Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

21
BAB II TINJAUAN TEORI A. Siklus Hormonal Wanita Dalam kehidupan wanita siklus hormonal merupakan sesuatu yang sangat penting dan menentukan dalam reproduksi wanita. Siklus ini akan melibatkan siklus ovarium dan siklus menstruasi. Ada 4 organ yang sangat berperan dalam siklus hormonal wanita: 1. Hipotalamus 2. Hipofisis 3. Uterus 4. Ovarium Hormon hormone dalam kehidupan wanita: 1. Hormon Reproduksi a. Hypothalamic-Releasing Hormone : GnRH Pelepasan GnRH dari hipothalamus dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu neurotransmiter norepinefrin (meningkatkan sekresi) dan dopamin (menurunkan sekresi). Endorphin juga menurunkan

Transcript of Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

Page 1: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Siklus Hormonal Wanita

Dalam kehidupan wanita siklus hormonal merupakan sesuatu yang sangat

penting dan menentukan dalam reproduksi wanita. Siklus ini akan melibatkan

siklus ovarium dan siklus menstruasi. Ada 4 organ yang sangat berperan dalam

siklus hormonal wanita:

1.  Hipotalamus

2.  Hipofisis

3.  Uterus

4.  Ovarium

Hormon hormone dalam kehidupan wanita:

1. Hormon Reproduksi

a. Hypothalamic-Releasing Hormone : GnRH

Pelepasan GnRH dari hipothalamus dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu

neurotransmiter norepinefrin (meningkatkan sekresi) dan dopamin

(menurunkan sekresi). Endorphin juga menurunkan pelepasan GnRH. 

GnRH menstimulasi sekresi FSH dan LH. Sekresi LH dirangsang secara

terus menerus secara pulsatil oleh GnRH. Sekresi FSH juga dipengaruhi

oleh kadar hormon lainnya, seperti estrogen dan inhibin yang menghambat

sekresi FSH. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi ini, sekresi FSH

tidak selalu berhubungan dengan jumlah GnRH yang ada. GnRH memiliki

half-life yang sangat singkat dan tidak dijumpai dalam sirkulasi sistemik

Page 2: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

dalam jumlah yang signifikan. Untuk menstimulasi sekresi gonadotropin,

GnRH tampil secara pulsatil, suatu proses yang memfasilitasi half-lifenya

yang sangat pendek.

b. Gonadotropins : Luteinizing Hormone dan Follicle-StimulatingHormone

Kedua hormon ini merupakan hormon glikoprotein yang menyerupai TSH

dan hCG. Ke empat hormon ini memiliki sub unit alpha yang sama, tetapi

masing-masingnya memiliki subunit beta khas yang membedakan identitas

dan fungsi yang nyata. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan memicu

korpus luteum untuk mensintesis progesteron. FSH memicu pematangan

folikel di ovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar

c. Androgen

Androgen merupakan hormon steroid. Pada wanita, sejumlah kecil

testosteron dan dihydrotestosteron diproduksi oleh ovarium yang jika

muncul dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan efek

androgenik yang signifikan.

d. Estrogen

Meskipun tidak dibutuhkan untuk perkembangan karakteristik seksual

primer pada wanita, estrogen dibutuhkan untuk maturasi struktur saluran

reproduktif wanita, yaitu vagina, uterus dan tuba fallopi. Estrogen juga

menstimulasi perkembangan stromal dan duktal payudara, serta mengatur

distribusi lemak lemak tubuh  seperti yang terlihat pada wanita. Estrogen

juga menstimulasi pertumbuhan endometrial lining dan meningkatkan

produksi sekresi vagina dan mukus serviks.

Page 3: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

Estradiol adalah estrogen utama yang diproduksi oleh ovarium. LH dan

FSH menstimulasi produksi estradiol melalui aksi terkoordinasi sel-sel

theca dan granulosa. Kadar estradiol bervariasi secara nyata selama siklus

menstruasi.

e. Progesteron

Kadar sirkulasi progesteron yang signifikan ditemukan hanya pada waktu

setelah ovulasi. Progesteron dan komposisi sintetik sejenis, dikenal dengan

progestin, merangsang perubahan sekretorik pada endometrial lining.

Progesteron dapat sedikit meningkatkan temperatur tubuh.

f. Hormon lain

1). Inhibin merupakan hormon glikoprotein, sebagai hasil fungsi gonad,

yang mengatur sekresi dan produksi FSH.

2). Prostaglandin

3). Prolaktin

Siklus Menstruasi

Selama siklus menstruasi, endometrium mengalami perubahan histologis dan

sitologis serial yang akan mencapai kulminasi dengan menstruasi bila tidak terjadi

kehamilan. Perubahan siklik endometrium berdasarkan perubahan anatomis dan

fungsional glandula, vaskular, dan komponen stroma endometrium. Siklus ini

terjadi sebagai respon terhadap siklus hormonal ovarium.

Secara morfologi, endometrium dibagi menjadi 2 bagian, yaitu lapisan basal pada

1/3 bawah dan lapisan fungsional pada 2/3 atas. Lapisan fungsional berfungsi

Page 4: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

untuk menyiapkan implantasi blastokis, oleh karena itu lapisan tersebut

mengalami proliferasi, sekresi dan degenerasi. Lapisan basal berfungsi untuk

regenerasi endometrium setelah menstruasi.

1. Fase Proliferatif (Follicular, estrogenic)

Sebelum menstruasi selesai, telah dimulai restorasi epitel permukaan

lapisan    fungsional. Sel epitel dari kripta glandula dalam pada stratum basale

akan mengalami migrasi melalui ujung glandula yang terbuka dan akan

melapisi stroma yang masih telanjang hingga tertutup oleh lapisan epitel.

Proses ini disertai regenerasi dari pembuluh darah dan sel stroma. Selama

regenerasi hingga ovulasi, endometrium mengalami peningkatan ketebalan

hingga beberapa kali lipat. Pada endometrium didapatkan beberapa gambaran

mitosis di epitel, glandula dan stroma. Arteri spiralis akan mengalami

regenerasi hingga ke stratum fungsionalis dan bercabang-cabang dalam stroma.

Dengan pertumbuhan arteri spiralis hingga ke stratum fungsionalis maka

endometrium tampak lebih sembab dan kaya vascular. Glandula memanjang

dalam tunica propria dan awalnya berbentuk tubular secara bertahap akan lebih

berkelok-kelok. Glikogen mulai mengalami akumulasi dalam epitel glandula

dan adanya organela sitoplasmik seperti retikulum endoplasmik kasar dan

aparatus Golgi yang mengindikasikan peningkatan kapasitas sintesis. Fase ini

dipengaruhi hormon estrogen.

Page 5: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

2. Fase Sekretori (Luteal, Progestasional)

Fase sekretori berlangsung mulai dari saat ovulasi dan pembentukan

korpus luteum hingga menstruasi. Fase sekretori terutama dipengaruhi oleh

progesteron bersama dengan estrogen yang relatif masih tinggi pada fase ini.

Glandula pada fase sekretori sangat berkelok-kelok; lumen dari glandula

mengalami dilatasi, sakulasi dan terisi produk sekretori glikogen yang akan

berfungsi sebagai sumber nutrisi embrio. Akumulasi timbunan glikogen dalam

jumlah besar dalam sitoplasma basal sel glandula, akan mendesak nuklei lebih

ke apek sebelum inisiasi sekresi aktif.

Edema stroma akan menyebabkan peningkatan ketebalan endometrium hingga

5 mm. Arteri spiralis akan mengalami elongasi dan konvolusi dalam tunika

propria dan akan mencapai stroma yang tampak lebih kaya sel dan padat.

Progresi ini berlangung hingga hari ke 21 siklus menstruasi, pada saat itu

endometrium mencapai status sekretori penuh dan dapat mendukung implantasi

embrio.  

3. Fase Menstruasi (Menses)

Mendekati menstruasi, terjadi spasme arteri spiralis yang diperantarai

prostaglandin yang akan menurunkan suplai darah ke stratum fungsionalis

hingga 2/3 bagian. Sekresi lokal prostaglandin tersebut selain menyebabkan

spasme dan nekrosis iskemik, juga akan menyebabkan kontraksi uterus.  

Nekrotik yang terjadi dengan adanya pelepasan kontriksi yang terjadi secara

tiba-tiba akan menyebabkan ruptur pembuluh darah perifer dan darah keluar ke

Page 6: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

stroma dan lumen uterus. Setelah 3-4 hari maka seluruh lapisan fungsionalis

akan mengalami nekrosis dan akan lepas.

Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:

1. Siklus Endomentrium

Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase,

yaitu :

a. Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-

rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal

fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)

menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH

(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b. Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang

berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,

misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18

siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali

normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam

fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-

10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase

proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel

ovarium.

Page 7: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

c. Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari

sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,

endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai

ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi

kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

d. Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10

hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi,

korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut.

Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri

spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium

fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah

dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.

2. Siklus Ovulasi

Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat

pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing

hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder

dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel

primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam

ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum

terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang

Page 8: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai

berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak

aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon

estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus

luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan

fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

3. Siklus Hipofisis-hipotalamus

Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen

dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah

dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi

gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH

menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH

menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi

estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus

memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH).

LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28

hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini,

korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron

menurun, maka terjadi menstruasi.

Page 9: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

Siklus Menstruasi

Page 10: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

B. Fisiologi Reproduksi Laki-Laki

1. Hormon hormon pada Laki-laki

a. FSH (Follicle Stimulating Hormone)

FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan

berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan

spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.

b. LH (Luteinizing Hormone)

LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi

menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.

c. Testosteron

1) Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara

tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan

sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan

meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.

2) Testosteron bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki

terutama organ seks sekundernya.

  Efek hormon testoteron pada pria:

Sebelum lahir:

1) Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna

2) Mendorong penurunan testis ke skrotum

Efek reproduksi

1) Pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi

2) Penting dalam spermatogenesis

Page 11: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

d. Estrogen

Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.

Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang

mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam

cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk

pematangan sperma.

e. Hormon Pertumbuhan

Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi

metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan

pembelahan awal pada spermatogenesis.

2. Spermatogenesis

       Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi

spermatozoa. Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi

spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder.

       Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir

spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran

spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan

ekor.

Page 12: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx

DAFTAR PUSTAKA

Asna, Nurul. 2009. Study Kasus Pada Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Ditinjau Dari Perspektif Islami. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yoigyakarta. Skripsi

Heffner, Linda. 2008. Sistem Reproduksi. Jakarta. Erlangga

Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI.Fitramaya.Yogyakarta.

Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC. Jakarta.

Soetiarto, Farida. 2009. Hubungan Antara Recurrency Aphthae Stomatitis Dan Kadar Hormon Reproduksi Wanita. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 17, No 21.

Page 13: Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx