Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx
-
Upload
ilhamyuandoko -
Category
Documents
-
view
221 -
download
1
Transcript of Kelompok 1 (B. Nur Saudah).docx
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Siklus Hormonal Wanita
Dalam kehidupan wanita siklus hormonal merupakan sesuatu yang sangat
penting dan menentukan dalam reproduksi wanita. Siklus ini akan melibatkan
siklus ovarium dan siklus menstruasi. Ada 4 organ yang sangat berperan dalam
siklus hormonal wanita:
1. Hipotalamus
2. Hipofisis
3. Uterus
4. Ovarium
Hormon hormone dalam kehidupan wanita:
1. Hormon Reproduksi
a. Hypothalamic-Releasing Hormone : GnRH
Pelepasan GnRH dari hipothalamus dikontrol oleh beberapa faktor, yaitu
neurotransmiter norepinefrin (meningkatkan sekresi) dan dopamin
(menurunkan sekresi). Endorphin juga menurunkan pelepasan GnRH.
GnRH menstimulasi sekresi FSH dan LH. Sekresi LH dirangsang secara
terus menerus secara pulsatil oleh GnRH. Sekresi FSH juga dipengaruhi
oleh kadar hormon lainnya, seperti estrogen dan inhibin yang menghambat
sekresi FSH. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi ini, sekresi FSH
tidak selalu berhubungan dengan jumlah GnRH yang ada. GnRH memiliki
half-life yang sangat singkat dan tidak dijumpai dalam sirkulasi sistemik
dalam jumlah yang signifikan. Untuk menstimulasi sekresi gonadotropin,
GnRH tampil secara pulsatil, suatu proses yang memfasilitasi half-lifenya
yang sangat pendek.
b. Gonadotropins : Luteinizing Hormone dan Follicle-StimulatingHormone
Kedua hormon ini merupakan hormon glikoprotein yang menyerupai TSH
dan hCG. Ke empat hormon ini memiliki sub unit alpha yang sama, tetapi
masing-masingnya memiliki subunit beta khas yang membedakan identitas
dan fungsi yang nyata. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan memicu
korpus luteum untuk mensintesis progesteron. FSH memicu pematangan
folikel di ovarium, sehingga terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar
c. Androgen
Androgen merupakan hormon steroid. Pada wanita, sejumlah kecil
testosteron dan dihydrotestosteron diproduksi oleh ovarium yang jika
muncul dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan efek
androgenik yang signifikan.
d. Estrogen
Meskipun tidak dibutuhkan untuk perkembangan karakteristik seksual
primer pada wanita, estrogen dibutuhkan untuk maturasi struktur saluran
reproduktif wanita, yaitu vagina, uterus dan tuba fallopi. Estrogen juga
menstimulasi perkembangan stromal dan duktal payudara, serta mengatur
distribusi lemak lemak tubuh seperti yang terlihat pada wanita. Estrogen
juga menstimulasi pertumbuhan endometrial lining dan meningkatkan
produksi sekresi vagina dan mukus serviks.
Estradiol adalah estrogen utama yang diproduksi oleh ovarium. LH dan
FSH menstimulasi produksi estradiol melalui aksi terkoordinasi sel-sel
theca dan granulosa. Kadar estradiol bervariasi secara nyata selama siklus
menstruasi.
e. Progesteron
Kadar sirkulasi progesteron yang signifikan ditemukan hanya pada waktu
setelah ovulasi. Progesteron dan komposisi sintetik sejenis, dikenal dengan
progestin, merangsang perubahan sekretorik pada endometrial lining.
Progesteron dapat sedikit meningkatkan temperatur tubuh.
f. Hormon lain
1). Inhibin merupakan hormon glikoprotein, sebagai hasil fungsi gonad,
yang mengatur sekresi dan produksi FSH.
2). Prostaglandin
3). Prolaktin
Siklus Menstruasi
Selama siklus menstruasi, endometrium mengalami perubahan histologis dan
sitologis serial yang akan mencapai kulminasi dengan menstruasi bila tidak terjadi
kehamilan. Perubahan siklik endometrium berdasarkan perubahan anatomis dan
fungsional glandula, vaskular, dan komponen stroma endometrium. Siklus ini
terjadi sebagai respon terhadap siklus hormonal ovarium.
Secara morfologi, endometrium dibagi menjadi 2 bagian, yaitu lapisan basal pada
1/3 bawah dan lapisan fungsional pada 2/3 atas. Lapisan fungsional berfungsi
untuk menyiapkan implantasi blastokis, oleh karena itu lapisan tersebut
mengalami proliferasi, sekresi dan degenerasi. Lapisan basal berfungsi untuk
regenerasi endometrium setelah menstruasi.
1. Fase Proliferatif (Follicular, estrogenic)
Sebelum menstruasi selesai, telah dimulai restorasi epitel permukaan
lapisan fungsional. Sel epitel dari kripta glandula dalam pada stratum basale
akan mengalami migrasi melalui ujung glandula yang terbuka dan akan
melapisi stroma yang masih telanjang hingga tertutup oleh lapisan epitel.
Proses ini disertai regenerasi dari pembuluh darah dan sel stroma. Selama
regenerasi hingga ovulasi, endometrium mengalami peningkatan ketebalan
hingga beberapa kali lipat. Pada endometrium didapatkan beberapa gambaran
mitosis di epitel, glandula dan stroma. Arteri spiralis akan mengalami
regenerasi hingga ke stratum fungsionalis dan bercabang-cabang dalam stroma.
Dengan pertumbuhan arteri spiralis hingga ke stratum fungsionalis maka
endometrium tampak lebih sembab dan kaya vascular. Glandula memanjang
dalam tunica propria dan awalnya berbentuk tubular secara bertahap akan lebih
berkelok-kelok. Glikogen mulai mengalami akumulasi dalam epitel glandula
dan adanya organela sitoplasmik seperti retikulum endoplasmik kasar dan
aparatus Golgi yang mengindikasikan peningkatan kapasitas sintesis. Fase ini
dipengaruhi hormon estrogen.
2. Fase Sekretori (Luteal, Progestasional)
Fase sekretori berlangsung mulai dari saat ovulasi dan pembentukan
korpus luteum hingga menstruasi. Fase sekretori terutama dipengaruhi oleh
progesteron bersama dengan estrogen yang relatif masih tinggi pada fase ini.
Glandula pada fase sekretori sangat berkelok-kelok; lumen dari glandula
mengalami dilatasi, sakulasi dan terisi produk sekretori glikogen yang akan
berfungsi sebagai sumber nutrisi embrio. Akumulasi timbunan glikogen dalam
jumlah besar dalam sitoplasma basal sel glandula, akan mendesak nuklei lebih
ke apek sebelum inisiasi sekresi aktif.
Edema stroma akan menyebabkan peningkatan ketebalan endometrium hingga
5 mm. Arteri spiralis akan mengalami elongasi dan konvolusi dalam tunika
propria dan akan mencapai stroma yang tampak lebih kaya sel dan padat.
Progresi ini berlangung hingga hari ke 21 siklus menstruasi, pada saat itu
endometrium mencapai status sekretori penuh dan dapat mendukung implantasi
embrio.
3. Fase Menstruasi (Menses)
Mendekati menstruasi, terjadi spasme arteri spiralis yang diperantarai
prostaglandin yang akan menurunkan suplai darah ke stratum fungsionalis
hingga 2/3 bagian. Sekresi lokal prostaglandin tersebut selain menyebabkan
spasme dan nekrosis iskemik, juga akan menyebabkan kontraksi uterus.
Nekrotik yang terjadi dengan adanya pelepasan kontriksi yang terjadi secara
tiba-tiba akan menyebabkan ruptur pembuluh darah perifer dan darah keluar ke
stroma dan lumen uterus. Setelah 3-4 hari maka seluruh lapisan fungsionalis
akan mengalami nekrosis dan akan lepas.
Menurut Bobak (2004), ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Endomentrium
Siklus endometrium menurut Bobak (2004), terdiri dari empat fase,
yaitu :
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-
rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal
fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)
menurun atau pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH
(Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18
siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali
normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam
fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-
10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase
proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel
ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi,
endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai
ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi
kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10
hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi,
korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut.
Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium
fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah
dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai.
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing
hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder
dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel
primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai matur didalam
ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang
terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai
berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon
estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi implantasi, korpus
luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan
fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen
dan progesteron darah menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah
dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi
gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH
menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH
menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi
estrogennya. Kadar estrogen mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus
memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH).
LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28
hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum pada masa ini,
korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi.
Siklus Menstruasi
B. Fisiologi Reproduksi Laki-Laki
1. Hormon hormon pada Laki-laki
a. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan
berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan
spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi
menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron.
c. Testosteron
1) Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara
tubulus seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan
sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama pembelahan
meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
2) Testosteron bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki
terutama organ seks sekundernya.
Efek hormon testoteron pada pria:
Sebelum lahir:
1) Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
2) Mendorong penurunan testis ke skrotum
Efek reproduksi
1) Pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi
2) Penting dalam spermatogenesis
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH.
Sel-sel sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang
mengikat testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam
cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk
pematangan sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi
metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan
pembelahan awal pada spermatogenesis.
2. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi
spermatozoa. Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi
spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder.
Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir
spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran
spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan
ekor.
DAFTAR PUSTAKA
Asna, Nurul. 2009. Study Kasus Pada Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Ditinjau Dari Perspektif Islami. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yoigyakarta. Skripsi
Heffner, Linda. 2008. Sistem Reproduksi. Jakarta. Erlangga
Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI.Fitramaya.Yogyakarta.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. EGC. Jakarta.
Soetiarto, Farida. 2009. Hubungan Antara Recurrency Aphthae Stomatitis Dan Kadar Hormon Reproduksi Wanita. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 17, No 21.