Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Citra Landsat7

download Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Citra Landsat7

of 39

description

lahan

Transcript of Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Citra Landsat7

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007 PENENTUAN KEMAMPUAN LAHAN DENGAN LANDSAT 7 ETM Determination of Land Capability with Landsat 7 ETM

Oleh: Anggoro Cahyo F, S.Si. 1 1 Staf Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut

ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo, yang meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan Galur. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui kemampuan citra digital Landsat 7 ETM dalam memperoleh data parameter fisik lahan yang digunakan untuk penentuan kemampuan lahan, (2) menentukan kemampuan lahan wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo berdasarkan penilaian parameter fisik lahan dari hasil interpretasi citra digital Landsat 7 ETM dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Penelitian ini menggunakan empat teknik pengolahan citra digital untuk melakukan ekstraksi sebagian parameter fisik mulai dari (1) Pemrosesan citra (koreksi radiometrik), (2) Penyusunan citra komposit warna standar RGB 432, (3) Klasifikasi multi spektral, (4) Operasi penajaman dengan ekualisasi histogram dan pemfilteran dengan filter frekuensi tinggi (highpass filter) kernel 3x3 yang digunakan untuk menambah tingkat interpretabilitas parameter fisik. Untuk penilaian kemampuan lahan yang akan digunakan sebagai acuan dalam penilaian tingkat potensi fisik lahan wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo dalam SIG. Hasil ketelitian interepretasi dari citra Landsat 7 ETM untuk bentuk lahan adalah 92%, penutup lahan adalah 83%, tekstur tanah adalah 100%, solum tanah adalah 85%, permeabilitas adalah 85%, salinitas adalah 92%, kerawanan banjir adalah 85%, kerawanan erosi adalah 85%, dan drainase adalah 85%. Hasil dari penelitian ini adalah Peta Kemampuan Lahan skala 1:100.000.

ABSTRACT This Research is executed in southern area of Sub-province of Kulon Progo, covering 4 districts that is Temon, Wates, Panjatan and Galur. The purpose

405

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

of research was to (1) known digital image Landsat 7 ETM ability to extract some physical land parameter was used to determination land capability, (2) determining land capability of southern area of Sub-province of Kulon Progo was made on base of physical parameter assessment from result of digital image Landsat 7 ETM interpretation by using Geographical Information System (GIS). This research using 4 digital image processing technique to extract some physical parameter from (1) image processing (radiometric correction), (2) 432 RGB standard color composite image arrangement, (3) multi spectral classification, (4) sharpening operation with histogram and filtering equalization by kernel 3x3 highpass filter used for increasing the physical parameter interpretability rates. For the assessment of land capability was used for reference to evaluate the physical land potential rates of southern area of Sub-province of Kulon Progo in GIS. The result of interpretation accuracy from Landsat 7 ETM for land form was 92%, land cover was 83%, land texture was 85%, land slum was 100%, land permeability was 85%, salinity was 92%, flood sensitivity was 85%, erosion sensitivity was 85%, and drainage was 85%. The result of research was land capability map with scale 1:100.000.

1. PENDAHULUAN 1.1.Latar BelakangMasalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang berkembang seperti di Indonesia ini untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya adalah bagaimana mengelola dan memelihara sumberdaya alam yang dimiliki sehingga sumberdaya alam tersebut dapat digunakan secara lestari dan tidak merusak lingkungan hidup. Manusia hidup tergantung pada lahan dan luas lahan yang cocok untuk pertanian dan juga tergantung pada cara pemakaian lahan tersebut (Hary Buckman, Nyler Brady, 1957 dalam Sutjipto, Hadi, 1982). Salah satu syarat bagi berhasilnya suatu usaha pertanian tergantung dari perencanaan pengggunaan lahan setempat. Perencanaan penggunaan lahan yang baik harus disesuaikan dengan kemampuannya. Dengan evaluasi lahan dapat diketahui tingkat kemampuan lahan sehingga dapat ditentukan lahan mana yang dapat dikembangkan terlebih dahulu dan jenis penggunaan lahannya agar tidak merusak kualitas lahan tersebut. Kawasan selatan Kulon Progo berdasarkan letak geologinya berada pada propinsi geologi Jawa Tengah zone dataran aluvial pantai (coastal plain) bagian selatan (Bemmelen,1949). Dari peta topografi dapat diketahui bahwa

406

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007 keadaan topografi di kawasan ini berupa dataran rendah dengan ketinggian sampai dengan 50 meter. Kawasan ini merupakan daerah pertemuan antara sistem marin dan sistem fluvial. Hal ini berakibat pada pengendapan material pada tepi perairan. Terhimpunnya material tersebut akan membentuk konfigurasi bentang alam khas daerah pantai termasuk di dalamnya akan mempengaruhi tanaman seperti pandan dan widuri, hewan dan manusianya.

1.2.Tujuana. Mengetahui kemampuan citra digital Landsat 7 ETM dalam memperoleh data parameter fisik lahan berupa bentuk lahan, penggunaan lahan, kepekaan erosi, kerawanan banjir, drainase, salinitas, tekstur dan solum tanah yang digunakan untuk penentuan kemampuan lahan. b. Menentukan kemampuan lahan wilayah Kabupaten Kulon Progo bagian selatan berdasarkan penilaian parameter fisik lahan dari hasil interpretasi

citra digital LandsatGeografis (SIG).

2. METODOLOGI2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat

7 ETM dengan menggunakan Sistem Informasi

-Hardware berupa seperangkat komputer CPU, Monitor, digitizer, dan

oprinter.

-Software pengolahan citra digital, analisis SIG dan layout antara lain:

ERMapper dan Arc View 3.3.

-Peralatan Lapangan : GPS, abneylevel, meteran, kamera, soil test kit dan

EC meter.

2.1.2. Bahan

-Citra Digital Landsat 7 Enhanched Thematic Mapper (ETM) multisaluran

wilayah Kabupaten Kulon Progo.

-Peta RBI digital skala 1 : 25.000 wilayah Kabupaten Kulon Progo.

-Peta Administrasi Kabupaten Kulon Progo skala 1:50.000

407

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

2.2.Pengumpulan Data2.2.1. Penyadapan Data dari Citra Digital Landsat 7 ETM 2.2.1.1. Bentuk Lahan Peta bentuk lahan disusun berdasarkan interpretasi citra satelit Landsat 7 ETM secara visual. Untuk identifikasi dan klasifikasi bentuk lahan dilakukan berdasarkan kriteria Verstappen (1977) dalam Prapto Suharsono (1984) yaitu: Bentuk/relief, akan tampak jelas pada citra monoskopis yang dikenali melalui rona bayangan pada obyek. Tekstur relief sangat penting untk dipertimbangkan dalam interpretasi. Densiti, dengan adanya citra multispektral maka dasar identifikasi bentuk lahan yang berdasarkan pada densitas dapat ditunjukkan dengan kenampakan yang bervariasi, dalam hal ini densiti menjadi hal yang sangat penting dalam indikasi relief, yaitu melalui identifikasi bayangan obyek. Lokasi, terutama situasi ekologi bentuk lahan. Lokasi khususnya situasi ekologis bentang lahan menjadi bagian yang penting dalam identifikasi bentuk lahan. Hal ini dapat dikenali melalui struktur atau pola dari suatu kenampakan: hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan, dan lain-lain yang ada dalam satu kelompok. Lokasi ini dapat ditunjukkan oleh citra melalui karakteristik relief atau densiti.

2.2.1.2. Penggunaan Lahan Peta penggunaan lahan disusun berdasarkan pada klasifikasi penggunaan lahan menurut Malingreau (1982).

2.2.1.4. Tanah Pembentukan tanah dipengaruhi oleh iklim, jasad hidup, batuan induk, topografi dan waktu yang merupakan cerminan dari kesatuan bentuk lahan. Oleh karena itu batas dari satuan bentuk lahan, penutup lahan, kemiringan lereng dan kerapatan alur dapat digunakan untuk pendekatan penelitian tanah. Penentuan tekstur dan solum tanah dengan interpretasi visual citra Landsat 7 ETM.

408

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

Tabel 1. Klas tekstur tanah KodeKlasJenis TanahSkorT1KasarRegosol, Litosol, Organosol1T2Agak KasarPodsolik, Andosol4T3SedangAluvial Coklat, Andosol, Mediteran5T4Agak HalusGley humus, Rensina, Podsol3T5HalusGrumosol, Latosol, Aluvial Kelabu2Sumber : Tim Fakultas Geografi UGM (1994) dengan perubahan

Sedangkan klas solum tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan lereng dari suatu lahan. Pada lahan dengan kemiringan lereng yang besar pembentukan tanah yang terjadi kecil, sebaliknya pada daerah dataran atau kemiringan lereng kecil akan terjadi pembentukan tanah yang lebih intensif. Oleh karena itu kemiringan lereng sangat dipertimbangkan dalam penyusunan klas solum tanah.

Tabel 2. Klas Solum Tanah

Kode KlasS1 Dangkal (100 cm)

Jenis Tanah SkorRegosol, Litosol 1Gley humus, Hidromorf 2Rensina, Planosol 3Andosol, Podsol 4Aluvial, Latosol, Mediteran, 5Podsolik, Grumosol

Sumber : Tim Fakultas Geografi UGM (1994) dengan perubahan

2.2.1.4. Permeabilitas Permeabilitas tanah dapat ditentukan dengan melihat faktor lereng dan tekstur tanah. Semakin besar kemiringan lereng dan semakin kasar tekstur tanah maka permeabilitas akan semakin cepat. Penentuan klas permeabilitas adalah sebagai berikut:

409

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

Tabel 3. Klas permeabilitas

KodeKlasSkorP1Lambat (< 0,5 cm/jam)2P2Agak Lambat (0,5-2,0 cm/jam)5P3Sedang (2,0-6,25 cm/jam)4P4Agak Cepat (6,25-12,5 cm/jam)3P5Cepat (>12,5 cm/jam)1Sumber: Arsyad, 1989, Konservasi Tanah dan Air dengan perubahan

2.2.1.5. Salinitas Salinitas tanah ditentukan berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM dengan pendekatan lereng, tekstur dan solum tanah. Untuk wilayah dengan tekstur halus akan mampu mengikat butir air dan zat-zat kimia lebih banyak, sehingga apabila tanah dipupuk tidak akan hanyut dan zat-zat kimia tanah tidak mudah mengalami pelindian dan ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi garam tanah. Penentuan klas salinitas tanah adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Klas salinitas

KodeKlasSkorg0Sangat rendah (0 - 1500 ppm)4g1Rendah (1500 - 3500 ppm)3g2Sedang (3500 - 6500 ppm)2g3Tinggi (>6500 ppm)1Sumber: Arsyad, 1989, Konservasi Tanah dan Air dengan perubahan

2.2.1.6. Kerawanan bencana

Data yang diperlukan untuk penilaian aspek kerawanan bencana meliputi:

-Daerah Rentan BanjirPenentuan daerah rentan banjir mengacu pada hasil penelitian Suprapto Dibyosaputro (1984) dimana daerah rentan banjir mempunyai hubungan yang erat dengan bentuk lahan, sehingga penentuannya berdasarkan pada interpretasi visual citra Satelit Landsat 7 ETM komposit warna standar. Daerah bentuk lahan asal fluvial mempunyai potensi kerentanan banjir yang besar, adapun untuk menentukan klas kerentanan banjir berdasarkan pada bentuk lahan dan kenampakan perairan serta kelembaban tanah yang

410

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007 diinterpretasi dari citra satelit. Daerah yang sering terkena banjir akan mengakibatkan kelembaban tanah yang tinggi dan begitu juga sebaliknya. Kriteria penentuan klas kerentanan banjir adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Klas Kerawanan Banjir KodeKlasKriteriaKeteranganSkorB1SangatDataran banjir,Selama waktu 6 bulan atau lebih5seringrawa belakangtanah selalu dilanda banjir secarabanjirteratur yang lamanya lebih dari 24jamB2SeringDataranSelama waktu 2-5 bulan dalam6banjiralluvial,setahun, secara teratur selalu dilandakelembabanbanjir yang lamanya lebih dari 24 jamtanah tinggiB3Kadang-Tanggul alamSelama waktu satu bulan dalam7kadangsetahun tanah secara teratur tertutupbanjirbanjir untuk jangka waktu lebih dari24 jamB4JarangDataranBanjir yang menutupi tanah lebih dari8banjiralluvial,24 jam terjadinya tidak teratur dalamterkadangperiode kurang dari satu bulanbanjirB5TidakDaerahDalam periode satu tahun tanah tidak10pernahdataran tinggi,pernah tertutup banjir untuk waktubanjirjarang banjirlebih dari 24 jamSumber: Tim Fakultas Geografi UGM (1994) dan Arsyad, 1989, Konservasi Tanah dan Air

-Daerah Rentan ErosiKepekaan erosi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tanah, batuan, iklim, relief dan vegetasi. Faktor iklim diabaikan karena iklim di daerah penelitian hampir sama. Sedangkan untuk batuan berkaitan erat dengan jenis tanah sehingga faktor batuan tidak terlalu diperhatikan. Oleh karena itu dalam penentuan daerah rentan erosi berdasarkan tekstur dan solum tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan serta kerapatan vegetasi. Daerah dengan kerentanan bahaya erosi yang besar biasanya terletak pada daerah perbukitan terutama pada lereng yang terjal dengan

411

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

kenampakan singkapan batuan ataupun vegetasi penutup yang jarang. Kriteria penentuan klas kerawanan erosi adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Klas Kerawanan Bencana Erosi

Kode KlasE1 Kerawanan erosi tinggiE2 Kerawanan erosi agak tinggiE3 Kerawanan erosi sedangE4 Kerawanan erosi agak rendahE5 Tidak rawan erosiSumber : Tim Fakultas Geografi UGMperubahan

2.2.1.7. Drainase

Kriteria SkorNilai K = 0,43 - 0,64 5Nilai K = 0,33 - 0,43 6Nilai K = 0,21 - 0,32 7Nilai K = 0,11 - 0,20 8Nilai K = 0,00 - 0,10 10(1994) dan Arsyad, 1989 dengan

Drainase tanah ditentukan dari citra dengan melihat faktor lereng, tekstur tanah, kerapatan alur dan kerawanan banjir. Semakin datar suatu wilayah dan semakin tergenang suatu daerah maka drainasenya semakin besar. Penentuan klas drainase tanah adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Klas Drainase Tanah KodeKlasKriteriaSkorD0BerlebihanAir lebih segera keluar dari tanah dan sangat1sedikit air yang ditahan oleh tanah sehinggatanaman akan segera kekurangan air.d1Sangat BaikLahan selalu kering, tidak pernah tergenang6d2BaikDaerah dengan drainase baik, sekalipun5turun hujan tanpa genangan. d3SedangDaerah dengan drainase agak baik, dengan4sedikit terpengaruh oleh air tanah dangkal dan banjir. d4JelekDaerah dengan sedikit masalah drainase,3tergenang sementara setelah hujan atau naiknya air tanah. d5Sangat jelek Terdapat air yang menggenang di2permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman (daerah selalu tergenang). Sumber : Suharsono, 1984 dengan perubahan

412

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

2.2.1.8. Pembuatan Peta Kemiringan Lereng Identifikasi klas relief dari citra Landsat 7 ETM memperhatikan faktor bentuk lahan dan topografi, karena bentuk lahan mempunyai bentuk relief yang khas. Klasifikasi yang digunakan untuk penilaian klas relief mengacu pada klasifikasi Sitanala Arsyad (1989.

Tabel 8. Tipe relief berdasarkan klasifikasi Sitanala Arsyad (1989) NoTipe reliefSudut lerengSkor(%)ADatar0 - 37BBerombak/landai3 - 86CBergelombang/agak miring8 - 155DBerbukit/miring15 - 304EAgak curam30 - 453FCuram45 - 652GSangat curam> 651Sumber : Arsyad, 1989, Konservasi Tanah dan Air

2.3. Penilaian Kemampuan Lahan Wilayah Selatan kabupaten Kulon Penilaian terhadap kemampuan lahan wilayah selatan kabupaten Kulon Progo dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi kemampuan lahan yaitu mengklasifikasikan setiap faktor pendukung dan penghambat kemampuan lahan ke dalam kriteria klas kemampuan lahan. Analisis dilakukan dengan menumpangsusunkan (overlay) peta-peta karakteristik fisik lahan dalam lingkungan Sistem Informasi Geografis (SIG). Variabel yang dimasukkan antara lain : peta lereng, peta kepekaan erosi, peta salinitas, peta tekstur tanah, peta solum tanah, peta permeabilitas, peta drainase tanah, dan peta rawan banjir. Pengelompokkan di dalam satuan kemampuan lahan adalah pengelompokkan tanah-tanah yang memiliki keragaan dan persyaratan yang sama terhadap sistem pengelolaan yang sama bagi usaha tani tanaman pertanian umumnya atau tanaman rumput untuk makanan ternak atau yang lainnya. Kriteria klasifikasi kemampuan lahan dapat dilihat pada tabel berikut :

413

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

Tabel 9. Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan

No Faktorpenghambat/pembatas1 Lereng permukaan2 Kepekaan erosi3 Salinitas4 Kedalaman tanah5 Tekstur tanah

6 Permeabilitas

7 Drainase8 Ancaman banjir

Kelas Kemampuan LahanI II III IV V VI VII VIII

A B C D A E F GE5,E4 E3 E2, E1 E1 (*) (*) (*) (*)G0 G1 g2 g3 (**) g3 (*) (*)S5 S3,S4 S2 S2 (*) S1 (*) (*)T5, T4, T5, T4, T5, T4, T5, T4, (*) T5, T4, T5, T4, T1T3 T3 T3, T2 T3, T2 (*) T3, T2 T3, T2P2,P3 P2,P3 P2,P3, P2,P3, P1 (*) (*) P5P4 P4D1 D2 D3 d4 D5 (**) (**) d0B5 B4 B3 B2 B1 (**) (**) (*)

Sumber : Arsyad, 1989, Konservasi Tanah dan Air

Catatan : (*)= dapat mempunyai sembarang sifat

(**)= tidak berlaku.Tabel diatas hanya digunakan untuk penentuan parameter kemampuan lahan yang akan digunakan sedangkan dalam operasionalnya menggunakan metode skoring dalam tabulasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Pengelompokkan dilakukan secara teratur dengan perhitungan klas interval yang memperhitungkan selisih nilai tertinggi dan terendah dibagi jumlah klas. Formula yang digunakan berdasarkan rumus Sudjanan (1987) :

Keterangan :

i= klas intervalk= banyak klas

julat= selisih klas tertinggi dan terendah

Dari hasil penjumlahan skor semua parameter dapat diketahui bahwa jumlahnilai tertinggi52 sedangkan nilai terendah16 sehingga perhitungan klasinterval adalah:

414

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

Berdasarkan hasil perhitungan klas interval maka dapat dibuat klasifikasi kemampuan lahan yaitu :

Tabel 10. Klasifikasi kemampuan lahan

No.Klas Kemampuan LahanNilai1I 492II44 - 483III39 - 434IV34 - 385V29 - 336VI24 - 287VII19 - 238VIII 18Sumber : Hasil perhitungan

415

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

Gambar 1. Diagram alir penelitian

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Interpretasi Bentuk Lahan dari Citra Landsat 7 ETM Ekstraksi informasi bentuk lahan dari citra Landsat 7 ETM dilakukan dengan cara interpretasi secara interaktif dengan teknik digitasi layar citra penginderaan jauh (on screen digitation). Bentuk lahan yang didapatkan dari hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM komposit 432 secara umum didominasi oleh bentuk lahan asal proses aluvial. Mulai dari dataran aluvial, tanggul alam hingga dataran banjir disebagian besar wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo. Contoh kondisi di lapangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

416

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

Bentuk lahan dataran aluvial sebagian kec. Panjatan Posisi :X: 409388, Y: 9125655

Bentuk lahan dataran banjir sebagian kec. Galur Posisi :X: 416280, Y: 9122485

Persentase luas bentuk lahan wilayah selatan Kabupaten KulonProgodapat dilihat pada tabel berikut.

417

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

Tabel 11. Persentase luas bentuk lahan di daerah penelitian

Bentuk LahanLuas (Ha)% Luas

Perbukitan terkikis1066.37.4Lereng kaki813.25.6Tanggul alam1986.313.7Gisik3000.020.7Dataran aluvial5482.937.8Dataran banjir2138.014.8Total14486.7100.0Sumber : Interpretasi Citra Landsat 7 ETM dan perhitungan dalam SIG

3.2. Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan Peta penutup lahan dalam penelitian ini digunak an untuk analisis pendukung guna penyusunan peta penggunaan lahan aktual wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo. Teknik yang digunakan dalam penyusunan peta penutup lahan dari citra digital Landsat 7 ETM adalah klasifikasi multispektral terselia citra digital Landsat 7 ETM. Setelah dilakukan penyusunan peta penutup lahan maka untuk memperoleh peta penggunaan lahannya dilakukan pengkaitan dengan bentuk lahan. Secara umum pola pen ggunaan lahan wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo hanya didominasi beberapa kelompok saja. Yang dominan pada daerah penelitian adalah penggunaan lahan berupa sawah. Distribusi penggunaan lahan ini terletak pada hampir seluruh bentuk lahan dataran aluvial dan beberapa di dataran banjir. Sedangkan penggunaan lahan kebun campuran terletak pada lereng kaki dan tanggul alam di kecamatan. Luas dan persentase penggunaan lahan di wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut.

418

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

Tabel 12. Luas dan prosentase penggunaan lahan

Penggunaan LahanLuas (Ha)% LuasHutan lahan kering1507.910.4Pekarangan3083.421.3Permukiman312.92.2Kebun campuran435.23.0Sawah5366.237.0Lahan terbuka2437.716.8Tegalan1342.69.3Total14486.7100.0Sumber : Interpretasi Citra dan perhitungandalam SIG

3.3. Hasil Interpretasi Tanah dari Citra Landsat 7 ETM

A. Hasil Interpretasi Tekstur TanahTekstur tanah hasil interpretasi Land 7 ETM pada wilayah selatan sat Kabupaten Kulon Progo sebagian besar berupa tekstur halus dan sedang. Tekstur halus ini terletak pada bentuk lahan tanggul alam kecamatan Temon dan dataran banjir. Hal ini disebabkan pada bentuk lahan tanggul alam dan dataran banjir material yang ada merupakan material hasil proses aluvial yaitu berupa luapan sungai, sehingga material yang ada merupakan material yang mudah terangkut oleh air yaitu material yang halus-halus. Tekstur tanah sedang terletak pada bentuk lahan dataran aluvial dan lereng kaki. Hal ini disebabkan pada bentuk lahan dataran aluvial merupakan hasil proses aluvial dimana material yang terangkut merupakan material yang berasal dari perbukitan di atasnya. Sedangkan pada lereng kaki memiliki material yang sedang karena bentuk lahan ini merupakan peralihan dari perbukitan menjadi dataran sehingga materialnya merupakan material campuran. Tekstur tana h agak kasar terletak pada tanggul alam kecamatan Wates. Hal ini disebabkan terjadinya pengendapan material yang tidak dapat terangkut air saat sungai meluap, material yang terangkut oleh air sungai merupakan meterial yang halus sehingga yang tersisa hanya material yang kasar. 419

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

Sedangkan tekstur tanah yang kasar terletak pada bentuk lahan perbukitan terkikis dan gisik, hal ini disebabkan pada bentuk lahan gisik didominasi oleh material pasir, sedangkan pada perbukitan terkikis disebabkan bentuk lahan ini termasuk dalam formasi sentolo dengan bahan induk pembentuk tanah berupa batu pasir napalan. Luas dan persentase tekstur dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 13. Luas dan persentase tekstur tanah TeksturLuas% LuasKasar4066.328.1Agak kasar1726.311.9Sedang6296.143.5Halus2398.016.5Total14486.7100.0Sumber : InterpretasiCitra dan perhitungan dalam SIG

B. Hasil Interpretasi Solum TanahSolum tanah pada wilayah penelitian sebagian besar didominasi oleh kelassolum dalam dan agak dalam. Kelas solum dalam terletak pada bentuk lahantanggul alam, dataran banjir dan lereng kaki. Sedangkan solum tanah agakdalam terletak pada bentuk lahan dataran aluvial.

Tabel 14. Luas dan prosentase solum tanah

SolumLuas% LuasDangkal (100 cm)4934.234.1Total14486.7100.0Sumber : Interpretasi Citra dan perhitungan dalam SIG

3.4. Interpretasi Permeabilitas dari Citra Landsat 7 ETM

Permeabilitas tanah dapat ditentukan dengan melihat faktor lereng dan tekstur tanah. Semakin besar kemiringan lereng dan semakin kasar tekstur tanah maka permeabilitas akan semakin cepat.

420

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007 Permebilitas pada daerah penelitian yang paling sedikit luasnya adalah kelas permebailitas lambat yang terletak pada bentuk lahan lereng kaki. Hal ini disebabkan pada bentuk lahan ini merupakan tanah rombakan dari bentuk lahan di atasnya yang mempunyai perkembangan profil agak tebal, tekstur lempung pasiran dan konsistensi bila basah sangat lebat dan plastis, bila kering sangat keras dan retak-retak. Permeabilitas pada daerah penelitian sebagian besar berupa kelas permebilitas sedang dan agak cepat. Kelas permeabilitas agak cepat terletak pada bentuk lahan dataran aluvial, sedangkan kelas permeabilitas sedang terletak pada bentuk lahan tanggul alam dan dataran banjir. Antara dataran aluvial, tanggul alam dan dataran banjir sama-sama merupakan hasil proses aluvial tetapi memiliki kelas permebailitas yang berbeda. Hal ini disebabkan pada tanggul alam kecamatan Temon dan dataran banjir memiliki tekstur yang lebih halus dimana tekstur tersebut lebih banyak mengandung lempung dan hampir tidak terdapat pasir, sehingga permeabilitasnya lebih lambat. Sedangkan pada bentuk lahan tanggul alam kecamatan Wates memiliki permeabilitas lambat meskipun tekstur tanah nya agak kasar tetapi karena sering terkena luapan air dari sungai sehingga tanah selalu basah dan pori-pori tanah banyak terisi air. Kelas permebilitas lain yang terdapat pada daerah penelitian adalah kelas permeabilitas cepat. Kelas ini terletak pada bentuk lahan gisik dan perbukitan terkikis. Hal ini disebabkan p ada bentuk lahan gisik ini didominasi oleh pasir sehingga sangat mudah meloloskan air. Sedangkan pada bentuk lahan perbukitan terkikis memiliki kelas permeabilitas cepat karena memiliki tekstur kasar dengan bahan induk berupa batu gamping dan pasir napalan, selain itu juga memiliki kemiringan lereng yang terjal.

Tabel 15. Luas dan prosentase kelas permeabilitas di daerah penelitian

PermeabilitasLuas% LuasLambat (12,5 cm/jam)4068.3628.08Total14486.74100.00Sumber : Interpretasi citra dan perhitungan dalam SIG421

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

3.5. Hasil Interpretasi Salinitas dari Citra Landsat 7ETMSalinitastanah ditentukan berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETMdengan pendekatan lereng, tekstur dan solum tanah. Untuk wilayah dengantekstur halus akan mampu mengikat butir air dan zat-zat kimia lebih banyak,sehingga apabila tanah dipupuk tidak akan hanyut dan zat-zat kimia tanahtidak mudah mengalami pelindian dan ini akan menyebabkan terjadinyaakumulasi garam tanahSalinitas tanah di daerah penelitian didominasi oleh kelas salinitas tinggi. Sedangkan pada daerah dengan tekstur kasar yaitu pada bentuk lahan teras marin yang didominasi oleh pasir lebih mudah meloloskan air sehingga tidak terdapat zat-zat kimia dalam tanah dan ini menyebabkan tanah dengan tekstur kasar salinitas tanahnya sedang.

Tabel 16. Luas dan persentase salinitas di daerah penelitian

SalinitasLuas (Ha)% LuasSedang (3500 - 6500 ppm)3000.0020.71Tinggi (> 6500 ppm)11486.7479.29Total14486.74100.00Sumber : Interpretasi Citra dan perhitungan dalamSIG

3.6. Hasil Interpretasi Kerawanan Bencana dari Citra Landsat 7 ETMA. Hasil Interpretasi Kerawanan BanjirPenentuan daerah rentan banjir mengacu pada hasil penelitian SupraptoDibyosaputro (1984) dimana daerah rentan banjir mempunyai hubunganyang erat dengan bentuk lahan.Pada daerah penelitian terdiri atas 4 kel as daerah rentan banjir, yaitu daerah tidak pernah banjir, jarang banjir, terkadang banjir dan sangat sering banjir. Daerah dengan kelas tidak pernah banjir berada pada bentuk lahan perbukitan terkikis, lereng kaki dan gisik. Pada bentuk lahan perbukitan terkikis tidak pernah banjir karena kemiringan lereng curam, tekstur kasar dan air meresap ke dalam batuan. Pada bentuk lahan lereng kaki tidak pernah banjir karena memiliki kemiringan lereng yang curam sehingga air segera mengalir ke daerah di bawahnya. Sedangkan pada bentuk lahan gisik tidak pernah banjir karena memiliki tekstur yang kasar dengan material berupa pasir sehingga air langsung mengalir ke bagian bawah.

422

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

Tabel 17. Luas dan prosentase kerawanan banjir di daerah penelitian

Kerawanan BanjirLuas% LuasTidak Pernah Banjir4879.5133.68Jarang Banjir5482.9137.84Terkadang Banjir1736.3712.00Sangat Sering Banjir2387.9616.48Total14486.74100.00Sumber : Interpretasi Citra dan perhitungandalam SIG

B. Hasil Interpretasi Kerawanan ErosiDaerah penelitian didominasi oleh ke kerawanalasn erosi agakrendah, yangterletak pada bentuk lahan dataran aluvial, dataran banjir, tanggul alam dansebagian perbukitan terkikis. Hal ini disebabkan pada bentuk lahantersebutmemiliki kemiringan lereng datar, selain itu juga memiliki tekstur tanahsedang sehingga agak susah terangkut olehair. Vegetasi penutup dengankerapatan tinggi dapat mengurangi tingkat erosi.Sedangkan kerawanan erosi tinggi terletak pada lereng kaki dan sebagian perbukitan terkikis. Hal ini disebabkan daerah ini memiliki kemiringan lereng yang curam sehingga material yang ada agak mudah terangkut oleh aliran air, dan pada perbukitan terkikis material yang ada kasar dengan vegetasi penutup yang sedikit. Sedangkan daerah tidak rawan erosi terletak pada bentuk lahan gisik. Hal ini disebabkan pada daerah ini memiliki tekstur pasir sehingga air sangat mudah lolos ke lapisan tanah di bawahnya dan tidak mengangkut material yang ada.

Tabel 18. Luas dan persentase kerawanan erosi di daerah penelitian

Kerawanan ErosiLuas (Ha)% LuasTidak Rawan Erosi3000.0020.71Kerawanan Erosi Agak Rendah10420.0171.93Kerawanan Erosi Tinggi1066.747.36Total14486.74100.00Sumber : Interpretasi Citra dan perhitungan dalam SIG423

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

3.7. Hasil Interpretasi Drainase dari Citra Landsat 7 ETMDrainase tanah ditentukan dari citradengan melihat faktorlereng, teksturtanah, kerapatan alur dan kerawanan banjir. Semakin datar suatu wilayahdan semakin tergenang suatu daerah maka drainasenya semakin besar.Drainase tana h pada daerah penelitian didominasi oleh kelas drainase baik, kelas i ni berada pada bentuk lahan dataran aluvial, yang sangat jar ang banjir dengan tekstur sedang dan lereng datar. Selain itu, kelas ini juga terletak pada lereng kaki yang memilki tekstur sedang dan sangat jarang ba njir. Daerah dengan kelas ini sekalipun hujan tidak menyebabkan genangan. Drainase sangat baik terletak pada bentuk lahan perbukitan terkikis dimana lahan selalu kering tidak pernah tergenang. Hal ini disebabkan bentuk lahan ini memiliki tekstur kasar dan sangat jarang banjir. Sedangkan pada bentuk lahan gisik memiliki kelas drainase berlebihan hal ini disebabkan tekturnya pasir sehingga air segera keluar dari tanah dan sedikit yang ditahan oleh tanah. Hal ini berbeda dengan perbukitan terkikis meskipun memiliki kelas tekstur sama yaitu kasar tapi jenis tanah berbeda, pada gisik berupa pasir sedangkan pada perbukitan karst berupa pasir lempungan sehingga masih bisa menahan air, ini dicirikan dari banyaknya vegetasi penutup pada bentuk lahan perbukitan terkikis. Drainase sedang berada pada bentuk lahan tanggul alam karena pada bentuk lahan ini terkadang banjir dan sedikit terpengaruh oleh air tanah dangkal. Sedangkan drainase jelek ada pada bentuk lahan dataran banjir. Hal ini disebabkan daerah ini memiliki tekstur halus sering tergenang sementara setelah hujan atau naiknya air tanah. Luas dan persentase kelas drainase di wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 19. Luas dan persentase kelas drainase di daerah penelitian

DrainaseLuas% LuasBerlebihan3000.0020.71Sangat Baik1066.287.36Baik6296.1443.46Sedang1986.3413.71Jelek2137.9914.76Total14486.74100.00Sumber : Interpretasi Citra dan perhitungan dalam SIG

424

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

3.8. Peta Kemiringan Lereng Hasil Analisis DEM Peta kemiringan lerengwilayah selatan Kabupaten Kulon Progodiperoleh dandiklaskan berdasarkan analisa dari pengolahan peta RBI digital denganmenggunakanModelMedan Digital (Digital Terrain Model/DTM).

Sebenarnya klasifikasi relief dan klas lereng menurut Arsyad tahun1989mempunyai 7 klas akan tetapi dari hasil pengolahan peta RBI digital padadaerah penelitian hanya didapatkan6 klas lereng. Hal ini disebabkankarakteristik daerah penelitian yang berupa dataranalluvial maka mayoritasdaerahnya mempunyai klas lereng dan tipe relief datar dan hanya sebagiankecil wilayah yang mempunyai klas lereng lebih dari 0-3% (datar).

Luas lereng/relief di wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo dapat dilihatpada tabel berikut.

Tabel 20. Luas dan persentase lereng/relief

LerengLuas% Luas0-3 %14109.9096.443-8 %86.060.598-15 %263.751.8015-30 %100.760.6930-45 %65.550.4545-65 %4.890.03Total14630.91100.00Sumber: Perhitungan dalam SIG

3.9. Data KeluaranDari hasil evaluasikemampuan lahan dengan menggunakan Sistem InformasiGeografis(SIG) dapat diketahui wilayah selatan Kabupaten Kulon Progoterbagi ke dalam 3tingkat kemampuan lahan, yaitu kelasIII, kelas IV, dankelas V. Kemampuan lahan kelas III adalah yang paling dominan di daerahpenelitian, daerah yang masuk dalam kategori ini adalah daerah dengan skortotal dari penjumlahan skor-skor parameter fisik sebesar 39-43. Kemampuanlahan kelas ini beradapada daerah dengan bentuk lahan berupa dataranaluvial, tanggul alam dan lereng kaki. Kekurangan dari dataran aluvial adalah

425

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

solum tanah yang agak dangkal, kerawanan erosi agak rendah. Pada tanggul alam faktor penghambat adalah tekstur yang agak kasar dan terkadang banjir, sedangkan pada lereng kaki kemiringan lereng merupakan faktor penghambat utama. Kelas kemampuan lahan IV berada pada bentuk lahan dataran banjir dan sebagian perbukitan terkikis. Faktor penghambat pada dataran banjir adalah tingkat kerawanan erosi dan banjir yang tinggi. Sedangkan pada perbukitan terkikis adalah solum tanah yang dangkal.

Gambar 2. Peta klas kemampuan lahan Kelas kemampuan lahan V pada bentuk lahan perbukitan terkikis kecamatan Temon dan bentuk lahan gisik. Faktor penghambat utama perbukitan terkikis adalah kemiringan lereng yang curam selain itu solum tanah juga dangkal serta kerawanan erosi tinggi. Sedangkan hambatan utama pada bentuk lahan gisik adalah solum tanah yang sangat dangkal, karena yang ada hanya material pasir, serta sulitnya air tanah. Luas dan persentase kelas kemampuan lahan dapat dilihat pada tabel berikut.

426

Proceeding Geo-Marine Research Forum 2007

Tabel 21. Luas dan Persentase Kelas Kemampuan Lahan per Kecamatan

Kecamatan KemampuanlahanTemon Kelas IIIKelas VWates Kelas IIIKelas IVKelas VPanjatan Kelas IIIKelas IVKelas VGalur Kelas IIIKelas IVKelas VSumber : Hasil perhitungan

Tabel 22. Luas dan Perse ntase

Kemampuan LahanKela s IIIKela s IVKelas VSumber : Hasil perhitungan

4. KESIMPULAN

Luas Persentase(Ha) (%)2586.28 69.981109.28 30.022196.75 67.72608.50 18.76438.64 13.521811.16 41.201587.92 36.12996.74 22.681802.31 57.19755.63 23.98593.55 18.83

Kelas Kem ampua n Laha n

Luas (Ha) % Luas8389 .86 57.922958 .68 20.423138.20 21.66

a. Citra penginderaan jauh yang dihasilkan dari satelitsumberdaya Landsat

7 ETM dapat digunakan untukpenyadapan data beberapa parameter fisik

wilayah selatan Kabupaten Kulon Progodengan beberapa pemrosesan

citra secara digital(digital image processing). Kom onenplahan

(parameter fisik) yang diambil daricitra Landsat 7 ETM adalah penutup

lahan untuk penyusunan peta penggunaan lahan aktual, bentuk lahan,

tekstur tanah, solum tanah, salinitas, permeabilitas, kerawanan banjir,

kerawanan erosi, dan drainase. Hasil uji interpretasi tiap komponen yang

disadap dari citra Landsat 7 ETM adalah bentuk lahan (92%), penutup

lahan (83%), tekstur tanah (100%), solum tanah (85%), salinitas (92%),

427

Penentuan Kemampuan Lahan Dengan Landsat 7 ETM

permeabilitas (85%), kerawanan banjir (85%), kerawanan erosi (85%), dan drainase (85%). b. Wilayah selatan Kabupaten Kulon Progo berdasarkan hasil analisis dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) terdiri atas 3 kelas kemampuan lahan yaitu kemampuan lahan kelas III, IV dan V.

428