KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan...

83
KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA DALAM ROMAN GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER SUATU KAJIAN SOSIOLOGIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Oleh : Teguh Hartono NIM : 004114052 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Transcript of KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan...

Page 1: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA

DALAM ROMAN GADIS PANTAI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

SUATU KAJIAN SOSIOLOGIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh :

Teguh Hartono

NIM : 004114052

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 3: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 4: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

iv

MOTTO

Apa yang ada di hadapan kita dan apa yang ada di belakang

kita, hanyalah hal-hal kecil bila dibandingkan dengan apa yang

ada di dalam diri kita

(Oliver Wendell Holmes)

Page 5: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberiku rahmat kasih-Nya.

Bapak dan Ibu tercinta, Djarot Susilo dan Agnes Sri Rejeki.

Adik-adikku tersayang, Nunik Wahyuningsih Susilowati dan Ririn Prihantini

Kartikasari

Francisca Dyah Kartikasari, S. Pd yang selalu menjadi semangatku.

Sahabat-sahabat dan semua orang yang kukasihi.

Page 6: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

vi

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Agustus 2008

Penulis

Teguh Hartono

Page 7: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

vii

ABSTRAK

Hartono, Teguh. 2008. Kehidupan Priyayi dan Wong Cilik Masyarakat Jawadalam Roman Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer : SuatuKajian Sosiologis. Skripsi S1. Yogyakarta : Sastra Indonesia,Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini mengkaji kehidupan priyayi dan wong cilik dan adanyakontradiksi negatif praktik feodalisme Jawa. Perbedaan kehidupan sosialmasyarakat yang hidup di kampung nelayan dengan pembesar karesidenan, penuhdengan ketidakadilan kekuasaan priyayi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang berisikajian tentang kehidupan sosial kemasyarakatan. Dalam penelitian ini dianalisispula unsur-unsur intrinsik karya sastra, khususnya analisis alur, tokoh, dan latar.

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metodeini dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-fakta kemudian menganalisisnya.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan dan pencatatan.Setelah membaca roman Gadis Pantai dan menemukan unsur-unsur intrinsiknyayaitu alur, tokoh, dan latar kemudian dianalisis nilai-nilai sosial kehidupanmasyarakat Jawa khususnya kehidupan masyarakat di kampung nelayan dankehidupan kaum priyayi.

Dari hasil peneltian ini dapat disimpulkan bahwa pada kenyataannyakaum priyayi selalu berusaha menciptakan jarak dengan orang-orang yang ada disekelilingnya, terutama terhadap rakyat jelata atau yang biasa disebut denganistilah wong cilik. Bahkan kaum priyayi juga sering menggunakan kekuasaan dankekayaan yang dimilikinya untuk memperoleh segala sesuatu yang diinginkannya.Rakyat jelata atau wong cilik harus tunduk dan patuh terhadap priyayi. Hubungansosial di kalangan priyayi sangat terikat pada tatacara dan bersopan santun.Pergaulan pun sangat dibatasi sehingga menimbulkan kesenjangan sosial yangmencolok. Hal ini berbeda sekali dengan kehidupan masyarakat di desa atau didaerah pesisir pantai yang masih memegang erat tradisi gotong royong.

Page 8: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

viii

ABSTRACT

Hartono, Teguh.2008. The life of Priyayis and Wong Cilik in Javanese society in theRomance of Promoedya Ananta Toer’sGadis Pantai: a Sociologic Study.S1 Degree Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata DharmaUniversity

This research examines the life of priyayis and wong cilik, the existence ofnegative contradiction of Javanese feudalism practices. The difference of social lifeof the society living in the fisherman kampong from the rulers of regency is full ofinjustice.

This research uses sociology approach containing a study about societal-sociallife. In this research, intrinsic elements are also analyzed, especially the analysis ofplot, characters, and setting.

The method in this research is analytic descriptive method. This research wasdone by describing the facts and then analyzed them. The data collecting techniquesare observation and note taking. After reading the roman Gadis Pantai and findingout the intrinsic elements, those are plot, characters, and setting, then he analyzed thesocial values of the life of Javanese society, especially the society in the fishermankampong and the life of priyayis people.

From the result of this research, it can be concluded that in fact priyayisalways try to keep distance with the people surrounding them, especially withcommon people or those who are usually called with a term wong cilik. Even priyayisalso often use the power and wealth they have to get anything they want. Commonpeople or wong cilik must always follow and obey them. Social relationship amongpriyayis is always tightly bounded by norms and politeness matters. Their relation isalso limited, so it creates the uppermost social gap. This is very different from the lifeof society in village or coastal area which still holds the tradition of mutualassistance.

Page 9: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Page 10: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Kehidupan Priyayi dan Wong Cilik Masyarakat Jawa dalam Roman Gadis Pantai

Karya Pramoedya Ananta Toer : Suatu Tinjauan Sosiologis dengan baik. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada

program studi Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan tentunya tidak lepas

dari bantuan, dukungan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Dra. F. Tjandrasih Adji, M. Hum., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

dan teliti memberikan saran, kritik, dan nasihat kepada penulis selama menyusun

skripsi.

2. Drs. B. Rahmanto, M. Hum., selaku Kaprodi Sastra Indonesia dan juga dosen

pembimbing yang senantiasa memberi dorongan dan nasehat kepada penulis

selama menyusun skripsi.

3. Para dosen Sastra Indonesia dan karyawan sekretariat Sastra Indonesia yang

membantu penulis memperlancar urusan perkuliahan.

4. Bapak, Djarot Susilo dan Ibu, Agnes Sri Rejeki, serta adik-adikku Nunik

Wahyuningsih Susilowati dan Ririn Prihantini Kartikasari yang selalu memberi

semangat, dukungan, nasihat, dan cinta kasih kepada penulis selama ini.

Page 11: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

v

5. Francisca Dyah Kartikasari, S. Pd atas cinta, perhatian, dukungan, dan doa kepada

penulis.

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran dengan senang hati untuk

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Agustus 2008

Penulis

Page 12: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... iii

MOTTO ....................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

ABSTRAK................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2

1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 3

1.5 Tinjauan Pustaka ............................................................... 3

1.6 Landasan Teori ................................................................... 5

1.6.1 Teori Strukturalisme ........................................................... 5

1.6.1.1 Tokoh ................................................................................. 6

1.6.1.2 Alur .................................................................................... 7

1.6.1.3 Latar................................................................................... 8

Page 13: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

xii

1.6.2 Sosiologi Sastra .................................................................. 9

1.6.3 Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa .................................... 10

1.7 Metode Penelitian............................................................... 12

1.7.1 Pendekatan ......................................................................... 12

1.7.2 Metode Deskriptif Analisis ................................................. 13

1.7.3 Teknik Penelitian................................................................ 13

1.7.4 Sumber Data....................................................................... 14

1.8 Sistematika Penyajian......................................................... 14

BAB II. ANALISIS STRUKTURAL ROMAN GADIS PANTAI ................. 14

2.1 Analisis Alur Roman Gadis Pantai ..................................... 16

2.2 Analisis Tokoh Roman Gadis Pantai .................................. 28

2.2.1 Tokoh Gadis Pantai............................................................ 29

2.2.2 Tokoh Bendoro................................................................... 33

2.2.3 Tokoh Bapak ...................................................................... 35

2.2.4 Tokoh Emak ....................................................................... 36

2.2.5 Tokoh Pelayan Wanita Tua................................................. 37

2.2.6 Tokoh Mardinah ................................................................. 38

2.3 Analisis Latar Roman Gadis Pantai ................................... 39

2.3.1 Latar Tempat Roman Gadis Pantai..................................... 40

2.3.2 Latar Waktu Roman Gadis Pantai ....................................... 41

2.3.3 Latar Sosial Roman Gadis Pantai ........................................ 42

BAB III. KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK DALAM ROMAN

GADIS PANTAI ............................................................................. 45

Page 14: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

xiii

3.1 Kehidupan Priyayi.............................................................. 45

3.2 Kehidupan Wong Cilik........................................................ 52

BAB IV. PENUTUP .................................................................................... 57

4.1 Kesimpulan ........................................................................ 57

4.2 Saran .................................................................................. 62

LAMPIRAN...................................................................................................... 63

SINOPSIS......................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 67

Page 15: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra atau karya sastra merupakan karya seni yang mempergunakan

bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 2003:121). Bahan sastra adalah bahasa yang

sudah berarti. Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan atau disesuaikan dengan

konvensi sastra.

Karya sastra, selain harus bisa dinikmati pembaca, juga harus bisa

mendidik sehingga orang tertarik untuk membaca atau menikmatinya. Pembaca

bisa menemukan sesuatu yang berguna untuk kehidupannya dari karya sastra itu.

Karya sastra tak lepas dari pengalaman hidup manusia. Karya sastra juga

dipengaruhi oleh keadaan atau kehidupan masyarakat.

Karya sastra diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis atau genre. Hartoko

dan Rahmanto (via Wiyatmi, 2006:27) mengemukakan bahwa ada tiga jenis karya

sastra, yaitu puisi, drama, dan naratif. Karya sastra naratif meliputi novel, roman,

cerita pendek, dan novelet.

Kehidupan dalam sebuah novel atau roman pada dasarnya merupakan

sikap atau pandangan masyarakat terhadap realita kehidupan sosial. Latar

belakang sosial budaya bisa mempengaruhi pengarang dalam memandang

kehidupan tersebut.

Dalam penelitian ini dipilih roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta

Toer karena roman itu mempunyai kisah kehidupan yang menarik dan tidak jauh

Page 16: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

2

dari realita. Berdasarkan jenisnya, roman Gadis Pantai adalah sastra jenis naratif.

Sastra naratif artinya teks-teks di dalamnya tidak bersifat dialog dan isinya

merupakan kisah sejarah atau sebuah peristiwa ( Wiyatmi, 2006:28).

Dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam roman Gadis Pantai, dapat

diketahui tentang kehidupan sosial masyarakat Jawa yang hidup di kampung

nelayan dan juga seorang pembesar karesidenan. Roman Gadis Pantai merupakan

karya sastra yang berlatar belakang kebudayaan Jawa dengan adat istiadatnya.

Roman Gadis Pantai juga mengandung nilai-nilai budaya Jawa dan adanya

kontradiksi negatif praktik feodalisme Jawa.

Dalam penelitian ini dianalisis pula unsur-unsur intrinsik karya sastra.

Unsur intrinsik yaitu unsur pembangun karya sastra. Penelitian ini

mengkhususkan pada analisis alur, tokoh, dan latar. Untuk memahami karya sastra

baik novel maupun roman, analisis struktural mengenai alur, tokoh, dan latar

membantu memberikan data mengenai roman Gadis Pantai khususnya tentang

nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat Jawa. Dalam hal ini berkaitan dengan

kajian sosiologis yaitu kajian tentang kehidupan sosial masyarakat Jawa.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana analisis strukural yaitu mengenai alur, tokoh, dan latar dalam

roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer ?

1.2.2 Bagaimana kehidupan masyarakat Jawa, khususnya priyayi dan wong

cilik dalam roman Gadis Pantai ?

Page 17: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

3

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mendeskripsikan analisis sturuktural mengenai alur, tokoh, dan latar

roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

1.3.2 Mendeskripsikan kehidupan masyarakat Jawa, khususnya priyayi dan

wong cilik dalam roman Gadis Pantai.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Memberikan informasi kepada pembaca mengenai isi dari roman Gadis

Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

1.4.2 Memberikan informasi kepada pembaca mengenai kehidupan priyayi dan

wong cilik di masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.

1.5. Tinjauan Pustaka

Roman Gadis Pantaikarya Pramoedya Ananta Toer ini merupakan roman

perjuangan sekaligus roman sosial-kritis di mana terdapat pembelaan terhadap

rasa keadilan. Hal ini dikemukakan Kurniawan (2002:12) dalam skripsinya yang

berjudul “Realisme Sosialis Pramoedya Ananta Toer : Sebuah Tinjauan Filsafat

Seni.”

Pramoedya banyak menulis novel atu roman yang isinya berani

menentang kehidupan priyayi yang menganggap rendah wong cilik. Selain itu

Pramoedya juga mengungkapkan bahwa paham feodalistik masih melekat kuat

dalam kehidupan masyarakat zaman penjajahan kolonial dulu. Tekanan kekuasaan

raja-raja dan bangsawan feodal juga tekanan kekuasaan pemerintah kolonial

Page 18: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

4

mempunyai efek terhadap kehidupan rakyat petani di Jawa (Koentjaraningrat,

1979:343)

Menurut Rahman (2003:4) dalam artikelnya yang berjudul “Seru

Membaca Gadis Pantai” di majalah On/Off berpendapat bahwa Pramoedya

melukiskan sosok Gadis Pantai sebagai seorang perempuan yang sederhana,

polos, penuh penyerahan, dan tanpa cacat. Pramoedya dalam karyanya sering

melukiskan perempuan sebagai tokoh yang kuat namun terkesan pasrah.

Koentjaraningrat (1979:337) dalam bukunya yang berjudul “Manusia dan

Kebudayaan Indonesia” mengemukakan bahwa dalam kehidupan masyarakat

Jawa, masih dibedakan antara kaum priyayi dengan wong cilik, Kedua masyarakat

tesebut tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.Kenyataan itulah yang ditulis

oleh Pramoedya yang menggambarkan kedudukan kaum priyayi jauh di atas wong

cilik.

Teeuw (1997:214-218) dalam bukunya yang berjudul “Citra Manusia

Indonesia dalam Karya Sastra Pramoedya Ananta toer”, berpendapat bahwa

hubungan antara cerita dengan kenyataan diadakan dalam roman itu sendiri.

Roman Gadis Pantai ini mengisahkan nasib perempuan dari kalangan rakyak

jelata yang dihadiahi ‘untung’ oleh seorang priyayi.

Rakyat jelata atau wong cilik harus patuh terhadap priyayi. Demikian

halnya dengan pernikahan, siapa saja yang diinginkannya harus bersedia untuk

dinikahinya walaupun pada akhirnya harus rela ‘diusir’ dari kehidupan priyayi.

Gadis Pantai sebagai seorang perempuan yang menerima status priyayi karena

Page 19: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

5

menikah dengan Bendoro, harus memikul beban kebudayaan priyayi yang

dianutnya.

1.6. Landasan Teori

1.6.1 Teori Strukturalisme

Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan

kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami

perkembangan. Hubungan karya sastra dengan masyarakat memberikan pengaruh

terhadap perkembangan teori sastra selanjutnya. Teori strukturalisme dianggap

sebagai salah satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada

pemahaman secara maksimal (Ratna, 2004:75-76).

Pradopo (2003:118) mengatakan bahwa strukturalisme tidak dapat

dipisahkan dengan semiotik karena karya sastra itu merupakan struktur tanda-

tanda yang bermakna. Karya sastra merupakan struktur makna atau struktur yang

bermakna. Oleh karena itulah, analisis semiotik tidak dapat dipisahkan oleh

analisis struktural (Pradopo, 2003:141).

Sebuah teks sastra terdiri atas komponen-komponen seperti tokoh, alur,

latar, judul, sudut pandang, gaya dan nada, serta tema. Komponen-komponen

tersebut merupakan unsur intrinsik karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang

membangun karya sastra dari dalam. Strukturalisme sastra memberi keluasan pada

peneliti sastra untuk menetapkan komponen-komponen mana yang akan mendapat

prioritas signifikasi.

Page 20: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

6

Dalam penelitian ini, akan dianalisis unsur intrinsik yang diprioritaskan

pada analisis struktural mengenai alur, tokoh, dan latar. Ketiga hal itu dianalisis

untuk mengetahui nilai-nilai sosial apa saja yang terkandung dalam roman Gadis

Pantai.

1.6.1.1 Tokoh

Tokoh adalah para pelaku yang terdapat sebuah fiksi (Wiyatmi, 2006:30).

Tokoh merupakan ciptaan pengarang, tapi kadang-kadang dapat juga merupakan

gambaran dari orang-orang di kehidupan nyata.

Sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi

dua yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh tambahan (periferal). Tokoh disebut

sebagai tokoh sentral bila memenuhi syarat, (1) paling terlibat dengan makna atau

tema, (2) paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, (3) paling banyak

memerlukan waktu penceritaan (Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:31).

Tokoh yang memegang peran pimpinan disebut sebagai tokoh protagonis

(Sudjiman, 1988:61). Protagonis selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita.

Protagonis dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan antartokoh.

Tokoh yang merupakan penentang atau lawan dari protagonist disebut tokoh

antagonis. Jadi, tokoh protagonist dan antagonis bisa menjadi tokoh sentral

(Sudjiman, 1988:18-19).

Berdasarkan fungsinya, tokoh dibedakan antara tokoh sentral dan tokoh

bawahan. Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam

cerita, tetapi kehadirannya diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh

utama.

Page 21: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

7

Sama halnya dengan manusia dalam kehidupan nyata, tokoh dalam cerita

pun hendaknya memiliki dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Dimensi

fisiologis meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, dan lain sebagainya.

Dimensi sosiologis meliputi status sosial, pekerjaan, peranan dalam masyarakat,

agama, aktivitas sosial, dan keturunan. Dimensi psikologis meliputi mentalitas,

ukuran moral, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan kelakuan, juga

intelektualitasnya (Wiyatmi, 2006:30-31).

Penelitian ini memprioritaskan pada analisis tokoh sentral dan tokoh

tambahan atau bawahan dalam roman Gadis Pantai. Dengan demikian dapat

diketahui karakter masing-masing tokoh, sedangkan kehadiran tokoh bawahan

dapat menunjang tokoh sentral. Selain itu, dimensi fisiologis, sosiologis, dan

psikologis masing-masing tokoh juga akan dipaparkan dalam penelitian ini.

1.6.1.2 Alur

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan

hubungan kausalitas. Alur dibagi menjadi tiga bagian yaitu awal, tengah, dan

akhir. Bagian awal berisi tentang eksposisi yang mengandung instabilitas dan

konfliks. Bagian tengah berisi klimaks yang merupakan puncak konflik. Bagian

akhir berisi tentang penyelesaian atau pemecahan masalah

(Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:36-37).

Alur dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berdasarkan peristiwa

yang terjadi, alur dibedakan menjadi alur kronologis atau lebih dikenal dengan

nama alur progresif, alur regresif, dan alur flashback atau sorot balik

(Wiyatmi, 2006:39).

Page 22: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

8

Dilihat dari akhir cerita, plot dibedakan menjadi plot terbuka dan

tertutup. Plot tertutup memiliki akhir cerita yang jelas. Dilihat dari kuantitasnya,

dikenal adanya plot tunggal dan plot jamak. Plot tunggal mengandung satu

peristiwa primer, sedangkan plot jamak memiliki berbagai peristiwa primer dan

peristiwa lain

Dilihat dari kualitasnya, dibedakan antara plot rapat dan plot longgar.

Plot rapat tidak memungkinkan adanya celah untuk disisipi plot lain sedangkan

plot longgar memiliki kemungkinan disisipi adanya plot lain

(Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:39)

Unsur alur yang penting adalah konflik dan klimaks. Konflik terdiri dari

konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal merupakan konflik dalam

diri seorang tokoh sedangkan konflik eksternal merupakan konflik antara satu

tokoh dengan tokoh lain.

Klimaks terjadi saat konflik menjadi sangat hebat dan jalan keluar harus

ditemukan. Jadi, dapat dikatakan bahwa alur yang berhasil adalah alur yang

mampu menggiring pembaca menelusuri cerita secara keseluruhan

(Semi, 1993:45)

Dalam penelitian ini dipaparkan mengenai kronologis cerita roman Gadis

Pantai dari awal sampai akhir dengan jenis alur berdasarkan peristiwanya. Bagian

awal memaparkan perkenalan dan terjadinya konflik. Bagian tengah memaparkan

klimaks yang merupakan puncak konflik. Bagian akhir memaparkan penyelesaian

atau pemecahan masalah (Wiyatmi, 2006:37)

Page 23: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

9

1.6.1.3 Latar

Latar dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, waktu, dan sosial. Latar

tempat berkaitan dengan geografis, misalnya di lokasi mana, desa apa, kota apa,

dan sebagainya. Latar waktu berkaitan dengan waktu, yaitu hari, jam, maupun

histories. Latar sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat

(Sayuti dalam Wiyatmi, 2006:40)

Latar berfungsi untuk memberi konteks cerita. Latar juga memberikan

pijakan cerita secara konkret dan jelas. Sebuah cerita terjadi dan dialami oleh

tokoh di tempat tertentu, pada suatu masa, dan di lingkungan tertentu.

Dalam penelitian ini latar atau setting tempat, waktu, dan sosial dianalisis

satu persatu. Latar tempat, waktu, dan sosial itu menjadi petunjuk untuk

menganalisis nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat Jawa dalam roman Gadis

Pantai.

1.6.2 Sosiologi Sastra

Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam

masyarakat juga tentang sosial dan proses sosial. Sastra, juga berhubungan dengan

manusia bahkan sastra diciptakan oleh anggota masyarakat (dalam hal ini adalah

sastrawan) untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat

(Semi, 1984:52)

Sosiologi sastra merupakan telaah sosiologis terhadap suatu karya sastra.

Wellek dan Warren (dalam Semi, 1984:53) mengatakan bahwa sosiologi sastra itu

memasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.

Sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan terdiri dari kenyataan sosial,

Page 24: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

10

walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia

(Wellek dan Warren, 1989:109) Jadi, dapat dikatakan bahwa sosiologi sastra

merupakan pendekatan terhadap sastra dengan mempertimbangkan segi-segi

kemasyarakatan serta menyangkut tentang pengarang, karyanya, dan juga

pembacanya.

Karya sastra mengandung informasi tentang masyarakat sampai ke batas-

batas tertentu. Informasi kemasyarakatan itu kadang-kadang terasa nyata dan

hidup karena adanya jalinan hubungan antartokoh dalam cerita. Dunia dalam

roman ada kalanya adalah dunia nyata yang disamarkan lewat nama-nama orang,

tempat, peristiwa yang dikhayalkan (Hardjana, 1994:72)

Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan hubungan yang

hakiki. Karya sastra menjadi pelopor pembaharuan dan memberikan pengakuan

terhadap suatu gejala kemasyarakatan (Ratna, 2004:334)

Kajian sosiologis dalam penelitian ini merupakan suatu kajian tentang

kehidupan masyarakat Jawa. Tentu saja dalam kehidupan masyarakat Jawa

mengandung nilai-nilai sosial. Namun, yang dipaparkan dalam penelitian ini

adalah nilai sosial dalam kehidupan masyarakat Jawa khususnya priyayi dan wong

cilik.

1.6.3. Kehidupan Sosial Masyarakat Jawa

Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

sekitarnya. Sebagai individu dan makhluk sosial, mereka berhubungan langsung

dengan alam. Alam, individu, dan masyarakat mempunyai keterikatan yang kuat

Page 25: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

11

satu sama lain. Oleh karena itu, individu harus mampu menyesuaikan dan

mengendalikan diri terhadap alam, individu lain, masyarakat, dan kekuasaan di

luar dirinya.

Di dalam kenyataan hidup masyarakat Jawa, orang masih membedakan

antara priyayi yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar dengan orang

kebanyakan yang disebut wong cilik, seperti petani, tukang, dan pekerja kasar

lainnya, di samping keluarga kraton dan keturunan bangsawan atau bendara-

bendara (Koentjaraningrat, 1979:337)

Kedua masyarakat tersebut tidak dapat dipisahkan dan dalam batas-batas

tertentu kedua masyarakat tersebut saling membutuhkan. Priyayi merupakan

pemasok kultural dan filsafat yang menjadi pegangan bagi wong cilik. Sebaliknya,

wong cilik menjadi pemasok hasil-hasil pertanian bagi hidup priyayi.

Tekanan kekuasaan dari raja-raja dan bangsawan-bangsawan feodal dari

zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Jawa dahulu dan juga tekanan kekuasaan dari

pemerintah kolonial telah mempunyai efek yang dalam terhadap kehidupan rakyat

petani di Jawa (Koentjaraningrat, 1979:343)

Dalam kehidupan masyarakat Jawa, sikap hormat merupakan hal yang

wajib dilakukan oleh setiap orang, baik di lingkungan wong cilik maupun priyayi

(De Jong dalam Suwondo, 1994:129) Selain umumnya mudah terkesan oleh

kebangsawanan dan keterpelajaran orang, manusia (dalam hal ini masyarakat)

Jawa pun gampang terkesan oleh kekayaan orang.

Di dalam masyarakat Jawa yang masih feodalistik, orang berketurunan

ningrat atau orang berharta akan dihormati. Masih banyak sisa-sisa feodalistik di

Page 26: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

12

dalam masyarakat Jawa yang tetap bertahan sehingga perlu kesabaran dan

ketahanan dalam mengatasi dan memberantasnya (Hardjowirogo, 1983:54)

Penelitian ini mengkaji tentang kehidupan masyarakat Jawa khususnya

kehidupan priyayi dan wong cilik. Yang dimaksud dengan wong cilik di sini

adalah sekelompok masyarakat yang tinggal di kampung nelayan di daerah

Rembang, Jawa Tengah sedangkan yang dimaksud dengan priyayi adalah

pembesar yang tinggal di daerah setempat.

1.7. Metode Penelitian

Pada bagian ini dipaparkan mengenai pendekatan, metode, teknik

penelitian, dan sumber data dalam roman Gadis Pantai.

1.7.1 Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

sosiologis. Pendekatan sosiologis menganalisis manusia dalam masyarakat dengan

proses pemahaman dari masyarakat ke individu. Pendekatan sosiologis

menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat (Ratna, 2004:59)

Pendekatan ini mendasarkan pada hubungan yang hakiki antara karya

sastra dengan masyarakat. Model pendekatan ini adalah adanya pemahaman

dengan harapan akan terjadi perubahan perilaku masyarakat. Setiap hasil karya

memiliki aspek-aspek sosial tertentu yang dapat dibicarakan melalui model

pemahaman sosial. Selain itu, pendekatan sosiologis juga memiliki implikasi

Page 27: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

13

metodologis berupa pemahaman mendasar mengenai kehidupan manusia dalam

masyarakat (Ratna, 2004:60-61)

1.7.2 Metode Deskriptif Analisis

Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode

deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta kemudian

menganalisisnya.

Deskripsi analisis berarti menguraikan. Namun, tidak hanya menguraikan

saja melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.

Metode ini digunakan untuk memaparkan secara keseluruhan hasil analisis yang

telah dilakukan (Ratna, 2004:53)

1.7.3 Teknik Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengamatan dan

pencatatan. Pengamatan dilakukan dengan membaca roman Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer untuk menemukan unsur intrinsiknya, yaitu alur, tokoh,

dan latar.

Penelitian pustaka pada umumnya menggunakan kartu data untuk

mencatat keseluruhan data yang diperoleh (Ratna, 2004:39) Maka, penelitian ini

pun menggunakan kartu data untuk mencatat data.

Roman atau novel yang diteliti diidentifikasi, dianalisis, dan dicatat

dalam kartu data. Kartu data digunakan untuk mencatat keseluruhan data yang

Page 28: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

14

ditemukan. Unsur-unsur yang telah tercatat dalam kartu data tersebut selanjutnya

dimasukkan ke dalam kartu data lain untuk dianalisis.

1.7.4 Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data pustaka, yaitu sumber tertulis yang

memuat informasi tentang topik penelitian. Sumber data penelitian ini adalah

karya sastra yang berupa roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer

dengan identitas sebagai berikut :

Judul : Gadis Pantai

Pengarang : Pramoedya Ananta Toer.

Penerbit : Lentera Dipantara.

Kota terbit : Jakarta.

Tahun terbit : 2006.

Cetakan : ke-1 Juli 2003, ke-2 Maret 2005, ke-3 Juni 2006.

Tebal buku : 270 halaman.

1.8. Sistematika Penyajian

Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian,

dan sistematika penyajiannya dalam roman Gadis Pantai karya Pramoedya

Ananta Toer.

Bab II berisi tentang analisis struktural mengenai alur, tokoh, dan latar

dalam roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Bab III berisi tentang

nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat Jawa dalam roman Gadis Pantai karya

Page 29: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

15

Pramoedya Ananta Toer. Bab IV penutup berisi tentang kesimpulan dan saran

mengenai roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

Page 30: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

14

BAB II

ANALISIS STRUKTURAL ROMAN GADIS PANTAI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Pada bagian ini, unsur-unsur pembentuk karya sastra yang dipakai untuk

menganalisis roman Gadis Pantai adalah alur, tokoh, dan latar. Dengan demikian

diharapkan pembaca dapat dengan mudah memahami alur, tokoh, dan latar dalam

roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer ini.

2.1 Analisis Alur Roman Gadis Pantai

Roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer ini diawali dengan

deskripsi fisik tokoh Gadis Pantai dan berbagai aktivitas yang dilakukannya di

sebuah kampung nelayan di pantai keresidenan Rembang.

(1) Empat belas tahun umurnya waktu itu. Kulit langsat. Tubuh kecil mungil.Mata agak sipit. Hidung ala kadarnya. Dan jadilah ia bunga kampungnelayan sepenggal pantai keresidenan Rembang (Toer, 2006:11).

Selanjutnya diceritakan mengenai berbagai aktivitas Gadis Pantai yang

dilakukan sehari-hari di kampung nelayan itu.

(2) Hari demi hari batinnya diisi derai ombak dan pandangnya oleh perahu-perahu yang berangkat di subuh hari pulang di siang atau sore hari,berkabuh di muara, menurunkan ikan tangkapan, dan menunggu besoksampai kantor lelang buka (Toer, 2006:11).

Cerita berikutnya mengenai awal mula kehidupan Gadis Pantai yang

dinikahkan dengan seorang pembesar di kota, digambarkan di sini ia dinikahkan

dengan sebilah keris yang menjadi simbol dari pembesar tersebut.

(3) Kemarin malam ia telah dinikahkan. Dinikahkan dengan sebilah keris.Detik itu ia tahu: kini ia bukan anak bapaknya lagi. Ia bukan anak

Page 31: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

17

emaknya lagi. Kini ia istri sebilah keris, wakil seorang yang tak pernahdilihatnya seumur hidup (Toer, 2006:12).

Peristiwa berikutnya menceritakan tentang pemberitahuan emaknya bahwa

ia sudah menjadi istri dari orang terhormat yang sering dipanggil Bendoro atau

sebagai Bupati.

(4) “Mulai hari ini, nak,” emaknya tak sanggup meneruskan, kemudian mengubah bicaranya: “Beruntung kau menjadi istri orang alim, dua kalipernah naik haji, entah berapa kali khatam Our’an. Perempuan, nak, kalau sudah kawin jeleknya laki jeleknya kita, baiknya laki baiknya kita.Apa yang kurang baik pada dia?” (Toer, 2006:14).

Bagian ini menceritakan Gadis Pantai dan keluarganya datang ke rumah

Bendoro. Mereka disambut oleh seorang bujang Bendoro. Bendoro masih tidur

ketika mereka datang. Tak lama kemudian, Bendoro bangun dan memerintahkan

kepala kampung untuk menghadapnya.

(5) Dokar mulai memasuki halaman dengan deretan toko orang Tionghoa.Semua itu pernah dilihatnya dua tahun yang lalu, waktu dengan orang-orang sekampung datang beramai ke kota, nonton pasar malam. Ia masihingat buaya yang dipajang di atas pintu toko sepatu. Ia masih ingat tokopabrik tegel dengan bunga-bunganya yang berwarna-warni. Ia masihingat gedung-gedung besar dengan tiang-tiang yang tak dapat dipeluknya,putih, tinggi, bulat selanjutnya Gadis Pantai dan keluarganya tiba dirumah bendoro. Sewaktu semua sudah turun, mereka menggeromboldipinggir jalan, tak tahu apa yang harus diperbuat. Pagar tembok terlalutinggi untuk dapat meninjau ke dalam. Emak menyentuh tangan bapak.Seperti berkata pada diri sendiri bapak berbisik, “Mari, mari,” tapi ia tetap tidak beranjak. Akhirnya emak yang mulai mengganjur langkah.Melihat tak ada yang mengikutinya, ia terhenti menatap bapak. Dalamkegugupannya bapak meraih tangan si Gadis Pantai tak ada yang tahusiapa sebenarnya yang terpapah. Dan bergeraklah iring-iringan pengantinitu, selangkah demi selangkah. Mereka melewati rumah tingkat yangsebenarnya tak lain dari sebuah paviliun gedung utama di sebelahnya.Mereka berhenti disebuah gang antara paviliun dan gedung utama.Seorang bujang berhenti mengamati mereka dari kaki sampai kepala.“Mau apa?” tanyanya.“Bendoro ada?”“Baru beradu,” kemudian pandangannya menjaamah Gadis Pantai

Page 32: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

18

Suasana lengang, pemandangan di atas dihitami oleh puncak pohon-pohonberingin dan deburan ombak dari kejauhan, membuat hati iringanpengantin menjadi beku. Emak membuka mulut hendak bicara, tapi takada suara keluar dari mulutnya. “Kami datang menghadap Bendoro, kami baru datang dari kampung….”(Toer, 2006:15-16).

Tetapi Bendoro masih tidur tak lama kemudian terdengar suara Bendoro.Beliau sudah bangun. Kepala kampung pun dipanggil menghadap.“Bendoro sudah bangun,” kepala kampung memperingatkan. Semua tegang menegakkan tubuh. Pendengaran tertuju pada sepasang selop yangberbunyi berat sayup terseret-seret di lantai. Bunyi kian mendekat danakhirnya nyata terdengar: buuutt. “Apa itu?” emak bertanya pada kepalakampung. Ia kenal bunyi itu tapi ia tak yakin. Ia gelengkan kepala. Di sinitak mungkin terjadi. Tidak! Itu bukan bunyi yang biasa didengarnya, bunyiyang biasa membikin ia geram pada lakinya. Terdengar bunyi selopberhenti, kemudian, “Mengapa aku tak dibangunkan? Suruh kesini kepala kampung itu!” Sunyi-senyap dalam kamar. Mata pada melotot mengawasipintu. Tak seorang mendengar nafas kepala kampung yang terengah-engah. Ia bangkit. Sekali lagi menggapai-gapai kedalam bajukebesarannya. Dikeluarkannya keris bersarung kuningan bertangkai kayusawo tua berukiran tubuh katak. Dan keris diangkatnya tinggi sampaisegaris dengan hidungnya. Seorang datang menghampiri ruangan tempattamu-tamu dari kampung nelayan masih tetap gelisah menunggu. Orangitu menilik ke dalam dan tanpa sesuatu upacara langsung menyampaikan,“Bapak kepala kampung dititahkan menghadap!”(Toer, 2006:21-22).

Setelah selesai menghadap Bendoro, kepala kampung kembali pada Gadis

Pantai dan keluarganya. Kepala kampung menghampiri Gadis Pantai dan Emak

untuk menyampaikan pesan dari Bendoro, apakah Gadis Pantai sudah mengalami

haid atau belum. Hal ini penting karena Gadis Pantai akan dinikahkan dengan

Bendoro.

(6) Bendoro menanyakan apabila Gadis Pantai sudah mengalami haid ataubelum dan kepala kampung menyampaikannya pada Gadis Pantai danemak. Waktu itu Gadis Pantai masih terlalu muda dan dengan putus asaemak memaksa Gadis Pantai untuk menjawab bahwa ia sudah haid.Kepala kampung mengawasi emak dan anak berpandangan-pandanganputus asa. Tiba-tiba dengan gesitnya emak bangkit menarik Gadis Pantaidan menyeretnya ke ujung kamar, duduk di atas sofa. Mendadak emakterperanjat dan segera berdiri empuk sekali kasur sofa itu. Dipegang-pegangnya kasur itu sebentar dan cepat ia menatap anaknya, berbisik.Gadis Pantai menyusul duduk ia pun terperanjat berdiri, meraba-raba

Page 33: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

19

kasur, tak jadi duduk. Ia tinggal berdiri, mendengarkan bisikan emak,menggeleng sambil memandangi emak. Menggeleng lagi. Emakmengerutkan kening, menggeleng menengok ke samping menatapsuaminya. Akhirnya dengan pandangan putus asa emak berjalanmenghampiri bapak, berbisik, “Bilang saja sudah.” (Toer, 2006:24).

Selanjutnya Gadis Pantai mulai dipanggil dengan nama Mas Nganten. Ia

mulai tinggal di rumah Bendoro dan sudah saatnya ia menyesuaikan diri dengan

kehidupan di sana yang tentu saja berbeda jauh dengan kehidupan di

kampungnya.

(7) Malam itu jam dinding jauh di ruang tengah telah berbunyi dua belaskali. Sunyi senyap di sekeliling. Dan ketak-ketik itu begitu menyiksapendengarannya. Namun, ia rasai tubuhnya nikmat tenggelam dalamkasur yang begitu lunak seperti lumpur hangat. Sedang bau wangi yangmembumbung dari sekujur badannya dan pakaiannya membawapikirannya malayang-layang ke kampung halaman. Tak pernah iaimpikan di dunia ada bau begitu menyegarkan. Di kampungnya kemanapun ia pergi dan di manapun ia berada yang tercium hanya satumacam bau: amis tepian laut (Toer, 2006:30).

Cerita selanjutnya adalah pertama kali bendoro menghampiri Gadis pantai

di kamarnya setelah mengaji. Tokoh Bendoro digambarkan sebagai seorang pria

yang begitu sempurna.

(8) Nampak seorang pria bertubuh tinggi kuning langsat berwajah agak tipisdan berhidung mancung. Ia berkopiah haji dan berbaju teluk belanga darisutera putih dan bersarung bugis hitam dengan beberapa genggang putihtipis-tipis (Toer, 2006:31)

Setiap pagi Mas Nganten atau si Gadis Pantai harus ikut bersembahyang.

Dengan dibantu oleh seorang bujang wanita, ia mulai belajar bersembahyang

dalam sebuah ruangan yang disebut khalwat. Di situlah Bendoro sembahyang dan

Gadis Pantai harus mengikutinya.

(9) Dari sebuah pojok bujang itu mengeluarkan selembar mukenah putih danmengenakannya pada Gadis Pantai. “Duduk ekarang diam-diam di sini.

Page 34: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

20

Jangan bergerak, Bendoro duduk di sana Mas Nganten harusbersembahyang dengan beliau.”“Aku tak bisa.”“Ikuti saja apa Bendoro lakukan.”“Aku tak bisa.”“Wanita utama mesti belajar–mesti bisa melegakan hati Bendoro, ingat-ingatlah itu.”Gadis Pantai mulai merasa kesepian, ini pertama kalinya ia masuk kedalam khalawat ia merasakan suasana yang sangat berbedadengan kampungnya. Tertinggal Gadis Pantai seorang diri dalam ruanganbesar yang tidak pernah yang tak pernah diinjaknya semula, laksanaseekor tikus didalam perangkap. Suasana khalawat itu menakutkan,menyeramkan. Sekali-sekali seekor burung walet masuk dari lubangangin jauh pada dinding atas sana, kemudian pergi lagi. Gadis Pantaitersadar sekarang betapa takutnya ia pada kesunyian, pada keadaan takboleh bergerak. Ia tersedan-sedan seorang diri. Dan tak ada seorang punpeduli padanya (Toer, 2006:35).

Didalam khalawat, ia mengikuti segala gerakan sholat yang dipimpinoleh Bendoro. Pada hal tak pernah ia melaksanakan sholat dikampungnya dulu, tetapi ia sekarang harus melakukannya. Sepertidiperintah oleh tenaga gaib Gadis Pantai pun berdiri dan mengikutisegala gerak-gerik Bendoro dari permadani belakang. Pikirannyamelayang ke laut, pada kawan-kawan sepermainannya, pada bocah-bocahpantai berkulit dekil, telanjang bergolek-golek di pasir hangat pagi hari.Dahulu ia pun menjadi bagian dari gerombolan anak-anak telanjang bulatitu. Dan ia tak juga dapat mengerti, benarkah ia menjadi jauh lebih bersihkarena basuhan air wangi? Ia merasa masih seperti bocah yang dulu,menepi-nepi pantai sampai ke muara, pulang ke rumah kaki terbungkusamis. Bendoro didepan sana berukuk. Seperti mesin ia mengikutiBendoro di sana bersujud, ia pun bersujud, Bendoro duduk ia pun duduk.Ia pernah angkat sendiri seekor ikan pari 30 kg, tak dibawa ke lelang,buat sumbangan kampung waktu pesta. Ia bermandi keringat dan buntutikan itu mengganggu kakinya sampai barut berdarah. Tapi ia tahu ikan itubuat dimakan seluruh kampung. Dan kini. Hanya menirukan gerak rasnyabegitu berat. Dahulu ia selalu katakan apa yang dipikirkan, tangiskan, apayang ditanggungkan,teriakan ria kesukaan didalam hati remaja. Kini iaharus diam tak ada kuping sudi suaranya. Sekarang ia hanya bolehberbisik. Dan dalam khalawat ini, bergerak pun ikuti acuan yang telahtersedia (Toer, 2006:36-37).

Cerita berikutnya mengenai Gadis Pantai yang sedikit demi sedikit mulai

hafal dengan kata-kata yang harus diucapkan ketika menghadap Bendoro. Bujang

wanita tualah yang senantiasa membantu dan membimbingnya.

Page 35: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

21

(10) “Dengarkan, sahaya ajari, katakan begini pada Bendoro nanti,’Ampuni sahaya Bendoro….’, hafalkan. Lantas Bendoro akan menegur,’Ya, Mas Nganten, ada yang kau inginkan?’”Gadis Pantai menyimak tanpa mengedip (Toer, 2006:48).

Gadis Pantai sekarang sudah menjadi istri pembesar dan ia menyadari

keadaannya sekarang. Wajahnya dirias setiap hari, ia benar-benar berbeda

sekarang. Kadang-kadang ia merasa ingin kembali ke kampungnya.

(11) Kembali Gadis Pantai menyadari keadaanya. Dan ia meriut kecut. Tapi iadiam saja waktu bujang menyisirinya kembali serta memasangkansanggul yang telah dipertebal dengan cemara, serta menyuntingkan bungacempaka di sela-sela. “Di kampung orang tak berhias bunga padasanggulnya,” Gadis Pantai memprotes.“Di kota, Mas Nganten, barangsiapa sudah bersuami, sanggulnyasebaiknya dihias kembang.”Sekali lagi Gadis Pantai menyadari keadaan dirinya:istri seorangpembesar.“Aku lebih suka di kampungku sana.” Ia mulai protes lagi(Toer, 2006:55).

Peristiwa selanjutnya adalah Gadis Pantai lama-lama terbiasa dengan

kehidupan yang dijalaninya sekarang. Ia mulai terbiasa dengan kehidupan yang

dilengkapi alat yang begitu banyak dan menggampangkan kerja. Ia belajar

membatik, memasak kue, dan tentu saja mengenai agama.

(12) Gadis Pantai mulai terbiasa pada kehidupan yang diperlengakapi alat-alatbegitu banyak dan menggampangkan kerja. Ia mulai terbiasa dengarsuara pemuda-pemuda yang bicara bahasa Belanda setelah meninggalkansurau di sebelahkiri rumah utama. …Kemudian Gadis Pantai pun belajar menyulam, merenda, menjahit.Kecerdasan dan ketrampilannya menyukakan semua gurunya(Toer, 2006:69-70).

Selanjutnya diceritakan bahwa Gadis Pantai mulai mengalami menstruasi

layaknya yang dialami oleh seorang wanita.

(13) “Apa yang sudah terjadi, mBok?”Dan setelah Gadis Pantai terpapah berdiri, bujang menunjuk pada sepreiyang dihiasi beberapa titik merah kecoklatan, berkata, “Sedikit kesakitan

Page 36: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

22

Mas Nganten, dan beberapa titik darah setelah setengah tahun ini tidaklahapa-apa.” (Toer, 2006:73)

Pada bagian ini dikisahkan bahwa Gadis Pantai mulai merasakan artinya

rindu bila Bendoro tak datang kepadanya. Di sinilah terjadi nilai-nilai sosial dalam

roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

(14) Setahun telah lewat.Kini Gadis Pantai merasa sunyi bila semalam saja Bendoro tak datangberkunjung ke kamarnya. Bujang itu tak perlu membantunya lebihbanyak lagi. Di luar dugaan ia telah dapat menyesuaikan diri dengankehidupan barunya. Namun, wanita tua itu tetap menjadi sahabat dantempat bertanya yang bijaksana (Toer, 2006:75).

Peristiwa berikutnya mengenai Bendoro yang sering pergi. Paling sedikit

seminggu Bendoro pergi meninggalkan rumah untuk pergi ke luar kota. Gadis

Pantai pun mulai merasakan rasa rindu bila Bendoro tak kunjung mendatanginya.

(15) Pada suatu sore Bendoro memerintahkan Mardi menyiapkan bendi.Sesuatu terasa menyambar dalam hati Gadis Pantai. Paling sedikitseminggu Bendoro akan meninggalkan kota. Perintah pada Mardi itudengan sendirinya menyebabkan ia berkemas-kemas dan merapikan diri,kemudian menunggu di kursi dalam kamar sampai suaminya datang danmeminta diri. Selama setahun ini lebih sekali demikian terjadi –kali inibukanlah yang terakhir.

Langsung ia menuju bangku tempat ia pertama kali duduk bersandingdengan suaminya. Ia menginginkan sore segar dalam suasana hati takmenentu, keruh, dan kacau balau. Ia ingin seorang diri di tengah-tengahalam, seperti hampir selamanya bila ia ada di kampung nelayan dulu. Iaingin kenangkan segala yang indah dan memadamkan kekacauan hatisekarang ini. Betapa ia rindukan suaminya yang baru saja pergi, barusaja, belum lagi sepuluh menit. Betapa ia sesali nasibnya tak pernah lamatinggal bersama Bendoro, suaminya, terkecuali beberapa malam dalamseminggu (Toer, 2006:76).

Tak terasa sudah setahun Gadis Pantai meninggalkan kampung

halamannya. Di rumah Bendoro itulah ia mengabdikan diri menjadi seorang istri.

(16) Setahun sudah Gadis Pantai meninggalkan kampung halamannya. Dirumah Bendoro itulah ia mengabdikan sebagai seorang istri. Setahun

Page 37: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

23

yang telah lewat merupakan perkisaran dari banyak perasaan dalam jiwaGadis Pantai. Meninggalkan kampung nelayan di tepi pantai berartimemasuki ketakutan dan hari depan tidak menentu. Memasuki kota dangedung tempat ia tinggal sekarang adalah memasuki dunia tanpaketentuan. Dahulu ia tahu harga sesuatu jasa, tak peduli kepada siapa. Disini jasa tak punya nilai, dia merupakan bagian pengabdian seorangsahaya kepadaDahulu ia dapat bicara bebas kepada siapa pun, bisa menyinggungmartabat Bendoro atau siapa saja. Kini tak dapat ia bicara dengan siapa iasuka (Toer, 2006:81-82).

Pada bagian ini diceritakan bahwa Bendoro sudah tiga hari pergi dan

Gadis Pantai mulai merasa cemburu. Namun, ketika Bendoro datang, Gadis Pantai

bertanya-tanya dalam hati, apakah Bendoro pulang dengan wanita lain.

(17) Gadis Pantai tahu benar: Bendoro telah tiga hari pergi. Dan ia tahu tepatpula: ia hanyalah hak milik Bendoro. Yang ia tak habis mengertimengapa ia harus berlaku sedemikian rupa sehingga sama nilainya dengameja, dengan kursi dan lemari, dengan kasur tempat ia dan Bendoro padamalam-malam tertentu bercengkrama.

Tiga hari telah lewat. Setiap hari semakin panjang saja cemburu yangmegerubuti dalam hatinya.

Hari keempat Bendoro datang.

Sore waktu itu, beberapa waktu setelah beduk asar bertalu. Ia dengarbendi berhenti, di depan pendopo. Ia dengar roda bendi dan telapak kudaitu berjalan perlahan di samping kamarnya. Ia mendengar selopmelangkah-langkah berat di ruang tengah. Ia dengar bunyi buutt terkenalitu. Ia tutup pintunya rapat-rapat, tetapi ia tiada menguncinya. Tidak!Bendoro tidak membawa wanita utama baru, ia menjerit dalam hati.Tidak! Tidak mungkin. Ia duduk di kursi dan meletakan kepalanya di atasmeja dengan mata melotot mengawasi pintu. Pintu harus terbukaperlahan, dan setelah itu wajah pucat berhidung bangir harus tersembul.Sosok tubuhnya yang langsing tinggi kurus menyelinap masuk ke dalammenghampirinya, meletakan tangan di atas pundaknya seperti biasa, danharus berbisik lunak seperti biasanya pula kepadanya, “Mas Nganten, kau sehat bukan?” Ia menunggu dan menunggu, menunggu dengan hati meriut dan jantung berdebaran. Tapi wajah pucat berhidung bangir itu takjuga menyembul di kirai pintu (Toer, 2006:88-89).

Page 38: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

24

Hari makin hari pun berlalu. Hingga pada suatu ketika terjadi suatu

peristiwa yang menyebabkan pelayan wanita tua diusir oleh Bendoro. Gadis

Pantai kehilangan uang. Di sinilah konflik terjadi antara bujang wanita tua,

Bendoro, dan bangsawan-bangsawan muda yang tak lain adalah saudara Bendoro

yang tinggal di situ sejak kecil. Bujang wanita itu diusir oleh Bendoro karena

berani menuduh bangsawan-bangsawan muda sebagai pencuri.

(18) “Pergi kau. Sekarang juga tak perlu injakkan kaki di rumah ini, janganpula di pekarangannya.”“Sahaya, Bendoro.”“mBok, mBok!” Gadis Pantai meraih tangan pelayan tua itu. “Ampuni dia, Bendoro, ampuni dia.”“Jangan buat bising! Kembali kau ke kamarmu sendiri.”Pelayang wanita itu beringsut-ingsut mundur menyembah, kemudianmencapai pintu. Dan Gadis Pantai mengikuti contohnya. Di ruangbelakang kedua wanita itu berdiri. Dan di hadapannya telah menunggubangsawan-bangsawan muda dengan sikap yang masih juga menantang(Toer, 2006:120).

Pada bagian ini diceritakan adanya pelayan baru yang masih muda

bernama Mardinah, dia berasal dari Kabupaten Demak. Mardinah datang setelah

pelayan wanita tua itu diusir oleh Bendoro. Dia lebih terpelajar dari pada Gadis

Pantai. Gadis Pantai merasa cemburu pada Mardinah kalau-kalau Mardinah akan

merebut Bendoro dari tangannya.

(19) Melihat keadaan itu segera Mardinah menyerang. “Jadi Mas Nganten tahu siapa sahaya. Seorang yang kebangsawanannya lebih tinggi dariBendoro telah perintahkan sahaya kemari. Sudah waktunya Bendorokawin benar-benar dengan seorang gadis yang benar-benar bangsawanjuga. Di Demak sudah banyak gadis bangsawan menunggu. Siapa sajaboleh Bendoro ambil, sekalipun sampai empat.”

Nafas Gadis Pantai tidak lagi megap-megap tapi menyekat ditenggorokan. Dengan suara lemas ia berbisik lesu,”Sudah sudah. Pergi kau. Jangan dekat-dekat aku.” (Toer, 2006:132).

Page 39: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

25

Pada suatu waktu Gadis Pantai bisa berdua dengan Bendoro, ia bertanya

tentang Mardinah sekaligus menyampaikan keinginannya kepada Bendoro. Ia

ingin melihat keadaan Emak dan Bapaknya yang tinggal di kampung nelayan.

Namun, Bendoro memerintahkan supaya Mardinah ikut serta. Hal ini membuat

Gadis Pantai merasa semakin benci terhadap Mardinah. Akhirnya ia dan Mardinah

pergi dengan dokar sewaan. Ketika ia tiba di kampungnya, orang-orang langsung

menyambutnya.

(20) Gadis Pantai terbangun dari sendunya. Ia rasai sesuatu menggerumutibulu tengkuknya. Dahulu tak pernah orang menyambutnya sepertisekarang. Ia merasa begitu asing. Dari kejauhan ia melihat bapak berjalanpaling depan membawa obor daun kelapa kering. Ia bertelanjang dada.Dan otot-ototnya yang perkasa berkilat-kilat setiap bergerak kena cahayaobor. Gadis Pantai lari, lari, lari. Pasir di bawah kakinya berhamburan.Gadis Pantai hanya melihat satu sosok tubuh saja di antara sekian banyak(Toer, 2006:164).

Rasa cemburu terhadap Mardinah terus saja ada di dalam hati Gadis

Pantai. Mardinah pun disuruh kembali ke kota oleh Gadis Pantai. Namun,

akhirnya Mardinah kembali lagi ke kampung untuk memberitahukan kepada

Gadis Pantai bahwa ia sudah saatnya kembali ke rumah Bendoro. Peristiwa

selanjutnya terjadi di rumah Bendoro dan Gadis Pantai mulai mengetahui bahwa

ia sedang mengandung.

(21) Tak kurang dari dua jam ia mengawasi bujang-bujang itu bekerja sampaikamar-kamar ruang tengah bersih dan kering seluruhnya. Baru kemudiania bangkit, meninggalkan kamar-kamar itu serta menguncinya danlangsung menuju ke kamarnya sendiri. Buru-buru direbahkannya dirinyadi ranjang. Dirasainya sekepal-sekepal udara yang padat membumbungke atas dari dasar perutnya–mendorong seluruh isi perutnya ke atas pula.Kadang-kadang udara itu ke luar tanpa berhasil mendorong isi perutnya,tapi tak jarang satu dua kepal dapat memompa benda-benda cair daribawah sampai ke tenggorokan, ke lidah, dan dirasainya udara yang taksedap dan tajam laksana air asam barcampur pahit empedu. Akumengandung, bisiknya (Toer, 2006:245).

Page 40: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

26

Akhirnya Gadis Pantai melahirkan seorang bayi perempuan. Namun,

malang benar nasibnya. Ia diceraikan oleh Bendoro dan diusir tidak boleh

membawa bayinya. Gadis Pantai pulang kembali ke kampungnya bersama dengan

bapaknya. Ketika hampir sampai di kampungnya, Gadis Pantai meminta izin

kepada bapaknya untuk pergi jauh. Dia tidak mau kembali ke kampungnya. Gadis

Pantai mau pergi ke Blora, tempat pelayan tua yang dulu diusir Bendoro. Inilah

penyelesaian dari perjalanan hidup Gadis Pantai.

(22) Gadis Pantai melangkah dua tindak lagi. Tiba-tiba berseru pada kusir,“Jangan jalan dulu, man!”“Mengapa kau, nak?”“Tidak, bapak, aku tak kembali ke kampung. Aku mau pergi jauh!”“Nak.”Gadis Pantai bersimpuh mencium kaki bapak. Kakinya bergelimanganpasir basah.“Ampuni aku, bapak. Aku tak dapat tentang mata emak, para tetangga, dan semuanya. Ampuni aku, bapak. Aku akan pergi bawa diriku sendiri.”“Kau sudah janji takkan balik ke kota, nak?”“Aku akan balik ke kota, bapak, tapi tidak menetap. Besok aku pergi ke selatan.”“Kau mau ke mana?”“Ke Blora, bapak.”“Kau mau ikut siapa?”“Dulu aku punya pelayan. Dia sudah diusir. Mungkin ke sana dia pergi,bapak.”

Bapak juga masih tak tahu apa mesti diperbuat. Gadis Pantai mengambilcambuk dan melecut kuda dari bawah perutnya. Kuda pun melompat danlari. Roda-rodanya menggilas jalanan pasir, lari laju menuju jalan pos.Tanpa menengok lagi Gadis Pantai memusatkan mata ke depan.

Dalam satu bulan setelah itu sering orang melihat sebuah dokar berhentidi depan pintu pekarangan depan Bendoro dan sebuah wajah mengintipdari kiraian jendela dokar, tapi tak terjadi apa-apa di pekarangan itu.Lewat sebulan, tak pernah lagi ada dokar berhenti, tak ada lagi wajahmengintip dari kirainya (Toer, 2006:269-270).

Secara garis besar mengenai alur dalam roman Gadis Pantai dari karya

Pramoedya Ananta Toer ini adalah alur maju. Cerita ini diawali ketika Gadis

Page 41: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

27

Pantai masih berusia 14 tahun dan ia tinggal di kampung nelayan di Kabupaten

Rembang. Pada usianya yang masih muda itulah, ia dinikahkan dengan seorang

pembesar di kota yang dikenal dengan sebutan Bendoro (1), (2), (3), (4). Gadis

Pantai beserta keluarganya datang mengunjungi rumah Bendoro dan di sanalah

Gadis pantai dinikahkan. Selanjutnya ia dipanggil dengan nama Mas Nganten (5),

(6), (7), (8). Sejak saat itulah ia harus tinggal di rumah Bendoro dan

menyesuaikan diri dengan kehidupan di rumah itu termasuk belajar sembahyang

yang ia tak pernah melakukan sebelumnya (9), (10).

Di rumah Bendoro itu ia laksana ratu yang memerintah segala dan hanya

ada seorang yang bisa memerintahnya yaitu Bendoro. Gadis Pantai belajar

segalanya mulai dari sembahyang, membatik, memasak, dan tak lupa wajahnya

harus dirias setiap hari (11), (12). Pada suatu hari, ia mengalami menstruasi yang

pertama yang ia pun tidak tahu apa artinya itu semua (13). Gadis Pantai mulai

merasakan rindu bila Bendoro tak mengunjunginya apalagi kalau Bendoro pergi

meninggalkan kota selama beberapa hari. Ia merasa kesepian di rumah sebesar itu

(14), (15), (16), (17). Ketika Gadis Pantai kehilangan uang, pelayan wanita tua

membelanya dan menuduh bangsawan-bangswan mudalah yang mencuri uang

Gadis Pantai. Oleh karena itulah pelayan wanita tua itu diusir oleh Bendoro. Tak

berapa lama, datanglah pelayan muda yang lebih pintar dan cantik dari pada Gadis

Pantai. Hal inilah yang membuat Gadis Pantai merasa cemburu (18), (19).

Pada saat Gadis Pantai mengungkapkan keinginannya pada Bendoro

bahwa ia ingin mengunjungi orang tuanya di kampung, Bendoro menyuruh

Mardinah untuk ikut serta. Kebencian pada Mardinah pun semakin meningkat di

Page 42: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

28

hati Gadis Pantai. Ketika ia sudah tiba di kampungnya, orang-orang

menyambutnya dengan penuh suka cita. Ia pun merasa asing dan dilihatnya

bapaknya berada paling depan di antara orang-orang yang menyambutnya (20).

Sesudah agak lama ia di kampung, Mardinah yang dulu disuruhnya kembali ke

kota, kini datang lagi ke kampungnya untuk menyampaikan perintah Bendoro

bahwa Gadis pantai harus segera kembali ke kota. Di sanalah ia menyadari dirinya

telah mengandung dan ia pun melahirkan seorang bayi perempuan. Namun,

akhirnya Bendoro menceraikannya dan mengusirnya tidak boleh membawa bayi

itu. Malang benar nasib Gadis Pantai dan ia tidak mau kembali ke kampungnya. Ia

memilih pergi di suatu daerah di mana pelayan tua yang dulu diusir oleh Bendoro,

tinggal yaitu di Blora. Inilah akhir cerita dari perjalanan hidup Gadis Pantai (21),

(22).

2.2 Analisis Tokoh Roman Gadis Pantai

Tokoh adalah para pelaku yang terdapat pada sebuah fiksi

(Wiyatmi, 2006:30). Tokoh merupakan ciptaan pengarang, tapi kadang-kadang

dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang dalam kehidupan nyata.

Dalam penelitian ini dianalisis tokoh berdasarkan fungsinya dalam cerita.

Berdasarkan fungsi dalam cerita, dibedakan antara tokoh sentral dan tokoh

bawahan. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan tokoh anatagonis. Tokoh

bawahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita tetapi

kehadirannya diperlukan untuk menunjang tokoh utama.

Page 43: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

29

2.2.1 Tokoh Gadis Pantai

Gadis Pantai merupakan tokoh protagonis dalam roman ini. Secara fisik

tokoh Gadis Pantai digambarkan sebagai seorang anak perempuan yang berumur

empat belas tahun, kulitnya kuning langsat, tubuh kecil, dan mata agak sipit. Dia

menjadi bunga desa di kampung nelayan.

(23) Empat belas tahun umurnya waktu itu. Kulit langsat. Tubuh kecil mungil.Mata agak sipit. Hidung ala kadarnya. Dan jadilah ia bunga kampungnelayan sepenggal pantai keresidenan Rembang (Toer, 2006:11).

Perubahan yang sangat mencolok terhadap dirinya terjadi saat ia

dinikahkan dengan seorang Bendoro. Ia harus tinggal di rumah Bendoro yang

tentunya berbeda jauh dengan kehidupan di kampungnya. Sejak itu pulalah ia

dipanggil dengan nama Mas Nganten.

(24) Gadis Pantai merasa aneh sekujur tubuhnya setelah kembali ke kamardan ganti pakaian. Bau-bauan harum yang membumbung dari tubuhnyamembuat ia mula-mula agak pening. Ia merasa agak asing. Badannya takpernah seharum itu. Itu bukan bau badannya. Dan pakaian yang terlaluringan dan halus itu masih juga memberinya perasaan ia masih telanjangbulat. Tapi selop rumput itu memang menyenagkan tungkainya. Sedangsuara bujang tak henti-hentinya berdengung pada kupingnya: Nah ingat-ingat Mas Nganten, begini atau begitu … (Toer, 2006:29).

Gadis Pantai juga merasa heran atas perubahan dirinya. Ketika seorang

bujang merias wajahnya, ia merasa seolah-olah itu bukan dirinya.

(25) Dan waktu bujang itu menghias tepi-tepi mata Gadis Pantai dengan celakbuatan Arab terdengar lagi suaranya,”Biar mata kelihatan dalam, biar nampak punya perbawa.”

Sedikit demi sedikit Gadis Pantai melihat pada cermin bagaimanawajahnya berubah, sampai akhirnya ia tidak mengenalinya sama sekali

“Aku ini?” bisiknya pada cermin.“Cantik sekali.” (Toer, 2006:29).

Page 44: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

30

Semakin lama Gadis Pantai semakin merasa bahwa setiap kali bercermin

yang nampak bukan dirinya. Ia telah berubah, bukan lagi seorang gadis kecil

lincah dan gesit. Ia tak bisa lagi tertawa lepas seperti dulu. Namun, seorang

bujang wanita terus menghiburnya.

(26) Pada cermin Gadis Pantai melihat wajahnya sendiri: itu bukandiriku!pekiknya dalam hati. Wajah itu memang bukan wajahnya yangkemarin dulu. Wajah itu seprti boneka, tak ada tanda-tanda kebocahannyalagi yang kemarin dulu. Sari kebocahan telah lenyap dari matanya, danuntuk selama-lamanya, Emaknya pun tak melihat nyala pada anaknyalagi. Belum lagi 3x24 jam, dan kelincahan dan kegesitan anaknya telahpadam.

Tiba-tiba Gadis Pantai mendengar tawanya sendiri beriak bergelumbang-gelumbang pada setiap kelucuan. Tapi itu tawa bocahnya dulu. Tawasemacam itu tak terdengar lagi olehnya di gedung Bendoro ini, danmungkin juga tidak buat selamanya.

“Bendoro manapun akan hasratkan wanita berwajah ini,” bujang meneruskan.”Lihat,” katanya kemudian pada emak,”tubuh yang kecil mungil seenteng kapas. Kulit langsat selicin tapak setrika. Cumatangannya yang harus direndam air asam, biar cepat jadi tipis. Dan matalindri terpancar dari tapuk yang setengah sipit seperti putri Cina. Siapatak memuji kecantikan putri Cina. Mas Nganten nanti malam sahaya akanceritakan kisah peperangan antara putri Cina melawan Amir Hamzah(Toer, 2006:49).

Setelah memasuki tahun perkawinan kedua, ia mendekati umur enam

belas. Sekarang ia harus bisa berpikir sendiri, membuat keputusan sendiri, dan

bertindak sendiri. Di sinilah ia menunjukan kedewasaannya.

(27) Ia telah memasuki tahun perkawinan kedua, mendekati umur enam belasdan keadaan tidak pernah berubah.

Kini ia harus lebih banyak berpikir sendiri, mengambil keputusan sendiri,bertindak sendiri. Wanita tua itu makin lama makin tak dapat memberiapa yang ia butuhkan. Ia tak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya,ia harus makin memikirkan dirinya sendiri. Malah pada suatu kali iamerasa jengkel, karena jawaban yang pendek tanpa sesuatu keterangan(Toer, 2006:109).

Page 45: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

31

Setelah bujang wanita tua diusir Bendoro, Gadis Pantai mengerjakan

segala sesuatunya sendiri. Ketika itu dirasakannya badannya sakit. Ia pucat dan

lelah. Ia merasakan sesuatu yang aneh ada di perutnya. Ia mengandung.

(28) Tak kurang dari dua jam ia mengawasi bujang-bujang itu bekerja sampaikamar-kamar ruang tengah bersih dan kering seluruhnya. Baru kemudiania bangkit, meninggalkan kamar-kamar itu serta menguncinya danlangsung menuju ke kamarnya sendiri. Buru-buru direbahkannya dirinyadi ranjang. Dirasainya sekepal-sekepal udara yang padat membumbungke atas dari dasar perutnya–mendorong seluruh isi perutnya ke atas pula.Kadang-kadang udara itu keluar tanpa berhasil mendorong isi perutnya,tapi tak jarang satu dua kepal dapat memompa benda-benda cair daribawah sampai ke tenggorokan, ke lidah dan dirasainya udara yang taksedap dan tajam laksana air asam bercampur pahit empedu. Akumengandung, bisiknya (Toer, 2006:245).

Naluri keibuan Gadis Pantai muncul. Ia membayangkan masa depan yang

indah. Dan pada hari yang baik, ia melahirkan seorang bayi perempuan. Bayi itu

sempurna. Sekarang Gadis Pantai menunggu kedatangan Bendoro.

(29) Gadis Pantai menarik nafas panjang. Sekarang ia tunggu kedatanganBendoro, dan seperti halnya dengan wanita-wanita kampung nelayan, iaakan bilang: inilah anakmu, sembilan lamanya aku besarkan di bawah uluhatiku. Terimalah dia, ia ini anakmu sendiri, aku cuma sekedarmengandungnya (Toer, 2006:252).

Bendoro tak juga kunjung melihat bayinya. Hingga akhirnya, Bendoro

memerintahkan bapak Gadis Pantai untuk menghadapnya. Namun, kenyataan

pahit harus diterima oleh Gadis Pantai. Ia diusir oleh Bendoro. Bayi yang

dilahirkannya tak boleh ikut serta pulang ke kampungnya. Bayi itu akan dirawat

oleh pelayan-pelayan di rumah Bendoro.

(30) “Kau tinggalkan rumah ini!Bawa seluruh perhiasan dan pakaian. Semua yang telah kuberikan padamu. Bapakmu sudah kuberikan uang kerugian,cukup buat membeli dua perahu sekaligus dengan segalaperlengkapannya. Kau sendiri, ini …,”Bendoro mengulurkan kantong berat berisikan mata uang … pesangon. “Carilah suami yang baik, dan lupakan segala dari gedung ini.Lupakan aku, ngerti?”

Page 46: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

32

Gadis Pantai pun berjalan berlutut mundur-mundur kemudian pergidiikuti oleh bapak. Sesampainya di kamar ia segera memeluk bayinya(Toer, 2006:257-258).

Secara garis besar mengenai tokoh Gadis Pantai yang diterangkan di atas

adalah anak seorang nelayan di kampung nelayan di Kabupaten Rembang. Ketika

itu umurnya 14 tahun dan ia harus menikah dengan seorang Bendoro yang tinggal

di kota. Ia masih terlalu muda untuk menikah, di saat-saat ia masih sering bermain

di pantai, ia sudah harus melayani suami. Sungguh, ia kehilangan masa-masa kecil

yang menyenangkan pada tahap seusianya. Di rumah Bendoro, ia dibantu oleh

seorang bujang wanita yang setia membimbingnya. Semakin lama Gadis Pantai

mulai bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di rumah Bendoro (23), (24).

Gadis Pantai terkadang tidak mengenali dirinya sendiri kalau ia dirias dan

melihat dirinya di kaca (25). Ketika usianya menginjak 16 tahun dan usia

perkawinannya memasuki tahun kedua, ia harus bisa menjadi dewasa, berani

mengambil tindakan dan keputusan sendiri karena di rumah itu ia adalah seorang

Mas Nganten (25), (26), (27).

Gadis Pantai mulai menyadari bahwa ia sedang mengandung dan ia

melahirkan seorang bayi perempuan tanpa didampingi oleh Bendoro. Naluri

keibuannya pun muncul setelah ia melihat bayi perempuan yang dilahirkannya itu.

Ia ingin memperlihatkannya pada Bendoro, tetapi Bendoro tak kunjung

mendatanginya (28), (29). Sungguh malanglah ia, Bendoro menceraikan dan

mengusirnya (30).

Page 47: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

33

2.2.2Tokoh Bendoro

Bendoro merupakan tokoh antagonis dalam roman ini. Bendoro adalah

seorang priyayi. Beliau adalah orang yang kaya dan berkuasa. Pengarang

menggambarkan tokoh Bendoro ini sebagai seorang lelaki yang tampan dan rajin

sembahyang.

(31) Nampak seorang pria bertubuh tinggi kuning langsat berwajah agak tipisdan berhidung mancung. Ia berkopiah haji dan berbaju teluk belanga darisutera putih dan bersarung bugis hitam dengan berbagai genggang putihtipis-tipis (Toer, 2006:31).

Waktu Bendoro terlelap tidur, dengan kepala pada lengannya, ia mencobamengamati wajahnya. Begitu langsat, pikirnya. Orang mulia, pikirnya,tak perlu terkelantang di terik matahari. Betapa lunak kulitnya dan selalutersapu selapis ringan lemak muda! Ingin ia rasai dengan tangannyabetapa lunak kulitnya, seperti ia mengemasi si adik kecil dulu. Ia takberani. Ia tergeletak diam-diam di situ tanpa berani bergerak, sampaijago-jago di belakang kamarnya mulai berkokok. Jam tiga. Dengan sigapBendoro bangun. Dan dengan sendrinya ia pun ikut serta bangkit (Toer,2006:33).Bendoro mengatakan bahwa orang kampung tak pernah sembahyang,kotor, dan miskin. Namun, itu hanyalah suatu nasihat untuk Gadis Pantaisupaya rajin sembahyang dan menjaga kebersihan. “Tak perlulah kalau kau tak suka. Aku tahu kampung-kampung sepanjang pantai sini. Samasaja. Sepuluh tahun yang baru lalu aku juga pernah datangkekampungmu. Kotor, miskin, orangnya tak pernah beribadah. Kotor itutercela, tidak dibenarkan oleh orang yang tahu agama. Di mana banyakterdapat kotoran, orang-orang disitu kena murka Tuhan, rezeki merekatidak lancar, mereka miskin.” (Toer, 2006:41).

Bendoro diceritakan suka bersemena-mena terhadap rakyat kecil. Bahkan

ketika Gadis Pantai kehilangan uang, Bendoro mengusir pelayan tua yang telah

berani menuduh Bendoro-bendoro muda yang tak lain adalah saudara-saudara

Bendoro.

(32) “mBok, kau mau lawan kejahatan ini dengan tanganmu, tapi kau takmampu. Maka itu kau lawan dengan lidahmu. Kau pun tak mampu.Kemudian kau pun cuma melawan dengan hatimu. Setidak-tidaknya kaumelawan.” (Toer, 2006:119).

Page 48: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

34

“Pergi kau. Sekarang juga tak perlu injakkan kaki di rumah ini, janganpula di pekarangannya.” (Toer, 2006:120).

Bendoro sering pergi keluar kota. Dia meninggalkan Gadis Pantai seorang

diri. Kalaupun pulang, dia hanya sebentar saja di rumah.

(33) Gadis Pantai tahu benar: Bendoro telah tiga hari pergi. Dan ia tahu tepatpula: ia hanyalah hak milik Bendoro. Yang ia tak habis mengertimengapa ia harus berlaku sedemikian rupa sehingga sama nilainyadengan meja, dengan kursi dan lemari, dengan kasur tempat ia danBendoro pada malam-malam tertentu bercengkerama (Toer, 2006:88).

Ia segera tahu apa artinya:bendi harus segera disiapkan. Hatinya jadikecut. Bendoro hendak berangkat lagi. Berapa hari lagi ia harusmenunggu kedatangannya? (Toer, 2006:89).

Hingga pada akhirnya Gadis Pantai melahirkan, Bendoro pun tak di

sampingnya. Bendoro juga tak mau melihat bayi yang baru dilahirkan oleh Gadis

Pantai.

(34) Dan pada suatu hari yang baik, tanpa saksi Bendoro, bayi itu lahirlahdengan pertolongan seorang dukun bayi masyhur (Toer, 2006:250).

Bendoro memanggil bapak Gadis Pantai dan menceraikan Gadis Pantai

lalu mengusirnya tanpa boleh membawa serta bayi perempuan yang beru

dilahirkan oleh Gadis Pantai.Bendoro juga memberi pesangon kepada bapak dan

Gadis Pantai. Namun, ia melarang Gadis Pantai untuk menginjakkan kaki di kota

itu.

(35) “Kau tinggalkan rumah ini!Bawa seluruh perhiasan dan pakaian. Semuayang telah kuberikan padamu. Bapakmu sudah kuberikan uang kerugian,cukup buat membeli dua perahu sekaligus dengan segalaperlengkapannya. Kau sendiri ini …,”Bendoro mengulurkan kantong berat berisikan mata uang … pesangon. “Carilah suami yang baik, dan lupakan segala dari gedung ini.Lupakan aku, ngerti?”“Sahaya, Bendoro.”“Dan ingat. Pergunakan pesangon itu baik-baik. Dan tak boleh sekali-kalikau menginjakkan kaki di kota ini. Terkutuklah kau bila melanggarnya.Kau dengar?” (Toer, 2006:257-258).

Page 49: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

35

Tokoh Bendoro dalam roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer

ini adalah sebagai seorang priyayi. Ia adalah orang yang kaya dan berkuasa, ia

adalah orang yang rajin sembahyang (31). Namun ternyata ia menggunakan

kekuasaannya untuk memperoleh apa yang diinginkannya, ia juga tega mengusir

pelayan wanita tua yang telah lama mengabdi padanya hanya karena pelayan itu

telah berani menuduh saudara-saudara Bendoro sebagai pencuri uang Mas

Nganten (32). Bendoro menikahi Gadis Pantai hanya untuk memenuhi kebutuhan

seksnya. Ia juga sering pergi keluar kota entah untuk keperluan apa. Tetapi, Gadis

Pantai dengan penuh kesetiaan dan pengabdian tetap menunggunya (33). Ia tega

membuang Gadis Pantai setelah Gadis Pantai melahirkan seorang perempuan,

Bendoro pun tidak menunggui ketika Gadis pantai melahirkan (34). Bendoro

menceraikan Gadis Pantai dan memberinya pesangon serta ia juga melarang Gadis

Pantai untuk menginjakkan kakinya di kota itu lagi (35).

2.2.3 Tokoh Bapak

Tokoh Bapak digambarkan sebagai seorang nelayan yang bekerja keras.

Bapak bekerja siang dan malam, menebarkan jala, menyelam, dan menebarkan

jala. Bapak juga seorang yang tegas.

(36) Gadis Pantai menitikkan air mata. Terbayang olehnya bapak sedangmenebarkan jala di dalam gelap. Angin beliung telah menderu-deru ndarikejauhan. Langit gelap gulita, dan jala tersangkut pada cabang karang.Ah, berapa kali saja bapak pulang bawa cerita semacam itu? Dan bapakbersama saudara-saudaranya melompat ke dalam air dingin, menyelam,melepaskan jala (Toer, 2006:163).

Bapak juga selalu menghibur Gadis Pantai ketika ia diusir oleh Bendoro.

Bapak berkata bahwa orang kampung tetap menerima Gadis Pantai seperti dulu

lagi meskipun sekarang ia bukan priyayi lagi.

Page 50: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

36

(37) Kembali ia merenungi tanah dan mengamati bekas telapak kakinya yangbegitu besar. Waktu diangkat kepalanya ia lihat bapak berdiri dihadapannya.“Kampung kita akan terima kau seperti dahulu waktu kau dilahirkan, nak. Semua orang datang dan memberikan berkahnya.” (Toer, 2006:269).

Secara garis besar tokoh Bapak dalam roman Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer ini merupakan tokoh bawahan yang kehadirannya sangat

mendukung tokoh sentral. Bapak digambarkan sebagai seorang nelayan, pekerja

keras (36). Ia orang yang tegas. Ia juga rela bekerja membanting tulang demi

kelangsungan hidup keluarganya. Bapak adalah seorang yang bertanggung jawab

karena sebagai kepala rumah tangga. Apapun yang terjadi pada anaknya ia akan

selalu rela menerima walaupun kini anaknya telah diceraikan oleh Bendoro, ia

yang senantiasa selalu menghibur putrinya itu (37).

2.2.4 Tokoh Emak

Emak adalah orang yang sabar dan senantiasa menghibur Gadis Pantai

ketika hari pernikahannya tiba. Emak hanya ingin melihat anak perempuannya itu

hidup bahagia sehingga dia rela anaknya menikah dengan Bendoro.

(38) “Sst. Jangan nangis. Jangan nangis. Hari ini kau jadi istri pembesar.”

“Sst. Jangan nangis. Mulai hari ini kau tinggal di gedung besar, nak. Tidak lagi di gubuk. Kau tak lagi buang air di pantai. Kau tak lagimenjahit layer dan jala, tapi sutera, nak. Sst, sst. Jangan nangis.” (Toer, 2006:12-13).

Emak sebenarnya sedih dan tidak tega untuk melepas anaknya. Tetapi, itu

semua demi kebahagiaan anaknya dan juga kehormatan di kampuingnya.

(39) “Aku dan bapakmu banting tulangbiar kau rasakan pakai kain, pakaikebaya, kalung, anting, seindah itu. Dan gelang ular itu…,”sekarang emaknya terhenti bicara, menahan sedan. Kemudian meneruskan,”Uh-uh-

Page 51: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

37

uh-uh, tak pernah aku mimpi anakku pernah mengenakannya.”Dan sekarang meledak tangisnya yang tertahan (Toer, 2006: 13-14).

Secara garis besar mengenai tokoh Emak dalam roman Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer ini merupakan tokoh bawahan. Emak adalah seorang ibu

yang sabar dan selalu memberi semangat menghibur untuk anak gadisnya (38).

Emak menginginkan melihat anaknya bahagia sehingga ia rela anaknya menikah

dengan seorang Bendoro. Emak sebetulnya tidak tega melepaskan anaknya tapi,

itu semua demi kebahagiaan anaknya semata, meskipun ia mengetahui anak

gadisnya itu sangat tertekan perasaan hatinya. Demi kehormatan di kampungnya,

ia pun rela anak gadisnya itu meninggalkan kampung nelayan sebagai tempat

tinggal Gadis Pantai itu (39).

2.2.5 Tokoh Pelayan Wanita Tua

Pelayan wanita tua atau disebut dengan istilah bujang adalah seorang yang

dengan setia membantu Gadis Pantai. Segala keperluan Gadis Pantai dan kesulitan

yang dialami olehnya selalu dibantu oleh bujang itu.

Pelayan wanita itu juga mengajarkan Gadis Pantai cara menjadi wanita

utama dan mengabdi pada Bendoro.

(40) “Ah, berapa kali sudahsahaya katakan. Mengabdi, Mas Nganten. Sujud,takluk sampai ke tanah pada Bendoro (Toer, 2006:99).

Bahkan ketika Gadis Pantai kehilangan uangnya, bujang tua itu membela

Gadis Pantai sampai-sampai ia diusir oleh Bendoro. Dia menuduh bangsawan-

bangsawan mudalah yang mencuri uang Gadis Pantai. Tetapi, akhirnya dia

jugalah yang justru menerima hukuman yakni diusir oleh Bendoro. Sebelum pergi

pun, dia memberi nasehat pada Gadis Pantai.

Page 52: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

38

(41) Pelayan wanita itu beringsut-ingsut mundur menyembah, kemudianmencapai pintu. Dan Gadis Pantai mengikuti contohnya. Di ruangbelakang kedua wanita itu berdiri. Dan di hadapannya telah menunggubangsawan-bangsawan muda dengan sikap yang juga menantang(Toer, 2006:120).

“Tidak, Mas Nganten, tidak bakal lama lagi Mas Nganten bakalmenerima wejangan itu. Ayah sahaya teruskan wejanganitu pada sahaya,dan sahaya teruskan pada Mas Nganten. Sekarang Mas Nganten belummengerti, tapi pengalaman bakal membuat Mas Nganten memahaminyabaik-baik. Tuhan senantiasa melindungi Mas Nganten hendaknya.” Dan ia pun bergegas pergi (Toer, 2006:121).

Secara garis besar mengenai tokoh Pelayan Wanita Tua dalam roman

Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer ini merupakan tokoh bawahan. Ia

adalah seorang yang sangat setia mengabdi pada Bendoro. Ia juga setia membantu

dan membimbing Gadis Pantai selama tinggal di rumah Bendoro (40). Ketika

Gadis Pantai kehilangan uang, ia pun diusir oleh Bendoro karena membela Gadis

Pantai dan menuduh bangsawan-bangsawan muda (41).

2.2.6 Tokoh Mardinah

Secara fisik, Mardinah digambarkan sebagai seorang perempuan yang

cantik dan juga lebih pintar dari Gadis Pantai. Mardinah dilahirkan di kota

sedangkan Gadis Pantai di kampung.

(42) Bodohlah pria bila tak perhatikan dia. Mukanya bulat, dan mulitnyabegitu kecil, seakan sebuah bawang merah menempel pada sebuah cobek.Sepasang alisnya tebal, hampir-hampir bersambung, sedanga dagunyayang begitu tumpul seakan merupakan bagian dari dasar mukanya yangbulat. Wajah yang seindah itu (Toer, 2006:150).

Namun, Gadis Pantai cemburu pada Mardinah. Mardinah jauh lebih pintar

daripada Gadis Pantai, ia juga lebih cantik. Hal itulah yang membuat Gadis Pantai

cemburu, ia takut Bendoro akan menikahi Mardinah. Hingga pada suatu hari,

Page 53: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

39

ketika Gadis Pantai pulang ke kampungnya, Mardinah pun ikut menemaninya

karena perintah Bendoro. Di sanalah Mardinah menikah dengan seorang pemuda

kampung bernama si Dul. Gadis Pantai pun senang, Mardinah tidak membayang-

bayanginya lagi.

(43) Si Dul pendongeng menggandeng Mardinah. Dipunggunginya kepalakampung dan dihadapinya para pengiring. Kepada orang banyak yangmengerumuninya ia berseru,”Inilah kami. Siapa mau pinjamkan bale dan atapnya?”Orang melompat-lompat kegirangan menyambut permintaannya, parapengiring pun bersukaria. Sorak sorai berjalan terus… (Toer, 2006:236).

Secara garis besar mengenai tokoh Mardinah dalam roman Gadis Pantai

karya Pramoedya Ananta Toer ini merupakan tokoh bawahan. Ia adalah seorang

yang lebih cantik dan lebih pintar dari pada Gadis Pantai. Ia datang ke rumah

Bendoro setelah nelayan tua diusir oleh Bendoro. Mardinah jauh lebih pintar dari

Gadis Pantai karena bapaknya adalah seorang juru tulis dan ia dilahirkan di kota

(42). Itulah sebabnya mengapa Gadis Pantai cemburu pada Mardinah, ia takut

Bendoro akan menikahi Mardinah. Sehingga pada akhirnya Mardinah ikut Gadis

Pantai ke kampung dan disanalah ia menemukan jodohnya, ia menikah dengan

pemuda yang bernama si Dul dan di kampung itulah ia tinggal (43).

2.3 Analisis Latar Roman Gadis Pantai

Latar berfungsi untuk memberi konteks cerita. Latar juga memberi pijakan

cerita secara konkret dan jelas. Dalam penelitian ini latar tempat, waktu, dan

sosial dianalisis satu persatu. Untuk membantu dalam pemahaman pembaca

tentang kehidupan sosial baik kampung nelayan maupun pembesar.

Page 54: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

40

2.3.1 Latar Tempat Roman Gadis Pantai

Kisah Gadis Pantai ini terjadi di dua tempat yang berbeda latar

belakangnya. Cerita diawali dengan gambaran kehidupan di sebuah kampung

nelayan di pantai keresidenan Rembang.

(44) Hari demi hari batinnya diisi derai ombak dan pandangnya oleh perahu-perahu yang berangkat di subuh hari pulang di siang atau sore hari,berlabuh di muara, menurunkan ikan tangkapan dan menunggu besoksampai kantor lelang buka (Toer, 2006:11).

Latar kota digambarkan sebagai kota yang bagus dan di sanalah Bendoro

tinggal. Diceritakan bahwa di kota itu ada sekolah rakyat, mesjid, dan juga

gedung.

(45) Dokar membelok ke kanan. Ia masih dapat mengingat sekolah rakyatnegeri, kemudian mesjid raya. Di seberang alun-alun sana gedungkabupaten, di sampingnya sekolah rendah belanda, di samping lagisebuah rumah bertingkat (Toer, 2006:15).

Selanjutnya adalah peristiwa di rumah Bendoro. Rumah Bendoro sangat

kaya dan tentu saja berbeda jauh dengan rumah Gadis Pantai di kampung nelayan

yang sangat sederhana sekali.

(46) Mereka mengikutinya berjalan di bawah jendela-jendela besar, melintasipekarangan dalam yang ditumbuhi pohon-pohon delima serta pagarpohon kingkit. Mereka mendaki lantai, memasuki ruang belakang yangbegitu besar, empat kali lebih besar, empat kali lebih besar dari seluruhrumah mereka. Sebuah meja tinggi 40 cm berdiri di tengah-tengah ruang.Mereka melaluinya kemudian masuk ke dalam ruangan yang panjang(Toer, 2006:17).

Secara garis besar mengenai latar tempat dalam roman Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer ini, memiliki perbedaan yang sangat jauh sekali jika di

nilai dalam segi sosial. Tokoh Gadis Pantai yang bertempat tinggal di kampung

nelayan yang sangat sederhana sekali (44). Berbeda sekali dengan keberadaan

Page 55: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

41

tokoh Bendoro disini, yang memiliki segalanya dengan kekuasaannya, rumah

yang besar dan kaya berada di kota (45), (46).

2.3.2 Latar Waktu Roman Gadis Pantai

Peristiwa itu terjadi saat usia Gadis pantai masih sangat muda ketika ia

dinikahkan yakni empat belas tahun sampai enam belas tahun. Hingga pada suatu

hari, Gadis Pantai diusir oleh Bendoro dan ia tidak mau kembali ke kampungnya.

Ia memilih untuk pergi ke Blora, tempat pelayan tua dulu.

(47) Ia telah tinggalkan abad sembilan belas, memasuki abad dua puluh.Angin yang bersuling di puncak pohon-pohon cemara tidak membuatpertumbuhannya lebih baik. Ia tetap kecil mungil bermata jeli. Dan tidakdiketahuinya –di antara derai ombak abadi suling angin dan datang-perginya perahu, seseorang telah mencatatnya dalam hatinya(Toer, 2006:11)

Gadis Pantai tidak mau kembali ke kampung halamannya. Ia pergi ke kota

namun tidak ke rumah Bendoro. Selama sebulan, ia hanya melihat rumah Bendoro

dari luar saja dan sesudah lewat sebulan tak ada lagi orang yang melihat dokarnya

berhenti di sana.

(48) Dalam satu bulan setelah itu sering orang melihat sebuah dokar berhentidi depan pintu pekarangan depan Bendoro dan sebuah wajah mengintipdari kiraian jendela dokar, tapi tak terjadi apa-apa di pekarangan itu.Lewat sebulan, tak pernah lagi ada dokar berhenti, tak ada lagi wajahmengintip dari kirainya (Toer, 2006:270).

Sebagian besar mengenai latar waktu dalam roman Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer ini menceritakan latar waktu yang berkaitan dengan usia

Gadis Pantai saat dinikahkan dan masa-masa perkawinannya dengan Bendoro.

Ketika itu umurnya 14 tahun dan ia harus menikah dengan seorang Bendoro yang

tinggal di kota (47). Ia masih terlalu muda untuk menikah, di saat-saat ia masih

Page 56: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

42

sering bermain di pantai, ia sudah harus melayani suami. Sungguh, ia kehilangan

masa-masa kecil yang menyenangkan pada tahap seusianya. Di rumah Bendoro, ia

dibantu oleh seorang bujang wanita yang setia membimbingnya. Semakin lama

Gadis Pantai mulai bisa menyesuaikan diri dengan keadaan di rumah Bendoro.

Meskipun kadang-kadang rasa sepi hinggap di dirinya apa lagi pada saat Bendoro

pergi dalam beberapa hari. Sampai pada suatu ketika, Gadis Pantai mengandung.

Ia melahirkan seorang bayi perempuan tanpa didampingi suaminya. Namun, ia

sungguh malang ternyata Bendoro menceraikannya dan bayi perempuan itu tidak

boleh dibawanya. Akhirnya Gadis Pantai pergi tanpa membawa bayi

perempuannya. Dia pun tidak kembali ke kampungnya melainkan ke Blora,

tempat bujang wanita tua itu tinggal, setelah diusir oleh Bendoro sebagai sang

suaminya. Meskipun demikian, secara diam-diam ia masih sering melihat rumah

Bendoro. Namun, itu tidak berlangsung lama (48).

2.3.3 Latar Sosial Roman Gadis Pantai

Kisah roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer ini

dilatarbelakangi oleh kehidupan sosial nelayan di kampungnya dan kehidupan

priyayi atau pembesar, dan juga biasa disebut sebagai Bendoro di kota. Di

kampung nelayan orang hidup serba ada dan serba kecukupan yang semuanya

berasal dari laut sedangkan di kota, priyayi atau pembesar, dan juga biasa disebut

sebagai Bendoro, yang hidup dengan kekuasannya. Di samping itu, priyayi atau

pembesar, dan juga biasa disebut dengan sebutan Bendoro itu rajin

bersembahyang. Berbeda dengan di kampung nelayan masyarakatnya cenderung

jarang bersembahyang bahkan nyaris tidak pernah. Di kampung nelayan,

Page 57: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

43

kehidupan suami istri sangatlah sederhana dan bebas. Mereka bebas mengkritik,

baik suami maupun istri.

(49) Pengalaman selama ini membuat ia banyak tahu tentang perbedaanantara kehidupan orang kebanyakan dan kaum Bendoro di daerah pantai.Seorang Bendoro dengan istri orang kebanyakan tidaklah dianggap sudahberistri, sekalipun telah beranak selusin. Perkawinan demikian hanyalahsatu latihan buat perkawinan sesungguhnya:dengan wanita dari karatkebangsawanan yang setingkat. Perkawinan dengan orang kebanyakantidak mungkin bisa menerima tamu dengan istri dari karatkebangsawanan yang tinggi, karena dengan istri orang kebanyakan –itupenghinaan bila menerimanya (Toer, 2006:80).

Digambarkan juga suatu keadaan yang menunjukkan adanya kebiasaan-

kebiasaan bersembahyang. Dalam kalangan priyayi, agama adalah penting

sehingga mereka rajin bersembahyang. Berbeda dengan kehidupan wong cilik,

dalam hal ini, adalah orang-orang yang tinggal di kampung nelayan, mereka tidak

punya waktu untuk bersembahyang karena setiap harinya selalu diisi untuk

mencari uang dengan berkerja keras membanting tulang demi kelangsungan hidup

keluarganya.

(50) Ia menggigil waktu Bendoro mengubah duduk menghadapinya,membuka bangku lipat tempat Qur’an, mengeluarkan bilah bambu kecil dari dalam kitab dan ia rasai pandangnya mengawasinya memberiperintah. Seumur hidup baru sekali ia menggigil. Kenangan pada belaiantangannya yang lembut dan lunak lenyap. Tiba-tiba didengarnya ayam dibelakang rumah pada berkokok kembali. Moga-moga matari sudah terbitseperti kemarin, ia mendoa. Dan Bendoro telah menyelesaikan“Bismillahirohmanirrohim”, sekali lagi menatapnya dari atas permadani sana. Ia tak mampu mengulang menirukan. Ia tak pernah diajarkandemikian. Tanpa setahunya air matanya telah menitik membasahi tepilubang rukuhnya (Toer, 2006:37).

Secara garis besar mengenai latar sosial dalam roman Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer ini menceritakan kehidupan seorang priyayi atau

pembesar, biasa disebut dengan sebutan Bendoro dan kehidupan orang-orang

Page 58: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

44

yang tinggal di kampung nelayan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Priyayi

mengganggap bahwa pernikahan dengan wong cilik bukanlah pernikahan yang

sesungguhnya. Mereka dianggap sudah beristri kalau sudah menikah dengan

wanita yang sederajat (49). Demikian juga dalam hal beragama, pryiayi sangat

patuh menjalankan perintah beragama. Mereka rajin bersembahyang, sedangkan

wong cilik tidak punya waktu untuk melakukan itu semua. Sehari-harinya hanya

diisi dengan bekerja keras untuk mencari uang demi kehidupan keluarganya yang

diterangkan pada nomor (50).

Page 59: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

45

BAB III

KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK

DALAM ROMAN GADIS PANTAI

Dalam bab IV ini dibahas kehidupan masyarakat Jawa, khususnya

priyayi dan wong cilik dalam roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer.

Dengan demikian pembaca dapat mengetahui kehidupan rakyat kecil atau wong

cilik dan kehidupan priyayi. Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

sekitarnya. Sebagai individu dan mahluk sosial, mereka berhubungan langsung

dengan alam. Alam, individu, dan masyarakat mempunyai keterkaitan yang sangat

kuat satu sama lain. Oleh karena itu, individu harus mampu menyesuaikan dan

mengendalikan diri terhadap alam, individu lain, masyarakat, dan kekuasaan di

luar dirinya. Hal ini dipaparkan pula oleh Pramoedya Ananta Toer dalam

karyanya roman Gadis Pantai.

4.1 Kehidupan Priyayi

Dalam kenyataan hidup masyarakat Jawa, mereka masih membedakan

antara golongan priyayi dengan rakyat kecil atau yang disebut wong cilik.

Golongan priyayi terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar, di samping itu

juga keturunan bangsaan atau bendoro-bendoro. Wong cilik terdiri dari petani,

tukang, dan pekerja kasar lainnya.

Gadis Pantai mewakili golongan rakyat kebanyakan wong cilik dan

mendapatkan predikat priyayi (Mas Nganten) sebagai achieved status, yaitu status

yang diperoleh karena usaha yang disengaja. Dengan kata lain, Gadis Pantai

Page 60: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

46

mendapatkan predikat tersebut karena ia menjadi istri Bendoro. Sejak itulah status

sosialnya berubah lebih tinggi. Demikian juga dengan kedua orang tuanya yang

menjadi lebih terhormat di kalangan masyarakat di kampung nelayan.

(50) “Mas Nganten? Siapa itu Mas Nganten?”Bujang itu tertawa terkekeh ditekan. Dipandanginya majikannya yangbaru dan terlampau muda itu, dibelai-belai dagunya yang licin sepertikepala lele (Toer, 2006:15).

“Mas Nganten adalah wanita utama, segala apa yang terbawa karenaBendoro. Begitulah Mas Nganten, jalan kepada kemuliaan dankebangsawanan tak dapat ditempuh oleh semua orang.” (Toer, 2006:65).

“Aku ini, Mbokaku ini orang apa? Rendahan? Atasan?”“Rendahan, Mas Nganten, maafkanlah sahaya, tapi menumpang ditempat atasan” (Toer, 2006:79).

Aku sendiri orang bawahan, orang rendahan, orang kebanyakan(Toer, 2006:89).

“Besok kau mulai tinggal di kota, ndhuk, jadi bini seorang pembesar” (Toer, 2006:113).

Gadis Pantai hanyalah seorang anak nelayan dari kampung nelayan di

Kabupaten Rembang. Ia beserta keluarganya termasuk golongan wong cilik.

Kehidupan wong cilik dalam batas-batas tertentu memang tidak terpisah dari

kehidupan priyayi. Kedua golongan masyarakat itu saling membutuhkan. Namun,

seringkali priyayi menggunakan kekuasaannya untuk memperoleh apa yang

diinginkannya tanpa melihat kesengsaraan yang dihadapi wong cilik.

. Demikian halnya dengan pernikahan, priyayi menikahi seseorang dari

golongan wong cilik ternyata hanyalah untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

Lebih tepat lagi adalah percobaan menuju perkawinan yang sesungguhnya dengan

seseorang yang sederajat dengannya. Sehubungan dengan pernikahan, Gadis

Pantai sebagai seorang perempuan semata-mata hanya menjadi objek dan tidak

Page 61: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

47

diperkenankan mempunyai inisiatif sendiri dalam hal perjodohan. Selain itu,

dalam perjodohannya, ia pun tidak mempunyai hak untuk melakukan pilihan dan

mengambil keputusannya sendiri.

(51) Dan tidak diketahuinya –diantara derai ombak abadi suling angin dandatang-perginya perahu, seseorang telah mencatatnya dalam hatinya.Maka pada suatu hari, perutusan seseorang itu datang ke rumah orangtua gadis. Dan beberapa hari setelah itu, sang gadis harus tinggalkandapurnya,suasana kampungnya, kampungnya sendiri dengan bau amisabadinya (Toer, 2006:1).

“Bapakmu benar, nak. Mana ada orang tua mau lemparkan anaknya pada singa? Dia ingin senang seumur hidup, nak” (Toer, 2006:3).

Dalam kehidupan priyayi, pernikahannya dengan orang kebanyakan

tidak dianggap sebagai suatu pernikahan meskipun sudah mempunyai anak. Itu

hanyalah suatu latihan untuk menuju pernikahan yang sesungguhnya dengan

wanita priyayi tentunya.

(52) Nampak bujang itu merasa kasihan kepada Gadis Pantai. Pengalamanselama ini membuat ia banyak tahu tentang perbedaan antara kehidupanorang kebanyakan dan kaum Bendoro di derah pantai. Seorang Bendorodengan istri orang kebanyakan tidaklah dianggap sudah beristri,sekalipun telah beranak selusin. Perkawinan demikian hanyalah satulatihan buat perkawinan sesungguhnya:dengan wanita dari karatkebangsawanan yang setingkat. Perkawinan dengan orang kebanyakantidak mungkin bisa menerima tamu dengan istri dari karatkebangsawanan yang tinggi, karena dengan istri asal orang kebanyakan–itu penghinaan bila menerimanya (Toer, 2006:80).

Kehidupan wong cilik yang penuh dengan kerja keras sungguh-sungguh

berbeda dengan priyayi yang hidup dengan kekayaan. Wong cilik terbiasa hidup

sulit sedangkan kaum priyayi bisa dengan mudah mencapai apa yang

diinginkannya.

(53) “Semua Mas Nganten, untuk mengabdi pada Bendoro.”Kerja mengabdi! Kerja mengabdi! Gadis Pantai masih juga kurangmemahami (Toer, 2006:69).

Page 62: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

48

(54) “Mas Nganten jangan pikirkan sahaya. Sahaya ini orang kecil, orang kebanyakan, orang lata, orang rendah, kalaupun jatuh –ya sakitmemang, tak seberapa.. Bagi orang atasan, ingat-ingatlah itu, MasNganten, tambah tinggi tempatnya, tambah sakit jatuhnya. Orangrendahan ini setiap hari boleh jatuh, tetapi ia selalu berdiri lagi. Diaditakdirkan untuk sekian kali berdiri setiap hari (Toer, 2006:98).

“Ah, berapa kali sudah sahaya katakana. Mengabdi, Mas Nganten. Sujud, takluk sampai ke tanah pada Bendoro (Toer, 2006:99).

(55) Sementara itu dalam kepala Gadis Pantai mengaum-ngaum ceritapelayan tua itu., cerita tentang segala-galanya, tentang nasib orangbawahan dan kebesaran orang atasan, tentang kejatuhan orang ora ngbawahan dan kemuliaan orang atasan, tentang orang bawahan yangmenumpang diri kepada orang atasan, tentang kekuasaan dan tentangtakdir, tentang gusti Allah dan tentang kompeni. Jiwanya yang muda itutak peduli mengerti seluruhnya atau sebagian darinya (Toer, 2006:105).

Bendoro dalam roman Gadis pantai mewakili golongan priyayi dan

mendapatkan predikat priyayi sebagai ascribed status, yaitu status yang diperoleh

sejak lahir karena keturunan.

Sehubungan dengan itu pula, Bendoro termasuk golongan priyayi atau

pangeh-praja karena Bendoro merupakan keturunan bangsawan dan bekerja di

pemerintahan daerah.

(56) “Dia pembesar, nak, orang berkuasa, sering dipanggil Bendoro Bupati.Tuan besar Residen juga pernah datang ke rumahnya, nak.” (Toer, 2006:4).“Bendoro tidak pulang, Mas Nganten. Hari begini biasanya dipanggil Bendoro Bupati.” (Toer, 2006:31).

“Tuan tahu, saya dikirim kemari oleh Kanjeng Gubermen….”“Ah tuan?”“Benar, menurut keputusan Raad Hindia….”Bendoro terdiam dalam terkejutnya.“….buat cari ketepatan, tapi sebelumnya Gubermen mau dengar dulu bagaimana pendapat pembesar-pembesar negeri tentang huru-hara diLombok ini.” (Toer, 2006:72).

Page 63: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

49

Suamiku! Ah, suamiku! Tidak, dia bukan suamiku, dia Bendoroku, yangdipertuanku, rajaku (Toer, 2006:211).

Dia akan dilahirkan dalam kerjaan Bendoro; bapaknya sendiri. Dia akanikut berkuasa bersama bapaknya, dia akan ikut memerintah(Toer, 2006:212).

Bendoro adalah seorang priyayi. Beliau adalah orang yang kaya dan

berkuasa. Kaum priyayi mempunyai banyak waktu untuk bersembahyang

sedangkan wong cilik hampir tak punya waktu untuk bersembahyang, kecuali

pada saat-saat tertentu saja mereka melakukan ritual khusus bersembahyang.

Hidupnya hanyalah diisi dengan bekerja demi sesuap nasi.

(57) Bendoro mengatakan bahwa orang kampung tak pernah sembahyang,kotor, dan miskin. Namun, itu hanyalah suatu nasihat untuk GadisPantai supaya rajin sembahyang dan menjagakebersihan. “Tak perlulah kalau kau tak suka. Aku tahu kampung-kampung sepanjang pantai sini.Sama saja. Sepuluh tahun yang baru lalu aku juga pernah datangkekampungmu. Kotor, miskin, orangnya tak pernah beribadah. Kotor itutercela, tidak dibenarkan oleh orang yang tahu agama. Di mana banyakterdapat kotoran, orang-orang disitu kena murka Tuhan, rezeki merekatidak lancar, mereka miskin.” (Toer, 2006:41).

(58) Sekarang aku harus pikirkan semua ini. Sekarang Mas Nganten belummengerti kata pekayan tua dulu, tapi pengalaman bakal membuat MasNganten memahami baik-baik! Pelayan itu telah pergi. Kini ia harusberpikir sendiri. Dan dalam usia tidak lebih dari 16 tahun. Ia mengertisemua itu dengan perasaannya, dengan tubuh, dengan jantungnya. Daniapun kenangkan kembali kampung nelayan nun jauh di tepi pantai,hari-hari yang penuh tawa, keringat yang mengucur rela, tangan-tanganyang coklat kuat, dan lemah lembut dan kasar yang pada salingmembantu. Ia tersedan-sedan di sini. Semua pada banting-mambanting.Buat apa? Buat apa? Ia merintih buat kehormatan dan nasi. Di sana dikampung nelayan tetesan deras keringat membuat orang tak sempatmembuat kehormatan, bahkan tak sempat mendapatkan nasi dalamhidupnya terkecuali jagung tumbik yang kuning. Betapa mahalnyakehormatan dan nasi! (Toer, 2006:133).

Golongan priyayi sebagai suatu kelompok sosial memiliki ciri-ciri

tertentu yang membedakannya dari kelompok sosial lainnya, terutama dari rakyat

Page 64: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

50

kecil. Ciri-ciri yang menjadi simbol ke-priyayi-an seorang dapat melihat melalui

adat sopan-santun, etiket pergaulan, bahasa yang digunakan, bentuk rumah tempat

kediaman, pakaian resmi dan perlengkapan upacara kebesaran, serta gelar pada

nama.

Hubungan sosial di kalangan priyayi sangat terikat pada tatacara

bersopan-santun. Hal itu lebih mengarah pada sikap hormat terhadap orang yang

lebih tinggi kedudukannya. Semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin ia

dihormati, sedangkan orang yang lebih rendah kedudukannya, seperti bawahan

dan abdi harus bersikap tunduk pada tuannya, demikian pula sikap Gadis Pantai

(Mas Nganten) terhadap Bendoro, suaminya sendiri.

(59) “Pada aku ini Mas Nganten tidak boleh sebut diri sahaya. Itu kata hinabagi penyebut di hadapan dan untuk Mas Nganten.” (Toer, 2006:15).

“Mereka hanya abdi, hanya sahaya. Tak layak jual senyum dan tawamereka pada Mas Nganten. Juga tak baik layani senyum dan tawamereka. Tahu, Mas Nganten, seorang wanita utama adalah laksanagunung. Dia tak terungkit dari kedudukannya, terkecuali oleh tanganBendoro. Bendoro lebih tak terungkit, terkecuali Gusti Allah sendiri.” (Toer, 2006:64).Diluar dugaannya, Bendoro muncul lebih cepat, langsung menujupadanya berbisik: “Ada tamu akan bersantap,” dan Bendoro berdiri tegak mengawasinya.Ia bangkit dari kursi, menunduk membungkuk dan pergi kembali masukke dalam sangkarnya (Toer, 2006:71-71).

Gadis Pantai mejatuhkan diri, mencium kaki Bendoro, kemudianmemeluknya. Waktu Bendoro duduk di atas kasur ranjang, ia angkatkedua-duanya, ia cium telapaknya.“Inilah sahaya, Bendoro.” (Toer, 2006).

Gadis Pantai mengangkat sembah danmeneruskan, “Ya, sahaya pergi.”Gadis Pantai bergerak mundur sambil berjongkok sampai menempuhjarak beberapa meter, kemudian baru sendiri, masuk kedalam salahsebuah kamar ruang tengah (Toer, 2006:205).

Page 65: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

51

Sehubungan dengan itu, pergaulan di kalangan priyayi sangat dibatasi.

Seseorang dari kalangan priyayi tidak diperkenankan untuk bergaul dan berbicara

dengan semua orang. Keberadaan Gadis Pantai di dalam rumah Bendoro pun

sangat dibatasi sehingga ia merasakan adanya jarak antara dirinya dengan orang-

orang yang ada di dalam rumah besar itu. Kini, ia tidak dapat bebas bicara dengan

siapa pun yang ia suka karena yang diperkenankan. Di rumah Bendoro yang ada

hanyalah pengabdian, perintah, dan memerintah.

(60) Ia mulai mengerti, di sini ia tidak boleh punya kawan seorang pun yangsederajat dengannya. Ia merasai ada jarak yang begitu jauh, begitudalam antara dirinya dengan perempuan yang sebaik itu, yang hampir-hampir tak pernah tidak pernah tidur menjaga dan mengurusnya,…. Hatinya memekik: mengapa mengapa aku tak boleh berkawandengannya? Mengapa ia mesti mesti jadi sahaya bagiku?(Toer, 2006:32).

Ia rasai bagaimana dirinya seperti seekor ayam direnggut darirumpunnya. Tak boleh punya sahabat, cuma boleh menunggu perintah,cuma boleh memerintah. Betapa sunyi! Betapa dingin (Toer, 2006:32).

“Tidak semestinya wanita utama bicara dengan semua orang. Perintah saja orang-orang itu, jangan ragu-ragu. Tak ada gunanya Mas Ngantendengarkan pendapat atau keberatan mereka. Mereka di sini buatdiperintah. Sahaya ini begitu juga, Mas Nganten.” (Toer, 2006:64).

Kehidupan sosial antara Gadis Pantai yang mewakili wong cilik dengan

Bendoro yang mewakili priyayi mempunyai perbedaan yang sangat mencolok.

Dalam hal pernikahan pun demikian, priyayi yang menikah dengan wong cilik

dianggap belum menikah yang sesungguhnya (50), (51), (52).

Sikap tunduk dan penuh pengabdian harus ditunjukkan wong cilik

kepada priyayi. Wong cilik terbiasa hidup dengan situasi yang sulit sehingga

mereka bisa mengatasi masalahnya tanpa beban yang berarti sedangkan priyayi

hidup dalam kemewahan (53), (54), (55).

Page 66: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

52

Status yang diperoleh Bendoro adalah status yang dibawa sejak lahir

dan ia menjadi penguasa di daerahnya. Bendoro adalah orang yang memegang

pemerintahan daerah dan wong cilik adalah bawahan yang siap diperintah (56).

Dalam hal beragama pun, terdapat perbeadaan yang mencolok. Kaum priyayi rajin

bersenbahyang dan taat pada perintah agama, sedangkan wong cilik hampir tak

punya waktu untuk melakukan itu semua, kecuali pada saat-saat tertentu saja

mereka melakukan ritual beragama (57), (58).

Hubungan sosial di kalangan priyayi mengacu pada tata cara bersopan

santun. Sikap tunduk dan patuh harus ditunjukkan wong cilik terhadap priyayi.

Pergaulan di kalangan priyayi pun terbatas. Gadis Pantai yang tinggal di rumah

Bendoro tidak boleh berbicara dengan sembarang orang karena ia adalah seorang

wanita utama. Ini menunjukkan bahwa kaum priyayi memiliki batasan-batasan

tertentu dalam bergaul dengan masyarakat, tidak bisa dengan sembarang orang

(59) dan (60).

4.2 Kehidupan Wong Cilik

Dalam hidup bermasyarakat dikenal adanya priyayi dan wong cilik.

Status sosial yang membedakan kedua golongan itu berpengaruh pada tradisi atau

kebiasaan, cara berbicara, bersikap, dan juga sapaan atau panggilan terhadap

seseorang.

Sebutan Mas Nganten ditujukan untuk wanita yang terhormat

sedangkan bujang untuk pembantu di rumah. Seorang bujang harus senantiasa

menyiapkan dan membantu segala keperluan wanita utama atau majikan.

(61) “Mas Nganten? Siapa itu Mas Nganten?”

Page 67: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

53

Kembali bujang itu tertawa terkekeh ditekan. Dipandanginyamajikannya yang baru dan terlampau muda itu, dibelainya dagunyayang licin seperti kepala lele. Dan akhirnya dengan empu jarinyamenuding ke dada orang yang dilawannya bicara (Toer, 2006:27).

Sikap tunduk dan mengabdi pada priyayi harus dimiliki oleh bawahan.

Baik pembantu pada majikan maupun Mas Nganten pada Bendoro. Sikap hormat

harus ditunjukkan terhadap orang yang kedudukannya lebih tinggi.

(62) “Sahaya adalah sahaya. Dosa pada Bendoro, pada Allah, seperti sahayabegini menempatkan diri lebih tinggi dari lutut Bendoronya(Toer, 2006:64).

(63) “Semua mas Nganten, untuk mengabdi pada Bendoro.”Kerja mengabdi! Kerja mengabdi! Gadis Pantai masih juga kurangmemahami (Toer, 2006:69).

Masyarakat yang tinggal di desa pada umumnya mengenal budaya

gotong royong. Setiap kali ada warga yang mengadakan suatu acara pasti semua

ikut bekerja secara bersama-sama. Demikian diceritakan ketika Gadis Pantai

kembali ke kampungnya untuk menengok kedua orang tuanya. Kedatangannya

disambut seluruh warga di kampung nelayan itu. Mereka sangat menghormati

Gadis Pantai yang sekarang telah menjadi istri pembesar.

(64) Gadis Pantai terdiam dari sendunya. Tak pernah ia rasai sesuatumenggerumuti bulu tengkuknya. Dahulu tak pernah orangmenyambutnya seperti sekarang. Ia merasa begitu asing. Dari kejauhania lihat bapak berjalan paling depan membawa obor daun kelapa kering.Ia bertelanjang dada. Dan otot-ototnya yang perkasa berkilat-kilat setiapbergerak kena cahaya obor. Gadis Pantai lari, lari, lari. Pasir di bawahkakinya berhamburan. Gadis Pantai hanya melihat satu sosok tubuh sajadi antara sekian banyak (Toer, 2006:164).

Setiap kali ada tamu istimewa datang pastilah mereka membuat

masakan yang istimewa. Meskipun yang datang itu adalah anak sendiri yang

sudah berubah status menjadi priyayi.

Page 68: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

54

(65) “Emak sediakan sate ayam siang ini.”Kata-kata itu membuat Gadis Pantai seakan terasa lengang. Tak pernahseumur hidup Emak buatkan dia sate. Ayam yang hanya beberapa ekor,hanya diambil telurnya buat obat kuat bapak. Entah berapa ekor dariyang sedikit itu kini harus membuktikan, bahwa ia memang laindaripada seluruh penduduk kampung selebihnya (Toer, 2006:182).

Ritual bersembahyang yang dilakukan warga di kampung nelayan atau

wong cilik hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja. Berbeda dengan kaum

priyayi yang rajin bersembahyang.

(66) Musim hujan datang lebih cepat dari seharusnya. Angina kencang antarasebentar mendesak dengan kekuatan besar dari timur laut, mengangkatsampah dan pasir pantai, pasir alun-alun yang mulai gundul karenakemarau menerobosi pintu dan jendela, masuk ke dalam kamar bahkanjuga ke dalam lemari pakaian dan makan. Masa demikian adalah masabanyak mendoa di kampung nelayan. Dahulu Gadis Pantai tak pernahbersungguh-sungguh mendoa. Tapi kini dirasanya hasrat untukmengucapkan permohonan pada Tuhan agar seluruh nelayan dilindungidari marabahaya, agar angina tidak terlaliu kencang, agar ombak takterlalu jahat, dan agar ikan menjadi jinak (Toer, 2006:122).Sebagai wanita Jawa dari kampung yang diperistri oleh Bendoro, Gadis

Pantai menjalani hari-harinya dengan kegiatan yang tak pernah ia lakukan

sebelumnya. Terutama sekali pelayanan dan pengabdian. Di kalangan masyarakat

Jawa, sikap tunduk dan patuh terhadap suami harus dimiliki oleh wanita, apalagi

kalau suaminya adalah pembesar dan wanita berasal dari golongan wong cilik.

(67) “Ah, berapa kali sudah sahaya katakan. Mengabdi, Mas Nganten. Sujud, takluk sampai ke tanah pada Bendoro. Mari sahaya dongengi. Tahubawang merah bawang putih?” (Toer, 2006:99).

(68) Gadis Pantai memasuki tahun perkawinan kedua. Kini setiap sebulansekali ia terpanggil ke ruang tengah. Bendoro suaminya, duduk padakursi yang terbalik arahnya., dengan ia sendiri dengan sebuah jepitanbamboo menjepit lintah-lintah seekor demi seekor dari stoples, dandiletakkan pada tengkuk, pelipis, kening, juga lengan Bendoro(Toer, 2006:106).

Page 69: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

55

Sebagai seseorang yang berasal dari orang kebanyakan atau wong cilik,

wanita harus bisa menerima segala sesuatunya dengan ikhlas. Meskipun ia sudah

berkorban perasaan demi memenuhi keinginan pembesar, ia tetap harus bisa

menjunjung nama baik pembesar itu. Kaum priyayi tidak bisa menerima dengan

adanya wong cilik sebagai bagian dari hidup mereka. Namun, wong cilik tetap bisa

menerima semua meskipun status yang disandangnya sudah berbeda.

(69) “Aa, mengerti aku sekarang!” dan diteruskan dengan nada menggugat, “mengapa tak kau taruh dia di kamar dapur? Tidak patut!Tidak patut!Lihatlah aku. Kau kira patut kau tempatkan dia di bawah satu atapdengan aku?” (Toer, 2006:247).

(70) Seseorang memberitakan Bendoro memanggil Bapak. Bapakmenyerahkan si bayi pada Gadis Pantai dan menghadap. Tidakterdengar suara mereka di kamar belakang. Si bayi diletakkan kembalidi ranjang oleh emaknya. Gadis Pantai kemudian duduk terpekur dikursi. Ia merasa bahagia dapat memberikan seorang cucu kepada bapak.Kebahagiaan itu pun akan meningkat bila emak pun tahu akan kelahiranini. Dan juga seluruh kampung. Mereka akan bangga: seorang di antaramereka telah dilahirkan dalam gedung besar di kota, jadi keturunanBendoro (Toer, 2006:255).

Perbedaan kehidupan sosial antara kaum priyayi dan wong cilik dapat

dilihat dari tradisi, sapaan atau panggilan,dan cara bersikapnya. Sebutan bendoro

ditujukan bagi pemegang kekuasaan daerah, Mas Nganten ditujukan untuk istri

pembesar atau dikenal dengan wanita utama, dan bujang ditujukan bagi pelayan-

pelayan (61).

Sikap tunduk dan mengabdi harus dimiliki bawahan terhadap atasan. Di

kalangan priyayi sangat kuat tata cara bersopan santunnya. Sikap hormat harus

ditunjukkan kepada orang yang kedudukannya lebih tinggi (62), (63).

Masyarakat Jawa terutama yang tinggal di desa-desa maupun daerah

pesisir masih mengenal adanya bergotong royong dalam hal apapun. Mereka juga

Page 70: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

56

memberikan sambutan dan perlakuan istimewa kepada tamunya. Terlebih bila

tamu itu dari kaum priyayi. Mereka tidak segan-segan menjamu dengan masakan

yang istimewa meskipun hidup mereka berkekurangan (64), (65).

Dalam hal beragama, masyarakat Jawa masih memegang tradisi

kepercayaan yang sangat kuat. Tetapi, terdapat perbedaan antara kaum priyayi

dengan orang kebanyakan atau wong cilik. Kaum priyayi rajin melaksanakan

kegiatan beragamanya sedangkan wong cilik hampir tak punya waktu untuk

melakukan itu. Hanya pada waktu-waktu tertentu saja mereka melakukan ritual

khusus (66).

Di kalangan masyarakat Jawa, istri harus senantiasa tunduk dan patuh

kepada suami, apalagi kalau suami itu adalah priyayi dan istri adalah orang

kebanyakan. Meskipun istri harus berkorban perasaan, dia harus tetap mengabdi

dan melayani suaminya (67). Kaum priyayi sulit sekali bahkan bisa dikatakan

tidak bisa menerima adanya wong cilik sebagai bagian dari kehidupannya.

Namun, wong cilik dengan senang hati menerima siapa saja dalam kehidupan

mereka (69), (70).

Page 71: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

57

BAB IV

PENUTUP

Dalam bab IV ini akan dikemukakan dua hal, yaitu kesimpulan hasil

analisis dan saran bagi penelitian selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Di satu sisi, roman Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer

merupakan sebuah roman keluarga. Di sisi lain, novel ini merupakan roman

sosial-kritis menyangkut nasib gadis dari kalangan rakyat jelata yang dihadiahi

‘untung’ oleh seorang priyayi. Di balik semua itu, novel Gadis Pantai merupakan

hasil inspirasi pengalaman hidup pengarang, tentunya terkait pula dengan

kenyataan sosial-budaya masyarakat priyayi Jawa pada masa itu.

Pada kenyataannya, kaum priyayi selalu berusaha menciptakan jarak

dengan orang lain yang ada di sekelilingnya, terutama terhadap rakyat jelata

(wong cilik) yang dipandang tidak sederajat. Hal itu telah membuktikan bahwa

sesungguhnya dunia priyayi tidak terungkit oleh apa pun, tidak dapat tersentuh

oleh tangan-tangan rakyat jelata karena mereka memang tidak mempunyai hak

apa-apa dalam dunia priyayi itu. Bahkan kaum priyayi sering menggunakan

kekuasaan dan kekayaan yang dimilikinya hanya untuk memperoleh segala

sesuatu yang diinginkannya.

Rakyat jelata atau yang biasa disebut dengan wong cilik harus selalu

tunduk dan patuh terhadap priyayi. Apa yang diperintahkan priyayi harus

dipatuhinya, mereka tidak diperbolehkan membantah. Demikian juga, dalam hal

Page 72: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

58

pernikahan, siapa yang diinginkannya harus bersedia dinikahinya walaupun pada

akhirnya harus ‘diusir’dari kehidupan priyayi. Dalam kehidupan priyayi, belumlah

dianggap menikah jika belum menikah dengan orang yang sederajat dengannya.

Tentu saja hal ini sangat merendahkan harga diri wong cilik yang menikah dengan

priyayi itu.

Kedudukan perempuan Jawa di kalangan priyayi tentu menanggung

konsekuensi yang berat karena segala aturan-aturan mengikat selalu dibebankan

pada setiap perempuan priyayi. Hal itu telah memperlihatkan bahwa

sesungguhnya terdapat perbadaan kedudukan antara perempuan dan laki-laki.

Dalam hal keluhuran budi, kaum perempuan justru dituntut untuk melebihi kaum

laki-laki. Karena alasan itulah, perempuan priyayi cenderung menjadi orang yang

harus memikul beban kebudayaan priyayi.

Seorang perempuan diharapkan selalu dapat memperlihatkan sifat-sifat

yang “sempurna” sebagai wanita. Mereka harus bisa mengatasi dan menempatkan

diri pada situasi apapun. Tak cukup itu saja, mereka juga harus tahan dan bisa

menghadapi segala persoalan dengan tersenyum, tanpa ada keluhan apapun.

Hasil analisis struktural novel Gadis Pantai adalah sebagai berikut.

Analisis alur meliputi perkenalan, konflik, klimaks, antiklimaks, dan

penyelesaian. Analisis tokoh meliputi tokoh sentral (protagonis dan antagonis),

dan tokoh bawahan. Analisis latar terdiri dan tiga bagian, yaitu latar sosial, latar

tempat, dan latar waktu. Latar sosial meliputi adat kebiasaan, keadaan masyarakat,

lingkungan agama, dan bahasa para tokoh.

Page 73: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

59

Dalam adat kebiasaan, ditampilkan segala kebiasaan yang selama ini

diakui dan dilakukan oleh masyarakat Jawa. Sehubungan dengan hal itu,

ditampilkan pula keadaan masyarakat yang diwakili oleh dua golongan

masyarakat, yaitu golongan priyayi (kaum bangsawan) dan golongan wong cilik

(rakyat jelata). Oleh karena itulah terdapat suatu keadaan yang menunjukkan

adanya perbedaan yang sangat mencolok di antara kedua golongan masyarakat

tersebut. Dalam hal beragama, khususnya agama Islam yang dianut oleh kedua

golongan masyarakat dan dalam pelaksanaannya ternyata masing-masing

golongan menunjukkan orientasi yang berbeda. Kaum priyayi cenderung lebih

taat melaksanakan perintah agama sedangkan wong cilik hanya pada waktu-waktu

tertentu saja melaksanakan ritual bersembahyang. Bahasa yang ditampilkan pun

berlatar belakang budaya Jawa, seperti nama atau sapaan tokoh, nama tempat,

kosa kata Jawa, dan dialek masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.

Latar tempat meliputi latar kampung nelayan dan gedung milik Bendoro.

Latar kampung nelayan di Pantai di Kabupaten Rembang mencakup tempat

tinggal keluarga Gadis Pantai beserta seluruh sanak saudaranya, tempat Gadis

Pantai dilahirkan dan dibesarkan, sekaligus menjadi tempat bagi keluarga

menerima lamaran dan melangsungkan pernikahan Gadis Pantai, sedangkan latar

gedung milik Bendoro mencakup gambaran letak gedung dan bagian-bagian

ruangan dalam gedung Bendoro.

Latar waktu meliputi gambaran waktu terjadinya suatu peristiwa dalam

cerita. Latar waktu dalam novel Gadis Pantai berisikan waktu terjadinya peristiwa

yang hanya disebutkan pagi, siang, sore, dan malam. Sebagian besar cerita

Page 74: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

60

mengungkapkan latar waktu yang berkaitan dengan usia Gadis Pantai saat

dinikahkan dan masa-masa perkawinannya dengan Bendoro.

Tokoh utama dalam roman Gadis Pantai yang berlaku sebagai protagonis

adalah Gadis Pantai (Mas Nganten). Hal tersebut dinilai berdasarkan intensitas

keterlibatan tokoh Gadis Pantai sebagai tokoh utama di dalam cerita lebih banyak

dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya. Isi ceritanya pun lebih banyak

mengisahkan perjalanan hidup tokoh Gadis Pantai dengan berbagai persoalan

persoalan hidup yang harus dihadapi dan dijalaninya, sejak ia dinikahkan dengan

Bendoro hingga dirinya diceraikan dan terusir dan gedung Bendoro, suaminya

sendiri.

Hal itu dibuktikan pula pada bagian awal dan akhir cerita dalam roman

Gadis Pantai. Pada bagian awal cerita, ditampilkan pengenalan tokoh Gadis

Pantai sebagai gadis kampung nelayan di sepenggal Pantai di Kabupaten

Rembang. Roman ini diakhiri dengan kisah Gadis Pantai yang menjalani hidup

barunya setelah dirinya diusir oleh Bendoro, ia kembali menjadi seorang sahaya

dan memutuskan untuk hidup sendiri, jauh dan orang-orang yang dicintainya.

Dalam hal ini, judul ceritanya pun telah mengungkapkan siapa yang dimaksudkan

sebagai tokoh protagonis.

Kehadiran tokoh Gadis Pantai sebagai protagonis selalu dipertentangkan

dengan tokoh Bendoro, suaminya sendiri, sebagai tokoh antagonis. Tokoh

bawahan dalam novel Gadis Pantai ini antara lain Emak, Bapak, Pelayan wanita

tua (Mbok), dan Mardinah. Kehadiran masing-masing tokoh bawahan ini

berfungsi sebagai penunjang tokoh utama. Sehubungan dengan itu, tokoh pelayan

Page 75: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

61

wanita tua (Mbok) yang menjadi orang kepercayaan bagi Gadis Pantai,

kehadirannya membantu keberadaan tokoh protagonis. Dalam hal ini, tokoh

pelayan wanita tua (Mbok) sebagai tokoh andalan yang berfungsi menyampaikan

pikiran dan perasaan tokoh utama.

Selain itu, metode penokohan atau penyajian watak tokoh yang digunakan

dalam roman Gadis Pantai adalah metode analitik dan dramatik. Kedua metode

tersebut digunakan berdasarkan kepentingannya dalam struktur. Dengan

demikian, dapat diketahui pula watak dan masing-masing tokohnya.

Selanjutnya, hasil analisis struktural tersebut digunakan sebagai dasar

untuk mendeskripsikan nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat Jawa baik kaum

priyayi maupun wong cilik. Bendoro sebagai tokoh yang mewakili golongan

priyayi (kaum bangsawan), sedangkan Gadis Pantai disini sebagai tokoh yang

mewakili golongan rakyat jelata (wong cilik). Kenyataan tersebut telah

memberikan suatu gambaran pasti mengenai kedudukan Bendoro dan Gadis

Pantai, kesenjangan antara kaum priyayi dengan wong cilik. Kenyataan akan

perbedaan di antara dua golongan yang melatarbelakangi kedua tokoh tersebut

juga telah mengungkapkan apa yang dialami oleh Gadis Pantai selanjutnya.

Bagi rakyat jelata, menikah dengan seseorang dari golongan priyayi tentu

saja akan mengangkat status sosialnya di lingkungan tempat tinggalnya. Namun,

berbeda sekali dengan priyayi yang tidaklah dianggap sudah menikah bila belum

menikah dengan orang yang sekelas dengannya.

Kedudukan Gadis Pantai sebagai istri seorang priyayi ternyata penuh

dengan konsekuensi dan semuanya itu harus ditanggungnya seorang diri.

Page 76: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

62

Akhirnya, keadaan telah membuat Gadis Pantai mengerti dan sadar akan

keberadaannya di dalam rumah Bendoro. Hal itu pulalah yang telah membawanya

pada suatu kenyataan baru yang harus diterimanya, yaitu kenyataan bahwa selama

ini dirinya hanya dianggap sebagai istri percobaan seorang priyayi.

Hubungan sosial di kalangan priyayi sangat terikat pada tatacara dan

bersopan santun. Pergaulan pun sangat dibatasi sehingga menimbulkan

kesenjangan yang mencolok sekali. Masyarakat Jawa terutama di desa ataupun

daerah pesisir pantai masih memegang erat tradisi bergotong royong. Mereka

senantiasa memberikan sambutan dan perlakuan istimewa bagi tamunya, apalagi

kalau tamu itu dari kalangan priyayi.

5.2 Saran

Adanya roman Gadis Pantai ini semakin melengkapi kesusastraan

Indonesia yang telah ada. Roman ini pun cukup menarik untuk dijadikan bahan

bacaan dan pembelajaran karena isi ceritanya banyak mengandung pesan-pesan

yang dapat dijadikan sebagai bahan permenungan.

Saran ini ditujukan pula untuk penelitian selanjutnya karena penulis

menyadari bahwa sebenarnya masih banyak hal yang dapat digali lebih mendalam

lagi dan roman Gadis Pantai ini. Penelitian mengenai nilai-nilai budaya Jawa

dilihat dari aspek peranan perempuan Jawa meskipun sikap bekti, hormat, dan

rukun di kalangan masyarakat Jawa, baik untuk dilakukan. Penelitian itu bisa

menambah pengetahuan pembaca untuk memahami isi dari roman Gadis Pantai

karya Pramoedya Ananta Toer.

Page 77: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

67

DAFTAR PUSTAKA

Hardjana, Andre. 1994. Kritik Sastra : Sebuah Pengantar. Jakarta : GramediaPustaka Utama.

Hardjowirogo, Marbangun. 1983. Manusia Jawa. Jakarta : Yayasan Idayu.

Koentjaraningrat. 1979. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta : Djambatan.

Kurniawan, Eka. 2002. Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis.Yogyakarta: Jendela.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode, Kritik, danPenerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rahman, Lisabona. 2003. “Seru Membaca Gadis Pantai.” Majalah On/Off MediaOrang Biasa: Edisi Khusus Pramoedya Ananta Toer.

Semi, Attar. 1984. Kritik Sastra. Bandung : Angkasa.

1993. Anatomi Sastra. Bandung : Angkasa Raya.

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.

Suwondo, Tirto, dkk. 1994. Nilai-nilai Budaya Susastra Jawa. Jakarta : PusatPembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud.

Teew, A. 1997. Citra Manusia Indonesia Dalam Karya Sastra PramoedyaAnanta Toer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Toer, Pramoedya Ananta. 2006. Gadis Pantai. Jakarta : Lentera Dipantara.

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta : Gramedia.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta : Pustaka.

Page 78: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

63

LAMPIRAN

Page 79: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

64

SINOPSIS

Gadis Pantai adalah seorang anak nelayan yang tinggal di pesisir pantai di

Kabupaten Rembang. Ia tumbuh menjadi gadis yang menarik dan menjadi bunga

di kampungnya. Ketika itu Gadis Pantai baru berusia 14 tahun dan tanpa

sepengetahuannya, seseorang telah mencatat di dalam hatinya. Beberapa waktu

kemudian ia pun dinikahkan dengan sebilah keris, wakil seseorang yang tidak

pernah ia kenal sebelumnya. Setelah dinikahkan, Gadis Pantai dibawa ke kota dan

tinggal dalam rumah yang besar.

Kehidupan baru Gadis Pantai telah dimulai. Nasibnya telah berubah, kini

ia menjadi Mas Nganten, istri seorang priyayi. Hidupnya kini penuh dengan harta

dan kemewahan. Ia dibimbing dan dibantu dengan pelayan-pelayan atau bujang.

Ada seorang bujang wanita tua yangt menjadi orang kepercayaannya dan

membantunya dalam segala hal.

Mulanya Gadis Pantai merasa asing dan tidak terbiasa dengan segala

kemewahan, kebiasaan-kebiasaan baru, dan kemudahan-kemudahan yang

ditawarkan padanya. Tanpa disadarinya, ia pun mulai membanding-bandingkan

kehidupan barunya itu dengan kehidupan masa lalunya di kampung nelayan. Ia

merindukan saat-saat bermainnya di pantai dulu.

Dahulu Gadis Pantai hanya tahu melaksanakan perintah kedua orang

tuanya, tapi kini ia sebagai seorang wanita utama, Gadis Pantai dituntut untuk

Page 80: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

65

mengabdi pada Bendoro, suaminya dan memberi perintah pada para sahaya,

termasuk pada Emak dan Bapaknya sendiri.

Keberadaan Gadis Pantai di dalam rumah Bendoro tidak terlepas dari

bantuan seorang pelayan wanita tua yang selalu setia melayani dan membantu

segala keperluannya. Dalam waktu yang singkat, bujang tua itu telah berhasil

membimbing Gadis Pantai dan mengubahnya sebagai wanita utama lewat

pendekatan dan persahabatannya.

Pelayan wanita tua itu sering pula berbagi cerita dengan Gadis Pantai

tentang banyak hal. Lewat cerita-ceritanya itu pula, pelayan wanita itu ingin

mengingatkan Gadis Pantai akan nasibnya di masa depan, nasib wong cilik yang

hanya menumpang di tempat priyayi. Perlahan-lahan pikiran Gadis Pantai yang

masih bocah mulai bisa memahami kebiasaan-kebiasaan dan tatacara bersopan

santun priyayi yang ada di rumah besar itu.

Sejak memasuki kehidupan barunya sebagai priyayi, Gadis Pantai mulai

merasa kehilangan masa-masa di kampung nelayan bersama orang-orang yang ia

cintai. Ia rindu pada keluarganya, teman-temannya, dan suasana pantai di

kampung nelayan. Ia bahkan tidak diperkenankan mempunyai seorang sahabat

yang sederajat dengannya, yang ada hanyalah pengabdian, perintah, dan

memerintah.

Sebagai seorang istri, Gadis Pantai dituntut untuk selalu mengabdi pada

Bendoro. Sebagai bentuk pengabdiannya itu, Gadis Pantai harus bersikap tunduk

dan patuh pada Bendoro. Hal itu wajib dilakukan oleh Gadis Pantai karena

dirinya adalah hak milik Bendoro dan menjadi sahaya bagi suaminya sendiri.

Page 81: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

66

Perlahan-lahan Gadis Pantai mulai sadar akan keberadaannya di dalam rumah

Bendoro tanpa hak apa pun dan hanya dipandang sama nilainya dengan barang-

barang di rumah itu.

Pengabdiannya itu tidak boleh terlihat cacat, baik dalam penglihatan

maupun perasaan Bendoro. Oleh karena itu, Gadis Pantai berusaha memendam

perasaannya sendiri terhadap orang tua dan kampung halamannya supaya tidak

merusak pengabdian yang dianggap kokoh tersebut.

Pada tahun perkawinan yang kedua, setelah pelayan wanita tua diusir oleh

Bendoro, Gadis Pantai rnendapatkan seorang abdi baru bernama Mardinah,

seorang janda muda dan masih kerabat jauh Bendoro. Mardinah sebenarnya

adalah utusan Bendoro Bupati Demak yang punya maksud mengusir Gadis Pantai

dari rumah Bendoro, dengan tujuan agar anaknya dapat segera menggantikan

posisi Gadis Pantai sebagai istri Bendoro yang sesungguhnya.

Kehadiran Mardinah ini mulai dirasakan Gadis Pantai sebagai suatu

ancaman bagi dirinya. Lewat sindiran-sindiran Mardinah, Gadis Pantai mulai

menyadari bahwa sebenarnya dirinya hanyalah seorang selir, istri percobaan

Bendoro. Ia pun mulai paham segala perangai para Bendoro di rumah-rumah

besar.

Setelah kelahiran anak pertamanya dan tanpa sepengetahuannya pula,

Gadis Pantai telah diceraikan oleh Bendoro secara sepihak dan hanya diberikan

uang pesangon. Gadis Pantai kini telah diusir oleh Bendoro dan tidak

diperbolehkan untuk membawa anak yang baru saja dilahirkannya itu. Ia juga

tidak diperbolehkan Bendoro untuk bertemu dengan anaknya. Kini, semuanya

Page 82: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

67

telah berubah dan Gadis Pantai pun terpaksa merelakan semua hak pribadinya

sebagai seorang perempuan, baik hak atas anaknya sendiri maupun haknya

sebagai seorang ibu.

. Pada akhimya, Gadis Pantai memutuskan untuk menempuh jalan

hidupnya sendiri, hidup mandiri dan jauh dan orang tua, sanak-saudara, dan

kampung halamannya. Ia tidak mau kembali ke kampungnya, ia memilih pergi

jauh dari segala sesuatu yang telah dialaminya.

Page 83: KEHIDUPAN PRIYAYI DAN WONG CILIK MASYARAKAT JAWA … · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

68