Kelompok 1.docx
-
Upload
beatrix-embun -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Kelompok 1.docx
Kelompok 1
1. Elda T. Langi 120113038
2. Yessy Lumandung 120113001
3. Betrix E. Marimbun 120113012
4. Sheren Mendur 120113033
5. Stephanie G. Wowor 120113034
6. Rachel Togatorop 120113045
7. I Kadek Hariyanto 120113067
8. David Ch. Kenda 120113082
9. Sally Lestari P. Bempol 120113095
10. The Natalia C. Taroreh 120113097
11. Jizel Zarra 120113100
12. Jessica Tamboto 120113111
13. Zakaria R. Kantohe 120113113
1
I. MACAM-MACAM GANGGUAN GERAKAN FUNGSIONAL
Kelainan sendi temporomandibular dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu
gangguan fungsi akibat adanya kelainan gangguan structural dan gangguan fungsi akibat
adanya penyimbangan dalam aktifitas salah satu koponen fungsi system mastikasi
1. Kelainan structural
Kelainan strukturan adalah kelainan yang disebabkan oleh perubahan struktur
persendian akibat gangguan pertumbuhan, trauma eksternal, penyakit infeksi atau
neoplasma dan umumnya jarang dijumpai.
2. Gangguan fungsional
Gangguan fungsional adalah masalah-masalah TMJ yang timbul akibat fungsi yang
menyimpang karena adanya kelainan pada posisi dan fungsi gigi geligi atau otot-otot
kunyah. Gejala kelainan ini dapat dikelompokkan menjadi rasa nyeri, bunyi dan
disfungsi. Rasa nyeri adalah gejala yang paling sering menyebabkan ppasien mencari
perawatan.
Klasifikasi
Terbagi dalam 2 klasifikasi
- Myogenous TMJ : terjadi akibat ketidak seimbangan kerja otot rahang dan sistem
saraf Hiperaktifitas pada otot mengunyah, Kelelahan otot, spasme, disfungsi,
perubahan oklusi gigi geligi berbagai gejala
- Arthrogenous TMJ: terjadi akibat dislokasi kronik berulang/ hilang timbul,
degenerative joint disorders, systemic arthritic conditions, ankylosis, infections, and
neoplasi
2
II. PERGERAKAN MANDIBULA
FISIOLOGI PERGERAKAN SENDI TEMPOROMANDIBULA
Berdasarkan hasil penelitian elektromiografi, gerak mandibula dalam hubungannya dengan
rahang atas dapat diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :
1. Gerak membuka
2. Gerak menutup
3. Protrusi
4. Retusi
5. Gerak lateral
3.1 Gerak membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada
kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik
prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut
posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi
muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus
medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula
berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan
sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini
berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus
geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang
relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya
mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah
3
dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus
kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis8.
3.2 Gerak menutup
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus
pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi
protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi
paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus
medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada
gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan
muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis,
sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal8.
Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan
diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus
lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari
caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput
selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi
mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis
mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio
temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil
penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi
pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam
mekanisme stres8.
4
3.3 Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah
pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup.
Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh
muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis
dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus
medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus
kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi.
Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan
ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus
ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak
protrusi ini8.
3.4 Retrusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke
arah fosa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus
pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot
pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi
geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula
articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan
yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang8.
3.5 Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak
pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi
tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut
posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh
5
otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus
kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi
serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain
terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,
yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi8.
Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap
ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi
kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang
horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi
melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral,
dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak Bennett.
Selain menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga mempunyai aksi
postural yang penting dalam mempertahankan posisi mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila
mandibula berada pada posisi istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya
celah atau freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior8.
6
OKLUSI SENTRIK
Jenis-jenis Oklusi
a. Oklusi Ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional
yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi.
Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi,
kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di
lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.
b. Oklusi Normal, menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu
kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolic untuk
mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat.
Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:
1. oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah
(RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan
tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior
(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar
pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak
gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit
(overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang
labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara
incisal edge RB sampai incisal edge RA.
2. oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat
seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan
(antero-posterior). Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan
(anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula
ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working
7
side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB;
dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan
sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side.
c. Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula
dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di
dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh
panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan
ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan
antagonisnya
Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat
mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak
secara terbatas ke lateral.
Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB
digerakkan ke anterior
Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB
digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi
keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak
2. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak dan sisi
keseimbangan tidak kontak
8
3. Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi anterior, sedang
pada gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi diatas. (Hamzah,
Zahreni,dkk)
Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang menunjukkan
posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi sentris (mandibula terletak
paling posterior dari maksila) atau kondil terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi
masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi
dalam keadaan Intercuspal Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada
pada posisi RCP.
Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position) yaitu jarak antara oklusal premolar
RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini otot-otot
pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukkan otot-otot kelompok elevator dan
depressor tonus adan kontraksinya dalam keadaan seimbang, dam kondil dalam keadaan
netral atau tidak tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk setiap individu.
9
IV. ANASTESI LOKAL
Anastesi Lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada satu
bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topical atau suntikan tanpa menghilangkan
kesadaran. Pencegahan rasa sakit selama prosedur perawatan gigi dapat membangun
hubungan baik antara dokter gigi dan pasien, membangun kepercayaan, menghilangkan rasa
takut, cemas, dan menunjukkan sikap positif dari dokter gigi.
Keuntungan dari anastesi local:
1. Pemberiannya tidak merepotkan
2. Alat-alat yang dibutuhkan tidak banyak
3. Pasien dapat langsung pulang setelah perawatan
4. Pasien masih dapat mengikuti instruksi dari dokter gigi, misalnya: kumur-kumur,
buka mulut, dll
5. Refleks dari forus otot – otot masih tetap ada, jadi tidak ada kemungkinan tertelannya
darah
6. Anestetikum yang disuntikkan memberikan khasiat hanya kira-kira dua jam
7. Secara umum tidak akan mempengaruhi keadaan umum atau kondisi dari penderita
Macam-macam anastesi local:
1. Anastesi Topikal
Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai hanya ujung-
ujung serabut urat saraf. Bahan yang digunakan berupa salep.
2. Anastesi Infiltrasi
10
Sering dilakukan pada rahang atas maupun rahang bawah, mudah dikerjakan dan
efektif. Pada anak daya penetrasinya cukup dalam karena komposisi tulang dan
jaringan belum begitu kompak.
3. Anastesi Blok
Digunakan untuk pencabutan gigi molar.
Bahan anastesi:
I. ESTER:
1.PROCAIN
Biasanya ditambahkan bahan Varokonstriksi Adrenalin dalam perbandingan 1 :
50.000 atau 1 : 100.000
2. AMETOCAIN
II. AMIDES:
1. LIQUOCAINE
2. LINCOCAINE
3. PRILOCAINE
4. MERVACAINE
5. BUPIVACAINE
6. PEHACAINE
11
4.1. Anastesi Topikal
Anastesi topical umumnya dilakukanpada pasien anak. Umumnya hanya sedikit anak-
anak yang menyukai untuk dilakukan perawatan gigi, terutama bila perawatan tersebut
mengharuskan dilakukan anastesi. Namun sebenarnya hanya sedikit anak-anak menolak
analgesia lokal dalam perawatan gigi, bila analgesia digunakan secara tepat. Meskipun
anestesi lokal merupakan alat bantu dalam mendapat kerja sama pasien anak, anestesi
sebaiknya baru diberikan bila anak merasa sakit atau kurang nyaman.
Anastesi topikal yaitu pengolesan analgetik lokal diatas selaput mukosa. Anestesi
topikal diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah kulit maupun membran
mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung-ujung saraf superfisial. Semua agen
anestesi topikal sama efektifnya sewaktu digunakan pada mukosa dan menganestesi dengan
kedalaman 2-3 mm dari permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat.
Anastesi topikal tersedia dalam bentuk :
1. Semprotan (spray form) yang mengandung agen anestesi lokal tertentu
dapat digunakan untuk tujuan ini karena aksinya berjalan cukup cepat.
Bahan aktif yang terkandung dalam larutan adalah lignokain hidroklorida
10% dalam basis air yang dikeluarkan dalam jumlah kecil kontainer
aerosol. Penambahan berbagai rasa buah-buahan dimaksudkan untuk
membuat preparat tersebut lebih dapat ditolerir oleh anak, namun
sebenarnya dapat menimbulkan masalah karena merangsang terjadinya
salivasi berlebihan. Bila anestesi dilakukan dengan menggunakan
semprotan, larutan umumnya dapat didistribusikan dengan lebih mudah dan
12
efeknya akan lebih luas daripada yang kita inginkan. Waktu timbulnya
anastesi adalah 1 menit dan durasinya adalah sekitar 10 menit. 16
2. Salep yang mengandung lignokain hidroklorida 5% juga dapat digunakan
untuk tujuan yang sama, namun diperlukan waktu 3-4 menit untuk
memberikan efek anastesi. Beberapa industri farmasi bahkan menyertakan
enzim hialuronidase dalam produknya dengan harapan dapat membantu
penetrasi agen anastesi lokal dalam jaringan. Amethocaine dan benzocaine
umumnya juga ditambahkan dalam preparat ini. Salep sangat bermanfaat
bila diaplikasikan pada gingiva lunak sebelum pemberian tumpatan yang
dalam. 16
3. Emulsi yang mengandung lignokain hidroklorida 2% juga dapat digunakan.
Emulsi ini akan sangat bermanfaat bila kita ingin mencetak seluruh rongga
mulut dari pasien yang sangat mudah mual. Sesendok teh emulsi dapat
digunakan pasien untuk kumur-kumur disekitar rongga mulut dan orofaring
dan kemudian dibiarkan satu sampai dua menit, sisanya diludahkan tepat
sebelum pencetakan. Emulsi ini juga dapat bermanfaat untuk mengurangi
rasa nyeri pascaoperatif seperti setelah gingivektomidan tidak berbahaya
bila tertelan secara tidak disengaja. 16
4. Etil klorida, disemprotkan pada kulit atau mukosa akan menguap dengan
cepat sehingga dapat menimbulkan anastesi melalui efek pendinginan.
Manfaat klinis hanya bila semprotan diarahkan pada daerah terbatas dengan
kapas atau cotton bud sampai timbul uap es. Namun tindakan ini harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terstimulasinya pulpa gigi-
gigi tetangga dan inhalasi uap oleh pasien. Manfaat teknik ini memang
13
terbatas tetapi kadang-kadang dapat digunakan untuk mendapat anastesi
permukaan sebelum insisi dari abses fluktuan. 16-
Cara melakukan anastesi topikal adalah :
1. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan
anastesi topikal. 17
2. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ±
15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut,
obat tidak efektif.17
3. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal
2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat
pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk
memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk
menghasilkan efek yang maksimum.
4.2. Teknik Anastesi Infiltrasi
Teknik anastesi infiltrasi adalah metode untuk mengontrol nyeri atau untuk anastesi
dengan cara mendepositkan larutan anastesi didekat serabut terminal dari saraf dan akan
terinfiltrasi disepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek
anastesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut.
Prosedur teknik infiltrasi:
1. Bersihkan area yang akan dianastesi dengan Gauze steril yang kering.
14
2. Aplikasi antiseptic topical apabila perlu. Aplikasikan anastesi topical minimal 1 menit
3. Arahkan jarum suntik dengan bevel menghadap tulang
4. Angkat bibir dan tarik mukosa hingga tegang
5. Pegang syringe parallel dengan sumbu panjang gigi
6. Insersikan jarum ke lipatan mucobucal vertical pada gigi target
7. Masukan jarum lebih dalam hingga bevel mencapai region apical dari gigi target
8. Aspirasi dua kali
9. Jika aspirasi negative, masukan larutan anastesi perlahan selama 20 detik (jarum
jangan sampai jaringan menggembung)
10. Tarik syringe perlahan
11. Tunggu 3-5 menit sebelum prosedur dental dilakukan.
Gejala dan tanda apabila anastesi infiltrasi ini berhasil adalah rasa baal atau kebal pada
area, tidak ada rasa nyeri selama prosedur dilakukan, dan dengan EPT (electrical pulp testing)
tidak menimbulkan respon dari gigi hingga output 80/80. Kegagalan teknik ini dapat terjadi
apabila ujung jarum terletak dibawah apeks gigi target yang menyebabkan tertumpuknya
larutan anastesi dibawah gigi sehingga menyebabkan anastesi jaringan lunak namun gigi
tidak teranastesi dengan baik.
4.3. Teknik Anastesi Blok Mandibula
Anastesi Blok adalah suatu keadaan dimana anestesikum dideponer dengan spuit
hipodermik, “ekstra neurally” atau “paraneurally” diantara sentrum syaraf yang mensuplai
daerah operasi.
15
Teknik Anastesi Blok Mandibula:
1. Direct Technique Gow-Gates
Pada anestesi teknik Gow- gates, saraf yang dituju adalah N. Mandibularis dan daerah
yang teranestesi adalah: Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan
membrane mukosa pada daerah penyuntikan, dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut,
jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta
kulit diatas zigoma, bagian posterior pipi dan region temporal. Berikut prosedur pada
anestesi Gow- Gates :
Prosedur :
1. Posisi duduk pasien terlentang atau setengah terlentang.
2. Pasien diminta untuk membuka mulut lebar dan ekstensi leher
3. Posisi operator :
a. Untuk mandibula sebelah kanan, operator berdiri pada posisi jam 8 menghadap
pasien.
b. Untuk mandibula sebelah kiri , operator berdiri pada posisi jam 10 menghadap
dalam arah yang sama dengan pasien.
4. Tentukan patokan ekstra oral : intertragic notch dan sudut mulut aerah sasaran:
daerah medial leher kondilus, sedikit dibawah insersi otot pterygoideus eksternus.
5. Operator membayangkan garis khayal yang dibentuk dari intertragic notch ke sudut
mulut pada sisi penyuntikan untuk membantu melihat ketinggian penyuntikan secara
ekstra oral dengan meletakkan tutup jarum atau jari telunjuk.
6. Jari telunjuk diletakkan pada coronoid notch untuk membantu meregangkan
jaringan .
16
7. Operator menentukan ketinggian penyuntikan dengan patokan intra oral
berdasarkan sudut mulut pada sisi berlawanan dan tonjolan mesiopalatinal M2
maksila.
8. Daerah insersi jarum diberi topical antiseptik.
9. Spuit diarahkan ke sisi penyuntikan melalui sudut mulut pada sisi
berlawanan,dibawah tonjolan mesiopalatinal M2 maksila, jarum diinsersikan kedalam
jaringan sedikit sebelah distal M2 maksila .
10.Jarum diluruskan kebidang perpanjangan garis melalui sudut mulut ke intertragic
notch pada sisi penyuntikan kemudian disejajarkan dengan sudut telinga kewajah
sehingga arah spuit bergeser ke gigi P pada sisi yang berlawanan, posisi tersebut dapat
berubah dari M sampai I bergantung pada derajat divergensi ramus mandibula dari
telingan ke sisi wajah.
11.Jarum ditusukkan perlahan-lahan sampai berkontak dengan tulang leher kondilus,
sampai kedalamam kira-kira 25 mm. Jika jarum belum berkontak dengan tulang,
maka jarum ditarik kembali per-lahan2 dan arahnya diulangi sampai berkontak
dengan tulang. Anestetikum tidak boleh dikeluarkan jika jarum tidak kontak dengan
tulang.
12.Jarum ditarik 1 mm , kemudian aspirasi, jika negatif depositkan anestetikum
sebanyak 1,8 – 2 ml perlahan-lahan.
13.Spuit ditarik dan pasien tetap membuka mulut selama 1 – 2 menit .
14.Setelah 3 – 5 menit pasen akan merasa baal dan perawatan boleh dilakukan.
17
2. Indirect Technique Fisher
Posisi operator berada diantara jam 9-12. Pasien harus didudukkan dimana posisi
leher dan kepala baik dan oklusal plane bawah harus sejajar dengan lantai pada saat mulut
terbuka lebar. Dengan posisi mulut terbuka lebar, posisikan jari telunjuk melewati sulkus
bukalis gigi RB hingga jari menyentuh akhir dari sulkus bukalis bawah pada daerah
triangular retromlolar, yang mana terletak dianatara linea oblique mandibula eksternal dan
linea oblique interna
Tabung syringe melayang diatas permukaan oklusal gigi premolar pada daerah sudut
mulut, tetapi bisa juga terjadi variasi tergantung dari divergensi dari ramus .Syringe
diinsersikan sejajar dengan oklusal plane, melayang +10-25 mm diatas permukaan oklusal
gigi RB, atau bila terdapat gigi molar tiga RA, maka syringe diinsersikan tepat disebelah
distal dari gigi molar tiga RA. Syringe diinsersikan perlahan-lahan kedalam jaringan hingga
menyentuh tulang, yaitu leher kondil mandibula (+ 25 mm syringe yang berpenetrasi). Bila
syringe tidak menyentuh tulang, maka syringe ditarik sedikit dan diarahkan lebih ke distal
hingga menyentuh tulang.
Pada saat syringe menyentuh tulang, arahkan bilateral kemudian insersikan syringe
hingga tinggal ¼ panjang syringe yang tidak diinsersikan. Arahkan syringe kontralateral,
aspirasikan bila aspirasi negatif, depositkan larutan + 1.8 -2 ml untuk menganastesi n.
alveolaris inferior. Bila aspirasi positif, tarik jarum keluar, bersihkan, kemudian insersikan
lagi, pada umumnya syringe menembus arteri maksilaris interna yang berada di belakang
daerah target n. alveolaris inferior. Setelah itu, tarik syringe hingga setengah jarum,
aspirasikan dan depositkan larutan anastesi + 0.5 mm untuk menganastesi n. lingualis. Sisa
larutan anastesi 0.5 ml untuk menganastesi n. bukalis.
s
18
3. Nervus yang teranestesi :
Injeksi ini menganestesi nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis.
4. Daerah yang teranestesi :
Daerah yang teranestesi ialah gigi geligi yang berada pada regio kiri mandibula.
19
REFERENSI
1. Anatomi Sendi Temporo Mandibular jurnal USU chapter%2011.pdf
2. Pengaruh Bruxism Terhadap Perubahan Morfologi Gigi Permanen Jurnal UNHAS
skripsi%20rudin%20tamrin_j11111252
3. Penganggulangan gangguan sendi temporomandibula akibat kelainan oklusi
terhadap konservastif jurnal USU 09E01617s
20