Kel Ella Rifka Agung

7
TUGAS TERSTRUKTUR BIOFARMASETIKA REVIEW JURNAL “Pembentukan larutan padat-padat tretinoin-PEG 6000 dalam upaya meningkatkan laju disolusi tretinoin Disusun Oleh : Dwi Justitia Aprilia (G1F011009) Rifka Husniati (G1F011025) Agung Prabowo (G1F011029) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN FARMASI PURWOKERTO

Transcript of Kel Ella Rifka Agung

Page 1: Kel Ella Rifka Agung

TUGAS TERSTRUKTUR BIOFARMASETIKA

REVIEW JURNAL

“Pembentukan larutan padat-padat tretinoin-PEG 6000 dalam upaya

meningkatkan laju disolusi tretinoin

Disusun Oleh :

Dwi Justitia Aprilia (G1F011009)

Rifka Husniati (G1F011025)

Agung Prabowo (G1F011029)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2013

Page 2: Kel Ella Rifka Agung

“Pembentukan larutan padat-padat tretinoin-PEG 6000 dalam upaya

meningkatkan laju disolusi tretinoin”

Tretinoin atau retinoic acid merupakan zat yang berkhasiat untuk mengatasi acne

vulgaris ringan hingga sedang. Tretinoin merangsang produksi fibroblas dan produksi kolagen

sehingga dapat digunakan juga untuk mengatasi kerusakan kulit baik yang disebabkan oleh

faktor luar tubuh maupun dari dalam tubuh, seperti penuaan kulit (Shroot, 1986). Permasalahan

yang sering timbul dan menyulitkan dalam formulasi tretinoin adalah kelarutan tertinoin yang

sangat kecil dalam media aqueous (praktis tidak larut dalam air) dan kelarutan yang terbatas

dalam alkohol. Saat ini, untuk memformula tretinoin diperlukan pelarut alkohol dalam jumlah

yang cukup besar yang tentu saja secara ekonomis dan dari aspek keamanan kurang

menguntungkan karena pelarut etanol juga beresiko menimbulkan efek samping sistemik dan

iritasi kulit.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini di lakukan uji coba untuk meningkatkan kelarutan

dan laju disolusi tretinoin dengan membuat sistem dispersi solida. Sistem disperse padat dapat

dibuat dengan cara mendispersikan satu atau lebih bahan aktif dalam suatu pembawa atau

matriks inert. Proses pembuatannya dapat dengan metode peleburan (fusi), pelarutan dan metode

campuran peleburan pelarutan (Chiou et al 1971). Metode yang dipilih untuk pembuatan dispersi

solida dalam penelitian ini adalah kombinasi pelarutan dan peleburan pada suhu rendah karena

stabilitas tretinoin yang kurang menguntungkan oleh adanya pemanasan suhu tinggi (Shefter,

1981).

Obat yang sukar larut apabila didispersikan dalam matriks yang mudah larut akan

membentuk ukuran partikel yang lebih kecil, sehingga akan meningkatkan kelarutannya.

Pembawa dispersi yang digunakan yaitu PEG. PEG merupakan polimer kristalin berbobot

molekul tinggi dan mempunyai kemampuan untuk membentuk larutan padat-padat interstitial

dari senyawa aktif yang tidak larut air dan tidak menyebabkan iritasi kulit. Penggunaan PEG

6000 diharapkan dapat membentuk sistem dispersi molekuler.

Tipe sistem dispersi solida yang akan dituju dalam penelitian ini adalah disperse

molekuler. Diharapkan dengan membentuk larutan padat-padat dari tretinoin yang tidak larut air

dalam pembawa PEG 6000 yang larut cepat dalam air, akan meningkatkan kelarutan dan laju

Page 3: Kel Ella Rifka Agung

disolusi tretinoin sehingga memudahkan dalam formulasi, meningkatkan efektivitas serta aman

(Moegiharjo, 2000; Suzuki & Sunoda, 1996).

Dispersi molekuler disebut juga larutan sejati atau dispersi halus. Larutan sejati adalah

campuran antara fasa terdispersi yang berwujud zat padat atau cair dengan medium pendispersi

yang berupa zat cair. Dalam larutan sejati, fasa terdispersi larut sempurna ke dalam medium

perdispersi, sehingga terbentuk campuran homogen. Campuran homogen disebut juga larutan.

Dalam larutan homogen, antara fasa terdispersi dengan medium pendispersi tidak dapat

dibedakan. Oleh karena ukuran partikel fasa terdispersi antara 10-7 – 10-5 cm, maka fasa

terdispersi dapat larut dalam medium pendispersi.

Metodologi

Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dispersi solida dan campuran fisis dengan

melarutkan tretionin dalam PEG 400 (1:5) dengan pemanasan pada suhu 40 C kemudian

ditambahkan PEG 6000, dicampur, dan didinginkan menggunakan campuran aseton. Massa

padat yang diperoleh disimpan dalam eksikator selama 24 jam, kemudian dihaluskan dengan

derajat kehalusan mesh 100. Keseluruhan proses ini dilakukan dalam ruangan gelap tertutup

dengan kelembaban nisbi 40%.

Setelah itu, dilakukan pemeriksaan dengan JEOL X-Ray Diffractometer JDX-3530 untuk

mengetahui sifat fisis system. Kemudian diuji laju disolusinya menggunakan Hanson Research

dissolution Tester tipe SR-2 dapar fosfat pH 6,8. Lalu menggunakan spektrofotometri UV-Vis

diperoleh nilai absorbansi cuplikan agar didapatkan konsentrasi tretionin yang terlarut.

Parameter

Parameter yang dinilai dalam penelitian ini adalah nilai Efisiensi Disolusi (ED). Efisiensi

disolusi (ED) didefinisikan sebagai luas daerah di bawah kurva disolusi sarnpai batas waktu

tertentu. ED dinyatakan sebagai persentase terhadap luas segiempat yang digambarkan oleh

disolusi 100% pada batas waktu yang sama (Khan & Rhodes. 1975).

Dengan diketahui nilai ED, dilakukan lnterpretasi data dimana dispersi solida atau

carnpuran fisik dikatakan rneningkatkan laju disolusi jika persen pelepasan Tretionin dari

dispersi solida atau carnpuran fisik lebih besar dari persen pelepasan Tretionin substansi

(Suharmiati, 2001).

Page 4: Kel Ella Rifka Agung

Dalam peneitian ini diperoleh profil laju disolusi dari tretionin substansi, campuran fisis

tretionin-PEG dan disperse solida tretionin-PEG.

Dari profil diatas, diperoleh data yang menunjukkan harga ED dispersi solida jauh lebih

besar dan berbeda bermakna dengan campuran fisis maupun tretinoin substansi, sehingga

disimpulkan bahwa PEG 6000 dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi tretinoin. Nilai

ED paling besar diperoleh pada disperssi solida tretionin-PEG dengan komposisi 1=100 dengan

harga 74.

Page 5: Kel Ella Rifka Agung

DAFTAR PUSTAKA

Chiou W.L., Riegelman S, Pharmaceutical Applications of Solid Dispersion System. J. of Pharm.

Sci 60(9). 1971: 1281-1302.

Khan KA & Rhodes ect, 1975, The Concept Of Dissolution Efficiency, J. Pharm. Phannc 24: 48-

49.

Moegihardjo, Agoes G., 2000, Pembentukan Dispersi Solida Nifedipin-PEG kombinasi dengan

Metode Pelarutan dan Peleburan, Prosiding FIFI, FMIPA, ITB, Bandung, 240.

Shefter, E., 1981, Solubilization by Solid State Manipulation, in : Yakowsky,S.H.,(ed), Technique

of Solubilization of Drug , Marcel Dekker, New York, 159-178.

Shroot, B., 1986, Pharmacology of Topical Retinoid, J.Am. Acad. Dermatol, 15, 746-56.

Suharmlati, Wahjo Dyatmiko, Noor Ifansyah, 2001, Pengaruh Polivinilpirolidon k-30 Terhadap

Peningkatan Laju Disolusi Andrografolida dengan Sistem Dispersi Solida, Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001 : 53-65