KELOMPOK_7[1]

download KELOMPOK_7[1]

of 22

description

mnvbmnv mnmn

Transcript of KELOMPOK_7[1]

TUGAS KELOMPOKKEPERAWATAN ANASTESI POST OPERATIF

DISUSUN OLEH: KELOMPOK VII

SARINA FITRIA RAMADHANAINUN ROLASANDI HARIS

JURUSAN SI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR MAKASSAR2015KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang atas berkah dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan judul POST OPERATIFMakalah ini di buat sebagai salah satu syarat dan tugas mata kuliah KEPERAWATAN ANASTESI dalam semester VIIKami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan. Terima kasih.

Makassar, November 2015

DAFTAR ISI Halaman Judul 1Kata Pengantar 2Daftar Isi 3BAB I PENDAHULUAN 4a. Latar Belakang 4b. Tujuan 5BAB II PEMBAHASAN 6BAB III PENUTUP22a. Kesimpulan 22b. Saran 22DAFTAR PUSTAKA 24

BAB IPENDAHULUAN A. Pendahuluan Pada umumnya, setelah dioperasi, penderita ditempatkan dalam ruang pemulihan (recovery room) dengan penjagaan terus-menerus sampai ia sadar. Penderita yang menjalani operasi kecuali operasi kecil, keluar dari kamar operasi dengan infus intravena yang terdiri atas larutan NaCl 0,9% atau glukosa 5% yang diberikan berganti-ganti menurut rencana tertentu. Di kamar operasi (atau sesudah keluar dari situ) ia, jika perlu, diberi pula transfusi darah. Pada waktu operasi penderita kehilangan sejumlah cairan, sehingga ia meninggalkan kamar operasi dengan defisit cairan. Oleh karena itu, biasanya pascaoperasi minum air dibatasi, sehingga perlu pengawasan keseimbangan antara cairan yang masuk dengan infus, dan cairan dengan evaporasi dari kulit dan pernapasan. Dapat diperkirakan bahwa dalam 24 jam sedikitnya 3 liter cairan harus dimasukkan untuk mengganti cairan yang keluar. Sebagai akibat anestesi, penderita pascaoperasi biasanya enek, kadang sampai muntah. Ia tidak boleh minum, sampai rasa enek hilang sama sekali; kemudian, ia boleh minum sedikit-sedikit, untuk lambat laun ditingkatkan. Dalam 24 sampai 48 jam pascaoperasi, hendaknya diberi makanan cair; sesudah itu, apalagi jika sudah keluar flatus, dapat diberi makanan lunak bergizi untuk lambat-laun menjadi makanan biasa. Pada pascaoperasi peristalik usus mengurang dan baru lambat laun pulih kembali. Pada hari kedua pascaoperasi biasanya usus bergerak lagi; dengan gejala mules, kadang-kadang disertai dengan perut kembung sedikit. Pengeluaran flatus dapat dibantu dengan pemberian dosis kecil prostigmin, dengan teropong angin dimasukkan ke dalam rektum, dan kadang-kadang perlu diberikan klisma kecil terdiri atas 150 cc. campuran minyak dan gliserin. Pemberian antibiotik pada pascaoperasi tergantung dari jenis operasi yang dilakukan. Misalnya, setelah kista ovarium kecil diangkat, tidak perlu diberi antibiotik; akan tetapi sesudah histerektomi total dengan pembukaan vagina, sebaiknya obat tersebut diberikan. Pasien dengan masalah kesehatan membutuhkan perawatan postoperatif dalam ICU untuk mendapatkan ventilasi jangka panjang dan monitoring sentral. Ketika pasien diserahterimakan kepada perawat harus disertai dengan laporan verbal mengenai kondisi pasien tersebut berupa kesimpulan operasi dan intruksi pasca operatif.B. Rumusan Masalah 1. Pengertian post operatif?2. Bagaimana Ruang Perawatan Pasca Operatif?3. Bagaimana Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room?4. Bagaimana Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari Recovery Room?5. Apa Komplikasi Pasca Operatif?6. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operatif?C. Tujuan 1. Mengetahui Pengertian post operatif?2. Mengetahui Bagaimana Ruang Perawatan Post Operatif?3. Mengetahui Bagaimana Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery Room?4. Mengetahui Bagaimana Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari Recovery Room?5. Mengetahui Apa Komplikasi Pasca Operatif?6. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operatif?

BAB IIPEMBAHASAN A. Pengertian Post Operatif Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.Perawatan Post Operasi adalah perawatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah tindakan operasi sebagai tindak lanjut.Sedangkan Luka Operasi adalah luka yang disebabkan karena tindakan operasi. Misalnya : Operasi Saecar, operasi usus buntu. Biasanya luka tipe ini lebih kecil hanya berupa sayatan dan sudah dilakukan penjahitan jaringan, sehingga biasanya luka tidak dalam kondisi terbuka . Untuk kondisi ini luka berada pada kondisi luka bersih sehingga yang harus ditekankan adalah perawatan luka selanjutnya juga harus mempertahankan kebersihannya / sterilitasnya, karena itu adalah hal yang penting yang harus diperhatikan luka segara sembuh.Selain perawatan yang baik , nutrisi juga merupakan faktor penting yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka, disarankan agar makan makanan yang mengandung protein yang tinggi : telur, ikan, daging karena protein sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka.Luka operasi secara normal akan mengalami penyembuhan luka setidaknya dalam waktu 3 minggu, jika dalam kurung waktu tersebut luka tidak mengalami penyembuhan, maka luka sedang mengalami masalah.B. Ruang Perawatan Post OperatifRecovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul keadaan gawat pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan. Selama belum sadar betul, klien dibiarkan tetap tinggal di RR. Setelah operasi, klien diberikan perawatan yang sebaik-baiknya dan dirawat oleh perawat yang berkompeten di bidangnya (ahli dan berpengalaman).Ruang pemulihan hendaknya diatur agar selalu bersih, tenang, dan alat-alat yang tidak berguna disingkirkan. Sebaliknya, semua alat yang diperlukan harus berada di RR. Sirkulasi udara harus lancar dan suhu di dalam kamar harus sejuk. Bila perlu dipasang AC. Bila pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil-bagus, perafasan lancar-adekuat dan kesadaran sudah mencukupi (lihat Aldered Score), barulah klien dipindahkan ke kamarnya semula (bangsal perawatan).Syarat Ruangan1. Tenang, bersih dan bebas dari peralatan yang tidak dibutuhkan2. Warna ruangan lembut dan menyenangkan3. Pencahayaan tidak langsung4. Plafon kedap suara5. Peralatan yang mengontrol atau menghilangkan suara (ex : karet pelindung tempat tidur supaya tidak mengeluarkan suara saat terbentur)6. Tersedia peralatan standart : alat bantu pernafasan; oksigen, laringoskop, set trakeostomi, peralatan bronkial, kateter, ventilator mekanis dan perlatan suction)7. Peralatan kebutuhan sirkulasi : aparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma ekspander, set intravena, defibrilator, kateter vena, dan tourniquet8. Balutan bedah, narkotik dan medikasi kedaruratan9. Set kateterisasi dan peralatan drainage10. Tempat tidur pasien yang dapat diakses dengan mudah, aman dan dapat digerakkan dengan mudah11. Suhu ruangan berkisar antara 20 22.2oC dengan ventilasi ruangan yang baik.Tugas Perawat di Recovery Room1. Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernafasan setiap 15 menit, lalu setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya. Setelah itu bila keadaan tetap baik, pemeriksaan dapat diperlambat. Bila tidak ada petunjuk khusus, lakukan setiap 30 menit. Laporkan pula bila ada tanda-tanda syok, perdarahan dan menggigil.2. Infus, kateter dan drain yang terpasang perlu juga diperhatikan3. Jagalah agar saluran pernafasan tetap lancar. Klien yang muntah dimiringkan kepalanya, kemudian bersihkan hidung dan mulutnya dari sisa muntahan. Bila perlu, suction sisa muntahan dari tenggorokan.4. Klien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidak menyumbat saluran pernafasan. Bila perlu, pasang bantal di bawah punggung, sehingga kepala berada dalam sikap mendongak. Pada klien dengan laparatomi, tekuk sedikit lututnya agar perut menjadi lemas dan tidak merenggangkan jahitan luka.5. Usahakan agar klien bersikap tenang dan rileks.6. Tidak perlu segan untuk melaporkan semua gejala yang perawat anggap perlu untuk mendapatkan perhatian, termasuk gejala yang tampaknya tidak berbahaya.C. Kriteria Pasien Yang di Perbolehkan Keluar Dari Recovery RoomPasien dipindahkan dari ruang pemulihan bila criteria berikut sudah bisa dipenuhi :1. Gejala vital stabil dan fungsi respiratori serta sirkulatori sempurna.2. Pasien sudah bangun atau mudah bangun dan bisa memanggil bila ada keperluan.3. Komplikasi pasca bedah telah dievaluasi dengan cermat dan terkendali.4. Setelah anastesi regional fungsi motor dan sebagian sensori telah pulih kembali pada daerah yang terkena anastesi.5. Klien telah mempunyai control suhu tubuh yang baik, fungsi ventilasi yang baik, nyeri dan mual minimal, pengeluaran urin yang adekuat, dan cairan elektrolitnya seimbang.Pasien-pasien yang sakit akut yang memerlukan supervise ketat dipendahkan ke unit intensif. Banyak pasien dipindahkan ke unit klinis. Unit diberi tahu bahwa akan datang pasien dan semua informasi yang tepat mengenai status pasien dikomunikasikan pada perawat yang akan meneruskan asuhan keperawatan pasca bedah. Perawat dari ruang pemulihan membuat ringkasan tentang catatan sebelum pasien meninggalkan ruang pemulihan.D. Tugas Perawat Ruangan Setelah Menerima Pasien dari Recovery RoomPada saat pasien siap dipindahkan dari Recovery Room, petugas memberitahu pada divisi keperawatan tentang kedatangan klien. Hal ini akan memudahkan petugas keperawatan untuk memberi informasi kepada anggota keluarga klien tentang tindakan pembedahan yang telah dijalani klien. Perawat biasanya menganjurkan anggota keluarga tetap berada diruang tunggu sehingga mereka dapat ditemukan jika dokter bedah datang untuk menjelaskan kondisi klien. Dokter bedah akan memeberikan gambaran tentang status klien, hasil pembedahan dan adanya komplikasi.Rasa cemas akan meningkat jika dokter bedah menginformasikan keluarga tentang lamanya pembedahan dan jika klien masih berada dalam ruang operasi melebihi waktu yang diperkirakan. Perawat dapt membantu keluarga menghilangkan rasa khawatir dengan menjelaskan alas an penundaan yang normal, seperti perlunya persiapan ruang operasi atau adanya keterlambatan papembedahan sebelumnya. Apabila lama klien berada di RR bertambah, perawat dapat menjelaskan pada keluarga bahwa klien lebih lama disanan untuk diobservasi. Apabila klien mengalami komplikasi, dokter bedah bertanggung jawab untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi selama pembedahan berlangsung.1. Persiapan di unit klinisRuang pasien dipersiapkan sehingga memberi fasilitas kepada kepindahan pasien serta dilaksanakan pemantauan. Keluarga diberitahu bahawa pasien akan kembaliBanyak ahli bedah suka menceritakan hasil bedah dengan keluarganya segera setelah boperasi usai dan mengunjungi pasien dan menceritakan apa yang ditemukan secara singkat dan memberi jaminan. Keluarga pasien kebanyakan suka cemas tentang kondisi pasien dan suka tidak bisa menanggapi apa yang ahli bedah terangkan kepada mereka. Pasien sering menderita amnesia pada jam-jam pertama mulai sadar dan tidak dapat mengingat apa yang sudah dikatakan kepadanya.Perawat harus mengetahui apa yang sudah dikatakan kepada pasien dan keluarganya sehingga bisa memberi jawaban jika mereka ditanya. Keluarga juga harus mengetahui apa yang diharapkan bila pasien kembali ke unit.2. Persiapan bangsal untuk pasien yang kembali dari kamar bedah a. Menyiapkan tempat tidur terbuka untuk pasien bedah agar perpindahan berjalan lancer.b. Disiapkan cukup selimut (pasien masih suka kedinginan).c. Perintang-perintang lalu lintas dipindahkan.d. Persiapan perlengkapan :1) Tiang infuse2) Sphygmomanometer3) Alat khusus yang dipesan oleh perawat ruang pemulihanE. Komplikasi Pasca Operatif 1. SyokDigambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk sampah metabolisme. Tanda-tandanya :a. Pucatb. Kulit dingin dan terasa basahc. Pernafasan cepatd. Sianosis pada bibir, gusi dan lidahe. Nadi cepat, lemah dan bergetarf. Penurunan tekanan nadig. Tekanan darah rendah dan urine pekat.Pencegahan :a. Terapi penggantian cairanb. Menjaga trauma bedah pda tingkat minimumc. Pengatasan nyeri dengan membuat pasien senyaman mungkin dan dengan menggunakan narkotik secara bijaksanad. Pemakaian linen yang ringan dan tidak panas (mencegah vasodilatasi)e. Ruangan tenang untuk mencegah stressf. Posisi supinasi dianjurkan untuk memfasilitasi sirkulasig. Pemantauan tanda vitalPengobatan :a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasanb. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkanc. Pemantauan status pernafasan dan CVd. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul jika diindikasikane. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex : komponen darah, albumin, plasma atau pengganti plasma)f. Penggunaan beberapa jalur intravenag. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik (mengurangi retensi cairan dan edema)2. HemorrhagiJenis :a. H. Primer : terjadi pada waktu pembedahanb. H. Intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikatc. H. Sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.Tanda-tanda :Gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.Penatalaksanaan : a. Pasien dibaringkan seperti pada posisi pasien syokb. Sedatif atau analgetik diberikan sesuai indikasic. Inspeksi luka bedahd. Balut kuat jika terjadi perdarahan pada luka operasie. Transfusi darah atau produk darah lainnyaf. Observasi VS.3. Trombosis Vena Profunda (TVP)Merupakan trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial.Manifestasi klinis :a. Nyeri atau kram pada betisb. Demam, menggigil dan perspirasic. Edemad. Vena menonjol dan teraba lebih mudahPencegahan :a. Latihan tungkaib. Pemberian Heparin atau Warfarin dosis rendahc. Menghindari penggunaan selimut yang digulung, bantal yang digulung atau bentuk lain untuk meninggikan yang dapat menyumbat pembuluh di bawah lututd. Menghindari menjuntai kaki di sisi tempat tidur dalam waktu yang lamaPengobatan :a. Ligasi vena femoralisb. Terapi antikoagulanc. Pemeriksaan masa pembekuand. Stoking elatik tinggie. Ambulasi dini.4. Embolisme PummonalTerjadi ketika embolus menjalar ke sebelah kanan jantung dan dengan sempurna menyumbat arteri pulmonal. Pencegahan paling efektif adalah dengan ambulasi dini pasca operatif.5. Retensi urinePaling sering terjadi setelah pembedahan pada rektum, anus dan vagina.

6. DeliriumPenurunan kesadaran dapat terjadi karena toksik, traumatik atau putus alkohol.Asuhan Keperawatan Post Operatif (Aldered Score)AREA PENGKAJIANPOIN NILAISAAT PENERIMAANSETELAH

1 jam2 jam3 jam

Pernafasan :1. Kemampuan untuk bernafas dengan dalam dan batuk2. Upaya bernafas terbatas (dyspnea atau membebat)3. Tidak ada upaya spontan2

1

0

Sirkulasi : 1. Tekanan Arteri Sistolik >80% dari tingkat pra-anesthetik2. 50% 80% dari tingkat pra-anesthetik3.