKTO
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas
Setiadi Heri Surono
LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 30/PER-DJPB/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KEGIATAN BUDIDAYA MINAPADI TAHUN 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perikanan Budidaya saat ini menjadi tumpuan penting dalam
menopang pembangunan perikanan nasional seiring dengan fenomena
meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sumber pangan dan gizi
yang aman bagi kesehatan. Hal ini menjadi sebuah tantangan besar bagi
Ditjen Perikanan Budidaya dalam mewujudkan Perikanan Budidaya
sebagai ujung tombak dalam menggerakan perekonomian nasional dan
ketahanan pangan masyarakat. Disamping itu Indonesia saat ini
dihadapkan pada sebuah tantangan besar yaitu dalam menghadapi
persaingan perdagangan bebas di level regional ASEAN atau Asean
Economic Community (AEC).
Strategi percontohan perikanan budidaya dilaksanakan melalui
peningkatan produksi, produktivitas dan daya saing yang berbasis ilmu
pengetahuan melalui industrialisasi perikanan budidaya yang akan
diperankan menjadi penghela percepatan percontohan sistem produksi
perikanan nasional yang berorientasi pada tren pasar global dan lokal.
Percontohan sistem produksi melalui (i) percontohan input teknologi yang
sesuai standar (teknologi anjuran), aplikatif, efektif dan efisien berbasis
wawasan lingkungan; (ii) meningkatkan daya saing produk hasil produksi
budidaya melalui percepatan pelaksanaan kegiatan sertifikasi Cara
Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB); (iii) percontohan usaha perikanan
budidaya sebagai upaya dalam mensosialisasikan model pengelolaan
budidaya berkelanjutan; (iv) percontohan minapadi sebagai bagian dari
upaya mendapatkan nilai tambah ganda.
Input teknologi yang adaftif, aplikatif, efektif dan efisien serta mampu
mewujudkan perikanan budidaya yang berkelanjutan yang harus segera
ditransfer kepada masyarakat pembudidaya melalui kegiatan percontohan
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 20166
D. Output
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain
1. penerapan teknologi budidaya anjuran di lokasi percontohan;
2. peningkatan produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan setelah menerapkan input teknologi;
3. keberlanjutan usaha budidaya minapadi di tingkat Kelompok
pembudidaya minapadi serta; dan
4. peningkatan minat masyarakat sekitar untuk menerapkan teknologi
anjuran dan kaidah Cara Budidaya Ikan Yang Baik pada proses
produksi budidaya di lahan usaha masing-masing.
E. Outcome
Berkembangnya kegiatan percontohan budidaya minapadi dalam
upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ikan dan padi sekaligus
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Kelompok pembudidaya
minapadi.
F. Indikator keberhasilan
Indikator tingkat keberhasilan suatu kegiatan minapadi antara lain
mencakup:
1. meningkatnya produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan minapadi;
2. meningkatnya usaha budidaya dan bertambahnya luas lahan
minapadi; dan
3. meningkatnya pendapatan petani minapadi.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. persiapan;
2. pelaksanaan kegiatan;
3. teknik budidaya minapadi;
4. pengendalian hama; dan
5. monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
H. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini, yang dimaksud dengan:
model budidaya minapadi sebagai upaya dalam memberikan tontonan,
tuntunan dan teladan bagi para pembudidaya.
Budidaya minapadi adalah budidaya ikan dan padi dalam satu
hamparan sawah. Minapadi dapat meningkatkan produktivitas lahan
sawah karena selain tidak mengurangi hasil padi, juga dapat
menghasilkan ikan/udang. Budidaya minapadi dilakukan masyarakat
sejak lama walaupun masih menggunakan teknologi sangat sederhana
hanya terbatas pada kegiatan tahapan pendederan. Guna mendukung
percontohan budidaya minapadi maka Ditjen Perikanan Budidaya
membuat kegiatan budidaya minapadi. Usaha ini dapat meningkatkan
pendapatan petani karena dapat mencegah fungsi alih lahan sawah dan
urbanisasi.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan kegiatan
budidaya minapadi dilakukan dengan melibatkan kelompok masyarakat
atau kelompok kelompok minapadi. Proses ini dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan pelaporan yang akan
dilaksanakan oleh kelompok masyarakat atau kelompok pembudidaya.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi teladan bagi para
pembudidaya dalam melakukan percontohan usahanya. Agar
implementasi kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif sesuai target,
maka perlu disusun dalam bentuk Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya
Minapadi.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksukan sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota, kelompok minapadi, dan pemangku
kepentingan dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi.
Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah agar pelaksanaan
kegiatan budidaya minapadi dapat berjalan secara efektif, efesien, dan
tepat sasaran serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan membantu
mencegah alih fungsi lahan pertanian.
C. Sasaran
Sasaran pelaksanaan kegiatan budidaya minapadi yaitu
terlaksananya percontohan minapadi pada 50 kelompok di 12 (duabelas)
Provinsi dan 20 (duapuluh) Kabupaten/Kota.
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 7
D. Output
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain
1. penerapan teknologi budidaya anjuran di lokasi percontohan;
2. peningkatan produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan setelah menerapkan input teknologi;
3. keberlanjutan usaha budidaya minapadi di tingkat Kelompok
pembudidaya minapadi serta; dan
4. peningkatan minat masyarakat sekitar untuk menerapkan teknologi
anjuran dan kaidah Cara Budidaya Ikan Yang Baik pada proses
produksi budidaya di lahan usaha masing-masing.
E. Outcome
Berkembangnya kegiatan percontohan budidaya minapadi dalam
upaya meningkatkan produksi dan produktivitas ikan dan padi sekaligus
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Kelompok pembudidaya
minapadi.
F. Indikator keberhasilan
Indikator tingkat keberhasilan suatu kegiatan minapadi antara lain
mencakup:
1. meningkatnya produksi dan produktifitas budidaya ikan dan padi di
lokasi percontohan minapadi;
2. meningkatnya usaha budidaya dan bertambahnya luas lahan
minapadi; dan
3. meningkatnya pendapatan petani minapadi.
G. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi:
1. persiapan;
2. pelaksanaan kegiatan;
3. teknik budidaya minapadi;
4. pengendalian hama; dan
5. monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
H. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini, yang dimaksud dengan:
model budidaya minapadi sebagai upaya dalam memberikan tontonan,
tuntunan dan teladan bagi para pembudidaya.
Budidaya minapadi adalah budidaya ikan dan padi dalam satu
hamparan sawah. Minapadi dapat meningkatkan produktivitas lahan
sawah karena selain tidak mengurangi hasil padi, juga dapat
menghasilkan ikan/udang. Budidaya minapadi dilakukan masyarakat
sejak lama walaupun masih menggunakan teknologi sangat sederhana
hanya terbatas pada kegiatan tahapan pendederan. Guna mendukung
percontohan budidaya minapadi maka Ditjen Perikanan Budidaya
membuat kegiatan budidaya minapadi. Usaha ini dapat meningkatkan
pendapatan petani karena dapat mencegah fungsi alih lahan sawah dan
urbanisasi.
Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pelaksanaan kegiatan
budidaya minapadi dilakukan dengan melibatkan kelompok masyarakat
atau kelompok kelompok minapadi. Proses ini dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan konstruksi, pengawasan dan pelaporan yang akan
dilaksanakan oleh kelompok masyarakat atau kelompok pembudidaya.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi teladan bagi para
pembudidaya dalam melakukan percontohan usahanya. Agar
implementasi kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif sesuai target,
maka perlu disusun dalam bentuk Petunjuk Teknis Kegiatan Budidaya
Minapadi.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Petunjuk Teknis ini dimaksukan sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi/Kabupaten/Kota, kelompok minapadi, dan pemangku
kepentingan dalam melaksanakan kegiatan budidaya minapadi.
Tujuan penyusunan Petunjuk Teknis ini adalah agar pelaksanaan
kegiatan budidaya minapadi dapat berjalan secara efektif, efesien, dan
tepat sasaran serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan membantu
mencegah alih fungsi lahan pertanian.
C. Sasaran
Sasaran pelaksanaan kegiatan budidaya minapadi yaitu
terlaksananya percontohan minapadi pada 50 kelompok di 12 (duabelas)
Provinsi dan 20 (duapuluh) Kabupaten/Kota.
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 20168
BAB II PERSIAPAN
2.1. Kelembagaan
Untuk mengkoordinasikan dan mengefektifkan pengendalian,
pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan kegiatan budidaya
minapadi , maka dibentuk Tim Teknis Pelaksana yang meliputi Tim
Teknis Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (SK KPA) dengan struktur
kelembagaan sebagaimana pada Gambar 1 dibawah.
Gambar 1. Struktur Kelembagaan Kegiatan Budidaya Minapadi
2.2. Tim Teknis Pusat
Tim Teknis Pusat bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Kegiatan
Budidaya Minapadi yang meliputi :
a. mengarahkan pelaksanaan Kegiatan;
b. menyusun Petunjuk Teknis dan petunjuk teknis;
c. menetapkan Tim Teknis dan Kelompok Minapadi berdasarkan usulan
kabupaten; dan
d. melakukan sosialisasi, identifikasi, koordinasi, pembinaan, monitoring,
dan evaluasi.
Ditjen Perikanan Budidaya
(Tim Teknis Pusat)
Dinas KP Kabupaten/Kota
Tim Teknis : -Dinas Kab/Kota -Penyuluh/PPB
Dinas KP Provinsi (Tim Teknis Prov)
Kelompok Minapadi
UPT Ditjen Perikanan
Budidaya
1. Tim Pembina adalah Tim Pelaksana kegiatan pemberdayaan
masyarakat kelompok minapadi di pusat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya untuk mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan di tingkat Direktorat Jenderal.
2. Tim Teknis adalah Tim Pelaksana kegiatan pemberdayaan
masyarakat kelompok minapadi di pusat Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi untuk mengkoordinasikan pengelolaan kegiatan di
wilayahnya.
3. Tenaga Pendamping adalah orang yang bertugas mendampingi
Kelompok pembudidaya minapadi secara terus menerus selama
berlangsungnya kegiatan, yang mempunyai latar belakang
pendidikan atau pengalaman di bidang kelautan dan perikanan
terdiri dari penyuluh perikanan Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
dan atau Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPB).
4. Kelompok minapadi adalah kumpulan petani/pembudidaya yang
berbadan hukum, mempunyai pengurus dan aturan-aturan dalam
organisasi kelompok yang secara langsung melakukan usaha
pembudidayaan ikan dalam lingkungan terkontrol, yang mata
pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.
5. Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat KKP
merupakan unsur pelaksana Pemerintah dipimpin oleh Menteri yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
6. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang selanjutnya disebut
Direktorat Jenderal adalah salah Direktorat teknis di lingkup KKP
yang menyelenggarakan kegiatan perikanan budidaya;
7. Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah di Provinsi yang
membidangi kelautan dan perikanan.
8. Dinas Kabupaten/Kota adalah satuan kerja perangkat daerah di
Kabupaten/Kota yang membidangi kelautan dan perikanan.
9. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tenaga
Pendamping dalam rangka pemberdayaan kelompok minapadi dalam
melaksanakan percontohan usahanya.
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 9
BAB II PERSIAPAN
2.1. Kelembagaan
Untuk mengkoordinasikan dan mengefektifkan pengendalian,
pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan kegiatan budidaya
minapadi , maka dibentuk Tim Teknis Pelaksana yang meliputi Tim
Teknis Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota yang ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (SK KPA) dengan struktur
kelembagaan sebagaimana pada Gambar 1 dibawah.
Gambar 1. Struktur Kelembagaan Kegiatan Budidaya Minapadi
2.2. Tim Teknis Pusat
Tim Teknis Pusat bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Kegiatan
Budidaya Minapadi yang meliputi :
a. mengarahkan pelaksanaan Kegiatan;
b. menyusun Petunjuk Teknis dan petunjuk teknis;
c. menetapkan Tim Teknis dan Kelompok Minapadi berdasarkan usulan
kabupaten; dan
d. melakukan sosialisasi, identifikasi, koordinasi, pembinaan, monitoring,
dan evaluasi.
Ditjen Perikanan Budidaya
(Tim Teknis Pusat)
Dinas KP Kabupaten/Kota
Tim Teknis : -Dinas Kab/Kota -Penyuluh/PPB
Dinas KP Provinsi (Tim Teknis Prov)
Kelompok Minapadi
UPT Ditjen Perikanan
Budidaya
1. Tim Pembina adalah Tim Pelaksana kegiatan pemberdayaan
masyarakat kelompok minapadi di pusat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya untuk mengkoordinasikan
pelaksanaan kegiatan di tingkat Direktorat Jenderal.
2. Tim Teknis adalah Tim Pelaksana kegiatan pemberdayaan
masyarakat kelompok minapadi di pusat Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi untuk mengkoordinasikan pengelolaan kegiatan di
wilayahnya.
3. Tenaga Pendamping adalah orang yang bertugas mendampingi
Kelompok pembudidaya minapadi secara terus menerus selama
berlangsungnya kegiatan, yang mempunyai latar belakang
pendidikan atau pengalaman di bidang kelautan dan perikanan
terdiri dari penyuluh perikanan Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN)
dan atau Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPB).
4. Kelompok minapadi adalah kumpulan petani/pembudidaya yang
berbadan hukum, mempunyai pengurus dan aturan-aturan dalam
organisasi kelompok yang secara langsung melakukan usaha
pembudidayaan ikan dalam lingkungan terkontrol, yang mata
pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan.
5. Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat KKP
merupakan unsur pelaksana Pemerintah dipimpin oleh Menteri yang
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
6. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang selanjutnya disebut
Direktorat Jenderal adalah salah Direktorat teknis di lingkup KKP
yang menyelenggarakan kegiatan perikanan budidaya;
7. Dinas Provinsi adalah satuan kerja perangkat daerah di Provinsi yang
membidangi kelautan dan perikanan.
8. Dinas Kabupaten/Kota adalah satuan kerja perangkat daerah di
Kabupaten/Kota yang membidangi kelautan dan perikanan.
9. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Tenaga
Pendamping dalam rangka pemberdayaan kelompok minapadi dalam
melaksanakan percontohan usahanya.
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201610
b. bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan kegiatan kegiatan
budidaya minapadi;
c. mengikuti ketentuan penerapan teknologi anjuran sesuai (SNI dan
CBIB) dan bersedia untuk disertifikasi CBIB;
d. luas lahan setiap Kelompok Minapadi penerima bantuan paling sedikit
2 hektar (ha);
e. mengikuti bimbingan, pembinaan dan pendampingan teknologi
perikanan budidaya yang efisien dan produktif supaya usahanya
berhasil dan menguntungkan; dan
f. menyampaikan laporan kegiatan kegiatan budidaya minapadi yang
diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota kepada Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya Cq Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya dan ditembuskan ke Dinas Provinsi.
2.3. Tim Teknis Provinsi
Tim Teknis Provinsi mempunyai tugas:
a. mengusulkan Tim Teknis kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Pusat dan Dinas Kabupaten/Kota; dan
c. melakukan sosialisasi, identifikasi, verifikasi, pembinaan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
2.4. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten / Kota mempunyai tugas:
a. mengusulkan Tim Teknis, lokasi dan Kelompok Minapadi pelaksana
kegiatan budidaya minapadi kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Pusat dan Tim Teknis
Provinsi;
c. melakukan Pendampingan teknis kepada Kelompok pembudidaya
Minapadi; dan
d. Melakukan sosialisasi, identifikasi, pembinaan, pelaksanaan dan
monitoring, evaluasi serta pelaporan kegiatan percontohan budidaya
minapadi kepada Dinas Provinsi tembusan Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya, Ditjen Perikanan Budidaya yang di tanda tangani
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.
2.5. Tim Pendamping Teknis (Penyuluh/PPB)
Tim pendamping Teknis mempunyai tugas:
a. melaksanakan kegiatan identifikasi calon lokasi dan kelompok,
membantu pembuatan dokumen;
b. mengusulkan lokasi dan Kelompok Minapadi calon pelaksana kepada
kepala dinas kabupaten/kota; dan
c. melakukan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan dan
menyusun serta menyampaikan laporan kepada Dinas
Kabupaten/Kota.
2.6. Kelompok Minapadi
Kelompok Minapadi sebagai penerima mempunyai tugas dan tanggung
jawab meliputi:
a. Kelompok minapadi harus berbadan hukum koperasi;
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 11
b. bertanggung jawab sepenuhnya atas pelaksanaan kegiatan kegiatan
budidaya minapadi;
c. mengikuti ketentuan penerapan teknologi anjuran sesuai (SNI dan
CBIB) dan bersedia untuk disertifikasi CBIB;
d. luas lahan setiap Kelompok Minapadi penerima bantuan paling sedikit
2 hektar (ha);
e. mengikuti bimbingan, pembinaan dan pendampingan teknologi
perikanan budidaya yang efisien dan produktif supaya usahanya
berhasil dan menguntungkan; dan
f. menyampaikan laporan kegiatan kegiatan budidaya minapadi yang
diketahui oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota kepada Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya Cq Direktorat Produksi dan Usaha
Budidaya dan ditembuskan ke Dinas Provinsi.
2.3. Tim Teknis Provinsi
Tim Teknis Provinsi mempunyai tugas:
a. mengusulkan Tim Teknis kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Pusat dan Dinas Kabupaten/Kota; dan
c. melakukan sosialisasi, identifikasi, verifikasi, pembinaan, monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan.
2.4. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten / Kota mempunyai tugas:
a. mengusulkan Tim Teknis, lokasi dan Kelompok Minapadi pelaksana
kegiatan budidaya minapadi kepada Direktorat Jenderal;
b. melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Pusat dan Tim Teknis
Provinsi;
c. melakukan Pendampingan teknis kepada Kelompok pembudidaya
Minapadi; dan
d. Melakukan sosialisasi, identifikasi, pembinaan, pelaksanaan dan
monitoring, evaluasi serta pelaporan kegiatan percontohan budidaya
minapadi kepada Dinas Provinsi tembusan Direktorat Produksi dan
Usaha Budidaya, Ditjen Perikanan Budidaya yang di tanda tangani
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota.
2.5. Tim Pendamping Teknis (Penyuluh/PPB)
Tim pendamping Teknis mempunyai tugas:
a. melaksanakan kegiatan identifikasi calon lokasi dan kelompok,
membantu pembuatan dokumen;
b. mengusulkan lokasi dan Kelompok Minapadi calon pelaksana kepada
kepala dinas kabupaten/kota; dan
c. melakukan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan dan
menyusun serta menyampaikan laporan kepada Dinas
Kabupaten/Kota.
2.6. Kelompok Minapadi
Kelompok Minapadi sebagai penerima mempunyai tugas dan tanggung
jawab meliputi:
a. Kelompok minapadi harus berbadan hukum koperasi;
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201612
memiliki sistem pengaturan air yang baik, sehingga air mudah
untuk dikendalikan;
2) lokasi harus bebas banjir dan sesuai dengan rencana tata ruang
dan wilayah;
3) ketinggian lahan 0-700 meter diatas permukaan laut dan
kemiringan tanah relatif rendah;
4) tanah yang dipilih liat berpasir dan tidak porous;
5) pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
6) untuk memudahkan pengangkutan dan pemasaran sebaiknya
dipilih areal yang dekat dengan akses jalan; dan
7) agar pengontrolan dapat dilakukan dengan mudah sebaiknya
dipilih lahan yang dekat dengan pemukiman penduduk.
b. Sumber air
Sumber air untuk usaha minapadi harus cukup dan berasal dari
saluran irigasi atau sumber air lainnya. Air yang digunakan harus
memenuhi persyaratan baku mutu budidaya dan sanitasi, tidak
tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologis dari alam, industri,
permukiman dan pertanian serta memiliki sistim pengaturan air yang
baik, sehingga air mudah untuk dikendalikan. Air yang digunakan
harus dapat mencukupi untuk proses produksi dengan debit 0,3
liter/detik - 0,5 liter/detik per 1000 m2.
3.2. Identifikasi Kelompok Minapadi
Identifikasi calon Kelompok Minapadi dilaksanakan oleh Tim Teknis
sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Kelompok Minapadi di utamakan yang belum mendapat bantuan dari
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam kurun waktu 2 (dua)
tahun terakhir;
b. terdaftar dan diusulkan oleh Dinas Kabupaten/Kota;
c. bukan perangkat desa/kelurahan, pegawai ASN, TNI/Polri;
d. rergabung dalam kelompok;
e. menerapkan teknologi anjuran (SNI dan CBIB);
f. bersedia dibina dan didampingi oleh Petugas Teknis/Penyuluh/PPB;
g. bersedia melanjutkan kegiatan percontohan budidaya minapadi
berkelanjutan;
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Identifikasi dan Pemilihan Lokasi
3.1.1 Identifikasi Lokasi
Lokasi kegiatan kegiatan budidaya minapadi ditetapkan berdasarkan
hasil identifikasi oleh Tim Teknis Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
dengan memperhatikan aspek teknis, non teknis, dan legalitas yang
telah memenuhi kriteria, sebagai berikut:
a. Aspek Teknis:
1) sawah Berada dalam kawasan beririgasi teknis;
2) lokasi terhindar dari banjir dan pencemaran;
3) aspek daya dukung lingkungan (sosial dan keamanan) memenuhi
persyaratan; dan
4) kesesuaian lokasi dengan penerapan teknologi yang akan
dikembangkan.
b. Aspek Non Teknis:
1) kelembagaan kelompok;
2) aspek sosial budaya; dan
3) komitmen pelaksana dan dukungan pemerintah daerah.
e. Aspek Legalitas
Lokasi sesuai dengan tata ruang daerah dan tidak terdapat konflik
kepentingan baik dengan kegiatan perikanan maupun kegiatan
lainnya terkait pemanfaatan ruang/lahan dan status kepemilikan
lahannya jelas serta sesuai dengan peruntukan percontohan
perikanan.
3.1.2 Pemilihan Lokasi
a. Lokasi
Areal persawahan yang dapat digunakan untuk usaha mina padi
adalah sawah beririgasi teknis/non teknis atau sumber air lainnya
yang memenuhi persyaratan kualitas air budidaya dan tersedia
selama masa pemeliharaan. Selain faktor ketersediaan air, sawah
yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) air yang digunakan harus memenuhi persyaratan baku mutu
budidaya dan sanitasi, tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia
dan biologis dari alam, industri, pemukiman dan pertanian serta
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 13
memiliki sistem pengaturan air yang baik, sehingga air mudah
untuk dikendalikan;
2) lokasi harus bebas banjir dan sesuai dengan rencana tata ruang
dan wilayah;
3) ketinggian lahan 0-700 meter diatas permukaan laut dan
kemiringan tanah relatif rendah;
4) tanah yang dipilih liat berpasir dan tidak porous;
5) pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
6) untuk memudahkan pengangkutan dan pemasaran sebaiknya
dipilih areal yang dekat dengan akses jalan; dan
7) agar pengontrolan dapat dilakukan dengan mudah sebaiknya
dipilih lahan yang dekat dengan pemukiman penduduk.
b. Sumber air
Sumber air untuk usaha minapadi harus cukup dan berasal dari
saluran irigasi atau sumber air lainnya. Air yang digunakan harus
memenuhi persyaratan baku mutu budidaya dan sanitasi, tidak
tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologis dari alam, industri,
permukiman dan pertanian serta memiliki sistim pengaturan air yang
baik, sehingga air mudah untuk dikendalikan. Air yang digunakan
harus dapat mencukupi untuk proses produksi dengan debit 0,3
liter/detik - 0,5 liter/detik per 1000 m2.
3.2. Identifikasi Kelompok Minapadi
Identifikasi calon Kelompok Minapadi dilaksanakan oleh Tim Teknis
sesuai dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Kelompok Minapadi di utamakan yang belum mendapat bantuan dari
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dalam kurun waktu 2 (dua)
tahun terakhir;
b. terdaftar dan diusulkan oleh Dinas Kabupaten/Kota;
c. bukan perangkat desa/kelurahan, pegawai ASN, TNI/Polri;
d. rergabung dalam kelompok;
e. menerapkan teknologi anjuran (SNI dan CBIB);
f. bersedia dibina dan didampingi oleh Petugas Teknis/Penyuluh/PPB;
g. bersedia melanjutkan kegiatan percontohan budidaya minapadi
berkelanjutan;
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Identifikasi dan Pemilihan Lokasi
3.1.1 Identifikasi Lokasi
Lokasi kegiatan kegiatan budidaya minapadi ditetapkan berdasarkan
hasil identifikasi oleh Tim Teknis Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota
dengan memperhatikan aspek teknis, non teknis, dan legalitas yang
telah memenuhi kriteria, sebagai berikut:
a. Aspek Teknis:
1) sawah Berada dalam kawasan beririgasi teknis;
2) lokasi terhindar dari banjir dan pencemaran;
3) aspek daya dukung lingkungan (sosial dan keamanan) memenuhi
persyaratan; dan
4) kesesuaian lokasi dengan penerapan teknologi yang akan
dikembangkan.
b. Aspek Non Teknis:
1) kelembagaan kelompok;
2) aspek sosial budaya; dan
3) komitmen pelaksana dan dukungan pemerintah daerah.
e. Aspek Legalitas
Lokasi sesuai dengan tata ruang daerah dan tidak terdapat konflik
kepentingan baik dengan kegiatan perikanan maupun kegiatan
lainnya terkait pemanfaatan ruang/lahan dan status kepemilikan
lahannya jelas serta sesuai dengan peruntukan percontohan
perikanan.
3.1.2 Pemilihan Lokasi
a. Lokasi
Areal persawahan yang dapat digunakan untuk usaha mina padi
adalah sawah beririgasi teknis/non teknis atau sumber air lainnya
yang memenuhi persyaratan kualitas air budidaya dan tersedia
selama masa pemeliharaan. Selain faktor ketersediaan air, sawah
yang digunakan juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) air yang digunakan harus memenuhi persyaratan baku mutu
budidaya dan sanitasi, tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia
dan biologis dari alam, industri, pemukiman dan pertanian serta
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201614
BAB IV TEKNIK BUDIDAYA MINAPADI
Teknik budidaya minapadi untuk menghasilkan benih ikan umumnya
menerapkan sistim tumpang sari dan sistim penyelang. Sedangkan teknik
budidaya minapadi untuk menghasilkan ikan konsumsi dilakukan dengan
sistim tumpang sari dan palawija.
4.1. Persiapan lahan
Dalam persiapan lahan, tanah diolah dengan sempurna sampai
kedalaman 15-20 cm sampai perbandingan lumpur dan air 1 : 1.
Pematang dibuat padat dan kokoh agar tidak mudah bocor dan longsor.
Uukuran lebar dasar pematang 40 - 50 cm, lebar atas 30 - 40 cm dan
tinggi 30 - 40 cm. Pematang dibersihkan dari gulma agar tidak menjadi
sarang hama padi maupun ikan. Lapisi pematang dengan lumpur secara
berkala agar bersih dan rapi. Setelah kering, lumpur pelapis pematang
akan mengeras sehingga gulma tidak mudah tumbuh.
Caren dibuat sebelum pengolahan tanah dimulai diukur secara baik
sehingga kedalamannnya sesuai yang dikehendaki karena fungsi caren
sebagai media hidup ikan, tempat memberi makan ikan, memudahkan
ikan bergerak ke seluruh petakan serta memudahkan panen ikan.
4.2 Wadah Minapadi
Beberapa persyaratan wadah untuk pengembangan minapadi antara
lain:
a. wadah pembesaran berupa petakan sawah yang mampu menampung
air;
b. wadah dapat dikeringkan dengan sempurna;
c. pintu air masuk dan keluar terpisah;
d. dasar caren miring ke arah saluran pengeluaran;
e. luasan petakan sawah minimal 500 m2;
f. pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
g. lebar caren minimum 1,5 m dengan kedalaman dari pelataran
minimum 0,5m;
h. ukuran kobakan minimum 1,5 m x 1,5 m x 0,5 m.
h. bersedia dilakukannya pemindahan sarana budidaya apabila tidak
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
i. bersedia untuk tidak menjual/memindah tangankan kepada pihak
lain semua sarana budidaya yang diberikan dan dibuktikan dengan
surat pernyataan; dan
j. bersedia menerima dan memelihara sarana budidaya yang
diserahterimakan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) barang.
3.3. Penetapan Lokasi dan Kelompok Minapadi
Lokasi dan Kelompok minapadi diusulkan berdasarkan hasil koordinasi,
identifikasi dan verifikasi oleh Tim Teknis Pusat dan Daerah.
3.4. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tabel 1. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tahun 2016
No. Uraian Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des
1 Penyusunan Juklak dan Juknis
2
Identifikasi Lokasi dan Kelompok pembudidaya minapadi/Inventarisasi verifikasi Kelompok pembudidaya minapadi
3
Dukungan lintas sektoral : Pemda Perbatasan, DKP Prov/Kab, Dinas Perhubungan dan SKPD terkait
4 Penetapan Lokasi dan Kelompok Calon Penerima
5 FGD, Sosialisasi
6 Pengadaan Barang dan Jasa di Pusat
7 Pengolahan lahan, caren, pemupukan dan pemagaran
8 Penanaman bibit padi
10 Penebaran Benih Ikan
11 Pemeliharaan
12 Panen dan Temu Lapang 13 Monitoring dan Evaluasi
14 Pelaporan
15 Serah Terima Hasil Pekerjaan
h. bersedia dilakukannya pemindahan sarana budidaya apabila tidak
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
i. bersedia untuk tidak menjual/memindah tangankan kepada pihak
lain semua sarana budidaya yang diberikan dan dibuktikan dengan
surat pernyataan; dan
j. bersedia menerima dan memelihara sarana budidaya yang
diserahterimakan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) barang.
3.3. Penetapan Lokasi dan Kelompok Minapadi
Lokasi dan Kelompok minapadi diusulkan berdasarkan hasil koordinasi,
identifikasi dan verifikasi oleh Tim Teknis Pusat dan Daerah.
3.4. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tabel 1. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tahun 2016
No. Uraian Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des
1 Penyusunan Juklak dan Juknis
2
Identifikasi Lokasi dan Kelompok pembudidaya minapadi/Inventarisasi verifikasi Kelompok pembudidaya minapadi
3
Dukungan lintas sektoral : Pemda Perbatasan, DKP Prov/Kab, Dinas Perhubungan dan SKPD terkait
4 Penetapan Lokasi dan Kelompok Calon Penerima
5 FGD, Sosialisasi
6 Pengadaan Barang dan Jasa di Pusat
7 Pengolahan lahan, caren, pemupukan dan pemagaran
8 Penanaman bibit padi
10 Penebaran Benih Ikan
11 Pemeliharaan
12 Panen dan Temu Lapang 13 Monitoring dan Evaluasi
14 Pelaporan
15 Serah Terima Hasil Pekerjaan
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 15
BAB IV TEKNIK BUDIDAYA MINAPADI
Teknik budidaya minapadi untuk menghasilkan benih ikan umumnya
menerapkan sistim tumpang sari dan sistim penyelang. Sedangkan teknik
budidaya minapadi untuk menghasilkan ikan konsumsi dilakukan dengan
sistim tumpang sari dan palawija.
4.1. Persiapan lahan
Dalam persiapan lahan, tanah diolah dengan sempurna sampai
kedalaman 15-20 cm sampai perbandingan lumpur dan air 1 : 1.
Pematang dibuat padat dan kokoh agar tidak mudah bocor dan longsor.
Uukuran lebar dasar pematang 40 - 50 cm, lebar atas 30 - 40 cm dan
tinggi 30 - 40 cm. Pematang dibersihkan dari gulma agar tidak menjadi
sarang hama padi maupun ikan. Lapisi pematang dengan lumpur secara
berkala agar bersih dan rapi. Setelah kering, lumpur pelapis pematang
akan mengeras sehingga gulma tidak mudah tumbuh.
Caren dibuat sebelum pengolahan tanah dimulai diukur secara baik
sehingga kedalamannnya sesuai yang dikehendaki karena fungsi caren
sebagai media hidup ikan, tempat memberi makan ikan, memudahkan
ikan bergerak ke seluruh petakan serta memudahkan panen ikan.
4.2 Wadah Minapadi
Beberapa persyaratan wadah untuk pengembangan minapadi antara
lain:
a. wadah pembesaran berupa petakan sawah yang mampu menampung
air;
b. wadah dapat dikeringkan dengan sempurna;
c. pintu air masuk dan keluar terpisah;
d. dasar caren miring ke arah saluran pengeluaran;
e. luasan petakan sawah minimal 500 m2;
f. pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm;
g. lebar caren minimum 1,5 m dengan kedalaman dari pelataran
minimum 0,5m;
h. ukuran kobakan minimum 1,5 m x 1,5 m x 0,5 m.
h. bersedia dilakukannya pemindahan sarana budidaya apabila tidak
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan yang dibuktikan dengan surat
pernyataan;
i. bersedia untuk tidak menjual/memindah tangankan kepada pihak
lain semua sarana budidaya yang diberikan dan dibuktikan dengan
surat pernyataan; dan
j. bersedia menerima dan memelihara sarana budidaya yang
diserahterimakan yang dibuktikan dengan Berita Acara Serah Terima
(BAST) barang.
3.3. Penetapan Lokasi dan Kelompok Minapadi
Lokasi dan Kelompok minapadi diusulkan berdasarkan hasil koordinasi,
identifikasi dan verifikasi oleh Tim Teknis Pusat dan Daerah.
3.4. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tabel 1. Jadwal Tentative Pelaksanaan Kegiatan Budidaya Minapadi
Tahun 2016
No. Uraian Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des
1 Penyusunan Juklak dan Juknis
2
Identifikasi Lokasi dan Kelompok pembudidaya minapadi/Inventarisasi verifikasi Kelompok pembudidaya minapadi
3
Dukungan lintas sektoral : Pemda Perbatasan, DKP Prov/Kab, Dinas Perhubungan dan SKPD terkait
4 Penetapan Lokasi dan Kelompok Calon Penerima
5 FGD, Sosialisasi
6 Pengadaan Barang dan Jasa di Pusat
7 Pengolahan lahan, caren, pemupukan dan pemagaran
8 Penanaman bibit padi
10 Penebaran Benih Ikan
11 Pemeliharaan
12 Panen dan Temu Lapang 13 Monitoring dan Evaluasi
14 Pelaporan
15 Serah Terima Hasil Pekerjaan
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201616
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan
ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal
merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan
ikan mas secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut
dari mulut hingga ke anus sebagai berikut :
1. Rongga mulut, di dalam rongga terdapat :
a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat digerakan.
b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.
c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.
2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai
dengan tempat insang.
3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang
insang.
4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan
pembesaran dari usus.
5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat
beberapa kelenjar pencernaan, antara lain :
a. Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi
usus.
b. Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.
c. Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah
insang dan di bungkus oleh selaput.
Diantara jenis ikan mas ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan,
sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan strain
pada ikan mas. Strain yang ada pada ikan mas antara lain :
1. Punten : Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan
jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan
relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.
2. Sinyonya : Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata
tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda,
sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan
suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan
terhadap tinggi badan antara 3,66:1.
4.3 Pemilihan Benih
4.3.1 Benih Ikan
Jenis ikan yang dibudidayakan harus memenuhi kriteria benih bermutu
dan mempunyai nilai ekonomis. Beberapa jenis komoditas yang dapat
dikembangan dalam minapadi adalah sebagai berikut :
4.3.1.1 Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang
mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas
berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke
samping (Compresed) dan mulutnya
terletak di ujung tengah (terminal), dan
dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi
dua pasang sungut, yang kadang-kadang
satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat
beragam (Susanto,2007)
Klasifikasi
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007)
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : (Cyprinus carpio L )
Benih ikan mas yang digunakan untuk minapadi sesuai dengan SNI
Nomor 01-6132-1999 Benih ikan mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain
majalaya kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas
benih sebar sebagai berikut :
Ciri morfologi
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang
cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-
celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan
yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
Gambar 2 . Benih ikan mas
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 17
Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan
ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal
merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan
ikan mas secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut
dari mulut hingga ke anus sebagai berikut :
1. Rongga mulut, di dalam rongga terdapat :
a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat digerakan.
b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.
c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.
2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai
dengan tempat insang.
3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang
insang.
4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan
pembesaran dari usus.
5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat
beberapa kelenjar pencernaan, antara lain :
a. Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi
usus.
b. Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.
c. Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah
insang dan di bungkus oleh selaput.
Diantara jenis ikan mas ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan,
sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan strain
pada ikan mas. Strain yang ada pada ikan mas antara lain :
1. Punten : Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan
jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan
relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.
2. Sinyonya : Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata
tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda,
sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan
suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan
terhadap tinggi badan antara 3,66:1.
4.3 Pemilihan Benih
4.3.1 Benih Ikan
Jenis ikan yang dibudidayakan harus memenuhi kriteria benih bermutu
dan mempunyai nilai ekonomis. Beberapa jenis komoditas yang dapat
dikembangan dalam minapadi adalah sebagai berikut :
4.3.1.1 Mas
Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang
mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas
berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke
samping (Compresed) dan mulutnya
terletak di ujung tengah (terminal), dan
dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi
dua pasang sungut, yang kadang-kadang
satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat
beragam (Susanto,2007)
Klasifikasi
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007)
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : (Cyprinus carpio L )
Benih ikan mas yang digunakan untuk minapadi sesuai dengan SNI
Nomor 01-6132-1999 Benih ikan mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain
majalaya kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas
benih sebar sebagai berikut :
Ciri morfologi
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan
ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang
cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-
celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan
yang tampak dari luar (Cahyono, 2000).
Gambar 2 . Benih ikan mas
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201618
Habitat aslinya adalah perairan hulu Sungai Nil di Negara Uganda.
Kemudian secara alami berkembang dan bermigrasi di perairan hilir
sungai melewati Danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir (sepanjang
Sungai Nil). Ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat.
Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Negara Chad dan
Nigeria dan sekarang telah tersebar sampai ke lima benua walaupun
habitat yang disukai adalah daerah tropis (Gustiano,2005).
Klasifikasi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :
Filum : Vertebrata
Kelas : Osteoichthyes
Sub kelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Famili : Ciclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ada beberapa strain ikan nila, diantaranya : Oreochromis niloticus
baringoensis. Oreochromis niloticus cancellatus, Oreochromis niloticus
eduardianus, Oreochromis niloticus filoa, Oreochromis niloticus niloticus,
Oreochromis niloticus sugutae, Oreochromis niloticus tana, Oreochromis
niloticus vulcani.
Awalnya, ikan nila diberi nama Tilapia nilotica. Ikan ini digolongkan
kedalam genus Tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam
mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan
menggolongkan ikan nila kedalam jenis Sarotherodon niloticus atau
kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam
mulut induk jantan dan betinanya. Akhirnya, diketahui bahwa yang
mengerami telur dan larva ikan nila hanya induk betinanya saja. Para
pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat
untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp
(Ghufran, 2003).
3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih
gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi
(membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1
dan gerakan jinak.
4. Kumpai : Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah
siripnya panjang dan gerakannya lambat.
5. Kancra Domas : Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada
bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan
berwarna putih.
6. Fancy Carp (Koi) : Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak,
badan relatif pendek dan tinggi.
Tabel 1. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas benih sebar
No Kriteria Larva Kebul Putihan Belo Sangkal
1 Umur maks. (hari) 4 20 40 70 90 2 Panjang total min. (cm) 0,6 1 3 5 8 3 Bobot min. (g) - 0,2 3 6 10
4 Keseragaman ukuran, min. 80 80 80 80 80
5 Keseragaman warna, min. 95 95 95 95 95
Benih ikan mas kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, bentuk mata bulat, dengan
tingkah laku berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.
4.3.1.2 Nila
Ikan nila diintroduksi dari Afrika, dan
didatangkan ke Indonesia secara resmi
oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada Tahun 1969. Setahun kemudian,
setelah melalui masa penelitian dan
adaptasi barulah ikan ini disebarluaskan
kepada pembudidaya di seluruh Indonesia dan kini menjadi ikan
peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia.
Pemberian nama ikan nila tersebut berdasarkan ketetapan Direktur
Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama
spesiesnya, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Nama
nilotica menunjukkan daerah asal ikan ini, yaitu Sungai Nil di Benua
Afrika.
Gambar 3 . Benih ikan nila
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 19
Habitat aslinya adalah perairan hulu Sungai Nil di Negara Uganda.
Kemudian secara alami berkembang dan bermigrasi di perairan hilir
sungai melewati Danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir (sepanjang
Sungai Nil). Ikan nila juga terdapat di Afrika bagian tengah dan barat.
Populasi terbanyak ditemukan di kolam-kolam ikan di Negara Chad dan
Nigeria dan sekarang telah tersebar sampai ke lima benua walaupun
habitat yang disukai adalah daerah tropis (Gustiano,2005).
Klasifikasi
Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :
Filum : Vertebrata
Kelas : Osteoichthyes
Sub kelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Famili : Ciclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Ada beberapa strain ikan nila, diantaranya : Oreochromis niloticus
baringoensis. Oreochromis niloticus cancellatus, Oreochromis niloticus
eduardianus, Oreochromis niloticus filoa, Oreochromis niloticus niloticus,
Oreochromis niloticus sugutae, Oreochromis niloticus tana, Oreochromis
niloticus vulcani.
Awalnya, ikan nila diberi nama Tilapia nilotica. Ikan ini digolongkan
kedalam genus Tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam
mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan
menggolongkan ikan nila kedalam jenis Sarotherodon niloticus atau
kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya di dalam
mulut induk jantan dan betinanya. Akhirnya, diketahui bahwa yang
mengerami telur dan larva ikan nila hanya induk betinanya saja. Para
pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat
untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp
(Ghufran, 2003).
3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih
gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi
(membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1
dan gerakan jinak.
4. Kumpai : Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah
siripnya panjang dan gerakannya lambat.
5. Kancra Domas : Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada
bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan
berwarna putih.
6. Fancy Carp (Koi) : Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak,
badan relatif pendek dan tinggi.
Tabel 1. Kriteria kuantitatif benih ikan mas kelas benih sebar
No Kriteria Larva Kebul Putihan Belo Sangkal
1 Umur maks. (hari) 4 20 40 70 90 2 Panjang total min. (cm) 0,6 1 3 5 8 3 Bobot min. (g) - 0,2 3 6 10
4 Keseragaman ukuran, min. 80 80 80 80 80
5 Keseragaman warna, min. 95 95 95 95 95
Benih ikan mas kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, bentuk mata bulat, dengan
tingkah laku berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.
4.3.1.2 Nila
Ikan nila diintroduksi dari Afrika, dan
didatangkan ke Indonesia secara resmi
oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada Tahun 1969. Setahun kemudian,
setelah melalui masa penelitian dan
adaptasi barulah ikan ini disebarluaskan
kepada pembudidaya di seluruh Indonesia dan kini menjadi ikan
peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia.
Pemberian nama ikan nila tersebut berdasarkan ketetapan Direktur
Jenderal Perikanan pada tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama
spesiesnya, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi nila. Nama
nilotica menunjukkan daerah asal ikan ini, yaitu Sungai Nil di Benua
Afrika.
Gambar 3 . Benih ikan nila
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201620
Tabel 2. Kriteria kuantitatif benih ikan nila hitam kelas benih sebar
No Kriteria Satuan Larva Benih P I P II P III 1 Umur hari 10 30 40 80 100 2 Panjang total Cm 0,9 – 1,3 1 - 3 3 - 5 5 - 8 8 - 12 3 Bobot min. Gram 0,002 0,5 2,5 4,5 2,5
4 Keseragaman ukuran min. % 90 90 90 80 80
5 Keseragaman warna min. % 90 90 90 95 95
Benih ikan nila kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh agak pipih, dengan tingkah laku bergerombol di permukaan air,
aktif melawan arus air dan bereaksi positif terhadap cahaya dan
kejutan.
4.3.1.2 Lele
Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan yang sudah lama berkembang di
Indonesia dan digemari oleh segala lapisan masyarakat sebagai sumber
protein. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanngup hidup
dalam kepadatan tinggi di lahan dan sumber air yang terbatas. Budidaya
lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan dilahan dan
sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi
budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya
relatif mudah, 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta 5)
waktu usaha yang dibutuhkan tidak terlalu lama.
Ikan lele bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak mencari makan pada
malam hari. Pada siang hari biasanya berdiam diri dan berlindung di
tempat-tempat gelap. Ikan lele dilengkapi pernafasan tambahan berupa
modifikasi dari busur insangnya dan bernafas dengan bantuan labirin
yang berbentuk seperti bunga karang di bawah badannya, fungsinya
sebagai penyerap oksigen yang berasal dari udara sekitarnya. Maka
dalam keadaan tertentu ikan lele dapat beberapa jam berdiam
dipermukaan tanah yang lembab dan sedikit kadar oksigennya
(Rachmatun, 2007)
Klasifikasi
Menurut Djatmika et al (1986), klasifikasi ikan lele adalah sebagai
berikut:
Phyllum : Chordata
Ciri morfologis
Seperti ikan pada umumnya, ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni
sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral
fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang, dari bagian dorsal tutup insang hingga bagian dorsal sirip
ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil.
Sirip anus hanya satu buah dan bentuknya agak memanjang. Sirip ekor
bentuknya membulat dan hanya berjumlah satu buah. Tubuh berwarna
kehitaman atau keabuan, dengan beberapa corak agak gelap melintang
vertikal. Corak tersebut memudar saat ikan menjelang dewasa. Ekor
bergaris-garis tegak, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna kemerahan atau kekuningan ketika musim
memijah (Khairuman, 2005).
Oreochromis niloticus memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
O. mossambicus dengan perbandingan antara panjang dan tinggi adalah
3:1 dan pada tubuhnya terdapat 10 garis-garis vertikal. Pada sirip ekor
terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-
merahan. Mata tampak menonjol dan membesar. Letak mulut di ujung
tubuh. Posisi sirip terhadap sirip dada adalah Thorasic. Tipe sisik adalah
stenoid atau sisik sisir. Rumus jari-jari sirip adalah : P.XVII-13;V.1-5;
P.15;A.11-10 dan C.18 (Sugiarto dalam Arthana dan Aryhana 1992).
Ikan jantan dan betina dapat dibedakan dari alat kelaminnya. Alat
kelamin jantan berupa tonjolan yang agak meruncing yang letaknya di
belakang anus. Alat kelamin ini mempunyai 1 lubang yang berfungsi
ganda yaitu sebagai saluran tempat keluarnya sperma dan urin. Alat
kelamin betina berupa tonjolan yang tidak runcing. Alat kelamin ini
mempunyai lubang genital dan lubang saluran urin yang terpisah
(Dharma dan Subagyo, 1994 ). Ikan jantan memiliki ukuran tubuh lebih
besar dari ikan betina.
Berdasarkan perkembangan terakhir, telah dirilis varietas ikan nila
unggul antara lain varietas : nirwana, jatimbulan, best, sultana, gesit,
JICA dan nila merah larasati. Benih ikan nila yang digunakan sesuai
dengan SNI Nomor 6140 : 2009 Benih ikan nila hitam (Oreochromis
niloticus Bleeker) kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan nila
hitam kelas benih sebar sebagai berikut :
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 21
Tabel 2. Kriteria kuantitatif benih ikan nila hitam kelas benih sebar
No Kriteria Satuan Larva Benih P I P II P III 1 Umur hari 10 30 40 80 100 2 Panjang total Cm 0,9 – 1,3 1 - 3 3 - 5 5 - 8 8 - 12 3 Bobot min. Gram 0,002 0,5 2,5 4,5 2,5
4 Keseragaman ukuran min. % 90 90 90 80 80
5 Keseragaman warna min. % 90 90 90 95 95
Benih ikan nila kelas benih sebar tersebut memiliki ciri-ciri yaitu bentuk
tubuh agak pipih, dengan tingkah laku bergerombol di permukaan air,
aktif melawan arus air dan bereaksi positif terhadap cahaya dan
kejutan.
4.3.1.2 Lele
Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan yang sudah lama berkembang di
Indonesia dan digemari oleh segala lapisan masyarakat sebagai sumber
protein. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan yang sanngup hidup
dalam kepadatan tinggi di lahan dan sumber air yang terbatas. Budidaya
lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan dilahan dan
sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi
budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya
relatif mudah, 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta 5)
waktu usaha yang dibutuhkan tidak terlalu lama.
Ikan lele bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak mencari makan pada
malam hari. Pada siang hari biasanya berdiam diri dan berlindung di
tempat-tempat gelap. Ikan lele dilengkapi pernafasan tambahan berupa
modifikasi dari busur insangnya dan bernafas dengan bantuan labirin
yang berbentuk seperti bunga karang di bawah badannya, fungsinya
sebagai penyerap oksigen yang berasal dari udara sekitarnya. Maka
dalam keadaan tertentu ikan lele dapat beberapa jam berdiam
dipermukaan tanah yang lembab dan sedikit kadar oksigennya
(Rachmatun, 2007)
Klasifikasi
Menurut Djatmika et al (1986), klasifikasi ikan lele adalah sebagai
berikut:
Phyllum : Chordata
Ciri morfologis
Seperti ikan pada umumnya, ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni
sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral
fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang, dari bagian dorsal tutup insang hingga bagian dorsal sirip
ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil.
Sirip anus hanya satu buah dan bentuknya agak memanjang. Sirip ekor
bentuknya membulat dan hanya berjumlah satu buah. Tubuh berwarna
kehitaman atau keabuan, dengan beberapa corak agak gelap melintang
vertikal. Corak tersebut memudar saat ikan menjelang dewasa. Ekor
bergaris-garis tegak, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip
punggung dengan warna kemerahan atau kekuningan ketika musim
memijah (Khairuman, 2005).
Oreochromis niloticus memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
O. mossambicus dengan perbandingan antara panjang dan tinggi adalah
3:1 dan pada tubuhnya terdapat 10 garis-garis vertikal. Pada sirip ekor
terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-
merahan. Mata tampak menonjol dan membesar. Letak mulut di ujung
tubuh. Posisi sirip terhadap sirip dada adalah Thorasic. Tipe sisik adalah
stenoid atau sisik sisir. Rumus jari-jari sirip adalah : P.XVII-13;V.1-5;
P.15;A.11-10 dan C.18 (Sugiarto dalam Arthana dan Aryhana 1992).
Ikan jantan dan betina dapat dibedakan dari alat kelaminnya. Alat
kelamin jantan berupa tonjolan yang agak meruncing yang letaknya di
belakang anus. Alat kelamin ini mempunyai 1 lubang yang berfungsi
ganda yaitu sebagai saluran tempat keluarnya sperma dan urin. Alat
kelamin betina berupa tonjolan yang tidak runcing. Alat kelamin ini
mempunyai lubang genital dan lubang saluran urin yang terpisah
(Dharma dan Subagyo, 1994 ). Ikan jantan memiliki ukuran tubuh lebih
besar dari ikan betina.
Berdasarkan perkembangan terakhir, telah dirilis varietas ikan nila
unggul antara lain varietas : nirwana, jatimbulan, best, sultana, gesit,
JICA dan nila merah larasati. Benih ikan nila yang digunakan sesuai
dengan SNI Nomor 6140 : 2009 Benih ikan nila hitam (Oreochromis
niloticus Bleeker) kelas benih sebar. Kriteria kuantitatif benih ikan nila
hitam kelas benih sebar sebagai berikut :
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201622
kolam, danau, waduk, rawa, serta genangan air tawar lainnya. Ikan ini
lebih menyukai perairan yang tenang, tepian dangkal dan terlindung.
Ikan lele memiliki kebiasaan membuat atau menempati lubang-lubang
ditepi sungai atau kolam.
4.3.2 Benih Padi
Benih padi yang cocok untuk dikembangkan dalam sistim minapadi
yaitu: benih varietas unggul (bersertifikat), memiliki perakaran yang
dalam, tahan genangan air, cepat beranak (bertunas), batang kuat dan
tidak mudah rebah, pada awal pertumbuhan, daun tegak, tahan
terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi serta memiliki rasa yang
enak dan disukai oleh masyarakat. Ada 3 (tiga) varietas padi unggul
berdasarkan SK Mentan No.2015-2017/Kpts/SR.120/4/2011, yaitu :
a. Varietas Inpari 14 Pakuan
Varietas Inpari 14 Pakuan memiliki rata-rata
hasil 6,6 ton GKG/ha, dengan potensi hasil
8,2 t/ha GKG. Varietas ini termasuk
kelompok umur genjah (sekitar 113 hari
setelah sebar), serta memiliki tinggi tanaman
sekitar 103 cm (Gambar 1). Tekstur nasi dari varietas ini termasuk
kategori pulen dengan kadar amilosa 22,5% dengan mutu beras dan
mutu nasi sangat baik serta enak. Persentase antara beras giling dan
beras kepala dari varietas ini lebih tinggi dibandingkan Varietas
Ciherang dan Inpari 10.
Dari aspek ketahanan terhadap hama, hasil pengujian di Laboratorium
BB Padi Sukamandi, varietas ini memberikan respon agak rentan
terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, serta rentan terhadap
biotipe 3, sehingga tidak direkomendasikan ditanam di daerah endemik
wereng. Varietas ini agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri
strain III, namun rentan terhadap strain IV dan agak rentan terhadap
strain VIII. Sedangkan untuk ketahanan terhadap serangan penyakit
blas daun, varietas ini memberikan respon agak tahan terhadap
penyakit blas daun ras 033 dan ras133, namun rentan terhadap ras
073 dan ras 173, serta memberikan juga respon rentan terhadap
serangan virus tungro, sehingga tidak dianjurkan ditanam di daerah
endemik tungro.
Gambar 4. Varietas Inpari 14 Pakuan
Subphyllum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias sp
Ciri Morfologi
Secara umum, ikan lele mempunyai karakteristik morfologis sebagai
berikut :
1. Tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau
berkumis.
2. Kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang
tubuh. Kepalanya pipih ke bawah (depressed) dengan bagian atas dan
bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat.
3. Tulang pelat membentuk ruangan rongga diatas insang. Diruangan
inilah terdapat alat pernafasan tambahan berupa labirin, yang
berbentuk seperti rimbunan dedaunan dan berwarna kemerahan.
4. Labirin berfungsi untuk mengambil oksigen langsung dari udara,
sehingga lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen (O2)
yang minimum.
Selain morfologi, makanan dan kebiasaan makan ikan lele antara lain
adalah :
Pemakan hewan dan pemakan bangkai (carnivorousscavanger).
Makanannya berupa binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air
(daphnia, cladocera, capepoda), cacing, larva (jentik-jentik serangga),
siput kecil dan sebagainya. Ikan ini biasanya mencari makanan didasar
perairan, tetapi bila makanan yang terapung maka lele juga dengan
cepat memakannya. Dalam mencari makanan, lele tidak mengalami
kesulitan karena mempunyai alat peraba (sungut) yang sangat peka
terhadap keberadaan makanan baik di dasar, pertengahan maupun
permukaan perairan.
Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan diperairan tawar,
di dataran rendah hingga sedikit payau. Di alam, ikan lele hidup di
sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat,
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 201624
Dari aspek ketahanan terhadap hama wereng coklat, varietas ini
memberikan respon agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1
dan 2, serta rentan biotipe 3, sehingga tidak direkomendasikan ditanam
di daerah endemik hama wereng. Dari aspek ketahanan terhadap
penyakit hawar daun bakteri/kresek, varietas ini menunjukkan respon
tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, namun agak rentan
terhadap strain IV dan strain VIII. Untuk ketahanan terhadap serangan
penyakit blas daun, varietas ini memberikan respon tahan terhadap
penyakit blas daun ras 033, agak tahan terhadap penyakit blas ras 073,
namun rentan terhadap ras133 dan 173, serta memberikan juga respon
rentan terhadap serangan virus tungro, sehingga tidak dianjurkan
ditanam di daerah endemik tungro.
Akselerasi adopsi ketiga varietas unggul baru di atas serta dukungan
teknologi budidaya yang dibutuhkan perlu terus dilakukan oleh berbagai
petugas terkait, sehingga dapat memberikan kontribusi yang nyata
dalam upaya peningkatan produksi padi dan pendapatan petani.
Diharapkan ketiga varietas tersebut memiliki potensi hasil dan
produktivitas serta ketahanan terhadap hama dan penyakit padi utama
lebih baik dibandingkan varietas popular yang ada (Ciherang dan Inpari
10) dan menjadi varietas unggul spesifik untuk tipe agroekosistim padi
sawah yang terdapat di Jawa Barat. Ketiga varietas tersebut cocok
ditanam di ekosistim sawah tadah hujan dataran rendah sampai
ketinggian 600 meter dpl.
4.4 Sistim minapadi
Ada beberapa sistim minapadi yang dikenal saat ini yaitu sebagai berikut
:
a. Sistim penyelang, menghasilkan ukuran benih seperti : nila, mas,
tawes, nilam, lele, gurami, patin dan ikan lainnya.
Persiapan lahan :
Membabat jerami sampai pangkalnya dan akar yang tersisa
dibenamkan;
Perbaikan pematang untuk mencegah kebocoran air;
Perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran serta dilengkapi
dengan saringan yang terbuat dari kawat, bambu atau jaring;
Pengolahan dan pembalikan tanah;
b. Inpari 15 Parahyangan
Varietas Inpari 15 Parahyangan ini memiliki
rata-rata hasil 6,1 ton GKG/ha, dengan
potensi hasil 7,5 ton GKG/ha, termasuk
kelompok umur genjah (sekitar 117 hari
setelah sebar), serta memiliki bentuk bentuk
tanaman tegak dengan tinggi tanaman sekitar 105 cm (Gambar 2).
Tekstur nasi dari varietas ini termasuk kategori pulen dengan kadar
amilosa 20,7% dengan mutu beras dan mutu nasi dan rasa nasi sangat
baik. Prosentase beras giling dari varietas ini lebih tinggi dibandingkan
varietas Ciherang dan Inpari 10, sedangkan prosentase beras kepalanya
sedikit dibawah Varietas Ciherang dan Inpari 10.
Dari hasil pengujian ketahanan terhadap hama wereng coklat, varietas
ini agak tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1, namun agak
rentan biotipe 2, dan rentan terhadap biotipe 3, sehingga tidak
direkomendasikan ditanam di daerah endemik wereng. Dari aspek
ketahanan terhadap penyakit hawar daun bakteri/kresek, varietas ini
menunjukkan respon agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain III,
namun agak rentan terhadap strain IV dan strain VIII. Sedangkan untuk
ketahanan terhadap serangan penyakit blas daun, varietas ini
memberikan respon tahan terhadap penyakit blas daun ras 033, agak
tahan terhadap penyakit blas ras133 dan 073, namun rentan
terhadap ras 173, serta memberikan respon rentan terhadap serangan
virus tungro, sehingga tidak dianjurkan ditanam di daerah endemik
tungro.
c. Inpari 16 Pasundan
Varietas Inpari 16 Pasundan memiliki rata-rata
hasil 6,3 ton GKG/ha dengan potensi hasil 7,6
ton GKG/ha, termasuk kelompok umur genjah
(sekitar 118 hari setelah sebar), serta memiliki
bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanaman
sekitar 102 cm (Gambar 3). Tekstur nasi dari varietas ini termasuk
kategori pulen dengan kadar amilosa 22,7% dengan mutu beras, mutu
nasi serta rasa nasi sangat baik. Prosentase beras giling dan persentase
beras kepala dari varietas ini lebih tinggi dibandingkan varietas Ciherang
dan Inpari 10.
Gambar 5. Varietas Inpari 15 Parahyangan
-
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Sarana Budidaya Minapadi Tahun 2016 25
Dari aspek ketahanan terhadap hama wereng coklat, varietas ini
memberikan respon agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 1
dan 2, serta rentan biotipe 3, sehingga tidak direkomendasikan ditanam
di daerah endemik hama wereng. Dari aspek ketahanan terhadap
penyakit hawar daun bakteri/kresek, varietas ini menunjukkan respon
tahan terhadap hawar daun bakteri strain III, namun agak rentan
terhadap strain IV dan strain VIII. Untuk ketahanan terhadap serangan
penyakit blas daun, varietas ini memberikan respon tahan terhadap
penyakit blas daun ras 033, agak tahan terhadap penyakit blas ras 073,
namun rentan terhadap ras133 dan 173, serta memberikan juga respon
rentan terhadap serangan virus tungro, sehingga tidak dianjurkan
ditanam di daerah endemik tungro.
Akselerasi adopsi ketiga varietas unggul bar