Kekuasaan Dan Politik

14

Click here to load reader

description

Perilaku Organisasi

Transcript of Kekuasaan Dan Politik

KEKUASAAN DAN POLITIK

Disusun oleh :Azis Irwandi(125020306111006)Ismie Dzakky Fatimah(125020307111005)Riko Adi Saputro(125020307111016)

Mata Kuliah: Perilaku Keorganisasian

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISJURUSAN AKUNTANSIMALANG2013

Definisi Kekuasaan Kekuasaan diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain sehingga orang lain tersebut bertindak sesuai dengan keinginan orang yang mempengaruhi. Aspek yang paling penting dalam mempengaruhi kekuasaan yaitu ketergantungan, yaitu dimisalkan hubungan si A dengan si B ketika si B memiliki sesuatu yang dibutuhkan.Perbedaan Kepemimpinan dengan KekuasaanKonsep kepemimpinan dengan kekuasaan sebenarnya bertautan. Para pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk memudahkan dalam mewujudkan tujuan kelompok.Perbedaan kepemimpinan dengan kekuasaan antara lain :1. Terkait dengan kesesuaian tujuanPada kekuasaan tidak mensyaratkan kesesuaian tujuan, hanya ketergantungan. Sedangkan pada kepemimpinan mensyaratkan keserasian antara tujuan pemimpin dengan mereka yang dipimpin.2. Terkait arah pengaruhPada kepemimpinan berfokus pada pengaruh ke bawah kepada para pengikut dengan meminimalkan pola-pola pengaruh ke samping dan ke atas. Sedangkan pada kekuasaan tidak demikian.3. Terkait dengan penekanan penelitianPenelitian terkait dengan kepemimpinan lebih difokuskan pada gaya kepemimpinannya, sedangkan pada kekuasaan penelitin lebih mencakup bidang yang luas dan lebih condong pada taktik-taktik untuk memperolah kepatuhan dari anak buah.Dasar-Dasar KekuasaanKepemimpinan dan kekuasaan saling bertautan, para pimpinan menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok. Sehingga kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha mereka mencapai tujuan. Salah satu perbedaan yang terkait adalah:1. Kesesuaian tujuan, kekuasaan tidak mengisyaratkan kesesuaian tujuan tetapi hanya ketergantungan. Sebaliknya kepemimpinan mengisyaratkan keserasian antara tujuan pemimpin dan mereka yang dipimpin2. Arah pengaruh, kekuasaan berfokus pada pengaruh ke bawah kepara para pengikutnya, sedang kepemimpinan meminimalkan pola-pola pengaruh kesamping dank ke atas. 3. Penekanan Penelitian, penelitian akan kepemimpinan terletak pada gaya, sedangkan penelitian kekuasaan terletak pada sesuatu yang lebih luas dan berfokus pada taktik-taktik untuk memperoleh kepatuhan dari anak buah.

Landasan Kekuasaan1. Kekuasaan Formala. Kekuasaan KoersifLandasan Kekuasaan koersif (Coersive power) adalah rasa takut. Kekuasaan koersif mengandalkan aplikasi, atau ancaman aplikasi, sangsi fisikyang menimbulkan rasa sakit, menimbulkan frustasi melalui pembatasan gerak atau pengendalian paksa terhadap kebutuhan dasar fisiologi atau keamanan.b. Kekuasaan imbalanKekuasaan imbalan (reward power), orang memenuhi keinginan atau arahan orang lain karena, dengan berbuat demikian, ia akan mendapatkan manfaat positif, serta mendapatkan imbalan atau penghargaan yang dipandang orang lain bernilai akan memiliki kekuasaan atas orang lain. Imbalan bisa bersifat financial atau non-finansial.c. Kekuasaan LegitimasiKekuasaan lagitimasi (Legitimate power) adalah kekuasaan yang melambangkan kewenangan formal untuk mengendalikan dan memamfaatkan sumber-sumber daya organisasi misalnya posisi structural. Secara spesifik kekuasaan ini mencakup penerimaan wewenang suatu jabatan oleh anggota-anggota dalam suatu organisasi.2. Kekuasaan Pribadi a. Kekuasaan karena KeahlianKekuasaan karena Keahlian (Expert power) adalah pengaruh yang diperoleh dari keahlian, ketrampilan khusus, pengetahuan. Keahlian telah menjadi salah satu sumber pengaruh yang paling kuat karena dunia sudah semakin berorientasi pada teknologi.b. Kekuasaan Rujukan Kekuasaan Rujukan (referent power) didasarkan pada identifikasi terhadap seseorang memiliki sumber daya atau sifat-sifat personal yang menyenangkan. Hal ini berkembang dari kekaguman terhadap orang lain dan hasrat untuk menjadi seperti orang lain. Karisma merupakan pengaruh yang cukup besar, walaupun tidak menduduki posisi kepeminpinan formal, mampu memanfaatkan pengaruhnya terhadap orang lain lantaran dinamisme kariskatik, rasa digemari, dan efek emosional mereka atas kita.Dari semua landasan kekuasaan formal dan pribadi, yang paling menarik adalah penelitian secara cukup jelas menunjukkan bahwa sumber-sumber kekuasaan yang bersifat pribadilah yang paling efektif. Kekuasaan karena keahlian maupun rujukan secara positif berkaitan dengan kepuasan karyawan berhadap penyeliaan, komitmen keorganisasian mereka, dan kinerja, sedangkan kekuatan imbalan dan legitimasi tampak tidak terkait secara langsung hasi - hasil semacam ini.Postulat Umum tentang KetergantunganPostulat umum adalah semakin besar ketergantungan B terhadap A, semakin besar kekuasaan A atas B. jadi ketergantungan berbanding terbalik dengan sember-sumber panawaran alternative. Hal ini menjelaskan, misalnya, alasan berbagai organisasi menggunakan jasa banyak penyuplai alih-alih mempercayakan kepada satu pihak saja. Hal ini juga menjelaskan mengapa begitu banyak diantara kita berusaha mencapai kebebasan finansial. Kebebasan finansial mengurangi kekuasaan yang mungkin dimiliki orang lain atas diri kita. Penyebab Ketergantungan yaitu :1. Nilai penting. Untuk menciptakan ketergantungan, hal-hal yang anda control haruslah hal-hal yang dipandang penting. Banyak organisasi, misalnya, secara aktif berusaha menghidari ketidakpastian. Karenanya, kita akan menemukan bahwa individu atau kelompok dapat menghilangkan ketidakpastian suatu organisasi akan dipandang sebagai penguasa sumber daya yang penting.2. Kelangkaan. Suatu sumber daya harus bisa dilihat sebagai sesuatu yang langka guna menciptakan ketergantungan. Hubungan kelangkaan ketergantungan lebih jauh dapat dilihat dalam kekuasaan yang termasuk kategori jabatan. Individu-individu yang memiliki jabatan di mana persediaan personil relative rending dibandingkan dengan kebutuhannya dapat merundingkan paket-paket kompensasi dan tunjangan yang jauh lebih manarik disbanding bila jumlah calonnya banyak. 3. Keadaan tidak tergantikan. Semakin sedikit pengganti yang tersedia bagi suatu sember daya, semakin besar kekuasaan yang diberikan oleh control atas sumber daya tersebut.

Taktik KekuasaanTaktik kekuasaan (power tactics). Dengan kata lain, pilihan-pilihan apa saja yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi atasan, rekan kerja, atau karyawan mereka. Serta apakah pilihan-pilihan tersebut yang lebih efektif dibandingkan dengan yang lain. Ada 9 mengidentidifikasi macam taktik pengaruh :a. LegitimasiMengamdalkan posisi kewenagan seseorang atau menekankan bahwa sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.b. Persuasi RasionalMenyajikan arguman-argumen yang logis dan berbagai bukti factual untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.c. Seruan InspirasionalMengembangkan komitmen emosional dengan cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi subuah sasaran.d. KonsultasiMeningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencara atau perubahan akan dijalankan.e. Tukar PendapatMemberi imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan. f. Seruan pribadiMeminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.g. Menyenangkan orang lainMenggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat sebelum membuat permintaan.h. TekananMenggunakan peringatan, tuntunan tegas, dan ancaman.i. KoalisiMeminta bantuna orang lain untuk membujuk sasaran (target) atau menggunakan dukungan orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.

Beberapa taktik tersebut umumnya lebih efektif dari pada yang lain bergantung pada arah dari pengaruh. Bukti menunjukkan bahwa orang dinegara yang berbeda-beda cenderung lebih menyukai taktik kekuasaan yang berbeda pula.

Ketidakseimbangan Kekuasaan di Tempat KerjaBerdasarkan studi yang telah dilakukan, menjelaskan bahwa konsep kekuasaan sangat penting untuk memahami pelecehan seksual. Pelecehan seksual lebih mungkin terjadi ketika terdapat kesenjangan kekuasaan yang besar. Meskipun tidak memiliki kekuasaan legitimasi, rekan kerja dapat memiliki pengaruh dan memanfaatkan pengaruh itu untuk melakukan pelecehan seksual kepada temannya.Pelecehan seksual (sexual harassment) didefinisikan sebagai segala aktivitas yang bersifat seksual yang tidak diinginkan dan mempengaruhi pekerjaan seorang individu serta menciptakan suasana kerja yang tak nyaman. Pelecehan seksual tidak hanya menimbulkan masalah hukum, namun juga jelas-jelas berdampak negatif terhadap suasana kerja, misalnya sikap kerja yang akhirnya membuat orang yang merasa dilecehkan akan menarik diri dari organisasi. Permasalahan ini seharusnya ditanggapi serius oleh pemimpin organisasi supaya situasi dalam organisasi bisa kembali kondusif. Terutama jika pelecehan seksual ini dialami oleh perempuan. Perempuan yang mempunyai kedudukan tinggi dalam sebuah organisasi tidak menutup kemungkinan bisa menjadi korban pelecehan seksual dari kaum laki-laki yang menduduki posisi lebih rendah. Mayoritas kasus pelecehan seksual yang mengakibatkan kaum perempuan sebagai korbannya ini dipicu oleh kaum laki-laki yang yang sering merendahkan kaum perempuan, tidak peduli kedudukan yang melekat pada korban atau pihak yang melecehkan. Cara yang digunakan adalah seringkali menonjolkan stereotip gender seperti ketidakberdayaan, lemah, kepasifan yang secara tidak langsung sudah melekat pada kaum perempuan.Pelecahan seksual dapat menyebabkan kehancuran sebuah organisasi, tetapi tindakan tersebut dapat dihindarkan dengan cara antara lain : a. Adanya kebijakan yang dengan tepat mendefinisikan hal-hal yang merupakan pelecahan seksual, sebagai sanksinya karyawan bisa dipecat jika terbukti melakukan pelecehan seksual terhadap karyawan atau rekan di organisasinya.b. Adanya perlindungan terhadap karyawan yang telah melaporkan adanya pelecehan seksual dalam sebuah organisasi.c. Menyelidiki setiap keluhan dan ikut sertakan divisi legal dan sumber daya manusia perusahaan.d. Memastikan bahwa pelakunya terkena sanksi atau diberhentikan.e. Mengadakan seminar internal untuk membangkitkan kesadarann karyawan akan isu-isu seputar pelecehan seksual.Dengan demikian para manajer memiliki tanggung jawab untuk melindungi karyawan mereka dari lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, tetapi mereka juga perlu melindungi diri mereka sendiri.Realitas PolitikSecara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Menurut Aristoteles, politik adalah usaha warga negara dalam mencapai kebaikan bersama atau kepentingan umum. konsep berbeda dan berdiri sendiri. Politik berbeda dengan kekuasaan. Power atau kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk secara sengaja menimbulkan dampak pada orang lain. Sedangkan politik adalah penggunaan power (kekuasaan) agar sesuatu tercapai.Munculnya Politik dalam OrganisasiRichard L. Daft mengidentifikasi 3 wilayah dimana politik organisasi terangsang untuk muncul. Wilayah-wilayah tersebut adalah :1. Perubahan StrukturalReorganisasi seperti perubahan tugas dan wewenang, juga berdampak atas dasar kekuasaan akibat ketidakmenentuan strategis. Untuk alasan ini, reorganisasi membawa ke arah maraknya kegiatan politik dalam organisasi. Para manajer secara aktif menawar dan menegosiasi guna memelihara wewenang dan kekuasaan yang mereka miliki. Merger dan akuisisi juga kerap membawa kegiatan politik yang eksplosif.2. Suksesi ManajemenPerubahan keorganisasian seperti rekrutmen eksekutif baru, promosi, dan transfer pegawai punya signifikansi politik yang besar, khususnya pada level organisasi puncak dimana ketidakmenentuan demikian tinggi dan jaringan kepercayaan, kerjasama, dan komunikasi di antara eksekutif adalah penting. Keputusan rekrutmen dapat melahirkan ketidakmenentuan, pertentangan wacana, dan ketidaksetujuan. Manajer dapat menggunakan perekrutan dan promosi guna memperkuat jaringan aliansi dan koalisi dengan menempatkan orang-orangnya sendiri dalam posisi kunci.3. Alokasi Sumber DayaAlokasi sumber daya adalah arena politik ketiga. Alokasi sumberdaya memotong seluruh sumberdaya yang dibutuhkan bagi kinerja organisasi, termasuk gaji, anggaran, pekerja, fasilitas kantor, perlengkapan, penggunaan transportasi kantor, dan sebagainya. Sumber daya adalah vital sehingga bahwa ketidaksetujuan untuk memprioritaskan salah satu sumber daya mungkin mengemuka. Dalam konteks ini, proses-proses politik membantu menyelesaikan dilema ini.Ketika orang-orang menyatu dalam kelompok, maka berlakulah hukum kekuasaan dan secara tidak langsung akan terdapat politik keorganisasian. Jeffrey Pfeffer, perintis riset politik dalam organisasi, mendefinisikan politik keorganisasian sebagai penerapan atau penggunaan power (kekuasaan), dengan mana kekuasaan sendiri didefinisikan sebagai kekuatan potensial.Jadi, definisi politik dan politik organisasi saling bersinggungan. Konsep-konsep kekuasaan, influence (pengaruh), resources (sumberdaya), interest (kepentingan), merupakan sejumlah konsep inheren (melekat) di dalam definisi politik maupun politik organisasi. Juga telah dikatakan bahwa politik tidak selalu berarti buruk. Politik merupakan media kompetisi gagasan antar sejumlah pihak yang berbeda guna mencapai tujuan masing-masing.Dalam politik organisasi, anggota dalam organisasi tersebut dituntut untuk berperilaku politik. Perilaku politik (political behavior) didefinisikan sebagai kegiatan yang tidak dipandang sebagai bagian dari peran formal seseorang di dalam organisasi, tetapi yang mempengaruhi atau berusaha mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Perilaku politik dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Robbins membedakan perilaku politik menjadi dua :a. Perilaku politik sah, mengacu pada politik sehari-hari yang normal sesuai dengan peraturan, seperti membentuk koalisi.b. Perilaku politik tidak sah, merupakan perilaku politik ekstrim yang melanggar peraturan yang berlaku, misalnya melakukan sabotase.Politik adalah sebuah kenyataan hidup dalam organisasi. Organisasi terbentuk dari individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan kepentingan yang berbeda-beda. Faktor terpenting untuk mendorong tumbuhnya politik di dalam organisasi adalah kesadaran bahwa sebagian besar fakta yang digunakan untuk mendasarkan pengalokasian sumber daya yang terbatas itu terbuka untuk ditafsirkan secara beragam.Faktor-faktor yang Berkontribusi terhadap Perilaku Politik1. Faktor IndividuPara peneliti telah mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian tertentu, kebutuhan dan beberapa faktor lain yang dapat dikaitkan dengan perilaku politik seseorang, antara lain : Kemampuan merefleksi diri yang baik Pusat kendali internal Kepribadian yang lincah Investasi Organisasi Alternatif pekerjaan yang diyakini ada Harapan akan kesuksesan2. Faktor OrganisasiKegiatan politik lebih merupakan fungsi karakteristik organisasi daripada fungsi variabel perbedaan individu karena tidak sedikit organisasi memiliki banyak karyawan dengan karakteristik individu tetapi kadar perilaku politiknya sangat beragam. Sehingga faktor organisasi yang mempengaruhi perilaku politik yaitu : Realokasi sumber daya Peluang promosi Tingkat kepercayaan rendah Ambiguitas peran Sistem evaluasi kinerja tidak jelas Praktik-praktik imbalan zero sum Tekanan kinerja tinggi Pengambilan keputusan yang demokratis Para manajer senior yang egois

Menanggapi Politik OrganisasiBeberapa tanggapan karyawan terhadap politik organisasi yaitu :a. Kepuasan kerja menurunb. Kecemasan dan stress meningkatc. Tingkat perputaran karyawan meningkatd. Kinerja menurunDari beberapa tanggapan di atas, dapat disimpulkan bahwa 1. Hubungan politik kinerja dimoderatkan oleh pemahaman individu tentang bagaimana dan mengapa politik organisasi itu. 2. Ketika politik dipandang sebagai ancaman dan senantiasa direspon secara defensive, akhirnya yang muncul adalah hasil yang negative. Manakala memandang politik sebagai ancaman alih-alih sebagai peluang, orang tak jarang akan meresponnya dengan perilaku defensif (defensive behavior) yaitu perilaku reaktif dan protektif untuk menghindari aksi, disalahkan, atau perubahan.Mengelola KesanDalam konteks politik, kesan yang bagus mungkin bisa membantu memengaruhi distribusi keuntungan untuk kepentingan mereka sendiri. Proses yang digunakan individu untuk mengendalikan kesan yang dibentuk orang lain terhadap diri mereka disebut Pengelolaan atau Manajemen Kesan (impression management).Efektivitas teknik-teknik manajemen kesan dikaitkan dengan dua kriteria, yaitu:1. Kesuksesan wawancaraMisalnya pewawancara merasa bahwa pelamar untuk posisi customer service reprentative menggunakan teknik-teknik manajemen kesan tampil lebih baik dalam wawancara dan mereka cenderung merekrut tipe orang seperti ini. Para pelamar yang menggunakan teknik-teknik manajemen konsep yang berfokus pada promosi diri dengan para pelamar yang berfokus pada menjilat, umumnya pelamar menggunakan yang promosi diri (Stevens dan Kristof).2. Evaluasi kinerjaDalam evaluasi kinerja, menjilat berhubungan positif dengan peringkat kinerja, artinya mereka yang menjilat para penyelia mendapatkan evaluasi kinerja yang lebih tinggi. Menjilat selalu berhasil karena setiap orang senang diperlakukan baik, baik itu pewawancara maupun penyelia. Jadi jika Anda akan mempromosikan diri harus ingat bahwa apa yang berhasil dalam wawancara tidak selalu berhasil ketika Anda sudah bekerja.Etika Berperilaku secara PolitisMenyimpulkan pembahasan mengenai politik dengan memberikan beberapa panduan etis untuk berperilaku positif, meskipun tidak ada cara pasti untuk membedakan antara politik etis dan tidak etis. Terkadang secara tidak sadar kita terlibat dalam perilaku politik karena alasan kecil yang baik. Kebohongan yang terang-terangan bisa menjadi contoh yang ekstrem dari pengaturan kesan, tetapi banyak di antara kita telah mendistorsi informasi menjadi sebuah kesan yang menyenangkan. Pertanyaan terakhir yang perlu dijawab adalah apakah kegiatan politik selaras dengan standard kesetaraan dan keadilan. Terkadang sulit untuk menimbang biaya dan manfaat dari sebuah tindakan politik, tetapi keetisannya jelas. Adanya pandangan like and undislike terhadap penilaian hasil kinerja. Ketika dihadapkan pada dilemma etika menyangkut politik organisasi, cobalah pertimbangkan isu-isu yang pernah ada sebelumya (apakah bermain politik sepadan resikonya dan akankah membahayakan orang lain dalam prosesnya).

DAFTAR PUSTAKA

http://queenaya-84.blogspot.com/2012/03/kekuasaan-dan-politik.htmlhttp://nurulfitriaim.blogspot.com/2011/05/kekuasaan-dan-politik.htmlhttp://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kekuasaan-dan-politik-dalam-organisasi.htmlRobbins Stephen dan Timothy A. Judge (2011). Perilaku Organisasi buku 2. Jakarta : Salemba Empat