Kelainan Payudara

36
KELAINAN PAYUDARA DISUSUN OLEH Rivanti Asmara Wijaya Bernadette Laura Pembimbing Klinik dr. H. Yuswardi, Sp.B, FinaCS, MH.Kes STASE BEDAH RSUD SYAMSUDIN

description

laporan kelainan payudara

Transcript of Kelainan Payudara

KELAINAN PAYUDARA

DISUSUN OLEH

Rivanti Asmara WijayaBernadette LauraPembimbing Klinik

dr. H. Yuswardi, Sp.B, FinaCS, MH.KesSTASE BEDAH RSUD SYAMSUDINPROGRAM STUDI DOKTER UMUMFAKULTAS KEDOKTERAN 2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah pada Stase Bedah yang berjudul Kelainan Payudara.

Makalah ini penulis buat dengan berusaha untuk menjadikan makalah pada Stase Bedah yang berjudul Kelainan Payudara menjadi lebih sempurna. Penulis bertujuan agar dapat dipahami dan diterima oleh semua pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini, didasarkan hasil diskusi kelompok, dan penulis merujuk pada buku-buku serta website di internet. Masalah yang terjadi pada kelainan payudara yang penulis kemukakan dalam pembahasan makalah yang telah disusun.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dr. H. Yuswardi, Sp.B, FinaCS, MH.Kessebagai pembimbing, dan teman-teman yang telah bekerja sama membantu penulis sehingga dapat terselesaikan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan suatu harapan yang tinggi, semoga laporan yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Wassalam. wr. wb.

Sukabumi, Mei 2015

Penulis IDENTITAS

Nama

: Ny. x Jenis Kelamin

: PerempuanUsia

: 21 tahun Status

: MenikahAgama

: Islam Jenis Anamnesis

: Autoanamnesis Keluhan Utama :

Benjolan di payudara kiri.Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluh benjolan tersebut sudah ada sejak 1 bulan yang lalu. Setelah 1 bulan benjolan tersebut tidak hilang dan kadang terasa nyeri. Pasien menyangkal adanya benjolan di tempat lain. Tidak ada keluhan demam. Tidak ada penurunan berat badan dan nafsu makan. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat timbulnya benjolan sebelumnya disangkal.Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak diketahui adanya keluhan yang sama dalam keluarga.Riwayat Pengobatan : Pasien menyatakan tidak pernah berobat kemanapun, tidak dalam konsumsi obat obatanRiwayat Alergi :

Pasien menyangkal adanya alergi terhadap obat atau makanan tertentuPemeriksaan Fisik

Kesadaran : Compos Mentis

TD: 120/80mmHgN: 80x/menit

RR: 22x/menit

S: 36,8

STATUS GENERALIS

Kepala: normocephali

Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflex cahaya+/+

Leher: pembesaran KGB -, trakea di tengah Thorax

Paru : simetris, sonor, vesikuler +/+, rhonki -/-,

wheezing -/-

STATUS LOKALIS (Mamae) Inspeksi : tidak terlihat adanya retraksi putting, dimpling, peau dorange, sekret, kemerahan.

Palpasi : teraba adanya benjolan di mammae sinistra mediosuperior, ukuran 1,5x2cm, konsistensi kenyal, bentuk bulat, tepi rata, permukaan licin, mobile, nyeri Jantung : kardiomegaly -, BJ I&II regular, murmur -, gallop Axilla : tidak terlihat dan tidak teraba adanya pembesaran KGB

Abdomen : datar, supel, nyeri tekan -, timpani, BU +

Ekstremitas : akral hangat, CRT 30 tahun

2. Anak pertama lahir pada usia ibu > 35 tahun (2x)

3. Tidak kawin (2 4x)

4. Menarche < 12 tahun (1,7 3,4x)

5. Menopause terlambat > 55 tahun (2,5 5x)

6. Pernah operasi tumor jinak payudara (3 5x)

7. Mendapat terapi hormonal yang lama (2,5x)

8. Adanya kanker payudara kontralateral (3 9x)

9. Operasi ginekologi (3 4x)

10. Radiasi dada (2 3x)

11. Riwayat keluarga (2 3x)Tingkat PenyebaranKanker payudara sebagian besar mulai berkembang di duktus, setelah itu baru menembus ke parenkim. Lima belas sampai empat puluh persen karsinoma payudara bersifat multisentris. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Tingkat penyebaran secara klinikKetahanan hidup lima tahun (%)

I T1 N0 M0

(kecil, terbatas pada mamma)

II T2 N1 M0

(tumor lebih besar; kelenjar terhinggapi tetapi bebas dari sekitarnya)

III T0-2 N2 M0

T3 N1-2 M0

(kanker lanjut dan penyebaran ke kelenjar lanjut, tetapi semuanya terbatas di lokoregional)

IV T (semua) N (semua) M1 (tersebar di luar loko regional)85

65

40

10

Lokoregional dimaksudkan untuk daerah yang meliputi struktur dan organ tumor primer, serta pembuluh limf, daerah saluran limf dan kelenjar limf dari struktur organ yang bersangkutan.

Bila tidak diobati, ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%, sedangkan ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup bergantung pada tingkat penyakit, saat mulai pengobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positif lebih baik. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Persentase ketahanan hidup lima tahun ditentukan pada penderita yang diobati lengkap. Pada tingkat I ternyata 15% meninggal dunia karena penentuan TNM dilakukan secara klinik, yang berarti metastasis kecil dan metastasis mikro tidak dapat ditemukan. Pada 85% orang yang hidup setelah lima tahun, tentu termasuh penderita yang tidak sembuh dan menerima penanganan karena kambuhnya penyakit atau karena. metastasis. Demikian juga pada mereka dengan tingkat penyebaran II-IV. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Gambaran Klinis dan Diagnosis

Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter. Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan bejolan tumor jinak, tetapi kadang dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila tumor telah besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari putting biasanya mengarah ke papiloma atau karsinoma intraduktal, sedangkan nyeri lebih mengarah ke kelainan fibrokistik. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Klasifikasi TNM pada tumor ganas adalah standar global untuk stadium kanker: (UICC - International Union Against Cancer, 2009) T = Tumor utama

N= Kelenjar getah bening regional

M=Metastase jauh

Klasifikasi penyebaran TNM (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)T

TX

Tis

T0

T1

T2

T3

T4

N

NX

N0

N1

N2

N3

M

MX

M0

M1Tumor primer tidak dapat ditentukan

Karsinoma in situ dan penyakit paget pada papilla tanpa teraba tumor

Tidak ada bukti adanya tumor primer

Tumor < 2 cm

Tumor 2 5 cm

Tumor > 3 cm

Tumor dengan penyebaran langsung ke dinding toraks atau ke kulit dengan tanda udem, tukak, atau peau dorange

Kelenjar regional tidak dapat ditentukan

Tidak teraba kelenjar aksila

Teraba kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat

Teraba kelenjar aksila yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya

Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

Tidak terdapat dtentukan metastasis jauh

Tidak ada metastasis jauh

Terdapat metastasis jauh

Keterangan:

Lekukan pada kulit, retraksi papilla, atau perubahan lain pada kulit, kecuali yang terdapat pada T4, bisa terdapat pada T1, T2, atau T3 tanpa mengubah klasifikasi.

Dinding toraks adalah iga, otot interkostal, dan m. serratus anterior, tanpa otot pektoralis.

Metastasis hematogen kanker payudara (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)

Gejala dan tanda penyakit payudara (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Nyeri

berubah dengan daur haid

tidak tergantung daur haid

Benjolan payudara

yang keras

kenyal

lunak

Perubahan warna kulit

bercawak

benjolan kelihatan

kulit jeruk

kemerahan

tukak

Kelainan puting/areola

retraksi

inversi baru eksemaKeluarnya cairan

seperti susu

jernih

hijau hemoragik penyebab fisiologis seperti pada tegangan pramenstruasi atau penyakit fibrokistik

tumor jinak, tumor ganas, atau infeksi

permukaan licin pada fibroadenom

permukaan kasar, berbenjol, atau melekat pada kanker atau inflamasi non-infektif

kelainan fibrokistik

lipoma sangat mencurigakan karsinoma

kista, karsinoma, fibroadenoma besar

di atas benjolan: kanker (tanda khas)

infeksi (jika panas)

kanker lama (terutama orang tua) fibrosis karena kanker

retraksi fibrosis karena kanker (kadang fibrosis karena pelebaran duktus)

unilateral; penyakit paget (tanda khas kanker)

kehamilan atau laktasi

normal

(peri) menopause

Pelebaran duktus

Kelainan fibrokistik

Karsinoma

Papiloma intraduktus

Pemeriksaan PenunjangDengan mammografi dapat ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Tanda berupa mikrokalsifikasi tidak khas untuk kanker. Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apa apa, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsy sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya, jika mammogram positif dan secara klinis tidak teraba tumor, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan pungsi atau biopsy di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Indikasi mammografi: (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)1. Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan samar di payudara

2. Mamma kontralateral jika (pernah) ada kanker payudara

3. Mencari karsinoma primer jika ada metastasis sedangkan sumbernya tidak diketahui

4. Penapisan karsinoma mamma pada resiko tinggi

5. Penapisan sebelum tindak bedah plastik atau kosmetik

Hanya dengan pemeriksaan histology. Bahan pemeriksaan dapat diambil dengan cara: (Reksoprodjo, 1995)1. Eksisional biopsy, kemudian diperiksa potong beku atau kasus kasus yang diperkirakan masih operabel/stadium dini.

2. Insisional biopsy; cara ini untuk kasus kasus ganas yang sudah inoperabel/lanjut.

Ultrasonografi berguna terutama untuk menentukan adanya kista: kadang tampak kista sebesar 1 2 cm. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)

Cara lain yaitu dengan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy). Suatu pemeriksaan sitopatologi. Cara ini memerlukan keahlian khusus dalam pembacaan dan ketepatan di dalam mengambil aspiratnya. Ketepatan hasil FNAB cukup tinggi di tangan yang ahli (ahli sitopatologi) dan tepat cara pengambilannya. (Reksoprodjo, 1995)

Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal karena hasil positif palsu selalu dapat terjadi, sementara hasil negatif palsu sering terjadi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)

Sediaan jaringan untuk pemeriksaan histologik dapat diperoleh secara pungsi jarum besar yang menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik biokimia. Biopsi secara ini, yang biasa disebut core biopsy, dapat digunakan untuk biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada foto mamma. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)

Terapi

Sebelum merencanakan terapi karsinoma mamma, diagnosa klinis dan histopatologik serta tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Diagnosa klinis harus sama dengan diagnosa histopatologik. Bila keduanya berbeda, harus ditentukan yang mana yang keliru. Atas dasar diagnosa tersebut, termasuk tingkat penyebaran penyakit, disusunlah rencana terapi dengan mempertimbangkan manfaat dan mudarat setiap tindakan yang akan diambil. Bila bertujuan kuratif, tindakan radikal yang berkonsekuensi mutilasi harus dikerjakan demi kesembuhan. Akan tetapi, bila tindakannya paliatif, alasan nonkuratif menentukan terapi yang dipilih. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Bagan Penanganan Benjolan di Mammae

Pembedahan. Untuk mendapat diagnosis histologi, biasanya dilakukan biopsi sehingga tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan mamma. Dengan sediaan beku, hasil pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh dalam waktu 15 menit. Bila pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, operasi diselesaikan. Akan tetapi, pada hasil yang menunjukkan tumor ganas, operasi dapat dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif. Bedah kuratif yang mungkin dilakukan ialah mastektomi radikal, dan bedah konservatif merupakan eksisi tumor luas. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan kulit mamma, atau infiltrasi dari kelenjar limf ke struktur sekitarnya. Tumor disebut mampu-angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal seluruh tumor dan penyebarannya di kelenjar limf dapat dikeluarkan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Bedah radikal menurut Halsted meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Pembedahan ini merupakan pembedahan baku sejak permulaan abad ke-20 hingga tahun lima puluhan. Setelah tahun enam puluhan biasanya dilakukan operasi radikal yang dimodifikasi oleh Patey. Pada operasi ini, m.pektoralis mayor dan m.pektoralis minor dipertahankan jika tumor mamma jelas bebas dari otot tersebut. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan payudara. Bedah konservatif ini selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada (sisa) payudara tersebut. Tiga tindakan tersebut merupakan satu paket terapi yang harus dilaksanakan serentak. Secara singkat paket tindakan tersebut disebut "terapi dengan mempertahankan payudara". Syarat mutlak untuk operasi ini adalah tumor merupakan tumor kecil dan tersedia sarana radioterapi yang khusus (megavolt) untuk penyinaran. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dart jaringan tumor yang tertinggal atau dart sarang tumor lain (karsinoma multisentrik). (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada saat terakhir biasanya dilakukan bedah radikal yang dimodifikasi (Patey). Bila ada kemungkinan dan tersedia sarang penyinaran pascabedah, dianjurkan terapi yang mempertahankan payudara, yaitu berupa lumpektomi luas, segmentektomi, atau kuadrantektomi dengan diseksi kelenjar aksila, yaitu terapi kuratif dengan mempertahankan payudara. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Bila dilakukan pengangkatan mamma, pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi mamma dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan. Implantasi prostesis atau rekonstruksi mamma secara cangkok dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa waktu setelah penyinaran, kemoterapi ajuvan, atau rehabilitasi penderita selesai. Jika hal ini tidak mungkin atau tidak dipilih, usahakan prostesis eksterna, yaitu prostesis buatan yang disangga oleh kutang. Bentuk dan beratnya disesuaikan dengan bentuk dan berat payudara di sisi lain. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Penyulit pada mastektomi radikal. Penyulit biasanya terdiri atas hematom, infeksi luka, dan seroma. Oleh karena dilakukan diseksi kelenjar, harus dipasang penyalir isap untuk mencegah seroma yang terdiri atas cairan luka dan limf. Cairan yang disalir pada hari pertama bisa mencapai beberapa ratus ml. limf jernih. Mobilisasi ekstremitas yang bersangkutan harus diperhatikan untuk mencegah kontraktur. Kadang terdapat mati rasa kulit ketiak dan bagian medial lengan atas akibat cedera n.interkostobrakialis yang tak dapat dihindari. Kelumpuhan m.serratus anterior akibat cedera n.torakalis longus menyebabkan skapula alata yang memang harus dicegah. Kerusakan n.torakodorsalis mengakibatkan kelumpuhan m.latissimus dorsi. Saraf pektoralis, balk yang untuk m.pektoralis mayor maupun untuk m.pektoralls minor, harus ditangani dengan hatihati pada bedah radikal yang dimodifikasi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)

Bedah paliatif. Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan. Kadang residif lokoregional yang soliter dieksisi, tetapi biasanya pada awalnya saja tampak soliter, padahal sebenarnya sudah menyebar sehingga pengangkatan tumor residif tersebut sering tidak berguna. Kadang dilakukan amputasi kelenjar mamma pada tumor yang tadinya tak mampu angkat karena ukurannya kemudian telah diperkecil oleh radioterapi. Walaupun tujuan terapi tersebut paliatif, kadang ada yang berhasil untuk waktu yang cukup berarti. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Radioterapi. Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan sebagai terapi kuratif dengan mempertahankan mamma, dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif. Radioterapi kuratif sebagai terapi tunggal lokoregional tidak begitu efektif, tetapi sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif pada tumor yang relatif besar berguna. Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tak mampu-angkat secara lokal. Tumor disebut tak mampu-angkat bila mencapai tingkat T4, misalnya ada perlekatan pada dinding toraks atau kulit. Pada penyebaran di luar daerah lokoregional, yaitu di luar kawasan payudara dan ketiak, beclah payudara tidak berguna karena penderita tidak dapat sembuh. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supraklavikula diradiasi. Akan tetapi, penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfudem akibat rusaknya kelenjar ketiak supraklavikula. Jadi, radiasi harus dipertimbangkan pada karsinoma mamma yang tak mampuangkat atau jika ada metastasis. Kadang masih dapat dipikirkan amputasi mamma setelah tumor mengecil oleh radiasi. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Kemoterapi. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran sistemik, dan sebagai terapi ajuvan. Kemoterapi ajuvan diberikan kepada pasien yang pada pemeriksaan histopatologik pascabedah mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Tujuannya adalah menghancurkan mikrometastasis yang biasanya terdapat pada pasien yang kelenjar aksilanya sudah mengandung metastasis. Obat yang diberikan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil (CMF) selama enam bulan pada perempuan usia pramenopause, sedangkan kepada yang pascamenopause diberikan terapi ajuvan hormonal berupa pil antiestrogen. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Kemoterapi paliatif dapat diberikan kepada pasien yang telah menderita metastasis sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain CMF (lihat di atas) atau vinkristin dan adriamisin (VA), atau 5-fluorourasil, adriamisin (adriablastin), dan siklofosfamid (PAC). (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Terapi hormonal. Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua karsinoma mamma peka terhadap terapi hormonal. Hanya kurang lebih 60% yang bereaksi baik dan penderita mana yang ada harapan memberi respons dapat diketahui dari "uji reseptor estrogen" pada jaringan tumor. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pramenopause dengan cara ovarektomi bilateral atau dengan pemberian antiestrogen, seperti tamoksifen atau aminoglutetimid. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien pascamenopause yang uji reseptor estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar aksila yang berisi metastasis. Obat yang dipakai adalah sediaan antiestrogen tamoksifen; kadang menghasilkan remisi selama beberapa tahun. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek samping terlalu berat. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Keadaan khusus

Karsinoma mamma pada kehamilan. Prognosis kanker payudara ditemukan oleh stadium penyakit ketika mulai ditangani dan bukan oleh ada tidaknya kehamilan. Oleh karena mamma membesar sewaktu hamil, diagnosis mungkin tertunda sebab tumor kecil sukar diraba. Akan tetapi, pertumbuhan dan perkembangannya tidak dipercepat atau diperlambat oleh kehamilan.

Pemeriksaan ekografi mamma untuk menyingkirkan kemungkinan kista dapat dilakukan. Mammografi pun dapat dibuat asal dipakai sarana canggih untuk melindungi janin dari sinar r6ntgen walaupun mammogram umumnya sukar dinilai karena densitas mamma besar pada kehamilan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Penanganan kuratif dapat dikerjakan seperti biasa, baik berupa pembedahan yang disusul penyinaran bila ada indikasi maupun kemoterapi ajuvan.

Pembedahan radikal yang dimodifikasi atau yang mempertahankan payudara disusul dengan penyinaran mamma dapat diadakan seperti lazimnya. Anestesia dapat dilakukan seperti biasa, hanya jangka pemberian radioterapi dan kemoterapi harus disesuaikan. Pada tiga bulan pertama, kemoterapi maupun radiasi tidak dapat diberikan karena berefek teratogenik untuk janin. Sebaiknya kemoterapi pada tiga bulan terakhir juga ditunda sampai pascapartus. Obat-obat kemoterapi dapat sampai ke janin melalui air susu. Siklofosfamid dan metotreksat dapat mengakibatkan neutropenia pada bayi sehingga harus diganti. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Setelah penanganan karsinoma mamma, umumnya dianjurkan untuk menunda konsepsi baru selama dua tahun jika kanker tersebut berada pada tingkat TI, NO, MO karena prognosis relatif baik. Akan tetapi, setiap dokter tahu bahwa tidak ada jaminan pasti bahwa kankei tidak akan kambuh dalam sepuluh tahun. Bila kanker berada pada stadium T2 atau T3, prognosis jauh lebih buruk sehingga ada kecenderungan memberi nasihat untuk tidak hamil lagi berdasarkan alasan sosial-etis, bukan alasan medis. Penggunaan pil KB dapat dibenarkan tanpa batas waktu. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Keadaan lain. Pada penderita karsinoma mamma yang residif dan bermetastasis biasanya tidak dikerjakan lagi pembedahan, kecuali biopsi, mengingat radioterapi dapat digunakan pada penanganan setempat, dan kemoterapi atau obat hormonal memberikan efek paliasi sistemik. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Karsinoma mamma yang lanjut setempat (T4) dapat menjalani radioterapi dulu, beberapa minggu kemudian dapat dilakukan mastektomi sekunder bila memang dapat diangkat, dan terapi hormon atau kemoterapi tidak dapat diteruskan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Karsinoma inflamasi yang berupa gambaran kulit memerah dengan bintik panas dan nyeri, yang disebut mastitis karsinomatosa, prognosisnya amat buruk. Jika dilakukan radiasi sinar ortovolt, bagian yang meradang akan membasah dan nyeri sekali sehingga mengganggu kehidupan pasien. Kemoterapi kombinasi yang diikuti radiasi dapat memberikan efek paliasi yang lumayan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Karsinoma mamma pada wanita lanjut usia pada pokoknya sama dengan penderita lebih muda. Kemoterapi pada orang yang tua sekali biasanya dibatasi berhubungan dengan cadangan faal hati, ginjal, dan jantung. Dari segi kosmetik tentu pertimbangan jenis dan cara terapi tidak berbeda dengan wanita umur lebih muda. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Reaksi psikologis yang cukup besar bisa ditemukan pada penderita kanker payudara. Biasanya mereka khawatir tentang dua hal, yakni prognosis penyakitnya dan kehilangan payudara. Penjelasan teliti tentang prognosis, kemungkinan sembuh, dan cara penanganan sangat diperlukan. Penderita harus mengetahui rencana terapi. Peranan keluarga, terutama suami amatlah penting. Cacat mastektomi sangat berat dirasakan oleh penderita. Suamilah yang harus sadar akan perannya dan harus mendampingi isterinya. Dari pihak dokter atau perawat diharapkan petunjuk untuk memperoleh prostesis mamma yang memadai. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Pencegahan

Mencegah karsinoma mamma dapat dimulai dari menghindarkan faktor penyebab, kemudian juga menemukan kasus dini sehingga dapat dilakukan pengobatan kuratif.

Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) oleh seorang wanita sebulan sekali sekitar hari ke-8 menstruasi dapat dianjurkan. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)

Sebaiknya SADARI dikerjakan setelah menstruasi, yaitu hari ke 7 10 dari hari menstruasi pertama; karena saat ini pengaruh hormonal esterogen dan progesteron sangat rendah dan jaringan kelenjar payudara saat itu dalam keadaan tidak udem/tidak membengkak sehingga lebih mudah meraba adanya tumor atau kelainan. Dilakukan waktu mandi atau waktu lain di depan cermin. American Cancer Society dalam proyek Breast Cancer Screening menganjurkan untuk mendapatkan kasus dini pada a symptomatic woman; (wanita yang tidak ada keluhan) agar melakukan upaya sbb: 1. Wanita > 20 tahun; melakukan SADARI setiap bulan

2. Wanita 20 40 tahun; tiap 3 tahun memeriksakan diri ke dokter

3. Wanita > 40 tahun; tiap 1 tahun

4. Wanita 35 40 tahun; dilakukan base line mammografi

5. Wanita < 50 tahun; konsul ke dokter untuk kepentingan mammografi

6. Wanita > 50 tahun; tiap tahun mammografi kalau bisa

Pemeriksaan oleh dokter bila ada yang dicurigai, dan bila seseorang tergolong dalam risiko tinggi, diperlukan pada waktu tertentu, terutama bila usianya di atas 35 tahun. Bila perlu, dapat dibuat mammografi. Apakah mammografi perlu dilakukan secara rutin, masih dipertanyakan, mengingat bahaya radiasi sendiri, kecuali dengan alat rontgen penyaring yang mutakhir. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)Orang sehat di keluarga dengan risiko tinggi atas terjadinya karsinoma payudara atas dasar mengidap mutasi onkogen, seperti BRCA1, BRCA2 atau CHEK dapat nempertimbangkan mastektomi bilateral preventif. Masalah ini dapat dikonsultasikan pada tim kelainan atau penyakit herediter yang terdiri atas pakar onkologi, spesialis penyakit. herediter, dan psikolog. (Sjamsuhidajat & Jong, 2005)DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, Win de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed.2. EGC. Jakarta : 2005.Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta: FKUI. 2006.

Beers, Mark H., dkk. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. ed. XVIII. New Jersey: Merck Research Laboratories. 2006Lukitto Pisi, Priosodewo Monty. Penuntun Diagnosis dan Tindakan Terapi Tumor Ganas. Sagung seto. Bandung : 2009.

5

BENJOLAN PADA PAYUDARA

Klinis belum jelas ganas

Klinis jelas ganas

Klinis jelas jinak

Ekstirpasi

Biopsi insisi

Klinis belum jelas ganas

Biopsi insisi ekstirpasi

Operabel

Operabel

Inoperabel, Irrasektabel atau tanda kontra indikasi

Inoperabel karena ukuran

Proses sistemik

Proses lokal

Biopsi insisi

Inoperabel karena ukuran

Ganas

Jinak

Klinis belum jelas ganas

Jinak

Ekstirpasi

Kelenjar(+)kemoterapiAdjuvan (Bonnadonna)Kelenjar(-)cari faktor resiko:Usia muda < 35 tahun ukuran tumor > 2cm diferensiasi PA buruk receptor estrogen/progesteron(-)

Ekstirpasi

Mastektomi radikalMastektomi Paley Kuadranektomi+diseksiKelenjar aksila+radiasiSisa payudara

Ganas

Mastektomi sekunder

Radiasi primer

Metastasis:Tulang hormonal Kulit hormonal Lain-lain khemoterapi

Mastektomi primer

Radiasi pre-operatif