Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

35
SEJARAH PENJAJAHAN KOLONIAL BELANDA DI INDONESIA Faktor Pendorong Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Adalah : 1. Kemajuan di Bidang Iptek, seperti ditemukannya kompas dan perahu layar. 2. Kisah perjalanan Marcopolo dan pedagang Asia yang sampai ke Indonesia. 3. Semangat Reconquesta (jiwa petualang). 4. Penemuan Copernicus yang didukung Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. 5. Keinginan untuk menyebarkan agama Nasrani Pelopor penjelajahan samudra adalah bangsa Portugis dan Spanyol, antara lain: 1. Bartholomeus Diaz, berhasil menyusuri pantai barat Afrika sampai di Ujung Afrika Selatan yang kemudian disebut Tanjung Harapan (Cape Of Good Hope). 2. Vasco da Gama, berhasil mendarat di Calicut, India.

Transcript of Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Page 1: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

SEJARAH PENJAJAHAN KOLONIAL BELANDA

DI INDONESIA

Faktor Pendorong Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Adalah :

1. Kemajuan di Bidang Iptek, seperti ditemukannya kompas dan perahu layar.

2. Kisah perjalanan Marcopolo dan pedagang Asia yang sampai ke Indonesia.

3. Semangat Reconquesta (jiwa petualang).

4. Penemuan Copernicus yang didukung Galileo yang menyatakan bahwa bumi itu

bulat.

5. Keinginan untuk menyebarkan agama Nasrani

Pelopor penjelajahan samudra adalah bangsa Portugis dan Spanyol, antara lain:

1. Bartholomeus Diaz, berhasil menyusuri pantai barat Afrika sampai di Ujung

Afrika Selatan yang kemudian disebut Tanjung Harapan (Cape Of Good Hope).

2. Vasco da Gama, berhasil mendarat di Calicut, India.

3. Alfonso de Albuquerque, berhasil menundukkan malaka (1511) dan Maluku

(1512).

4. Christopher Columbus, Berhasil menyebrangi Samudra Atlantik mendarat di

kepulauan Bahama dan menemukan Benua Amerika.

5. Ferdinand de Magelhaens, berhasil tiba di Filiphina.

6. Cortez, berhasil menduduki Mexico (1519) dengan menakhlukkan bangsa Indian

Aztec dan Maya.

7. Pizarro, berhasil menakhlukkan kerajaan Inca di Peru.

Page 2: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Kedatangan Bangsa Belanda Ke Indonesia Sampai Dengan Terbentuknya VOC.

Pada tahun 1602, dibentuklah VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie),

atau Persekutuan Maskapai Perdagangan Hindia Timur (cukup disingkat Kongsi dagang

milik Belanda) dibawah pimpinan Johan Olderbarnevelt.

Tujuan Dibentuknya VOC adalah :

a. Menghindari persaingan tidak sehat diantara sesama pedagang Belanda.

b. Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan pedagang

dari bangsa lain.

c. Membantu dana pemerintah Belanda yang sedang berjuang menghadapi konflik

dengan Spanyol.Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, VOC diberi

hak Istimewa (hak Octroi), yaitu :

a. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia.

b. Hak monopoli dagang di wilayah-wilayah antara Amerika Selatan dan

Afrika.

c. Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan.

d. Hak menyatakan perang dan atau membuat perjanjian secara adil dengan

penguasa pribumi.

e. Hak mengangkat pegawai.

f. Hak memungut pajak.

g. Hak melakukan pengadilan dan hak mencetak serta menyebarkan uang

sendiri.

Page 3: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Beberapa Kebijakan Yang Diberlakukan Oleh VOC Di Indonesia Antara Lain :

a. Verplichte Leverantie = Penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah

ditentukan VOC.

b. Contingenten = Kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil

bumi.

c. Ekstirpasi = Hak VOC untuk menebang atau menggagalkan panen rempah-

rempah agar tidak terjadi Over Produksi yang dapat menurunkan harga rempah-

rempah.

d. Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempah-rempah yang

boleh ditanam.

e. Pelayaran Hongi, yaitu pelayaran dengan menggunakan perahu Kora-kora

(perahu perang) untuk mengawasi pelaksanaan monopoli dagang VOC dan

menindak pelanggarnya.

Sebab-Sebab Kejatuhan VOC :

a. Biaya perang yang besar dalam menghadapi perlawanan Bangsa Indonesia

sehingga menghabiskan kas Negara.

b. Gaji pegawai yang rendah dan tidak sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya

sehingga mendorong mereka melakukan Korupsi. Korupsi tersebut otomatis

menjadikan pemasukan Negara berkurang drastic.

c. Kekalahan VOC menghadapi persaingan dagang dengan pedagang Eropa

maupun pedagang Asia lainnya.

d. Hutang VOC yang besar akibat dalam keadaan merugi tetapi tetap membayarkan

keuntungan kepada pemegang Saham.

e. Terjadinya perang Inggris, Belanda dan Perancis sehingga menjadikan jalur

perdagangan tidak aman dan adanya blokade-blokade dagang.

Page 4: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Masa Pemerintahan Herman W. Daendles (1808-1811)

Langkah-langkah pembaharuan yang harus dilakukan Daendles:

a. Dalam Bidang Pemerintahan:

1. Pusat pemerintahan (weltevreden) dipindahkan agak masuk kedaerah pedalaman.

2. Membentuk secretariat Negara (Algement secretaric).

3. Membagi pulau jawa menjadi 9 prefektur dan 31 Kabupaten. Setiap prefektur

dikepalai oleh seorang residen yang langsung dibawah pemerintahan Wali Negara

(Daendles). Setiap residen membawahi beberapa bupati.

b. Dalam Bidang Hukum Dan Peradilan:

Membentuk 3 jenis peradilan berdasarkan ras, yaitu peradilan orang Eropa,

Orang Pribumi dan pengadilan untuk orang timur asing.

c. Dalam Bidang Militer Dan Pertahanan :

1. Membangun jalan Anyer-Panarukan, yang disebut jalan pos besar ( De Grote Post

Weg).

2. Menambah jumlah angkatan perang dari 3000 menjadi 20000.

3. Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang.

4. Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.

5. Membangun benteng-benteng pertahanan.

d. Dalam Bidang Ekonomi Dan Keuangan :

1. Membentuk dewan pengawas keuangan Negara (Algemene Rekenkaer).

2. Mengeluarkan uang kertas.

3. Memperbaiki gaji pegawai.

4. Pajak in natura (contingenten) dan Verplichte Leverantie.

5. Mengadakan monopoli perdagangan bebas.

e. Dalam Bidang Sosial :

1. Pemberlakuan kerja rodi.

2. Mengembangkan perbudakan.

3. Menghapuskan upacara penghormatan kepada residen, sunan / sultan.

Page 5: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

4. Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.

Masa Pemerintahan Raffles (1811-1816)

Pada Masa Ini Indonesia Berada Dalam Kekuasaan Perancis

Kebijakan utama Raffles adalah Pertanian Bebas (petani pribumi bebas menanm

tanaman apa saja, baik kebutuhan sendiri maupun tanaman ekspor) & Sewa Tanah

(Landrent)

Kebijakan Raffles Adalah :

a. Bidang Pemerintahan

1. Membagi pulau Jawa menjadi 18 Karisidenan. Setiap karisidenan dibagi menjadi

beberapa distrik, setiap distrik terbagi beberapa divisi (kecamatan) dan setiap

divisi merupakan kumpulan beberapa desa.

2. Mengganti sistem pemerintahan feodal menjadi sistem pemerintahan kolonial

bercorak Barat.

3. Bupati-bupati dijadikan pegawai pemerintah kolonial yang langsung dibawah

pemerintahan pusat.

b. Bidang Ekonomi dan Keuangan

1. Petani diberikan kebebasan untuk menanam tanaman ekspor dan pemerintah

berkewajiban membuat pasar untuk merangsang petani menanam tanaman ekspor.

2. Penghapusan pajak hasil bumi (Contingenten) dan sistem penyerahan wajib.

3. Penetapan sewa tanah (landrent). Petani pribumi dianggap sebagai penyewa tanah

pemerintah sehingga tanah yang dikelola oleh petani harus membayar pajak.

4. Pemungutan pajak awalnya secara perorangan, tetapi karena petugas tidak cukup

maka dipungut per desa dan dibantu oleh Bupati dan kepala desa.

Page 6: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

5. Mengadakan monopoli garam dan minuman keras.

c. Bidang Hukum.

Membentuk badan penegak hukum yaitu Court of Justice (tingkat residence),

Court of  Request (divisi) dan police magistrate.

d. Bidang Sosial.

1. Menghapuskan kerja rodi.

2. Penghapusan perbudakan.

3. Peniadakan hukumam-hukuman yang kejam dan menyakiti.

e. Bidang ilmu pengetahuan dan budaya.

1. Ditulisnya buku tentang History of Java

2. Mendukung Bataviaasch Genootschap, sebuah perkumpulan kebudayaan dan ilmu

pengetahuan.

3. Ditemukannya bunga Rafflesia Arnoldi.

4. Dirintisnya pembangunan Kebun Raya Bogor.

Hambatan-Hambatan Yang Dialami Oleh Raffles :

a. Keuangan negara dan pegawai yang cakap sangat terbatas.

b. Masyarakat Indonesia masih sangat tradisional dalam pertanian, bertani hanya

untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak tertarik untuk menanam tanaman

ekspor dunia.

c. Sistem ekonomi yang sangat tradisional dan belum mengenal sistem peredaran

uang. (ini juga penyebab gagalnya sistem Landrent, karena pajak yang dibayarkan

harus dalam bentuk uang, sedangkan masyarakat belum mengenal dengan baik

sistem uang tersebut).

d. Belum adanya pengukuran tanah milik penduduk secara tepat serta kepemilikan

tanah yang berdasarkan warisan, sehingga menyulitkan untuk menentukan berapa

luas tanah yang kena pajak dan siapa yang akan membayar pajak.

e. Adanya pejabat yang korup dan bertindak sewenang-wenang.

f. Pajak terlalu tinggi sehingga banyak tanah yang tidak digarap.

Page 7: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

4. Masa Pemerintahan Van Den Bosch (1830-1870)

Kebijakan yang dikeluarkan adalah sistem tanam paksa (culture stelsel)

Ketentuan Tanam Paksa  adalah :

1. Penyediaan tanah untuk tanam paksa berdasarkan persetujuan penduduk.

2. Tanah yang diberikan tidak lebih dari seperlima

3. Tanah tersebut bebas pajak

4. Kelebihan hasil panen akan diberikan kepada petani

5. Pekerjaan menanam padi tidak lebih dari waktu menanm padi.

6. Kegagalan panen yang bukan kesalahan petani merupakan tanggungjawab

pemerintah.

7. Bagi yang tidak memiliki tanah dipekerjakan dipabrik atau perkebunan

pemerintah.

8. Pelaksanaannya oleh pemimpin pribumi.

Penyimpangan-Penyimpangan Kebijakan Tanam Paksa :

1. Perjanjian penyediaan tanah dilakukan dengan paksaan.

2. Tanah yang digunakan lebih dari seperlima.

3. Pengerjaan tanah untuk tanam paksa melebihi waktu tanam padi.

4. Tanah tersebut masih dikenai pajak.

5. Kelebihan hasil panen tidak diberikan kepada petani.

6. Kegagalan panen menjadi tanggungan petani.

7. Buruh dijadikan tenaga paksaan.

Page 8: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Politik Pintu Terbuka (1870)

Latar belakang pemberlakuan kebijakan tersebut :

a. tanam Paksa.

b. berkembangnya paham liberalisme di Eropa.

c. Kemenangan partai liberal di Belanda

d. Traktat Sumatera 1871

Landasan utama pelaksanaan kebijakan adalah pembebasan lahan tidak lagi

dimiliki oleh Negara belanda saja namun di tuntut untuk di buka bagi pihak swasta dan

pemilik modal yang ingin berinventasi di Indonesia.

Akibat Sistem Politik Liberal Kolonial.

a. Bagi Belanda

1. Memberikan keuntungan besar bagi kaum swasta Belanda dan colonial Belanda.

2. Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalami kemajuan.

3. Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan.

b. Bagi Indonesia

1. Kemerosotan kesejahteraan penduduk.

2. Adanya krisis perkebunan tahun 1885.

3. Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras.

4. Menurunnya usaha kerajinan rakyat.

5. Rakyat menderita dengan diterapkannya kerja rodi.

Politik Etis

Dicetuskan oleh Van Deventer

Latar belakang pemberlakuan kebijakan :

a. Sistem ekonomi liberal tidak mengubah nasib rakyat.

Page 9: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

b. Tanam paksa memberi keuntungan kepada Belanda tetapi penderitaan bagi

rakyat.

c. Belanda melakukan penekanan dan penindasan terhadap rakyat.

d. Rakyat banyak yang kehilangan tanahnya.

e. Adanya kritikan keras di Negeri Belanda terhadap praktik colonial Belanda.

Isi kebijakan Politik Etis adalah :

1. Irigrasi (pengairan),

2. Emigrasi (perpindahan penduduk),

3. Edukasi (pendidikan).

Politik etis mengalami kegagalan, penyebabnya adalah :

a. Sistem ekonomi liberal hanya member keuntungan yang besar bagi belanda.

b. Sangat sedikit penduduk pribumi yang memperoleh keuntungan dan kedudukan

yang baik.

c. Pegawai negeri golongan pribumi hanya dijadikan alat.

Pengaruh Kebijakan Kolonial Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia:

1. Indonesia mengenal sistem ekonomi uang dan mulai meninggalkan sistem

barter.

2. Indonesia mengenal sistem peradilan dan hukum.

3. Masyarakat Indonesia berada di golongan sosial ketiga setelah Belanda dan

Eropa di strata satu dan Cina di strata kedua.

4. Indonesia mengenal cara bertanam yang baik dan tanaman yang laku di pasaran

Eropa.

Page 10: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

5. Indonesia mengenal peralatan industri dan mengalami kemajuan dalam bidang

teknologi baik dalam transportasi, industry dan komunikasi.

Perlawanan Masyarakat Indonesia Terhadap Belanda

Sebelum Tahun 1800

1. Perlawanan Sultan Baabullah menentang Portugis (Ternate).

2. Dipati Unus menyerang porugis di Malaka.

3. Panglima Fatahillah menduduki Jawa Barat.

4. Sultan Iskandar Muda menyerang Portugis.

Sesudah Tahun 1800

1. Perlawanan rakyat Maluku di bawah Pattimura.

2. Perang Paderi (Imam Bonjol).

3. Perang Diponegoro.

4. Perang Aceh.

5. Perang Bali.

6. Perang Bone.

7. Perang Banjarmasin,

Page 11: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

SEJARAH PENJAJAHAN KOLONIAL JEPANG

DI INDONESIA

 

Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang penting dalam sejarah

bangsa Indonesia. Pendudukan Jepang di Indonesia ditujukan untuk mewujudkan

Persemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Jepang

menyerbu pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi pada

tanggal 7 Desember 1941. Gerakan invasi militer Jepang cepat merambah ke kawasan

Asia Tenggara. Pada bulan Januari-Februari 1942, Jepang menduduki Filipina, Tarakan

(Kalimantan Timur), Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda.

Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang. Untuk

menghadapi Jepang, Sekutu membentuk Komando gabungan. Komando itu bernama

ABDACOM (American British Dutch Australian Command). ABDACOM dipimpin

oleh Jenderal Sir Archibald Wavell dan berpusat di Bandung. Pada tanggal 1 Maret

1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di Eretan (Jawa Barat), dan

di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia jatuh ke tangan

Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada

Jepang.

Page 12: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Upacara penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati,

Subang, Jawa Barat. Dalam upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal

Tjarda van Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh

Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai

dijajah oleh Jepang.Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya

diprioritaskan pada dua hal, yaitu:

1. Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan

2. Memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia

Timur Raya.

A. INTERAKSI BANGSA INDONESIA DENGAN JEPANG PADA MASA

KOLONIAL BELANDA

Jauh hari, sebelum berlangsungnya Perang Dunia II, telah terjadi hubungan

antara tokoh-tokoh nasionalis Indonesia dengan pihak Jepang, antara lain Gatot

Mangkupraja dan Moh. Hatta. Sesudah kunjungannya ke Jepang pada akhir tahun

1933, Gatot Mangkupraja berkeyakinan bahwa Jepang dengan gerakan Pan-Asia

mendukung pergerakkan nasional Indonesia.

Moh. Hatta adalah tokoh yang memegang teguh paham nasionalisme. Meskipun

beliau secara tegas menolak imperialism Jepang, tetapi beliau tidak mengecam

perjuangan Jepang dalam melawan ekspansi Negara-negara Barat. Moh. Hatta bersedia

bekerja sama dengan Jepang karena beliau berkeyakinan pada ketulusan Jepang dalam

mendukung kemerdekaan Indonesia.

Faktor lain yang menyebabkan timbulnya simpati rakyat Indonesia kepada

Jepang adalah sikap keras pemerintah Hindia Belanda menjelang akhir kekuasaannya.

Pada tahun 1938, pemerintah colonial menolak Petisi Sutardjo yang meminta

pemerintahan sendiri bagi bangsa Indonesia dalam lingkungkan kekuasaan Belanda

sesudah 10 tahun. Setahun kemudian, Belanda pun menolak usulan dari Gabungan

Politik Indonesia (GAPI) yang dirumuskan dalam slogan Indonesia Berparlemen.

Penolakan-penolakan tersebut menimbulkan keyakinan kaum pergerakan nasional

Indonesia bahwa pihak Belanda tidak akan memberikan kemerdekaan. Di lain pihak,

Jepang sejak awal sudah mengumandangkan kemerdekaan bangsa-bangsa Asia,

termasuk Indonesia.

Page 13: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

B. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN PENDUDUKAN JEPANG

Pada 8 Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Letnan

Jenderal H. Ter Poorten menyerah tanpa syarat kepada pimpinan tentara

Jepang Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Hal itu menandai berakhirnya masa

pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia dan digantikan oleh pemerintah pendudukan

Jepang.

1. SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN

Page 14: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

I.) Sistem Pemerintahan Militer

Berbeda dengan zaman Hindia Belanda yang hanya terdapat satu pemerintahan

sipil, pada zaman pendudukan Jepang terdapat tiga pemerintahan militer penduudukan

sebagai berikut.

a.) Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara Ke-25) untuk Sumatera, dengan

pusatnya di Bukittinggi.

b.) Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara Ke-16) untuk Jawa dan Madura,

dengan pusatnya di Jakarta.

c.) Pemerintahan Militer Angkatan Laut (Armada Selatan Ke-2) untuk Sulawesi,

Kalimantan, dan Maluku, dengan pusatnya di Makassar.

Panglima Tentara Ke-16 di Pulau Jawa ialah Letnan Jenderal Hitoshi Imamura.

Kepala Stafnya ialah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Mereka mendapat tugas

membentuk suatu pemerintahan militer di Jawa dan kemudian diangkat

sebagai Gunseikan (kepala pemerintahan militer). Staf pemerintahan militer pusat

disebut Gunseikanbu, yang terdiri dari atas 5 macam departemen (bu), yaitu sebagai

berikut.

a.) Departemen Urusan Umum (Sumobu),

b.) Departemen Keuangan (Zaimubu),

c.) Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan (Sangyobu),

d.) Departemen Lalu Lintas (Kotsubu),

e.) Departemen Kehakiman (Shihobu).

Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer Jepang meningkatkan penataan

pemerintahan. Hal ini tampak dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 27 tentang

aturan pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 28 tentang aturan

pemerintahan syú dan tókubetsu syi. Kedua undang-undang tersebut menunjukkan

dimulainya pemerintahan sipil Jepang di Pulau Jawa.

Menurut Undang-Undang No. 27, seluruh Pulau Jawa dan Madura,

kecuali kõci (daerah istimewa) Surakarta dan Yogyakarta, dibagi atas tingkatan berikut.

a.) Karesidenan (syú) dipimpin oleh seorang syucõ.

b.) Kotapraja (syi) dipimpin oleh seorang syicõ.

c.) Kabupaten (ken) dipimpin oleh seorang kencõ.

d.) Kawedanan atau Distrik (gun) dipimpin oleh seorang guncõ.

Page 15: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

e.) Kecamatan (son) dipimpin oleh seorang soncõ.

f.) Kelurahan atau Desa (ku) dipimpin oleh seorang kucõ.

Meningkatnya Perang Pasifik semakin melemahkan Angkatan Perang Jepang.

Guna menahanan serangan Sekutu yang semakin hebat, Jepang mengubah sikapnya

terhadap negeri-negeri jajahannya. Di depan Sidang Istimewa ke-82 Parlemen di Tokyo

pada tanggal 16 Juni 1943, Perdana Menteri Hideki Tojo mengeluarkan kebijakan

memberikan kesempatan kepada orang Indonesia untuk turut mengambil bagian dalam

pemerintahan negara. Selanjutnya pada tanggal 1 Agustus 1943 dikeluarkan

pengumuman Saikō Shikikan (Panglima Tertinggi) tentang garis-garis besar rencana

mengikutsertakan orang-orang Indonesia dalam pemerintahan.

Pengikutsertaan bangsa Indonesia dimulai dengan pengangkatan Prof. Dr.

Husein Djajadiningrat sebagai Kepala Departemen Urusan Agama pada tanggal 1

Oktober 1943. Kemudian pada tanggal 10 November 1943, Mas Sutardjo

Kartohadikusumo dan R.M.T.A Suryo masing-masing diangkat menjadi syúcokan di

Jakarta dan Bojonegoro. Pengangkatan tujuh penasihat (sanyō) bangsa Indonesia

dilakukan pada pertengahan bulan September 1943, yaitu sebagai berikut :

a.) Ir. Soekarno untuk Departemen Urusan Umum (Somubu).

b.) Mr. Suwandi dan dr. Abdul Rasyid untuk Biro Pendidikan dan Kebudayaan dan

Departemen Dalam Negeri (Naimubu-bunkyōku).

c.) Prof. Dr. Mr. Supomo untuk Departemen Kehakiman (Shihōbu).

d.) Mochtar bin Prabu Mangkunegoro untuk Departemen Lalu Lintas (Kotsubu).

e.) Mr. Muh Yamin untuk Departemen Propaganda (Sendenbu).

f.) Prawoto Sumodilogo untuk Departemen Perekonomian (Sangyobu).

Pemerintah pendudukan Jepang kemudian membentuk Badan Pertimbangan

Pusat (Cuo Sangi In). Badan hal ini bertugas mengajukan usulan kepada pemerintah

serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai masalah-masalah politik dan memberi

saran tindakan-tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer Jepang di

Indonesia.

II.) Pembentukan Organisasi-Organisasi Semi Militer

Guna memperkuat barisan pertahanan dan membantu kekuatan militer, Jepang

mengeluarkan kebijakan untuk membentuk organisasi-organisasi semi militer yang

mengikutsertakan rakyat Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Page 16: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

a. Seinendan

Pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar Jepang Hirohito,

diumumkan secara resmi pembentukan dua organisasi pemuda,

yaitu seinendan dan keibodan. Keanggotaan seinendan terbuka bagi pemuda-pemuda

Asia yang berusia antara 15-25 tahun, yang kemudian diubah menjadi batasan usia 14-

22 tahun, karena suatu kebutuhan yang mendesak. Tujuan didirikannya Seinendan

adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan

mempertahankan tanah airnya dengan menggunakan tangan dan kekuatannya sendiri.

Tetapi, maksud terselubung diadakannya pendidikan dan pelatihannya ini adalah guna

mempersiapkan pasukan cadangan untuk kepentingan Jepang di Perang Asia Timur

Raya.

b. Keibodan

Keibodan merupakan barisan pembantu polisi Jepang dengan tugas-tugas

kepolisian, seperti penjagaan lalu lintas dan pengaman di desa-desa. Anggotanya ialah

pemuda-pemuda yang berusia antara 20-35 tahun, yang kemudian diubah menjadi

antara 26-35 tahun. Untuk kalangan etnis Cina juga dibentuk semacam Keibodan, yang

disebut Kakyo Keibotai.

c. Heiho

Pada bulan April 1943 dikeluarkan pengumuman mengenai pembukaan

kesempatan kepada para pemuda Indonesia untuk menjadi pembantu prajurit Jepang

(Heiho). Pemuda yang ingin menjadi anggota Heiho harus memenuhi syarat-syarat

Page 17: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

kecakapan umum, seperti berbadan sehat, berkelakuan baik, berumur antara 18-25

tahun, dan berpendidikan serendah-rendahnya adalah Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar).

d. Pembela Tanah Air (PETA)

PETA dibentuk atas prakarsa Gatot Mangkupraja dan disahkan melalui Osamu

Seirei No. 44 tanggal 3 Oktober 1943. Berbeda dengan Heiho, PETA mengenal lima

macam tingkat kepangkata, sebagai berikut ini :

* Komandan Batalion (Daidanco), dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat,

seperti pegawai pemerintah, pemimpin agama, pamong praja, politikus, dan

penegak hokum.

* Komandan Kompi (Cudanco), dipilih dari kalangan yang telah bekerja, tetapi

belum mencapai pangkat yang tinggi, seperti guru sekolah dan juru tulis.

* Komandan Peleton (Shodanco), dipilih dari kalangan pelajar-pelajar sekolah

lanjutan tingkat pertama atau sekolah lanjutan tingkat atas.

* Komandan Regu (Budanco) dan Komandan Pasukan Sukarela (Giyuhei), dipilih

dari kalangan pemuda dari tingkatan Sekolah Dasar.

Dalam perkembangannya, ternyata banyak sekali anggota PETA di

beberapa daidan (battalion) yang merasa kecewa terhadap pemerintah pendudukan

Jepang. Kekecewaan tersebut menimbulkan pemberontakan. Pemberontakan PETA di

Blitar pada tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Supriyadi dan Muradi.

Page 18: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

e. Fujinkai

Selain pemuda, juga dilakukan pembentukan organisasi kaum wanita. Pada

bulan Agustus 1943, dibentuklah Fujinkai (Himpunan Wanita) yang usianya minimal

adalah 15 tahun. Organisasi ini bertugas untuk mengerahkan tenaga perempuan turut

serta dalam memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib. Dana

wajib dapat berupa perhiasan, bahan makanan, hewan ternak ataupun keperluan-

keperluan lainnya yang digunakan untuk perang.

2. KEBIJAKAN SOSIAL DAN EKONOMI

Dalam rangka “menjepangkan” bangsa Indonesia, Jepang melakukan beberapa

peraturan. Dalam Undang-Undang No. 4 ditetapkan hanya bendera Jepang, Hinomaru,

yang boleh dipasang pada hari-hari besar dan hanya lagu kebangsaan Kimigayo yang

boleh diperdengarkan. Sejak tanggal 1 April 1942 ditetapkan harus menggunakan waktu

(jam) Jepang. Perbedaan waktu antara Tokyo dan Jawa adalah 90 menit. Kemudian

mulai tanggal 29 April 1942 ditetapkan bahwa kalender Jepang yang bernama Sumera.

Tahun 1942 kalender Masehi, sama dengan tahun 2602 Sumera. Demikian juga setiap

tahun rakyat Indonesia diwajibkan untuk merayakan hari raya Tancōsetsu, yaitu hari

lahirnya Kaisar Hirohito.

Dalam situasi perang, Jepang berkepentingan untuk membangun berbagai

sarana, seperti kubu-kubu pertahanan, benteng, jalan-jalan, dan lapangan udara. Untuk

itu, perlu tenaga kasar yang disebut romusha.

Bentuk kerja paksa seperti halnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda 

(Kerja Rodi) juga terjadi pada masa pendudukan bala tentara Jepang, yang disebut

dengan Romusha. Para tenaga kerja paksa ini dipaksa sebagai tenaga pengangkut bahan

tambang (batu bara) , pembuatan rel kereta api serta mengangkut hasil hasil

perkebunan.Tidak terhitung berapa ratus ribu bahkan jutaan rakyat Indonesia yang

menjadi korban romusha. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia terhadap Romusha,

Jepang menyebut romusha sebagai “Pahlawan Pekerja/Prajurit Ekonomi”.

Para romusha diperlakukan dengan sangat buruk. Mulai dari pagi buta hingga

petang, mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan kasar tanpa makanan dan

perawatan. Oleh karena itu, kondisi fisiknya menjadi sangat lemah sehingga banyak

yang menderita berbagai jenis penyakit, bahkan meninggal dunia di tempat kerjanya.

Page 19: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Belum lagi siksaan bagi yang melawan mandor-mandor Jepang, seperti

cambukan, pukulan-pukulan, dan bahkan tidak segan-segan tentara Jepang menembak

para pembangkang tersebut.Untuk mendukung kekuatan dan kebutuhan perangnya,

pemerintah Jepang mengambil beberapa kebijakan ekonomi, antara lain :

I.) Pengambilan Aset-Aset Pemerintah Hindia Belanda

Aset-aset yang ditinggalkan oleh pemerintah colonial Belanda disita dan

menjadi milik pemerintah pendudukan Jepang, seperti perkebunan, bank-bank,

pabrik-pabrik, pertambangan, sarana telekomunikasi, dan perusahaan

transportasi.

II.) Kontrol terhadap Perkebunan dan Pertanian Rakyat

Tidak semua tanaman perkebunan dan pertanian sesuai dengan kepentingan

perang. Hanya beberapa tanaman saja yang mendapat perhatian pemerintah

pendudukan Jepang, seperti karet dan kina, serta Jarak. Kopi, teh, dan tembakau

hanya dikategorikan sebagai tanaman kenikmatan dan kurang berguna bagi

keperluan perang sehingga perkebunan ketiga tanaman tersebut banyak

digantikan dengan tanaman penghasil bahan makanan dan tanaman jarak yang

berguna sebagai pelumas mesin pesawat tentara Jepang.

III.) Kebijakan Moneter dan Perdagangan

Pemerintah pendudukan Jepang menetapkan bahwa mata uang yang berlaku,

tetap menggunakan gulden atau rupiah Hindia Belanda. Tujuannya adalah agar

harga barang-barang tetap dapat dipertahankan seperti sebelum terjadinya

perang. Perdagangan pada umumnya lumpuh dikarenakan menipisnya

persediaan barang-barang di pasaran. Barang-barang yang dibutuhkan oleh

rakyat didistribusikan melalui penyalur yang ditunjuk agar dapat dilakukan

pengendalian harga.

IV.) Sistem Ekonomi Perang

Dalam situasi perang, setiap daerah harus menetapkan sistem ekonomi autarki,

yaitu sistem ekonomi yang mengharuskan setiap daerah berupaya memenuhi

kebutuhan pokoknya sendiri, tanpa mengandalkan bantuan dari daerah lain.

Setiap daerah autarki mempunyai tugas pokok memenuhi kebutuhan pokok

sendiri untuk tetap bertahan dan mengusahakan memproduksi barang-barang

untuk keperluan perang.

Page 20: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

SEJARAH PENJAJAHAN KOLONIAL PORTUGIS

DI INDONESIA

    Alfonso de Albuquerque, tokoh inilah yang membuat kawasan Nusantara waktu

itu dikenal oleh orang Eropa dan dimulainya Kolonisasi berabad-abad oleh Portugis

bersama bangsa Eropa lain, terutama Inggris dan Belanda.

Alfonso de Albuquerque

    Dari Sungai Tagus yang bermuara ke Samudra Atlantik itulah armada Portugis

mengarungi Samudra Atlantik, yang mungkin memakan waktu sebulan hingga tiga

bulan, melewati Tanjung Harapan Afrika, menuju Selat Malaka. Dari sini penjelajahan

dilanjutkan ke Kepulauan Maluku untuk mencari rempah-rempah, komoditas yang

setara emas kala itu.

”Pada abad 16 saat petualangan itu dimulai biasanya para pelaut negeri Katolik

itu diberkati oleh pastor dan raja sebelum berlayar melalui Sungai Tagus,” kata Teresa.

Biara St Jeronimus atau Biara Dos Jeronimos dalam bahasa Portugis itu didirikan oleh

Raja Manuel pada tahun 1502 di tempat saat Vasco da Gama memulai petualangan ke

timur.

    Selain patung di taman, lukisan Alfonso de Albuquerque juga menjadi koleksi

museum itu. Di bawah lukisan itu tertulis, ”Gubernur India 1509-1515. Peletak dasar

Kerajaan Portugis di India yang berbasis di Ormuz, Goa, dan Malaka. Pionir kebijakan

kekuatan laut sebagai kekuatan sentral kerajaan”. Berbagai barang perdagangan

Portugis juga dipamerkan di museum itu, bahkan gundukan lada atau merica.

    Ada sejumlah motivasi mengapa Kerajaan Portugis memulai petualangan ke

timur. Ahli sejarah dan arkeologi Islam Uka Tjandrasasmita dalam buku Indonesia-

Portugal: Five Hundred Years of Historical Relationship (Cepesa, 2002), mengutip

sejumlah ahli sejarah, menyebutkan tidak hanya ada satu motivasi Kerajaan Portugis

datang ke Asia. Ekspansi itu mungkin dapat diringkas dalam tiga kata bahasa Portugis,

Page 21: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

yakni feitoria, fortaleza, dan igreja. Arti harfiahnya adalah emas, kejayaan, dan gereja

atau perdagangan, dominasi militer, dan penyebaran agama Katolik.

Menurut Uka, Albuquerque, Gubernur Portugis Kedua dari Estado da India,

Kerajaan Portugis di Asia, merupakan arsitek utama ekspansi Portugis ke Asia. Dari

Goa, ia memimpin langsung ekspedisi ke Malaka dan tiba di sana awal Juli 1511

membawa 15 kapal besar dan kecil serta 600 tentara. Ia dan pasukannya mengalahkan

Malaka 10 Agustus 1511. Sejak itu Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah

dari Asia ke Eropa. Setelah menguasai Malaka, ekspedisi Portugis yang dipimpin

Antonio de Abreu mencapai Maluku, pusat rempah-rempah.

Periode Kejayaan Portugis di Nusantara

Periode 1511-1526, selama 15 tahun, Nusantara menjadi pelabuhan maritim

penting bagi Kerajaan Portugis, yang secara reguler menjadi rute maritim untuk menuju

Pulau Sumatera, Jawa, Banda, dan Maluku. Pada tahun 1511 Portugis mengalahkan

Kerajaan Malaka.

Pada tahun 1512 Portugis menjalin komunikasi dengan Kerajaan Sunda untuk

menandatangani perjanjian dagang, terutama lada. Perjanjian dagang tersebut kemudian

diwujudkan pada tanggal 21 Agustus 1522 dalam bentuk dokumen kontrak yang dibuat

rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal. Pada hari

yang sama dibangun sebuah prasasti yang disebut Prasasti Perjanjian Sunda - Portugal

di suatu tempat yang saat ini menjadi sudut Jalan Cengkeh dan Jalan Kali Besar Timur

I, Jakarta Barat. Dengan perjanjian ini maka Portugis dibolehkan membangun gudang

atau benteng di Sunda Kelapa.  

Prasasti Sunda - Portugal

Page 22: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Pada tahun 1512 juga Alfonso de Albuquerque mengirim Antonio Albreu dan

Franscisco Serrao untuk memimpin armadanya mencari jalan ke tempat asal rempah-

rempah di Maluku. Sepanjang perjalanan, mereka singgah di Madura, Bali, dan

Lombok. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan

Banda, terus menuju Maluku Utara hingga tiba di Ternate.

Kehadiran Portugis di perairan dan kepulauan Indonesia itu telah meninggalkan

jejak-jejak sejarah yang sampai hari ini masih dipertahankan oleh komunitas lokal di

Nusantara, khususnya Flores, Solor dan Maluku, di Jakarta Kampong Tugu yang

terletak di bagian Utara Jakarta, antara Kali Cakung, pantai Cilincing dan tanah

Marunda.  

     Bangsa Eropa pertama yang menemukan Maluku adalah Portugis, pada tahun

1512. Pada waktu itu 2 armada Portugis, masing-masing dibawah pimpinan Anthony

d'Abreu dan Fransisco Serau, mendarat di Kepulauan Banda dan Kepulauan Penyu.

Setelah mereka menjalin persahabatan dengan penduduk dan raja-raja setempat - seperti

dengan Kerajaan Ternate di pulau Ternate, Portugis diberi izin untuk mendirikan

benteng di Pikaoli, begitupula Negeri Hitu lama, dan Mamala di Pulau Ambon.Namun

hubungan dagang rempah-rempah ini tidak berlangsung lama, karena Portugis

menerapkan sistem monopoli sekaligus melakukan penyebaran agama Kristen. Salah

seorang misionaris terkenal adalah Francis Xavier. Tiba di Ambon 14 Pebruari 1546,

kemudian melanjutkan perjalanan ke Ternate, tiba pada tahun 1547, dan tanpa kenal

lelah melakukan kunjungan ke pulau-pulau di Kepulauan Maluku untuk melakukan

penyebaran agama. Persahabatan Portugis dan Ternate berakhir pada tahun 1570.

Peperangan dengan Sultan Babullah selama 5 tahun (1570-1575), membuat Portugis

harus angkat kaki dari Ternate dan terusir ke Tidore dan Ambon.

Perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis, dimanfaatkan Belanda untuk

menjejakkan kakinya di Maluku. Pada tahun 1605, Belanda berhasil memaksa Portugis

untuk menyerahkan pertahanannya di Ambon kepada Steven van der Hagen dan di

Tidore kepada Cornelisz Sebastiansz. Demikian pula benteng Inggris di Kambelo, Pulau

Seram, dihancurkan oleh Belanda. Sejak saat itu Belanda berhasil menguasai sebagian

besar wilayah Maluku. Kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dengan berdirinya

VOC pada tahun 1602, dan sejak saat itu Belanda menjadi penguasa tunggal di Maluku.

Di bawah kepemimpinan Jan Pieterszoon Coen, Kepala Operasional VOC, perdagangan

Page 23: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

cengkih di Maluku sepunuh di bawah kendali VOC selama hampir 350 tahun. Untuk

keperluan ini VOC tidak segan-segan mengusir pesaingnya; Portugis, Spanyol, dan

Inggris. Bahkan puluhan ribu orang Maluku menjadi korban kebrutalan VOC.

    Kemudian mereka membangun benteng di Ternate tahun 1511, kemudian tahun

1512 membangun Benteng di Amurang Sulawesi Utara. Portugis kalah perang dengan

Spanyol maka daerah Sulawesi utara diserahkan dalam kekuasaan Spanyol (1560

hingga 1660). Kerajaan Portugis kemudian dipersatukan dengan Kerajaan Spanyol.

(Baca buku :Sejarah Kolonial Portugis di Indonesia, oleh David DS Lumoindong).

Abad 17 datang armada dagang VOC (Belanda) yang kemudian berhasil mengusir

Portugis dari Ternate, sehingga kemudian Portugis mundur dan menguasai Timor timur

(sejak 1515).

Kolonialisme dan Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15,

yaitu diawali dengan pendaratan bangsa Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang

dipimpin Cornellis de Houtman pada tahun 1596, untuk mencari sumber rempah-

rempah dan berdagang.

Perlawanan Rakyat terhadap Portugis

Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke Kepulauan Maluku

merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.

Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis

Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh Albuquerque menyerang

Kerajaan Malaka. Untuk menyerang kolonial Portugis di Malaka yang terjadi pada

tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat.

Pada tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Fatahillah/Falatehan dapat

menguasai Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan

oleh Fatahillah/Falatehan dan ia kemudian mengganti nama Sunda Kelapa menjadi

Jayakarta yang artinya kemenangan besar, yang kemudian menjadi Jakarta.

Perlawanan Rakyat Aceh terhadap Portugis

Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis tersebut gagal karena

Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan Iskandar Muda

berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1615 dan

1629.

Page 24: Sejarah penjajahan kolonial di indonesia

Sultan Iskandar Muda

Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis

Bangsa Portugis pertama kali mendarat di Maluku pada tahun 1511. Kedatangan

Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Ternate merasa dirugikan oleh

Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha

monopoli perdagangan rempah-rempah.

Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku

untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang dipimpin

oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis,

namun dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng

Duurstede. Selanjutnya dipimpin oleh Sultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis

diusir yang kemudian bermukim di Pulau Timor.