KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

134
KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL AL-AKHYAR BUNGO TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini Islam OLEH: JULI WIDIYAWATI NIM.MPU.15.2.2360 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Transcript of KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

Page 1: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN

MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI

DI RAUDHATUL ATHFAL

AL-AKHYAR BUNGO

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini

Islam

OLEH:

JULI WIDIYAWATI

NIM.MPU.15.2.2360

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

Page 2: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

i

Page 3: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

ii

Page 4: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

iii

Page 5: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

iv

Page 6: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

v

Page 7: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

vi

Page 8: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

vii

Page 9: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

viii

Page 10: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

ix

Page 11: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

x

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................1

A. Latar Belakang Masalah .....................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................10

C. Fokus Penelitian ...............................................................10

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .....................................10

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ......12

A. Landasan Teori .................................................................12

B. Penelitian yang Relevan ...................................................57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................60

A. Pendekatan dan Metode Penelitian .................................60

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ...............................61

C. Jenis Data ..........................................................................62

D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................64

E. Teknik Analisis Data .........................................................66

F. Uji Kepercayaan Data (trusthworthines) .........................68

G. Rencana dan Waktu Penelitian ........................................71

BAB IV DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS .......

HASIL PENELITIAN .................................................................73

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ..............................................73

B. Hasil Penelitian .................................................................84

C. Analisis Hasil Penelitian ................................................. 112

BAB V PENUTUP ............................................................................... 119

A. Kesimpulan ..................................................................... 119

B. Rekomendasi .................................................................. 120

C. Penutup ........................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 121

Page 12: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang sebelum

pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 pasal 28 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum

jenjang pendidikan dasar, melalui jalur pendidikan formal, nonformal,

dan/atau informal, pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal

meliputi Taman Kanak-Kanak, Roudhatul Athfal atau yang sederajat

Sedangkan informal melalui kelompok bermain dan bina keluarga balita.

Menurut Biechler dan Snowman anak usia dini adalah anak yang berusia

antara 3-6 tahun.1

Menurut Slamet Suyanto anak usia dini sedang dalam tahap

pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun

mental. Pertumbuhan dan perkembangan anak telah dimulai sejak

prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Pembentukan sel saraf otak,

sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam

kandungan. 2 Tahap awal perkembangan janin sangat penting untuk

pengembangan sel-sel otak. Selanjutnya, setelah lahir akan terjadi proses

myelinasi dan sel-sel saraf dan pembentukan hubungan antarsel saraf.

Keduanya sangat penting dalam pembentukan kecerdasan. Makanan

bergizi dan seimbang serta stimulasi otak sangat diperlukan untuk

mendukung proses tersebut. Selain pertumbuhan dan perkembangan

fisik dan motorik, perkembangan moral (termasuk kepribadian, watak, dan

akhlak), sosial, emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsung

1 Yulianti, Dwi. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak. (Jakarta: PT

Indeks, 2010), hal. 9 2 Slamet Suyanto. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Yogyakarta: Hikayat

Publishing, 2005), hal. 5

Page 13: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

2

sangat pesat. Oleh karena itu, usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut usia

emas atau golden age. Dengan begitu, untuk mengembangkan bangsa

yang cerdas, bermain, bertakwa, serta berbudi luhur hendaklah dimulai

dari PAUD. Itulah sebabnya negara-negara maju sangat serius

mengembangkan PAUD. Pendidikan TK jangan dianggap sebagai

pelengkap, tetapi kedudukannya sama penting dengan pendidikan

diatasnya. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yang menyatakan

bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80%

kecerdasan tercapai pada usia delapan tahun. Islam mengajarkan orang

tua untuk mendidik anaknya sejak ia dilahirkan, karena pendidikan yang

diperoleh anak pada masa kanak-kanak sangat menentukan

keberhasilannya dimasa yang mendatang sebagaimana tersirat dalam

hadits nabi:

على عن أب ىري رة رضي اللو عنو قال قال النب صلى اللو عليو وسلم كل مولود يولد سانو )رواه البخارى ومسلم ( رانو أو يج الفطرة فأب واه ي هودانو أو ي نص

Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua

orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi,

Nashrani atau Majusi.3

Selanjutnya pada hadits yang lain juga terdapat perintah untuk

mengajarkan anak di usia dini dalam beribadah, sebagaimana dalam

hadits riwayat Tirmidzi berikut ini:

ه قال قال رسول اللو صلى الل رة عن أبيو عن جد و عبد الملك بن الربيع بن سب و عن عمها ابن عشر لة ابن سبع سنين واضربوه علي ب الص )رواه الترمزي( عليو وسلم علموا الص

3 Al-Bukhari Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah. Shahih Bukhori. t.tp: Daarut

Thuqinnajah: 1422 H. Nomor 1296

Page 14: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

3

Artinya: Ajarkanlah shalat kepada anak-anak diumur tujuh tahun, dan

pukullah mereka ketika meninggalkan shalat di umur sepuluh

tahun.4

Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu

dan kehidupan bderbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai

aspek perkembangan anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat. Oleh karena itu, pengembangan secara tepat diusia dini

menjadi penentu bagi perkembangan individu pada masa selanjutnya.

Adapun aspek-aspek perkembangan anak usia dini meliputi aspek

perkembangan bahasa, kognitif, nilai agama dan moral, fisik motorik, dan

sosial emosional.

Perkembangan motorik halus anak merupakan hal yang penting

untuk diberikan perhatian lebih karena perkembangan motorik halus

merupakan tugas perkembangan anak yang memiliki keterkaitan dengan

tugas perkembangan lain seperti kemandirian, perkembangan

kemampuan kognitif, dan lain sebagainya. Al-Qur'an menggambarkan

perkembangan motorik manusia dari lahir sampai meninggal dalam suatu

siklus alamiah. Hal ini dinyatakan sebagai berikut:

ن ضعف ث جعل من ب عد ضعف ق وة ث جعل من ب عد ق وة ضعفا اللو الذي خلقكم م وشيبة يلق ما يشاء وىو العليم القدير

Artinya : “Allah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,

kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu

menjadi kuat, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah kuat

itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang

dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha

Kuasa. (QS. ar-Rum: 54).5

Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda, ada

yang lambat dan ada pula yang normal sesuai dengan perkembangan

4 Al-Albani, M.S. Shahih Sunan Tirmidzi (Seleksi Hadits Shahih Dari Kitab Sunan

Tirmidzi Buku: 2) (Jakarta : Pustaka Azzam, 2006), hal. 372 5 Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit

J-Art, 2004), hal. 187

Page 15: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

4

kematangan anak. Namun sebaiknya selaku pendidik atau orang tua

hendaknya mengetahui permasalahan dan memberikan solusi bagaimana

meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak. Menurut Holts

(2009), kemampuan motorik anak dikatakan terlambat, bila di usianya

yang seharusnya ia sudah dapat mengembangkan keterampilan baru,

tetapi ia tidak menunjukkan kemajuan. Terlebih jika sampai memasuki

usia sekolah sekitar 6 tahun, anak belum dapat menggunakan alat tulis

dengan baik dan benar. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam

perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk

mengoordinasikan gerakan tangan dan jari-jemarinya secara fleksibel.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi keterlambatan perkembangan

kemampuan motorik halus adalah kurangnya kesempatan untuk

melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sejak bayi, pola asuh orangtua

yang cenderung overprotektif dan kurang konsisten dalam memberikan

rangsangan belajar, tidak membiasakan anak untuk mengerjakan aktivitas

sendiri, anak tidak dibiasakan makan sendiri, sehingga fleksibilitas tangan

dan jemarinya kurang terasah.

Menurut Wing (dalam Hildayani R) sebagian anak mengalami

kesulitan dalam keterampilan motorik halus dilatarbelakangi oleh pesatnya

kemajuan teknologi jaman sekarang seperti video games dan komputer.

Anak-anak kurang menggunakan waktu mereka untuk permainan yang

memakai motorik halus. Ini bisa menyebabkan kurang berkembangnya

otot-otot halus pada tangan. Keterlambatan perkembangan otot-otot ini

menyebabkan kesulitan menulis ketika anak masuk sekolah. Beberapa

anak menunjukkan keterlambatan dalam kemampuan motorik halus

karena keterlambatan tumbuh kembang atau diagnosa medik seperti

Down Syndrome atau cerebral palsy (cacat mental).6

Proses pembelajaran awal yang menyenangkan, sangat

berpengaruh pada kemajuan pembelajaran akademik dan kreativitas.

Brenner dalam Solehuddin menyatakan bahwa tak ada masa yang lebih

potensial untuk belajar daripada masa tahun-tahun awal kehidupan anak.

6 Hildayani R. Psikologi Perkembangan Anak (Univesitas Terbuka, Jakarta, 2008),

hal. 21

Page 16: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

5

Sehingga akan lebih baik bagi anak pada masa ini untuk diberi stimulasi

belajar yang efektif untuk mengembangkan pertumbuhan dan

perkembangan anak. Proses pembelajaran awal yang menyenangkan

dalam meningkatkan kemampuan motorik halus dapat dioptimalisasikan

pada awal kehidupan anak. Menurut Solehuddin berkenaan dengan

pertumbuhan fisik, anak usia dini masih perlu aktif melakukan berbagai

aktifitas. Oleh karena itu pihak sekolah selayaknya mengembangkan

kegiatan belajar yang sesuai dengan perkembangan anak untuk dapat

meningkatkan kemampuan motorik halus anak.7

Para ahli pendidikan memandang bahwa usia prasekolah

merupakan masa emas bagi penyiapan anak untuk menjalani proses

perkembangan dan belajar selanjutnya. Pada usia ini pula terdapat “masa

peka” yang sangat potensial sekali untuk dikembangkan secara optimal

sebagai tuntutan perkembangan anak. Usia emas dalam perkembangan

motorik adalah masa anak-anak usia 4–5 th Masa ini merupakan masa

untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan

fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian,

seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan

stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan

perkembangan anak tercapai secara optimal. Pada usia ini, kesehatan

fisik anak mulai stabil. Anak tidak mengalami sakit seperti usia

sebelumnya. Hal ini menyebabkan perkembangan fisik jadi lebih maksimal

daripada usia sebelumnya.

Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka

peningkatan kegiatan origami, dapat memberikan kesenangan pada anak,

memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang

lainnya. Menurut Rachmawati dkk (2003) bahwa dengan potensi

kreativitas, maka anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang

syarat dengan ide-ide kreatif, sedangkan para ahli konstruktivis

mengasumsikan bahwa pada dasarnya anak itu memiliki kemampuan

untuk membangun dan mengkreasi pengetahuan.

7 Solehuddin. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. (Bandung : UPI, 2000), hal.

7

Page 17: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

6

Menurut pandangan Schickedanz dalam Solehuddin pengetahuan

pada dasarnya dibangun. Pengetahuan itu tidak terletak dimanapun,

melainkan dibangun oleh anak dengan berinteraksi dengan

lingkungannya. Hal ini diasumsikan bahwa keterlibatan, kreativitas, dan

inisiatif anak dalam proses belajar merupakan hal yang esensial, serta

menciptakan suasana belajar yang bermakna. Berkaitan dengan

pembelajaran di sekolah, sebenarnya banyak pendekatan dan kegiatan

pembelajaran yang dapat mendukung pengembangan aspek motorik

halus anak. 8

Pendekatan seni merupakan suatu proses pembelajaran yang

dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Seni adalah

kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan

kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indra

dan rasa, kemampuan intelektual, kreatifitas serta keterampilan teknik

untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial

dengan menggunakan berbagai media. Pengembangan seni juga

bertujuan mengembangkan keterampilan motorik halus anak didik dalam

berolah tangan. Salah satu diantaranya adalah pembelajaran bidang seni

rupa yaitu pada kegiatan melipat kertas (origami). Dalam hal ini yang perlu

lebih diperhatikan maknanya dalam bermain origami yaitu aktivitas yang

dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Kondisi untuk memperoleh

kesenangan seperti ini dapat dijumpai dalam hadis Rasul, antara lain

sebagai berikut:

عليه و بي صلهى الله عنه قال بينا الحبشة يلعبون عند النه عن أبي هريرة رضي الله سله

يا عمر بها فقال دعه دخل عمر فأهوى إلى الحصى فحصبه )رواه البخارى(بحرابه

Artinya : dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Ketika para budak

Habasyah sedang bermain menunjukkan kebolehannya

menggunakan alat perang mereka di hadapan Nabi shallallahu

'alaihi wasallam tiba-tiba 'Umar masuk lalu mengambil kerikil

8 Solehuddin. Op.Cit., hal. 18

Page 18: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

7

kemudian melemparkannya kepada mereka. Maka Beliau

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Biarkanlah mereka wahai

'Umar".9

Pembelajaran seni merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak (Raudhatul Athfal) yang memiliki

aspek bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain (Sukardi, 2008).

Melipat kertas (origami) merupakan kegiatan hiasan (ornamen) dengan

menggunakan kertas tertentu. Origami peranannya bisa meluas ke segala

bidang, misalnya dipergunakan sebagai bagian dari perlengkapan hidup.

Origami telah memasuki segala aspek kehidupan manusia. Dengan

demikian origami memiliki peranan pada semua bidang tergantung pada

kebutuhan manusia, termasuk peranannya dalam bidang pendidikan

untuk keperluan melatih kemampuan motorik halus pada suatu

pembelajaran.

Berdasarkan jurnal internasional yang disampaikan oleh Robert J.

Lang yang telah mempelajari tentang origami lebih dari 40 tahun The

Fourth Internasional Meeting on Origami in Science (40SME), September

2006 pada Institute of Technology Pasadena, California bahwa ada

hubungan yang sangat erat antara origami dengan mathematika,

teknologi, pendidikan, dan program komputer. Dalam Jurnal nasional oleh

Andyda Melia pemerhati anak dan parenting menyampaikan hasil

penelitian yang telah dipublikasikan, disimpulkan bahwa belajar origami

bermanfaat bagi anak untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dan

koordinasi antara tangan dan mata. Bagi guru dapat menggunakan

origami untuk mengerjakan berbagai konsep matematika. Membuat

origami juga memberi pengaruh positif pada memori, proses imajinasi,

perhatian dan meningkatkan harga diri. Origami merupakan aktivitas

9 Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail,Ensiklopedia Hadits;Shahih

al-Bukhari 1, Terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi, Jakarta: Almahira, Cet. I, 2011 Haits Nomor 2686, hal. 679

Page 19: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

8

orang tua dan anak. Hal ini karena origami sebagai aktivitas orang tua,

kemudian anak mencoba membuat.10

Kegiatan origami ini melibatkan unsur otot, syaraf, otak, dan jari-

jemari tangan. Anak selayaknya diberi motivasi, dorongan yang dapat

memunculkan minat anak terhadap kegiatan tersebut. Anak dilatih

memegang kertas dengan benar ketika melipat suatu kertas dalam bentuk

tertentu, sehingga dapat meningkatkan kelenturan jari jemari anak.

Disinilah unsur-unsur tersebut akan terkoordinasi jika dilakukan dengan

intensif. Tak ada seorang anak pun yang tidak bisa melipat kertas, namun

perlu pembelajaran yang sabar, telaten dan rutin.

Melihat kenyataan di lapangan, sebagian besar Taman Kanak-

kanak menerapkan pembelajaran yang dijadikan dasar peningkatan

motorik halus terkadang kurang terencana dan terprogram. Guru masih

menerapkan pembelajaran yang bersifat konvensional seperti

pembelajaran yang kurang memunculkan minat anak dan masih

kurangnya sarana prasarana pembelajaran dalam meningkatkan

kemampuan motorik halus anak.

Berdasarkan pengamatan awal dan hasil diskusi dengan guru kelas

pada tanggal 10 April 2018 di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

menunjukan bahwa anak-anak pada umumnya masih memiliki

kemampuan motorik halus yang masih rendah terutama pada kegiatan

pramenulis seperti cara memegang pensil yang belum benar, menjiplak

bentuk/ garis yang belum rapi, kesulitan membuat bentuk-bentuk tulisan,

mewarnai yang masih terlihat corat-coret, melipat kertas (origami) serta

kegiatan lainnya yang masih memerlukan bimbingan dari lingkungan

terutama kemampuan motorik halus, yang mencakup penggunaan

koordinasi otot-otot kecil/ halus. Hal ini bisa disebabkan faktor

kematangan anak dan stimulasi/ latihan yang belum diterapkan secara

konsisten seperti pembelajaran yang ada dalam program di sekolah

tersebut. Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak belum

terencana secara khusus. Untuk itu sebaiknya masalah ini segera

10

Andyda Melia, Jurnal Nasional, (2011)

Page 20: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

9

diantisipasi, sehingga kekhawatiran anak mengalami kesulitan dalam

kemampuan motorik halus dapat diminimalisir. Pada umumnya motorik

halus anak di Taman Kakan-Kanak sebagian besar terlambat tidak sesuai

dengan usianya. Hal ini juga terlihat pada Raudhatul Athfal Al-Akhyar

Bungo.

Hasil pengamatan pada tanggal 10 April 2018 di Raudhatul Athfal

Al-Akhyar Bungo juga menunjukan bahwa anak yang berusia 4-5 tahun

belum dapat menggunakan alat tulis dengan baik dan benar, motorik

halusnya sangat lemah/ kurang, terutama keterampilan melipat kertas.

Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik

halus, mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan gerak tangan dan

jari jemarinya secara fleksibel, khususnya kegiatan melipat kertas

(origami). Dari jumlah 38 anak didik, Kelompok A terdapat 30 atau sekitar

80% anak didik yang terlambat kemampuan motorik halusnya, sedangkan

yang mampu hanya sebanyak 8 atau sekitar 20% anak didik.

Berdasarkan kenyataan tersebut, sebagai solusi tindakan untuk

memecahkan masalah keterampilan motorik halus anak, maka

dilaksanakan kegiatan origami sebagai media pembelajaran. Dasar

pertimbangan pemilihan origami untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus anak adalah sebagai berikut : pertama, kegiatan origami, anak

dapat membuat sesuatu dari cara yang mendasar yaitu, meniru,

berkreatifitas dan berimajinasi. Kedua, anak belajar mengapresiasi seni

dan keindahan. Artinya belajar keindahan jiwa. Ketiga, belajar membuat

model dan permainan sendiri. Keempat, anak belajar melihat gambar,

belajar mencari solusi sehingga berhasil membentuk sebuah model

origami, juga anak belajar konsep berbandingan bentuk: yang

kesemuanya itu memerlukan keterampilan motorik halus.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang kegiatan origami yang dapat dijadikan

media pembelajaran untuk mempermudah meningkatkan keterampilan

motorik halus, yang dituangkan dalam proposal penelitian dengan judul

Page 21: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

10

“Kegiatan Bermain Origami dalam Mengembangkan Keterampilan

Motorik Halus Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo”

B. Rumusan Masalah

Dilihat dari latar belakang di atas, maka permasalahan dalam

penellitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. bagaimana langkah guru dalam mengembangkan motorik halus anak

usia dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo?

2. Apakah kegiatan bermain origami dapat mengembangkan motorik halus

anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo?

3. Apa faktor penghambat dan pendukung kegiatan bermain origami dapat

mengembangkan motorik halus anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo?

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada kegiatan bermain origami dapat

mengembangkan motorik halus anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui:

1. Kegiatan guru dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini

di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo.

2. Kegiatan bermain origami dalam mengembangkan motorik halus

anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo.

3 Faktor penghambat dan pendukung kegiatan bermain origami

dapat mengembangkan motorik halus anak usia dini di Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Bungo

2. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis

maupunsecara praktis untuk pihak-pihak sebagai berikut:

Page 22: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

11

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

informasi bagi pengembangan karya tulis ilmiah khususnya dalam

bidang pembelajaran origami untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat

merubah pembelajaran yang sudah ada ke arah yang lebih baik.

b. Secara Praktis

1) Bila ditemukan kekurangan dari kegiatan bermain origami dalam

mengembangkan motorik halus anak usia dini di Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Bungo, maka dapat bermanfaat bagi tenaga

pendidik dalam mengevaluasi kegiatan tersebut.

2) Bila ditemukan kelebihan dari kegiatan bermain origami dalam

mengembangkan motorik halus anak usia dini di Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Bungo, maka dapat memberikan ilmu

pengetahuan baru bagi tenaga pendidik dalam rangka

mengembangkan motorik halus anak usia dini.

Page 23: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

12

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

1. Bermain Origami

a. Pengertian Origami

Seni melipat kertas di Jepang dikenal dengan istilah origami. Kata

origami terdiri dari dua kata yaitu oru dan kami. Oru berati melipat dan

kami berati kertas. Seni melipat kertas atau origami adalah suatu seni

yang berasal dari Cina yang diperkenalkan oleh seorang yang bernama

Ts'ai Lun yang awal mulanya terbuat dari kertas yang berasal dari

hancuran tumbuhan dan kain yang sudah tidak terpakai. Pada abad ke

enam, origami ini dibawa ke Spanyol dan Jepang dan hingga kini sudah

sangat populer di Indonesia.

MS Sumantri menyatakan bahwa melipat merupakan kegiatan

keterampilan tangan untuk menciptakan bentuk-bentuk tertentu tanpa

menggunakan bahan perekat (lem). Kegiatan ini membutuhkan

keterampilan koordinasi mata dan tangan, ketelitian, kerapian, dan

kreativitas. Apabila kegiatan ini sesuai dengan minat anak akan

memberikan kegembiraan dan keasyikan serta kepuasan bagi anak.11

Menurut M. Amanuma dalam Danandjaja, Origami adalah seni

melipat kertas menjadi berbagai bentuk. Bangsa Jepang tidak

menganggap origami sebagai suatu seni yang berdiri sendiri, karena

mereka lebih menganggap melipat kertas itu sebagai satu bagian yang tak

terpisahkan dengan kebudayaan bangsanya. Bahan yang digunakan

origami adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Sebuah

hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan

enak dipandang.

11

MS Sumantri. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi, 2005). hal. 151

Page 24: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

13

Kebanyakan anak-anak TK dan SD sudah diajarkan cara membuat

bermacam -macam bentuk dari kertas lipat atau origami paper. Dengan

bermacam-macam warna (merah, kuning, orange, ungu, hijau) mampu

menarik perhatian anak-anak kecil untuk mau mencoba membuat

berbagai bentuk, seperti membuat kapal. topi, kincir angin dan pesawat. Di

negara asalnya, origami ini juga dipakai-saat mengajar anak-anak di TK

yang termasuk tidak bisa diam di kelas sangat antusias waktu mengikuti

tahapan pembuatan origami ini. Anak-anak dengan tekun mengikuti

panduan yang diberikan oleh sang guru sambil melakukan gerakan-

gerakan melipat dan dapat mengembangkan daya, cipta. Dan hal ini

mampu mengembangkan sistem syaraf motorik. Dalam hal ini yang perlu

lebih diperhatikan maknanya dalam bermain origami yaitu aktivitas yang

dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Kondisi untuk memperoleh

kesenangan seperti ini dapat dijumpai dalam hadis Rasul, antara lain

sebagai berikut:

عليه و بي صلهى الله عنه قال بينا الحبشة يلعبون عند النه ب عن أبي هريرة رضي الله دخل عمر سله حرابه

يا عمر بها فقال دعه )رواه البخارى( فأهوى إلى الحصى فحصبه

Artinya : dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Ketika para budak

Habasyah sedang bermain menunjukkan kebolehannya

menggunakan alat perang mereka di hadapan Nabi shallallahu

'alaihi wasallam tiba-tiba 'Umar masuk lalu mengambil kerikil

kemudian melemparkannya kepada mereka. Maka Beliau

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Biarkanlah mereka

wahai 'Umar".12

Menurut Sudjianto origami yaitu seni melipat kertas menggunakan

keterampilan tangan dengan teknik dan ketelitian tinggi tanpa

menggunakan gunting atau alat potonglainnya dan tidak menggunakan

12

Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail,Ensiklopedia Hadits;Shahih al-Bukhari 1, Terj. Masyhar dan Muhammad Suhadi, Jakarta: Almahira, Cet. I, 2011 Haits Nomor 2686, hal. 679

Page 25: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

14

lem perekat dengan hanya menggunakan selembar kertas segi empat

yang dilipat-lipat dan diciptakan keaneka ragaman basil karya lipatan

berwarna. Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa origami

merupakan seni melipat kertas yang menggunakan keterampilan tangan

dengan bahan dasar kertas yang berbentuk segi empat. Sedangkan

menurut Maya Hirai origami adalah seni melipat kertas artinya dengan

bahan dasar kertaslah kreativitas seni ini dilakukan dan dikembangkan.13

b. Jenis -jenis Kertas Origami

Ada beberapa jenis-jenis kertas origami yang biasa digunakan dalam

membuat model origami yaitu:

1) Washi adalah kertas origami khas Jepang yang berkualitas tinggi.

Harganya cukup mahal, biasa digunakan untuk model-model origami

washi doll. Pada Gambar 1 berikut ini adalah kertas washi:

Gambar 1. kertas origami jenis Washi

2) Origami Paper adalah kertas yang berbentuk persegi merupakan kertas

dengan motif atau polos terbuat dari kertas HVS yang diberi motif

menarik. Kertas jenis ini sebenarnya terbagi menjadi beberapa jenis

13

Dahidi Ahmad Sudjianto. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. (Jakarta: Kesaint Blanc , 2004) hal. 82

Page 26: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

15

kalau dikategorikan menurut motifnya, yaitu 1 sisi, 2 sisi bermotif atau

polos. Pada Gambar 2 di bawah ini adalah origami paper.

Gambar 2. kertas origami jenis paper

3) Chiyagomi adalah kertas chiyago hampir sama motifnya dengan kertas

washi. Teksturnya lebih halus dan lebih cenderung seperti kertas HVS

mempunyai motif yang istimewa kadang ada tambahan emas

dimotifnya. Gambar 3 berikut ini adalah kertas chiyagomi.

Page 27: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

16

Gambar 3. kertas origami jenis Chiyagomi

4) Gold Foil Paper adalah kertas emas yang masih jarang ditemukan di

Indonesia. Secara umum di sini ada kertas emas atau perak tapi belum

khusus diproduksi sebagai kertas origami, sehingga kita harus

memotong sendiri kertas tersebut, selain itu kualitas dari kertasnya

belum bagus. Gambar 4 berikut ini adalah gold foil paper:

Page 28: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

17

Gambar 4. kertas origami jenis Chiyagomi

Sri Setiani berpendapat jenis kertas yang bisa digunakan untuk

melipat antara lain kertas putih dengan ukuran bervariasi, kertas

berwarna/kertas origami, kertas koran, dan guntingan majalah yang

ukurannya simetris. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada

penelitian ini peneliti menggunakan media jenis kertas Origami Paper

yang berwarna polos dan motif serta kertas kado yang mana peneliti

memotong sendiri.14

c. Dasar-dasar Melipat Kertas (Origami)

Kegiatan origami dalam pelaksanaanya harus mengikuti langkah-

langkah dasar melipat, ini bertujuan agar kegiatan origami mudah untuk

diikuti anak-anak.

Sumanto berpendapat bahwa ada beberapa dasar-dasar melipat

kertas antara lain yaitu:15

1) Gunakan jenis kertas khusus untuk melipat. Kertas lipat biasanya

sudah dikemas dalam bungkus plastik berbentuk bujur sangkar dalam

berbagai ukuran dan warna. Melipat juga dapat menggunakan jenis

14

Sri Setiani (2007: 3.19) 15

Sumanto (2005: 100)

Page 29: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

18

kertas HVS, kertas manila, kertas koran, kertas payung, kertas marmer,

kertas buku tulis, kertas kado, dan sejenisnya. Sedangkan mengenai

ukuran dan warnanya dapat disesuaikan dengan bentuk atau model

lipatan yang akan dibuat.

2) Setiap model lipatan, ada yang dibuat dari kertas berbentuk bujur

sangkar, bujur sangkar ganda, empat persegi panjang, dan segi tiga.

Misalnya untuk lipatan model rumah, perahu, bunga, gelas, bola kotak

dibuat dengan menggunakan kertas berbentuk bujur sangkar, model

katak lompat menggunakan kertas bujur sangkar ganda. Lipatan model

perahu layar, kapal terbang, mainan topeng mamakai kertas empat

persegi panjang. Lipatan model ikan dapat dibuat dari kertas berbentuk

segi tiga. Setiap model akan dapat dibuat dari kertas berbentuk segi

tiga. Setiap model lipatan tidak selalu menggunakan kertas berbentuk

bujur sangkar.

3) Untuk memudahkan melipat berdasakan gambar kerja (pola), kenalilah

petunjuk dan langkah-langkah pembuatannya. Petunjuk melipat

ditandai dengan garis anak panah sesuai arah yang dimaksudkan

dalam tahapan lipatan. Misalnya lipatan ke tengah, lipatan rangkap,

lipatan sudut, hasil lipatan dibalik, hasil lipatan ditarik, dan sebagainya.

4) Kualitas hasil lipatan ditentukan oleh kerapian dan ketepatan teknik

melipat, mulai dari awal sampai selesai.

d. Langkah Kerja Melipat (Origami)

Ada beberapa langkah kerja melipat menurut Sumanto sebagai

berikut:16

1) Tahap persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran, dan

warna kertas yang digunakan untuk kegiatan melipat. Juga

dipersiapkan bahan pembantu dan alat yang diperlukan sesuai model

atau bentuk yang akan dibuat.

2) Tahap pelaksanaan, yaitu membuat lipatan tahap demi tahap sesuai

gambar pola (gambar kerja) dengan rapi menurut batas setiap tahapan

lipatan sampai selesai.

16

Sumanto (2005: 102)

Page 30: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

19

3) Tahap penyelesaian, yaitu melengkapi bagian-bagian tertentu pada

hasil lipatan.

Melipat lurus dan melipat miring perlu diberikan sebagai dasar dalam

melatih kemampuan anak pada kegiatan melipat kertas ke berbagai arah

atau posisi dengan menggunakan beberapa ukuran kertas. Melipat lurus

dan melipat miring merupakan cara/pendekatan yang harus dilakukan

dalam pembuatan suatu model lipatan.

Pendidik anak usia dini dalam mengajarkan melipat, hendaknya

mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada. Adapun petunjuk mengajarkan

melipat kertas menurut Sumanto adalah sebagai berikut:17

1) Pendidik dalam memberikan peragaan langkah-langkah melipat pada

anak TK supaya menggunakan peraga yang ukurannya lebih besar dari

kertas lipat yang digunakan oleh anak. Selain itu lengkapi peragaan

tersebut dengan gambar langkah-langkah meliputi yang ditempelkan di

papan tulis dan contoh hasil melipat yang sudah jadi dengan baik.

2) Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh anak hendaknya

diberikan penguatan oleh guru misalnya “rapikan lipatan”,

haluskan/setrika lipatan yang sudah dibuat dan sebagainya.

3) Bila anak sudah selesai membuat bentuk lipatan, anak diberi reward

atau pujian dan diberi kesempatan untuk mengulangi melipat lagi agar

setiap anak memiliki keterampilan sendiri membuat lipatan tanpa

bantuan bimbingan dari guru.

e. Manfaat bermain Origami

Menurut Sukardi menyebutkan beberapa alasan dan sekaligus

manfaat berorigami untuk anak, yaitu :18

1) Anak belajar meniru/ mengikuti

Ketika seorang anak mengikuti tahap demi tahap lipatan dengan baik,

maka sebenarnya ia telah belajar bagaimana mengikuti petunjuk dan

arahan baik dari orang tua, instuktur, maupun dari gambar/foto origami.

17

Sumanto (2005: 108) 18

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara

Page 31: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

20

Dari sanalah ia belajar membuat sesuatu dari cara yang paling

mendasar yakni meniru.

2) Anak belajar berkeativitas

Origami memang dunia kreativitas. Begitu banyak model origami,baik

model tradisional maupun model dari karya-karya terbaru. Seorang

anak tinggal memilih model apa dan mana yang ia sukai. Seiring

dengan itu, jika anak sudah mulai mahir melipat dan sudah banyak

model yang ia lipat, maka pada saat tertentu nanti akan muncul

gagasan ingin membuat sesuatu dari teknik-teknik lipatan yang telah

dikenalnya. Ini artinya ia belajar berkreasi untuk menghasilkan sesuatu.

3) Anak belajar berimajinasi

Model origami biasanya juga merupakan miniature dari mahluk dan

benda-benda kebutuhan hidup. Modelnya merupakan hasil dari

imajinasi para pembuatnya. Ada model-model yang sangat jelas atau

sangat natural dari bentuk-bentuk atau model-model kehidupan. Namun

ia juga kadang begitu abstrak sehingga lebih diperlukan imajinasi yang

kuat untuk menagkapnya. Seorang anak akan belajar berimajinasi

melalui origami ini. Apa bila ketika ia telah mencoba berkreasi dengan

sesuatu bentuk yang baru tanpa meniru atau mengikuti diagramnya.

4) Anak belajar berkarya (seni)

Origami adalah seni melipat kertas, sehingga ketika seorang anak

membuat origami berarti ia telah belajar berkarya (seni). Seni disini bisa

diartikan dalam dua hal, yakni pertama seni melipatnya (teknik dan cara

melipatnya, prosesnya pada setiap tahap, dan sebagainya), yang

kedua adalah modelnya itu sendiri yang menjadi karya seni. Hasil karya

origami jelas dapat dimasukkan dalam seni visual (visualart).

Penggunaan jenis ragam dan warna kertas akan menjadikan model

yang juga berbeda, termasuk komposisi yang diinginkannya.

5) Anak belajar menghargai/ mengapresiasi

Bicara soal karya dan seni, tentu tidak lepas dari apresiasi dan

penghargaan. Mempraktekkan origami berarti juga belajar

mengapresiasi sebuah cabang karya seni dan seni visual. Seorang

Page 32: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

21

anak ketika berorigami berarti juga akan belajar mengapresiasi seni

dan keindahan sejak dini, artinya ia juga belajar kehalusan jiwa.

6) Anak belajar membuat model

Origami adalah melipat kertas untuk membuat suatu model. Maka

ketika seorang anak berorigami, ia sedang belajar membuat dari

selembar kertas (atau lebih) menjadi sebuah model sesuai dengan

kemampuan dan kesukaannya. Model dalam origami sangatlah banyak

dan terus berkembang seiring dengan karya-karya baru yang dihasilkan

oleh para pelipat. Namun model origami yang disukai anak biasanya

adalah model origami tradisional yang berupa mainan (miniatur)

binatang, pesawat (anak laki-laki), rumah dan alat rumah tangga (anak

wanita) dan sebagainya. Model origami untuk anak ini, biasanya terdiri

dari lipatan sederhana dan sedikit tahapan dalam digramnya. Namun

tidak menutup kemungkinan, seorang anak yang telah banyak

mencoba jenis lipatan akan membuat model origami yang mempunyai

tingkat kesulitan tinggi. Semakin banyak mencoba jenis lipatan,

seorang anak tentu dapat membuat model origami lebih banyak lagi.

7) Anak belajar membuat mainannya sendiri

Banyak model origami yang dapat digunakan untuk bermain anak,

misalnya kodok lompat, piring terbang, bola besar, pesawat-pesawat

terbang, perahu, kuda berputar, suara tembakan, baling-baling, model

peralatan rumah mulai lemari, kursi, meja dipan, dan Iain-lain. Model-

model itu umumnya dapat cukup dibuat dari selembar kertas saja.

Untuk model tertentu yang berukuran besar bisa menggunakan kertas

karton, seperti untuk membuat topi, bola besar, pesawat dan lain-lain.

Perlu digaris bawahi dalam berorigami, melipatnya itu sendiri adalah

bagian dari bermain, setelah menjadi model, juga dapat dimainkan baik

sendiri atau bersama.

8) Anak belajar membaca diagram/gambar

Belajar origami, selain melalui bimbingan seorang guru atau instruktur,

dapat pula melalui animasi atau diagram dari sebuah buku origami. Jadi

seorang anak dapat membuat origami dengan mengikuti diagram yang

Page 33: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

22

ada dalam buku, meski harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat

kemampuannya. Ini diharapkan agar anak tidak kesulitan untuk

menyelesaikannya. Bahkan dianjurkan, bila kemampuan sang anak

masih tahap pemula, Bahkan dianjurkan, bila kemampuan sang anak

masih tahap pemula, baiknya senantiasa didampingi orang dewasa,

agar ketika mendapat kesulitan ada yang membantu untuk

menyelesaikannya. Yang pasti, semakin sering anak berlatih melalui

diagram-diagram yang ada, maka akan meningkat pula kemampuan

membaca diagramnya termasuk pengenalan terhadap jenis lipatan

yang digunakan. Proses membaca diagram akan merangsang

logikanya untuk memikirkan rangkaian tahapan hingga selesai.

9) Anak belajar menemukan solusi bagi persoalannya

Sebuah diagram origami terdiri dari beberapa tahapan. Dimana setiap

tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan lipatan yang

beraneka ragam. Ketika seorang anak membuat origami dengan cara

mengikuti alur sebuah diagram, sebetulnya dia sedang menghadapi

persoalan pada setiap tahap diagram itu. Bila mana dia berhasil

mengikuti tahap demi tahap, artinya ia dapat menyelesaikan persoalan

origami. Pada saat seperti itu, untuk anak umur tertentu akan berjalan

logikanya. Bagaimana mengikuti, membaca gambar, dan

menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Bahkan jika mulai membuat

karya sendiri, ia akan berusaha mencari solusi, sehingga berhasil

membentuk sebuah model origami yang diharapkan. Tentu ini latihan

yang sangat baik bagi anak belajar memecahkan persoalannya.

10) Anak belajar perbandingan (proporsi) dan berpikir matematis

Satu diantara yang sangat menentukan keindahan model origami

adalah yang disebut dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk).

Mengapa ini atau itu mirip bentuk tertentu adalah karena teori proporsi.

Tingkat keindahan sebuah model origami (meski sudah jelas modelnya)

adalah juga sangat terletak pada proporsi ini. Di sisi lain jenis lipatan

origami tradisional umumnya merupakan jenis lipatan berdasarkan teori

matematis, artinya bukan asal lipatan (berbeda dengan banyak teknik

Page 34: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

23

untuk model-model kontemporer). Dengan demikian, aktifitas origami

dapat membimbing seorang anak untuk mengenal konsep

perbandingan bentuk dan sekaligus konsep matematis. Demikian

manfaat origami sangat berdapak luas, dari meniru, berkreativitas,

berimajinasi, berkarya, berapresiasi, membuat model. membuat mainan

sendiri, belajar membaca diagram/gambar, belajar menemukan solusi

persoalan, belajar perbandingan(proporsi) dan berberpikir matematis.

Itu semua sangat berguna untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus anak menjadi lebih baik.

Menurut Fajar Ismayanti menyebutkan ada beberapa manfaat

origami yaitu:19

1) Anak belajar meniru/mengikuti arahan. Apabila anak dapat mengikuti

tahap demi tahap dalam melipat dengan baik, maka sebenarnya anak

itu telah belajar bagaimana cara mengikuti petunjuk dan arahan dari

orangtua atau guru. Hal ini lah yang mendasari bahwa anak telah

belajar dengan cara meniru.

2) Anak belajar berkreativitas. Origami pada dasarnya adalah dunia

kreativitas. Banyak model-model origami baik model tradisional maupun

modern. Anak-anak dapat memilih sesuai dengan apa yang dia suka.

Seiring berjalannya waktu, apabila anak sudah mahir melipat anak akan

membuat lipatan sesuai dengan gagasannya. Hal ini berarti anak

belajar berkreasi untuk menghasilkan sesuatu.

3) Anak belajar berimajinasi. Seorang anak akan belajar berimajinasi

melalui origami, apabila anak telah mencoba berkreasi dengan sesuatu

bentuk yang baru tanpa meniru atau mengikuti arahan dari guru atau

orangtua.

4) Anak belajar berkarya. Origami adalah seni melipat kertas, sehingga

ketika seorang anak membuat origami berarti ia telah belajar berkarya

(seni). Seni di sini bisa diartikan dalam dua hal, yakni pertama seni

melipatnya (teknik dan cara melipatnya, prosesnya pada setiap

tahapan, dsb), yang kedua adalah modelnya itu sendiri yang menjadi

19 Fajar Ismayanti. (2012). Manfaat Origami. http://sanggar-origamiindonesia.

com/10-manfaat-origami.html.

Page 35: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

24

karya seni. Hasil karya origami jelas dapat dimasukkan dalam seni

visual (visual art).

5) Anak belajar menghargai/mengapresiasi. Mempraktekkan origami

berarti juga belajar mengapresiasi sebuah cabang karya seni dari seni

visual. Seorang anak ketika berorigami berarti juga akan belajar

mengapresiasi seni dan keindahan sejak dini, artinya ia juga belajar

kehalusan jiwa.

6) Anak belajar membuat model. Origami merupakan kegiatan melipat

kertas untuk membuat suatu bentuk model. Misalnya, anak perempuan

membuat miniatur bentuk binatang, anak laki-laki membuat bentuk

pesawat. Hal ini akan terus berkembang sesuai dengan kemampuan

anak dalam membuat bentuk model lipatan dari yang mudah ke yang

sulit.

7) Anak belajar membuat mainan sendiri. Banyak model bentuk origami

yang dapat untuk mainan anak seperti bentuk katak lompat, topi, kapal,

dan pesawat. Anak dapat membuat sendiri mainan itu dengan selembar

kertas untuk mainan sendiri maupun dengan temannya.

8) Anak dapat membaca gambar. Anak dalam belajar origami melalui

buku yaitu dengan membaca gambar atau petunjuk yang telah tertera

pada buku tersebut. Hal ini akan meningkatkan rangsangan logika anak

untuk mengikuti petunjuk yang ada.

9) Anak dapat menemukan solusi untuk permasalahannya. Origami dalam

pembuatannya terdiri dari beberapa tahapan, dimana setiap

tahapannya merupakan rangkaian persoalan-persoalan lipatan yang

beraneka ragam. Ketika seorang anak membuat origami dengan cara

mengikuti alur tahapan, sebenarnya dia sedang menghadapi persoalan

pada setiap tahapan itu. Apabila anak berhasil mengikuti tahap demi

tahap, artinya ia dapat menyelesaikan persoalan origami.

10)Anak belajar perbandingan (proporsi)/matematis. Salah satu keindahan

model origami adalah dengan proporsi bentuk (perbandingan bentuk).

Mengapa model ini atau itu mirip bentuk tertentu yaitu karena teori

proporsi. Tingkat keindahan sebuah model origami (walaupun sudah

Page 36: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

25

jelas modelnya) juga sangat terletak pada proporsi. Di sisi lain jenis

lipatan origami tradisional umumnya merupakan jenis lipatan

berdasarkan teori matematis, artinya bukan asal lipatan. Dengan

demikian, aktifitas origami dapat membimbing seorang anak untuk

mengenal konsep perbandingan bentuk dan sekaligus konsep

matematis.

Manfaat origami menurut Pandiangan (Ni Kadek Novia Purnamasari,

I Gusti Agung Oka Negara, & I Made Suara) menyatakan bahwa manfaat

origami yaitu:20

1) Melatih motorik halus pada anak sekaligus sarana bermain yang aman,

murah, menyenangkan, dan kaya manfaat.

2) Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri sehingga

menciptakan kepuasan dibandingkan dengan mainan yang sudah jadi

dan beli di toko mainan.

3) Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses

tahapan mengajarkan anak untuk tekun, sabar, serta disiplin untuk

mendapatkan bentuk yang diinginkan.

4) Anak melalui kegiatan origami diajarkan untuk menciptakan sesuatu,

berkarya, dan membentuk model sehingga membantu anak

memperluas imajinasi mereka dengan bentukan origami yang

dihasilkan, karena berhasil menciptakan sesuatu dari tangan mungil

mereka.

5) Suatu kebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi anak-anak, terlebih

lagi anak belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.

6) Belajar membaca diagram/gambar, berpikir matematis serta

perbandingan (proposisi) lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui

origami adalah suatu keuntungan lain dari mempelajari origami.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat origami

dalam penelitian ini adalah melatih motorik halus anak, anak dapat belajar

membuat mainan sendiri, mengajarkan anak tekun dan sabar, dan anak

20

Ni Kadek Novia Purnamasari, I Gusti Agung Oka Negara, & I Made Suara. (2014). Penerapan Metode Demonstrasi melalui Kegiatan Melipat Kertas (Origami) untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus Anak. http://ejournal.undiksha.ac.id.

Page 37: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

26

dapat belajar membaca gambar/diagram lewat bentuk yang dibuat melalui

origami. Manfaat origami dalam penelitian ini adalah melatih kemampuan

gerakan anak menggunakan otot-otot halus pada jari tangan agar anak

dapat membuat bentuk-bentuk tertentu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh PAR (Partisipatory Action

Reseach) yang dilakukan di Kampung Gang Buaya , Blotongan Salatiga

melalui permainan origami untuk meningkatkan motorik halus anak usia 4-

5 tahun. Melalui permainan origami, motorik halus anak dapat meningkat

secara bertahap. Halini di dapat di buktikan dari hasil tindakan penelitian

yang dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Steffi Claudia diketahui

bahwa permainan Origami dapat meningkatkan motorik halus anak, hal ini

bisa dibuktikan dari meningkatnya persentase motorik halus anak.

Ketrampilan motorik halus anak meningkat pada Siklus I sebesar 49, 93%

menjadi 51,81%. Pelaksanaan Siklus II mengalami peningkatan sebesar

68,50 % menjadi 79. 62%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

dengan melalui permainan origami dapat meningkatkan keterampilan

motorik halus anak usia 4-5 tahun, juga dengan permainan kertas origami

dapat melatih koordinasi mata dan tangan.21

Hasil penelitian yang dilakukan Hartatik diketahui bahwa tindakan

guru dengan menggunakan media berbagai kertas, sebagai upaya

meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak membawa hasil. Hal

ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar mencapai 83%, setelah dilakukan

tindakan pada siklus III. Anak merasa tertarik dengan media pembelajaran

yang disediakan, sehingga anak antusias dan dapat melipat kertas

origami dengan baik. Sedangkan dari sisi guru, melalui kegiatan origami

ini guru sudah menemukan media pembelajaran yang menarik bagi anak,

sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Jika kriteria

21

Steffi Claudia. Origami Game for Improving Fine Motor Skills for Children 4-5 Years Old. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 2 Issue 2 (2018) Pages 143-148

Page 38: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

27

tersebut terpenuhi maka tindakan guru berhasil dengan demikian hipotesis

tindakan diterima.22

Penelitian yang dilakukan oleh Sumedi P Nugraha dan Davina

Muliatsih mengenai pengembangan kreativitas anak usia dini melalui

origami diketahui bahwa Seni melipat kertas atau origami, merupakan

kegiatan yang sangat baik untuk merangsang kreatifitas serta

membangun daya pikir terstruktur pada anak. Menyadari hal tersebut

penulis memilih untuk mencoba mengajarkan beberapa metode melipat

kertas sederhana kepada anak-anak usia dini di dusun Cangkol Duwur,

Desa Lencoh, Boyolali. Kegiatan ini sengaja penulis adakan mengingat

jumlah anak kecil yang terlihat cukup banyak dan belum adanya kegiatan

yang merangsang perkembangan motorik serta kreatifitas anak yang

diajarkan disini. Karena subjek dari kegiatan ini merupakan anakanak usia

dini, maka kegiatan ini memang dirancang dengan metode yang

sederhana. Anak-anak yang mengikuti kegiatan ini hanya disuruh melihat,

lalu mempraktekkan secara bersama dan mereka bahkan boleh

membentuk pola lain yang mereka inginkan jika bisa. Alokasi waktu pada

kegiatan ini adalah 4 jam waktu efektif dengan 2 kali pertemuan. Hasil dari

pertemuan ini anak-anak menjadi lebih kreatif dan mulai menumbuhkan

pola pikir kreatif, inofatif dan terstuktur sejak kecil.

2. Pengembangan Motorik Halus

a. Pengertian Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan

fungsinya. Otot halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan

bagian-bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat,

merangkai, mengancing baju, mengikat tali sepatu, dan menggunting.23

Motorik halus anak mengembangkan kemampuan anak dalam

menggunakan jari-jarinya, khususnya ibu jari dan jari telunjuk (Martinis

22

Hartatik, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Melipat Kertas Origami di Kelompok A PAUD Dunia Anak Wates Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal. Universitas Nusantara PGRI Kediri

23 Slamet Suyanto. (2005a). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:

Hikayat Publising, hal. 50

Page 39: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

28

Yamin & Jamilah Sabri Sanan). Ada bermacam-macam kemampuan

motorik halus, antara lain:24

1) Menggenggam (grasping)

a) Palmer grasping. Anak menggenggam sesuatu benda dengan

menggunakan telapak tangannya. Biasanya usia anak di bawah 1,5

tahun telah cenderung menggunakan genggaman ini. Anak merasa

lebih mudah dan sederhana dengan memegang benda

menggunakan telapak tangan. Kadang kita bisa mengamati anak

memungut kismis, tetapi kemudian sering diacak-acak memakai

telapak tangan. Karena motorik halus yang belum berkembang

dengan baik, maka anak perlu mendapatkan alat-alat yang lebih

besar untuk melatih motorik halusnya. Jangan memberi krayon/kuas

yang kecil pada anak usia 1,5 - 2 tahun, tetapi gunakan yang lebih

besar. Demikian pula jika memberikan piring, gunakan yang lebih

cekung dan sendok yang lebih panjang dan kecil, sehingga ketika

anak mengambil sesuatu dari piringnya, ada penahanan pada

dinding piring.

b) Menjimpit (pincer grasping). Perkembangan motorik halus yang

semakin baik akan menolong anak untuk dapat memegang tidak

dengan telapak tangan, tetapi dapat menggunakan jari-jarinya.

Ketika anak sedang makan cara memegang sendoknya pun akan

lebih baik menyerupai cara orang dewasa.

2) Memegang. Anak dapat memegang benda-benda besar maupun

bendabenda kecil. Semakin tinggi kemampuan motorik halus anak,

maka ia makin mampu memegang benda-benda yang lebih kecil.

3) Merobek. Keterampilan merobek dapat dilakukan dengan

menggunakan kedua tangan sepenuhnya, ataupun menggunakan dua

jari (ibu jari dan telunjuk).

4) Menggunting. Motorik halus anak akan makin kuat dengan banyak

berlatih menggunting. Gerakan menggunting dari yang sederhana akan

24

Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan. Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. (Jakarta: Referensi, 2013), hal. 101

Page 40: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

29

terus diiikuti dengan guntingan yang makin kompleks ketika motorik

halus anak makin kuat.

Motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan

menggunakan otot-otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,

menggenggam, menyusun balok, dan memasukkan kelereng. 25

Perkembangan motorik halus harus dilatih secara kontinyu dan

konsekuen. Keterampilan motorik halus dapat mengembangkan

kreativitas, imajinasi anak, dan kepercayaan diri anak dalam

menghasilkan suatu karya seni. Keterampilan motorik halus (fine motor

skills) adalah aktivitas-aktivitas yang menggunakan otot-otot halus pada

jari tangan seperti menggambar, menggunting, mengikat tali sepatu,

mengancingkan benik baju, dan menarik resleting. Rosmala Dewi,

mengatakan bahwa keterampilan motorik halus itu mencakup

keterampilan keluwesan jari. Keterampilan motorik halus merupakan

keterampilan yang menggunakan jari-jemari dan pergelangan tangan

dengan tepat. Keterampilan motorik halus sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari anak usia dini.26

Hampir sepanjang hari di sekolah, anak menggunakan keterampilan

motorik halus, misalnya di kelas Taman Kanak-kanak anak banyak

mengerjakan hal seperti menggunting gambar dari majalah lalu

menempelkannya di kertas, mewarnai gambar, dan menulis nama

mereka. Dalam kelas kesenian, anak sering membuat gambar bebas dari

berbagai media seperti krayon, pensil warna, arang, dan pewarna lainnya.

Pada saat istirahat, makan mereka membuka bekalnya dan makan

dengan menggunakan sendok. Saat bermain di lapangan, kadang anak

harus mengikat tali sepatu yang lepas, mengancing baju, dan lain-lain.

Keterampilan motorik halus sangat penting dalam kehidupan mereka dan

25

Yudha M. Saputra & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi), hal.118

26 Rosmala Dewi. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Page 41: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

30

dapat secara langsung mempengaruhi rasa percaya diri anak dan

kesuksesan di sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

perkembangan keterampilan motorik halus dalam penelitian ini adalah

perubahan kemampuan gerak menggunakan otot-otot halus pada jari

tangan dan koordinasi mata serta jari tangan untuk melakukan kegiatan

seperti meniru melipat kertas 1-6 lipatan agar sesuai dengan tingkat

keberhasilan tertentu.

b. Pentingnya Keterampilan Motorik Halus bagi Anak Usia Dini

Aktivitas pengembangan keterampilan motorik halus anak usia TK

bertujuan untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak.

Koordinasi antara tangan dan mata dapat ditingkatkan melalui kegiatan

permainan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin, adonan,

memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan menggunting,

memotong, merangkai benda dengan benang (meronce) (Sumantri, 2005:

145). Pengembangan keterampilan motorik halus anak akan berpengaruh

terhadap kesiapan anak dalam menulis (pengembangan bahasa),

kegiatan melatihkan koordinasi antara tangan dengan mata yang

dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun penggunaan tangan

secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat juga

merupakan kegiatan motorik halus lainnya, melatih kemampuan anak

melihat ke arah kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan

membaca awal.

Fungsi dari pengembangan keterampilan motorik halus itu sendiri

adalah mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitif

dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan

tidak dapat terpisah satu sama lain. Peningkatan keterampilan motorik

halus di TK dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang

melatih kemampuan koordinasi mata dan tangan.

Pembelajaran motorik di sekolah berpengaruh terhadap beberapa

aspek kehidupan para peserta didik, seperti: dengan pembelajaran

motorik, para peserta didik menemukan hiburan yang nyata, para peserta

Page 42: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

31

didikdapat beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi kuat, para peserta

didikdapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah, pembelajaran

motorik akan menunjang keterampilan para peserta didik dalam berbagai

hal, dan pembelajaran motorik di sekolah akan mendorong para peserta

didik bersikap mandiri dan berdikari.27

Pembelajaran motorik yang diberikan di TK meliputi pembelajaran

motorirk kasar dan halus.Penelitian ini lebih memfokuskan pada

pembelajaran motorik halus. Salah satu kegiatan yang dapat

meningkatkanketerampilan motorik halus anak adalah kegiatan melipat

kertas. Kegiatan melipat kertas merupakan kegiatan pembelajaran yang

dapat menghibur peserta didik. Bentuk lipatan kertas dari hasil karya

peserta didik dapat dijadikan alat peraga untuk bermain, misalnya peserta

didik bermain mengenal macam-macam binatang dengan membuat

lipatan kertas model binatang.

Peserta didik akan merasa senang jika mereka berhasil membuat

lipatan kertas sesuai bentuk yang mereka inginkan. Kegiatan melipat

kertas membantu untuk melemaskan gerakan otot-otot tangan sehingga

peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis,

menggambar, menggunting dan kegiatan lain yang membutuhkan

kemampuan otot tangan. Selain itu, dengan belajar melipat kertas dapat

membantu peserta didik untuk dapat hidup mandiri, salah satu contoh dia

mampu membiasakan diri untuk melipat baju tanpa meminta bantuan

orang lain.

c. Prinsip dalam Perkembangan Motorik Halus

Pada prinsipnya perkembangan motorik adalah suatu perubahan

kemampuan gerakan sesuai dengan masa pertumbuhan (Yudha M.

Saputra & Rudyanto, 2005: 20). Setiap anak atau individu memiliki

kemampuan dalam mencapai perkembangan motorik yang berbeda-beda.

Misalnya, anak usia 1 tahun sudah bisa berjalan cepat akan tetapi anak

yang lain belum bisa berjalan. MS Sumantri berpendapat bahwa prinsip

perkembangan motorik anak usia dini yang normal adalah terjadi suatu

27

Decaprio, 2013: 24

Page 43: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

32

perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa

pertumbuhannya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi secara

berkesinambungan artinya berlahan tapi pasti sesuai dengan kemampuan

masing-masing individu.28

Namun pada prinsipnya perkembangan motorik anak menurut

Hurlock ada lima prinsip yaitu sebagai berikut:

1) Bergantung pada kematangan otot dan syaraf. Perkembangan kegiatan

motorik sejalan dengan perkembangan kematangan sistem syaraf.

Misalnya, anak yang berusia awal tahun pertama biasanya gerak reflek

genggam jari tangan dan kaki secara bertahap akan berkurang sesuai

dengan kematangan otot dan syaraf anak tersebut.

2) Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang. Anak

yang kematangan otot dan syarafnya belum berkembang akan menjadi

sia-sia anak dalam belajar gerakan yang terampil.

3) Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan.

Perkembangan motorik mengikuti hukum arah perkembangan yaitu

cephalocaudal. Menurut hukum ini perkembangan menyebar keseluruh

tubuh dari kepala ke kaki. Perkembangan motorik dapat diramalkan

misalnya jika diawal anak pandai duduk maka anak tersebut akan cepat

berjalan dibandingkan anak yang duduknya terlambat.

4) Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik.

Berdasarkan umur rata-rata dimungkinkan untuk menentukan norma

untuk bentuk kegiatan motorik lainnya. Norma tersebut dapat

digunakan orangtua atau guru untuk mengetahui apa yang diharapkan

pada anak. Contoh, pada umur tertentu gerak refleks tertentu anak

akan menurun, sedangkan gerak reflek yang lainnya akan meningkat

dan bertambah kuat terkoordinasi dengan baik.

5) Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik. Secara lebih

luas perkembangan motorik mengikuti pola yang serupa untuk semua

orang, dalam rincian tersebut terjadi perbedaan individu. Hal tersebut

28

MS Sumantri (2005: 48)

Page 44: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

33

mempengaruhi umur pada waktu perbedaan individu tersebut mencapai

tahap yang berbeda.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikaji bahwa prinsip

perkembangan motorik adalah suatu perubahan gerak pada individu yang

terjadi secara berkesinambungan sesuai dengan kematangan otot syaraf

pada masa pertumbuhannya. Kematangan otot syaraf pada setiap individu

berbeda-beda waktunya. Prinsip perkembangan motorik dalam penelitian

ini adalah perubahan gerak pada anak dalam menggunakan otot-otot

halus pada jari tangan dan koordinasi mata tangan untuk melakukan

kegiatan meniru melipat 1-6 lipatan sesuai dengan kematangan otot

syaraf anak.

Pendidik anak usia dini perlu menekankan pentingnya kegiatan

bermain atau pengembangan motorik lainnya. Ada dua hal yang

seyogyanya tidak dilupakan oleh pendidik adalah pertama pemahaman

akan pentingnya hubungan kegiatan dengan pengembangan daya pikir

dan daya cipta anak, kedua bila anak tanpa bebas bergerak, tanpa

menjelajahi lingkungan, tanpa bermain anak akan kurang tumbuh dan

berkembang secara optimal. Perkembangan motorik halus anak usia dini

hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:29

1) Berorentasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pengembangan anak usia

dini harus berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah

masa yang sedang membutuhkan stimulasi yang tepat untuk mencapai

optimalisasi seluruh aspek perkembangan baik fisik maupun psikis.

Maka kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis

kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak.

2) Belajar melalui bermain. Upaya menstimulasi anak usia dini hendaknya

dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan

pendekatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, dan

memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak sehingga

diharapkan kegiatan akan lebih bermakna.

29

MS Sumantri. (2005). Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Dinas Pendidikan, hal. 147

Page 45: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

34

3) Kreatif dan inovatif. Aktivitas kreatif dan inovatif dapat dilakukan

pendidik dalam kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu,

memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.

4) Lingkungan kondusif. Lingkungan fisik harus diciptakan menarik,

sehingga anak merasa betah, aman, nyaman dalam bermain. Penataan

ruang harus senantiasa disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam

bermain dan tidak menghalangi interaksi dengan pendidik atau dengan

temannya.

5) Tema. Apabila kegiatan dilakukan memanfaatkan tema, maka

pemilihan tema hendaknya disesuaikan dengan hal-hal yang paling

dekat dengan anak, sederhana, menarik minat anak. Penggunaan tema

dimaksudkan agar anak mampu mengenali berbagai konsep secara

mudah dan jelas.

6) Mengembangkan keterampilan hidup. Proses pembelajaran perlu

diarahkan untuk pengembangan keterampilan hidup. Pengembangan

keterampilan hidup didasarkan dua tujuan yaitu: 1) Memiliki

kemampuan untuk menolong diri sendiri (self help), disiplin, dan

sosialisasi; 2) Memiliki bekal keterampilan dasar untuk melanjutkan

pada jenjang selanjutnya.

7) Menggunakan kegiatan terpadu. Kegiatan pengembangan dirancang

dengan menggunakan model pembelajaran terpadu dan beranjak dari

tema yang menarik minat anak (centerof interst).

Mudjito dalam perkembangan motorik halus anak usia 4-6 tahun

harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) Memberikan

kebebasan ekspresi pada anak; (b) Melakukan pengaturan waktu, tempat,

media agar dapat merangsang anak untuk kreatif; (c) Memberikan

bimbingan untuk menemukan teknik yang baik dalam kegiatan; (d)

Menumbuhkan keberanian anak dan hindari petunjuk yang dapat merusak

keberanian dan perkembangan anak; (e) Membimbing anak sesuai

dengan kemampuan anak; (f) Memberikan rasa gembira dan menciptakan

Page 46: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

35

suasana yang menyenangkan; (g) Melakukan pengawasan dalam

pelaksanaan kegiatan.30

Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas bahwa prinsip-prinsip

perkembangan motorik halus pada adalah berorientasi pada kebutuhan

anak, memberi kebebasan pada anak untuk berekspresi dan kreatif,

belajar melalui bermain, membimbing anak sesuai dengan kemampuan

anak, dan menciptakan suasana lingkungan yang nyaman, aman, dan

kondusif. Prinsip perkembangan motorik halus dalam penelitian ini adalah

membimbing anak sesuai dengan kemampuannya untuk menggerakan

otot-otot halus pada tangan dalam kegiatan meniru melipat 1-6 lipatan.

d. Aspek-aspek Keterampilan Motorik Halus

Keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering

membutuhkan keterampilan yang mencakup pemenfaatan dengan alat-

alat untuk bekerja dan objek atau pengontrolan terhadap mesin, misalnya

mengetik, menjahit, dan lain-lain. Hal yang sama yang dikemukakan

Mahendra keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan

keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk

mengontrol oto-otot kecil/halus untuk mencapai pelaksanaan keterampilan

yang berhasil. Sedangkan, Magil keterampilan ini melibatkan koordinasi

otot syaraf yang memerlukan ketepatan derajat tinggi untuk berhasilnya

keterampilan ini. Keterampilan jenis ini sering disebut sebagai31

keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan (hand-eye

coordination). Menulis, menggambar, bermain piano adalah contoh-contoh

keterampilan tersebut.

Keterampilan berkarya senirupa berkaitan dengan kemampuan

seseorang dalam mengolah media ungkap sesuai alat yang digunakan

sewaktu berkarya, ketepatan dalam mewujudkan gagasan ke dalam karya

seni, dan cekatan atau keahlian tangan dalam menerapkan teknik-teknik

30

Mudjito. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Seni di TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanakkanak dan Sekolah Dasar.

31 MS Sumantri, 2005, hal. 143

Page 47: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

36

berkarya seni rupa.32 Hal ini berarti bahwa seseorang dikatakan terampil

apabila seseorang tersebut dapat melakukan pekerjaan dengan tepat,

cepat, dan rapi.

e. Tahapan dan Program Perkembangan Motorik

Fitts dan Postner dikutip Sugiyanto dan Sujarwo (dalam MS

Sumantri, 2005: 101) proses perkembangan belajar motorik anak usia dini

terjadi dalam 3 tahap yaitu:

1) Tahap Verbal Kognitif. Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar

gerak. Tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang

menonjol adalah anak menjadi tahu gerakan yang dipelajari,

sedangkan gerakannya anak belum menguasai dengan baik karena

anak masih dalam tahap mencoba gerakan. Dari informasi pada tahap

kognitif anak belajar aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari.

Anak berusaha mengetahui dan memahami gerakan yang

diinformasikannya. Informasi dapat berupa verbal yaitu berbentuk

penjelasan atau kata-kata dan informasi visual dapat berupa contoh

gerakan.

2) Tahap Asosiatif. Tahap ini merupakan tahap menengah yang ditandai

dengan tingkat penguasaan gerakan dimana anak sudah mulai

mampu melakukan gerakan-gerakan tanpa tersendat-sendat. Dengan

praktek mengulang-ngulang, praktek gerakan akan semakin efisien,

lancar, sesuai dengan keinginannya dan kesalahan gerakan semakin

berkurang. Pada tahap ini anak memasuki tahap pemahaman.

3) Tahap Otomasi. Tahap ini dapat dikatakan fase akhir dalam

pembelajaran gerak. Pada tahap ini anak mampu melakukan gerakan

keterampilan secara otomatis. Tahap ini sebagai tahap otonom karena

anak mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh hal-

hal lain yang dilihatnya selain gerakan yang dilakukan.

Perkembangan motorik halus anak TK berada pada tahap asosiatif.

Pada tahap ini perkembangan anak usia dini sedang memasuki tahap

pemahaman dari gerakan-gerakan yang sedang dipelajari. Salah satu

32

Sumanto, 2005: 11

Page 48: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

37

kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus yaitu

kegiatan origami. Pembelajaran origami dalam pelaksanaannya, pendidik

harus mengikuti langkah kerja melipat. Hal ini ditujukan agar anak mudah

untuk memahami dan mampu mengikuti setiap tahapan dalam origami.

Perkembangan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan

menyusun program kegiatan pengembangan, sehingga motorik halus

anak dapat berkembang secara optimal. Program pengembangan

keterampilan motorik halus anak usia 4-6 tahun dipaparkan MS Sumantri

yang terdapat pada Tabel 1 adalah sebagai berikut:33

Tabel 1. Program Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Anak 4-6 Tahun

Kelompok Usia

Hasil Belajar Indikator/kegiatan

4-6 Tahun Anak menunjukkan kelentukan otot dan mampu menolong diri sendiri

- Dapat mengurus dirinya sendiri antara lain makan, berpakaian, mandi, menyisir rambut, mencuci dan melap tangan.

- Dapat mengikatkan tali sepatu sendiri dengan sedikit bantuan atau sama sekali tanpa bantuan.

- Dapat membuat berbagai bentuk dengan menggunakan tanah liat, plastisin, play dough sepeti kue-kue tanah liat.

- Meniru membuat garis tegak, garis datar dan lingkaran

- Menirukan melipat kertas sederhana

- Menggambar orang yang terdiri dari dua bagian (badan dan kepala)

- Belajar menggunting - Dapat menyalin lingkaran dan

bujur sangkar - Menjahit sederhana

33

MS Sumantri 2005: 149

Page 49: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

38

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik

MS Sumantri berpendapat ada beberapa faktor yang sangat

mempengaruhi perkembangan motorik pada anak antara lain:34

1) Gizi. Anak yang masih berusia balita apabila kurang asupan makanan

bergizi dapat menghambat perkembangan motoriknya, karena pada

masa balita anak membutuhkan gizi yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuhnya. Dengan makanan yang bergizi tubuh anak akan

sehat, tidak lemas sehingga perkembangan motorik anak tidak

terhambat.

2) Status kesehatan. Anak yang tubuhnya sehat perkembangan

motoriknya akan berkembang baik, karena anak usia dini merupakan

masa-masa aktif untuk bergerak mengembangkan keterampilannya.

Apabila anak usia dini kesehatannya kurang akan menghambat

perkembangan motoriknya.

3) Gerakan-gerakan yang sesuai dengan masa perkembangannya.

Stimulasi perkembangan gerak pada anak harus disesuaikan dengan

usia dan kemampuan dari anak tersebut. Misalnya, apabila anak yang

masih berusia 6 bulan sudah diajari duduk dan berjalanhal ini dapat

menghambat perkembangan fisik anak yaitu anak bisa menjadi

bongkok karena tulang belakang anak belum mampu menahan berat

badan. Jadi gerakan-gerakan yang dilakukan anak sebaiknya

disesuaikan dengan masa pertumbuhannya.

Selain faktor-faktor di atas Rosmala Dewi berpendapat bahwa

banyak faktor yang dapat mempengaruhi anak untuk mencapai tahap

perkembangan motorik antara lain:35

1) Kesehatan ibu saat mengandung. Keadaan ibu yang cukup makan, gizi,

tenang, dan bahagia ketika mengandung mempengaruhi kesehatan

bayi. Kesehatan bayi dalam kandungan menentukan keaktifan janin

dalam kandungan.

34

MS Sumantri (2005: 49) 35

Rosmala Dewi (2005: 6)

Page 50: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

39

2) Cara melahirkan. Pertolongan saat kelahiran anak turut menentukan

perkembangan motorik, khususnya apabila ada kerusakan otak akibat

proses pertolongan ketika lahir.

3) Tingkat kecerdasan. Jika anak memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi

akan menunjukkan perkembangan motorik yang lebih cepat dari pada

anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang normal dan dibawah

normal.

4) Adanya rangsangan atau stimulasi. Stimulasi dari lingkungan keluarga,

yang berupa dukungan, pujian, dan kesempatan memberi motivasi bagi

anak untuk menggerakkan semua bagian tubuh. Semakin banyak

latihan otot-otot kaki dan tangan akan semakin mempercepat

perkembangan motorik kasar.

5) Perlindungan yang berlebihan. Perlindungan yang berlebihan seperti,

melarang anak berlari, melompat karena orangtua khawatir anaknya

akan terjatuh. Cara perlindungan yang berlebihan ini akan

melumpuhkan kesiapan perkembangan kemampuan motorik.

6) Cacat fisik. Cacat fisik seperti buta atau cacat kaki/tangan seperti otot

kaki yang mengecil atau tangan yang kaku akan memperlambat

perkembangan motorik.

Hurlock menjelaskan ada sebagian kondisi yang dapat

mempengaruhi laju perkembangan motorik pada anak usia dini adalah

sebagai berikut:36

1) Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai

pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik.

2) Seandainya dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan

kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin

semakin cepat perkembangan motorik anak.

3) Kondisi pralahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang

ibu lebih mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada

masa pasca lahir ketimbang kondisi pralahir yang tidak menyenangkan.

36

Hurlock (1978: 154

Page 51: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

40

4) Kelahiran yang sulit, khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan

memperlambat perkembangan motorik.

5) Kesehatan dan gizi yang baik selama awal kehidupan pascalahir akan

mempercepat perkembangan motorik.

6) Anak yang IQ-nya tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat

ketimbang anak yang IQ-nya normal atau di bawah normal.

7) Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan

semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.

Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan kesiapan

berkembangnya kemampuan motorik. Karena rangsangan dan

dorongan yang lebih banyak dari orangtua, maka perkembangan

motorik anak yang pertama cenderung lebih baik ketimbang

perkembangan motorik anak yang lahir kemudian.

8) Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan

motorik karena tingkat perkembangan motorik pada waktu lahir berada

di bawah tingkat perkembangan bayi yang lahir tepat waktunya.

10)Cacat fisik, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan

motorik.

11)Perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan sosial ekonomi lebih banyak

disebabkan oleh perbedaan motivasi dan metode pelatihan anak

ketimbang karena perbedaan bawaan.

Kesimpulan dari pendapat-pendapat di atas yaitu bahwa faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik adalah 1) Kesehatan

janin pralahir, kesehatan bayi pada saat di dalam kandungan sang ibu

kurang sehat atau kekurangan gizi dapat menghambat perkembangan

motorik anak pasca lahir; 2) Kecerdasan anak, anak yang memiliki

kecerdasan tinggi atau IQ-nya tinggi lebih cepat perkembangan

motoriknya dari pada anak yang kecerdasannya biasa atau dibawah

normal; 3) Adanya stimulasi atau rangsangan dari keluarga berupa pujian,

dukungan, dan kesempatan memberi motivasi anak untuk menggerakkan

semua bagian tubuh; dan 4) Cacat secara fisik, anak yang cacat secara

Page 52: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

41

fisik misalnya buta atau tuli akan memperlambat perkembangan motorik

anak.

3. Anak Usia Dini

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan National, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia

enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani

agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut37

Batasan anak usia dini antara lain dikemukakan oleh NAEYC

(National Association for The Education of Young Children) yang

menyatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang

usia 0-8 tahun yang tercakup dalam program pendidikan di taman

penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home),

pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK dan SD38

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

anak usia dini adalah anak sejak lahir sampai usia 8 tahun baik yang ada

pada keluarga maupun yang ada di dalam program pendidikan seperti

(TPA, TK, SD).

Anak Taman Kanak-kanak merupakan anak usia dini dengan

rentang usia antara 4-6 tahun. Perkembangan pada anak usia dini

mencakup bebarapa aspek perkembangan yaitu sosial emosional, fisik

motorik, kognitif, dan bahasa. Anak Taman Kanak-kanak Kelompok A

berada pada tahap praoperasional merupakan anak yang pada umumnya

berusia antara 4-5 tahun.

Anak usia 4-5 tahun memiliki karakteristik umum pada aspek fisik

motorik yaitu koordinasi mata dan tangan semakin baik. Anak dapat

menggunakan kemampuannya untuk melatih diri dengan bantuan orang

37

Widarmi D Wijana, dkk Kuribilum Pendidikan Anak. Usia Dini, Universitas Terbuka, Jakarta, 2009. hlm.25

38 Siti Aisyah dkk, Perkembangan dan konsep pengembangan anak usia dini,

Universitas Terbuka, Jakarta, 2008. him. 13

Page 53: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

42

dewasa. Anak dapat menyikat gigi, menyisir rambut, mengancingkan baju,

makan menggunakan sendok atau garpu. 39Anak usia dini merupakan

masa yang sangat baik untuk belajar keterampilan motorik, seperti yang

diungkapkan Hurlock ada beberapa alasan kenapa masa kanak-kanak

sangat ideal belajar keterampilan motorik yaitu: 1) Anak memiliki tubuh

lebih lentur dari pada orang dewasa sehingga anak mudah dalam

menerima pembelajaran; 2) Keterampilan anak masih belum banyak

memiliki keterampilan sehingga anak mudah menerima keterampilan baru,

bagi anak keterampilan baru lebih mudah dipelajari; 3) Anak lebih berani

mencoba sesuatu dari pada orang dewasa, hal tersebut dapat menjadi

motivasi dalam belajar; 4) Anak senang dengan pengulangan-

pengulangan sehingga otot anak terlatih secara efektif; 5) Anak memiliki

kewajiban dan tanggung jawab yang sedikit jadi anak lebih banyak waktu

untuk belajar keterampilan dari pada orang dewasa.40

Beberapa karakteristik untuk anak usia dini sebagai berikut:41

1) Memiliki rasa ingin tabu yang besar

Anak usia dint sangat sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin

mengetahui segala sesuatu tang terjadi disekelilingnya

2) Merupakan Pribadi yang unik

Meskipun banyak terdapat kesamaan dalam pola umum

perkembangan, setiap anak meskipun kembar memiliki keunikan

masing-masing, misainya dalam hal gaga belajar, minat dan Tatar

belakang keluarga.

3) Suka berfantasi clan berimajinasi

Anak usia dini sangat suka membayangkan dana mengembangkan

berbagai hal jauh melampui kondisi nyata.

39

Rita Eka Izzaty, 2005, hal. 55 40

Hurlock Elizzabeth B., 1992, Psikologi Perkembangan Anak, Jilid 1-2. Jakarta : Penerbit Erlangga, hal. 168

41 Siti Aisvah dkk.. Perkembangan dan konsep dasar pengembangan anak usia

dini/ Universitas terbuka. Jakarta-, 200911m. 14 -19

Page 54: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

43

4) Masa paling potensial untuk belajar

Anak usia dini Bering juga disebut golden age atau usia emas karna

pada rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek.

5) Menujukan sikap egosentris

Egosentris berasal dari kata ego dan sentries. Ego artinya aku, sentris

artinya pusat. Jadi egosentris artinya "berpusat pada aku" artinya anak

usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut

pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain,

6) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek

Anak usia dint memang mempunyai rentang perhatian yang sangat

pendek sehingga perhatiannya mudah teralihkan pada kegiatan

lainnya.

7) Sebagai bagian mahluk sosial

Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman

sebayanya. Anak juga belajar bersosialisai clan belajar untuk dapat di

terima di lingkungan.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa anak usia dini memiliki ciri

khas yang unik, dari setiap karakter tersebut dapat dikembangkan metalui

pembelajaran dengan memberikan stimulus atau rangsangan yang sesuai

dengan tahap perkembangannya.

Adapun karakteristik perkembangan motorik anak usia 4-5 tahun

menurut MS Sumantri adalah sebagai berikut: a) Menempel; b)

Mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan gambar); c)

Mencoblos kertas dengan pensil atau spidol; d) Makin terampil

menggunakan jari tangan (mewarna dengan rapi); e) Mengancingkan

kancing baju; f) Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung

(seperti gunung atau bukit); g) Menarik garis lurus, lengkung, dan miring;

h) Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi; i) Melempar dan

menangkap bola; j) Melipat kertas; k) Berjalan di atas papan titian

(keseimbangan tubuh); l) Berjalan dengan berbagai variasi (maju mundur

Page 55: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

44

di atas satu garis); m) Memanjat dan bergelantungan; n) Melompati parit

atau guling; dan o) Senam dengan gerakan kreativitas sendiri.42

Yuliani Nurani Sujiono berpendapat bahwa kemampuan anak pada

usia 4-6 tahun mengalami banyak perubahan yang sangat berarti,

sehingga banyak hal yang layak untuk diberikan pada usia ini. Pada

kondisi yang normal, anak usia ini sudah memiliki kematangan pada

seluruh kemampuannya. Oleh karena itu, ada beberapa karakteristik

perkembangan kemampuan motorik yang dimiliki anak pada usia ini

antara lain:43

1) Mampu berlari, meloncat, memanjat, dan keseimbangan menguatkan

kemampuan motorik kasar yang telah berkembangan dengan baik.

2) Peningkatan kemampuan kontrol atau jari tangan mengambil

bendabenda yang kecil, memotong garis dengan gunting, memegang

pensil dengan bantuan orang dewasa, merangkai manik-manik kecil.

3) Membangun yang membutuhkan keahlian, biasanya menyukai

konstruksi-konstruksi bahan, konstruk anak, dan juga aktivitas besar

dengan unit dan bahan konstruksi yang besar.

4) Menunjukkan minat yang besar dalam permainan bola dengan

peraturan yang sederhana.

Yudha M. Saputra & Rudyanto berpendapat bahwa anak usia 4-5

tahun memiliki karakteristik perkembangan motorik sebagai berikut: a)

Menempel; b) Mengerjakan puzzle (menyusun potongan-potongan

gambar); c) menjahit sederhana; d) Makin terampil menggunakan jari

tangan (mewarnai dengan rapi); e) Mengisi pola sederhana (dengan

sobekan kertas atau stempel); f) Mengancingkan kancing baju; g)

Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung (seperti gunung

atau bukit); h) Menarik garis lurus, lengkung, dan miring; i)

Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi; j) Melempar dan

menangkap bola; k) Melipat kertas; l) Berjalan di atas papan titian

(keseimbangan tubuh); m) Berjalan dengan berbagai variasi (maju

42

MS Sumantri 2005, hal.141 43

Yuliani Nurani Sujiono. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Indeks, 2012), hal. 160

Page 56: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

45

mundur, ke samping di atas satu garis); n) Memanjat dan bergelantung

(berayun); o) Melompati parit atau guling; dan p) Senam dengan gerakan

sendiri.44

4. Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Hasan Langgulung pendidikan ialah adalah suatu prosxes

yangmempunyai tujuan biasanya diarahkan untuk menciptakan pola-pola

tingkah lakutertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.

Pendidikan disinimengandung proses yang bertujuan untuk menciptakan

pola tingkah laku anakdidik, yang diusahakan oleh pendidik45

Sementara menurut Ahmad Tafsir pendidikan adalah usaha

meningkatkandiri dalam segala aspeknya, dengan kegiatan yang

melibatkan guru atau tidak, baik dalam kegiatan formal, non formalatau

informal yang bertujuan membinasegi aspek kepribadian, jasmani, akal

dan rohani.46

Menurut Hamka, pendidikan berbeda dengan pengajaran. Jika

pengajaran adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik untuk

membantu membentuk watak, budi, akhlak dan kepribadian anak atau

peserta didik. Sedangkan pengajaran adalah upaya untuk mengisi

intelektual peserta didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan.47

Menurut Al-Ghazali anak merupakan amanah bagi kedua orang

tuanya, Hatinya yang suci seperti permata yang indah dan menawan serta

bersih dari segala ukiran dan gambar. Ia menerima semua yang diukirkan

padanya dan condong pada sesuatu yang diarahkan padanya. Jika ia

dibiasakan dan didik berbuat baik maka ia tumbuh dengan berbuat baik

dan bahagia di dunia dan akhirat, orang tua dan para pendidiknya ikut

serta mendapatkan pahalanya. Tapi jika ia dibiasakan berbuat kejelekan

44

Yudha M Saputra & Rudyanto. Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK (Jakarta:DepDiknas, Dikti, Direktorat P2TK2PT, 2005), hal. 120

45 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Husna, 1988),

hal. 189 46

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1994), h 26

47 Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: Djajumurni,1962 ), h.202

Page 57: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

46

dan ia dicondongkan padanya maka ia akan celaka dan rusak, dan para

pendidiknya pun akan mendapatkan dosanya.48

Menurut Al-Ghazali anak dilahirkan tanpa dipengaruhi oleh sifat-sifat

hereditas, karna faktor yang paling kuat mempengaruhi sifat anak-anak

adalah faktor pendidikan, lingkungan dan masyarakat. Pandangan ini

memiliki kemiripan pandangan yang mengatakan bahwa anak lahir dalam

kehidupan dengan akal pikirannya bagaikan lembaran putih yang bersih

dari ukiran atau gambar-gambar.

Anak usia dini adalah 0 sampai dengan 6 tahun, sedangkan usia

taman kanakkanak adalah 4 samapi 6 tahun. Batasan ini sesuai dengan

batasan usia anak, usia dini menurut undang-undang nomor 20 tahun

2003 tentang system pendidikan nasioanal yang menyatakan bahwa usia

anak usia dini adalah sejak lahir sampai umur 6 tahun. Sesudah umur 6

tahun anak masuk kesekolah dasar.49

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar

kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan emosi ,

kecerdasan sepritual, sosial emosianal, bahwa dan komunikasi sesuai

dengan keunikan dan tahapan-tahapan perkembangan yang dilakukan

oleh anak usia dini. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional pasal 28, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, PAUD dapat

diselenggarakan 3 jalur yaitu :50

Jalur formal : berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal

(RA) atau bentuk lain sederajat.

Jalur nonformal : berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan

Anak (TPA), atau bentuk lain sederajat

Jalur informal : berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang

diselenggarakan oleo lingkungan

48

Al-Ghazali, Imam. Ihya 'Ulumudin (terjemahan). (Bandung: Pustaka, 2005), hal. 118

49 Soegeng Santoso, Dasar - dasar Pendidikan TK Universtas Terbuka, Jakarta,

2007. him 29 50

Soegeng Santoso, Op. Cit., Wm. 25

Page 58: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

47

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan pada anak usia

dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya clan tindakan yang dilakukan

pendidikan clan orang tua. Dalam proses perawatan pengasuhan dan

pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkaran dimana

anak dapat mengeksporasi pengalaman yang memberikan kesempatan

kepadanya untuk mengetahui clan memahami pengalaman belajar yang

diperolehnya dari lingkungan, melalui cars mengamati, meniru clan

berekspresimen yang berlangsung berulang-ulang dan melibatkan seluruh

potensi clan kecerdasan anak.

Pendidikan anak usia dini diarahkan untuk memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak usia dini agar

dapat tumbuh kembang secara what dan optimal sesuai dengan nilai,

norms dan harapan masyarakat.

Fasli Mal menyatakan bahwa "tujuan PAUD adalah untuk

mengoptimalkan perkembangan otak. PAUD meliputi seluruh proses

stimulus psikososial clan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran

yang terjadi di dalam situasi pendidikan.51

Hal itu terbukti bahwa pendidikan tidak hanya terpaku pada proses

pembelajaran tetapi pengalaman-pengalaman yang dialami anak juga

termasuk ke dalam pendidikan anak usia dini.

Pendekatan pembelajaran pada pendidikan. TK dan RA dilakukan

dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun

sehingga seluruh pembiasaan clan kemampuan dasar yang ada pada

anak dapat dikembangkan dengan sebiak-baiknya. Pendekatan

pembelajaran pada anak TK dan RA hendaknya memperhatikan prinsip-

perinsip sebagai berikut:

1) Pembelajaran berorientasi pada perinsip-perinsip perkembangan anak

yaitu:

a) Anak belajar dengan baik apabila kebutuhan fisiknya terpenuhi serta

merasakan aman dan tentram secara psikologis.

b) Siklus belajar anak selalu berulang

51

Ibid. him. 219

Page 59: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

48

c) Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan

anak-anak liannya.

d) Minat dan keingintahuan anak akan memotivasi belajarnya

e) Perkembangan dan belajar anak harus memperhatiakan perbedaan

individu

2) Berorientasi pada kebutuhan

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada

kebutuhan anak.

3) Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran pada anak usia TK dan RA. Upaya-upaya pendidikan

yang diberikan hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan

dengan menggunakan strategi, metode, materi, bahan dan media yang

menarik, serta mudah diikuti oleh anak.

4) Menggunakan Pendekatan Tematik

Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan

pendekatan tematik dan beranjak dari terra yang menarik minat anak.

5) Kreatifdanlnovatif

Proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh

pendidik melalui kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin

tahun anak, memotivasi untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal

baru.

6) Lingkungan Kondusif

Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan

menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah,

balk di dalam maupun di luar ruangan.

7) Mengembangkan Kecakapan Hidup

Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan

kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan

atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk

mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan

Page 60: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

49

sosialisasi, serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk

melangsungkan hidupnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

pada anak usia dini harus memperhatikan tingkat perkembangan pada

anak, sesuai dengan kebutuhan anak, dekat dengan kehidupan anak, dan

memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Pembelajaran bagi anak usia dini termasuk di Taman Kanak-kanak

di dalamnya memiliki kekhasan tersendiri. Kegiatan pembelajaran di

Taman Kanakkanak mengutamakan bermain sambil belajar dan belajar

sambil bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk

mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak

mengembangkan kemampuannya. Dalam pelaksanaan proses

pembelajaran ada beberapa metode pembelajaran di Taman Kanak-kanak

sebagai berikut:52

1) Metode bermain

2) Metode karya wisata

3) Metode bercakap

4) Metode demonstrasi

5) Metode proyek

6) Metode demonstrasi

7) Metode pemberian tugas.

Untuk memahami metode-metode tersebut, dijelaskan sebagai

berikut:53

1) Metode bermain

Menurut pendidik dan ahli psikologi bermain merupakan pekerjaan

masa kanakkanak dan cermin pertumbuhan anak. Bermain merupakan

kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri.

52

Moeslichatoen R, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Rineka Cipta, Jakarta, 2004. h1m. 24- 28

53 Ibid.

Page 61: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

50

2) Metode karya wisata

Bagi anak Taman Kanak-kanak karya wisata berarti memperoleh

kesempatan untuk mengobservasi, memperoleh informasi atau

mengkaji segala sesuatu secara langsung.

3) Metode bercakap

Bercakap-cakap berarti Baling mengkomunikasikan fikiran dan

perasaan secara verbal atau mewujudkan kemampuan fisik motorik

halus dan fisik motorik kasar reseptifdan fisik motorik halus dan fisik

motorik kasar ekspresif.

4) Metode demonstrasi

Demonstrasi berarti menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan.

5. Metode proyek

Metode proyek adalah salah satu metode yang digunakan untuk

melatih kemampuan anak mernecahkan masalah yang dialami anak

dalam kehidupan sehari-hari.

6) Metode demontrasi

Demonstrasi merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari

satu generasi ke generasi berikutnya. Demonstasi juga dapat menjadi

media untuk menyampaikan nilai nilai yang berlaku dimasyarakat.

7) Metode pemberian tugas

Pemberian tugas merupakan pekerjaan tertentu yang dengan sengaja

harus dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas. Di taman kanak –

kanak tugas diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan

kegiatan sesuai dengan petunjuk langsung dari guru.

5. Teori Belajar Keterampilan Motor Halus

Berikut teori yang dipakai peneliti sebagai landasan dalam

melakukan penelitian:

1. Teori Belajar Behavioristik

Peserta didik akan mengalami peningkatan kemampuannya jika

dalam proes pembelajaran anak diajak untuk belajar melakukan

hal/kegiatan pembelajaran yang akan meningkakan aspek kemampuan

Page 62: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

51

yang akan ditingkatkan oleh pendidik. Dalam proses belajar ini, menurut

teori belajar behavioristik menekankan adanya stimulus dan respon.

Menurut teori behavioristik (Asri Budiningsih, 2004: 20), belajar

adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara

stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk

perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk

bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara

stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, apa saja yang

diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),

semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur.

Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik

adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang

dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan

(positive renforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila

penguatan dikurangi (negatif reiforcement) responpun akan tetap

dikuatkan. Salah satu tokoh yang memperkuat teori ini adalah Skinner.

Hubungan antara stimulus dan respon yang dikemukakan oleh

Skinner bahwa terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang

kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku pada individu

tersebut. Pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada

seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus

tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan.

Demikian juga dengan respon yang dimunculkan inipun akan mempunyai

konsekuensi-konsekuensi.54

Konsekuensi-konsekuensi inilah yang pada gilirannya akan

mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku. Oleh

sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar, perlu

terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan

lainnya, serta memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai

konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon

tersebut.

54

C. Asri Budiningsih, 2004: 24

Page 63: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

52

Skinner tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan

belajar, beberapa alasan Skinner yang dijelaskan C. Asri Budiningsih,

adalah sebagai berikut:55

1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat

sementara

2) Dampak psikologi yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian

dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.

3) Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah

dan buruk) agar anak terbiasa dari hukuman. Dengan kata lain,

hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang

kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya.

Penguat negatif dianjurkan oleh Skinner dalam kegiatan belajar.

Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak

pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang

akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan

penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang

sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang siswa perlu dihukum

karena melakukan kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan

kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan.

Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga ia

melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan

pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya,

maka inilah yang disebut penguat negatif. Lawan dari penguat negatif

adalah penguat positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk

memperkuat respon. Namun bedanya adalah bahwa penguat positif itu

ditambah, sedangkan penguat negatif adalah dikurangi agar memperkuat

respon. Penerapan teori ini dalam pembelajaran haruslah

mempertimbangkan kondisi peserta didik dalam kelas tersebut.

Aplikasi teori behaviorostik yang dipaparkan dalam kegiatan

pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran,

sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas

55

C. Asri Budiningsih, 2004: 26)

Page 64: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

53

pembelajaran yang tersedia. Secara umum, langkah-langkah

pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan

oleh Siciati dan Prasetyo Irawan dapat digunakan dalam merancang

pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:56

1) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran pastilah

ada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

2) Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk

mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa. Adanya

percakapan seputar pengetahuan yang diketahui ataupun hal-hal yang

dekat dengan anak akan membangun pengetahuan anak untuk lebih

luas lagi.

3) Menentukan materi pelajaran. Bahan materi haruslah sesuai dengan

kebutuhan anak dan harus ditentukan materi pembelajarannya,

sehingga dari awal sampai akhir pembelajaran akan jelas pengetahuan

apa saja yang akan disampaikan ke anak.

4) Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil-kecil, meliputi

pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya. Persempit

materi yang akan diajarkan, akan membuat anak lebih fokus terhadap

materi yang sedang dibahas. Selain itu juga untuk mempermudah anak

dalam berpikir.

5) Menyajikan materi pelajaran. Sajikan materi yang diajarkan dengan

semenarik mungkin, sehingga anak akan lebih tertarik mengikuti

kegiatan pembelajran.

6) Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun

tertulis, tes atau kuis, latihan, atau tugas-tugas. Pemberian stimulus

sangat mempengaruhi peningkatan kemampuan peserta didik. Semakin

banyak stimulus semakin besar kesempatan peserta didik untuk

berkembang kemampuannya.

7) Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan siswa. Pendidik dapat

mengukur seberapa besar pemahaman materi yang ditangkap peserta

didik dari respon yang di berikan peserta didik.

56

Asri Budiningsih, 2004: 27

Page 65: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

54

8) Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguat positif

ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman. Penguatan diberikan

untuk memperkuat timbulmya respon.

9) Memberikan stimulus baru.

10) Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa

11) Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman

12) Evaluasi hasil belajar

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus anak melalui kegiatan bermain origami. Terkait dengan teori

behavioristik yang mengedepankan adanya stimulus dan respon maka

dalam penelitian ini stimulus yang diberikan berupa kegiatan melipat

kertas dan respon yang muncul yaitu meningkatanya keterampilan motorik

halus anak.

Selain teori belajar behavioristik dalam penelitian ini, peneliti juga

menggunakan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu peserta

didik dalam menumbuhkan minat belajar dan mengembangkan

kemampuan motorik halus anak yaitu metode Experiential Learning.

2. Experiential Learning

Metode Experiential Learning adalah suatu metode proses belajar

mengajar yang mengaktifkan pembelajar guna membangun pengetahuan

dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya

secara langsung.57 Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan

mengajak para peserta didik untuk praktek langsung melipat kertas,

dimana peneliti nantinya akan mengajarkan terlebih dahulu tahap-tahapan

dalam kegiatan melipat kertas membentuk suatu benda. Metode ini akan

bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan.

Dalam hal ini, metode Experiental Learning menggunakan pengalaman

sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan

kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.58.

57

Heny Pratiwi, 2009 58

Ibid

Page 66: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

55

Metode Experiential Learning memberikan pengalaman yang nyata

yang akan membangun keterampilan melalui penugasan-penugasan

nyata. Dalam penelitian ini, peserta didik akan mempraktekkan bagaimana

cara melipat kertas origami menjadi bentuk benda. Tentunya dengan

bimbingan dari peneliti selama pembelajaran berlangsung.59

a. Dasar Pemikiran Penggunaan Experiential Learning

Berikut beberapa pendapat yang menguatkan pemakaian metode

experiential learningdalam proses belajar mengajar (Heny Pratiwi, 2009):

1) Pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara

langsung dalam pengalaman belajar. Peserta didik biasanya akan lebih

tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran jika diberi kesempatan

untuk mencoba.

2) Adanya perbedaan-perbedaan secara individu dalam hal gaya yang

disukai. Berikan kebebasan kepada peserta didik dalam menemukan

pengetahuan baru dengan gaya belajar mereka masing-masing.

3) Ide-ide dan prinsip-prinsip yang dialami dan ditemukan pembelajar lebih

efektif dalam pemerolehan bahan ajar.

4) Komitmen peserta dalam belajar akan lebih baik ketika mereka

mengambil tanggung jawab dalam proses belajar mereka sendiri.

5) Belajar pada hakikatnya melalui suatu proses. Proses dimana dari yang

tidak tau menjadi tau, dari tidak bisa menjadi bisa.

b. Karakteristik Belajar melalui Pengalaman (experiential learning)

Berikut karakteristik belajar melalui pengalaman menurut Heny

Pratiwi:60

1) Belajar lebih dipersepsikan sebagai proses, bukan sebagai hasil.

2) Belajar adalah suatu proses yang berkesinambungan yang berpijak

pada pengalaman.

3) Proses belajar menuntut penyelesaian pertentangan antara modus-

modus dasar untuk beradaptasi dengan lingkungan.

4) Belajar merupakan proses adaptasi terhadap dunia luar secara utuh.

5) Belajar merupakan transaksi antara individu dengan lingkungan.

59 Ibid

60 Ibid

Page 67: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

56

6) Belajar merupakan proses menciptakan ilmu pengetahuan.

Pada Experiential Learning, aktivitas belajar harus berfokus pada

peserta belajar (student-centered learning). Penjelasan dan contoh dari

peneliti atau pendidik harus disampaikan secara detail, sehingga peserta

didik akan mudah untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang

diteliti. Media dan alat bantu pembelajaran yang dibutuhkan harus benar-

benar tersedia dan siap untuk digunakan. Terkait dengan metode

experiential learning, dalam penelitian ini peneliti menjelaskan terlebih

dahulu kepada peserta didik kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan

yaitu kegiatan melipat kertas. Peneliti sebelumnya sudah menyiapkan

media dan alat bantu pembelajaran yang dibutuhkan dalam penelitian,

seperti Rencana Kegiatan Harian, gambar tahapan-tahapan melipat

kertas, kertas lipat, dan media lain yang diperlukan.

Teori pembelajaran yang sependapat dengan metode Experiential

Learning yaitu teori pembelajaran keterampilan yang dipaparkan Paul

Eggen dan Don Kauchack yang menyebutkan bahwa pelaksanaan

pembelajaran keterampilan yaitu dengan memberikan pemahaman

kepada peserta didik tentang kegiatan pembelajaran yang akan

dipraktekkan guna meningkatakan keterampilan motorik halus peserta

didik. Prinsip-prinsip pembelajaran keterampilan menurut Paul Eggen dan

Don Kaucack yaitu menggunakan model dan petunjuk dalam mengajarkan

suatu keterampilan, membantu peserta didik memahami aturan dalam

mengikuti pembelajaran keterampilan, memberikan umpan balik yang

sesuai bagi peserta didik.61

Langkah pembelajaran keterampilan motorik halus melalui kegiatan

melipat menurut prinsip pembelajaran menurut Paul Eggen dan Don

Kaucack yaitu: a) pendidik menggunakan kertas lipat yang ukurannya

lebih besar dari kertas lipat yang digunakan oleh peserta didik dan

dilengkapi dengan gambar langkah-langkah melipat, b) setiap tahapan

melipat yang sudah dibuat oleh siswa diberikan umpan balik oleh guru

kepada peserta didik misalnya dengan penguatan “rapikan lipatan”, c)

61

Paul Eggen dan Don Kauchack (2004: 86)

Page 68: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

57

berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengulang kembali

melipat kertas.

Berdasarkan teori pembelajaran Paul Eggen dan Don Kaucack

dikaitkan dengan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa peserta didik

akan lebih memahami materi pembelajaran yang diharapkan peneliti jika

dalam proses pembelajaran peserta didik terlibat langsung, seperti

pendidik memberikan contoh cara melipat kertas membuat suatu model

lipatan dan menunjukkan hasil lipatan yang sudah jadi kepada peserta

didik. Selanjutnya peserta didik diberi kesempatan untuk mempraktekkan

melipat kertas dengan tahapan-tahapan sesuai kemampuan anak. Selama

proses pembelajaran pendidik membimbing anak dalam mengikuti

tahapan-tahapan dalam melipat kertas.

Keuntungan dari pemakaian metode experiential learning yaitu

meningkatkan semangat dan gairah pembelajar, membantu terciptanya

suasana belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses

belajar, mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif,

menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda,

memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah, dan

memperkuat kesadaran diri.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa studi relevan yang di jadikan sebagai pedoman bagi

penulis dalam pelaksanaan pembelajaran penerapan metode origami

dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini. Penelitian yang

relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Kiki Ria Mayasari (2014) yang meneliti tentang meningkatkan

keterampilan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas pada

kelompok B4 di TK Masjid Syuhada Yogyakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak Kelompok B4

pada tahap Pratindakan sebanyak 5,9%, pada Siklus I sebanyak

23,5%, dan pada Siklus II sebanyak 76,4%. Perolehan persentase pada

Siklus II membuktikkan bahwa penelitian ini telah mencapai indikator

keberhasilan yaitu keterampilan motorik halus anak mengalami

Page 69: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

58

peningkatan ≥75%. Langkah-langkah penelitian yang dapat

meningkatkan keterampilan motorik halus dilakukan dengan kegiatan

melipat kertas, dengan menggunakan media kertas yang ukurannya

cukup besar, dan dilengkapi gambar langkah pembelajaran.

2. Atik Mulyati (2014) meneliti tentang peningkatan keterampilan motorik

halus melalui origami pada anak kelompok A TK Kusuma Baciro

Gondokusuman Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

keterampilan motorik halus anak meningkat setelah adanya tindakan

melalui origami. Pada saat dilakukan observasi pratindakan, persentase

keterampilan motorik halus anak sebesar 39,47%. Pada Siklus I

sebesar 50,86% dengan peningkatan 11,39%, Siklus II sebesar 60,33%

dengan peningkatan 9,47%, dan pada Siklus III sebesar 78,94%

dengan peningkatan 18,61%. Perolehan persentase tersebut

menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak Kelompok A

dengan kriteria baik telah mencapai indikator keberhasilan sebesar

75%. Langkah-langkah yang ditempuh untuk meningkatkan

keterampilan motorik halus anak adalah 1) guru menjelaskan cara

melipat kertas dengan metode demonstrasi; 2) anak diberi penguatan

dengan kata “setrika lipatan” yang sudah dibuat; 3) anak diberi reward

berupa pujian; 4) penggunaan kertas lipat motif untuk menarik minat

anak.

3. Hartatik (2016) meneliti tentang meningkatkan kemampuan motorik

halus melalui kegiatan melipat kertas origami di kelompok A PAUD

Dunia Anak Wates Kabupaten Blitar Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil

penelitian menunjukan bawha dalam pelaksanaan siklus I sampai siklus

III, kemampuan motorik halus anak kelompok A mengalami

peningkatan dengan menggunakan media kertas origami. Adapun

tujuan dari penerapan media kertas origami adalah anak mampu

melipat kertas origami dengan baik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

pendekatan dan metode penelitian, dimana pada penelitian sebelumnya

merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam empat

Page 70: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

59

tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang

dilalui dengan tiga siklus. Sedangkan pada penelitian ini merupakan

sebuah studi lapangan dengan pendekatan yang di gunakan adalah

pendekatan kualitatif.

Page 71: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan

yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan

sekarang, dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga,

dan masyarakat.62 Penelitian lapangan (Field Research) yang juga

dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif. Ide

penting dari jenis penelitian ini adalah bahwa peneliti berangkat ke

lapangan untuk mengadakan pengamatan langsung tentang sesuatu

fenomena yang terjadi.

Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Alasan utama menggunakan pendekatan kualitatif ini adalah

karena topik yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan erat dengan

fenomena sosial dan sebagian data yang dijaring bersifat kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut

pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data

dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-

orang ditempat penelitian. Metode penelitian kualitatif sering disebut

metode penelitian naturalistic (naturalistic research) karena penelitian

dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting).

Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang

alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak

dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu

mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.63

Menurut Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J

Moleong, mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis ataulisan dari orang-

62

Husaini Usman dkk, Metodologi Penelitian Sosial.(Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2006), hal. 5

63www.diaryapipah.com>2012/05/pengertian-penelitian-kualitatif.html?m=l/

13/07/2017

Page 72: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

61

orang perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan

individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh

mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis,

tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.64

Paradigma penelitian kualitatif dilaksanakan melalui proses induktif.

Artinya, berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi,

kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar masalah yang terjadi

dilapangan. Oleh karena itu, penelitian kualitatif dilaksanakan untuk

memahami fenomena-fenomena latar social (setting social) yang terjadi

dilapangan bersifat melingkar (siklus).65

Pada penelitian ini, peneliti harus menghabiskan banyak waktu untuk

berinteraksi secara mendalam dan melakukan observasi, wawancara

dengan cara menyatu dengan aktivitas mereka. Kemudian peneliti

mendeskripsikan data-data berupa kata-kata, gambar, transkrip

wawancara, catatan data lapangan, dokumen pribadi, foto-foto, kamera,

nota dan lain-lain.

Ciri utama penelitian kualitatif adalah sebagai berikut pertama

peneliti terlibat langsung dengan latar (setting) social penelitian, kedua

bersifat deskriftif, ketiga menekankan pada makna proses dari pada hasil

penelitian, empat menggunakan pendekatan analisis induktif dan lima

peneliti merupakan intrument utama.66

Dengan demikian peneliti ingin mengamati secara langsung kegiatan

bermain origami dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini di

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian

1. Situasi Sosial

situasi sosial adalah suatu keadaan atau tempat dimana subjek

berdomisili yang mempengaruhi kegiatan, keadaan, dan yang

64

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013). hal.4

65Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: GP Press,

2009), hal.187. 66

Ibid.,hal.191.

Page 73: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

62

berhubungan dengan perilaku subjek. 67 Situasi sosial adalah suatu

keadaan atau tempat dimana subjek berdomosili yang mempengaruhi

kegiatan dan keadaan yang berhubungan dengan prilaku subjek.

Penelitian ini dilakukan pada Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

dengan alasan:

a. Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo merupakan sekolah pertama yang

menyelenggarakan dan menerapkan sistem motorik halus.

b. Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo merupakan sekolah favorit di

Kabupaten Bungo.

c. Lokasi penelitian jika ditinjau dari berbagai segi seperti transportasi,

biaya dan waktu, sangat menguntungkan peneliti.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian haruslah yang bisa mewakili apa yang diteliti.

Menjelaskan subjek atau populasi, sampel, atau informan haruslah di

jelaskan secara jelas dan spesifik yang berhubungan dengan konteks

penelitian.68

Subjek penelitian adalah tenaga pendidik, dan anak didik Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Bungo, guru pendamping, orang tua murid. Mereka ini

diamati dan diwawancarai secara langsung dengan tujuan untuk

penyesuaian antara informasi yang diperoleh hasil observasi dengan

melalui wawancara. Selain itu juga akan diperoleh informasi yang lebih

lengkap.

C. Jenis Data

Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data pimer dan

sekunder. Di bawah ini akan dijelaskan kedua macam data tersebut.

a. Data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau

petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian ini adalah tenaga pendidik, dan anak didik

67

Muktar, Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmiah (Jambi: Sulthan Thaha Press,2010), hal.80.

68Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif)

(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hal.177.

Page 74: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

63

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo, guru pendamping, orang tua

murid.69

b. Data sekunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan data

yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. 70 Data sekunder

dalam penelitian ini terdiri dari dokumen yang penting pada Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Bungo. Misalnya visi misi, sistem kegiatan dan struktur

organisasi, program tahunan, program semester, RPPM dan RPPH.

a. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah

subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan

kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber

data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab

pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.71

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.

Apakah peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden. Apabila

peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa

berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Sumber data kualitatif adalah

sumber data yang disuguhkan dalam bentuk dua parameter abstrak,

misalnya banyak sedikit, tinggi rendah, tua muda, panas dingin dan

sebagainya.

Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber

datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Peneliti yang

mengamati tumbuhnya jagung, sumber datanya adalah jagung. Apabila

peneliti menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang

menjadi sumber data, sedang isi catatan subjek peneliti atau variabel

penelitian.

69

P. Joko Subagyo, Metodelogi dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 87.

70Ibid., hal. 88

71Arikunto, Op. Cit., hal. 172

Page 75: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

64

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari orang dan literature

yang meliputi sebagai berikut:

a. Kepala Sekolah

b. Tenaga Pendidik

c. Anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

d. Kegiatan bermain origami dalam mengembangkan motorik halus anak

usia dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

e. Dokumentasi

D. Teknik Pengumpulan Data

Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara yang

dilakukan oleh seorang peneliti mengumpulkan data yang diperlukan

dalam penelitian. Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan

dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan yang

bersifat umum.72

1. Metode observasi Nonpartisipan

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan

segaja, sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian

dilakukan pencatatan. 73 Peneliti dalam penelitian ini adalah meneliti

secara observasi non partisipan, jadi peneliti datang di tempat kegiatan

yang diamati, tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.

Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi agar

dapat melihat secara langsung kegiatan bermain origami dalam

mengembangkan motorik halus anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo.

Tahapan yang dilakukan peneliti dalam observasi adalah sebagai

berikut:

a. Observasi deskriptif, observasi ini dilakukan peneliti pada saat

memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap

72

Nana sunjana, Menyusun Karya Tulisan Ilmiah, untuk Memperoleh Angka Kredit, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hal. 7

73P. Joko Subagyo, Op.Cit., hal. 63

Page 76: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

65

ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti

melakukan penjelajahan umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi

terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data

direkam, oleh karena itu hasil dari observasi ini disimpulkan dalam

keadaan yang belum tertata.

b. Observasi terfokus, pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour

obsevation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk

difokuskan pada aspek tertentu.

c. Observasi terseleksi, pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus

yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci, dengan begitu pada

tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, perbedaan, dan

kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu

kategori dengan kategori lain.74

2. Interview/ wawancara

Interview/wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu,

percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 75 Metode ini merupakan

metode untuk mencari data yang dilakukan dengan cara bertemu

langsung dengan responden atau sumber data. Cara ini dilakukan dengan

cara komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk

memperoleh informasi.76

Metode wawancara, peneliti gunakan untuk mencari informasi

tentang kegiatan bermain origami dalam mengembangkan motorik halus

anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo. Peneliti melakukan

wawancara kepada sekolah, tenaga pendidik, dan tiga orang anak.

3. Dokumentasi

Menurut Margono, dokumentasi adalah cara pengumpulan data

melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip, dan termasuk juga buku-

74

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 231.

75Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), hal. 186. 76

Nasution, Metode Research (Bandung: Jemmars, 1991), hal. 153.

Page 77: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

66

buku tentang pendapat, teori dalil, atau hukum-hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan penelitian.77

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi ini, dikarenakan sangat

penting sekali untuk menunjang dan melengkapi data yang telah diperoleh

dari wawancara dan observasi. Metode dokumentasi dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori

yang akan di cari datanya.

b. Check list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam

hal ini peneliti tinggal memberi tanda atau tally setiap pemunculan

gejala yang dimaksud.

Dalam penelitian ini dokumen yang peneliti butuhkan adalah sejarah

berdirinya Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo, visi dan misi, tenaga

pendidik, data anak didik Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo, guru

pendamping. Data yang dihasilkan peneliti tersebut diharapkan mampu

menjawab pertanyaan tentang persoalan yang diteliti.

E. Teknik Analisis Data

Sedangkan dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik

analisa deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data-

data yang telah terkumpul mengenai kegiatan bermain origami dalam

mengembangkan motorik halus anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo. Metode pembahasan dalam proposal tesis ini

menggunakan metode induktif, yaitu berangkat dari fakta-fakta yang

khusus, peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta dan

peristiwa yang khusus tersebut ditarik generalisasi-generalisasi yang

bersifat umum.78

Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.

Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan.

77

Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 181.

78Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Jilid I (Yogyakarta: Yayasan Penerbit UGM,

1994), hal. 42.

Page 78: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

67

Diantaranya: proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-

kenyataan seperti yang terdapat dalam data-data; analisis induktif lebih

dapat membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi lebih

eksplisit, dapat dikenal; analisis dapat menguraikan latar secara penuh

dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya

pengalihan kepada latar lainnya; analisis induktif lebih dapat menemukan

pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan sebagai

bagian dari struktur analitik.79

Setelah dilakukan analisa secara induktif, peneliti kemudian

membandingkan antara data yang diperoleh dengan teori yang sudah ada

(komparasi), yakni dengan mencari persamaan dan perbedaan. Adapun

yang lebih difokuskan peneliti adalah dengan membandingkan perbedaan

yang ditemukan antara data dan teori. Setelah itu, peneliti melakukan

refleksi yakni merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan

dimasa lalu. Menurut Deswani, salah satu karakteristik berpikir kritis

adalah reflektif, artinya seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi

atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan

menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisis nya

berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.

Langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah penarikan

kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna dari hasil

penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan

mudah difahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan

peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya

berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan

perumusan masalah yang ada. Adapun teknik analisa data dalam

penelitian ini, dapat dilihat pada bagan berikut ini:

79

Ibid., hal. 5.

Page 79: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

68

Gambar 1.

Bagan Analisis Data

F. Uji Kepercayaan Data (trusthworthines)

Setelah data terkumpul dan sebelum peneliti menulis laporan hasil

penelitian, maka peneliti mengecek kembali data-data yang telah

diperoleh dengan mengkroscek data yang telah di dapat dari hasil

interview dan mengamati serta melihat dokumen yang ada, dengan ini

data yang di dapat dari peneliti dapat diuji keabsahannya dan dapat

dipertanggung jawabkan.

Selain itu peneliti juga menggunakan teknik observasi mendalam dan

triangulasi sumber data. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.80 Dan

juga dengan metode preer deriefing, yaitu dengan mendiskusikan data

80

Sugiyono, Loc.Cit, hal. 273.

Data : Observasi,

wawancara, dan dokumentasi

(Induktif)

Teori

Komparasi data dan teori

Persamaan Perbedaan

Refleksi

Kesimpulan

Page 80: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

69

yang telah terkumpul dengan pihak-pihak yang memiliki pengetahuan dan

keahlian yang relevan, baik teman sejawat dan lebih-lebih dosen

pembimbing peneliti.

1. Perpanjang Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan ini menuntut peneliti untuk terjun

langsung ke dalam lokasi dan waktu yang cukup panjang untuk

mendeteksi dan memperhitungkan distorsi (Penyimpangan) yang mungkin

akan merusak data, baik distorsi peneliti secara pribadi, maupun yang

distorsi yang ditimbulkan oleh responden, baik yang disengaja maupun

yang tidak disengaja.

2. Ketelitian pengamatan

Ketelitian pengamatan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan

karakteristik dan elemen dalam suatu situasi yang sangat relevan dengan

permasalahan atau isu yang sedang diteliti dan memfokuskan secara

terperinci. Peneliti berupaya mengadakan observasi atau pengamatan

secara teliti dan rinci secara terus menerus terhadap faktor-faktor yang

menonjol, dan kemudian peneliti menela’ahnya secara rinci sampai pada

suatu titik sehingga pada pemeriksaa tahap awal akan kelihatan salah

satu atau keseluruhan faktor yang telah dipahami.

3. Trianggulasi

Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the

sufficiency of the data according to the convergence of multiple data

sources of multiple data collection procedures. Triangulasi dalam penguji

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat

triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.81

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.82Jadi dalam

81

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 273.

82Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2013), hal. 330.

Page 81: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

70

hal ini mengecek sumber sumber data yang diperoleh di lapangan

berkenaan dengan penelitian ini.

Adapun tiga macam triangulasi yaitu denngan menggunakan sumber,

metode, dan teori.

a. Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang kegiatan bermain

origami, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh

dilakukan ke guru sejawat, ke atasan yang menugasi, dan anak didik

langsung.

b. Metode

Konsep triangulasi dengan metode mengaplikasikan adanya model-

model pengumpulan data secara berbeda (pengamatan dan wawancara)

dengan pola yang berbeda. Pada triangulasi dengan metode ini digunakan

dua strategi, yaitu:

1) Pengecekan derajat kepercayaan data temuan hasil penelitian melalui

beberapa teknik pengumpulan data, dan

2) Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

c. Teori

Triangulasi dengan teori didasarkan pada asumsi bahwa fakta

tertentu tidak dapat diperiksa keprcayaannya hanya dengan satu teori.

Artinya, fakta yang diperoleh dalam penelitian ini harus dikonfirmasikan

dengan dua teori atau lebih.

d. Trianggulasi antar-peneliti.

Dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu orang dalam

pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk memperkaya khasanah

pengetahuan mengenai informasi yang digali dari subjek penelitian.

Namun orang yang diajak menggali data itu harus yang telah memiliki

pengalaman penelitian dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak

justru merugikan peneliti dan melahirkan bias baru dari triangulasi

Page 82: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

71

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk membandingkan

informasi yang diperoleh dari berbagai pihak untuk menjamin tingkat

kepercayaan data, dan sekaligus mencegah timbulnya subjektivitas

peneliti. Hasil data analisis inilah yang kemudian akan ditulis dalam bab

temuan penelitian. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk

membandingkan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak untuk

menjamin tingkat kepercayaan data, dan sekaligus mencegah timbulnya

subjektivitas peneliti. Hasil data analisis inilah yang kemudian akan ditulis

dalam bab temuan penelitian.

G. Rencana dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian mulai dari pembuatan proposal sampai dengan

penyusunan tesis ini direncanakan selama enam bulan. Penelitian

dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan dengan

perbaikan hasil seminar. Setelah pengesahan judul dan izin riset, maka

penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi dan analisis data dalam

waktu yang berurutan. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan

pembimb ing sebelum diajukan kepada sidang munaqasyah. Hasil sidang

munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan penggandaan dan laporan

tesis.

Tabel. 1 Jadwal Penelitian:

No Kegiatan Keterangan Tahun 2018

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

1 Tahap pendahuluan

a. Studi pendahuluan √

b. Pengajuan judul Proposal

c. Penyusunan proposal √

d. Pengajuan proposal √

e. Seminar proposal tesis √

f. Pengurusan izin riset √

2 Pengumpulan Data √

a. Analisis Data √

b. Pengmpulan Data √

c. Penulisan Draf √

d. Penyususunan Draf √

3. Tahap Akhir √

Page 83: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

72

a. Penyusunan / penulisan laporan hasil penelitian

b. Konsultasi pembimbing √

c. Perbaikan √

d. Penggandaan tesis √

e. Ujian tesis √

f. Wisuda √

Catatan: Jadwal Berubah Sesuai Waktu

Page 84: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

73

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN

DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Historis dan Georafis

a. Historis

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Muara Bungo adalah salah satu

lembaga Pendidik dan Kependidikan di bawah Yayasan Pendidikan

Islam Al-Akhyar. Dengan memperhatikan luasnya wilayah Kecamatan

Rimbo Tengah dengan jumlah anak usia belajar di rasakan tidak

berimbang, apalagi sekolah yang menyeimbangkan antara Pendidikan

umum dan pendidikan agama belum ada. Atas dasar itulah di gagas

pada tanggal 23 Januari 1997 berdiri Raudhatul Athfal (RA) Al-Akhyar

Muara Bungo di bawah naungan Yayasan Pendidik dan Kependidikan

(YPI) Al-Akhyar di Jalan Teuku Umar RT 12 RW 04 Kelurahan Pasir

Putih Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Bungo.

Pada awalnya lokal yang di bangun dalam lokasi ini terdiri dari 2

kelas, mengingat jumlah santriwan/ti RA Al-Akhyar Muara Bungo pada

awal tahun ajaran 1997/1998 sebanyak 24 orang, kemudian

selanjutnya lokal yang 2 kelas ini di jadikan 4 (empat) rombel dalam 2

(dua) kelas dan di samping itu ada lagi penambahan kelas di ruang

terbuka khusus kelas A mengingat pada tahun tersebut jumlah

santriwan/ti mencapai 87 orang.

Selanjutnya pada tahun 1998 tenaga pendidik Yayasan Pendidik

dan Kependidikan ingin terus memajukan Pendidikan Anak Usia Dini ini

berusaha dengan semaksimal mungkin memperbaiki manajemen

tenaga kependidikan khususnya kepala madrasah Pendidikan Anak

Usia Dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Muara Bungo terus di

tingkatkan. Sejak berdirinya, Raudhatul Athfal Al-Akhyar Muara Bungo

sudah dipimpin oleh tenaga kependidikan Ibu Yusmidar, S.Ag.

Page 85: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

74

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Muara Bungo didirikan dengan tujuan:

Membantu anak didik untuk mengembangkan berbagai aspek

perkembangan Anak Usia Dini yang meliputi : nilai-nilai agama dan

moral, sosial emosional, kognitif, bahasa dan fisik motorik. Sebagai

persiapan untuk memasuki pendidikan dasar.

Fungsi pendidikan di Raudhatul Athfal Al-Akhyar adalah :

1) Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak.

2) Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.

3) Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.

4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi & bersosialisasi.

5) Mengembangkan keterampilan, kreatifitas dan kemampuan yang

dimiliki anak.

6) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.

Adapun tujuan pendidikan di Raudhatul Athfal Al-Akhyar adalah :

1) Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu,

cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi

warga negara yang domokratis dan bertanggungjawab.

2) Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual,

emosional, kinestesis, dan sosial peserta didik pada masa usia emas

pertumbuhan dalam lingkungan bermain yang edukatif dan

menyenangkan.

a. Georafis

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Muara Bungo Jalan Teuku Umar RT

12 RW 04 Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten

Bungo Provinsi Jambi.

Page 86: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

75

Gambar 2. Denah Lokasi RA Al-Akhyar Muara Bungo

Gambar 3 Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo tampak dari depan

2. Struktur Organisasi

Organisasi adalah merupakan sekelompok orang yang

bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya organisasi,

setiap tugas dan kegiatan dapat di distribusikan dan dikerjakan oleh

setiap anggota kelompok secara efisien sehingga tujuan yang

ditetapkan dapat tercapai.

Struktur organisasi biasanya digambarkan dalam bentuk bagan

organisasi (organization chart) yang memperlihatkan susunan fungsi-

Page 87: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

76

fungsi, departemen-departemen dalam organisasi dan menunjukkan

bagaimana hubungan kerja baik secara horizontal maupun vertikal.

Dari struktur organisasi yang tersusun tersebut dibuat tugas

dan tanggung jawab masing-masing bagian atau seksi agar dapat

dengan mudah melakukan koordinasi. Demikian dengan Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Muara Bungo Kabupaten Bungo, instansi ini memiliki

struktur organisasi berbentuk garis atau lini. Struktur organisasi bentuk

garis atau lini diciptakan oleh Henry Fayol. Pada struktur organisasi ini,

wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal kepada bawahan.

Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara

langsung di tujukan kepada atasan yang memberi perintah. Umumnya

organisasi yang memakai struktur ini adalah organisasi yang masih

kecil, jumlah karyawannya sedikit dan spesialisasi kerjanya masih

sederhana. Dan pelimpahan wewenang berlangsung secara vertikal,

yaitu dari yayasan kepada kepala yang diteruskan kebagian lainnya di

bawah wakil dan Tata Usaha yang bersangkutan hingga ke jenjang

guru yang paling rendah. Struktur organisasi Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Muara Bungo Kabupaten Bungo dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 4. Sktruktur Organisasi

Kepala Yusmidar, S.Ag

Siswa

Bendahara Nyami Ningsih

Tata Usaha Mirdawati, S.E

Zuliana Halimatun Sakdiah,

Majelis Guru Satpam

Page 88: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

77

3. Uraian Tugas

a. Kepala RA

1) Memimpin dan membina KB sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

2) Membina kerjasama dengan orang Tua, masyarakat dan pihak

terkait

3) Memimpin dan mengkoordinasikan tenaga kependidikan dalam

meningkatkan kualitas kinerja RA

4) Membagi tugas-tugas kepada guru dan staf Tata usaha (TU)

sesuai dengan ketentuan kurikulum

5) Melaksanakan bimbingan, pembinaan, motivasi, penganyoman

kepada guru dan staf

6) Menciptakan dan mengendalikan suasana kerja yang kondusif

untuk mencapai tujuan (menyenangkan, harmonis, dan dinamis)

7) Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi guru

maupun staf TU

8) Mendorong untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf TU

melalui penataran, pelatihan dan pendidikan lanjut.

9) Mendorong pendayagunaan sarana prasarana RA

10) Merencanakan, melaksanakan penerimaan siswa baru

11) Menyusun kegiatan ektra Kurikuler.

b. Bendahara

1) Memberikan Kartu SPP ke Murid

2) Menerima uang SPP

3) Mencatat penerimaan

4) Mencatat Penerimaanpengeluaran di buku penyetoran

5) Menyentor uang ke rekening sekolah

6) Menyusun laporan keuangan.

c. Guru/ Pendidik

1) Membuat, SKM, SKHG dan setiap hari ditanda tangani oleh

Pengelola RA

2) Membuat alat peraga untuk mengajar/di dinding kelas

Page 89: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

78

3) Membuat penilaian untuk anak

4) Membuat rangkuman dan bimbingan untuk anak

5) Membuat narasi dan mengisi BLP anak

6) Menjaga/mengawasi anak bermain diluar dan di dalam/ datang

dan pulang sekolah

7) Menjaga kebersihan kelas

8) Mengevaluasi hasil kerja selama 1 Tahun

9) Mengevaluasi hasil kerja selama 1 tahun

10) Selalu bermusyawarah dengan Pengelola RA, Wali murid

apabila ada masalah

a. Kepala RA

1) Memimpin dan membina KB sesuai dengan ketentuan yang

berlaku

2) Membina kerjasama dengan orang Tua, masyarakat dan pihak

terkait

3) Memimpin dan mengkoordinasikan tenaga kependidikan dalam

meningkatkan kualitas kinerja RA

4) Membagi tugas-tugas kepada guru dan staf Tata usaha (TU)

sesuai dengan ketentuan kurikulum

5) Melaksanakan bimbingan, pembinaan, motivasi, penganyoman

kepada guru dan staf

6) Menciptakan dan mengendalikan suasana kerja yang kondusif

untuk mencapai tujuan (menyenangkan, harmonis, dan dinamis)

7) Membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi guru

maupun staf TU

8) Mendorong untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf TU

melalui penataran, pelatihan dan pendidikan lanjut.

9) Mendorong pendayagunaan sarana prasarana RA

10) Merencanakan, melaksanakan penerimaan siswa baru

11) Menyusun kegiatan ektra Kurikuler.

Page 90: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

79

b. Bendahara

1) Memberikan Kartu SPP ke Murid

2) Menerima uang SPP

3) Mencatat penerimaan

4) Mencatat Penerimaanpengeluaran di buku penyetoran

5) Menyentor uang ke rekening sekolah

6) Menyusun laporan keuangan.

c. Guru/ Pendidik

1) Membuat, SKM, SKHG dan setiap hari ditanda tangani oleh

Pengelola RA

2) Membuat alat peraga untuk mengajar/di dinding kelas

3) Membuat penilaian untuk anak

4) Membuat rangkuman dan bimbingan untuk anak

5) Membuat narasi dan mengisi BLP anak

6) Menjaga/mengawasi anak bermain diluar dan di dalam/ datang

dan pulang sekolah

7) Menjaga kebersihan kelas

8) Mengevaluasi hasil kerja selama 1 Tahun

9) Mengevaluasi hasil kerja selama 1 tahun

10) Selalu bermusyawarah dengan Pengelola RA, Wali murid apabila

ada masalah

4. Visi dan Misi Raudhatul Athfal Al-Akhyar

a. Visi Raudhatul Athfal Al-Akhyar

“Islami, Berkualitas, Mencerdaskan, Mentrampillkan dan

Memandirikan”

b. Misi Raudhatul Athfal Al-Akhyar

1) Mewujudkan dan melaksanakan paradigma seraya belajar dalam

suasana yang nyaman dan menyenangkan

2) Membangun dan memotivasi peserta didik dalam proses

bermain dan belajar sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk

lebih cerdas dalam berfikir, lebih cerdas dalam berbuat,

Page 91: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

80

berprilaku sopan dan berkepribadian yang sehat, kuat di tengah

kehidupan masyarakat yang Islami.

5. Keadaan Guru dan Peserta Didik

a. Keadaan Guru

Istilah “guru” sering disamakan dengan istilah pendidik, karena pada

kedua istilah ini mengacu pada profesi yang sama, atau mengajar dan

mendidik. Oleh karena itu, pendefinisian guru juga berlaku bagi pendidik.

Guru di sini adalah sebagai seorang pendidik dan merupakan sosok

manusia yang menjadi panutan bagi anak didiknya dan merupakan

sebagai penentu arah kemajuan suatu bangsa. Hal ini sebagaimana

dijelaskan bahwa guru adalah orang yang memiliki kemampuan untuk

mengajar atau orang yang pekerjaannya mengajar.

Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungan jawab untuk

mendidik. Yang dimaksudkan pendidik disini adalah hanya manusia

dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang

pendidikan si terdidik.83

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik

adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,

konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan

sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi

dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan

bahwa guru adalah pendidik.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran.

Peserta didik memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam

proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan

yang dimiliki peserta didik. Tanpa adanya seorang guru, mustahil seorang

peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini

berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu

memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.

83

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 2002), hal. 37.

Page 92: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

81

Mulyasa mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas peran guru

dalam pembelajaran. Kesembilan belas peran guru dalam pembelajaran

yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat,

pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong

kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,

pembawa cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet, dan sebagai

kulminator.84

Adapun tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan pada Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Muara Bungo berjumlah 15 orang yang terdiri dari guru

berjumlah 21 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 5 orang adalah

sebagai berikut:

Tabel 2 Tenaga Pendidik dan Kependidikan

NO

NAMA

PENDIDIKAN

JABATAN

KET

1 YUSMIDAR, S.Ag S.1 Kepala Berijazah

2 MAIMANAH, S.Pdi S.1 Guru Kelas Berijazah

3 EKA MARYATI,S.Pdi S.1 Guru Kelas Berijazah

4 NURHIDAYATI,S.Pdi S.1 Guru Kelas Berijazah

5 DARNAWATI,S.Ag S.1 Guru Kelas Berijazah

6 JULIANAH, S.Ag S.1 Guru Kelas Berijazah

7 TASLIYEM, S.Pdi S.1 Guru Kelas Berijazah

8 APERA YANTI, S.Pdi S.1 Guru Kelas Berijazah

9 FITRIA DARNI, S.Pdi S.1 Guru Kelas Berijazah

10 SYAH MURNIATI, S.Pd S.1 Guru Kelas Berijazah

11 PITRIA NOVA, S.Pd S.1 Guru Kelas Berijazah

12 Umroh Dewi Patimah, S.Pd.I S.1 Guru Kelas Berijazah

13 RENI YULI AZHRITA, S.Pd S.1 Guru Kelas Berijazah

14 Sari Rahayu Rahmadani, S.Pd S.1 Guru Kelas Berijazah

15 ARIANI, A.Ma D.II Guru Kelas Berijazah

16 MUTAMMIMAH PGA Guru Kelas Berijazah

17 DEWI MARIANA SMA Guru Kelas Berijazah

18 EKA YUSPITA DEWI, A.Ma D.II Guru Kelas Berijazah

19 DIAN RORO SETIYO RINI SMK Guru Kelas Berijazah

20 TUTIK IDAYATI MA Guru Kelas Berijazah

21 SRI FAIZAH, A.Ma D.II Guru Kelas Berijazah

22 NYAMI NINGSIH SMK Bendahara Berijazah

84

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016), hal. 37.

Page 93: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

82

23 MIRDAWATI, S.E S.1 Tata Usaha Berijazah

24 ZULIANA HALIMATUN SAKDIAH, A.Ma

D.II Tata Usaha Berijazah

25 INDRA JAYA SMA Satpam Berijazah

26 ADI PURNAMA SAWAL SMA Satpam Berijazah

b. Peserta Didik

Tabel 3 Peserta Didik

No Tahun Pelajaran

Kelompok /

Jumlah Anak Didik Jumlah

L P

1 2016/2017 119 108 227

2 2017/2018 133 126 259

3 2018/2019 124 105 229

6. Kurikulum

Struktur program kegiatan pada Raudhatul Athfal Al-Akhyar

Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Rimbo Tengah Kabupaten Bungo

mencakup pembentukan perilaku dan bidang pengembangan

kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup

perkembangan meliputi :

1. Nilai – nilai Agama dan Moral

2. Fisik

3. Kognitif

4. Bahasa

5. Sosial emosional

6. Seni

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, struktur Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) Raudhatul Athfal Al-Akhyar adalah sebagai

berikut :

Page 94: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

83

Tabel 4 Struktur Kurikulum

No

Komponen

Alokasi waktu

Kelompok Anak

Usia 2-4 Usia 5-6

A Pembiasaan

T E M A T I K

T E M A T I K

Nilai – nilai Agama

Moral

Sosial

Emosional

Seni

Fisik

Kognitif

Bahasa

C Mulok

D Pengembangan diri

Menyanyi

Menari

Agama/Iqro’

Jumlah 30 30

Keterangan :

Jumlah alokasi waktu 30 jam pembelajaran dalam 1 (satu)

minggu. Dalam 1 hari terdiri dari 6 (enam) jam pembelajaran yaitu :

Pembukaan : 30 menit (1 jam pelajaran ) Inti : 90 menit (3

jam pelajaran )

Istirahat : 30 menit (1 jam pelajaran )

Penutup : 30 menit (1 jam pelajaran Jadwal Kegiatan

Mulok dan Pengembangan Diri

Page 95: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

84

Tabel 5 Alokasi Waktu

N o

Kelom

pok

Kegiatan

Hari Ket

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

1 A Agama √

Menyanyi √ √ √

Bahasa dan imajinasi √ √

Gerak dan lagu √

Bermain alam √

2 B Agama √

Menyanyi √ √ √

Bahasa dan imajinasi √ √

Gerak dan lagu √

Bermain alam √

Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran/ bidang

pengembangan yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban

belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu materi

muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi

kurikulum.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan menegaskan bahwa kedalaman muatan kurikulum

pada satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi pada tingkat dan

atau semester sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kompetensi

yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar.

B. Hasil Penelitian

1. Kegiatan Guru dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia

Dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

Perkembangan dirumuskan oleh H. Werner dalam Gunarsa

dengan mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu

proses yang mina-mina global, masif, belum terpecah atau terperinci

kemudian semakin lama semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi

Page 96: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

85

integrasi yang hirarkis. Penggunaan istilah masa awal anak-anak

(early childhood) menyebutnya usia prasekolah ketika anak masuk

sekolah untuk persiapan masuk ke sekolah formal yaitu SD. Pada

masa itu anak perlu mendapatkan selain pengetahuan juga

keterampilan dan budi pekerti untuk dapat menyesuaikan diri pada

kehidupan dewasa.

Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak

ditekankan pada koordinasi gerakan motorik dalam hal ini berkaitan

dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan

menggunakan jari tangan.85 Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan

motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna.

Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam

menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan

oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempuma

sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. 86

Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus

berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu

mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti

mengkoordinasikan gerakan masa dengan tangan, lengan. Menurut

Hurlock pengendalian otot tangan, bahu dan pergelangan tangan

meningkat dengan cepat selama masa kanak-kanak, dan pada umur

12 tahun anak hampir mencapai tingkat kesempurnaan seperti orang

desa. Sebaliknya pengendalian otot jari tangan yang baik

berkembang lebih lambat. Oleh sebab itu untuk mengimbangi

lambannya perkembangan motorik halus tersebut perlu diberikan

latihan-latihan yang sifatnya tidak membosankan anak.

85

Wawancara dengan Ibu Nurhidayati selaku guru kelas B4 Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo, tanggal 27 September 2018

86 Wawancara dengan Ibu Nurhidayati selaku guru kelas B4 Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo, tanggal 27 September 2018

Page 97: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

86

Gambar 5. Suasana siswa saat istirahat

Keterampilan motorik halus merupakan hal yang penting dalam

masa perkembangan motorik anak usia dini. Keterampilan motorik

halus anak akan turut mendukung aspek perkembangan lainnya,

seperti aspek kognitif, bahasa serta sosial karena pada hakekatnya

setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain. 87

Pengembangan keterampilan motorik halus anak usia dini bertujuan

untuk melatihkan kemampuan koordinasi motorik anak. Koordinasi

antara tangan dan mata dapat dikembangkan melalui kegiatan

permaianan membentuk atau memanipulasi dari tanah liat/lilin,

adona, memalu, menggambar, mewarnai, menempel dan

menggunting. 88

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa salah satu

kegiatan yang dilakukan guru Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

dalam meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan bermain

origami. Pada kegiatan tersebut guru menjelaskan kegiatan-kegiatan

yang akan dilakukan pada hari itu. Kegiatan origami membuat bentuk

Ikan Pari dilakukan pada kegiatan satu sebelum anak-anak

87

Wawancara dengan Ibu Nurhidayati selaku guru kelas B4 Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo, tanggal 27 September 2018

88 Wawancara dengan Ibu Nurhidayati selaku guru kelas B4 Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo, tanggal 27 September 2018

Page 98: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

87

melakukan kegiatan yang lain. Guru menjelaskan kegiatan origami

yang akan dilakukan yaitu membuat bentuk Ikan Pari dengan kertas

lipat warna polos dengan ukuran 12x12 cm, kemudian kolaborator

mendemonstrasikan tahapan melipat kertas menjadi bentuk Ikan

Pari. Kegiatan melipat kertas ini dilakukan secara klasikal atau

bersama-sama setelah guru menjelaskan tahapan melipat bentuk

ikan pari. Selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung,

peneliti dan kolaborator mengamati anak yang sedang melakukan

kegiatan origami. Ada anak yang mengatakan seperti Rf: “Bu,

kertasnya susah dilipat”. Ada juga yang mengatakan “Bu gak bisa,

terus ini gimana ?”kata Ok. Setelah selesai kegiatan origami dengan

waktu yang telah ditentukan, anak-anak melanjutkan pada kegiatan

dua yaitu menebali dan mewarnai gambar ikan pari dan dilanjutkan

kegiatan tiga anak satu persatu menunjukkan binatang yang hidup di

air seperti macam-macam ikan. Setelah selesai kegiatan anak

istirahat dan bermain di luar ruangan, kemudian dilanjutkan makan

bersama.89

Tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 5-6

tahun menurut Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 salah satunya

menyebutkan bahwa anak mampu meniru bentuk. Meniru bentuk

dalam pembelajaran di TK dapat dilakukan melalui kegiatan meniru

membuat garis tegak, dasar miring, lengkung dan lingkaran, meniru

bermain origami sederhana, mencocok bentuk membuat lingkaran,

segi tiga, bujur sangkar dengan rapi dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil pengamatan di Raudhatul Athfal Al-Akhyar

Bungo pada Kelompok B4 yang berusia 5-6 tahun, peneliti

menemukan permasalahan keterampilan motorik halus pada

Kelompok B4 yang belum sesuai dengan tingkat pencapaian

perkembangan yang terdapat dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun

2009. Anak mengalami kesulitan dalam koordinasi otot tangan dan

mata, seperti anak mengalami kesulitan saat meniru membuat

89 Wawancara dengan Ibu Nurhidayati selaku guru kelas B4 Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo, tanggal 27 September 2018

Page 99: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

88

bentuk huruf ataupun angka, saat kegiatan menganyam kertas anak

mengalami kesulitan saat memasukkan potongan kertas ke sela-sela

kertas anyaman, anak kesuliatan saat melipat kertas menjadi lipatan-

lipatan yang lebih kecil hingga membentuk suatu benda.

Keterampilan motorik halus merupakan salah satu aspek

perkembangan yang membantu anak untuk mampu hidup mandiri.

Memiliki keterampilan motorik halus menjadi modal awal anak dalm

mengurus dirinya sendiri.Meningkatkan keterampilan motorik halus

dapat dilakukan melalui kegiatan bermain kreatif yang menarik dan

menyenangkan.Kegiatan bermain origami merupakan salah satu

kegiatan pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan

keterampilan motorik halus pada Kelompok B4 Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo. Melipat kertas/origami adalah suatu bentuk karya

seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas,

dengan tujuan untuk menghasilkan beraneka ragam bentuk mainan,

hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya.90

Bermain origami dilakukan dengan cara mengubah lembaran

kertas berbentuk bujur sangkar, empat persegi, atau segi tiga

menurut arah atau pola lipatan tertentu secara bertahap sampai

dihasilkan suatu model atau bentuk lipatan yang diinginkan. Untuk

menghindari terjadinya kebosanan pada peserta didik, macam

bentuk lipatan yang akan diajarkan dapat disesuaikan dengan tema

yang sedang dikembangkan. Peserta didik akan merasa senang

tatkala hasil lipatannya dapat dijadikan mainan baginya. Banyaknya

jumlah lipatan untuk anak usia 5-6 tahun yaitu 1-7 lipatan, sesuai

dengan indikator hasil pengembangan dari tingkat pencapaian

perkembangan dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009.

Kegiatan bermain origami ini dilakukan secara klasikal. Peneliti

membagikan kertas lipat kepada peserta didik.Selama kegiatan

melipat berlangsung kolaborator dan peneliti membimbing serta

memotivasi peserta didik dalam melipat kertas sehingga hasil lipatan

90 Sumanto.2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas:

99-100

Page 100: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

89

dapat sesuai dengan yang diharapakan yaitu anak dapat melipat

kertas dengan cepat dan rapi. Setelah kegiatan melipat selesai,

peserta didik melengkapi hasil lipatan kertas dengan memberi hiasan

berupa coretan gambar mata, hidung, dan mulut. Kemudian hasil

lipatan kertas ditempel pada papan hasil karya. Selanjutnya peserta

didik dipersilahkan untuk memilih ragam main yang disediakan untuk

dikerjakan seperti bermain menyebutkan kata yang berawalan bo-,

menggambar dan menceritakan gambar binatang yang dibuat anak,

membuat bangunan kebun binatang dai balok-balok.

Dari sumber lain dijelaskan bahwa kemampuan motorik halus

adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik

yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik

halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan

rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle,

menyusun balok, memasukan benda kedalam lubang sesuai

bentuknya, membuat garis, melipat kertas dan sebagainya

Perkembangan motorik halus anak Usia Dini di tekankan pada

gerakan motorik dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan

atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada

usia 4 tahun gerakan motorik halus Anak sangat berkembang

bahkan hampir sempurna. Pada usia 5 atau 6 tahun gerakan motorik

halus anak berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu

mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti menggkoordi-

nasikan gerakan mata dengan tangan, lengan. 82 Menurut Hurlock

pengendalian otot tangan, bahu dan pergelangan tangan meningkat

dengan cepat selama masa Kanak-kanak, dan pada umur 12 tahun

anak hampir mencapai tingkat kesempurnaan seperti orang dewasa.

Sebaliknya pengendalian otot jari tangan yang baik berkembang

lebih lambat.

Page 101: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

90

Tabel .6

Pengembangan Kemampuan Motorik Halus

No Kemampuan yang Jenis Permainan

Kemampuan yang ingin

Motorik Halus - Meniru melipat

kertas sederhana (7 lipatan)

- Memuntjm: dengan berbagai media berdasarkan bentuk pola (lurus, lengkung, gelombang, ig-zag, lingkaran, segi empat, segi tiga).

- Membuat berbagai bentuk dengan menggunakan plastisin, playdouph/tanah hat, pasir.

- Melipat bentuk ikan

- Mengguntin

g bentuk ikan

- Membentuk

ikan dari plasusin

- Anak mampu melipat kertas bentuk ikan

- Anak mampu menggunting kertas bentuk ikan

- Anak mampu membentuk ikan dari plastisin

2. Kegiatan Bermain Origami dalam Mengembangkan Motorik

Halus Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

Subjek dari penelitian ini adalah anak kelompok B4 dengan

jumlah 17 anak, terdiri atas 9 anak laki-laki dan 8 anak perempuan.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 Tahun Ajaran

2018/2019, dalam mengembangkan motorik halus anak usia dini di

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo upaya yang dilakukan adalah

melalui kegiatan bermain origami. Hasil wawancara diketahui bahwa

masih terdapat banyak anak dengan tingkat keterampilan motorik

halus yang belum mencapai tingkat perkembangan anak yang

semestinya. Seperti dalam kegiatan menganyam kertas, meniru

menulis bentuk huruf, menggunting pola, bermain origami hasilnya

belum optimal.

Page 102: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

91

Tabel.7

perkembangan Motorik Keterampilan Kasar dan

Keterampilan Halus

U

sia

Keterampilan Motorik

Kasar

Keterampilan Motorik

Halus

1

-2

T

ah

un

1. Merangkak.

2. Berdiri dan berjalan beberapa

langkah (usia 12 bulan).

3. Bedalan cepat (15 bulan)

4. Cepat duduk agar fidakjatuh

5. Merangkak di tangga

6. Berdiri di k-ursi tanpa

pegangan

7. Menarik dan mendorong

benda keras seperti rneja dan

kursi

8. Melempar bola

1. Mengambil benda kecil dengan

ibu jari dan telunjuk.

2. Mengambil benda kecil dalam

mangkuk

3. Membuka 2-3 halaman buku

secara bersamaan

4. Menvusun beberapa balok

menjadi menara

5. Menuang cairan dari satu wadah

ke wadah lain

6. Memakai kaus kaki. sepatu

sendiri dengan basil kurang

sempurna

7. Memutar tombol radio atau TV

8. Mengupas pisang dengan basil

kurang

2

-3

T

ah

un

1. Melompat di tempat

2. Berjalan mundur hingga 3

meter

3. Menendang bola dgn

mengayunkan kaki

4. Memanjat mebel dan berdiri di

atasnya

5. Langsung bangun tanpa

berpegangan ketika berbaring

6. Berjalan jinjit

7. Naik tangga dengan kaki

1. Melakukan kegiatan dengan

satu tangan seperti mencoret-

coret

2. Menggambar garis loins Berta

lingkaran tak bertaruran

3. Membuka gerendel pintu

4. Mengenggam pensil

5. Menggimfing dengan basil

kurang sempuma

6. Mengancingkankan baju dan

restleting

Page 103: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

92

8. Lompat dart anak tangga

terakhir

9. Mengayuh sepeda

7. Membuka tutup topik

8. Memakai baju lengkap sendiri

3

-4

T

ah

un

1. Berdiri dengan tumit, tangan

di sampmg tanpa kelulangan

keseimbangan

2. melompat dengan satu kaki

3. Berdiri dengan satu kaki

selama 5 detik

4. Menggunakan balm dan siku

pada saat melempar bola

hingga 3 meter

5. Menangkap bola besar

1. Menggambar badan manusia

2. Menyendok cairan

3. Mencuci dan melap tangan

4. Makan dengan sendok garpu

5. Membawa wadah tanpa

menumpahkan isinya

6. Mengendarai sepeda

roda tiga

4

-5

T

ah

un

1. Menunmi tangga langkah

demi Langkah

2. Tetap seimbang ketika

beijalan mundur

3. Melompat selokan selebar 0,5

meter dengan satu kaki

4. Melempar bola melebihi 4

meter

5. Membuat belokan tajam

dengan

1. Menggunaka-n gunting dengan

baik meski belum lures

2. Memasukkan surat ke dalam

amplop

3. Membawa secangkir kopi

beberapa meter tanpa tumpah

4. Memasukkan benang ke dalam

janun

5. Mengoleskan selai di atas roti.52

Page 104: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

93

6. Memanjat tangga di lapangan

bermain

Keterampilan motorik atau istilah pendidikan aspek psikomotor

adalah masa paling penting dan ideal karena pada masa ini anak

dengan senang hati mengulangulang suatu aktivitas hingga terampil,

anak bersifat pemberani artinya tidak takut sakit atau tidak malu

ketika diejek oleh temannya. Tubuh mereka masih lentur,

keterampilan yang dikuasai sedikit sehingga ketika belajar

keterampilan yang barn tidak mengganggu keterampilan yang sudah

ada. Pada usia empat tahun sudah dapat menggerak motorik secara

tepat karena sudah diatur oleh cortex dalam otak untuk

mengerakkan otot.

Lingkungan dapat mempengaruhi kematangan anak untuk

mempelajari sesuatu aktivitas. Anak yang berada di lingkungan yang

kurang dapat perhatian dari orang tuanya akan lebih cepat matang

dan menguasai keterampilan lebih cepat daripada anak yang berada

di lingkungan baik. Mereka sudah dapat mengikat tali sepatunya,

menulis huruf abjad, berialan, berlari, mewarnai, meronce, dll.

Mereka juga dapat menunjukkan keterampilan motorik yang baik

seperti memotong dengan gunting, menggunakan pensil warna untuk

mewarnai

Peneliti melakukan pengamatan terhadap tingkat keterampilan

motorik halus anak sebagai langkah awal sebelum diadakan

kegiatan bermain origami.

Page 105: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

94

Gambar 6 Anak-anak bermain origami

Berdasarkan data yang sudah diperoleh pada pengamatan

dapat diketahui bahwa keterampilan motorik halus anak belum

berkembang dengan baik. Hal ini yang menjadi landasan peneliti

untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B4

melalui kegiatan bermain origami.

Perencanaan kegiatan bermain origami dengan perencanaan

pelaksanaan pembelajaran yang disusun secara bersama dengan

guru kelas yang merangkap sebagai kolaborator, kemudian

dikonsultasikan untuk mendapat persetujuan dari kepala sekolah.

Adapun tahap perencanaan kegiatan bermain origami meliputi

kegiatan sebagai berikut:

a) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), sebagai acuan peneliti

dan kolaborator dalam melaksanakan penelitian. Media yang

digunakan dalam kegiatan bermain origami berupa kertas lipat

yang beraneka jenis dan warna.

b) Mempersiapkan instrument penelitian, instrument yang digunakan

berupa lembar observasi, dan lembar checklist.

c) Mempersiapkan media yang dibutuhkan untuk penelitian, berupa

kertas lipat, spidol, dan lem.

Page 106: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

95

Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti dan kolaborator

mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk penelitian.

Media yang digunakan untuk Kegiatan bermain origami adalah

kertas origami berukuran sedang untuk anak. Kertas origami yang

dipakai oleh kolaborator dalam pembelajaran bermain origami

berukuran lebih besar dengan kertas yang dibagikan ke anak, ini

bertujuan agar dalam praktek bermain origami melipat kertas,

peserta didik dapat melihat lebih jelas tahapan-tahapan dalam

melipat.

Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berdoa, kemudian

kolaborator melakukan apersepsi tentang tema pembelajaran hari

itu. Peserta didik dikondisikan untuk menyimak penjelasan

kolaborator. Sebelum masuk pada materi pembelajaran, anak diajak

menyanyi sesuai tema, menghafal surat pendek dan mengucap

salam.

Pada kegiatan inti, kolaborator menjelaskan ragam main hari

itu. Banyaknya jumlah ragam main disesuaikan dengan jumlah

murid. Dengan perhitungan banyaknya jumlah ragam main adalah

separuh dari jumlah peserta didik ditambah satu. Jumlah murid kelas

B4 sebanyak 17 anak, sehingga jumlah ragam main yang disediakan

sebanyak 9 ragam main. Kegiatan bermain origami membuat bentuk

ikan dijadikan kegiatan peralihan sebelum anak-anak dipersilahkan

untuk memilih ragam main yang lainnya. Anak diminta untuk

menyebutkan macam-macam binatang yang diketahui anak,

kolaborator menjelaskan kegiatan melipat yang akan dilakukan yaitu

bermain origami membuat bentuk ikan kemudian kolaborator

mendemonstrasikan cara bermain origami menjadi bentuk ikan.

Page 107: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

96

Gambar 7. Anak memperlihatkan hasil dari kegiatan menggambar

Kegiatan bermain origami ini dilakukan secara klasikal. Selama

proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti dan kolaborator

membimbing dan memotivasi anak dalam mengikuti langkah-langkah

membuat lipatan bentuk ikan. Setelah selesai, anak dipersilahkan

untuk mengerjakan ragam main yang lainnya, seperti bermain tebak

suara bagaimana bunyi/suara binatang sapi, kucing, dan lain

sebagainya. Pemberian tugas meniru pola burung, pemberian tugas

membilang dengan papan pasak, menggambar bebas dari bentuk

dasar titik, membuat bentuk burung dari kertas karton, menggunting

pola gambar burung dan mewarnai gambar binatang. Pada kegiatan

akhir, kolaborator melakukan evaluasi, tanya jawab ragam main yang

sudah dilakukan, berdoa mau pulang, salam. Kegiatan yang terakhir

yaitu anak makan bersama.

Tindakan pada penelitian ini dilakukan melalui kegiatan

bermain origami yakni melipat kertas. Melipat kertas adalah suatu

bentuk karya seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan

kertas, dengan tujuan untk meghasilkan beraneka ragam bentuk

maianan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya.91

91

Sumanto, 2005: 99-100

Page 108: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

97

Selama penelitian berlangsung, anak-anak antusias dalam

mengikuti kegiatan melipat kertas. Bagi anak usia Taman Kanak-

kanak kegiatan melipat kertas merupakan salah satu bentuk kegiatan

bermaian kreatif yang menarik dan menyenangkan. Melalui kegiatan

melipat kertas dapat mengembangkan kompetensi pikir, imajinasi,

dan rasa seni. Kegiatan melipat kertas juga dapat meningkatkankan

keterampilan motorik halus anak, seperti melatih gerak otot tangan

sehingga anak memiliki kemampuan untuk memegang pensil, meniru

membuat bentuk huruf atau angka, menggambar dan lain

sebagainya.

Sehubungan dengan adanya peningkatan kemampuan motorik

halus anak, maka peneliti melakukan pertemuan berikutnya.

Sebelum dimulai pembelajaran, peneliti mempersiapkan segala

sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan bermain origami , seperti:

kertas lipat, papan hasil karya dan spidol yang dipergunakan untuk

memberi hiasan pada hasil lipatan. Anak dikondisikan untuk berbaris

di depan kelas duduk melingkar di lantai.

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa, memberi salam, dan

mempresensi anak. Kolaborator membimbing anak menghafal surat

pendek, mempersilahkan anak untuk berbagi cerita dengan teman-

temannya dan dilanjutkan menerangkan materi pembelajaran yang

lainnya. Kolaborator menerangkan apersepsi tentang tema hari ini

yaitu Binatang. Anak menyanyi lagu “binatang ciptaan Allah”. Anak

diminta untuk menyebutkan macam-macam binatang. Kegiatan

selanjutnya yaitu kolaborator menjelaskan kegiatan bermain origami

yang akan diajarkan yaitu melipat kertas membuat bentuk kepala

kucing. Peneliti membagikan kertas lipat kepada peserta didik.

Selama kegiatan melipat berlangsung kolaborator dan peneliti

membimbing serta memotivasi anak dalam melipat.Kegiatan bermain

origami ini dilakukan secara klasikal. Setelah kegiatan melipat

selesai hasil lipatan dihiasi dengan cara memberi coretan berupa

Page 109: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

98

gambar mata, hidung, dan mulut kemudian ditempel pada papan

hasil karya.

Kemudian anak dipersilahkan untuk memilih ragam main yang

sudah disediakan seperti bermain tebak bunyi suara binatang,

bermain umbul kata benda, mengelompokkan kata benda,

menggambar dan bercerita, membaca buku dongeng, eksperimen

membuat telur asin, dan ragam main yang lainnya.

Pada kegiatan akhir dilakukan evaluasi dan tanya jawab

tentang macam-macam binatang dan meyebutkan ragam main yang

sudah dikerjakan peserta didik. Dilanjutkan dengan persiapan

pulang, doa, salam penutup dan diakhiri dengan makan bersama.

Hasil evaluasi peneliti terhadap beberapa kali pertemua

dilakukanlah pertemuan terakhir. Sebelum dimulai pembelajaran,

peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan untuk

kegiatan bermain origami seperti: kertas lipat, papan hasil karya dan

spidol yang dipergunakan untuk memberi hiasan pada hasil lipatan.

Gambar 8. Anak Bermain Origami

Page 110: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

99

Awal pembelajaran kolaborator dan peneliti mengajak anak

untuk berbaris di depan kelas kemudian masuk kelas. Anak

dikondisikan untuk duduk melingkar di karpet kelas. Kolaborator

menanyakan kabar anak, mempresensi kemudian mengucap salam.

Anak diajak untuk latihan sholat subuh, menghafal doa dan surat-

surat pendek. Anak dipersilahkan untuk istirahat selam 5 menit untuk

ke toilet dan minum, kemudian masuk kelas kembali diilanjutkan

menerangkan materi pagi.

Kegiatan inti dimulai dengan apersepsi menerangkan tema

pada hari itu yaitu Tema Binatang, kemudian ank diajak untuk

menyanyi lagu“Kebun Binatang” anak diminta untuk menyebutkan

macam-macam binatang. Kemudian guru menerangkan kegiatan

bermain origami yang akan dilakukan yaitu melipat kertas membuat

bentuk kura-kura.

Kegiatan bermain origami ini dilakukan secara klasikal. Peneliti

membagikan kertas lipat kepada peserta didik.Selama kegiatan

melipat berlangsung kolaborator dan peneliti membimbing serta

memotivasi peserta didik dalam bermain origami sehingga hasil

lipatan dapat sesuai dengan yang diharapakan yaitu anak dapat

melipat kertas dengan cepat dan rapi. Setelah kegiatan melipat

selesai, peserta didik melengkapi hasil lipatan kertas dengan

memberi hiasan berupa coretan gambar mata, hidung, dan mulut.

Kemudian hasil lipatan kertas ditempel pada papan hasil karya.

Selanjutnya peserta didik dipersilahkan untuk memilih ragam main

yang disediakan untuk dikerjakan seperti bermain menyebutkan kata

yang berawalan bo-, menggambar dan menceritakan gambar

binatang yang dibuat anak, membuat bangunan kebun binatang dai

balok-balok.

Banyaknya jumlah ragam main di Sentra Balok berbeda

dengan Sentra lain, dikarenakam pada Sentra Balok ragam main

yang disajikan tidak menggunakan rumus sentra, kegiatan yang yang

difokuskan adalah kegiatan dalam membangun balok yang

Page 111: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

100

membutuhkan waktu cukup lama. Kegiatan akhir dilakukan evaluasi,

tanya jawab seputar ragam main yang sudah disediakan,

megingatkan kegiatan hari esok, pesan-pesan, doa, dan salam

penutup. Kegiatan yang terakhir yaitu makan bersama.

Hasil observasi Pertemuan pertama memperoleh data berupa

angka persentase keterampilan motorik halus melalui kegiatan

bermain origami. Hasil observasi pertemuan pertama dengan

menggunakan instrumen lembar observasi menyebutkan bahwa

keterampilan motorik halus anak kelompok B4 yaitu anak yang

terampil sebanyak 11.8% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak

47% dari 17 anak, belum terampil sebanyak 41.2% dari 17 anak.

Kondisi ini menunjukkan bahwa anak-anak kurang memahami

tentang kegiatan bermain origami. Untuk itu perlu dilatih sesering

mungkin supaya anak terbiasa melipat kertas dengan rapi dan baik.

Meskipun kegiatan melipat kertas kurang disenangi anak-anak kita

tetap memberikan yang terbaik untuk mereka agar dalam melipat

kertas tidak salah memberikan bentuk lipatan yang anak sukai

ataupun belum pernah melipatnya. Untuk mendapatkan hasil yang

menarik dan baik anak-anak harus berlatih.

Guru dalam mengajarkan melipat, hendaknya mengikuti

petunjuk-petunjuk yang ada. Adapun petunjuk mengajarkan melipat

kertas menurut Sumanto adalah sebagai berikut:

1) Guru dalam memberikan peragaan langkah-langkah melipat pada

anak TK supaya menggunakan peraga yang ukurannya cukup

besar (lebih besar) dari kertas lipat yang digunakan oleh siswa.

Selain itu lengkapi peragaan tersebut dengan gambar langkah-

langkah meliputi yang ditempelkan di papan tulis dan contoh hasil

melipat yang sudah jadi dengan baik.

2) Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh siswa hendaknya

diberikan penguatan oleh guru misalnya “rapikan lipatan”,

haluskan/setrika lipatan yang sudah dibuat dan sebagainya.

Page 112: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

101

3) Bila siswa sudah selesai membuat satu model/bentuk lipatan

dapat diberikan kesempatan untuk mengulangi melipat lagi agar

setiap anak memiliki keterampilan sendiri membuat lipatan tanpa

bantuan bimbingan dari guru.

Metode pembelajaran yang dipakai peneliti yaitu metode

demonstrasi. Metode pembelajaran adalah cara yang dilakukan guru

untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang

ditetapkan. Metode demonstrasi dilakukan dengan cara

mempertunjukkan atau memperagakan suatu cara atau suatu

keterampilan. Tujuannya agar anak memahami dan dapat

melakukannya dengan benar, misalnya, mengupas buah, memotong

rumput, menahan bunga, mencampur warna, menipu balon

kemudian melepaskannya, menggosok gigi, mencuci tangan, dan

lain-lain.

Hasil observasi Pertemuan kedua diperoleh data berupa angka

persentase keterampilan motorik halus melalui kegiatan bermain

origami. Hasil observasi pada pertemuan kedua dengan

menggunakan instrumen lembar observasi menyebutkan bahwa

keterampilan motorik halus anak kelompok B4 yaitu anak yang

terampil sebanyak 17.6% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak

47.1% dari 17 anak, belum terampil sebanyak 35.1% dari 17 anak.

Hasil observasi Pertemuan terakhir yakni pertemua ketiga diperoleh

data berupa angka persentase keterampilan motorik halus melalui

kegiatan bermain origami.Hasil observasi pada pertemuan 3 dengan

menggunakan instrumen lembar observasi menyebutkan bahwa

keterampilan motorik halus anak kelompok B4 yaitu anak yang

terampil sebanyak 41.2% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak

23.5% dari 17 anak, belum terampil sebanyak 35.3% dari 17 anak.

Hasil observasi kerampilan motorik halus pada Kegiatan I dari

pertemuan kesatu, kedua dan ketiga disetiap pertemuannya

mengalami peningkatan hasil persentase. Perolehan rata-rata

persentase anak yang terampil pada Kegiatan I yaitu sebesar 23.5%

Page 113: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

102

dari 17 anak yang diteliti. Perolehanpersentase tersebut belum dapat

dikatakan berhasil karena hasil belum mencapai pada angka

persentase keberhasilan yaitu sebanyak 75% dari 17 anak mampu

bermain origami dengan terampil.Untuk itu peneliti perlu melakukan

penelitian kembali pada kegiatan lanjutan.

Tindakan penelitian pada Kegiatan I masih perlu perbaikan,

diharapkan pada kegiatan 2 dapat lebih baik dalam meningkatkan

keterampilan motorik halus anak Kelompok B4. Perlu adanya

rencana langkah-langkah perbaikan yang akan digunakan pada

kegiatan 2. Langkah-langkah perbaikan tersebut diantaranya:

1) Kolaborator menggunakan meja khusus untuk kegiatan

bermain origami yaitu meja lipat yang ukurannya lebih tinggi

dibanding dengan meja kegiatan anak, sehingga anak akan

mudah untuk melihat arahan dari kolaborator saat

membimbing bermain origami.

2) Jenis kertas kado tidak dipakai lagi, kegiatan bermain

origami hanya menggunakan jenis kertas lipat yang umum

dipakai dan yang mempunyai dua sisi warna yang sama dan

mempunyai dua sisi warna berbeda.

3) Guru menyiapkan papan karya untuk menempel hasil lipatan

anak.

Keterampilan motorik halus pada Kelompok B4 di Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Bungo melalui kegiatan bermain origami yang

dibentuk menjadi berbagai variasi bentuk lipatan, dalam setiap

pertemuan mengalami peningkatan. Hipotesis tindakan pada

Kegiatan Iini yaitu melalui kegiatan bermain origami dapat

meningkatkan keterampilan motorik halus pada kelompok B4 di

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo. Pada Kegiatan I perolehan

persentase keterampilan motorik halus belummencapai target,

makapenelitian perlu dilakukankembali pada Kegiatan II. Pada

Kegiatan II, setelah selesai melipat anak diberi kesempatan untuk

mengulang kembali bermain origami tanpa adanya arahan urutan

Page 114: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

103

lipatan dari guru. Hipotesis tindakan pada Kegiatan II yaitu melalui

kegiatan bermain origami dan memberikan kesempatan anak untuk

mengulang kembali melipat kertas tanpa bimbingan urutan lipatan

dari guru akan meningkatkan keterampilan motorik halus anak

Kelompok B4 di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo.

Anak-anak sangat menyukai hal-hal yang menarik,

menyenangkan dan hal-hal yang baru. Dalam hal meningkatkan

motorik halus anak melalui melipat kertas. Dengan mengerjakan

secara bersama-sama anak pasti akan bercakap-cakap dengan

teman yang lain sehingga meningkatkan keterampilan motorik halus

anak. Dalam meningkatkan keterampilan melalui origami , anak aktif

dalam melalukan kegiatan, bertanya dan bercakap-cakap dan secara

tidak sadar meningkatkan keterampilan motorik halus anak dalam

dirinya agar mampu berkembang. Elizabet B. Hurlock menyatakan

bahwa kesempatan motorik halus anak dapat ditingkatkan dengan

salah satu kegiatan, misalnya melipat kertas satu sampai enam.

Meningkatkan ketrampilan motorik halus dipengaruhi juga oleh

kondisi lingkungan disekitar yang memberikan kesempatan baginya

untuk meningkatkan keterampilan yang dimilikinya.

Hasil pengamatan dan wawancara peneliti, sebagian besar

Peserta didik merasa senang, gembira, tidak bosen mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan “permainan melipat kertas (

origami )” selain itu juga pada saat melakukan permainan melipat

kertas, mereka merasa senang dengan kegiatan tersebut. Hal ini

menginformasikan bahwa dengan kegiatan tersebut, anak-anak

menghayati permainan yang mereka mainkan, artinya kegiatan itu

memberikan “kesan” yang baik dan bermakna dalam kehidupan

anak, sehingga anak akan merasa sulit untuk melupakannya, dan

pada akhirnya terinternalisasi dalam diri anak dalam kehidupan

sehari- hari.

Dalam penelitian, guru memberikan kegiatan bermain origami

dalam meningkatkan keterampilan yang dimiliki anak sejak usia dini

Page 115: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

104

agar dapat berkembang. Dalam kegiatan melipat ini anak diberikan

arahan dan petunjuk melipat yang benar, agar anak mengerti bagai

mana lipatan yang benar seperti apa. Dalam pembelajaran guru juga

memberikan pengalaman kepada anak seperti memberikan contoh

lipatan yang baik dan benar. Banyak anak yang sudah mampu

meningkatkan keterampilan motorik halus dalam dirinya. Imajinasi

anak berkembang ketika anak diberikan kebebasan untuk

menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lainnya. Keterampilan

tersebut dituangkan melalui kegiatan melipat kertas yang

mengasyikkan untuk anak, guru dapat mengembangkan kegiatan

belajar melipat untuk anak, agar meningkatkan keterampilan anak

supaya anak merasa senang dan nyaman saat melakukan kegiatan

sehingga potensi anak dapat berkembang sesuai tahapannya.

Keterampilan merupakan sesuatu proses, bukan hasil. Keterampilan

merupakan hasil belajar yang terus menerus, yang memerlukan

bimbingan terus menerus tanpa henti hentinya dan tanpa bosan.

c. Kegiatan Bermain Origami Lanjutan

Berpijak pada refleksi Kegiatan I, peneliti memperbaiki

rencana pembelajaran yang akan dilakukan, diharapkan pada

Kegiatan II dapat lebih baik dalam meningkatkan keterampilan

motorik halus anak Kelompok B4. Perlu adanya rencana langkah-

langkah perbaikan yang akan digunakan pada kegiatan lanjutan.

Langkah-langkah perbaikan tersebut diantaranya:

1) Kolaborator menggunakan meja khusus untuk kegiatan bermain

origami yaitu meja lipat yang ukurannya lebih tinggi dibanding

dengan meja kegiatan anak, sehingga anak akan mudah untuk

melihat arahan dari kolaborator saat membimbing bermain

origami.

2) Jenis kertas kado tidak dipakai lagi, kegiatan bermain origami

hanya menggunakan jenis kertas lipat yang umum dipakai dan

yang mempunyai dua sisi warna yang sama dan mempunyai

dua sisi warna berbeda.

Page 116: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

105

3) Guru menyiapkan papan karya untuk menempel hasil lipatan

anak.

Perencanaan tindakan lanjutan dalam membuat

perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang disusun bersama

dengan guru kelas yang merangkap sebagai kolaborator,

kemudian dikonsultasikan untuk mendapat persetujuan dari

kepala sekolah. Tahapan perencanaan pada Kegiatan II ini antara

lain:

1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), sebagai acuan

peneliti dan kolaborator dalam melaksanakan penlitian. Media

yang digunakan dalam kegiatan bermain origami berupa kertas

lipat yang beraneka warna.

2) Mempersiapkan instrumen penelitian. Instrumen yang

digunakan berupa lembar observasi.

3) Mempersiapkan media yang diperlukan untuk penelitian. Media

yang disiapkan berupa kertas lipat, meja lipat, lem, dan spidol.

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Oktober 2018

di Sentra Musik dan Budaya. Sebelum dilaksanakan penelitian,

peneliti dan kolaborator mempersiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk penelitian. Media dan alat yang digunakan untuk

kegiatan bermain origami adalah kertas lipat berukuran sedang

untuk anak. Kertas lipat yang dipakai peneliti berukuran lebih

besar, ini bertujuan agar dalam praktek bermain origami peserta

didik akan melihat lebih jelas tahapan-tahapan dalam melipat.

Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan berdoa. Kolaborator

kemudian melakukan apersepsi tentang tema yang akan

disampaikan. Peserta didik dikondisikan untuk menyimak

penjelasan kolaborator

Page 117: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

106

Gambar 9.

Anak Bermain Origami

Sebelum masuk pada materi pembelajaran, peserta didik

diajak menyanyi, dilanjutkan pemberian materi pagi seperti

senam, latihan manasik haji, masuk kelas menghafal surat Al-

kafirun, dan kegiatan pembelajaan yang lainnya.

Pada kegiatan inti, kolaborator menjelaskan ragam main

yang disajikan pada hari itu. Kegiatan bermain origami bentuk

belalang dijadikan kegiatan peralihan sebelum anak-anak

dipersilahkan untuk memilih ragam main yang lainnya. Selama

kegiatan pembelajaran bermain origami berlangsung, peneliti dan

kolaborator membimbing dan memotivasi anak dalam mengikuti

cara melipat kertas membuat bentuk belalang. Setelah kertas lipat

selesai dibentuk menjadi bentuk belalang, peserta didik

dipersilahkan untuk memberi hiasan pada hasil lipatan. Seperti

memberi coretan gambar mata dan kaki dengan menggunakan

spidol yang telah disediakan. Kemudian anak dipersilahkan untuk

mengerjakan ragam main yang lainnya. Pada kegiatan akhir,

kolaborator melakukan evaluasi dan tanya jawab tentang ragam

Page 118: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

107

main yang sudah dikerjakan peserta didik. Kegiatan yang terakhir

yaitu makan bersama.

Pertemuan II dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Oktober 2018

pukul 07.30-10.00 WIB di Sentra Iman dan Taqwa. Sebelum

dimulai pembelajaran, peneliti mempersiapkan segala sesuatu

yang dibutuhkan untuk kegiatan bermain origami.

Peserta didik diajak untuk berbaris di depan kelas, masuk

kelas duduk melingkar di karpet. Kegiatan awal dimulai dengan

berdoa, mengucap salam, dan mempresensi anak. Dilanjutkan

dengan memeberikan materi pagi yang diakhiri dengan praktek

menendang bola ke depan ke belakang. Kolaborator

menerangkan apersepsi tentang tema hari itu yaitu

Binatang.Kegiatan awal diisi dengan menyanyi lagu “pitik cilik”.

Anak diminta untuk menyebutkan macam-macam binatang,

menerangkan kegiatan bermain origami yang akan dilakukan yaitu

bermain origami membuat bentuk kepik. Peneliti membagikan

kertas lipat kepada peserta didik, sedang kolaborator

mempersiapkan diri untuk memulai mengajarkan bermain origami.

Selama kegiatan melipat berlangsung kolaborator dan peneliti

membimbing serta memotivasi peserta didik dalam bermain

origami.

Page 119: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

108

Gambar 10. Anak berlatih melipat kertas

Kegiatan bermain origami ini dilakukan secara klasikal.

Setelah pembelajaran kegiatan melipat selesai, hasil lipatan kertas

peserta didik dihiasi dengan cara memberi coretan berupa gambar

mata, hidung, dan mulut sehingga lipatan kertas bentuk kepik

terlihat lebih bagus. Kemudian hasil lipatan kertas di tempel pada

papan hasil karya.Kolaborator selanjutnya mempersilahkan

peserta didik untuk mengerjakan ragam main yang lain seperti

menggambar dan bercerita, pemeberian tugas menghubungkan

gambar ayam dengan kartu kata ayam, membaca buku cerita

bergambar dan lain sebagainya.Pada kegiatan akhir, kolaborator

melakukan evaluasi dan tanya jawab tentang ragam main yang

sudah dikerjakan peserta didik. Kegiatan yang terakhir yaitu

makan bersama.

Pertemuan III dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Oktober

2018, pukul 07.30-10 WIB di Sentra Persiapan. Sebelum dimulai

kegiatan pembelajaran, peneliti mempersiapkan segala sesuatu

yang dibutuhkan untuk kegiatan melipat, seperti kertas lipat, meja

Page 120: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

109

lipat, papan hasil karya dan spidol dipergunakan untuk memberi

hiasan pada hasil lipatan.

Kolaborator mengawali kegiatan pembelajaran pada hari itu

dengan mengajak peserta didik untuk berbaris di depan kelas dan

masuk kelas. Anak dikondisikan untuk duduk melingkar di karpet.

Kolaborator menanyakan kabar peserta didik, mempresensi

kemudian mengucap salam. Dilanjutkan pemberian materi pagi

yang diakhiri dengan praktek melambungkan bola

besar.Kemudian anak dipersilahkan untuk istirahat selama 5 menit

untuk ke toilet dan minum.

Kegiatan inti dimulai dengan apersepsi tentang tema pada

hari tersebut yaitu Binatang. Peserta didik diajak untuk menyanyi

lagu “pitik cilik”. Peserta didik mengikuti jalannya pembelajaran

dengan aktif.Kolaborator melakukan percakapan dengan peserta

didik tentang macam-macam binatang. Selanjutnya kolaborator

menjelaskan kegiatan bermain origami yang akan dilakukan yaitu

melipat kertas membuat bentuk penguin.

Peneliti membagikan kertas lipat untuk anak-anak,

selanjutnya kolaborator dan peneliti membimbing serta

memotivasi peserta didik selama kegiatan bermain origami

berlangsung. Kegiatan bermain origami ini dilakukan secara

klasikal. Setelah kegiatan bermain origami selesai, hasil lipatan

peserta didik dihiasi dengan cara memberi coretan berupa gambar

mata, hidung, dan mulut kemudian ditempel pada papan hasil

karya. Selanjutnya peserta didik dipersilahkan untuk memilih

ragam main lainnya untuk dikerjakan.

Kegiatan akhir kolaborator melakukan evaluasi terhadap

kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Melakukan tanya

jawab seputar ragam main yang sudah dikerjakan peserta didik.

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengungkapkan atau menceritakan ragam main yang paling

Page 121: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

110

disukai anak, memberikan pesan-pesan, mengucap doa pulang

dan salam penutup.

Gambar 11. Anak Bermain Origami

Hasil observasi pada Pertemuan II diperoleh data berupa

. Hasil Pertemuan IIIdengan menggunakan instrumen lembar

observasi menyebutkan bahwa keterampilan motorik halus anak

kelompok B4 mendapatkan perolehan data yaitu anak yang

terampil sebanyak 94.1% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak

5.9% dari 17 anak.

3. Faktor Penghambat dan Pendukung Kegiatan Bermain Origami

dalam Mengembangkan Motorik Halus Anak Usia Dini di

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

Belajar merupakan suatu proses dan interaksi yang dilakukan

untuk memperoleh perubahan tingkah laku pada diri manusia yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam

bermasyarakat atau lingkungan. Dalam menciptakan proses belajar

mengajar yang menyenangkan di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo,

tenaga pendidik ditekankan untuk kreatif dengan menggunakan

berbagai macam metode dan media pembelajaran yang bervariasi,

dengan demikian guru dapat menentukan arah dan tujuan yang

hendak dicapai dalam pembelajaran, serta diharapkan akan

Page 122: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

111

mempunyai keterampilan untuk mengelola pembelajaran dikelas

dengan lebih efektif.

Dari hasil wawancara dengan guru Raudhatul Athfal Al-Akhyar

Bungo, sebelum guru menentukan metode pembelajaran yang akan

digunakan, terlebih dahulu guru mempersiapkan program/

perencanaan dalam mengajar, diantarannya yaitu mempersiapkan

program tahunan/ semester, yang gunanya sebagai pedoman

penyelenggaraan selama satu tahun/ semester, dan sebagai bahan

dalam mengadakan supervisi dan evaluasi, mempersiapkan program

Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), dan Rencana Kegiatan Harian

(RKH).

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa

berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak Usia Dini adalah yang

sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai

optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik

maupun psikis yang meliputi perkembangan intelektual bahasa,

motorik dan sosio interpersonal, optimalisasi tumbuh kembang Anak

Usia Dini, pembiasaan, keteladanan, dan pembelajaran.

Pada dasarnya Bermain adalah dunia anak. demikian

ungkapan yang sering kita dengar dari para pakar pendidikan anak.

Ungkapan tersebut benar adanya, karena anak-anak pada Usia Dini

memahami dunia sekitarnya secara alami melalui bermain peran.

Bagi anak bermain peran bukan hanya sekedar kesenangan,

melainkan juga merupakan untuk mendapatkan pengetahuan,

pembentukan watak dan sosialisasi, secara spesifik adalah

mengembangkan kecerdasan interpersonal anak yang telah dimiliki

semenjak anak tersebut lahir.

Hasil pengamatan dan wawancara peneliti, sebagian besar

Peserta didik merasa senang, gembira, tidak bosen mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan “permainan melipat kertas

(origami)” selain itu juga pada saat melakukan permainan bermain

origami, mereka merasa senang dengan kegiatan tersebut. Hal ini

Page 123: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

112

menginformasikan bahwa dengan kegiatan tersebut, anak-anak

menghayati permainan yang mereka mainkan, artinya kegiatan itu

memberikan “kesan” yang baik dan bermakna dalam kehidupan

anak, sehingga anak akan merasa sulit untuk melupakannya, dan

pada akhirnya terinternalisasi dalam diri anak dalam kehidupan

sehari- hari.

Apa yang dikemukakan diatas, maka akan membawa implikasi

pada proses dan hasil pembelajaran di lingkungan anak Raudhatul

Athfal Al-Akhyar Bungo, para guru perlu melakukan pembelajaran

yang dapat mengembangkan kemampuan motorik halus Anak.

C. Analisis Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui kegiatan bermain origami. Melipat

kertas adalah suatu bentuk karya seni/kerajinan tangan yang umumnya

dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untk meghasilkan beraneka

ragam bentuk maianan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan

kreasi lainnya (Sumanto, 2005: 99-100).Selama penelitian berlangsung,

anak-anak antusias dalam mengikuti kegiatan bermain origami. Bagi

anak usia Taman Kanak-kanak kegiatan bermain origami merupakan

salah satu bentuk kegiatan bermaian kreatif yang menarik dan

menyenangkan. Melalui kegiatan bermain origami dapat

mengembangkan kompetensi pikir, imajinasi, dan rasa seni.Kegiatan

bermain origami juga dapat meningkatkankan keterampilan motorik

halus anak, seperti melatih gerak otot tangan sehingga anak memiliki

kemampuan untuk memegang pensil, meniru membuat bentuk huruf

atau angka, menggambar dan lain sebagainya.

Keterampilan motorik halus Kelompok B4 mengalami peningkatan

karena diberikan stimulus berupa kegiatan bermain origami dimana

anak langsung mempraktekkan melipat kertas menjadi bentuk benda.

Peserta didik akan cepat mengalami peningkatan kemampuannya jika

dalam proses pembelajaran anak terlibat secara langsung dalam

Page 124: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

113

kegiatan pembelajaran. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan

Metode Experiential Learning.

Experiential Learning adalah metode proses belajar mengajar

yang mengaktifkan pembelajar guna membangun pengetahuan dan

keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara

langsung.92 Dalam hal ini, metode Experiential Learning menggunakan

pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar

mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses

pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas menegaskan bahwa kegiatan

bermain origami dapat meningkatkan ketrampilan motorik halus anak

jika pembelajar atau peserta didik terlibat secara langsung dalam

pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

keterampilan motorik halus anak melalui kegiatan bermain origami.

Menurut teori behavioristik, 93 belajar adalah perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami

siswa dalam hal kemampuanny untuk bertingkah laku dengan cara

yang baru sebagai hasil interaksi dan respon. Terkait dengan teori

behavioristik yang mengedepankan adanya stimulus dan respon maka,

dalam penelitian ini stimulu yang diberikan berupa kegiatan bermain

origami dan respon yang muncul yaitu keterampilan motorik halus pada

kelompok B4 mengalami perkembangan.

Kegiatan bermain origami terbukti mampu meningkatkan

keterampilan motorik halus pada kelompok B4 di Raudhatul Athfal Al-

Akhyar Bungo. Hal ini dibuktikan dengan adanya data yang diperoleh

selama penelitian yang mengalami peningkatan pada setiap

pertemuan. Salah satu faktor yang menyebabkan penelitian ini berhasil

mencapai indikator keberhasilan yaitu karena kolaborator menerapkan

92

Heny Pratiwi, 2009 93

Asri Budiningsih, 2004: 20

Page 125: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

114

langkah kerja melipat dalam kegiatan pembelajaran bermain origami.

Berikut langkah kerja melipat menurut:94

a. Tahap persiapan, dimulai dengan menentukan bentuk, ukuran, dan

warna kertas yang digunakan untuk kegiatan melipat. Juga

dipersiapkan bahan pembantu dan alat yang diperlukan sesuai

model yang akan dibuat.

b. Tahap pelaksanaan, yaitu membuat lipatan tahap demi tahap sesuai

gambar pola (gambar kerja) dengan rapi menurut batas setiap

tahapan lipatan sampai selesai.

c. Tahap penyelesaian, yaitu melengkapi bagian-bagian tertentu pada

hasil lipatan.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan mengikuti lagkah-langkah

pembelajaran yang dipaparkan oleh Sumanto (2005: 102), keterampilan

motorik halus anak Kelompok B4 mengalami peningkatan. Begitu pula

berdasarkan teori behavioristik dalam penelitian ini bahwa pemberian

stimulus berupa kegiatan meliapat kertas maka respon yang muncul

yaitu meningkatnya keterampilan motoik halus pada anak Kelompok B4

di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo.

Stimulasi motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi

mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan

melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinyu secara rutin.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan.

Kegunaan/Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan

Bermainnnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai

dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani. Perkembangan motorik adalah

perkembangan dari unsur pengembangan dan pengendalian gerak

94

Sumanto, 2005: 102

Page 126: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

115

tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf

dengan otot. Dalam standar kompetensi kurikulum Raudhatul Athfal

atau TK tercantum bahwa tujuan pendidikan di Raudhatul Athfal adalah

membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik

yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif,

bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk memasuki pendidikan

selanjutnya. Memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak,

meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan

koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dengan cara hidup

sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat,

sehat dan terampil.

Anak usia dini umur 1-6 tahun merupakan Golden Age (Masa

keemasan) dalam proses tumbuh dan kembangnya anak. Oleh karena

itu peneliti berinisiatif untuk meningkatkan kecerdasan anak melalui

stimulasi motorik halus. Kegiatan tersebut berupa pengembangan

keterampilan anak seperti melipat kertas origami sehingga menjadi

beberapa bentuk, menggambar dan mewarnai.

Kreativitas merupakan aspek yang penting bagi setiap anak tidak

terkecuali bagi anak usia Raudhatul Athfal. Tinggi rendahnya kreativitas

yang dimiliki anak baik disekolah maupun dirumah akan dapat

berpengaruh terhadap prestasi belajarnya, kreativitas yang dimiliki anak

masih harus dikembangkan lagi dan difasilitasi dengan berbagai sarana

dan prasarana. Yang terjadi di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo

terdapat anak-anak yang belum mampu mengembangkan kreativitas

dikarenakan kurangnya perhatian guru terhadap kreativias yang dimiliki

anak serta kegiatan pembelajara yang kurang variatif dan suasana

ruang kelas yang kurang menarik sehingga anak mudah bosan.

Sehingga peneliti melakukan berupaya untuk menumbuhkan

kreativitas anak sejak dini dan suasana belajar yang menarik pada

siswa Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo dengan seni bermain origami

(melipat kertas).

Page 127: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

116

Bermain origami adalah teknik berkarya seni/ kerajinan tangan

yang umumnya dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untuk

menghasilkan aneka bentuk hewan, bunga, hiasan dan kreasi

lainnya. Pada anak usia TK melipat merupkan salah satu bentuk

kegiatan bermain kreatif yang menarik dan menyenangkan. Melalui

kegiatan ini dapat mengembangkan kompetensi daya pikir, imajninasi,

rasa seni dan keterampilan anak. Seni melipat kertas dari Jepang ini

banyak manfaatnya untuk anak-anak. Manfaat yang dapat diperoleh

dari kreasi origami adalah melatih motorik halus pada anak sekaligus

sebagai sarana bermain yang aman, murah dan menyenangkan

dan juga lewat origami anak diajarkan untuk menciptakan suatu karya

sehingga menumbuhkan kebanggaan dan kepuasan tersendiri pada

anak. Origami dapat menjadi media pembelajaran yang menyenangkan

bagi anak dan juga hasil dari karya origami ini dapat dijadikan hiasan

untuk memperindah ruang kelas

Pada kegiatan bermain origami ini peneliti membimbig siswa

Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo untuk membuat bermacam bentuk

hewan yaitu ikan, penguin, anjing, rubah, dan kucing. Kemudian siswa

dapat berkreasi dengan menambahkan hiasan mata maupun hidung

pada kertas origami yang sudah dilipat oleh siswa. Kemudian hasil

kreasi siswa ini didigantung di sisi ruang kelas sebagai hasil dari karya

siswa dan juga membuat kelas agar lebih hidup. Maka dari itu origami

ini dapat djadikan pertimbangan dan alternative bagi guru untuk

meningkatkan kreativitas anak sejak dini, sehingga dapat memberikan

suatu proses kegiatan bermain menyenangkan, aktif, kreatif dan

bermakna bagi anak. Sehingga anak tidak pasif saat proses

pembelajaran dan proses pembelajaran juga tidak terlalu monoton.

Page 128: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

117

Table 7

Instrumen Observasi Penelitian Pengembangan Kemampuan

Motorik Halus Anak Melalui Permainan Melipat Kertas ( Origami )

di Raudhatul Athfal Kedaton Bandar Lampung

N

o

Kemampuan

yang di kembangkan

Jenis

Permainan

Kemampuan

yang ingin di capai

1

.

2

.

3

.

4

.

5

.

Meniru melipat

kertas sederhana ( 7

lipatan ) Meniru melipat

bentuk kodok

Meniru melipat

bentuk burung

Meniru melipat

bentuk Kepala Kucing

Meniru melipat

bentuk pinguin

Melipat

bentuk ikan

Melipat

bentuk kodok

Melipat

bentuk burung

Melipat

bentuk kepala

Kucing

Melipat

bentuk penguin

Anak mampu

melipat kertas bentuk

Ikan Anak mampu

melipat kertas bentuk

Kodak Anak mampu

melipat kertas bentuk

Burung

Anak mampu

melipat kertas bentuk

kepala Kucing

Anak mampu

melipat kertas bentuk

pinguin

Keterangan :

Melatih motorik halus dengan permainan melipat bentuk ikan

menggunakan kertas origami yang disediakan atau dibuat sendiri, guru

memeragakan cara melipat kertas bentuk ikan dan meminta kepada

anak untuk mengikutinya.

1. Menggunting kertas bentuk ikan berdasarkan bentuk pola dan

lengkungannya, kemudian meminta anak untuk melakukannya.

Page 129: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

118

2. Membuat bentuk ikan dengan menggunakan plastisin dan

meminta anak untuk melakukannya.

Page 130: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

119

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus pada kelompok B4 di Raudhatul Athfal Al-Akhyar Bungo melalui

kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan peraga yang ukurannya

cukup besar, dilengkapi gambar langkah-langkah pembelajaran dan

dalam mengajarkan melipat kertas dilakukan secara bertahap. Peserta

Berdasarkan hasil obsevasi dan penganalisaan pada pembahasan

sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa permainan melipat kertas (

origami ) dalam pengembangan kemampuan motorik halus anak yang

diterapkan guru telah berhasil. hal tersebut ditandai dengan kemampuan

Motorik Halus Anak Usia Dini Kelompok B4 telah mencapai indikator

keberhasilan. Dalam pengembangan kemampuan Motorik Halus Anak

Usia Dini dilengkapi dengan gambar langkah - langkah melipat kertas (

Origami ). Adapun jenis – jenis lipatan yang dilakukan adalah : 1. Melipat

bentuk sederhana 2. Melipat bentuk Kodok 3. Melipat bentuk Burung 4.

Melipat bentuk Kepala Kucing 5. Melipat bentuk kepala Pinguin dan 6.

Melipat bentuk Ikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa melalui permainan melipat kertas ( Origami ) dapat

mengembangkan kemampuan motorik halus Anak Usia Raudhatul Athfal

Al-Akhyar Bungo.

didik yang diteliti berjumlah 17 anak. Peserta didik yang sudah

selesai membuat satu model/ bentuk lipatan diberikan kesempatan untuk

mengulang kembali membuat model lipatan tersebut. Kertas lipat yang

dipakai yaitu kertas berwarna warni sehingga menarik bagi anak.

Page 131: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

120

B. Rekomendasi

1. Guru

kegiatan bermain origami sebaiknya menggunakan kertas warna-

warni dan ukurannya cukup besar sehingga anak selain tertarik juga

ukuran kertas yang cukup besar mempermudah anak dalam melipat.

2. Kepada guru khususnya guru TK diharapkan dapat

mengimplementasikan pembelajaran bermain origami untuk

meningkatkan keterampilan motorik halus anak.

3. Kepada lembaga sekolah pembelajaran melipat kertas dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam menyusun bahan pembelajaran

khususnya dalam kegiatan melipat kertas

C. Penutup

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan

kenikmatan iman dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

tesis ini, tidak lepas dari dukungan, motivasi, bantuan, arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih penulis sampaikan

kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu dalam penulisan ini

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu mohon saran dan kritik yang

membangun untuk kesempurnaan penulisan tesis selanjutnya. Peneliti

berharap, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

yang membaca.

Jambi, Oktober 2019

Penulis,

JULI WIDIYAWATI MPU.15.2.2360

Page 132: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

121

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT.

Al-Ma’arif, 2002)

Al-Bukhari Muhammad Bin Ismail Abu Abdullah. Shahih Bukhori. t.tp:

Daarut Thuqinnajah: 1422 H. Nomor 1296

Andyda Melia, Jurnal Nasional, (2011)

Dahidi Ahmad Sudjianto. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. (Jakarta:

Kesaint Blanc , 2004)

Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Bandung: CV.

Penerbit J-Art, 2004)

E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2016)

Hadits Tirmidzi Nomor 372

Hurlock Elizzabeth B., 1992, Psikologi Perkembangan Anak, Jilid 1-2.

Jakarta : Penerbit Erlangga

Husaini Usman dkk, Metodologi Penelitian Sosial.(Jakarta, PT. Bumi

Aksara, 2006)

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif) (Jakarta:Gaung Persada Press(GP Press)2008)

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta:GP

Press,2009)

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012)

Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)

Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan. Panduan PAUD Pendidikan Anak

Usia Dini. (Jakarta: Referensi, 2013)

MS Sumantri. (2005). Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia

Dini. Jakarta: Dinas Pendidikan

MS Sumantri. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia

Dini. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal

Page 133: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

122

Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi, 2005)

MS Sumantri. Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.

(Jakarta: Dinas Pendidikan, 2005)

Mudjito. (2007). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Seni di

TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan

Taman Kanakkanak dan Sekolah Dasar.

Muktar, Bimbingan Skripsi, Tesis, dan Artikel Ilmia(Jambi: Sulthanthaha

Press,2010)

Nana sunjana, Menyusun Karya Tulisan Ilmiah, untuk Memperoleh Angka

Kredit, (Bandung: Sinar Baru, 1992)

Nasution, Metode Research (Bandung: Jemmars, 1991)

P. Joko Subagyo, Metodelogi dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta,

Rosmala Dewi. (2005). Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga

Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Slamet Suyanto. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (Yogyakarta:

Hikayat Publishing, 2005)

Solehuddin. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah. (Bandung : UPI,

2000)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung:

Alfabeta, 2013)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung:

Alfabeta, 2010)

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas

Implementasi dan Pengembangannya. Jakarta: Bumi Aksara

Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Jilid I (Yogyakarta: Yayasan Penerbit

UGM, 1994)

Page 134: KEGIATAN BERMAIN ORIGAMI DALAM MENGEMBANGKAN …

123

Yudha M. Saputra & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk

Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta:Departemen

Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

Direktorat Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan

Perguruan Tinggi)

Yulianti, Dwi. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak.

(Jakarta: PT Indeks, 2010)