KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

30
KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH: SUATU TELAAH TERHADAP MAZMUR 8 Oleh Pieter G.O. Sunkudon PENDAHULUAN Kekaguman akan karya Allah telah menggugah hati banyak orang di segala zaman dan tempat. Kreasi Allah yang luar biasa indah dan mengagumkan telah membuat banyak sastrawan menggoreskan pena mereka dan menyusun kata-kata indah untuk menggambarkan kekaguman mereka. Secara khusus, banyak orang telah dipakai Allah untuk menyatakan kebesarannya. Mazmur 8 merupakan salah satu dari sekian banyak gambaran kebesaran Allah. Madah yang indah ini telah membuat penulis terkagum-kagum dengan kebesaran Allah. Itulah sebabnya penulis mencoba untuk menyelidiki Mazmur ini dengan harapan dapat memahami lebih dalam sekaligus menemukan prinsip-prinsip kekal dari dalamnya sebagai acuan untuk pertumbuhan rohani yang dinamis. Selain itu, penulis juga merasa tertarik untuk menelaah bagian ini karena dalam penyajiannya mazmur ini terlihat memang cukup unik. Dengan demikian, disertai dengan kesadaran penuh akan eksistensi penulis sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, sehingga sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam berbagai hal, maka penulis secara intensif memohon intervensi yang

Transcript of KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Page 1: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH:

SUATU TELAAH TERHADAP MAZMUR 8

Oleh

Pieter G.O. Sunkudon

PENDAHULUAN

Kekaguman akan karya Allah telah menggugah hati banyak orang di segala

zaman dan tempat. Kreasi Allah yang luar biasa indah dan mengagumkan telah membuat

banyak sastrawan menggoreskan pena mereka dan menyusun kata-kata indah untuk

menggambarkan kekaguman mereka. Secara khusus, banyak orang telah dipakai Allah

untuk menyatakan kebesarannya. Mazmur 8 merupakan salah satu dari sekian banyak

gambaran kebesaran Allah. Madah yang indah ini telah membuat penulis terkagum-

kagum dengan kebesaran Allah. Itulah sebabnya penulis mencoba untuk menyelidiki

Mazmur ini dengan harapan dapat memahami lebih dalam sekaligus menemukan prinsip-

prinsip kekal dari dalamnya sebagai acuan untuk pertumbuhan rohani yang dinamis.

Selain itu, penulis juga merasa tertarik untuk menelaah bagian ini karena

dalam penyajiannya mazmur ini terlihat memang cukup unik. Dengan demikian, disertai

dengan kesadaran penuh akan eksistensi penulis sebagai manusia yang penuh dengan

keterbatasan, sehingga sangat berpotensi untuk melakukan kesalahan dalam berbagai hal,

maka penulis secara intensif memohon intervensi yang komulatif dari Allah Tritunggal,

Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dalam penulisan makalah ini.

Page 2: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG TEKS

Penulis

Jenis

Bentuk

II. TINJAUAN TEKS

Pendahuluan (1)

Pujian Langsung Kepada Allah (2)

Karya Allah Dideskripsikan (3-9)

Kauletakkan Dasar Kekuatan (3)

Allah Menciptakan Alam Semesta (4)

Allah Mengistimewakan Manusia (5-9)

Keistimewaan Manusia dipertanyakan (5)

Tindakan Kontras Allah Terhadap Manusia

Membuatnya Hampir Sama Seperti Allah

Membuat Dia Berkuasa Atas Buatan Tangan-Mu

Meletakkan Segala Sesuatu Di Bawah Kakinya

Penutup

III. SARAN APLIKATIF

Beriman Kepada Allah

Mengingat Allah

Memuliakan Allah

Mengasihi Allah

Menaati Allah

KESIMPULAN

BIBLIOGRAFI

2

Page 3: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

BAB I

LATAR BELAKANG TEKS

Untuk memahami suatu bagian dalam Alkitab seharusnyalah setiap penafsir

mengawali penyelidikannya dengan menelaah latar belakang bagian yang diselidiki,

sehingga dengan demikian dapat menjadikannya bahan pertimbangan ketika mencari arti

yang dimaksudkan penulis teks tersebut. Sebab memang pada dasarnya pengertian

sebuah tulisan sangat dipengaruhi oleh latar belakangnya, tentunya dalam berbagai sisi.

Bertitik tolak dari keyakinan di atas maka pada bab ini penulis ingin memaparkan

terlebih dahulu latar belakang teks Mazmur 8 sebagai penelitian awal terhadap frasa

“hampir sama seperti Allah.” Adapun pada bagian ini penulis akan memaparkan

beberapa hal berhubungan dengan latar belakang Mazmur ini seperti, kepenulisan, jenis

dan bentuk.

Penulis

Mengamati keterangan internal pada ayat 1 dapatlah dipastikan bahwa

Mazmur 8 ini merupakan salah satu karya penyair besar pada masa itu, yaitu Daud, raja

Israel yang kedua. Sekalipun dalam banyak terjemahan,1 preposisi l. diterjemahkan

sebagai petunjuk kepemilikan, beberapa ahli tetap merasa ragu akan hal tersebut.2

Keraguan tersebut tidak dapat dipersalahkan sebab dalam Septuaginta diberi artikel tw/|,

yang dapat diartikan “kepada, “di,” “di dalam,” serta “dengan cara,” ini berarti preposisi

lü bukan hanya dimengerti sebagai petunjuk milik tapi juga sebagai penerima atau juga

keterangan instrumen untuk kata benda yang mengikutinya.

1 ?Computer prog. BibleWorks 6. [CD ROM]

2 ?Dengan mengabaikan keterangan internal pada ayat 1, Marie Claire Barth dan B.A. Pareira mengungkapkan keraguan mereka dengan berkata, “kapan madah ini digubah dan siapa pengarangnya tidak dapat dipastikan.” Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur: Pembimbing dan Tafsirannya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 2:170.

3

Page 4: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Namun untuk memastikan kepenulisan Mazmur ini, dengan membandingkan

beberapa sumber, penulis lebih cenderung untuk meyakini bahwa penulis dari mazmur

ini adalah Daud sendiri.

Jenis

Mencermati ungkapan pemazmur dalam ayat 4, dapat dirasakan bahwa

Mazmur ini lahir dari pertemuan dengan alam semesta yang membuat seseorang

terhanyut dalam kekaguman, terutama pada malam hari. Mazmur jenis ini menceritakan

keagungan Tuhan, Allah Israel yang kebesarannya sangat nyata lewat karya-karya-Nya.

Mazmur yang disebut dengan istilah “madah” ini pada umumnya tersistematis

dalam tiga bagian yaitu, pertama, undangan atau pernyataan pengarang untuk memuji

Tuhan sebagai pembukaan; kedua, motif pujian: ini merupakan unsur pokok; dan ketiga,

penutup; ini dapat berupa undangan untuk kembali menuju Tuhan, pengharapan supaya

Tuhan tetap di puji, rumus persembahan , rumus berkat, pernyataan kepercayaan dan

permohonan.3

Bentuk

Berdasarkan pembukaan dan penutupnya yaitu pada ayat 2a dan ayat 10

kemungkinan besar mazmur ini dinyanyikan oleh jemaah atau sekelompok jemaah secara

bersama-sama. Hal ini terlihat dari ungkapan “Tuhan kami” yang digunakan. Namun

tidak menutup kemungkinan kata “kami” juga menunjuk pada kesatuan pemazmur

dengan Israel secara keseluruhan. Selanjutnya untuk ayat 4-9, yang merupakan inti

nyanyian, kemungkinan dinyanyikan oleh solo. Bertitik tolak dari itu, mazmur ini

dibawakan oleh sekelompok orang namun divariasikan dengan bentuk solo, seperti

layaknya beberapa paduan suara modern.4

Demikian beberapa hal signifikan mengenai mazmur ini berhubungan dengan

latar belakang, yang tentunya akan dijadikan salah satu acuan bagi penyusunan analisa

terhadap mazmur 8 ini.

3 ?Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:52-53.4 ?Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:170.

4

Page 5: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

BAB II

TINJAUAN TEKS

Demi lengkapnya pengetahuan tentang Mazmur 8 ini, sangatlah penting untuk

menelaahnya secara keseluruhan. Itulah sebabnya pangamatan terhadap bagian demi

bagian dari ayat pertama hingga yang terakhir, menurut penulis, merupakan langkah

yang tidak dapat digantikan oleh apapun.

Pendahuluan (1)

Sebagaimana telah disinggung pada bab 1 bahwa, ayat ini merupakan bagian

yang menunjuk pada latar belakang mazmur yang juga dapat dikatakan sebagai

pendahuluan. Keterangan, “Gitit” kemungkinan adalah sebuah istilah musikal dalam

paradigma Ibrani yang menerangkan identitas sebuah nyanyian.5 Bagian ini merupakan

petunjuk tentang latar belakang pujian ini secara keseluruhan.

Pada bagian ini jelas tercatat penulis mazmur ini. Berbicara tentang penulisan

sebuah lagu atau secara spesifik mazmur, Daud merupakan orang yang cukup produktif.

Daud telah mengkaryakan begitu banyak lagu sebagai pengungkapan isi hatinya, ia

menuangkan dalam mazmur segala kekagumannya, kegembiraannya, kesedihannya dan

sebagainya.

Pujian Langsung Kepada Allah (2)

Bagian ini menunjukan betapa mudahnya Allah memajang kemuliaan diri-

Nya, sehingga pemazmur dengan penuh kesadaran menaklukan dirinya dihadapan Allah

dengan penuh kerendahan hati dan penghormatan, dihadapan Allah yang adalah Tuhan

atas umat-Nya: ”ya Tuhan, Tuhan kami!” 6

5 ?The Devotional Study Bible (t.k.: The Zondervan Bible Publishers, 1999), 470.[Terj. Langsung. Selanjutnya setiap literatur asing diterjemahkan langsung oleh penulis]6 ?Matthew Henry Commentary dalam Computer Prog. BibleWorks 6 [CD ROM]

5

Page 6: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Istilah adonenu menunjukan bentuk orang pertama jamak yang menghasilkan

terjemahan “Tuhan kami” dalam terjemahan bahasa Indonesia. Tanpa “kami” bunyi kata

ini adalah adonay yang terdapat 439 kali dalam Perjanjian Lama dengan 54 kali di

antaranya dapat ditemukan dalam mazmur.7

Penggunaan istilah ini secara umum untuk menunjukan seorang yang

berkuasa. Lawan katanya ialah “hamba” atau “bawahan.” Istilah ini paling sering dipakai

oleh seorang yang berkedudukan lebih rendah, yaitu ketika menyapa seorang yang lebih

tinggi darinya dalam hal kedudukan. Bahkan terkadang istilah ini hanya digunakan

sebagai suatu gelar kehormatan untuk seseorang yang berkedudukan tinggi. Namun

seruan “Tuhan kami” dalam bagian ini tentunya memiliki arti yang lebih dalam dari

sekadar gelar kehormatan. Madah ini dijiwai oleh suatu sikap penyembahan yang sangat

dalam kepada Tuhan yang agung, dengan demikian seruan ini mengandung arti

pengakuan akan TUHAN sebagai satu-satunya Tuhan, yakni Tuhan yang mangatasi

segala tuhan, Tuhan segala sesuatu yang kepada-Nya patut diberi segala pujian dan

penyembahan.8

Karya Allah Dideskripsikan (3-9)

Penulis melihat bagian ini (3-9) sebagai suatu pendeskripsian hal-hal luar

biasa yang telah Allah kerjakan, sebab pada bagian inti ini pemazmur mendaftarkan

tindakan-tindakan “hebat” yang telah dilakukan oleh pribadi yang paling berkuasa dan

agung yaitu Allah sendiri.

Kauletakkan Dasar Kekuatan (3)

Dalam ayat 3 betapa hebatnya kekuatanNya diproklamirkan melalui

makhluk yang paling lemah di antara ciptaan-Nya: “dari mulut bayi-bayi dan anak-anak

yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk

membungkamkan musuh dan dendam.”9

7 ?Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:171.

8 ?Ibid.9 ?Henry Commentary, dalam BibleWorks 6 [CD ROM]

6

Page 7: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Di sini Tuhan membuktikan keperkasaan-Nya yang sama sekali tidak

dipengaruhi oleh apapun di luar Dia. Ia dapat memakai apa saja sebagai media untuk

mendemonstrasikan kekuatannya. Ia dapat menggunakan sesuatu yang paling lemah

dalam pandangan manusia untuk mengerjakan hal-hal besar dan luar biasa. Kebenaran

ini kembali diteguhkan oleh Paulus dengan berkata, “Sebab memang Allah sengaja

memilih yang dianggap bodoh oleh dunia ini, supaya orang-orang pandai menjadi malu.

Dan Allah memilih juga yang dianggap lemah oleh dunia ini, supaya orang-orang yang

gagah perkasa menjadi malu.”10

Allah Menciptakan Alam Semesta (4)

Pada bagian ini kedahsyatan dan keagungan Tuhan dinyatakan lewat

kemegahan langit. hal inilah yang sebenarnya menjadi titik tolak lahirnya madah yang

indah ini. Keindahan langit pada malam hari seakan memaksa pemazmur untuk

menyusun kata-kata luar biasa sehingga menjadi madah yang sangat mengesankan.

Keindahan langit pada malam hari membuat pemazmur tercengang, dia

memperhatikan serta memikirkan tentang cara Sang pencipta itu menciptakan dan

menyusun benda-benda angkasa dengan sangat variatif namun teratur sehingga

menjadikannya nampak begitu indah. Kemegahan Sang Pencipta itu terbentang pada

maha karya-Nya yang sungguh tak tertirukan oleh siapapun. Dengan mengagumi

ciptaan-Nya, pemazmur sekaligus mengagumi Panciptanya, sebab kekagumannya itu

telah menunjukan pribadi yang ada dibalik mahakarya itu.

Allah Mengistimewakan Manusia (5-9)

Dalam kekagumannya terhadap benda-benda angkasa ternyata pamazmur

juga sadar dengan keberadaannya yang begitu nyata diberi tempat lebih dari ciptaan-

ciptaan yang megah itu. Namun kesadaran ini diawalinya dengan pertanyaan-pertanyaan

yang menunjukan kebingungan yang mendalam.

Keistimewaan Manusia dipertanyakan (5)

10

?1 Korintus 1:27 (Terj. Bahasa Indonesia Sehari-hari)7

Page 8: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Secara gramatika ayat ini masih berkaitan dengan ayat sebelumnya, yaitu

berdiri sebagai bagian dari kalimat sebelumnya. Syarat yang diungkapkan melalui kata

“jika” pada ayat sebelumnya telah memunculkan pertanyaan yang sebenarnya ingin

menerangkan betapa rendahnya keadaan manusia itu.

Dengan mempertimbangkan konteks dalam kalimatnya, dua kata kerja yaitu

“mengingat” dan “mengindahkan”11 yang dituliskan dalam bentuk qal imperfek12 sangat

cocok jika dipahami sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang. Hal

ini menunjukan kualitas dari tindakan Allah terhadap manusia yang menjelaskan betapa

Allah menaruh manusia sebagai makhluk khusus di hadapan-Nya.

Kepeduliaan Allah terhadap manusia telah dianggap berlebihan oleh

pemazmur, sebab kepedulian Allah terhadap manusia bukan saja dikerjakan dalam waktu

yang singkat dari segi waktu dan sedikit dari segi jumlah, namun lebih dari itu telah

dilakukan berulang-ulang secara terus-menerus dari segi volume.

Adapun anggapan pemazmur akan ketidakpantasan manusia untuk menerima

perlakuan istimewa dari Allah terlihat dari kata enosy yang digunakannya. Kata ini

memang sedang menjelaskan tentang manusia namun penjelasan itu sekaligus

menunjukan manusia dalam kelemahan dan kehinaannya.13

Bagian ini juga sangat menarik karena dalam pertanyaannya, pemazmur tidak

menggunakan kata tanya “siapa” tentang manusia untuk menunjukan eksistensinya

sebagai pribadi, namun pemazmur bertanya dengan kata “apakah” untuk menjelaskan

keberadaan manusia sebagai benda, yang pada dasarnya juga “menduduki” posisi ciptaan

Allah seperti benda-benda lainnya. Jadi secara sederhana, pemazmur ingin bertanya, apa

perbedaan manusia dengan ciptaan yang lain?

Tindakan Kontras Allah Terhadap Manusia

11 ?Kata ini juga dapat diterjemahkan dengan memakai kata “peduli” atau “care” dalam terjemaahan oleh John Joseph Owen, dalam Analitycal Key To The Old Testament (Grand Rapids: Baker Book House, 1991), 3:268.

12 ?Dalam paradigma bahasa Ibrani qal imperfek pada dasarnya dipakai untuk suatu kegiatan yang belum selesai. Namun secara spesifik, qal imperfek terbagi manjadi tiga kualitas kegiatan, pertama, kegiatan di masa depan; kedua, kegiatan yang berulang; dan ketiga, kegiatan/tindakan yang diingini, seperti “semoga” atau “kiranya.” Carl Reed, Diktat Kuliah: Bahasa Ibrani, MA.Miss.:2006, 35,36.13 ?Kata ini kemungkinan besar diambil dari akar kata “ánash” yang secara literal berarti “lemah, sakit.” R. Laird Harris, peny., “enosh” oleh Thomas E. Mccomiskey dalam Theological Wordbook Of The Old Testament (Chicago: Moody Press, 1980), 1:59.

8

Page 9: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Pada bagian sebelumnya memang terlihat sangat beralasan jika manusia itu

dikatakan tidak layak untuk diistimewakan. Namun deskripsi tentang ketidaklayakan

manusia yang sangat logis itu kemudian diikuti oleh kata pengontras “namun,” yang

secara langsung meruntuhkan pernyataan sebelumnya. Kata ini ingin menjelaskan

sesegera mungkin bahwa, memang manusia adalah sangat tidak layak untuk

diistimewakan “namun. . .,” kemudian diikuti oleh beberapa hal yang merupakan alasan

pembatalannya. Kata ini dipakai oleh pemazmur untuk membuktikan betapa berbedanya

pikirannya dengan pikiran Allah. Beberapa yang menutupi ketidaklayakan manusia itu

kemudian didaftarkan pada bagian selanjutnya.

Membuatnya Hampir Sama Seperti Allah

Adapun kalimat yang mengikuti kata pengontras tersebut terlihat unik dan

menarik untuk dicermati. Kalimat “Namun Engkau telah membuatnya hampir sama

seperti Allah” ini telah menciptakan berbagai macam pengertian. Para penerjemah telah

berusaha menjelaskan bagian ini sebaik mungkin untuk menghasilkan terjemahan yang

paling logis.

Beberapa ahli terlihat sepakat menerjemahkan bagian ini dengan “Engkau

menciptakannya sedikit lebih rendah dari para malaikat.”14 Memang terlihat cukup

masuk akal jika manusia diposisikan sedikit lebih rendah dari para malaikat, namun

sepertinya pengertian demikian terlalu dipaksakan sebab sangat jelas bahwa kata yang

dipakai untuk malaikat berbeda dengan kata untuk Allah. sementara kata yang

diterjemahkan “malaikat” di atas memakai istilah ~yhi_l{a/ yang berarti “Allah” bukan

“malaikat.”

Sedikit berbeda dengan terjemahan-terjemahan sebelumnya, dalam The Bible

in Basic English(1949/64) bagian ini diterjemahkan ”For you have made him only a little

lower than the gods,”15 terlihat bahwa kata “élöhîm” diterjemahkan “allah” dengan huruf

kecil pada awal kata, serta memakai bentuk jamak yang dalam bahasa Indonesia dapat

diartikan “para allah” atau lebih tepat “para ilah.” Sekali lagi pemahaman yang terlihat

14 ?Beberapa terjemahan seperti King James Version(1611/1769) with codes (“For thou hast made him a little lower than the angels”), LXX English tranlation (Brenton) (“Thou madest him a little less than angels,”) juga tentunya Septuaginta (hvla,ttwsaj auvto.n bracu, ti parV avgge,louj do,xh| kai. timh/| evstefa,nwsaj auvto,n”) secara langsung dapat dipahami dalam pengertian yang sama. BibleWorks 6 [CD ROM]

15 ?Terjemahan ini di ambil dari BibleWorks 6.[CD ROM]9

Page 10: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

masuk akal ditemukan di sini, namun yang menjadi pertanyaan adalah, adakah Allah

juga menciptakan “para allah?” kemudian membuat perbandingan dengan manusia.

Sementara Ia sendiri melarang adanya “allah lain?” (band. Kel. 20:3 dalam terj. Bahasa

Indonesia Sehari-hari). Agak membingungkan sebab apabila dianalisa lebih jauh,

pemahaman ini memberi kesan adanya ilah-ilah yang diciptakan Allah dengan posisi di

atas manusia.

Selain itu, ada juga yang menerjemahkan “Yet you have made him a little

lower than the heavenly beings” (English Standard Version -2001).16 Terjemahan ini

terlihat lebih netral dari pada beberapa di atas. Hanya saja sedikit membingungkan di sini

adalah, apa yang dimaksud dengan “mahluk surgawi” itu. Penterjemahan seperti ini

dapat dipahami dengan pengertian yang kurang lebih sama dengan yang sebelumnya.

Maksud dari “Heavenly beings” itu sendiri terlihat kurang lengkap untuk memahami

bagian ini.

Memang harus diakui bahwa, terjemaahan yang paling benar tidak akan

pernah ditemukan. Namun demikian usaha untuk membuat perbandingan terhadap

beberapa terjemahan dapat menolong para penafsir untuk dapat mendekati bunyi asli.

Beranjak dari itu, setelah mengamati beberapa terjemahan penulis

menemukan sedikit penerangan tentang bagian ini. Owen memahami bagian ini dengan

menerjemahkan “Yet You made him inferior only to (God) yourself.”17 Ternyata tidak ada

pertentangan yang berarti di antara beberapa terjemahan sebelumnya, yang ada hanyalah

sedikit ketidakjelasan pengertian. Berhubungan dengan itu, penulis melihat suatu titik

terang dari apa yang dipahami oleh Owen, yang menunjukan pengertian yang cukup

netral, jelas untuk dipahami serta memenuhi kriteria penafsiran theological.18

Kalimat “Yet You made him inferior only to (God) yourself” menunjukan

ketundukan manusia yang tidak berlaku terhadap apapun kecuali Allah sendiri. Tidak ada

bagian Firman Tuhan yang menolak hal ini. Bahkan Barth dan Pareira mendukung hal ini

dengan berkata,

16 ?Ibid.17

?Jhon Joseph Owens, Analytical Key to The Old Testament (Grand Rapids:Baker Book House, 2000), 3:268.18 ?Salah satu metode yang harus dipakai dalam penafsiran adalah metode “theological,” yaitu metode mempelajari Alkitab dengan cara mempertimbangkan suatu bagian dengan mengkomparasikannya terhadap bagian Firman Tuhan lainnya. Greg Gripentrog, Diktat Kuliah Metode Mempelajari Alkitab, Th.:t.t., 5.

10

Page 11: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Pada hemat kami, elohim haruslah diterjemahkan dengan “Allah,” karena dalam

ayat 6b-9 pemazmur berbicara tentang keluhuran rajawi manusia atas ciptaan-

ciptaan yang lain. Dalam Alkitab tidak ada teologi tentang keluhuran rajawi para

allah atau para penghuni surgawi. Yang ada hanyalah tantang keluhuran rajawi

Allah.19

Hal ini sekaligus juga menerangkan posisi yang menunjukan hubungan antara Allah

dengan manusia ciptaan-Nya,20 yang seharusnya tidak layak tetapi diberi-Nya posisi

istimewa, dimana hanya kepada Allah saja ia harus tunduk (lih. Kel. 20:3 dalam terj.

Bahasa Indonesia Sehari-hari).

Jelasnya kalimat ini ingin menjelaskan bahwa, memang manusia tidak

berbeda dengan ciptaan yang lain dari sudut pandang dirinya sebagai ciptaan Allah,

namun secara posisi, Allah telah memberinya tempat istimewa, yaitu tepat di bawah

posisi Allah sendiri, itulah sebabnya hanya kepada Allah saja manusia itu harus

menundukan dirinya.

Memahkotainya Dengan Kemuliaan dan Hormat

Bagian ini merupakan alasan kedua tentang pengistimewaan manusia oleh

Allah. Martabat manusia nyata dalam kalimat ini,21 sekaligus “menandai manusia itu

sebagai lebih unggul di atas ciptaan-ciptaan lainnya.”22 Sumber kemuliaan dan

kehormatan jelas diungkapkan di sini, martabat manusia bukanlah berasal dari dirinya

sendiri tetapi hanyalah dari Allah saja. Hal ini menyebabkan manusia tidak dapat merasa

bangga akan dirinya di hadapan Allah, sebab hal tersebut merupakan hal yang

memalukan, yaitu menyombongkan suatu “barang” di hadapan Pemberinya.

Membuat Dia Berkuasa Atas Buatan Tangan-Mu

19 ?Barth dan Pareira, Kitab Mazmur, 2:173.

20 ?Charles F. Pfeiffer, dan Everett F. Harrison, peny., Tafsiran Alkitab Wycliffe (Malang: Gandum Mas, 2005), 2:129.21 ?Ibid.22

?Leslie S. M’Caw dan J.A. Motyer, “Mazmur” dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994), 2:133.

11

Page 12: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Dalam Kejadian 1:28, setelah menciptakan manusia, dikatakan bahwa, selain

Allah mengamanatkan kepada manusia untuk memenuhi bumi, Ia juga memberikan

wewenang kepada manusia untuk menaklukan dan menguasainya. Manusia telah

dipercayakan Allah segenap alam semesta ciptaan-Nya, baik yang bergerak maupun

tidak.

Pemazmur mengetahui dan bahkan sangat paham terhadap Firman Tuhan

dalam Kejadian 1:28 tersebut, itulah sebabnya kalimat yang menunjukan ungkapan

syukur tersebut dinaikan lewat Mazmur yang indah ini. Pada bagian ini, keluhuran

manusia juga dipaparkan. Dalam kekuasaan yang diberikan Tuhan kepadanya,

pengistimewaan terhadap manusia itu dinyatakan secara tegas.

Meletakkan Segala Sesuatu Di Bawah Kakinya

Sebelumnya Dikatakan bahwa manusia telah dibuat berkuasa atas “buatan

jari-Mu,” hal ini tentunya menunjuk pada setiap ciptaan Tuhan yang dikenal oleh

pemazmur pada masa itu. Penegasan terhadap penguasaan manusia ditambahkan dengan

kalimat berikutnya yang berkata, “segala-galanya telah Kau letakkan dibawah kaki-nya.”

Ketidak-terbatasan penguasaan manusia terhadap segala ciptaan ditunjukan di sini. Sebab

tentunya yang dimaksud dengan “segala-galanya” adalah segala sesuatu tanpa terkecuali.

Dalam hal ini berbicara pada konteks alam semesta yang dapat dideteksi oleh indera

manusia.

Memang ada orang yang menghubungkan bagian ini dengan kekuasaan yang

dimiliki Yesus,23 namun jika memang ini sedang membicarakan Yesus, mengapa Firman

Tuhan sendiri seakan mempertanyakan kelayakan penerimaan kuasa tersebut? Bukankan

kekuasaan Kristus memang layak untuk dimilikinya? Jadi menurut penulis bagian ini

tidak sedang membicarakan Pribadi Sempurna itu melainkan sedang membicarakan

kekuasaan yang diterima olah manusia secara keseluruhan.

Keyakinan ini lebih dimantapkan dengan melihat kalimat-kalimat berikutnya

yang mendaftarkan beberap hewan yang mewakili setiap jenis yang ada. Pertama,

kambing domba dan lembu sapi yang mewakili setiap hewan ternak; kedua, dikatakan

“binatang-binatang di padang” yang menunjuk pada segala jenis binatang liar; ketiga,

burung-burung di udara yang mewakili segala jenis unggas; serta keempat, “ikan-ikan di 23 ?Lih. Matthew Henry, Concise Commentary On The Whole Bible (Illionis: Moody Press, 1995),356-266.

12

Page 13: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

laut, dan apa yang melintasi arus lautan” yang menunjuk pada segala jenis hewan yang

hidup di air, tentunya dari yang kecil hingga yang berukuran raksasa.

Penutup

Ayat 10 yang berbentuk reffrein dari pujian ini merupakan bagian yang

menutup kalimat-kalimat indah tersebut. Kekaguman atas karya Tuhan yang dahsyat dan

agung telah dinaikan dengan cara membandingkannya dengan manusia yang lemah dan

hina.

BAB IV

SARAN APLIKATIF

Adalah suatu prinsip yang tidak dapat ditawar bahwa, penelaahan terhadap

Firman Tuhan haruslah berujung pada aksi, sebab hal tersebut merupakan wujud nyata

pertanggung-jawaban.24 Bertitik tolak pada keyakinan tersebut, pada bagian ini penulis

ingin memaparkan beberapa hal penting sebagai suatu kontribusi, yang tentunya

berdasarkan apa yang telah dibicarakan panjang lebar pada bagian sebelumnya.

Pada bagian ini, beberapa pokok berkenaan dengan sikap-sikap yang

seharusnya dimiliki setiap orang percaya akan berusaha diuraikan. Demikian uraian

berikut merupakan sesuatu yang sangat berarti dalam pemahaman penulis sebab hal ini

berupa tanggung-jawab25 yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang percaya.

24 ?“tanggung jawab” yang dimaksudkan penulis di sini adalah pertanggung jawaban terhadap pelaksanaan dari sebuah hasil penelitian terhadap Firman Allah.

25 ?Sedangkan “tanggung jawab” yang penulis maksudkan di sini adalah berkenaan dengan perilaku tiap-tiap orang percaya sebagai pengikut Kristus yang telah menerima anugerah dan

13

Page 14: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Beriman Kepada Allah

Percaya sepenuhnya kepada Allah adalah salah satu hal yang membuat hati

Allah disenangkan. Kepercayaan yang penuh tanpa peduli terhadap keadaan yang nyata

secara kasat mata telah dicontohkan para rasul pada masa pelayanan mereka. Dalam

berbagai macam tantangan yang seharusnya meruntuhkan keyakinannya kapada Allah,

Paulus berkata,

Seba itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin

merosot, namun manusia bathiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab

penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal

yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar daripada penderitaan kami. Sebab

kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan. Karena

yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.26

Pernyataan penuh keyakinan tersebut tentunya bukanlah sesautu yang tidak

memililiki dasar. Keyakinan seperti ini menunjuk pada kesadaran penuh akan pribadi

Allah yang sangat jauh dari ketidaksempurnaan.

Rick Warren membahas pokok ini secara jelas dengan menguraikan sikap

Nuh ketika Allah mendatanginya dalam Kejadian 6. Warren berkata, “alasan . . . Nuh

menyenangkan Allah adalah karena ia mempercayai Allah bahkan ketika hal tersebut

tidak masuk akal.”27 Nyata bahwa dengan percaya sepenuhnya kepada Allah, seseorang

dapat menunjukan sikap tanggung-jawabnya kepada Allah.

Mengingat Allah

Pada dasarnya manusia memang memiliki sifat melupakan yang “akut,” hal

ini sangat terbukti sebab faktanya ada sekian banyak orang yang bahkan lupa kepada

pengistimewaan dari Allah.26 ?2 Kor 4:16-18

27 ?Hal ini juga didasarinya dengan Ibrani 11:7 dalam terjemahan The Message (Colorado Springs: Navpress, 1993) yang berkata, “karena iman, Nuh membangun bahtera di tengah-tengah tanah kering. Ia diperingatkan tangan sesuatu yang tidak kelihatan, lalu ia bertindak sesuai dengan apa yang disuruhkan kepadanya . . . sebagai hasilnya, Nuh menjadi akrab dengan Allah.” Rick Warren, The Purpose Driven Life (Malang: Gandum Mas,2005), 72.

14

Page 15: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

penciptanya sendiri. Hal seperti ini begitu penting untuk dicermati karena juga telah

melibatkan orang percaya pada umumnya.

Sifat “melupakan” sering kali sangat rentan terjadi dalam situasi-situasi

tertentu yang masing-masing berbeda bagi tiap-tiap orang. Sebagian orang sering

menjadi lupa terhadap Allah ketika berada dalam situasi sulit. Dalam tekanan yang

terlalu hebat banyak orang yang kehilangan pegangan sehingga mereka sampai pada titik

“lupa” kepada siapa mereka harus berpegang. itulah sebabnya dalam situasi ini

pemazmur berkata,

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah

kepada Allah sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan

Allahku. Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu . . ..28

Dalam bagian ini terlihat bahwa kenyataan akan sifat melupakan Allah juga dipahami

oleh pemazmur.

Namun pada sisi lain, ada banyak orang yang melupakan Allah dalam situasi

yang menyenangkan. Kecenderungan ini membuat Pengkhotbah mengingatkan bahwa,

“Ingatlah akan penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan

mendekat tahun-tahun yang kau katakan: ‘tak ada kesenangan bagiku di

dalamnya!’. . ..”29

Ada begitu banyak fenomena yang muncul karena realita ini, dengan

demikian bukanlah sesuatu yang tidak penting bagi setiap orang percaya untuk kembali

berefleksi tentang “ingatannya” kepada Penciptanya, yang bukan saja telah

menciptakannya namun lebih dari itu telah memposisikannya lebih dari segala ciptaan

lain serta membebaskannya dari segala tuntutan akibat dosa.

Memuliakan Allah

Pada dasarnya Allah adalah mulia. Dalam segala hal Allah tidak akan pernah

didapati tidak mulia, sebab berbicara kemuliaan Allah berarti sedang berbicara tentang

eksistensinya sebagai Yang Maha Mulia. Terlihat dalam banyak kasus yang tercatat di

28 ?Mazmur 42:6-7.

29 ?Pengkhotbah 12:1.15

Page 16: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Alkitab, kehadiran Allah senantiasa disertai dengan kemuliaan-Nya.30 Bahkan Allah

memproyeksikan kemuliaan-Nya kepada manusia.31

Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah, seringkali manusia, secara

global, bahkan orang percaya, secara khusus, tidak menyadari akan realita tentang

kemuliaan Allah dan kemuliaan yang Allah berikan kepada manusia itu sendiri. Mereka

bukan saja tidak menyadari tetapi lebih dari itu menyangkalinya. Banyak orang sering

berpikir bahwa dirinya sangat mulia dan segala yang dapat mereka lakukan adalah hasil

“keringat” mereka sendiri tanpa campur tangan Allah, sedangkan pada kenyataannya

manusia telah kehilangan kemuliaan akibat dosa.32 Jadi sebenarnya manusia tidak lagi

memiliki kemuliaan itu. Segala kemuliaan adalah milik Allah.

Kenyataan yang ironi di atas mendorong pemazmur untuk mengingatkan

umat Tuhan bahwa, “berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya.”33 Pada

kenyataannya hal ini sangat penting untuk dikumandangkan. Manusia perlu untuk

mengerti dengan sangat bahwa penghormatan tertinggi hanyalah milik Allah semata.

Memang seklipun manusia tidak memuliakan Allah, Dia tetap mulia. Namun penting

bagi manusia untuk memuliakan34 Allah sebagai ungkapan terima kasihnya atas segala

anugerah yang tidak pernah terduga dari Allah. Secara kongkrit, tiap-tiap orang harus

melakukan segala aktivitasnya “seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”

Mengasihi Allah

Berdasarkan analisanya terhadap beberapa ayat Firman Tuhan Walter A.

Elwell berkata, “kasih akan Allah adalah suatu kewajiban.”35 Menurut penulis,

pernyataan di atas sangatlah benar, sebab dalam banyak bagian Firman Tuhan hal ini

30 ?Lih. R.E. Nixon, “Mulia, Kemuliaan” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi bina Kasih/OMF, 2004), peny., H.A. Oposunggu, pen., J.M. Pattiasina, 2:98.

31Band. 1 Kor. 11:7.

32 ?Lih. Roma 3:23.

33 ?Mazmur 29:2; 96:8.

34 ?Kemuliaan yang dimaksud penulis adalah menaruh rasa hormat yang tertinggi kepada Allah.35 ?Walter A. Elwell, Peny., Analisa Topikal Terhadap Alkitab (Malang: Departemen Literatur SAAT, 2001), jil. 4, bag. Keselamatan, Pengudusan dan Kehidupan Kristen, pen., Andree Kho dan Caprili Guanga, 326.

16

Page 17: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

telah ditegaskan, bahkan Yesus sendiri ketika ditanyai tentang hukum yang terutama

berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu

dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.”36

Tentunya yang dimaksud “hukum” dalam bagian ini menunjuk pada perintah yang

bersifat mutlak dalam huku taurat. Dengan demikian pada jawaban Yesus ini jelas bahwa

mengasihi Allah merupakan hal mutlak yang harus dilakukan oleh setiap manusia,

teristimewa umat-Nya.

Allah telah membuktikan kasih-Nya dengan mengorbankan milik-Nya yang

paling berharga, hanya untuk mengembalikan kehidupan yang dahulu dihilangkan oleh

manusia sendiri karena dosa yang diperbuatnya.37 Hal inilah yang harus menjadi acuan

bagi “kasih” setiap orang. Seseorang harus mengasihi Allah karena Allah telah

mengasihinya terlebih dahulu. Bagi tiap orang yang telah menerima Kristus sebagai

Tuhan, mengasihi Allah bukanlah sesuatu yang dilakukan untuk mengejar upah namun

sebaliknya, bagi tiap-tiap orang percaya, mengasihi Allah adalah aksi untuk menunjukan

rasa terima kasih, sebab Allah telah mengasihinya terlebih dahulu. Allah telah

mengkreasikan segalanya untuk manusia, jadi bagaimanapun juga manusia harus

mengasihi Allah tanpa syarat.

Menaati Allah

Seharusnya beberapa hal yang telah diuraikan di atas dapat menghasilkan

tindakan yang lebih riil yaitu sikap taat dalam mengaksikan perintah Allah. Warren

berkata, “segala sesuatu harus dikerjakan sama seperti yang Allah tentukan.”38 Hal ini

benar, sebab jika tidak demikian, seseorang tidak sedang menaati Allah.

Dalam memberikan arahan, Allah tidak pernah membuat manusia bingung

karena ketidakjelasan pesan. Allah senantiasa membuatnya sangat nyata sehingga tidak

beralasan sama sekali apabila seseorang mengerjakan sesuatu yang Allah ingin ia

lakukan dengan tidak tepat. Menaati Allah bukanlah sesuatu yang dapat ditawar, Allah

tidak memerlukan penjelasan atau alasan untuk segala sesuatu yang Dia minta agar

dilakukan. Pemahaman dapat berjalan dalam waktu yang cukup panjang namun tidak

36 ?Matius 22:37-38.

37 ?Lih. Yohanes 3:16.38 ?Warren, The Purpose, 73.

17

Page 18: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

demikian dengan ketaatan, sebab ketaatan yang segera akan mengajarkan seseorang lebih

banyak tentang Allah.39

KESIMPULAN

Mazmur ini mengummandangkan kedahsyatan dan keagungan Tuhan

pencipta semesta alam yang memperhatikan manusia yang lemah dan secara bendawi

tidak berbeda dengan ciptaan-ciptaan lain. Namun Allah dalam kebesarannya telah

39 ?Ibid., 74.18

Page 19: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

mengistimewakan manusia dengan kemuliaan-Nya. Manusia telah ditempatkan pada

posisi yang paling tinggi di antara ciptaan yang lain. Manusia telah diberi otoritas untuk

menguasai segala yang Allah ciptakan dimuka bumi ini.

Itulah sebabnya, seharusnyalah manusia menyadari akan realita tersebut

dengan memfokuskan diri kepada Allah sebagai ungkapan terima kasih, karena tak

terbalaskannya anugerah yang Ia telah limpahkan bagi manusia. Manusia dituntut untuk

senantiasa mengekpresikan diri dalam ungkapan syukur di hadapan Allah.

Akhirnya, terhadap makalah ini, penulis memohon kritik dan saran yang

konstruktif sehingga di masa mendatang bisa terkaryakan tulisan-tulisan yang lebih

maksimal.

BIBLIOGRAFI

Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1999.

Terjemahan-terjemahan Alkitab dalam BibleWorks 6. [CD ROM]

The Devotional Study Bible. T.k.: The Zondervan Bible Publishers, 1999 [Terj.

Langsung. Selanjutnya setiap literatur asing diterjemahkan langsung oleh penulis]

Barth, Marie Claire dan B.A. Pareira. Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur: Pembimbing dan

Tafsirannya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

19

Page 20: KEISTIMEWAAN MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN DI HADAPAN ALLAH.mazmur 8.doc

Elwell, Walter A. Peny., Analisa Topikal Terhadap Alkitab. Malang: Departemen

Literatur SAAT, 2001. jil. 4, bag. Keselamatan, Pengudusan dan Kehidupan

Kristen, pen., Andree Kho dan Caprili Guanga.

Gripentrog, Greg. Diktat Kuliah Metode Mempelajari Alkitab, Th.:t.t.

Harris, R. Laird peny., “enosh” oleh Thomas E. Mccomiskey dalam Theological

Wordbook Of The Old Testament. Chicago: Moody Press, 1980. jil., 1.

M’Caw, Leslie S. dan J.A. Motyer. “Mazmur” dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini.

Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1994. jil., 2.

Matthew Henry Commentary dalam BibleWorks 6 [CD ROM]

Nixon, R.E. “Mulia, Kemuliaan” dalam Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jil. 2. Jakarta:

Yayasan Komunikasi bina Kasih/OMF, 2004. disunting oleh, H.A. Oposunggu,

diterjemahkan oleh., J.M. Pattiasina.

Owen, John Joseph. Analitycal Key To The Old Testament. Grand Rapids: Baker Book

House, 1991. jil., 3.

Pfeiffer, Charles F. dan Everett F. Harrison, peny. Tafsiran Alkitab Wycliffe. Malang:

Gandum Mas, 2005. jil., 2.

Reed, Carl. Diktat Kuliah: Bahasa Ibrani, MA.Miss.:2006.

Warren, Rick. The Purpose Driven Life. Malang: Gandum Mas,2005.

20