Kelompok 1 EP

20
BAB II PEMBAHASAN A. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku atau keberhasilan siswa yang lebih baik, maka harus dilaksanakan kegiatan evaluasi dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip umum sebagai berikut : 1. Kontinuitas (Terus Menerus) Evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental karena pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang continue. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara continue (Zaenal Arifin, 2011 : 31). Maksud evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus ialah agar guru memperoleh kepastian atau kemantapan dalam mengevaluasi. Dan dapat mengetahui tahap-tahap perkembangan yang dialami oleh siswa. Perkembangan belajar peserta didik tidak dapat dilihat dari dimensi produk saja, tetapi juga dimensi proses bahkan dari dimensi input. 2. Komprehensif (Menyeluruh) Evaluasi yang menyeluruh ialah yang mampu memproyeksikan seluruh aspek pola tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk dapat melaksanakan evaluasi ini , maka setiap tujuan instruksional harus telah dijabarkan sejelas-jelasnya. Sehingga dapat dijadikan pedoman untuk melakukan pengukuran. Instrument evaluasi harus mencerminkan item-item yang representatif, yang dijabarkan dari tujuan-tujuan instruksional yang telah disusun. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah pesrta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Begitu juga dengan objek-objek evaluasi yang lain (Zaenal Arifin, 2011 : 31). Untuk membantu guru dalam usaha memenuhi validitas alat pengukur, maka harus dibuat tabel spesifikasi tujuan yang mencakup aspek-aspek yang mewakili perilaku yang diharapkan. 3. Objektif dan Adil Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

description

 

Transcript of Kelompok 1 EP

Page 1: Kelompok 1 EP

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku atau keberhasilan siswa yang lebih

baik, maka harus dilaksanakan kegiatan evaluasi dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip

umum sebagai berikut :

1. Kontinuitas (Terus Menerus)

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental karena pembelajaran itu sendiri

adalah suatu proses yang continue. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara

continue (Zaenal Arifin, 2011 : 31). Maksud evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus

ialah agar guru memperoleh kepastian atau kemantapan dalam mengevaluasi. Dan dapat

mengetahui tahap-tahap perkembangan yang dialami oleh siswa. Perkembangan belajar

peserta didik tidak dapat dilihat dari dimensi produk saja, tetapi juga dimensi proses bahkan

dari dimensi input.

2. Komprehensif (Menyeluruh)

Evaluasi yang menyeluruh ialah yang mampu memproyeksikan seluruh aspek pola

tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk dapat melaksanakan

evaluasi ini , maka setiap tujuan instruksional harus telah dijabarkan sejelas-jelasnya.

Sehingga dapat dijadikan pedoman untuk melakukan pengukuran. Instrument evaluasi harus

mencerminkan item-item yang representatif, yang dijabarkan dari tujuan-tujuan instruksional

yang telah disusun.

Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah pesrta didik, maka seluruh aspek kepribadian

peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Begitu juga dengan objek-objek evaluasi yang lain (Zaenal Arifin, 2011 : 31).

Untuk membantu guru dalam usaha memenuhi validitas alat pengukur, maka harus dibuat

tabel spesifikasi tujuan yang mencakup aspek-aspek yang mewakili perilaku yang

diharapkan.

3. Objektif dan Adil

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 2: Kelompok 1 EP

Didalam proses evaluasi hanya menunjukan aspek yang dievaluasi dengan keadaan yang

sebenarnya. Jadi dalam mengevaluasi hasil pendidikan dan pengajaran guru tidak boleh

memasukan faktor-faktor subyektif dalam memberikan nilai kepada siswa.

Oleh sebab itu, sikap like and dislike, keinginan, perasaan, dan prasangka yang bersifat

negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan pada data dan fakta yang sesungguhnya,

dan apa adanya, bukan hasil rekayasa (Zainal Arifin, 2011 : 31).

3

4. Kooperatif (Bekerja Sama)

Dalam kegiatan ini guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua

peserta didik, sesame guru, kepala sekolah termasuk dengan pesrta didik itu sendiri. Hal ini

dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut

merasa dihargai. Asas kooperatif berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1986) yang

menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung

perkembangan kognitif. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih

mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan

interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif (Anwar Holil. 2008).

5. Praktis, Ekonomis dan Mendidik

Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun

alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus

diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal (Zaenal Arifin, 2011 : 31).

Evaluasi pembelajaran yang baik harus mudah dilaksanakan, rendah biaya, waktu dan

tenaga, dan bisa mencapai tujuan secara optimal. Kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus

bisa memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Wiyono

dan Tumardi 2003 : 9).

6. Evaluasi adalah alat, bukan tujuan

Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi digunakan sesuai

dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh tanpa tujuan tertentu akan membuang

waktu dan uang, bahkan merugikan anak didik. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih

dahulu ialah tujuan evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan digunakan

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 3: Kelompok 1 EP

dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sampai terbalik, sebab tanpa

diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia. Atas dasar pengertian tersebut di

atas maka kebijakan-kebijakan pendidikan yang akan diambil dirumuskan dulu dengan jelas

sebelumnya dipilih prosedur evaluasi yang digunakan dengan demikian (Wakhinuddin :

2010).

7. Mengacu pada Tujuan

Pelaksanaan evaluasi pembelajaran juga harus mengacu pada tujuan pembelajaran

yang ditetapkan. Tujuan merupakan kriteria utama yang menentukan arah kegiatan evaluasi.

Sasaran kegiatan evaluasi adalah untuk melihat tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatan

pembelajaran. Untuk itu, tujuan pembelajaran merupakan landasan utama yang dijadikan

patokan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran (Wiyono dan Tumardi, 2003 : 10).

8. Kepastian dan kejelasan

Dalam proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi menduduki

urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak dirumuskan

dulu secara jelas dalam. definisi yang operational. Bila kita ingin mengevaluasi kemajuan

belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita definisikan tujuan-tujuan

instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat evaluasinya. Dengan demikian

efektifitas alat evaluasi tergantung pada deskripsi yang jelas apa yang akan kita evaluasi.

4

Pada umumnya alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test

ini mencerminkan karakteristik aspek yang akan diukur. Kalau kita akan mengevaluasi

tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus dirumuskan

dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan dengan tepat selanjutnya

dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan demikian keberhasilan evaluasi lebih

banyak ditentukan kepada kemampuan guru (evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan

dengan jelas aspek-aspek individual ke dalam proses pendidikan (Wakhinuddin : 2010).

B. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

1. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan

a. Evaluasi Diagnostik (Diagnostic Assessment)

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-

kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. Penilaian diagnostik memerlukan

sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 4: Kelompok 1 EP

Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Penilaian diagnostik biasanya

dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajaki

pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik. Dengan kata lain,

apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk dapat

mengikuti materi pelajaran lain (Zainal Arifin, 2011 : 37).

b. Evaluasi Selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang paling

tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu. Penilaian ini dilaksanakan dalam

rangka menyeleksi atau menyaring. Memilih siswa untuk mewakili sekolah dalam lomba-

lomba tertentu termasuk jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan yang lebih luas penilaian

selektif misalnya seleksi penerimaan mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan dalam

rekrutmen tenaga kerja (Nana Sudjana : 2011).

c. Evaluasi Penempatan (Placement Assessment)

Evaluasi penempatan adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan

prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang

diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain

penilaian ini berorientasi pada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan

kecocokan program belajar dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa (Nana Sudjana :

2011).

Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai pretest. Tujuan utamanya adalah

untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang

diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan sejauh mana mana peserta didik

telah mengetahui kompetensi dasar sebagaimana yang tercantum silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan yang pertamamasalahnya berkaitan dengan

kesiapan peserta didik menghadapi program baru, sedangkan untuk tujuan yang kedua

berkaitan dengan kesesuaian program pembelajaran dengan kemampuan peserta didik

(Zaenal Arifin, 2011 : 37).

5

Luas bahan pretest lebih terbatas dan tingkat kesukaran soalnya relative rendah. Hal

ini berdasarkan kenyataan bahwa pretest digunakan untuk menentukan apakah peserta didik

telah memiliki kemampuan-kemampuan minimal untuk mempelajari suatu unit materi

pelajaran atau belum sama sekali. Prates ini disebut criterion-referanced assessment yang

fungsi utamanya adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknya prerequisite skills. Prates dibuat

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 5: Kelompok 1 EP

untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah menguasai materi pelajaran atau

memperoleh pengalaman belajar seperti tercantum dalam program pembelajaran, dan

sebenarnya tidak berbeda dengan tes hasil belajar. Dalam hal seperti itu prates dibuat sebagai

norm-referenced assessment (Zaenal Arifin, 2011 : 36).

d. Evaluasi Formatif (Formative Assessment)

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan

meningkatan proses belajar dan mengajar. Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk

memperbaiki proses pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta

didik. Penilaian formatif sesungguhnya merupakan penilaian acuan patokan. Apa yang

dimaksudkan dengan penilaian formatif seperti yang diberikan pada akhir satuan pelajaran

sesungguhnya bukan sebagai penilaian formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya

digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta didik (Zaenal Arifin, 2011 : 35).

Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah

atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali

satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran

yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk membahas evaluasi formatif ini, seperti

yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran”,

(Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-174) perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan

mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:

Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh Suharsimi

Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah yang penjabarannya sebagai

berikut:

Manfaat bagi siswa:

a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program

secara menyeluruh atau belum.

b) Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa untuk belajar

giat.

c) Untuk perbaikan belajar siswa.

d) Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa

Manfaat bagi guru:

a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh

siswa.

b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 6: Kelompok 1 EP

6

Manfaat bagi program sekolah:

a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak.

b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang

belum diperhitungkan

c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang

akan dicapai atau tidak.

d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau

tidak (Arikunto, 1996: 34)

e. Evaluasi Sumatif (Summative Assessment)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program

pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit

pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk

menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh

program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23).

Hasil penilaian sumatif juga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran

secara keseluruhan. Penilaian sumatif termasuk penilaian yang menggunakan pendekatan

acuan norma (norm-referenced assessment), kemampuan peserta didik dibandingkan dengan

sekelompoknya (Zainal Arifin, 2011 : 36). Adapun fungsi utama penilaian sumatif adalah

sebagai berikut :

a. Untuk menentukan nilai akhir peserta didik dalam periode tertentu. Dengan demikian,

guru akan mengetahui kedudukan seorang peserta didik dibandingkan dengan peserta

didik lain dalam hal prestasi belajarnya.

b. Untuk memberikan keterangan tentang kecakapan atau keterampilan peserta didik

dalam periode tertentu.

c. Untuk memprakirakan berhasil tidaknya peserta didik dalam pelajaran berikutnya

yang lebih tinggi.

Agar fungsi memprakirakan ini dapat berjalan dengan baik, maka guru perlu

memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, pelajaran berikutnya harus mempunyai hubungan

dengan pelajaran yang sudah ditempuhnya. Kedua, pelajaran berikutnya masih berhubungan

dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, dapat dipergunakan untuk menentukan bahan

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 7: Kelompok 1 EP

pelajaran berikutnya. Keempat, sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan urutan

dan ruang lingkup materi pelajaran, termasuk metode, media, dan sumber belajar yang

dipergunakan dalam serangkaian kegiatan pembelajaran (Zainal Arifin, 2011 : 36).

Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif (Amirul

Bakhri : 2007):

1) Untuk menentukan nilai.

2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok dalam

menerima program berikutnya.

3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 2005: 36)

7

2. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran

a. Evaluasi Konteks

Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional

tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam

perencanaan.

Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan

menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan (Baline R. Worthern & James

R Sanders : 1979) Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini

adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta tujuan

(goal).

Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan

program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan

kelemahan obyek tertentu. Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis

masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan.

Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu

program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya

suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menentapkan

kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi

konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak

menimbulkan kerugian jangka panjang ( Isaac and Michael:1981)

b. Evaluasi Input

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 8: Kelompok 1 EP

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi

yang digunakan untuk mencapai tujuan. Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi

yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan

sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Evaluasi input meliputi analisis

personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia,

alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program.

Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur

untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat

untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan

prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber

dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana

rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program

yang efektif dan efisien.

b. Evaluasi Proses

Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran

proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul

dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

Evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan

disebut dengan evaluasi proses. Untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah sesuai

dengan strategi yang telah dilaksanakan tersebut, maka perlu diadakannya evauasi. Evaluasi

proses termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur pada pelaksanaan kejadian dan

aktivitas.

8

Setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada aktivitas dimonitor secara jujur dan

cermat. Pencatatan aktivitas harian penting dilakukan karena berguna pada pengambilan

keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan dan menentukan kekuatan dan

kelemahan program. Stufflebeam juga mengatakan bahwa sevaluasi proses merupakan

pengecekan yang berkelanjutan atas implementasi perencanaan (Stufflebeam & Shienfield,

1985:175 dalam Badrujaman, 2009:66).

Tujuan evaluasi proses yaitu untuk mengidentifikasikan atau memprediksi dalam

proses pelaksanaan, seperti cacat dalam implementasinya (Badrujaman, 2009). Selanjutnya

dijelaskan pula bahwa evaluasi proses juga bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 9: Kelompok 1 EP

dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan menilai prosedur kegiatan dan

peristiwa. Selain itu, tujuan utama evaluasi proses dikemukakan oleh Worthen and Sanders

(1973) dalam Fuddin Van Batavia under Uncategorized (2008), yaitu:

1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk

dipertahankan,

2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan, dan

3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi

dilaksanakan.

Memonitor kegiatan, berinteraksi terus menerus, serta dengan mengobservasi

kegiatan, merupakan hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi proses. Dalam melakukannya,

dinyatakan dalam Badrujaman (2009:66) bahwa hal tersebut dapat melibatkan pengukuran

pre-test dan pos-test terhadap pengetahuan dan keterampilan, mengobservasi perilaku tertentu

pada siswa, self-report mengenai perbaikan tingkah laku, penilaian performance rutin

(tingkat, tes terstandard, portofolio), self-study yang terus menerus, studi kasus individual,

kehadiran dan data kedisiplinan, kesesuaian antara program dengan pelaksanan,

keterlaksanaan program, pengukuran sosiometri, serta hambatan-hambatan yang ditemui.

c. Evaluasi Hasil

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar

untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.

Evaluasi hasil adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan dan

menilai pencapaian program (Stufflebeam & Shienfield, 1985:176). Evaluasi produk adalah

evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi dapat juga bertujuan

mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap iuran (outcome) dan menghubungkan itu

semua dengan objektif, konteks, input, dan informasi.proses, serta untuk menginterpretasikan

kelayakan dan keberhargaan program.

Evaluasi hasil dapat dilakukan dengan membuat definisi operasional dan mengukur

kriteria pengukuran yang telah dicapai (objektif), melalui pengumpulan nilai dari stakeholder,

dengan unjuk rasa (performing) baik dengan menggunakan analisis secara kuantitatif,

maupun kualitatif (Trotter et al., 1998:136).

9

d. Evaluasi Outcomes atau Lulusan

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 10: Kelompok 1 EP

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni evaluasi

lulusan setelah terjun ke masyarakat. Sekolah senantiasa berupaya meningkatkan mutu

lulusan agar memiliki kompetensi yang handal sebagai professional di bidangnya masing-

masing. Kegiatan ini digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja lulusan serta wujud nyata

untuk meningkatkan mutu lulusan untuk bisa diaktualisasikan dimasyarakat.

3. Jenis evaluasi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran

a. Evaluasi Program Pembelajaran

Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,

strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.

b. Evaluasi Proses Pembelajaran

Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis

besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

c. Evaluasi Hasil Pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan

pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif,

afektif, psikomotorik.

4. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi

a. Berdasarkan objek :

1) Evaluasi Input

Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.

2) Evaluasi Transformasi

Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi,

media, metode dan lain-lain.

3) Evaluasi Output

Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.

b. Berdasarkan subjek :

1) Evaluasi Internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.

2) Evaluasi Eksternal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya

orangtua, masyarakat.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 11: Kelompok 1 EP

10

5. Jenis evaluasi berdasarkan suatu program

a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan

Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain program pembelajaran. Sasaran

utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran.

Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan dan kebutuhan. Hasil evaluasi ini

dapat diramalkan kemungkinan implementasi program dan tercapainya keberhasilan program

pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum program sebenaranya disusun dan

dikembangkan.

Menurut Dadang Solihin, syarat perencanaan harus memiliki, mengetahui dan

memperhitungkan : (1) Tujuan akhir yang dikehendaki. (2) Sasaran-sasaran dan prioritas

untuk mewujudkannya . (2) Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut . (4) Masalah-

masalah yang dihadapi.

Syarat perencanaan diantaranya adalah faktual dan realistis, logis dan rasional,

fleksibel komitmen komprehensif atau menyeluruh. Dan fungsi Perencanaan Sebagai

penuntun arah Minimalisasi ketidakpastian.

Pada masa yang lalu, perencanaan atau rancangan untuk kegiatan instruksional dan

pengajaran didasarkan terutama pada isi dan seringkali didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan subyektif. Perhatian utama lebih ditujukan pada metode mengajar, daripada

kegiatan belajar siswa, berarti lebih kepada alat atau sarana daripada tujuan pendidikan

(Jerrold E. Kemp, 1977).

b. Evaluasi Monitoring

Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah program pembelajaran mencapai

sasaran secara efektif dan apakahprogram pembelajaran terlaksana sebagaimana mestinya.

Hasil evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber dan waktu

pelaksanaan belajar, sehingga dapat dihindarkan.

Menurut Harry Hikmat tujuan monitoring adalah (1) Mengkaji apakah kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana. (2) Mengidentifikasi masalah yang

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 12: Kelompok 1 EP

timbul agar langsung dapat diatasi. (3) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan

manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(4) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan (5)

Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan.

c. Evaluasi dampak

Evaluasi dampak menurut Rossi dan freeman, 1985 adalah sebuah evaluasi yang

mengukur taraf atau tingkat ketercapaian sebuah program dalam menyebabkan perubahan

seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya. Evaluasi dampak ini bisa juga dilihat dari

definisi yang berbeda, misalnya menurut US Environmental Protection Agency mengartikan

bahwa evaluasi dampak adalah sebuah bentuk evaluasi yang mengukur akibat dari sebuah

program dengan membandingkan outcome yang dihasilkan dengan taksiran awal apa yang

akan terjadi apabila tidak mengikuti program yang ada (Wikipedia, 2008).

11

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditmbulkan oleh suatu

program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan criteria keberhasilan sebagai

indicator ketercapaian tujuan program pembelajaran (Zainal Arifin, 2011 : 33).

Dengan adanya evaluasi ini secara umum diharapkan mampu memberi masukan

tentang program pembelajaran yang sudah ada baik dari sisi kelebihan maupun

kekurangannya ketika sudah berada dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Dengan

kata lain, dengan evaluasi ini diharapkan mampu meningkatkan akuntabilitas, sebagai

pembelajaran yang dinamis, memberi kesempatan kepada pembuat keputusan untuk

memperbaiki program pendidikan yang sedang berjalan dan pada akhirnya akan membantu

pengalokasian dana yang lebih baik.

d. Evaluasi Efisiensi-Ekonomis

Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi pelaksanaan program pembelajaran.

Unutk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga, dan waktu yang diperlukan

dalam suatu program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

e. Evaluasi Program Komprehensif

Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai program pembelajaran secara menyeluruh, seperti

perencanaan program, pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program,

tingkat keefektifan dan efisiensi. Dalam model evaluasi dikenal dengan educational system

evaluation model.

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 13: Kelompok 1 EP

Menurut Wakhinuddin Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi.

Tidak adalah teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa

dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam pelajaran. Sebab dalam

kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi mempunyai keterbatasan-keterbatasan tersendiri. Test

obyektif misalnya akan memberikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa. Tetapi

hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia benar-benar mengerti

tentang materi tersebut, dan apakah sudah dapat mengembangkan ketrampilan berfikirnya.

Atas dasar prinsip inilah maka seyogyanya dalam proses belajar-mengajar, untuk

mengukur kemampuan belajar siswa digunakan teknik evaluasi yang bervariasi. Bob Houston

seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk mendapatkan hasil

yang lebih I obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik tidak hanya dikembangkan dalam

bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus didasarkan pula data kualitatif siswa yang

diperoleh dari observasi guru, Kepala Sekolah, catatan catatan harian dan sebagainya.

12

C. Syarat-Syarat Umum Evaluasi Pembelajaran

Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai

berikut :

1. Validitas

a. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat

benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas bahwa

validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan

menurut Wikipedia Indonesia diterjemahkan, kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 14: Kelompok 1 EP

atau data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes

dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki

validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan criteria, dalam arti memiliki kesejajaran

antara tes dan criteria (Arikunto, 2005 : 65).

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat

ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus

memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid

sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat diartikan

ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid

dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes

tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur

apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas

apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau

mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau

instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah

akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , Retno mengemukakan tiga pokok

pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut :

1) Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak

menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes

kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar

tidak valid.

2) Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah

yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh

disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah.

13

3) Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak

pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 15: Kelompok 1 EP

validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah

validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk

meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang.

Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam

analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut :

1) Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi

menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.

2) Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang

akan datang.

3) Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan

alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.

b. Macam-macam Validitas

Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris.

Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang (face

validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal validity), Validitas isi

(conten validity), dan validitas empiris (empirical validity). Sedangkan menurut Anas teknik

pengujian validitas hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas

tes secara rasional dan pengujian validitas tes secara empirik.

Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat dilihat dari:

1) Pengujian validitas tes secara rasional.

Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal atau

validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata logis berasal

dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian bahwa validitas logis untuk

sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran, kondisi

valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen bersangkutan sudah dirancang secara

baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan

benar apabila tes yang dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada,

sehingga suatu tes itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut

telah selesai dibuat.

2) Pengujian Validitas Tes secara Empiris

Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman” sebuah

instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.

Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada

hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 16: Kelompok 1 EP

adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria

tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh

pengukuran.

14

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas

Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai

berikut :

1. Faktor di dalam tes itu sendiri

2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan emosional

dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam menjawab tes,

3. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian.

2. Reliabilitas

Menurut Sugiono (2005) Pengertian Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau

serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat

ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan suatu tes, yakni

sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak

berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Menurut Sukadji (2000)

reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran

yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien.

Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Menurut Nursalam (2003) Reliabilitas adalah

kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau

diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati

sama – sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.

Sementara itu Kerlinger (1986) mengemukakan “reliabilitas dapat diukur dari tiga

criteria, yaitu stability, dependability, dan predictability. Selanjutnya Gronlund (1986)

mengemukakan ada empat faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas, yaitu “length of test,

spread of scores, difficulty indeks, and objectivity”. (Zainal Arifin, 2011 : 258)

Konsep reliabilitas mendasari kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi pada suatu

proses pengukuran atau pada nilai tunggal tertentu, sehingga menimbulkan perubahan pada

susunan kelompoknya. Misalnya guru mengetes peserta didik dengan instrument tertentu dan

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 17: Kelompok 1 EP

mendapat nilai 70. Kemudian pada kesempatan yang berbeda dengan instrument yang sama,

guru melakukan tes kembali, ternyata peserta didik tersebut mendapat nilai 75. Artinya tes

tersebut tidak reliable, karena terjadi kesalahan pengukuran. Tes yang reliable adalah apabila

koefisien reliabilitasnya tinggi dan kesalahan baku pengukurannya rendah.

Ada tiga macam reliabilitas yaitu :

1. Reliabilitas stabil (stability reliability)

Mengacu pada waktu. Untuk menentukan stabilitas, tes dilakukan ulang terhadap variabel

yang sama di waktu yang berlainan. Hasil pengujian tersebut akan dibandingkaan dan

berkorelasi dengan pengujian awal untuk memberikan stabilitas.

2. Reliabilitas terwakili (representative reliability)

Mengacu pada keterandalan masing-masing grup. Menguji apakah penyampaian indikator

sama jawabannya saat diterapkan ke kelompok yang berbeda-beda. (W.Lawrence, 2006 :

188).

15

3. Reliabilitas seimbang (equivalence reliability)

Menerapkan banyak indikator yang dapat dioperasionalisasikan ke semua konsepsi

pengukuran (W. Lawrence, 2006 : 188). Kesetaraan keandalan akan menggunakan dua

instrumen untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat kesulitan yang sama. Reliabilitas

atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari hubungan dua skor instrumen, atau lebih

dikenal dengan hubungan antara variabel bebas (independen variable) dengan variabel terikat

(dependen variable).

3. Praktikabilitas

Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada

instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi hasil,

maupun kemudahan dalam menyimpanya.

Dalam memilih tes dan instrumen evaluasi yang lain kepraktisan merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan. Kepraktisan evaluasi terutama dipertimbangkan saat memilih tes atau instrumen evaluasi lain yang dipubliksikan oleh suatu lembaga. Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil maupun kemudahan dalam menyimpannya.

Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan, tidak

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 18: Kelompok 1 EP

menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh orang lain.

Dimyati dan Mudjiono (1994) mengemukakan Faktor-faktor yang mempengaruhi

kepraktisan instrumen evaluasi adalah sebagai berikut (Zainal Arifin, 2011 : 264) :

a. Kemudahan mengadministrasi

Jika instrument evaluasi diadministrasikan oleh guru atau orang lain dengan

kemampuan terbatas, kemudahan pengadministrasian adalah suatu kualitas penting yang

diminta dalam instrument evaluasi.

b. Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi

Kepraktisan dipengaruhi pula oleh factor waktu yang disediakan untuk melancarkan

evaluasi. Waktu antara 20 menit sampai 60 menit yang disediakan untuk melancarkan

evaluasi merupakan waktu yang cukup untuk memberikan kepraktisan.

c. Kemudahan menskor

Untuk memberikan kemudahan penskoran diperlukan upaya berupa perbaikan

petunjuk penskoran dan lebih memudahkan kunci peskoran, pemisahan lembar jawaban dari

lembar soal, dan penskoran menggunakan mesin.

d. Kemudahan interpretasi dan aplikasi

Keberhasilan atau kegagalan evaluasi ditentukan oleh penggunaan hasil evaluasi. Jika

hasil evaluasi ditafsirkan secara tepat dan diterapkan secara efektif, maka hasil evaluasi akan

mendukung terhadap keputusan-keputusan pembelajaran yang lebih tepat. Untuk

memudahkan interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi diperlukan petunjuk yang jelas. Semakin

mudah interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi, semakin meningkat kepraktisan evaluasi.

16

e. Tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen

Untuk berbagai kegunaan pendidikan, bentuk-bentuk ekuivalen untuk les yang sama

sering kali diperlukan. Bentuk-bentuk ekuivalen dari sebuah tes mengukur aspek-aspek

perilaku melalui butir-butir tes yang memiliki kesamaan dalam isi, tingkat kesulitan, dan

karakteristik lainnya.

4. Objektivitas

Objektivitas adalah suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur,

tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu dalam kata

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 19: Kelompok 1 EP

lain sesuai dengan kemampuan siswa. Guru harus menilai siswa dengan kriteria yang sama

bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A atau si B dan seterusnya.

Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi

dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang

tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama

menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.

Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang

berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas

tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya

satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan

audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.

Selain dari itu, interpretasi siswa terhadap instruksi dalam alat evaluasi harus sama,

instruksinya harus jelas dan tegas, tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda.

Objektivitas dalam penilaian sering diperlukan dalam menggunakan : questioner, essay test,

observation, rating scale, check list dan alat-alat lainnya.

Sering terjadi suatu alat evaluasi yang dibuat oleh seorang guru menimbulkan berbagai

interpretasi, sehingga hasilnya sangat berbeda-beda, karena setiap siswa mempunyai

interpretasinya masing-masing terhadap alat tersebut. Perbedaan interpretasi itu mungkin

disebabkan adanya istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk menghindarkan kesalahpahaman ini,

perlu dilakukan percobaan terlebih dulu dan menetapkan kriteria untuk mengontrol hasilnya.

Objektivitas juga diperlukan pada waktu membuat skor hasil tes. Guru harus menggunakan

kriteria yang sama.

5. Efisiensi

Efisiensi adalah Suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang

waktu dan uang yang banyak, efisiensi juga bisa diartikan ekonomis. Ini tidak berarti, bahwa

evaluasi yang memakan waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini

tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang dinilai dan

sebagainya.

Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha

yang sedikit, dalam waktu yang singkat, dan hasil yang memuaskan. Efisiensi dapat dicapai

dengan cara :

17

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

Page 20: Kelompok 1 EP

a. Si penilai mampu memilih alat yang tepat untuk tujuan tertentu.

b. Si penilai dapat mempertimbangkan perlu tidaknya mempergunakan beberapa macam

alat penilai.

Si penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan yang sama

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)