Kedustaan Ibnu Bathuthah

2

Click here to load reader

description

Kedustaan Ibnu Bathuthah, Banyak orang yang notabene mereka mengaku ahlus sunnah akan tetapi amalannya jauh dari ahlus sunnah, mengaku bermadzhab Syafi’I tetapi ibadah jauh juga dari fiqih Imamnya, suka mengadakan kebid’ahan dan kesyirikan dengan berdoa di kubur dan memakai jimat-jimat semacam batu akik yang sekarang sedang marak. Dan yang tidak kalah jeleknya dari amalan mereka adalah mencela Imam Salaf Ahlus Sunnah semacam Ibnu Taimiyyah, AlAlbani, Muhammad bin Abdil Wahhab yang kedua terahir mereka sebut Dajjal. Di antara celaan mereka kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah dengan memakai ucapan Ibnu Bathuthoh di bawah ini. Silakan pembaca cermati :Ibnu Bathuthoh berkata : Ia tinggal di Damaskus termasuk ulama senior ahli fiqih bermadzhab Hambali1, Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah, tokoh besar di Syam. Ia membahas banyak ilmu namun ada sesuatu di akalnya.2 Penduduk Damaskus sangat membesarkan dan menghormatinya, ia suka menasihati kaum muslimin di atas mimbar dan mengatakan sesuatu yang diingkari oleh ahli fiqih3 dan ahirnya mereka mengadukannya ke raja Nashir. Kemudian ia memerintahkan agar ia diasingkan di Mesir. Para hakim dan ahli fiqih berkumpul di majlis raja Nashir, Syarofuddin AzZawawi AlMaliki berbicara dan menyebutkan bahwa orang ini mengatakan demikian dan demikian dan1 Tidak ada ulama salaf yang menyebut Ibnu Taimiyyah bermadzhab Hambali, dalam banyak kitab dan fatwa beliau baik dengan terang-terangan maupun metode menulis dan berfatwa beliau adalah seorang yang bermadzhab salaf tidak menganut satu madzhab pun. Silakan baca kitab-kitab beliau pasti anda akan menemukan seperti yang saya katakan. Meskipun demikian beliau sering membawakan ucapan Imam Ahmad sebagai penguat atas pendapat yang beliau sampaikan setelah membawakan dalil dari alkitab dan as sunnah dan ucapan sahabat serta tabiin. 2 Nampak dari ucapan Ibnu Bathuthah sangat dengki dan mengada-ada serta penuh dengan kontradiksi di mana ia katakan bahwa Syaikhul Islam seorang ahli fiqih besar dari madzhab Hambali dan penduduk Syam sangat menghormati tetapi ia katakan : “Di akalnya ada sesuatu….” Bagaimana bisa seorang yang diagungkan dan dihormati kaum muslimin akalnya ada sesuatu ? Kemudian seandainya ia hadir di majlis beliau di hari Jum’at menasihati dan mengingatkan manusia di atas Mimbar Masjid Jami’ dan di antara ucapan beliau : “Alloh turun ke langit dunia seperti turunnya aku ini”, sementara ia sampai di Damaskus pada hari Kamis pada tanggal ke sembilan bulan Romadhon dan Ibnu Taimiyyah sudah diikat dan dipenjara di Qol’ah, Damaskus pada hari Senin pada tanggal 10 Sya’ban, menurut kesepakatan ahli sejarah ! semoga Alloh menjauhkan kita dari ketergelinciran. 3 Kalau ahli fiqih yang tidak sependapat dan fanatik dengan golongan dan madzhabnya tentu mengingkarinya kalau ahli fiqih yang bermadzhab salaf pasti menyetujuinya seperti murid-muridnya yang mereka adalah para Imam dan tokoh di jamannya seprti Ibnul Qoyyim, Ibnu Rojab, Ibnu Katsir, Dzahabi dan lain-lainnya.menyebut beberapa orang yang mengingkari Ibnu Taimiyyah. Kemudian raja menghadirkanya dan mempersilakan duduk di depan para hakim agung, seorang hakim bertanya : Apa yang kamu katakan ?Ia menjawab : Laa ilaha Illa Alloh. Hakim bertanya lagi dan ia mengulangi jawaban yang sama. Lalu raja memerintahkan agar ia dipenjara. Maka ia tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Di penjara menulis kitab Tafsir yang berjudul Bahrul Muhith sekitar empat puluh jilid.4 Kemudian ibunya mendatangi raja dan meminta agar ia dilepas. Maka raja melepasnya sampai terjadi peristiwa yang kedua kalinya dan ketika itu aku di Damaskus pada hari Jum’at dan ia sedang menasihati dan mengingatkan banyak manusia di atas mimbar masjid jam’I dan di antara ucapannya adalah Alloh turun ke langit dunia seperti turunnya aku ini. Dan ia turun satu tangga dari tangga mimbar. Lalu ahli fiqih madzhab Malik yang bernama Ibnu Zahra’ membantahnya dan mengingkari apa yang ia katakan. Kemudian kaum muslimin berdiri menghampirinya

Transcript of Kedustaan Ibnu Bathuthah

  • Kedustaan Ibnu Bathuthah Banyak orang yang notabene mereka mengaku ahlus sunnah akan tetapi amalannya jauh dari ahlus sunnah, mengaku bermadzhab SyafiI tetapi ibadah jauh juga dari fiqih Imamnya, suka mengadakan kebidahan dan kesyirikan dengan berdoa di kubur dan memakai jimat-jimat semacam batu akik yang sekarang sedang marak. Dan yang tidak kalah jeleknya dari amalan mereka adalah mencela Imam Salaf Ahlus Sunnah semacam Ibnu Taimiyyah, AlAlbani, Muhammad bin Abdil Wahhab yang kedua terahir mereka sebut Dajjal. Di antara celaan mereka kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah dengan memakai ucapan Ibnu Bathuthoh di bawah ini. Silakan pembaca cermati : Ibnu Bathuthoh berkata : Ia tinggal di Damaskus termasuk ulama senior ahli fiqih bermadzhab Hambali1, Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah, tokoh besar di Syam. Ia membahas banyak ilmu namun ada sesuatu di akalnya.2 Penduduk Damaskus sangat membesarkan dan menghormatinya, ia suka menasihati kaum muslimin di atas mimbar dan mengatakan sesuatu yang diingkari oleh ahli fiqih3 dan ahirnya mereka mengadukannya ke raja Nashir. Kemudian ia memerintahkan agar ia diasingkan di Mesir. Para hakim dan ahli fiqih berkumpul di majlis raja Nashir, Syarofuddin AzZawawi AlMaliki berbicara dan menyebutkan bahwa orang ini mengatakan demikian dan demikian dan

    1 Tidak ada ulama salaf yang menyebut Ibnu Taimiyyah bermadzhab Hambali, dalam banyak kitab dan fatwa beliau baik dengan terang-terangan maupun metode menulis dan berfatwa beliau adalah seorang yang bermadzhab salaf tidak menganut satu madzhab pun. Silakan baca kitab-kitab beliau pasti anda akan menemukan seperti yang saya katakan. Meskipun demikian beliau sering membawakan ucapan Imam Ahmad sebagai penguat atas pendapat yang beliau sampaikan setelah membawakan dalil dari alkitab dan as sunnah dan ucapan sahabat serta tabiin. 2 Nampak dari ucapan Ibnu Bathuthah sangat dengki dan mengada-ada serta penuh dengan kontradiksi di

    mana ia katakan bahwa Syaikhul Islam seorang ahli fiqih besar dari madzhab Hambali dan penduduk Syam sangat menghormati tetapi ia katakan : Di akalnya ada sesuatu. Bagaimana bisa seorang yang diagungkan dan dihormati kaum muslimin akalnya ada sesuatu ? Kemudian seandainya ia hadir di majlis beliau di hari Jumat menasihati dan mengingatkan manusia di atas Mimbar Masjid Jami dan di antara ucapan beliau : Alloh turun ke langit dunia seperti turunnya aku ini, sementara ia sampai di Damaskus pada hari Kamis pada tanggal ke sembilan bulan Romadhon dan Ibnu Taimiyyah sudah diikat dan dipenjara di Qolah, Damaskus pada hari Senin pada tanggal 10 Syaban, menurut kesepakatan ahli sejarah ! semoga Alloh menjauhkan kita dari ketergelinciran. 3 Kalau ahli fiqih yang tidak sependapat dan fanatik dengan golongan dan madzhabnya tentu

    mengingkarinya kalau ahli fiqih yang bermadzhab salaf pasti menyetujuinya seperti murid-muridnya yang mereka adalah para Imam dan tokoh di jamannya seprti Ibnul Qoyyim, Ibnu Rojab, Ibnu Katsir, Dzahabi dan lain-lainnya.

  • menyebut beberapa orang yang mengingkari Ibnu Taimiyyah. Kemudian raja menghadirkanya dan mempersilakan duduk di depan para hakim agung, seorang hakim bertanya : Apa yang kamu katakan ? Ia menjawab : Laa ilaha Illa Alloh. Hakim bertanya lagi dan ia mengulangi jawaban yang sama. Lalu raja memerintahkan agar ia dipenjara. Maka ia tinggal di penjara beberapa tahun lamanya. Di penjara menulis kitab Tafsir yang berjudul Bahrul Muhith sekitar empat puluh jilid.4 Kemudian ibunya mendatangi raja dan meminta agar ia dilepas. Maka raja melepasnya sampai terjadi peristiwa yang kedua kalinya dan ketika itu aku di Damaskus pada hari Jumat dan ia sedang menasihati dan mengingatkan banyak manusia di atas mimbar masjid jamI dan di antara ucapannya adalah Alloh turun ke langit dunia seperti turunnya aku ini. Dan ia turun satu tangga dari tangga mimbar. Lalu ahli fiqih madzhab Malik yang bernama Ibnu Zahra membantahnya dan mengingkari apa yang ia katakan. Kemudian kaum muslimin berdiri menghampirinya dan memukulinya dengan tangan dan terompah mereka sampai imamahnya terjatuh dan Nampak di atas kepalanya dan mereka membawanya ke rumah Izzuddin bin Muslim seorang hakim madzhab Hanbali lalu ia memerintahkan agar ia dipenjara dan menghukumnya, kemudian ahli fiqih Maliki dan Syafii mengingkari keputusan hukumnya dan ahirnya permasalahannya diangkat kepada raja Saifuddin lalu ia menulis surat kepada raja Nashir yang berisi tuduhan-tuduhan syarI atas Ibnu Taimiyyah di antaranya mentalak tiga dengan satu kalimat tidak sah talaknya kecuali jatuh satu talak, seorang musafir yang berniat mengunjungi kubur yang dikeramatkan Alloh menambahnya kebaikan maka tidak mengqoshor sholat dan yang serupa dengan. Maka setelah membaca surat ini raja Nashir menangkap dan memenjarakan Ibnu Taimiyyah di Qolah hingga wafatnya. (Rihlah Ibnu Bathuthoh, 1/43).

    4 Kitab ini ditulis oleh Abu Hayyan Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf bin Hayyan dari Andalusia wafat

    tahun745H. Tidak ada karya beliau berjudul demikian.