Kehidupan masyarakat indonesia di massa kolonial by eyung
-
Upload
ndeaneyung -
Category
Education
-
view
62 -
download
2
Transcript of Kehidupan masyarakat indonesia di massa kolonial by eyung
C. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia pada Masa Kolonial
Yang Meliputi :1. Perubahan Struktur Sosial
2. Perluasan pengajaran & Mobilitas sosial3. Kebijakan kolonial dalam bidang keagamaan
4. Kedudukan dan Peranan perempuan
Nama Kelompok : 1. Dwi Niken S2. Moh Chaerul Hidayat3. Ofi Doni A4. Sri Hidayani5. Solekha
KELAS : XI.8/ IIs 3
1. Perubahan Struktur Sosial
a. Golongan Eropa dan yang mempersamakan terdiri dari : 1. Bangsa Belanda dan keturunannya. 2. Bangsa Eropa lainnya 3.Orang-orang Bangsa lain yang telah dipersamakan dengan Eropa karena kekayaan.b. Golongan Timur Asingc. Golongan pribumi yaitu bangsa Indonesia asli.
2. Perluasan Pengajaran dan Mobilitas Sosial
Seiring dengan kebutuhan tenaga terdidik & terampil, pemerintah kolonial menyelenggarakan pendidikan, yaitu sebagai berikut :
•Europese Lagere School ( ELS ) Untuk anak keturunan Eropa• Sekolah Kelas Dua ( Angka Loro ) Untuk anak pribumi kelas bawah• Sekolah Kelas Satu ( Angka Siji ) Untuk anak pribumi kelas atas
Dengan meningkatnya kebutuhan pegawai terdidik, pemerintah kolonial Belanda mengembangkan pendidikan untuk anak pribumi, yaitu sebagai berikut :
• ï Anak pribumi kalangan bawahDidirikan sekolah rakyat ( Volkschool ) yang berlangsung selama 3 tahun dengan penekanan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Murid yang pandai memperoleh kesempatan belajar di sekolah lanjutan ( Vervolgschool ) selama dua tahun.
• ï Anak pribumi kalangan menengahDidirikan sekolah dasar Hollands Inlandsche School ( HIS ). Menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Pendidikan berlangsung selama 7 tahun. Murid yang pandai dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan tingkat pertama / Meer Uitgebried Lagere Onderwijs ( MULO ) lalu ke sekolah tingkat atas / Algemene Middlebare School ( AMS ).
• ï Anak pribumi kalangan atasSetelah selesai HIS mereka dapat melanjutkan ke Hogere Burgerschool ( HBS ) selama 5 tahun. Selain sekolah umum, anak pribumi kalangan atas juga dapat melanjutkan ke sekolah kejuruan, seperti sekolah guru ( Kweekschool ) dan sekolah pamong praja.Sejak tahun 1920, pribumi dapat mengikuti pendidikan tinggi dalam negeri. Seperti bidang hukum Rechts Hoge School ( RHS ), bidang teknik Tecnische Hoge School ( THS ), dan bidang kedokteran sekolah Sekolah Tot Opleiding Voor Inlandsche Aartsen ( STOVIA ).Selain sekolah dari pemerintah kolonial, muncul juga sekolah yang diselenggarakan oleh bangsa Indonesia sendiri yaitu Perguruan Kebangsaan yang terbuka bagi semua rakyat pribumi. Karena sekolah dari pemerintah kolonial hanya untuk kaum bangsawan dan orang yang mampu dalam segi ekonomi.
Mobilitas geografi adalah perpindahan tempat tinggal yang terwujud dalam
migrasi ekstern maupun migrasi intern dan urbanisasi. Perluasan pengajaran
baik dalam bidang ilmu dapat menarik perhatian rakyat.Kemudian dianggap
sebagai alat untuk dapat memasuki tingkatan hidup baru.
3. Kebijakan Pemerintahan Kolonial dalam Bidang Keagamaan
• Snouck Hurgronje yang telah mempelajari islam secara merata tiba di
• Nusantara pada tahun 1889.Sejak saat itu politik terhadap islam atas nasihatnya
• mulai didasrakan pada fakta-fakta.Walaupun demikian bebrapa pejabat seperti
• Snouck Hurgronje menyarankan agar sarekat islam diakui pendirinya kaerena
• mereka berpandangan bahwa keberadaan sarekat islam merupakan kebangkitan suatu bangsa.
4. Kedudukan dan Peranan Perempuan
Gagasan tentang kemajuan kaum perempuan itu juga muncul pada diri R.AKartini (1879-1904). Gagasan tersebutdituangkan dalam surat pribadinya.Dalam tulisannya tersebut iamengemukakan bahwa kehidupanwanita sunda melalui 3 periode :
a. Masa kanak-kanakb. Masa kehidupan patuhc. Masa penuh pengaruhFase berikutnya dari gerakan wanitaIndonesia diwakili dengan berdirinyasebuah perkumpulan Putri Mardika
@NdeanEyunk