Kelembagaan bank indonesia

33
KELEMBAGAAN BANK INDONESIA Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekonomi Moneter II Dosen Pengajar : Prof. Munawar Oleh Kelompok 7: Muhammad Rasyid. Ridho (135020101111012) Muhammad Irfan Nugroho (135020100111004) Fauzan Fikri (135020101111066)

Transcript of Kelembagaan bank indonesia

KELEMBAGAAN BANK INDONESIA Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekonomi Moneter II

Dosen Pengajar : Prof. Munawar

Oleh Kelompok 7:

Muhammad Rasyid. Ridho (135020101111012)Muhammad Irfan Nugroho (135020100111004)Fauzan Fikri (135020101111066)

Kelas AC/Semester 4

JURUSAN ILMU EKONOMI

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2014/2015

KELEMBAGAAN BANK INDONESIA

Pembahasan :

I. Organisasi Bank Indonesia

II. Perkembangan Kedudukan Bank Indonesia

III. Indenpendensi Bank Indonesia

IV. Akuntabilitas dan Transparasi BI

I. Organisasi di Bank Indonesia

Pada tahun 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda

sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-

Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan

fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral. Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang

Bank Sentral yang mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral,

terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Babak baru dalam sejarah

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya. dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang

Bank Indonesia. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu

lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari

campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain.

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan

tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini

mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta

kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia

didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya, yaitu:

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Stabilitas sistem keuangan.

Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi

perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan

mengawasi perbankan dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, tugas BI dalam mengatur

dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan pada aspek makroprudensial

sistem perbankan secara makro. BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak

untuk mengedarkan uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI

dipimpin oleh Dewan Gubernur.

VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS BANK INDONESIA

 

:: Visi

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan

nilai tukar yang stabil

 

:: Misi

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif  dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi

sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan

stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan

tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang

diamanatkan UU.

:: Nilai-Nilai Strategis

Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest –

Coordination and Teamwork

:: Sasaran Strategis

Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank

Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :

1. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran

2. Menjaga stabilitas nilai tukar

3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien

4. Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP

5. Mewujudkan keuangan  inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis

6. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar

7. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel 

8. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur, dan

governance

9. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten

10. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI

11. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK

Seperti sebuah lembaga lainnya, dalam menjalankan tugasnya Bank Indonesia juga

memiliki pimpinan. Pimpinanya pun berbeda dengan bank-bank pada umumnya dan

merupakan elemen yang penting dalam suatu kelembagaan. Menurut Undang-

Undang No.23 Tahun 1999 pimpinan Bank Indonesia disebut dengan Dewan Gubernur.

Dengan mengetahui tugas, wewenang, hak, dan tanggung jawab pimpinan suatu bank sentral,

dapat diketahui beberapa hal, antara lain seberapa besar wewenang anggota Dewan Gubernur

dalam melaksanakan tugasnya secara independen dalam rangka pencapaian tujuan Bank

Indonesia yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Gubernur

dengan Deputi Gubernur Senior sebagai wakil. Dewan Gubernur terdiri dari seorang

Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4 (empat) dan

sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur. Dewan Gubernur mempunyai masa

masa jabatan maksimum lima tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuk satu kali masa

jabatan .

Dalam pertanggungjawabannya, BI menerbitkan laporan ke publik, DPR , dan

diaudit oleh BPK.Dalam organisasinya, BI dipimpin oleh Dewan Gubernur. Struktur

organisasi BI:

Undang-Undang Bank Indonesia No. 23/1999 menuntut adanya akuntabilitas dan

transparansi dalam setiap pelaksanaan tugas, wewenang dan anggaran Bank Indonesia.

Akuntabilitas dan transparansi yang dituntut dari Bank Indonesia tersebut dimaksudkan agar

semua pihak yang berkepentingan dapat ikut melakukan pengawasan terhadap setiap langkah

kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, prinsip akutabilitas dan transparansi

diterapkan dengan cara menyampaikan informasi kepada masyarakat luas secara terbuka

melalui media massa, pada setiap awal tahun, mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan

moneter pada tahun sebelumnya, serta rencan kebijakan moneter dan penetapan sasaran-

sasaran moneter untuk tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara

tertulis kepada Presiden dan DPR.

Sejalan dengan fungsi pengawasan yang diemban oleh DPR, Bank Indonesia juga

diwajibkan untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan

wewenangnya kepada DPR setiap triwulan atau sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR.Demi

tercapainya transparansi di bidang anggaran, Bank Indonesia berkewajiban menyampaikan

anggaran tahunannya kepada DPR. Disamping itu, Laporan Keuangan Tahunan Bank

Indonesia juga disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diteliti dan

diumumkan kepada masyarakat melalui media massa.

Bank Indonesia juga diwajibkan menyusun neraca singkat mingguan yang

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Masih merupakan bagian dari

transparansi, Bank Indonesia secara berkala menerbitkan berbagai publikasi seperti Laporan

Mingguan, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bulanan, Tinjauan Kebijakan Moneter

Bulanan, Perkembangan Ekonomi dan Moneter Triwulanan, Laporan Triwulanan

Perkembangan Kebijakan Moneter, dan Laporan Tahunan.

Sementara itu Presiden bertugas mengusulkan dan mengangkat Gubernur dan Deputi

Gubernur Senior dengan mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

terlebih dahulu. Sedangkan Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh

Presiden setelah mendapatkan persetujuan dan telah melakukan fit and proper test, uji

kompetensi dan integritas dari DPR. Walaupun anggota Dewan Gubernur diangkat oleh

presiden akan tetapi Dewan Gubernur tidak dapat diberhentikan oleh Presiden kecuali

anggota Dewan Gubernur mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau terbukti melakukan

tindak pidana kejahatan. Dewan Gubernur juga tidak dapat dihukum karena telah mengambil

keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan tugas dan wewenangnya, sepanjang dilakukan

dengan itikad baik.

Seorang calon anggota Dewan Gubernur yang akan diusulkan oleh Presiden harus

mempunyai syarat:

1. Warga negara Indonesia, sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku

2. Memiliki akhlak dan moral yang tinggi, yang dapat dipercaya baik dalam

ucapan maupun tindakan.

3. Memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekonomi, keuangan,

perbankan, atau hukum, khususnya yang berkaitan dengan tugas bank

sentral.

Wewenang dari Dewan Gubernur sebagai pimpinan Bank Indonesia adalah

berwenang menetapkan kebijakan dalam melaksanakan tugas-tugasnya di bidang moneter,

sistem pembayaran dan perbankan. Disamping itu Dewan Gubernur juga mempunyai tugas

dan wewenang internal seperti dalam hal organisasi, kepegawaian, sistem penggajian,

penghargaan, pensiun, tunjangan hari tua dan penghasilan lainnya bagi pegawai Bank

Indonesia.

Organisasi Bank Indonesia dikelompokkan dalam 3 bidang utama yang

menggambarkan tugas-tugas pokoknya, yaitu Moneter, Perbankan, dan Sistem pembayaran.

Disamping itu, terdapat pula fungsi managemen intern sebagai unit pendukung strategis

(strategic support) untuk menjamin agar pelaksanaan tugas ketiga bidang utama dapat

berjalan lancar, efektif dan efisien. Dalam pelaksaan tugasnya, Bank Indonesia memiliki

jaringan kantor diseluruh Indonesia yang disebut dengan Kantor Bank Indonesia (KBI) dan

beberapa perwakilan diluar negeri yang disebut dengan Kantor Perwakilan (KPw).

Dewan Gubernur menyelenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebagai suatu

forum pengambilan keputusan tertinggi. Rapat Dewan Gubernur dilakukan sekurang-

kurangnya sekali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter, dan

sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu melakukan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan

moneter atau menetapkan kebijakan lain yang bersifat prinsipal dan strategis. Pengambilan

keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna mencapai mufakat. Apabila mufakat

tidak tercapai, Gubernur menetapkan keputusan akhir.

Dalam hubungannya dengan Presiden dan DPR, Bank Indonesia setiap awal tahun

anggaran menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter

dan rencana kebijakan moneter yang akan datang.

Sementara itu, organisasi Bank Indonesia sendiri secara keseluruhan terdiri dari 25

direktorat/biro, 37 Kantor Bank Indonesia yang tersebar diseluruh wilayah RI, dan 4 Kantor

perwakilan yang terdapat di New York, London, Tokyo, dan Singapura.

Struktur Bank Indonesia tersebuat terus mangalami penyempurnaan agar dapat

menjalankan tugasnya dengan baik dalam dinamika perekonomian Nasional dan

Internasional. Kedepan arsitektur organisasi Bank Indonesia diarahkan pada dua fokus tugas

utama, yaitu Stabilitas Moneter (Monetary Stability) dan Stabilitas Sistem Keuangan

(Finance System Stability).

HUBUNGAN BANK INDONESIA DENGAN BANK UMUM

Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Tetapi lepas dari itu Bank Umum merupakan suatu lembaga profit yang

tujuan utamanya adalah mencari keuntungan. Bank umum menawarkan berbagai layanan

produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti menghimpun dana secara langsung

dari masyarakat dalam berbagai bentuk, memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang

membutuhkan, jual beli valuta asing / valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek,

menerima penitipan barang berharga, dan lain sebagainya.

Yang membedakan Bank Umum dengan Bank Sentral adalah Bank Sentral dapat

menerbitkan Uang Kartal sedangkan Bank Umum hanya dapat menerbitkan Uang Giral.

Peran Bank Sentral terhadap Bank Umum, antara lain :

1. Menetapkan Ketentuan dan Regulasi Perbankan yang memuat prinsip kehati-

hatian.

2. Memberikan dan mencabut izin usaha Bank

3. Memberikan izin pembukaan, penutupan, dan Pemindahan kantor Bank

4. Memberikan izin atas kepemilikan dan kepengurusan Bank

5. Memberikan izin kepada Bank untuk menjalakan kegiatan tertentu

6. Mewajibkan Bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan

sesuai dengan tata cara yang ditetapkan BI

7. Memajukan perkembangan yang sehat dari urusan kredit dan perbankan.

8. Mengadakan pengawasan terhadap urusan kredit.

9. Membina dan mengawasi perbankan.

10. Meminta laporan dan mengadakan pemeriksaan aktivitas bank-bank.

II. Perkembangan Kedudukan Bank Indonesia

Sebelum Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki bank sentral seperti sekarang

ini, pada saat itu fungsi bank sentral hanya terbatas sebagai bank sirkulasi. Tugas sebagai

bank sirkulasi dilaksanakan oleh De Javasche Bank NV yang telah diberi hak oktrooi (1827),

yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah belanda untuk mencetak dan mengedarkan uang

gulden belanda.

Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, sebagaimana tertuang dalam

penjelasan bab VII pasal 23 UUD 1945 bahwasanya akan segera dibentuk sebuah bank yang

disebut bank Indonesia dengan tugas mengeluarkan dan mengatur peredaran uang kertas.

Berkaitan dengan hal tesebut, pada tanggal 19 september 1945 dalam siding dewan menteri,

pemerintah Indonesia mengambil keputusan untuk mendirikan satu bank sirkulasi berbentuk

bank milik Negara. Langkah pertama, dibentuk yayasan dengan nama “pusat Bank

Indonesia” yang selanjutnya yayasan tersebut merupakan asal mula berdirinya Bank Negara

Indonesia (BNI).

Dalam perkembanganya, pada tanggal 6 desember 1951 pemerintah mengeluarkan

undang-undang nasionalisasi De Javasche Bank. Selanjutnya pada 1 juli 1953 dikeluarkan

UU No. 11 tahun 1953 tentang pokok Bank Indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet

tahun 1922. Mulai saat itu lahirlah satu bank sentral di Indonesia yang diberi nama Bank

Indonesia. Sejak keberadaannya tugas pokok bank Indonesia selain menjaga stabilitas

moneter, mengedarkan uang, dan mengembangkan sistem perbankan, juga masih tetap

melaksanakan beberapa fungsi sebagaimana dilakukan oleh bank komersial. Namun,

kebijakan moneter berada di tangan pemerintah melalui pembentukan Dewan Moneter yang

tugasnya menentukan kebijakan moneter yang harus dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

Kesemuanya ini mencerminkan bahwa kedudukan Bank Indonesia saat itu masih merupakan

bagian dari pemerintah.

Menyadari bahwa peran ganda dari Bank Indonesia mengakibatkan kurang sehatnya

perkembangan moneter bagi perekonomian, maka pada tahun 1968 dikeluarkan UU No.13

tahun 1968 tentang Bank Indonesia. Dalam UU tersebut, Bank Indonesia tidak lagi berfungsi

sebagai ganda karena beberapa fungsi sebagaimana dilakukan bank komersial dihapuskan.

Namun, misi bank Indonesia sebagai agen pembangunan masih melekat. Tugas bank

Indonesia sebagai agen pembangunan tercermin pada tugas pokoknya yaitu pertama

mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai rupiah dan kedua mendorong kelancaran

produksi dan pembangunan, serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf

hidup rakyat.

Pada tanggal 17 Mei 1999, diberlakukan UU No.23 Tahun 1999 sebagai pengganti

UU No.13/1968. dengan diberlakukanya UU tersebut maka bank Indonesia memiliki status

dan kedudukan sebagai bank sentral yang independen dan bebas dari campur tangan pihak

luar termasuk pemerintah. Dengan status dan kedudukan tersebut Bank Indonesia sebagai

bank sentral mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas

dan wewenangnya. Pihak di luar Bank Indonesia tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan

tugas Bank Indonesia. Pada saat yang sama, Bank Indonesia berkewajiban untuk menolak

atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apa pun dan dari pihak manapun.

Kemudian, berdasarkan UU No.23 Tahun 1999 tersebut Bank Indonesia dinyatakan

sebagai badan hukum. Dengan status tersebut Bank Indonesia berkewenangan untuk

melakukan perbuatan hukum termasuk mengelola kekayaannya sendiri. Selain itu, Bank

Indonesia juga berwenang membuat peraturan yang mengikat masyarakat luas sesuai dengan

tugas dan kewenangannya .

Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum

perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia

berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari

undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan

wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas

nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan (www.bi.go.id).

Bank Indonesia

Presiden

Kepala Pemerintahan

DPR

Kepala Negara

MABPK

MPR

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa kedudukan Bank Indonesia selaku

lembaga Negara yang independen tidak sejajar dengan lembaga tinggi Negara, seperti DPR,

BPK dan MA. Kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan departemen, karena

kedudukan Bank Indonesia berada di luar pemerintahan. Status dan kedudukan yang khusus

tersebut diperlukan Bank Indonesia agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai

otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Meskipun Bank Indonesia sebagai lembaga

yang independen, dalam melaksanakan tugasnya tentu mempunyai hubungan kerja dan

koordinasi yang baik dengan DPR, BPK, pemerintah dan pihak lainya.

Dalam hubungannya dengan pemerintah dan DPR, Bank Indonesia setiap awal tahun

anggaran menyampaikan informasi tertulis mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan moneter

dan rencana kebijakan moneter yang akan dating. Khusu kepada DPR, Bank Indonesia wajib

menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan wewenang setiap triwulan dan

sewaktu-waktu bila diminta oleh DPR. Selain itu, Bank Indonesia menyampaikan rencana

dan realisasi anggaran tahunan kepada pemerintah dan DPR. Dalam hubungannya dengan

BPK, Bank Indonesia wajib menyampaikan laporan keungan tahunan kepada BPK.

Tujuan Pokok Bank Indonesia

Sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan secara tegas

bahwa tujuan atau target dari Bank Indonesia yang independen yaitu memelihara kestabilan

nilai rupiah dengan menggunakan instrumen kebijakan yang ditetapkan. Kestabilan rupiah

dalam undang-undang tersebut adalah kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang

diukur berdasarkan pada perkembangan laju inflasi, serta terhadap mata uang Negara lain

yang diukur berdasarkan pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara

lain.

Penetapan inflasi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter oleh Bank Indonesia

didasarkan atas beberapa pertimbangan. Pertama, bukti-bukti nyata menunjukan banhwa

dalam jangka panjang kebijakan moneter hanya dapat mempengaruhi tingkat inflasi dan tidak

dapat mempengaruhi variable riil. Kedua, pencapaian tingkat inflasi yang rendah merupakan

prasyarat bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketiga, dengan

ditetapkannya inflasi sebagai sasaran tunggal, sasaran tersebut akan menjadi dasar acuan

dalam perumusan kebijakan moneter, sehingga tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia

akan lebih transparan dan mudah diukur.

Tugas Pokok Bank Indonesia

Didalam UU No.23 Tahun 1999 terdapat tiga tugas utama Bank Indonesia dalam

rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan, tiga tugas utama tersebut meliputi :

1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi bank

Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter

Sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999 sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara

kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju inflasi yang ingin dicapai

dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam jangka pendek,

menengah, maupun panjang. Implementasi kebijakan moneter dilakukan dengan menetapkan

suku bunga (BI Rate).

Perkembangan indikator tersebut dikendalikan melalui piranti moneter tidak

langsung, yaitu menggunakan operasi pasar terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan

penetapan cadangan wajib minimum bagi perbankan. Pendekatan pegendalian moneter secara

tidak langsung ini telah dilakukan sejak 1983 dengan mekanisme operasional yang

disesuaikan dengan dinamika perkembangan pasar uang di dalam negeri (www.bi.go.id).

Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran

Sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, salah

satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Di

bidang sistem pembayaran Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang

untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan

memusnahkan uang dari peredaran. Disisi lain dalam rangka mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran Bank Indonesia berwenang melaksanakan, memberi

persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran seperti sistem

transfer dana baik yang bersifat real time, sistem kliring maupun sistem pembayaran lainnya

misalnya sistem pembayaran berbasis kartu.

Untuk mewujudkan suatu sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal,

Bank Indonesia secara terus menerus melakukan pengembangan sesuai dengan acuan yang

ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional. Pengembangan tersebut

direalisasikan dalam bentuk kebijakan dan ketentuan yang diarahkan pada pengurangan risiko

pembayaran antar bank dan peningkatan efisiensi pelayanan jasa sistem pembayaran.

Pada sistem pembayaran non tunai, saat ini penyediaan layanan jasa pembayaran

sebagian besar dilakukan oleh perbankan baik melalui rekening bank di Bank Indonesia,

hubungan bilateral antar bank maupun melalui jaringan internal bank yang dimilikinya.

Layanan pembayaran dana antar nasabah tersebut biasanya dilakukan melalui transfer

elektronik, sistem kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

(BI-RTGS). Dari sisi piranti pembayaran, secara historis sistem pembayaran non tunai di

Indonesia didominasi oleh piranti pembayaran berbasis warkat, namun dalam

perkembangannya piranti elektronik mulai banyak berperan terutama sejak dioperasikannya

sistem BI-RTGS pada bulan November untuk penyelesaian transaksi bernilai besar atau

urgent (www.bi.go.id).

Sementara itu dalam kaitannya dengan pengawasan sistem pembayaran, Bank

Indonesia memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem

pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman. Fungsi pengawasan sistem pembayaran ini

selain berwenang untuk memberikan izin operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan

kegiatan di bidang sistem pembayaran juga berwenang untuk melakukan pengawasan

terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik yang dilakukan oleh Bank Indonesia

maupun pihak lain di luar Bank Indonesia.

Mengatur dan Mengawasi Bank

Pengaturan dan pengawasan bank merupakan salah satu tugas yang penting

khususnya dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat. Pada akhirnya ketika

sistem perbankan sehat maka akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter.

Dalam kaitanya dengan tugas pengawasan bank ini, berdasarkan undang-undang,

Bank Indonesia diberi wewenang mengatur dan mengawasi bank yang meliputi :

1) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank.

2) Menetapkan peraturan di bidang perbankan.

3) Melakukan pengawasan bank baik secara langsung maupun tidak langsung.

4) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai ketentuan perundangan.

III. INDEPENDENSI BANK INDONESIA

Independensi merupakaan salah satu faktor penting dalam pencapaian tujuan akhir

suatu bank sentral (Seri Kebanksentralan Vol 5). David Ricardo (1824) menganjurkan adanya

otonomi bank sentral dan menganjurkan pula agar bank sentral tidak membiayai defisit

anggaran belanja pemerintah. Independensi bank sentral masih diperdebatkan kebaikan dan

keburukannya karena sering berhubungan dengan perkembangan maupun kinerja lembaga

tersebut.

Independensi didefinisikan sebagai kebebasa dari pengaruh, intruksi/pengarahan, atau

kontrol dari pihak lain. Menurut Meyer(2000) yang dikutip dari Seri Kebanksentralan Vol 5

independensi adalah kebebasan dari pengaruh, intruksi/pengarahan, atau kontrol, baik dari

badan eksekutif maupun dari badan legislatif. Sementara itu menurut Fraser (1994) yang

dikutip dari Seri Kebanksentralan Vol 5 mendefinisikan independensi bank sentral sebagai

kebabasan bank sentral untuk dapat melaksanakan kebijakan moneternya yang bebas dari

pertimbangan-pertimbangan politik.

Independensi bank sentral dikategorikan berbeda-beda oleh beberapa ahli, menurut

Fraser(1994) dan Meyer(2000) yang dikutip dari Seri Kebanksentralan Vol 5 :

1. Goal independence artinya bank sentral menetepkan sendiri tujuan-tujuan yang akan

dicapai

2. Instrument independence yaitu bank sentral memiliki ruang lingkup/wewenang yang

cukup dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Grili (1991) dan Elgie(1995) yang dikutip dari Seri Kebanksentralan Vol 5 :

1. Political independence berarti kemampuan bank sentral untuk menetapkan tujuan atau

keputusan kebijakannya yang bebas dari pengaruh pemerintah.

2. Economic Independence yaitu kemampuan bank sentral untuk menggunakan semua

instrumen kebijakan moneter yang tersedia secara bebas, tanpa batasan-batasan dari

pemerintah untuk mencapai tujuannya.

Menurut Baka(19954-1995) yang dikutip dari Seri Kebanksentralan Vol 5 :

1. Instutional Independence berarti posisi bank sentral dalam pemerintah dan prosedur

dalam mengangkat dan memberhentikan pimpinan bank sentral.

2. Functional independence berarti kekuasaan dan kapasistas bank sentral dalam ranngka

menetapkan dan emnerapkan kebijakan moneter dan otonomi dalam fungsi-fungsi

lainnya.

3. Financial independence berarti bank sentral memiliki kontrol penuh dakan

mengakumulasi dan mendistribusi sumber daya finansialnya tanpa pengaruh luar.

Mboweni(2000) yang dikutip dari Seri Kebanksentralan Vol 5 :

1. Functional independence berarti hak memutusakan segala hal yang berkaitan dengan

kebijakan moneter dan kestabilan harga.

2. Personal independence meliputi pemilihan dan pengangkatan anggota Dewan

Gubernur dengan kompetensi profesional tinggi dan tanpa kewajiban untuk condong

pada tekanan-tekanan politik atau lainnya.

3. Instrumental independence berarti bank sentral memiliki kontrol terhadap instrumen-

instrumen yang mempengaruhi proses inflasi, termasuk larangan pembiayaan lansung

defisit pemerintah.

4. Financial independence yang memberi hak kepada bank sentral untuk memiliki akses

sendiri terhadap sumber finansial yang cukup dan memiliki kontrol penuh terhadap

anggarannya sendiri.

Dari gabungan beberapa pendekatan di atas independensi dapat dibedakan ke dalam 3 aspek

yaitu :

1. Goal independence berarti pemerintah tidak memiliki pengaruh langsung dalam

penetapan tujuan-tujuan kebijakan moneter.

2. Instrument independence berarti bank sentral memiliki wewenang untuk menetapkan

sendiri target-target operasionalnya tanpa pengaruh dari pemerintah. Insyrumen

independence ini meliputi pengendalian suku bunga jangka pendek dan nilai tukar

serta larangan pembelian kredit terhadap pemerintah.

3. Personal independence berarti badan pembuat kebijakan memiliki wewenang untuk

menolak campur tangan pemerintah. Meliputi masa jabatan, jumlah anggota, dan

masa jabatan berjenjang dari anggota badan pembuat kebijakan tingkat keragaman

lembaga yang terkait dalam proses pengangkatan anggota badan pembuat kebijakan

serta status hukum khusus UU bank sentral.

“pendapat tentang baik atau buruknya independensi dikutip dari seri kebanksentralan no 5

tentang kelembagaan BI”

Pendapat tentang independensi Bank Sentral

Pendapat yang meyakini manfaat independensi antara lain didasarkan pada hasil studi yaitu :

1) Sejumlah studi telah membuktikan bahwa semakin besar independensi bank sentral

semakin rendah dan stabil inflasi sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

dalam jangka panjang.

2) Sejumlah studi telah membuktikan bahwa semakin besar independensi bank sentral,

semakin kecil defisit anggaran belanja dalam jangka panjang. Hal ini karena adanya

pemisahan wewenang antara pencetakan dan pembelanjaan uang.

Pendapat yang tidak meyakini adanya manfaat independensi bank sentral :

1. Walaupun terdapat keterkaitan antara independensi dan rendahnya laju inflasi, tidak

berarti semakin independen suatu bank sentral inflasi yang rendah dapat dicapai.

2. Kebijakan moneter merupakan bagian dari kebijakan ekonomi secara keseluruhan

sehingga tidak adanya artinya untuk memisahkan kebijakan fiskal, moneter,

ketenagakerjaan, perdagangan, atau kebijakan lainnya.

3. Apabila pejabat bank sentral tidak dipilih secara demokratis maka keputusan

mengenai suku bunga, nilai tukar, inflasi, dan hal-hal moenetr lainnya tidak mewakili

kepentingan masyarakat pada umunya. Dengan kondisi tersebut independensi dapat

mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan wewenang.

“penggolongan independensi menurut UU No.23 Tahun 1999 dikutip dari seri

kebanksentralan no 5 tentang kelembagaan BI”

Independensi Bank Indonesia menurut UU No. 23 Tahun 1999

1. Goal Independence

Tujuan BI telah ditetapkan dalamUU yaitu mencapai dan memelihara kesetabilan nilai

rupiah(tanpa penetapan rentang waktu secara spesifik).

2. Instrumen Independence

BI sesuai dengan UU memiliki wewenang untuk menetapkan sendiri target-target

operasionalnya tanpa pengaruh dari pemerintah. BI memiliki wewenang penuh dalam

menetapkan suku bunga jangka pendek tanpa pengaruh dari pemerintah.

3. Personal Independence

Sesuai dengan UU, pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank

Indonesia(Dewan Gubernur) dan Bank Indonesia(dewan gubernur) juga berkewajiban

untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dan dar pihak

manapun juga.

“penggolongan independensi menurut UU No.3 tahun 2004 dikutip dari economic-

holic.blogspot.com”

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, Bank Indonesia memiliki

lima indepensi, yaitu:

1.   Independensi Kelembagaan (Institutional Independence)

Bank Indonesia adalah lembaga negara yang bebas dari campur tangan pemerintah dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya.

2.   Independensi Sasaran Akhir (Goal Independence)

Bank Indonesia dalam menetapkan sasaran akhir kebijakan moneter yaitu sasaran inflasi

mempunyai tingkat independensi yang rendah, karena harus berkoordinasi dengan

pemerintah.

3.   Independensi Instrumen (Instrument Independence)

Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menetapkan sendiri sasaran-sasaran moneter

dan melaksanakan pengendalian moneter dengan menggunakan berbagai instrumen moneter

yang lazim digunakan.

4.   Independensi Personal (Personal Independence)

Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam

bentuk apa pun dan dari pihak manapun.

5.    Independensi Keuangan (Financial Independence)

Dewan Gubernur berwenang menetapkan anggaran tahunan Bank Indonesia yang meliputi

anggaran kegiatan operasional, anggaran kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta

pengaturan dan pengawasan perbankan.

IV. Akuntabilitas dan Transparasi

Agar kebijakan moneter dapat berkerja secara efektif, komunikasi yang terbuka antara Bank

Indonesia dengan masyarakat sangat dibutuhkan. Oleh karenanya, kebijakan moneter Bank

Indonesia senantiasa dikomunikasikan secara transparan kepada masyarakat. Komunikasi

tersebut juga sebagai bagian dari akuntabilitas kebijakan moneter dan berperan dalam

membantu pembentukan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi ke depan. Melalui

komunikasi, Bank Indonesia mengajak masyarakat untuk memandang dan membentuk

tingkat inflasi ke depan sebagaimana yang diitetapkan dalam sasaran yang diumumkan. Oleh

karenanya, komunikasi kebijakan moneter dilakukan dengan terus menerus memuat

pengumuman dan penjelasan tentang sasaran inflasi ke depan, analisis Bank Indonesia

terhadap perekonomian, kerangka kerja, dan langkah-langkah kebijakan moneter yang telah

dan akan ditempuh, jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG), serta hal-hal lain yang ditetapkan

oleh Dewan Gubernur.

Komunikasi kebijakan moneter dilakukan dalam bentuk siaran pers, konferensi pers setelah

Rapat Dewan Gubernur, publikasi Tinjauan/Laporan Kebijakan Moneter yang memuat latar

belakang pengambilan keputusan,  maupun penjelasan langsung kepada masyarakat luas,

media massa, pelaku ekonomi, analis pasar dan akademisi.

Media komunikasi Kebijakan Moneter Bank Indonesia dalam bentuk publikasi :

a. Tinjauan Kebijakan Moneter 

b. Laporan Perekonomi Indonesia 

c. Laporan Triwulanan DPR RI 

d. Siaran Pers Kebijakan Moneter

Bank Indonesia secara reguler menyampaikan pertanggung-jawaban pelaksanaan kebijakan

moneter kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai bentuk akuntabilitas Bank

Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang telah ditetapkan dalam Undang-

Undang. Pertanggung-jawaban kebijakan moneter dilakukan dengan penyampaian secara

tertulis maupun penjelasan langsung atas pelaksanaan Kebijakan Moneter secara triwulanan

dan aspek-aspek tertentu kebijakan moneter yang dipandang perlu. Selain itu Laporan

Pertanggungjawaban Pelaksanan Kebijakan tersebut disampaikan pula kepada Pemerintah

dan masyarakat luas untuk transparansi dan koordinasi.

Dalam hal sasaran inflasi untuk suatu tahun tidak tercapai, maka Bank Indonesia

menyampaikan penjelasan kepada Pemerintah sebagai bahan penjelasan Pemerintah bersama

Bank Indonesia secara terbuka kepada DPR dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Seri kebanksentralan No. 5 Kelembagaan Bank Indonesia

www.bi.go.id

www.ekonomi-holic.blogspot.com

Profil Penulis

Nama : Muhammad Irfan Nugroho

TTL : Malang, 30 Agustus 1995

Alamat : Jl. Raya Mangunrejo No. 231 Kepanjen Malang

Jurusan : Ilmu Ekonomi

Prodi : Ekonomi Pembangunan

Angkatan : 2013

Nama : Fauzan Fikri

TTL : Indramayu, 23 Februari 1995

Alamat : Jl. Watugong No. 17 F

Jurusan : Ilmu Ekonomi

Prodi : Ekonomi Pembangunan

Angkatan : 2013

Nama : Muhammad Rasyid Ridho

TTL : Sidoarjo, 6 November 1994

Alamat : Jl. Borobudur 4/25 Blimbing, Malang

Jurusan : Ilmu Ekonomi

Prodi : Ekonomi Pembangunan

Angkatan : 2013