kelelahan dalam bekerja

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah fatigue atau kelelahan dipakai untuk menggambarkan berbagai kondisi yang sangat bervariasi yang semuanya berakibat penurunan kapasitas dan ketahanan kerja. Konsep kelelahan yang sudah dikenal saat ini membedakan atas dua jenis kelelahan yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum atau general fatigue. Kelelahan otot terjadi apabila otot yang beraktifitas tidak lagi dapat berespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi kelelahan yang dirasakan secara umum oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam melakukan aktifitas, kehilangan keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun mental, merasa berat, ngantuk dan letih. Kelelahan umum dapat diakibatkan oleh efek dari berbagai stress berupa monotony, intensitas atau durasi dari beban kerja mental atau mental dan fisik, iklim lingkungan termasuk penerangan dan kebisingan, penyebab mental berupa tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik, penyakit dan perasaan sakit dan faktor nutrisi yang dialami sepanjang hari kerja berakumulasi pada organisme

description

kelelahan dalam bekerja

Transcript of kelelahan dalam bekerja

Page 1: kelelahan dalam bekerja

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah fatigue atau kelelahan dipakai untuk menggambarkan berbagai kondisi yang

sangat bervariasi yang semuanya berakibat penurunan kapasitas dan ketahanan kerja.

Konsep kelelahan yang sudah dikenal saat ini membedakan atas dua jenis kelelahan

yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum atau general fatigue. Kelelahan otot terjadi

apabila otot yang beraktifitas tidak lagi dapat berespon terhadap rangsangan dengan

tingkat aktivitas kontraktil yang setara. Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi

kelelahan yang dirasakan secara umum oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam

melakukan aktifitas, kehilangan keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun

mental, merasa berat, ngantuk dan letih. Kelelahan umum dapat diakibatkan oleh efek

dari berbagai stress berupa monotony, intensitas atau durasi dari beban kerja mental

atau mental dan fisik, iklim lingkungan termasuk penerangan dan kebisingan,

penyebab mental berupa tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik-konflik, penyakit

dan perasaan sakit dan faktor nutrisi yang dialami sepanjang hari kerja berakumulasi

pada organisme dan secara bertahap meningkatkan perasaan lelah dimana perasaan

lelah ini merupakan keadaan yang dapat dihilangkan dengan berbaring dan istirahat.

Dengan demikian kelelahan akibat kerja memiliki arti yaitu suatu pertahanan atau

perlindungan dari tubuh seseorang yang dirasakan secara objektif yang terjadi akibat

kerja fisik atau mental yang secara terus menerus sehingga menyebabkan

ketidaknyamanan pada individu, hilangnya efisiensi dan penurunan produktivitas.

Tipe-tipe Kelelahan Akibat Kerja ada beberapa pendapat mengenai tipe kelelahan

akibat kerja, menyatakan ada empat tipe kelelahan yakni:

a. Kelelahan otot (muscular fatigue), disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan

tenaga fisik yang banyak dan berlangsung lama. Tipe ini berhubungan dengan

Page 2: kelelahan dalam bekerja

perubahan biokimia tubuh dan dirasakan individu dalam bentuk sakit yang akut pada

otot. Kelelahan ini dapat dikurangi dengan mendesain prosedur kerja baru yang

melindungi individu dari pekerjaan yang terlalu berat, misalnya dengan mendesain

ulang peralatan atau penemuan alat-alat baru serta melakukan sikap kerja yang lebih

efisien.

b. Kelelahan mental (mental fatigue), berhubungan dengan aktivitas kerja yang

monoton. Kelelahan ini dapat membuat individu kehilangan kendali akan pikiran dan

perasaan, individu menjadi kurang ramah dalam berinteraksi dengan orang lain,

pikiran dan perasaan yang seharusnya ditekan karena dapat menimbulkan konflik

dengan individu lain menjadi lebih mudah diungkapkan. Kelelahan ini diatasi dengan

mendesain ulang pekerjaan sehingga membuat karyawan lebih bersemangat dan

tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan.

c. Kelelahan emosional (emotional fatigue), dihasilkan dari stres yang hebat dan

umumnya ditandai dengan kebosanan. Kelelahan ini berasal dari faktor-faktor luar di

tempat kerja, perusahaan dapat mengatasi kelelahan ini dengan memberikan

pelayanan konseling bagi karyawan agar kelelahan emosional yang dirasakan

karyawan dapat teratasi dan performansi kerja karyawan meningkat.

d. Kelelahan ketrampilan (skills fatigue), berhubungan dengan menurunnya perhatian

pada tugas-tugas tertentu seperti tugas pilot atau pengontrol lalu lintas udara. Pada

kelelahan tipe ini standar akurasi dan penampilan kerja menurun secara progresif.

Penurunan ini diperkirakan menjadi penyebab utama terjadinya kecelakaan mobil dan

pesawat terbang, sehingga karyawan harus selalu diawasi dan diupayakan agar

terhindar dari kelelahan ini dengan pemberian waktu istirahat yang cukup. Menurut

Schultz & Schultz (2001, h. 312) ahli-ahli di bidang psikologi membagi kelelahan

akibat kerja dalam dua tipe yakni kelelahan fisiologis yang disebabkan oleh kerja otot

yang berlebihan dan kelelahan secara psikis, yang mirip dengan kebosanan.

2.2 Tujuan

Page 3: kelelahan dalam bekerja

1. Mengetahui gambaran umum fatigue pada pekerja

2. Mengetahui proses tejadinya fatigue pada pekerja

3. Hal apa saja yang bisa menyebabkan fatigue pada pekerja

4. mengetahui dampak fatigue pada pekerja

2.3 Manfaat

Di harapkan makalah ini dapat memeberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

mahasiswa peminatan k3 khususnya dan bagi mahasiswa pada umumnya.

Page 4: kelelahan dalam bekerja

BAB II

ISI

1.1. PENGERTIAN KELELAHAN (FATIGUE)

Kelelahan (fatigue) adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susuna syaraf pusat terdapat

sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat parasimpatis). Istilah

kelelahan biasanya menunjukan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu,

tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi an penurunan kapasitas

kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu

kelelahan otot dan kelelahan umum, seperti dililustrasikan pada Gambar 8.1

tentang toxonomi kelelahan. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot

atau persaan nyeri pada otot. Sedang kelelahan umum biasanya ditandai dengan

berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni,

intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan,seba-sebab mental, status

kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean,1993).

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yangn sangat ringan sampai

perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir

jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik

maksimal. (Astrand & Rodahl, 1997 dan Pulat, 1992).

Page 5: kelelahan dalam bekerja

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia

dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum

menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan

energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai peneyebab hilangnya efisiensi

otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab

sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaska bahwa perubahan kimia

hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjai mengakibatkan

dihantarkannya rangsangan syaraf melaui syaraf sensoris ke otak yang didasari

sebagai kelelahan otot. Rangsangan eferen ini menghambat pusat-[usat otak dalm

mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf

menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan

dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.

Page 6: kelelahan dalam bekerja

Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukan semakin

lelah kondisi otot seseorang.

1.2. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KELELAHAN KERJA

Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di

industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan

dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the

stress). Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode

istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.

Kelelahan yangn disebabkan oleh karena kerja stastis berbeda dengan kerja

dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan

maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit, sedangkan pada pengerahan

tenagan <20% keja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga

otot stastis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika

pembebananan berlangsungn sepanjang hari. Astrand dan Rodahl (1977)

berpendapat bahwa kerja dapat dipertahankan beberapa jam per hari tanpa gejala

kelelahan jika tenaga dikerahkan tidak melebihi 8% dari maksimum tenaga otot.

Lebih lanjut Suma’mur (1982), Grandjean (1993), juga menyatakan bahwa kerja

otot stastis merupakan kerja berat (strenous), kemudian mereka membandingkan

antara kerja otot stastis dan dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot

statis mempunyai konsumsi energi lebih tinggi, denyut nadi meningkat, dan

diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.

Waters dan Bhattacharya (1996), berpendapat agak lain, bahwa kontraksi otot

baik stastis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat.

Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot

terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang

dikembangkan oleh otot sebagai suatu prosentase tenaga maksimum yang dapat

dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan

Page 7: kelelahan dalam bekerja

aktivitas melamoaui kaopasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka

konsentrasi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan. Sedangkan

Aanis dan McConville (1996) berpendapat bahwa saat kebutuhan metabolisme

dinamis dan aktivitas melampaui kapasitas energi yangn dihasilkan oleh tenaga

kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan

terjadi. Kemudian mereka merekomendasikan bahwa, penggunaan energi tidak

melebihi 50% dari tenaga aerobik maksimum untuk kerja 1 jam, 40% untuk kerja

2 jam dan 33% untuk kerja 8 jam terus-menerus. Nilai tersebut di desain untuk

mencegah kelelahan yang dipercaya dapat meningkatkan resiko cidera otot

skeletal pada tenaga kerja.

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikap kerja yang

bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang dinamis. Hal ini dapat dilakukan

dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebig bervariasi

atau dinamis, sehingga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjaln normal ke seluru

anggota tubuh. Sedangkan untuk menilai tinnglkat kelelahan seseorang dapat

dilakukan pengukuran kelelahan secara tidak langsung baik secara objektif

maupun subjektif.

1.3 Proses Terjadinya Fatigue

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori kimia dan

teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia secara umum

menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi

dan meningkatnya metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedang

perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan

pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan

penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarnya

rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai

kelelahan. Sehingga menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan

sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang.

Page 8: kelelahan dalam bekerja

Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan

kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan

demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lemah

kondisi otot seseorang.

Kelelahan setempat terjadi pada waktu ketahanan (endurance time) otot

terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang

dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum yang dapat

dicapai oleh otot. Bedasarkan proses yang terjadi di dalam otot, kelelahan

disebabkan menjadi kelelahan otot secara umum. Kelelahan otot secara umum

ditandai dengan :

1. Kemampuan otot kurang (kurang otot menjadi pendek).

2. Waktu kontraksi dan relaksasi semakin bertambah (waktu meregang dan

mengendur semakin lama).

3. Memanjangkan tegangan waktu antara datangnya rangsangan dengan

diawalinya peregangan.

Kelelahan umum adalah salah satu tahap yang ditandai oleh rasa berkurangnya

kesiapan untuk menggunakan energi, sedangkan perasaan lelah sebenarnya

bersifat melindungi sama seperti perasaan haus dan lapar. Hadirnya perasaan lelah

berarti menyuruh kita untuk menghindari ketegangan lebih lanjut dan memberi

kesempatan lebih lanjut untuk segera kembali.

1.4 Dampak Fatigue

Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis, kerja fisik yang

melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus-

menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologi yang disertai penurunan

Page 9: kelelahan dalam bekerja

keinginan untuk bekerja yang disebabkan oleh faktor psikis atau kelelahan

psikologi yang menyebabkan perasaan lelah.

Kelelahan yang dialami terus-menerus setiap hari berakibat kepada kelelahan

kronis. Perasaan kelelahan tidak saja terjadi pada sore hari sesudah bekerja, tetapi

selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelum bekerja.

Gejala kelelahan berikut ini merupakan gejala yang jelas terlihat dan dirasakan

yaitu menurunkan perhatian, lamban, gangguan persepsi, pikiran melemah,

motivasi menurun, kinerja turun, ketelitian menurun, dan kesalahan meningkat.

Kelelahan kerja dapat dikurangi dengan penyediaan sarana istirahat, memberi

waktu libur, dan rekreasi, penerapan ergonomi, organisasi proses produksi yang

tepat dan pengadaan lingkungan kerja fisik yang sehat dan nyaman.

1.5 Pengukuran Fatigue

Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara

langsung. Pengukuran-pengukuran dilakukan oleh para peneliti sebelumnya

hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan. Untuk

mengetahui tingkat kelelahan tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai

macam pendekatan yaitu :

1. Pengukuran waktu reaksi.

2. Uji hilangnya kelipatan (Flicker Fusion Test).

3. Pengamatan tentang koordinasi dan efisiensi kegiatan fisik.

4. Kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2).

5. Kuesioner kelelahan 30 item.

Page 10: kelelahan dalam bekerja

Untuk penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kelelahan dengan

menggunakan alat yaitu, waktu reaksi (Reaction Timer). Waktu reaksi yang

diukur merupakan reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi yang

memerlukan koordinasi, waktu yang terjadi adalah waktu yang terjadi antara

pemberian rangsang tunggal sampai timbul respon terhadap rangsang tersebut,

pengukuran dilakukan pada waktu istirahat. Waktu reaksi merupakan interval

selama impuls syaraf dialirkan ke otak kemudian diteruskan ke otot, pemeriksaan

waktu reaksi penting tidak hanya sekedar mengetahui perbedaan kecepatan

individu tetapi juga untuk mendapat informasi tentang kegunaan fungsi yaitu

atensi, kemampuan presepsi dan kecepatan persepsi.

1.6 Faktor yang Mempengaruhi Fatigue

Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang menyebabkannya.

Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain :

a. Faktor dari dalam individu

1. Usia

Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun pada usia

40 tahun. Berkurangnya kebutuhan zat tenaga tersebut dikarenakan telah

menurunnya kekuatan fisik sehingga kegiatan yang bisa dilakukan biasanya

juga berkurang dan lebih lamban. Usia atau umur merupakan waktu atau

masa hidup seseorang selama masih hidup di dunia yang dihitung mulai

dari manusia dilahirkan. Para ahli psikologi membagi umur menjadi

beberapa kelompok-kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan fisik

dan pertumbuhan mental antara lain :

a. Masa dewasa dini : 18 tahun – 40 tahun

b. Masa dewasa madya : 41 tahun – 60 tahun

Page 11: kelelahan dalam bekerja

Usia berkaitan dengan kinerja karena pada usia yang meningkat akan

diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal ini

kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan kemampuan

organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin mudah

mengalami kelelahan.

b. Jenis Kelamin

Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap bulan di

dalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi kondisi fisik

maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan tingkat kelelahan wanita

akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria.

c. Status Gizi

Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja, dimana

keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang berat akan menganggu kerja

dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan kelelahan. Dalam laporan

FAO/WHO/UNU (1985) dinyatakan bahwa Indeks Masa Tubuh (IMT)

merupakan indikator status gizi orang dewasa. Nilai IMT dihitung menurut

ilmu berat badan (dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam

meter). Status gizi umum spesifik zat gizi, melainkan lebih erat kaitannya

dengan energi dan protein dapat diukur dengan antropometri. Dengan kata

lain antropometri atau ukuran tubuh dapat memberi gambaran status energi

dan protein seseorang, karenanya antropometri sering digunakan sebagai

indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kurang energi protein.

Standar IMT untuk orang Indonesia batas ambangnya telah dimodifikasi

berdasarkan pengalaman klinis sebagai berikut :

Page 12: kelelahan dalam bekerja

d. Status Kesehatan

Adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit

tersebut antara lain :

1. Penyakit Jantung

Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan

darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-paru

akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami sesak

napas sehingga akan mengalami kelelahan.

2. Penyakit Gangguan Ginjal

Pada penderita gangguan ginjal, sistem pengeluaran sisa

metabolisme akan terganggu sehingga tertimbun dalam darah (uremi).

Penimbunan sisa metabolisme menyebabkan kelelahan.

3. Penyakit Asma

Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara

bronkus kecil (bronkiolus). Proses transportasi oksigen dan

karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi karbondioksida

dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan. Terganggunya proses

tersebut karena jaringan otot paru-paru terkena radang.

Page 13: kelelahan dalam bekerja

4. Tekanan Darah Rendah

Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk

memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan kurang

maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi,

akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen terhambat. Pada

penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan CO2 terganggu

sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme yang menjadi penyebab

kelelahan.

5. Tekanan Darah Tinggi

Pada tenaga kerja yang mengalami tekana darah tinggi akan

menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung

membesar. Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah beredar

ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk pada jaringan seperti

tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas bila ada pergerakan

sedikit karena tidak tercukupi kebutuhan oksigennya akibatnya

pertukaran darah terhambat. Pada tungkai terjadi penumpukan sisa

metabolisme yang menyebabkan kelelahan.

b. Faktor dari luar

1. Beban Kerja dan Masa Kerja

Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja

baik berupa fisik maupun mental dan menjadi tanggung jawabnya. Setiap

pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya dan masing-masing tenaga

kerja mempunyai kemampuan sendiri untuk menangani beban kerjanya

sebagai tambahan dari beban kerja langsung ini. Pekerjaan biasanya

dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban

Page 14: kelelahan dalam bekerja

tambahan pada jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti faktor

lingkungan fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi.

Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja tanpa

mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada pekerjaan yang terlalu berat

dan berlebihan akan mempercepat pula kelelahan kerja seseorang. Nadi

kerja merupakan petunjuk besar kecilnya beban kerja. Masa kerja

merupakan lama waktu seseorang bekerja pada suatu instansi atau tempat

kerja. Pada masa kerja ini dapat berpengaruh pada kelelahan kerja

khususnya kelelahan kronis, semakin lama seorang tenaga kerja bekerja

pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan menyenangkan maka

kelelahan pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.

2. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan antara lain

penerangan, kebisingan dan iklim kerja :

a) Penerangan atau Pencahayaan

Penerangan yang kurang baik di lingkungan kerja bukan saja akan

menambah beban kerja, karena menganggu pelaksanaan pekerjaan,

tetapi menimbulkan kesan yang kotor. Untuk mengurangi kelelahan

fisik akibat dari penerangan yang tidak cukup dikaitkan dengan faktor

obyek dan umur pekerja dapat dilakukan antara lain perbaikan kontras,

meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja yang sesuai dengan

umur tenaga kerja.

b) Iklim Kerja / Tekanan Panas

Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti temperatur,

kelembaban udara, kecepatan gerak angin dan suhu radiasi, iklim kerja

Page 15: kelelahan dalam bekerja

adalah keadaan udara di tempat kerja. Pengukuran tekanan panas pada

suatu tempat salah satunya adalah dengan mengukur ISBB atau indeks

suhu basah dan bola, anatara lain :

1. Untuk pekerja di luar gedung : ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu

radiasi + 0,1 suhu kering.

2. Untuk pekerja di dalam gedung : ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x

suhu radiasi.

c) Kebisingan

Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat

menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran

berdenging. Keadaan ini akan menimbulkan kelelahan adalah reaksi

fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex celebri yang dipengaruhi

oleh sistem yang antagonistik, yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan

sistem (aktivasi).

d) Faktor Ergonomi

Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan kelelahan kerja.

Ergonomi juga berperan dalam memaksimalkan kenyamanan,

keamanan dan efisiensi pekerja.

1.7 Akibat Kelelahan

Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain :

1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada

pekerja yang masih “penuh semangat”

2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain

3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya

kualitas hidup rumah tangga seseorang.

Page 16: kelelahan dalam bekerja

Menurut Suma’mur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 kategori

yaitu :

1) Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.

Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering

menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada

mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau

berbaring.

2) Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi.

Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak

dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang

kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat

tekun dalam pekerjaan.

3) Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum.

Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan

tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada

anggota badan, merasa kurang sehat.

1.8 Akibat Kelelahan terhadap keselamatan kerja

Berdasarkan akibat kelelahan secara umum dapat kita dapatkan bahwa seorang

pekerja bila mengalami kelelahan dalam menjalankan pekerjaannya tentunya akan

mempengaruhi keselamatannya dalam bekerja seperti berkurangnya konsentarsi

dalam bekerja dapat menjadi factor risiko untuk terjadinya sebuah kecelakaan kerja.

Sebab bila konsentrasi berkurang tentunya tingkat kewaspadaan pekerja akan

terganggu dan sering membuat kesalahan pada pekerjaannya. Hal tersebut akan

membahayakan pekerja bila pekerjaannya tergolong pekerjaan yang memiliki tingkat

resiko yang tinggi. Selain itu kelelahan juga dapat menyebabkan salah persepsi atau

miss communication dalam bekerja, sering kali kecelakaan kerja disebabkan oleh

kondisi tersebut. Kondisi fisik yang lelah dapat melemahkan respon para pekerja,

sehingga bila terjadi keadaan darurat di tempat kerja seperti kebakaran, maupun

Page 17: kelelahan dalam bekerja

gempa bumi pekerja tersebut akan lamban dalam menghadapinya, sehingga

dimungkinkan pekerja dapat mengalami kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh

factor alam tersebut.

1.9 Cara Mengatasi Kelelahan

Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan

sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan) dengan

jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan

dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik

yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya

tingkat ketegangan kerja.

Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan output per jam

sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan menjurus memperlambat

kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja per

jamnya.

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan kepada keadaan

umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal dapat dicapai

dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat, kamar-kamar istirahat,

masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-lain. Pengetrapan ergonomi dalam hal

pengadaan tempat duduk meja dan bangku-bangku kerja sangat membantu. Demikian

pula organisasi proses produksi yang tepat. Selanjutnya usaha-usaha perlu ditujukkan

kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang baik.

Monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi

pada lingkungan kerja, musik di tempat kerja dan waktu-waktu istirahat untuk latihan

fisik bagi pekerja yang bekerja sambil duduk. Seleksi dan latihan dari pekerja lebih-

lebih supervisi dan penatalaksanaannya juga memegang peranan penting.

Page 18: kelelahan dalam bekerja

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep dasar kelelahan terdiri dari 2 jenis yaitu kelelahan secara otot ataupun

kelelahan secara umum. Kelelahan otot terjadi apabila otot yang beraktifitas tidak lagi

dapat berespon terhadap rangsangan dengan tingkat aktivitas kontraktil yang setara.

Kelelahan umum diartikan sebagai sensasi kelelahan yang dirasakan secara umum

oleh tubuh. Tubuh dirasakan terhambat dalam melakukan aktifitas, kehilangan

keinginan untuk melakukan tugas-tugas fisik maupun mental, merasa berat, ngantuk

dan letih. Kelelahan jika terus-terusan di biarkan dapat mengganggu produktifitas

kerja yaitu menurunkan konsentrasi dalam bekerja.

B. Saran

Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan

sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab kelelahan) dengan

jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan

dapat dilakukan dengan cara antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik

yang terjadwal atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya

tingkat ketegangan kerja.

Page 19: kelelahan dalam bekerja

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2013 http://jurtek.akprind.ac.id/bib/prevalensi-keluhan-subyektif-atau-

kelelahan-karena-sikap-kerja-yang-tidak-ergonomis-pada-pengraj Diakses 26 Maret

2013

Anonim 2013 http://eprints.undip.ac.id/10507/1/Skripsi_V3.pdf Diakses 26 Maret

2013

Chapter II. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/25191/4/Chapter%20II.pdf, tanggal 26 Maret 2013.

Suma’mur. 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung.

Sritomo Wignjosoebroto, 2000, Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas

Kerja Dalam Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu, institute Teknologi Sepuluh

November Surabaya. Diakses dari http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2850-

m_sritomo-ie-Makalah%20Rancangan%20Vulkanisir%20Ban%20-

%20A.Pawennari.pdf tanggal 27 Maret 2012.

Tarwaka.(2010).ERGONOMI INDUSTRI “Dasar-dasar pengetahuan ergonomi dan aplikasinya di tempat kerja ”.Surakarta: Harapan Press

Untari, Siti. 2006. Pengaruh Pemberian Minuman Isotonis Terhadap Perubahan

Tingkat Kelelahan Pekerja Pabrik Tahu di Kelurahan Jomblang, Kecamatan

Candisari, Kota Semarang. (online).

(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/114/jtptunimus-gdl-sitiuntari-5652-2-

babii_.pdf, diakses pada tanggal 26 Maret 2013)

Page 20: kelelahan dalam bekerja

Tugas Ergonomi

Kelelahan Dalam Bekerja

Oleh :

1. Sylvia Erin Hersanti 25010110120041

2. Yulhaimi Febriantoro 2501011012

3. Wanda Qurniasari 25010110141034

4. Nanang Dwi N 25010110141

5. Pandu 25010110141