kelompok PAB

download kelompok PAB

of 13

Transcript of kelompok PAB

MAKALAH PAB

KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR BERSIH DAN WATER WASHED DISEASE ( PENYAKIT KULIT SCABIES)

OLEH KELOMPOK 3A

MUH.IBRAHIM SAND WA ODE DITA ARLIANA IFAN PRATAMA SALAH FIRNASRUDIN RAHIM ELVA PERMATASARI M ANDI DES

K1110900 K11109012 K11109020 K11109024 K1109 K11109023

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau. Konsekuensi dari penggunaan air yang tidak bersih dan hygiene akan mengganggu kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Air yang berkualitas meliputi kualitas fisik, kimia dan bebas dari mikroorganisme. Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI (2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun kebutuhan air bersih pada masyarakat perkotaan. Menurut Totok (2004) peningkatan kuantitas air adalah syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat kehidupan seseorang maka meningkat pula kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam agenda Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah penurunan sebesar separuh populasi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap sumber air minum yang aman dan bekelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015, dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk di dunia yang tinggal di desa maupun di kota hidup tanpa akses air bersih (WHO, 2008). Penyediaan air bersih di Indonesia saat ini masih menghadapi berbagai kendala yang kompleks, mulai dari kelembagaan, teknologi, anggaran, pencemaran maupun sikap dari masyarakat. Pengelolaan air bersih ini berpacu dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat serta perkembangan wilayah dan industri yang cepat. Tercemarnya air tanah oleh bakteri dan logam dapat menurunkan kualitas air tanah terutama di daerah perkotaan. Oleh karena itu masyarakat perkotaan membutuhkan keberadaan PDAM untuk mencukupi kebutuhan air bersih yang layak untuk dikonsumsi. Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. Berdasarkan data Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, sampai dengan tahun 2000 baru 19% penduduk Indonesia dimana 39%nya adalah penduduk perkotaan yang dapat menikmati air

bersih dengan sistem perpipaan, sedangkan di daerah pedesaan hanya sekitar 5% penduduk desa yang menggunakan sistem perpipaan, 48%menggunakan sistem non perpipaan dan sisanya sebesar 47% penduduk desa menggunakan air yang bersumber dari sumur gali dan sumber air yang tidak terlindungi. Menurut Wardhana (2001), sumber pencemar air dapat berasal (1) bahan buangan organik berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal ini dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba patogen pun ikut juga berkembang biak di mana hal ini dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit, (2) bahan buangan anorganik berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air, sehingga hal ini dapat mengakibatkan air menjadi bersifat sadah karena mengandung ion kalsium (Ca) dan ion magnesium (Mg). Selain itu ion-ion tersebut dapat bersifat racun seperti timbal (Pb), arsen (As) dan air raksa (Hg) yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia, dan (3) bahan buangan zat kimia, seperti bahan pencemar air yang berupa sabun, bahan pemberantas hama, zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. Zat kimia ini di air lingkungan merupakan racun yang mengganggu dan dapat mematikan hewan air, tanaman air dan mungkin juga manusia. Dampak yang ditimbulkan dari kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu air bersih adalah terjadinya berbagai penyakit. Menurut Soemirat (2001), bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung.Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibatmengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secaralangsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemaruntuk berbagai kegiatan sehari-hari. Air merupakan suatu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit. Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah maka penyebaran penyakit menular diharapkan dapat ditekan seminimal mungkin.2 Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kebersihan diri dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit karena jamur, bakteri. Berdasarkan laporan sepuluh penyakit terbanyak, diketahui jumlah penyakit yang bersumber dari air 76,1% penduduk mengalami gatal-gatal (kudis) dan sisanya menderita penyakit skabies, sehingga secara umum menjadi cerminan gangguan kesehatan masyarakat (Profil Kesehatan Kota Langsa, 2008).

Scabies adalah penyakit kulit menular yang berhubungan dengan sanitasi dan hygiene yang buruk, kondisi pada saat kekurangan air atau tidak adanya sarana pembersih tubuh (sabun), kurang gizi dan hidup berdesak-desakan. Scabies merupakan penyakit endemi pada banyak masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda tetapi dapat mengenai semua umur, insiden sama pada pria dan wanita. Penyakit Scabies erat hubungannya dengan higiene perorangan yang buruk karena tungau penyebab Scabies akan lebih mudah menginfestasi individu dengan higiene perorangan yang buruk dan lebih sukar menginfestasi individu dengan higiene perorangan yang baik karena tungau dapat dihilangkan dengan menjaga kebersihan badan misalnya mandi secara teratur dan menjaga kebersihan alas tidur.

I.2. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui pengertian kualitas mikrobiologi air bersih dan water washed diseases penyakit kulit, hubungan antara sumber penyediaan air bersih, kondisi fisik air dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit scabies, faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap prevalensi penyakit scabies, pengaruh factor hygiene perorangan terhadap angka kejadian scabies , mengapa scabies sulit diberantas, perilaku dalam upaya terhadap pencegahan penyakit scabies dan upaya dampak pemanfaatan air bersih yang bersumber dari sumur gali terhadap kesehatan masyarakat

I.3. Rumusan Masalah Masalah yang diangkat pada makalah ini ialah: 1. Apa pengertian kualitas mikrobiologi air bersih dan water washed diseases penyakit kulit? 2. Bagaimana hubungan antara sumber penyediaan air bersih, kondisi fisik air dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit scabies? 3. Bagaimana faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap prevalensi penyakit scabies? 4. Bagaiman pengaruh factor hygiene perorangan terhadap angka kejadian scabies ? 5. Mengapa scabies sulit diberantas? 6. Bagaimana perilaku dalam upaya terhadap pencegahan penyakit scabies?

7. Bagaimana upaya dampak pemanfaatan air bersih yang bersumber dari sumur gali terhadap kesehatan masyarakat?

BAB II PEMBAHASAN II.1. Pengertian Air bersih adalah air yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari dan kualitasnya memenuhi dengan persyaratan Permenkes kesehatan RI dan dapat diminum setelah

dimasak. Sesuai

No 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang

Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih, persyaratan air bersih harus memenuhi syarat fisik, imia, mikrobiologi. Kualitas mikrobiologi air bersih dapat dilihat ada tidaknya bakteri pathogen atau mikroorganisme lain di dalam air. Water washed diseases adalah penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air untuk pemeliharaan hygiene perorangan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan dan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan Merupakan penyakit infeksi saluran pencernaan yang bersifat feacel-oral. Penyakit diare dapat ditularkan melalui beberapa jalur diantaranya jalur yang melalui air (water borne) dan jalur yang melalui alat-alat dapur yang dicuci dengan air (water washed).Contoh penyakit ini adalah : Kholera, Typhoiud, Hepatitis Infektiosa dan Dysentri basiler. Aldrin dan Dieldrin Terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan bersifat carsiogenic. 2. Penyakit Infeksi Kulit dan Selaput Lendir Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan hygiene perorangan yang buruk. Penyakit ini dapat ditularkan dengan penyediaan air yang cukup bagi kesehatan perseorangan. Penyakit yang ditimbulkan adalah : Infeksi fungus pada kulit, penyakit conjunctivitis (trachoma) 3. Penyakit-penyakit yang Timbul Oleh Insekta Pada Kulit dan Selaput Lendir Penyakit ini sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk hygiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah invasi parasit pada tubuh dan pakaian. Yang

termasuk jenis parasit ini adalah : Lice, Sarcoptes scabies, Louse borne relapsing fever, dsb. II. 2 Hubungan antara sumber penyediaan air bersih, kondisi fisik air dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit scabies Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh ungau (mite) Sarcoptes

scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat kroskopis. Penyakit Scabies sering disebut kutu badan, penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Scabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti sela-sela jari, siku, selangkangan. Scabies identik dengan penyakit anak pondok. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. 1. Hubungan antara sumber penyediaan air bersih, kondisi fisik air dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit scabies 1) Hubungan antara sumber penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit scabies Sumber penyediaan air bersih adalah sumber air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, yaitu untuk air minum, mandi, dan cuci. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut masyarakat menggunakan

berbagai macam jenis sarana.. Hubungan antara sumber penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit scabies adalah Penyakit yang ditimbulkan oleh insekta pada kulit sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk higiene perorangan yang ditujukan untuk mencegah invasi insekta parasit pada tubuh dan pakaian, yang termasuk parasit adalah Sarcoptes scabei penyebab Scabies. Penularan penyakit Scabies dapat

dipermudah oleh keadaan penyediaan air bersih yang kurang. (Chiroma T.M : 2007)

2) kondisi fisik air dengan kejadian penyakit scabies meliputi warna, bau, rasa,

kekeruhan dan suhu air. 3) Hygiene perorangan dengan kejadian penyakit scabies Higiene perorangan adalah suatu pencegahan perorangan penyakit yang

menitikberatkan pada usaha kesehatan lingkungan tempat orang tersebut berada.

atau manusia beserta

Penyakit Scabies sangat erat kaitannya dengan kondisi higiene perorangan dan lingkungan sehingga pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan

menjaga lingkungan agar senantiasa bersih dan menjaga kebersihan diri antara lain dengan cara : mandi, menghindari penggunaan pakaian, handuk, dan tempat tidur secara bersama-sama dengan penderita, mencuci pakaian, handuk dan sprei secara rutin, menjemur kasur dan bantal di bawah sinar matahari secara berkala

Dari penelitian Kris Hartati Ratih, Sari Wardani, Ulfa Nurullita dalam jurnal yang berjudul Hubungan antara sumber penyediaan air bersih, kondisi fisik air dan hygiene perorangan dengan kejadian penyakit scabies pada siswa kelas 1-3 SD Negri Pengaben Desa Pengaben Kecamatan Dukhuri kabupaten Tegal 2008 di dapatkan hasil penelitian

diperoleh sumber penyediaan air bersih yang digunakan sebagian besar adalah sumur gali (61,8%), kondisi fisik air memenuhi syarat (51,3%), higiene perorangan kategori baik (57,9%) dan didapatkan skor terendah 5, skor tertinggi 11 dengan rata-rata 7,79 dan standar deviasi 1,389 dan kejadian Scabies (15,8%). Hasil Uji Chi Square

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sumber penyediaan air bersih dengan kejadian penyakit Scabies (p=1,000), tidak ada hubungan yang signifikan antara kondisi fisik air dengan kejadian penyakit Scabies (p=0,297),namun ada hubungan yang signifikan antara higiene perorangan dengan kejadian penyakit Scabies ( p=0,005).

II.3 Faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap prevalensi penyakit scabies Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab penyakit scabies terutama di lingkungan pondok pesantren yang mencakup sanitasi gedung, sanitasi kamar mandi, pengelolaan sampah, system pembuangan tidur, dan kelembaban ruangan. air limbah, kepadatan hunian kamar

Berdasarkan Jurnal Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten lamongan yang di tulis oleh Isa Marufi, ,Soedjajadi Keman, Hari Basuki Notobro, hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit Scabies dikalangan para santri Ponpes di Kabupaten

Lamongan adalah sanitasi Ponpes (terutama sanitasi dan ventilasi kamar tidur para santri), perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat terhadap penyakit Scabies, serta higiene perorangan yang buruk dari para santri.

II.4. Pengaruh Faktor Higiene Perorangan Terhadap Angka Kejadian Skabies Skabies sering dinyatakan sebagai penyakit anak pesantren sebab tinggal bersama dengan sekelompok orang di pondok pesantren memang beresiko mudah tertular berbagai penyakit terutama penyakit kulit. Berdasarkan penelitian Teguh Wahyu Sardjono dkk (1998) mendapatkan bahwa angka kejadian skabies di kalangan santri ponpes sangat tinggi yakni 89,9%.4 Kondisi demikian merupakan hal yang ironis karena pada dasarnya pendidikan Islam di lembaga tersebut telah mengajarkan tentang masalah kebersihan atau Thaharah yang tercakup dalam ilmu fikih Penularan skabies berkaitan erat dengan sosio ekonomi yang rendah, higiene perorang yang jelek, lingkungan yang tidak saniter, perilaku yang tidak mendukung kesehatan serta kepadatan penduduk. Pada pengumpulan data penelitian didapatkan 20 responden dengan kriteria eksklusi. Dari 100 santri yang diperiksa 43 % (43 santri) terinfestasi S.scabiei dan 57 % (57 santri) tidak terinfestasi S.scabiei. Status higiene perorang yang kurang memiliki angka kejadian tertinggi. dan yang terendah pada status higiene perorang yang baik.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Teguh Wahyu Sardjono dkk (1998) yang menyatakan bahwa higiene perorangan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap angka kejadian skabies.

Tabel Persentase hubungan antara status higiene perorangan dengan infestasi S.scabiei pada santri ponpes An-Najach Magelang

Status Higiene Infestasi S.scabiei Positif Perorangan Kurang Cukup Baik Jumlah jumlah 29 14 0 43 % 29 14 0 43

Infestasi S.scabiei Negatif jumlah 13 41 3 57 % 13 41 3 57

50 40 30 20 10 0 Infestasi S.scabiei Positif Infestasi S.scabiei Negatif Kurang Cukup Baik

Grafik. Persentase hubungan antara status higiene perorangan dengan infestasi S.scabiei pada santri ponpes An-Najach Magelang

Tabel dan grafik

di atas menunjukkan bahwa infestasi S.scabiei lebih banyak

dijumpai pada santri dengan status higiene kurang (29%) dibandingkan dengan status higiene cukup (14%) atau baik (0%). Tingginya angka kejadian skabies di kalangan santri disebabkan oleh karena sebagian besar santri memiliki perilaku kebersihan yang kurang jadi semakin rendah status higiene santri semakin besar kemungkinan santri menderita skabies, karena status higiene perorangan santri mencerminkan perilaku hidup santri sehari-hari.

II.5. Mengapa Scabies Sulit Di Berantas Scabies adalah merupakan penyakit yang disebabkan oleh insekta pada kulit yang sangat ditentukan oleh tersedianya air bersih untuk higiene perorangan.Sulitnya

pemberantasan scabies dikarenakan kurangnya higiene perorangan ,dimana insekta parasit akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan perorangan dan kebersihan umum tidak terjamin,misalnya kebiasaan pinjam-meminjam alat-alat pribadi seperti pakaian dan handuk merupakan kebiasaan buruk yang dapat terjadi di asrama, tempat kerja atau juga dalam rumah tangga. Mikroorganisme penyebab penyakit kulit akan tetap hidup dan berada pada alat-alat yang tersentuh atau melekat pada kulit orang lain. Tungau penyebab Scabies lebih sukar menginfestasi individu dengan higiene

peroranganyang baik karena tungau dapat dihilangkan dengan mandi secara teratur dan menjaga kebersihan alas tidur.

II.6 Perilaku dalam upaya terhadap pencegahan penyakit scabies Menurut Burkhart, 1983, Penyakit scabies banyak berjangkit terutama di: (1) lingkungan yang padat penduduknya, (2) lingkungan dengan tingkat kebersihan

kurang, (3) lingkungan social ekonomi rendah, dan (4) ingkungan pergaulan yang akrab. Skabies cenderung tinggi pada anak-anak usia sekolah dan remaja. Lita Sri Andayani dalam Jurnal berjudul Perilaku Santri dalam Upaya Pencegahan Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Ulumu Quran stabat, terdapat 3 upaya pencegahan penyakit scabies yakni pengetahun, sikap dan tindakan. 1) Pengetahun, Yang dimaksud dengan pengetahuan di sini adalah segala sesuatu yang diketahui individu dalam penyakit usaha pencegahan penyakit baik Scabies. Meliputi langsung pengertian tidak scabies,

scabies,

cara penularan

maupun penyakit

langsung, masa inkubasi kuman scabies, gejala- gejala daerah tertular. 2) Sikap Sikap di sini merupakan yang

paling sering terkena, dan cara-cara pencegahan agar tidak

pandangan, pendapat responden dalam upaya ikap responden

pencegahan penyakit scabies di pondok pesantren, meliputi

tentang pentingnya kebersihan diri, sikap responden memutus cara penularan baik langsung maupun tidak langsung dengan meminjamkan pakaian,

perlengkapan 3) Tindakan

tidur kepada teman, dan sikap responden agar tidak tertular.

Tindakan di sini mencakup berapa kali mandi dalam sehari, berapa kali ganti baju, berapa kali menjemur handuk, berapa kali mengganti sprey, tindakan tidak

meminjamkan pakaian, bantal, guling, selimut dan tindakan ke mana berobat bila kenaa scabies.

II.7. Dampak Pemanfaatan Air Bersih Yang Bersumber Dari Sumur Gali Terhadap Kesehatan Masyarakat

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan mahluk hidupmkhususnya manusia, air selain memberikan manfaat yang menguntungkan bagi manusia juga dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia. Selain itu air tidak memenuhi persyaratan sangat baik sebagai media penularan penyakit. (Depkes RI, 1995) Sumur Gali adalah suatu cara mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan menaikkan airnya dengan timbah. ( Yuman, 2009 ) Banyak penduduk yang terpaksa memanfaatkan air yang kurang bagus kualitasnya. Tentu saja hal ini akan berakibat kurang baik bagi kesehatan masyarakat. Pada jangka pendek, kualitas yang kurang baik dapat mengakibatkan muntaber, diare, kolera typus atau disentri. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sanitas lingkungan yang kurang baik. ( Yuman, 2009 ) Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai Water borne diasease atau Water related insect vekrar. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agens dan terkadang vektor. Berikutbeberapa contoh penyakit yang ditularkan melalui air berdasarkan tipe agens penyebabnya : 1. Penyakit viral misalnya hepatitis viral, poliomyelitis 2. Penyakit bacterial misalnya kolera, disentri, tipoid, diare 3. Penyakit protozoa misalnya amubiasis, kandiasis 4. Penyakit helmintik misalnya askariasis, whip warm, hydatid diasiase. 5. Leptospiral misalnya weils disease.

DAFTAR PUSTAKA Saad.2008. PENGARUH FAKTOR HIGIENE PERORANGAN TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN AN-NAJACH MAGELANG.Semarang: Undip Andayani,Lita Sri.-.PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QURAN STABAT.Medan:Usu Radiono,Sunardi.1987.MENGAPA SKABIES SULIT DIBERANTAS?.Yogyakarta : UGM