Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

38
1 KEGIATAN PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KENAGARIAN MUNDAM SAKTI KECAMATAN IV NAGARI, KABUPATEN SIJUNJUNG ARTIKEL Disusun Oleh : REFLES 0921202052 Program Studi Pembangunan Wilayah dan Pedesaan PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS 2012

description

fgrj

Transcript of Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

Page 1: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

1

KEGIATAN PERTAMBANGAN EMAS RAKYATDAN IMPLIKASINYA TERHADAP KONDISI SOSIAL

EKONOMI MASYARAKAT DI KENAGARIAN MUNDAM SAKTIKECAMATAN IV NAGARI, KABUPATEN SIJUNJUNG

ARTIKEL

Disusun Oleh :

REFLES0921202052

Program Studi Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ANDALAS

2012

Page 2: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

2

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada wilayah Propinsi Sumatera Barat terkandung Potensi sumber daya

mineral seperti emas dan mangani. Menurut laporan Dinas Pertambangan dan Energi

Propinsi Sumbar (2004), emas terdapat pada wilayah daerah Kabupaten Sijunjung, 50

Kota, Pasaman, dan Pesisir Selatan. Pada wilayah Kabupaten Sijunjung, deposit emas

diperkirakan terdapat di sejumlah lokasi seperti; Bukit Kabun, Batu Manjulur,

Silokek, Tanjung Ampalu, Palangki, Mundam Sakti, Muaro Sijunjung dan Lubuk

Karia.

Pada lokasi-lokasi yang memiliki kandungan emas ini, secara tradisional

sudah sejak lama diexploitasi oleh masyarakat dengan menggunakan cara dan teknis

sangat sederhana yang dikenal dengan mendulang emas. Pendulangan emas

dilakukan pada aliran sungai yaitu dengan cara melakukan penyaringan pasir yang

terdapat disepanjang aliran sungai, menggunakan dulang yang dibuat khusus dari

kayu. Mendulang emas secara tradisional dilakukan pada umumnya oleh kaum

perempuan sebagai pekerjaan sampingan/sambilan pada saat tidak melakukan

kegiatan usaha pertanian seperti kesawah, ladang atau pun kebun. Dengan cara dan

peralatan yang sederhana tersebut pendulang tidak mendapatkan kepastian akan

mendapatkan hasil dan kalau pun didapat hasil hanya dalam jumlah rata-rata yang

sangat kecil, tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan keluarga.

Page 3: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

3

Di Kabupaten Sijunjung mendulang emas dilakukan sepanjang aliran batang

ombilin, batang Sukam dan batang Palangki atau pada beberapa anak sungai lainnya.

Sejumlah Nagari yang dilalui aliran sungai - sungai tersebut, penduduknya memiliki

pengetahuan dan pengalaman panjang mendulang emas, salah satunya adalah

penduduk Nagari Mundam Sakti, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung yang

dilalui oleh batang Palangki.

Beranjak dari pengalaman tradisonal tersebut, sejak 1990an, exploitasi emas

tidak lagi dilakukan dengan cara mendulang pasir yang ada dipinggiran batang

Palangki, tetapi sejumlah penduduk Mundam Sakti sudah melakukan penggalian

pasir pada aliran sungai dan dilakukan penyaringan secara mekanis dengan

menggunakan tenaga mesin pompa dan sedot. Melalui metoda demikian, volume

pasir yang mampu disaring jauh lebih banyak dan lebih cepat sehingga jumlah emas

yang didapatkan juga lebih banyak. Pada dekade ini, exploitasi emas di aliran sungai

Palangki tidak lagi dilakukan oleh kaum perempuan sebagai pekerjaan sampingan,

tetapi sudah dijadikan usaha dengan membutuhkan modal usaha yang relative besar.

Exploitasi emas di batang Palangki sudah melibatkan berbagai pihak diluar penduduk

nagari yang besangkutan khususnya yang bertindak sebagai investor pencarian emas.

Dengan pola yang demikian, pencarian emas dilakukan lebih intensif sehingga

membutuhkan tenaga kerja yang lebih fokus, lebih banyak dan juga lebih kuat.

Kondisi yang demikian menyebabkan tenaga kerja yang terlibat tidak lagi hanya

berasal dari penduduk setempat, tetapi sudah melibatkan sejumlah tenaga kerja yang

berasal dari luar daerah terutama dari daerah-daerah tertentu di Pulau Kalimantan

Page 4: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

4

yang sudah berpengalaman melakukan explorasi dan exploitasi bahan galian berupa

tambang emas rakyat.

Dalam perkembangannya, tambang emas rakyat tidak lagi hanya dilakukan

pada aliran Batang Palangki di Kenagarian Mundam Sakti, tetapi juga sudah

dilakukan pada pinggiran/tebing sungai, berlanjut ke lokasi-lokasi lainnya termasuk

pada lokasi sawah, kebun, ladang dan bahkan pekarangan. Pendulangan sudah

berganti dengan penambangan yang menggunakan alat mekanis penggalian dan

penyaringan/pengayakan. Untuk penggalian sudah dilakukan dengan menggunakan

alat berat traktor maupun escavator.

Hasil kunjungan lapangan pada bulan November 2010 didapatkan informasi

bahwa diperkirakan lebih dari setengah dari jumlah penduduk pada kenagarian

Mundam Sakti terlibat pada usaha Exploitasi emas. Kehadiran tambang emas rakyat

di nagari Mundam Sakti mempengaruhi berbagai aspek dan dinamika kehidupan

masyarakat. Penambangan yang dilakukan pada lahan persawahan menyebabkan

berkurangnya potensi produksi padi pada nagari ini sehingga ketergantungan kepada

daerah lain untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk setempat tidak bisa

dihindari. Selanjutnya produktifitas tenaga kerja petani semakin menurun apabila ia

tidak memiliki alternative lain untuk usaha diluar usahatani yang sudah sejak lama

digelutinya. Selanjutnya kecendrungan masyarakat untuk melakukan explorasi emas

pada sejumlah lahan yang dimiliki keluarga tidak jarang menghadapi pro dan kontra

didalam keluarga sendiri yang pada gilirannya menyebabkan sering terjadi konflik

didalam keluarga sendiri.

Page 5: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

5

Exploitasi sumberdaya mineral di Indonesia diatur dengan Undang-undang

nomor 4 tahun 2009, tentang pertambangan mineral dan batu bara. Di Kabupaten

Sijunjung, untuk pertambangan skala kecil di kenal dengan tambang Rakyat diatur

melalui Peraturan Bupati No 19 tahun 2007 tentang prosedur dan mekanisme

pengurusan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Surat Izin Pertambangan

Rakyat (SIPR).

Bagaimana sesungguhnya probahan itu terjadi sejauh ini belum diketahui

berdasarkan bukti empiris. Sehubungan dengan latar belakang yang dikemukakan

diatas, maka sudah dilakukan penelitian dengan judul Kegiatan Pertambangan Emas

Rakyat dan Implikasinya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di

Kenagarian Mundam Sakti, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung.

Berkembangnya usaha tambang rakyat berimplikasi kepada berbagai aspek,

diantaranya adalah pemanfaatan lahan pertanian untuk lokasi penambangan yang

menyebabkan berkurangnya luas garapan bagi petani. Selanjutnya tenaga kerja di

sektor pertanin lebih memilih melakukan pekerjaan di luar sektor pertanian, termasuk

sebagai tenaga kerja pada usaha tambang. Perpindahan tenaga kerja disektor

pertanian ke non-pertanian diperkirakan akan menghadapi sejumlah persoalan, baik

jangka pendek maupun dalam jangka waktu panjang. Dalam jangka

pendek,pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki petani sering kurang dan bahkan

tidak relevan dengan jenis pekerjaan diluar sektor pertanian. Oleh sebab itu, tingkat

produktivitasnya sebagai tenaga kerja cenderung rendah sehingga gaji/upah yang

Page 6: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

6

diterima relative kecil. Petani sering hanya menjadi tenaga kerja/buruh untuk

berbagai jenis pekerjaan, dan mempunyai kedudukan sangat rapuh terhadap

pekerjaannya.

Perkembangan usaha tambang juga menyebabkan kedatangan tenaga kerja

migrant dari berbagai daerah di Indonesia. Tenaga kerja/pekerja tambang yang

seluruhnya adalah laki-laki, jumlahnya ratusan orang membawa berbagai kebiasaan

dan budaya yang berbeda dari kebiasaan dan budaya masyarakat. Dalam

kesehariannya interaksi antara pekerja migrant dengan masyarakat tempatan

memungkinkan terjadinya pergeseran-pergeseran prilaku dari masyarakat tempatan.

Adapun rumusan masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana realitas Kegiatan Penambangan Emas Masyarakat di Kanagarian

Mundam Sakti ?.

2. Bagaimana Implikasi Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Sosial Ekonomi

Masyarakat di Kanagarian Mundam Sakti dan konversi lahan pertanian yang sudah

terjadi, bagaimana antisipasi yang dilakukan setelah lahan pertanian tidak

produktif.

Page 7: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

7

LANDASAN TEORI

2.1. Pertambangan di Indonesia.

Pertambangan di Indonesia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

sejarah besar bangsa ini. Menurut Mancayo A.S (2008), seberapa tua pemakaian besi

dan mineral lainnya dalam kehidupan, setua itulah umur pertambangan dilakukan

rakyat. Pertambangan dilakukan oleh masyarakat secara tradisional dengan alat-alat

sederhana. Ia mengemukakan bahwa sejarah pertambangan di Indonesia dapat dirunut

dari wilayah Minang Kabau. Pada tahun 1651 emas dapat diperoleh secara resmi dari

tangan VOC di pantai Pariaman. Perdagangan emas ini berlangsung atas perjanjian

bilateral antar Bandaharo di Sungai Tarab yang mengusai distribusi pengangkutan

emas dari Saruaso, pedalaman Minangkabau . Dua orang Bandaharo yaitu Bandaharo

Putih dan Bandaharo Kuning mengendalikan ekspor emas dari pedalaman

Minangkabau, sampai pada akhir abad XVIII, bangsa eropa yang pertama yang

menyelidiki sumberdaya alam di Tanah Datar, menyebutkan emas mulai habis

didaerah tersebut .

Panjangnya lintasan sejarah yang dilalui oleh pertambangan dalam kehidupan

rakyat, dapat dilihat pada aturan-aturan lokal (adat) dibanyak tempat , mengatur

tentang pengelolaan sumberdaya alam, termasuk pertambangan. Di Minang kabau

(Sumbar) terdapat aturan tentang pengelolaan ulayat termasuk pertambangan yang

Page 8: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

8

harus dipatuhi oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan ulayat-sumberdaya

tambang. Aturan adat dalam pengelolaan sumberdaya alam (SDA) tersebut berbunyi:

Karimbo Babungo Kayu, ka Sungai Babungo Pasia, Kaladang Babungo Ampiang,

Katanah babungo ameh .

Pepatah adat ini menggariskan bahwa setiap pemanfaatan SDA dalam

territorial Minang kabau harus memberikan kontribusi kepada masyarakat adat

setempat. Dalam konteks pertambangan, fee untuk masyarakat adat inilah yang

disebut dengan “Bunga Emas”.

Data-data diatas menunjukkan bahwa pertambangan telah menjadi satu

bentuk usaha yang sangat tua, dikelola secara mandiri dengan alat-alat

sederhana dan diselenggarakan oleh komunitas-komunitas masyarakat

mandiri dan telah berkembang jauh sebelum republik ini ada. Uraian-urain

singkat diatas juga menunjukkan terdapat masyarakat-masyarakat didaerah

yang karena mata pencaharian dan interaksi dengan pekerjaan yang dilakukan

secara terus menerus, melahirkan budaya pertambangan, meskipun pada saat

ini dinamai dengan penambangan tradisional, penambang rakyat atau bahkan

penambang tanpa izin (PETI).

2.2. Pengertian Pertambangan Rakyat

Page 9: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

9

Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada Pasal 2 huruf n, UU No. 11

Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam pasal ini

disebutkan bahwa Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan-

bahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat

secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk

pencaharian sendiri. Golongan A ( bahan galian strategis, seperti minyak bumi,

bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara, uranium,

nikel, kobalt dan timah), Golongan B ( bahan galian vital, seperti besi, mangan,

tembaga, timbale, emas, perak, intan, zircon, Kristal kuarsa dan belerang ) dan

golongan C ( bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital, seperti

marmer, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, tanah liat, batu permata,

dan batu setengah permata ) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan

atau secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri.

Kegiatan pertambangan rakyat dilakukan pada wilayah yang ditetapkan oleh

pemerintah sebagai Wilayah Pertambangan Rakyat ( WPR ).

2.3.Realitas Lapangan Pertambangan Rakyat

Dari semua peraturan yang ada, dapat ditarik catatan penting yaitu : 1) Berbagai

pengaturan pertambangan rakyat dalam berbagai paraturan perundangan memberikan

pembatasan keleluasaan rakyat menambang, 2) Ketidak pastian usaha pertambangan

rakyat karena kalau ada pemegang Kontrak Karya atau kontrak pertambangan lain, maka

penambang rakyat harus menyingkir, 3) Sedangkan untuk diareal yang ada Kontrak

Page 10: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

10

Pertambangannya tetap dibuka kemungkinan pertambangan rakyat, dengan syarat adanya

ijin pemegang kontrak pertambangan dan 4) Penertiban dan pembinaan yang dilakukan

oleh Negara lebih merupakan tindakan yang reaktif dan tidak terencana dan cendrung

dimaksudkan untuk mematikan pertambangan rakyat.

Karena itu sebagai akibat dari berbagai kebijakan terhadap pertambangan rakyat

tersebut, banyak pertambangan-pertambangan dilakukan tanpa ijin (PETI). PETI

(Penambangan Emas Tanpa Izin) adalah “cap” yang diberikan negara pada pelaku

pertambangan yang tidak mendapatkan izin dari pemerintah sebagai pemegang hak

menguasasi negara atas bahan tambang. Tak peduli apakah penambang adalah rakyat

yang melakukan kegiatan

pertambangan berdasarkan adat istiadat, atau pun mereka yang hanya “berjudi” nasib dari

bahan tambang, tetap akan menyandang label PETI jika tak mendapat izin. Stigma PETI

berkonotasi liar, merusak, dan tak menguntungkan. Oleh karena itu perlu “ditertibkan”.

2.4. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Pertambangan Rakyat

Menurut Tim Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin ( PETI ) Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral ( 2000 ), Faktor-faktor timbulnya kegiatan

pertambangan rakyat diantaranya adalah kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan

kesempatan usaha, serta keterlibatan pihak lain yang bertindak sebagai pemodal.

Salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk keluar dari kemiskinan

dan memperoleh pendapatan yang layak adalah dengan memanfaatkan sumberdaya

alam yang ada, diantaranya adalah bahan galian (Bahan tambang ) dan mudah dijual

Page 11: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

11

dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, salah satunya adalah penambangan emas

dan bahan galian lainnya seperti batu bara dan timah.

Keterbatasan Lapangan Kerja

Sebagai konsekwensi dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dalam dasa

warsa tahun 1960-an da 1970-an, terkonsentrasinya pemusatan pembangunan,

kuatnya arus investasi antar tempat dan ruang serta bervariasinya laju pertumbuhan

ekonomi telah menyebabkan arus mobilisasi orang dan jasa menjadi semakin deras.

Selanjutnya lapangan pekerjaan disuatu sisi tersedia seiring dengan semangkin

besarnya “ derived demand “ terhadap tenaga kerja menurut keahlian dan spesifikasi

bidang tertentu. Disisi lain, pencari kerja yang baru serta yang lama akumulasinya

semangkin membesar. Tidak disangka bahwa dalam interaksi tersebut telah pula

menghasilkan jenis lapangan kerja yang semangkin beragam dan kompleks, baik

formal maupun tidak formal ( Elfindri, 2004 ).

Adanya Pemodal

Keberadaan pihak ketiga ( penyandang dana ) yang memanfaatkan kemiskinan

masyarakat tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang besar merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan mangkin maraknya kegiatan pertambangn oleh rakyat yang

sudah mengarah kepada kegiatan Pertambangan Tanpa Izin ( PETI ) sebagai mana

Page 12: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

12

disinyalir oleh tim penanggulangan masalah pertambangan tanpa izin Departemen

Energi dan Sumberdaya Mineral dalam publikasi yang diterbitkan dalam tahun 2000.

Pada umumnya masyarakat yang melakukan kegiatan penambangan rakyat

adalah berasal dari keluarga miskin dan berpendidikan rendah. Para penambang ini

sering kali menjadi korban atau sapi perahan dari penyandang dana dengan

memberikan pinjaman modal terlebih dahulu dan dikembalikan dengan cara menjual

hasil tambangnya kepada pemodal tersebut dengan harga yang sangat murah

dibandingkan dengan harga dipasaran ( Tim Terpadu Penanggulangan Pertambangan

Tanpa Izin, 2000 ).

2.5 Dampak Pertambangan Rakyat

Sebagai mana dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa pertambangan

rakyat yang pada masa krisis ekonomi berkepanjangan dan munculnya era reformasi

yang terjadi di Indonesia, mengalami peningkatan luar biasa baik secara kuantitas

maupun kualitas dan sebagian besar telah bergeser kepada kategori pertambangan

tanpa izin ( PETI ). Menurut tim terpadu pusat pertambangan masalah pertambangan

tanpa izin Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral dalam publikasi mengenai

penanggulangan masalah Pertambangan Tanpa Izin tahun 2000, kegiatan

pertambangan yang masuk kepada kategori PETI pada umumnya tidak memenuhi

berbagai kriteria yang dapat diterima baik dari aspek ekonomi, konservasi,

pengelolaan lingkungan, keselamatan dan kesejahteraan kerja. Hal ini menimbulkan

danpak negatif yang banyak disoroti dari kegiatan pertambangan rakyat seperti :

Page 13: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

13

a. Kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup, berupa terjadinya pengundulan hutan

menjadi padang pasir yang berjumlah ribuan hektar, dan pencemaran air sungai

terutama oleh unsure merkuri yang jauh diatas ambang batas

b. Kecelakaan tambang yang menyebabkan hilangnya nyawa pelaku tambang rakyat

c. Pemborosan sumberdaya mineral, berupa tertinggalnya cadangan berkadar rendah

yang tidak ekonomis lagi untuk ditambang baik karena pertambangan rakyat yang

hanya menambang cadangan berkadar tingi maupun akibat “ recovery “ pengolahan

yang rendah

d. Kawasan sosial antara lain terjadinya kerusuhan di wilayah-wilayah pertambangan

rakyat menyusul berkembangnya budaya premanisme, perjudian, prostitusi, dan

kemerosotan moral lainnya.

Disamping dampak negatif tersebut, kegiatan pertambangan rakyat juga

memberikan danpak positif, khususnya bagi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan

pertambangan itu sendiri, yaitu sebagai lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan

utama bagi penambang dan keluarganya.

2.6 Konsep Pertambangan Skala Kecil ( PSK )

Salah satu bentuk usaha pertambangan yang dinyatakan legal di indonesia

adalah pertambangan yang dilakukan masyarakat melalui pertambangan skala kecil (

Small Scale Mining ), yang telah berjalan sejak tahun 1990, sebagai salah satu upaya

pemberdayaan usaha kecil/menengah dalam bentuk Badan Usaha Koperasi/KUD.

Page 14: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

14

Menurut Wiriosudarmo (1999), Pertambangan Skala Kecil ( PSK ) diartikan

sebagai operasi dan investasi pertambangan dimana investor maupun operatornya

adalah rakyat kecil atau masyarakat secara bersama-sama ( kolektif ). Jadi, suatu

operasi pertambangan yang secara fisik kecil, namun kalau dimiliki oleh pengusaha

besar, maka pertambangan tersebut tidak dapat digolongkan sebagai PSK.

Masalah utama yang banyak dihadapi dalam proses pengelolaan usaha

pertambangan skala kecil diantaranya adalah :

a. Masalah kewilayahan, seringkali wilayah yang dimohonkan untuk wilayah

pertambangan skala kecil lokasinya tumpang tindih dengan kegiatan lain, sehingga

proses perizinannya terkendala

b. Masalah permodalan, masyarakat yang terlibat dalam kegiatan penambangan skala

kecil atau koperasi/KUD kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan pengakses

perbankan/lembaga keuangan lainnya dalam rangka memperoleh pinjaman modal

untuk usaha pertambangan skala kecil

c. Masalah manajemen, masyarakat yang terlibat dalam kegiatan penambangan skala

kecil atau koperasi/KUD kurang memiliki pengetahuan dan kemampuan mengenai

manajemen usaha/perkoperasian

d. Kekurangmampuan dalam penguasaan teknologi dan penggunaan peralatan semi

mekanis serta perawatannya, sehingga peralatan yang dimiliki cepat rusak

e. Ketidaktahuan mengenai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kegiatan

pertambangan.

Page 15: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

15

Pengusahaan pertambangan skala kecil yang ada di Indonesia saat ini dapat

digolongkan atas beberapa klasifikasi. Klasifikasi tersebut didasarkan pada klasifikasi

yang digunakan dalam pedoman pengembangan pengusahaan penambangan skala

kecil yang dibuat oleh Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral ( 2004 ), yaitu :

a. Penambangan skala kecil pemula

b. Penambangan skala kecil utama

c. Penambangan skala kecil mantap

2.7 Konsep Ketenagakerjaan di Sektor UMKM

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan menurut

Subri ( 2003 ), yaitu :

Tenaga kerja ( manpower ) adalah penduduk dalam usia kerja ( berusia 15-64

tahun ) atau jumlah penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang

dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau

berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Angkatan kerja ( labor force ) adalah bagian

dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat dalam

kegiatan produktif, yaitu produksi barang dan jasa.

Lapangan pekerjaan utama seseorang adalah bidang utama pekerjaan tersebut.

Lapangan pekerjaan utama digolongkan atas : ( a ). Pertanian, perburuan, kehutanan,

perikanan, ( b ). Pertambangan dan galian, ( C ). Industri pengolahan, ( d ). Listrik gas

dan air, ( e ). Bangunan, ( f ). Perdagangan besar, enceran dan rumah makan, ( g ).

Angkutan, pergudangan dan komunikasi, ( I ). Dan jasa kemasyarakatan.

Page 16: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

16

Jenis pekerjaan utama seseorang adalah macam pekerjaan yang dilakukan

pekerjaan tersebut. Jenis pekerjaan utama biasanya digolongkan atas : ( a ). Tenaga

professional, teknisi dan sejenisnya, (b). Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanana,

( c ). Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis ( d ). Tenaga usaha penjualan, ( e ),

Tenaga usaha jasa, ( f ). Tenaga usaha pertanian, perburuan dan perikanan, ( g ). Dan

tenaga produksi, operator alat-alat angkut, dan pekerja kasar.

2.8 Konsep Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat

Menurut ilmu antropologi, masyarakat berasal dari kata arab, yaitu syaraka

yang berarti “Ikut serta berpartisipasi “( Koentjaraningrat, 2000 ). Jadi masyarakat

berarti sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dalam istilah ilmiah saling

berintegrasi antara warga-warganya, adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturan-

aturan khusus yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga Negara, kota dan desa

atau suatu komuditas,dalam suatu waktu dan suatu rasa identitas kuat yang mengikat

semua warganya ( Koentjaraningrat, 2000 ).

Masyarakat dalam kegiatan pertambangan emas adalah masyarakat yang

terlibat dalam aktifitas pertambangan rakyat ( skala kecil ), yaitu masyarakat

pedesaan yang merupakan suatu komuditas penduduk yang umumnya memiliki

keterkaitan erat dengan usaha pertambangan emas rakyat yang ada di daerah tersebut.

Konsep perubahan sosial umumnya diartikan dengan sangat biasa. Menurut

Moore ( 1967 ) dalam Lauer ( 1993 ), perubahan sosial didefinisikan sebagai

perubahan penting dari struktur sosial dalam hal ini dimaksudkan sebagai pola-pola

Page 17: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

17

prilaku dan interaksi sosial. Ekspresi tentang struktur adalah norma, nilai dan

fenomena kultural.

Faktor-faktor penyebab timbulnya perubahan sosial budaya menurut Murdock

( 1960 ) dalam Manan ( 1977 ), adalah :

a. Pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk

b. Perubahan lingkungan geografis

c. Perpindahan kelingkungan baru

d. Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan

e. Malapetaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemic, perang dan

depresi ekonomi

f. Kelahiran atau kematian seseorang pemimpin

2.9 Hubungan Kegiatan Pertambangan Rakyat Dengan Perubahan Sosial

Ekonomi

Setiap aktivitas pembangunan akan berpengaruh terhadap sosial masyarakat,

termasuk kegiatan penambangan yang dilakukan oleh masyarakat, hal ini sesuai

dengan pendapat Spengler dan Harington dalam Lauer ( 1993 ), yang menekankan

bahwa pada kenyataan manusia mampu mengendalikan perubahan dan memberikan

tanggapan kepadanya, dan apabila manusia tidak berjuang mengendalikan jalannya

perkembangan, manusia akan menjadi budak sendiri.

Untuk menganalisis hubungan suatu pembangunan dengan perubahan sosial,

dimulai oleh pandangan Steward dalam Lauer ( 1993 ) dengan pendekatan evolusi,

Page 18: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

18

yaitu gagasan mengenai evolusi menurut garis lurus banyak ( multilinier ), yang

merupakan salah satu pendekatan utama untuk memahami perkembangan

kebudayaan yang berhubungan dengan pembangunan. Steward dalam Gama ( 1992 )

menyatakan bahwa pendekatan multilinier ini merupakan kritik teori garis lurus

menyatu ( Unilinier ), yang mencakup hal-hal umum, dan bahwa perubahan sosial itu

bergerak ketahapan masyarakat yang lebih tinggi, baik dan matang. Teori ini

merupakan suatu upaya untuk mempelajari bagai mana faktor-faktor dalam suatu

situasi tertentu akan membentuk perkembangan suatu jenis masyarakt, yang berarti

Steward memberikan penekanan bahwa adanya perubahan budaya yang khas untuk

masing-masing masyarakat.

Febriamansyah ( 2003 ) menyatakan bahwa dalam suatu upaya

pembangunan, kebutuhan suatu perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal

adalah suatu yang tidak dapat dihindari. Pada saat perkembangan masyarakat

berintegrasi dengan masyarakat lainnya terjadi suatu perubahan yang menuntut

peningkatan pemanfaatan potensi ekonomi lokal lebih dari yang biasanya, yang

dibutuhkan tidak hanya konsumsi lokal, tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi

masyarakat lainnya.

3.0 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh kantor wilayah Departemen Pertambangan

dan Energi Provinsi Sumatera Barat pada tahun 1988 dan Dinas Pertambangan dan

Energi Provinsi Sumatera Barat tahun 2010, diketahui bahwa kegiatan pertambangan

emas oleh masyarakat di Kabupaten Sijunjung telah dimulai jauh sebelum masa

Page 19: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

19

penjajahan Belanda secara turun temurun, umumnya dilakukan dengan mendulang

emas alluvial disungai-sungai. Selain pendulang emas alluvial di sungai, pada

beberapa lokasi juga dilakukan penambangan emas primer di daerah perbukitan

sekitar Batang malandu., Mudiak Simpang, Tanjung Bungo dan Padang Bubus.

Penambangan emas primer dilakukan dengan peralatan sederhana

diantaranya linggis, pahat, palu, sekop dan cangkul. Dibeberapa tempat penggalian

telah membentuk lubang bukaan menyerupai bentuk goa dengan kedalaman 3-25

meter dan diameter lubang bukaan antara 1-1,5 meter mengikuti urat ( Vein ) batuan

kuarsa yang mengandung logam emas

Biji emas diolah dengan cara memecah batu yang mengandung emas hingga

berukuran split ( diameter kira-kira 2,5 cm ), lalu ditumbuk hingga menjadi halus (

seperti pasir hingga tepung ). Batu yang telah dihaluskan tersebut selanjutnya

dimasukkan kedalam gerondong ( sejenis rod mill ) dan dicampur dengan air raksa

dengan perbandingan berat antara batu dan air raksa berkisar antara 10 : 1 hingga 25 :

1. Gerondong untuk pengolahan biji emas ada yang digerakan oleh tenaga kincir air

dan ada juga yang menggunakan mesin disel yang berkekuatan 25 PK.

Implikasi positif penambangan emas terhadap ketahanan sosial budaya

masyarakat mandor, pada aspek ekonomi, secara fisik berupa berkembangnya

lapangan kerja baru bagi masyarakat. Sedangkan secara non fisik berupa

meningkatnya penghasilan masyarakat dan menguatnya daya beli masyarakat yang

berakibat pada mendorong lancarnya roda perekonomian masyarakat.

Page 20: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

20

Penelitian-penelitian tersebut sebagaimana diuraikan diatas masing-masing

membahas dampak pertambangan rakyat terhadap lingkungan fisik, sosial budaya dan

ekonomi secara parsial, sebelum terfokus pada aspek sosial ekonomi penambang

secara terpadu. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada pembahasan mengenai

pengaruh sosial ekonomi secara terpadu guna mendapatkan informasi yang lebih

lengkap mengenai pengaruh positif kegiatan pertambangn emas rakyat.

Page 21: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Nagari Mundam Sakti, Kecamatan IV Nagari,

Kabupaten Sijunjung.

Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Agustus sampai

dengan bulan November 2011.

3.2 Metode Penelitian.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Survey. Dengan demikian

hasil dari yang didapatkan berdasarkan penelitian ini tidak serta merta dapat

digeneralisasikan pada semua nagari yang ada. Namun demikian, temuan penelitian

ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi nagari-nagari lainnya yang memiliki

karakteristik hampir sama dengan Nagari Mundam Sakti yang dijadikan sebagai

kasus penelitian ini.

a. Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun sumber data sekunder yang digunakan meliputi: dokumen, laporan dan

publikasi dari kantor Wali Nagari, dokumen dan laporan dari SKPD yang relevan di

tingkat Kabupaten dan dokumen serta arsip pada pelaku tambang.

Sedangkan sumber data primer adalah Informan kunci (key informan) yang

terdiri dari : Wali Nagari, pemuka masyarakat di nagari, pelaku usaha dan tenaga

kerja yang berasal dari penduduk Nagai Mundam Sakti.

Teknik Pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:

(1). Merekam dokumen dan arsip

Page 22: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

22

(2) Wawancara mendalam dengan menggunakan pertanyaan terbuka terhadap

informan

(3). Observasi lapangan

3.3 Analisa Data

Sesuai dengan tujuan penelitian dan jenis data yang digunakan maka analisa data

yang akan digunakan adalah analisas kualitatif.

Sedangkan analisis kulitatif akan dilkukan dengan menggunakan bentuk-bentuk

analisis dominan seperti yang dikemukakan Yin K.R. (1996) yaitu : Perjodohan pola,

Penjelasan tandingan dan analisis Deret Waktu

Logika perjodohan pola dilkukan dengan memperbandingkan kondisi empiris

dengan kondisi yang diprediksikan. Jika keduanya didapatkan persamaan maka akan

dikatakan bahwa terdapat validitas internal dari apa yang ingin disimpulkan.

Penjelasan tandingan akan dilakukan dengan melakukan komparasi dengan teori

dan temuan-temuan penelitian lain untuk kasus yang sama. Sedangkan analisis deret

waktu dilakukan untuk mendiskripsikan fenomena yang di analisis dalam rentetan

waktu tertentu guna mendapatkan pemahaman tentang perkembangan dan proses

yang terjadi dalam periode waktu tertentu.

Page 23: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

23

4.1. Kondisi Umum Nagari Mundam Sakti

Berdasarkan cerita rakyat yang dituturkan dari generasi ke generasi, nama

Mundam Sakti diambil dari nama bukit yang terdapat dalam wilayah ini yatu bukit

Mundam. Di kisahkan bahwa pada wilayah ini konon dahulu kala ada dua orang

kuat (penguasa) yaitu Datuak Bagindo Saik dan Datuak Sati. Dengan dua orang

penguasa ini, maka wilayah dan masyarakatnya terbelah menjadi dua yaitu :

Pertama dinamakan Tungku Nan Tigo yang dikuasai oleh Datuak Bagindo Saik

sebagai Rajo Adat.

Kedua dinamakan Tungku Nan Ampek yang dikuasai oleh Datuak Sati sebagai

Rajo Ibadat.

4.1.1. Penduduk

Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari kantor Wali Nagari, Jumlah

penduduk Nagari Mundam Sakti adalah 2.560 jiwa dengan jumlah kepala keluarga

sebanyak 610 KK, yang terdiri dari laki-laki 1.257 jiwa dan perempuan sebanyak

1303 jiwa.

4.1.2. Kondisi Sosial Budaya

Page 24: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

24

Sebagaimana halnya orang Minang Kabau, semua penduduk Nagari Mundam

Sakti adalah pemeluk agama Islam. Nuansa dan pola kehidupan keseharian mereka

diwarnai oleh ajaran - ajaran agama islam. Kegiatan-kegiatan yang bersifat ritual

keagamaan dan aktifitas keagamaan seperti pengajian dan majlis taklim sudah

menjadi melekat dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan wirid-wirid pengajian

senantiasa dilaksanakan di Mesjid maupun Surau/Mushalla pada malam hari yang

dapat diikuti oleh semua kalangan. Selain itu kaum ibu juga melaksnakan pengajian

rutin pada pagi hari.

4.1.3. Mata Pencaharian

Berdasarkan data profil Nagari diketahui bahwa pada umumnya masyarakat

Mundam Sakti (91 %) mempunyai ketergantungan ekonomi terhadap sektor pertanian

secara umum. Yang bekerja diluar sektor pertanian hanya segelintir saja diantaranya

perdagangan (3,3 %), Tukang bangunan (3,2 %) PNS/Polri 1.8% dan sopir (0.2 %).

4.2. Kegiatan Penambangan Emas Rakyat dan Implikasi Sosial Ekonominya.

4.2.1. Fenomena Penambangan Rakyat Secara Umum.

Tonggak awal bagi penguasaan sumberdaya pertambangan setelah

kemerdekaan adalah pasal 33 UUD 1945. Pasal tersebut merupakan deklarasi

fundamental pengambilalihan penguasaan sumberdaya alam (termasuk tambang) dari

tangan rakyat pada bangunan kekuasaan yang lebih besar yaitu negara. Negara

menegaskan diri sebagai penguasa tunggal dari seluruh sumberdaya alam dengan

maksud digunakan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Model pengusaan

Page 25: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

25

begini kemudian popular disebut dengan Hak Mengusai Negara (HMN). Inilah yang

menjadi idiologi penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia.

4.2.2. Fenomena Tambang Rakyat di Kabupaten Sijunjung

Di Kabupaten Sijunjung penambangan emas sebenarnya sudah dimulai sejak lama.

Sebelum menggunakan peralatan berat dan kapal bermesin dompeng, dulu warga hanya

menambang dengan menggaruk pasir demi pasir di dasar sungai menggunakan dulang kayu

sederhana. Tapi sejak munculnya dompeng dan alat berat lainnya, persolan mulai muncul.

Tanah yang tidak direklamasi, air sungai yang berubah warna, dan perebutan wilayah

tambang, menjadi sorotan bagi pemerintah daerah dan pihak kepolisian (Padang Expres, 24

Juli 2010).

Perebutan wilayah tambang diantara anggota masyarakat juga sering terjadi

dan menimbulkan konflik horizontal. Namun demikian, usaha penambangan emas

juga memberikan berpengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat didaearh

ini. Sebagaimana yang dikatakan Bupati Sijunjung “Kami sadar, sejak adanya

pertambangan emas dengan menggunakan alat canggih berupa alat berat di

wilayah ini, berdampak besar pada perekonomian masyarakat. Dapat kita lihat

pesatnya pembangunan rumah permanen dan penambahan kendaraan roda empat

di daerah kita ini sangat berkembang pesat. Namun di balik itu, sawah, ladang,

serta sungai yang kita jaga selama ini menjadi hilang dan tercemar (dikutip dari

Padang Express, 11/12/2011).

Page 26: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

26

Selanjutnya Bupati Sijunjung menambahkan “Kerugian yang diakibatkan

penambangan liar akan dirasakan oleh masyarakat sendiri. Walaupun perekonomian

sebagian masyarakat menjadi lebih baik, namun itu bukanlah masyarakat kelas

menengah ke bawah. Melainkan yang memiliki modal untuk menambang dengan

menggunakan alat berat. Sementara, hutan lindung dan lingkungan hidup menjadi

korban karena tidak adanya reklamasi tanah kembali,” tutur nya.

Dalam dua tahun belakangan, tambang emas menjadi persoalan yang paling

fenomenal di Kabupaten Sijunjung. Mulai dari persoalan perizinan, penambang

meninggal, konflik antara warga dengan pemerintah daerah, hingga demo besar-

besaran warga ke DPRD. Tidak tanggung-tanggung, masalah ini melibatkan berbagai

pihak. Berangkat dari kondisi demikian, maka Pemerintah Daerah melakukan upaya

penertiban karena dinilai sudah berimplikasi negative yang besar terhadap berbagai

aspek baik sosial, ekonomi, budaya maupun terhadap lingkungan alam. Kebijakan

inilah yang menyebabkan sekitar 4.000 pekerja PETI (Penambangan Emas Tanpa

Izin) Nagari yang tergabung dalam Asosiasi Penambang Rakyat Anak Nagari

(PERAN) melakukan aksi demonstrasi di halaman kantor DPRD Sijunjung, pada

tanga 15/6 2011. Para buruh dari kecamatan Sijunjung, Kupitan, Koto VII dan Koto

IV itu menuntut agar pemda setempat membuka kembali pertambangan.

Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung untuk melakukan pengaturan

penambangan rakyat mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 dan

Page 27: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

27

Peraturan Bupati Nomor 23 Tahun 2010. UU No 4 tahun 2009 tentang pertambangan

Mineral dan Batu bara (minerba). Pada produk hukum ini dijelaskan peraturan Bupati

No 23 tahun 2010 tentang Prosedur dan Mekanisme Pengurusan Wilayah Pertam-

bangan Rakyat (WPR) dan Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Usaha pertambangan

pada wilayah pertambangan rakyat di kabupaten Sijunjung dapat dilakukan apabila

telah mengantongi IPR. “Setiap penambang, baik perorangan maupun kelompok

dapat melaksankan usaha pertambangan pada WPR setelah mendapatkan IPR.

4.3. Fenomena Penambangan Emas Rakyat di Kenagarian Mundam Sakti

Pencarian emas yang dilakukan masyarakat di Kenagarian Mundam Sakti

sudah menjadi kegiatan yang turun temurun. Dalam cerita lisan yang disampaikan

informan (GF, Ketua KAN Nagari Mundam Sakti,) ada kisah bahwa suatu ketika

dulu terjadi banjir di wilayah nagari ini. Setelah bajir surut, dijalan-jalan penduduk

dapat memungut butiran-butiran emas yang muncul bersamaan dengan pasir setelah

lapisan tanah terkikis oleh aliran air yang bajir. Cerita lisan ini setidaknya

memberikan gambaran bahwa masyarakat kenagarian Mundam Sakti mempunyai

persepsi bahwa tanah yang ada dinagari ini mempunyai kandungan emas yang

banyak.

Pencarian emas dimulai dengan cara mendulang emas dari pasir yang terdapat

dipinggiran sungai Palangki menggunakan alat sederhana terbuat dari kayu.

Page 28: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

28

Gambar 2. Dulang emas terbuat dari kayu, alat mengayak pasir untuk mencari emas dialiran sungai Palangki.

Pesatnya penambahan jumlah kelompok penambang emas di sungai palangki

menyebabkan lokasi penambangan sudah semakin menyempit. Berdasarkan

informasi yang didapatkan dari informan, pada wilayah kenagarian Mundam Sakti

didapatkan sebanyak 19 kelompok penambang dengan jumlah tenaga kerja yang

terlibat sebanyak 240 orang. Adapun diskripsi pelaku penambangan emas di aliran

batang Palangki dalam kenagarian Mundam Sakti seperti terlihat pada Lampiran L3.

Usaha penambangan emas pada aliran sungai Palangki tersebar pada 2 jorong

yang ada dalam kenagarian Mundam Sakti. Terdapat sebanyak 19 kelompok usaha

dengan menggunakan 30 unit mesin dompeng yang melibatkan sebanyak 240 orang

pekerja yang sehari-hari melakukan pengerukan pasir sungai. Pengerukan pasir

Page 29: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

29

dilakukan sampai ke lapisan” Napar” yang berkedalaman 8-10 m dari dasar sungai.

Untuk itu tenaga kerja/pekerja melakukan penyelaman yang memerlukan

keterampilan khusus.

4.4. Implikasi Sosial Ekonomi Dari Penambangan Emas Rakyat di NagariMundam Sakti.

kenagarian Mundam Sakti yang dipandang sebagai implikasi dari adanya usaha

penambangan emas yang dilakukan di dalam wilayah Kanagariannya. Untuk lebih

fokusnya pembahasan, maka implikasi sosial ekonomi dibatasi untuk 5 (lima) hal

yaitu : (1) Etos Kerja masyarakat sebagai dasar untuk peningkatan produktifitas; dan

(2) Partisipasi dan aktifitas Sosial dalam Kenagarian Mundam Sakti; (3) Penyerapan

tenaga kerja langsung maupun tidak langsung; (4) Perekonomian dan Perilaku

Ekonomi Ekonomi masyarakat.

4.4.1. Penambagan Emas Rakyat dan Implikasibya Terhadap Etos KerjaMasyarakat di Kenagarian Mundam Sakti

Dalam perjalanan waktu, nilai-nilai etis tertentu, yang tadinya tidak menonjol

atau biasa-biasa saja bisa menjadi karakter yang menonjol pada masyarakat atau

bangsa tertentu. Muncullah etos kerja Miyamoto Musashi, etos kerja Jerman, etos

kerja Barat, etos kerja Korea Selatan dan etos kerja bangsa-bangsa maju lainnya.

Bahkan prinsip yang sama bisa ditemukan pada pada etos kerja yang berbeda

sekalipun pengertian etos kerja relatif sama. Sebut saja misalnya berdisiplin, bekerja

keras, berhemat, dan menabung. Nilai-nilai ini ditemukan dalam etos kerja Korea

Page 30: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

30

Selatan dan etos kerja Jerman atau etos kerja Barat (Wilkipedia, diunduh Desember

2011).

4.4.2. Penambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Tehadap PartisipasiMasyarakat Dalam Pembangunan dan Aktifitas sosial di KenagarianMundam Sakti.

Pengertian tentang partisipasi masyarakat dikemukakan oleh para penulis dan

pakar dalam berbagai bentuk. Partisipasi bisa diartikan sebagai keterlibatan seseorang

secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu,

seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam

kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi,

perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.

4.4.3. Penambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Terhadap PenyerapanTenaga Kerja di Nagari Mundam Sakti

Secara umum di Indonesia terdapat sejumlah persoalan lapangan kerja yang sifatnya

mendasar. Adapun persoalan-persoalan tersebut diantaranya adalah ; Pertama adalah ketidak-

seimbangan secara umum antara penyediaan lapangan kerja dan kebutuhan lapangan kerja.

Jumlah yang dibutuhkan melebihi jumlah yang dapat disediakan. Kedua adalah

kekurangseimbangan struktur dalam lapangan kerja. Ketiga adalah kekurangseim-

bangan antara kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dengan penyediaan tenaga terdidik.

Keempat adalah adanya kecenderungan semakin meningkatnya peranan dan aspirasi angkat-

an kerja wanita dalam seluruh struktur angkatan kerja Indonesia. Kelima adalah adanya

kekurang seimbangan antar daerah dalam penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja

Page 31: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

31

Indonesia.

Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Nagari Mundam Sakti untuk usia

20 -50 tahun lebih kurang 1.500 orang, dan separohnya adalah laki-laki maka dapat

dikatakan bahwa seluruh penduduk laki-laki yang berusia antara 20 -50 tahun di

nagari Mundam Sakti terserap pada usaha penambangan emas rakyat. Dengan

demikian secara sederhana dapat dikemukakan bahwa kegiatan penambangan emas

berimplikasi positif terhadap penyerapan tenaga keraja khususnya di kenagarian

Mundam Sakti.

Fenomena yang menarik dikemukakan oleh informan berkenaan dengan

tenaga kerja ini. Menurutnya, berbeda dari daerah lain, di kanagarian Mundam Sakti

penambangan pada suatu lokasi biasanya dilakukan oleh keluarga dan kerabat

dekatnya. Sangat jarang tenaga kerja yang berasal dari luar nagari Mundam Sakti

dipekerjakan pada usaha penambangan. Kalaupun ada biasanya tidak terlibat

langsung dalam lobang penambangan atau hanya pada penambangan yang dilakukan

dialiran sungai Palangki karena harus dilakukan penyelaman kedalam air.

Untuk melakukan pekerjaan pada penambangan emas rakyat, kekuatan dan

ketahan fisik serta keberanian menghadapi resiko sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu,

usaha penambangan rakyat secara langsung hanya menyerap tenaga kerja laki-laki

dan berusia antara 20 - 50 tahun. Sangat jarang ditemukan tenaga kerja yang berusia

lanjut terlibat dalam pekerjaan penambangan emas yang dilakukan di Nagari

Page 32: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

32

Mundam Sakti. Sebaliknya pencarian emas dengan cara mendulang pada umumnya

dilakukan oleh perempuan dan angkatan kerja berusia muda.

Namun demikian, secara tidak langsung keberadaan usaha tambang rakyat

berimplikasi terhadap terbukanya lapang usaha yang mendukung aktifitas pekerja

tambang.

4.4.4. Panambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Terhadap Perekonomiandan Perilaku Ekonomi Masyarakat di Kenagarian Mundam Sakti.

Secara umum, pemerintah Kabupaten Sijunjung mengklaim bahwa penduduk

miskin pada daerah sudah menurun dan kesejahteraan meningkat. Hal ini dapat

dibaca dari pernyataan pemerintah pada Website Kabupaten Sijunjung yang

selengkapnya sebagai berikut :

Akhir-akhir ini kesejahteaan masyarakat sudah semakin meningkat.Peningkatan kesejahteraan dapat dari banyaknya rumah penduduk yang kondisinyalebih baik dari sebelumnya. Disamping itu, di era sekarang, hampir tidak ada rumahyang penghuninya tidak memiliki sepeda motor.

Terlepas dari dikredit atau dibeli kesnya sepeda motor itu, yang pasti memilikisepeda motor sudah merupakan bukti bahwa tingkat ekonomi dan kesejahtraanrakyat sudah lebih baik dari sebelumnya.

Namun bukan berarti penduduk miskin tidak ada lagi di kabupaten ini. Masihbanyak, sehingga masih diperlukan upaya dan kerja keras Pemkab dan DPRD untukmengatasinya.

Page 33: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

33

Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan IV Nagari, dalam 5 (lima) tahun

terakhir perkembangan jumlah keluarga miskin pada nagari ini seperti terlihat pada

grafik berikut ini.

Gambar 6. Grafik perkembangan KK miskin di Nagari Mundam Sakti

Grafik diatas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin

memperlihatkan trend yang menurun dalam periode 2005 - 2010. Sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, penurunan jumlah kk miskin di nagari Mundam Sakti

dapat diduga salah satunya sebagai implikasi dari banyaknya penduduk yang

melakukan dan bekerja pada usaha penambangan emas, secara langsung

maupun multiflier effect dari ekonomi penambangan emas. Selain itu, juga

diduga berimplikasi terhadap perilaku ekonominya.

4.5. Konversi Lahan Pertanian dan Antisipasi Setelah Lahan Tidak Produktif.

0

20

40

60

80

100

120

140

Thn2005

Thn2006

33

Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan IV Nagari, dalam 5 (lima) tahun

terakhir perkembangan jumlah keluarga miskin pada nagari ini seperti terlihat pada

grafik berikut ini.

Gambar 6. Grafik perkembangan KK miskin di Nagari Mundam Sakti

Grafik diatas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin

memperlihatkan trend yang menurun dalam periode 2005 - 2010. Sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, penurunan jumlah kk miskin di nagari Mundam Sakti

dapat diduga salah satunya sebagai implikasi dari banyaknya penduduk yang

melakukan dan bekerja pada usaha penambangan emas, secara langsung

maupun multiflier effect dari ekonomi penambangan emas. Selain itu, juga

diduga berimplikasi terhadap perilaku ekonominya.

4.5. Konversi Lahan Pertanian dan Antisipasi Setelah Lahan Tidak Produktif.

Thn2006

Thn2007

Thn2008

Thn2009

Thn2010

Keluarga Miskin

33

Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan IV Nagari, dalam 5 (lima) tahun

terakhir perkembangan jumlah keluarga miskin pada nagari ini seperti terlihat pada

grafik berikut ini.

Gambar 6. Grafik perkembangan KK miskin di Nagari Mundam Sakti

Grafik diatas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin

memperlihatkan trend yang menurun dalam periode 2005 - 2010. Sebagaimana

dijelaskan sebelumnya, penurunan jumlah kk miskin di nagari Mundam Sakti

dapat diduga salah satunya sebagai implikasi dari banyaknya penduduk yang

melakukan dan bekerja pada usaha penambangan emas, secara langsung

maupun multiflier effect dari ekonomi penambangan emas. Selain itu, juga

diduga berimplikasi terhadap perilaku ekonominya.

4.5. Konversi Lahan Pertanian dan Antisipasi Setelah Lahan Tidak Produktif.

Keluarga Miskin

Page 34: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

34

Hasil penelitian di kenagarian Mundam Sakti memperlihatkan bahwa sejauh ini

sudah dilakukan penambangan emas pada lahan sawah seluas 18 dan pada lahan

kebun seluas 17 Ha. Bila dibandingkan dengan lahan sawah yang ada pada

kenagarian ini yaitu seluas 483 Ha (Tabel 4.3.), maka berarti tambang emas rakyat

sudah mengalihkan fungsi sawah ± 4 % dari luas sawah yang ada. Selain alih fungsi

untuk lokasi penambangan, perkembangan penambangan emas juga berimplikasi

terhadap peningkatan jumlah pembangunan rumah yang diataranya dilakukan pada

lahan sawah. Disisi lain, pada kenagarian ini dalam periode 20 tahun terakhir tidak

pernah dilakukan pencetakan sawah baru untuk menambah luas areal persawahan

rakyat.

Selain sawah, alih fungsi lahan perkebunan juga terjadi pada kenagarian ini.

Pada umumnya lokasi penambangan dilakukan pada lahan perkebunan khusunya

kebun karet yang sebelumnya menjadi tumpuan ekonomi keluarga. Banyak

penambangan tidak melakukan reklamasi lahan kembali setelah panambangan

dilakukan. Pada usaha tambang yang tidak menghasilkan emas dalam jumlah yang

memadai, maka lahan pada umumnya ditinggalkan begitu saja sehingga tidak dapat

dimanfaatkan lagi untuk usaha pertanian.

Pada lahan yang direklamasi, untuk mengembalikan lagi fungsinya sebagai

sawah merupakan sesuatu yang sangat sulit. Dengan demikian keberadaan usaha

penambangan emas pada lahan sawah jelas akan berimplikasi negative terhadap

Page 35: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

35

produksi padi. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang usaha penambangan emas rakyat

jika tetap dilakukan tanpa pembatasan yang jelas maka akan dapat mengancam

swasembada pangan pada nagari ini.

Page 36: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

36

DAFTAR PUSTAKA

Chambers, Robert, 1993. Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, LP3ES Jakarta.

Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Barat, 2004. Potensi BahanGalian Sumatera Barat, Padang.

Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara, Direktoral Jenderal Geologi danSumberdaya Mineral, 2004. Pedoman Pengembangan PengusahaanPertambanagan Skala Kecil, Jakarta.

Elfindri,. Bachtiar, Nasri, . 2004. Ekonomi Ketenaga Kerjaan, Andalas UniversityPress, Padang.

Exploitasi Sumberdaya Mineral di Indonesia diatur dengan Undang-undang nomor 4tahun 2009, tentang Pertambangan Mineral dan Batu bara.

Fadillah T. 2010. Tambang Rakyat dan Dilema Kemanusiaan. Teknik Tambang ITB.Bandung

Haryono, 1999. Analisis Bandingan Perolehan Penambangan Emas dan BudidayaTanaman (Kopi dan Cengkeh) di Desa Tobongan, Bolaang MongondowSulawesi Utara.

Herianto, 2008. Studi Identifikasi Dampak Lingkungan Pertambangan Emas SkalaKecil di Kabupaten Garut (Studi kasus di Desa Mulyajaya), PuslitbangTeknologi Mineral dan Batubara, Bandung.

Koentjaradiningrat, 2000,. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek : Sosiologi,Ekonomi, dan Perencanaan, Liberty, Yogyakarta.

Kustiwan I .1997., Fenomena Konversi atau Alih Fungsi Lahan Pertanian kePenggunaan Non Pertanian.

Lauer, R. H. 1993, Perspektif tentang Perubahan Sosial, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Page 37: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

37

Mahdi, Marsuki ., 1998, Laporan monitoring penambangan / pendulangan emasrakyat di Kabupaten Pasaman, Kanwil Dep. Pertambanagan dan EnergiProvinsi Sumatera Barat, Padang.

M.Rasyid Manggis Dt. Radjo Panghulu. 1971. Minangkabau. Sejarah Ringkas danAdatnja Pertambangan Rakyat. Sridharma, Padang.

Manan,Imran,1997, Perubahan Sosial, Budaya dan Pendidikan, Dalam ForumPendidikan, Tahun II No. 2, Padang.

Mantra, I. B. 1985, Pengantar Kependudukan Demografi, Gajah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Ngadiman, 2000. Dampak Sosial Penambangan Emas di Kecamatan MandorKabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat, Program Studi KetahananNasional, Program Pascasarjana University Gajah mada, Yogyakarta.

Pemerintah Nagari Mundam Sakti 2010, Buku Data Dasar Profil Nagari MundamSakti Tahun 2010, Kantor Nagari Mundam Sakti.

Peraturan Bupati No 19 tahun 2007, tentang Mekanisme Pengurusan WilayahPertambangan Rakyat (WPR) dan Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR)

Pudjiastuti N.T. 2009. Strategi Pengembangan Wilayah Pertambangan Rakyat diKabupaten Bombana. Lapoan Penelitian. Dept.ESDM. Jakarta.

Ramelan R (1994). Konsepsi Dan Strategi Peningkatan Produktivitas Nasional . paperdisampaikan pada “Seminar Gerakan Produktivitas Nasional" pada tanggal13 Juli 1994 di Departemen Tenaga Kerja RI, Jakarta

Soemitro R, Sutyastie, dan Tjiptoherjanto,. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataandi Indonesia (Suatu Analisis Awal), Rineka Cipta, Jakarta.

Subri, M., 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudradjat, A., 1999. Teknologi & Manajemen Sumber Daya Mineral, Penerbit ITB,Bandung.

Page 38: Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat

38

Sugihen dan Bahrein, T. 1997, Sosiologi Pedesaan (suatu pengantar), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Undang-undang No 11 tahun 1967, tentang Ketentuan-ketentuan PokokPertambangan

Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir. 1992. Pembangunan dan AlihFungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.

Tim Terpadu Pusat Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin (PETI), 2000,Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin (PETI), InplementasiInpres No. 3 Tahun 2000, Jakarta.

Tim Terpadu Pusat Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin (PETI), 2001.Laporan Penanggulangan Masalah Pertambangan Tanpa Izin (PETI),Inplementasi Inpres No. 3 Tahun 2000, Jakarta.

Tim Inventarisasi Pertambangan Tanpa Izin (PETI), Dinas Pertambangan dan EnergiProvinsi Sumatera Barat, 2001.

Wiriosudarmo, R. 1999. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui UsahaPertambangan Skala Kecil, Yayasan Ecomine NL, Makalah pada SeminarKebijakan dan Manajemen Pertambangan Berskala Kecil, Jakarta.

Wooda,M. 1975. Culture Change, WM.C. Brown Company Publishers, Lowa.Yin. K.R. 1996. Analisas Kualitatif dan Kuantitatif, yaitu : Perjodohan pola,

Penjelasan tandingan dan analisis Deret Waktu.