KEMAMPUAN LAHAN

14
KELAS KEMAMPUAN LAHAN (LAND CAPABILITY) 1. Pengertian Kemampuan Lahan Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai usaha pertanian yang paling intensif yang termasuk juga tindakan pengelolaannya tanpa menyebabkan tanahnya menjadi rusak dalam jangka waktu yang terbatas. Lahan yang mempunyai kemampuan yang baik memiliki sifat fisik dan kimia yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga akan mampu mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal dan berkesinambungan. 2. Klasifikasi Kemampuan Lahan Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan kedalam satuan-satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif untuk perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan secara terus-menerus. Dengan kata lain, klasifikasi ini akan menetapkan jenis penggunaan yang sesuai dan jenis perlakuan yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi produksi tanaman secara lestari. Klasifikasi kemampuan lahan ditujukan kepada pencegahan erosi, pengawetan tanah, mempertahankan dan

Transcript of KEMAMPUAN LAHAN

Page 1: KEMAMPUAN LAHAN

KELAS KEMAMPUAN LAHAN

(LAND CAPABILITY)

1. Pengertian Kemampuan Lahan

Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sebagai

usaha pertanian yang paling intensif yang termasuk juga tindakan pengelolaannya

tanpa menyebabkan tanahnya menjadi rusak dalam jangka waktu yang terbatas.

Lahan yang mempunyai kemampuan yang baik memiliki sifat fisik dan kimia

yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga akan mampu mendukung

pertumbuhan dan produksi tanaman secara optimal dan berkesinambungan.

2. Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan kedalam satuan-

satuan khusus menurut kemampuannya untuk penggunaan intensif untuk perlakuan

yang diperlukan untuk dapat digunakan secara terus-menerus. Dengan kata lain,

klasifikasi ini akan menetapkan jenis penggunaan yang sesuai dan jenis perlakuan

yang diperlukan untuk dapat digunakan bagi produksi tanaman secara lestari.

Klasifikasi kemampuan lahan ditujukan kepada pencegahan erosi, pengawetan

tanah, mempertahankan dan memperbaiki kesuburan tanah. Klasifikasi

kemampuan lahan untuk keperluan penggunaan lahan, pertama kali dibuat secara

eksplisit oleh USDA.

Dalam klasifikasi pengelompokan utama didasarkan pada satuan peta tanah,

tetapi sifat fisik tanah lainnya seperti kemiringan lereng, banjir dan iklim juga

diperhitungkan. Konsep utama yang dipergunakan adalah ada-tidaknya faktor

penghambat yaitu sifat-sifat lahan yang membatasi pengunaan lahan. Pembatas

permanen adalah faktor pembatas yang sulit diperbaiki seperti kedalaman tanah,

iklim dan sebagainya. Pembatas sementara adalah faktor pembatas yang dapat

diperbaiki dalam pengelolan lahan seperti kandungan unsur hara, kemasaman dan

sebagainya. Lahan diklasifikasikan terutama berdasarkan pembatas yang

permanen

Page 2: KEMAMPUAN LAHAN

3. Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan

Salah satu sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak digunakan adalah

sistem USDA. Sistem ini mengenal tiga kategori, yaitu ; (1) kelas (2) sub kelas

(3) satuan kemampuan. Penggolongan ke dalam kelas didasarkan atas intensitas

faktor pembatas yang permanen atau sulit dirubah, penggolongan kedalam sub

kelas didasarkan atas jenis faktor pembatas tersebut dan satuan kemampuan

merupakan paket usaha dan perlakuan yang diperlukan atau disarankan.

a. Kelas

Kelas merupakan tingkat yang tertinggi dan bersifat luas dalam struktur

kemampuan lahan. Penggolongan kedalam kelas didasarkan atas intensitas

faktor-faktor penghambat yang permanen atau sulit diubah.

Pengelompokan tanah di dalam kelas terbagi ke dalam 8 kelas yang

ditandai dengan huruf Romawi dari I sampai VIII. Ancaman kerusakan atau

hamabatan meningkat berturut-turut dari kelas I sampai VIII. Tanah pada kelas

I sampai kelas IV dengan pengelolaan yang baik mampu menghasilkan dan

sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk penanaman tanaman pertanian

umumnya (tanaman semusim dan tanaman tahunan), rumput untuk makanan

ternak, padang rumput dan hutan. Sedangkan tanah pada kelas V sampai kelas

VII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau diperlukan biaya yang sangat tinggi

untuk pengelolaannya.

Kelas I, tanah pada kelas ini tidak mempunyai penghambat atau ancaman

kerusakan yang berarti dan sangat cocok untuk usaha tani yang intensif.

Menurut Suripin, bahwa tanah pada kelas ini umumnya datar, solum dalam,

tekstur agak halus sampai sedang, drainase baik, memiliki curah hujan dan

musim yang cocok untuk hampir semua tanaman dengan hasil yang

memuaskan, tidak memperlihatkan gejala erosi geologis, dan mudah diolah.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa tanah-tanah ini menghadapi resiko

penurunan kesuburan dan pemadatan, maka diperlukan usaha-usaha pemupukan

dan pemeliharan struktur agar lahan tetap produktif. Usaha-usaha lain yang

Page 3: KEMAMPUAN LAHAN

dapat dilakukan adalah pemupukan, pengapuran, penggunaan tanaman penutup

tanah dan pupuk hijau, penggunaan sisa-sisa tanaman dan pupuk kandang serta

pergiliran tanaman. Biasanya dalam peta klasifikasi kemampuan lahan, tanah

pada kelas I diberi warna hijau.

Kelas II, tanah pada kelas ini memiliki sedikit faktor pembatas yang dapat

merupakan salah satu atau kombinasi dari faktor seperti lereng yang landai

(sekitar 5 %), kepekaan erosi atau ancaman erosi sedang atau telah mengalami

erosi sedang, kedalaman efektif agak dalam (90 cm), struktur tanah dan daya

olah kurang baik dengan tekstur agak kasar sampai halus, salinitas ringan

sampai sedang atau terdapat garam natrium yang mudah dihilangkan akan tetapi

besar kemungkinan timbul kembali, kadang-kadang terkena banjir yang

merusak, kelebihan air dapat diperbaiki dengan drainase tetapi tetap ada sebagai

pembatas yang sedang tingkatannya, keadaan iklim agak kurang sesuai bagi

tanaman dan pengelolaannya. Tanah pada kelas ini sesuai untuk penggunaan

tanaman semusim, tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi,

hutan lindung dan cagar alam. Di dalam peta klasifikasi kemampuan lahan

biasanya diberi warna kuning. Penggunaan lahan pada kelas ini memerlukan

tindakan-tindakan pengawetan yang ringan seperti pengolahan tanah menurut

kontur, penanaman dalam jalur(strip cropping), pergiliran tanaman dengan

tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, guludan, pemupukan dan pengapuran.

Kelas III, bahwa tanah pada lahan kelas ini mempunyai lebih banyak

faktor pembatas dari pada tanah di lahan kelas II dan apabila digunakan untuk

usaha pertanian akan memerlukan tindakan konservasi yang serius yang

umumnya akan lebih sulit baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya.

Kondisi lahan pada kelas ini miring atau bergelombang (8-15 %), sangat peka

terhadap erosi, solum dangkal, berdrainase buruk, permeabilitas lambat,

kapasitas menahan air lambat, kesuburan tanah rendah dan tidak mudah

diperbaiki. Apabila lahan ini diusahakan maka akan membutuhkan tindakan

pengawetan khusus seperti perbaikan drainase, system penanaman dalam jalur

Page 4: KEMAMPUAN LAHAN

atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah, pembuatan teras disamping

tindakan-tindakan untuk meningkatkan kesuburan tanah seperti penambahan

bahan organik, pupuk dan sebagainya. Pada lahan kelas ini dapat dipergunakan

untuk tanaman semusim dan usaha pengolahan tanah, tanaman rumput, padang

rumput, hutan produksi, hutan lindung dan suaka margasatwa. Di dalam

kemampuan lahan biasanya diberi warna merah.

Kelas IV, bahwa tanah pada lahan kelas ini mempunyai penghambat yang

lebih besar dibandingkan dengan kelas III sehingga pemilihan jenis penggunaan

atau jenis tanaman juga semakin terbatas. Apabila diusahakan maka akan

membutuhkan tindakan pengawetan khusus yang relatif lebih sulit

pelaksanaannya dan pemeliharaannya dibandingkan kelas-kelas sebelumnya.

Jika dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan teras bangku, saluran

bervegetasi atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah atau makanan ternak

atau pupuk hijau selama beberapa tahun misalnya 3-5 tahun. Hambatan yang

terdapat dalam tanah dalam kelas IV adalah lereng yang miring atau berbukit

(15-25 %), kepekaan erosi yang besar, solum dangkal, kapasitas menahan air

rendah, daerah yang sering tergenang yang menimbulkan kerusakan berat pada

tanaman, drainase buruk, salinitas atau kandungan natrium yang tinggi atau

keadaan iklim yang kurang menguntungkan. Tanah pada kelas IV ini dapat

digunakan untuk tanaman semusim atau tanaman pertanian pada umumnya

dengan usaha-usaha pengawetan yang sulit seperti tanaman rumput, hutan

produksi, ladang penggembalaan, hutan lindung dan suaka alam. Dalam peta

klasifikasi kemampuan lahan diberi warna biru.

Kelas V, tanah-tanah di dalam kelas ini tidak terancam erosi akan tetapi

mempunyai hambatan lain yang tidak praktis untuk dihilangkan sehingga

membatasi pilihan penggunaannya. Tanah-tanah ini terletak pada daerah

topografi datar atau hampir datar tetapi tergenang air, sering dilanda banjir,

berbatu-batu atau mempunyai iklim yang tidak sesuai dan didalam peta

klasifikasi kemampuan lahan biasanya diberi warna hijau tua. Contoh tanah-

Page 5: KEMAMPUAN LAHAN

tanah lahan kelas V adalah tanah di daerah cekungan yang sering tergenang air

sehingga menghambat pertumbuhan tanaman, tanah berbatu, tanah di daerah

rawa-rawa atau di daerah yang sering dilanda banjir sehingga sulit di

drainasekan. Ditambahkan pula bahwa tanah dalam lahan kelas V ini tidak

sesuai untuk tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk ditanami dengan

vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak atau dihutankan.

Kelas VI, tanah pada lahan kelas ini terletak pada lereng yang agak curam

dengan kemiringan 25-45 % sehingga sangat sensitif terhadap erosi sangat

berbatu-batu atau berpasir dan mengandung banyak kerikil, tanahnya sangat

dangkal atau telah mengalami erosi berat. Pada kelas VI ini tidak dapat

digunakan untuk usaha tani tanaman semusim, namun lebih sesuai untuk

vegetasi permanen seperti padang rumput atau makanan ternak atau dijadikan

untuk hutan produksi. Jika digunakan untuk padang rumput sebaiknya

penggembalaan tidak merusak rumput penutup tanah sedangkan jika digunakan

untuk hutan, maka penebangan harus selektif dan mengikuti kaidah-kaidah

konservasi tanah dan air.

Kelas VII, tanah pada lahan kelas ini terletak pada lereng dengan

kemiringan yang curam (45-65 %) dan memiliki solum yang sangat dangkal

serta telah mengalami erosi yang sangat berat. Lahan kelas VII ini tidak cocok

untuk budidaya pertanian. Jika dipergunakan untuk padang rumput dan hutan

produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang sangat berat.

Tanah-tanah pada kelas VII yang dalam dan tidak peka erosi jika dipergunakan

untuk tanaman pertanian harus dibuatkan teras bangku yang ditunjang dengan

cara-cara vegetatif untuk konservasi tanah serta tindakan pemupukan. Pada

peta klasifikasi kemampuan lahan, lahan kelas VII biasa diberi warna coklat.

Kelas VIII, tanah pada kelas ini terletak pada lereng yang sangat curam (>

65 %), permukaannya sangat berbatu karena tertutup batuan lepas atau batuan

singkapan atau tanah pasir di pantai. Lahan ini tidak sesuai untuk budidaya

pertanian, tetapi lebih sesuai dibiarkan dalam keadaan alami dan dapat

Page 6: KEMAMPUAN LAHAN

digunakan sebagai hutan lindung, tempat rekreasi atau cagar alam. Pada peta

klasifikasi kemampuan lahan, lahan kelas VIII ini biasanya diberi warna putih

atau tidak berwarna.

b. Sub Kelas

Sub kelas adalah pembagian lebih lanjut dari kelas berdasarkan atas jenis

faktor pembatas yang sama. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke

dalam empat jenis, yaitu : ancaman erosi (e), keadaan drainase atau kelebihan

air atau ancaman banjir (w), hambatan daerah perakaran (s) dan hambatan iklim

(c).

Suripin (2002) menjelaskan sub kelas klasifikasi kemampuan lahan adalah

sebagai berikut :

Subkelas e terdapat pada lahan yang menunjukkan erosi atau tingkat erosi

yang telah terjadi merupakan masalah utama yang di dapatkan dari

kecuraman lereng dan kepekaan erosi tanah.

Subkelas w terdapat pada lahan dimana kelebihan air merupakan faktor

penghambat utama yang timbul akibat drainase buruk, air tanah yang

dangkal atau tinggi dan bahaya banjir yang merusak tanaman.

Subkelas s meliputi lahan yang lapisan tanahnya dangkal, banyak terdapat

batuan di permukaan, kapasitas menahan air rendah, kesuburan rendah yang

sulit diperbaiki, sifat-sifat kimia sulit diperbaiki misalnya salinitas dan

kandungan garam natrium atau senyawa-senyawa kimia yang lain yang

menghambat pertumbuhan tanaman atau tidak praktis dihilangkan.

Subkelas c meliputi lahan dimana iklim (suhu dan curah hujan) merupakan

pembatas penggunaan lahan.

c. Satuan Kemampuan

Kemampuan lahan dalam tingkat satuan kemampuan memberikan

keterangan yang lebih spesifik dan detail dari pada sub kelas. Tanah yang

termaksud dalam satuan kemampuan lahan mempunyai kemampuan dan

memerlukan cara pengolahan (pemupukan dan lain sebagainya) yang sama

Page 7: KEMAMPUAN LAHAN

untuk pertumbuhan tanaman. Lahan dalam satuan kemampuan yang sama harus

seragam dalam produksi tanaman pertanian atau rumput di bawah tindakan

pengolahaan yang sama, kebutuhan akan tindakan konservasi dan pengelolaan

yang sama di bawah vegetasi penutup yang sama dan mempunyai produksi

potensial yang setara atau perbedaan hasil dibawah system pengelolaan yang

sama.

Satuan kemampuan diberi tanda dengan menambahkan angka-angka ini

menunjukan besarnya tingkat dari faktor penghambat yang ditunjukkan dalam

subkelas. Satuan kemampuan merupakan kelompok lahan yang mempunyai

potensi, faktor pembatas dan satuan pengelolaan yang sama. Satuan

dilambangkan dengan angka. Misalnya IIIe-1, IIIe-2 dan sebagainya. Lahan

dalam satuan yang sama dapat dipergunakan untuk budidaya tanaman yang

sama, memerlukan pengelolaan dan konservasi yang tidak berbeda, serta

potensi produksi yang sebanding.

Page 8: KEMAMPUAN LAHAN

TUGAS INDIVIDUPERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAHDosen: Prof. Dr. Ir. Christianto Lopulisa, M.Sc

KELAS KEMAMPUAN LAHAN(LAND CAPABILITY)

AZHAN AKBAR RG 211 06 010

JURUSAN ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2009