Kelompok_5

5
Kelompok 5 1. Ario Aditya W. (05) 2. Diyah Laila Putri S. (08) 3. Istianatin N. (11) 4. Risa fitria Mahadhika (23) 5. Sukma Amalia Nur Shalsabilla (30) Membandingkan Teks KUHP dengan Hukum Peradilan : 1. Tujuan 2. Struktur 3. Kaidah Bahasa Tujuan 1. Tujuan teks KUHP dalam anekdot : Untuk menyindir tersangka-tersangka korupsi 2. Tujuan teks Hukum Peradilan dalam anekdot : Sindiran untuk seseorang yang mudah percaya terhadap omongan orang lain tanpa adanya bukti yang akurat. Struktur teks KUHP dalam anekdot : 1. Abstraksi Seorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana. 2. Orientasi Suasana kelas biasa-biasa saja 3. Krisis KUHP dipelesetkan menjadi “Kasih Uang Habis Perkara” 4. Reaksi

Transcript of Kelompok_5

Kelompok 51. Ario Aditya W.(05)2. Diyah Laila Putri S.(08)3. Istianatin N.(11)4. Risa fitria Mahadhika(23)5. Sukma Amalia Nur Shalsabilla (30)

Membandingkan Teks KUHP dengan Hukum Peradilan :1. Tujuan2. Struktur3. Kaidah BahasaTujuan 1. Tujuan teks KUHP dalam anekdot :Untuk menyindir tersangka-tersangka korupsi2. Tujuan teks Hukum Peradilan dalam anekdot :Sindiran untuk seseorang yang mudah percaya terhadap omongan orang lain tanpa adanya bukti yang akurat.

Struktur teks KUHP dalam anekdot :1. AbstraksiSeorang dosen fakultas hukum suatu universitas sedang memberikan kuliah hukum pidana.2. OrientasiSuasana kelas biasa-biasa saja3. KrisisKUHP dipelesetkan menjadi Kasih Uang Habis Perkara4. ReaksiMahasiswa tercengang dan tertawa, sedangkan dosen hanya menggelengkan kepala.5. KodaMahasiswa tercengang dan tertawa, sedangkan dosen hanya menggelengkan kepala.

Struktur teks Hukum Peradilan dalam anekdot :1. AbstraksiPada zaman dahulu disuatu negara ada seorang tukang pedati yang rajin dan tekun.2. OrientasiSuatu pagi saat tukang pedati melewati jembatan, jembatan itu tidak kuat, sehingga dagangan, kuda, dan tukang pedati itu jatuh ke sungai. Si tukang pedati dan keluarganya melaporkan si pembuat jembatan ke Hakim, karena merasa dirugikan.3. KrisisTidak ada yang mengaku bersalah, si tukang jembatan menyalahkan si tukang kayu, si tukang kayu menyalahkan si penjual kayu, dan si penjual kayu menyalahkan pembantunya. Mereka saling membela diri.4. ReaksiPenjara tidak muat untuk si pembantu yang gemuk, tinggi, dan tidak punya uang untuk disita. Lalu si Hakim menyuruh pengawalnya untuk mencari pembantu yang berbadan kurus, endek, dan punya uang dan memenjarakannya.5. KodaAkhirnya si pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang dimasukkan penjara dan disita uangnya. Peradilan pun dianggap adil.

Kaidah Bahasa : Penggunaan kata/kalimat seru dalam teks KUHP1. Dengan tegas Ahmad menjawab, Kasih Uang Habis Perkara, Pak..!!!2. Petanyaan pak dosen dijawab dengan tegas, Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru terbaik, pak!!!! Penggunaan kata/kalimat seru dalam teks Hukum Peradilan1. Hakim berkata pada pengawalnya, Hai pengawal, bawa si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!!2. Berteriaklah sang hakim kepada pengawalnya, Hai, pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang!!3. 3. Dengan entengnya, sang hakim menjawab, kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan punya uaaaaang!!4. 4. Masyarakat yang ada serempak menjawab, adiiiilllllll!!!

Penggunaan penunjuk waktu lampau : Pada zaman dahulu Ada seorang Suatu pagi

Berdasarkan penggunaan bahasa leluconnya :1. Teks KUHP : Menggunakan bahasa percakapan sehari-hariContoh : KUHP dipelesetkan menjadi Kasih Uang Habis Perkara.2. TEKS Hukum Peradilan : Menggunakan bahasa formal, tetapi tidak meninggalkan bahasa sehari-hari.contoh : si pembantu yang pendek, kurus, dan punya uang dijadikan tersangka terakhir oleh hakim, padahal dia tidak bersalah. Hanya karena bentuk fisik, sehingga dia dijatuhi hukuman.

Penggunaan bahasa kritik :1. Teks KUHP : Sedangkan Pak Dosen hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya menambahkan pertanyaan kepada Ahmad.saudara Ahmad, darimana saudara tahu jawaban itu?2. Teks Hukum Peradilan : Namun sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Kalau itu permasalahannya, jangan salahkan saya, salahkan saja si penjual kayu yang menjual kayu yang jelek. Kalu itu permasalahannya, jangan salahkan saya, yang salah pembantu saya.

Menganalisis kaidah bahasa :Dalam teks KUHP : Dalam teks KUHP dalam anekdot penggunaan kata/ kalimat seru digunakan sebagai penekanan dalam kalimat yang diucapkan. Penggunaan penunjuk waktu lampau tidak menggunakan keterangan waktu, melainkan dengan petunjuk lakuan. Bahasa lelucon dalam percakapan antara Ahmad dengan Pak Dosen, sehingga semua teman Ahmad tercengang karena kelucuan yang dibuatnya. Kritikan dalam teks KUHP dimaksudkan untuk mengkritik pihak-pihak yang sering terlibat korupsi.Dalam teks Hukum Peradilan : Sama seperti halnya pada teks KUHP, dalam teks Hukum Peradilan kata? Kalimat seru juga digunakan sebagai penekanan kalimat yang diucapkan. Dalam teks Hukum Peradilan penunjuk waktu lampau menggunakan keterangan waktu, seperti : pada zaman dahulu. Bahasa lelucon yang digunakan tidak begitu menonjol karena ini termasuk cerita hukum, tetapi dapat dipahami dimana letak kalimat yang menunjukkan kalimat leluconnya. Kritikan dalam teks Hukum Peradilan dimaksudkan untuk mengkritik pihak berwajib yang mudah percaya pada fakta yang diungkapkan oleh seseorang, tanpa adanya bukti yang akurat. Mengevaluasi kaidah bahasa :1. Pada teks KUHP DALAM ANEKDOT & teks ANEKDOT HUKUM PERADILAN, penggunaan kata atau kalimat seru sudah tepat karena merupkan kalimat seru.2. Pada teks KUHP DALAM ANEKDOT penunjuk latar waktu masa lampau tidak disertakan sedangkan pada teks ANEKDOT HUKUM PERADILAN penunjuk latar waktu masa lampau sudah disertakan. Contohnya adalah kata-kata pada zaman dahulu. Jadi pada teks KUHP DALAM ANEKDOT seharusnya diberi keterang waktu lampau.3. Pada kedua teks tersebut sudah ada kata kata leluconnya dengan ciri dan gayua bahasa masing masing.4. Penggunaan bahasa kritik pada kedua teks tersebut disampaikan lewat sindiran melalui dialog antar tokoh dalam teks tersebut.