kejang demam jadi

44
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229). Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)

description

kk

Transcript of kejang demam jadi

Page 1: kejang demam jadi

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga.

Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi

penerus bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan

anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling

sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses

ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan

bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur

6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5

tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering

didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan

karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat

dibandingkan laki-laki. (ME. Sumijati, 2000;72-73)

Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan

mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian

hari, terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah,

1985 : 858) .

Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan

pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat

diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan

bangkitan kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut

untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu

memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang

meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan

berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh

Page 2: kejang demam jadi

2

secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang

demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi

pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri

yang positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit,

prognosis dan kebutuhan penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan

Asuhan Keperawatan pada kasus Kejang Demam.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data

subyektif dan data obyektif pada pasien dengan kejang demam.

2. Mampu menganalisa data yang diperoleh

3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien

dengan kejang demam

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana yang ditentukan.

5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

1.3 Manfaat Penulisan

Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tantang kejang

demam pada anak dengan menggunakan asuhan keperawatan.

Page 3: kejang demam jadi

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang

yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang

disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).

2.2 Etiologi

Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan

suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar

susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis,

dll

2.3 Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi

dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri

dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah

oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan

elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+

dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel

neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan

konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk

menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan

bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Page 4: kejang demam jadi

4

2.4 WOC Kejang Demam

Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

Difusi Na dan Ca berlebih

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

kejang

parsial umum

sederhana kompleks absens mioklonik Tonik klonik

atonik

Kesadaran Gg peredaran darah

Aktivitas otot

Resiko injury Reflek menelan

aspirasi

hipoksi

Permeabilitas kapiler

Sel neuron otak rusak

Metabolisme

Keb. O2

asfiksia

Suhu tubuh makin

meningkat

Page 5: kejang demam jadi

5

2.5 Manifestasi Klinik

Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu

demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat

berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya

kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi

reaksi apapun sejenak tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan

sadar tanpa ada kelainan saraf.

Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone

dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana,

yaitu :

1 Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

2 Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit

3 Kejang bersifat umum

4 Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam

5 Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6 Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah

suhu normal tidak menunjukkan kelainan

7 Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat

kali

2.6 Penatalaksanaan Medik

Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu

dikerjakan, yaitu :

Pemberantasan kejang secepat mungkin

Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan

Anak FKUI sebagai berikut :

Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :

1. Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3

mg/kg

Atau

diazepam rectal dosis 10 kg : 5 mg

Page 6: kejang demam jadi

6

bila kejang tidak berhenti ≥ 10 kg : 10 mg

tunggu 15 menit

dapat diulang dengan cara/dosis yang sama

kejang berhenti

berikan dosis awal fenobarbital

dosis : neonatus : 30 mg I.M

1 bulan – 1 tahun : 50 mg I.M

1 tahun : 75 mg I.M

2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan

dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.

Pengobatan penunjang

Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :

1. Semua pakaian ketat dibuka

2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung

3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen

4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan

oksigen

Pengobatan rumat

Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari

pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari

berikutnya.

Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan

astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati

penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan

lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium, natrium

dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi, dll.

Page 7: kejang demam jadi

7

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN

“KEJANG DEMAM”

3.1. Pengkajian

3.1.1 Keadaan umum

Kesan perawat terhadap pasien saat datang :

1. Sakit berat

2. Sakit sedang

3. Sakit ringan

Keadaan umum klien dengan Kejang adalah sakit berat.

3.1.2 Kesadaran

Pada kasus kejang kesadaran klien biasanya menurun. Soporokoma

dengan GCS ( 3-8 ).

3.1.3 Pengkajian Primer (ABC)

Pada kasus kejang biasanya ditemukan gangguan pada A.

Tindakan gawat darurat pada kasus kejang.

1. Diagnosa Perawatan : Jalan napas tidak efektif

a. Definisi :

ketidakmampuan secara efektif membersihkan sekret atau

sumbatan dari saluran pernafasan.

b. Tanda dan gejala jalan napas tidak efektif:

Sesak lama, gangguan tidur, sesak napas saat tidur /

beraktifitas, tekanan darah menurun, takikardi, disritmia,

distensi vena jugularis, edema lokal, mukusa membran /

warna kulit normal / sianosis, pucat, ketakutan, perbahan

perilaku, mual/muntah, nafsu makan menurun, turgor

kulit menurun, keringat dingin, BB menurun atau massa

otot menurun, hepatomegali, napas dangkal dan cepat,

menggunakan otot bantu napas, bunyi napas:wheezing,

Crackles, Ronchi, Clubbing pada jari.

Page 8: kejang demam jadi

8

c. Tindakan kepeawatan :

1) Monitor pernapasan

2) Auskultasi suara napas

3) Bantu klien mengatur posisi tidur

4) Kolaborasi : berikan bronchodilator, analgesik,

oksigen, ultrasonik nebulizer, pemeriksaan gas darah

dan suction.

d. Evaluasi :

Pernafasan dalam batas normal : dewasa ; 16 - 24

kali/menit. Anak - anak ; 30 kali/menit. Suara nafas :

vesikuler, tidak ada whezing, tidak ada ronkhi. Tidak ada

penggunaan otot bantu pernafasan Tidak ada cyanosis,

pucat. Tidak ada mual, muntah, turgor kulit baik.

Extremitas hangat.

2. Diagnosa Perawatan : Diagnosa Penurunan Tingkat

Kesadaran

a. Definisi : Terjadinya penurunan kesadaran dari compas

mentis menjadi apatis, somnolen, delirium, soporokoma,

dan koma.

b. Tanda dan gejala :

1) Apatis, dimana klien dalam keadaan lambat

menjawab rangsang, acuh, perasaan dan emosi datar.

2) Somnolen, dimana klien dalam keadaan mengantuk,

masih bisa diajak bekerja sama, dengan rangsang

minimal klien bisa dibangunkan.

3) Delirium, dimana klien dalam keadaan disorientasi

waktu dan tempat serta orang, tidak mau bekerja

sama, terangsang, gelisah dan menolak segala

sesuatu (berusaha turun dari tempat tidur, cabut infus,

dan lain-lain)

Page 9: kejang demam jadi

9

4) Soporokoma, dimana klien dalam keadaan tidur yang

dalam, sulit dibangunkan (respon sedikit terhadap

rangsangan yang menyakitkan), memberi respon

terhadap rasa nyeri dengan gerakan otomatis tanpa

tujuan.

c. Tindakan keperawatan :

1) Kaji perubahan tingkat kesadaran

2) Observasi respon perilaku

3) Atur posisi tidur untuk mempertahankan jalan nafas

4) Kolaborasi : pemberian oksigen , obat- obatan, dan

pemeriksaan lab.

5) Beri pengaman pada sisi tempat tidur

d. Evaluasi

Kesadaran compas mentis, orientasi baik,

3.1.2 Pengkajian Skunder

1. SAMPLE

Perawat harus mengkaji riwayat klien. Riwayat

diberikan oleh klien adalah faktor kritikal dalam penentuan

perawatan yang sesuai. Jika klien tidak dapat memberikan

informasi , keluarga atau teman bisa menjadi data skunder.

SAMPLE mnemonic dapat diberikan sebagai pengingat

informasi. komponen penting yang harus didata.

a. S : Sign and Symtom (tanda dan gejala)

1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun

2) Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit

3) Kejang bersifat umum

4) Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah

timbulnya demam

5) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6) Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu

sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan

Page 10: kejang demam jadi

10

7) Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak

melebihi empat kali

b. A : Allergies (alergi)

Apakah klien mengalami alergi terhadap obat,

benda atau hal lainnya.

c. P : past medical history (riwayat medis lalu)

Riwayat keperawatan sebelumnya adalah riwayat

atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit

yang pernah di alami (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006)

d. M : Medications (pengobatan)

Pengobatan yang pernah di lakukan klien

sebelumnya.

e. L : Last Oral Intake (obat terakhir dikonsumsi)

Obat yang dikonsumsi klien terakhir kali sebelum di

bawa ke rumah sakit.

f. E : Events (kejadian-kejadian)

kejadian yang membuat klien meminta pertolongan

atau pengobatan. Seperti trauma atau kecelakaan dan hal-

hal yang berhubungan dengan penyakit yang dialami

sekarang.

3.1.3 Analisa Data

Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi

kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan

data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data,

membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya

membuat kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan

masalah keperawatan atau yang disebut diagnosa keperawatan.

Page 11: kejang demam jadi

11

Tabel 2.1 Analisa Data Pada Kasus Kejang Demam

NO

Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1

2

3

4

- Suhu Tubuh > Normal t. 36,5 – 37,5 ºC (bayi) t. 36 - 37,5 ºC(anak)- Denyut nadi lebih cepat N 110-120x/menit (bayi) N 100-110x/menit (1 th ) N 80- 90x/menit (5-12th)- Adanya riwayat kejang demam- Kulit teraba panas- Frekwensi pernafasan me- ningkat R.R 30-40x/menit (bayi) R.R 24-28x/menit (anak )

- Capek- Kelelahan- Nyeri otot- Penurunan kesadaran- Riwayat kejang demam- Hasil laboratorium glukosa darah abnormal (< 80 gr)- Elektrolit abnormal Na : N 135 –144 meq/dl K : N 3,80-5,00 meq/dl

- Suhu tubuh abnormal > 37,5º C- Kulit terasa panas- Denyut nadi meningkat- Riwayat infeksi pernafa-san

atas, ostitis media akut, pneumonia, saluran kencing, pencernaan.

- Anak gelisah dan tidur terganggu.

- Keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya, pengobatan dan perawatannya

Hipertemia↓

Gangguan metabolisme otak

↓Perubahan keseimbangan

dan sel netron↓

Difusi ion kalium dannatrium

↓Lepas muatan listrik

↓Kejang

(M.E. Sumijati, 2000;103)

Kejang↓

Berkurangnya koordinasi otot

↓trauma fisik

(ME. Sumijati, 2000;103)

Kuman penyakit↓

infeksi↓

Thermoregulasi(Hipothalamus)

tak efektif↓

hipertermi

Kurangnya atau keterbatasan informasi

↓sering bertanya

(Ngastiyah, 1997:230)

Resiko ke-jang berulang

Resiko trauma fisik

Gangguan rasa nyaman

Kurangnya pengetahuan keluarga

Page 12: kejang demam jadi

12

3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.

2. Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya

koordinasi otot

3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi

4. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan

informasi

3.3 Perencanaan

Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan

dengan hipertermi.

Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan

hiperthermi

Kriteria hasil :

1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.

2. Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

3. Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)

100-110 x/menit (anak)

4. Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)

24 – 28 x/menit (anak)

5. Kesadaran composmentis

Rencana Tindakan :

1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap

keringat.

Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat

dan tidak menyerap keringat.

2. Berikan kompres dingin

Rasional : perpindahan panas secara konduksi

3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)

Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.

4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam

Page 13: kejang demam jadi

13

Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang

akan dilakukan.

5. Batasi aktivitas selama anak panas

Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan

meningkatkan panas.

6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.

Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai

propilaksis.

Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan

dengan kurangnya koordinasi otot.

Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

Kriteria Hasil :

1. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.

2. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.

3. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.

Rencana Tindakan :

1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur

yang rendah.

Rasional : meminimalkan injuri saat kejang

2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..

Rasional : meningkatkan keamanan klien.

3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.

Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.

4. Letakkan klien di tempat yang lembut.

Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas

ketika kontrol otot volunter berkurang.

5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.

Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang

terganggu.

6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang

Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal

Page 14: kejang demam jadi

14

Diagnosa Keperawatan / Masalah : Gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan hiperthermi.

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil : Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ; 100 – 110 x/menit,

RR : 24 – 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak

tidak rewel.

Rencana Tindakan :

1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi.

Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena

penambahan pakaian/selimut dapat menghambat

penurunan suhu tubuh.

2. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali

Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan

perkembangan keperawatan yang selanjutnya.

3. Pertahankan suhu tubuh normal

Rasional : suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas,

suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan

mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.

4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala /

ketiak .

Rasional : proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan

perantara.

5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun

Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian

tebal dan tidak dapat menyerap keringat.

6. Atur sirkulasi udara ruangan.

Rasional : Penyediaan udara bersih.

7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum

Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh

meningkat.

Page 15: kejang demam jadi

15

8. Batasi aktivitas fisik

Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan

panas.

Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga

sehubungan keterbataaan informasi.

Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit

anaknya.

Kriteria hasil :

1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.

Rencana Tindakan :

1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga

Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki

keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.

2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam

Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu

menambah wawasan keluarga

3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.

Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan

perawatan

4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan

mencegah kejang demam, antara lain :

a. Jangan panik saat kejang

b. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

c. Kepala dimiringkan.

d. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah,

lalu dimasukkan ke mulut.

e. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat

tunggu sampai keadaan tenang.

Page 16: kejang demam jadi

16

f. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri

banyak minum

g. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.

Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga

agar mandiri dalam mengatasi

masalah kesehatan.

5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila

anak panas.

Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan

kejang ulang.

6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi

dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit

menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.

Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang

7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar

memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah

menderita kejang demam.

Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat

menyebabkan kejang demam.

3.4 Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut

pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah

tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu

langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa

masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

Page 17: kejang demam jadi

17

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

1. Pengkajian

Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese

selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang

terjadi. Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan

penyebab kejang demam maka dilakukan pemeriksaan penunjang.

2. Diagnosa / Masalah Keperawatan

Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam

adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi,

gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan,

kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan

keterbatasan informasi

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah

tindakan yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan

pustaka sesuai kebutuhan klien saat itu.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan,

terdiri atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien.

Dengan evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien

yang dapat berubah-ubah.

Saran

Karena kejang demam merupakan kasus gawat darurat pada anak dan

sering ditemukan dalam praktek maka perlu mengembangkan kemampuan diri,

baik melalui intitusi maupun non intitusi untuk meningkatkan ketrampilan dan

pengetahuan. Dan hendaknya selalu berupaya memberikan asuhan keperawatan

yang bermutu dengan memperhatikan pribadi individu yang unik, dimana aspek

bio psiko sosial dan spiritual terintegrasi secar utuh.

Page 18: kejang demam jadi

18

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya

Baru, Jakarta

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,

Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I

Made, EGC, Jakarta

Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi ke 2, PT. Sagung

Seto: Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.

Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.

Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI,

Jakarta.

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas

Airlangga, Surabaya.

Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang

Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.

Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.

Page 19: kejang demam jadi

19

LAMPIRAN

Format Pengkajian Gawat Darurat

Nama

Klien: .................................

.......

Alamat :..............................

..................

............................................

...........…..

Umur :................................

...............

Jenis

Kelamin :.............................

........

No.Reg :...........

.......................

Dx.

Medis:...............

................

Alasan

MRS :.................................................................................................................

.............................................................

……...................................................................................................................

.................................................................

………………………………………………………………………………

……………………………………………….……………….

...........................................................................................................................

...................................………….......................

Tanda Vital: Tensi :............mmhg Nadi :...........x/menit

Suhu :..........° Celsius RR :...........x/menit

Pengkajian

Tanggal :

Diagnosa

Keperawatan

Tindakan

Keperawatan

(Jam........

........)

Evaluasi Nama

&

Paraf

Airway (jalan

napas)

Jalan napas tidak�

efektif

Page 20: kejang demam jadi

20

Sumbatan :

Benda asing� Monitor �

pernapasan

Sputum� Auskultasi suara �

napas

Darah� Bantu klien �

mengatur posisi

Lidah� Kolaborasi: �

bronchodilator,

analgesik,

oksigen, suction

Posisi kepala� �

Breathing

(pernapasan)

Batuk :

Pola napas tidak �

efektif

Produktif� Kaji frekuensi �

suara napas,

kedalaman,

ekspansi paru

Non produktif� Kaji penggunaan �

otot bantu

napaas

Nyeri dada� Auskultasi suara �

napas, catat

adanya suara

abnormal

Ekspansi paru �

menurun

Bantu mengatur �

posisi klien,

seperti; semi

fowler/fowler

Page 21: kejang demam jadi

21

Pola napas :

Sesak napas� �

Frekuensi

(x/menit)

Teratur� �

Tidak teratur� �

Apnoe� �

Bunyi napas:

Whezing� �

Ronchi� �

Coarce Crackles� �

Fine Crackles� �

Dysnoe saat: Gangguan �

perfusi jaringan

Aktivitas� Auskultasi suara �

jantung,

catat adanya

suara tambahan

Tanpa aktivitas� Observasi tingkat �

kesadaran

Dengan alat �

tambahan

Observasi suhu �

tubuh, warna

kulit / mukosa

Ukur pengeluaran�

urine

Palpasi nadi�

perifer:frekuensi,

kekuatan,

dan kelenturan

Page 22: kejang demam jadi

22

Atur posisi klien �

sesuai

dengan daerah

yang

mengalami

gangguan

perfusi

Kolaborasi: �

IVFD,

pemeriksaan

laboratorium,

pemberian obat-

obatan

Circulation

(Sirkulasi):

Gangguan �

sirkulasi

Nadi Karotis : Palpasi nadi �

karotis:

frekuensi,

kekuatan, dan

keteraturan

Lemah� Observasi adanya �

sianosis

Negatif� Observasi daerah �

ekstremitas

Pucat� Observasi adanya �

edema

Aritmia� Kolaborasi:IVFD,�

pemeriksaan

laboratorium,

pemberian obat-

obatan

Page 23: kejang demam jadi

23

Kaki tangan �

dingin

Mimisan / �

epitaksis

Edema� �

Gemeteran� �

Kesemutan� �

Nyeri dada� �

Capilary refill:

2-3 detik� �

> 3 detik� �

Fluid (cairan

dan elektrolit)

Gangguan �

keseimbangan

cairan dan

elektrolit

Kurang�

Lebih�

Turgor : Monitor tanda-�

tanda vital tiap

jam

Baik� Observasi tanda-�

tanda

kelebihan dan

kekurangan

cairan

Sedang� Observasi intake �

dan output

cairan

Kurang� Kolaborasi : �

IVFD,

pemeriksaan

Page 24: kejang demam jadi

24

laboratorium,

pemberian

obat-obatan

Mukosa Mulut:

Kering� �

Lembab� �

BAB :

Encer� �

Padat� �

Hitam� �

BAK: �

Sering� �

Kurang� �

Tidak� �

Intoksikasi : Resiko �

penyebaran

toksin keseluruh

tubuh

Makanan� Mengkaji jenis �

racun

Gigitan binatang� Observasi tanda-�

tanda vital

Zat kimia� Kolaborasi: �

pemberian anti

dotum, IVFD,

anal-getika

atau

antibiotika,

ATS/toksoid,de

bridemen

Page 25: kejang demam jadi

25

Narkotik� Atur posisi miring �

(bagian

gigitan binatang

lebih rendah)

GCS : Penurunan �

tingkat

kesadaran

3 - 8� Kaji perubahan �

tingkat

kesadaran

9 - 12� Atur posisi tidur�

13 - 15� Kolaborasi : �

pemberian

oksigen,

pemeriksaan

laboratorium,

dan obat-

obatan

Berikan �

pengaman tempat

tidur

Observasi respon �

perilaku

Neurosensorik/

Muskuloskeleta

l

Resiko tinggi �

trauma

Spasme otot� Kaji adanya �

twiching pada

kaki / tangan /

otot wajah

Parastesia� Pasang pengaman�

Page 26: kejang demam jadi

26

tempat

tidur

Perubahan �

pergerakan :

Suction dengan �

cateter yang

lembut

Kerusakan �

jaringan ,

Vulnus :...........

Istirahatkan klien �

selama fase akut

Krepitasi� Cegah �

perluasankerusaka

n

jaringan dan

kemungkinan

terjadinya

infeksi rawat

luka dengan

tehnik aseptik

Fraktura� Kolaborasi : �

pemberian obat

dilantin,

diazepam,

valium

Dislokasi� �

Luxatio� �

Integumen gangguan �

integritas kulit

Luka bakar� Kaji jalan napas�

Perawatan luka �

secara aseptik

Monitor intake �

dan out put

Page 27: kejang demam jadi

27

Kolaborasi : �

pemberian

oksigen, IVFD,

obat-obatan,

pemeriksaan

laboratorium

Nyeri : Gangguan rasa �

nyaman : nyeri

Skala:� Catat durasi, �

intensitas,

penyebaran

nyeri

Intensitas� Catat adanya �

penurunan

Tekanan Darah /

Nadi

Lokasi� Kaji penyebab �

nyeri

Penyebaran� Bantu klien �

mengurangi

nyeri

Kolaborasi: �

Pemberian

analgesik

Psikososial : Cemas atau takut�

Ketegangan �

meningkat

Ciptakan �

hubungan saling

percaya

Fokus pada diri �

sendiri

Anjurkan klien �

melakukan

tehnik relaksasi

Kurang � Berikan �

Page 28: kejang demam jadi

28

pengatahuan kesempatan untuk

mengungkapkan

perasaan

Kaji penyebab �

kecemasan