MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …

5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner” Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017 Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 361 available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/ MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN SKABIES (KUDIS) Selfi Triana Putri 1 , Dian Karasvita Latarigu 2 , Rika Rahim 3 , Saulatun Nisa’ 4 , Wahyu Nur Indah 5 Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Jl. Bendungan Sutami 188A Malang e-mail korespondensi : 1 [email protected] ABSTRAK Tujuan dari program pengabdian ini adalah diharapkan para santri Pondok Pesantren Nurul Jadid dapat terhindar dari scabies dan mampu mencegah penularan scabies sehingga kualitas hidup merekaa tidak terganggu baik secara akademik maupun secara spiritual. Target luaran dari program pengabdian ini adalah 1) meningkatkan pengetahuan santri tentang penyakit kulit skabies (kudis) dan cara pencegahannya serta 2) meningkatkan pengetahuan tentang cara pengobatan dan cara menggunakan obat yang baik dan benar 3) terbentuknya kader MEDICINE (Medis Cilik Excellent) sebagai kader kesehatan yang membantu megupayakan pencegahan terjadinya penyebaran skabies (kudis) 4) adanya publikasi hasil kegiatan pada jurnal ilmiah. Adapun rencana kegiatan pengabdian ini terbagi dalam empat tahap. Tahap pertama adalah sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit skabies (kudis) dan DAGUSIBU kepada para santri. Tahap kedua adalah pelatihan tentang bagaiamana cara mencegah penyakit skabies dengan diberikan pelatihan bagaimana cara membuat sabun herbal dari Aloe verauntuk mencegah penyakit skabies (kudis) serta pelatihan tentang bagaimana cara menggunakan obat yang baik dan benar. Tahap ketiga adalah pendampingan dan proses evaluasi kegiatan kader dalam mencegah penyakit skabies. Tahap keempat yaitu publikasi ilmiah hasil kegiatan pengabdian pada jurnal ilmiah. Kata kunci: santri, pencegahan, skabies (kudis) Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu pondok pesantren terbesar di Probolinggo yang berlokasi di Jl. Kyai Haji Zaini Mun’im, Desa Karanganyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa Timur. Lokasi ini berjarak 33 Km dari kota Probolinggo atau 133 Km dari kota Surabaya. Luas Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah 17 Ha dengan ruang hijau sekitar 4.8 Ha lebih kurang 30% total luas. Pondok Pesantren ini menampung santri kurang lebih 6000 orang dengan kelengkapan lembaga-lembaganya yang besar. Pondok Pesantren Nurul Jadid yang biasa disebut PPNJ dibagi atas wilayah putra dan putri dimana setiap wilayah masih terbagi-bagi menjadi beberapa bagian kecil. Wilayah putri terbagi menjadi 3 wilayah kecil atau sering disebut “dalem”, yakni terdiri dari dalem barat, dalem timur dan dalem selatan. Dalem barat adalah salah satu wilayah putri yang memerlukan sorotan khusus terkait kondisi lingkungannya. Wilayah dalem barat berlokasi dekat dengan area pembuangan sampah dan area persawahan yang terletak tepat dibelakang wilayah tersebut, sehingga ketika musim tertentu serangga-serangga seperti lalat, tomcat, memasuki area dalem barat. Selain kondisi tersebut, wilayah dalem barat ini memiliki jumlah santri terbanyak kedua setelah wilayah dalem timur dengan jumlah santri kurang lebih 1500 orang. Padatnya jumlah santri serta kapasitas area yang terbatas berpotensi besar untuk terjadinya penularan penyakit kulit terutama skabies (kudis). Skabies adalah kondisi gatal pada kulit yang disebabkan oleh tungau mikroskopik Sarcoptes scabei yang sering terjadi diseluruh dunia tanpa mengenal ras dan kelompok sosial (Goldus et al., 2013). Skabies adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei var hominis (Sarcoptes sp) beserta produknya (Siregar R.S, 2005). Skabies dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko seperti rendahnya tingkat ekonomi, higienisitas yang buruk, hunian padat, promoskuitas seksual, tingkat pengetahuan, usia dan kontak dengan penderita baik langsung maupun tidak langsung (Hilma and Ghazali, 2014). Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam, akan tetapi pada kenyataannya prevalensi skabies di negara berkembang masih tinggi terutama di tempat- tempat padat penduduk seperti di pesantren. Prevalensi skabies di Pesantren An-Najach Magelang sebesar 43% (Saad, 2008), sedangkan penelitian Khotimah (2013) di Pondok Pesantren Al-Bahroniyyah Ngemplak Demak sebesar 36,3%, di pondok Pesantren di kabupaten Pasuruan mencapai 66,70 %, bahkan di pondok Pesantren Lamongan mencapai 73,3%. Hasil tersebut menunjukkan angka kejadian scabies sering berada di lingkungan pesantren. Skabies dapat mengganggu kualitas hidup santri akibat keluhan gatal yang hebat serta infeksi sekunder. Keluhan tersebut dapat menurunkan kualitas akademik santri dimana pada penelitian Sudarsono di Medan 2011 menunjukkan penurunan prestasi belajar santri setelah terkena skabies. Dilihat dari kondisi lingkungan serta padatnya jumlah penduduk di Pondok Pesantren Nurul Jadid khususnya Dalem Barat sehingga perlu dilakukan pengabdian terkait studi preventif skabies, penularan, dan cara pengobatan yang benar. Adanya pengabdian terkait preventif penularan scabies serta cara pengobatannya diharapkan para santri Nurul Jadid dapat terhindar dari scabies dan mampu mencegah penulara n scabies sehingga kualitas hidup para

Transcript of MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …

Page 1: MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 361

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN NURUL JADID SEBAGAI

UPAYA PENCEGAHAN SKABIES (KUDIS)

Selfi Triana Putri1, Dian Karasvita Latarigu

2, Rika Rahim

3, Saulatun Nisa’

4, Wahyu Nur Indah

5

Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Jl. Bendungan Sutami 188A Malang

e-mail korespondensi : [email protected]

ABSTRAK Tujuan dari program pengabdian ini adalah diharapkan para santri Pondok Pesantren Nurul Jadid dapat terhindar dari

scabies dan mampu mencegah penularan scabies sehingga kualitas hidup merekaa tidak terganggu baik secara akademik maupun secara spiritual. Target luaran dari program pengabdian ini adalah 1) meningkatkan pengetahuan

santri tentang penyakit kulit skabies (kudis) dan cara pencegahannya serta 2) meningkatkan pengetahuan tentang cara

pengobatan dan cara menggunakan obat yang baik dan benar 3) terbentuknya kader MEDICINE (Medis Cilik

Excellent) sebagai kader kesehatan yang membantu megupayakan pencegahan terjadinya penyebaran skabies (kudis) 4) adanya publikasi hasil kegiatan pada jurnal ilmiah. Adapun rencana kegiatan pengabdian ini terbagi dalam empat

tahap. Tahap pertama adalah sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit skabies (kudis) dan DAGUSIBU kepada

para santri. Tahap kedua adalah pelatihan tentang bagaiamana cara mencegah penyakit skabies dengan diberikan

pelatihan bagaimana cara membuat sabun herbal dari Aloe verauntuk mencegah penyakit skabies (kudis) serta pelatihan tentang bagaimana cara menggunakan obat yang baik dan benar. Tahap ketiga adalah pendampingan dan

proses evaluasi kegiatan kader dalam mencegah penyakit skabies. Tahap keempat yaitu publikasi ilmiah hasil

kegiatan pengabdian pada jurnal ilmiah.

Kata kunci: santri, pencegahan, skabies (kudis)

Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu

pondok pesantren terbesar di Probolinggo yang berlokasi

di Jl. Kyai Haji Zaini Mun’im, Desa Karanganyar

Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo Propinsi Jawa

Timur. Lokasi ini berjarak 33 Km dari kota Probolinggo

atau 133 Km dari kota Surabaya. Luas Pondok Pesantren

Nurul Jadid adalah 17 Ha dengan ruang hijau sekitar 4.8

Ha lebih kurang 30% total luas. Pondok Pesantren ini

menampung santri kurang lebih 6000 orang dengan

kelengkapan lembaga-lembaganya yang besar. Pondok

Pesantren Nurul Jadid yang biasa disebut PPNJ dibagi

atas wilayah putra dan putri dimana setiap wilayah masih

terbagi-bagi menjadi beberapa bagian kecil. Wilayah putri

terbagi menjadi 3 wilayah kecil atau sering disebut

“dalem”, yakni terdiri dari dalem barat, dalem timur dan

dalem selatan.

Dalem barat adalah salah satu wilayah putri yang

memerlukan sorotan khusus terkait kondisi

lingkungannya. Wilayah dalem barat berlokasi dekat

dengan area pembuangan sampah dan area persawahan

yang terletak tepat dibelakang wilayah tersebut, sehingga

ketika musim tertentu serangga-serangga seperti lalat,

tomcat, memasuki area dalem barat. Selain kondisi

tersebut, wilayah dalem barat ini memiliki jumlah santri

terbanyak kedua setelah wilayah dalem timur dengan

jumlah santri kurang lebih 1500 orang. Padatnya jumlah

santri serta kapasitas area yang terbatas berpotensi besar

untuk terjadinya penularan penyakit kulit terutama

skabies (kudis).

Skabies adalah kondisi gatal pada kulit yang

disebabkan oleh tungau mikroskopik Sarcoptes scabei

yang sering terjadi diseluruh dunia tanpa mengenal ras

dan kelompok sosial (Goldus et al., 2013). Skabies adalah

penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi

dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei var hominis

(Sarcoptes sp) beserta produknya (Siregar R.S, 2005).

Skabies dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko

seperti rendahnya tingkat ekonomi, higienisitas yang

buruk, hunian padat, promoskuitas seksual, tingkat

pengetahuan, usia dan kontak dengan penderita baik

langsung maupun tidak langsung (Hilma and Ghazali,

2014). Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam,

akan tetapi pada kenyataannya prevalensi skabies di

negara berkembang masih tinggi terutama di tempat-

tempat padat penduduk seperti di pesantren. Prevalensi

skabies di Pesantren An-Najach Magelang sebesar 43%

(Saad, 2008), sedangkan penelitian Khotimah (2013) di

Pondok Pesantren Al-Bahroniyyah Ngemplak Demak

sebesar 36,3%, di pondok Pesantren di kabupaten

Pasuruan mencapai 66,70 %, bahkan di pondok Pesantren

Lamongan mencapai 73,3%. Hasil tersebut menunjukkan

angka kejadian scabies sering berada di lingkungan

pesantren.

Skabies dapat mengganggu kualitas hidup santri

akibat keluhan gatal yang hebat serta infeksi sekunder.

Keluhan tersebut dapat menurunkan kualitas akademik

santri dimana pada penelitian Sudarsono di Medan 2011

menunjukkan penurunan prestasi belajar santri setelah

terkena skabies. Dilihat dari kondisi lingkungan serta

padatnya jumlah penduduk di Pondok Pesantren Nurul

Jadid khususnya Dalem Barat sehingga perlu dilakukan

pengabdian terkait studi preventif skabies, penularan, dan

cara pengobatan yang benar.

Adanya pengabdian terkait preventif penularan

scabies serta cara pengobatannya diharapkan para santri

Nurul Jadid dapat terhindar dari scabies dan mampu

mencegah penulara n scabies sehingga kualitas hidup para

Page 2: MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 362

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

santri tidak terganggu baik secara akademisk maupun

secara spiritual.

TARGET LUARAN

Program Kreatif Mahasiswa Pengabdian Kepada

Masyarakat (PKM-M) di Pondok Pesantren Nurul Jadid

Paiton, Probolinggo ini memiliki target luaran berupa :

meningkatkan pengetahuan santri tentang penyakit kulit

skabies (kudis) dan cara pencegahannya serta di dukung

dengan meningkatkan pengetahuan tentang cara

pengobatan dan cara menggunakan obat yang baik dan

benar, selain itu juga terbentuknya kader MEDICINE

(Medis Cilik Excellent) sebagai kader kesehatan yang

membantu megupayakan pencegahan terjadinya

penyebaran skabies (kudis) dibawah bimbingan tim PKM-

M Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang, sehingga

dapat diketahui efesiensi terbentuknya kader tersebut.

METODE PELAKSANAAN

Dalam upaya pencegahan penularan penyakit

skabies (kudis) di Pondok Pesantren Nurul Jadid, kami

melakukan kegiatan pengabdian yang mencakup,

sosialisasi dan penyuluhan tentang penyakit skabies dan

DAGUSIBU, mengenali gejala penyakit skabies dan

pelatihan dasar tentang bagaimana cara mencegah

penyakit skabies.Oleh karena itu, kami melakukan

kegiatan yang akan menjadi solusi permasalahan di

Pondok Pesantren Nurul jadid dalam beberapa tahap

kegiatan.

a. Kegiatan tahap pertama : Sosialisasi dan penyuluhan.

Sebelum sosialisasi dan penyuluhan dilakukan, tim

memberikan pre-test kepada peserta yang bertujuan

untuk mengukur tingkat pengetahuan para santri yang

mengikuti kegiatan tersebut sebelum pemberian materi

tentang skabies dan DAGUSIBU. Sosialisasi dan

penyuluhan dimulai dengan pemberian materi skabies

yang dilanjutkan dengan matari DAGUSIBU.

Penyuluhan dilakukan dengan bantuan model buku

saku “Cerdas Cegah Skabies” dan “Cerdas

Menggunakan Obat Dengan DAGUSIBU” serta video

cara penularan dan pencegahan penyakit skabies.

Setelah penyampaian materi selesai, dilakukan post-

test untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman

peserta terkait materi yang telah

disampaikan.Penyuluhan kemudian dilanjutkan

dengan pemilihan kader yang akan diberikan pelatihan

tentang cara mencegah penyakit skabies dan

DAGUSIBU.

b. Kegiatan tahap kedua : Peserta diberikan pelatihan

tentang cara membuat sabun cair dari Aloe vera yang

bisa digunakan untuk mencegah penyakit skabies,

membuat poster, dan memberikan pelatihan cara

menggunakan obat yang baik dan benar. Pelatihan

dimulai dengan menjelaskan terlebih dahulu cara

membuat sabun cair dari Aloe vera untuk mencegah

penyakit skabies. Peserta kemudian mempraktekkan

sendiri cara pembuatan sabun cair tersebut secara

berkelompok dengan bahan dan alat yang telah

disediakan oleh tim. Selama pelatihan berlangsung,

tim memberikan informasi kepada peserta tentang hal-

hal apa saja yang harus diperhatikan dalam membuat

sabun cair dari tanaman Aloe vera. Kegiatan

dilanjutkan dengan pelatihan tentang cara

menggunakan obat yang baik dan benar,dan cara

penggunaan tensi.

c. Kegiatan tahap ketiga : pendampingan dan proses

evaluasi kegiatan kader dalam mencegah penyakit

skabies di Pondok pesantren Nurul jadid.

d. Kegiatan tahap keempat : Publikasi ilmiah hasil

kegiatan pengabdian pada jurnal ilmiah.

Tabel 1. Rencana awal kegiatan pengabdian di pondok Pesantren Nurul Jadid

No Kegiatan Waktu

1 Sosialisasi terkait penyakit skabies dan DAGUSIBU kepada para santri Pondok Pesantren Nurul Jadid Bulan I

2 Pemilihan kader dan koordinasi dengan kader tentang rencana pencegahan penyakit skabies di Pondok

Pesantren Nurul jadid

Bulan I

3 Pelatihan dan pembinaan tentang bagaiamana cara membuat sabun cair herbal dengan bahan aktif Aloe vera, cara menggunakan obat yang baik dan benar serta membuat poster tentang skabies dan DAGUSIBU

Bulan II

4 Pendampingan dan evaluasi seluruh kegiatan kader dalam melakukan pencegahan skabies di Pondok

pesantren Nurul jadid

Bulan II

Berdasarkan pertimbangan efektifitas dan

kesinambungan program, maka sasaran utama program

kegiatan ini adalah para santri Pondok Pesantren Nurul

Jadid yang diproyeksikan dapat mencegah penyakit

skabies. Oleh karena itu, kegiatan ini dilakukan pada para

santri yang memiliki komitmen dan waktu dalam

melaksanakan kegiatan secara konsisten.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan

di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo

dilakukan selama kurun waktu dua bulan selama bulan

april-mei 2017. Kegiatan pengabdian ini terdiri dari 5

macam kegiatan, sebagai berikut.

1) Sosialisasi Kepada Santri

Kegiatan sosialisasi kepada santri PPNJ dilakukan

pada tanggal 15 April 2017. Kegiatan sosialisasi ini

diikuti oleh 35 orang santri kelas X dan kelas XI.Sosialisi

tersebut berisi tentang pengenalan seputar penyakit

skabies (kudis), cara penularan serta pengobatan dan

pencegahannya. Selain materi tersebut juga didukung

dengan penyampaian materi DAGUSIBU agar santri

Page 3: MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 362

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

mengetahui cara Penggunaan dan pengelolaan obat yang

baik.

Gambar 1. Sosialisasi skabies (kudis) dan DAGUSIBU di

Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo

Penyampaian materi Dalam sosialisasi ini sangat

perlu diberikan untuk menambah wawasan santri.

Sosialisasi merupakan salah satu metode penyampaian

yang mudah, terlebih jika dalam sosialisasi tersebut

dibantu dengan adanya buku saku sebagai pegangan

untuk peserta sosialisasi (santri).Dalam sosialisasi ini

kami memberikan fasilitas dua buku saku yaitu buku saku

cerdas cegah skabies dan DAGUSIBU (Dapatkan,

Gunakan, Simpan, dan Buang) obat dengan benar, dengan

adanya buku saku tersebut sangat membantu santri untuk

menerima materi sosialisasi yang disampaikan. Tingkat

pengetahuan santri terkait penyakit kulit skabies (kudis)

dan DAGUSIBU sangat kurang. Hal ini ditunjukkan

dengan hasil pretest yang kami lakukan sebelum

penyampaian materi pada pelaksanaan sosialisasi.Dengan

adanya kegiatan sosialisasi ini menunjukkan peningkatan

pengetahuan santri yang signifikan terkait skabies (kudis)

dan DAGUSIBU. Hal tersebut ditunjukkan dengan

adanya peningkatan hasil postest yang kami lakukan

setelah sosialisasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

metode sosialisasi yang digunakan sangat efektif untuk

meningkatkan pengetahuan santri.Sehingga diharapkan

seluruh santri dapat mengaplikasikan pengetahuan yang

diperoleh, dalam kesehariannya untuk mencegah

penularan penyakit kulit skabies. Selain itu juga dapat

memahami terkait penggunaan dan pengelolaan obat-

obatan yang baik dan benar, untuk mencegah penggunaan

obat yang tidak bertanggung jawab.

2) Pelantikan Kader MEDICINE (Medis Cilik

Excellent)

Setelah pelaksanaan sosialisasi, kami melakukan

pemilihan santri sebagai kader MEDICINE. Pemilihan

kader tersebut perlu dilakukan agar pengabdian kepada

masyarakat di Pondok Pesantren Nurul Jadid, yang

telahdilakukan tetap berlanjut meskipun jangka waktu

pengabdiannya telah berakhir.

Gambar 2. Kader MEDICIEN (Medis Cilik Excellent) di

Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo

Kader terpilih inilah yang nantinya akan dibimbing

agar mempunyai visi dan misi yang jelas terutama dalam

menurunkan angka kejadian dan penularan skabies

(kudis). Kader juga diarahkan agar dapat

mengembangkan atau melaksanakan berbagai kegiatan

yang tertuang dalam program kerja, dimana kegiatan-

kegiatan tersebut untuk menyebarluaskan tentang

penyakit kulit skabies (kudis) dan DAGUSIBU

kepadasantri dalam ruang lingkup yang lebih luas.

Susunan organisasi dari kader MEDICINE adalah sebagai

berikut : Intan Permata Sari (Ketua), Liya Izzati Diana

(Sekretaris), Ziyana diniyah (Bendahara), Wulan Septia N

(Seksi Kesehatan), Izzatul Laila S, dan Zulfa Mailinda

(Seksi Hubungan Masyarakat). Salah satu proker yang

telah dikerjakan adalah memberikan penyuluhan kepada

santri SMP di dalem timur. Materi sosialisasi yang

disampaikan mengacu pada buku saku dan pengetahuan

yang mereka peroleh saat sosialisasi.

3) Pelatihan pengobatan dan Cara Menggunakan

Obat yang Baik dan Benar

Pelatihan terkait cara pengobatan dan penggunaan

obat yang benar, penting diberikan kepada kader sebagai

bekal merek untuk menjalankan visi dan misi untuk

menurunkan angka kejadian dan penularan skabies

(kudis).

Page 4: MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 363

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Gambar 3. Pelatihan penggunaan obat yang benar

Pelatihan ini dilakukan dengan mengenalkan dan

menjelaskan terkait informasi obat-obatan meliputin

kandungan obat, kegunaan obat, efek samping obat, cara

penyimpanan dan cara menggunakan/ eminum obat yang

benar. Informasi tersebut digunakan untuk mendukung

pengobatan skabies (skudis). Obat-obatan tersebut

meliputi obat-obatan yang digunakan untuk mengobati

simptom atau gejala yang ditimbulkan pada penderita

skabies (kudis), seperti parasetamol untuk demam,

klorfeniramin maleat untuk mengatasi gatal-gatal, salep

24 dan ketokonazol sebagai antifungi, skabimite untuk

mengatasi skabiesnya, serta obat-obat pendukung lainnya.

Dengan pelatihan yangtelah diberikan tersebut,

diharapkan kader dapat menyalurkan dan

menggunakannya sebaik mungkin.

4) Pelatihan Pembuatan Sabun Mandi Cair Herbal

Berbahan Dasar Lidah Buaya (Aloe vera) untuk

Pencegahan Penularan Skabies

Sabun mandi batang adalah salah satu benda yang

riskan digunakan secara bergantian. Dengan penggunaan

bersama tersebut, tidak menutup kemungkinan dapat

terjadinya penularan skabies melalui sabun tersebut.

Pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal dengan

bahan dasar lidah buaya (Aloe vera) merupakan alternatif

yang tepat. Dengan penggunaan sabun mandi cair maka

dapat mengurangi adanya kontak langsung melalui sabun,

meskipun digunakan bersama. Sehingga dengan adanya

pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal ini, kader

akan yang dibentuk memiliki keunggulan berupa keahlian

dalam memproduksi sabun mandi cair herbal sebagai

salah satu upaya nutuk mencegah penularan skabies

(kudis). Bahan dasar lidah buaya (Aloe vera) dipilih,

karena secara empiris telah banyak dimanfaatkan untuk

penyembuhan penyakit kulit termasuk skabies (kudis).

Bahan pendukung lain yang digunakan dalam pembuatan

sabun adalah natrium klorida, texaphone,

cocomidopropilbetain, gliserin, pewarna, dan parfum.

Bahan yang digunakan mudah didapat di semua toko

kimia, serta pembuatannya yang mudah juga dapat

dengan mudah dipahami dan diimplementasikan oleh

kader.

Gambar 4. Pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal dari

lidah buaya (Aloe vera)

Pelatihan pembuatan sabun mandi cair herbal ini

selain bertujuan untuk mencegah terjadinya penularan

skabies (kudis), juga dapat bermanfaat untuk

meningkatkan produktifitas kader MEDICINE.

5) Pengembangan kreativitas Dengan Pembuatan

Poster Skabies dan Dagusibu

Gambar 5. Pembuatan poster sakbies (kudis) dan DAGUSIBU oleh kader MEDICINE

Page 5: MEDICINE (Medis Cilik Excellent) DI PONDOK PESANTREN …

PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”

Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)

Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017

Putri et al., MEDICINE (Medis Cilik Excellent) 364

available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/

Kegiatan selanjutnya adalah pengembangan

kreativitas kader MEDICINE dengan pembuatan poster

skabies (kudis) dan DAGUSIBU. Selain untuk menggali

dan meningkatkan kreatifitas kader, pembuatan poster ini

juga sebagai salah satu media yang digunakan untuk

menyebarkan informasi tentang penyakit skabies (kudis)

dan DAGUSIBU kepada seluruh santri. Poster yang

dihasilkan kemudian di pajang pada mading yang

letaknya sangat strategis pada jalan utama keluar

masuknya santri. Dengan demikian informasi tentang

penyakit skabies (kudis) dan DAGUSIBU dapat

tersebarluaskan.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Hasil yang dicapai dalam melakukan kegiatan

pengabdian masyarakat pada Pondok Pesantren Nurul

Jadid terbagi menjadi 5 macam kegiatan yaitu:

Sosialisasi kepada para santri PP Nurul Jadid,

Pelantikan kader MEDICINE (Medis Cilik Excellent),

Pelatihan pengobatan dan cara menggunakan obat

yang baik dan benar, Pelatihan pembuatan sabun

mandi cair herbal untuk pencegahan penularan

skabies,danPengembangan kreativitas dengan

pembuatan poster skabies dan dagusibu.

2. Rencana tindak lanjut kegiatan ini adalah terpublikasi

dalam jurnal ilmiah.

Saran

Diharapkan dengan kegiatan yang telah dilakukan

pada salah satu pondok pesantren yang ada di Kota

Probolinggo ini dapat berkelanjutan dan bermanfaat bagi

para santri maupun masyarakat sekitar pondok pesantren,

serta dapat meningkatkan pengetahuan para santri tentang

penyakit skabies (kudis).

DAFTAR RUJUKAN

Siregar Rs. (2005). Atlas Berwarna Saripati Penyakit

Kulit (edisi kedua). Jakarta:EGC

Handoko R P. (2010). Skabies dalam Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelamin (Edisi Keenam), Jakarta: Badan

Penerbit FKUI.

Saad. (2008). Pengaruh Faktor Higiene Perorangan

Terhadap Kejadian Skabies di Pondok Pesantren

An-Najach Magelang. 2008. Semarang: Tesis FK

UNDIP.

Khotimah KK. (2013). Hubungan Sanitasi Lingkungan

dan Hygiene Perorangan dengan Kejadian

Skabies di Pondok Pesantren Al-Bahroniyyah

Ngemplak Mranggen Kabupaten Demak. Skripsi

FKM UNDIP. Semarang.

Hilma UD, Ghazali L. (2014). Faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian skabies di Pondok

Pesantren Mlangi Nogotirto Gamping Sleman

Yogyakarta. JKKI, 6(3).

Amajida F.R, Saleha Sungkar. (2014). Prevalensi Skabies

dan Faktor-faktor yang berhubungan di Pesantren

X, Jakarta Timur. 2014. EJKI, 2(1).

Alipour Human, Mohammad Goldust. (2015). The

efficacy of oral ivermectin vs. Sukfur 10%

ointment for the treatment of scabies. Annals of

Parasitologi. 61(2), 79-84.