KEEFEKTIFAN PERMAINAN SAMBUNG KATADALAM … · 8 hours ago · Menulis Pantun Pada Siswa kelas VII...
Transcript of KEEFEKTIFAN PERMAINAN SAMBUNG KATADALAM … · 8 hours ago · Menulis Pantun Pada Siswa kelas VII...
1
KEEFEKTIFAN PERMAINAN SAMBUNG KATADALAM
PEMBELAJARAN MENULIS PANTUNPADA SISWA
KELAS VII SMPN 2 SUNGGUMINASA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi S1 Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
LILIS AULIA
105331119416
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
iv
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lilis Aulia
Stambuk : 105331119416
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Keefektifan Permainan Sambung Kata dalam
Pembelajaran Menulis Pantun Pada Siswa Kelas VII
SMPN 2 Sungguminasa
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, November 2020
Yang Membuat Perjanjian
Lilis Aulia
NIM: 105331119416
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Lilis Aulia
Stambuk : 105331119416
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Keefektifan Permainan Sambung Kata dalam
Pembelajaran Menulis Pantun Pada Siswa Kelas VII
SMPN 2 Sungguminasa
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini. Saya
menyusun sendiri dan tidak dibuatkan oleh siapapun.
2. Dalam penyusunan skrips, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh Pimpinan Fakultas.
3. Saya tidak melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya pada poin 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat, dengan penuh kesadaran.
Makassar, November 2020
Yang Membuat Perjanjian
Lilis Aulia
NIM: 105331119416
vi
MOTO
Jika kamu tidak dapat memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki.
Tak seharusnya ada cemas perihal takdir. Sebab selembar daun pun Allah sudah tentukan akan jatuh kapan dan dimana.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku, keluarga, pembimbing, dan sahabatku yang selalu mendukung dan membantuku. Terimakasih atas semua doa, dukungan, dan bantuannya, semoga Allah memberikan balasan
yang indah untuk kalian. Aamiin
vii
ABSTRAK
Lilis Aulia. 2020. Keefektifan Permainan Sambung Kata dalam Pembelajaran
Menulis Pantun Pada Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sungguminasa. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar 2020. Dibimbing oleh
Munirah dan Amal Akbar.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan permainan sambung
kata dalam pembelajaran menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sungguminasa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini
dilakukan di SMP Negeri 2 Sungguminasa. Sampel dalam penelitian ini terdiri
dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 25 siswa dan
kelompok control yang berjumlah 25 siswa. Kelompok eksperimen adalah
kelompok yang melaksanakan pembelajaran dengan metode permainan sambung
kata, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang melaksanakan
pembelajaran tanpa metode permainan sambung kata. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara-cara memperoleh data yang
dipergunakan untuk penelitian.Teknik pengumpulan data ini menggunakan tes
dan non tes. Tes berupa soal essay sedangkan non tes berupa dokumentasi yaitu
hasil kegiatan pembelajaran materi pantun siswa. Teknik analisis data
yangdigunakan dalam penelitian ini adalah Uji normalitas, Uji Homogenitas dan
Uji pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil uji-t pada data posttest kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 0,05%, thitung (5,774)
>ttabel (1,991), dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat
perbedaan dalam keterampilan menulis pantun antara sebelum dan sesudah
dilakukan perlakuan. Artinya, hasil penelitian membuktikan bahwa permainan
sambung kata efektif dalam Pembelajaran Menulis Pantun Pada Siswa kelas VII
SMP Negeri 2 Sungguminasa.
Kata Kunci: Permainan, sambung kata, pembelajaran menulis, pantun
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis masih diberi nikmat baik itu berupa nikmat iman, nikmat
keshatan dan nikmat kesempatansehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Tak lupa penulis kirimkan salam serta shalawat kepada baginda Nabi Muhammad
saw. Dialah Nabi yang akhlaknya lembut bagaikan bunga, dermawan bagaikan
bulan dan bersemangat bagaikan zaman, dia pula nabi yang membawa kita dari
alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat sekarang ini.
Skripsi ini dibuat untuk memberikan informasi tentang menulis pantun.
Skripsi dengan judul “Keefektifan Permainan Sambung Kata dalam Pembelajaran
Menulis Pantun pada Siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sungguminasa” diajukan
sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti ujian skripsi pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan dan pembuatannya. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi, doa yang tiada hentinya
kepada penulis, serta dukungan moril dan materil sampai saat ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Ibunda Dr. Munirah, M. Pd. Selaku ketua Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar sekaligus dosen
ix
4. pembimbing I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi
dalam setiap permasalahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Muhammad Akhir, M.Pd. selaku Sekertaris Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah
Makassar.
6. Bapak Dr. Amal Akbar, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah bersedia
membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan proposal
hingga skripsi ini selasai serta memberikan banyak ilmu serta solusi pada
setiap permasalahan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kepada sahabat tercinta, HK girls yang selalu memberikan semangat serta
menemani dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna karena masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini agar menjadi
pelajaran dikemudian hari.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta semua pihak
khususnya dalam bidang bahasa.
Makassar, November 2020
Penulis
Lilis Aulia
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 5
A. Kerangka Teori............................................................................................. 5
B. Kerangka Pikir ........................................................................................... 23
C. Hipotesis penelitian .................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 27
A. Rancangan Penelitian ................................................................................. 29
B. Populasi dan Sampel .................................................................................. 29
xi
C. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 31
D. Instrumen Penelitian................................................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 31
F. Teknik Analisis Data .................................................................................. 31
BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 35
A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 35
B. Hasil Analisis ............................................................................................. 44
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 50
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 57
A. Kesimpulan ............................................................................................... 57
B. Saran .......................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa pada dasarnya merupakan alat komunikasi antara manusia
yang fungsinya dapat mempermudah untuk melakukan segala aktivitas
kehidupan. Selain itu bahasa juga digunakan sebagai media dalam
menuangkan pikiran dan perasaan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Bahasa yang dituangkan dalam bentuk tulisan sering dijumpai dalam
bentuk karangan, ketika kita berada dalam lingkungan pembelajaran
sekolah yang memang melatih serta mengharuskan siswa bisa menulis.
Terampil menulis berarti terampil berkomunikasi secara tertulis.
Berkomunikasi secara tertulis maksudnya dapat menuangkan ide, pikiran,
perasaan, dan gagasan ke dalam bentuk tulisan.
Walaupun bahasa Indonesia adalah bahasa sehari-hari masyarakat
di Indonesia, tetapi tidak semuanya memiliki pengetahuan tentang
kosakata yang luas. Apalagi di era sekarang, dimana seringkali kita
menulis menggunakan bahasa Indonesia yang ejaannya tidak benar.
Permainan Sambung Kata merupakan permainan sederhana dimana siswa
diajak untuk membuat satu baris kata atau kalimat kemudian kembali
disambung oleh siswa lainnya sehingga membentuk suatu pantun.
Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat
aspek penting yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan
2
berbahasa yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang
digunakan dalam komunikasi secara tidak langsung.
Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus
melalui proses belajar dan latihan. Berdasarkan sifatnya, menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif. Dalam
kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosa-
kata, struktur kalimat, pengembangan paragraph, dan logika berbahasa.
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas
dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Perkataan pantun berarti ibarat,
seperti, umpama, laksana. Pantun termasuk puisi asli Indonesia. Pantun
sangat populer di kalangan masyarakat karena digemari orang. Bentuk
yang sama dengan pantun terdapat pula dalam bahasa-bahasa daerah di
Indonesia. Pantun dapat dipergunakan untuk menyatakan segala macam
perasaan atau curahan hati baik untuk perasaan senang, sedih, cinta, benci
dan dapat juga dipergunakan untuk anak-anak, pemuda maupun orang tua.
Dalam menulis sebuah pantun, seorang penulis harus mampu
mengembangkan imajinasi dan idenya. Seorang penulis harus terampil dan
peka terhadap keadaan sekitar, karena dengan melihat keadaan sekitar
penulis bisa mengoptimalkan imajinasi dan ide yang dimiliki.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata
pelajaran bahasa Indonesia pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2
Sungguminasa, diperoleh informasi bahwa pada saat pembelajaran, siswa
3
kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurangnya pemahaman siswa
terhadap konsep dasar bahasa Indonesia. Ini dilihat dari ketidakmampuan
sebagian besar siswa yang kurang mampu dalam menyelesaikan tugas
yang sedikit berbeda dari contoh yang diberikan. Selain itu, hasil belajar
Bahasa Indonesia siswa berdasarkan hasil ulangan hariannya hanya
mencapai 75 dalam skala 10-100, sedangkan KKM yang ditetapkan oleh
sekolah adalah 80.
Berdasarkan beberapa permasalahan penulis memilih judul
Keefektifan Permainan Sambung Kata dalam Pembelajaran Menulis
Pantun pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sungguminasa karena penulis
ingin mengetahui seberapa berhasil penerapan pembelajaran kelompok
dipelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis pantun.
Penulis ingin mengetahui apakah dengan menggunakan metode
Permainan Sambung Kata ini dapat memberi pengaruh positif atau dapat
meningkatkan pembelajaran intensif menulis pantun pada siswa secara
signifikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian ini adalah apakah permainan sambung kata efektif dalam
pembelajaran menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sungguminasa?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui keefektifan permainan sambung kata dalam
pembelajaran menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sungguminasa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam memberikan konstribusi untuk menentukan arah strategi dalam
pemilihan dan pemanfaatan metode pembelajaran menulis pantun
secara tepat khususnya untuk siswa SMP. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai pengayaan kajian keilmuan yang
memberikan bukti secara ilmiah tentang keefektifan permainan
sambung kata terhadap kemampuan menulis pantun.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuannya dalam menulis pantun dengan pilihan kata yang
tepat.
b. Bagi guru
Diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dalam memilih
metode untuk melakukan kegiatan pembelajaran menulis pantun
yang lebih kreatif.
c. Bagi sekolah
Dapat menjadi bahan referensi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Penelitian Relevan
Penelitian mengenai keterampilan menulis sudah pernah
dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut sebagian besar bertujuan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran. Namun, penelitian di bidang menulis
masih cukup luas dan masih banyak yang harus diteliti untuk
menyempurnakan penelitian terdahulu. Beberapa penelitian dahulu yang
relevan dapat dijadikan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini
antara lain penelitian yang dilakukan oleh Afif Nur Faizzah (2017) dalam
penelitian yang berjudul Efektivitas Penggunaan Media Kartu Pantun
Dalam Pembelajaran Menulis Patun Di Kelas V SDN Bangkingan Ii/442
Surabaya menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil uji hipotesis yang
dilakukan, media kartu pantun dapat dikatakan efektif dalam
pembelajaran menulis pantun di kelas V SDN Bangkingan II/442
Surabaya. Hal tersebut sesuai dengan indikator efektivitas yaitu proses
belajar, hasil belajar, motivasi siswa, dan waktu dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan
media kartu pantun digunakan dengan baik sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran yang telah disusun. Siswa aktif dalam proses
pembelajaran terlihat dari keaktifan siswa dalam menggunakan media
kartu pantun. Media kartu pantun dimainkan dengan kelompok masing-
6
masing yang setiap siswa mendapatkan kartu pantun. Kartu pantun
dimainkan dengan antusias oleh siswa kelas V. Guru berkeliling
mendampingi siswa dan menjawab pertanyaan siswa apabila ditengah
permainan ada siswa yang bertanya. Hasil belajar setelah proses
pembelajaran menulis pantun dengan media kartu pantun, siswa diberikan
soal posttest. Hasil posttest yang diberikan guru, siswa memperoleh rata-
rata nilai 89,7 dari kriteria minimal yang telah ditentukan untuk
pembelajaran menulis pantun sebesar 75.
Selanjutnya, penelitian dari Sri Qomariyah (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun
Melalui Metode Ttw (Think, Talk, And Write) Siswa Kelas IV SDN 1
Platar menyimpulkan bahwa hasil kemampuan menulis pantun siklus
diperoleh rerata kelas sebesar 64,27 dengan persentase ketuntasan sebesar
40%, nilai kemampuan menulis pantun ini belum mencapai indikator
keberhasilan. Pada siklus II diperoleh informasi bahwa hasil kemampuan
menulis pantun diperoleh rerata kelas sebesar74,13 dengan persentase
ketuntasan sebesar 40%, nilai kemampuan menulis pantun ini juga belum
mencapai indikator keberhasilan. Dan untuk siklus III diperoleh informasi
bahwa hasil kemampuan menulis pantun diperoleh rerata kelas sebesar
87,27 dengan persentase ketuntasan sebesar 86,67%, nilai kemampuan
menulis pantun ini juga sudah mencapai indikator keberhasilan artinya
siswa sudah mampu menulis pantun sesuai ciri-cirinya. Hasil observasi
aktivitas siswa siklus I menunjukkan bahwa rerata persentase seluruh
7
indikator hasil observasi aktivitas siswa adalah sebesar 69% dengan
kategori cukup/C, pada siklus II rerata persentase seluruh indikator hasil
observasi aktivitas siswa adalah sebesar 76% dengan kategori baik/B, dan
pada siklus III rerata persentase seluruh indikator hasil observasi aktivitas
siswa adalah sebesar 87% dengan kategori sangat baik/A. Hasil observasi
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran materi menulis pantun
dengan menggunakan metode TTW dapat diketahui bahwa tujuh indikator
yang diamati pada setiap siklusnya memperoleh rerata presentase sebesar
68,75% masuk pada kategori cukup/C, pada siklus II diperoleh rerata
presentase sebesar 85,71% masuk pada kategori sangat baik/A, dan pada
siklus III diperoleh rerata presentase sebesar 96,49% masuk pada kategori
sangat baik/A. Tahapan-tahapan pembelajaran pada siklus I, II, danIII
sudah sesuai dengan metode yang digunakan, yaitu think
(menyimak/berfikir) menyimak pembacaan pantun dan cara membuat
pantun yang diajarkan guru, talk (berbicara/diskusi kelompok) siswa
melaksanakan diskusi dengan bimbingan guru, dan write
(menulis/membuat pantun) secara kelompok dan individu. Hasil yang
dicapai pada setiap siklusnya sudah baik walau belum mencapai hasil
100%.
Selanjutnya penelitian dari Gilang Kusumah Setiawan (2016)
dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis
Pantun dengan Menggunakan Metode Menulis Berantai Studi Eksperimen
pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Kadungora Kabupaten Garut
8
menyimpulkan bahwa dari data hasil pre-test kedua kelas penelitian
tersebut menyatakan Ho diterima, dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan kemampuan awal yang signifikan antara siswa kelas
eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Terdapat perbedaan kemampuan
menulis pantun siswa yang menggunakan metode pembelajaran menulis
berantai dengan metode pembelajaran konvensional.perhitungan tes akhir
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai Zhitung = 3,30
dan Ztabel = 1,96. Karena berada pada daerah penolakan Ho yaitu:
Zhitung > Ztabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Data hasil post-test
kedua kelas penelitian tersebut menyatakan Ho ditolak, dengan kata lain
terdapat perbedaan kemampuan menulis pantun siswa yang menggunakan
metode pembelajaran menulis berantai dengan metode pembelajaran
konvensional.
Selanjutnya penelitian dari Arifatul Latifah (2015) dalam
penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun
Menggunakan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,
Interest, Assessment, Satisfaction) dengan Media Kartu Pantun pada Kelas
VII F SMPN 24 Semarang menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil
observasi tentang kekondusifan siswa dalam menulis pantun menggunakan
model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance,Interest, Assessment,
Satisfaction) dengan media kartu pantun menunjukkan adanya peningkatan
pada siklus II dibanding siklus I. Pada siklus I ada 24 siswa atau sebesar
77% siswa yang kondusif dalam proses pembelajaran menulis pantun dan
9
pada siklus II meningkat menjadi 27 siswa atau sebesar 87% siswa yang
kondusif dalam proses pembelajaran menulis pantun menggunakan model
pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment,
Satisfaction) dengan media kartu pantun. Pada siklus I saat diskusi
kelompok dan proses pembelajaran menulis pantun suasana kelas relatif
cukup kondusif. Ada beberapa siswa saat menulis pantun terlihat tidak
serius, bermain dan bercanda dengan temannya. Pada siklus II suasana
kelas dalam proses pembelajaran menulis pantun berlangsung dengan
kondusif dan saat siswa memaparkan hasil menulis pantun suasana kelas
terlihat kondusif.
Selanjutnya penelitian dari Fur Shintari (2018) dalam penelitiannya
yang berjudul Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Pantun menyimpulkan bahwa Proses
pembelajaran menulis pantun terdiri atas perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model make a match. Perencanaan
pembelajaran kemampuan menulis pantun menggunakan model make a
match yang dibuat oleh peneliti telah dirancang dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya perencanaan pembelajaran pada setiap siklus.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dari siklus I, siklus II, dan
siklus III secara keseluruhan mengalami peningkatan. Data yang diperoleh
dari hasil penelitian yaitu siklus I mencapai 71% predikat baik, siklus II
mencapai 86% predikat sangat baik, dan siklus III mencapai 96% predikat
sangat baik. Jumlah peningkatan dari siklus I ke siklus II sebanyak 15%,
10
selanjutnya dari siklus II ke siklus III sebanyak 10%. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran menulis pantun menggunakan model make a match pada
peserta didik kelas VII C SMP Negeri 7 Sungai Raya juga telah terlaksana
dengan efektif.
Keefektifan tersebut terlihat dari meningkatnya jumlah nilai
persentase pada setiap siklus. Pelaksanaan pembelajaran dari siklus I,
siklus II, dan siklus III secara keseluruhan mengalami peningkatan. Data
yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu siklus I mencapai mencapai 75%
predikat baik, siklus II mencapai 87% predikat sangat baik, dan siklus III
mencapai 94% predikat sangat baik. Jumlah peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebanyak 12%, selanjutnya dari siklus II ke siklus III sebanyak
7%. Dengan demikain, perencanaan dan pelaksanaan penelitian siklus I,
siklus II, siklus III mengalami peningkatan. Evaluasi dilakukan melalui
observasi untuk penilaian sikap dan penilaian hasil tulisan peserta
didik. Penilaian hasil tulisan peserta didik dilakukan dengan menilai
pantun yang dihasilkan oleh peserta didik. Penilaian yang dilakukan
berdasarkan kriteria yang telah dibuat oleh peneliti. Penilaian sikap
peserta didik dinilai dari empat aspek yaitu religius, disiplin, jujur, dan
tanggung jawab.
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi dari siklus I, siklus
II, dan siklus III sikap peserta didik mengalami peningkatan.
Selanjutnya, Penilaian hasil belajar peserta didik dari siklus I, siklus
II, dan siklus III secara keseluruhan mengalami peningkatan. Data
11
yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu siklus I nilai rata-rata 52,47 atau
39% dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 12 orang, siklus II
nilai rata-rata 77,59 atau 55% dengan jumlah peserta didik yang
tuntas sebanyak 17 orang, dan siklus III nilai rata-rata 88,35 atau 87%
dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 27 orang. Dengan
demikian, pembelajaran menulis pantun menggunakan model make a
match dari siklus I, siklus II, siklus III mengalami peningkatan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian untuk menguji keefektifan permainan sambung kata pada
pembelajaran menulis pantun. Peneliti ingin mengadakan penelitian
dengan judul “Keefektifan Permainan Sambung Kata dalam Pembelajaran
Menulis Pantun pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Sungguminasa”.
2. Sastra
a. Pengertian Sastra
Sastra sebagai cabang dari seni yang merupakan unsur integral
dari kebudayaan usianya sudah cukup tua. Sastra telah menjadi bagian
dari pengalaman hidup manusia sejak dahulu, baik dari aspek manusia
sebagai penciptanya maupun aspek manusia sebagai penikmatnya.
Bagi manusia sebagai pencipta karya sastra, dalam hal ini pengarang
dalam sastra tulis dan pawang atau pelipur lara dalam sastra lisan,
karya sastra merupakan curahan pengalaman batinnya tentang
fenomena kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masanya. Ia
juga merupakan ungkapan peristiwa, ide, gagasan, serta nilai-nilai
12
kehidupan yang diamanatkan di dalamnya. Sastra mempersoalkan
manusia dalam segala aspek kehidupannya sehingga karya itu berguna
untuk mengenal manusia dan budayanya dalam kurun waktu tertentu.
Bagi Anda dan lainnya sebagai penikmat karya sastra, sejak
masa lampau masyarakat Indonesia telah diwarnai dengan bentuk-
bentuk karya sastra dalam kehidupannya. Mereka telah menggunakan
bentuk mantra, pantun, dongeng, balada, dan mite dalam kehidupan
keseharian. Misalnya, jika masyarakat mengalami gangguan
kehidupan, seperti ada yang sakit, tanaman tidak jadi karena banyak
hama tanaman, kemarau yang panjang, dan peristiwa-peristiwa lainnya
yang menyulitkan kehidupan, mereka meminta pawang untuk
menyampaikan mantranya untuk mengatasi kesulitan tersebut.
Berbagai dongeng, legenda, dan mite digunakan untuk mengantarkan
anak atau cucu tidur. Dalam pergaulan masyarakat, digunakan
berbagai jenis pantun untuk memberikan nasihat, hiburan, maupun
untuk mencurahkan kata hati. Di sisi lain, pelipur lara menghibur
masyarakat dengan mengembangkan cerita-cerita sebagai hiburan
pelepas lelah setelah mereka bekerja keras pada siang hari di sawah
dan di ladang. Lewat pertemuan mereka dengan sastra para penikmat
sastra dapat memperoleh kesadaran tentang makna kehidupan.
Daripadanya diperoleh pengetahuan yang mendalam tentang manusia,
dunia, dan kehidupan (Sumardjo, 1988).
13
Dalam Kamus Istilah Sastra (Sudjiman (1984: 6) dijelaskan
sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri
keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan
ungkapannya.
Pengertian sastra menurut Fananie (2000: 6) berdasarkan aspek
estetika bahasa dan estetika makna. Yakni sastra adalah karya fiksi
yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan
yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan
aspek kebahasaan maupun aspek makna. Estetika bahasa biasanya
diungkapkan melalui aspek puitik atau poetic function, sedangkan
estetika makna dapat terungkap melalui aspek deep structure.
b. Jenis Karya Sastra
1. Prosa
Prosa merupakan bentuk seni sastra yang diuraikan dengan
menggunkan bahasa yang bebas dan cenderung tidak terikat oleh
irama, diksi, rima, kemerduan bunyi atau kaidah serta pedoman
kesusastraan lainnya. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk
mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenaya prosa bisa
digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat,
serta berbagai jenis media lainnya. Prosa dibagi kedalam empat
jenis yaitu prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan
prosa argumentatif. Bentuk dari prosa sendiri memiliki dua macam,
yaitu roman dan novel. Roman adalah cerita yang mengisahkan
14
seorang tokoh secara keseluruhan dari lahir sampai akhir hayatnya,
sedangkan novel hanya mengisahkan sebagian kehidupan tokoh
yang mengubah nasibnya.
2. Drama
Drama adalah bentuk sastra yang dilukiskan dengan
menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan
menggunkan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu
drama dalam bentuk naskah atau drama yang dipentaskan.
3. Puisi
Puisi adalah sebuah karya sastra yang diuraikan
menggunakan diksi atau kata-kata pilihan, dicirikan
dengan pembahasan yang padat namun indah, biasanya karya puisi
secara tidak langsung dapat menimbulkan kecenderungan dari
seseorang untuk mempertajam kesadaranya melalui bahasa yang
memiliki irama dan makna khusus. Contoh dari puisi yaitu seperti
sajak, pantun, balada.
a. Puisi Baru
1. Balada
Balada adalah puisi baru yang berisi tentang cerita.
2. Himne
Himne adalah puisi yang digunakan sebagai bentuk
pujaan untuk Tuhan, pahlawan, atau tanah air.
15
3. Ode
Ode adalah puisi yang dimaksudkan untuk menyanjung
orang yang telah berjasa dengan nada serta gaya yang
anggun. Ode membahas hal-hal yang mulia.
4. Epigram
Epigram adalah puisi dengan isi berupa ajaran atau
tuntunan hidup.
5. Romansa
Romansa adalah puisi yang isinya tentang luapan
perasaan seorang penyair tentang cinta kasih.
6. Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi kesedihan.
7. Satire
Satire adalah puisi yang menyindir atau memberikan
kritikan.
8. Distikon
Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris
atau dengan istilah lain disebut puisi 2 seuntai.
9. Terzinaa
Terzinaa hampir serupa dengan Distikon yaitu puisi yang
tiap baitnya terdiri dari 3 baris atau dengan istilah lain
puisi 3 seuntai.
16
10. Kuatrain
Kuatrain juga hampir sama dengan Distikon dan Tezinaa
yaitu pada tiap baitnya terdiri 4 baris atau disebut puisi 4
seuntai.
11. Kuint, setiap baitnya terdiri dari 5 baris atau puisi 5
seuntai.
12. Sektet, setiap baitnya terdiri dari 6 baris atau puisi 6
seuntai.
13. Septime, setiap baitnya terdiri dari 7 baris atau puisi 7
seuntai.
14. Oktaf atau Stanza, tiap baitnya terdiri dari 8 baris atau
puisi 8 seuntai.
15. Soneta merupakan jenis puisi baru yang terdiri dari 14
baris, terbagi menjadi 2, 2 bait pertama masing-masing
terdiri dari 4 baris dan 2 bait kedua masing-masing 3
baris.
b. Puisi Lama
1. Mantra
Mantra adalah ucapan-ucapan atau kata-kata yang dianggap
memiliki kekuatan gaib.
2. Pantun
Pantun adalah puisi yang bersajak a-b-a-b, dengan tiap bait
memiliki 4 baris, tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku
17
kata, 2 baris pertama disebut sampiran dan 2 baris
berikutnya disebut isi. Dilihat dari segi isinya pantun terdiri
dari pantun muda-mudi, anak, teka-teki, agama/nasihat, dan
pantun jenaka.
3. Karmina
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun di atas namun
pendek. Terdiri dari dua baris, baris pertama sebagai
sampiran dan baris kedua sebagai isi.
4. Seloka
Seloka adalah pantun berkait.
5. Gurindam
Gurindam adalah puisi yang terdiri dari bait-bait dengan
jumlah baris hanya dua per baitnya dan bersajak a-a-a-a.
Biasanya isinya tentang nasihat.
6. Syair
Syair adalah puisi yang diadopsi dari Arab, terdiri dari 4
baris setiap baitnya, bersajak a-a-a-a, dan berisi nasihat atau
cerita.
7. Talibun
Talibun adalah pantun yang jumlan barisnya terdiri dari 6,
8, atau 10 baris, sehingga dikenal juga sebagai pantun
genap.
18
3. Pengertian Menulis Pantun
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa
pengertian menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan seperti
mengarang dalam bentuk tertulis. Menurut Tarigan ”menulis merupakan
suatu keterampilan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung”.
Salah satu bentuk puisi lama adalah pantun. Selain itu ada juga
bidal, mantra, seloka, gurindam, syair, ruba’i dan nazam. Pantun terdiri
atas dua bagian, yakni bagian pengantar disebut sampiran dan bagian isi
pantun. Umumnya, pantun bersajak silang, misalnya pantun empat baris
bersajak a/b/a/b. Setiap baris pantun terdiri atas empat kata (Nurhadi,
Dawud, yuni Pratiwi, 2007 : 38)
Menulis pantun adalah serangkaian kegiatan untuk
menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki dalam bentuk
tulisan ditandai oleh adanya sampiran dan bagian isi. Menulis pantun
merupakan kegiatan yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung melalui proses latihan untuk menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, atau informasi secara tertulis dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya yang terdiri atas sampiran dan isi dengan menggunakan
pedoman syarat-syarat pantun yang telah ditentukan.
Menulis pantun sebagai sarana komunikasi yaitu suatu proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-
waktu bila seseorang ingin berkenalan, menyampaikan nasihat, dan
19
berhubungan satu sama lain dengan bahasa yang lebih singkat tanpa
kalimat yang terlalu panjang. Menulis pantun menjadi sarana yang efektif
serta dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, dapat digunakan
sebagai alat komunikasi, untuk menyelipkan nasihat atau bahkan untuk
melakukan kritik sosial, tanpa mencederai perasaan siapa pun. Menulis
pantun tidak terikat oleh batas usia, status sosial, agama dan suku bangsa
maka menulis pantun dapat dinikmati semua orang dalam situasi apapun
dan untuk berbagai keperluan.
Menulis pantun sebagai alat pemelihara bahasa, sebagai penjaga
fungsi kata dan kemampuan sebagai alur berpikir serta dapat menolong
kita berpikir secara kritis dan memperdalam daya tanggap kita, mengasah
kepedulian siswa terhadap masalah sosial dalam kehidupan.
4. Ciri dan Syarat Pantun
Pantun terdiri atas empat larik, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak
punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud lain
selain mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut (Sadikin2010: 15).
Rizal (2010:14) ciri-ciri pantun adalah bentuk puisi yang
mempunyai ciri setiap baris terdiri atas 8-10 suku kata, terdiri atas 4 baris,
setiap bait paling banyak terdiri atas 4 kata, baris pertama dan kedua
20
dinamakan sampiran, baris ketiga dan keempat dinamakan isi,
mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan ab-ab,
maksudnya bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris
ketiga, baris kedua sama dengan baris keempat.
Menurut Suprapto (2009:6) pantun mempunyai ciri yaitu tiap satu
bait terdiri atas empat baris, bait berima akhir silang a-b-a-b, artinya bunyi
akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir
baris kedua sama dengan bunyi akhir baris keempat, tiap baris terdiri atas
3-5 kata atau 8-12 suku kata, baris pertama dan kedua merupakan
sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi pantun.
Menurut Nursisto (2000:11) syarat-syarat pantun sebagai berikut
tiap bait terdiri atas empat baris, tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku
kata, sajaknya berumus abab, kedua baris pertama merupakan sampiran
sedangkan isinya terdapat pada kedua baris terakhir. Senada dengan
pendapat Nursisto, Natia(2008:72) mengemukakan ada 4 syarat atau ciri-
ciri pantun yaitu setiap bait terdiri atas empat baris, setiap baris terdiri atas
empat patah kata atau delapan sampai dua belas suku kata, baris pertama
dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat sebagai isi,
bersajak a-b-a-b.
Senada dengan pendapat di atas menurut Pangesti (2014:7-8)
lazimnya pantun terdiri atas empat larik, setiap baris terdiri 8-12 suku kata,
bersajak akhir dengan pola a-b-a-b (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a).
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi.
21
Sampiran adalah dua baris pertama,kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakatpendukungnya), dan biasanya
hubungan dengan bagian yang kedua yang menyampaikan maksud selain
untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang
merupakan tujuan dari pantun tersebut. Lazimnya pantun terdiri atas empat
larik (atau empat baris bila dituliskan), bersajak akhir dengan pola a-b-a-b.
Terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi (Agni 2009:6).
5. Metode Pembelajaran Permainan Sambung Kata
Metode pembelajaran permainan sambung kata adalah salah satu
strategi yang digunakan di dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia
yang mana diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis pantun. Dimana adanya kerjasama antar siswa yang satu dengan
yang lainnya, sehingga pada akhirnya siswa dapat membuat satu bait
pantun secara bersambung.
Permainan sambung kata merupakan metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dalam menulis pantun dengan cara bersama-
sama atau bersambung dan secara bergantian siswa menuliskan larik-larik
imajinatif dalam kertas yang telah dibagikan oleh guru (minimal satu baris
atau larik).
Permainan sambung kata adalah salah satu metode pembelajaran
yang bertujuan agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai sebuah
kegiatan yang menyenangkan. Para siswa diberi kebebasan
mengekspresikan imajinasinya melalui tulisan-tulisan yang dihasilkannya
22
seperti pantun. Dalam proses pembelajarannya, kegiatan menulis pantun
merupakan pekerjaan bersama yang dilakukan oleh siswa dalam
kelompoknya. Pada akhir pembelajaran, akan tercipta sejumlah pantun
bersambung hasil karya siswa (sejumlah kelompok yang dibentuk dalam
pembelajaran). Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode
permainan sambung kata ini dilakukan sebagai langkah memotivasi siswa
dalam mengembangkan imajinasinya untuk menulis pantun yang akan
dilaksanakan secara individu dalam kelompok belajarnya.
6. Langkah-langkah Metode Permainan Sambung Kata
Permainan sambung kata dalam pembelajaran menulis pantun
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru harus menentukan sebuah tema yang akan dikembangkan
menjadi sebuah pantun oleh siswanya.
b. Siswa diminta untuk membuat kelompok, setiap kelompok terdiri atas
empat atau limaorang.
c. Guru membagikan 1 kertas pada setiap kelompok.
d. Setiap siswa diminta menuliskan beberapa kata hingga membentuk
sebuah kalimat pada kertas yang telah dibagikan.
e. Pada akhir kata atau kalimat siswa diminta menuliskan namanya.
f. Setelah siswa menyelesaikan kata atau kalimat tersebut, mereka
diminta untuk memindahkan (menyerahkan) kertas yang berisi kata
atau kalimat tersebut kepada teman sebelah kanannya.
23
g. Siswa yang menerima kertas dari temannya diminta membaca kata
atau kalimat pertama yang telah dituliskan di kertas tersebut.
Kemudian setiap siswa diminta meneruskan (menyambung) kata atau
kalimat tersebut dengan cara menambah dengan beberapa kata atau
kalimat lagi. Setiap akhir kalimat, siswa diminta menuliskan namanya.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemilik kalimat yang tidak sesuai
temanya.
h. Setelah siswa kedua melanjutkan beberapa kata atau kalimat sehingga
membentuk sebuah pantun, kertas itu kembali berpindah searah jarum
jam sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh guru.
i. Setelah kegiatan permainan sambung kata selesai, setiap perwakilan
kelompok siswa diminta mengembalikan kertas tersebut kepada guru.
B. Kerangka Pikir
Pada kurikulum 2013 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
memiliki empat aspek kebahasaan yaitu menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Peneliti disini lebih berfokus kepada menulis yaitu
pembelajaran menulis sastra yang terdiri dari puisi, prosa, dan drama. Dari
ketiga jenis sastra, penulis berfokus pada puisi yang terbagi atas dua yaitu
puisi lama dan puisi baru. Di dalam puisi lama terdapat pembelajaran
menulis pantun. Pada penelitian pembelajaran menulis pantun, peneliti
mengambil dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Sebelum metode Permainan Sambung Kata diberlakukan, maka
akan dilakukan tes awal (pretest) pada kelas kontrol untuk mengetahui
24
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Kemudian diberi perlakuan
(treatment) pada kelas eksperimen dengan menerapkan metode Permainan
Sambung Kata. Selanjutnya diberi tes akhir (posttest) untuk mengetahui
kemampuan siswa setelah adanya perlakuan. Kemudian data pretest dan
posttest dianalisis. Setelah itu terdapatlah temuan apakah metode
Permainan Sambung Kata efektif atau tidak efektif dalam pembelajaran
menulis pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sungguminasa.
25
Bagan Kerangka Pikir
Pembelajaran Menulis Sastra
Prosa Drama
Puisi
Puisi Lama Puisi Baru
Pembelajaran Menulis Pantun
Pembelajaran Bahasa Indonesia
K13
Menyimak Berbicara Membaca Menulis
Pembelajaran menulis Pantun
Menggunakan Metode Permainan
Sambung Kata (Kelas Eksperimen)
Pembelajaran menulis Pantun tanpa
Menggunakan Metode Permainan
Sambung Kata (Kelas Kontrol)
Analisis
Temuan
26
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara rumusan masalah.
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis
dalam peneitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Permainan sambung kata efektif diterapkan dalam pembelajaran
menulis pantun pada siswa kelas VII SMPNegeri 2 Sungguminasa
b. Permainan sambung kata tidak efektif diterapkan dalam pembelajaran
menulis pantun pada siswa kelas VII SMPNegeri 2 Sungguminasa.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design. Desain
penelitian ini melibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum proses belajar
dimulai dua kelompok tersebut mendapatkan tes awal yang sama.
Setelah itu kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan
metode permainan sambung kata dalam pembelajaran meulis pantun,
sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode ceramah saja.
Setelah proses pembelajaran selesai masing-masing kelompok
mendapatkan tes akhir yang sama. Adapun urutan desain penelitian
terlihat jelas pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Nonrandomised Pretest-Posttest Control Group Design1
Kelompok Tes Awal Perlakuan (x) Tes Akhir
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T3 - T4
Keterangan:
T1 : Pretest kelas eksperimen
T2 : Posttest kelas eksperimen
T3 : Pretest kelas kontrol
T4 : Posttest kelas kontrol
X : Pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan metode
permainan sambung kata
- : Pembelajaran menulis pantun dengan metode ceramah
28
1. Populasi
Menurut Arikunto (dalam Sanjana, 2013: 114) menyatakan
bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sungguminasa berjumlah 275 orang yang terbagi ke dalam sebelas
kelas. Sifat dan karakteristik populasi penelitian ini adalah sama
(homogen) karena siswa diajar oleh guru yang sama, metode yang
sama, dan materi yang sama selama di kelas VII. Untuk lebih
jelasnya keadaan populasi dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 keadaan populasi penelitian
Sumber: Tata Usaha SMP Negeri 2 Sungguminasa 2019/2020.
2. Sampel
Menurut Arikunto, 2013: 174) sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Sampel adalah wakil yang
dipilih dari populasi dan dijadikan sebagai subjek penelitian.
Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
No. Kelas Jumlah Siswa
1. VII.1 25
2. VII.2 25
3. VII.3 25
4. VII.4 25
5. VII.5 25
6. VII.6 25
7. VII.7 25
8. VII.8 25
9. VII.9 25
10. VII.10 25
11. VII.11 25
Total 275
29
cluster sampling, artinya penentuan sampel dilakukan secara
acak dengan mengundi semua kelas untuk dijadikan sampel
penelitian. Dengan demikian, sampel penelitian ini ditetapkan
kelas VII.4 sebanyak 25 orang sebagai kelas eksperimen dan
kelas VII.5 sebanyak 25 orang sebagai kelas kontrol.
B. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang dilibatkan dalam penelitian ini secara
operasional didefinisikan sebagai berikut:
1. Permainan Sambung Kata
Permainan Sambung Kata adalah jenis pembelajaran yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
2. Pembelajaran Menulis Pantun
Pembelajaran menulis pantun adalah serangkaian kegiatan untuk
menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki dalam
bentuk tulisan ditandai oleh adanya sampiran dan bagian isi.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis:
1. Instrumen Tes
Tes adalah cara (yang dipergunakan) atau prosedur (yang perlu
ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang
pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian
30
tugas, baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab)
atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh siswa, sehingga
(atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut)
dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi siswa.Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
tertulis dalam bentuk essay yang diberikan kepada sampel
penelitian untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
penggunaan metode permainan sambung kata dalam pembelajaran
menulis pantun. Hasil dari tes tersebut akan dibandingkan untuk
mengetahui perbedaan nilai atau kemampuan siswa dalam menulis
dan membuat pantun dengan menggunakan metode permainan
sambung kata dan tidak menggunakan metode permainan sambung
kata.
2. Instrumen Non Tes
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumentasi merupakan cara lain
untuk memperoleh data dari responden. Pada teknik ini, peneliti
dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam- macam
sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden.
Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini berupa hasil
karya tulisan siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis pantun.
31
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cara-cara memperoleh data yang dipergunakan untuk penelitian.
Teknik pengumpulan data ini menggunakan tes dan non tes. Tes
berupa soal essay sedangkan non tes berupa dokumentasi yaitu hasil
kegiatan pembelajaran materi pantun siswa.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah untuk dibaca agar data yang terkumpul itu
dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji liliefors.
` Lo = F (Zi) – S (Zi)
Keterangan:
Lo : harga mutlak terbesar
F (Zi) : peluang angka baku
S (Zi) : proporsi angka baku
Dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Urutkan data dari yang terkecil hingga terbesar
b. Hitung nilai Zi dari masing-masing data berikut dengan
rumus
32
S
XXZ i
keterangan:
Xi : data
X: rata-rata data tunggal
S: simpangan baku
c. Dengan mengacu pada tabel distribusi normal baku, tentukan
besar peluang untuk masing-masing nilai Z, berdasarkan
tabel Z ditulis F(Z≤Zi) yang mempunyai rumus F(Zi) = 0,5±
Z.
d. Hitung proporsi Z1, Z2, .... Zn yang lebih kecil atau sama
dengan Zi. Jika proporsi dinyatakan oleh S (Zi), maka:
n
ZiZiS
yangZn Z2,..., Z1,banyaknya
e. Hitung selisih absolut F(Zi)-S(Zi) pada masing masing data,
kemudian tentukan harga mutlaknya.
f. Nilai yang paling besar adalah Lhitung yang dicari
g. Lhitung tersebut dibandingkan dengan Ltabel pada tabel
“nilai kitisuntuk uji liliefors”
Jika Lhitung < Ltabel, maka data berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara
dua keadaan atau populasi. Uji Homogenitas dilakukan dengan
melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher pada taraf
signifikansi 0,05, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Ho= varians populasi homogen
33
Ha= varians populasi heterogen
b. Jumlah sampel (N)
c. Derajat kebebasan
Dk pembilang= N – 1 dk penyebut = N – 1
d. Fhitung terkecilvarians
terbesarvarians
Dengan bvarians terkecil
terbesar
S
S
e. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada taraf signifikan
5%.
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahu apakah data
sampel tersebut bersifat homogen atau tidak.
Kriteria pengujian:
1. Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians
kedua populasi homogenya
2. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians
kedua populasi tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Uji pengujian hipotesis, data dianalisis menggunakan uji “t” (t-
test), dengan rumus
21
21
11
nn
XXt
S
34
Dimana
2
11
21
2
22
2
112
nn
SnSntotalS
Keterangan:
t : uji hipotesis
X1 : rerata kelas eksperimen
X2 : rerata kelas control
S : simpangan baku
N : number of case
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HasilPenelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sungguminasa . Pada
kelas VII terdiri dari sebelas kelas. Peneliti mengambil sampel penelitian
dua kelas, yaitu kelas VII.4 dan VII.5, yang masing-masing berjumlah 25
siswa/siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan
permainan sambung katadalam pembelajaran menulis pantun pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebelum kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, peneliti
memberikan tes pretest berupa soal essay. Setiap siswa diminta untuk
membuat sebuah pantun, siswa hanya membuat pantun dengan tema yang
telah ditentukan oleh peneliti. Hasil pretest tersebut, kemudian dihitung
oleh peneliti. Hasil penelitian pada permainan sambung kata efektif
dalam pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Sungguminasa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan
menulis pantun kelas VII.4 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
kelas VII.5. Akan tetapi, penyebaran data yang mendapat nilai rendah dan
sedang masih seimbang, sehingga data dari kedua kelompok dinyatakan
normal dan homogen. Data yang normal dapat dilihat dari hasil
perhitungan uji normalitas pretest dengan menggunakan Uji Liliefors.
Karena data pretest dinyatakan normal dan homogen, maka peneliti dapat
menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk memilih
36
kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka peneliti menggunakan teknik
cluster sampling antara kelas VII.4 dan VII.5. Dengan demikian, sampel
penelitian ini ditetapkan kelas VII.4 sebanyak 25 orang sebagai kelas
eksperimen dan kelas VII.5 sebanyak 25 orang sebagai kelas kontrol.
Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang melaksanakan
pembelajaran menulis pantun menggunakan metode permainan sambung
kata, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang melaksanakan
pembelajaran menulis pantun tanpa menggunakan metode permainan
sambung kata. Penelitian ini dilakukan empat kali pertemuan.
Adapun materi yang diberikan adalah mengenai pengertian
pantun, ciri-ciri pantun, jenis-jenis pantun, dan kegiatan intinya adalah
menulis pantun. Setelah kedua kelompok diberi perlakuan, pertemuan
berikutnya peneliti memberi soal posttest kepada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Berikut daftar nilai pretest dan posttest
pembelajaran menulis pantun yang diperoleh kelompok eksperimen dan
kontrol:
Tabel 4.1
Daftar Nilai Pretest dan Posttest Pembelajaran Menulis Pantun
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No
Nama Pretest Posttest Nama Pretes
t Posttest
1 A 68 80 a 46 64
2 B 86 97 b 79 81
3 C 65 85 c 65 73
37
4 D 70 92 d 62 75
5 E 59 87 e 45 67
6 F 60 87 f 55 82
7 G 62 80 g 65 75
8 H 65 87 h 50 65
9 I 69 75 i 54 72
10 J 65 79 j 56 75
11 K 75 85 k 40 50
12 L 62 85 l 65 79
13 M 52 74 m 62 75
14 N 50 80 n 70 82
15 O 50 70 o 75 86
16 P 78 85 p 55 77
17 Q 83 90 q 45 70
1. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok kontrol adalah kelas yang diberi pembelajaran menulis
pantun tanpa menggunakan metode permainan sambung kata. Kelompok
eksperimen adalah kelas yang diberi pembelajaran menulis pantun dengan
menggunakan metode permainan sambung kata. Sebelum kedua kelompok
diberi pembelajaran menulis pantun, terlebih dahulu keduanya diberi tes
18 R 63 95 R 75 82
19 S 91 95 S 59 73
20 T 75 90 T 45 65
21 U 48 80 U 70 82
22 V 77 95 V 58 57
23 W 77 95 W 60 75
24 X 52 79 X 73 87
25 Y 40 72 Y 45 40
Jumlah 1642 2119 Jumlah 1474 1809
Rata-rata 65,68 84,76 Rata-
rata 58,96 72,36
38
awal (pretest) keterampilan menulis pantun. Pretest pada kelompok
kontrol dan eksperimen dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 13 februari
2020. Subjek kedua kelompok masing-masing berjumlah 25 siswa.
Rangkuman hasil pengolahan data pretest kedua kelompok dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 4.2
Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Keterampilan
Menulis Pantun Kelompok Kontrol dan Eksperimen
No Kelompok N Skor
Maksimal
Skor
Minimal
Mean Median Modus Standar
Deviasi
1 Eksperimen 25 91 40 65,68 65,00 65 12,783
2 Kontrol 25 79 40 58,96 59,00 45 11,066
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Pembelajaran
Menulis Pantun Kelompok Eksperimen
Nilai Frekuensi Frekuensi %
40 1 4,0
48 1 4,0
50 2 8,0
52 2 8,0
59 1 4,0
60 1 4,0
62 2 8,0
63 1 4,0
65 3 12,0
68 1 4,0
69 1 4,0 70 1 4,0
75 2 8,0 77 2 8,0
39
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Pembelajaran
Menulis Pantun Kelompok Kontrol
2. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Pemberian postest pembelajaran menulis pantun pada kelompok
eksperimen dimaksudkan untuk melihat hasil pencapaian pembelajaran menulis
pantun dengan menggunakan metode permainan sambung kata. Sedangkan
posttest pembelajaran menulis pantun pada kelompok kontrol dimaksudkan untuk
78 1 4,0
83 1 4,0
86 1 4,0
91 1 4,0
Total 25 100,0
Nilai Frekuensi Frekuensi
40 1 4,0
45 4 16,0
46 1 4,0
50 1 4,0 54 1 4,0
55 2 8,0 56 1 4,0
58 1 4,0 59 1 4,0
60 1 4,0
62 2 8,0
65 3 12,0
70 2 8,0
73 1 4,0
75 2 8,0
79 1 4,0
Total 25 100,0
40
melihat hasil pencapaian pembelajaran menulis pantun tanpa menggunakan
metode permainan sambung kata. Subjek kedua kelompok masing- masing
berjumlah 25 siswa.
Rangkuman hasil pengolahan data postest kedua kelompok dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel 4.5
Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Pembelajaran MenulisPantun
Kelompok Eksperimen dan Kontrol
No Kelompok N Skor
maksimal
Skor
minimal
Mean Median Modus Standar
deviasi
1 Eksperimen 25 97 70 84,76 85,00 80 7,747
2 Kontrol 25 87 40 72,36 75,00 75 11,075
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Pembelajaran Menulis Pantun
Kelompok Eksperimen
Nilai Frekuensi Frekuensi %
70 1 4,0
72 1 4,0
74 1 4,0
75 1 4,0
79 2 8,0
80 4 16,0
85 4 16,0 87 3 12,0
90 2 8,0 92 1 4,0
95 4 16,0 97 1 4,0
Total 25 100,0
41
Pembelajaran Menulis Pantun Kelompok Eksperimen
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat
nilai 70, 72, 74, 75, 92 dan 97 masing- masing ada satu orang, siswa yang
mendapatkan nilai 79 dan 90 masing-masing ada dua orang, siswa yang
mendapat nilai 87 ada tiga orang, siswa yang mendapat nilai 80, 85, dan 95
masing-masing ada empat orang.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest Pembelajaran Menulis Pantun
Kelompok Kontrol
Nilai Frekuensi Frekuensi%
40 1 4,0
50 2 8,0
57 1 4,0
64 1 4,0
65 1 4,0
67 1 4,0
70 1 4,0
72 1 4,0
73 2 8,0
75 4 16,0
77 1 4,0
79 1 4,0
80 1 4,0
81 1 4,0
82 4 16,0
86 1 4,0 87 1 4,0
Total 25 100,0
42
Pembelajaran Menulis Pantun Kelompok Kontrol
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 40,
57, 64, 65, 67, 70, 72, 77, 79, 80, 86 dan 87 masing-masing ada satu orang,
siswa yang mendapat nilai 50 dan 73 masing-masing ada dua orang, siswa yang
mendapat nilai 75 dan 82 masing-masing ada empatorang.
3. Perbandingan Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol.
D
Dari tabel di atas menunjukan hasil pretest-posttest keduakelompok
penelitian dapat perbedaaan. Pretest kelompok eksperimen memperoleh
nilai tertinggi 91, sedangkan pretest kelompok kontrol memperoleh nilai
tertinggi 79. Rata-rata hitung pretest kelompok eksperimen mencapai angka
sebesar 65,68, dan rata-rata hitung pretest kelompok kontrol mencapai
Data Pretest Posttest
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Control
Kelompok
eksperimen
Kelompok
kontrol
N 25 25 25 25
Nilai
Tertinggi
91 79 97 87
Nilai
Terendah
40 40 70 40
Mean 65,68 58,96 84,76 72,36
Median 65,00 59,00 85,00 75,00
Modus 65 45 80 75
Standar
Deviasi
12,783 11,066 7,747 11,075
43
angka sebesar 58,96. Hal tersebut menunjukkan bahwa perolehan nilai
pretest kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan perolehan nilai
kelompok kontrol.
Tabel di atas pun menyajikan data posttest. Posttest kelompok
eksperimen memperoleh nilai tertinggi 97, sedangkan posttest kelompok
kontrol mendapatkan nilai tertinggi 87. Selain itu juga dapat diketahui
perbedaan rata-rata nilai postest kelompok eksperimen mencapai angka
84,76. Sedangkan perolehan nilai rata-rata nilai postest kelompok kontrol
mencapai angka 72,36. Selisih nilai rata- rata hitung antara kedua kelompok
sebesar 12,4. Hal ini menunjukkan bahwa perolehan nilai posttest
kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompokkontrol.
4. Pengujian Prasyarat AnalisisData
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka data akan
diolah dengan uji hipotesis. Namun sebelumnya, terlebih dahulu akan
dilakukan pengujian prasyarat analisis data yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
a. Uji Normalitas Pretest danPosttest
Setelah data nilai pretest terkumpul, maka dapat dlakukan uji
persyarat analisis data yaitu uji normalitas menggunakan uji liliefors
dan diperoleh hasil belajar sebagai berikut:
Hasil uji normalitas sebaran data pretest-posttest keterampilan
dari kedua sampel penelitian dapat disajikan dalam tabel berikut:
44
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Eksperimen Kontrol
rata-rata 65,68 Rata-rata 58,96
StandarDeviasi 12,78254 Standar Deviasi 11,06601
Nilai Maksimal 91 Nilai Maksimal 79
Nilai Minimal 40 Nilai Minimal 40
A
Eksperimen Kontrol Keterangan
0,05 Lhitung
(Lo)
Ltabel
(Lt)
Lhitung
(Lo)
Ltabel
(Lt)
Sampel
berdistribusi
normal 0,097738 0,159066 0,119231 0,159066
Berdasarkan tabel 4.9 perhitungan uji normalitas data, untuk
normalitas pretest kelas eksperimen diperoleh nilai Lhitung (Lo) lebih kecil
dari Ltabel (Lt) dengan n=25. Karena Lo< Lt (0.09<0.15) maka sampel pada
kelas Eksperimen berdistribusi normal. Untuk uji normalitas pretest kelas
Kontrol diperoleh Lhitung (Lo) lebih kecil dari Ltabel (Lt) dengan n=25.
Dikarenakan Lo< Lt (0.11<0.15) maka sempel pada kelas Kontrol juga
berdistribusi normal. Untuk lebih jelas, lihat pada lampiran 17.
45
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Eksperimen Kontrol
rata-rata 84,76 Rata-rata 72,36
Standar deviasi 7,747473
Standar deviasi 11,07505
Nilai Maksimal 97 Nilai Maksimal 87
Berdasarkan tabel 4.10 perhitungan uji normalitas data, untuk normalitas
posttest kelas Eksperimen diperoleh nilai Lhitung (Lo) lebih kecil dari Ltabel (Lt)
dengan n=25. Dikarenakan Lo< Lt (0.13<0.14) maka sampel pada kelas
Eksperimen berdistribusi normal. Untuk uji normalitas posttest kelas Kontrol
diperoleh Lhitung (Lo) lebih kecil dari Ltabel (Lt) dengan n=25. Karena Lo< Lt
(0,12<0.15) maka sempel pada kelas kontrol berdistribusi normal. Untuk lebih
jelas, lihat pada lampiran 18.
b. Uji Homogenitas Pretest danPosttest
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui homogenitas kedua
kelompok sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher, dengan
kriteria pengujian:
Nilai Minimal 70 Nilai Minimal 40
A Ekseperimen Kontrol Keterangan
0,05 Lhitu
ng
(Lo)
Ltabe
l
(Lt)
Lhitu
ng
(Lo)
Ltab
el
(Lt)
Sampel
berdistribusi
normal 0,130522 0,141873 0,127034 0,159066
46
1. Jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua
populasihomogen
2. Jika Fhitung Ftabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi
tidakhomogen.
Hasil perhitungan uji homogenitas data pada kelas Eksperimen dan Kontrol
sebelum diberi perlakuan (pretest) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Pretest
Bedasarkan tabel 4.11, hasil perhitungan uji Homogenitas Fhitung<
Ftabel (1,334<1,983) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada saat melakukan pretest kedua kelompok berasal dari populasi yang
homogen. Untuk lebih jelas, lihat pada lampiran 19.
Hasil perhitungan uji homogenitas data pada kelas Eksperimen dan
kelas Kontrol setelah diberikan perlakuan (posttest) dapat dilihat pada
tabel berikut:
Varians Taraf
signifikan
Fhitun
g
Ftabel Keterangan
Eksperimen Kontrol
163.39 122.45 0.05 1.334 1.983 Data
Homogeny
47
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Posttest
Varians Taraf
signifikan
Fhitung Ftabel Keterangan
Eksperimen Kontrol
60.02 122.65 0.05 0,489 1.983 Data
Homogeny
Berdasarkan tabel 4.6, hasil perhitungan Fhitung< Ftabel
(0,489<1,983) maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
saat dilakukan posttest kedua kelompok berasal dari populasi yang
homogen.
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji-t Data Pretest Pembelajaran Menulis Pantun Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Uji-t dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang sama antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol Hasil perhitungan uji-tpretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.13 Hasil Uji-t Pretest
thitung Ttabel Kesimpulan
0,597 1,991 Tolak Hα dan
terima H0
Berdasarkan tabel 4.13, perhitungan pretest kelas eksperimen dan
kelas kontrol thitung< ttabel (0,597 < 1,991). Hal ini menunjukkan Ha ditolak
atau hipotesis belum teruji, artinya penggunaan metode permainan
48
sambung kata terhadap pembelajaran menulis pantun siswa kelas VIISMP
Negeri 2 Sungguminasa. Untuk lebih jelas, lihat pada lampiran 21.
b. Uji-t Data Posttest Pembelajaran Menulis Pantun Kelompok
Eksperimen dan KelompokKontrol
Selanjutnya, untuk menguji H0 yang menyatakan bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan
Metode Permainan sambung kata dengan rata- rata pembelajaran menulis
pantun yang tidak diberi Metode Permainan sambung kata digunakan uji-t
posttest. Dengan kriteria pengujian yaitu:
1. Jika thitung<ttabel maka H0 diterima dan Hα ditolak, sedangkan
2. Jika thitung>ttabel maka H0 ditolak dan Hα diterima.
Hasil perhitungan uji-t kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14 Hasil Uji-t Posttest
Berdasarkan tabel 4.14, hasil uji-t posttest diperoleh thitung (5,774)
>ttabel (1,991). Sehingga thitung berada didalam daerah penolakan H0 atau
dengan kata lain H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan, bahwa hasil uji- t
pada data posttest menunjukkan adanya perbedaan kemampuan menulis
pantun. Dengan kata lain, keadaan akhir kemampuan menulis pantun pada
kelompok eksperimen adalah berbeda.
Thitung ttabel Kesimpulan
5,774 1,991 Tolak H0 dan terima Hα
49
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, terlihat
bahwa perolehan nilai kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan lebih
tinggi dari perolehan nilai kelompok kontrol. Sebelum diberi perlakuan,
terlebih dahulu dilakukan pretest pada kedua kelompok tersebut. Pada
kelompok eksperimen diperoleh skor tertinggi sebesar 91, skor terendah
sebesar 40, rata-rata pretest sebesar 65,68, median sebesar 65,00, modus
sebesar 65 dan standar deviasi sebesar 12,783. Pada kelompok kontrol
diperoleh skor tertinggi sebesar 79, skor terendah sebesar 40, rata-rata
pretest sebesar 58,96, median sebesar 59,00, modus sebesar 45 dan standar
deviasi sebesar 11,066.
Setelah dilakukan pretest pada pertemuan pertama, kemudian
kedua kelompok penelitian tersebut diberi perlakuan yang berbeda selama
empat kali pertemuan. Pertemuan keempat kedua kelompok penelitian
diberi soal posttest. Nilai rata-rata yang berhasil diperoleh siswa kedua
kelompok penelitian menunjukkan angka yang berbeda. Kelompok kontrol
memperoleh skor tertinggi sebesar 87, skor terendah sebesar 40, rata-rata
posttest sebesar 72,36, median sebesar 75,00, modus sebesar 75 dan
standar devisiasi sebesar 11,075. Kelompok eksperimen memperoleh skor
tertinggi 97, skor terendah sebesar 70, rata-rata posttest sebesar 84,76,
median sebesar 85,00, modus sebesar 80 dan standar devisiasisebesar
7,747. Hasil posttest tersebut menunjukkan bahwa rata-rata posttest
kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata posttest
50
kelompok kontrol.
Hal tersebut juga ditunjukkan oleh uji-t skor pretest-posttest
pembelajaran menulis pantun pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Pengujian uji-t skor pretest-posttest ini dilakukan untuk
mengetahui adanya pengaruh atau tidak dalam proses pembelajaran antara
sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Nilai probabilitas yang diperoleh
dari pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan taraf
signifikansi 5% yaitu sebesar thitung (0,597) < ttabel (1,991). Perhitungan uji-t
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan awal dan kemampuan
akhir siswa dalam menulis pantun adalah sama. Sedangkan pada nilai
probabilitas yang diperoleh posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan taraf signifikansi 5% yaitu sebesar thitung (5,774) >ttabel
(1,991). Perhitungan uji-t tersebut menunjukkan nilai probabilitas lebih
besar dari taraf signifikansi. Artinya, rata-rata kemampuan awal dan
kemampuan akhir siswa dalam menulis pantun adalah berbeda.
Data yang telah diinterpretasikan di atas menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan awal dan kemampuan akhir pada
kelompok eksperimen dalam menulis pantun. Sedangkan, pada kelompok
kontrol tidak ada perbedaan antara kemampuan awal dan kemampuan
akhir dalam menulis pantun. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
perlakuan pada kedua kelompok tersebut. Dalam pembelajaran menulis
pantun, kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan
metode permainan sambung kata, sementara kelompok kontrol tidak
51
menggunakan metode permainan sambung kata.
Metode permainan sambung kata pada materi menulis pantun
sangat tepat untuk diterapkan pada pembelajaran menulis pantun.
Disamping melatih otak untuk berpikir dan melatih konsentrasi siswa,
metode permainan sambung kata juga meningkatkan semangat siswa
untuk belajar.
Meskipun ada saja siswa yang lambat atau lemah konsentrasinya
sehingga tertinggal dalam menulis dan merasa terbebani karna ditugaskan
untuk berpikir dan menulis. Namun setelah mengikuti pembelajaran ini
siswa memiliki motivasi sendiri melakukan yang terbaik untuk diri sendiri
dan juga kelompoknya karena pada metode ini pun menjadi pelajaran
untuk siswa untuk memiliki rasa tanggung jawab.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afif Nur
Faizzah (2017)dalam penelitian yang berjudul Efektivitas Penggunaan
Media Kartu Pantun Dalam Pembelajaran Menulis Patun Di Kelas V SDN
Bangkingan Ii/442 Surabaya menyimpulkan bahwa Berdasarkan hasil uji
hipotesis yang dilakukan, media kartu pantun dapat dikatakan efektif
dalam pembelajaran menulis pantun di kelas V SDN Bangkingan II/442
Surabaya. Hal tersebut sesuai dengan indikator efektivitas yaitu proses
belajar, hasil belajar, motivasi siswa, dan waktu dalam pembelajaran.
Sedangkan penelitian menggunakan metode Permainan Sambung Kata
juga efektif dalam Pembelajaran Menulis Pantun Pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri 2 Sungguminasa, hal tersebut dapat dilihat pada saat proses
52
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode Permainan
Sambung Kata dapat melatih konsentrasi siswa dan juga dapat
meningkatkan semangat belajar siswa, selain itu metode Permainan
Sambung kata juga membuat siswa memiliki rasa tanggung jawab
terhadap diri sendiri maupun kelompoknya.
a. Pertemuan Pertama Kelas Kontrol dan Eksperimen
Pada hari rabu, tanggal 14 februari 2020. Untuk perlakuan pertama
kelas eksperimen, siswa diberikan perlakuan dengan memberi
pengetahuan mengenai pantun dan menjelaskan langkah-langkah
permainan sambung kata pada pembelajaran menulis pantun. Kemudian
guru memberikan kertas yang berisikan tema pantun. Setiap kelompok
dibagikan kertas tersebut dan kemudian masing-masing kelompok
memulai permainan sambung kata dan untuk siswa yang terakhir bertugas
mengumpulkan pantun yang telah ditulis oleh teman kelompoknya hingga
seterusnya pada kelompok lain. Untuk kelompok yang menulis pantun
paling bagus akan mendapatkan reward sebagai penyemangat.
Berbeda dengan perlakuan pertama kelompok kontrol. Peneliti
mengajar dengan menggunakan konvensional, siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang pantun. Kemudian siswa diperintahkan untuk
menulis pantun atau soal yang diberikan oleh guru. Ketika diberikan tugas
untuk menulis pantun dengan metode konvensional tanpa metode
permainan sambung kata, siswa membutuhkan waktu lebih lama untuk
berpikir dan menulis secara konsentrasi pantun. Siswa mengalami
53
kesulitan untuk membuat dan menuliskan sebuah pantun, dan kurang
mempertanggungjawabkan diri sendiri untuk menulis. Peneliti tetap
menjelaskan tentang pantun pada kelas kontrol, materi yang
disampaikannya pun tidak jauh berbeda pada kelompok eksperimen.
Selanjutnya, siswa diberi LKS yang sama dengan kelompok eksperimen.
b. Pertemuan Kedua Kelas Kontrol dan Eksperimen
Pada hari Rabu, tanggal 14 februari 2020. Untuk perlakuan kedua
kelompok eksperimen, siswa masih diberikan pengetahuan tentang pantun.
Pada metode permainan sambung kata pertemuan kedua, Siswa dibagi
menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat atau lima
orang. Guru membagikan 1 kertas pada setiap kelompok. Setiap siswa
diminta menuliskan beberapa kata hingga membentuk sebuah kalimat pada
kertas yang telah dibagikan. Pada akhir kata atau kalimat siswa diminta
menuliskan namanya. Setelah siswa menyelesaikan kata atau kalimat
tersebut, mereka diminta untuk memindahkan(menyerahkan) kertas yang
berisi kata atau kalimat tersebut kepada teman sebelah kanannya. Siswa
yang menerima kertas dari temannya diminta membaca kata atau kalimat
pertama yang telah dituliskan di kertas tersebut. Kemudian setiap siswa
diminta meneruskan (menyambung) kata atau kalimat tersebut dengan cara
menambah dengan beberapa kata atau kalimat lagi. Setiap akhir kalimat,
siswa diminta menuliskan namanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
pemilik kalimat yang tidak sesuai temanya. Setelah siswa kedua
melanjutkan beberapa kata atau kalimat sehingga membentuk sebuah
54
pantun, kertas itu kembali berpindah searah jarum jam sampai batas waktu
yang telah ditentukan oleh guru.
Setelah kegiatan permainan sambung kata selesai, setiap
perwakilan kelompok siswa diminta mengembalikan kertastersebut kepada
guru.
Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen, pada siswa terdapat
perkembangan menulis pantun dari pertemuan sebelumnya. Siswa sangat
antusias dan memiliki dorongan tersendiri untuk bertanggung jawab secara
individu dan juga kelompoknya.
Sedangkan perlakuan kedua pada kelompok kontrol hampir sama
dengan kelompok eksperimen saat penyampaian materi, hanya saja
kelompok kontrol tidak menggunakan metode permainan sambung kata.
Tampak kejenuhan sikap pada para siswa pun terlihat karna hanya
diberikan atau disuguhkan metode ceramah/konvensional saja. Guru
menyebutkan pantun dengan suara nyaring dan siswa diperintahkan untuk
membuat pantun hasil karya sendiri.
Dari perlakuan yang telah diberikan peneliti kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa pada kelas
eksperimen yang menggunakan metode permainan sambung kata mampu
membantu siswa dalam menulis dan melatih kecerdasan siswa pada
pembelajaran menulis pantun. Selain itu, metode permainan sambung kata
dapat merangsang otak siswa untuk berpikir karna secara tidak langsung
siswa sedang belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Siswa pun
55
menjadi lebih fokus dan antusias saat proses pembelajaran
sedangberlangsung.
Berbeda dengan kelompok kontrol tanpa menggunakan metode
permainan sambung kata, Siswa pada kelompok ini terlihat kurang
semangat dan jenuh mengikuti proses belajar mengajar. Hal tersebut bisa
dilihat dari sikapnya dan hasil pembelajaran saat di kelas. Meskipun
begitu, diantara kedua kelompok tersebut ada siswa yang sudah bagus
dalam membuat sebuah pantun dan juga ada yang lemah dan harus diberi
motivasi lebih saat belajar.
Setelah mendapat perlakuan, kemudian kedua kelompok tersebut
diberikan posttest. Soal posttest yang diberikan sama dengan pretest, yaitu
tes menulis pantun. Bentuk soal posttest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yaitu siswa diberikan kertas kosong. Guru memberi
perintah untuk membuat sebuah pantun. Posttest diberikan dengan tujuan
untuk mengetahui kemampuan meulis pantun pada kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan. Hasilnya kedua kelompok
mengalami peningkatan rata-rata. Namun, kelompok eksperimen
memperoleh rata-rata posttest lebih tinggi daripada rata- rata posttest yang
diperoleh kelompok kontrol.
C. KeterbatasanPenelitian
Selama penelitian berlangsung, peneliti menemukan beberapa
kendala yang cukup berarti. Kendala-kendala dalam penelitian ini adalah
56
sebagai berikut:
1. Siswa yang memiliki kognitif yang rendah merasakan beban pada proses
pembelajaran
2. Peneliti kurang mampu mengondisikan kelas saat proses belajar pantun
dengan metode permainan sambung kata dilaksanakan.
3. Peneliti masih belum memahami kondisi psikologi setiap siswa.
57
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa metode permainan sambung kata efektif dalam pembelajaran
menulis pantun kelas VII SMP Negeri 2 Sungguminasa. Hal ini dapat
dilihat dari perbandingan rata-rata hasil pretest-posttest kelas eskperimen
dan kelas kontrol. Rata-rata pretest yang diperoleh kelas eksperimen yaitu
65,68. Sementara itu, rata-rata pretest yang diperoleh kelas kontrol yaitu
58,96 sedangkan rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu 84,76 sedangkan
rata-rata posttest kelas kontrol yaitu 72,36. Demikian juga berdasarkan
hasil perhitungan uji-t pada skor data posttest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan taraf signifikansi 0,05%, thitung (5,774) >ttabel
(1,991). yang berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol
(H0)ditolak.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran bagi:
1. Siswa, ditekankan lebih konsentrasi saat proses belajar terutama pada
pembelajaran materi pantun.
2. Guru, sebaiknya menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan
untuk menarik perhatian siswa, salah satunya dengan menggunakan
metode permainan sambung kata dalam pembelajaran menulis pantun.
58
3. Sekolah, diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan metode
permainan sambung kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa, khususnya pada kelas
VII dan juga pihak sekolah hendaknya melakukan pengawasan dan
perhatian lebih kepada siswa dan guru-guru demi mencapai keberhasilan
tujuan pembelajaran.
4. Peneliti, sebagai agen ilmu pengetahuan dalam mengembangkan
kemampuan menulis pantun siswa dengan menggunakan metode
permainan sambung kata. Di samping itu perlu adanya penelitian lebih
lanjut, untuk mengetahui pengaruh metode permainan sambung kata dalam
pembelajaran menulis lainnya.
59
DAFTAR PUSTAKA
Ardisasmita, Adam. 2015. Game Sambung Kata Akan Mengasah Kemampuan
Bahasa Indonesia, (online), (https://dailysocial.id/post/game-
sambung-kata-akan-mengasah- kemampuan-bahasa-indonesia-anda/,
diakses tanggal 14 Desember 2019).
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitan, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Badriya, Yaya. 2017. Jenis Jenis Seni Sastra dan Pengertiannya, (Online),
(https://ilmuseni.com/seni-sastra/jenis-jenis-seni-sastra, diakses tanggal 5
Januari 2020).
Best, John W. 1977. Metodologi Penelitian dan Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Faizzah, Afif Nur. 2017. Efektivitas Penggunaan Media Kartu Pantun Dalam
Pembelajaran Menulis Patun, (Online),
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-
pgsd/article/view/21557, diakses tanggal 14 Desember 2019).
Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Fatmawati, Ari. 2015. Efektivitas Penggunaan Kata Sambung Pada Karangan
Siswa, (Online), (http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/29868, diakses
tanggal 14 Desember 2019).
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
(Online),(https://kbbi.kemendikbud.go.id/, diakses tanggal 14 Desember
2019)
Khoirotunnisa, Ratih Purbayu. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Menulis Pantun
Bermuatan Budaya Lokal dengan Strategi Pohon Kata untuk Siswa Kelas
VII, (Online), (http://karya-
ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/62404, diakses tanggal 9
Januari 2020).
Kusuma, Indra Pradana. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Melalui
Model Pembelajaran Think Pair Share Berbantuan Media Powerpoint
Siswa, (Online), (https://lib.unnes.ac.id/17556/, diakses tanggal 14
Desember 2019).
Latifah, Arifatul. (2015). Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun
60
Menggunakan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance,
Interest, Assessment,Satisfaction) Dengan Media Kartu Pantun.
(Online), (https://lib.unnes.ac.id/23064/, diakses tanggal 14 Desember
2019).
Maknun. 2017. Efektivitas Model Pembelajaran Brain Gym (Senam Otak)
Terhadap Kemampuan Menulis Pantun Siswa, (Online),
(http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/23604, diakses tanggal 14
Desember2019).
Natia, IK. 2008. Ikhtisar Teori dan Periodisasi Sastra Indonesia. Surabaya:
Bintang Surabaya
Nurgiantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Nurhadi. Dawud. Yuni Pratiwi. 2007. Bahasa Indonesia untuk kelas VII – IX.
Jakarta: Erlangga.
Nursisto. 2000. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Paramita, Puspita. 2016. Puisi lama dan Puisi Baru, Pengertian Puisi, Perbedaan,
dan Ciri-cirinya, (Online),
(https://kotakpenelusuran.blogspot.com/2016/08/puisi-lama-dan-puisi-
baru-pengertian.html#.XhLta_xS-00, diakses tanggal 5 Januari 2020).
Qomariyah, Sri. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Metode
Ttw (Think, Talk, And Write) Siswa.
(Online),(https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kreatif/article/view/16
70, diakses tanggal 20 Desember 2019).
Rizal. 2010. Pantun Jenaka Kumpulan Anak Negeri. Bandung: Pustaka Setia.
Sadikin, Mustofa. 2010. Pengantar Apresiasi Sastra. Jakarta: Gudang Ilmu.
Setiawan, Gilang Kusumah. 2016. Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun
Dengan Menggunakan Metode Menulis Berantai StudiEksperimen pada
Siswa.
(online),(https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/caraka/article/v
iew/18/15, diakses tanggal 22 Desember 2019).
Shintari, Fur. 2019. Implementasi Model Pembelajaran Make A Match Untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Pantun. (Online),
(http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/33840/7567658192
61
4, diakaes tanggal 2 Januari 2020).
Sudjiman. 1984.Kamus Sastra. Jakarta: Gramedia.
Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumardjo, Jakob, dan Saini K. M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Tarigan. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa
Pangesti, Mutia Dwi. 2014. Buku Pintar Pantun dan Peribahasa. Jakarta: Pustaka
Nusantara Indonesia.
62
LAMPIRAN
63
Lampiran 1: RPP KelasKontrol
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(RPP)
KELAS KONTROL
Sekolah : SMP Negeri 2 Sungguminasa
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Semester : 1
MateriPelajaran : Pantun
Waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis: 8. Mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman
melalui pantun.
B. KOMPETENSI DASAR
8.1 Menulis pantun dengan tema yang telah ditentukan.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Pantun merupakan puisi melayu lama asli Indonesia yang
terdiri dari sampiran dan isi dengan rima a-b-a-b. Kata “Pantun”
berasal dari bahasa jawa kuno yaitu tuntun, yang berarti mengatur
atau menyusun. Pantun adalah sebuah karya yang tidak hanya
memiliki rima dan irama yang indah, namun juga mempunyai
makna yang penting. Pantun awalnya merupakan karya sastra
Indonesia lama yang diungkapkan secara lisan, namun seiring
berkembangan zaman sekarang pantun mulai diungkapkan
64
tertulis. Ciri-ciri pantun:
1. Pantun memiliki bait, setiap bait pantun disusun oleh baris – baris.
Satu bait terdiri dari 4 baris.
2. Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
3. Baris terdiri dari 4 – 6 kata.
4. Setiap bait pantun terdiri atas sampiran dan isi. Baris pertama dan
kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan
isi. (Walaupun sampiran tidak berhubungan langsung dengan isi,
namun lebih baik apabila kata – kata pada sampiran merupakan
cerminan dari isi yang hendak disampaikan)
5. Pantun bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau sajak
lain
Macam – MacamPantun
1. Berdasarkan Siklus Kehidupan (usia) :
Pantun Anak–Anak, yaitu pantun yang berhubungan dengan
kehidupan pada masa kanak–kanak. Pantun ini dapat
menggambarkan makna suka cita maupun duka cita.
Pantun Orang Muda, yaitu pantun yang berhubungan dengan
kehidupan pada masa muda. Pantun ini biasanya bermakna
tentang perkenalan, hubungan asmara dan rumah tangga,
perasaan (kasih sayang, iba, iri, dll), dan nasib.
Pantun Orang tua, yaitu pantun yang berhubungan dengan orang
tua. Biasanya tentang adat budaya, agama, nasihat, dll.
65
2. erdasarkan Isinya :
Pantun Jenaka, yaitu pantun yang berisikan tentang hal–hal lucu
dan menarik.
Pantun Nasihat, yaitu pantun yang berisikan tentang nasihat,
bertujuan untuk mendidik, dengan memberikan nasihat tentang
moral, budi perkerti, dll.
PantunTeka–Teki, yaitu pantun yang berisikan tekateki, dan
biasanya pendengar atau pembaca diberi kesempatan untuk
menerka teka – teki pantun tersebut.
Pantun Kiasan, Pantun yang berisikan tentang kiasan yang
biasanya untuk menyampaikan suatu hal secara tersirat.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
NO
Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya Dan
Karakter Bangsa
1. Mengidentifikasi syarat-syarat pantun
2. Menulis pantun dengan tema yang telah
ditentukan.
Religius
Kreatif
PercayaDiri
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pantun siswa dapat:
Menulis pantun dengan tema yang telah ditentukan
66
F. METODE PEMBELAJARAN
Diskusi
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tatap Muka
Terstruktur (tugas yang
dirancang untuk)
Mandiri
Menulis pantun
sesuai dengan
tema yang
ditentukan
Berbagai contoh pantun Siswa belajar menulis
pantun dengan tema
yang ditentukan
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Belajar Nilai Budaya Dan
Karakter Bangsa
1. Kegiatan Awal
Guru mengajak siswa berdoa
sebelum memulai pelajaran.
Guru mempersiapkan kegiatan
pembelajaran menanyakan
peserta didik yang tidak hadir.
Guru mengajak peserta didik
mengingat kembali pembelajaran
Religius
67
yang telah dipelajari dan
dikaitkan dengan pantun yang
akan dipelajari.
Guru menjelaskan manfaat
mempelajari pantun dalam
kehidupan
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
Siswa mendengarkan pantun
yang dibacakan oleh salah satu
siswa di depan kelas.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
Siswa secara kelompok membuat
pantun dengan tema yang
ditentukan
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
Siswa secara kelompok
menyampaikan hasil diskusi
mereka terkait pantun yang
mereka buat.
Kreatif, percayadiri
68
Guru meluruskan persepsi dan
memberikan penguatan terhadap
pendapat-pendapat yang
dikemukakan dalam diskusi.
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan
refleksi tentang kesulitan dan
manfaat dari kegiatan
pembelajaran yang telah
berlangsung.
Guru menginformasikan kegiatan
yang akan dilakukan pada
pertemuan selanjutnya.
Guru dan siswa mengakhiri
proses pembelajaran dengan
berdoa bersama.
Religius
I. ALOKASI WAKTU
4 x 45menit.
J. SUMBER BELAJAR/ ALAT/ BAHAN
1. Papa tulis
2. Spidol
69
K. PENILAIAN
Rubrik penilaian menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun
No Aspek Deskripsi Skala
1 2 3 4 5
1. Diksi Apakah siswa dapat menulis pantun
dengan pilihan kata yang tepat?
2. Struktur Apakah siswa dapat menulis pantun yang
sesuai dengan syarat-syarat pantun?
Skor Maksimal
Petunjuk Penskoran:
Skor menggunakan skala 1 sampai 5
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:
x 10 = skor akhir
Makassar, Februari 2020
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Penulis
Hadijah, S. Pd. LilisAulia
NIP. 198411142014072003 NIM. 105331119416
70
Lampiran2 : RPP Kelas Eksperimen
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
KELAS EKSPERIMEN
Sekolah : SMP Negeri 2 Sungguminasa
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VII
Semester : 1
MateriPelajaran : Pantun
Waktu : 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
Menulis: 8. Mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman
melalui pantun.
B. KOMPETENSI DASAR
8.1 Menulis pantun dengan tema yang telah ditentukan.
C. MATERI PEMBELAJARAN
Pantun merupakan puisi melayu lama asli Indonesia yang
terdiri dari sampiran dan isi dengan rima a-b-a-b. Kata “Pantun”
berasal dari bahasa jawa kuno yaitu tuntun, yang berarti mengatur
atau menyusun.Pantun adalah sebuah karya yang tidak hanya
memiliki rima dan irama yang indah, namun juga mempunyai
makna yang penting. Pantun awalnya merupakan karya sastra
Indonesia lama yang diungkapkan secara lisan, namun seiring
berkembangnya zaman sekarang pantun mulai diungkapkan
71
tertulis. Ciri-ciripantun:
1. Pantun memiliki bait, setiap bait pantun disusun oleh baris – baris.
Satu bait terdiridari 4 baris.
2. Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
3. Baris terdiri dari 4 – 6 kata.
4. Setiap bait pantun terdiri atas sampiran dan isi. Baris pertama dan
kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan
isi. (Walaupun sampiran tidak berhubungan langsung dengan isi,
namun lebih baik apabila kata–kata pada sampiran merupakan
cerminan dari isi yang hendak disampaikan)
5. Pantun bersajak a-b-a-b atau a-a-a-a (tidakboleh a-a-b-b atau sajak
lain.
Macam – Macam Pantun
1. Berdasarkan Siklus Kehidupan (usia) :
PantunAnak – Anak, yaitu pantun yang berhubungan dengan
kehidupan pada masa kanak–kanak. Pantun ini dapat
menggambarkan makna suka cita maupun duka cita.
Pantun Orang Muda, yaitu pantun yang berhubungan dengan
kehidupan pada masa muda. Pantun ini biasanya bermakna
tentang perkenalan, hubungan asmara dan rumah tangga,
perasaan (kasih sayang, iba, iri, dll), dan nasib.
72
Pantun Orang tua, yaitu pantun yang berhubungan dengan orang
tua. Biasanya tentang adat budaya, agama, nasihat, dll.
3. Berdasarkan Isinya :
Pantun Jenaka, yaitu pantun yang berisikan tentang hal-hal lucu
dan menarik.
Pantun Nasihat, yaitu pantun yang berisikan tentang nasihat,
bertujuan untuk mendidik, dengan memberikan nasihat tentang
moral, budi perkerti, dll.
Pantun Teka–Teki, yaitu pantun yang berisikan tekateki, dan
biasanya pendengar atau pembaca diberi kesempatan untuk
menerka teka–teki pantun tersebut.
Pantun Kiasan, Pantun yang berisikan tentang kiasan yang
biasanya untuk menyampaikan suatu hal secara tersirat.
D. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
NO
Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya Dan
Karakter Bangsa
1. Mengidentifikasi syarat-syarat pantun
2. Menulis pantun dengan tema yang telah
ditentukan.
Religius
Kreatif
PercayaDiri
E. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari pantun siswa dapat:
73
Menulis pantun dengan tema yang telah ditentukan
F. METODE PEMBELAJARAN
Permainan sambung kata
G. STRATEGI PEMBELAJARAN
Tatap Muka
Terstruktur (tugas yang
dirancang untuk)
Mandiri
Menulis pantun
sesuai dengan
tema yang
ditentukan
Berbagai contoh pantun Siswa belajar
menulis pantun
dengan tema yang
ditentukan
H. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Belajar Nilai Budaya Dan
Karakter Bangsa
1. Kegiatan Awal
Guru mengaja ksiswa berdoa
sebelum memulai pelajaran.
Guru mempersiapkan kegiatan
pembelajaran menanyakan
peserta didik yang tidak hadir.
Guru mengajak peserta didik
mengingat kembali pembelajaran
Religius
74
yang telah dipelajari dan
dikaitkan dengan pantun yang
akan dipelajari.
Guru menjelaskan pengertian dan
manfaat mempelajari pantun
dalam kehidupan
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
Guru harus menentukan sebuah
tema yang akan dikembangkan
menjadi sebuah pantun oleh
siswanya.
Siswa diminta untuk membuat
kelompok, setiap kelompok
terdiri atas sempat atau lima
orang.
Guru membagikan 1 kertas pada
setiap kelompok.
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
Setiap siswa diminta menuliskan
beberapa kata hingga membentuk
Kreatif, percayadiri
75
sebuah kalimat pada kertas yang
telah dibagikan.
Pada akhir kata atau kalimat
siswa diminta menuliskan
namanya.
Setelah siswa menyelesaikan kata
atau kalimat tersebut, mereka
diminta untuk memindahkan
(menyerahkan) kertas yang berisi
kata atau kalimat tersebut kepada
teman sebelah kanannya.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
Siswa yang menerima kertas dari
temannya diminta membaca kata
atau kalimat pertama yang telah
dituliskan di kertas tersebut.
Kemudian setiap siswa diminta
meneruskan (menyambung) kata
atau kalimat tersebut dengan cara
kata atau kalimat lagi. Setiap
akhir kalimat, siswa diminta
menuliskan namanya. Hal ini
76
bertujuan untuk mengetahui
pemilik kalimat yang tidak sesuai
temanya.
Setelah siswa kedua melanjutkan
beberapa kata atau kalimat
sehingga membentuk sebuah
pantun, kertas itu kembali
berpindah searah jarum jam
sampai batas waktu yang telah
ditentukan oleh guru.
Setelah kegiatan permainan
sambung kata selesai, setiap
perwakilan kelompok siswa
diminta mengembalikan kertas
tersebut kepada guru.
3. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa melakukan
refleksi tentang kesulitan dan
manfaat dari kegiatan
pembelajaran yang telah
berlangsung.
Guru menginformasikan kegiatan
yang akan dilakukan pada
Religius
77
pertemuan selanjutnya.
Guru dan siswa mengakhiri
proses pembelajaran dengan
berdoa bersama.
I. ALOKASI WAKTU
4 x 45menit.
J. SUMBER BELAJAR/ ALAT/ BAHAN
1. Papantulis
2. Spidol
3. kertas
K. PENILAIAN
Rubrik penilaian menulis pantun sesuai dengan tema yang ditentukan
No Aspek Deskripsi Skala
1 2 3 4 5
1. Diksi Apakah siswa dapat menulis pantun
dengan pilihan kata yang tepat?
2. Struktur Apakah siswa dapat menulis pantun
yang sesuai dengan tema yang
ditentukan?
SkorMaksimal
78
PetunjukPenskoran:
Skor menggunakan skala 1 sampai 5
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:
100xn
fgP
Makassar, Februari 2020
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Penulis
Hadijah, S. Pd LilisAulia
NIP. 198411142014072003 NIM. 105331119416
Keterangan:
P = Kemampuan siswa
fg = Jumlah jawaban benar
n = Banyaknya siswa n =jumlam item (subjekpenelitian)
79
DOKUMENTASI
KELAS KONTROL
80
81
KELAS EKSPERIMEN
82
83
RIWAYAT HIDUP
LILIS AULIA, dilahirkan di Sorobaya, pada tanggal 16 juni
1996.Penulis merupakan anak ke empat dari lima bersaudara yang
merupakan anak dari pasangan Muhammad dan Dahlia. Penulis
memulai pendidikan di SD Inpres Kadundungang dan berhasil
menyelesaikan Sekolah Dasar pada tahun 2009, setelah tamat dari
Sekolah Dasar (SD) penulis melanjutkan pendidikan ke MTs
Abnaul Amiir dan tamat pada tahun 2012. Kemudian pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di MA Abnaul Amiir dan tamat pada tahun 2015.
Pada Tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikannya di kampus biru
Universitas Muhammadiyah Makassar dan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan
Jastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.