Kelompok Model Pembelajaran Personal

28
PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik. Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik. Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum,

Transcript of Kelompok Model Pembelajaran Personal

Page 1: Kelompok Model Pembelajaran Personal

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan

dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global.

Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia

pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan

sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan

juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan

proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan

baik.

Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa,

maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan

paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah

pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar

mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan

siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh

siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya

lebih baik.

Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang

saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana

semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal

tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai pendekatan

pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan

menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai

objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus

disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga

berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.

Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah

bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan pendekatan

yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan

Page 2: Kelompok Model Pembelajaran Personal

pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk

belajar.

A. Perkembangan Konsep Pembelajaran

Pandangan mengenai konsep pengajaran terus-menerus menga¬lami

perubahan dan perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi

pendidikan. Tanda-tanda perkembangan tersebut dapat kita amati berdasarkan

pengertian-pengertian yang disajikan pada uraian di bawah ini.

1. Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar.

Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan

kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif, bahkan

sangat menonjol dan bersifat menentukan segalanya. Pengajaran sama artinya

dengan perbuatan mengajar.

2. Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar.

Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh-mempengaruhi

dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak

sebagai pengajar, sedangkan siswa ber-peran sebagai yang melakukan

perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang

sekalipun peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya. Proses

pengajaran berlangsung dalam situasi tertentu yakni situasi belajar mengajar.

Dalam situasi itu terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan, yakni :

tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang

diajarkan, metode mengajar, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan

situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak

secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah dalam rangka membawa

para siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran

merupakan suatu pola yang di dalamnya tersusun suatu prosedur yang

direncanakan dan terarah serta bertujuan.

3. Pengajaran sebagai suatu sistem.

Page 3: Kelompok Model Pembelajaran Personal

Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai

suatu proses atau prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas,

yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni : (1). Profesi

guru, (2). Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik, (3). Tujuan

pendidikan dan pengajaran, (4). Program pendidikan dan kurikulum, (5).

Perencanaan pengajaran, (6). Strategi belajar mengajar, (7). Media pengajaran,

(8). Bimbingan belajar, (9). Hubungan antara sekolah dan masyarakat, (10).

Manajemen pendidikan/kelas. Dengan memperhatikan dimensi-dimensi

tersebut, maka konsep sistem pengajaran memiliki ruang lingkup kajian yang

sangat luas, sehingga cenderung dikategorikan sebagai suatu cabang keilmuan

tersendiri.

B. Pendekatan Sistem Pembelajaran

Pendekatan sistem pada mulanya digunakan di bidang engineering, untuk

merancang sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer. Kemudian pendekatan

sistem melibatkan sistem manusia mesin, dan selanjutnya dilaksanakan dalam

bidang keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal tahun

1960-an mulai diterapkan dalam bidang pendidikan dan pelatihan.

Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan

perkembangan dalam psikologi belajar sistemik, yang dilandasi oleh prinsip-

prinsip psikologi behavioristik dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat

sendiri.

Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran meliputi aspek filosofis dan

aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi sikap si

perancang, sistem yang terarah pada kenyataan, sedangkan aspek proses ialah

suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.

Inti dari suatu sistem filosofis ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari

sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan saling bergan¬tungan satu

Page 4: Kelompok Model Pembelajaran Personal

dengan yang lainnya. Karena itu, untuk mengenal dan memahami suatu sistem

perlu dikenali dan dipahami semua komponen yang terkandung di dalamnya.

Perubahan suatu sistem harus dilihat dari perubahan komponen-komponen

tersebut. Sistem filosofis cenderung untuk mengkondisi pendekatan tertentu

terhadap masalah dengan cara membentuk sikap dan persepsi tertentu. Sikap

dalam hal ini merupakan sensitifitas terhadap hakikat sistemik dan terhadap

variabel-variabel dalam sistem yang saling berinteraksi itu, berdasarkan

kenyataan. Itu sebabnya, si perancang sistem harus bersikap pragmatis yang

senantiasa tanggap terhadap kenyataan sesungguhnya. Suatu perangkat alat atau

teknik dalam pendekatan sistem, ialah berupa kemampuan-kemampuan

merumuskan tujuan secara operasional, mengembangkan deskripsi tugas-tugas

secara lengkap dan akurat, dan melaksanakan analisis tugas-tugas. Analisis tugas

dianggap lebih penting, karena bertalian dengan keterlaksanaan prinsip-prinsip

belajar dalam rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan/hasil

pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Implikasi dari aspek ini, guru

dituntut untuk menyediakan kondisi-kondisi belajar bagi siswa, sehingga

pembelajaran itu menjadi efektif.

Ada dua ciri utama pendekatan sistem pembelajaran, yakni (1). Pendekatan

sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran di mana

berlangsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru,

dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif, (2).

Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pembelajaran, yang meliputi

prosedur perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penilaian keseluruhan

proses pembelajaran, yang tertuju ke pencapaian tujuan pembelajaran tertentu

(konsep, prinsip, keterampilan, sikap dan nilai, kreativitas, dan sebagainya).

Dengan metodologi ini akan dihasilkan suatu sistem pembelajaran yang

memanfaatkan sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi secara efisien dan

efektif. Dalam hal ini, pendekatan sistem merupakan suatu acuan dalam rangka

perencanaan dan penyelenggaraan pembelajaran.

Page 5: Kelompok Model Pembelajaran Personal

Pola pendekatan sistem pembelajaran. Pendekatan sistem pembelajaran

disajikan dalam bentuk bagan arus (flow chart). Pada bagan tersebut digambarkan

langkah-langkah yang harus ditempuh dalam sistem, yakni : (1). identifikasi

kebutuhan pendidikan dan pelatihan (merumuskan masalah), (2). analisis

kebutuhan untuk mentransformasikannya menjadi tujuan-tujuan pembelajaran

(analisis masalah), (3). merancang metode dan materi pembelajaran

(pengembangan suatu pemecahan), (4). pelaksanaan pembelajaran

(eksperimental), dan (5). menilai dan merevisi. Kendatipun pola bagan ini

tampaknya bersifat linear, namun sesungguhnya pemecahan masalah tersebut

merupakan lompatan-lompatan ke depan berdasarkan pemahaman seketika dan

umpan balik untuk mengubah atau memperbaiki langkah-langkah sebelumnya.

Sistem berpikir (aplikasi pendekatan sistem) melibatkan kegiatan intelektual

(analisis, sintesis, dan evaluasi) pada setiap langkah sepanjang proses

pembelajaran berlangsung. Pada setiap langkah memang ada aturan namun tidak

mengatur semua kejadian, melainkan merupakan petunjuk berpikir dan bukan

merupakan proses berpikir yang bersifat mekanistik. Jadi kesan seolah-olah

penggunaan bagan kurang efektif ternyata tidak benar.

C. Pendekatan Pembelajaran Personal

Pembelajaran secara personal adalah kegiatan mengajar guru yang

menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing

individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada

pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran personal,

guru memberi bantuan kepada masing-masing pribadi. Sedangkan pada

pembelajaran klasikal, guru memberi bantuan secara umum. Sebagai ilustrasi,

bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati dan menulis

karangan adalah pembelajaran personal. Pada membaca dalam hati secara

personal siswa menemukan kesukaran sendiri-sendiri. ciri-ciri yang menonjol

pada pembelajaran personal dapat ditinjau dari segi (i) tujuan pengajaran, (ii)

Page 6: Kelompok Model Pembelajaran Personal

siswa sebagai subjek yang belajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv) program

pembelajaran, serta (v) orientasi dan tekanan utama dalam pelaksanaan

pembelajaran.

Pendekatan ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada

pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam

mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Pendekatan ini

menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta

mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham

Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru

harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik

merasa bebas dalam belajar mengembangkan diri baik emosional maupun

intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia.

Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan

menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya. Implikasi teori ini dalam

pendidikan adalah sebagai berikut.

1. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.

2. Tingkah laku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).

3. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.

4. Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.

5. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi peserta didik adalah

sangat penting.

6. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu

hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya

sebagai pribadi yang cakap

Ada beberapa model pembelajaran yang termasuk pendekatan ini,

diantaranya adalah pengajaran tidak langsung, pelatihan kesadaran, sinektik,

system konseptual, dan pertemuan kelas. Dalam pembahasan ini hanya empat

model yang akan diperkenalkan, yaitu (1) model pembelajaran pengajaran tidak

Page 7: Kelompok Model Pembelajaran Personal

langsung (non-directive teaching), (2) model pembelajaran sinestik (2) model

pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness training), dan (4) model

pembelajaran pertemuan kelas (classroom meeting).

1. Model Pembelajaran Tidak Langsung (non-directive teaching)

Sebelumnya perlu disampaikan bahwa yang dimaksud dengan nondirektif

adalah tanpa mengguru. Model pengajaran nondirektif merupakan hasil karya Carl

Roger dan tokoh lain pengembang konselina nondirektif. Roger mengaplikasikan

strategi konseling ini untuk pembelajaran. Ia meyakini bahwa hubungan manusia

yang positif dapat membantu indvidu berkembang. Oleh karena itu, pengajaran

harus didasarkan atas hubungan yang positif, bukan semata-mata didasarkan atas

penguasaan materi ajar belaka. Model pengajaran tidak langsung (non-directive

teaching) menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Tujuan utamanya adalah

membantu siswa mencapai integrasi pribadi, efektivitas pribadi, dan penghargaan

terhadap dirinya secara realitas. Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah

sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru hendaknya mempunyai hubungan pribadi

yang positif dengan siswanya yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan

perkembangannya. Dalam menjalankan perannya ini, guru membantu siswa

menggali ide atau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya, dan

hubungannya dengan orang lain.

a. Prosedur Pembelajaran

Teknik utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran

pengajaran tidak langsung adalah apa yang diistilahkan oleh Roger sebagai

non-directive interview atau wawancara tanpa menggurui, yaitu wawancara

tatap muka antara guru dan siswa. Selama wawancara guru berperan sebagai

kolaourator dalam proses penggalian jati diri dan pemecahan masalah siswa.

Inilah yang dimaksud dengan tanpa menggurui (non-directive). Guru

megggunakan teknik wawancara ini untuk membimbing siswa dalam

mencari topik-topik pelajaran tertentu yang menarik baginya. Namun, teknik

tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang lambat atau memiliki masalah

belajar tetapi dapat pula digunakan untuk siswa yang pintar dan tidak

mempunyai masalah belajar yang berarti. Secara singkat model

Page 8: Kelompok Model Pembelajaran Personal

pembelajaran ini dapat membantu siswa memperkuat persepsi terhadap

dirinya dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan dirinya. Kunci

utama keberhasilan dalam menerapkan model ini adalah kemitraan antara

guru dan siswa. Misalnya, ketika siswa mengeluhkan tentang nilainya yang

rendah, guru hendaknya jangan sekali-kali menyelesaikan masalah tersebut

dengan menjelaskan bagaimana seharusnya cara belajar yang baik

(menggurui), tetapi guru hendaknya mendorong siswa mengekspresikan

perasaannya tentang permasalahan yang dihadapi, seperti perasaan tentang

sekolah, dirinya, dan orang lain disekitarnya. Ketika ia sudah

mengekspresikan semua perasaannya, biarkan siswa itu sendiri menentukan

perubahan yang menurutnya tepat bagi dirinya.

Menurut Roger, iklim wawancara yang dilakuakan oleh guru harus

memenuhi empat syarat, yaitu (1) guru harus menunjukkan kehangatan dan

tanggap atas masalah yang dihadapi siswa serta memperlakukannya

sebagaimana layaknya manusia, (2) guru harus mampu membuat siswa

mengekspresikan perasaannya tanpa tekanan dengan cara tidak memberikan

penilaian (mencap salah atau buruk), (3) siswa harus bebas mengekspresikan

secara simbolis perasaannya dan (4) proses konseling (wawancara) harus

bebas dari tekanan.

Secara umum, sebagaimana halnya model pembelajaran lain, model

pembelajaran ini juga memiliki tahapan. Roger mengelompokkannya dalam

lima tahap. Tahap pertama, membantu siswa menemukan inti permasalahan

yang dihadapinya. Biasanya hal ini terjadi diawal wawancara, tetapi kadang

terjadi disaat wawancara telah atau sedang berlangsung. Biasanya

pembatasan masalah yang dihadapi siswa sangat bervariasi tergantung jenis

masalah atau siswanya.

Tahap kedua, guru mendorong (memancing) siswa agar dapat

mengekspresikan perasaannya, baik positif maupun negatif. Di samping itu,

guru harus mendorong (memancing) siswa agar dapat menyatakan dan

menggali permasalahannya. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menerima

dngan tangan terbuka dan kehangatan serta tanpa memberikan penilaian

Page 9: Kelompok Model Pembelajaran Personal

(mencap jelek atau buruk) terhadapanya. Tahap ketiga, siswa secara

bertahap mengembangkan pemahaman (kesadaran) akan dirinya. Ia berusaha

menemukan makna dari pengalamannya, menemukan hubungan sebab dan

akibat dan pada akhirnya memahami (menyadari) makna dari perilaku

sebelumnya. Dalam hal ini, dimana siswa berada dalam tahapan di antara

upaya menggali permasalahan sendiri dan upaya memahami perasaannya,

guru mendorong siswa untuk membuat perencanaan dan pengambilan

keputusan berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Tugas gurubukan

hanya memberikan alternatif, tetapi berusaha membantu mengklarifikasi

alternatif–alternatif yang diajukan siswa.

Tahap keempat, siswa melaporkan tindakan (berupa alternatif-

alternatif pemecahan masalah yang telah diambilnya pada tahap ketiga

diatas). Lebih jauh ia merefleksikan ulang tindakan yang telah diambilnya

tersebut, dan berupaya membuatnya lebih baik dan efektif. Keempat tahapan

ini dapat terjadi dalam satu seri wawancara atau beberapa kali seri

wawancara.

b. Aplikasi

Model pembelajaran pengajaran tidak langsung (tanpa menggurui)

bisa digunakan untuk berbagai situasi masalah, baik masalah pribadi, sosial,

dan akademik. Dalam masalah pribadi siswa menggali perasaan tentang

dirinya. Dalam masalah sosial, ia menggali perasaan tentang hubungannya

dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan tentang diri tersebut

berpengaruh terhadap orang lain. Dalam masalah akademik, ia menggali

perasaan tentang kompetisi dan minatnya.

Dari semua kasus diatas, esensi, atau muatan wawancara harus

bersifat personal, bukan eksternal. Artinya, harus datang dari perasaan,

pengalaman, pemahaman, dan solusi yang dipilihnya sendiri. Inilah inti dari

istilah tidak menggurui (non-diretive) yang dimaksud oleh Roger.

2. Model pembelajaran Sinektik

Page 10: Kelompok Model Pembelajaran Personal

Kata sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-unsur

atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda. Model Sinektik dapat dipahami sebagai

strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan

untuk memperoleh satu  pandangan baru (Gordon,1980:168). Menurut Joyce,

Weil, dan Calhoun (2000:135) semua model mengajar mengandung unsur model

berikut: a) orientasi model, b) urutan kegiatan (sintaks), c) sistem sosial (social

system), d) prinsip reaksi (principle of reaction),

Dalam hal ini model pembelajaran sinektik juga harus mencakup semua

unsur tersebut.

a. Orientasi Model

Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti

penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang

tampaknya tidak relevan. Menurut William J.J. Gordon (1980:168), sinektik

berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan

menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya

Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon ini

berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi

kreatif, empati, dan wawasan dalam hubungan sosial.

b. Rangkaian Kegiatan

Unsur kegiatan atau sintaksis merujuk pada rincian atau tahapan

kegiatan model sehingga fase-fase kegiatan model tersebut teridentifikasi

dengan jelas. Unsur kedua pembangun model sinektik ini adalah proses

belajar mengajar sebagai struktur model pembelajaran. Ada dua strategi dari

model pembelajaran sinektik, yaitu strategi pembelajaran untuk menciptakan

sesuatu yang baru (creating something new) dan strategi pembelajaran untuk

melazimkan terhadap sesuatu yang masih asing (making the strange

familiar).

Page 11: Kelompok Model Pembelajaran Personal

c. Sistem Sosial

Sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan

siswa, termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan

untuk pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa

terdapat hubungan yang kooperatif di mana guru menjalankan dwi fungsi

sebagai pemrakarsa dan pengontrol aktivitas siswa pada setiap tahap. Selain

itu, guru menjadi fasilitator bagi kegiatan siswa dalam proses belajar

mengajar.

d. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru untuk menanggapi

dan merespon bagaimana siswa memproses informasi, menggunakannya

sesuai pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tugas penting yang diemban

guru pada tahap ini adalah menangkap kesiapan siswa menerima informasi

baru dan aktivitas mental baru untuk dipahami dan diterapkan.

3. Model Pmbelajaran Pelatihan Kesadaran (Awarenes training)

Model pembelajaran pelatihan kesadaran merupakan suatu model

pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini

dikembangkan oleh Milliam Schutz. Ia menekankan pentingnya pelatihan

interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahamn diri

individu). Mengapa demikian? Karena ia percaya bahwa ada empat tipe

perkembangan yang dibutuhkan untuk mrealisasikan potensi individu secara utuh,

yaitu (1) fungsi tubuh, (2) fungsi personal, termasuk didalamnya akuisisi

pengetahuan dan pengalaman, kemamapuan berfikir logis, kreatif dan integrasi

intelektual, (3) perkembangan interpersonal, (4) hubungan institusi-institusi sosial,

organisasi sosial, dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, Schutz ingin

mengembangkan model pembelajaran untuk memenuhi salah satu dari keempat

tipe perkembangan tersebut, yaitu perkembangan interpersonal. Tujuannya adalah

untuk meningkatkan pemahaman diri dan kesadaran akan perilaku prang lain

Page 12: Kelompok Model Pembelajaran Personal

sehingga dapat membantu siswa mengembangkan perkembangan pribadi dan

sosialnya.

a. Prosedur Pembelajaran

Kunci utama prosedur pembelajaran model ini didasarkan atas teori

encounter. Teori ini menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran

hubungan antar manusia yang didasarkan atas keterbukaan, kejujuran,

kesadaran diri, tanggung jawab, perhatian terhadap diri sendiri atau orng

lain, dan orientasi pada kondisi saat ini. Model pembelajaran ini terdiri atas

dua tahapan. Pertama adalah penyampaian dan penyelesaian tugas. Pada

tahapan ini guru memberikan pengarahan tentang tugas yang akan diberikan

dan bagaimana melaksanakannya. Tahapan kedua adalah diskusi atau

analisis tahap pertama. Jadi, intinya siswa diminta melakukan sesuatu

(berkaitan dengan teori acounter tadi), setelah itu mendiskusikannya

(refleksi bersama) atas apa yang telah terjadi.

b. Aplikasi

Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang

menerapkan model ini. Permainan sederhana dapat dilakukan untuk

keperluan ini. Model ini juga dapat dilakukan sebagai selingan yang tidak

memakan waktu terlalu banyak. Dalam pelaksanaan diskusi, keterbukaan,

dan kejujuran menjadi sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

model ini dapat meningkatkan perkembangan emosi.

4. Model Pembelajaran Pertemuan Kelas

Model ini diciptakann berdasarkan terapi realitas yang dipelopori oleh

William glasser. Terapi realitas merupakan landasan teori kepribadian yang

digunakan untuk terapi tradisional dan dapat diaplikasikan untuk pengajaran.

Glasser percaya bahwa permasalahan manusia kebanyakan disebabkan oleh

kegagalan mengfungsikan diri dalam lingkungan sosialnya (kegagalan fungsi

sosial). Ia percaya bahwa setiap manusia mempunyai dua kebutuhan dasar yaitu,

cinta dan harga diri. Keduanya terjadi dalam hubungan antara satu individu

Page 13: Kelompok Model Pembelajaran Personal

dengan individu yang lain dalam satu lingkungan sosial. Individu mempunyai

masalah karena gagal memenuhi kebutuhan dasar, yaitu keterikatan (cinta) dan

kehormatan (harga diri). intinya manusia harus memilki kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain agar dapat mencintai dan dicintai, dihargai dan

saling menghargai. Kemampuan ini tidak dapat dilakukan melalui terapi individu

seperti yang ditawarkan oleh para ahli jiwa (psikiater), tetapi melalui konteks

kelompok sosial, seperti lingkungan kelas atau sekolah. Oleh karena itu, Glasser

mengaplikasikannya untuk pembelajaran di kelas. Jadi, model pertemuan (diskusi

kelas) adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk membangun suatu

kelompok sosial yang saling menyayangi, saling menghargai, mempunyai disiplin

diri, dan komitmen untuk berperilaku positif.

a. Prosedur pembelajaran

Model pertemuan (diskusi kelas) terdiri atas enam tahap, yaitu (1)

menciptakan iklim (suasana) yang kondusif, (2) menyampaikan

permasalahan diskusi, (3) membuat penilaian pribadi, (4) mengidentifikasi

alternatef tindakan solusi, (5) membuat komitmen, (6) merencanakan tindak

lanjut tindakan.

Langkah pertama, merupakan prasyarat pertemuan kelas. Bukan

hanya sekedar melakukan pertemuan atau diskusi baru, tetapi lebih jauh

membangun suatu kualitas hubungan yang kondusif, hangat, personal, dan

terbuka sehingga perasaan dan pendapat semua orang akan dihargai,

diterima tanpa ada tekanan, rasa takut penghakiman atau penilaian. Setiap

orang berbicara atas namanya sendiri dan semua orang hendaknya didorong

untuk berpartisipasi.

Langkah kedua, penyampaian masalah yang akan dibahas

(didiskusikan) dapat datang dari siswa atau dari guru. Guru hendaknya

menghindari adanya siswa yang dijadikan sampel atau contoh. Permasalahan

yang diajukan hendaknya yang berkaitan dengan perilaku yang hendak

diperbaiki. Sebagai contoh, perilaku yang diajukan adalah perilaku

berbohong sebagaimana sering terjadi/dilakukan oleh siswa. Dalam

penyampaian masalah ini, guru tidak harus menyebutkan nama siswa yang

Page 14: Kelompok Model Pembelajaran Personal

suka berperilaku berbohong. Setelah permasalahan disampaikan, (langkah

ketiga) dua hal yang harus dilakukan oleh siswa yaitu (1) mengidentifikasi

konsekuensi jika permasalahan tersebut dilakukan, baik bagi diri sendiri

maupun orang lain, dan (2) menjelaskan norma-norma sosial (sebagai

rujukan) yang mengatur hal tersebut. Tujuan langkah ketiga adalah agar

semua siswa membuat penilaian pribadi terhadap permasalahan yang

diajukan. Untuk kebutuhan ini, mereka perlu memberikan pejelasan

mengapa masalah tersebut relevan atau tidak menurut nilai atau norma sosial

yang berlaku.

Tahap keempat, siswa secara lebih dalam mengidentifikasi alternatif-

alternaif tindakan solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini

dilanjutkan pada langkah kelima, dimana siswa membuat komitmen bersama

untuk mencari alternatif tindakan yang telah dibuat pada langkah

sebelumnya.

Tahap terakhir, guru meminta siswa menjelaskan atau melaporkan

efektitas dari alternatif-alternatif tindakan yang dilakukan. Selanjutnya

memberi saran tindakan selanjutnya.

b. Aplikasi

Model pertemuan kelas ini dapat dilakukan maksimal tiga kali dalam

sehari. Akan tetapi, biasanya sekali sehari sudah cukup tergantung dari

permasalahan yang terjadi .umumnya, pertemuan kelas berlangsung dimana

siswa dan guru duduk melingkar dan saling mendekat satu sama lain.

Pada pertemuan pagi hari, sebelum pelajaran kelas dimulai,

pertemuan kelas dapat membahas peristiwa-peristiwa yang terjadi kemarin.

Atau mungkin merefleksikan kejadian yang terjadi di luar kelas. Siswa

dilatih mengkritisi permasalahan, memberikan penilaian pribadi berdasarkan

nilai atau norma sosial yang berlaku dan telah dikenalnya serta memberi ide

solusi pemecahannya. Jika permasalahan yang dibahas berkaitan dengan

perilaku siswa didalam kelas, setelah komitmen dibuat harus dilaksanakan

dengan serius. Guru harus benar-benar memonitor hal ini. Jika tidak, hasil

Page 15: Kelompok Model Pembelajaran Personal

pertemuan kelas tidak bermakna. Kekhawatirannya dianggap hanya main-

main belaka.

Model ini dapat diaplikasikan untuk semua jenis fungsionalisasi,

baik sosial maupun akademik, dan terutama diaplikasikan untuk

perkembangan fungsi personal. Dengan demikian, dapat mengembangkan

kemampuan siswa untuk menjadi lebih bertanggung jawab, punya integrasi,

disiplin, dan dapat mengarahkan dan memonitor kemajuannya sendiri.

D. Peran Siswa dalam Pembelajaran secara Individual

Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. Pebelajar

merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal, maka

siswa memiliki keleluasaan berupa (i) keleluasaan belajar berdasarkan

kemampuan sendiri, (ii) kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini

siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya, (iii)

keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam

ranga mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, (iv) siswa melakukan

penilaian sendiri atas hasil belajar, (v) siswa dapat mengetahui kemampuan dan

hasil belajar sendiri, serta (vi) siswa memiliki kesempatan untuk menyusun

program belajarnya sendiri.

Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan

tanggung jawab belajar mengajar. Pada pembelajaran klasikal, tanggung jawab

guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada pembelajaran secara

individual, tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Pebelajar

bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri. Timbul soal berikut; apakah siswa

telah memiliki rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri? hal ini terkait dengan

perkembangan emansipasi diri siswa. Meskipun demikian pada tempatnya sejak

usia pendidikan dasar (6;0-15;0) siswa dididik untuk memiliki rasa tanggung

jawab dalam belajar sendiri.

Page 16: Kelompok Model Pembelajaran Personal

E. Peran Guru dalam Pembelajaran secara Individual

Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu.

Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa (i) perencanaan

kegiatan belajar, (ii) pengorganisasian kegiatan belajar, (iii) penciptaan

pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan (iv) fasilitas yang mempermudah

belajar.

Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranan guru dalam

merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini tidak terjadi dalam

pembelajaran individual. Perenan guru dalam merencanakan kegiatan belajar

sebagai berikut: (i) membantu merencanakan kegiatan belajar siswa; dengan

musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program

belajar sesuai kemampuan siswa, (ii) membicarakan pelaksanaan belajar,

mengemukakan kriteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi

belajar, (iii) berperan sebagai penasihat atau pembimbing, dan (iv) membantu

siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri. Sebagai ilustrasi, guru

membantu memilih program belajar dengan suatu modul. Peranan guru dalam

pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan

belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagai berikut: (i) memberikan

orientasi umum sehubungan dengan belajar topik tertentu, (ii) membuat variasi

kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan, (iii) mengkoordinasikan kegiatan

dengan memperhatikan kemajuan, materi, media, dan sumber, (iv) membagi

perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas dan kebutuhan pebelajar, (v)

memberikan balikan terhadap setiap pebelajar, dan (vi) mengakhiri kegiatan

belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja;

unjuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan

belajar.

Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan

menimbulkan perasaan bebas dalam belajar.

Page 17: Kelompok Model Pembelajaran Personal

F. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual

Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki

kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program

pembelajaran individual lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan

programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampak

kurang efisien. Jumlah siswa sebesar empat puluh orang meminta perhatian besar

guru, dan hal itu akan melelahkan guru.

Dari segi usia perkembangan pebelajar, maka program pembelajaran

individual cocok bagi siswa SLTP ke atas. Hal ini disebabkan oleh (i) umumnya

siswa sudah dapat membaca dengan baik, (ii) siswa mudah memahami petunjuk

atau perintah dengan baik, dan (iii) siswa dapat bekerja mandiri dan bekerja sama

dengan baik. Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok untuk

diprogramkan secara indidual. Bidang studi yang dapat diprogramkan secara

individual adalah pengajaran bahasa, matematika, IPA, dan IPS bagi bahan ajaran

tertentu. Bagi bidang studi musik, kesenian, dan olah raga yang bersifat

perorangan, juga cocok untuk program pembelajaran individual.

Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara efektif, bila

mempertimbangkan hal-hal berikut, (i) disesuaikan dengan kebutuhan dan

kemampuan siswa. (ii) tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa, (iii)

prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa, (iv) kriteria keberhasilan

dimengerti oleh siswa, dan (v) keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti siswa.

G. Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan

Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan

kepada setiap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar

tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan

pembelajaran individual, rencana guru berbeda dengan pengajaran klasikal.

Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis

Page 18: Kelompok Model Pembelajaran Personal

kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik, bukan

instruktur.