KEJAHATAN KORPORASI

14
KEJAHATAN KORPORASI “KASUS PT AGROSARIMAS INDONESIA” Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur II Mata Kuliah Kejahatan Korporasi Kelas B Oleh Fachrun Nurrisya Aini 115010100111099

Transcript of KEJAHATAN KORPORASI

Page 1: KEJAHATAN KORPORASI

KEJAHATAN KORPORASI

“KASUS PT AGROSARIMAS INDONESIA”

Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur II

Mata Kuliah Kejahatan Korporasi

Kelas B

Oleh

Fachrun Nurrisya Aini

115010100111099

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM

2014

Page 2: KEJAHATAN KORPORASI

LATAR BELAKANG:

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (3) menyatakan bahwa

“Negara Indonesia adalah Negara hukum“ sehingga dapat diketahui bahwa

Indonesia adalah negara hukum. Hukum dapat bermacam – macam dan salah

satunya adalah hukum pidana yang  dituangkan dalam KUHP (Kitab Undang –

Undang Hukum Pidana) sebagai salah satu hukum positif. Tentunya ada tujuan

umum dari hukum pidana itu sendiri, yaitu menyelenggarakan tertib masyarakat.

Selain itu pula ada tujuan khususnya,  yaitu untuk menanggulangi kejahatan

maupun mencegah terjadinya kejahatan dengan cara memberikan sanksi yang

sifatnya keras dan tajam sebagai perlindungan terhadap kepentingan –

kepentingan hukum yaitu orang yang terdiri dari martabat, jiwa, harta, tubuh, dan

lain sebagainya,juga  masyarakat dan negara.

Lingkungan saat ini telah menjadi perhatian dunia internasional, mulai

dengan diselenggarakannya pertemuan tingkat internasional untuk membahas

tentang pemeliharaan lingkungan sampai dengan  lahirnya konvensi dan

perjanjian hukum sebagai landasan pengaturan upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian peraturan tersebut diratifikasi oleh

masing- masing Negara menjadi suatu undang- undang dengan konten salah

satunya menerapkan sanksi pidana atau menerapkan pemahaman bahwa

pencemaran atau pengerusakan lingkungan tertentu sebagai suatu kejahatan

terhadap lingkungan.

Di Indonesia sendiri, hukum mengenai perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Selanjutnya disebut

UUPPLH).

Kebanyakan pelaku kejahatan lingkungan hidup yang berdampak besar dan

meluas dilakukan oleh korporasi. Namun pada prakteknya jarang sekali korporasi

yang dapat dipertanggungjawabkan secara pidana meskipun kerusakan lingkungan

yang terjadi sangat parah.

2

Page 3: KEJAHATAN KORPORASI

Makalah ini akan membahas dan menganalisis mengenai kejahatan

lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT Agro Sarimas Indonesia (PT ASI)

dikaitkan dengan Kejahatan Korporasi.

CONTOH KASUS:

Izin Perkebunan Belum JelasSENIN, 18 JANUARI 2010 18:41

Anggota Dewan Minta Pembangunan

Kebun PT ASI Dihentikan

Tembilahan (infoinhil.com)– Anggota DPRD

Inhil H Bakri H Anwar menegaskan agar pihak

pemerintah daerah (Pemda) Inhil menyetop

pembangunan perkebunan  pola inti plasma PT

Agro Sarimas Indonesia (PT ASI) Sungai Sejuk.

Perusahaan ini dinilai tidak menghormati pihak

Pemda Indragiri Hilir.

Pernyataan ini diungkapkannya saat pertemuan antara pihak DPRD Inhil dengan

manajemen PT Agro Sarimas Indonesia (PT ASI) Sungai Sejuk, Kecamatan Kempas,

perwakilan kelompok tani dan Koperasi Cita Harapan, Sabtu (16/1) di DPRD Inhil Jalan

Subrantas Tembilahan. Pertemuan ini digelar karena terjadinya perselisihan antara

perwakilan kelompok tani dengan PT ASI dan Koperasi Cita Harapan dalam masalah

pembangunan perkebunan pola inti plasma.

“Ada indikasi PT Agro Sarimas Indonesia dan Koperasi Cita Harapan tidak

menghormati pemerintah daerah Indragiri Hilir. Sebelum izinnya jelas kita mohon

operasionalnya (pembangunan kebun, red) distop,” tegas politisi dari Partai Bintang

Reformasi (PBR) tersebut.

Selain itu, Bakri juga meminta agar izin Koperasi Cita Harapan dicabut, karena

koperasi ini dianggap telah cacat hukum. Karena sejak awal Perubahan Anggaran Dasar

(PAD) dari Koperasi Riau Andalan menjadi Koperasi Cita Harapan pada tahun 2003 tidak

jelas pengelolaannya dan tidak pernah mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT).

Kepala Dinas Perkebunan Inhil Kuswari menyebutkan bahwa sampai saat ini PT

ASI sebatas mengantongi izin lokasi perkebunan, dan izin ini juga telah habis masa

berlakunya.

3

Page 4: KEJAHATAN KORPORASI

“Sampai saat ini pembangunan perkebunan PT ASI baru sampai pemberian izin

lokasi dan sudah habis waktunya. Seharusnya sejak pemberian izin lokasi ini, mereka

harus mengurus izin usaha perkebunan sampai sekarang belum mengurusnya.

Seharusnya kalau ini tidak dimiliki tidak boleh mendirikan kebun. Saya yakin mereka juga

tidak punya Hak Guna Usaha (HGU),” sebut Kuswari saat itu.

Lanjutnya, pihak PT ASI hanya sebatas mengantongi izin lokasi bagi

pembangunan perkebunannya, berdasarkan Peraturan Bupati Inhil Nomor : 196/ VI/ HK-

2005 mengenai permohonan izin lokasi bagi perkebunan pola inti plasma seluas ± 26.523

hektar.

Kawasan yang akan dibangun perkebunan ini tersebar di Desa Sungai Gantang,

Desa Harapan Tani, Pekantua, Bayas Jaya, Tempuling dan Desa Pengalihan, Pancor,

Sencalang, Teluk Kelasa dan Desa Kuala Lemang, Keritang. Berdasarkan peraturan

bupati tersebut perolehan tanah harus diselesaikan dalam waktu 12 bulan sejak

pemberian izin lokasi ini. Namun, sampai saat ini luasan lahan yang baru berhasil

dikerjakan hanya 804 hektar saja, inipun masih bermasalah dengan pihak perwakilan

kelompok tani dilapangan. Sehingga permasalahan ini sampai dilaporkan perwakilan

petani kepada pihak dewan.

Sementara itu Direktur PT ASI, H Aziz ketika dikonfirmasi mengenai pernyataan

anggota dewan H Bakri H Anwar untuk menyetop pembangunan kebun sebelum izinnya

jelas, menyatakan bahwa sebenarnya izin lokasi sudah bisa berfungsi bagi

pembangunan kebun, atau sudah bisa operasional sambil menunggu izin lainnya.

“Tapi untuk mengurus izin lainnya, termasuk Hak Guna Usaha (HGU) tersebut kita

terbentur masalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi. Namun hal ini telah

dapat kita selesaikan,” sebutnya

Selain itu PT. Agro Sarimas Indonesia, melakukan perusakan lingkungan akibat

pembakaran hutan dan/atau lahan di Desa Bayas Jaya. Kec. Kempas, Kab. Indragiri Hilir,

Propinsi Riau.(spt)

===================================================================

RUMUSAN MASALAH:

1. Mengapa kejahatan tersebut merupakan kejahatan korporasi?

2. Termasuk bentuk kejahatan korporasi yang manakah kasus tersebut?

3. Kasus atau korporasi tersebut melanggar ketentuan mana?

4. Siapa pihak dalam korporasi yang layak diminta pertanggung-jawabannya?

4

Page 5: KEJAHATAN KORPORASI

ANALISIS:

1. Menurut Marshall B. Clinard dan Peter C. Yeager, “Kejahatan korporasi

adalah setiap tindakan yang dilakukan korporasi yang bisa diberi hukuman

oleh negara, entah dibawah hukum administrasi negara, hukum perdata,

maupun hukum pidana.”

Kejahatan lingkungan hidup yang dilakukan PT Agro Sarimas Indonesia (PT

ASI) bisa dikategorikan sebagai kejahatan korporasi, karena:

a. PT ASI merupakan korporasi dalam bentuk privat yaitu sebuah

korporasi yang didirikan untuk kepentingan pribadi yang bergerak

dibidang keuangan, industri, dan perdagangan. PT ASI sebagai

korporasi melakukan kejahatan, maka dapat dikatakan sebagai

kejahatan korporasi.

b. Menurut Fockema A. korporasi adalah kumpulan manusia, memiliki

tujuan sama, terlihat sebagai subyek hukum, sebagai suatu kesatuan.

PT ASI memenuhi kategori sebagaimana disampaikan Fockema A.

(Kamus Hukum). PT ASI sebagai korporasi melakukan kejahatan,

maka dapat dikatakan sebagai kejahatan korporasi.

c. Menurut I.S. Susanto, korporasi memiliki 5 ciri penting, yaitu:

1. Merupakan subyek hukum buatan yang memiliki kedudukan

hukum khusus;

2. Memiliki jangka waktu hidup yang tidak terbatas;

3. Memperoleh kekuasaan dari Negara untuk melakukan kegiatan

bisnis tertentu;

4. Dimiliki oleh pemegang saham;

5. Tanggung jawab pemegang saham terhadap kerugian korporasi

biasanya sebatas saham yang dimilikinya.

Berdasarkan hal tersebut PT ASI bisa disebut korporasi karena

memenuhi unsur-unsur diatas. PT ASI sebagai korporasi melakukan

kejahatan, maka dapat dikatakan sebagai kejahatan korporasi.

5

Page 6: KEJAHATAN KORPORASI

2. Kejahatan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT ASI yaitu pembukaan

lahan tanpa izin dan pembakaran hutan untuk membuka lahan

perkebunan. Sebagaimana disebutkan diatas kejahatan korporasi adalah

suatu perbuatan yang dilakukan korporasi yang dapat dijatuhi hukuman

oleh negara, berdasarkan hukum administrasi negara, hukum perdata dan

hukum pidana.

– Salah satu kejahatan yang dapat dikaitkan dengan kejahatan

korporasi dan kejahatan lingkungan hidup yang dilakukan PT ASI

adalah White collar crime. Sutherland merumuskan White collar

crime sebagai kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang

memiliki kedudukan sosial yang tinggidan terhormat pekerjaannya.

Dalam bukunya yang berjudul White collar crime, beliau

menjelaskan bahwa istilah ini dipakai terutama untuk menunjuk

kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh para pengusaha dan

pejabat-pejabat eksekutif yang merugikan kepentingan umum.

– Menurut Kadish dalam Encyclopedia of Crime and Justice,

Kejahatan ekonomi ada 3 yaitu

A. Property Crime:

Perbuatan yang mengancam keselamatan harta benda atau

kekayaan pribadi seseorang atau negara. Contoh:

Penyelundupan, Penipuan asuransi, MLM.

B. Regulatory Crime

Perbuatan yang melanggar peraturan pemerintah Contoh:

pembuangan Limbah industri, import limbah B3, pembayaran

upah dibawah UMR, pembukaan lahan tanpa izin lingkungan,

juga bisa pembakaran hutan untuk membuka lahan.

C. Tax Crime

Pelanggaran terhadap pertanggung jawaban atas syarat-syarat

yang berkaitan dengan pembuatan laporan berdasarkan UU

Pajak. Contoh: pemalsuan laporan keuangan, pelanggaran

pajak

6

Page 7: KEJAHATAN KORPORASI

– Berdasarkan tipe kejahatan ekonomi menurut Kadish, kejahatan

korporasi dan kejahatan lingkungan hidup yang dilakukan oleh PT

ASI dapat dikategorikan sebagai Regulatory Crime, karena

perbuatan PT ASI yaitu pembukaan lahan tanpa izin lingkungan

dan pembakaran hutan untuk membuka lahan perkebunan

melanggar ketentuan dalam UUPPLH.

3. Kasus kejahatan korporasi dan kejahatan lingkungan hidup yang dilakukan

oleh PT ASI melanggar beberapa ketentuan dalam UUPPLH, antara lain:

a. Pasal 69 ayat (1) huruf h menyatakan bahwa,“setiap orang dilarang

melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.”;

b. Pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan

yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL wajib memiliki izin

lingkungan.”

Berdasarkan hal tersebut PT ASI dapat dikenai sanksi pidana sebagaimana

diatur dalam UUPPLH yaitu:

a. Pasal 108 menyatakan bahwa, “setiap orang yang melakukan

pembakaran lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf

h, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan

paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit

Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”

b. Pasal 109 menyatakan bahwa, ”setiap orang yang melakukan usaha

dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan denda

paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).”

c. Pasal 116 ayat (1) menyatakan bahwa, “apabila tindak pidana

lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha,

tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada:

7

Page 8: KEJAHATAN KORPORASI

a. badan usaha; dan/atau

b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana

tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan

dalam tindak pidana tersebut.”

c. Pasal 118 menyatakan bahwa, “terhadap tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi pidana dijatuhkan

kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang berwenang

mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan selaku pelaku fungsional.”

d. Pasal 119 menyatakan bahwa, “selain pidana sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini, terhadap badan usaha dapat dikenakan

pidana tambahan atau tindakan tata tertib berupa:

a. perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;

b. penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha dan/atau kegiatan;

c. perbaikan akibat tindak pidana;

d. pewajiban mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak; dan/atau

e. penempatan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga)

tahun.”

4. Sebelum menentukan siapa pihak yang paling layak dimintai

pertanggungjawaban Dalam kasus PT ASI ada baiknya dijelaskan terlebih

dahulu mengenai:

a. Pihak-pihak yang dapat dipertanggungjawabkan:

– Pengurus korporasi sebagai pembuat dan pengurus yang

bertanggungjawab;

– Korporasi sebagai pembuat dan pengurus yang bertanggung jawab;

– Korporasi sebagai pembuat dan juga bertanggung jawab.

b. Teori tentang pertanggungjawaban korporasi:

– Doktrin Identifikasi, yaitu mengidentifikasi siapa pengendali dan

pelaksana, atau sikap batin dan kehendak baru menentukan kesalahan

dan siapa yang patut mempertanggungjawabkannya.

8

Page 9: KEJAHATAN KORPORASI

– Doktrin Vicarious Liability, yaitu teori pendelegasian dan prinsip

mempekerjakan dalam menentukan siapa yang bersalah dan patut

mempertanggungjawabkannya.

– Doktrin Strict Liability, yaitu pertanggungjawaban mutlak atau

langsung. Siapa yang berbuat, maka dia yang bersalah dan patut

mempertanggungjawabkannya, tanpa mempertimbangkan sikap bathin

atau mens rea nya.

Berdasarkan hal tersebut, dalam kasus PT ASI, yang layak dimintai

pertanggungjawaban adalah:

Jika menggunakan Doktrin Identifikasi, maka keduanya PT ASI dan

pengurus dapat dimintai pertanggungjawabannya, kesalahan

manajerial oleh pegurus ditanggung pengurus, kesalahan korporasi

ditanggung PT ASI. Sanksi yang dapat dijatuhkan kepada pengurus

adalah pasal 108 dan 109 UUPPLH sedangkan untuk PT ASI dalam

hal ini diatur pidana tambahan dipasal 119 UUPPLH.

Jika menggunakan Doktrin Vicarious Liability, maka yang dapat

dimintai tanggungjawab adalah pemilik PT ASI atau orang yang

memberi perintah untuk melakukan, atau pemimpin kegiatan

pembukaan lahan dengan cara membakar hutan.

Jika menggunakan Doktrin Strict Liability, justru pekerja yang

melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar hutanlah yang

dapat dikenai pidana, sedangkan PT ASI tidak bisa dikenai pidana.

========================================================

9