MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …
Transcript of MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 361
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID SEBAGAI
UPAYA PENCEGAHAN SKABIES (KUDIS)
Selfi Triana Putri1, Dian Karasvita Latarigu
2, Rika Rahim
3, Saulatun Nisa’
4, Wahyu Nur Indah
5
Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bendungan Sutami 188A Malang
e-mail korespondensi : [email protected]
ABSTRAK Tujuan dari program pengabdian ini adalah diharapkan para santri Pondok Pesantren Nurul Jadid dapat terhindar dari
scabies dan mampu mencegah penularan scabies sehingga kualitas hidup merekaa tidak terganggu baik secara akademik maupun secara spiritual. Target luaran dari program pengabdian ini adalah 1) meningkatkan pengetahuan
santri tentang penyakit kulit skabies (kudis) dan cara pencegahannya serta 2) meningkatkan pengetahuan tentang cara
pengobatan dan cara menggunakan obat yang baik dan benar 3) terbentuknya kader MEDICINE (Medis Cilik
Excellent) sebagai kader kesehatan yang membantu megupayakan pencegahan terjadinya penyebaran skabies (kudis) 4) adanya publikasi hasil kegiatan pada jurnal ilmiah. Adapun rencana kegiatan pengabdian ini terbagi dalam empat
tahap. Tahap pertama adalah sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit skabies (kudis) dan DAGUSIBU kepada
para santri. Tahap kedua adalah pelatihan tentang bagaiamana cara mencegah penyakit skabies dengan diberikan
pelatihan bagaimana cara membuat sabun herbal dari Aloe verauntuk mencegah penyakit skabies (kudis) serta pelatihan tentang bagaimana cara menggunakan obat yang baik dan benar. Tahap ketiga adalah pendampingan dan
proses evaluasi kegiatan kader dalam mencegah penyakit skabies. Tahap keempat yaitu publikasi ilmiah hasil
kegiatan pengabdian pada jurnal ilmiah.
Kata kunci: santri, pencegahan, skabies (kudis)
Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu
pondok pesantren terbesar di Probolinggo yang berlokasi
di Jl. Kyai Haji Zaini Mun’im, Desa Karanganyar
Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa
Timur. Lokasi ini berjarak 33 Km dari kota Probolinggo
atau 133 Km dari kota Surabaya. Luas Pondok Pesantren
Nurul Jadid adalah 17 Ha dengan ruang hijau sekitar 4.8
Ha lebih kurang 30% total luas. Pondok Pesantren ini
menampung santri kurang lebih 6000 orang dengan
kelengkapan lembaga-lembaganya yang besar. Pondok
Pesantren Nurul Jadid yang biasa disebut PPNJ dibagi
atas wilayah putra dan putri dimana setiap wilayah masih
terbagi-bagi menjadi beberapa bagian kecil. Wilayah putri
terbagi menjadi 3 wilayah kecil atau sering disebut
“dalem”, yakni terdiri dari dalem barat, dalem timur dan
dalem selatan.
Dalem barat adalah salah satu wilayah putri yang
memerlukan sorotan khusus terkait kondisi
lingkungannya. Wilayah dalem barat berlokasi dekat
dengan area pembuangan sampah dan area persawahan
yang terletak tepat dibelakang wilayah tersebut, sehingga
ketika musim tertentu serangga-serangga seperti lalat,
tomcat, memasuki area dalem barat. Selain kondisi
tersebut, wilayah dalem barat ini memiliki jumlah santri
terbanyak kedua setelah wilayah dalem timur dengan
jumlah santri kurang lebih 1500 orang. Padatnya jumlah
santri serta kapasitas area yang terbatas berpotensi besar
untuk terjadinya penularan penyakit kulit terutama
skabies (kudis).
Skabies adalah kondisi gatal pada kulit yang
disebabkan oleh tungau mikroskopik Sarcoptes scabei
yang sering terjadi diseluruh dunia tanpa mengenal ras
dan kelompok sosial (Goldus et al., 2013). Skabies adalah
penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi
dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei var hominis
(Sarcoptes sp) beserta produknya (Siregar R.S, 2005).
Skabies dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
seperti rendahnya tingkat ekonomi, higienisitas yang
buruk, hunian padat, promoskuitas seksual, tingkat
pengetahuan, usia dan kontak dengan penderita baik
langsung maupun tidak langsung (Hilma and Ghazali,
2014). Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam,
akan tetapi pada kenyataannya prevalensi skabies di
negara berkembang masih tinggi terutama di tempat-
tempat padat penduduk seperti di pesantren. Prevalensi
skabies di Pesantren An-Najach Magelang sebesar 43%
(Saad, 2008), sedangkan penelitian Khotimah (2013) di
Pondok Pesantren Al-Bahroniyyah Ngemplak Demak
sebesar 36,3%, di pondok Pesantren di kabupaten
Pasuruan mencapai 66,70 %, bahkan di pondok Pesantren
Lamongan mencapai 73,3%. Hasil tersebut menunjukkan
angka kejadian scabies sering berada di lingkungan
pesantren.
Skabies dapat mengganggu kualitas hidup santri
akibat keluhan gatal yang hebat serta infeksi sekunder.
Keluhan tersebut dapat menurunkan kualitas akademik
santri dimana pada penelitian Sudarsono di Medan 2011
menunjukkan penurunan prestasi belajar santri setelah
terkena skabies. Dilihat dari kondisi lingkungan serta
padatnya jumlah penduduk di Pondok Pesantren Nurul
Jadid khususnya Dalem Barat sehingga perlu dilakukan
pengabdian terkait studi preventif skabies, penularan, dan
cara pengobatan yang benar.
Adanya pengabdian terkait preventif penularan
scabies serta cara pengobatannya diharapkan para santri
Nurul Jadid dapat terhindar dari scabies dan mampu
mencegah penulara n scabies sehingga kualitas hidup para
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 362
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
santri tidak terganggu baik secara akademisk maupun
secara spiritual.
TARGET LUARAN
Program Kreatif Mahasiswa Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM-M) di Pondok Pesantren Nurul Jadid
Paiton, Probolinggo ini memiliki target luaran berupa :
meningkatkan pengetahuan santri tentang penyakit kulit
skabies (kudis) dan cara pencegahannya serta di dukung
dengan meningkatkan pengetahuan tentang cara
pengobatan dan cara menggunakan obat yang baik dan
benar, selain itu juga terbentuknya kader MEDICINE
(Medis Cilik Excellent) sebagai kader kesehatan yang
membantu megupayakan pencegahan terjadinya
penyebaran skabies (kudis) dibawah bimbingan tim PKM-
M Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang, sehingga
dapat diketahui efesiensi terbentuknya kader tersebut.
METODE PELAKSANAAN
Dalam upaya pencegahan penularan penyakit
skabies (kudis) di Pondok Pesantren Nurul Jadid, kami
melakukan kegiatan pengabdian yang mencakup,
sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit skabies dan
DAGUSIBU, mengenali gejala penyakit skabies dan
pelatihan dasar tentang bagaimana cara mencegah
penyakit skabies.Oleh karena itu, kami melakukan
kegiatan yang akan menjadi solusi permasalahan di
Pondok Pesantren Nurul jadid dalam beberapa tahap
kegiatan.
a. Kegiatan tahap pertama : Sosialisasi dan penyuluhan.
Sebelum sosialisasi dan penyuluhan dilakukan, tim
memberikan pre-test kepada peserta yang bertujuan
untuk mengukur tingkat pengetahuan para santri yang
mengikuti kegiatan tersebut sebelum pemberian materi
tentang skabies dan DAGUSIBU. Sosialisasi dan
penyuluhan dimulai dengan pemberian materi skabies
yang dilanjutkan dengan matari DAGUSIBU.
Penyuluhan dilakukan dengan bantuan model buku
saku “Cerdas Cegah Skabies” dan “Cerdas
Menggunakan Obat Dengan DAGUSIBU” serta video
cara penularan dan pencegahan penyakit skabies.
Setelah penyampaian materi selesai, dilakukan post-
test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
peserta terkait materi yang telah
disampaikan.Penyuluhan kemudian dilanjutkan
dengan pemilihan kader yang akan diberikan pelatihan
tentang cara mencegah penyakit skabies dan
DAGUSIBU.
b. Kegiatan tahap kedua : Peserta diberikan pelatihan
tentang cara membuat sabun cair dari Aloe vera yang
bisa digunakan untuk mencegah penyakit skabies,
membuat poster, dan memberikan pelatihan cara
menggunakan obat yang baik dan benar. Pelatihan
dimulai dengan menjelaskan terlebih dahulu cara
membuat sabun cair dari Aloe vera untuk mencegah
penyakit skabies. Peserta kemudian mempraktekkan
sendiri cara pembuatan sabun cair tersebut secara
berkelompok dengan bahan dan alat yang telah
disediakan oleh tim. Selama pelatihan berlangsung,
tim memberikan informasi kepada peserta tentang hal-
hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat
sabun cair dari tanaman Aloe vera. Kegiatan
dilanjutkan dengan pelatihan tentang cara
menggunakan obat yang baik dan benar,dan cara
penggunaan tensi.
c. Kegiatan tahap ketiga : pendampingan dan proses
evaluasi kegiatan kader dalam mencegah penyakit
skabies di Pondok pesantren Nurul jadid.
d. Kegiatan tahap keempat : Publikasi ilmiah hasil
kegiatan pengabdian pada jurnal ilmiah.
Tabel 1. Rencana awal kegiatan pengabdian di pondok Pesantren Nurul Jadid
No Kegiatan Waktu
1 Sosialisasi terkait penyakit skabies dan DAGUSIBU kepada para santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Bulan I
2 Pemilihan kader dan koordinasi dengan kader tentang rencana pencegahan penyakit skabies di Pondok
Pesantren Nurul jadid
Bulan I
3 Pelatihan dan pembinaan tentang bagaiamana cara membuat sabun cair herbal dengan bahan aktif Aloe vera, cara menggunakan obat yang baik dan benar serta membuat poster tentang skabies dan DAGUSIBU
Bulan II
4 Pendampingan dan evaluasi seluruh kegiatan kader dalam melakukan pencegahan skabies di Pondok
pesantren Nurul jadid
Bulan II
Berdasarkan pertimbangan efektifitas dan
kesinambungan program, maka sasaran utama program
kegiatan ini adalah para santri Pondok Pesantren Nurul
Jadid yang diproyeksikan dapat mencegah penyakit
skabies. Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan pada para
santri yang memiliki komitmen dan waktu dalam
melaksanakan kegiatan secara konsisten.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan
di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo
dilakukan selama kurun waktu dua bulan selama bulan
april-mei 2017. Kegiatan pengabdian ini terdiri dari 5
macam kegiatan, sebagai berikut.
1) Sosialisasi Kepada Santri
Kegiatan sosialisasi kepada santri PPNJ dilakukan
pada tanggal 15 April 2017. Kegiatan sosialisasi ini
diikuti oleh 35 orang santri kelas X dan kelas XI.Sosialisi
tersebut berisi tentang pengenalan seputar penyakit
skabies (kudis), cara penularan serta pengobatan dan
pencegahannya. Selain materi tersebut juga didukung
dengan penyampaian materi DAGUSIBU agar santri
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 362
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
mengetahui cara Penggunaan dan pengelolaan obat yang
baik.
Gambar 1. Sosialisasi skabies (kudis) dan DAGUSIBU di
Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo
Penyampaian materi Dalam sosialisasi ini sangat
perlu diberikan untuk menambah wawasan santri.
Sosialisasi merupakan salah satu metode penyampaian
yang mudah, terlebih jika dalam sosialisasi tersebut
dibantu dengan adanya buku saku sebagai pegangan
untuk peserta sosialisasi (santri).Dalam sosialisasi ini
kami memberikan fasilitas dua buku saku yaitu buku saku
cerdas cegah skabies dan DAGUSIBU (Dapatkan,
Gunakan, Simpan, dan Buang) obat dengan benar, dengan
adanya buku saku tersebut sangat membantu santri untuk
menerima materi sosialisasi yang disampaikan. Tingkat
pengetahuan santri terkait penyakit kulit skabies (kudis)
dan DAGUSIBU sangat kurang. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil pretest yang kami lakukan sebelum
penyampaian materi pada pelaksanaan sosialisasi.Dengan
adanya kegiatan sosialisasi ini menunjukkan peningkatan
pengetahuan santri yang signifikan terkait skabies (kudis)
dan DAGUSIBU. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya peningkatan hasil postest yang kami lakukan
setelah sosialisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
metode sosialisasi yang digunakan sangat efektif untuk
meningkatkan pengetahuan santri.Sehingga diharapkan
seluruh santri dapat mengaplikasikan pengetahuan yang
diperoleh, dalam kesehariannya untuk mencegah
penularan penyakit kulit skabies. Selain itu juga dapat
memahami terkait penggunaan dan pengelolaan obat-
obatan yang baik dan benar, untuk mencegah penggunaan
obat yang tidak bertanggung jawab.
2) Pelantikan Kader MEDICINE (Medis Cilik
Excellent)
Setelah pelaksanaan sosialisasi, kami melakukan
pemilihan santri sebagai kader MEDICINE. Pemilihan
kader tersebut perlu dilakukan agar pengabdian kepada
masyarakat di Pondok Pesantren Nurul Jadid, yang
telahdilakukan tetap berlanjut meskipun jangka waktu
pengabdiannya telah berakhir.
Gambar 2. Kader MEDICIEN (Medis Cilik Excellent) di
Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo
Kader terpilih inilah yang nantinya akan dibimbing
agar mempunyai visi dan misi yang jelas terutama dalam
menurunkan angka kejadian dan penularan skabies
(kudis). Kader juga diarahkan agar dapat
mengembangkan atau melaksanakan berbagai kegiatan
yang tertuang dalam program kerja, dimana kegiatan-
kegiatan tersebut untuk menyebarluaskan tentang
penyakit kulit skabies (kudis) dan DAGUSIBU
kepadasantri dalam ruang lingkup yang lebih luas.
Susunan organisasi dari kader MEDICINE adalah sebagai
berikut : Intan Permata Sari (Ketua), Liya Izzati Diana
(Sekretaris), Ziyana diniyah (Bendahara), Wulan Septia N
(Seksi Kesehatan), Izzatul Laila S, dan Zulfa Mailinda
(Seksi Hubungan Masyarakat). Salah satu proker yang
telah dikerjakan adalah memberikan penyuluhan kepada
santri SMP di dalem timur. Materi sosialisasi yang
disampaikan mengacu pada buku saku dan pengetahuan
yang mereka peroleh saat sosialisasi.
3) Pelatihan pengobatan dan Cara Menggunakan
Obat yang Baik dan Benar
Pelatihan terkait cara pengobatan dan penggunaan
obat yang benar, penting diberikan kepada kader sebagai
bekal merek untuk menjalankan visi dan misi untuk
menurunkan angka kejadian dan penularan skabies
(kudis).
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 363
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Gambar 3. Pelatihan penggunaan obat yang benar
Pelatihan ini dilakukan dengan mengenalkan dan
menjelaskan terkait informasi obat-obatan meliputin
kandungan obat, kegunaan obat, efek samping obat, cara
penyimpanan dan cara menggunakan/ eminum obat yang
benar. Informasi tersebut digunakan untuk mendukung
pengobatan skabies (skudis). Obat-obatan tersebut
meliputi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
simptom atau gejala yang ditimbulkan pada penderita
skabies (kudis), seperti parasetamol untuk demam,
klorfeniramin maleat untuk mengatasi gatal-gatal, salep
24 dan ketokonazol sebagai antifungi, skabimite untuk
mengatasi skabiesnya, serta obat-obat pendukung lainnya.
Dengan pelatihan yangtelah diberikan tersebut,
diharapkan kader dapat menyalurkan dan
menggunakannya sebaik mungkin.
4) Pelatihan Pembuatan Sabun Mandi Cair Herbal
Berbahan Dasar Lidah Buaya (Aloe vera) untuk
Pencegahan Penularan Skabies
Sabun mandi batang adalah salah satu benda yang
riskan digunakan secara bergantian. Dengan penggunaan
bersama tersebut, tidak menutup kemungkinan dapat
terjadinya penularan skabies melalui sabun tersebut.
Pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal dengan
bahan dasar lidah buaya (Aloe vera) merupakan alternatif
yang tepat. Dengan penggunaan sabun mandi cair maka
dapat mengurangi adanya kontak langsung melalui sabun,
meskipun digunakan bersama. Sehingga dengan adanya
pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal ini, kader
akan yang dibentuk memiliki keunggulan berupa keahlian
dalam memproduksi sabun mandi cair herbal sebagai
salah satu upaya nutuk mencegah penularan skabies
(kudis). Bahan dasar lidah buaya (Aloe vera) dipilih,
karena secara empiris telah banyak dimanfaatkan untuk
penyembuhan penyakit kulit termasuk skabies (kudis).
Bahan pendukung lain yang digunakan dalam pembuatan
sabun adalah natrium klorida, texaphone,
cocomidopropilbetain, gliserin, pewarna, dan parfum.
Bahan yang digunakan mudah didapat di semua toko
kimia, serta pembuatannya yang mudah juga dapat
dengan mudah dipahami dan diimplementasikan oleh
kader.
Gambar 4. Pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal dari
lidah buaya (Aloe vera)
Pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal ini
selain bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan
skabies (kudis), juga dapat bermanfaat untuk
meningkatkan produktifitas kader MEDICINE.
5) Pengembangan kreativitas Dengan Pembuatan
Poster Skabies dan Dagusibu
Gambar 5. Pembuatan poster sakbies (kudis) dan DAGUSIBU oleh kader MEDICINE
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 364
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Kegiatan selanjutnya adalah pengembangan
kreativitas kader MEDICINE dengan pembuatan poster
skabies (kudis) dan DAGUSIBU. Selain untuk menggali
dan meningkatkan kreatifitas kader, pembuatan poster ini
juga sebagai salah satu media yang digunakan untuk
menyebarkan informasi tentang penyakit skabies (kudis)
dan DAGUSIBU kepada seluruh santri. Poster yang
dihasilkan kemudian di pajang pada mading yang
letaknya sangat strategis pada jalan utama keluar
masuknya santri. Dengan demikian informasi tentang
penyakit skabies (kudis) dan DAGUSIBU dapat
tersebarluaskan.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hasil yang dicapai dalam melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat pada Pondok Pesantren Nurul
Jadid terbagi menjadi 5 macam kegiatan yaitu:
Sosialisasi kepada para santri PP Nurul Jadid,
Pelantikan kader MEDICINE (Medis Cilik Excellent),
Pelatihan pengobatan dan cara menggunakan obat
yang baik dan benar, Pelatihan pembuatan sabun
mandi cair herbal untuk pencegahan penularan
skabies,danPengembangan kreativitas dengan
pembuatan poster skabies dan dagusibu.
2. Rencana tindak lanjut kegiatan ini adalah terpublikasi
dalam jurnal ilmiah.
Saran
Diharapkan dengan kegiatan yang telah dilakukan
pada salah satu pondok pesantren yang ada di Kota
Probolinggo ini dapat berkelanjutan dan bermanfaat bagi
para santri maupun masyarakat sekitar pondok pesantren,
serta dapat meningkatkan pengetahuan para santri tentang
penyakit skabies (kudis).
DAFTAR RUJUKAN
Siregar Rs. (2005). Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit (edisi kedua). Jakarta:EGC
Handoko R P. (2010). Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin (Edisi Keenam), Jakarta: Badan
Penerbit FKUI.
Saad. (2008). Pengaruh Faktor Higiene Perorangan
Terhadap Kejadian Skabies di Pondok Pesantren
An-Najach Magelang. 2008. Semarang: Tesis FK
UNDIP.
Khotimah KK. (2013). Hubungan Sanitasi Lingkungan
dan Hygiene Perorangan dengan Kejadian
Skabies di Pondok Pesantren Al-Bahroniyyah
Ngemplak Mranggen Kabupaten Demak. Skripsi
FKM UNDIP. Semarang.
Hilma UD, Ghazali L. (2014). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian skabies di Pondok
Pesantren Mlangi Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta. JKKI, 6(3).
Amajida F.R, Saleha Sungkar. (2014). Prevalensi Skabies
dan Faktor-faktor yang berhubungan di Pesantren
X, Jakarta Timur. 2014. EJKI, 2(1).
Alipour Human, Mohammad Goldust. (2015). The
efficacy of oral ivermectin vs. Sukfur 10%
ointment for the treatment of scabies. Annals of
Parasitologi. 61(2), 79-84.