kelas a

20
KEEFEKTIFAN WAKTU APLIKASI KEEFEKTIFAN WAKTU APLIKASI RIZOBAKTERI INDIGENUS RIZOBAKTERI INDIGENUS TERHADAP TERHADAP Fusarium Fusarium oxysporum oxysporum f.sp. f.sp. lycopersici lycopersici DAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT DI TANAH ULTISOL HASIL TANAMAN TOMAT DI TANAH ULTISOL Oleh: Kelompok 18 Widya Erja Syafitri 1310211153 Sonya Rahma Winata 1310212005 Pengelolaan Hama Terpadu Pengelolaan Hama Terpadu Kelas A Kelas A Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas Andalas Andalas

description

tomat

Transcript of kelas a

Page 1: kelas a

KEEFEKTIFAN WAKTU APLIKASI KEEFEKTIFAN WAKTU APLIKASI RIZOBAKTERI INDIGENUS RIZOBAKTERI INDIGENUS TERHADAP TERHADAP FusariumFusarium oxysporumoxysporum f.sp. f.sp. lycopersicilycopersici DAN HASIL TANAMAN TOMAT DI TANAH DAN HASIL TANAMAN TOMAT DI TANAH ULTISOLULTISOL Oleh:

Kelompok 18Widya Erja Syafitri

1310211153Sonya Rahma Winata 1310212005

Pengelolaan Hama Terpadu Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AKelas A

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 2: kelas a

Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di Indonesia. Budidaya tanaman tomat banyak mengalami kendala yang dapat menyebabkan produksi tanaman tomat menjadi rendah baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu kendala tersebut adalah penyakit layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 3: kelas a

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Salah satu penanganan layu Fusarium dengan menggunakan bakteri yang menghasilkan antijamur. Sebagai contoh Bacillus subtilis yang menghambat pertumbuhan layu Fusarium oxysporum f.sp. gladioli pada tanaman gladiol (Wardhana 2009).

Page 4: kelas a

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Rhizobakteri sangat diperlukan oleh tanaman karena memiliki banyak manfaat. Manfaat yang dapat terlihat secara nyata adalah bahwa Rizobakteri mencegah dan mengendalikan penyakit layu dan dapat memacu pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufik et al. (2005 dan 2010) melaporkan bahwa beberapa kelompok rhizobakteria bersifat sebagai agens hayati memiliki kemampuan memacu pertumbuhan tanaman. Rhizobakteri ini berasal dari kelompok Bacillus spp., Pseudomonas fluorescens dan Serratia spp., yang telah dilaporkan mampu memproduksi hormon tumbuh seperti asam indol asetat (IAA).

Page 5: kelas a

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

• TujuanAdapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Aplikasi Rhizobakteri dalam mengendalikan Layu Fusarium (Fusarium oxysporium) dan meningkatkan hasil tanaman tomat.

Page 6: kelas a

Bahan dan Metode

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Waktu dan TempatPenelitian ini dilaksanakan di

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan dan di rumah kawat Fakultas Pertanian Universitas Andalas Limau Manis Padang dari bulan Februari sampai Mei 2015.

Page 7: kelas a

BAHAN•Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah benih tomat galur BM1076 yang rentan terhadap layu fusarium, formulasi rizobakteri indigenus asal tanah Ultisol di Kebun Percobaan Universitas Andalas, serta berbagai bahan dan peralatan untuk perbanyakan dan pemeliharaan isolat agen hayati.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 8: kelas a

MetodePenelitian disusun dalam rancangan acak lengkap yang terdiri atas empat perlakuan sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Semua perlakuan diinokulasi dengan F. oxysporum f.sp. lycopersici dengan tiga ulangan. Sehingga secara keseluruhan terdapat 12 tanaman.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 9: kelas a

Kode (Code) Perlakuan (Treatments)

RB Inokulasi formulasi rizobakteria pada benih (Seed treatment with rhizobacteria formulation)

RB.2Inokulasi formulasi rizobakteri pada benih dan 2 minggu setelah tanam (MST) (Seed treatment and applied rhizobacteria formulation at two weeks after planting)

RB.2.4Inokulasi formulasi rizobakteri pada benih, 2 dan 4 MST (Seed treatment and applied rhizobacteria formulation at 2 and 4 WAP)

Kontrol (Control) Tanpa perlakuan rizobakteri (Without rhizobacteria treatment)

R = rizobakteri, B = aplikasi pada benih, 2 atau 4 = waktu (minggu)aplikasi rizobakteri setelah tanam (R = rhizobacteria, B = seed treatment, 2 or 4 = time application rhizobacteria)MST (WAP) = minggu setelah tanam (weeks after planting)

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Tabel 1

Page 10: kelas a

• Isolasi Rizobakteri Sampel tanah diambil dari akar tanaman tomat yang sehat

dan pertumbuhannya baik. Sampel tanah diambil 200 g pada kedalaman 20 cm dan dimasukkan dalam kantong plastik dan disimpan di ruangan AC pada suhu 25oC.

Isolasi rizobakteri indigenus menggunakan teknik pengenceran seri, sebanyak 1 g sampel tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi akuades 10 ml dihomogenkan dengan vortex, diencerkan sampai 10-6. Suspensi dari masing-masing pengenceran 10-5 dan 10-6 diambil 0,1 ml, dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media NA cair dan dihomogenkan dengan vortex.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 11: kelas a

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Suspensi tersebut dimasukkan ke dalam cawan petri dan diinkubasi pada suhu kamar selama 2 x 24 jam. Isolat rizobakteria indigenus yang dipilih dengan ciri, koloni yang dominan tumbuh, bentuk dan sifat koloni yang berbeda dari pengenceran seri. Koloni bakteri yang terpilih dimurnikan pada media yang sama dengan metode gores dan diinkubasi selama 48 jam.

Koloni tunggal bakteri dipindahkan secara aseptik ke dalam microtube yang telah berisi 1 ml akuades steril dan disimpan dalam refrigerator. Isolat bakteri rizobakteria indigenus diamati sifat morfologi (bentuk, warna, ukuran, elevasi) dan fisiologinya (reaksi Gram, reaksi hipersensitif,)

Page 12: kelas a

Perbanyakan Isolat Rizobakteri IndigenusPeremajaan isolat rizobakteri menggunakan metode gores pada cawan petri berisi medium NA dan diinkubasi selama 2×24 jam. Perbanyakan rizobakteri untuk diintroduksi pada benih adalah sebagai berikut: koloni tunggal dipindahkan dengan metode gores pada media NA dan diinkubasi selama 2×24 jam, Selanjutnya disuspensikan dengan akuades steril dan dihomogenkan dengan vortex. Kepadatan populasi ditentukan dengan membandingkan kekeruhan suspensi bakteri dengan larutan McFarland skala 8 (kepadatan populasi bakteri diperkirakan 108 sel/ml) (Habazar et al., 2007).

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 13: kelas a

Untuk introduksi II, rizobakteria indigenus diperbanyak melalui kultur cair, isolat rizobakteri indigenus diremajakan dengan cara yang sama dengan introduksi I. Tahapan pelaksanan dilakukan sebagai berikut: untuk preculture, 1 koloni rizobakteri dimasukkan ke dalam 25 ml medium NB dalam botol kultur (vol. 50 ml) dan diinkubasi pada rotary shaker horisontal selama 24 jam.

Selanjutnya 1 ml hasil preculture dipindahkan ke dalam 150 ml NB dalam labu erlenmeyer (vol. 250 ml) untuk mainculture dan diinkubasi dengan cara yang sama selama 2×24 jam dengan kecepatan 150 rpm (Yanti dan Resti, 2010). Suspensi rizobakteria dari mainculture diencerkan dan ditentukan kerapatan populasinya dengan mengatur kekeruhannya sama dengan larutan McFarland skala 8 (kepadatan populasi bakteri diperkirakan 108 sel/ml) (Habazar et al., 2007).

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 14: kelas a

Aplikasi Rizobakteri Pada Benih dan Media TanamBenih tomat yang digunakan terlebih dahulu didisinfektan dengan etanol 70%. Aplikasi rizobakteri pada benih dilakukan dengan merendam benih dalam suspensi formulasi rizobakteri (1:10 b/v) selama 1 jam, lalu benih dikeringanginkan sebelum ditanam. Aplikasi rizobakteri pada media tanam dilakukan dengan cara menaburkan formulasi rizobakteri sebanyak 10 g per kantung di sekitar perakaran tanaman pada kedalaman 10 cm, sesuai dengan waktu aplikasi pada setiap perlakuan.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 15: kelas a

• Penanaman dan Pemeliharaan TanamanBenih ditanam dalam kantung plastik yang telah

disiapkan sebanyak 2 benih per kantung dengan cara membuat lubang kecil sedalam kurang lebih 1 cm dari permukaan tanah. Satu minggu setelah tanam dipilih satu tanaman yang dibiarkan hidup sebagai tanaman uji. Penyiraman dilakukan dua kali dalam 1 hari yaitu pagi dan sore hari, sedangkan pengendalian hama dan gulma dilakukan secara manual jika ditemukan pada tanaman uji.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 16: kelas a

• Pengamatan Kejadian dan Keparahan PenyakitKejadian penyakit diketahui dengan mengamati gejala

eksternal pada tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah tanam. Tingkat kejadian penyakit dihitung menggunakan rumus:

dimana: KP = Kejadian penyakit (%),n = Jumlah tanaman yang bergejala daun menguning dan layu,N = Total tanaman yang diamati.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 17: kelas a

Pertumbuhan tanamanPertumbuhan tanaman yang diamati ialah tinggi tanaman dan

jumlah daun pada setiap minggu sejak 2 MST hingga tanaman memasuki fase generatif. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah sampai daun tertinggi, sedangkan daun yang dihitung ialah daun yang telah terbentuk sempurna.

Hasil panenHasil panen yang diamati meliputi jumlah dan bobot buah

pada setiap perlakuan pada setiap ulangan yang diamati pada tiga masa panen pertama.

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 18: kelas a

Analisis DataData hasil pengamatan dianalisis menggunakan metode sidik

ragam. Hasil analisis yang menunjukkan F hitung lebih besar dari F tabel dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (UJBD) pada taraf kepercayaan 95% .

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 19: kelas a

DAFTAR PUSTAKA 

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2009. Statistik Indonesia.

 

Bottrel, D.G. 1979. Integrated Pest Management. Council of Environ. Quality. Washington D.C.

 

Compant, S.2005. Use plant growth promoting bacteria for biocontrol of plant diseases: principles, mechanism of action, and future prospects’, Minireview J. APPI Microbiol., vol. 71, pp. 4951-9.

 

Gholami, A, Biyari, A, Gholipoor , M & Rahmani, HA.2012, ‘Growth promotion of maize (Zea mays L.) by plantgrowth- promoting rhizobacteria under field conditions’, Communications in Soil Science and Plant Analysis, vol. 43, no. 9, pp. 1263-72, DOI:10.1080/00103624.2012.666302.

 

Glick, BR. 2012. ‘Plant growth-promoting bacteria: mechanisms and applications’, Scientifica, vol. 20, pp. 1-15, DOI:10.6064/2012/963401.

 

Habazar T, Nasrun, Jamsari & Rusli I. 2007. Pola Penyebaran Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas axonopodis pv. allii) pada Bawang Merah dan Upaya Pengendaliannya melalui Imunisasi Menggunakan Rizobakteria. Laporan Hasil penelitian Universitas Andalas Padang dengan Litbang Pertanian Proyek KKP3T.

 

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas

Page 20: kelas a

Khaeruni, A Syair & Sarmiza 2011, ‘The effectiveness of rhizobacteria mixture to control fusarium wilt disease and stimulate tomato plant growth in Ultisol soil’, Proceeding of International Seminar of Indonesian Phytopathology Society,Solo, December 3-5, 2011.  Kloepper, J.W., & Schroth, M.N. 1978. Plant growth-promoting rhizobacteria onradish. 879-882. Dlm. Proc. 4th into Conf. Plant Pathogenic Bact. Dalam Khaeruni, A, Sutariati, GAK & Wahyuni, S 2010 Raupach, GS & Klopper, JW 1998, ‘Mixture of plant growthpromoting rhizobacteria enhance biological control of multiple cucumber pathogens’, Phytopathol., vol. 88, pp.1158-64. Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry. Kanisus. Yogyakarta. 84. Tugiyono, H. 2002. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya. Jakarta. 37.   

Pengelolaan Hama Terpadu Kelas Pengelolaan Hama Terpadu Kelas AA

Fakultas Pertanian, Universitas Fakultas Pertanian, Universitas AndalasAndalas