Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
-
Upload
selli-novita-belinda -
Category
Documents
-
view
36 -
download
1
Transcript of Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Skenario
Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa duduk
dan merangkak. Tristan anak pertama dari ibu usia 27 tahun. Lahir spontan
dengan bidan pada kehamilan 39 minggu. Selama hamil ibu tidak ada keluhan dan
periksa kehamilan ke bidan 3 kali. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat
badan lahir 3.250 gr. Pada saat usia 6 bulan Tristan mengalami kejang yang
disertai demam dan dirawat di RS selama 2 minggu. Sebelum terkena kejang dan
demam itu Tristan sudah bisa tengkurap bolak balik, sudah bisa tersenyum kea rah
ibunya dan perkembangan lainnya sesuai usia. Sejak keluar dari RS Tristan mulai
terlihat malas bergerak dan hanya bisa tengkurap saja. Sampai saat ini belum bisa
duduk dan merangkak, belum bisa makan nasi, sehingga masih diberi bubur
saring dan susu. Tristan juga belum bisa makan biskuit sendiri. Tristan sudah
mengoceh, tapi belum bisa memanggil mama dan papa, bila menginginkan
sesuatu dia selalu menangis.
Pemeriksaan fisik:
Berat badan 7,5 kg, panjang badan 75 cm, lingkaran kepala 45 cm. Tidak ada
gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau melihat dan tersenyum
kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras. Terdaoat
gerakan yang tidak terkontrol. Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan
menahan kepala beberapa detik. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan
tungkai kaku dan susah untuk ditekuk, reflex tendon meningkat. Pada waktu
diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang. Tidak ada kelainan
anatomi pada kedua tungkai dan kaki.
Hasil tes BERA: respon suara telinga kanan dan kiri 30dB
A. Klarifikasi Istilah
a. Kejang
Serangan mendadak atau kekambuhan penyakit, bisa juga episode tunggal
epilepsi sering diberi nama sesuai gambaran tipenya.1
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
b. Tes Bera
Brainstem evoke response audiometry adalah pemeriksaan ambang dengar
pada telinga anak.
c. Gambaran dismorfik
Kelainan pada perkembangan morfologi.
d. Refleks tendon
Kontraksi otot yang disebabkan oleh perkusi tendon.
e. Bubur saring
Bentuk makanan semi padat atau lunak yang merupakan makanan
peralihan dari makanan cair ke makanan padat atau biasa. Mulai
diperkenalkan sejak bayi berusia 8 bulan.
f. Gerakan tidak terkontrol
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang
terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi Karena ada gangguan di ganglia
basalis.
B. Identifikasi Masalah
1. Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa
duduk dan merangkak.
2. Pada saat usia 6 bulan Tristan mengalami kejang yang disertai demam dan
dirawat di RS selama 2 minggu.
3. Sebelum terkena kejang dan demam, Tristan sudah bisa tengkurap bolak-
balik, sudah bisa tersenyum kearah ibunya dan perkembangan lainnya
sesuai usia. Sejak keluar dari RS, mulai terlihat malas bergerak dan hanya
bisa tengkurap saja.
4. Saat ini belum bisa duduk dan merangkak, belum bisa makan nasi
sehingga masih diberi bubur saring dan susu. Tristan juga belum bisa
makan biskuit sendiri. Tristan sudah mengoceh, tapi belum bisa
2
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
memanggil mama dan papa, bila menginginkan sesuatu dia selalu
menangis.
5. Pemeriksaan fisik:
BB/U: z score < -3 SD
PB/U: z score antara -2 dan -3 SD
BB/PB: z score < -3 SD
LK: < persentil ke-5
Menoleh ketika dipanggil nama dengan keras
Gerakan tidak terkontrol
Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala beberapa
detik
Kekuatan lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku serta susah
ditekuk
Refleks tendon meningkat
Pada waktu diangkat ke posisi vertical kedua tungkai saling menyilang
Tes BERA: respon suara kanan dan kiri 30dB
C. Analisis Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia 18 bulan?
Perkembangan anak usia 18 bulan:
a. Motorik
- Berlari namun masih kaku
- Duduk di kursi kecil
- Berjalan menaiki tangga dengan 1 tangan masih berpegangan
- Memeriksa laci atau keranjang sampah
b. Adaptif
- Membentuk menara dari 4 kubus
- Meniru tulisan dalam bentuk cakar ayam
- Meniru coretan vertical3
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
- Mengeluarkan kismis dari botol
c. Bahasa
- Mengucapkan 10 kata
- Menyebut gambar
- Mengidentifikasi 1 atau lebih anggota badan
d. Sosial
- Makan sendiri
- Mencari bantuan saat ada masalah
- Bisa mengeluh saat berada dalam keadaan basah atau kotor
- Mencium orang tua dengan bibir mengkerut
e. Social/Emotional
- Senang memegang sesuatu untuk dimainkan
- Sudah memiliki temper tantrum
- Takut terhadap orang asing
- Menunjukkan ketertarikan pada orang yang dikenal
- Bisa permainan pura-pura seperti membei makan boneka
- Mendekat pada caregiver pada suasana baru
- Menunjukkan ketertarikan pada sesuatu
- Bermain sendiri dengan orang tua di dekatnya
f. Gerakan/Perkembangan fisik
- Berjalan sendiri
- Berlari dan memanjat
- Mendorong mainan
g. Kognitif
- Mengetahui hal-hal biasa seperti telepon, sendok
- Mecari perhatian
- Menunjukkan ketertarikan terhadap boneka atau binatang dengan
berpura-pura memberi makan
- Menunjukkan bagian tubuh4
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
(Nelson Textbook of Pediatry. 2011)
Jika berdasarkan KPSP, maka kemampuan yang harus dimiliki oleh anak
usia 18 bulan adalah2:
a. Sosialisasi & Kemandirian:
- Bertepuk tangan atau melambai-lambai tanpa bantuan
- Dapat menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis atau
merengek
- Menggelindingkan kembali bola yang telah digelindingkan ke
arahnya
- Memegang sendiri cangkir atau gelas dan meminum dari tempat
tersebut tanpa tumpah
b. Motorik gerak kasar
- Berjalan sepanjang ruangan tanpa jatuh dan terhuyung huyung
- Membungkuk atau memungut mainan atau benda lain di lantai
tanpa berpegangan atau menyentuh lantai
- Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik atau lebih
c. Motorik gerak halus
- Memungut benda kecil seperti kacang dengan menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk
- Menggelindingkan bola
d. Bahasa dan bicara
- Dapat mengatakan “pa-pa” saat memanggil atau melihat ayahnya
- Dapat mengatakan “ma-ma” jika memanggil atau melihat ibunya
(Lembar KPSP Bagian Ilmu Anak FK Unsri)
Pertumbuhan anak usia 18 bulan:
PB/U : 77 cm- 90 cm
BB/U : 8,8- 11kg5
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
LK : rata-rata 48,4 cm
(Growth Chart WHO)
2. Apa saja penyebab anak usia 18 bulan belum bisa duduk dan merangkak?
Belum bisa duduk dan merangkak merupakan gambaran gangguan
perkembangan motorik karena seharusnya duduk dan merangkak dapat
dicapai pada usia 6 – 9 bulan. Gangguan perkembangan motorik dapat
disebabkan karena:
- Kelainan pada sistem saraf seperti Cerebral Palsy (tonus otot
terganggu) , Down Syndrome, Encephalitis, Hydrocephalus,
Prader-Willi Syndrome
- Kelainan metabolism, seperti Hipotiroid, Lead Poisoning,
Inheritance Metabolic Disorder
- Penyakit neuromuscular, seperti Duchene Muscular Dystrophy,
Miopati Miotubular, Becker’s Muscular Dystrophy
- Faktor lingkungan pada anak seperti nutritional intake yang
kurang, sering digendong atau diletakkan di baby walker
3. Apa penyebab kejang disertai demam?
Kejang demam Kejang disertai demamFaktor predisposisi genetic
Besar Kecil/tidak bermakna
Lama kejang 1-3 min, jarang kejang lama
>10 menit
Manifestasi klinis pada saat kejang
Pada saat demam sebagian besar karena ISPA
Infeksi SSP (ensefalitis, meningitis)
Kelainan patologi yang mendasari
Tidak ada Perubahan vascular dan edema
Status neurologi Post-iktal ( paralisis todds)
Jarang Sering
6
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
(Niedermeyer E. Epilepsy Guide: Diagnosis and Treatment of Epileptic
Seizure Disorder)
4. Apa saja dampak kejang dengan demam pada usia 6 bulan?
Kejang disertai demam dapat disebabkan oleh meningitis atau encephalitis
(infeksi yang bersifat intrakranial). Pada kasus ini curiga terjadi
meningitis. Komplikasi dari meningitis adalah sebagai berikut:
5. Bagaimana hubungan kejang disertai demam pada usia 6 bulan dengan
keluhan:
a. malas bergerak, hanya bisa tengkurap, belum bisa duduk dan
merangkak, serta belum bisa makan biskuit sendiri
Demam menunjukkan adanya infeksi. Bayi yang berusia 6 bulan
berisiko tinggi untuk mengalami meningitis bakterial. Kejang
merupakan komplikasi tersering dari infeksi sistem saraf pusat ini.
Kelemahan, paralisis, ataupun spasme bagian tubuh yang jika permanen
disebut cerebral palsi juga merupakan komplikasi dari meningitis.
Bakteri yang menyebabkan meningitis dapat memasuki ruang
subarachnoid melalui blood brain barrier yang telah meningkat
permeabilitasnya setelah terjadinya bakteremia. Di ruang subarachnoid, 7
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
bakteri menimbulkan respon inflamasi berupa peningkatan resistensi
aliran cairan serebrospinal yang mengakibatkan terjadinya edema
interstisial. Peningkatan permeabilitan blood brain barrier
mengakibatkan terjadinya edema vasogenik. Selain edema, respon
inflamasi di otak bersifat sitotoksik akibat pelepasan mediator-mediator
inflamasi oleh sel-sel glia. Edema dan efeks sitotoksik ini meningkatkan
tekanan intracranial sehingga aliran darah ke otak menjadi menurun.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan sel-sel di otak mengalami
kerusakan, yang apabila kerusakan terjadi di korteks motorik, akan
mengakibatkan gangguan motorik, yang salah satu manifestasinya
adalah kelemahan otot, dalam hal ini menyebabkan Tristan malas
bergerak, tidak mampu telungkup bolak balik seperti sebelumnya,
belum bisa duduk dan merangkak, serta belum bisa makan biskuit
sendiri.
b. belum bisa makan nasi; masih diberi bubur saring dan susu
Pada CP tipe spastic terjadi kekakuan pada otot oromotor yang
menyebabkan pasien CP sulit mengunyah dan menelan. Sehingga ia
hanya bisa makan bubur saring dan belum bisa makan nasi.
c. belum bisa memanggil mama papa dan bila menginginkan sesuatu dia
selalu menangis
Belum bisa memanggil mama papa dan hanya menangis jika
menginginkan sesuatu merupakan salah satu manifestasi cerebral palsi
akibat terlibatnya otot orofaringeal. Otot orofaringeal terkena dampak
gangguan pada traktus ekstrapiramidalis sehingga sehingga
berkontraksi secara involunter dan tidak dapat menghasilkan ucapan
mama dan papa, serta kata-kata untuk meminta sesuatu.
8
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
6. Bagaimana pemberian makanan pada anak usia 18 bulan?
a. Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah
berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
b. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.
c. Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan Padanan Bahan
Makanan. Misalnya nasi diganti dengan: mie, bihun, roti, kentang, dll.
Hati ayam diganti dengan: tahu, tempe, kacang ijo, telur, ikan. Bayam
diganti dengan: daun kangkung, wortel, tomat. Bubur susu diganti
dengan: bubur kacang ijo, bubur sumsum, biskuit, dll.
d. Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba.
Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.
e. Yang perlu diingat:
Teruskan pemberian ASI
Berikan makanan keluarga 3 kali sehari
Berikan makanan selingan 2 kali sehari
Gunakan beraneka ragam bahan makanan setiap harinya.
(Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI)
7. Bagaimana keadaan gizi seorang anak usia18 bulan yang masih diberi
bubur saring dan susu?
Kebutuhan nutrisi anak usia 18 bulan:
Karbohidrat. Ketika bayi memasuki usia 12-18 bulan, bayi memerlukan
kebutuhan karbohidrat sebesar 50-60%.
Lemak. Ketika menginjak usia 12-18 bulan, bayi memerlukan asupan
lemak sebesar 30%. Selain digunakan sebagai sumber energi, lemak
juga diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi,
pembentukan sel-sel syaraf otak, pembungkus sel-sel syaraf dan 9
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
pembuluh darah serta organ-organ tubuh penting lainnya seperti jantung
dan hati. Kebutuhan lemak pada bayi dapat dipenuhi dari konsumsi
susu dan telur.
Protein. Protein diperlukan tubuh untuk proses regenerasi sel,
pembentuk synapsis saraf otak dan digunakan sebagai pembantu sistem
imun tubuh. Kadar protein yang diperlukan oleh tubuh berkisar 25%
pada bayi dengan usia 12-18 bulan. Kebutuhan protein oleh tubuh bisa
dicukupi dengan konsumsi ikan, tahu dan tempe.
Vitamin. Berbagai jenis vitamin digunakan untuk membantu proses
biokimia dalam tubuh. Selain itu, vitamin juga berguna untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh, serta
sistem imun tubuh. Kebutuhan vitamin yang harus dipenuhi oleh bayi
dengan usia 12-18 bulan berkisar antara 10%.
Mineral. Mineral berguna untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat
tambahan yang membantu proses tumbuh kembang dan
mempertahankan diri dari serangan penyakit. Kebutuhan mineral
berkisar antara 5% untuk bayi dengan usia 12-18 bulan.
Di dalam kasus, pasien hanya diberikan makanan berupa bubur saring.
Bubur saring merupakan makanan pengganti ASI yang cocok untuk bayi
usia 6-12 bulan. Kandungan karbohidrat bubur saring yaitu 30%. Hal ini
tentu saja tidak mencukupi kebutuhan karbohidrat untuk usia anak 18
bulan yaitu sekitar 50-60% dan menjadi faktor risiko gizi buruk pada
pasien. Tetapi perlu diingat pada pasien cerebral palsy, terdapat gangguan
motorik, termasuk gerakan untuk mengunyah makanan.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang diadaptasi dan
disempurnakan dari FDA)
8. Bagaimana status gizi dan pertumbuhan Tristan?
Menggunakan growth chart WHO:
10
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
BB/U: z score < -3 SD gizi buruk (severely underweight)
PB/U: z score antara -2 dan -3 SD pendek
BB/PB: z score < -3 sangat kurus
LK: < persentil 5 mikrosefali
9. Bagaimana status perkembangan Tristan? (Kesadaran, kontak mata,
melihat dan tersenyum, menoleh ketika dipanggil)
- Kesadaran: baik, normal
- Kontak mata: baik, normal
- Mau melihat dan tersenyum pada pemeriksa: baik, normal
- Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras: Fungsi sosialnya
baik, tetapi pada Tristan terdapat gangguan pendengaran ringan maka
perlu dipanggil dengan keras.
- Pada posisi tengkurap bisa mengangkat dan menahan kepala beberapa
detik: adanya gangguan perkembangan pada gerak kasar (seharusnya
sejak usia 6 bulan sudah bisa mengangkat kepalanya).
- Belum bisa duduk dan merangkak: terjadi gangguan perkembangan
pada gerak kasar (seharusnya sudah bisa sejak usia 6 bulan).
- Belum bisa makan biscuit sendiri: adanya gangguan pada kemandirian
- Belum bisa memanggil mama dan papa: adanya gangguan pada bicara
dan bahasa
- Bila menginginkan sesuatu dia selalu menangis: adanya gangguan
pada kemandirian dan sosialisasi.
10. Bagaimana status neurologi Tristan?
Pemeriksaan fisik Interpretasi status neurologisGerakan tidak terkontrol Distonia atau chorea, Cerebral palsy
diskinetik (athetosis)
11
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Posisi tengkurap hanya bisa mengangkat kepala beberapa detik
Kelemahan otot, cerebral palsy spastik, Delayed Motor Skill Development
Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3
Kelemahan dan kekakuan otot, cerebral palsy spastik quadriplegia
Lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk
Spastisitas, cerebral palsy spastic quadriplegia
Tungkai menyilang saat diangkat dalam posisi vertical (scissor gait)
Spastisitas, cerebral palsy spastik, Upper Motor Neuron Lession
Refleks tendon meningkat Lesi terletak di upper motor neuron, cerebral palsy tipe spastic
11. Bagaimana interpretasi hasil Tes BERA Tristan?
Tes BERA: dilakukan untuk mengetahui ambang dengar.
Normal: 0-25 dB
Pada pasien didapatkan hasil tes BERA 30 dB, artinya pasien mengalami
tuli ringan (26-40 dB).
12. Apa diagnosis banding kasus ini?
- Cerebral Palsy tipe Spastic
- Cerebral Palsy tipe Diskinetic
- Cerebral Palsy tipe Campuran
- Cerebral Palsy tipe Ataxia
13. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
Untuk mendiagnosis CP disamping berdasarkan anamnesis yang teliti,
gejala–gejala klinis, juga diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.
Berikut adalah beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis CP :
a. Elektroensefalogram (EEG)
EEG dapat dilakukan dari usia bayi sampai dewasa. Merupakan salah
satu pemeriksaan penting pada pasien dengan kelainan susunan saraf 12
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
pusat. Alat ini bekerja dengan prinsip mencatat aktivitas elektrik di
dalam otak, terutama pada bagian korteks (lapisan luar otak yang
tebal). Dengan pemeriksaan ini, aktifitas sel-sel saraf otak di korteks
yang fungsinya untuk kegiatan sehari-hari, seperti tidur, istirahat dan
lain-lain, dapat direkam. Pada infeksi susunan saraf pusat seperti
meningitis, ensefalitis, pemeriksaan EEG perlu dilakukan untuk
melihat kemungkinan, misalnya terjadi kejang yang tersembunyi atau
adanya bagian otak yang terganggu. (Anonim, 2004)
b. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity (NCV)
Alat ini sangat berguna untuk membuktikan dugaan adanya kerusakan
pada otot atau syaraf. NCV digunakan terlebih dahulu sebelum EMG,
dan digunakan untuk mengukur kecepatan saat dimana saraf–saraf
mentransmisikan sinyal. Selama pemeriksaan NCV, elektroda
ditempelkan pada kulit yang dilalui syaraf yang spesifik untuk suatu
otot atau sekelompok otot. Prinsip kerja NCV adalah memberikan
stimulus elektrik yang dihantarkan melalui elektrode, kemudian respon
dari otot dideteksi, diolah dan ditampilkan. Kekuatan dari sinyal yang
diberikan juga dihitung. Kondisi neurologis dapat menyebabkan NCV
melambat atau menjadi lebih lambat pada salah satu sisi tubuh.
EMG mengukur impulse dari saraf dalam otot. Elektrode kecil
diletakkan dalam otot pada lengan dan kaki dan respon elektronik
diamati dengan menggunakan suatu alat yang menampilkan gerakan
suatu arus listrik (oscilloscope). Alat ini mendeteksi bagaimana otot
bekerja.
c. Tes Laboratorium
1) Analisis kromosom
Analisis kromosom dapat menunjukkan identifikasi suatu anomali
genetik (contohnya Down’s Syndrome) ketika anomali tersebut
muncul pada sistem organ.13
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
2) Tes fungsi tiroid
Tes fungsi tiroid dapat menunjukkan kadar hormon tiroid yang
rendah yang dapat menyebabkan beberapa cacat bawaan dan
retardasi mental berat.
3) Tes kadar ammonia dalam darah
Kadar ammonia yang tinggi di dalam darah (hyperammonemia)
bersifat toksik terhadap sistem saraf pusat (seperti otak dan
sumsum tulang belakang). Defisiensi beberapa enzim
menyebabkan kerusakan asam amino yang menimbulkan
hyperammonemia. Hal ini dapat disebabkan oleh kerusakan liver
atau kelainan metabolisme bawaan.
4) Imaging test
Tes gambar sangat membantu dalam mendiagnosa hidrosefalus,
abnormalitas struktural dan tumor. Informasi yang diberikan dapat
membantu dokter memeriksa prognosis jangka panjang seorang
anak.
- Magnetic Resonance Imaging atau MRI
MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk
menciptakan gambar dari struktur internal otak. Studi ini
dilakukan pada anak–anak yang lebih tua. MRI dapat
mendefinisikan abnormalitas dari white matter dan korteks
motorik lebih jelas daripada metode–metode lainnya.
- CT scan
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi
komputer, menghasilkan suatu gambar yang memperlihatkan
setiap bagian tubuh secara terinci termasuk tulang, otot, lemak
dan organ-organ tubuh. Suatu computed tomography scan dapat
menunjukkan malformasi bawaan, hemorrhage dan PVL pada
bayi.14
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
- Ultrasound
Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yang
dipantulkan ke dalam tubuh untuk membentuk suatu gambar
yang disebut sonogram. Alat ini seringkali digunakan pada bayi
sebelum tulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup
untuk mendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal.
14. Apa diagnosis kerja dan bagaimana cara menegakkan diagnosis kasus ini?
a. Anamnesis:
1) Laporan orangtua bahwa ada keterlambatan perkembangan, pada usia
18 bulan:
a) Belum bisa duduk dan merangkak Gangguan motorik kasar
b) Belum bisa makan biskuit sendiri Gangguan motorik halus
c) Sudah bisa mengoceh tapi belum bisa memanggil mama dan papa
Gangguan bicara dan bahasa
d) Bila menginginkan sesuatu selalu menangis Gangguan
sosialisasi dan kemandirian
2) Adanya kemunduran perkembangan. Pada usia 6 bulan perkembangan
normal sesuai usianya. Sudah bisa tengkurap bolak balik, tersenyum ke
arah ibu.
3) Kemunduran terjadi setelah mengalami kejang disertai demam dan
dirawat di rumah sakit selama 2 minggu Kemungkinan terjadi
demam disebabkan proses intrakranial
Berdasarkan hasil anamnesis, Tristan diduga mengalami cerebral palsi.
b. Pemeriksaan fisik:
1) Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan kepala
beberapa detik, kekuatan kedua lengan dan tungkai kaku, susah
ditekuk, refleks tendon meningkat, scissor gait (waktu diangkat ke 15
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
posisi vertical kedua tungkai saling meningkat) CP Spastik
quadriplegic
2) Terdapat gerakan tidak terkontrol CP tipe Diskinetik
3) Berat badan, panjang badan, lingkar kepala Status gizi buruk,
mikrosefali
4) Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras, tes Bera 30 Db
Tuli ringan sensorineural
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dapat ditentukan tipe cerebral palsi
yang dialami, yaitu tipe diskinetik spastic quadriplegia, tuli sensorineural
ringan, dan gizi buruk.
Diagnosis kerja: Cerebral palsy diskinetik spastic quadriplegia, tuli
sensorineural ringan, dan gizi buruk.
c. Pemeriksaan penunjang:
1) EEG
2) MRI
15. Apa etiologi dan faktor risiko kasus ini?
Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya.
Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini dalam
suatu keluarga, maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik.
(Soetjiningsih, 1995).
Adapun faktor risiko cerebral palsy:
a. Faktor prenatal :
- Kelainan kongenital
- Infeksi intrauterine
- Radiasi intrauterine
- Asfiksia intrauterine
- Toksemia gravidarum16
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
b. Faktor perinatal :
- Prematuritas, trauma lahir, asfiksia
- Kernikterus, perdarahan intrakranial
- Infeksi
c. Faktor posnatal
- Trauma kapitis
- Hipkosia / anoksia
- Infeksi SSP
16. Bagaimana epidemiologi kasus ini?
- Merupakan kelainan motorik yang banyak ditemukan pada anak
- Angka kejadian 1-5 per 1000 anak
- Laki-laki lebih sering dari pada wanita
- Sering terdapat pada anak pertama
- Angka kejadian lebih tinggi pada bayi BBLR, anak kembar, ibu diatas
usia 40 th, dan ibu multipara
Angka kejadian CP berkisar 1,2-2,5 anak per 1000 anak usia sekolah dini.
Satu penelitian menunjukkan prevalensi CP kongenital derajat sedang
sampai berat mencapai 1,2 per 1000 anak usia 3 tahun (Grether et al,
1992). Angka harapan hidup penderita CP tergantung dari tipe CP dan
beratnya kecacatan motorik (Plioplys et al 1998). Penelitian di negara
yang sudah berkembang menunjukkan bahwa prevalensi CP tidak
menurun pada setiap kelompok berat lahir.
17
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
17. Bagaimana patofisiologi kasus ini?
18
Invasi local o/ koloni bakteri di mukosa epithelium (nasopharynx)
Bakteri menembus mukosa
bakteremia
Demam
Metabolism basal ↑
Kebutuhan O2 ↑
gg. potensi membrane - difusi Na & K
Pelepasan muatan listrik >>
Kejang
Edema vasogenik – Edema sitotoksik – Edema Interstitsial (di subarachnoid space)
↑ TIK
Penyebaran infeksi to cochlear
Tuli sensoryneural ringan
Labirinitis
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
19
Hambatan perkembangan motorik
Involuntary movement
Belum bisa duduk dan merangkak
Gg. Oromotor
Cerebral palsy
Spastic Otot Ekstremitas
Lengan-Tungkai susah ditekuk
Belum bisa makan biscuit sendiri dan nasi
Gg. Bicara
Diberi bubur saring
Inadequate nutrition
Status Gizi Buruk
Belum dpt mengucapkan mama-papa
gg. motorik halus (gerak tangan)
gg. motorik kasar
mikrosefali
↓ blood flow to CNS
↓ perfusi oksigen
Hipoglikemi CSF ↑ Laktat CSF
kejang
Gangguan CNS
Kerusakan sel2 area korteks motorik & gl. basalis (lesi UMN)
Kegagalan pompa ion
mikrosefali ATP ↓
Depolarisasi ↑
gg. reuptake neurotransmitter eksitatorik
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
18. Apa tatalaksana kasus ini?
Aspek Medis
a. Nutrisi
1) Status Nutrisi
BB/U: z score = -3 SD
Gizi Buruk
2) Kebutuhan Nutrisi (RDA)
BB aktual: 7,5 kg
BB ideal: 9,5 kg
TB aktual: 75 cm
Usia berdasarkan usia aktual: 13 bulan
Kebutuhan 100 kkal/kgBB
Untuk Tristan: 100 x 9,5 kg = 950 kkal
3) Cara Pemberian
Oral
4) Jenis Nutrisi
Makanan semilunak
5) Monitoring
Tinjau kenaikan BB dan PB dengan growth-chart WHO
Lihat efek samping yang terjadi
Nutrisi yang buruk, pada akhirnya dapat membuat seseorang rentan
terhadap infeksi dan menyebabkan gagal tumbuh. Untuk membuat
menelan lebih mudah, disarankan untuk membuat makanan semisolid,
misalnya sayur dan buah yang dihancurkan. Posisi ideal, misalnya
duduk saat makan atau minum dan menegakkan leher akan
menurunkan resiko tersedak. Pada kasus gangguan menelan berat dan
malnutrisi, klinisi dapat merekomendasikan penggunaan selang
makanan, yang digunakan untuk memasukkan makanan dan nutrien 20
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
ke saluran makanan, atau gastrostomy, dimana dokter bedah akan
meletakkan selang langsung pada lambung.
b. Fisioterapi dan Ortotik
- Teknik tradisional
Latihan luas gerak sendi, stretching, latihan penguatan dan
peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan
pindah, latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari Deaver.
- Motor function training
Menggunakan sistem khusus yang umumnya dikelompokkan sebagai
neuromuskular facilitation exercise. Dimana digunakan pengetahuan
neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks di dalam latihan, untuk
mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum
konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa
bentuk stimulasi akan menimbulkan reaksi otot yang dikehendaki,
yang kemudian bila ini dilakukan berulang–ulang akan berintegrasi
ke dalam pola gerak motorik yang bersangkutan. Contohnya adalah
teknik dari : Phelps, Fay-Doman, Bobath, Brunnstrom, Kabat-Knott-
Vos.
− Dengan menggunakan brace dan bidai (splint), tongkat ketiak, tripod,
walker, kursi roda dan lain–lain. Masih ada pro dan kontra untuk
program bracing ini. Secara umum program bracing ini bertujuan
untuk stabilitas, terutama bracing untuk tungkai dan tubuh,
mencegah kontraktur, mencegah kembalinya deformitas setelah
operasi, serta agar tangan lebih berfungsi
c. Terapi Okupasi
Terutama untuk latihan melakukan aktifitas sehari–hari, evaluasi
penggunaan alat–alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktifitas
bimanual. Latihan bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola
dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.21
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
d. Terapi Wicara
Angka kejadian gangguan bicara pada penderita ini diperkirakan
berkisar antara 30 % - 70 %. Gangguan bicara disini dapat berupa
disfonia, disritmia, disartria, disfasia dan bentuk campuran. Terapi
wicara dilakukan oleh terapis wicara.
e. Medikamentosa
1) Mengatasi Spastisitas
Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi
spastisitas pada penderita CP adalah:
a. Diazepam
Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada
anak usia <6 bulan tidak direkomendasikan, sedangkan pada
anak usia >6 bulan diberikan dengan dosis 0,12 – 0,8
mg/KgBB/hari per oral dibagi dalam 6-8 jam, dan tidak
melebihi 10 mg/dosis.
b. Baclofen
Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari
medula spinalis yang akan menyebabkan kontraksi otot. Dosis
obat yang dianjurkan pada penderita CP adalah sebagai berikut:
2 – 7 tahun:
Dosis 10 – 40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 – 4 dosis.
Dosis dimulai 2,5 – 5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian
dosis dinaikkan 5 – 15 mg/hari, maksimal 40 mg/hari.
8 – 11 tahun:
Dosis 10 – 60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis.
Dosis dimulai 2,5 – 5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian
dosis dinaikkan 5 – 15 mg/hari, maksimal 60 mg/hari.
> 12 tahun:
Dosis 20 – 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis.22
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Dosis dimulai 5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis
dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80 mg/hari.
c. Dantrolene
Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi
otot sehingga kontraksi otot tidak bekerja. Dosis yang
dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari, maksimal 40 mg/hari.
2) Gerakan involunter
Penderita dengan CP atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-
obatan yang dapat membantu menurunkan gerakan-gerakan
abnormal. Obat yang sering digunakan termasuk golongan
antikolinergik, bekerja dengan menurunkan aktivitas acetilkoline
yang merupakan bahan kimia messenger yang akan menunjang
hubungan antar sel otak dan mencetuskan terjadinya kontraksi otot.
Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidyl, benztropine
dan procyclidine hydrochloride.
3) Bo t uli n um Toxin ( BO T OX)
Merupakan medikasi yang bekerja dengan menghambat pelepasan
acetilcholine dari presinaptik pada pertemuan otot dan saraf. Injeksi
pada otot yang kaku akan menyebabkan kelemahan otot.
Kombinasi terapi antara melemahkan otot dan menguatkan otot
yang berlawanan kerjanya akan meminimalisasi atau mencegah
kontraktur yang akan berkembang sesuai dengan pertumbuhan
tulang. Intervensi ini digunakan jika otot yang menyebabkan
deformitas tidak banyak jumlahnya, misalnya spastisitas pada tumit
yang menyebabkan gait jalan berjinjit (Toe-heel gait) atau
spastisitas pada otot flexor lutut yang menyebabkan crouch gait.
Perbaikan tonus otot sering akibat mulai berkembangnya saraf
23
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
terminal, yang merupakan proses dengan puncak terjadi pada 60
hari (Cosgrove, Graham, 1994).
Intervensi botulinum dapat digunakan pada deformitas ekstremitas
atas yang secara sekunder akibat tonus otot abnormal dan
tumbuhnya tulang. Kelainan yang sering dijumpai adalah aduksi
bahu dan rotasi internal, fleksi lengan, pronasi telapak tangan dan
fleksi pergelangan tangan dan jari-jari. Botulinum toksin sangat
efektif untuk memperbaiki kekakuan siku dan ekstensi ibu jari.
Seperti sudah diduga sebelumnya, fungsi motorik halus tidak
banyak mengalami perbaikan. Keuntungan dari segi kosmetik untuk
memperbaiki fleksi siku sangat dramatik.
Komplikasi injeksi botulinum toksin dikatakan minimal. Nyeri
akibat injeksi minimal, biasanya akan hilang tidak lebih dari 5
menit setelah injeksi. Efikasi tercapai dalam 48-72 jam dan
akan menghilang dalam 2-4 bulan setelah injeksi. Lama waktu
penggunaan botulinum toksi dilanjutkan tergantung dari derajat
abnormalitas tonus otot, respon penderita dan kemampuan untuk
memelihara fungsi yang diinginkan (Wong V, 1998).
4) B a c l o f e n I n tr a te k al
Baclofen merupakan GABA agonis yang diberikan secara intratekal
melalui pompa yang ditanam akan sangat membantu penderita
dalam mengatasi kekakuan otot berat yang sangat mengganggu
fungsi normal tubuh (Albright, 1996). Karena Baclofen tidak dapat
menembus BBB secara efektif, obat oral dalam dosis tinggi
diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan jika
dibandingkan dengan cara pemberian intratekal. Dijumpai
penderita dengan baclofen oral akan tampak letargik.
24
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Baclofen intratekal diberikan pertama kali sejak tahun 1980 sebagai
obat untuk mengendalikan spasme otot berat akibat trauma pada
tulang belakang. Sejak tahun 1990, metode pengobatan ini mulai
digunakan untuk koreksi pada penderita CP dan menunjukkan
efikasi yang baik.
f. Operasi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan bedah ortopedi, misalnya tendon
yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu
mengganggu dan lain–lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil.
Tujuan dari tindakan bedah ini adalah untuk stabilitas, melemahkan otot
yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi. (Merupakan pilihan
yang paling akhir)
Aspek Non Medis
a. Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan
mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan
khusus (Sekolah Luar Biasa).
b. Pekerjaan
Tujuan yang ideal dari suatu rehabilitasi adalah agar penderita dapat
bekerja produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai
hidupnya. Mengingat kecacatannya, seringkali tujuan tersbut silut
tercapai. Tetapi meskipun dari segi ekonomis tidak menguntungkan,
pemberian kesempatan kerja tetap diperlukan, agar menimbulkan harga
diri bagi penderita CP.
c. Problem sosial
Bila terdapat masalah sosial, diperlukan pekerja sosial untuk membantu
menyelesaikannya.
d. Lain–lain25
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Hal–hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas–aktifitas
kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.
19. Apa komplikasi kasus ini?
a. Gangguan Mental
Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga
dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal.
Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik
quadriplegia.
b. Gangguan Pertumbuhan
Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang hingga
berat, terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum adalah
istilah untuk mendeskripsikan anak-anak yang terhambat pertumbuhan
dan perkembangannya walaupun cukup mendapat asupan makanan.
Pada bayi-bayi, terhambatnya laju pertumbuhan terlihat dari kenaikan
berat badan yang sangat kecil; pada anak kecil, dapat tampak terlalu
pendek; pada remaja, tampak sebagai kombinasi antara terlalu pendek
dan tidak tampak tanda maturasi seksual. Gagal tumbuh dapat
disebabkan beberapa sebab, termasuk nutrisi yang buruk dan kerusakan
otak yang berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan perkembangan.
Sebagai tambahan, otot tungkai yang mengalami spastisitas mempunyai
kecenderungan lebih kecil disbanding normal. Hal tersebut tampak
nyata pada sebagian besar penderita dengan spastic hemiplegia, karena
tungkai pada sisi yang sakit tidak dapat tumbuh secepat sisi yang
normal. Kondisi tersebut juga mengenai tangan dan kaki karena
gangguan penggunaan otot tungkai (disuse atrophy).
c. Gangguan Penglihatan dan Pendengaran
Banyak anak CP menderita strabismus, dimana mata tidak tampak
segaris karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri. Pada 26
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
perkembangannya, hal ini akan menimbulkan gejala pengelihatan
ganda. Jika tidak segera dikoreksi akan menimbulkan gangguan
pengelihatan berat pada satu mata dan sebenarnya dapat diintervensi
dengan kemampuan visus tertentu, misalnya membatasi jarak pandang.
Pada beberapa kasus, terapi bedah direkomendasikan untuk koreksi
strabismus. Anak dengan hemiparesis dapat mengalami hemianopia,
dimana terjadi kecacatan visus atau kebutaan yang mengenai lapangan
pandang normal pada satu sisi. Sebagai contoh, jika hemianopia
mengenai mata kanan, dengan melihat lurus ke depan akan mempunyai
visus terbaik kecuali untuk melihat kanan jarak jauh. Pada hemianopia
homonymous , kelainan akan mengenai sisi yang sama dari lapang
pandang dari kedua mata. Gangguan pendengaran juga sering dijumpai
diantara penderita CP dibanding pada populasi umum.
d. Sensasi dan Persepsi abnormal
Sebagian penderita CP mengalami gangguan kemampuan untuk
merasakan sensasi misalnya sentuhan dan nyeri. Mereka juga
mengalami stereognosia, atau mengalami kesulitan merasakan dan
mengidentifikasi obyek melalui sensasi raba.
20. Bagaimana prognosis kasus ini?
Quo ad vitam: dubia
Quo ad fungsionam: dubia
21. Bagaimana tindakan preventif untuk kasus ini?
Beberapa penyebab CP dapat dicegah atau diterapi, sehingga kejadian CP
pun bisa dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi
antara lain:
1. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat
pengaman pada saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala 27
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
saat bersepeda, dan eliminasi kekerasan fisik pada anak. Sebagai
tambahan, pengamatan optimal selama mandi dan bermain.
2. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru
lahir dengan fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan
transfusi tukar. Inkompatibilitas faktor rhesus mudah diidentifikasi
dengan pemeriksaan darah rutin ibu dan bapak. Inkompatibilitas
tersebut tidak selalu menimbulkan masalah pada kehamilan pertama,
karena secara umum tubuh ibu hamil tersebut belum memproduksi
antibodi yang tidak diinginkan hingga saat persalinan. Pada sebagian
besar kasus-kasus, serum khusus yang diberikan setelah kelahiran dapat
mencegah produksi antibodi tersebut. Pada kasus yang jarang, misalnya
jika pada ibu hamil antibodi tersebut berkembang selama kehamilan
pertama atau produksi antibodi tidak dicegah, maka perlu pengamatan
secara cermat perkembangan bayi dan jika perlu dilakukan transfusi ke
bayi selama dalam kandungan atau melakukan transfusi tukar setelah
lahir.
3. Rubella, atau campak jerman, dapat dicegah dengan memberikan
imunisasi sebelum hamil.
22. Apa KDU kasus ini?
2. Untuk mendiagnosis dan merujuk. Lulusan dokter mampu membuat
diagnosis klinik berdasarkan penyakit tersebut dan menentukan rujukan
yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan. (SKDI 2012)
D. Hipotesis
Tristan, anak laki-laki, usia 18 bulan, mengalami gangguan bicara, motorik
kasar dan halus serta kemandirian et causa cerebral palsy tipe campuran
28
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
(diskinetik-spastik), quadriplegi dengan status gizi buruk, mikrosefali, serta
tuli ringan pada telinga kiri dan kanan.
E. Kerangka Konsep
29
Inadequate nutrition
Status Gizi Buruk
Cerebral Palsy Tipe Spastic Quadriplegic dan Diskinetik (Tipe Campuran) dengan Tuli Ringan dan Status Gizi Buruk
Cerebral Palsy (gg. perkembangan motorik)
Gangguan CNS
Involuntary Movement (diskinetik)
Kekuatan lengan & tungkai ↓
Lengan & tungkai sulit ditekuk (spastic)
Refleks tendon ↑ (spastic)
Gg. Oromotor
Belum bisa duduk & merangkak
Infeksi CNS (suspect meningitis)
Kejang disertai demam
Tuli ringan (sensorineural)
Tristan (♂,18 bln)
Pada usia 6 bulan
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
F. Sintesis
1. Kejang dengan demam
1. Pengertian
Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul akibat
kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi
30
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38C) yang disebabkan oleh suatu
proses ekstrakranium (Hasan, 1995).
Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam, salah
satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi
atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa
demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang
demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000).
2. Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan Pasti,
demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak
selalu tinbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak
begitu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia
(penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia,
alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang yang
disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila stimulus
pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
3. Patofisiologi
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi natrium menurun sedangkan di luar sel neuron
terjadi keadaan sebaliknya.31
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat
dirubah dengan adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya
mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena
penyakit atau keturunan.
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan
dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya sehingga
terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang
rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang kejang
tinggi baru terjadi pada suhu 40 C atau lebih.
4. Tanda dan Gejala
Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-data
antara lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak gelisah,
badan klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering (Ngastiyah, 1997).
5. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya
terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang
terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu
timbul spastisitas.32
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan
anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
6. Penatalaksanaan / Pengobatan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat pilihan
utama adalah diazepam secara intravena. Apabila diazepam tidak
tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.
b. Pengobatan Penunjang
Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar
oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan pengobatan
ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda – tanda vital diobservasi
secara ketat, cairan intravena diberikan dengan monitoring.
c. Pengobatan di rumah
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah.
Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :
1) Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari diberikan
obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan
pada anak bila menderita demam lagi
2) Profilaksis jangka panjang
33
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil
dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya
kejang di kemudian hari.
d. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun epilepsy yang
diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus respiratorius bagian
atas dan otitis media akut.
2. Meningitis
a. Definisi
Meningitis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
peradangan pada selaput yang mengelilingi otak atau sumsum tulang
belakang. Apabila meningitis tidak diobati dapat menyebabkan
pembengkakan otak dan menyebabkan cacat permanen, koma dan bahkan
kematian.
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, termasuk bakteri (yang
paling serius), virus, jamur, reaksi terhadap obat, dan lingkungan yang
tercemar racun seperti logam berat. Meskipun meningitis bakteri dan
jamur memerlukan rawat inap diperpanjang, meningitis yang disebabkan
oleh virus sering dapat diobati di rumah dan memiliki hasil yang jauh lebih
baik.
Peradangan pada meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
atau infeksi virus. Namun, peradangan juga bisa disebabkan oleh
kondisi langka yang lebih, seperti kanker, reaksi obat, atau penyakit
dari sistem kekebalan tubuh.
Biasanya, meningitis menyebabkan demam, kelesuan dan gangguan
status mental (masalah berpikir), tetapi gejala-gejala ini seringkali sulit
untuk dideteksi pada anak-anak.
34
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Jika peradangan atau akibat infeksi berlanjut melewati selaput otak
atau sumsum tulang belakang, maka proses disebut ensefalitis (radang
otak).
Kejadian tertinggi meningitis adalah antara kelahiran sampai berumur
2 tahun, dengan risiko terbesar setelah lahir pada 3-8 bulan.
Meningkatnya eksposur terhadap infeksi dan masalah sistem
kekebalan hadir pada saat kelahiran anak akan meningkatkan risiko
meningitis.
b. Epidemiology
Bakteri meningitis, infeksi pada selaput (meninges) dan cairan
serebrospinalis (CSF) yang mengelilingi otak dan tulang belakang,
merupakan penyebab utama kematian dan cacat seluruh dunia. Di luar
periode perinatal, tiga organisme, ditularkan dari orang ke orang melalui
pertukaran sekresi pernafasan, yang bertanggung jawab atas sebagian
besar kasus meningitis bakteri adalah Neisseria meningitidis, Haemophilus
influenzae, dan Streptococcus pneumoniae. Etiologi meningitis bakteri
bervariasi menurut kelompok usia dan wilayah dari dunia. Seluruh dunia,
tanpa epidemi satu juta kasus meningitis bakteri diperkirakan terjadi
200.000 kematian setiap tahun. Fatalitas kasus harga bervariasi dengan
usia waktu sakit dan spesies bakteri yang menyebabkan infeksi, tetapi
biasanya berkisar dari 3 menjadi 19% di negara maju. Tinggi tingkat
fatalitas kasus (37-60%) telah dilaporkan di negara-negara berkembang.
Sampai dengan 54% dari korban yang tersisa dengan cacat karena bakteri
meningitis, termasuk tuli, keterbelakangan mental, dan gejala sisa
neurologis, seperti cerebral palsy.
c. Etiologi
Bakteri meningitis35
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Meningitis biasanya disebabkan oleh salah satu dari sejumlah bakteri.
Yang paling umum adalah Streptococcus pneumoniae. Neisseria
meningitidis dapat menyebabkan wabah dalam kondisi penuh sesak,
seperti asrama perguruan tinggi atau barak militer. Haemophilus
influenzae tipe B ( Hib ) juga dapat menyebabkan meningitis pada orang
dewasa dan anak-anak, tetapi hal ini menjadi kurang umum karena anak-
anak kini menerima vaksin Hib saat bayi.
d. Gejala dan Tanda
Sekitar 25% dari mereka yang terkena meningitis memiliki gejala yang
berkembang selama 24 jam. Sisanya umumnya menjadi sakit selama satu
hingga tujuh hari. Kadang-kadang, jika seseorang telah di antibiotik untuk
infeksi lain, gejala dapat memakan waktu lebih lama untuk
mengembangkan atau mungkin kurang intens. Jika seseorang sedang
mengembangkan meningitis jamur (paling sering seseorang yang HIV
positif), gejala dapat mengambil minggu untuk berkembang.
Gejala-gejala klasik meningitis adalah demam, sakit kepala dan leher
kaku. Sayangnya, tidak semua orang dengan meningitis memiliki semua
gejala ini. Hanya sekitar 45% orang dengan meningitis memiliki ketiga
tanda-tanda klasik.
e. Tatalaksana
Jika Anda memiliki meningitis bakteri, Anda sering dimasukkan ke unit
perawatan intensif, baik untuk pengamatan jangka pendek atau suatu
periode lebih lama jika Anda lebih sakit. Perawatan meningitis bakteri
dimulai dengan memastikan bahwa pernapasan dan tekanan darah Anda
yang memadai.
Infus dimasukkan dan cairan diberikan.
Anda ditempatkan pada sebuah monitor jantung. 36
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Antibiotik intravena dapat diberikan.
Steroid dapat diberikan untuk mencoba mengurangi keparahan
penyakit.
Jika Anda sangat sakit, perawatan medis lebih agresif dapat diberikan.
Sebuah tabung pernapasan ( intubasi ) dapat dimasukkan untuk
membantu pernapasan.
IV garis besar dapat dimasukkan di selangkangan, dada, atau leher.
Obat-obatan dapat diberikan untuk meningkatkan tekanan darah dan
untuk menghentikan kejang.
Sebuah tabung (kateter) dapat ditempatkan di dalam kandung kemih
untuk memeriksa hidrasi Anda (atau status cairan).
Seorang anak yang meningitis hasviral dan meningkatkan dapat dikirim
pulang untuk terapi mendukung. terapi pendukung termasuk mendorong
cairan untuk mencegah dehidrasi andgiving acetaminophen (Tylenol)
atau ibuprofen (Motrin) untuk nyeri dan demam. Jika anak tersebut
dikirim pulang, dokter harus memeriksa anak itu dalam 24 jam untuk
memastikan kondisinya sudah membaik.
Jika diagnosis tidak pasti, atau jika Anda baru saja pada antibiotik, Anda mungkin
dirawat di rumah sakit untuk observasi dan pengobatan sampai diagnosis tertentu.
Ini mungkin memerlukan lain tekan tulang belakang 12-24 jam untuk re-evaluasi.
f. Pencegahan
Antibiotik dapat diberikan untuk membantu mencegah meningitis jika
seseorang telah memiliki hal berikut:
o Hindari kontak dengan seseorang yang telah meningitis
o Berkepanjangan menutup kontak (orang-orang yang tinggal, pergi
ke sekolah, atau berada dalam penjara dengan orang dengan meningitis)
37
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
o Paparan mulut, hidung, atau sekresi paru-paru (misalnya,
mencium, mulut ke mulut resusitasi)
3. Cerebral Palsy
a. Definisi
Cerebral palsi (CP) adalah terminologi yang digunakan untuk
mendeskripsikan kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat
pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada
beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah
memburuk pada usia selanjutnya. Istilah cerebral ditujukan pada kedua
belahan otak, atau hemisphere, dan palsi mendeskrispsikan bermacam
penyakit yang mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh. Jadi,
penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan
saraf tepi, melainkan, terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan
pada area motorik otak yang akan mengganggu kemampuan otak untuk
mengontrol pergerakan dan postur secara adekwat.
Gejala CP tampak sebagai spektrum yang menggambarkan variasi
beratnya penyakit. Seseorang dengan CP dapat menampakkan gejala
kesulitan dalam hal motorik halus, misalnya menulis atau menggunakan
gunting; masalah keseimbangan dan berjalan; atau mengenai gerakan
involunter, misalnya tidak dapat mengontrol gerakan menulis atau selalu
mengeluarkan air liur. Gejala dapat berbeda pada setiap penderita, dan
dapat berubah pada seorang penderita. Sebagian penderita CP sering juga
menderita penyakit lain, termasuk kejang atau gangguan mental. Penderita
CP derajat berat akan mengakibatkan tidak dapat berjalan dan
membutuhkan perawatan yang ekstensif dan jangka panjang, sedangkan
CP derajat ringan mungkin hanya sedikit canggung dalam gerakan dan
membutuhkan bantuan yang tidak khusus. CP bukan penyakit menular
38
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
atau bersifat herediter. Hingga saat ini, CP tidak dapat dipulihkan, walau
penelitian ilmiah berlanjut untuk menemukan terapi yang lebih baik dan
metode pencegahannya.
b. Angka Kejadian
Asosiasi CP dunia memperkirakan >500.000 penderita CP di Amerika.
Disamping peningkatan dalam prevensi dan terapi penyakit penyebab CP,
jumlah anak-anak dan dewasa yang terkena CP tampaknya masih tidak
banyak berubah atau mungkin lebih meningkat sedikit selama 30 tahun
terakhir. Angka kejadian CP berkisar 1,2-2,5 anak per 1000 anak usia
sekolah dini. Satu penelitian menunjukkan prevalensi CP kongenital
derajat sedang sampai berat mencapai 1,2 per 1000 anak usia 3 tahun
(Grether et al, 1992). Angka harapan hidup penderita CP tergantung dari
tipe CP dan beratnya kecacatan motorik (Plioplys et al 1998). Penelitian di
negara yang sudah berkembang menunjukkan bahwa prevalensi CP tidak
menurun pada setiap kelompok berat lahir. Dengan meningkatnya bayi
BBLR yang dapat diselamatkan, dimana merupakan faktor resiko CP
(O’Shea et al 1998)
c. Klasifikasi Klinis
Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang
terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
1. CP Spastik
Merupakan bentukan CP terbanyak (70-80%), otot mengalami
kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua
tungkai mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua
tungkai tampak bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini
membentuk karakteristik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan
gait gunting (scissors gait) (Bryers, 1941).39
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Anak dengan spastik hemiplegia dapat disertai tremor hemiparesis,
dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai
pada satu sisi tubuh. Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan
gerakan berat.
CP spastik dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu
a. Monoplegi
Bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan
b. Diplegia
Keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat
daripada kedua lengan
c. Triplegia
Bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai
kedua lengan dan 1 kaki
d. Quadriplegia
Keempat ekstremitas terkena dengan derajad yang sama
e. Hemiplegia
Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih berat
2. CP Atetoid/diskinetik
Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak
terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki,
lengan, atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan
lidah, menyebabkan anak tampak menyeringai dan selalu
mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode
40
monoplegia quadriplegiatriplegiadiplegia hemiplegia
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
peningkatan stres dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami
masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid terjadi
pada 10-20% penderita CP
3. CP Ataksid
Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam.
Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk;
berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar,
meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan; kesulitan
dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis atau
mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai
dengan gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan
gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru digunakan dan
tampak memburuk sama dengan saat penderita akan menuju obyek
yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP
(Clement et al, 1984).
4. CP campuran
Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu
bentuk CP yang dijabarkan diatas. Bentuk campuran yang sering
dijumpai adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga
mungkin dijumpai.
d. Penyebab Cerebral Palsy
CP bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab. CP merupakan
grup penyakit dengan masalah mengatur gerakan, tetapi dapat mempunyai
penyebab yang berbeda. Untuk menentukan penyebab CP, harus digali
mengenai hal : bentuk CP, riwayat kesehatan ibu dan anak, dan onset
penyakit.
Di USA, sekitar 10-20% CP disebabkan karena penyakit setelah lahir
(prosentase tersebut akan lebih tinggi pada negara-negara yang belum 41
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
berkembang). CP dapatan juga dapat merupakan hasil dari kerusakan otak
pada bulan-bulan pertama atau tahun-tahun pertama kehidupan yang
merupakan sisa dari infeksi otak, misalnya meningitis bakteri atau
encephalitis virus, atau merupakan hasil dari trauma kepala yang sering
akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh atau penganiayaan anak.
CP kongenital, pada satu sisi lainnya, tampak pada saat dilahirkan. Pada
banyak kasus, penyebab CP kongenital sering tidak diketahui.
Diperkirakan terjadi kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar
kelahiran dimana terjadi kerusakan pusat motorik pada otak yang sedang
berkembang. Beberapa penyebab CP kongenital adalah :
1. Infeksi selama kehamilan
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, akan
menyebabkan kerusakan sistim saraf yang sedang berkembang. Infeksi
lain yang dapat menyebabkan cedera otak fetus meliputi
cytomegalovirus dan toxoplasmosis. Pada saat ini sering dijumpai
infeksi maternal lain yang dihubungkan dengan CP (Leviton & Gilles,
1984)
2. Ikterus neonatorum
Pigmen bilirubin, yang merupakan komponen yang secara normal
dijumpai dalam jumlah kecil dalam darah, merupakan hasil produksi
dari pemecahan eritrosit. Jika banyak eritrosit mengalami kerusakan
dalam waktu yang singkat, misalnya dalam keadaan Rh/ABO
inkompatibilitas, bilirubin indirek akan meningkat dan menyebabkan
ikterus. Ikterus berat dan tidak diterapi dapat merusak sel otak secara
permanen (Van Praagh, 1961).
3. Kekurangan oksigen berat (hipoksik iskemik) pada otak atau
trauma kepala selama proses persalinan
Asphyxia sering dijumpai pada bayi-bayi dengan kesulitan persalinan.
Asphyxia menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi pada 42
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
periode lama, anak tersebut akan mengalami kerusakan otak yang
dikenal hipoksik iskemik encephalopathi. Angka mortalitas meningkat
pada kondisi asphyxia berat, tetapi beberapa bayi yang bertahan hidup
dapat menjadi CP, dimana dapat bersama dengan gangguan mental dan
kejang (Nelson, et al 1994).
4. Stroke
Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat menyebabkan stroke pada
fetus atau bayi baru lahir. Perdarahan di otak terjadi pada beberapa
kasus. Stroke yang terjadi pada fetus atau bayi baru lahir, akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak dan menyebabkan masalah
neurologis. Karena insiden infark cerebri yang tidak dapat dijelaskan
sering tampak pada pemeriksaan neuroimaging pada anak dengan CP
hemiplegi, diagnostik test untuk penyakit koagulasi perlu
dipertimbangkan.
e. Faktor Risiko Cerebral Palsy
Faktor-faktor risiko yang menyebabkan kemungkinan terjadinya CP
semakin besar antara lain terjadi pada saat prenatal, perinatal, dan
postnatal.
f. Tatalaksana Cerebral Palsy
Aspek Medis
a. Nutrisi
Nutrisi yang buruk, pada akhirnya dapat membuat seseorang rentan
terhadap infeksi dan menyebabkan gagal tumbuh. Untuk membuat
menelan lebih mudah, disarankan untuk membuat makanan semisolid,
misalnya sayur dan buah yang dihancurkan. Posisi ideal, misalnya
duduk saat makan atau minum dan menegakkan leher akan
menurunkan resiko tersedak. Pada kasus gangguan menelan berat dan 43
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
malnutrisi, klinisi dapat merekomendasikan penggunaan selang
makanan, yang digunakan untuk memasukkan makanan dan nutrien
ke saluran makanan, atau gastrostomy, dimana dokter bedah akan
meletakkan selang langsung pada lambung.
b. Fisioterapi dan Ortotik
- Teknik tradisional
Latihan luas gerak sendi, stretching, latihan penguatan dan
peningkatan daya tahan otot, latihan duduk, latihan berdiri, latihan
pindah, latihan jalan. Contohnya adalah teknik dari Deaver.
- Motor function training
Menggunakan sistem khusus yang umumnya dikelompokkan sebagai
neuromuskular facilitation exercise. Dimana digunakan pengetahuan
neurofisiologi dan neuropatologi dari refleks di dalam latihan, untuk
mencapai suatu postur dan gerak yang dikehendaki. Secara umum
konsep latihan ini berdasarkan prinsip bahwa dengan beberapa
bentuk stimulasi akan menimbulkan reaksi otot yang dikehendaki,
yang kemudian bila ini dilakukan berulang–ulang akan berintegrasi
ke dalam pola gerak motorik yang bersangkutan. Contohnya adalah
teknik dari : Phelps, Fay-Doman, Bobath, Brunnstrom, Kabat-Knott-
Vos.
− Dengan menggunakan brace dan bidai (splint), tongkat ketiak, tripod,
walker, kursi roda dan lain–lain. Masih ada pro dan kontra untuk
program bracing ini. Secara umum program bracing ini bertujuan
untuk stabilitas, terutama bracing untuk tungkai dan tubuh,
mencegah kontraktur, mencegah kembalinya deformitas setelah
operasi, serta agar tangan lebih berfungsi
c. Terapi Okupasi
Terutama untuk latihan melakukan aktifitas sehari–hari, evaluasi
penggunaan alat–alat bantu, latihan keterampilan tangan dan aktifitas 44
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
bimanual. Latihan bimanual ini dimaksudkan agar menghasilkan pola
dominan pada salah satu sisi hemisfer otak.
d. Terapi Wicara
Angka kejadian gangguan bicara pada penderita ini diperkirakan
berkisar antara 30 % - 70 %. Gangguan bicara disini dapat berupa
disfonia, disritmia, disartria, disfasia dan bentuk campuran. Terapi
wicara dilakukan oleh terapis wicara.
e. Medikamentosa
1) Mengatasi Spastisitas
Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi
spastisitas pada penderita CP adalah:
d. Diazepam
Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada
anak usia <6 bulan tidak direkomendasikan, sedangkan pada
anak usia >6 bulan diberikan dengan dosis 0,12 – 0,8
mg/KgBB/hari per oral dibagi dalam 6-8 jam, dan tidak
melebihi 10 mg/dosis.
e. Baclofen
Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari
medula spinalis yang akan menyebabkan kontraksi otot. Dosis
obat yang dianjurkan pada penderita CP adalah sebagai berikut:
2 – 7 tahun:
Dosis 10 – 40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 – 4 dosis.
Dosis dimulai 2,5 – 5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian
dosis dinaikkan 5 – 15 mg/hari, maksimal 40 mg/hari.
8 – 11 tahun:
Dosis 10 – 60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis.
Dosis dimulai 2,5 – 5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian
dosis dinaikkan 5 – 15 mg/hari, maksimal 60 mg/hari.45
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
> 12 tahun:
Dosis 20 – 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis.
Dosis dimulai 5 mg per oral 3 kali per hari, kemudian dosis
dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80 mg/hari.
f. Dantrolene
Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi
otot sehingga kontraksi otot tidak bekerja. Dosis yang
dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari, maksimal 40 mg/hari.
2) Gerakan involunter
Penderita dengan CP atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-
obatan yang dapat membantu menurunkan gerakan-gerakan
abnormal. Obat yang sering digunakan termasuk golongan
antikolinergik, bekerja dengan menurunkan aktivitas acetilkoline
yang merupakan bahan kimia messenger yang akan menunjang
hubungan antar sel otak dan mencetuskan terjadinya kontraksi otot.
Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidyl, benztropine
dan procyclidine hydrochloride.
3) Bo t uli n um Toxin ( BO T OX)
Merupakan medikasi yang bekerja dengan menghambat pelepasan
acetilcholine dari presinaptik pada pertemuan otot dan saraf. Injeksi
pada otot yang kaku akan menyebabkan kelemahan otot.
Kombinasi terapi antara melemahkan otot dan menguatkan otot
yang berlawanan kerjanya akan meminimalisasi atau mencegah
kontraktur yang akan berkembang sesuai dengan pertumbuhan
tulang. Intervensi ini digunakan jika otot yang menyebabkan
deformitas tidak banyak jumlahnya, misalnya spastisitas pada tumit
yang menyebabkan gait jalan berjinjit (Toe-heel gait) atau
spastisitas pada otot flexor lutut yang menyebabkan crouch gait.
Perbaikan tonus otot sering akibat mulai berkembangnya saraf 46
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
terminal, yang merupakan proses dengan puncak terjadi pada 60
hari (Cosgrove, Graham, 1994).
Intervensi botulinum dapat digunakan pada deformitas ekstremitas
atas yang secara sekunder akibat tonus otot abnormal dan
tumbuhnya tulang. Kelainan yang sering dijumpai adalah aduksi
bahu dan rotasi internal, fleksi lengan, pronasi telapak tangan dan
fleksi pergelangan tangan dan jari-jari. Botulinum toksin sangat
efektif untuk memperbaiki kekakuan siku dan ekstensi ibu jari.
Seperti sudah diduga sebelumnya, fungsi motorik halus tidak
banyak mengalami perbaikan. Keuntungan dari segi kosmetik untuk
memperbaiki fleksi siku sangat dramatik.
Komplikasi injeksi botulinum toksin dikatakan minimal. Nyeri
akibat injeksi minimal, biasanya akan hilang tidak lebih dari 5
menit setelah injeksi. Efikasi tercapai dalam 48-72 jam dan
akan menghilang dalam 2-4 bulan setelah injeksi. Lama waktu
penggunaan botulinum toksi dilanjutkan tergantung dari derajat
abnormalitas tonus otot, respon penderita dan kemampuan untuk
memelihara fungsi yang diinginkan (Wong V, 1998).
4) B a c l o f e n I n tr a te k al
Baclofen merupakan GABA agonis yang diberikan secara intratekal
melalui pompa yang ditanam akan sangat membantu penderita
dalam mengatasi kekakuan otot berat yang sangat mengganggu
fungsi normal tubuh (Albright, 1996). Karena Baclofen tidak dapat
menembus BBB secara efektif, obat oral dalam dosis tinggi
diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan jika
dibandingkan dengan cara pemberian intratekal. Dijumpai
penderita dengan baclofen oral akan tampak letargik.
47
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Baclofen intratekal diberikan pertama kali sejak tahun 1980 sebagai
obat untuk mengendalikan spasme otot berat akibat trauma pada
tulang belakang. Sejak tahun 1990, metode pengobatan ini mulai
digunakan untuk koreksi pada penderita CP dan menunjukkan
efikasi yang baik.
f. Operasi
Banyak hal yang dapat dibantu dengan bedah ortopedi, misalnya tendon
yang memendek akibat kekakuan/spastisitas otot, rasa sakit yang terlalu
mengganggu dan lain–lain yang dengan fisioterapi tidak berhasil.
Tujuan dari tindakan bedah ini adalah untuk stabilitas, melemahkan otot
yang terlalu kuat atau untuk transfer dari fungsi. (Merupakan pilihan
yang paling akhir)
Aspek Non Medis
a. Pendidikan
Mengingat selain kecacatan motorik, juga sering disertai kecacatan
mental, maka pada umumnya pendidikannya memerlukan pendidikan
khusus (Sekolah Luar Biasa).
b. Pekerjaan
Tujuan yang ideal dari suatu rehabilitasi adalah agar penderita dapat
bekerja produktif, sehingga dapat berpenghasilan untuk membiayai
hidupnya. Mengingat kecacatannya, seringkali tujuan tersbut silut
tercapai. Tetapi meskipun dari segi ekonomis tidak menguntungkan,
pemberian kesempatan kerja tetap diperlukan, agar menimbulkan harga
diri bagi penderita CP.
c. Problem sosial
Bila terdapat masalah sosial, diperlukan pekerja sosial untuk membantu
menyelesaikannya.
d. Lain–lain48
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
Hal–hal lain seperti rekreasi, olahraga, kesenian dan aktifitas–aktifitas
kemasyarakatan perlu juga dilaksanakan oleh penderita ini.
g. Pencegahan
Beberapa penyebab CP dapat dicegah atau diterapi, sehingga kejadian CP
pun bisa dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi
antara lain:
1. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat
pengaman pada saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala
saat bersepeda, dan eliminasi kekerasan fisik pada anak. Sebagai
tambahan, pengamatan optimal selama mandi dan bermain.
2. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru
lahir dengan fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan
transfusi tukar.
3. Rubella, atau campak jerman, dapat dicegah dengan memberikan
imunisasi sebelum hamil.
Sebagai tambahan, sangat baik jika kita berpedoman untuk menghasilkan
kehamilan yang baik dengan cara asuhan pranatal yang teratur dan nutrisi
optimal dan melakukan eliminasi merokok, konsumsi alkohol dan
penyalah-gunaan obat. Walaupun semua usaha terbaik yang sudah
dilakukan oleh orang tua dan dokter, tetapi masih ada anak yang terlahir
dengan CP, hal tersebut karena sebagian besar kasus CP tidak diketahui
sebabnya.
h. Prognosis
Beberapa faktor sangat menentukan prognosis CP, tipe klinis CP, derajat
kelambatan yang tampak pada saat diagnosis ditegakkan, adanya refleks
patologis, dan yang sangat penting adalah derajat defisit intelegensi,
sensoris, dan emosional. Tingkat kognisi sulit ditentukan pada anak kecil 49
Kelompok 9 Skenario C Blok 18 Tahun 2013
dengan gangguan motorik, tetapi masih mungkin diukur (McCarthy et al,
1986). Tingkat kognisi sangat berhubungan dengan tingkat fungsi mental
yang akan sangat menentukan kualitas hidup seseorang. Anak dengan
spastik quadriplegia, 25% membutuhkan perawatan total; paling banyak
hanya 3% yang dapat berjalan, biasanya setelah usia 3 tahun. Fungsi
intelektual sering seiring dengan derajat CP dan terkenanya otot bulbar
akan menambah kesulitan yang sudah ada.
Daftar Pustaka
Kliegman, Robert M. et al. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics 19th Edition.USA:
Elsevier Saunders
Central for Diseases Control and Prevention. Bacterial Meningitis. Diakses
melalui http://www.cdc.gov pada 1 Mei 2013
Liberalesso, Paulo BN. Et al. 2010. Journal of Epilepsy and Clinical
Neurophysiology diakses melalui http://www.scielo.br pada 30 April 2013
Texas A & M Agrilife extension in Health Hints. 2011. Complication of
Meningitis diakses melalui http://fcs.tamu.edu pada 30 April 2013
Wong, Eric.; Rogers, Laura. 2008. McMaster Pathophysiology review: Cerebral
Palsy. Diakses melalui http://www.pathophys.org pada 29 April 2013
Kacprowicz, Robert F., 2007, Meningitis in Adults, diakses melalui
http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_adults/article_em.htm, pada
30 April 2013.
Samuel, M Keim., 2007, Meningitis in children,
http://www.emedicinehealth.com/meningitis_in_children/article_em.htm,
diakses pada 30 April 2013.
Manual Meningitis CDC,
http://www.cdc.gov/ncidod/dbmd/diseaseinfo/files/menigitis_manual.pdf,
diakses pada 30 April 2013.50