Kelompok 7 Ikan Kapiat

121
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN, REPRODUKSI DAN FOOD HABITS) IKAN KAPIAT (Barbodes schwanefeldii) Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap Disusun oleh : Hardiono Tondang 230110140085 Disa Nirmala 230110140088 Zukhrufa Rahmadewi 230110140107 Perikanan B /Kelompok 7 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

description

Laporan akhir praktikum bioper ikan kapiat

Transcript of Kelompok 7 Ikan Kapiat

Page 1: Kelompok 7 Ikan Kapiat

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN ANALISIS ASPEK BIOLOGI

(PERTUMBUHAN, REPRODUKSI DAN FOOD HABITS)IKAN KAPIAT (Barbodes schwanefeldii)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum mata kuliah Biologi Perikanan semester genap

Disusun oleh :

Hardiono Tondang 230110140085

Disa Nirmala 230110140088

Zukhrufa Rahmadewi 230110140107

Perikanan B /Kelompok 7

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANANJATINANGOR

2016

Page 2: Kelompok 7 Ikan Kapiat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa kami panjatkan karena telah

begitu banyak mencurahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada kita semua

sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Biologi Perikanan

yang berjudul “Analisis Aspek Biologi (Pertumbuhan, Reproduksi, dan

Kebiasaan Makan) Ikan Kapiat (Barbodes schwanefeldii)” tepat pada

waktunya.

Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan termakasih kepada:

1. Para dosen yang telah membimbing dan memberi dorongan dalam

pembuatan laporan praktikum ;

2. Asisten laboratorium yang telah membimbing dalam praktikum ;

3. Seluruh anggota kelompk 7B yang telah berkontribusi dalam pembuatan

laporan praktikum ;

4. Orang-orang yang tidak dpat disebutkan satu-persatu yang telah membantu

dalam penyusunan lapoan praktikum.

Demikian laporan praktikum ini kami buat, kami ucapkan termakasih.

Jatinangor, April 2016

Penyusun

i

Page 3: Kelompok 7 Ikan Kapiat

DAFTAR ISIBAB Halaman

DAFTAR TABEL…............................................ ivDAFTAR GAMBAR............................................. vDAFTAR LAMPIRAN......................................... vi

I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang................................................ 11.2 Tujuan............................................................... 1

II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Ikan Kapiat...................................................... 32.1.1 Sejarah Ikan Kapiat...................................... 32.1.2 Morfologi Ikan Kapiat.................................. 32.1.3 Klasifikasi Ikan Kapiat.................................5 2.1.4 Aspek Pertumbuhan Ikan Kapiat.................. 52.1.5 Aspek Reproduksi Ikan Kapiat..................... 62.1.6 Aspek Kebiasaan Makan Ikan Kapiat.......... 72.2 Pertumbuhan.................................................... 82.2.1 Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan...... 92.2.2 Faktor Kondisi............................................ 102.2.3 Pertumbuhan Von Bertalanffy.................... 112.2.4 Metode Battacharya.................................... 122.3 Reproduksi..................................................... 132.3.1 Rasio Kelamin............................................ 132.3.2 Tingkat Kematangan Gonad....................... 132.3.3 Indeks Kematangan Gonad......................... 172.3.4 Hepatosomatic index.................................. 182.3.5 Fekunditas.................................................. 192.3.6 Diameter Telur........................................... 202.3.7 Posisi Inti Telur.......................................... 212.4 Food and Feeding Habits............................... 222.4.1 Indeks Preponderan.................................... 242.4.2 Indeks Pilihan............................................. 242.4.3 Tingkat Trofik............................................ 25

III METODOLOGI3.1 Waktu dan Tempat........................................ 263.2 Alat dan Bahan.............................................. 263.2.1 Alat-Alat Praktikum................................... 263.2.2 Bahan.......................................................... 263.3 Prosedur Kerja............................................... 26

IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil............................................................... 29

ii

Page 4: Kelompok 7 Ikan Kapiat

4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan................. 294.1.2 Hasil Pengamatan Reproduksi.................... 294.1.3 Hasil Pengamatan Food Habits.................. 304.1.4 Hasil Analisis Biologis Ikan Kapiat........... 304.2 Pembahasan................................................... 40

V PENUTUP4.1 Kesimpulan.................................................... 434.2 Saran.............................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA........................................ 44

LAMPIRAN....................................................... 46

iii

Page 5: Kelompok 7 Ikan Kapiat

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Persentase Jenis Makanan Ikan Kapiat di Waduk PLTA. . 72 Data Pertumbuhan Ikan Kapiat (Kelompok)................... 293 Data Reproduksi Ikan Kapiat (Kelompok)...................... 294 Data Food Habits Ikan Kapiat (Kelompok)..................... 305 Data Hubungan Panjang Ikan Kapiat Jantan................... 306 Data Hubungan Panjang Ikan Kapiat Betina................... 317 Data Kohort Pertama Ikan Kapiat.................................... 318 Data Kohort Kedua Ikan Kapiat...................................... 319 Data Relasi Panjang Berat Ikan Kapiat Jantan................ 3210 Data Relasi Panjang Berat Ikan Kapiat Betina..................3311 Data Distribusi TKG Ikan Kapiat Jantan...........................3512 Data Distribusi TKG Ikan Kapiat Betina...........................3613 Data Hasil Indeks Pilihan Ikan Kapiat...............................3714 Data Hasil Perhitungan Tingkat Trofik Ikan Kapiat..........3815 Data Hasil Perhitungan Indeks Preponderan Ikan Kapiat..3816 Hasil Identifikasi Sampel Perairan................................... 38

iv

Page 6: Kelompok 7 Ikan Kapiat

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Morfologi Ikan Kapiat..........................................................…… 42 Gonad Ikan Kapiat : (a) Jantan (b) Betina.................................... 63 Saluran Pencernaan Ikan Kapiat................................................... 74 Kurva Hubungan Berat dan Panjang Tubuh Ikan........................105 Pembagian Gonad untuk Menghitung Fekunditas..................... 196 Posisi Inti Telur : (a) Ditengah (b) Menuju Kutub (c) Melebur...217 Grafik Distribusi Panjang Ikan Kapiat Jantan............................ 308 Grafik Distribusi Panjang Ikan Kapiat Betina............................ 319 Grafik Kohort Ikan Kapiat...........................................................3210 Grafik Relasi Panjang Berat Ikan Kapiat Jantan........................ 3311 Grafik Relasi Panjang Berat Ikan Kapiat Betina..........................3512 Grafik Distribusi TKG Ikan Kapiat Jantan...................................3613 Grafik Distribusi TKG Ikan Kapiat Betina..................................3614 Grafik Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Kapiat..............3715 Grafik Hasil Perhitungan Indeks Pilihan Ikan Kapiat................ 3716 Grafik Hasil Perhitungan Indeks Preponderan........................... 38

v

Page 7: Kelompok 7 Ikan Kapiat

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Alat dan Bahan..........................................................……… 462 Prosedur Kerja....................................................................... 503 Data Angkatan Hasil Pengukuran Pertumbuhan................... 604 Data Angkatan Hasil Pengamatan Reproduksi..................... 645 Data Angkatan Hasil Pengukuran Food Habits.................... 716 Kegiatan Pengukuran Panjang dan Berat Ikan Kapiat.......... 557 Kegiatan Pengamatan Reproduksi Ikan Kapiat.................... 558 Kegiatan Pengamatan Kebiasaan Makan Ikan Kapiat........... 569 Perhitungan Regresi Pertumbuhan Ikan Kapiat dengan

metode Lagler....................................................................... 5510 Perhitungan Indeks Preponderan........................................... 5511 Perhitungan Indeks Pilihan................................................... 5512 Perhitungan Tingkat Trofik.....................................................56

vi

Page 8: Kelompok 7 Ikan Kapiat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar wilayah Indonesia adalah hamparan perairan yang

memiliki potensi sumberdaya perikanan melimpah yang dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya kesejahteraan

masyarakat nelayan yang berada di sepanjang pesisir pantainya. Provinsi Jawa

Barat memiliki panjang garis pantai 805 km yang terdiri dari garis pantai utara

sepanjang 377 km meliputi wilayah administrasif Kota Cirebon, Kabupaten

Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang,

Kabupaten Bekasi; dan garis pantai selatan sepanjang 428 km meliputi wilayah

administrasi Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut,

Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis (Dinas Perikanan dan Kelautan

Provinsi Jawa Barat 2012).

Ciparanje merupakan salah satu daerah di Jatinangor yang digunakan

FPIK Unpad untuk membudidaya ikan. Ciparanje berada pada ketinggian sekitar

700 m dpl, dengan jenis tanah Inceptisol, dengan pH 6,22 serta tipe iklim C

(klasifikasi menurut Schmidt dan Fergusson 1951). Ciparanje menjadi daerah

tangkapan air yang sangat penting untuk kawasan jatinangor. Ikan yang akan

dijadikan bahan untuk praktikum ini adalah Ikan Kapiat (Barbodes

schwanenfeldii) dan berasal dari Ciparanje.

Nama ilmiah Ikan Kapiat adalah Barbodes schwanenfeldii.

Nama umum ikan Kapiat yaitu Tinfoil Barb dan nama lokalnya sering disebutkan

lempam, kepiat, sala, tenadak merah dan kapiek (Setiawan 2007).

Barbodes schwanenfedii memiliki ciri meristik yaitu : gurat sisi sempurna,

memiliki 13 sisik sebelum sirip punggung, 8 sisik antara sirip punggung dan gurat

sisi, badan berwarna perak dan kuning keemasan, sirip punggung merah dan

memiliki bercak hitam pada ujungnya, sirip dada, sirip perut dan sirip

dubur berwarna merah, sirip ekor berwarna oranye (Kottelat dkk. 1993).

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum Biologi Perikanan kali ini adalah bertujuan untuk:

Page 9: Kelompok 7 Ikan Kapiat

2

1. Mengetahui aspek pertumbuhan dan hubungan berat dan panjang

tubuh Ikan Kapiat (Barbodes schwanenfeldii).

2. Mengetahui aspek reproduksi Ikan Kapiat (Barbodes schwanenfeldii)

di Kolam Ciparanje, Sumedang, Jawa Barat.

3. Mengetahui aspek kebiasaan makan dan jenis makanan Ikan Kapiat

(Barbodes schwanenfeldii) di Kolam Ciparanje, Sumedang, Jawa

Barat.

Page 10: Kelompok 7 Ikan Kapiat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Kapiat

Ikan Kapiat (Barbodes schwanefeldii) termasuk spesies ikan air tawar

penghuni daerah tropis yang hidup di perairan sungai, danau dan rawa.

Penyebarannya meliputi negara-negara India, Srilangka, Malaysia dan Indonesia.

Sedangakan di Indonesia ikan ini telah lama ditemukan di Sumatera dan

Kalimantan Barat (Weber and de Beafourt 1961).

Secara umum ikan Kapiat dijumpai pada kedalaman 1,0-4,0 m, suhu

antara 25-30oC, kecerahan antara 40-120 cm, pH berkisar 5-7 dengan keadaan

arus lemah atau pada tempat-tempat yang merupakan lubuk. Hidup pada dasar

perairan berpasir Lumpur dan ditempat-tempat berbatu yang banyak ditumbuhi

tanaman air (Pulungan 1987).

2.1.1 Sejarah Ikan Kapiat

Tengadak, kapiat, atau lempam (Barbodes schwanefeldii) adalah sejenis

ikan air tawar anggota suku Cyprinidae (kerabat ikan mas). Ikan ini menyebar

luas di Asia Tenggara daratan dan Indonesia bagian barat. Nama-nama lokalnya di

pelbagai daerah, di antaranya, tengadak, kepiat, kapiat, kapiek, kepiyek (Jambi);

lempam, lampam, lampam jawa (Malaya.); lampan (Lampung).

2.1.2 Morfologi Ikan Kapiat

Ikan Kapiat dapat diklasifikasikan ke dalam sub kelas Teleostei, ordo

Ostariophysi, sub ordo Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Barbodes, spesies

Barbodes schwanefeldi Blkr (Weber and de Beafourt 1916). Ikan ini tergolong

sebagai ikan pemakan segala makanan (omnivora) dan tidak mengganggu jenis

ikan kecil diperairan dimana dia hidup (Djuhanda 1981 dan Grazimek 1973). Dari

segi biologi reproduksinya ikan ini tergolong pada ikan yang mempunyai tipe

reproduksi biseksual, dimana sperma dan telur berkembang secara terpisah pada

individu yang berbeda, dengan kata lain ikan jantan dan ikan betina berkembang

sejak lahir atau menetas serta setiap individu akan tetap sebagai jantan atau betina

selama hidupnya (Siregar 1999).

3

Page 11: Kelompok 7 Ikan Kapiat

4

Ikan Kapiat bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih

seperti petak dengan punggung yang abu-abu kecoklatan dan perutnya putih

mengkilat jumlah gurat sisi ada 35-36 keping. Gurat sisi sempurna, sirip

punggung merah dengan bercak kehitaman. Pada ujungnya, sirip dada dan perut

berwarna merah, sirip ekor berwarna orange atau merah dengan pinggiran garis

hitam atau putih sepanjang cuping sirip ekor (Saanin 1984).

Ikan Kapiat hidup di dasar perairan berpasir lumpur dan tempat berbatu

yang banyak ditumbuhi tanaman air. Distribusi ikan Kapiat di indonesia terdapat

hampir di seluruh perairan Pulau Sumatera, di samping itu juga Borneo. Ikan

Kapiat juga dijumpai pada kedalaman perairan 1-4 meter, suhu 25-30 derajat

celcius, kecerahan 40-120 cm, pH 5-7 dengan keadaan arus lemah atau pada

tempat yang merupakan lubuk (Efendi 1979).

Ikan Kapiat memiliki ciri-ciri, yaitu sirip punggung terdiri dari 4 jari-jari

keras dan 8 jari-jari lemah. Sirip anus terdiri dari 4 jari keras dan 5 jari-jari lemah.

Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 14-16 jari-jari lemah. Kerangka tubuh

kuat melengkung mulai dari hidung sampai ke punggung. Panjang baku 4,1-4,3

kali panjang kepala dan tinggi badan 2,3-2,4 kali panjang baku. Mulut di ujung

kepala (terminal) memiliki 2 sungut kecil. Sungut di sungut mulut dan di rahang

atas, daerah pipi sempit terdapat 8-9 sisik antara garis rusuk dan sirip anus. Warna

badan keputih-putihan bagian punggung coklat kehijauan, tepi atas dan bawah

sirip ekor terdapat garis hitam. Pada ikan muda ujung-ujung siripnya berwarna

merah, panjang maksimum 23,5-24 cm (Webwr dan Beafort 1916; Djuhanda

1981; Saanin 1984; Pulungan et al 1986; dan Kottelat et el 1993).

Gambar 1. Morfologi Barbodes schwanefeldii

Page 12: Kelompok 7 Ikan Kapiat

5

Ikan Kapiat menurut (Pulungan 2000) memiliki moncong menonjol

kedepan dan tumpul, kepala bersegi tidak bersisik mata di bawah garis segi, mulut

sub terminal, pada rahang atasa terdapat dua lipatan bibir, pada rahang bawah

terdapat satu lipatan bibir, bibir luar rahang atas di sudut mulut menutupi lipatan

bibir bawah, pada pertemuan lipatan bibir atas terdapat sungut pendek di atas bibir

atas terdapat sungut pendek dan kecil, permukaan kepalah licin, garis rusuk

sempurna 34-36 sisik. Bentuk tubuh gepeng dan badannya tinggi, warna tubuh

putih seperti perak dan punggung abu-abu kecoklatan dan perutnya putih

mengkilat (Djuhanda 1981).

2.1.3 Klasifikasi Ikan Kapiat

Klasifikasi Ikan Kapiat menurut bleekr 1863 adalah:

Kingdom : AnimaliaFilum : ChordataKelas : ActinopterygiiOrdo : CypriniformesFamili : CyprinidaeGenus : BarbodesSpesies : Barbodes schwanefeldii (Bleeker 1863).

2.1.4 Aspek Pertumbuhan Ikan Kapiat

Barbodes schwanenfeldii adalah ikan air tawar yang terdapat di danau dan

sungai pada kisaran pH antara 6,5 dan 7.0, di daerah tropis pada suhu 20,4-33,7º

C. Ukuran rata-rata adalah antara 10 cm dan 25 cm dan berat sekitar 200-600 g.

Ikan ini dapat mencapai ukuran maksimal dengan panjang 30 cm dan bobot lebih

dari 1,0 kg. Kisaran panjang ikan Kapiat yang ditemukan selama penelitian pada

Waduk Koto Panjang Provinsi Riau yaitu berkisar antara 4.0-21 cm dan berat 2.1-

226.4 gr. Kisaran ukuran ikan yang paling banyak ditemukan adalah berkisar

antara 8.1-16.0 cm. Banyaknya jumlah ikan yang ditemukan pada kisaran ukuran

tersebut merupakan ukuran ikan Kapiat yang sudah dewasa dan sedang dalam

proses pematangan gonad.

Nilai b dari persamaan panjang dan berat di stasiun yang diteliti adalah

sekitar 3. Sedangkan untuk di stasiun 5 adalah kurang dari 3, yaitu 2.73. Nilai b di

stasiun 1,2,3 dan 4 sekitar 3, berarti status pertumbuhan ikan-ikan Kapiat yang

Page 13: Kelompok 7 Ikan Kapiat

6

terdapat di stasiun tersebut adalah isometrik. Sedangkan di stasiun 5 status

pertumbuhan ikan Kapiat adalah allometrik negatif. Artinya pertambahan panjang

ikan lebih cepat dibandingkan pertambahan berat ikan. Perbedaan hubungan

panjang berat antara ikan di stasiun 1, 2, 3 dan 4 ini diduga karena dipengaruhi

oleh ketersediaan makanan dan kandungan nutrisi makanan ikan. Menurut Effedie

(2002) pertumbuhan pada ikan diduga karena 2 faktor yaitu faktor dalam dan

faktor luar. Faktor pada umumnya yang sukar dikontrol seperti keturunan, sex,

umur, parasit dan penyakit. Selain faktor dalam (internal), perubahan

pertumbuhan pada ikan juga dipengaruhi oleh faktor eskternal (luar) seperti

kualitas air dan ketersediaan makanan pada ikan.

2.1.5 Aspek Reproduksi Ikan Kapiat

Tingkat kematangan gonad (TKG) V tidak ditemukan selama penelitian,

hal ini karena selama pengamatan ikan Kapiat yang tertangkap umumnya masih

berada pada tingkat I, II, III dan IV. Ikan Kapiat betina yang telah matang gonad

ditemukan pada individu yang mempunyai panjang total 200 mm dan berat tubuh

170 g. Pada ikan Kapiat jantan hanya ditemukan yang matang gonad sampai TKG

II, dengan panjang total 185 mm dan berat tubuh 78,5 g dan dalam penelitian ini

tidak dijumpai ikan Kapiat jantan pada tingkat matang gonad III dan IV. Mengacu

pada pendapat Syandri (2011) bahwa ikan yang telah matang gonad sebelum

melepaskan telurnya ke dalam air terlebih dahulu membuat sarang sebagai tempat

pemijahan.

(a) (b)

Gambar 2. (a) Jantan (b) Betina

Nilai IKG ikan Kapiat pada penelitian ini berkisar antara 0,013% sampai

3,078 %. Bagenal (2012) menyatakan bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG

Page 14: Kelompok 7 Ikan Kapiat

7

lebih kecil dari 20 % adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari satu

kali setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa ikan Kapiat termasuk yang

bernilai IKG kecil sekali, sehingga dikategori ikan yang dapat memijah lebih dari

satu kali setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan Pulungan dkk, bahwa umumnya

ikan yang hidup diperairan tropis dapat memijah sepanjang tahun dengan nilai

IKG yang lebih kecil pada saat ikan tersebut matang gonad.

2.1.6 Aspek Kebiasaan Makan Ikan Kapiat

Berdasarkan pengamatan terhadap isi lambung ikan Kapiat, diperoleh

makanan yang ditemukan di dalam isi lambung ikan Kapiat yang terdiri dari pelet,

debris, fitoplankton dan zooplankton. Plankton yang ditemukan di dalam isi

lambung Kapiat terdiri dari 5 kelas Phytoplankton yaitu Cyanophyceae,

Myxophyceae, Bacilarypiceae, Dynophyceae, Cholorophyceae dan 1 kelas

zooplankton yaitu crustacea. Untuk melihat persentasi jenis makanan ikan Kapiat

setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel

Tabel 1. Persentase Jenis Makanan Ikan Kapiat di Waduk PLTA Koto

Panjang Provinsi Riau

No Jenis Makanan SI (%) II (%) III (%) IV (%) V (%)

1 Cyanophyceae 0.26 0.58 0.10 0.65 3.082 Myxophyceae 0.38 0.01 0 0 0.013 Bacillaryophyceae 6.96 0.20 0.29 2.67 0.674 Dynophyceae 0 0 0 0 0.015 Cholorophyceae 0 0.1 0 0 0.016 Crustacea 0 0 0 0 0.027 Debris 3,84 0.96 1.78 96.67 96.28 Pelet 88.56 98.26 97.96 0 0T

otalll

100 100 100 100 100

Page 15: Kelompok 7 Ikan Kapiat

8

Gambar 3. Saluran Pencernaan Ikan Kapiat

Pada stasiun 1, 2 dan 3 makanan utama ikan Kapiat adalah pelet dengan

nilai IP sekitar 90% sedangkan 10 % lagi adalah makanan tambahan debris dan

plankton dari kelas Bacillaryophyceace, Myxopyyceae, Cyanophyceae, dan

Clorophyceae. Pada stasiun yang tidak terdapat keramba yaitu stasiun 4 dan 5

makanan utamanya adalah debris dengan nilai IP sekitar 96 % sedangkan 4 % lagi

adalah makanan tambahan yang terdiri dari plankton dari kelas

Bacillaryophyceace, Myxopyyceae, Cyanophyceae, Clorophyceae, Dynophiceae.

Perbedaan jenis makanan utama ikan Kapiat tersebut menunjukkan bahwa ikan-

ikan Kapiat yang terdapat di sekitar keramba mampu memanfaatkan sisa- sisa

makanan ikan yang terbuang keluar dari karamba dan kemungkinan mereka

tegantung pada sisa-sisa pakan dari dalam keramba tersebut.

Kisaran ukuran Kapiat yang ditemukan selama penelitian adalah 4,0-

24,0 cm. Dengan pembagian kelas ukuran menjadi 5 kelas yaitu kelas ukuran 1

(4,0-8,0 cm), II (8,1-12,0 cm), III (12,1-16,0 cm), IV (16,1-20,0 cm), V (20,1-

24,0 cm). Berdasarkan ukurannya ikan Kapiat yang didapatkan di waduk PLTA

Kuto Panjang yaitu ukuran ikan mulai dari yang paling kecil sampai paling besar

tidak terdapat pola tertentu dalam komposisi makanan utamanya. Hal ini diduga

karena ikan Kapiat merupakan ikan yang omnivora yang cenderung ke herbivora.

Jika dilihat dari waktu indeks kepenuhan lambungnya yang terkadang terisi

pada saat malam hari menunjukkan bahwa ikan ini merupakan ikan yang makan

kapan saja apabila tersedia makanan di perairan. Dengan demikian diduga ikan

Kapiat merupakan ikan yang aktif makan selama 24 jam.

2.2 Pertumbuhan

Page 16: Kelompok 7 Ikan Kapiat

9

Dalam istilah sederhan pertumubuhan dapat dirumuskan sebagai

pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan

pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumalah. Akan tetapi kalau kita

lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang

komplek dimana banyak faktor mempengaruhi (Effendi 1997).

Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor

dalam dan luar. Faktor-faktor ini ada yang didapat dikontrol dan ada juga yang

tidak. Fakto dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya

ialah keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur, faktor

keturunan mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari

ikan yang baik pertumbuhannya (Effendi 1997).

Penyakit dan parasit juga mempengaruhi pertumbuhan terutama kalua

yang diserang itu alat pencernaan makanan atau organ lain yang vital sehingga

efisiensi berkurang karena kekurangan makanan yang berguna untuk

pertumbuhan. Faktor luar utama mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan

suhu perairan namun dari kedua faktor itu belum diketahui faktor mana yang

memegang peranan lebih besar (Effendi 1997).

Didaerah tropic makanan merupakan faktor yang lebih penting dari suhu

perairan. Bila keadaan faktor-faktor lain normal, ikan dengan makanan berlebih

akan tumbuh lebih pesat. Faktor-faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim

mempunyai pengaruh hebat terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan

fatal. Diantaranya ialah oksigen, karbon dioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan

alkalinitas, dimana pada akhirnya ajan mempengaruhi terhadap makanan (Effendi

1997).

2.2.1 Hubungan Panjang dan Berat pada Ikan

Berat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang

dengan berat hampir mengikuti hokum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai

pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan

sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Kalau

kita plotkan panjang dan berat ikan dalam suatu gambar maka aka kita dapatkan

Page 17: Kelompok 7 Ikan Kapiat

10

seperti bentuk Gambar 4. Maka hubungan tadi tidak selamanya mengkuti hukum

kubik tetapi dalam suatu bentuk rumus yang umum, yaitu:

W = cLn

Keterangan : W = berat

L = panjang

c & n = konstanta

Gambar 4. Kurva Hubungan Berat dan Panjang Tubuh Ikan

(Sumber: nursamsirusmidin.blogspot.com)

2.2.2 Faktor Kondisi

Salah satu derivate penting dari pertumbuhan ialah faktir konsisi atau

indeks ponderal dan sering disebut pula sebagai faktor K. Faktor kondisi ini

menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk

survival dan reproduksi. Didalam penggunaan secara komersil maka kondisi ini

mempunyai arti dapat memberi keterangan baik secara biologis atau secara

komersial (Effendi 1997).

Selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan berate material ikan akan

bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dalam hal ini

dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya

dan berlaku untuk ikan kecil atau besar. Bila terdapatperubahan berat tanpa diikuti

oleh perubajan panjang atau sebaluknya, akan menyebebkan perubahan nilai

perbandingan tadi (Effendi 1997).

Bergantung kepada sistem ukuran yang dipakai maka faktor kondisi ini

ada tiga macam yaitu:

a. Sistem Metrik, dengan Rumus:

Page 18: Kelompok 7 Ikan Kapiat

11

K=100 W (gram)

L3(mm)Atau K=

10.000 W (gram)L3(mm)

b. Sistem Inggris, dengan rumus:

C=10.000W (pounds )

L3(inches)

c. Sistem Campuran, dengan Rumus:

R=10 W (gram)L3(inches)

Tujuan dari perkalian angka tertentu dengan W/L3 agar dicapai angka yang

mendekati nilai satu (unity). System metric banyak digunakan di negara-negara

yang telah menggunakan sistem metric terlebih dahulu. Sedangkan sistem Inggris

banyak dipakai di Inggris dengan negara hampir semua negara sudah

menggunakan sistem metrik (Effendi 1997).

Seperti telah dikemukakan didalam pasal hubungan panjang berat bahwa

panjang ikan tidak selamanya mengikuti hukum kubik atau panjangan selalu

berpangkat tiga, dimana hubungan tadi ialah W = C Ln. apabila menghitung

kondisi berdasarkan hubungan panjang berat dengan menggunakan rumus tadi,

maka kita akan mendapatkan faktor kondisi yang dinamakan kondisi relative

(Kn), dengan perumusan sebagai berikut:

Kn= WaLn

Yaitu berat yang berdasarkan pengamatan dibagi dengan berat yang

berdasarkan kepada dugaan berat yang panjangnya, yaitu panjang berdasarkan

kelompok umur, kelompok panjang tertentu atau sebagian dari populasi. Menurut

Carlander (1968) faktor kondisi relatif tidak cocok untuk membandingkan di

antara populasi.

Deviasi Kn dari nilai 1 menerangkan semua variasi berat yang tidak

berhubungan dengan berat yang menhasilkan faktor kondisi K kecuali “n” sama

dengan 3 dimana hal ini jarang sekali terjadi. Kn yang di dapatkan oleh Patulu

(1963) berfluktuasi dengan ukuran ikan. Ikan berukuran kecil mempunyai kondisi

relatif yang tinggi, kemudia menurun ketika ikan bertambah besar. Hal ini

Page 19: Kelompok 7 Ikan Kapiat

12

berhubungan dengan perubahan makanan ikan tersebut yang berasal dari ikan

pemakan plankton berubah menjadi ikan pemakan ikan atau sebagai karnivor. Hal

ini demikian dapat terjadi pula apabila ada perubahan kebiasaan dari perairan

estuarine ke perairan laut. Peninggian nilai Kn terdapat pula pada waktu ikan

mengisi gonadnya dengan cell sex dan akan mencapai puncaknya sebelum terjadi

pemijahan. Fluktuasi nilai Kn juga dapat dilihat secara bulanan dalam tempo satu

tahun atau lebih.

2.2.3 Pertumbuhan Von Bertalanffy

Model pertumbuhan yang digunakan adalah model yang dikemukakan

oleh von Bertalanffy (Sparre dan Venema 1999) dengan persamaan sebagai

berikut:

Lt = L∞.(1-exp-K(t-to))

Dimana:

L= Panjang Total ikan(cm) pada umur t

L= Panjang asimptot ikan(cm)

K= Koefisien pertumbuhan(per tahun)

T0= Umur teoritis ikan pada saat panjangnya sama dengan nol(tahun)

T= Umur ikan(tahun)

Untuk memperoleh nilai dugaan parameter pertumbuhan Model

Bertalanffy digunakan pajet ELEFAN I pada response surface yang terdapat

dalam program FISAT II. Selanjutnya pendugaan umur toritis pada saat panjang

ikan sama dengan nol(to) digunakan rumus empiris pauly (Pauly 1984).

Log(-to)= -0,3922-0,2752 log ∞ -1.308 log K

2.2.4 Metode Battacharya

Metode Bhattacharya Pada dasarnya Metode Bhattacharya adalah suatu

teknik memisahkan data sebaran frekuensi panjang ke dalam beberapa distribusi

normal (sebaran normal) dari distribusi total. Penentuan distribusi normal ini

dimulai dari sebaran kiri distribusi total, kemudian bergerak ke kanan selama

Page 20: Kelompok 7 Ikan Kapiat

13

masih ada distribusi normal yang dapat dipisahkan dari distribusi total (Sparre dan

Venema 1992).

Puncak dari masing-masing distribusi normal merupakan modus frekuensi

paniang dari tiap bulan atau disebut kelompok umur (kohort). Kernudian

kelompok umur ini akan bergerak ke kanan pada bulan berikutnya; dengan kata

lain kelompok umur itu bertambah panjang atau tumbuh (Sparre dan Venema

1992).

Kurva distribusi normal tiap kelompok umur mempunyai persamaan berikut:

Fc ( x )= nxdls √2 π

exp(−(x−x )2 s2 )

Keterangan:

N : Jumlah populasi

dL : Lebar selang kelas

s : Simpanganbaku

x :Nilai tengah kelompok umur

Persamaan (2) diatas meniadi persamaan kurva parabola dengan Fc (x)

sebagai peubah tak bebas dan x sebagai peubah bebas.

2.3 Reproduksi

Menurut Nikolsky (1963) reproduksi merupakan mata rantai dalam siklus

hidup yang berhubungan dengan mata rantai yang lain untuk menjamin

keberlanjutan. Beberapa aspek reproduksi seperti rasio kelamin, factor kondisi,

tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, diameter telur

dan pola pemijahan penting diketahui untuk kepentingan penglolaan dan

pengembangan ikan kapiat dalam bidang perikanan sehingga ikan kapiat dapat

dimanfaatkan secara optimal dan lestari.

2.3.1 Rasio Kelamin

Nisbah kelamin atau sex ratio merupakan perbandingan jumlah ikan jantan

dan betina dalam suatu populasi dimana perbandingan 1:1 (50% jantan dan 50%

betina) merupakan kondisi ideal untuk mempertahankan spesies. Tetapi sering

Page 21: Kelompok 7 Ikan Kapiat

14

kali terjadi bergerombol antara jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas dan

pertumbuhan (Ball and Rao in Susanto 2006). Ikan Jantan akan mendominasi

pada waktu awal, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 diikuti dengan

dominasi ikan betina.

2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad

Kelenjar biak pada ikan disebut gonad. Gonad ikan betina disebut ovarium

dan pada ikan jantan disebut testis. Ovarium pada kebanyakan ikan teleostei

berupa sepasang organ yang terletak di rongga tubuh. Rongga ovarium berlanjut

dengan saluran telur yang terbuka ke arah ovipore padapapila urogenital. Pada

sebagian spesies, pasangan ovarium menyatu menjadi satu organ (Kordi 2010).

Testis merupakan organ reproduksi jantan yang terdiri atas sepasang organ

memanjang dan terletak pada dinding dorsal. Pada ikan famili Poecilidae, kedua

organ testis terbungkus dalam satu kantung. Dari testis keluar satu pembuluh

sperma (vas deferens) pada bagian permukaan mesodorsal yang bermuara di

antara anus dan pembuluh urinari (Kordi 2010).

Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara

histologi dan morfologi. Pengamatan secara histologi dilakukan di laboratorium,

sedangkan pengamatan secara morfologi dapat dilakukan baik di laboratorium

maupun di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi

perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil pengamatan

secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini

banyak dilakukan oleh peneliti (Effendie 2002).

Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan

cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan

perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina

lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter

telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma di dalam

testis (Effendie 2002).

Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui

perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok

Page 22: Kelompok 7 Ikan Kapiat

15

ikan, ukuran atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah

atau belum, kapan terjadi pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali

memijah dalam satu tahun dan sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa

meningkatnya ukuran gonad dan diameter telur dinyatakan dengan tingkat

kematangan gonad (TKG) (Kordi 2010).

Perkembangan gonad pada ikan pada umumnya selain dengan

pertambahan umur ikan, yaitu semakin dewasa seekor ikan maka perkembangan

gonadnya akan semakin sempurna untuk mengadakan pembentukan dan

pemasakan telur. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya

menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya.

Lebih-lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang

perbedaannya lebih dari lima derajat, maka terdapat perbedaan ukuran dan umur

ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya. Percobaan kondisi

gonad ini dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad dinyatakan

sebagai berat gonad dibagi berat tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100 %

(Effendie 2002).

Tingkat kematangan gonad menurut Keseven (Bagenal dan Brautm 1968)

yaitu:

1. Dara: organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung,

transparan, idak berwarna sampai abu-abu, telur tidak terlihat dengan mata

biasa.

2. Dara berkembang: testes dan ovarium jernih , abu-abu merah, panjangnya

setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah, telur satu persatu

dapat dilihat dengan kaca pembesar.

3. Perkembangan I: testes dan ovarium bentuk bulat telur, warna kemerahan

dengan pembuluh kapiler, mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian

bawah, telur dapat terlihat seperti seruk putih.

4. Perkembangan II: testes warna puti kemerahan, tidak ada sperma kalau

perut ditekan, ovarium warna oranye kemerahan, telur dapat dibedakan,

bentuk bulat telur, ovarium mengisi dua per tiga ruang bawah.

Page 23: Kelompok 7 Ikan Kapiat

16

5. Bunting: prgan seksual mengisi ruang bawh testes putih, keuar sperma

apabia ditekan di bagian perut, telur bulat, beberapa jernih dan masak.

6. Mijah: telur dan sperma keuar dengan sedikit tekanan ke perut,

kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa berbentuk bulat telur

tinggal di dalam ovarium.

7. Mijah/Salin: gonad belum kosong sama sekali, tidak ada telur yang bulat

telur.

8. Salin: testes dan ovarium kosong dan berwarna merah, beberapa telur

sedang ada dalam keadaan dihisap embali.

9. Pulih Salin: testes dan oarium jernih, abu-abu samai merah.

Kelenjar biak pada ikan disebut gonad. Gonad ikan betina disebut ovarium

dan pada ikan jantan disebut testis. Ovarium pada kebanyakan ikan teleostei

berupa sepasang organ yang terletak di rongga tubuh. Rongga ovarium berlanjut

dengan saluran telur yang terbuka ke arah ovipar pada papila urogenital. Pada

sebagian spesies, pasangan ovarium menyatu menjadi satu organ (Kordi 2010).

Testis merupakan organ reproduksi jantan yang terdiri atas sepasang organ

memanjang dan terletak pada dinding dorsal. Pada ikan famili Poecilidae, kedua

organ testis terbungkus dalam satu kantung. Dari testis keluar satu pembuluh

sperma (vas deferens) pada bagian permukaan mesodorsal yang bermuara di

antara anus dan pembuluh urinari (Kordi 2010).

Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara

histologi dan morfologi. Pengamatan secara histologi dilakukan di laboratorium,

sedangkan pengamatan secara morfologi dapat dilakukan baik di laboratorium

maupun di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi

perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil pengamatan

secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini

banyak dilakukan oleh peneliti (Effendie 2002).

Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan

cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan

perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina

lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter

Page 24: Kelompok 7 Ikan Kapiat

17

telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma di dalam

testis (Effendie 2002).

Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui

perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok

ikan, ukuran atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah

atau belum, kapan terjadi pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali

memijah dalam satu tahun dan sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa

meningkatnya ukuran gonad dan diameter telur dinyatakan dengan tingkat

kematangan gonad (TKG) (Kordi 2010).

Perkembangan gonad pada ikan pada umumnya selain dengan

pertambahan umur ikan, yaitu semakin dewasa seekor ikan maka perkembangan

gonadnya akan semakin sempurna untuk mengadakan pembentukan dan

pemasakan telur. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya

menjadi masak tidak sama ukurannya. Demikian pula ikan yang sama spesiesnya.

Lebih-lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang

perbedaannya lebih dari lima derajat, maka terdapat perbedaan ukuran dan umur

ketika mencapai kematangan gonad untuk pertama kalinya. Percobaan kondisi

gonad ini dapat dinyatakan dengan suatu indeks kematangan gonad dinyatakan

sebagai berat gonad dibagi berat tubuh ikan (termasuk gonad) dikalikan 100 %

(Effendie 2002).

2.3.2 Indeks Kematangan Gonad

Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari

reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil

metabolisme tertuju kepada ketersediaan pakan, karena bahan baku dalam proses

pematanga gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein. Reproduksi sendiri

dimulai sejak terjadinya perkembangan gonad untuk siap memproduksi sel

telur/sperma hingga hadirnya individu baru. Adapun prosesnya meliputi

pematangan gonad, pematangan gamet, perkawinan dan pemijahan, pembuahan

dan awal perkembangan, serta penetasan (Fujaya 2002).

Page 25: Kelompok 7 Ikan Kapiat

18

Indeks Kematangan Gonad (IKG) atau Indeks Somatik Gonad (ISG) di

hitung untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif.

Indeks yang biasa juga dinamakan sebagai “Maturity” atau “Gonado Somatic

Index (GSI)” tersebut adalah suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari

perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk berat gonad

dikalikan dengan 100 % (Effendie 1979).

Nilai indeks tersebut akan sejalan dengan perkembangan gonad, indeks itu

akan semakin bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai batas kisar

maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Hal tersebut terjadi karena didalam

proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolism

tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat dibarengi

dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat

gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah, kemudian berat

gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan sedang berlangsung sampai

selesai.

Ikan yang memiliki IKG mulai dari 19% ke atas sudah sanggup

mengeluarkan telurnya dan dianggap matang. Indeks tersebut akan menurun

menjadi 3 – 4 % sesudah ikan tersebut memijah (Effendie 1979).

2.3.3 Hepatosomatic index

Hepatosomatic Indeks (HSI) merupakan suatu metoda yang dilakukan untuk

mengetahui perubahan yang terjadi dalam hati secara kuantitatif. Hati merupakan tempat

terjadinya proses vitelogenesis. Pada penelitian nilai HIS dihitung untuk mengetahui

perkembangan proses vitelogenesis pada ikan uji.

Proses vitelogenesis secara alami dipengaruhi oleh adanya isyarat – isyarat

lingkungan seperti fotoperiod, suhu, aktivitas makanan dan faktor sosial yang

semuanya akan merangsang hipotalamus untuk mensekresikan hormon – hormone

Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH). GnRH yang disekresikan tersebut

kemudian akan merangsang hipofisa untuk mensekresikan hormon gonadotropin

(GtH). GtH yang diproduksi oleh kelenjar pituitary (hipofisa) tersebut dibawa

oleh darah ke dalam sel teka yang berada pada gonad untuk menstimulasi

terbentuknya testosteron. Testosteron yang terbentuk kemudian akan masuk ke

Page 26: Kelompok 7 Ikan Kapiat

19

dalam sel granulosa untuk diubah oleh enzim aromatase menjadi hormon estradiol

17β yang selanjutnya akan dialirkan oleh darah kedalam hati untuk mensintesis

vitelogenin.

Vitelogenin yang dihasilkan kemudian dialirkan kembali oleh darah

kedalam gonad untuk diserap oleh oosit sehingga penyerapan vitelogenin ini

disertai dengan perkembangan diameter telur (Sumantri 2006). Penyerapan

vitelogenin akan terhenti pada waktu oosit mencapai ukuran maksimal atau telur

mencapai kematangan. Selanjutnya telur memasuki masa dorman menunggu

sinyal lingkungan untuk ovulasi dan pemijahan (Sarwoto 2001). Penambahan TTS

pada pakan yang diberikan kepada ikan uji pada penelitian ini diduga akan

meningkatkan kadar testosteron dalam darah. Pamungkas (2006) mengungkapkan

bahwa implantasi hormon 17α- Metiltestosteron berpengaruh terhadap kadar

testosteron dalam darah. Subagja (2006) menyatakan bahwa implantasi LHRH

analog sebesar 100µg/Kg bobot badan yang dikombinasikan dengan hormon 17α-

Metiltestosteron (hormone testosteron sintetik) sebesar 100 µg/Kg bobot badan

memperlihatkan nilai konsentrasi testosteron dalam plasma tertinggi yaitu sebesar

305,69 ng/ml.

Sarwoto (2001) melaporkan bahwa pada akhir penyuntikan hormon

testosterone pada ikan dengan dosis 0, 50, 100, 150 dan 200 µg/kg mengakibatkan

terjadinya kenaikan kadar testosteron dalam darah masing-masing sebesar 0,5;

5,2; 11,4; 1,2 dan 5;4 kali dari kondisi awal percobaan.

Hormon testosteron yang diproduksi tersebut akan masuk ke dalam sel

granulosa gonad untuk diubah oleh enzim aromatase menjadi hormon estradiol

17β. Hormon estradiol 17β tersebut kemudian dialirkan oleh darah kedalam hati

untuk mensintesis vitelogenin pada proses vitelogenesis. Aktivitas vitelogenesis

dalam hati akan berdapmpak pada peningkatan nilai Hepatosomatic Index dari

ikan uji. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Schulzt (1984) dan Cerda et al.

(1996) dalam Indriastuti (2000) yang menyatakan bahwa aktivitas vitelogenesis

akan meningkatkan Hepatosomatic Index dan Gonadosomatic Index.

2.3.4 Fekunditas

Page 27: Kelompok 7 Ikan Kapiat

20

Fekunditas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat

produktivitas ikan. Fekunditas adalah jumlah telur matang yang akan dikeluarkan

oleh induk betina atau jumlah telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan

(Nikolsky, 1969 dalam Ali 2005). Jumlah fekunditas pada spesies yang sama

dapat dipengaruhi oleh ukuran tubuh, umur, lingkungan, dan ukuran diameter

telur. Semakin kecil ukuran diameter telur, kemungkinan jumlah fekunditasnya

lebih besar. Jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama musim pemijahan

bergantung pada jumlah fekunditas dan frekuensi pemijahannya. Fekunditas ikan

cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran badan, yang

dipengaruhi oleh jumlah makanan dan faktor-faktor lingkungan lainnya seperti

suhu.

Gambar 5. Pembagian Gonad untuk Menghitung Fekunditas

Bentuk dan ukuran ikan bervariasi, baik antara spesies maupun antara

individu dalam spesies yang sama. Secara umum, diameter telur ikan berkisar

antara 0,25 mm sampai 7 mm, dimana ikan yang memiliki diameter telur lebih

kecil biasanya mempunyai fekunditas yang banyak, sedangkan yang memiliki

diameter yang besar cenderung berfekunditas rendah (Wotton 1990).

Ikan terbang termasuk kelompok yang mempunyai diameter telur yang

besar sehingga serapan kuning telurnya lebih lambat dibandingkan dengan ikan-

ikan pelagik lainnya yang memiliki diameter telur sangat kecil. Larva yang

berasal dari telur yang berdiameter besar memiliki keuntungan karena mempunyai

cadangan kuning telur yang lebih banyak sebagai sumber energi sebelum

memperoleh makanan dari luar (Hunter 1981).

Telur ikan terbang berbentuk lonjong atau bulat, tidak memiliki gelembung

Page 28: Kelompok 7 Ikan Kapiat

21

minyak. Volume kuning telur larva ikan terbang yang baru menetas berkisar

antara 1,20 mm3 – 1,69 mm3 atau rata-rata 1,48 mm3 (Ali 1994).

Telur ikan terbang umumnya berukuran besar, pada bagian membran telur

terdapat filamen-filamen sebagai ciri khas telur ikan terbang. Filamen – filamen

ini berfungsi untuk meletakkan telur pada substrat terapung dii permukaan laut

(Lagler et al., 1977 dalam Ali 2005).

2.3.5 Tingkat Kematangan Telur

2.3.6 Diameter Telur

Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur

yang yang diukur dengan micrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran

diameter telur dipakai untuk menentukan kualitas kuning telur (Effendie 1997).

Telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar

daripada telur yang berukuran kecil. Perkembangan diameter telur semakin

meningkat dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Masa pemijahan

setiap spesies ikan berbeda-beda. Jenis ikan yang memijah dengan mengeluarkan

telur sekaligus dari ovarium dalam satu waktu disebut total spawner sedangkan

jenis ikan yang mengeluarkan telur sebagian demi sebagian yang berlangsung

selama beberapa hari dinamakan partial spawner. Ovarium yang mengandung

telur masak berukurab sama, menunjukkan waktu pemijahan yang pendek,

sebaiknya waktu pemijahan yang panjang dan terus menerus ditandai dengan

beragamnya ukuran telur yang ada di dalam ovarium.

2.3.7 Posisi Inti Telur

Pergerakan inti telur terbagi kedalam 3 fase yakni, fase vitelogenik yang

dicirikan dengan inti telur di tengah, kemudian fase awal matang yang dicirikan

dengan inti telur berada di tepi, dan fase matang dicirikan dengan inti telur yang

telah melebur atau mengalami GVBD (Germinal Visicle Break Down) yang

dipengaruhi oleh proses steroidogenesis.

Page 29: Kelompok 7 Ikan Kapiat

22

(a) (b) (c)

Gambar 6. Posisi Inti Telur : (a) Di tengah (b) Menuju Kutub (c) Melebur

Pergerakan inti telur akan berdampak positif terhadap tingkat pembuahan

dalam proses pemijahan. Posisi inti yang melakukan peleburan dan berada di

bawah mikrofil menyebabkan sperma mudah melakukan proses pembuahan.

Menurut Affandi 2002, Proses perkembangan sel telur terjadi dalam 2

tahap yaitu previtellogenesis dan vitellogenesis. Proses previtellogenesis adalah

tahap dimana telur aktif dalam melakukan pembelahan dan terhenti pada tahap

profase meiosis pertama (fase diplotein), pada fase diplotein ini dihasilkan oosit

primer, sedangkan vitellogenesis merupakan tahap dimana terjadi pergerakan inti

telur yang telah mengalami perkembangan diameter telur disebabkan oleh

aktivitas MPF (Maturation Promoting Factor) untuk kemudian terjadi peleburan

inti di bawah mikrofil yang disebut GVBD (Germinal Visicle Break Down).

Nutrien hasil dari steroidogenesis yang berasal dari estradiol-17ß oleh hati diubah

menjadi vitellogenin, kemudian oleh darah vitellogenin diangkut dan masuk ke

dalam oosit fase diplotein itu, yang menyebabkan peningkatan akumulasi kuning

telur dan diameter telur.

2.4 Food and Feeding Habits

Makanan adalah organisme, bahan maupun zat yang dimanfaatkan ikan

untuk menunjang kehidupan organ tubuhnya. Dengan mengetahui jenis dan

jumlah makanan dapat ditentukan makanan utama yaitu makanan yang

dimanfaatkan dalam jumlah besar, makanan pelengkap yaitu makanan yang

dimanfaatkan dalam jumlah yang sedikit, dan makanan tambahan yang

dimanfaatkan dalam jumlah yang sangat sedikit (Rizal 2009). Effendie (2002)

menyebutkan bahwa beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam studi

Page 30: Kelompok 7 Ikan Kapiat

23

kebiasaan makanan ikan adalah faktor penyebaran organisme sebagai makanan

ikan, faktor ketersediaan makanan, faktor pilihan dari ikan itu sendiri, serta faktor-

faktor fisik yang mempengaruhi perairan.

Makanan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

bagireproduksi, dinamika populasi dan kondisi ikan di suatu perairan (Nilolsky

1963in Rahayu 2009). Keberadaan suatu jenis ikan di perairan memiliki

hubunganyang erat dengan keberadaan makanannya (Larger 1972in Rahayu,

2009). Kebiasaan makanan ikan secara alami tergantung kepada lingkungan

tempat ikan itu hidup (Effendie 2002).

Umumya makanan yang pertama kali datang dari luar untuk semua ikan

dalam mengawali hidupnya ialah plankton yang bersel tunggal yang berukuran

kecil. Jika untuk pertama kali ikan menemukan makanan berukuran tepat dengan

mulutnya, diperkirakan akan dapat meneruskan hidupnya. Tetapi apabila dalam

waktu relatif singkat tidak mendapatkan makanan yang sesuai dengan ukuran

mulutnya akan terjadi kelaparan dan kehabisan tenaga yang mengakibatkan

kematian (Effendie 1979).

Kebiasaan makanan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lainhabitat, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, musim, periode harian

mencarimakanan, spesies kompetitor, ukuran dan umur ikan (Ricker 1970 in

Rahayu 2009). Nikolsky 1963 in Rahayu 2009, menyatakan bahwa urutan

kebiasaanmakanan ikan terdiri dari :

1. Makanan utama, yaitu makanan yang biasadimakan dalam jumlah yang

banyak.

2. Makanan tambahan, yaitu makanan yang biasa dimakan dan ditemukan di

dalam usus dalam jumlah yang lebih sesikit.

3. Makanan pelengkap, yaitu makanan yang terdapat dalam saluran

pencernaan dengan jumlah yang sangat sedikit.

4. Makanan pengganti, yaitu makananyang hanya dikonsumsi jika makanan

utama tidak tersedia

Makanan bagi ikan dapat merupakan faktor yang menentukan populasi,

pertumbuhan, dan kondisi ikan, Macam makanan satu spesies ikan tergantung

Page 31: Kelompok 7 Ikan Kapiat

24

pada umur, tempat, waktu, dan alat pencernaan dari ikan itu sendiri (Effendie

1992). Pakan ikan secara ekologis merupakan hal yang utama dalam

mempengaruhi penyebaran ikan khususnya ikan air tawar (Macpherson 1981).

Dengan mengetahui makanan atau kebiasaan makan satu jenis ikan dapat dilihat

hubungan ekologi antara ikan dengan organisme lain yang ada di suatu perairan,

misalnya bentukbentuk pemangsaan, saingan, dan rantai makanan (Effendie

1992).

Aspek kebiasaan makan dan biologi reproduksi ikan motan sejauh ini

belum banyak diteliti dan dilaporkan, oleh sebab itu penelitian ini perlu dilakukan

untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kebiasaan makan dan tingkat

kematangan gonad, fekunditas, diameter telur, dan indeks kematangan gonad dari

ikan motan, sehingga diharapkan jadi masukan untuk pengelolaan ikan ini di masa

mendatang. Untuk mengidentifikasi makanan yang terdapat dalam usus atau

lambung digunakan acuan dari (American Public Health Association 1981; Merrit

& Cummins 1996; Needham & Needham 1962; Pennak 1978).

Pengelompokan ikan berdasarkan makanannya menurut Effendie (2002)

terbagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok ikan pemakan plankton,

pamakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas dan ikan pemakan

campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dari macam-macam makanan tadi,

ikan dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan,

stenophagic yaitu ikan pemakan sedikit macam makanan dan monophagic yaitu

ikan yang makanannya terdiri dari satu jenis makanan saja.

Adapun faktor-faktor yang menentukan apakah suatu jenis ikan akan

memakan suatu organisme makanan adalah ukuran makanan, ketersediaan

makanan, dan selera ikan terhadap makanan (Effendie 2002). Sedangkan faktor-

faktor yang mempengaruhi kebiasaan makanan ikan adalah penyebarab organisme

sebagai makanan, ketersediaan makananan, banyak pilihan dari ikan itu sendiri

dan faktor fisik yang mempengaruhi perairan.

2.4.1 Indeks Preponderan

Page 32: Kelompok 7 Ikan Kapiat

25

Indeks bagian terbesar merupakan penggabungan dari metode frekuensi

kejadian dengan metode volumerik yang dikemabangkan oleh Naraja dengan

Jhingran dalam Effendie (2002) menghasilkan persamaan :

Ii = Vi x Oi x 100 %

ΣviOi

Ii = indeks preponderance

Vi = persentase volume makanan jenis ke-i

Oi = persentase frekuensi kejadian makanan ke-i

Indeks ini untuk mengevaluasi kebiasaan ikan. Metode ini dianggap baik

walaupun mempunyai kelemahan seperti apabila frekuensi kejadian macam-

macam makanan sama, maka indeksnya harus sebanding dengan volumenya atau

terjadi sebaliknya. Indeks ini dapat pula menunjukkan mana yang merupakan

pakan utama, pakan tambahan, atau pakan pelengkap.

2.4.2 Indeks Pilihan

Preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang terdapat dalam alat

pencernaan ikan ditentukan berdasarkan indeks pilihan (Effendie 1979) dengan

persamaan sebagai berikut:

E=ri−piri+ pi

Keterangan:

E = Indeks pilihan

ri = Proporsi dari mangsa taksa ke-i dalam perbandingan

pi = Proporsi dari taksa ke-i dalam lingkungan

2.4.3 Tingkat Trofik

Setelah mengetahui index of preponderance, dapat mengetahui bagaimana

tingkat trofik dan luas relung bagi spesies ikan tersebut. Berdasarkan Pauly &

Page 33: Kelompok 7 Ikan Kapiat

26

Christensen (1998) dalam Baisre (2000), nilai tingkat torfik tersebut adalah

kontribusi berat dari tiap makanan yang berbeda. Estimasi tingkat trofik jenis ikan

dihitung berdasarkan Caddy & Sharp (1986) dengan rumus:

Tt= 1+∑ Tti x Ii x 100

Dimana:

Tt= tingkat trofik;

Tti= tingkat trofik kelompok makanan ke-i; dan

Ii= indeks preponderance kelompok makanan ke-i

Luas relung dievaluasi berdasarkan makanan yang dikonsumsi oleh ikan

dan dihitung dengan menggunakan indeks Levin (Hespenheide 1977):

Bj= ( ∑Pi2 )-1

Dimana:

Bj= luas relung;

Pi= proporsional kelompok pakan ke-i yang dikonsumsi oleh ikan ke-j.

Page 34: Kelompok 7 Ikan Kapiat

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan, dilaksanakan pada hari Selasa, 12 April

2016 pada Pukul 12.30 WIB – 02.00 WIB, di Manejemen Sumber Daya Perairan,

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-Alat Praktikum

1. Timbangan berfungsi untuk menghitung bobot sampel.

2. Penggaris berfungsi untuk mengukur jumlah panjang sampel.

3. Cawan petri berfungsi sebagai wadah sampel (gonad) kedalam air.

4. Kaca pembesar berfungsi untuk mengamati gonad ikan

5. Pinset berfungsi untuk menjepit sampel.

6. Penusuk berfungsi untuk menusuk ikan pada sistem syaraf.

7. Gunting berfungsi untuk membedah ikan pada saat praktikum.

8. Mikroskop berfungsi untuk mengidentifikasikan plankton pada saat

praktikum.

9. Pisau berfungsi untuk memotong sampel pada saat praktikum.

10. Penjepit berfungsi untuk menjepit sampel pada saat praktikum.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu :

1. Air sebagai larutan untuk mengukur volume telur ikan

2. Ikan Kapiat sebagai obyek yang diamati.

3. Larutan air sebanyak 40 ml untk mengukur volume gonad ikan.

3.3 Prosedur Kerja

1. Pertumbuhan

a. Diambil ikan.

26

Page 35: Kelompok 7 Ikan Kapiat

27

b. Diukur panjang ikan, baik TL (Total Length), SL (Standard Length),

dengan menggunakan penggaris.

c. Diukur bobot ikan dengan menggunakan timbangan.

d. Dicatat hasil kedalam tabel pengamatan.

e. Dilakukan perhitungan pola pertumbuhan berdasarkan teknik Lagler

(1961).

f. Diterjemahkan nilai b kedalam pola pertumbuhan.

2. Rasio kelamin

a. Diambil ikan, lalu dimatikan ikan dengan mengunakan penusuk pada

bagian depan kepala ikan.

b. Diamati ciri-ciri seksual sekunder menurut literatur yang tersedia.

c. Dilakukan pembelahan pada ikan, lalu dicari organ gonad yang terletak

pada rongga perut.

d. Diambil gonad dan ditentukan ciri-ciri seksual primer.

e. Diplotkan pada tabel yang tersedia.

f. Dilakukan penyajian data dalam bentuk persnetase dan pertandingan.

3. Tingkat Kematangan Gonad(TKG)

a. Diambil ikan, lalu dimatikan dengan menggunakan penusuk pada

bagian depan kepala ikan.

b. Dibedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian

urogenital melinggkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi

perut dapat dilihat.

c. Diambil gonad yang ada yang didalam perut.

d. Diamati gonad.

e. Dicatat pada tabel pengamatan.

4. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

a. Diambil ikan, lalu dimatikan ikan dengan menggunakan penusuk pada

bagian depan kepala ikan.

b. Ditimbang bobot ikan dengan menggunakan timbangan.

Page 36: Kelompok 7 Ikan Kapiat

28

c. Dibedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian

urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi

perut belakang.

d. Diambil gonad yang ada didalam perut.

e. Dicatat dalam tabel pengamatan

f. Dihitung IKG dengan rumus.

5. Fekunditas

a. Diambill ikan, lalu dimatikan iakn dengan menggunakan penusuk pada

bagian depan kepala ikan

b. Dibedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian

urogenital melingkaran menuju bagian rongga perut depan hingga isi

perut belakang.

c. Diambil gonad betina yang ada yang di dalam perut.

d. Diambil air sebanyak 100 ml dengan menggunakan gelas ukur.

e. Dimasukkan seluruh gonad, diukur perubahan volumenya.

f. Diambil sampel telur pada 3 bagian, yaitu anterior, tengah, dan ujung

dekat urogenital.

g. Dimasukkan masing-masing sampel ke dalam air sebanyak 100 ml

dam diukur perubahan volumenya.

h. Dihitung jumlah dari ketiga sampel telur tadi, lalu dimasukkan

kedalam rumus.

i. Dicatat pada tabel pengamatan.

6. Food and Feeding Habits

g. Diambil ikan

h. Dimatikan ikan dengan mengunakan penusuk pada bagian depan

kepala ikan.

i. Dibuka bagian perut ikan menggunakan gunting.

j. Dikeluarkan usus ikan dan diukur panjang usus ikan.

k. Selanjutnya dikeluarkan isi dari usus ikan tersebut dan dihaluskan

l. Dilarutkan dengan 10 ml air isi usus yang telah dihaluskan tersebut

Page 37: Kelompok 7 Ikan Kapiat

29

m. Diambil larutan isi usus tersebut oleh pipet tetes.

n. Diteteskan pada kaca sampel dan diamati menggunakan mikroskop.

Page 38: Kelompok 7 Ikan Kapiat

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kelompok : 7B

Hari/Tanggal : Selasa, 12 April 2016

Spesies ikan : Ikan Kapiat

Asal ikan : Ciparanje

4.1.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Kapiat (Kelompok)

Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan didapat data pertumbuhan

Ikan Kapiat pada kelompok 7B sebagai berikut:

Tabel 2. Data Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 7

Nama Praktikan

Pertumbuhan Kelamin

Panjang (mm) Berat (gr) Jantan Betina

TL SL FL

Disa Nirmala

Hardiono Tondang

Zukhrufa R

175 160 195 144,31

- 1

4.1.2 Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kapiat (Kelompok)

Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan didapat data reprodukdi

Ikan Kapiat pada kelompok 7B sebagai berikut:

Tabel 3. Data Reproduksi Ikan Kapiat Kelompok 7

TKG*

BG (gr)

PG (mm)

IKG

(%)

HIS

Fekundita

s

Diameter

Telur (µm)

Letak IntiDorman

Tengah

(butir)

Menuju

Kutub(butir)

Melebur

(butir)

Bunting 15,32 80

0,1

346846 50 298 2083 4465 -

29

Page 39: Kelompok 7 Ikan Kapiat

30

4.1.3 Hasil Pengamatan Food and Feedig Habits Ikan Kapiat Kelompok

Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan didapat data food and

feeding habits Ikan Kapiat pada kelompok 7B sebagai berikut:

Tabel 4. Data Food and Feeding Habits Kelompok 7

Jenis PakanKelompok

PemakanFito Zoo BentosBagian

hewan

Bagian

tumbuhanDentritus Ikan

3 - - - 1 - - Herbivora

4.1.4 Hasil Analisis Biologis Ikan Kapiat

Berdasarkan data angkatan yang didapat maka didapat tebel distribusi

sebagai berikut:

Tabel 5. Data Distribusi Frekuensi Ikan Kapiat Jantan

Kelas ke Interval Rata-rata Frekuensi FR1 160-170 165 2 10%2 171-181 176 4 19%3 182-192 187 10 48%4 193-203 198 1 5%5 204-214 209 2 10%6 215-225 220 2 10%

Berdasarkan data distribusi di atas, maka jika dimasukkan ke dalam grafik

adalah sebagai berikut:

160-170 171-181 182-192 193-203 204-214 215-2250%

10%20%30%40%50%

10%19%

48%

5%10% 10%

PERTUMBUHAN IKAN KAPIAT BETINA

Interval TL (mm)

Frek

uens

i (%

)

Gambar 4. Grafik Distribusi Panjang Ikan Kapiat Jantan

Page 40: Kelompok 7 Ikan Kapiat

31

Tabel 6. Data Distribusi Frekuensi Ikan Kapiat Betina

Kelas ke IntervalRata-rata Frekuensi FR

1 167-180 173.5 2 5%2 181-194 187.5 12 31%3 195-208 201.5 11 28%4 209-222 215.5 10 26%5 223-236 229.5 1 3%6 237-250 243.5 3 8%

Berdasarkan data yang di atas maka dapat digambarkan dalam sebuah

grafik sebagai berikut:

167-180 181-194 195-208 209-222 223-236 237-2500%5%

10%15%20%25%30%35%

5%

31%28%

26%

3%8%

PERTUMBUHAN IKAN KAPIAT JANTAN

Interval TL (mm)

Frek

uens

i (%

)

Gambar 8. Grafik Distribusi Panjang Ikan Kapiat Betina

Tabel 7. Kohort Pertama Ikan Kapiat

LI - L2 N2+ N2157 - 172 3 3173 - 188 19 19189 - 204 16 16205 - 220 18 2

56 40

Page 41: Kelompok 7 Ikan Kapiat

32

Tabel 8. Kohort Kedua Ikan Kapiat

LI - L2 N2+ N2

194 - 214 6 6

215 - 235 1 17 7

1 2 3 402468

101214161820

3

19

1618

13

Grafik Data Kohort Ikan Kapiat

Kohort 1Kohort 2

Gambar 8. Grafik Kohort Ikan Kapiat

Tabel 9. Data Relasi Panjang Berat Ikan Kapiat Jantan

Kel- TL Bobot Log L (X)

Log W(Y)

(Log L)2 Log L.Log W

2A 180 107.53 2.26 2.03 5.09 4.583A 160 65.97 2.20 1.82 4.86 4.014A 220 81.04 2.34 1.91 5.49 4.475A 189 91.2 2.28 1.96 5.18 4.469A 175 91.91 2.24 1.96 5.03 4.4013A 185 90 2.27 1.95 5.14 4.4319A 189 87 2.28 1.94 5.18 4.4221A 183 91 2.26 1.96 5.12 4.433B 214 144.07 2.33 2.16 5.43 5.0317B 210 123 2.32 2.09 5.39 4.851C 196 102 2.29 2.01 5.25 4.602C 185 84.37 2.27 1.93 5.14 4.373C 170 93.27 2.23 1.97 4.97 4.394C 216 134.94 2.33 2.13 5.45 4.976C 185 78.35 2.27 1.89 5.14 4.297C 185 86.86 2.27 1.94 5.14 4.408C 181 81.17 2.26 1.91 5.10 4.3110C 190 101 2.28 2.00 5.19 4.5712C 184 103 2.26 2.01 5.13 4.5613C 180 73.73 2.26 1.87 5.09 4.2115C 190 93 2.28 1.97 5.19 4.49

∑ 47.77 41.41 108.71 94.25

Page 42: Kelompok 7 Ikan Kapiat

33

Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat grafik sebagai berikut:

2.18 2.20 2.22 2.24 2.26 2.28 2.30 2.32 2.34 2.361.60

1.70

1.80

1.90

2.00

2.10

2.20

f(x) = 1.54312286949439 x − 1.53841425224008R² = 0.413012814141593

REGRESI PANJANG BERAT IKAN KAPIAT JANTAN

Series2 Linear (Series2)

Gambar 9. Relasi Panjang dan Berat Ikan Kapiat Jantan

Berdasarkan grafik regresi (Gambar 6) maka didapatkan nilai dari hasil

perhitungan Lagler sebagai berikut:

1) a = -1.5384

2) b = 1.5431

3) R2 = 0.413

4) r = 0.6426

Berdasarkan nilai a dan b tersebut, apabila disubtitusikan ke dalam

hubungan panjangan dan berat maka akan menjadi sebagai berikut:

W = -1.5384 L1.5431

Tabel 10. Data Relasi Panjang Berat Ikan Kapiat Betina

Kel- TL Bobot Log L (X)

Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log

W1A 185 71.58 2.27 1.85 5.14 4.216A 185 96.82 2.27 1.99 5.14 4.507A 186 93.5 2.27 1.97 5.15 4.478A 210 139.01 2.32 2.14 5.39 4.98

10A 190 112.68 2.28 2.05 5.19 4.6811A 200 131.14 2.30 2.12 5.29 4.8712A 250 135.39 2.40 2.13 5.75 5.1114A 185 120 2.27 2.08 5.14 4.7115A 173 130 2.24 2.11 5.01 4.73

Page 43: Kelompok 7 Ikan Kapiat

34

Kel- TL Bobot Log L (X)

Log W(Y) (Log L)2 Log L.Log

W16A 200 153 2.30 2.18 5.29 5.0317A 210 140 2.32 2.15 5.39 4.9818A 195 125 2.29 2.10 5.24 4.8020A 207 182 2.32 2.26 5.36 5.2322A 190 154 2.28 2.19 5.19 4.981B 195 133.09 2.29 2.12 5.24 4.862B 205 145.71 2.31 2.16 5.34 5.004B 212.5 164.82 2.33 2.22 5.42 5.165B 205 152.74 2.31 2.18 5.34 5.056B 185 131 2.27 2.12 5.14 4.807B 195 144.31 2.29 2.16 5.24 4.948B 188 123 2.27 2.09 5.17 4.759B 212 153.51 2.33 2.19 5.41 5.09

10B 185 127.25 2.27 2.10 5.14 4.7711B 210 155.07 2.32 2.19 5.39 5.0912B 211 181 2.32 2.26 5.40 5.2513B 206 134 2.31 2.13 5.35 4.9214B 215 199 2.33 2.30 5.44 5.3615B 186 94 2.27 1.97 5.15 4.4816B 250 143 2.40 2.16 5.75 5.1718B 223 191 2.35 2.28 5.51 5.3619B 210 209 2.32 2.32 5.39 5.3920B 215.2 176 2.33 2.25 5.44 5.2421B 193 140 2.29 2.15 5.22 4.9122B 250 156 2.40 2.19 5.75 5.265C 170 82.82 2.23 1.92 4.97 4.289C 190 127 2.28 2.10 5.19 4.79

11C 215 133 2.33 2.12 5.44 4.9514C 195 158 2.29 2.20 5.24 5.0416C 200 132 2.30 2.12 5.29 4.88

∑ 89.86 83.32 207.12 192.08

Page 44: Kelompok 7 Ikan Kapiat

35

2.22 2.24 2.26 2.28 2.30 2.32 2.34 2.36 2.38 2.40 2.421.75

1.85

1.95

2.05

2.15

2.25

2.35

f(x) = 1.47035048854372 x − 1.25143256200359R² = 0.329982919017485

REGRESI PANJANG BERAT IKAN KAPIAT BETINA

Series2 Linear (Series2)

Gambar 10. Grafik Linier Panjang dan Berat Ikan Kapiat Betina

Berdasarkan grafik regresi (Gambar 6) maka didapatkan niai sebagai berikut:

1) a = -1.2514

2) b = 1.4704

3) R2 = 0.33

4) r = 0.5744

Berdasarkan nilai a dan b tersebut, apabila disubtitusikan ke dalam

hubungan panjangan dan berat maka akan menjadi sebagai berikut:

W = -1.2514L1.4704

Tabel 11. Data Distribusi TKG Ikan Kapiat Jantan

Interval Dara Dara Berkembang

Perkembangan 1

Perkembangan 2

Bunting

Mijah

Salin

Pulih Salin

160-170 0 33.33 0 0 0 0 0 0171-181 0 16.67 16.67 16.67 0 0 0 0182-192 16.67 50 16.67 83.33 0 0 0 0193-203 0 0 0 16.67204-214 0 16.67 16.67 0215-225 0 0 16.67 16.67

Page 45: Kelompok 7 Ikan Kapiat

36

0

33.3

3

0 0 0 0 0 00

16.6

7

16.6

7

16.6

7

0 0 0 0

16.6

7

50

16.6

7

83.3

3333

3333

3333

0 0 0 0

16.6

7

16.6

716

.67

16.6

716

.67

DISTRIBUSI TKG IKAN KAPIAT JANTAN160-170 171-181 182-192 193-203 204-214 215-225

Gambar 11. Grafik Distribusi TKG Ikan Kapiat Jantan

Tabel 12. Data Distribusi TKG Ikan Kapiat Betina

Interval

Dara

Dara Berkembang

Perkembangan 1

Perkembangan 2 Bunting Mijah Salin Pulih

Salin167-180 0.0 0.0 0.0 0.0 16.7 0.0 0.0 0.0181-194 16.7 33.3 16.7 0 13.3 0 0 0195-208 0 16.7 0 28.3 15.0 0 0 0209-222 0 0 13.3 0 13.3 33.3 0 0223-236 0 0 0 0 28.3 0 0 0237-250 0 0 16.7 0 33.3 0.0 0 0

Berdasarkan tabel di atas, maka didapatkan grafik sebagai berikut:

D a r a

D a r a Ber k em

b an g

P er k emb an g an 1

P er k emb an g an 2

B u n tin g

Mi j a

hSa l i n

P u l i h S

a l i n

0.0

0.0

0.0

0.0

16.7

0.0

0.0

0.0

16.7

33.3

16.7

0.0

13.3

0.0

0.0

0.0

0.0

16.7

28.3

15.0

0.0

0.0

0.0

0 0

13

0

13

33

0 00 0 0 0

28

0 0 00 0

17

0

33

0 0 0

DISTRIBUSI TKG IKAN KAPIAT BETINA

167-180 181-194 195-208 209-222 223-236 237-250

Gambar 12. Grafik Distribusi TKG Ikan Kapiat Betina

Page 46: Kelompok 7 Ikan Kapiat

37

Dara

Dara Berk

em...

Perkem

banga

n I

Perkem

banga

n II

Bunting Mija

hSal

in0%

10%20%30%40%50%60%70%80%

10%

33%

19%

38%

0% 0% 0%5% 8% 5% 3%

74%

5%0%

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Kapiat

Kapiat JantanKapiat Betina

Gambar 13. Grafik Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Kapiat

Tabel 12. Data Hasil Indeks Pilihan Ikan Kapiat

Kelompok ri pi ri-pi ri+pi EFitoplankton 482 230 252 712 0.353933Zooplankton 66 54 12 120 0.1

Benthos 18 0 18 18 1Bagian Hewan 62 0 62 62 1

Bagian Tumbuhan 492 0 492 492 1Detritus 407 0 407 407 1

Ikan 1 0 1 1 1

Fitoplankto

n

Zooplankton

Benthos

Bagian Hewan

Bagian Tumbuhan

Detritus

Ikan

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Indeks Pilihan Ikan Kapiat

Gambar 14. Grafik Indeks Pilihan Ikan Kapiat

Page 47: Kelompok 7 Ikan Kapiat

38

Tabel 12. Data Hasil Perhitungan Tingkat Trofik Ikan Kapiat

Tingkat Tropik IkanTP Ikan Kapiat 2.363219895

Tabel 13. Data Hasil Perhitungan Indeks Preponderan Ikan Kapiat

Kelompok Jumlah IPFitoplankton 482 31.54%Zooplankton 66 4.32%

Benthos 18 1.18%Bagian Hewan 62 4.06%

Bagian Tumbuhan 492 32.20%Detritus 407 26.64%

Ikan 1 0.07%

Berdasarkan data di atas, maka didapatkan grafik sebagai berikut :

Fitoplankto

n

Zooplankton

Benthos

Bagian Hewan

Bagian Tumbuhan

Detritus

Ikan

0.00%5.00%

10.00%15.00%20.00%25.00%30.00%35.00%

Indeks Propenderan Ikan Kapiat

Gambar 15. Grafik Hasil Perhitungan Indeks Preponderan Ikan Kapiat

Tabel 12. Hasil Identifikasi Sampel Perairan

Hasil Identifikasi Plankton di CiparanjeJENIS PLANKTON StasiunCyanophyceaeOscillatoria 8Jumlah 8ChlorophyceaeCharacium longipes 3Oocystus naegelii 145Jumlah 148Diatom Air TawarSynedra acus 1Gyrosigma 2Nitzschia curvula 29

Page 48: Kelompok 7 Ikan Kapiat

39

Hasil Identifikasi Plankton di CiparanjeJENIS PLANKTON StasiunAsterionella pormosa 15Jumlah 47DesmidiacaePenium spirostriolatum 2Gronbladia neglecta 14Netrium digitus 3Jumlah 19EuglenophytaEuglena acus 3Astacia klebsii 1Euglena 4Jumlah 8RhizopodaDifflugia 1Jumlah 1RotatoriaAsplanchna 14Jumlah 14EntomostracaCathypna ungulata 3Brachionus 12Keratella 11Diurella tunuior 11Noteus militaris 1Sida cristallina 1Jumlah 39JUMLAH 46147

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pembahasan Pertumbuhan Ikan Kapiat

Pertumbuhan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam

suatu populasi ikan. Pertumbuhan memiliki beberapa faktor yang

mempengaruhinya, yakni faktor dalam dan faktor luar. Adapun faktor dalam yaitu

meliputi umur, jenis kelamin, dan genetika, sedangkan faktor luar meliputi

makanan dan suhu perairan (Efendi 1997).

Berdasarkan praktikum kali ini, pertumbuhan diperkirakan disebabkan

oleh factor dalam maupun luar. Hal ini dapat dilihat dari nilai b ikan betina, yaitu

Page 49: Kelompok 7 Ikan Kapiat

40

1.4704 dan ikan jantan 1.5431 memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Perbedaan nilai b pada ikan betina yang lebih kecil dari ikan jantan dipengaruhi

oleh kondisi reproduksi pada ikan tersebut. Ikan betina memiliki nilai b lebih

rendah dari jantan, artinya bobot ikan betina lebih rendah dibandingkan ikan

jantan. Hal ini bisa jadi dikarenakan terjadinya penyusutan bobot tubuh ikan yang

terjadi karena rata-rata kondisi reproduksi ikan betina mengalami matang gonad.

Dominan dari sampel ikan yang didapat pada fase bunting. Hal ini tentu saja

berhubungan pula dengan kondisi lingkungan luar, yaitu makanan. Kemungkinan

makanan yang didapatkan oleh ikan di perairan tersebut habis diberikan untuk

kelangsungan pertumbuhan telur.

Berdasarkan perhitungan metode kohort, didapat dari 56 ekor ikan yang

ada terdapat 40 ikan yang berasal dari satu kohort yang sama dan memiliki

panjang rata-rata 187.64 cm. Sisanya yaitu 4 ekor ikan yang ada terdapat 4 ekor

merupakan ikan yang berasal dari satu kohort yang sama dan memiliki panjang

rata-rata 194 cm.

4.2.2 Pembahasan Reproduksi Ikan Kapiat

Berdasarkan data hasil praktikum, didapatkan data kelompok untuk rasio

kelamin pertumbuhan ikan berlansung dengan baik, sehingga ketika pembedahan

ikan tidak terjadi kehancuran pada gonad ikan. Hal ini menyebabkan identifikasi

terhadap rasio kelamin dapat dilakukan dengan baik, adapun hasil dari rasion

kelamin ikan kapiat adalah berjenis kelamin betina, hal tersebut di dukung dengan

kematangan gonad ikan yang didapat. Grafik diatas menunjukkan bahwa hasil

pengamatan lebih dominan pada jenis kelamin betina dengan data persentasi yang

diperoleh sebesar 35% untuk jenis kelamin jantan dan sebanyak 65% jenis

kelamin betina. Dari data tersebut simpulkan bahwa pertumbumbuhan yang lebih

cepat pada betina.

Selain itu, pada praktikum dapat dijelaskan bahwa yang lebih cepat

pertumbuhannya adalah yang berjenis kelamin betina. Hal itu dapat dilihat dari

indeks kematangan gonad dari ikan kapiak yang telah diamati. Praktikum kali ini,

didapat indeks kematangan gonad sebesar 0.134 %. Data hasil pengamatan ikan

kapiat, diperoleh data sebesar 15,92 untuk tingkat kematangan gonadnya. Ikan

Page 50: Kelompok 7 Ikan Kapiat

41

kapiat yang menjadi sampel pada saaat prkatikum, yaitu berjenis kelamin betina,

dengan tingkat kematangan gonadnya baru memasuki fase bunting, dimana dpat

terlihat dari hasil gonad yang didapat berwana abu-abu dan telur yang sudah dapat

dilihat dengan mata kasat. Sedangkan untuk panjang gonad, diperoleh data

sebesar 8 cm.

Presentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai

untuk menduga terjadinya pemijahan. Ikan yang mempunyai satu musim

pemijahan yang pendek dalam satu tahun atau saat pemijahanya panjang, akan

ditandai dengan peningkatan presentase tingkat kematangan gonad yang tinggi

pada setiap akan mendekati musim pemijahan (Effendi 2002). Jadi, beberapa

sampel dalam suatu perairan akan mengasilkan kematangan gonad yang berbeda-

beda juga, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dari ikan tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum biologi perikanan diperoleh

persentasi rasio kelamin sebesar 35 % untuk jenis kelamin betina dan 65 % untuk

jenis kelamin jantan. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kematangan

gonad yang paling banyak yaitu betina, dengan rata-rata fase yang paling banyak

yaitu pada fase bunting. Pada fase bunting di peroleh data sebanyak 29 ekor, fase

perkembangan II diperoleh data sebanyak ekor, fase perkembangan II sebanyak 2

ekor, fase Dara Berkembang sebanyak 3 ekor, fase Dara diperoleh data sebanyak

2 ekor, sedangkan untuk fase yang sudah siap utuk memijah diperoleh data

sebayak 2 ekor.

Ikan yang mempunyai berat tubuh lebih berat maka secara otomatis ia

akan memiliki berat gonad yang jauh lebih berat, hal ini berkaitan langsung

dengan ukuran telur yang dihasilkan. Menurut Effendi (2002), umumnya sudah

dapat diduga bahwa semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur

yang ada dalam ovarium semakin besar pula. Sehingga dapat diketahui bahwa

rata-rata sampel ikan yang di gunakan memiliki indeks kematangan gonad yang

merata, hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata berat badan ikan. Namun dapat

dilihat juga pada fase bunting, posisi inti telur sudah menuju kutub telur ikan, data

hasil prkatikum diperoleh ikan yang telurnya menuju kutub lebig mendominan

dibandingkan dengan fas yang lainnya. Hal itu terjadi disebabkan metabolisme

Page 51: Kelompok 7 Ikan Kapiat

42

dari ikan tidak tersebar rata, dan dapat juga di pengaruhi oleh faktor-faktor

lainnya. . Peningkatan ketersediaan pakan juga sangat bepengaruh terhadap

kematangan gonad ikan kapiat tersebut, karena bahan baku dalam proses

pematangan gonad terdiri atas karbohidrat, lemak dan protein.

4.2.2 Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Kapiat

Berdasarkan data hasil praktikum, didapatkan data kelompok yaitu dengan

panjang usus 55 cm dari panjang tubuh yang berkisar 195 mm. Setelah isi saluran

pencernaan dikeluarkan dan dilihat melalui mikroskop, telah diidentifikasi bahwa

terdapat 1 fitoplankton dari genus chlorella, 1 fitoplankton dari genus nitschia, 1

fitoplankton dari genus closterium, dan 1 bagian tumbuhan. Jika dilihat dari

panjang usus dan hasil dari melihat isi saluran pencernaannya, dapat artikan

bahwa ikan kapiat termasuk ke dalam golongan ikan Omnivora.

Kebiasaan Makan dihitung berdasarkan index propenderan dengan

formulasi. Menurut Effendie (1979), nilai Index of Preponderance (IP) berkisar

antara 0-100%. Apabila nilai (IP) lebih besar dari 25%, pakan tersebut merupakan

pakan utama. Apabila nilai (IP) antara 4-25%, pakan tersebut merupakan pakan

pelengkap, dan apabila (IP) bernilai kurang dari 4%, pakan tersebut merupakan

pakan tambahan. Sedangkan kategori tingkat trofik ikan adalah, apabila tingkat

trofiknya adalah 2 maka ikan itu adalah ikan herbivore. Apabila tingkat trofiknya

adalah 2,5 maka ikan itu adalah ikan omnivora, dan apabila tingkat trofiknya 3

atau lebih maka ikan itu adalah ikan karnivora.

Berdasarkan data angkatan, dapat disimpulkan dari 60 ekor ikan kapiat

ditemukan 482 fitoplankton, 66 zooplankton, 18 bentos, 62 bagian hewan, 492

bagian tumbuhan, 407 detritus dan 1 ikan pada saluran pencernaannya.

Berdasarkan data angkatan, yang termasuk kedalam kelompok pakan utama ikan

kapiat adalah fitoplankton, bagian tumbuhan dan dentritus, yang termasuk ke

dalam kelompok pakan pelengkap ikan kapiat tidak ada, dan yang termasuk ke

dalam kelompok pakan tambahan adalah zooplankton, bentos, bagian hewan dan

ikan. Ikan kapiat memiliki Tingkat Trofik sebesar 2.36 yang menunjukkan bahwa

Page 52: Kelompok 7 Ikan Kapiat

43

ikan kapiat adalah ikan herbivora cenderung omnivora yang memiliki arti bahwa

ikan yang mengkonsumsi makanan nabati dan hewani.

Page 53: Kelompok 7 Ikan Kapiat

BAB V

PENUTUP

4.3 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum Ikan Kapiat maka dapat disimpulkan, sebagai

berikut:

1. Ikan Kapiat dapat diklasifikasikan ke dalam sub kelas Teleostei, ordo

Ostariophysi, sub ordo Cyprinoidea, famili Cyprinidae, genus Barbodes,

spesies Barbodes schwanefeldi Blkr (Weber and de Beafourt 1916). Ikan

Kapiat bentuk tubuh gepeng dan berbadan tinggi. Warna tubuh putih

seperti petak dengan punggungyang abu-abukecoklatan dan perutnya putih

mengkilat jumlah gurat sisi ada 35-36 keping. Gurat sisi sempurna, sirip

punggung merah dengan bercak kehitaman. Pada ujungnya, sirip dadqa

dan perut berwarna nmerah, sirip ekor berwarma orange atau merah

dengan pinggiran garis hitam atau putih sepanjang cuping sirip ekor

(Saanin 1984).

2. Berdasarkan praktikum kali ini, hubungan berat dan panjang Ikan Kapiat

baik jantan maupun betina yaitu allometrik negatif. Hal ini dikarenakan

faktor luar dan dalam, yaitu faktor seksualitas Ikan betina yang memiliki

bobot tubuh lebih rendah dari ikan jantan rata-rata tengah mengalami fase

bunting. Kemungkinan ikan betina mengalami penyusutan bobot tubuh.

3. Berdasarkan hasil pengamatan lebih dominan pada jenis kelamin betina

dengan data persentasi yang diperoleh sebesar 35% untuk jenis kelamin

jantan dan sebanyak 65% jenis kelamin betina. Beberapa sampel dalam

suatu perairan akan mengasilkan kematangan gonad yang berbeda-beda,

hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dari ikan tersebut.

Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata sampel ikan yang di gunakan

memiliki indeks kematangan gonad yang merata, hal tersebut dapat dilihat

dari rata-rata berat badan ikan. Terjadinya perbedaan posisi inti telur

disebabkan oleh metabolisme dari ikan tidak tersebar rata, dan dapat juga

di pengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Peningkatan ketersediaan pakan

juga sangat bepengaruh terhadap kematangan gonad ikan kapiat tersebut,

43

Page 54: Kelompok 7 Ikan Kapiat

44

karena bahan baku dalam proses pematangan gonad terdiri atas

karbohidrat, lemak dan protein.

4.4 Saran

Sarana dan prasarana praktikum diperbanyak agar waktu praktikum dapat

efektif dan praktikum dapat berjalan dengan kondusif.

Page 55: Kelompok 7 Ikan Kapiat

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S. A. 1981. Kebiasaan Makanan, Pemijahan, Hubungan Berat Panjang dan Faktor Kondisi Ikan Terbang Cypselurus oxycephalus (Bleeker) di Laut Flores Sulawesi Selatan. Tesis Sarjana Perikanan. Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Unhas. Ujung Pandang. p.45.

American Public Health Association. 1981. Standart Methods for Examinations of Water and Waste Water. American Public Health Association Inc. New York. 1,134 pp.

Bleeker Et Al. 1965. Morfologi Dan Anatomi Pada Ikan. Bagian I. Surabaya.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico Bandung. 190 Halaman.

Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Cetakan Kedua/Edisi Revisi. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. P.163

Effendie, M. I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bagian Ichtiology. Institut Pertanian Bogor. 112 pp.

Macpherson, E. 1981. Resource partitioning in a Mediterranian demersal fish community. Mar. Ecol. Prog. Str. 39: 183-193.

Merrit, R. W. & K. W. Cummins. 1996. An Introduction to the Aquatic Insect of North America.

Needham, J. G. & D. R. Needham. 1962. Freshwater Biology. Holden Day Inc. Sanfransisco. 108 pp.

Pauly, D.,1984. Fish population Dynamics in Tropical Waters: A manual for Use With Programmable calculators. ICLARM Stud,Rev.,(8);325 p,

Pennak, R. W. 1978. Freshwater Invertebrates of United Stated. Second Edition. A Wellow Inter Science Publication. Jhon Willey & Sons. New York. 803 pp.

Rahayu EL. 2009. Kebiasaan makanan ikan motan (Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852) di perairan Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri Riau [skripsi]. Departemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Saanin, H. 1984. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I Dan Ii. Bina Cipta. Bandung.

44

Page 56: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Setiawan, Budi. 2007. Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Lampan

(Barbonymus schwanenfeldii) di Sungai Musi, Sumatera Selatan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Suminto, et al. 2010. Prosentase Perbedaan Pengaruh Tingkat Kematangan Gonad Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Telur Dalam Pembenahan Buatan Abalone (Haliotis asinina).

Widodo,J.1982.Kontrol Terhadap Usaha Penangkapan Sebagai Salah Satu Teknikpengelolaan Sumberdaya Perikanan.Terubuk V111(131).Himpunan Alumni Fakultas Perikanan Universitas Riau.Pekanbaru.52 Hal.

45

Page 57: Kelompok 7 Ikan Kapiat

LAMPIRAN

1. Alat dan Bahan

Ikan Kapiat Pinset

Gunting Penggaris

Peralatan Isi Usus Ikan Kapiat

46

Page 58: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Gonad Ikan Kapiat

2. Kegiatan Praktikum

Pengukuran Ikan Kapiat Gambar Pembedahan Ikan Kapiat

Penimbangan Ikan Kapiat Pencacahan Usus Ikan Kapiat

Pengukuran Usus Ikan Kapiat Pengukuran Gonad Ikan Kapiat

47

Page 59: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Pengukuran Volume Total Gonad Pengukuran Volume Tiga Bagian Gonad

Perhitungan Jumlah Telur Pengukuran Diameter Telur

Isi Usus Ikan Kapiat (Pediastrum sp) Isi Usus Ikan Kapiat (Nitsczhia closterium)

48

Page 60: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Isi Usus Ikan Kapiat (Chlorella sp)

49

Page 61: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Tabel Reproduksi Ikan Kapiat Betina

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BH

tPH

t HSI Fekunditas

Diameter

Letak Inti

Kecil Sedang

Besar T MK M

1A Dara Berkembang 71.58 0.55 7.5 0.77% 0.1

2 2 0.17%

6A Bunting 96.82 31.91 8.5 32.96

%0.1

2 2 0.12% 10580 120 160 240 1055

9 21

7A Dara 93.5 0.02 2.5 0.02% 0.18 1.2 0.19

%

8A Mijah 139.01

22.44 9 16.14

%0.1

1 1 0.08% 4659 120 152 200 4642 13 4

10A Bunting 112.68 8.84 14 7.85% 0.1

1 1 0.10% 3792 120 140 160 944 3

11A Perkembangan II

131.14

30.98 7 23.62

%0.1

8 2 0.14% 2660 120 184 240 1 3 1

12A Perkembangan I

135.39

19.03 19.5 14.06

%0.0

8 1 0.06% 2000 35 41 50 396 4

14A Perkembangan I 120 17.9

5 11.5 14.96%

0.28 1.5 0.23

% 10400 35 46 51 7

15A Bunting 130 20 7.6 15.38%

0.29 1.6 0.22

% 12300

16A Bunting 153 29.15

10.25

19.05%

0.28 1.5 0.18

% 11293 36 40 60 2 1 2

17A BUnting 140 17.21 10 12.29

%0.2

6 1.3 0.19% 7230 7 5

18A Dara 125 17.55 9.5 14.04

%0.0

8 1 0.06% 2153 70 90 10

44

Page 62: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BH

tPH

t HSI Fekunditas

Diameter

Letak Inti

Kecil Sedang

Besar T MK M

20A Bunting 182 25.4 9.5 13.96%

0.27 1.4 0.15

% 11139 33 45 60 4 2

22A Bunting 154 25.82 11 16.77

%0.1

7 1.2 0.11% 3300 36 39 58 4 4 2

1B Bunting 133.09

25.33 10 19.03

%0.1

8 2.5 0.14% 8208 80 140 192 1894 2525 378

9

2B Bunting 145.71 22.26 9.5 15.28

%0.1

8 1.2 0.12% 7229 80 152 192 5355 1606 268

4B Bunting 164.82 14.02 8.5 8.51% 0.1

1 1.3 0.07% 5760 100 140 160 2160 2880 720

5B Bunting 152.74 16.56 9 10.84

% 0.2 1.3 0.13% 10580 136 160 176 6223 3423 934

6B Bunting 131 18.36 8.5 14.02

%0.0

5 1 0.04% 7334 96 120 144 1760 3227 234

7

7B Bunting 144.31 15.32 8 10.62

%0.00

% 6846 80 120 200 298 2083 4465

8B Bunting 123 14.64 7 11.90

% 0.9 1 0.73% 4869 100 140 160 4784 65 15

9B Bunting 153.51 17.82 8.5 11.61

%0.1

40.1

30.09

% 9480 120 172 200 6320 1263 1897

10B Bunting 127.25 20.59 10 16.18

%0.5

4 2 0.42% 10548 116 168 200 130 1029

3 125

11B Bunting 155.07 30.61 9.8 19.74

%0.0

2 1 0.01% 10680 72 148 200 3840 1424 539

6

12B Bunting 181 31.11 10.5 17.19

%0.2

3 2.5 0.13% 23342 82 89 90 2331

1 31 0

45

Page 63: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BH

tPH

t HSI Fekunditas

Diameter

Letak Inti

Kecil Sedang

Besar T MK M

13B Bunting 134 20.52 9.3 15.31

%0.2

2 3 0.16% 16492 84 90 122 1636

5 14 13

14B Mijah 199 36.47 11 18.33

%0.5

8 3 0.29% 21582 82 84 96 2107

9 325 178

15B Dara Berkembang 94 0.84 7.2 0.89% 0.00

%

16B Bunting 143 22.08 5 15.44

%0.5

2 5 0.36% 10200 63 70 84 8812 1120 268

18B Bunting 191 32 8 16.75%

1.22 6 0.64

% 41088 43 83 96 1850 39090 148

19B Bunting 209 34.04 13 16.29

% 1.2 3.5 0.57% 22940 100 112 120 2165

8 151 131

20B Bunting 176 36.07 9.4 20.49

%0.00

% 18703 69 74 90 15233 1825 645

21B Bunting 140 17.66 11 12.61

%0.1

9 2.5 0.14% 4941 55 75 82 4335 467 139

22B Bunting 156 25.31 8.5 16.22

%0.00

% 13104 45 90 13095 4 5

5C Dara Berkembang 82.82 0.39 17 0.47%

9C Bunting 127.00 8.6 4 6.77% 1480 76 91 129 1318 102 60

11C Bunting 133.00

10.01 22 7.53% 15360 70 80 108 1535

2 5 3

14C Bunting 158.00

13.86 17.5 8.77% 4848 82 95 98 4826 22 0

46

Page 64: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG BH

tPH

t HSI Fekunditas

Diameter

Letak Inti

Kecil Sedang

Besar T MK M

16C Bunting 132 7.62 8 5.77% 2695 65 89 96 2597 98

Tabel Data Food and Feeding Habits Angkatan

KJenis PakanFitoplank

Zooplankt

Benthos

B Bag. Tumbu

Detritus

I

47

Page 65: Kelompok 7 Ikan Kapiat

K

Jenis PakanFito

Zoop

Bent

B

Bag.

Detr

Ito

on

ha

1 6 5 720

2 6 14

3 4 7 327

4 5 1 549

5 4 6 658

610 1

7 2 98 1 2 1 1

48

Page 66: Kelompok 7 Ikan Kapiat

K

Jenis PakanFi

Zo

Be B B

aDe I6 8

9 2 50

1 7 4 3 8 3

110 1 5

1

1 1 37

1 1 3 24

113 1 4

1 2 7 3

113 1 4

111 1 2

49

Page 67: Kelompok 7 Ikan Kapiat

K

Jenis PakanFi

Zo

Be B B

aDe I1 1

1 3 4 22 1 22 3 22 4 1

1 1 23

45

210 8

3 1 1 34 5 1

5 5 15

6 6 47 3 1

834 2 6

50

Page 68: Kelompok 7 Ikan Kapiat

K

Jenis PakanFit

Zoo

Ben

BBag

Det

I940 4

111 1 1 8 1

1 3 1 20

1 4 21 3

110 3

1 3 44

27

120

1 3 5

1 2 14

22

51

Page 69: Kelompok 7 Ikan Kapiat

K

Jenis PakanFi

Zo

Be B B

aDe I1 1 2

2 1 32 4 6

2 2 15

24

1 7 1 25

221 2

312 3 7

4 55

537

16

6 5 5

710

20

52

Page 70: Kelompok 7 Ikan Kapiat

K

Jenis PakanFito

Zoop

Bent

B

Bag.

Detr

I8118

43

911

1 3 15 2 1

1 11 2 2

111

1 31 11 3 2

J482

66

18 6

492

407 1

53

Page 71: Kelompok 7 Ikan Kapiat

44

Page 72: Kelompok 7 Ikan Kapiat

a. Menghitung b sebagai tipe pertumbuhan (Perhitungan Lagler)

1. Jantan

log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿

log a=(41.41 x 108.71 )−( 47.77 )(94.25)

(20 x 108.71 )−2281.9729 log a=−¿1.5384

b=∑ logW −¿¿

b=41.41−[20x (−1.5384 )]

47.77 b=1.5431(allometrik negatif)

2. Betina

log a=∑ logW ×∑ ¿¿¿¿

log a=(83.32 x 207.12 )−(89.86 )(192.08)

(38 x207.12 )−8074.82

log a=−1.2514

b=∑ logW −¿¿

b=83.32−[38 x (−1.2514 )]

89.86

b=1.4704(allometrik negatif)

b. Perhitungan Tingkat Kematangan Gonad

IKG = BgBt x 100%

= 15,32

144,31x 100%

= 0,134%

Keterangan : IKG = Indeks Kematangan Gonad

44

Page 73: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Bg = Berat Gonad (gram)

Bt = Berat Tubuh (gram)

c. Perhitungan Indeks Preponderan Ikan Kapiat

IPi= Vi xOi

∑ ni=1

Vix OiX 100 %

Keterangan :

Ipi : indeks preponderan

Vi : persentase volume satu macam makanan

Oi : persentase frekuensi kejadian satu macam makanan

∑ (Vi xOi) : Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan

IPi Fitoplankton

IPi=1 x 4821528

X 100 %

= 31.54 % merupakan kelompok pakan utama

Zooplankton

IPi=1 x 661528

X 100 %

= 4.32 % merupakan kelompok pakan tambahan

Benthos

IPi=1 x 181528

X 100 %

= 1.18 % merupakan kelompok pakan tambahan

Bagian Hewan

IPi=1x 621528

X 100

= 4.06 % merupakan kelompok pakan tambahan

Bagian Tumbuhan

45

Page 74: Kelompok 7 Ikan Kapiat

IPi=1 x 4921528

X 100

= 32.2 % merupakan kelompok pakan utama

Dentritus

IPi=1 x 4071528

X 100

= 26.64 % merupakan kelompok pakan utama

Ikan

IPi= 1 x 11528

X 100 %

= 0.07 % merupakan kelompok pakan tambahan

Indeks Pilihan

E=ri−piri+ pi

E : Indeks Pilihan

ri : Jumlah Relatif macam – macam organisme yang dimakan

pi : Jumlah Relatif macam – macam organisme dalam perairan

Nilai indeks pilihan ini berkisar antara +1 sampai -1

Fitoplankton

E=482−230482+230

¿0.354

Zooplankton

E=66−5466+54

¿0.1

Bentos

E=18−018+0

¿1

Bagian Hewan

46

Page 75: Kelompok 7 Ikan Kapiat

E=62−062+0

¿1

Bagian Tumbuhan

E=492−0492+0

¿1

Dentritus

E=407−0407+0

¿1

Ikan

E=1−01+0

¿1

Tingkat Trofik

Tp=1+∑ ( Ttp x li100

)

Tp : Tingkat Trofik Ikan

Ttp : Tingkat Trofik kelompok pakan ke-P

Ii : Indeks bagian terbesar untuk kelompok pakan ke-P

TP = 1+((31.54 x1100 ) + (4.32 x2

100 ) + (1.18 x 2100 ) + (4.06 x2

100 ) + (32.2 x1100 )

+ (26.64 x2100 ) + (0.07 x3

100 ))

= 2.36

47

Page 76: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat trofik ikan kapiat didapatkan nilai

TP 2.36, ini berarti ikan kapiat termasuk kedalam kelompok ikan omnivora

cenderung herbivora.

48

Page 77: Kelompok 7 Ikan Kapiat

4.4.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Ikan Kapiat Angkatan

Berdasarkan hasil praktikum Ikan Kapiat dari seluruh praktikan, maka

didapat data pertumbuhan angkatan sebagai berikut:

Tabel 4. Data Pertumbuhan Ikan Kapiat Jantan Angkatan

Kel- Nama PraktikanPertumbuhan

Panjang (mm)Berat

SL FL TL

2A Delia Iga Utari

145 160 180 107.53Cindy SenjayaSatryo Bayuaji

3AHilya Andiani

130 145 160 65.97Freddy AdityaJulian Alfath

4AIsnaeni Faizah

140 155 220 81.04Rahayu Ardinur IffaNendra Suhendra

5A

M. Fauzan Al Mubarok

144 159 189 91.2Iis RisnawatiBagas Jodi Santoso

9AFitri Rizki Febrianty

140 155 175 91.91Farras GhalyMukhamad Rifqi A.

13ASyifa Hanifah

145 155 185 90M. Faisal A.Anwar M. S.

19ARofiah Khairunisa

144 163 189 87Ahmad ReynaldiYoShanes Bagas P.

21AWulan Sutiandri

145 157 183 91Septy AudiyantiM. Agung Meidito

3BShinta Siti F

158 184 214 144.07FirdausImas Siti Z

17BMelinda Iriani

160 175 210 123ArnesihMochamad Elang

1C Hazimah Fikriyah 145 168 196 102Sadra Muhammad

49

Page 78: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Kel- Nama PraktikanPertumbuhan

Panjang (mm)Berat

SL FL TLLaily Latifah

2CAstri Dinnaryanti

145 160 185 84.37Dyara RidwantaraHelinda Utami

3CSulastin Akhodiah

145 150 170 93.27Muhammad Fitri RSukma Akbar

4CRicky Rahmat

160 184 216 134.94Salma AzkaNita Ulfah

6CGhifar Hakim

135 150 185 78.35Shelvy VestadiaRanti Rahmadina

7CAlyanisa A

145 155 185 86.86Indra NataEsha Resti

8CYosua Edward

135 155 181 81.17Andreas SugihartaAnnisa Nurjannah

10C

Naufal Trofis

150 160 190 101Citra MelindaTiara GhaisanyGerry Yoshua Munthe

12CDwi Oktarahdiana

153 167 184 103Anissa IrawatiDwi Ari Nugraha

13CDedeh Priyatna Sari

140 150 180 73.73Galang p WijataArif Rochman

15CArsa Dipanoto

135 155 190 93Try SetianiLutfi Rahman

Berikut ini merupakan tabel data angkatan hasil pengamatan praktikum

Ikan Kapiat betina, yaitu:

50

Page 79: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Tabel 6. Tabel Data Pertumbuhan Ikan Kapiat Betina Angkatan

Kel- Nama PraktikanPertumbuhan

Panjang (mm)Berat

SL FL TL

1AMelinda Fauziah

145 155 185 71.58M. Syarif MaulanaAhmad Resman

6AFadhilah Rayafi

140 155 185 96.82Mahesa GiyatsReifolnanda

7AFadilah Amelia

148 163 186 93.5Despriyanto SupriadiDeanta Faiz

8AGitri Maudy

160 170 210 139.01Prasetya AdhiAgid Faishal

10AVidya Yustindriarini

150 160 190 112.68Rizky AdikusumaTanti Yunita

11AMaryam Nurlatifah

140 155 200 131.14Ahmad FadhillahDita Azzohrah

12AVirida Martugi H.

155 170 250 135.39Haniyah KhoiriyahZeind Ramadhan

14ARihat

155 165 185 120Tirani

Alif

15ATri Nurhadi

135 147 173 130HapsariM. Rohimda

16AAlya Mirza Artiana

150 172 200 153Arief HidayatullahHelena Asut

17AFikri Khairi

160 180 210 140BreagittaMeiti Anita

18ANadia Maudina

145 165 195 125Andres ErikGilang Yandika

20ANur Anisa Diva

165 180 207 182M. Triandi

51

Page 80: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Kel- Nama PraktikanPertumbuhan

Panjang (mm)Berat

SL FL TLM. Arief S.

22ATeguh Firmansyah

160 170 190 154NadimasSukma Widyawati

1BIdzhar Syifana R

155 170 195 133.09AgiandanuLina Aprilia

2BSunendi

175 155 205 145.71Usi SupinarIsma Yuniar

4BSiti Laila Rufaidah

170 178 212.5 164.82Ade Khoerul UmamUlfah M

5BPipit Widia Ningsih

160 175 205 152.74Ilvan Aji PLena Lutfina

6BImas Siti Nurhalimah

135 155 185 131Egi SahrilYunia Qonitatin AM

7BDisa Nirmala

160 175 195 144.31Hardiono TondangZukhrufa Dewi

8BGilang Fajar

135 145 188 123Jian SetiawanAsri Astuti

9B

Christ Permana

161 176 212 153.51Syifa MauladaniDarajat Prasetya WDidi Arpindi

10BNovi Puspitawati

145 160 185 127.25Rizki Nugraha SMandala E

11BAyunani A

160 170 210 155.07Indriani O ARifqi A

12BRuli Aisyah

170 184 211 181Adi PrasetyoEka Agustina

13BRidwan Ariyo

166 150 206 134Anandita R

52

Page 81: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Kel- Nama PraktikanPertumbuhan

Panjang (mm)Berat

SL FL TLDewanto B

14BNeng Rima N

154 184 215 199Achmad Raffi UIndra Adiwiguna

15BFelisha Gitalasa

144 155 186 94Januar Awalin HGusman Maulana

16BAdinda Kinasih J

155 170 250 143Deliani D FreskyaRezky Hartanto

18BTuhpatur Rohmah

175 185 223 191Amalia Fajri RAhmad Abdul G

19BNurhalimah

155 185 210 209Egi RhamadanAgung Setiawan

20BHyunananda

165 179 215.2 176Wahyu SetiawanIntan Nadifah

21B

Ristiana Dewi

143 155 193 140Rizki Ayu RIvan Maulana PGilang Ramadan

22BAyang Denika

160 178 250 156Agnesia Amalia SAnnisa Putri S

5CMiko Kun Maliki

130 140 170 82.82M Ihsan FadylahNurul Hidayati

9CFakhrizal Dwi R

150 170 190 127YulitaRangga Maulana

11CArita

164 179 215 133M Fauzan AzhimaBhayu Prasetya

14CViga Ananda

148 161 195 158Mauren WidiandoniM Ikhsan CU

16CAnggi Riyanto

155 170 200 132Agung prabowo

53

Page 82: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Kel- Nama PraktikanPertumbuhan

Panjang (mm)Berat

SL FL TLRahmi rahmawatiSalma Khairunisa

Tabel Reproduksi Ikan Kapiat Jantan Angkatan

Kel- TKG Bw BGd PGd IKG

2A Dara 107.53 0.02 15 0.02%

3A Dara Berkembang 65.97 0.42 7.602 0.64%

4A Perkembangan I 81.04 0.56 9.5 0.69%5A Dara 91.2 0.01 1.6 0.01%

9A Dara Berkembang 91.91 0.72 5 0.78%

13A Perkembangan II 90 0.96 10.5 1.07%

19A Dara Berkembang 87 0.64 12.5 0.74%

21A Perkembangan II 91 0.69 14.5 0.76%

3BPerkembangan I 144.07 1.7 12 1.2%

17BDara Berkembang 123 0.91 7.5 0.74%

1C Perkembangan II 102 0.8 6.7 0.

78%

2C Dara Berkembang 84.37 0.3 6.5 0.35%

3C Dara Berkembang 93.27 0.71 8 0.76%

4C Perkembangan II 134.94 0.32 8 0.24%

6C Perkembangan II 78.35 0.48 8.5 0.61%

7C Perkembangan II 86.86 0.7 9.5 0.80%

8C Perkembangan II 81.17 0.88 9.5 1.08%

10C Perkembangan II 101 1.3 6.5 1.31%

12C Dara Berkembang 103 0.6 7.2 0.58%

13C Perkembangan I 73 0.63 7 0.86%

54

Page 83: Kelompok 7 Ikan Kapiat

15C Perkembangan I 93 0.7 10 0.75%

3.Prosedur Kerja

a. Pertumbuhan

Bagan alir perumbuhan

b. Rasio Kelamin

55

Diambil sampel ikan kapiat

Diukur panjang ikan, baik TL (Total Length), Sl (Standart lenght) dengan menggunakan penggaris, satuan yang digunakan adalah satuan milimeter

Diukur bobot ikan dengan menggunakan timbangan, satuan yang digunakan adalah gram

Dicatat hasil kedalam tabel pengamatan (terlampir)

Dilakukan perhitungan pola pertumbuhan berdasarkan teknik lagler(1961)

Diterjemahkan nilai b kedalam pola pertumbuhan

Page 84: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Bagan Alir Prosedur Kerja Rasio Kelamin

c. Tingkat Kematangan Gonad(TKG)

56

Diambil sampel ikan kapiat

Diamati ciri-ciri sekunder menurut literatur yang tersedia

Dilakukan pembedahan pada ikan, lalu dicari organ gond yang terletak pada rongga perut

Diamati gonad tersebut dan menentukan ciri-ciri seksual primer, bila terdapat testis artinya ikan tersebut jantan dan bila terdapat ovarium artinya ikan

tersebut betina

Diplot-kan pada tabel yang telah disediakan

Dilakukan penyajian data dalam bentuk persentase dan perbandingan

Page 85: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Bagan alur tingkat kematangan gonad

d. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Bagan alur indeks kematangan gonad (IKG)

e. Fekunditas

57

Diambil sampel ikan

Dibedah ikan dengan menggunakan gunting dari bagian urogenital menuju bagian perut hingga isi perut

Diambil gonad ikan yang ada di dalm perut, hingga terpisah dari organ lain

Diamati gonad tersebut

Dicatat pada tabel pengamatan

Diambil sampe ikan yang sudah disiapkan

Ditimbang bobot ikan dengan menggunakan timbangan

Dibedah ikan dengan menggunakan gunting di mulai dari bagian orogenital

Diambil gonad yang ada di dalam perut, hingga terpisah dari organ lain

Page 86: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Bagan alir fekunditas

f. Foot Habits

58

Diambil sampel ikan

Dibedah ikan dengan menggunakan gunting dari bagian urogenital menuju bagian perut hingga isi perut

Diambil gonad ikan yang ada di dalm perut, hingga terpisah dari organ lain

Diambil air sebanyak 40 ml dengan menggukan delas ukur

Dimasukkan selruh gonad, diukur perubahan volumenya

Diambil sampel telur pada 3 bagian, yaitu bagian anterior, tengah,dan ujung dekat urogenital

Dimasukkan masing-masing sampel ke dalam air sebanyak 40 ml dan ukur perubahan volumenya

Dihitung jumlah dari ketiga sampel telur tadi, setelah itu dimasukkan kedalam rumus yang tersedia

Diambil gonad yang ada di dalam perut, hingga terpisah dari organ lain

Page 87: Kelompok 7 Ikan Kapiat

Diagram alur foot habits

59

Diambil sampel ikan

Dibedah ikan dengan menggunakan gunting dari bagian urogenital menuju bagian perut hingga isi perut

Diambil usus, urut usus hingga keluar isi dari usus

Diamati dibawah mikiskop

Dicatat pada tabel pengamtan

Page 88: Kelompok 7 Ikan Kapiat

70

Page 89: Kelompok 7 Ikan Kapiat

35